praktek budidaya pertanian yang baik - gap
TRANSCRIPT
1
PRAKTEK BUDIDAYA PERTANIAN YANG BAIK1 (GOOD AGRICULTURAL PRACTICES)
Witono Adiyoga
Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Jl. Tangkuban Perahu 517 Lembang, Bandung - 40391
Sektor pertanian di abad 21 dihadapkan pada tiga tantangan utama, yaitu: (a) mem-perbaiki ketahanan pangan, kehidupan dan pendapatan di pedesaan; (b) memenuhi permintaan pangan aman yang semakin meningkat dan beragam; dan (c) melestarikan serta melindungi sumber daya alam. Ketiga tantangan ini telah diartikulasikan oleh masyarakat internasional melalui World Food Summit Plan of Action and the Millennium Development Goals dengan berbagai target spesifik yang harus dipenuhi pada tahun 2015. Sektor pertanian diharapkan dapat menjamin ketahanan pangan pada berbagai setting, sekarang dan akan datang; serta memberikan manfaat-manfaat (dampak) positif terhadap lingkungan, sosial dan ekonomi. Sektor petanian merupakan kontributor utama terhadap tercapainya pembangunan berkelanjutan serta terjawabnya ketiga tantangan di atas. Dalam konteks perubahan ekonomi pangan dan globalisasi yang cepat, paradigma sistem produksi harus bergeser menyesuaikan dengan dinamika yang terjadi. Konsep praktek budidaya pertanian yang baik (good agricultural practices = GAP)semakin sering dibicarakan tahun-tahun terakhir ini dalam konteks ekonomi pangan yang berubah cepat dan mengglobal. Konsep ini juga timbul sebagai akibat dari perhatian dan komitmen berbagai stakeholders tentang produksi dan ketahanan pangan, keamanan dan kualitas pangan, serta keberlanjutan lingkungan pertanian. Berbagai stakeholders ini mewakili pelaku-pelaku dari: dimensi penawaran (petani, organisasi/kelompok tani, pekerja/buruh tani); dimensi permintaan (pengecer, pengolah dan konsumen), serta institusi dan jasa (pendidikan, penelitian, penyuluhan, pemasok input) yang mendukung dan menjembatani permintaan dengan penawaran, dan yang mengupayakan pemenuhan tujuan-tujuan spesifik ketahanan pangan, kualitas pangan, efisiensi produksi, konservasi lingkungan dan lingkungan kehidupan, baik jangka menengah maupun jangka panjang. Pendekatan GAP diarahkan untuk mengaplikasikan pengetahuan yang tersedia dalam mencermati dimensi-dimensi lingkungan, ekonomi dan keberlanjutan sosial dari proses-proses on-farm maupun post harvest, untuk menghasilkan bahan pangan yang aman dan berkualitas serta produk pertanian non-pangan lainnya. Berdasarkan prinsip-prinsip generik tentang keberlanjutan, GAP diarahkan untuk mendukung praktek-praktek optimal pada sistem produksi tertentu yang dikembangkan secara lokal berdasarkan sasaran-sasaran yang diharapkan (desired outcomes), dengan mempertimbangkan permintaan pasar; kendala-kendala petani; serta insentif untuk mengaplikasikan praktek-praktek tersebut. Konsep GAP untuk menjamin produksi sayuran berkelanjutan yang layak secara ekonomis, dapat didefinisikan sebagai: “praktek usahatani sayuran yang memproduksi produk berkualitas dan tetap memelihara-memperthankan-memperbaiki kelestarian lingkungan, terutama berkaitan dengan tanah, air, flora dan fauna”. Beberapa pengertian mengenai good agricultural practices (GAP) yang diarahkan untuk meningkatkan pemahamannya adalah sebagai berikut:
1 Makalah materi pelatihan “GAP/SOP kiury (timun Jepang) bagi petani”. Majalengka, 5 Mei 2008, Kerjasama Balitsa - Amarta untuk Program Pelatihan Penanganan Segar Sayuran dan Buah.
2
• GAP sebagai acuan bagi semua pelaku di sektor pertanian untuk menjalankan aktivitasnya secara bertanggung jawab, dalam rangka mewujudkan sistem produksi pertanian yang berkelanjutan.
• GAP adalah aplikasi pengetahuan dalam memanfaatkan basis sumberdaya alam secara berkelanjutan, untuk menghasilkan produk pertanian yang aman dan sehat, serta secara bersamaan berupaya mencapai viabilitas ekonomi dan stabilitas sosial.
• Tema dasar GAP adalah pengetahuan, pemahaman, perencanaan, pengukuran, pencatatan dan pengelolaan dari pelaku usahatani yang diarahkan untuk mencapai sasaran-sasaran sosial, lingkungan dan produksi.
• Keberhasilan GAP akan sangat bergantung pada pengembangan keterampilan dan basis pengetahuan, berdasarkan pencatatan dan analisis keragaan secara terus menerus, serta konsultasi pakar selama dibutuhkan.
Kondisi-kondisi berikut ini memberikan gambaran semakin diperlukannya GAP:
• perdagangan global sayuran yang semakin meningkat sejalan dengan era perdagangan bebas
• perubahan gaya hidup konsumen yang menghela semakin meningkatnya permintaan jaminan terhadap sayuran yang aman dan bergizi/berkualitas untuk dimakan; serta diproduksi/ditangani dengan cara-cara yang tidak mengakibatkan kerusakan/gangguan lingkungan, kesehatan, keamanan dan kesejahteraan pekerja
• trend in berdampak kepada semakin meningkatnya tuntutan terhadap (a) pengecer/retailer maupun partisipan rantai pasok lainnya untuk meng-ikuti program GAP, dan (b) pemerintah untuk memperkenalkan berbagai persyaratan legal menyangkut keamanan pangan, perlindungan lingkung-an dan kesejahteraan pekerja
Sampai saat ini sebenarnya telah berkembang standar-standar GAP yang cakupan-nya bersifat nasional, misalnya:
Indonesia Indonesian Good Agricultural Practices (IndonGAP)
Malaysia Farm Accreditation Scheme of Malaysia (SALM)
Malaysian standard for GAP (MS-GAP 1784:2005)
Singapore Good Agricultural Practice for Vegetable Farming (GAP-VF)
Thailand Q-GAP
Viet Nam Regional GAP activities in South Viet Nam:
Ho Chi Minh City GAP programme Tien Giang GAP
Regional Quality Assurance Systems for ASEAN Fruit and Vegetables Project (ASEAN secretariat and the Australia Development Cooperation Program)
Untuk meningkatkan harmonisasi antar standar nasional GAP tersebut maka disusunlah ASEAN GAP yang merupakan suatu standar praktek budidaya pertanian yang baik dalam proses produksi, panen, pasca panen sayuran di wilayah ASEAN. Standar ini diarahkan untuk mencegah atau meminimalkan risiko bahaya yang mungkin terjadi. Risiko bahaya yang diliput dalam ASEAN GAP adalah keamanan pangan; dampak lingkungan; kesehatan, keamanan dan kesejahteraan pekerja, serta kualitas produk.
3
MODUL KEAMANAN PANGAN
Bahaya dan Sumber Kontaminasi:
• Bahaya keamanan pangan dapat bersumber dari setiap substansi kimiawi, biologis dan fisik yang mengkontaminasi sayuran sehingga produk tersebut mengandung risiko kesehatan bagi konsumen
• Pengendalian bahaya keamanan pangan dalam proses produksi, panen dan penanganan pasca panen (pengupasan, pengkelasan, pengepakan, pengangkutan dll) sayuran perlu dilakukan untuk melindungi kesehatan konsumen dan mendapatkan akses pasar regional dan global
• Kontaminasi terhadap sayuran segar dapat terjadi melalui kontak langsung substansi-substansi tersebut dengan produk sayuran atau secara tidak langsung melalui tanah, air, manusia, peralatan, material lain, pupuk, bahan tambahan penyubur/penguat tanah, dll.
Bahaya (hazards) kimiawi:
Kontaminasi kimiawi terhadap sayuran dapat terjadi secara alami atau secara tidak sengaja ditambahkan dalam proses produksi, panen dan pasca-panen. Bahaya kimiawi termasuk:
• Residu kimiawi dalam produk yang melebihi batas residu maksimal (MRL)
• Kontaminan non-agrokimia, misalnya bahan bakar, pelumas dan cairan sanitasi
• Logam berat yang melebihi batas maksimal (ML)
• Racun tanaman yang timbul secara alami
• Agensia pembawa alergi
Gambar 1.
Penggunaan pestisida yang tidak terdaftar resmi serta penggunaan terus menerus pupuk yang mengandung logam berat tinggi adalah sumber utama bahaya kimiawi
4
Bahaya kimiawi Sumber kontaminasi
• Residu agrokimia pada produk melebihi batas maksimum residu (MRL)
• Penggunaan input kimiawi yang berlebihan
• Input agro-kimiawi tidak terdaftar atau tidak direkomendasikan untuk tanaman target
• Tidak mengikuti instruksi pada label sehingga pencampuran dan konsentrasi yang digunakan lebih tinggi dibanding rekomendasi
• Penyemprotan pestisida terlalu dekat dengan waktu panen
• Peralatan penyemprotan rusak atau tidak dikalibrasi atau tidak dibersihkan setelah penggunaan terakhir atau digunakan untuk segala macam keperluan
• Terimbas semprotan dari petak sebelah
• Residu kimiawi dalam tanah yang berasal dari penggunaan sebelumnya
• Residu kimiawa dalam kontainer-kontainer yang digunakan untuk panen
• Pembuangan sisa pestisida yang sembarang atau tumpah secara tidak sengaja atau kebocoran agrokimiawi yang mencemari tanah dan sumber air
• Non-agrokimiawi kontaminan, misalnya bahan pelumas, bensin, pembersih sanitasi, perekat, dll
• Penggunaan bahan kimia untuk pembersihan atau sanitasi
• Penggunaan obat semprot nyamuk di dekat produk sayuran atau material kemasan
• Pencemaran bahan kimia di sekitar produk pada saat penyimpanan atau pengangkutan
• Kebocoran bahan pelumas atau cat pada peralatan yang kontak langsung dengan produk
• Penggunaan kontainer panen untuk menyimpan bahan kimia
• Tanah yang terkontaminasi pestisida persisten dari aktivitas penanaman sebelumnya
• Residu logam berat yang melewati batas maksimum
• Kadar tinggi logam berat di tanah yang terjadi secara alami atau dari penggunaan sebelumnya atau dari pencemaran industri
• Penggunaan pupuk yang mengandung kadar logam berat tinggi secara terus menerus
• Perkembangan kondisi tanah yang kondusif untuk penyerapan logam berat oleh tanaman, misalnya kemasaman, salinitas dll
• Racun tanaman alami
• Kondisi gudang penyimpanan yang tidak cocok, misalnya penyimpanan kentang di ruang terang
• Penanaman jenis tanaman beracun, misalnya singkong
• Agensia penyebab alergi
• Substansi yang menyebabkan reaksi parah dari konsumen sensitif, misalnya sulfur dioksida untuk mencegah busuk pada anggur dan lychees
Bahaya (hazard) biologis Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang hanya dapat dilihat melalui penggunaan mikroskop. Sayuran biasanya mengandung campuran beragam mikroorganisme yang banyak jumlahnya. Beberapa mikroorganisme ini dapat menyebabkan kerusakan
5
melalui produksi karakteristik kualitas yang tidak dikehendaki, misalnya, daging buah hancur serta bau dan rasa yang tidak enak. Sementara itu, ada pula mikroorganisme lain yang merupakan penghuni tetap (alami) dan tidak menyebabkan kerusakan kualitas produk serta tidak mempengaruhi kesehatan konsumen. Mikroorganisme patogen berpengaruh terhadap kesehatan konsumen dan menyebabkan sakit. Penyakit dapat disebabkan oleh mikroorganisme tersebut yang tumbuh di dalam badan manusia atau oleh racun yang diproduksi oleh mikroorganisme bersangkutan. Jenis mikroorganisme yang umum dijumpai adalah bakteri, parasit dan virus. Bakteri
• Bakteri merupakan penyebab paling umum gangguan kesehatan (sakit) karena makanan
• Bakteri patogen yang sering dihubungkan dengan kontaminasi sayuran – Salmonella species – Escherichia coli – Shigella species – Listeria monocytogenes
• Bakteri L. monocytogenes terdapat di dalam tanah dan dapat bertahan hidup sampai 60 hari. Kontaminasi terhadap sayuran terjadi melalui kontak langsung bagian produk yang dapat dikonsumsi dengan tanah atau dengan kontainer/ peralatan yang kotor
• Salmonella, E. coli dan Shigella terdapat di bagian pencernaan manusia dan hewan. Kontaminasi terjadi dari pupuk kandang yang belum diproses, air tercemar dsb.
Parasit
• Parasit adalah organisme yang hidup di organisme hidup lainnya (inang). Sista (parasit pada fase dormansi) dapat bertahan dan menimbulkan infeksi selama 7 tahun di dalam tanah, misalnya Giardia
• Air tercemar material kotoran, pengepak tercemar, keberadaan hewan di lahan produksi dan area pengepakan merupakan sumber kontaminasi parasit (Cryptospo-ridium; Cyclospora; Giardia
Virus
• Virus tidak tumbuh di sayuran tapi sayuran dapat menjadi perantara berpindahnya virus dari hewan ke manusia taua manusia ke manusia.
• Virus yang masuk ke manusia dari sayuran yang terkontaminasi: virus hepatitis A, norwalk virus dan norwalk-like virus
Sumber kontaminasi biologis
• Tanah; air; pupuk kandang; cairan selokan; manusia; hewan dan debu yang terbawa udara
Kontaminasi dari bahaya biologis
Bahaya biologis Sumber kontaminasi
Mikroorganisme patogen pada produk sayuran (bakteri, parasit dan virus)
• Kotoran hewan dan atau manusia yang mengkontaminasi o Air irigasi, penyemprotan pestisida, kontainer panen,
alat pembersih, alat panen o Tanah yang kemudian kontak dengan bagian yang
dapat dimakan o Material kemasan dan alat transportasi
6
• Pencucian yang kurang bersih dari alat panen, grading, pengemasan dan material yang terkontaminasi secara langsung/tidak langsung (melalui tanah atau air)
• Pupuk kandang yang belum diproses dengan baik atau bahan penguat/penyubur tanah yang kontak dengan produk secara langsung/tdk langsung
• Penanganan produk oleh pekerja yang terinfeksi karena kurang baiknya fasilitas toilet atau praktek-praktek personal higinis yang buruk
Bahaya (hazard) fisik Bahaya fisik biasanya berasal dari benda asing yang dapat menyebabkan konsumen sakit atau cedera. Kontaminasi dapat terjadi pada saat produksi, panen dan pasca-panen Jenis bahaya fisik dan sumber kontaminasi
Bahaya fisik Contoh penyebab kontaminasi
• Benda asing dari sekitar – tanah, batu, kayu, gulma
• Panen di kebun pada saat hujan atau udara basah • Kontainer panen, alat panen, alat pengemasan yang kotor • Menumpuk kontainer kotor di atas produk
• Benda asing dari peralatan, kontainer serta bangunan – kaca, kayu, logam, plastik
• Bola lampu pecah di atas alat pengemasan dan tumpukan produk yang tidak ditutup
• Kontainer panen dan peralatan lain yang pecah atau rusak • Pembersihan, perbaikan dan pemeliharaan peralatan yang
kurang baik
• Benda asing dari pekerja yang mengerjakan penanganan produk – perhiasan, jepit rambut atau aksesori lain
• Pekerja yang tidak terlatih atau ceroboh • Cara berpakaian atau pakaian yang kurang tepat untuk
aktivitas yang sedang dikerjakan
Persyaratan atau Kebutuhan GAP 1. Sejarah lokasi lahan dan pengelolaannya
• Organisme patogen dapat bertahan beberapa tahun di tanah, bahkan lebih lama jika dilindungi oleh bahan organik
• Kontaminasi kimiawi yang dapat timbul dari lahan yang sebelumnya merupakan lahan industri, lahan pertambangan, serta residu kimiawi dari aktivitas usahatani sebelumnya
GAP 1
Risiko produk terkontaminasi oleh bahaya kimiawi dan biologis dari penggunaan lahan sebelumnya atau dari lahan-lahan berdampingan untuk setiap tanaman yang pernah dibudidayakan, harus dikaji serta dibuatkan catatan/dokumentasi, terutama untuk setiap risiko berdampak signifikan
7
GAP 2 Pada saat risiko produk terkontaminasi oleh bahaya kimiawi dan biologis yang sifatnya signifikan berhasil diidentifikasi, maka lahan tidak boleh digunakan untuk produksi sayuran, atau tindakan penanganan harus dilakukan untuk mengelola risiko
GAP 3
Jika tindakan penanganan dibutuhkan untuk mengelola risiko, tindakan tersebut harus dimonitor untuk mengawasi bahwa kontaminasi memang tidak terjadi, dan catatan/dokumentasi menyangkut tindakan dan hasil monitoringnya juga harus dibuat.
– Contoh: jika penyerapan Cadmium pada kentang terlalu berlebih karena
tanah yang masam dan kurang bahan organik, maka pengapuran dan produk organik dapat diberikan untuk mengurangi mobilisasi Cadmium dalam tanah. Perlakuan in harus dimonitor dengan analisis keasaman tanah dan analisis residu pada produk sayuran
GAP 4
Lokasi bagian lahan yang terkontaminasi dan tidak sesuai untuk produksi sayuran harus dicatat/didokumentasikan
– Catatan bagian lahan yang terkontaminasi dapat diperlihatkan pada peta
sederhana. Peta tersebut menggambarkan: bagian lahan untuk menyimpan pestisida dan pupuk buatan atau bahan kimia lainnya, sumber air, gudang penyimpanan, bangunan dan jalan.
Gambar 2.
Risiko kontaminasi kimiawi dan biologis dari penggunaan lahan sebelumnya atau dari lahan-lahan yang berdampingan harus diperiksa.
2. Material Tanaman
• Material tanaman dapat menjadi sumber kontaminasi kimiawi melalui penggunaan bahan-bahan kimia untuk perlakuan benih serta pengendalian hama penyakit di persemaian
GAP 5
Jika material tanaman merupakan hasil sendiri, maka semua perlakuan kimia dan alasan penggunaannya harus dicatat
8
GAP 6 Jika material tanaman diperoleh dari pihak lain, maka nama pemasok dan tanggal pemasokan material tanaman tersebut harus dicatat
GAP 7
Varietas atau jenis tanaman yang beracun untuk konsumsi manusia tidak diperbo-lehkan ditanam
– Catatan perlakuan kimiawi harus termasuk jenis produk, jenis pestisida,
alasan penggunaan, waktu/ tanggal penggunaan, dosis & metode aplikasi, penghentian perlakuan sebelum panen, nama operator
– Nama pemasok dan tanggal pemasokan perlu dicatat untuk melakukan penelusuran jika terjadi kontaminasi pada saat produksi sayuran
3. Pupuk dan bahan aditif Kontaminasi kimiawi pada sayuran dapat disebabkan oleh keberadaan logam berat (terutama cadmium) yang terkandungdalam pupuk buatan berkelas rendah serta bahan-bahan aditif penyubur tanah, seperti gipsum, pupuk kandang, biosolids dan kompos. Akar, umbi dan sayuran daun dapat menyerap cadmium jika kondisi pertumbuhan mendukung penyerapan tersebut. Untuk jenis-jenis tanaman lain ternyata berisiko minimal terhadap kontaminasi cadmium. Kontaminasi biologis pada sayuran dapat terjadi melalui penggunaan bahan-bahan organik. Pupuk kandang yang belum matang atau material kompos yang kurang tepat dapat mengandung banyak sekali mikroorganisme patogen. Kontaminasi dapat terjadi melalui kontak langsung bahan organik tersebut dengan bagian sayuran yang dapat dimakan pada saat aplikasinya ke tanah atau daun, atau secara tidak langsung melalui kontaminasi tanah atau air. GAP 8
Risiko produk terkontaminasi secara kimiawi dan biologis dari penggunaan pupuk dan/atau bahan-bahan aditif untuk setiap tanaman harus dikaji serta dibuatkan catatan/dokumentasi, terutama untuk setiap risiko berdampak signifikan
GAP 9 Pada saat bahaya signifikan dari penggunaan pupuk atau bahan aditif berhasil diidentifikasi, maka tindakan penanganan harus dilakukan untuk mengelola atau meminimalkan risiko kontaminasi produk
GAP 10 Pupuk/bahan aditif dipilih yang meminimalkan risiko kontaminasi produk dari logam berat
GAP 11 Material/bahan organik yang belum diproses tidak diaplikasikan untuk tanaman pada situasi risiko kontaminasi tinggi
GAP 12 Jika bahan organik diproses atau diberi perlakuan sebelum digunakan, maka metode, tanggal/waktu dan lamanya perlakuan harus dicatat
9
GAP 13 Jika produk bahan organik diperoleh dari luar usahatani dan terdapat risiko signifikan untuk kontaminasi, maka pihak pemasok harus dapat menyediakan dokumentasi yang menyatakan bahwa material tersebut telah diberi perlakuan untuk meminimalkan risiko kontaminasi produk
GAP 14
Kotoran manusia tidak digunakan untuk produksi sayuran segar konsumsi GAP 15
Peralatan untuk aplikasi pupuk dan bahan aditif harus dijaga dalam kondisi operasional dan harus diperiksa kondisinya paling tidak setiap tahun oleh tenaga teknis yang kompeten
Gambar 3.
Untuk pemupukan susulan tanaman yang dekat dengan permukaan tanah, gunakan hanya kompos yang materinya tepat dan matang atau bahan organik yang telah diberi perlakuan, serta aplikasinya tidak lebih dari 2 minggu sebelum panen.
Gambar 4.
Penempatan bahan organik (pupuk kandang) di dekat saluran air yang airnya digunakan untuk penyiraman atau mencuci produk, dapat menyebabkan kontaminasi biologis pada sayuran.
GAP 16
Area atau fasilitas untuk penyimpanan, pencampuran dan bongkar muat pupuk & bahan aditif serta pengkomposan bahan organik harus ditempatkan, dikonstruksi/ dibangun serta dipelihara sedemikian rupa untuk meminimalkan risiko kontaminasi
GAP 17
Catatan atau dokumentasi pupuk dan bahan aditif yang diperoleh harus memuat informasi mengenai sumber, nama produk, tanggal/waktu serta kuantitasnya
GAP 18
Penggunaan pupuk dan bahan aditif harus dicatat, terutama menyangkut tanggal/waktu aplikasi, nama produk/material yang digunakan, lokasi perlakuan, dosis perlakuan, metode perlakuan dan nama operator/pekerja
10
4. Air Kontaminasi kimia dapat terjadi melalui pembuangan sisa penyemprotan pestisida sintetis ke sumber air atau perembesan bahan kimia dari petak/lokasi lain ke sumber air. Mikroorganisme patogen yang terdapat di dalam air termasuk bakteri seperti, Salmonella species, E. coli, dan Shigella species, parasit seperti, Cryptosporidium, Giardia dan Cyclospora, serta virus, misalnya Hepatitis A virus and the Norwalk virus. Sebagian besar mikroorganisme ini terutama berasal dari kotoran hewan, seperti sapi, kambing dan ayam. Oleh karena itu, penempatan pupuk kandang dekat saluran air sangat berpotensial menimbulkan kontaminasi. GAP 19
Risiko kontaminasi kimiawi dan biologis harus dikaji untuk air irigasi, fertigasi, penyemprotan pestisida, penanganan produk pasca panen dan sanitasi. Bahaya kontaminasi signifikan yang berhasil diidentifikasi harus dicatat/didokumentasikan
GAP 20
Jika pengujian air diperlukan untuk mengkaji risiko kontaminasi, maka pengujian tersebut harus dilakukan dengan frekuensi yang disesuaikan dengan potensi dampak dan kondisi pasokan air. Hasil pengujian juga harus dicatat/didokumentasikan
Gambar 5 dan 6 Sumber air dan penyiraman tanaman yang berisiko tinggi terhadap kontaminasi kimiawi dan biologis
GAP 21
Pada saat kontaminasi kimiawi dan biologis signifikan, maka sumber air alternatif harus digunakan, atau air yang ada harus diproses/diberi perlakuan dan dimonitor. Metode perlakuan dalam pemrosesan air serta hasil monitoringnya harus dicatat
GAP 22
Air pembuangan atau air selokan yang tidak diproses dilarang digunakan dalam proses produksi dan pasca panen. Di negara-negara yang memperbolehkan penggunaan air hasil proses, maka kualitas air tersebut harus sesuai dengan regulasi yang ada
11
5. Pestisida Untuk menghindarkan kelebihan residu, pestisida yang digunakan harus terdaftar dan disetujui berkaitan dengan aplikasinya untuk jenis tanaman tertentu, serta harus disimpan dan digunakan sesuai dengan label atau instruksi. Pemilihan, pencampuran dan cara aplikasi yang salah dapat mengarah pada residu yang melewati MRL. Pelatihan menjadi sangat penting agar manager dan pekerja memiliki tingkat pengetahuan dan keterampilan yang tepat, sesuai dengan cakupan tanggung jawabnya. Sebagai contoh, orang yang bertanggung jawab penuh/menyeluruh atas penggunaan pestisida harus memiliki pengetahuan lengkap mengenai semua aspek dan memiliki kemampuan untuk melatih pekerja. Sementara itu, pekerja yang mengaplikasikan pestisida harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menyiapkan formulasi serta mengoperasikan peralatan. Kategori pestisida yang penggunaannya berisiko tinggi melewati MRL adalah:
• Pestisida yang sering digunakan sampai mendekati waktu panen
• Pestisida yang ditahan/disimpan lama, menyesuaikan dengan umur tanaman.
• Pestisida yang dikategorikan sangat beracun untuk manusia
• Pestisida yang digunakan setelah panen
• Pestisida yang tercecer karena adanya kerusakan pada alat semprot GAP 23
Pemberi kerja dan pekerja telah dilatih untuk menggunakan pestisida berdasarkan tingkatan yang sesuai dengan wilayah tanggung jawabnya
GAP 24
Jika pilihan produk pestisida disarankan oleh konsultan/adviser, maka bukti kompetensi teknis dari pemberi rekomendasi tersebut harus tersedia
GAP 25
Pengendalian hama terpadu dilaksanakan sejauh memungkinkan untuk meminimal-kan penggunaan pestisida sintetis
GAP 26
Pestisida hanya diperoleh atau dibeli dari pemasok yang berlisensi
Gambar 7 dan 8 Manager dan pekerja harus dilatih agar memiliki tingkat pengetahuan dan keterampilan yang tepat, sesuai dengan cakupan tanggung jawabnya.
12
GAP 27
Pestisida yang digunakan telah mendapatkan persetujuan dari otoritas berkompeten dan persetujuan tersebut terdokumentasi dengan baik
GAP 28
Informasi terkini (up to date) tentang standar batas maksimum residu (MRL) diperoleh dari otoritas berkompeten
GAP 29
Pestisida diaplikasikan sesuai dengan petunjuk pada label serta ijin yang dikeluarkan oleh otoritas berkompeten
GAP 30
Untuk memeriksa bahwa pestisida diaplikasikan secara benar, produk sayuran diuji residu pestisidanya dengan frekuensi sesuai kebutuhan konsumen atau otoritas berkompeten. Laboratorium yang digunakan diakreditasi oleh otoritas berkompeten
GAP 31
Pencampuran lebih dari dua macam pestisida dihindarkan, kecuali disarankan oleh otoritas berkompeten
Gambar 9 dan 10 Pestisida dan biopestisida yang digunakan harus terdaftar dan mendapat persetujuan dari otoritas kompeten di negara dimana sayuran bersangkutan ditanam dan diperdagangkan
GAP 32
Periode penghentian interval antara aplikasi pestisida dengan panen diamati
GAP 33
Peralatan yang digunakan untuk aplikasi pestisida dipelihara dalam kondisi operasional dan diperiksa paling sedikit setahun sekali oleh tenaga teknis yang berkompeten
13
GAP 34
Peralatan dicuci setiap kali setelah penggunaan dan limbah cucian dibuang dengan cara yang tidak menimbulkan risiko kontaminasi terhadap produk
GAP 35
Kelebihan/surplus pestisida dibuang dengan cara yang tidak menimbulkan risiko kontaminasi terhadap produk
GAP 36
Pestisida disimpan di tempat/bangunan yang tertutup dan aman, serta hanya orang yang berwenang memiliki akses ke tempat tersebut. Struktur bangunan ditempat-kan dan dibangun untuk meminimalkan risiko kontaminasi, serta dilengkapi dengan fasilitas darurat jika terjadi kebocoran pestisida
GAP 37
Pestisida berbentuk cairan tidak disimpan di rak di atas pestisida tepung
GAP 38
Pestisida disimpan dalam kontainer aslinya dengan label yang jelas berdasarkan petunjuk label dari otoritas berkompeten. Jika pestisida dipindahkan ke kontainer lain, kontainer yang baru ditandai dengan nama pestisida, dosis penggunaan dan periode penghentian sebelum panen
GAP 39
Kontainer pestisida kosong tidak digunakan kembali dan diamankan sampai kemudian dibuang
GAP 40
Kontainer pestisida kosong dibuang sesuai dengan peraturan yang ada dan dengan cara yang meminimalkan risiko kontaminasi. Sistem pengumpulan dan pembuangan yang resmi digunakan sepanjang tersedia.
Gambar 11 Pestisida harus disimpan di tempat (rak) yang bersih, kuat dan aman, serta hanya dapat diakses oleh orang yang memiliki otorisasi
14
GAP 41
Pestisida kadaluarsa yang tidak dapat digunakan atau tidak lagi disetujui diidentifikasi dan diamankan sampai akhirnya dibuang
GAP 42
Pestisida kadaluarsa dibuang melalui sistem pengumpulan resmi atau di area luar usahatani yang telah dijinkan secara legal
GAP 43
Aplikasi pestisida dicatat untuk setiap tanaman, meliputi jenis pestisida, alasan penggunaan, lokasi penyemprotan, tanggal, dosis dan cara aplikasi, periode penghentian serta nama operator yang melakukan aplikasi
GAP 44
Catatan menyangkut pestisida yang diperoleh mencakup nama pestisida, nama pemasok, waktu dan kuantitas pestisida diperoleh serta tanggal kadaluarsa yang dikeluarkan perusahaan pestisida
GAP 45
Catatan pestisida yang disimpan di gudang mencakup nama kimia, waktu dan kuantitas pestisida diperoleh, serta tanggal/waktu pestisida tersebut habis digunakan atau dibuang
GAP 46
Jika residu kimia di atas MRL dideteksi, maka pemasaran produk sayuran bersangkutan dihentikan. Penyebab kontaminasi diselidiki, tindakan perbaikan diambil untuk mencegah kejadian terulang, serta catatan menyangkut insiden serta tindakan penanganannya disimpan dengan tertib
GAP 47
Bahan bakar, pelumas dan material non-agrokimia lainnya ditangani, disimpan dan dibuang dengan cara-cara yang meminimalkan risiko kontaminasi
Gambar 12 Kontainer kosong bekas pestisida tidak boleh digunakan lagi dan disimpan di tempat aman sebelum dibuang
15
6. Panen dan penanganan produk Kontaminasi kimiawi, biologis dan fisik dapat terjadi selama proses panen dan penanganan pasca-panen melalui:
• Peralatan, material, kontainer, area penanganan segar dan penyimpanan serta alat transportasi yang kotor serta kurang pemeliharaan (buruk)
• Bangunan dan struktur yang dikonstruksi dan dipelihara dengan buruk
• Penggunaan bahan kimia yang tidak terdaftar untuk penanganan, pembersihan produk maupun peralatan
• Kurangnya pengawasan terhadap binatang peliharaan dan hama
• Fasilitas dan standar kebersihan personal yang buruk
Peralatan, kontainer dan material
GAP 48
Peralatan, kontainer dan material yang kontak dengan produk dibuat dari bahan-bahan yang tidak akan mengkontaminasi produk
GAP 49
Kontainer yang digunakan untuk menampung/menyimpan limbah, pestisida dan substansi berbahaya lainnya diidentifikasi dengan jelas dan tidak digunakan untuk mewadahi produk
GAP 50
Peralatan dan kontainer secara rutin dipelihara untuk meminimalkan kontaminasi produk
Gambar 13 dan 14 Peralatan dan kontainer secara reguler harus dipelihara, dibersihkan atau diperbaharui untuk meminimalkan risiko kontaminasi
GAP 51
Peralatan, kontainer dan material disimpan di suatu area yang terpisah dengan pestisida, pupuk dan bahan aditif, serta pencegahan selalu dilakukan untuk meminimalkan kontaminasi dengan binatang (pest)
16
GAP 52
Peralatan, kontainer dan material diperiksa fungsi dan kebersihannya sebelum digunakan, serta dicuci, diperbaiki atau dibuang sepanjang diperlukan
GAP 53
Produk hasil panen tidak diletakkan di tempat yang kontak langsung dengan tanah atau lantai di area penanganan, pengemasan dan penyimpanan
Gambar 15 Kertas koran dapat digunakan sebagai pelapis di atas tanah untuk menghindarkan kontak langsung bagian tanaman yang dapat dimakan dengan tanah
Bangunan dan struktur GAP 54
Bangunan dan struktur yang digunakan untuk menumbuhkan, mengemas dan menyimpan produk dibangun dan dipelihara untuk meminimalkan risiko kontaminasi
GAP 55
Bahan bakar, pelumas dan mesin-mesin pertanian dipisahkan dari area penanganan, pengemasan dan penyimpanan produk untuk mencegah kontaminasi
GAP 56
Sistem selokan, pembuangan limbah dan drainase dikonstruksi untuk meminimalkan risiko kontaminasi terhadap lahan produksi maupun pasokan air
GAP 57
Lampu yang menerangi ruangan dimana produk, kontainer dan material kemasan ditempatkan harus anti pecah atau dilindungi dengan penutup. Jika lampu pecah dan terekspos, maka produk ditolak dan peralatan serta kontainer kemasan dibersihkan
17
GAP 58 Jika peralatan yang diduga dapat menjadi sumber kontaminasi fisik ditempatkan di banguna yang sama dengan aktivitas penanganan, pengemasan dan penyimpanan produk, maka peralatan tersebut dipisahkan dengan pembatas fisik atau tidak dioperasikan pada saat aktivitas penanganan, pengemasan dan penyimpanan produk dilakukan
Pembersihan dan sanitasi
GAP 59
Area pengemasan, penanganan dan penyimpanan, serta peralatan, kontainer dan material lain yang mungkin menjadi sumber kontaminasi diidentifikasi. Instruksi-instruksi disiapkan dan diikuti oleh pembersihan serta sanitasi
GAP 60
Bahan kimia pembersih dan sanitasi dipilih yang meminimalkan risiko kontaminasi terhadap produk
Gambar 16
Instruksi harus disiapkan dan dipatuhi pada saat melakukan pembersihan dan sanitasi di areal pengepakan, penanganan dan penyimpanan
Hewan peliharaan dan pencegahan hama
GAP 61
Hewan ternak dan peliharaan dikeluarkan dari lokasi produksi (terutama untuk tanaman yang dibudidayakan dekat atau di dalam tanah) dan dari area panen, pengemasan serta penyimpanan produk
GAP 62
Tindakan diambil untuk mencegah keberadaan binatang (hama) di sekitar area penanganan, pengemasan dan penyimpanan produk
GAP 63
Umpan dan perangkap untuk mengendalikan hama ditempatkan dan dirawat dalam rangka meminimalkan risiko kontaminasi terhadap produk dan kontainer pengemasan serta material lainnya. Lokasi penempatan umpan dan perangkap dicatat.
18
Gambar 17 dan 18
Hewan peliharaan atau ternak harus dijauhkan dari lokasi produksi, terutama untuk tanaman yang tumbuh dekat dengan permukaan tanah, serta dari areal panen, pengepakan dan penyimpanan
Higinis personal (kebersihan/kesehatan pribadi) GAP 64
Pekerja memiliki pengetahuan cukup atau terlatih untuk praktek-praktek higinis personal dan catatan mengenai pelatihan disimpan baik
GAP 65
Instruksi tertulis untuk praktek-praktek higinis personal diberikan kepada pekerja dan dipasang di tempat-tempat terbuka
GAP 66
Fasilitas toilet dan cuci tangan tersedia untuk pekerja dan dipelihara dalam kondisi yang higinis
GAP 67
Kotoran dari toilet dibuang dengan cara-cara yang meminimalkan risiko kontaminasi langsung maupun tidak langsung terhadap produk
Gambar 19
Fasilitas toilet dan cuci tangan harus tersedia bagi pekerja serta harus dipelihara dalam kondisi higinis
19
Perlakuan produk GAP 68
Penggunaan, penyimpanan dan pembuangan bahan kimia yang digunakan setelah panen, termasuk pestisida dan lilin, mengikuti praktek-praktek yang dijelaskan pada bagian 4 (Pestisida)
GAP 69
Penggunaan air untuk mencuci dan memperlakukan produk setelah panen mengikuti praktek-praktek yang dijelaskan pada bagian 4 (Air)
GAP 70
Air yang digunakan untuk bagian produk yang dapat dimakan ekivalen kualitasnya dengan air minum (potable water)
Gambar 20
Air yang digunakan untuk mencuci bagian tanaman yang dapat dimakan harus ekivalen dengan air minum
Penyimpanan dan pengangkutan GAP 71
Kontainer yang penuh berisi produk tidak ditempatkan di lokasi yang kontak langsung dengan tanah untuk menghindarkan kontaminasi tanah yang berasal dari bagian bawah kontainer terhadap produk
GAP 72
Penampung produk diperiksa sebelum digunakan berkaitan dengan kebersihannya, tumpahan pestisida, benda asing dan infestasi hama, serta dibersihkan dan ditutup dengan material pelindung, atau tidak digunakan sama sekali jika sangat berisiko mengkontaminasi produk
20
GAP 73
Kendaraan pengangkut diperiksa sebelum digunakan berkaitan dengan kebersihannya, tumpahan pestisida, benda asing dan infestasi hama, serta dibersihkan jika sangat berisiko mengkontaminasi produk
GAP 74
Produk disimpan dan diangkut terpisah dari barang-barang yang berpotensi menjadi sumber kontaminasi kimiawi, biologis dan fisik
Gambar 21 dan 22 Alat trnsportasi produk harus diperiksa sebelum digunakan berkaitan dengan kebersihannya
7. Penelusuran dan penarikan kembali GAP 75
Setiap lahan produksi yang berbeda diidentifikasi dengan nama atau kode. Nama atau kode dipasang di lokasi lahan bersangkutan dan dicatat di dalam peta sederhana. Nama atau kode lahan dicatat pada semua dokumen yang berhubungan dengan lahan tersebut.
GAP 76
Kontainer yang telah dikemas diberi tanda dengan identifikasi yang memungkinkan penelusuran produk ke lahan atau lokasi produk tersebut dibudidayakan
GAP 77
Untuk setiap lot produk, informasi menyangkut tanggal/waktu pasokan, kuantitas pasokan dan tujuan pasar dicatat dengan baik
GAP 78
Jika produk diidentifikasi terkontaminasi atau berpotensi untuk terkontaminasi, maka produk tersebut diisolasi dan dicegah distribusinya, atau jika terlanjur terjual, maka pembeli segera diberitahu
21
GAP 79
Penyebab kontaminasi diselidiki/diteliti dan tindakan perbaikan diambil untuk mencegah kejadian yang terulang. Insiden serta tindakan yang diambil dicatat dengan baik.
Gambar 23 dan 24 Produk harus diberi kode asal atau sumber pasokan agar dapat ditelusuri kembali seandainya ada keluhan konsumen
8. Pelatihan
GAP 80 Pemberi kerja dan pekerja memiliki pengetahuan cukup atau dilatih mengenai GAP sesuai dengan tanggung jawabnya masing-masing dan catatan mengikuti pelatihan harus terdokumentasi
9. Dokumen dan catatan
GAP 81 Catatan/rekaman mengenai implementasi GAP disimpan paling sedikit selama dua tahun atau lebih untuk berjaga-jaga seandainya diperlukan oleh peraturan pemerintah atau pelanggan
GAP 82
Dokumen yang telah kadaluarsa dimusnahkan dan hanya versi terkini saja yang digunakan
10. Kaji ulang praktek budidaya
GAP 83 Seluruh praktek/tindakan dikaji ulang paling tidak sekali setahun untuk meyakinkan bahwa semuanya dilakukan secara benar, dan tindakan koreksi juga diambil untuk setiap kekurangan yang diidentifikasi. Catatan/rekaman mengenai kaji ulang praktek dan tindakan koreksi disimpan dengan baik
GAP 84
Tindakan diambil untuk menjawab keluhan konsumen berkaitan dengan kualitas produk, dan catatan mengenai keluhan serta tindakan untuk mengatasinya dicatat dengan baik
22
Daftar pemeriksaan sendiri (Self-assessment checklist) - GAP
Sejarah lokasi lahan dan pengelolaannya Ya Perlu perhatian
Tidak relevan
Tindakan
1. Risiko produk terkontaminasi oleh bahaya kimiawi dan biologis dari penggunaan lahan sebelumnya atau dari lahan-lahan ber-dampingan untuk setiap tanaman yang pernah dibudidayakan, harus dikaji serta dibuatkan catatan/dokumentasi, terutama untuk setiap risiko berdampak signifikan
2. Pada saat risiko produk terkontaminasi oleh bahaya kimiawi dan biologis yang sifatnya signifikan berhasil diidentifikasi, maka lahan tidak boleh digunakan untuk produksi sayuran, atau tindakan penanganan harus dilakukan untuk mengelola risiko
3. Jika tindakan penanganan dibutuhkan untuk mengelola risiko, tindakan tersebut harus dimonitor untuk mengawasi bahwa kontaminasi memang tidak terjadi, dan catatan/ dokumentasi menyangkut tindakan dan hasil monitoringnya juga harus dibuat.
4. Lokasi bagian lahan yang terkontaminasi dan tidak sesuai untuk produksi sayuran harus dicatat/didokumentasikan
Material tanaman
5. Jika material tanaman merupakan hasil sendiri, maka semua perlakuan kimia dan alasan penggunaannya harus dicatat
6. Jika material tanaman diperoleh dari pihak lain, maka nama pemasok dan tanggal pemasokan material tanaman tersebut harus dicatat
7. Varietas atau jenis tanaman yang beracun untuk konsumsi manusia tidak diperbolehkan ditanam
Pupuk dan bahan aditif
8. Risiko produk terkontaminasi secara kimiawi dan biologis dari penggunaan pupuk dan/atau bahan-bahan aditif untuk setiap tanaman harus dikaji serta dibuatkan catatan/dokumentasi, terutama untuk setiap risiko berdampak signifikan
9. Pada saat bahaya signifikan dari penggunaan pupuk atau bahan aditif berhasil diidentifikasi, maka tindakan penanganan harus dilakukan untuk mengelola atau meminimalkan risiko kontaminasi produk
10. Pupuk/bahan aditif dipilih yg meminimalkan risiko kontaminasi produk dari logam berat
11. Material/bahan organik yang belum diproses tidak diaplikasi-kan untuk tanaman pada situasi risiko kontaminasi tinggi
12. Jika bahan organik diproses atau diberi perlakuan sebelum digunakan, maka metode, tanggal/waktu dan lamanya perlakuan harus dicatat
13. Jika produk bahan organik diperoleh dari luar usahatani dan terdapat risiko signifikan untuk kontaminasi, maka pihak pemasok harus dapat menyediakan dokumentasi yang menyatakan bahwa material tersebut telah diberi perlakuan untuk meminimalkan risiko kontaminasi produk
14. Kotoran manusia tidak digunakan untuk produksi sayuran segar konsumsi
23
15. Peralatan untuk aplikasi pupuk dan bahan aditif harus dijaga dalam kondisi operasional dan harus diperiksa kondisinya paling tidak setiap tahun oleh tenaga teknis yang kompeten
16. Area atau fasilitas untuk penyimpanan, pencampuran dan bongkar muat pupuk & bahan aditif serta pengkomposan bahan organik harus ditempatkan, dikonstruksi/ dibangun serta dipelihara sedemikian rupa untuk meminimalkan risiko kontaminasi
17. Catatan atau dokumentasi pupuk dan bahan aditif yang diperoleh harus memuat informasi mengenai sumber, nama produk, tanggal/waktu serta kuantitasnya
18. Penggunaan pupuk dan bahan aditif harus dicatat, terutama menyangkut tanggal/waktu aplikasi, nama produk/material yang digunakan, lokasi perlakuan, dosis perlakuan, metode perlakuan dan nama operator/pekerja
Ya Perlu perhatian
Tidak relevan
Tindakan
Air (4 titik kontrol)
Pestisida (25 titik kontrol)
Peralatan, kontainer dan material lain (6 titik kontrol)
Bangunan dan struktur (5 titik kontrol)
Pembersihan dan sanitasi (16 titik kontrol)
Penelusuran dan penarikan kembali (5 titik kontrol)
Pelatihan (1 titik kontrol)
Dokumen dan catatan
81. Catatan/rekaman mengenai implementasi GAP disimpan paling sedikit selama dua tahun atau lebih untuk berjaga-jaga seandainya diperlukan oleh peraturan pemerintah atau pelanggan
82. Dokumen yang telah kadaluarsa dimusnahkan dan hanya versi terkini saja yang digunakan
Kaji ulang praktek budidaya
83. Seluruh praktek/tindakan dikaji ulang paling tidak sekali setahun untuk meyakinkan bahwa semuanya dilakukan secara benar, dan tindakan koreksi juga diambil untuk setiap kekurangan yang diidentifikasi. Catatan/rekaman mengenai kaji ulang praktek dan tindakan koreksi disimpan dengan baik
84. Tindakan diambil untuk menjawab keluhan konsumen berka-itan dengan kualitas produk, dan catatan mengenai keluhan serta tindakan untuk mengatasinya dicatat dengan baik
Nama asesor Tanda tangan Tanggal
24
Contoh dokumen dan catatan
• Rencana usahatani
• Catatan/dokumentasi pengkajian risiko
• Catatan/dokumentasi material tanaman
• Inventarisasi pestisida
• Catatan/dokumentasi penyemprotan
• Catatan/dokumentasi bahan kimia atau pestisida setelah panen
• Formulir otorisasi pestisida
• Catatan/dokumentasi pupuk dan bahan aditif
• Catatan/dokumentasi panen dan pengepakan
• Catatan/dokumentasi tanggung jawab pekerjaan dan pelatihan
• Rencana pembersihan dan pengendalian hama
• Laporan tindakan korektif
• Instruksi higinis (kebersihan) personal
Rencana atau peta usahatani
25
Catatan/dokumentasi pengkajian risiko Nama produsen/petani:
Sumber kontaminasi
Tanaman Pengkajian
S=signifikan; NS=tidak signifikan
Bagaimana risiko tersebut
dikelola/ditangani?
Tanda tangan
Tanggal
Catatan/dokumentasi material tanaman Nama produsen/petani:
Tanggal Tanaman Varietas Pemasok
(Nama dan alamat)
Kuantitas Lokasi tanam
Catatan/dokumentasi penyemprotan Nama produsen/petani: Varietas tanaman: Tahun:
Tanggal Blok/ baris
Tanam-an
Target
Produk pestisida
Tingkat pengen-ceran
Dosis penggu-naan
Peralat-an/metode aplikasi
Tanggal aman stop
semprot sebelum panen
Keterangan/kondisi cuaca
Operator
26
Catatan/dokumentasi pupuk dan bahan aditif Nama produsen/petani: Varietas tanaman: Tahun:
Tanggal Tanam-an
Target
Blok/ baris
Produk pupuk
Nama dan
alamat pema-sok
Dosis penggu-naan
Peralatan/ metode aplikasi
Keterangan/kondisi cuaca
Operator
Laporan tindakan korektif Nama produsen/petani: Varietas tanaman: Tahun:
Tanggal Masalah dan penyebab Tindakan korektif yang diambil
Tanda tangan dan tanggal pada saat masalah berhasil diatasi
Instruksi higinis/kebersihan personal Petunjuk untuk semua staf/pekerja
• Cucilah tangan anda dengan air dan sabun, kemudian keringkan dengan handuk kertas atau tisu yang tersedia sebelum menangani sayuran, setelah:
– menggunakan kamar mandi/toilet
– merokok
– menangani limbah produk dan sampah
• Balut luka sayat atau luka gores dengan pembalut yang bersih dan tahan air
• Beritahu manajer jika anda menderita sakit perut, hepatitis atau penyakit menular lainnya
• Jangan merokok, makan atau meludah di area penanganan produk.
27
Integrasi modul ASEAN GAP
Topik Keamanan pangan (84)
Pengelo lingkung (59)
Kes, keam dan kesej pekerja
(29)
Kualitas produk (54)
Sejarah lokasi & pengelolaan √ √
Material tanaman √ √ √
Tanah dan substrat √
Pupuk dan bahan aditif √ √ √
Air √ √ √
Pestisida √ √ √
Panen & penanganan produk √ √ √
Limbah dan efisiensi enerji √
Biodiversitas √
Udara √
Kondisi pekerjaan √
Rencana kualitas produk √
Kesejahteraan pekerja √
Penelusuran dan penarikan kembali
√ √
Pelatihan √ √ √ √
Dokumen dan catatan √ √ √ √
Kaji ulang praktek budidaya √ √ √ √
28
Tantangan Implementasi GAP: Petani Produsen Anne-Sophie Poisot, FAO Agriculture Department FAO-Thailand Workshop on GAP for Fresh Fruit and Vegetables 14-15 September 2005
• Petani merasa kesulitan karena terlalu banyak macam standar dan kode
• Bagi petani skala kecil dirasakan masih memberatkan (investasi, pencatatan yang ekstensif, biaya sertifikasi)
– contoh, petani yang memasok tomat ke McDonald’s di Guatemala: asalnya 330 menjadi 6 petani dalam 2 tahun
• Produk GAP tidak selalu harganya lebih tinggi
• Masih kurangnya lembaga sertifikasi lokal dan laboratorium pengujian yang bersertifikasi
• Produk GAP tidak selalu mendapat jaminan dari pembeli
• Peluang pasar terkadang hilang karena tidak memiliki sertifikasi GAP