gambaran radiologis pada kelenjar tiroid

Upload: needleholder

Post on 29-Oct-2015

305 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

Makalah gambaran radiologis pada kelenjar tiroid

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang Kelenjar tiroid berperan dalam mempertahankan tingkat metabolisme di berbagai jaringan agar optimal sehingga mereka berfungsi normal. Hormon tiroid merangsang penggunaan oksigen pada sebagian besar sel tubuh, membantu mengatur metabolisme lemak dan karbohidrat, dan penting untuk tumbuh kembang1,2. Kelenjar tiroid tidak esensial bagi kehidupan, tetapi ketiadaannya menyebabkan keterlambatan perkembangan fisik dan mental, berkurangnya daya tahan terhadap dingin, serta pada anak-anak timbul retardasi mental dan kecebolan (dwarfisme). Sebaliknya, sekresi tiroid yang berlebihan menyebabkan badan menjadi kurus, gelisah, takikardi, tremor dan kelebihan pembentukan panas.1,2Pada mammalia, kelenjar tiroid juga mensekresi kalsitonin, yaitu suatu hormon yang berfungsi menurunkan kadar kalsium dalam darah.1, 21.2. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk lebih mengerti dan memahami tentang gambaran radiologis pada kelenjar tiroid dan untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) RSUP H. Adam Malik, Departemen Radiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.BAB 2TINJAUAN PUSTAKA2.1. Anatomi Kelenjar Tiroid

Tiroid merupakan kelenjar kecil, dengan diameter sekitar 5 cm dan terletak di leher. Kedua bagian tiroid dihubungkan oleh ismus sehingga bentuknya menyerupai huruf H atau dasi kupu-kupu. Dalam keadaan normal, kelenjar tiroid tidak terlihat dan hampir tidak teraba, tetapi bila membesar, dokter dapat merabanya dengan mudah dan benjolan bisa tampak dibawah.3

Gambar anatomi kelenjar tiroid

Gambar vaskularisasi kelenjar tiroid

Tiroid adalah suatu kelenjar endokrin yang berwarna merah kecoklatan dengan konsistensi yang lunak. Kelenjar tiroid terdiri dari dua buah lobus yang simetris. Berbentuk konus dengan ujung kranial yang kecil dan ujung kaudal yang besar. Antara kedua lobus dihubungkan oleh istmus, dan dari tepi superiornya terdapat lobus piramidalis yang bertumbuh ke kranial, dapat mencapai os hyoideum. Pada umumnya lobus piramidalis berada di sebelah kiri linea mediana.4, 5, 6

Setiap lobus kelenjar tiroid mempunyai ukuran kira-kira 5 cm, dibungkus oleh fascia propria yang disebut true capsule, dan di sebelah superfisialnya terdapat fascia pretrachealis yang membentuk false kapsul.7, 8

Kelenjar tiroid berada di bagian anterior leher, di sebelah ventral bagian kaudal laring dan bagian kranial trakea, terletak berhadapan dengan vertebra servikal 5-7 dan vertebra thorakal 1. Kedua lobus bersama-sama dengan istmus memberi bentuk huruf U. Ditutupi oleh otot sternohyoideus dan otot sternothyroideus. Ujung kranial lobus mencapai linea obliqua cartilaginis thyreoideae, ujung inferior meluas sampai cincin trakea 5-6. Istmus difiksasi pada cincin trakea 2,3 dan 4. Kelenjar tiroid juga difiksasi pada trakea dan pada tepi kranial kartilago krikodea oleh penebalan fascia pretrachealis yang dinamakan ligament of Berry. Fiksasi-fiksasi tersebut menyebabkan kelenjar tiroid ikut bergerak pada saat proses menelan berlangsung.7

Kelenjar tiroid memperoleh darah dari arteri tiroidea superior, arteri tiroidea inferior dan kadang-kadang arteri tiroidea ima (kira-kira 3 %). Pembuluh darah tersebut terletak antara kapsula fibrosa dan fascia pretrachealis.8Arteri tiroidea superior merupakan cabang pertama arteri karotikus eksterna, melintas turun ke kutub atas masing-masing lobus kelenjar tiroid, menembus fascia pretrachealis dan membentuk ramus glandularis anterior dan ramus glandularis posterior.8

Arteri tiroidea inferior merupakan cabang truncus tirocervicalis, melintas ke superomedial di belakang karotid sheath dan mencapai aspek posterior kelenjar tiroid. Truncus tirocervicalis merupakan salah satu percabangan dari arteri subklavia. Arteri tiroidea inferior terpecah menjadi cabang-cabang yang menembus fascia pretrachealis dan memasuk darah ke kutub bawah kelenjar tiroid.8

Arteri tiroidea ima biasanya dipercabangkan oleh truncus brachiocephalicus atau langsung dipercabangkan dari arcusa ortae.Tiga pasang vena tiroidea menyalurkan darah dari pleksus vena pada permukaan anterior kelenjar tiroid dan trakea. Vena tiroidea superior menyalurkan darah dari kutub atas, vena tiroidea media menyalurkan darah dari bagian tengah kedua lobus dan vena tiroidea inferior menyalurkan darah dari kutub bawah. Vena tiroidea superior dan vena tiroidea media bermuara ke dalam vena jugularis interna, dan vena tiroidea inferior bermuara ke dalam vena brachiocephalica.82.2.Histologi Kelenjar Tiroid

Kelenjar tiroid hampir seluruhnya terdiri atas kista-kista bulat yang disebut folikel. Folikel adalah unit struktural dan unit fungsional, terdiri atas epitel selapis kubis yang mengelilingi suatu ruangan yang berisi koloid. Folikel-folikel bervariasi ukurannya dari diameter sekitar 50 m sampai 1 mm dan yang terbesar tampak secara makroskopis. Folikel dikelilingi oleh membrana basalis yang tipis dan jaringan ikat interstisial membentuk jala-jala retikulin sekeliling membrana basalis.3

Sel-sel folikular biasanya berbentuk kubis, tetapi tingginya berbeda-beda, tergantung pada keadaan fungsional kelenjar itu. Jika tiroid secara relatif tidak aktif, sel-selnya hampir gepeng. Sedangkan dalam keadaan kelenjar sangat aktif, sel-sel akan berbentuk kolumnar. Namun keadaan fungsional kelenjar tidaklah harus secara ekslusif berdasarkan pada tingginya epitel.3

Sel-sel folikular semuanya membatasi lumen dan mempunyai inti bulat dengan warna agak pucat. Di ruang interfolikular, terdapat fibroblast yang tersebar dan serat-serat kolagen yang tipis. Ultrastruktur sel-sel folikular memperlihatkan semua ciri-ciri sel yang pada saat yang sama membuat, mengekskresikan, menyerap dan mencerna protein. Bagian basal sel-sel ini penuh dengan retikulum endoplasma kasar. Inti umumnya bulat dan terletak di pusat sel. Kompleks Golgi terdapat pada kutub apikal. Di daerah ini terdapat banyak lisosom dan beberapa fagosom besar. Membran sel kutub apikal memiliki mikrovili. Mitokondria, retikulum endoplasma kasar dan ribosom tersebar di seluruh sitoplasma.3,9

Sel-sel C terletak di antara membrana basalis dan sel-sel folikular. Berbentuk lonjong, lebih besar dan lebih pucat daripada sel folikular dan juga berisi inti lebih besar dan lebih pucat.3 2.3. Fisiologi Kelenjar Tiroid

Iodium adalah adalah bahan dasar yang sangat penting dalam biosintesis hormon tiroid. Iodium yang dikonsumsi diubah menjadi iodida kemudian diabsorbsi. Kelenjar tiroid mengkonsentrasikan iodida dengan mentransport aktif iodida dari sirkulasi ke dalam koloid. Mekanisme transport tersebut dikenal dengan iodide trapping mechanism. Na+ dan I- ditransport dengan mekanisme co-transport ke dalam sel tiroid, kemudian Na+ dipompa ke interstisial oleh Na+-K+ATPase.1

Di dalam kelenjar tiroid, iodida mengalami oksidasi menjadi iodium. Iodium kemudian berikatan dengan molekul tirosin yang melekat ke tiroglobulin. Tiroglobulin adalah molekul glikoprotein yang disintesis oleh retikulum endoplasma dan kompleks Golgi sel-sel tiroid. Setiap molekul tiroglobulin mengandung 140 asam amino tirosin.1, 2

Enzim yang berperan dalam oksidasi dan pengikatan iodida adalah tiroid peroksidase. Senyawa yang terbentuk adalah monoiodotirosin (MIT) dan diodotirosin (DIT). Dua molekul DIT kemudian mengalami suatu kondensasi oksidatif membentuk tetraiodotironin (T4). Triiodotironin (T3) mungkin terbentuk melalui kondensasi MIT dengan DIT. Sejumlah kecil reverse triiodotironin (rT3) juga terbentuk, mungkin melalui kondensasi DIT dengan MIT. 1,2,3,10

Sel-sel tiroid mengambil koloid melalui proses endositosis. Di dalam sel, globulus koloid menyatu dengan lisosom. Ikatan peptida antara residu beriodium dengan tiroglobulin terputus oleh protease di dalam lisosom, dan T4, T3, DIT serta MIT dibebaskan ke dalam sitoplasma. T4 dan T3 bebas kemudian melewati membran sel dan dilepaskan ke dalam sirkulasi.1,2,10

MIT dan DIT tidak disekresikan ke dalam darah karena iodiumnya sudah dibebaskan sebagai akibat dari kerja intraselular iodotirosin dehalogenase. Hasil dari reaksi enzimatik ini adalah iodium dan tirosin. Iodium digunakan kembali oleh kelenjar dan secara normal menyediakan iodium dua kali lipat dibandingkan dengan yang dihasilkan oleh pompa iodium.1,2,10

Hormon tiroid yang bersirkulasi dalam plasma terikat pada protein plasma, yaitu: globulin pengikat tiroksin (thyroxine-binding globulin, TBG), prealbumin pengikat tiroksin (thyroxine-binding prealbumin, TBPA) dan albumin pengikat tiroksin (thyroxine-binding albumin, TBA). Kebanyakan hormon dalam sirkulasi terikat pada protein-protein tersebut dan hanya sebagian kecil saja (kurang dari 0,05 %) berada dalam bentuk bebas. 1,2

Dari ketiga protein pengikat tiroksin, TBG merupakan protein pengikat yang paling spesifik. Selain itu, tiroksin mempunyai afinitas yang lebih besar terhadap protein pengikat ini dibandingkan dengan triiodotironin. Akibatnya triiodotironin lebih mudah berpindah ke jaringan sasaran. Faktor ini yang merupakan alasan mengapa aktifitas metabolik triiodotironin lebih besar.1,2,10

Perubahan konsentrasi TBG dapat menyebabkan perubahan kadar tiroksin total dalam sirkulasi. Peningkatan TBG, seperti pada kehamilan, pemakaian pil kontrasepsi, hepatitis, sirosis primer kandung empedu dan karsinoma hepatoselular dapat mengakibatkan peningkatan kadar tiroksin yang terikat pada protein. Sebaliknya, penurunan TBG, misalnya pada sindrom nefrotik, pemberian glukokortikoid dosis tinggi, androgen dan steroid anabolik dapat menyebabkan penurunan kadar tiroksin yang terikat pada protein.10

Mekanisme kerja hormon tiroid ada yang bersifat genomik melalui pengaturan ekspresi gen, dan non genomik melalui efek langsung pada sitosol sel, membran dan mitokondria.1,12 Mekanisme kerja yang bersifat genomik dapat dijelaskan sebagai berikut, hormon tiroid yang tidak terikat melewati membran sel, kemudian masuk ke dalam inti sel dan berikatan dengan reseptor tiroid (TR). T3 dan T4 masing-masing berikatan dengan reseptor tersebut, tetapi ikatannya tidak sama erat. T3 terikat lebih erat daripada T4.1,10

Kompleks hormon-reseptor kemudian berikatan dengan DNA melalui jari-jari zinc dan meningkatkan atau pada beberapa keadaan menurunkan ekspresi berbagai gen yang mengkode enzim yang mengatur fungsi sel.1,10

Ada dua gen TR manusia, yaitu gen reseptor pada kromosom 17 dan gen reseptor pada kromosom 3. Dengan ikatan alternatif, setiap gen membentuk paling tidak dua mRNA yang berbeda, sehingga akan terbentuk dua protein reseptor yang berbeda. TR2 hanya ditemukan di otak, sedangkan TR1, TR2 dan TR1 tersebar secara luas. TR2 berbeda dari ketiga reseptor yang lain, yaitu tidak mengikat T3 dan fungsinya belum diketahui. Reseptor tiroid (TR) berikatan dengan DNA sebagai monomer, homodimer dan heterodimer bersama dengan reseptor inti yang lain.1,12 Dalam hampir semua kerjanya, T3 bekerja lebih cepat dan 3-5 kali lebih kuat daripada T4. Hal ini disebabkan karena ikatan T3 dengan protein plasma kurang erat, tetapi terikat lebih erat pada reseptor hormon tiroid.1,102.4.GAMBARAN RADIOLOGIS KELENJAR TIROID 2.4.1.Radiografi Polos

Radiografi polos dapat menunjukkan jaringan lunak massa dan deviasi trakea. Ekstensi retrosternal dan penyakit paru-paru metastasis juga dapat dideteksi pada rontgen dada. Namun, dengan pemeriksaan radiografi polos tidak begitu signifikan dalam mendiagnosa kelainan pada tiroid. Pemeriksaan radiografi foto polos berguna untuk melihat dorongan dan tekanan pada trakea serta kalsifikasi didalam jaringan tiroid dan foto toraks dibuat untuk melihat kemungkinan penyebaran ke mediastinum bagian atas atau paru.12

Berdasarkan tingkat akurasi diagnostik, temuan radiografi polos adalah tidak sensitif dan tidak spesifik. Gondok retrosternal yang disebabkan oleh stenosis trakea adalah cukup besar untuk menimbulkan gejala dan dapat ditampilkan pada radiografi polos, namun Tomografi Komputer adalah lebih sensitif dan spesifik. Selain itu,penemuan kalsifikasi pada kanker tiroid bertumpang tindih dengan yang dari penyakit jinak. Di samping itu, gambaran radiografi polos juga tidak dapat menunjukkan diagnosa yang benar, contohnya seperti stenosis trakea atau penyimpangan dapat disebabkan oleh penyebab lain, bukan hanya gondok retrosternal. Demikian pula, pengapuran di leher dapat memiliki beberapa penyebab lain selain kanker tiroid.13

Radiografi apikal bentuk kon dari dada atas menunjukkan kalsifikasi lengkung dalam adenoma tiroid pada akar leher di sisi kanan.

Foto rontgen dada posteroanterior menunjukkan gondok retrosternal besar (G) yang mendorong trakea ke kiri (panah).2.4.2.Sonografi Tiroid

Sonografi merupakan salah satu pencitraan diagnostik untuk pemeriksaan alat-alat tubuh, di mana kita dapat mempelajari bentuk, ukuran, anatomis, gerakan, serta hubungan dengan jaringan sekitarnya. Pemeriksaan ini bersifat tidak invasif, tidak menimbulkan rasa sakit pada penderita, dapat dilakukan dengan cepat, aman dan data yang diperoleh mempunyai nilai diagnostik yang tinggi. Akhir-akhir ini pemeriksaan sonografi tiroid menjadi semakin popular dan berkembang terutama dengan dipergunakannya alat sonografi yang dilengkapi atau mempunyai daya resolusi tinggi.14,16

Kelainan yang biasa didiagnosis dengan menggunakan sonografi antara lain, agenesis tiroid, hemiagenesis tiroid, disgenesis tiroid, Hashimotos Thyroiditis, hyperthyroidism, multinodular goiter, massa leher superfisial-lipoma, nodul tiroid malignan, nodul tiroid benigna, adenoma paratiroid dan kista pada kelenjar tiroid. Kelainan yang paling biasa ditemui adalah nodul kelenjar tiroid. Oleh karena sensitivitas sonografi yang sangat tinggi, nodul kelenjar tiroid yang sangat kecil dan tidak teraba dapat ditemui dengan mudah sewaktu pemeriksaan.1Terdapat tujuh peranan sonografi yang penting pada pemeriksaan tonjolan tiroid:161. Dengan cepat dapat menentukan apakah tonjolan tersebut di dalam atau di luar tiroid.

2. Dengan cepat dan akurat dapat membedakan lesi kistik dari lesi solid.

3. Dengan lebih mudah dapat dikenali apakah tonjolan tersebut tunggal atau lebih dari satu.

4. Dapat membantu penilaian respon pengobatan pada terapi supresif.

5. Dapat membantu mencari keganasan tiroid pada metastasis yang tidak diketahui tumor primernya.

6. Sebagai pemeriksaan penyaring terhadap golongan resiko tinggi untuk menemukan keganasan tiroid.7. Sebagai pengarah pada biopsi aspirasi tiroid.

Sonografi tiroid dilakukan dengan teknik yang mudah dengan alat yang disediakan. Persediaan pasien adalah dengan memakai pakaian yang nyaman. Pasien baring dalam posisi terlentang dan kepala diekstensi maksimal dengan diganjal bantal. Sebelum pemeriksaan, jelly dipakai pada alatnya supaya kontak dengan kulit dan transduser baik. Pemeriksaan dilakukan dengan posisi transduser yaitu transversal mulai dari pole bawah digeser ke pole atas dan kemudian dilakukan dengan posisi transduser longitudinal yaitu dimulai dari lateral ke medial.15,18

Gambar menunjukkan gambaran longitudinal dan transversal kelenjar tiroid

Pada gambaran normal sonografi, tiroid kelihatan terdiri dari dua lobus yaiutu kanan dan kiri yang dihubungkan dengan isthmus. Kelenjar tiroid dipisahkan dari kulit yang hiperekogenik hanya oleh lapisan otot tipis yang hipoekoik (sternohyoid, sternotiroid), yang menyusun dinding anterior tiroid. Kelenjar tiroid nampak sedikit lebih padat daripada struktur di sampingnya karena kandungan yodium dari tiroid itu sendiri. Ia memiliki gambaran homogen dengan penampilan seperti kaca yang mengkilap. Setiap lobus memiliki kontur bulat berbentuk halus dan tidak lebih dari 3 - 4 cm tingginya, 1 - 1,5 cm lebar, dan kedalaman 1 cm. 18Isthmus diidentifikasi dengan sangat baik, terletak di anterior trakea sebagai struktur yang homogen yang kira-kira 0,5 cm dan 2 - 3 mm kedalamannya. Lobus piramidal tidak terlihat, kecuali diperbesar secara signifikan. Otot-otot sekitarnya ekogenisitasnya lebih rendah daripada jaringan tiroid. Trakea berisi udara tidak mengirimkan sinyal sonografi dan hanya bagian anterior dari cincin tulang rawan memiliki gambaran yang jelas. Arteri karotis dan pembuluh darah lainnya memiliki gambaran echo-free kecuali jika terjadi kalsifikasi.17,18

Gamabar menunjukkan gambaran sonografi normal kelenjar tiroid

Volume lobus tiroid (dalam cm3) pada pemeriksaan sonografi dapat dihitung dengan menggunakan rumus. Dimana a = lebar, yaitu jarak antara dinding lateral dan medial lobus dalam sentimeter (cm), b = kedalaman, yaitu jarak antara dinding anterior dan posterior lobus dalam sentimeter (cm), dan c = panjang, yaitu jarak antara ujung teratas dan terbawah lobus pada potongan transversal (cm).18

Gambar menunjukkan bagian-bagian tiroid normal pada USG

Nodul tiroid dapat diidentifikasi dengan sonografi karena mereka dapat mengubah bentuk seragam atau pola echo kelenjar tiroid. Nodul tiroid mungkin besar atau kecil. Mereka mungkin mendistorsi/mengubah arsitektur tiroid di sekitarnya atau mungkin tinggal di dalam lobus dan akan mengganggu bentuk sebenarnya. Karaszewski, et al telah melaporkan bahawa prevalensi nodul tiroid yang dideteksi dari pemeriksaan sonografi adalah 14,8%. Teknik Doppler dapat menunjukkan vaskularisasi meningkat dalam nodul atau halo. Nodul bukan penyakit tunggal tetapi merupakan manifestasi penyakit yang berbeda termasuk adenoma, karsinoma, radang, kista, daerah fibrosis, daerah pembuluh darah, dan akumulasi koloid.14,17

Sonografi dengan lebih mudah dapat membedakan lesi tiroid tunggal dan lesi yang lebih dari satu. Hal ini sangat penting karena biasanya suatu keganasan itu terdiri dari lesi yang tunggal. Menurut beberapa penulis, jika secara pemeriksaan klinis teraba satu tonjolan di tiroid, maka sebanyak 40% akan ditemui lesi multiple pada pemeriksaan sonografi, demikian juga secara skintigrafi ditemui lesi tunggal, maka untuk 25-30% akan ditemui lesi multipel pada pemeriksaan sonografi16.

Gambar menunjukkan nodul tiroid yang malignan

Hashimatos thyroiditis merupakan salah satu penyebab umum goiter dan hypothyroidism. Meskipun sonografi secara luas digunakan untuk evaluasi nodul tiroid, penggunaanya dalam penyakit tiroid difus masih tetap terbatas. Suatu abnormalitas ditandai dengan rendahnya ekogenitas difus telah dilaporkan dalam diagnosis penyakit autoimun tiroid baru-baru ini. Menurut studi, hipoekogenitas tiroid sangat sugestif dalam diagnosis Hashimotos thyroiditis. Pertemuan lain yang turut mendukung diagnosis ialah, adanya area kecil ekopenik multipel yang tidak regular, area linear ekogenik dan ketidakteraturan perbatasan tiroid.19 Dengan menggunakan transduser berfrekuensi 10MHz, resolusi yang optimum serta kualitas foto yang baik, nodul dan kista yang berukuran 3mm dapat dideteksi oleh sonografi tersebut. Selain sebagai alat mendeteksi nodul, sonografi juga dapat digunakan sebagai alat bagi memonitor perkembangan ukuran nodul, mengarah biopsi FNAB, serta membantu dalam melakukan aspirasi lesi kistik. Sonografi juga dapat membantu dalam mengevaluasi adanya rekuren dari kanker tiroid, termasuk derajat metastase sel-sel ganas melalui kelenjar getah bening di servikal. Pada pasien ini telah dilakukan pemeriksaan sonografi tiroid didapatkan struma difusa hipervaskular tiroid bilateral sesuai gambaran Grave`s Disease dan kalsifikasi pole bawah dekstra.18

Gambar Hashimato Thyroiditis

.

Gambar hiperthyroidism

2.4.3.Tomografi Komputer pada Kelenjar Tiroid

Pada potongan aksial tomografi komputer kelenjar tiroid terlihat seperti struktur yang tampak berbatas tegas, terletak pada kedua sisi trakea. Kelenjar tiroid akan sangat jelas terlihat pada pemberian kontras media Iodine pada pemeriksaan tomografi komputer. Di bagian posterior lobus tiroid terdapat kelenjar parathioid yang kecil kecil dan biasanya berjumlah 4 buah.20

Anatomi normal kelenjar tiroid pada potongan aksial tomografi komputerPersiapan Ruangan dan Peralatan20Peralatan yang diperlukan untuk pemeriksaan meliputi:

Kontras media dimasukkan ke dalam automatic injector sebanyak 90 ml Ultravist 300mgI/ml

Alat-alat untuk memasang infus : IV kateter no 18 atau 20, infus set, cairan infus NaCl 0,9 %, kapas alkohol, plester

Three way untuk sambungan antara infus dengan automatic injector

Persiapan pasien Karena pemeriksaan ini menggunakan kontras media iodine yang mungkin dapat menyebabkan terjadinya reaksi alergi pada pasien pasien tertentu yang sensitif terhadap Iodine, maka sebelum pemeriksaan harus dilakukan screening terhadap pasien apakah mempunyai riwayat alergi, dan pasien harus mengisi informed consent. Pasien juga harus dilakukan pemeriksaan darah laboratorium yang meliputi ureum dan creatinine. Setelah semuanya siap pasien diminta berganti pakaian dengan pakaian untuk pemeriksaan. Lepaskan semua bahan yang dapat mengganggu pemeriksaan terutama barang-barang yang terbuat dari logam.20Pasien diposisikan supine, kedua lengan di samping tubuh. Kepala pada head holder.pasang infus NaCl 0,9 % dengan jarum IV kateter no. 18 atau 20, disambung dengan three way dan automatic injector yang telah berisi kontras sebanyak 90 ml. Setelah infus terpasang pasien diposisikan dengan sentrasi infrared pada pertengahan kartilago krikoidea pada daerah leher. Atur posisi pasien sehingga sentrasi tepat pada garis pertengahan aksila maupun garis pertengahan sagital.20

Beberapa hasil gambaran tomografi komputer Tiroid sebelum pemberian kontras media intravena dalam potongan aksial memperlihatkan pembesaran kelenjar tiroid kanan dan kiri:

Beberapa hasil gambaran tomografi komputer tiroid dalam potongan aksial setelah pemberian kontras media Ultravist 300 mgI/ml sebanyak 90 ml, memperlihatkan pembesaran kelenjar tiroid kanan dan kiri :

2.4.4.Pencitraan Resonansi Magnetik pada Kelenjar Tiroid

Pencitraan resonansi magnetik merupakan salah satu cara pemeriksaan diagnostik dalam ilmu kedokteran, khususnya radiologi, yang menghasilkan gambaran potongan tubuh manusia dengan menggunakan medan magnit tanpa menggunakan sinar-X. Prinsip dasar pencitraan resonansi magnetik adalah inti atom yang bergetar dalam medan magnet. Pencitraan resonansi magnetik menggunakan medan magnet, bukan sinar-X, untuk menghasilkan gambar rinci dari tubuh. Sebuah media kontras (pewarna khusus) dapat disuntikkan ke dalam vena pasien untuk menciptakan gambaran yang lebih jelas.21

Potongan transversal dan koronal dari pencitraan resonansi magnetic menunjukkan suatu massa heterogen 2.5x2.2x3.5 cm below pada lobus kiri tiroid

Hiperplasia kelenjar tiroid difus (a) potongan depan, (b) potongan transversal, (c) potongan sagital

Potongan koronal pencitraan resonansi magnetic leher. Terlihat kelenjar tiroid homogeny dengan massa hipointense (panah merah) pada inferior kedua kelenjar tiroid.2.4.5.SKINTIGRAFI TIROID

Definisi

Sebuah pencitraan tiroid dengan prosedur diagnostik yang menghasilkan gambar fungsional kelenjar tiroid. Hal ini dapat membantu dokter menentukan ukuran, bentuk, dan posisi dari kelenjar tiroid.11Tujuan Skintigrafi

Ia dapat memberikan informasi tentang ukuran dan bentuk kelenjar serta kegiatan-kegiatan kelenjar.11Sebagai contoh, skintigrafi tiroid digunakan untuk menentukan bagaimana jaringan tiroid aktif membentuk hormon tiroid. Gambaran ini dapat menentukan apakah peradangan kelenjar tiroid (tiroiditis) hadir. Hal ini juga dapat mendeteksi keberadaan dan tingkat hiperaktivitas kelenjar (hipertiroidisme). Dalam kasus ini scan mengungkapkan penyerapan yodium meningkat oleh kelenjar keseluruhan.11

Selain itu, skintigrafi tiroid dapat memberikan informasi tentang daerah tertentu dalam kelenjar tiroid dan dapat membantu untuk menentukan apakah setiap daerah lokal yang berfungsi hiper atau di bawah fungsi dibandingkan dengan sisa dari kelenjar. Dalam kasus ini muncul bintik pada gambar yang sesuai untuk daerah yang mengambil iodium berbeda dari sisa kelenjar.16Scanning tiroid sangat membantu dalam mengevaluasi nodul tiroid, terutama setelah jarum halus biopsi aspirasi telah gagal memberikan diagnosis. Sebuah scan akan mengungkapkan apakah nodul tiroid "berfungsi" atau "non-functioning". Dokter merujuk pada nodul fungsi hiper dari tiroid (orang-orang yang secara aktif mengambil yodium untuk menghasilkan hormon tiroid lebih daripada sekitarnya jaringan tiroid) sebagai "hot" nodul, dan daerah-daerah hyperfunctioning terlihat pada gambar dari kelenjar tiroid. Sebuah nodul non-functioning tidak mengambil yodium dan menghasilkan lokal "dingin" daerah pada citra kelenjar tiroid.161.PROSEDUR PEMERIKSAANa. In Vitro Radioimmunoassay (RIA) Teknik pemeriksaan yang digunakan yaitu darah pasien 5 cc (dipisahkan antara plasma dan sel darah merah) Plasma darah + Larutan I-125 + Kit hormon triodothironine (T3) dan thyroxine (T4) T3 dan T4 yang mengikat I-125 akan mengendap sedangkan yang tidak mengikat akan tetap dalam cairan Pisahkan endapan dan cairan Hitung aktivitas pada endapan dengan alat Well Type Counter Hasil perhitungan dapat menentukan nilai T3 dan T4 dalam darah yang menggambarkan fungsi dari tiroid

b. In Vivo16 Up Take Tiroid Tiroid Skintigrafi2. PEMILIHAN RADIONUKLIDA

I 131 Dengan waktu paruh 8,1 hari memungkinkan dapat disimpan. Energi gamma 364 keV mudah dideteksi dari luar tubuh. Memancarkan sinar beta sehingga dapat digunakan untuk internal radiasi pada hipertiroidsime (graves disease) dan kanker tiroid.

Tc 99m Waktu paruhnya pendek (6,02 jam) sehingga beban radiasi terhadap pasien rendah. Energi gamma 140 keV, sangat efisien dideteksi oleh kristal skintilasi ukuran 3/8 inchi. Bentuk molekulnya sama dengan Iodium, sehingga dapat diserap oleh kelenjar tiroid namun mudah dilepas kembali.

I 123 Waktu paruhnya 13,3 jam. Energi gamma 159 keV. Dapat diproduksi melalui siklotron.

Dari ke3 radionuklida di atas, Tc - 99m merupakan radionuklida yang sekarang banyak dipakai untuk pemeriksaan tiroid, sedangkan pada kasus post tiroidektomi untuk melihat ada tidaknya sisa tiroid masih dipakai I-131.203. INDIKASI Evaluasi nodul tiroid Evaluasi pembesaran kelenjar tiroid tanpa nodul yang jelas Evaluasi jaringan tiroid ektropik atau sisa pasca operasi Evaluasi fungsi tiroid

4. RADIOFARMAKA NaI 131 dosis 300 Ci, diberikan per oral Tc-99m pertechnetate dengan dosis 2 5 mCi, diberikan secara intravena 5. PERALATAN Kamera gamma kolimator pinhole atau kolimator LEHR untuk Tc-99m pertechnetate dan energi medium untuk I 131. Pemilihan kolimator tergantung pada energi radiasi gamma utama dari radionuklida yang digunakan.6. PERSIAPAN PASIEN Bila yang digunakan NaI 131, pasien dipuasakan selama 6 jam. Obat obat dihentikan selama beberapa waktu.7. PERSIAPAN PEMERIKSAAN Siapkan bahan radioaktif 99mTc didalam spuit dengan aktivitas 2 5 mCi pemberian dilakukan dengan penyuntikan intravena. Pemeriksaan dilakukan 10 - 15 menit setelah pemberian radiofarmaka. Pada kasus post tiroidektomi radiofarmaka yang dipakai NaI-131 dengan aktivitas 300 Ci diberikan per oral. Pemeriksaan dilakukan 24 jam setelah pemberian radiofarmaka.8. TATALAKSANA Pencitraan dilakukan 10 15 menit setelah penyuntikan 99mTc pertechnetate intravena, atau 24 jam setelah minum NaI 131. Pasien tidur terlentang dibawah kamera gamma dengan leher ( 10 cm) dalam keadaan hiperekstensi. Pencitraan statik dilakukan pada posisi AP (kalau perlu oblique kiri dan kanan). Pada kartilago tiroid dan jugulum diberi tanda marker.9. PROSES PENGOLAHAN DATA Data yang didapat selama pemeriksaan diproses melalui komputer pengolah data. Hasil yang didapat berupa gambar tiroid serta perhitungan up take dan dengan bantuan formater difotokan pada film format

10. CATATAN Radionuklida yang paling ideal untuk evaluasi kelenjar tiroid adalah NaI-131, karena energinya tidak terlalu tinggi (159 keV) dengan waktu paruh pendek (13,2 jam). Obat-obat tertentu, terutama yang mengandung iodium dan hormon tiroid akan mengganggu.20BAB 3KESIMPULANPemeriksaan radiologis memainkan peranan penting dalam mendiagnosis kelainan pada kelenjar tiroid. Walaupun pemeriksaan radiologis bukan baku emas dalam mendiagnosis kelainan pada kelenjar tiroid, tetapi sangat biasa digunakan dalam bidang medis dan juga sangat mudah untuk dilakukan. Pemeriksaan sonografi sangat penting dalam mendiagnosis kelainan seperti agenesis tiroid, hemiagenesis tiroid, disgenesis tiroid, Hashimotos Thyroiditis, hyperthyroidism, multinodular goiter, massa leher superfisial-lipoma, nodul tiroid malignan, nodul tiroid benigna, adenoma paratiroid dan kista pada kelenjar tiroid. Pemeriksaan sonografi dilakukan dengan cara yang mudah dan tidak invasif terhadap pasien.DAFTAR PUSTAKA

1. Ganong, William. Kelenjar Thyroid, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edisi kedua puluh. Jakarta, McGraw-Hill & EGC. 2003.

2. Guyton, Arthur C. Hormon Thyroid, Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit, edisi ketiga. Jakarta, EGC. 1995.

3. Geneser, Finn. Kelenjar Thyroid, Buku Teks Histologi, jilid 2, edisi pertama. Jakarta, Binarupa Aksara.1994.

4. Sabiston, David C. Glandula Thyroidea, Buku Ajar Ilmu Bedah, jilid 1. Jakarta, EGC. 1995.

5. Sloane, Ethel. Kelenjar Thyroid, Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula, edisi pertama. Jakarta, EGC.2004.

6. Guibson, John. Kelenjar Thyroid, Fisiologi & Anatomi untuk Perawat, edisi kedua. Jakarta, EGC. 2003.

7. Moore, Keith L. and Anne M. R. Agur. Glandula Thyroidea, Anatomi Klinis Dasar. Jakarta, Hipokrates. 2002.

8. Putz, R. and R. Pabst. Neck, Sobotta, Atlas of Human Anatomy, part 1, 12th edition. Los Angeles, Williams & Wilkins. 1999.

9. Price, Sylvia Anderson, et. al. Gangguan Kelenjar Thyroid, Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, edisi keenam. Jakarta, EGC. 2006.10. Nakahara H, Noguchi S, Murakami N, et al. MRI of thyroid and parathyroid masses. Radiology. 1997;202:765-772.11. Naik KS, Bury RF. Imaging the thyroid. Clin Radiol. 1998;53:630-63912. Khan N.A., Thyroid Nodule Imaging, Medscape Reference, 2012.13. Nevell lori, Tests to Diagnose a Thyroid Problem, Livestrong reference, 2010.14. Sanel T, Hemadi, Haghighatkhah HR, et al. Prevelance of Incidential Thyroid Nodules Diagnosed by Ultrasound in Iranian Population. Iran. J. Radiol; 2008.15. Joseph F, Gilbert H, Peter R, et al. High Resolution Real Time Sonography of the Thyroid. Radiology 145;1982.16. Sjahriar Rasad. Radiologi Diagnostik. Edisi 2: 528-535, 2008.17. http://dewisriwulandaricases.wordpress.com/2012/01/22/hipertiroid/18. http://usu-med.blogspot.com/2011/08/peranan-usg-tiroid.html19. Iigan Seyfettin., et al. The diagnostic value of ultrasound in the detection of Hashimotos Thyroiditis: comparison with serum antibody level and cytology.Turkish Journal of Endocrinology and Metabolism, 1999, 3:109-112.20. Fischbach FT, Dunning MB III, eds. (2009). Manual of Laboratory and Diagnostic Tests, 8th ed. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.21. Cooper DS, Doherty GM, Haugen BR, Kloos RT, Lee SL, Mandel SJ, Mazzaferri EL, McIver B, Sherman SI, Tuttle RM; American Thyroid Association Guidelines Taskforce. Thyroid [2006] 12