pasien dengan gangguan kelenjar tiroid

26
Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Kelenjar Tiroid Kelompok SGD 6 : Luh Putu Utami Adnyani (1302105013) Dewa Ayu Sara Purwati Dewi (1302105022) Ni Putu Juliadewi Eka Gunawati (1302105033) Putu Maya Prihatnawati (1302105040) Ni Ketut Natalia Kristianingsih (1302105054) Devi Dwi Yanthi (1302105057) Harista Miranda Salam (1302105059) I Putu Eri Aditya (1302105073) Made Ayu Wedaswari Widya (1302105080) I Gusti Ayu Angga Sukmaniti (1302105081) PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

Upload: devi-dwi-yanthi

Post on 25-Dec-2015

49 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Asuhan Keperawatan

TRANSCRIPT

Page 1: Pasien Dengan Gangguan Kelenjar Tiroid

Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Kelenjar Tiroid

Kelompok SGD 6 :

Luh Putu Utami Adnyani (1302105013)

Dewa Ayu Sara Purwati Dewi (1302105022)

Ni Putu Juliadewi Eka Gunawati (1302105033)

Putu Maya Prihatnawati (1302105040)

Ni Ketut Natalia Kristianingsih (1302105054)

Devi Dwi Yanthi (1302105057)

Harista Miranda Salam (1302105059)

I Putu Eri Aditya (1302105073)

Made Ayu Wedaswari Widya (1302105080)

I Gusti Ayu Angga Sukmaniti (1302105081)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2014

Page 2: Pasien Dengan Gangguan Kelenjar Tiroid

CASE: (KELOMPOK 6 & 7)

Nn. Weni, 19 tahun mengeluh bengkak pada leher sehingga sulit menelan. Pasien didiagnosa

Struma dan direncakan akan dilakukan pembedahan.

Tasks

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Struma?

Struma adalah reaksi adaptasi terhadap kekurangan yodium yang ditandai dengan

pembesaran kelenjar tyroid. (Djoko Moelianto, Ilmu penyakit Dalam, 1993). Struma

adalah setiap pembesaran kelenjar tiroid yang disebabkan oleh penambahan jaringan

kelenjar tiroid yang menghasilkan hormon tiroid dalam jumlah banyak, sedangkan

struma nodosa non toksik adalah pembesaran kelenjar tiroid yang secara klinik teraba

nodul satu atau lebih tanpa disertai tanda-tanda hipertiroidisme. Struma disebut juga

goiter adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran kelenjar tiroid

akibat kelainan glandula tiroid dapat berupa gangguan fungsi atau perubahan susunan

kelenjar dan morfologinya. Dampak struma terhadap tubuh terletak pada pembesaran

kelenjar tiroid yang dapat mempengaruhi kedudukan organ-organ di sekitarnya. Di

bagian posterior medial kelenjar tiroid terdapat trakea dan esophagus. Struma dapat

mengarah ke dalam sehingga mendorong trakea, esophagus dan pita suara sehingga

terjadi kesulitan bernapas dan disfagia. Hal tersebut akan berdampak terhadap gangguan

pemenuhan oksigen, nutrisi serta cairan dan elektrolit. Bila pembesaran keluar maka

akan memberi bentuk leher yang besar dapat asimetris atau tidak, jarang disertai

kesulitan bernapas dan disfagia.

2. Jelaskan penyebab Struma?

Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tiroid merupakan faktor

penyebab pembesaran kelenjar tiroid antara lain:

1. Defisiensi iodium

Pada umumnya, penderita penyakit struma sering terdapat di daerah yang kondisi

air minum dan tanahnya kurang mengandung iodium, misalnya daerah

pegunungan.

2. Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesis hormon tiroid.

a. Penghambatan sintesis hormon oleh zat kimia (seperti substansi dalam kol, lobak,

dan kacang kedelai).

Page 3: Pasien Dengan Gangguan Kelenjar Tiroid

b. Penghambatan sintesis hormon oleh obat-obatan (misalnya: thiocarbamide,

sulfonylurea, dan lithium) (Brunicardi et al, 2010).

c. Hiperplasi dan involusi kelenjar tiroid.

Pada umumnya ditemui pada masa pertumbuhan, pubertas, menstruasi, kehamilan,

laktasi, menopause, infeksi dan stress lainnya. Dimana menimbulkan nodularitas

kelenjar tiroid serta kelainan a`rseitektur yang data berkelanjutan dengan berkurangnya

aliran darah didaerah tersebut`.

3. Jelaskan apa saja keluhan dan gejala klinis yang mungkin muncul pada pasien

Struma? Pada Nn. Weni, apa saja gejala yang anda temukan dan apa saja yang

perlu dikaji lebih dalam?

Keluhan dan Gejala Klinis yang mungkin muncul pada pasien struma

Pembesaran kelenjar tiroid atau struma diklasifikasikan berdasarkan efek fisiologisnya,

klinis, dan perubahan bentuk yang terjadi. Struma dapat dibagi menjadi:

1. Struma Toksik, yaitu struma yang menimbulkan gejala klinis pada tubuh, berdasarkan

perubahan bentuknya dapat dibagi lagi menjadi

a. Diffusa, yaitu jika pembesaran kelenjar tiroid meliputi seluruh lobus, seperti yang

ditemukan pada Grave’s disease.

Keluhan dan Gejala Klinis: Penyakit ini lebih sering ditemukan pada orang muda

dengan gejala seperti berkeringat berlebihan, tremor tangan, menurunnya toleransi

terhafap panas, penurunan berat badan, ketidakstabilan emosi, gangguan

menstruasi berupa amenorrhea, dan polidefekasi ( sering buang air besar ). Klinis

sering ditemukan adanya pembesaran kelenjar tiroid, kadang terdapat juga

manifestasi pada mata berupa exophthalmus dan miopatia ekstrabulbi. Walaupun

etiologi penyakit Graves tidak diketahui pasti, tampaknya terdapat peran dari

suatu antibodi yang dapat ditangkap reseptor TSH, yang menimbulkan stimulus

terhadap peningkatan hormon tiroid. Penyakit ini juga ditandai dengan

peningkatan absorbsi yodium radiokatif oleh kelenjar tiroid. (Benno Syahnbana,

2012)

b. Nodosa, yaitu jika pembesaran kelenjar tiroid hanya mengenai salah satu lobus,

seperti yang ditemukan pada Plummer’s disease.

Page 4: Pasien Dengan Gangguan Kelenjar Tiroid

Keluhan dan Gejala Klinis: Saat anamnesis, sulit untuk membedakan antara

Grave’s disease dengan Plummer’s disease karena sama-sama menunjukan gejala-

gejala hipertiroid. Yang membedakan adalah saat pemeriksaan fisik di mana pada

saat palpasi kita dapat merasakan pembesaran yang hanya terjadi pada salah satu

lobus. (Benno Syahnbana, 2012)

2. Struma Nontoksik, yaitu struma yang tidak menimbulkan gejala klinis pada tubuh,

berdasarkan perubahan bentuknya dapat dibagi lagi menjadi

a. Diffusa, seperti yang ditemukan pada endemik goiter

Keluhan dan Gejala Klinis: Sebagian besar manifestasi klinik berhubungan dengan

pembesaran kelenjar tiroid. Sebagian besar pasien tetap menunjukkan keadaan

eutiroid, namun sebagian lagi mengalami keadaaan hipotiroid. Hipotiroidisme

lebih sering terjadi pada anak-anak dengan defek biosintetik sebagai penyebabnya,

termasuk defek pada transfer yodium. (Benno Syahnbana, 2012)

b. Nodosa, seperti yang ditemukan pada keganasan tiroid

Keluhan dan Gejala Klinis: Pada umumnya struma nodosa non toksik tidak

mengalami keluhan karena tidak ada hipo- atau hipertiroidisme. Yang penting pada

diagnosis SNNT adalah tidak adanya gejala toksik yang disebabkan oleh

perubahan kadar hormon tiroid, dan pada palpasi dirasakan adanya pembesaran

kelenjar tiroid pada salah satu lobus. Biasanya tiroid mulai membesar pada usia

muda dan berkembang menjadi multinodular pada saat dewasa. Karena

pertumbuhannya berangsur-angsur, struma dapat menjadi besar tanpa gejala

kecuali benjolan di leher. Sebagian besar penderita dengan struma nodosa dapat

hidup dengan strumanya tanpa keluhan. (Benno Syahbana, 2012)

Walaupun sebagian struma nodosa tidak mengganggu pernafasan karena menonjol

ke depan, sebagian lain dapat menyebabkan penyempitan trakea bila

pembesarannya bilateral. Struma nodosa unilateral dapat menyebabkan

pendorongan sampai jauh ke arah kontra lateral. Pendorongan demikian mungkin

tidak mengakibatkan gangguan pernafasan. Penyempitan yang berarti

menyebabkan gangguan pernafasan sampai akhirnya terjadi dispnea dengan stridor

inspiratoar. Keluhan yang ada ialah rasa berat di leher. Sewaktu menelan trakea

Page 5: Pasien Dengan Gangguan Kelenjar Tiroid

naik untuk menutup laring dan epiglotis sehingga terasa berat karena terfiksasi

pada trakea. (Benno Syahnbana, 2012)

Gejala yang di temukan pada Nn. Weni

Keluhan Utama (Berdasarkan Kasus) :

Pasien mengeluh bengkak pada leher sehingga sulit menelan.

Rasionalnya : Pada penyakit struma nodosa nontoksik tiroid membesar dengan

lambat. Awalnya kelenjar ini membesar secara difus dan permukaan licin. Jika

struma cukup besar, akan menekan area trakea yang dapat mengakibatkan

gangguan pada respirasi dan juga esofagus tertekan sehingga terjadi gangguan

menelan (Brunicardi et al, 2010).

Hal Yang Perlu Dikaji Lebih Dalam

Pengkajian Data :

1. Identifikasi klien.

Nama : Nn Weni

Umur: 19 Tahu

2. Keluhan utama klien.

Keluhan utama biasanya nyeri pada leher, sulit menelan , sulit berbicara

3. Riwayat penyakit sekarang

Biasanya didahului oleh adanya pembesaran nodul pada leher yang semakin

membesar sehingga mengakibatkan terganggunya pernafasan karena penekanan

trakhea eusofagus sehingga perlu dilakukan operasi.

4. Riwayat penyakit dahulu

Perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit

gondok, misalnya pernah menderita gondok lebih dari satu kali, tetangga atau

penduduk sekitar berpenyakit gondok.

5. Riwayat kesehatan keluarga

Dimaksudkan barangkali ada anggota keluarga yang menderita sama dengan klien

saat ini.

6. Riwayat psikososial

Akibat dari benjolan pada leher kemungkinan klien merasa malu dengan orang lain.

Page 6: Pasien Dengan Gangguan Kelenjar Tiroid

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum

Pada umumnya keadaan penderita lemah dan kesadarannya composmentis dengan

tanda-tanda vital yang meliputi tensi, nadi, pernafasan dan suhu yang berubah.

Pemeriksaan leher

Inspeksi : Inspeksi dilakukan oleh pemeriksa yang berada di depan penderita yang

berada pada posisi duduk dengan kepala sedikit fleksi atau leher sedikit terbuka. Jika

terdapat pembengkakan atau nodul, perlu diperhatikan beberapa komponen yaitu

lokasi, ukuran, jumlah nodul, bentuk (diffus atau noduler kecil), gerakan pada saat

pasien diminta untuk menelan dan pulpasi pada permukaan pembengkakan.

Palpasi: Pemeriksaan dengan metode palpasi dimana pasien diminta untuk duduk,

leher dalam posisi fleksi. Pemeriksa berdiri di belakang pasien dan meraba tiroid

dengan menggunakan ibu jari kedua tangan pada tengkuk penderita. Pada palpasi

teraba batas yang jelas, bernodul satu atau lebih, konsistensinya kenyal.

Benjolan awalnya sebesar telor puyuh lalu membesar hingga sebesar telor bebek.

Keluhan tanpa disertai nyeri menelan ataupun gangguan perubahan suara menjadi

serak. Pada pemeriksaan fisik tampak massa di leher kiri depan dengan ukuran ±

10x7x4 cm, permukaan berbenjol, konsistensi padat kenyal, batas atas dan samping

kanan-kiri tegas namun batas bawah tidak jelas, nyeri tekan (-), dan ikut bergerak

saat penderita menelan.

Page 7: Pasien Dengan Gangguan Kelenjar Tiroid

4. Jelaskan patofisiologi terjadinya Struma. (Pathway)

Mekanisme timbulnya struma adalah sebagai berikut: kekurangan yodium mencegah

produksi hormon tiroksin dan triiodotironin. Akibatnya, tidak tersedia hormon yang

dapat dipakai untuk menghambat produksi TSH oleh hipofisis anterior; hal ini

menyebabkan kelenjar hipofisis mensekresi banyak sekali TSH. Selanjutnya TSH

merangsang sel-sel tiroid menyekresi banyak sekali koloid triglobulin ke dalam folikel

dan kelenjarnya tumbuh semakin besar. Tetapi oleh karena yodiumnya kurang, produksi

tiroksin dan triiodotironin tidak meningkat dalam molekul tiroglobulin, dan oleh karena

itu tidak ada penekanan secara normal pada produksi TSH oleh kelenjar hipofisis.

Ukuran folikelnya menjadi sangat besar, dan kelenjar tiroidnya dapat membesar 10

sampai 20 kali ukuran normal.

Selain karena kekurangan yodium, penyebab struma yang lain adalah kelainan

metabolik kongenital dan tiroiditis. Dimana kelainan metabolik kongenital dapat

menyebabkan sintesa hormon tiroid terhambat sehingga yang terjadi adalah pembesaran

kelenjar tiroid. Sedangkan tiroiditi menyebabkan hipotiroid ringan yang selanjutnya

menyebabkan peningkatan sekresi TSH dan pertumbuhan yang progresif dari bagian

kelenjar yang tidak meradang. Keadaan inilah yang menjelaskan mengapa kelenjar ini

bisa nodular.

Akibat terjadinya pembesaran kelenjar tiroid terjadi penekanan mekanis trakea dan

esophagus sehingga timbul gejala –gejala obstruksi. Adanya obstruksi menyebabkan

masalah kesulitan menelan sehingga intake nutrisi tidak adekuat dan dapat

menyebabkan masalah keperawatan ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan

tubuh. Dari pembesaran kelenjar tiroid dapat menimbulkan masalah keperawatan

gangguan citra tubuh, kurangnya informasi sebelum tindakan pembedahan

menimbulkan masalah ansietas kemudian setelah pembedahan menimbulkan masalah

keperawatan nyeri akut, kerusakan komunikasi verbal, risiko infeksi, dan PK

hipoparatiroid.

Page 8: Pasien Dengan Gangguan Kelenjar Tiroid

5. Jelaskan apa pemeriksaan diagnostic dan pemeriksaan penunjang yang perlu

dilakukan untuk menentukan pasien mengalami Struma dan bagaimana hasilnya

yang menunjukkan Struma?

a. Tes Fungsi Hormon

Status fungsional kelenjar tiroid dapat dipastikan dengan perantara tes-tes fungsi

tiroid untuk mendiagnosa penyakit tiroid diantaranya kadar total tiroksin dan

triyodotiroin serum diukur dengan radioligand assay. Tiroksin bebas serum

mengukur kadar tiroksin dalam sirkulasi yang secara metabolik aktif. Kadar TSH

plasma dapat diukur dengan assayradioimunometrik.

Kadar TSH plasma sensitif dapat dipercaya sebagai indikator fungsi tiroid. Kadar

tinggi pada pasien hipotiroidisme sebaliknya kadar akan berada di bawah normal

pada pasien peningkatan autoimun (hipertiroidisme). Uji ini dapat digunakan pada

awal penilaian pasien yang diduga memiliki penyakit tiroid. Tes ambilan yodium

radioaktif (RAI) digunakan untuk mengukur kemampuan kelenjar tiroid dalam

menangkap dan mengubah yodida.

Pemeriksaan untuk mengukur fungsi tiroid. Pemeriksaan untuk mengetahui kadar

T3 dan T4 serta TSH paling sering menggunakan teknik radioimmunoassay (RIA)

dan ELISA dalam serum atau plasma darah. Kadar normal T4 total pada orang

dewasa adalah 50-120 ng/dl. Kadar normal untuk T3 pada orang dewasa adalah

0,65-1,7 ng/dl.

Data yang mungkin di dapatkan

Pemeriksaan untuk mengukur fungsi tiroid. Pemerikasaan hormon tiroid dan TSH

paling sering menggunakan radioimmuno-assay (RIA) dan cara enzyme-linked

immuno-assay (ELISA) dalam serum atau plasma darah. Pemeriksaan T4 total

dikerjakan pada semua penderita penyakit tiroid, kadar normal pada orang dewasa

60-150 nmol/L atau 50-120 ng/dL; T3 sangat membantu untuk hipertiroidisme,

kadar normal pada orang dewasa antara 1,0-2,6 nmol/L atau 0,65-1,7 ng/dL; TSH

sangat membantu untuk mengetahui hipotiroidisme primer di mana basal TSH

meningkat 6 mU/L. Kadang-kadang meningkat sampai 3 kali normal.

b. Pemeriksaan Antibodi

Page 9: Pasien Dengan Gangguan Kelenjar Tiroid

Pemeriksaan untuk menunjukkan penyebab gangguan tiroid. Antibodi terhadap

macam-macam antigen tiroid yang ditemukan pada serum penderita dengan

penyakit tiroid autoimun.

Data yang mungkin di dapatkan

1. antibodi tiroglobulin

2. antibodi mikrosomal

3. antibodi antigen koloid ke dua (CA2 antibodies)

4. antibodi permukaan sel (cell surface antibody)

5. thyroid stimulating hormone antibody (TSA)

6. Foto Rontgen leher

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat struma telah menekan atau menyumbat

trakea (jalan nafas). Foto rontgen dapat memperjelas adanya deviasi trakea atau

pembesaran struma retrosternal yang pada umumnya secara klinis pun sudah bisa

diduga. Foto rontgen leher posisi AP dan lateral biasanya menjadi pilihan.

Data yang mungkin di dapatkan

Foto ronsen toraks menunjukkan adanya soft tissue di paratrakeal kiri setinggi C7-

T4 yang mendesak trakea ke kanan dan disimpulkan suatu cervico thoracal struma.

(Mochamad Aleq Sander, 2012: Pada Struma Multi Nodosa Non Toksika

Intrathorakal)

Secara Umum, Pemeriksaan radiologis dengan foto rontgen dapat memperjelas

adanya deviasi trakea, atau pembesaran struma retrosternal yang pada umumnya

secara klinis pun sudah bisa diduga, foto rontgen leher posisi AP dan Lateral

diperlukan untuk evaluasi kondisi jalan nafas sehubungan dengan intubasi

anastesinya, bahkan tidak jarang intuk konfirmasi diagnostik tersebut sampai

memelukan CT-scan leher.

Page 10: Pasien Dengan Gangguan Kelenjar Tiroid

c. Ultrasonografi (USG)

Alat ini akan ditempelkan di depan leher dan gambaran gondok akan tampak di

layar TV. USG dapat memperlihatkan ukuran gondok dan kemungkinan adanya

kista/nodul yang mungkin tidak terdeteksi waktu pemeriksaan leher. Kelainan-

kelainan yang dapat didiagnosis dengan USG antara lain kista, adenoma, dan

kemungkinan karsinoma. USG tiroid yang bermanfaat untuk menentukan jumlah

nodul, membedakan antara lesi kistik maupun padat, mendeteksi adanya jaringan

kanker yang tidak menangkap iodium dan bisa dilihat dengan scanning tiroid.

Data yang mungkin di dapatkan

Pada pemeriksaan USG didapatkan pembesaran kelenjar tiroid bilateral dengan

kalsifikasi (+) di kedua lobus. (Mochamad Aleq Sander, 2012: Pada Struma Multi

Nodosa Non Toksika Intrathorakal)

USG di dapat data pemeriksaan tiroid untuk

1. Dapat menentukan jumlah nodul

2. Dapat membedakan antara lesi tiroid padat dan kistik,

3. Dapat mengukur volume dari nodul tiroid

4. Dapat mendeteksi adanya jaringan kanker tiroid residif yang tidak menangkap

iodium, yang tidak terlihat dengan sidik tiroid.

5. Pada kehamilan di mana pemeriksaan sidik tiroid tidak dapat dilakukan,

pemeriksaan USG sangat membantu mengetahui adanya pembesaran tiroid.

Page 11: Pasien Dengan Gangguan Kelenjar Tiroid

6. Untuk mengetahui lokasi dengan tepat benjolan tiroid yang akan dilakukan biopsi

terarah

7. Dapat dipakai sebagai pengamatan lanjut hasil pengobatan.

d. Sidikan (Scan) tiroid

Caranya dengan menyuntikan sejumlah substansi radioaktif bernama technetium-

99m dan yodium125/yodium131 ke dalam pembuluh darah. Setengah jam

kemudian berbaring di bawah suatu kamera canggih tertentu selama beberapa

menit. Hasil pemeriksaan dengan radioisotop adalah teraan ukuran, bentuk lokasi

dan yang utama adalh fungsi bagian-bagian tiroid. Scanning Tiroid dasarnya adalah

presentasi uptake dari I 131 yang didistribusikan tiroid. Dari uptake dapat

ditentukan teraan ukuran, bentuk lokasi dan yang utama ialah fungsi bagian-bagian

tiroid (distribusi dalam kelenjar). Uptake normal 15-40% dalam 24 jam.

Data yang mungkin di dapatkan

Dari hasil scanning tiroid dapat dibedakan 3 bentuk, yaitu cold nodule bila uptake

nihil atau kurang dari normal dibandingkan dengan daerah disekitarnya, ini

menunjukkan fungsi yang rendah dan sering terjadi pada neoplasma. Bentuk yang

kedua adalah warm nodule bila uptakenya sama dengan sekitarnya, menunjukkan

fungsi yang nodul sama dengan bagian tiroid lain. Terakhir adalah hot nodule bila

uptake lebih dari normal, berarti aktifitasnya berlebih dan jarang pada neoplasma.

e. Biopsi Aspirasi Jarum Halus atau FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy)

Page 12: Pasien Dengan Gangguan Kelenjar Tiroid

FNAB. Pemeriksaan histopatologis akurasinya 80%. Hal ini perlu diingat agar

jangan sampai menentukan terapi definitif hanya berdasarkan hasil FNAB saja.

Dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu keganasan. Biopsi

aspirasi jarum tidak nyeri, hampir tidak menyebabkan bahaya penyebaran sel-sel

ganas. Kerugian pemeriksaan ini dapat memberikan hasil negatif palsu karena

lokasi biopsi kurang tepat. Selain itu teknik biopsi kurang benar dan pembuatan

preparat yang kurang baik atau positif palsu karena salah intrepertasi oleh ahli

sitologi.

Data yang mungkin di dapatkan

Berikut ini penilaian FNAB untuk nodul tiroid.

1. Jinak (negatif)

Tiroid normal

Nodul koloid

Kista

Tiroiditis subakut

Tiroiditis Hashimoto

2. Curiga (indeterminate)

Neoplasma sel folikuler

Neoplasma Hurthle

Temuan kecurigaan

keganasan

3. Ganas (positif)

Karsinoma tiroid papiler

Karsinoma tiroid meduler

Karsinoma tiroid anaplastik.

Page 13: Pasien Dengan Gangguan Kelenjar Tiroid

6. Jelaskan penatalaksanaan pasien Struma

Terapi obat

Terapi ini merupakan terapi yang pertama yang diberikan pada psien apapun

diagnosisnya. Obat yang diberikan yaiu karbomazol dimana berfungsi

menurunkan sintesis hormone tiroid. Dosis awal 40-60mg/hari, kemudian

dikurangi sampai tercapai dosis pemeliharaan. Dosisnya dititrasikan sesui dengan

fungsi tiroid dan dilanjutkan selama 18 bulan. Dimana setelah itu, 50% pasien

menjadi sembuh. Pendekatan alternative adalah dengan memberikan karbimazol

dosis tinggi bersama T4 untuk mengindari hipotiroidisme (teknik block and

replace). Karbomazol menyebabkan agranulositosis pada 0,1% kasus harus segera

dihentikan apabila muncul sakit tenggorokan atau demam.

Pembedahan

Pembedahan dilakukan pada pasien yang tidak dapat diterapi dengan obat anti

tiroid. Pembedahan dengan mengangkat sebagian besar kelenjar tiroid, sebelum

pembedahan tidak perlu pengobatan dan sesudah pembedahan akan dirawat

sekiatr 3 hari. Kemudian diberikan obat tiroksik karena jaringan tiroid yang tersisa

mungkin tidak cukup untuk memproduksi hormone dalam jumlah yang adekuat

dan pemeriksaan laboratorium untuk menentukan stuma dilakukan 3-4 minggu

setelah tindakan pembedahan.

Yodium radioaktif

Yodium radioaktif memberikan radiasi dengan dosis yang tinggi pada kelenjar

tiroid sehingga menghasilkan ablasi jaringan. Yodium radioaktif akan berkumpul

dalam kelenjar tiroid sehingga memperkecil penyinaran terhadap jaringan tubuh

lainnya. Yodium radioaktif diberikan dalam benuk kapsul atau cairan yang harus

diminum di rumah sakit

7. Jelaskan masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien Struma

Masalah keperawatan yang mungkin muncul

a. Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera fisik (struma/tindakan pembedahan

struma)

Page 14: Pasien Dengan Gangguan Kelenjar Tiroid

Ditandai dengan,

DS:

- Laporan secara verbal tentang nyeri

DO:

- Sikap melindungi area nyeri

- Mengekspresikan perilaku (mis: gelisah, merengek, menangis, waspada)

- Perubahan selera makan

b. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder

akibat penyakitnya.

Ditandai dengan,

DS:

- Mengungkapkan perasaan negatif tentang tubuh

- Ketakutan terhadap reaksi orang lain

DO:

- Perubahan dalam keterlibatan sosial

- Secara sengaja menyembunyikan bagian tubuh

- Secara tidak sengaja menyembunyikan bagian tubuh

c. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pre operasi.

Ditandai dengan,

DS:

- Ungkapan secara verbal tentang kegelisahannya

DO:

- Wajah tegang

- Tremor tangan

- Peningkatan tekanan darah

- Peningkayan denyut nadi

- Gangguan tidur

- Khawatir

Page 15: Pasien Dengan Gangguan Kelenjar Tiroid

d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang kondisi, dan

kebutuhan pengobatannya

Ditandai dengan,

DS:

- Menyatakan secara verbal adanya masalah

DO:

- Ketidakakuratan mengikuti instruksi

- Prilaku tidak sesuai

e. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan kemampuan

menghasilkan bicara sekunder terhadap strumectomy

Ditandai dengan,

DS:

- Menolak bicara

DO:

- Tidak dapat bicara

- Kesulitan mengekspresikan pikiran secara verbal

- Ketidaktepatan verbalisasi

- Gagap

- Sulit bicara

- Bicara dengan kesulitan

f. Gangguan menelan berhubungan dengan obstruksi partial mekanik (struma)Ditandai dengan,

DS :

- Pasien mengatakan sulit untuk menelan

DO:

- Abnormalitas pada fase esophagus pada pemeriksaan menelan

- Terlihat bukti kesulitan menelan (mis: statis makanan pada rongga mulut,

batuk/tersedak)

- Tersedak/ batuk sebelum menelan

- Pemeriksaan fisik pada leher bawah kanan ditemukan adanya pembengkakan

(massa)

Page 16: Pasien Dengan Gangguan Kelenjar Tiroid

g. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakmampuan menelan makanan

Ditandai dengan,

DS:

- Mengeluh asupan makanan kurang dari RDA (Recommended daily allowance)

DO:

- Terlihat menghindari makanan

- Penurunan berat badan

h. Risiko infeksi berhubungan dengan masuknya organisme sekunder terhadap

pembedahan

i. PK hipoparatiroid

8. Apa edukasi yang perlu dilakukan pada pasien post operasi Struma? Pembedahan dengan mengangkat sebagian besar kelenjar tiroid, sebelum

pembedahan tidak perlu pengobatan dan sesudah pembedahan akan dirawat sekitar 3

hari. Kemudian diberikan obat tiroksin karena jaringa tiroid yang tersisa mungkin cukup

memproduksi hormone dalam jumlah adekuat dan pemerikasaan laboratorium untuk

struma dilakukan 3 – 4 minggu setelah tindakan pembedahan. Pemberian tiroksin

digunakan untuk menyusutkan ukuran struma, selama diyakini bahwa pertumbuhan sel

kanker tiroid dipengaruhi hormone TSH. Oleh karena itu untuk menekan TSH serendah

mungkin diberikan hromon tiroksin ini juga diberikan untuk mengatasi hipotiroidesme

yang terjadi sesudah operasi pengangkatan kelenjar tiroid. Setelah pengobatan

disarankan mengontrol kondisi pasien dengan teratur atau berkala untuk memastikan

dan mendeteksi adanya kekambuhan atau penyebaran, menekan munclnya komplikasi

dan kecacatan. Melakuka rehabilitas dengan membuat penderita lebih percaya diri, fisik

segar dan bugar serta keluarga dan masyarakat dapat menerima kehadirannya melalui

melakukan fisioterapi yaitu rehabilitas fisik, psikoterapi yaitu dengan rehabilitasi

kejiwaan, sosial terapi yaitu rehabilitasi sosial dan rehabilitasi aesthesis yaitu yang

berhubungan dengan kecantikan.

Page 17: Pasien Dengan Gangguan Kelenjar Tiroid

Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan di rumah

Keharusan untuk istirahat, relaksasi dan nutrisi dijelaskan kepada pasien dan keluarga.

Informasi yang spesifik mengenai kunjungan tindak lanjut ke dokter atau klinik

disampaikan karena hal ini penting memantau keadaan tiroid pasien. Pasien

diperbolehkan untuk melakukan sepenuhnya kegiatan dan tanggung jawab yang bisa

dikerjakan sebelumnya, segere setelah sembuh dari pembedahan. Dianjurkan untuk

melakukan aktivitas yang tidak banyak menimbulkan regangan pada luka insisi serta

jahitannya.

Page 18: Pasien Dengan Gangguan Kelenjar Tiroid

Daftar Pustaka

dr. Benno Syahbana, Sp.B, 2012. Referat Struma. FK Trisakti-Jakarta

Brunner & Suddart.2002. Keperawatan Medical Bedah Edisi 8 Vol 2. Jakarta : EGC

Brunicardi JH, Andersen DK, Billiar TR, Dunn DL, Hunter JG, Matthews JB. “Thyroid,

Parathyroid, and Adrenal” in Schwartz Principles of Surgery. 9th ed. the McGrawHill

Companies, Chapter 38; 2010.

Davey. Patrick. 2005. At A Glance Medicine. Jakarta : Erlangga

Guyton & Hall. 2011. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC

Mochamad Aleq Sander, dr., M.Kes., SpB., FinaCS, 2012. Struma Multi Nodosa Non Toksika

Intrathorakal. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang- Malang

NANDA. North American Nursing Diagnosis Association

Kajian Pustaka Universitas Sumatra Utara, 2011. Diakse melalui (27 September 2014)

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20013/4/Chapter%20II.pdfKajian Pustaka. Universitas Sumatra Utara. diakses melalui http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20013/4/Chapter%20II.pdf tanggal 26 September 2014

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20013/4/Chapter%20II.pdf (28

september 2014)