gejala klinis dan perawatan periodontitis.docx

6
2 Gejala Klinis Untuk mengungkapkan gejala-gejala penyakit periodontal dapat dinilai melalui  pemeriksaan secara klinis dan histopatologis (Lamford, 1995). 1. Gingivitis Kronis Prevalensi gingivitis pada anak usia 3 tahun dibawah 5 %, pada usia 6 tahun 50 % dan angka tertinggi yaitu 90 % pada anak usia 11 tahun. Sedangkan anak usia diantara 11- 17 tahun mengalami sedikit penurunan yaitu 80- 90 %. Gingivitis biasanya terjadi pada anak saat gigi erupsi gigi sulung maupun gigi tetap dan menyebabkan rasa sakit (Lamford, 1995). Pada anak usia 6-7 tahun saat gigi permanen sedang erupsi, gingival marginnya tidak terlindungi oleh kontur mahkota gigi. Keadaan ini menyebabkan sisa makanan masuk ke dalam gingiva dan menyebabkan peradangan. Terjadi inflamasi gingiva tanpa adanya kehilangan tulang atau perlekatan jaringan ikat. Tanda pertama dari inflamasi adanya hiperemie, warna gingiva berubah dari merah muda menjadi merah tua, disebabkan dilatasi kapiler, sehingga jaringan lunak karena banyak mengandung darah. Gingiva menjadi besar (membengkak), licin, berkilat dan keras, perdarahan gingiva spontan atau bila dilakukan probing, gingiva sensitif, gatal-gatal dan terbentuknya saku  periodontal akibat rusaknya jaringan kolagen. Muncul perlahan-lahan dal am jangka lama dan tidak terasa nyeri kecuali ada komplikasi dengan keadaan akut. Bila peradangan ini dibiarkan dapat berlanjut menjadi periodontitis (Lamford, 1995). 2. Periodontitis Juvenile Lokalisata (LJP) a. Penderita biasanya berumur 12-26 tahun, tetapi bisa juga terjadi pada umur 10-11 tahun.  b. Perempuan lebih sering diserang daripada laki-laki (3 : 1) c. Gigi yang pertama dirusak molar satu dan insisivus. d. Angka karies biasanya rendah. e.  Netrofil memperlihatkan kelainan khemotaksis dan fagositosis f. Sangat sedikit dijumpai plak atau kalkulus yang melekat pada gigi, tetapi pada tempat yang dirusak dijumpai kalkulus s ubgingiva. Gingiva bisa kelihatan normal tetapi dengan probing bisa terjadi perdarahan dan gigi yang dikenai akan terlihat goyang (Lamford, 1995). 3. Periodontitis Juvenile Generalisata (GJP)

Upload: dosaribeiro

Post on 13-Apr-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7/27/2019 Gejala Klinis dan perawatan periodontitis.docx

http://slidepdf.com/reader/full/gejala-klinis-dan-perawatan-periodontitisdocx 1/6

2 Gejala Klinis

Untuk mengungkapkan gejala-gejala penyakit periodontal dapat dinilai melalui

 pemeriksaan secara klinis dan histopatologis (Lamford, 1995).

1. Gingivitis Kronis

Prevalensi gingivitis pada anak usia 3 tahun dibawah 5 %, pada usia 6 tahun 50 %

dan angka tertinggi yaitu 90 % pada anak usia 11 tahun. Sedangkan anak usia diantara 11-

17 tahun mengalami sedikit penurunan yaitu 80- 90 %. Gingivitis biasanya terjadi pada

anak saat gigi erupsi gigi sulung maupun gigi tetap dan menyebabkan rasa sakit

(Lamford, 1995).

Pada anak usia 6-7 tahun saat gigi permanen sedang erupsi, gingival marginnya

tidak terlindungi oleh kontur mahkota gigi. Keadaan ini menyebabkan sisa makanan

masuk ke dalam gingiva dan menyebabkan peradangan. Terjadi inflamasi gingiva tanpa

adanya kehilangan tulang atau perlekatan jaringan ikat. Tanda pertama dari inflamasi

adanya hiperemie, warna gingiva berubah dari merah muda menjadi merah tua,

disebabkan dilatasi kapiler, sehingga jaringan lunak karena banyak mengandung darah.

Gingiva menjadi besar (membengkak), licin, berkilat dan keras, perdarahan gingiva

spontan atau bila dilakukan probing, gingiva sensitif, gatal-gatal dan terbentuknya saku

 periodontal akibat rusaknya jaringan kolagen. Muncul perlahan-lahan dalam jangka lama

dan tidak terasa nyeri kecuali ada komplikasi dengan keadaan akut. Bila peradangan ini

dibiarkan dapat berlanjut menjadi periodontitis (Lamford, 1995).

2. Periodontitis Juvenile Lokalisata (LJP)

a.  Penderita biasanya berumur 12-26 tahun, tetapi bisa juga terjadi pada umur

10-11 tahun.

 b.  Perempuan lebih sering diserang daripada laki-laki (3 : 1)

c.  Gigi yang pertama dirusak molar satu dan insisivus.

d.  Angka karies biasanya rendah.

e.   Netrofil memperlihatkan kelainan khemotaksis dan fagositosis

f.  Sangat sedikit dijumpai plak atau kalkulus yang melekat pada gigi, tetapi pada

tempat yang dirusak dijumpai kalkulus subgingiva.

Gingiva bisa kelihatan normal tetapi dengan probing bisa terjadi perdarahan

dan gigi yang dikenai akan terlihat goyang (Lamford, 1995).

3. Periodontitis Juvenile Generalisata (GJP)

7/27/2019 Gejala Klinis dan perawatan periodontitis.docx

http://slidepdf.com/reader/full/gejala-klinis-dan-perawatan-periodontitisdocx 2/6

GJP ini mirip dengan LJP, tetapi GJP terjadi secara menyeluruh pada gigi

 permanen dan dijumpai penumpukan plak yang banyak serta inflamasi gingiva yang

nyata. Melibatkan keempat gigi molar satu dan semua insisivus serta dapat merusak

gigi lainnya (C, P, M2) (Lamford, 1995).

4. Periodontitis Kronis

Periodontitis kronis merupakan suatu diagnosa yang digunakan untuk menyebut

 bentuk penyakit periodontal destruktif, namun tidak sesuai dengan kriteria periodontitis

 juvenile generalisata, lokalisata maupun prepubertas. Penyakit ini mirip dengan gingivitis

kronis, akan tetapi terjadi kehilangan sebagian tulang dan perlekatan jaringan ikat.

Perbandingan penderita antara perempuan dan laki-laki hampir sama. Angka karies

 biasanya tinggi. Respon host termasuk fungsi netrofil dan limposit normal (Lamford,

1995).

5. Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis (ANUG)

a.  Adanya lesi berbentuk seperti kawah (ulkus) pada bagian proksimal dengan

daerah nekrosis yang luas, ditutupi / tidak ditutupi lapisan pseudomembran

 berwarna putih keabu-abuan.

 b.  Lesi yang mengalami inflamasi akut menambah serangan rasa sakit yang

cepat, perdarahan dan sangat sensitif bila disentuh.

c.  Gingiva berkeratin, edematus dan epitelnya terkelupas.

d.  Mulut berbau, kerusakan kelenjar limpa , lesu dan perasaan terbakar.

e.  Penyakit ini sangat besar kemungkinan dipengaruhi beberapa faktor etiologi

sekunder seperti stress dan kecemasan. Dapat juga dipengaruhi faktor-faktor

lain seperti kelelahan, daya tahan tubuh yang menurun, kekurangan gizi,

merokok, infeksi virus, kurang tidur, disamping dipengaruhi faktor lokal

lainnya (Lamford, 1995).

6. Periodontitis Prepubertas

a.  Periodontitis prepubertas ada dua bentuk terlokalisir dan menyeluruh. Bentuk

terlokalisir biasanya dijumpai pada usia 4 tahun dan mempengaruhi hanya

 beberapa gigi saja, sedangkan bentuk menyeluruh dimulai saat gigi tetap mulai

erupsi dan mempengaruhi semua gigi desidui. 

 b.  Pasien di bawah umur 12 tahun (4 atau 5 tahun). 

c.  Perbandingan jenis kelamin hampir sama. 

d.  Angka karies biasanya rendah 

e.  Plak dan kalkulus yang melekat pada gigi biasanya sedikit 

7/27/2019 Gejala Klinis dan perawatan periodontitis.docx

http://slidepdf.com/reader/full/gejala-klinis-dan-perawatan-periodontitisdocx 3/6

f.  Kehilangan tulang dan lesi furkasi (furcation involment) terlihat secara

radiografis. 

Perawatan Periodontitis

Perawatan periodontitis dapat dibagi menjadi 3 fase, yaitu:

Fase I : fase terapi inisial, merupakan fase dengan cara menghilangkan beberapa faktor

etiologi yang mungkin terjadi tanpa melakukan tindakan bedah periodontal atau

melakukan perawatan restoratif dan prostetik. Berikut ini adalah beberapa prosedur

yang dilakukan pada fase I : 

1. Memberi pendidikan pada pasien tentang kontrol plak. 

2. Scaling  dan root planing  

3. Perawatan karies dan lesi endodontik  

4. Menghilangkan restorasi gigi yang over kontur dan over hanging  

5. Penyesuaian oklusal (occlusal ajustment ) 

6. Splinting temporer pada gigi yang goyah 

7. Perawatan ortodontik  

8. Analisis diet dan evaluasinya 

9. Reevaluasi status periodontal setelah perawatan tersebut diatas 

Fase II : fase terapi korektif, termasuk koreksi terhadap deformitas anatomikal seperti

 poket periodontal, kehilangan gigi dan disharmoni oklusi yang berkembang sebagai

suatu hasil dari penyakit sebelumnya dan menjadi faktor predisposisi atau rekurensi

dari penyakit periodontal. Berikut ini adalah bebertapa prosedur yang dilakukun pada

fase ini: 

1.  Bedah periodontal, untuk mengeliminasi poket dengan cara antara lain: kuretase

gingiva, gingivektomi, prosedur bedah flap periodontal, rekonturing tulang

(bedah tulang) dan prosedur regenerasi periodontal (bone and tissue graft ) 

2.  Penyesuaian oklusi 

3.  Pembuatan restorasi tetap dan alat prostetik yang ideal untuk gigi yang hilang 

Fase III: fase terapi pemeliharaan, dilakukan untuk mencegah terjadinya kekambuhan

 pada penyakit periodontal. Berikut ini adalah beberapa prosedur yang dilakukan pada

fase ini: 

1.  Riwayat medis dan riwayat gigi pasien 

2.  Reevalusi kesehatan periodontal setiap 6 bulan dengan mencatat scor plak, ada

tidaknya inflamasi gingiva, kedalaman poket dan mobilitas gigi 

7/27/2019 Gejala Klinis dan perawatan periodontitis.docx

http://slidepdf.com/reader/full/gejala-klinis-dan-perawatan-periodontitisdocx 4/6

3.  Melekukan radiografi untuk mengetahui perkembangan periodontal dan tulang

alveolar tiap 3 atau 4 tahun sekali 

4.  Scalling dan polishing tiap 6 bulan sekali, tergantung dari evektivitas kontrol plak

 pasien dan pada kecenderungan pembentukan kalkulus 

5.  Aplikasi tablet fluoride secara topikal untuk mencegah karies 

Cara Pencegahan penyakit Periodontal :

1.  Terapi Periodontitis:

Pencegahan penyakit periodontal antara lain dengan cara :

a.  Menyikat gigi setiap habis makan dengan pasta gigi yang mengandung fluoride

 b.  Membersihkan sela-sela antara gigi dengan dental floss, dental floss ini

gunanya untuk mengangkat sisa makanan yang terdapat di leher gigi dan di

 bawah gusi

c.  Saat ini sudah banyak di produksi "dental water jet " yang terbukti lebih efektif

menghilangkan perdarahan gusi di bandingkandental floss 

d.  Makanan bergizi yang seimbang 

e.  Mengunjungi dokter gigi secara teratur untuk dilakukan pemeriksaan rutin dan

cleaning dilakukan pemeliharaan kebersihan mulut maka keradangan akan

hilang dalam waktu 1 minggu. Semua penelitian yang dilakukan menunjukkan

 pentingnya melakukan kontrol plak bila tidak ingin terjadi kerusakan pada

 jaringan periodontal.1,8 (Evy Indriani V., drg, Sp.BM. 2006) 

2.  Umur

Banyak penelitian yang menyatakan bahwa keparahan penyakit periodontal akan

meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Penyakit periodontal lebih banyak

dijumpai pada orang tua daripada kelompok yang muda, walaupun keadaan ini

lebih sering dikaitkan sebagai akibat kerusakan jaringan yang kumulatif selama

hidup (proses aging ).

3.  Jenis Kelamin

Faktor jenis kelamin masih diragukan, ada yang mengatakan bahwa kondisi

 periodontal wanita lebih baik daripada pria dan sebaliknya.

4.  Penyakit sistemik

Penyakit periodontal juga berhubungan dengan Diabetes melitus (DM) dan penyakit

sistemik lainnya. Insiden DM dilaporkan cukup tinggi di beberapa negara yang

artinya berdampak negatif bagi kesehatan rongga mulut. Penderita DM lebih rentan

terhadap infeksi terutama pada penderita diabetes yang tidak terkontrol. Bila

7/27/2019 Gejala Klinis dan perawatan periodontitis.docx

http://slidepdf.com/reader/full/gejala-klinis-dan-perawatan-periodontitisdocx 5/6

dilakukan skeling pada penderita diabetes tanpa tindakan profilaksis dapat

menyebabkan timbulnya abses periodontal.

Beberapa indeks sederhana dan dapat dipercaya tersedia untuk membantu dokter

gigi dan peneliti mengukur status periodontal seseorang. Ada beberapa indeks yang

 biasa digunakan seperti indeks gingiva oleh Loe dan Silness, indeks plak O’Leary,

indeks plak oleh Loe dan Silness, indeks OHI dan OHIS, indeks PFRI, ORI, CPITN

dan indeks keparahan penyakit periodontal oleh Russel dan Ramfjord. Indeks yang

 baik adalah indeks yang dapat dipercaya, sederhana dan mudah digunakan serta

mudah dipahami dan dijelaskan.

Community Periodontal Index of Treatment Needs (CPITN) dikembangkan oleh

Ainamo dkk, yang merupakan anggota komite ahli WHO. CPITN memungkinkan

melakukan pemeriksaan yang cepat dalam suatu populasi untuk menentukan

kebutuhan perawatannya. Selain itu indeks ini juga sangat berguna bila digunakan

untuk survey epidemiologis.

Prinsip kerja CPITN yaitu :

1.  Adanya probe khusus ( probe WHO). Probe ini memiliki ujung yang merupakan

 bola kecil berdiameter 0,5 mm.  Probe ini digunakan untuk melihat adanya

 perdarahan dan mengukur kedalaman saku. Pada sonde terdapat daerah yang

diberi warna hitam. Bilamana kedalaman poket kurang dari 3,5 mm maka

seluruh warna hitam masih terlihat. Bila kedalaman poket 4-5 mm, maka hanya

sebagian saja warna hitam yang masih tampak sedangkan untuk poket

kedalaman 6mm atau lebih maka seluruh bagian sonde yang berwarna hitam

tidak tampak lagi.

2.  Penilaian atas tingkatan kondisi jaringan periodontal.

Prinsip kerja CPITN adalah penilaian berdasarkan skor status periodontal dan

selanjutnya ditentukan kebutuhan perawatan penyakit periodontal. Kriteria

menentukan kebutuhan perawatan tersebut adalah :

7/27/2019 Gejala Klinis dan perawatan periodontitis.docx

http://slidepdf.com/reader/full/gejala-klinis-dan-perawatan-periodontitisdocx 6/6

 

Perawatan komprehensif berupa skeling dan penyerutan akar dibawah anastesi lokal, dengan

atau tanpa prosedur bedah untuk aksesibilitas