gizi pada anak remaja
DESCRIPTION
Gizi pada remajaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Remaja merupakan masa transisi anak dan dewasa. Selama remaja, perubahan
hormonal mempercepat pertumbuhan. Pertumbuhan lebih cepat dari fase yang lain dalam
kehidupan, kecuali fase satu tahun selama kehidupan ( bayi ) karena pada masa ini terjadi
kejar tumbuh.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Masalah Gizi Remaja
Cukup banyak masalah yang berdampak negatif terhadap kesehatan dan gizi remaja. Di
samping penyakit atau kondisi yang terbawa sejak lahir, penyalahgunaan obat, kecanduan
alkohol dan rokok, terbukti menambah beban para remaja. Sedikit sekali yang di ketahui
tentang asupan makanan pangan remaja. Meskipun asupan kalori dan protein tercukupi,
namun elemen lain seperti besi, kalsium dan vitamin masih kurang. Survei terhadap
mahasiswa kedokteran di Prancis, misalkan membuktikan bahwa 16 % mahasiswa kehabisan
cadangan besi, sementara 75% menderita kekurangan. Secara garis besar sebanyak 44 %
wanita di negara berkembang ( 10 negara di Asia T enggara termasuk Indonesia ) mengalami
anemia kekurangan besi, sementara wanita hamil lebih besar lagi, yaitu 55 %.
Salah satu masalah serius yang menghantui dunia kita adalah konsumsi makanna
olahan, seperti yang di tayangkan dalam iklan televisi, secara berlebihan. Makanan ini, meski
dalam iklan di klaim kaya kan vitamin dan mineral, sering terlalu banyak mengandung gula
serta lemak, di samping zat aditif. Kebiasaan makan yang diperoleh semasa remaja akan
berdampak pada kesehatan dalam fase kehidupan selanjutnya, setelah dewasa dan berusia
lanjut. Remaja memerlukan lebih banyak zat besi dan wanita membutuhkan lebih banyak lagi
untuk mengganti zat besi yang hilang bersama darah haid. Ketidakseimbanga antara asupan
dan keluaran energi mengakibatkan pertambahan berat badan. Obesitas yang terjadi pada usia
remaja cenderung berlanjtu hingga ke dewasa dan lansia. Sementara obesitas itu sendiri
merupakan salah satu faktor degeneratif seperti panyakit jantung, diabetes melitus dan lain –
lain.
Ada tiga alasan mengapa remaja rentan terhadap masalah gizi
1. percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh memerlukan energi dan zat gizi
yang banyak
2. perubahan gaya hidup dan kebiasaan pangan menuntut penyesuaian masukan energi
dan zat gizi
3. kehamilan, kecanduan alkohol dan obat, meningkatkan kebutuhan energi dan zat
gizi.
Remaja belum sepenuhnya matang baik secara fisik, kognitif, dan psikososial. Dalam
masa pencarian identitas diri, remaja cepat sekali terpengaruh oleh lingkungan. Kegemaran
yang tidak lazim, seperti pilihan untuk menjadi vegetarian atau food fadism, merupakan
sebagian contoh keterpengaruhan ini. Kecemasan akan bentuk tubuh membuat remaja
sengaja tidak makan, kesibukan menyebabkan mereka memilih makanan di luar atau hanya
menyantap kudapan. Sebagian besar kudapan bukan hanya hampa kalori, tetapi juga sedikit
kali mengandung zat gizi, selain dapat mengurangi nafsu makan.
Selain itu makanan sampah ( junk food ) juga di gemari oleh remaja, baik hnaya
sebagai kudapan maupun “ makan besar “. Makanan ini mudah di peroleh, disamping lebih
bergengsi karena terpengaruh iklan. Disebut makanan sampah karena sangat sedikit ( bahkan
ada yang tidak ada sama sekali ) mengandung kalsium, besi, asam volat, vitamin A dan C,
sementara kandungan lemak jenuh, kolesterol dan natrium tinggi.
2.2 Karakteistik Pertumbuhan dan Pentingnya Gizi Remaja
1. Kalori
Terdapat hubungan antara asupan kalori dan pertumbuhan. Pada remaja laki –
laki peningkatan asupan kalori stabil hingga 3.470 kkal/hari pada umur 16 tahun.
Asupan ini menurun pada usia 16 – 18 tahun 2.900 kkal/hari. Sedangkan pada
perempuan intake kalori meningkat pad usia 12 tahun dengan puncak kalori level
2,550 kkal/hari dan kemudian menurun hingga umur 18 dengan 2.200 kkal/hari. Pada
remaja putri mempunyai kesulitan yang lebih banyak untuk mendapatkan vitamin dan
mineral yang cukup dalam selang kalori yang diizikan dan persoalan ini di perparah
oleh keinginan yang hebat dari remaja putri untuk mengontrol beratnya.
2. Kalsium
Kebutuhan kalsium pada masa remaja relatif tinggi karena akselerasi muskular,
skeletal dan perkembangan endokrin lebih besar di bandingkan masa anak dan
dewasa. Lebih dari 20 % pertumbuhan tinggi badan dan sekitar 50 % masa tulang
dewasa di capai pada masa remaja. AKG kalsium untuk remaja dan dewasa muda
adalah 600 – 700 mg/haari untuk perempuan dan 500 – 700 mg untuk laki –laki.
Sumber kalsium adalah susu dan hasil olahan, ikan , kacang – kacangan, sayuran hijau
dan lainnya.
3. Protein
Kebutuhan protein juga meningkat pada masa remaja, karena proses
pertumbuhannya yang sedang terajadi dengan cepat. Pada awal remaja, kebutuhan
protein remaja perempuan lebih tinggi di bandingkan laki – laki, karena memasuki
masa pertumbuhna cepat lebih dulu. Pada akhir masa remaja, kebutuhan akan protein
laki – laki lebih tinggi di bandingkan perempuan karena perbedaan komposisi tubuh.
Kecukupan protein bagi remaja 1,5 – 2,0 gr/kg/BB/hari. AKG protein remaja dan
dewasa muda adalah 48 - 62 gr/hari untuk perempuan dan 55 – 66 gr/hari untuk laki
– laki. Berbagai sumber protein adalah : daging merah ( sapi, kerbau, kambing ),
daging putih ( ayam, ikan ), susu dan hasil olahanya ( keju, mentega ), kedelai dan
hasil olahanya ( tempe, tahu ) , kacang – kacangan dan lain – lain.
Kebanyakan protein tumbuh – tumbuhan kekurangan satu atau dua asam amino.
Mengkombinasikan dua protein yang berbeda pola asam aminonya akan
menghasilkan protein “ komplementer” ( lengkap ). Sebagai contoh padi – padian
mempunyai kandungan lisin rendah tetapi tinggi methionin. Laguminosa kaya lisin
tetapi kurang metionin. Jadi biji – bijian dan laguminosa adalah protein yang
komplemanter.
4. Besi
Kebutuhan zat besi pada remaja laki – laki meningkat karena ekspansi volume
darah dan peningkatan kosentrasi hemoglobin ( Hb). Pada perempuan, kebutuhan
tinggi akan zat besi terutama akan disebabkan kehilangan zat besi selama
menstruasi. Hal ini mengakibatkan perempuan lebih rentan terhadap anemia di
bandingkan laki – laki.
Status besi dalam tubuh juga mempengaruhi efesiensi penyerapan besi. Pada
remaja dengan defesiensi besi maka penyerapan besi akan lebih efesien di
bandingkan tidak difesiensi besi. Yang dapat meningkatkan penyerapan besi adalah
vitamin C serta sumber protein hewani tertentu ( daging dan ikan ). Sedangkan zat
yang dapat menghambat penyerapan besi antara lain adalah kafein, tenin, dan lain –
lain. AKG besi untuk remaja perempuan 19 – 26 mg/hari, sedangkan untuk laki –
laki 13 – 23 mg/hari. Sumber makanannya yaitu : hati, daging merah ( sapi,
kambing, domba), daging putih (ayam, ikan ), kacang – kacangan dan sayuran hijau.
5. Seng ( Zinc )
Seng di perlukan untuk pertumbuhan serta kematangan seksual remaja, terutama
untuk remaja laki – laki. AKG seng adalah 15 mg/ hari untuk remaja laki – laki dan
perempuan.
6. Vitamin
Karena kebutuhan energi meningkat, maka kebutuhan vitamin pun meningkat,
antara lain yang berperan dalam metabolisme karbohidrat menjadi energi seperti
vitamin B1, B2. Untuk sintesa DNA dan RNA di perlukan vitamin B6, asam folat
dan Vitamin B12, sedangkan untuk pertumbuhan tulang di perlukan Vitamin D.
Vitamin A, C dan E diperlukan untuk pembentukan dan penggantian sel.
2.3 Penatalaksanaa Gizi Remaja
Tujuannya adalah untuk membantu remaja belajar membantun remaja belajar membuat
keputusan yang bijaksana terhadap pilihan makanan yang akan menyediakan zat gizi yang
diperlukan sementara memepertahankan berat badan yang di inginkan.
1. Makanlah diet bergizi seimbang, untuk mempertahankan berat badan yang di
inginkan
a. Lemak dan Kolesterol
Batasi goreng – gorengan menjadi satu sajian perhari atau kurang. Makan hanya
dua sampai tiga sejian daging seminggu, pilih unggas, ikan atau padi – padian.
Batasi makan daging kira – kira 140 gram/hari.
b. Vitamin dan mineral
Untuk merangsang pertumbuhan optimum dan mencegah osteoporosis nantinya,
adalah sangat penting bagi remaja perempuan untuk setiap hari memakan empat
sajian susu atau bahan terbuat dari derivet susu. Susu skim dan yugort, keju terbuat
dari susu skim yang rendah kalori. Bagi mereka yang tidak menggunakan hasil –
hasil susu memerlukan suplemen seetiap harinya, seperti contoh kalsium karbonat
mengandung 40 % kalsium.
2. Makan snack bergizi
Beberapa snack yang lezat dan bergizi termasuk buah – buahan segar dan kering,
sayuran segar dengan saos yang terbuat dari yugort atau sambal, rempah –
rempahan, bawang putih, atau bumbu – bumbu lainnya, popcorn,es buah, keju yang
terbuat dari susu skim yang di perhatikan kaloriny.
3. Jangan Anjurkan praktek pengurangan berat yang tidak sehat
Karena remaja sangat tertarik dengan diet yang mengurangi berat, mereka mesti
di ajarkan untuk mengenali diet yang aman dan efektif. Mode diet yang
menjanjikan dan sering memberikan hasil yang cepat, tetapi biasanya berat yang
hilang adalah cairan dan otot.
2.4 Pengembangan Perilaku Makan Sehat Semasa Remaja
Tidak sedikit survei mencatat ketidakcukupan asupan gizi para remaja. Mereka bukan
hanya melewatkan waktu makan ( terutama sarapan ) dengan alasan sibuk, tetapi juga terlihat
senang mengunya junk food. Di samping itu kekhawatiran menjadi gemuk telah memakas
mereka untuk mengurangi jumlah pangan yang seharusnya di santap. Berikut anjuran untuk
menciptakan pola kebiasaan pangan yang baik pada remaja :
1. mendorong para remaja untuk menikmati makanan, mencoba makanan baru,
mengkonsumsi beberapa makanan di pagi hari, makan bersama keluarga,
menyeleksi makanan yang bergizi.
2. menggariskan tujuan untuk setidaknya sekali dalam sehari membuat waktu makan
menjadi saat menyenangkan untuk berbagi pengalaman di antara anggota keluarga
3. mengetahui jadwal kegiatan remaja sehingga waktu makan tidak benturan dengan
kegiatan
4. menyiapkan data dasar tentang pengan dan gizi sehingga remaja dapat
memutuskan jenis makanan yang akan di konsumsi berdasarkan informasi
tersebut
5. memberikan contoh khas tentang cara mempraktikkan pengetahuan tersebut
6. memberi penekanan tentang manfaat makanan yang baik
7. membenarkan pilihan pada makanan cemilian bergizi, dan secara berkesinambun-
ngan menjelaskan kekeliruan mereka yang masih makanan yang tidak bergizi.
8. melatih tanggung jawab remaja dalam hal perencanaan makanan. pembelanjaan,
dan pemasakan.
2.5 Faktor Yang Berpengaruh Pada Gizi Remaja
1. Status Individu
Biasanya wanita remaja atau dewasa yang telah menikah akan kesulitan
memilih makanan atau jenis makanan yang akan di hidangkan. Kadang dalam
menyusun hidangan makanan lebih memperhatikan orang lain dibandingkan dari
pada dirinya, seperti keluarga dan anak. Wanita yang telah berumah tangga
biasanya memilih mengkosumsi makanan yang tidak di habiskan oleh keluarga
karena merasa sayang apabila terbuang.
2. Status Ekonomi
Wanita dengan tingkat ekonomi yang lebih tinggi tentu berbeda gizinya
dengan orang tingkat ekonomi rendah.
3. Anotomi tubuh manusia
Ukuran pelvis individu berhubungan erat dengn tinggi badan seseorang. Selain
hal –hal di atas banyak faktor yang berpengaruh antara lain kemampuan keluarga
untuk membeli makanan atau pengetahuan tentang gizi. Banyak wanita terutama
wanita karier atau wanita yang behubungan dengan publik cenderung lebih
mengkonsumsi makanan diet tanpa lemak atau hanya konsumsi buah – buahan
dari pada makanan sehat.
4. Rokok
Rokok dapat mengurangi nafsu makan, menyempit pembuluh darah jantung,
saluran cerna sehingga mengganggu proses penyerapan.
2.5 Gangguan Pola Makan Remaja
Ada tiga bentuk gangguan makanan yaitu : anoreksi (AN), bulimia nervosa (BN) dan
gangguan makanan yang tidak tergolongkan. Gangguan tersebut dapat menyebabkan
morbiditas biologik, psikologik, dan sosial serta kematian. Penyebab gangguan makanan
belum di ketahui dengan jelas, namun di duga terkait dengan berbagai faktor biologis, genetik
dan psikososial.
Pada masa anak- anak tanggung jawab makan ada pada orang tua, tetapi dalam
perkembangannya pada masa remaja tenggung jawab tersebut ada pada anak itu sendiri.
Berdasarkan hal tersebut sistem klasifikasi psikiatrik membedakan antara feeding disorders
pada masa anak – anak dengan eating disorders yang pada umumnya terjadi pada masa
remaja. Feeding disorders terjadi dalam 6 tahun pertama kerhidupan berupa penolakan
makanan. Penolakan makanan terjadi pada > 20 % anak usia pra sekolah. Tidak seperti pada
masa remaja, di sini tidak terdapat kecemasan akan kegemukan. Eating disorders ( gangguan
makan ) merupakan suatu sindrom psikiatrik yang di tandai oleh pola makan yang
menyimpang yang terkait dengan psikologik yang berhubungan dnegan makan, bentuk tubuh
dan berat badan.
Dampak gangguan makan pada anak dan remaja tergantung pada berat dan lamanya
gangguan makan yang terjadi. Jika gangguan tersebut terjadi dalam beberapa hari saja terjadi
deplesi energi. Tetapi nila berlangsung lama akna berakibat hambatan pertumbuhan dan
perkembangan bahkan kematian.
1. Etiologi
Etiologi gangguan makan belum di ketahui, akan tetapi sejumlah faktor di
anggap berperan terhadap kelainan ini, faktor - faktor tersebut adalah :
a. Faktor psikososial berupa perkembangan individu, dinamika keluarga,
tekanan sosial untuk berpenampilan kurus serta perjuangan untuk
mendapatkan identitas diri.
b. Faktor genetik : adanya bukti bahwa AN banyak di dapat pada penderita
dengan riwayat keluarga gangguan depresi dan kecemasan
c. Faktor biologik : penurunan sintesis, serta penurunan sensitivitas reseptor
seratonin post sinaptik
2. Gambaran Klinis
Gejala klinik AN yang sering di temukan berupa :
a. sangat ingin menjadi kurus, selalu merasa gemuk meskipun berat badannya
di bawah ukuran normal berdasarkan umur dan tinggi badan
b. merasa segan terhadap makanan, hilangnya nafsu makan, hampir tidak
makan sama sekali, pura – pura makan tetapi sebenarnya makanan yang di
sembunyikan
c. Kelelahan, lemah
d. serangan bulimia ( makan dengan rakus tetapi segera di muntahkan kembali
atau di keluarkan dengan obat pencahar )
e. gangguan tidur banyak di dapatkan pada AN berupa periode RAM yang
singkat seperti yang di temukan pada pasien depresi
DAFTAR PUSTAKA
Arisman. 2004. Gizi dan Daur Kehidupan. Jakarta : EGC
Courteny, Mary. 1997. Pedoman terapi diet dan nutrisi. Jakarta : Hipokrates
Nanjua, Achmad. 2010. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rajawali Pers
Proverawati, Arikah. 2011. Ilmu Gizi Untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan. Yogyakarta :
Nuha Medika