perilaku gizi seimbang pada remaja

34
LAPORAN UKM UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT PENYULUHAN PERILAKU GIZI SEIMBANG PADA REMAJA OLEH: dr. Titis Ummi Nur Jannati PENDAMPING

Upload: titis-ummi-nur-jannati

Post on 11-Dec-2015

36 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

perilaku gizi seimbang remaja

TRANSCRIPT

Page 1: Perilaku Gizi Seimbang Pada Remaja

LAPORAN UKM

UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT

PENYULUHAN PERILAKU GIZI SEIMBANG PADA REMAJA

OLEH:

dr. Titis Ummi Nur Jannati

PENDAMPING

dr. Dwi Retno S

PUSKESMAS AMBARAWA

2015

Page 2: Perilaku Gizi Seimbang Pada Remaja

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN USAHA KESEHATAN MASYARAKAT

F.4 UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT

PENYULUHAN TENTANG PERILAKU GIZI SEIMBANG

PADA REMAJA DI SMP 1 ATAP PASEKAN

Disusun oleh

dr. Titis Ummi Nur Jannati

Telah disahkan pada

Tanggal 2015

Mengetahui dan Mengesahkan

Pendamping

dr. Dwi Retno SNIP. 197403132006042017

Page 3: Perilaku Gizi Seimbang Pada Remaja

A. PENDAHULUAN

Gizi adalah makanan yang dapat memenuhi kesehatan. Zat gizi adalah

unsur yang terdapat dalam makanan dan dapat memengaruhi kesehatan. Gizi

adalah suatu proses organisme menggunakan transportasi, penyimpanan,

metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk

mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ

serta menghasilkan energi.

Remaja adalah anak yang berusia 10-19 tahun. WHO mendefinisikan

remaja sebagai suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali ia

menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya (pubertas) sampai saat ia

mencapai kematangan seksual.1 Pada masa ini individu mengalami

perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa.

Selain itu, terjadi peralihan dari ketergantungan sosial dan ekonomi yang penuh

kepada orang tua menuju keadaan yang relatif lebih mandiri

Pada masa ini terjadi perubahan fisik dan psikis yang sangat signifikant2.

Perubahan fisik ditandai dengan pertumbuhan badan yang pesat (growth spurt)

dan matangnya organ reproduksi. 3,4 Laju pertumbuhan badan berbeda antara

wanita dan pria. Wanita mengalami percepatan lebih dulu dibandingkan pria.

Karena tubuh wanita dipersiapkan untuk reproduksi. Sementara pria baru dapat

menyusul dua tahun kemudian. Pertumbuhan cepat ini juga ditandai dengan

pertambahan pesat berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Pada masa tersebut

Page 4: Perilaku Gizi Seimbang Pada Remaja

pertambahan BB wanita 16 gram dan pria 19 gram setiap harinya. Sedangkan

pertambahan TB wanita dan pria masing-masing dapat mencapai 15 cm per

tahun. Puncak pertambahan pesat TB terjadi di usia 11 tahun pada wanita dan

usia 14 tahun pada pria5

Pertumbuhan fisik menyebabkan remaja membutuhkan asupan nutrisi

yang lebih besar dari pada masa anak-anak. Ditambah lagi pada masa ini, remaja

sangat aktif dengan berbagai kegiatan, baik itu kegiatan sekolah maupun

olahraga. Khusus pada remaja putri, asupan nutrisi juga dibutuhkan untuk

persiapan reproduksi.

Remaja yang gizi seimbangnya tidak terpenuhi akan menyebabkan

menurunnya daya tahan tubuh sehingga mudah sakit. Kurangnya gizi seimbang

terutama zat besi juga menyebabkan kurang fokus pada pelajaran, dan

mengantuk. Hal ini mempengaruhi prestasi belajar pada remaja. Pada tahun ajaran

2014/2015 sebanyak 18 % siswa SMP 1 Atap Pasekan tidak masuk, dari jumlah

tersebut 70 % nya karena ISPA dan 20% karena diare. Pada bulan Februari 2015

ditemukan 8% siswa dengan klinis anemis. Hal ini menunjukkan kurangnya

asupan zat besi pada remaja yang disebabkan kurangnya pengetahuan remaja,

guru dan orangtua tentang gizi seimbang pada remaja. Hal tersebut diatas yang

mendasari penulis melakukan penyuluhan gizi seimbang pada remaja di SMP 1

Atap Pasekan.

Page 5: Perilaku Gizi Seimbang Pada Remaja

B. PERMASALAHAN

1. SISWA

Kurangnya informasi mengenai gizi seimbang menyebabkan rendahnya

pengetahuan para siswa terhadap pemenuhan kebutuhan gizi mereka

sehingga menyebabkan terjadinya anemia karena kekurangan zat besi

yang berdampak pada prestasi sekolah yang menurun.

2. SEKOLAH

Keterbatasan akses dan informasi mengenai gizi seimbang pada remaja

Ketebatasan waktu dan beban kurikulum di sekolah, sehingga tidak dapat

menyampaikan informasi terhadap siswanya, dan kurangnya tenaga (guru)

yang mendapat pelatihan mengenai gizi seimbang remaja.

C. PERENCANAAN DAN INTERVENSI

Diadakannya penyuluhan tentang gizi seimbang remaja yang salah satunya

diadakan

1. Dilakukannya penyuluhan atau konsultasi tentang gizi seimbang remaja

terutama secara rutin baik oleh puskesmas (minimal 2x per tahun) maupun

pihak sekolah sendiri.

2. Dilakukan pelatihan terhadap guru guna menambah wawasan tentang gizi

seimbang remaja

3. Memotivasi guru dan orang tua, agar lebih terbuka terhadap masalah gizi

seimbang remaja.

D. PELAKSANAAN

1. Tanggal : Selasa, 24 Februari 2015

2. Waktu : 09.00 WIB – Selesai

3. Tempat : Ruang kelas SMP Negeri 1 Atap Pasekan

4. Peserta : Seluruh siswa kelas VIII

Page 6: Perilaku Gizi Seimbang Pada Remaja

5. Kegiatan : Penyuluhan Gizi Seimbang Remaja

6. Metode : Ceramah dan Diskusi dua arah.

7. Hasil : Antusias yang tinggi ditunjukan dengan adanya umpan balik

berupa diskusi dua arah pada saat sesi tanya jawab.

Kegiatan penyuluhan ini dimulai dari pembukaan oleh MC. Selanjutnya

acara dilanjutkan dengan penyuluhan tentang perilaku gizi seimbang pada

remaja. Setelah dilakukan penyuluhan, diadakan sesi diskusi, berikut

rangkumannya adalah sebagai berikut :

“ Dok, mengapa saya sering mengantuk saat belajar di sekolah ? “

Jawab :

Mengantuk, mudah lemas, dan kurang fokus pada pelajaran merupakan

tanda kurangnya asupan zat besi.

“Dok, apa saja makanan yang mengandung zat besi ?

Jawab :

Zat besi dapat ditemukan pada sayuran misalnya bayam. Zat besi juga

dapat diperoleh dari mengkonsumsi hati ayam maupun hati sapi.

E. MONITORING

Monitoring dapat dilihat dari meningkatnya prestasi siswa SMP 1 Atap

Pasekan yang menunjukkan bahwa para siswa dapat mengikuti proses belajar

dengan baik karenan terpenuhinya zat gizi terutama zat besi. Monitoring juga

dapat dilihat dari berkurangnya angkat absensi siswa yang menunjukkan siswa

sehat dan bugar karena zat gizi tercukupi.

Page 7: Perilaku Gizi Seimbang Pada Remaja

F. EVALUASI

Dimana siswa dapat menjawab pertanyaan yang diberikan kepada siswa

seputar gizi seimbang remaja. Hal ini menunjukan adanya respon dari apa yang

disampaikan oleh pemberi informasi terhadap siswa.

G. KESIMPULAN

Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan dengan para siswa, dapat diketahui

masih kurangnya pengetahuan kurangnya informasi mengenai gizi seimbang

remaja menyebabkan rendahnya pengetahuan para siswa terhadap pemenuhan

kebutuhan gizi dan akibat yang ditimbulkan ketika kebutuhan gizi tidak

terpenuhi.

Akan tetapi setelah diberikan pertanyaan, para siswa dapat menjawab

pertanyaan yang diajukan. Diharapkan para siswa paham akan informasi yang

diberikan kepada para siswa.

H. SARAN

1. Dilakukannya penyuluhan atau konsultasi tentang gizi seimbang pada remaja

secara rutin baik oleh puskesmas (minimal 2x per tahun) maupun pihak

sekolah sendiri.

2. Diharapkan dapat terlaksananya pelatihan terhadap guru guna menambah

wawasan tentang gizi seimbang remaja.

3. Memotivasi guru dan orang tua, agar lebih terbuka terhadap masalah

kesehatan gizi seimbang remaja.

4. Diberikannya suplemen zat besi pada siswi yang sedang menstruasi.

Page 8: Perilaku Gizi Seimbang Pada Remaja

Dokumentasi

Page 9: Perilaku Gizi Seimbang Pada Remaja

TINJAUAN PUSTAKA

PERILAKU GIZI SEIMBANG PADA REMAJA

GIZI PADA REMAJA

Remaja adalah anak yang berusia 10-19 tahun. WHO mendefinisikan remaja

sebagai suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali ia

menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya (pubertas) sampai saat ia mencapai

kematangan seksual.1 Pada masa ini individu mengalami perkembangan psikologi

dan pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa. Selain itu, terjadi peralihan

dari ketergantungan sosial dan ekonomi yang penuh kepada orang tua menuju

keadaan yang relatif lebih mandiri

Pada masa ini terjadi perubahan fisik dan psikis yang sangat signifikant2.

Perubahan fisik ditandai dengan pertumbuhan badan yang pesat (growth spurt) dan

matangnya organ reproduksi. 3,4 Laju pertumbuhan badan berbeda antara wanita

dan pria. Wanita mengalami percepatan lebih dulu dibandingkan pria. Karena

tubuh wanita dipersiapkan untuk reproduksi. Sementara pria baru dapat menyusul

dua tahun kemudian. Pertumbuhan cepat ini juga ditandai dengan pertambahan

pesat berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Pada masa tersebut pertambahan

BB wanita 16 gram dan pria 19 gram setiap harinya. Sedangkan pertambahan TB

wanita dan pria masing-masing dapat mencapai 15 cm per tahun. Puncak

pertambahan pesat TB terjadi di usia 11 tahun pada wanita dan usia 14 tahun pada

pria5

Pertumbuhan fisik menyebabkan remaja membutuhkan asupan nutrisi yang

lebih besar dari pada masa anak-anak. Ditambah lagi pada masa ini, remaja sangat

aktif dengan berbagai kegiatan, baik itu kegiatan sekolah maupun olahraga.

Page 10: Perilaku Gizi Seimbang Pada Remaja

Khusus pada remaja putri, asupan nutrisi juga dibutuhkan untuk persiapan

reproduksi. 5

Perubahan psikis menyebabkan remaja sangat mudah terpengaruh oleh teman

sebaya. Mereka sangat memperhatikan penampilan fisik untuk tampil menarik di

depan teman-teman maupun lawan jenis mereka. Hal tersebut menyebabkan

remaja berusaha untuk menampilkan dirinya sesuai dengan nilai-nilai yang dianut

oleh kelompok sebayanya. 6

Masalah gizi dan kesehatan remaja boleh jadi berawal pada usia yang sangat

dini. Gejala sisa infeksi dan mallnutrisi ketika kanak-kanak akan menjadi beban

pada usia remaja. Mereka yang dapat selamat dari penyakit diare dan infeksi

kronis saluran nafas terkait dengan mallnutrisi semasa bayi tidak akan mungkin

tumbuh sempurna menjadi remaja yang normal5

Ada tiga alasan mengapa remaja dikategorikan rentan terhadap masalah gizi.

Pertama, percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh memerlukan energi

lebih banyak. Kedua, perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan menuntut

penyesuaian masukan energi dan zat gizi. Ketiga, kehamilan, keikutsertaan dalam

olah raga, kecanduan alkohol dan obat-obatan meningkatkan kebutuhan energi dan

zat gizi5

ZAT GIZI YANG DIBUTUHKAN REMAJA

Kebutuhan gizi remaja relatif besar, karena masih mengalami pertumbuhan.

Selain itu, remaja umumnya melakukan aktivitas fisik lebih tinggi dibanding usia

lainnya, sehingga diperlukan zat gizi yang lebih banyak. 1

1. Energi

Faktor yang perlu diperhatikan untuk menentukan kebutuhan energi remaja

adalah aktivitas fisik, seperti olahraga yang diikuti, baik dalam kegiatan di

sekolah maupun diluar sekolah. Widyakarya Nasional Pangan Gizi VI (WKNPG

Page 11: Perilaku Gizi Seimbang Pada Remaja

VI) menganjurkan angka kecukupan gizi (AKG) energi untuk remaja dan dewasa

muda perempuan 2000-2200 kkal, sedangkan untuk laki-laki antara 2400-2800

kkal setiap hari. AKG energi ini dianjurkan sekitar 60% berasal dari sumber

karbohidrat yaitu: beras, terigu dan hasil olahannya (mie, spagetti, makaroni),

umbi-umbian (ubi jalar, singkong), jagung, gula dan lain-lain. 7

2. Protein

Kebutuhan protein juga meningkat pada masa remaja, karena proses

pertumbuhannya yang sedang terjadi. Kecukupan protein bagi remaja adalah1,5-

2,0 gr/kg BB/hari. AKG protein remaja dan dewasa muda adalah 48-62 gr per hari

untuk perempuan dan 55-66 gr per hari untuk laki-laki 7

3. Kalsium

Kalsium dibutuhkan untuk pembentukan tulang dan gigi yang kuat. Pada masa

pertumbuhan, apalagi pada masa growth spurt, Kalsium adalah zat gizi yang

penting untuk diperhatikan. AKG kalsium untuk remaja dan dewasa muda adalah

600-700 mg per hari untuk perempuan dan 500-700 mg untuk laki-laki. Sumber

kalsium yang paling baik adalah susu dan hasil olahannya. Sumber kalsium

lainnya ikan, kacang-kacangan, sayuran hijau dan lain-lain.7

4. Besi

Kebutuhan zat besi pada remaja juga meningkat karena terjadinya

pertumbuhan cepat. Kebutuhan besi pada remaja laki-laki meningkat karena

ekspansi volume darah dan peningkatan konsentrasi hemoglobin (Hb). Setelah

dewasa, kebutuhan besi menurun. Pada perempuan, kebutuhan yang tinggi akan

besi terutama disebabkan kehilangan zat besi selama menstruasi. Hal ini

mengakibatkan perempuan lebih rawan terhadap anemia besi dibandingkan laki-

laki. Perempuan dengan konsumsi besi yang kurang atau mereka dengan

kehilangan besi yang meningkatkan, akan mengalami anemia gizi besi. Sebaliknya

defisiensi besi mungkin merupakan faktor pembatas untuk pertumbuhan pada

masa remaja, mengakibatkan tingginya kebutuhan mereka akan zat besi. 7

5. Seng (Zinc)

Page 12: Perilaku Gizi Seimbang Pada Remaja

Seng diperlukan untuk pertumbuhan serta kematangan seksual remaja,

terutama untuk remaja laki-laki. AKG seng adalah 15 mg per hari untuk remaja

dan dewasa muda perempuan dan laki-laki.7

GANGGUAN GIZI PADA REMAJA

Berbagai bentuk gangguan gizi pada usia remaja sering terjadi.8 Selain kekurangan

energi dan protein anemia gizi dan defisiensi berbagai vitamin juga sering terjadi.

Sebaliknya juga masalah gizi lebih (overnutrition) yang ditandai oleh tingginya

jangka obesitas pada remaja terutama di kota-kota besar.9

Berbagai faktor yang memicu terjadinya masalah gizi pada usia remaja antara lain

adalah:

1. Kebiasaan makan yang buruk

Kebiasaan makan yang buruk yang berpangkal pada kebiasaan makan

keluarga yang juga tidak baik sudah tertanam sejak kecil akan terus terjadi pada

usia remaja. Mereka makan seadanya tanpa mengetahui kebutuhan akan berbagai

zat gizi dan dampak tidak dipenuhinya kebutuhan zat gizi tersebut terhadap

kesehatan mereka.

Penelitian yang dilakukan oleh Jeong A. Kim di Korea (2001) menemukan

bahwa pola makan pada remaja mempengaruhi status gizi mereka. Penelitian ini

mengelompokkan remaja pada tiga pola makan. Pertama, yang disebut dengan

pola makan tradisional Korea, merupakan pola makan yang banyak mengkonsumsi

Kimchi dan nasi, ikan dan rumput laut. Kedua, yang disebut pola makan barat,

merupakan pola makan yang banyak mengkonsumsi tepung dan roti, hamburger,

pizza, makanan ringan dan sereal, gula dan makanan manis. Ketiga, yang disebut

pola makan modifikasi, merupakan pola makan yang banyak mengkonsumsi mie,

tetapi diselingi dengan kimchi dan nasi. Ditemukan kejadian obesitas sentral

paling tinggi pada pola makan barat (16,8%) dari pada pola makan tradisional

Korea (9,76%) dan pola makan modifikasi (9,75%)10

Page 13: Perilaku Gizi Seimbang Pada Remaja

Lena Hamstrong menemukan bahwa di Eropa sekitar 34% remaja melewatkan

sarapan di pagi hari. Dan kebiasaan sarapan pada remaja dipengaruhi oleh

kebiasaan orang tua mereka. 11 Cara S. DeJong menemukan bahwa faktor

lingkungan dan kebiasaan kognitif berhubungan dengan kebiasaan sarapan pada

remaja. 12 Michael J menemukan bahwa remaja yang memiliki kebiasaan sarapan

memiliki kecendrungan untuk tidak mengalami obesitas13

2. Pemahaman gizi yang keliru

Tubuh yang langsing sering menjadi idaman bagi para remaja terutama wanita

remaja. Hal itu sering menjadi penyebab masalah, karena untuk memelihara

kelangsingan tubuh mereka menerapkan pengaturan pembatasan makanan secara

keliru9 .Sehingga kebutuhan gizi mereka tak terpenuhi. Hanya makan sekali sehari

atau makan makanan seadanya, tidak makan nasi merupakan penerapan prinsip

pemeliharaan gizi yang keliru dan mendorong terjadinya gangguan gizi

Penelitian yang dilakukan oleh Ruka Sakamaki, dkk (2004) menemukan

bahwa pelajar wanita di China memiliki keinginan yang besar untuk menjadi

langsing (62,0%) dibandingkan dengan pelajar lelaki (47,4%). Demikian pula

dengan studi sebelumnya yang dilakukan di Jepang, perubahan gaya hidup telah

menyebabkan sebagian besar pelajar wanita memiliki keinginan untuk menjadi

langsing, meskipun jumlah responden yang mengalami obesitas sangat sedikit

pada studi tersebut. Di tahun 2005, mereka menemukan bahwa sebagian besar

responden yang memiliki IMT normal, ternyata menginginkan ukuran tubuh

dengan IMT yang tergolong kurus (BMI : 18,4+ 3,4)14

3. Kesukaan yang berlebihan terhadap makanan tertentu

Kesukaan yang berlebihan terhadap makanan tertentu saja menyebabkan

kebutuhan gizi tak terpenuhi. Keadaan seperti itu biasanya terkait dengan “mode”

yang tengah marak dikalangan remaja. Ditahun 1960 an misalnya remaja-remaja

di Amerika Serikat sangat menggandrungi makanan berupa hot dog dan minuman

Page 14: Perilaku Gizi Seimbang Pada Remaja

coca cola. Kebiasaan ini kemudian menjalar ke remaja-remaja diberbagai negara

lain termasuk di Indonesia.

4. Promosi yang berlebihan melalui media massa

Usia remaja merupakan usia dimana mereka sangat tertarik pada hal-hal baru.

Kondisi tersebut dimanfaatkan oleh pengusaha makanan untuk mempromosikan

produk mereka dengan cara yang sangat mempengaruhi remaja. Padahal, produk

makanan tersebut bukanlah makanan yang sehat bila dikonsumsi dalam jumlah

yang berlebihan

5. Masuknya produk-produk makanan baru yang berasal dari negara lain

secara bebas mempengaruhi kebiasaan makan para remaja.

Jenis-jenis makanan siap santap (fast food) yang berasal dari negara barat

seperti hot dog, pizza, hamburger, fried chicken dan french fries, berbagai jenis

makanan berupa kripik (junk food) sering dianggap sebagai lambang kehidupan

modern oleh para remaja. Padahal berbagai jenis fast food itu mengandung kadar

lemak jenuh dan kolesterol yang tinggi disamping kadar garam. Zat-zat gizi itu

memicu terjadinya berbagai penyakit kardiovaskuler pada usia muda.

Penelitian yang dilakukan oleh Kerry N. Boutelle, dkk (2005) menemukan

bahwa konsumsi fast food berhubungan dengan berat badan orang dewasa namun

tidak pada remaja. Hal tersebut disebabkan karena remaja membutuhkan banyak

kalori untuk aktivitasnya, sehingga fast food tidak mempengaruhi status gizi

mereka untuk menjadi obesitas. Namun, konsumsi fast food bisa meningkatkan

risiko bagi para remaja untuk menjadi obes pada saat dewasa kelak15

MASALAH GIZI PADA REMAJA

1. Obesitas

Page 15: Perilaku Gizi Seimbang Pada Remaja

Obesitas adalah kegemukan atau kelebihan berat badan. Di kalangan remaja,

obesitas merupakan permasalahan yang merisaukan, karena dapat menurunkan

rasa percaya diri seseorang dan menyebabkan gangguan psikologis yang serius.

Belum  lagi kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Dapat di

bayangkan jika obesitas terjadi pada remaja, maka remaja tersebut akan tumbuh

menjadi remaja yang kurang percaya diri. Berdasarkan data dari Riskesdas 2007,

prevalensi obesitas sentral pada usia 15-24 tahun adalah 8,09%16

Penelitian yang dilakukan oleh Rollan Cahcera (2000) terhadap remaja pada

beberapa wilayah di Eropa Barat menemukan bahwa terjadi peningkatan

prevalensi obesitas pada remaja. Rata-rata asupan energi para remaja tersebut

terlihat adekuat, namun konsumsi lemak jenuh menunjukkan peningkatan dan

konsumsi serat justru menurun. Rata-rata asupan mikronutrient menunjukkan

angka yang sesuai dengan standar. Namun pada remaja putri asupan zat besi dan

kalsium masih rendah. Selain itu, ditemukan juga masalah-masalah seperti

merokok, mengkonsumsi makanan dengan kualitas gizi yang rendah dan diet yang

salah17. Al sendi juga menemukan hal serupa di Bahrain. Terlihat terjadi

peningkatan prevalensi obesitas pada remaja. 18 Lazeery di Italia justru

menemukan trend yang berbeda. Dimana dari tahun ke tahun, prevalensi obesitas

pada remaja di Tuscany Italia justru mengalami penurunan. Dan penurunan

tersebut berbanding lurus dengan peningkatan kelompok umur pada remaja19.

2. Kurang Energi Kronis (KEK)

Pada remaja badan kurus atau disebut Kurang Energi Kronis (KEK) pada

umumnya disebabkan karena makan terlalu sedikit. Penurunan berat badan secara

drastis pada remaja perempuan memiliki hubungan erat dengan faktor emosional

seperti takut gemuk seperti ibunya atau dipandang kurang seksi oleh lawan jenis 1.

Makan makanan yang bervariasi dan cukup mengandung kalori dan protein termasuk

makanan pokok seperti nasi, ubi dan kentang setiap hari dan makanan yang

Page 16: Perilaku Gizi Seimbang Pada Remaja

mengandung protein seperti daging, ikan, telur, kacang-kacangan atau susu perlu

dikonsumsi oleh para remaja tersebut sekurang-kurangnya sehari sekali.

3. Anemia

Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang rawan menderita anemia9.

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dan eritrosit lebih rendah

dari normal. Pada laki-laki hemoglobin normal adalah 14 – 18 gr % dan eritrosit

4,5 -5,5 jt/mm3. Sedangkan pada perempuan hemoglobin normal adalah 12 – 16 gr

% dengan eritrosit 3,5 – 4,5 jt/mm3.Remaja putri lebih mudah terserang anemia

karena :

a. Pada umumnya lebih banyak mengkonsumsi makanan nabati yang kandungan

zat besinya sedikit, dibandingkan dengan makanan hewani, sehingga

kebutuhan tubuh akan zat besi tidak terpenuhi.

b. Remaja putri biasanya ingin tampil langsing, sehingga membatasi asupan

makanan.

c. Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang diekskresi, khususnya

melalui feses.

d. Remaja putri mengalami haid setiap bulan, di mana kehilangan zat besi ± 1,3

mg perhari, sehingga kebutuhan zat besi lebih banyak dari pada pria.

GIZI SEIMBANG PADA REMAJA

Dengan berbagai permasalahan tersebut, maka remaja sangat membutuhkan

panduan gizi. Dalam hal ini, di Indonesia dikenal dengan istilah gizi seimbang.

Gizi seimbang merupakan aneka ragam bahan pangan yang mengandung unsur-

unsur zat gizi yang diperlukan oleh tubuh, baik kualitas maupun kuantitas.20

Page 17: Perilaku Gizi Seimbang Pada Remaja

Tiap makanan dapat saling melengkapi dalam zat-zat gizi yang dikandungnya.

Pengelompokan bahan makanan disederhanakan, yaitu didasarkan pada tiga fungsi

utama zat-zat gizi, yaitu sebagai: (1) sumber energi/tenaga (2) sumber zat

pembangun dan (3) sumber zat pengatur. Sumber energi diperlukan tubuh dalam

jumlah yang lebih besar dibandingkan kebutuhan zat pembangun dan zat pengatur,

sedang kebutuhan zat pengatur diperlukan dalam jumlah yang lebih besar dari

pada kebutuhan zat pembangun 18

Sumber karbohidrat diperoleh dari beras, jagung, sereal/gandum, ubi kayu,

kentang dan sebagainya. Zat pengatur diperoleh dari sayur dan buah-buahan,

sedang zat pembangun diperoleh dari ikan, telur, ayam, daging, susu, kacang-

kacangan dan sebagainya. Ketiga golongan bahan makanan dalam konsep dasar

gizi seimbang tersebut digambarkan dalam bentuk kerucut dengan urutan-urutan

menurut banyaknya bahan makanan tersebut yang dibutuhkan oleh tubuh. Dasar

kerucut menggambarkan sumber energi/tenaga, yaitu golongan bahan pangan yang

paling banyak dimakan, bagian tengah menggambarkan sumber zat pengatur,

sedangkan bagian atas menggambarkan sumber zat pembangun yang secara relatif

paling sedikit dimakan tiap harinya. 19

Secara umum, gizi seimbang dijabarkan ke dalam 4 pilar yaitu15,

1. Makan makanan yang bervariasi

Tingkat konsumsi makanan ditentukan oleh kualitas dan kuantitas makanan,

kualitas makanan menunjukkan masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan tubuh.

Pada susunan makanan mempengaruhi kebutuhan tubuh baik dari segi kualitasnya

maupun kuantitasnya, maka tubuh akan mendapatkan kesehatan gizi yang sebaik-

baiknya . Agar dalam komsumsi makanan sehari-hari mempunyai kualitas dan

kuantitas yang baik, maka dalam memilih dan mengkomsumsi makanan perlu

diperhatikan hal-hal sebagai berikut

a) Adekuat, artinya makanan tersebut memberi zat gizi, fiber, dan energi dalam

jumlah yang cukup.

b) Seimbang, artinya keseimbangan dalam zat gizi lainnya.

Page 18: Perilaku Gizi Seimbang Pada Remaja

c) Kontrol kalori, artinya makanan tersebut tidak memberikan kalori yang

berlebihan.

d) Moderat (tidak berlebihan), artinya makanan tidak berlebihan dalam hal

lemak, garam, gula dan zat lainnya.

e) Bervariasi, artinya makanan yang dikomsumsi berbeda dari hari ke hari

2. Aktifitas fisik

Aktifitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan

pengeluaran tenaga secara sederhana yang sangat penting bagi pemeliharaan fisik,

mental dan kualitas hidup sehat 21. Pekerjaan yang dilakukan sehari-hari dapat

mempengaruhi gaya hidup seseorang. Gaya hidup yang kurang menggunakan

aktivitas fisik akan berpengaruh terhadap kondisi tubuh seseorang. Dalam

kehidupan yang semakin moderen ini dengan kemajuan teknologi yang mutakhir,

hidup jadi serba mudah bila kalori yang masuk berlebihan dan tidak diimbangi

dengan aktivitas fisik yang akan memudahkan orang mengalami kegemukan.

Meningkatnya kesibukan menyebabkan seseorang tidak lagi mempunyai waktu

yang cukup untuk berolah raga secara teratur

3. Pemantauan berat badan

Pemantauan berat badan penting untuk dilakukan secara berkala. Karena berat

badan merupakan indikator yang mudah dalam menetukan status gizi seseorang.

Perubahan berat badan akan mengindikasikan status kesehatan. Sangat penting

bagi individu untuk mempertahankan berat badan ideal. Karena dengan berat

badan yang ideal, maka status kesehatan yang optimal dapat diraih. Pemantauan

berat badan secara berkala akan menjadi tindakan preventif terhadap obesitas

maupun KEK

4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Kebiasaan hidup bersih pada remaja harus ditanamkan sejak kecil, terutama

mengenai cuci tangan sebelum makan, menjaga kebersihan mulut dan gigi,

menutup makan dengan tudung saji, memilih jajanan makanan minuman yang

aman, tidak banyak lemak serta tidak terlalu manis dan terlalu asin . Selain pola

Page 19: Perilaku Gizi Seimbang Pada Remaja

hidup bersih khusus untuk remaja, juga perlu diperhatikan pola hidup sehat, seperti

tidak tidak merokok, tidak menggunakan narkoba dan tidak mengkomsumsi

minuman beralkohol. Remaja harus selalu diingatkan akan bahaya rokok, narkoba

dan minuman beralkohol. Semua itu akan berpengaruh pada pola makan yang

tidak ber-Gizi Seimbang dan merugikan kesehatan

Konferensi Gizi Internasional yang dilakukan di Roma pada tahun 1992

merekomendasikan agar setiap negara menyusun Pedoman Gizi Seimbang (PGS)

untuk mencapai dan memeliharan kesehatan dan kesejahteraan gizi (nutritional

well-being)19. Indonesia saat itu menghadiri dan menandatangani rekomendasi

tersebut. Jadilah Indonesia menyusun PGS tersebut dan menjabarkannya sebagai

13 pesan dasar yang disebut Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Kemudian

PUGS ini dikeluarkan oleh Direktorat Gizi, Depkes pada tahun 1995. Ketiga belas

pesan dasar gizi seimbang tersebut adalah:

a. Makan makanan yang beraneka ragam

b. Makan makanan sesuai dengan kebutuhan energi

c. Makan makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan

energi

d. Makan makanan sumber lemak seperempat dari kebutuhan energi

e. Konsumsi garam beryodium

f. Konsumsi makanan sumber zat besi

g. Berikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan

h. Sarapan pagi

i. Konsumsi air bersih, aman dan cukup jumlahnya

j. Menghindari minuman beralkohol

k. Makan makanan yang aman bagi kesehatan

l. Membaca label pada makanan berkemasan

m. Aktivitas dan olahraga teratur

Page 20: Perilaku Gizi Seimbang Pada Remaja

DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes, Poltekes. Kesehatan Remaja Problem Dan Solusinya. Jakarta : PT Salemba Medik. 2010

2. Mc. Williams, Margareth. Nutrition For The Growing Years, 4th Edition. 1986. 3. Rody Rolfes, Sharon, et all. Life Span Nutrition. 19904. I. Ricket, Voughn. Adolescent Nutrition. 19965. MB, Arisman. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC. 20036. Sulaeman, Dadang. Psikologi Remaja. Bandung : Rosdakarya. 19957. Proverawati, A. Ilmu Gizi Untuk Keperawatan & Gizi Kesehatan. Yogyakarta:

PT Muha Medika. 20108. Koko. Masalah Gizi pada Remaja. Blog Himpunan Mahasiswa Bontang.

http// www.hmb.blogspot. com . Diakses tanggal 14 Desember 20119. Sayogo, Savitri. Gizi Remaja Putri. Jakarta : Universitas Indonesia. 200410. Jeong A. Kim, et all. Dietary Pattern And Metabolic Syndrome In Korean

Adolescent. Korean National Health And Nutritional Survey. Diabetes Care. Volume 30. Number 7, July 2007. At http//www.nutritionj.com Diakses pada tanggal 15 November 2011

11. Lena Hallstrom, et all. Breakfast Habits and Factors Influencing Food Choices at Breakfast in Relation to Socio-demographic and Family Factors Among European Adolescents. The HELENA Study. Appetite Volume 56, Issue 3, June 2011, Pages 649-657. At http//www. j.appet. com . Diakses tanggal 17 November 2011

12. Cara S. DeJong, Frank J. van Lenthe, Klazine van der Horst, Anke Oenema. Environmental and Cognitive Correlates of Adolescent Breakfast Consumption. Preventive Medicine: Volume 48, Issue 4, April 2009,Pages 372-377. At http//www.preventivemedicine.com. Diakses pada tanggal 15 November 2011

13. Michael J. Merten PhD, Amanda L. Williams, Lenka H. Shriver. Breakfast Consumption in Adolescence and Young Adulthood: Parental Presence, Community Context, and Obesity. Journal of the American Dietetic Association Volume 109, Issue 8, August 2009, Pages 1384-1391. At http//www.jada.com. Diakses pada tanggal 17 November 2011

14. Ruka Sakamaki, Rie Amamoto,Yoshie Mochida, Naotaka Shinfuku and Kenji Toyama. A comparative Study of Food Habits and Body Shape Perception of University Students in Japan and Korea. Nutrition Journal. 2004. At http//www.nutritionj.com Diakses pada tanggal 15 November 2011

15. Kerri N Boutelle, Jayne A Fulkerson, Dianne Neumark-Sztainer, Mary Story and Simone A French. Fast food for Family Meals: Relationships With Parent

Page 21: Perilaku Gizi Seimbang Pada Remaja

and Adolescent Food Intake, Home Food Availability and Weight Status. Cambridge Journal online at http//cambridgejournal.com. Diakses pada tanggal 17 November 2011

16. Departemen Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) Laporan Nasional 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes RI.2008

17. Rolland-Cachera MF , Bellisle F, Deheeger M. Nutritional Status and Food Intake in Adolescents Living in Western Europe. European Journal of Clinical Nutrition 2000 Mar;54. At http.www.ejcn.com. Diakses pada tanggal 17 November 2011

18. A M Al-Sendi, P Shetty and A O Musaiger. Prevalence of Overweight and Obesity Among Bahraini Adolescents: a Comparison Between Three Different Sets of Criteria. European Journal of Clinical Nutrition (2003) 57, 471–474. At http.www.ejcn.com . Diakses pada tanggal 17 November 2011

19. Lazzeri G , Rossi S, Pammolli A, Pilato V, Pozzi T, Giacchi MV. Underweight and Overweight Among Children and Adolescents in Tuscany (Italy). Prevalence and Short-Term Trends. J Prev Med Hyg. 2008 Mar;49(1):13-21. At http//www.preventivemedicine.com. Diakses pada tanggal 15 November 2011

20. Soekirman. Buku Panduan 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. 2010

21. Almatsier, Sunita. Pinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama .2009

22. Dirjen Bina Kesehatan. Buku Panduan 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang. Jakarta. 2002

23. Mehmet Akman, et all. Eating Patterns of Turkish Adolescents: a Cross-Sectional Survey. Nutrition Journal 2011. At http//www.nutritionj.com Diakses pada tanggal 15 November 2011

24. Faruk Ahmed, Momtaz Zareen, Moududur Rahman Khan, Cadi Pervin Banu, Mohammed Nazmul Haq and Alan A Jackson. Dietary Pattern, Nutrient Intake and Growth of Adolescent School Girls in Urban Bangladesh. Public Health Nutrition (1998), 1: 83-92. At http//cambridgejournal.com. Diakses pada tanggal 17 November 2011

25. Nadia Gharib, Parveen Rasheed. Energy and Macronutrient Intake and Dietary Pattern Among School Children in Bahrain: a Cross-Sectional Study. Nutrition Journal 2011. At http//www.nutritionj.com Diakses pada tanggal 15 November 2011

26. Dianne   Neumark-Sztainer , Peter J   Hannan , Mary   Story , Jillian   Croll , Cheryl Perry. Family Meal Patterns: Associations with Sociodemographic

Page 22: Perilaku Gizi Seimbang Pada Remaja

Characteristics and Improved Dietary Intake Among Adolescent. Journal of the American Dietetic Association. Volume 103, Issue 3 , Pages 317-322, March 2003. At http//www.jada.com. Diakses tanggal 17 November 2011

27. Kerri N Boutelle, Jayne A Fulkerson, Dianne Neumark-Sztainer, Mary Story and Simone A French. Fast food for Family Meals: Relationships With Parent and Adolescent Food Intake, Home Food Availability and Weight Status. Cambridge Journal online at http//cambridgejournal.com. Diakses pada tanggal 17 November 2011

28. Chrisa Arcan, Dianne Neumark-Sztainer, Peter Hannan, Patricia van den Berg, Mary Story and Nicole Larson. Parental Eating Behaviours, Home Food Environment and Adolescent Intakes of Fruits, Vegetables and Dairy Foods: Longitudinal Findings from Project EAT. Public Health Nutrition: 10(11), 1257–1265. 2006. At http//www.phnutrition.com diakses pada tanggal 17 November 2011

29. South-Mediterranean Country: Dietary Patterns, Association With Socio-economic Factors, Overweight and Blood Pressure. A Cross-Sectional Study in Tunisia. Nutrition Journal 2011. At http//www.nutritionj.com Diakses pada tanggal 15 November 2011

30. Yahia N , Achkar A, Abdallah A, Rizk S. Eating Habits and Obesity Among Lebanese University Students. Natural Science Division. At http//www.nutritionj.com Diakses pada tanggal 15 November 2011

31. Inger M Oellingrath, Martin V Svendsen and Anne Lise Brantsaeter. Tracking of Eating Patterns and Overweight - a Follow-up Study of Norwegian School Children from Middle Childhood to Early Adolescence. Nutrition Journal 2011. At http//www.nutritionj.com Diakses pada tanggal 15 November 2011

32. Rhonda S.   Sebastian , Cecilia   Wilkinson Enns , Joseph D.   Goldman . US Adolescents and MyPyramid: Associations between Fast-Food Consumption and Lower Likelihood of Meeting Recommendations. Journal of the American Dietetic Association Volume 109, Issue 2, Pages 226-235, February 2009. At http//www.jada.com. Diakses pada tanggal 17 November 2011

33. Syam, Sunarti. Perilaku Gizi Seimbang Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan STIK Makassar. Skripsi Tidak diterbitkan. Makassar : STIKMA. 2011

34. Syam, Aminuddin, dkk. Asosiasi Body Image, Perilaku Gizi Seimbang dengan Status Gizi Mahasiswa Baru FKM Unhas. Laporan penelitian. Makassar : FKM Unhas. 2011