gap regulasi & fakta akibat “korupsi”

13
Gap Regulasi & Fakta Akibat “Korupsi”: Implikasinya bagi Ilmu Keberlanjutan 2 JULI 2020

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Gap Regulasi & Fakta Akibat “Korupsi”

Gap Regulasi & Fakta

Akibat “Korupsi”:

Implikasinya bagi Ilmu Keberlanjutan

2 JUL I 2020

Page 2: Gap Regulasi & Fakta Akibat “Korupsi”

Gap antara Tujuan Regulasi dengan Fakta

Kontestasi kepentingan lebih untuk

kepentingan kelompok yang membawa

konsekuensi pada penetapan dan

pelaksanaan “ilmu keberlanjutan”

Science& Policy

Tujuan Kebijakan

Praktek Kebijakan

HegemoniPolitical

Discource

Kontestasi Kuasa

Menyelesaikan masalah yang dialami

masyarakat melalui proses berfungsinya

tugas-tugas pemerintahan yang secara

hukum dan administrasi telah ditetapkan.

Bias birokrasi, adanya titik buta

(blind spot). Terjadi konflik

hutan/lahan dan kriminalisasi

petani yang belum mereda

(a) ketidaktahuan sebagai “praktik strategis”,

kerahasiaan atau sensor; (b).

ketidaktahuan sebagai “konstruksi aktif”,

dari sumber yang sah (mis. ilmuwan,

pakar) untuk menipu, dll

Kritik dan Teror Rezim Kebenaran, Rezim

Pengaturan dan Rezim

Akumulasi.

(rule in form)

(rule in use)

Mesin Kebohongan

Watts and Peluso (2013)

Block (2019)

Page 3: Gap Regulasi & Fakta Akibat “Korupsi”

KELEMAHAN PERENCANAAN

Minim ukuran kepentingan publik

Keterbatasan rasionalitas

Kualitas kebijakan

PENEGAKAN HUKUM TIDAK EFEKTIF

Salah sasaran

Tidak menyebabkan efek gentar

Tidak memulihkan kerugian

MINIMNYA TRANSPARANSI DAN

PARTISIPASI PUBLIK

Publik hanya menjadi obyek

Kebijakan publik tanpa akuntabilitas

STATE CAPTURE

CORRUPTION

MASALAH KEMAUAN POLITIK

Konflik kepentingan yang tidak

dikendalikan

Kaburnya keberpihakan pada

kepentingan publik luas

Kartodiharjo et.al., (2020)

Page 4: Gap Regulasi & Fakta Akibat “Korupsi”

21 dan 28 September 2018PTNBH : ITB, IPB, UGM, UI, UPI, USU, UNAIR, UNPAD, UNDIP, UNHAS, ITS.

PERMEN RISET DIKTI No 33/2019Penyelenggaraan Pendidikan AntiKorupsi di Perguruan Tinggi

Expert on CallMeningkatkan independensidan menghindari konflikkepentingan peran perguruantinggi dalam masyarakat

Kuliah Anti-KorupsiPenetapan materi kuliah anti-korupsi S1 dalam berbagai bentuk dan mekanisme

sesuai dengan kondisi dan kebijakanmasing-masing perguruan tinggi

Manajemen Perguruan TinggiPengembangan kriteria Good

University Governance (GUG) untukmenjadi kebijakan nasional, kriteria

akreditasi, serta diadopsi pada semualapisan manajemen perguruan tinggi

Text Here

Page 5: Gap Regulasi & Fakta Akibat “Korupsi”

T e r i m a k a s i hHARIADI KARTODIHARDJO

Page 6: Gap Regulasi & Fakta Akibat “Korupsi”

6

STATISTIK ANALISIS KASUS, KSP

413 kasus*

cukup informasi

pendukung

253 kasus

kurang informasi

pendukung

*666 kasus

353

179

37 43

18

36Lainnya

Transmigrasi

Bangunan

Perkebunan

Kehutanan

Infrastruktur

*Per 12 Juli 2019

Page 7: Gap Regulasi & Fakta Akibat “Korupsi”

Hasil IdentifikasiTumpangTindihNasional

Sumber: Tim PKSP, 2019

KINERJA TATA KELOLA UNTUK

IZIN SDA

Menetapkan lokasiizin yang benar,

tidak harus cepat. Diperlukan

pemetaan sosial

Untuk kondisisekarang, izin

berpotensimemproduksi konflik

Page 8: Gap Regulasi & Fakta Akibat “Korupsi”

BENTUK IKATAN POLITIK PEMDA—SWASTA

HARAPAN DONATUR KEPADA CAKADA

63.29%

60.13%

64.64%

61.53%

49.30%

51.74%

0

76.0%

56.0%

73.3%

76.7%

42.7%

22.7%

24.0%

Kemudahan perijinan terhadapbisnis yang telah dan akan dilakukan

Kemudahan akses untuk menjabat dipemerintah daerah/BUMD

Kemudahan untuk ikut serta dalamtender proyek pemerintah

(pengadaan barang dan jasa…

Keamanan dalam menjalankan bisnisyang saat ini sudah ada

Mendapatkan akses dalammenentukan kebijakan/peraturan

daerah

Mendapatkan bantuan untukkegiatan sosial

Mendapatkan bantuan untukkegiatan bantuan sosial/hibah

12

34

56

7

2017 (n=150)

2016 (n=286)Sumber: KPK, 2018

Page 9: Gap Regulasi & Fakta Akibat “Korupsi”

Executive Opinion Survey 2017 by World Economic Forum

13.8

11.1

9.2

8.8

8.6

6.5

6.4

5.8

5.2

4.7

4.3

4.0

4.0

3.3

2.5

1.8

Corruption

Inefficient government bureaucracy

Access to financing

Inadequate supply of infrastructure

Policy instability

Government instability/coups

Tax rates

Poor work ethic in national labor force

Tax regulations

Inflation

Inadequate educated workforce

Crime andtheft

Restrictive labor regulations

Foreign currency regulations

Insufficient capacity to innovate

Poor public health

Most problematic factors for doing business in indonesia

“The Pollution Paradox”:makin besar pencemaran perusahaan, makin besar biaya politik dikeluarkan, makin penting menentukan arah

pemerintahan & makin leluasa mengalahkan perusahaan bersih (Bregman & Lenormand, 1966)

Page 10: Gap Regulasi & Fakta Akibat “Korupsi”

AKTOR DALAM INSTITUSI PSEUDO—LEGAL

KELOMPOK RENTAN KORUPSI

INSTRUKSI FORMAL

REGULASI/ STRUKTURAL

INSENTIF

EMINENT PERSON

MIDDLE MAN

KONSUL-TAN

PEMOHON IZIN

systemic corruptive regulations,

criminogenic regulations,

vulnerable regulations

SOSIALISASI: Kooptasi (dari pimpinan atau klien),

kompromi-kompromi yang berjalan seiring dengan

tugas-tugas dan perintah-perintah, serta berjalan

secara perlahan-lahan (incremental)

MENJADI MEDIUM

penguasaan SDA dapat

diperoleh dengan

keistimewaan-

keistimewaan, tanpa

melalui prosedur yang

seharusnya.

AKAR MASALAH: informasi tertutup;

dipertahankan agar tetap berstatus “rahasia umum”;

dijaga & dipelihara agar medium penguasaan SDA

terus dpt dimanipulasi.

Sumber: Generalisasi dari 14 kasus, wawancara pribadi 2017/2018

Page 11: Gap Regulasi & Fakta Akibat “Korupsi”

ANTI-CORRUPTION SUMMIT, MAKASSAR, 22/10/18Perlindungan terhadap pegiat anti korupsi

010

2030

40

Pelapor

Menangani Kasus K

Kampanye Anti-K

Wistleblower

Justice Collaborator

Melibut Berita K

Mengkritisi Penanganan K

Saksi Ahli

Saksi

35

22

17

10

7

4

3

3

1

0 10 20 30 40 50 60

Aktivis

APH (Polisi, Jaksa, KPK, Hakim)

PNS/Pejabat Negara

Dosen

Swasta

DPR/DPRD

Wartawan

Mahasiswa

Latar Belakang Profesi

Peran Korban0

5

10

15

20

25

30

35

40

Hukum Fisik Psikis Campuran Khusus JC Ekonomi

Bentuk Ancaman dan Serangan

Page 12: Gap Regulasi & Fakta Akibat “Korupsi”

Kontestasi Kepentingan untuk Kepentingan Kelompok

1. Bagaimana kebijakan dibuat dan oleh

siapa?

2. Bagaimana pandangan dan perspektif

tertentu masuk dan menjadi dasar isi

kebijakan?

3. Bagaimana peran ilmu pengetahuan dan

keahlian (biasanya dari epistimic

community atau sekelompok elit/akademisi

yang dianggap sangat mampu

dibidangnya)?

4. Suara dan pandangan siapa yang digunakan

dan yang tidak digunakan dalam proses

kebijakan?

Policy space yang menentukan

apakah kebijakan mudah

diperbaiki atau tidak

Sumber:Wolmer, W, dkk, 2006.

Makna terhadap fenomena, berpengaruh terhadap penetapan ide, konsep, dan pengkategorian

terhadap sesuatu, serta kebijakan publik.

Page 13: Gap Regulasi & Fakta Akibat “Korupsi”

TRANSDISIPLIN SBG PENDEKATAN ILMU KEBERLANJUTAN

TERDAPAT 5 SYARAT DICAPAINYA SDA LESTARIDAN ADIL

KINI SYARAT 2, 3, 4, 5 TIDAK TERPENUHI

HAL ITU SEBAGAI AKIBAT KUATNYA PENGGUNAAN ILMU HUKUM DAN ADMINISTRASI

PEMAHAMAN & IMPLEMENTASI ILMU-ILMU EKONOMI, SOSIAL, INSTITUSI DAN POLITIK SANGAT MENDESAK DILAKUKAN

TATAKELOLA YANG BAIK

UKURAN KINERJA PEMBANGUNAN

INSENTIF INSTITUSIONAL

LINGKUNGAN, SOSIAL,

EKONOMI

KELESTA-RIAN HASIL (BARANG,

JASA)

Bagaimana SDA secara fisik ditata

sehingga jumlah yang dimanfaatkan

tidak menyebabkan berkurangnya

kapasitas untuk tumbuh

Bagaimana lingkungan sosial, ekono-

mi, dan ekologi sanggup menerima

dampak negatif yang diakibatkan

usaha pemanfaatan sumberdaya alam

Bagaimana pengelola SDA bersedia

melakukan pelestarian berdasarkan

apa yang diterima dan apa yang

dikorbankan

Bagaimana kelestarian SDA menjadi

ukuran kinerja pengelola (operator)

dan pemerintah/pemda (regulator) dan

bukan hanya kinerja administrasi

Bagaimana norma, standar, kebijakan

dan inovasi berjalan tanpa ada

manipulasi dan korupsi kepentingan

publik untuk keuntungan pribadi

1

2

3

4

5