@g3r 22
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kehadiran bayi yang baru saja lahir merupakan saat paling
membahagiakan buat pasangan suami istri, tentu banyak hal harus
disiapkan, dan salah satu terpenting adalah memberinya Air Susu Ibu
(ASI)/menyusui. Menurut pernyataan bersama World Heald Organization
(WHO)/United Nations International Children Emergency Fund
(UNICEF) menyusui adalah suatu cara yang tidak ada duanya dalam
memberikan makanan ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi
yang sehat serta mempunyai pengaruh biologis dan kejiwaan unik
terhadap kesehatan Ibu dan bayi (Perinasia, 1994).
ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara ekslusif
adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu
formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa makanan padat seperti
pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim (Roesli, 2000).
Pemberian ASI sangat bermanfaat, menurut UNICEF dalam siaran
persnya tahun 2004 mengatakan, ASI bukanlah sekedar makanan tetapi
juga penyelamat kehidupan. Setiap tahun lebih dari 25.000 bayi di
Indonesia dan 1,3 juta bayi di seluruh dunia dapat diselamatkan dengan
pemberian ASI eksklusif. Kajian WHO, lebih dari 3000 penelitian
menunjukkan pemberian ASI selama 6 bulan adalah jangka waktu yang
paling optimal untuk pemberian ASI eksklusif. Hal ini karena ASI
mengandung semua nutrisi yang diperlukan bagi bayi untuk bertahan
hidup pada 6 bulan pertama, mulai dari hormon, antibodi, faktor
kekebalan hingga antioksidan (Nadhiroh, 2008).
UNICEF menyatakan, sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia
dan 10 juta kematian anak Balita di dunia pada tiap tahunnya, bisa dicegah
melalui pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara Eksklusif selama enam bulan
sejak kelahirannya, tanpa harus memberikan makanan serta minuman
tambahan kepada bayi (Rahmi, 2007).
Mengingat pentingnya pemberian ASI bagi tumbuh kembang yang
optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasannya, maka perlu
perhatian agar dapat terlaksana dengan benar. Faktor keberhasilan dalam
menyusui adalah menyusui secara dini dengan posisi yang benar , teratur
dan Eksklusif. Oleh karena itu salah satu yang harus diperhatikan adalah
bagaimana ibu yang bekerja dapat tetap memberikan ASI kepada bayinya
secara Eksklusif dari 0 – 6 bulan tanpa makanan pendamping, dan dapat
dilanjutkan sampai anak berumur 2 ( dua ) tahun. Sehubungan dengan hal
tersebut telah ditetapkan dengan Kepmenkes RI No.450/MENKES/IV/
2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu ( ASI ) secara Eksklusif pada bayi
Indonesia. Program Peningkatan Pemberian ASI ( PP-ASI ) khususnya
ASI Eksklusif mempunyai dampak yang luas terhadap status gizi ibu dan
bayi (Nadhiroh, 2008).
Akhir-akhir ini wanita Indonesia, khususnya para ibu muda, gencar
menggalakkan ASI Eksklusif. Hal ini merupakan tindakan yang positif.
Namun fakta menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif masih belum
maksimal. Kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI eksklusif
dipengaruhi oleh promosi produk-produk makanan tambahan dan susu
formula. Menurut Adelia, iklan-iklan tersebut bisa mengarahkan para ibu
untuk berfikir bahwa ASI yang diberikan kepada bayi belum cukup untuk
memenuhi kebutuhan gizi bayi (Prasetyono, 2009).
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku didasari
oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku didasari
oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku
tersebut akan akan bersifat positif atau langgeng (long lasting).
Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan
kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
1997 dan 2002, lebih dari 95% ibu pernah menyusui bayinya, namun yang
menyusui dalam 1 jam pertama cenderung menurun dari 8% pada tahun
1997 menjadi 3,7% pada tahun 2002. Cakupan ASI Eksklusif 4 bulan
sedikit meningkat dari 52% tahun 1997 menjadi 55,1% pada tahun 2002.
Cakupan ASI Eksklusif 6 bulan menurun dari 42,4% tahun 1997 menjadi
39,5% pada tahun 2002. Sementara itu penggunaan susu formula justru
meningkat lebih dari 3 kali lipat selama 5 tahun dari 10,8% tahun 1997
menjadi 32,5% pada tahun 2002. Menurut hasil Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003, didapati data jumlah
pemberian ASI Eksklusif pada bayi di bawah usia dua bulan hanya
mencakup 64% dari total bayi yang ada. Persentase tersebut menurun
seiring dengan bertambahnya usia bayi. Yakni, 46% pada bayi usia
2-3 bulan dan 14% pada bayi usia 4-5 bulan. Yang lebih memprihatinkan,
13% bayi di bawah dua bulan telah diberi susu formula dan satu dari tiga
bayi usia 2-3 bulan telah diberi makanan tambahan (Nadhiroh, 2008).
Pada tahun 2003 terdapat sekitar 6,7 juta Balita (27,3%) menderita
gizi kurang dan 1,5 juta diantaranya menderita gizi buruk. Anemia gizi
besi dijumpai pada sekitar 8,1 juta anak. Apabila dikaitkan dengan
pemberian air susu ibu (ASI) Eksklusif, saat ini praktik menyusui di
Indonesia cukup memprihatinkan (Depkes RI, 2007).
Menurut Pekan ASI Sedunia (2009), bahwa gambaran data
pemberian ASI berdasarkan SDKI 2007, Angka Cakupan ASI Ekslusif 6
bulan di Indonesia hanya 32,3% (SDKI 2007), masih jauh dari rata-rata
dunia, yaitu 38%. Sementara itu, saat ini jumlah bayi di bawah 6 bulan
yang diberi susu formula meningkat dari 16,7% pada tahun 2002 menjadi
27,9% pada tahun 2007.
Berdasarkan data dari Dinas kesehatan Kepri pada tahun 2008,
pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih dibawah rata-rata.
berikut ini merupakan tabel cakupan ASI Eksklusif di Provinsi Kepri.
Tabel 1.1
Rekapitulasi Cakupan ASI Eksklusif Provinsi Kepulauan Riau
Tahun 2008
Kabupaten / Kota
Jumlah Bayi
Jumlah Bayi yang mendapat ASI Eksklusif %
Karimun 5092 3689 72,45
Lingga 2239 1236 55,20
Bintan 3233 1198 37,06
Batam 21806 7905 36,25
Tanjungpinang 4705 1597 33,94
Natuna 2695 319 11,83
(Sumber: data sekunder)
Dari tabel diatas terlihat bahwa cakupan ASI eksklusif yang
tertinggi adalah di kabupaten Karimun yaitu 3689 dari 5092 bayi yang ada
atau 72,45 %. Sedangkan cakupan ASI eksklusif yang terendah terdapat
di 2 kota yaitu di kecamatan Natuna 319 dari 2695 bayi yang ada atau
11,83 %, dengan kota Tanjungpinang 1597 dari 4705 bayi yang ada
atau 33,94%.
Berdasarkan dari Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang pada
Tahun 2009 pemberian ASI eksklusif di kota Tanjungpinang masih
terendah karena belum sesuai dengan target yang tercantum dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2005-2010
yaitu 60% bayi mendapatkan ASI Eksklusif. Berikut Ini merupakan tabel
cakupan ASI Eksklusif di Kota Tanjungpinang pada tahun 2009.
Tabel 1.2
Rekapitulasi Cakupan ASI Eksklusif di Kota Tanjungpinang
Tahun 2009
Kecamatan Jumlah BayiJumlah bayi yang
mendapat ASI eksklusif %
Tanjungpinang Barat 1582 54 3,4Tanjungpinang Timur 140 38 27
Tanjungpinang Kota 577 329 57
Bukit Bestari 1586 134 8,4
Kota Tanjungpinang 953 248 26
(Sumber: data sekunder)
Berdasarkan data diatas terlihat bahwa cakupan ASI Eksklusif
yang tertinggi adalah kecamatan Tanjungpinang Kota yaitu : 57%,
sedangkan yang terendah adalah Kecamatan Tanjungpinang Barat yaitu
sekitar 3,4 % pada tahun 2009.
Tabel 1.3
Rekapitulasi Cakupan ASI Eksklusif Di Puskesmas Tanjungpinang
Tahun 2009
Kelurahan Jumlah BayiJumlah bayi yang
mendapat ASI eksklusif %
Tanjungpinang Barat 546 26 4,8Kamboja 434 15 3,5Kampung Baru 311 9 2,9Bukit Cermin 291 4 1,4
(Sumber: data sekunder)
Berdasarkan data diatas terlihat bahwa di wilayah kerja Puskesmas
Tanjungpinang pada tahun 2009 cakupan ASI Eksklusif yang terendah
adalah Kelurahan Bukit Cermin yaitu 1,4 %.
Tabel 1.4
Rekapitulasi Cakupan ASI Eksklusif Di Puskesmas Tanjungpinang
Tahun 2010
Kelurahan Jumlah BayiJumlah bayi yang
mendapat ASI eksklusif %
Tanjungpinang Barat 534 28 5,2
Kamboja 497 16 3,2
Kampung Baru 502 22 4,4
Bukit Cermin 478 14 2,9
(Sumber: data sekunder)
Berdasarkan data diatas terlihat bahwa di wilayah kerja Puskesmas
Tanjungpinang pada tahun 2010 cakupan ASI Eksklusif yang terendah
berada di Kelurahan Bukit Cermin yaitu 2,9 %.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang ASI Eksklusif di kelurahan Bukit Cermin untuk
mengetahui “ Pengaruh Faktor Predisposisi, Pendukung dan Penguat
Terhadap Perilaku Ibu Menyusui Bayi 0-6 Bulan Dalam Pemberian
ASI Eksklusif di Kelurahan Bukit Cermin Wilayah Kerja Puskesmas
Tanjungpinang pada Bulan April 2011 “.
1.2. Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini yang menjadi perumusan masalah adalah
“ Bagaimana pengaruh faktor predisposisi, pendukung dan penguat
terhadap perilaku ibu yang mempunyai bayi 0-6 dalam pemberian
ASI eksklusif di Kelurahan Bukit Cermin Wilayah Kerja Puskesmas
Tanjungpinang pada Bulan April 2011 ”.
1.3. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor predisposisi,
pendukung dan faktor penguat terhadap perilaku ibu yang mempunyai bayi
0-6 bulan dalam pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Bukit Cermin
Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungpinang pada bulan April 2011.
b. Tujuan Khusus
i. Mengetahui faktor predisposisi, pendukung dan penguat ibu yang
mempunyai bayi 0-6 bulan tentang ASI Eksklusif di Kelurahan
Bukit Cermin Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungpinang Pada
Bulan April 2011.
ii. Mengetahui perilaku ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan dalam
pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Bukit Cermin Wilayah
Kerja Puskesmas Tanjungpinang Pada Bulan April 2011.
iii. Mengetahui pengaruh faktor predisposisi, pendukung dan penguat
terhadap perilaku ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan dalam
pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas
Tanjungpinang Pada Bulan April 2011.
1.4. Manfaat Penelitian
a. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan informasi tentang
pengaruh faktor predisposisi, pendukung dan penguat terhadap
perilaku ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan dalam pemberian ASI
eksklusif di Kelurahan Bukit Cermin Wilayah Kerja Puskesmas
Tanjungpinang Pada Bulan April 2011, kepada Dinas Kesehatan
Provinsi Kepulauan Riau, Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang dan
Puskesmas Tanjungpinang untuk meningkatkan cakupan pemberian
ASI Eksklusif pada bayi 0 – 6 bulan.
b. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan perbandingan dan
pertimbangan untuk melakukan penelitian selanjutnya tentang perilaku
pemberian ASI eksklusif.
c. Bagi Ibu menyusui
Diharapkan dapat menjadi referensi bagi ibu untuk meninjau kembali
agar bersedia memberikan ASI Ekskusif pada bayinya.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti membatasi mengenai pengaruh faktor
predisposisi, pendukung dan penguat terhadap perilaku ibu yang
mempunyai bayi 0-6 bulan dalam pemberian ASI Eksklusif di kelurahan
Bukit Cermin wilayah kerja puskesmas Tanjungpinang pada bulan April
Tahun 2011.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
Pengetahuan menurut kamus besar Indonesia berasal dari kata
“Tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap
suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melaui indra mata dan telinga. Menurut Notoatmodjo ( 2003 )
pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan, yaitu :
a. Tahu ( Know )
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali ( recall ) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami ( Comprehension )
Sebagai Memahami diartikan suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat meginterprestasikan
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek
atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari.
c. Analisis ( Analysis )
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu
struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
d. Sintesis ( Synthesis )
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian - bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis itu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
e. Evaluasi ( Evaluation )
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian tehadap suatu materi atau objek, penilaian-penilaian ini
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan
kriteria-kriteria yang yang telah ada.
Menurut Hurlock (1998), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pengetahuan yaitu pendidikan (formal dan informal), umur, dan pekerjaan.
Pendidikan merupakan salah satu prasyarat utama untuk membangun
masyarakat berbasis pengetahuan. Pendidikan mempunyai pengaruh dalam
proses pembentukan prilaku yang akhirnya dapat mempengaruhi pola pikir
individu (Notoatmodjo, 2003). Semakin tinggi dan semakin formal tingkat
pendidikan seseorang, maka semakin besar pula kegiatan yang bersifat
intelek yang di lakukan dan semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang.
(Hurlock, 1998). Menurut Kontjoningrat yang dikutip oleh Nursalam,
(2003) bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka makin mudah
menerima informasi, sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang
dimiliki. Begitu juga dengan umur, semakin cukup umur tingkat
kematangan dan kekuasaan seseorang maka semakin tinggi pula
pengetahuan yang dimiliki. Akibat dari pengetahuan dan kematangan jiwa
adalah kemampuan mental yang diperlukan untuk mengingat hal-hal yang
dulu pernah dipelajari. Penalaran analogis berpikir kreatif dan mencapai
puncaknya dalam usia 20-an dan sedikit demi sedikit akan turun dalam
usia 40-an (Hurlock, 1998). Sedangkan pekerjaan merupakan
pengelompokan masyarakat pada jenis pekerjaan atau profesi, biasanya
berkaitan dengan keterampilan khususnya. Misalnya guru, dokter
pedagang, buruh, pegawai negeri, dan sebagainya (Siregar, 2004).
2.2 Perilaku
Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang
diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003),
merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang
terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini
terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian
organisme tersebut merespon, maka teori Skinner ini disebut
teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku
dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :
a. Perilaku tertutup (convert behavior)
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam
bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi
terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang
menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh
orang lain.
b. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat
oleh orang lain.
Menurut Bloom, seperti dikutip Notoatmodjo (2003), membagi
perilaku itu didalam 3 domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-
kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas.
Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan,
yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut,
yang terdiri dari ranah kognitif (kognitif domain), ranah affektif (affectife
domain), dan ranah psikomotor (psicomotor domain).
Menurut Notoatmodjo (2003), bahwa dalam perkembangan
selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan pengukuran
hasil, ketiga domain itu diukur dari :
1. Pengetahuan (knowlegde)
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :
a) Faktor Internal : faktor dari dalam diri sendiri, misalnya
intelegensia, minat, kondisi fisik.
b) Faktor Eksternal : faktor dari luar diri, misalnya keluarga,
masyarakat, sarana.
c) Faktor pendekatan belajar : faktor upaya belajar, misalnya strategi
dan metode dalam pembelajaran.
2. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954)
menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok :
a) Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek
b) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
c) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
3. Praktik atau tindakan (practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan
(overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan
yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan
(support) praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :
a) Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan
tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat
pertama.
b) Respon terpimpin (guide response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan
sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat
kedua.
c) Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar
secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan,
maka ia sudah mancapai praktik tingkat tiga.
d) Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah
berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi
tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
Dalam hal ini perilaku dapat diukur dengan menggunakan skala
likert. Menurut Hidayat (2007), bahwa skala ini digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang tentang gejala atau masalah
yang ada di masyarakat dan dialaminya. Beberapa bentuk pertanyaan atau
pernyataanyang masuk dalam kategori skala likert adalah sebagai berikut:
Sangat Setuju/ Selalu/ sangat positif diberi skor 5
Setuju/ Sering/ positif diberi skor 4
Ragu-ragu/ Kadang-kadang/ Netral diberi skor 3
Tidak setuju/ Hampir tidak pernah/ Negatif diberi skor 2
Sangat tidak setuju/ tidak pernah/ sangat negatif diberi skor 1
Skala likert dapat dibuat /disusun dalam bentuk chek-list dan
pilihan berganda. Menurut penelitian Rogers (1974) seperti dikutip
Notoatmodjo (2003), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi
perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni :
a. Kesadaran (awareness)
Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih
dahulu terhadap stimulus (objek)
b. Tertarik (interest)
Dimana orang mulai tertarik pada stimulus
c. Evaluasi (evaluation)
Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Mencoba (trial)
Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
e. Menerima (Adoption)
Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Secara rinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari
berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat,
motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya.
Namun demikian realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala
kejiwaan tersebut dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya adalah
pengalaman, keyakinan, sarana/fasilitas, sosial budaya dan sebagainya.
Proses terbentuknya perilaku dapat diilustrasikan pada gambar
berikut :
Bagan 2.1. Determinan terbentuknya perilaku
Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkap faktor
penentu yang dapat mempengaruhi perilaku khususnya perilaku yang
berhubungan dengan kesehatan, antara lain :
1. Teori Lawrence Green (1980)
Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat
kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor
pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar
perilaku (non behavior causes). Faktor perilaku ditentukan atau
dibentuk oleh 3 domain utama, yaitu:
a. Faktor predisposisi (predisposing factor), adalah proses sebelum
perubahan perilaku yang memberikan rasional atau motivasi
Pengalaman
Keyakinan
Fasilitas
Sosio-budaya
Pengetahuan
Persepsi
Sikap
Keinginan
Kehedak
Motivasi
niat
perilaku
terjadinya perilaku individu atau kelompok. Faktor yang
mempengaruhinya terwujud dalam pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
b. Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam
lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas
atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan,
alat-alat steril dan sebagainya.
c. Faktor penguat (reinforcing factor) adalah faktor pendorong yang
memberikan dukungan secara terus menerus untuk kelangsungan
perilaku individu atau kelompok seperti keluarga, teman dan
petugas kesehatan.
2. Teori Snehandu B. Kar (1983)
Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa
perilaku merupakan fungsi dari :
a. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau
perawatan kesehatannya (behavior itention).
b. Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support).
c. Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau
fasilitas kesehatan (accesebility of information).
d. Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil
tindakan atau keputusan (personal autonomy).
e. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak (action situation).
3. Teori WHO (1984)
WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku
tertentu adalah :
a. Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam bentuk
pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang
terhadap objek (objek kesehatan).
i. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau
pengalaman orang lain.
ii. Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau
nenek. Seseorang menerima kepercayaan berdasarkan
keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.
iii. Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap
objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau
orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang
mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap
positif terhadap tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu
terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat
itu, sikap akan diikuti oleh tindakan mengacu kepada
pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak diikuti oleh
suatu tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya
pengalaman seseorang.
b. Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting
untuknya, maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung
untuk dicontoh.
c. Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang,
waktu, tenaga dan sebagainya.
d. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-
sumber didalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola
hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan.
Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama dan selalu
berubah, baik lambat ataupun cepat sesuai dengan peradapan
umat manusia.
2.3 Sikap
Sikap adalah suatu predisposisi umum untuk merespons atau
bertindak secara positif atau negatif terhadap suatu objek atau orang
disertai emosi positif atau negatif. Dengan kata lain, sikap perlu penilaian
seseorang terhadap objek kemudian melakukan evaluasi (Maramis,2006).
Sikap selalu bisa dinilai sebagai positif atau negatif. Menurut
Purwanto (1999), sikap yang positif yaitu kecenderungan pendidikan
mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu dan sikap negatif
yaitu kecenderungan pendidikan untuk menjalani menghindari, membenci
dan tidak menyukai objek tertentu.
Menurut Secord dan Backman dikutip Azwar (2007) sikap
adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran
(kognisi),dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu
aspek di lingkungan sekitarnya. Menurut Newcomb, salah seorang ahli
psikologisosial yang dikutip Notoatmodjo (2003), menyatakan bahwa
sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu
tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu
perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan
reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan
untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu
penghayatan.
Menurut Notoatmodjo (2003), seperti halnya dengan
pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan yaitu :
a. Menerima
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan objek.
b. Merespons
Memberikan jawaban apabila ditanya serta mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar
atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.
c. Menghargai
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggungjawab
Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
Menurut Walgito (2003), bahwa ciri-ciri sikap adalah :
a. Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari
sepanjang perkembangan seseorang dalam hubungan dengan objeknya
b. Sikap dapat berubah-ubah karena sikap dapat dipelajari dan karena itu
pula sikap dapat berubah-ubah pada orang-orang bila terdapat
keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap
pada seseorang tersebut.
c. Sikap tidak berdiri sendiri tetapi senantiasa mempunyai hubungan
tertentu terhadap sesuatu
d. Objek sikap itu dapat merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga
merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut
e. Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak
langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau
pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara langsung dapat
dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan hipotesis, kemudian ditanyakan
pendapat responden.
2.4 Tindakan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan.
Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah
fasilitas. Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan dari
pihak lain, misalnya dari suami atau istri, orang tua atau mertua, dan lain-
lain. Praktek ini mempunyai beberapa tingkatan yaitu :
a. Persepsi
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan
yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.
b. Respons terpimpin
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai
dengan contoh ibu dapat mempraktekkan cara menyusui dengan benar,
merupakan indicator praktek tingkat dua.
c. Mekanisme
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapi praktek
tingkat tiga.
d. Adopsi
Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa
mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
2.5 ASI Eksklusif
ASI secara eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan
minuman lain kepada bayi sampai berusia 6 bulan kecuali vitamin,
mineral, atau obat dalam bentuk tetes atau sirup ( WHO, 2007 ).
ASI eksklusif adalah pemberian ASI (Air Susu Ibu) sedini
mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberikan
makanan lain, walaupun hanya air putih, sampai bayi berumur 6 bulan.
(Purwanti, 2004).
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan
minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan kecuali
obat dan vitamin (Depkes RI, 2005).
Manfaat pemberian ASI Eksklusif antara lain :
a. Bagi Bayi
i. ASI sebagai nutrisi terbaik
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan
komposisi yang seimbang karena disesuaikan dengan kebutuhan
bayi pada masa pertumbuhannya. ASI adalah makanan bayi yang
paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan
melaksanakan tata laksana menyusui yang tepat dan benar,
produksi ASI seorang ibu akan cukup sebagai makanan tunggal
bagi bayi normal sampai dengan usia enam bulan (Roesli, 2001).
Dengan demikian, bayi yang mendapatkan ASI ekslusif
mempunyai kecenderungan memiliki berat badan yang ideal.
Sebaliknya bayi yang tidak mendapatkan ASI secara Ekslusif berat
badannya menjadi tidak normal (Huliana, 2003).
ii. ASI meningkatkan daya tahan tubuh
Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapatkan
immunoglobulin (zat kekebalan tubuh) dari ibunya melalui ari –
ari. Namun kadar zat ini akan cepat sekali menurun segera setelah
bayi lahir. Zat kekebalan ini akan dapat digantikan jika ibu
menyusui bayinya karenam ASI merupakan cairan hidup yang
mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari
berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, parasit dan jamur.
Kolostrum mengandung zat kekebalan 10 – 17 kali lebih banyak
dari susu matang (mature). Zat kekebalan yang terdapat pada ASI
antara lain akan melindungi bayi dari penyakit diare. Pada suatu
penelitian di Brazil Selatan bayi – bayi yang tidak diberi ASI
mempunyai kemungkinan meninggal karena mencret 14,2 kali
lebih banyak dari pada bayi ASI Eksklusif. ASI juga akan
menurunkan kemungkinan bayi terkena penyakit infeksi telinga,
batuk, pilek dan penyakit alergi (Roesli, 2000). Sudah menjadi
kenyataan bahwa mortalitas (angka kematian) dan morbiditas
(angka terkena penyakit) bayi penerima ASI eksklusif jauh lebih
kecil dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif
(Roesli, 2001).
iii. ASI meningkatkan kecerdasan
Kecerdasan seorang anak berkaitan dengan otak
sedangkan pertumbuhan otak tergantung pada nutrisi yang
diberikan. Jika seorang bayi menderita gizi buruk pada masa
pertumbuhan otak cepat pertama, maka akan terjadi pengurangan
jumlah sel otak sebanyak 15 – 20 %. ASI mengandung nutrien
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan otak bayi yang tidak ada atau
sedikit sekali terdapat pada susu sapi, antara lain :
* Taurin yaitu suatu bentuk zat putih telur yang terdapat dalam
ASI, berfungsi sebagai neuro transmiter dan berperan dalam
proses maturasi sel otak.
* Laktosa
Merupakan hidrat arang yang utama yang hanya terdapat
sedikit sekali dalam susu sapi.
* Asam Lemak Ikatan Panjang ( DHA, AA, Omega 3, Omega 6 )
Hasil penelitian Lucas ( 1993 ) pada 300 bayi menunjukkan
bahwa bayi prematur yang diberi ASI eksklusif mempunyai IQ
lebih tinggi secara bermakna ( 8,3 poin lebih tinggi )
dibandingkan dengan bayi prematur yang tidak diberi ASI.
Pemberian ASI dapat memberikan keuntungan pada ibu dan
anak terutama dalam meningkatkan kecerdasan anak.
iv. ASI eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang
Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu pada waktu menyusui
akan merasakan kasih sayang ibunya, serta akan merasakan rasa
aman dan tenteram, terutama karena masih mendengar detak
jantung ibu yang dikenal sejak ia dalam kandungan ibunya.(Roesli,
2001)
b. Bagi Ibu
Selain memberi keuntungan pada bayi, menyusui jelas
memberikan keuntungan pada ibu. Berikut beberapa manfaat bagi ibu.
i. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan, karena pada ibu terjadi
peningkatan kadar oksitosin yang berfungsi untuk konstriksi/
penutupan pembuluh darah sehingga pendarahan lebih cepat
berhanti
ii. Mengurangi terjadinya anemia
iii. Menjarangkan kehamilan. Ibu yang memberikan ASI eksklusif dan
belum haid selama 6 bulan pertama setelah melahirkan, 98% tidak
akan mengalami kehamilan dan 96% sampai bayi berusia 12 bulan.
Lactational Amenorrhea (LAM) merupakan metode kontrasepsi
yang efektif dalam 6 bulan pertama postpartum dan dapat
mencegah timbulnya ovulasi. Hal ini dapat terjadi apabila
pemberian ASI eksklusif dengan interval tidak lebih dari 6 jam
( Nindya, 2001)
iv. Mengecilkan rahim, karena pada ibu menyusui terjadi peningkatan
kadar oksitosin yang dapat membantu rahim kembali ke ukuran
semula.
v. Mempercepat penurunan berat badan, karena ibu menyusui
memerlukan energi yang tinggi sehingga untuk mencukupinya
diambil dari lemak yang tertimbun selama hamil.
vi. Mencegah kanker payudara dan indung telur.
vii. Ekonomis, hemat waktu dan praktis.
c. Manfaat lain dari pemberian ASI antara lain :
i. Tidak mudah tercemar
ASI steril dan tidak mudah tercemar, sedangkan susu formula
mudah dan sering tercemar bakteri, terutama bila ibu kurang
mengetahui cara pembuatan susu formula yang benar dan baik.
Bila botol tidak bersih, maka bakteri akan cepat tumbuh. Selain itu,
susu sudah berbahaya bagi bayi walaupun belum tercium basi.
ii. Melindungi bayi dari infeksi
ASI mengandung berbagai antibodi terhadap penyakit yang
disebabkan bakteri, virus, jamur, dan parasit yang menyerang
manusia.susu sapi tidak mengandung antibodi terhadap penyakit
manusia, sehingga bayi susu formula lebih sering terserang muntah
berak dan batuk filek dan infeksi saluranpernafasan.
iii. Lebih murah / ekonomis
Memberikan ASI jauh lebih murah dibanding memberikan susu
formula. Ibu tidak perlu membeli susu kaleng dan peralatan susu
botol. Ibu tidak perlu mengeluarkan dana untuk membeli susu
kaleng dan memasak air untuk susu dan peralatan membuat susu.
Ibu dari kelompok ekonomi lemah yang tidak mampu membeli
susu formula untuk bayinya sering kali mengencerkan takaran susu
formula sehingga bayi mereka sering menderita kekurangan gizi.
iv. Mengandung vitamin yang cukup
Vitamin, mineral, dan zat besi yang terdapat dalam ASI akan
diserap dengan baik oleh usus bayi, sedangkan pada susu sapi zat-
zat tersebut hanya sebagian saja yang diserap oleh usus bayi.
v. Mencegah anemia akibat kekurangan zat besi
Zat besi dari susu sapi tidak diserap secara sempurna, sehingga
bayi susu formula sering menderita anemia karena kekurangan zat
besi. Penelitian membuktikan, bahwa tingkat kecerdasan pada bayi
atau anak yang kekurangan zat besi akan menurun.
vi. Mudah dicerna
ASI mudah dicerna, sedangkan susu sapi sulit dicerna karena tidak
mengandung enzim pencerna. Selain itu, komponen kasein yang
banyak terdapat pada susu formula membentuk gumpalan susu
tebal sehingga sukar untuk dicerna. Akibatnya akan terdapat
banyak zat sisa yang tidak dicerna oleh bayi. Selain itu, bayi akan
menderita sembelit (sukar buang air besar).
vii. Menghindari bayi dari alergi
Bayi yang diberi susu sapi terlalu dini mungkin menderita lebih
banyak masalah alergi, misalnya asma dan eksim (Roesli, 2001).
Menurut Roesli (2000) komposisi ASI terbagi berdasarkan 3 stadium yaitu
a. Kolostrum
Merupakan cairan pelindung yang kaya akan zat anti infeksi dan
tinggi protein. Cairan yang berwarna kuning kental yang keluar dari
payudara pada hari pertama pasca persalinan. Mengandung zat kekebalan
(Antibodi) (Subakti, 2007). Kolostrum ini dapat membunuh kuman dan
sebagai pencahar untuk mempersiapkan saluran pencernaan. Volume
kolostrum sangat sedikit antara 150 – 300 ml/24jam, akan tetapi sesuai
dengan kapasitas volume usus bayi. Kolostrum mengandung protein dan
zat anti infeksi 10 – 17 kali dibandingkan dengan ASI yang matang, tetapi
mempunyai kadar karbohidrat dan lemak yang rendah.
b. ASI Transisi / peralihan
ASI yang keluar sejak hari ketiga hingga kesepuluh pasca
persalinan (Subakti, 2007). Merupakan ASI peralihan dari kolostrum
manjadi ASI Mature.
i. Disekresi dari hari keempat hingga hari kesepuluh dari masa
laktasi, tetapi ada pula yang berpendapat bahwa ASI Mature baru
akan terjadi pada minggu ke 3 – ke 5.
ii. Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan
karbohidrat semakin tinggi.
iii. Volume semakin meningkat (Baskoro, 2008)
c. ASI Matur/Matang
i. ASI yang keluar sejak hari kesepuluh pasca persalinan.
Komposisinya stabil tidak akan berubah (Subakti, 2007). ASI
merupakan makanan satu – satunya yang diberikan selama 6
bulan pertama bagi bayi. ASI yang disekresikan pada hari ke 10
dan seterusnya, yang dikatakan komposisinya relative konstan,
tetapi ada juga yang mengatakan bahwa minggu ke-3 sampai ke-
5 ASI komposisinya baru konstan.
ii. Merupakan cairan putih kekuning – kuningan, karena
mengandung casienat, riboflaum, dan carotene.
iii. Tidak menggumpal bila dipanaskan.
iv. Volume : 300 – 850 ml / 24 jam
v. Terdapat anti mikrobakterial factor , yaitu antibody terhadap
bakteri dan virus.
vi. Cell ( phagocyle, granulocyle, macrophage, lymhocycle, type T
), Enzim ( lysozime, lactoperoxidese ),
vii. Protein ( lactoferin, B12 Ginding Protein ), Factor resisten
terhadap staphylococcus,
viii. Complecement (C3 dan C4 ). (Baskoro, 2008)
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif
a. Pengaruh sosial budaya yang negatif, seperti :
i. Kebiasaan membuang kolostrum (cairan yang keluar pertama dari
susu ibu setelah meahirkan) karena asumsi masyarakat yang
menganggap kolostrum adalah susu basi.
ii. Kepercayaan pengalaman masa lalu yang membuktikan bahwa
pemberian makanan/minuman secara dini tidak menimbukan
kerugian yang berarti.
b. Gencarnya promosi susu formula, baik melalui petugas kesehatan
maupun melalui media massa, bahkan dewasa ini secara langsung
kepada ibu-ibu.
c. Minimnya RS/RB yang menerapkan ASI eksklusif.
d. Masa cuti bersalin yang relatif singkat.
e. Kemajuan teknologi
Kemajuan teknologi yang memberi kemudahan –kemudahan seperti
pembuatan makanan bayi serta susu buatan untuk bayi mengakibatkan
ibu-ibu yang bekerja menganggap lebih praktis membeli dan
memberikan susu botol dari pada menyusui.
f. Sikap petugas kesehatan yang kurang mendukung tercapainya
keberhasilan PP-ASI.
g. Lemahnya perencanaan terpadu dalam program PP-ASI.
h. Kurangnya intensitas dan kontinuitas dari kegiatan PP-ASI di tingkat
pelayanan maupun di masyarakat (Depkes RI, 2007).
Perilaku Pemberian Asi Eksklusif Dan Faktor – Faktor Yang
Berkonstribusi
Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman
serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang diwujudkan dalam
bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan demikian maka perilaku
merupakan respons atau reaksi individu terhadap stimulus yang berasal
dari luar maupun dari dalam dirinya. Respons individu ini dapat bersifat
pasif (tanpa tindakan : berfikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif
(melakukan tindakan). Berdasarkan uraian tersebut, maka perilaku
kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan
interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut
pengetahuan dan sikap tentang kesehatan serta tindakannya yang
berhubungan dengan kesehatan (Sarwono, 2004). Untuk itu dalam
melakukan rencana teknik perubahan perilaku sebagai upaya mengubah
perilaku masyarakat perlu memperhatikan aspek perilaku yang ada dalam
masyarakat ( Machfoedz dan Suryani, 2006 ).
Menurut Green dan Kreuter (2000), perilaku kesehatan seseorang
atau masyarakat dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu : 1. Faktor predisposing
merupakan pencetus perilaku yang memberikan alasan atau motivasi
dikeluarkannya perilaku misalnya pengetahuan, kepercayaan, nilai, sikap,
keyakinan dan keterampilan yang dimiliki, 2. Faktor enabling, yaitu
kondisi dalam lingkungan yang memudahkan terwujudnya motivasi, 3.
Faktor reinforcing, yaitu faktor yang muncul sesudah perilaku,
memberikan suatu imbalan atau insentif yang berkelanjutan dan ikut
berkonstribusi dalam keberlangsungan atau pengulangan perilaku
misalnya sikap petugas kesehatan, keluarga, teman sebaya.
Banyak faktor yang menyebabkan seseorang tidak dapat
memberikan ASI eksklusif. Salah satu penyebabnya adalah karena
dikondisikan oleh jaring pemasaran susu formula, baik melalui iklan
maupun langsung ke rumah sakit atau rumah bersalin ( Arisman, 2004 ).
Hasil penelitian yang dilakukan Yuniar (2007) menunjukkan bahwa,
tingkat kesejahteraan ibu berpengaruh terhadap rendahnya pemberian ASI
eksklusif karena ibu dapat memilih cara yang efisien, yaitu dengan
memberi susu formula.
UNICEF (2006) menyatakan bahwa, ketidaktahuan ibu tentang
pentingnya ASI, cara menyusui yang benar, serta pemasaran yang
dilancarkan secara agresif oleh para produsen susu formula, merupakan
faktor penghambat bagi terbentuknya kesadaran orang tua dalam
memberikan ASI eksklusif. Meskipun aturan pemasaran produk pengganti
ASI terdapat dalam kode etik internasional, tetapi tetap saja para produsen
susu bayi melakukan promosi secara gencar, bahkan sampai menyediakan
susu formula di rumah sakit ataupun klinik – klinik bersalin.
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN
HIPOTESA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan justifikasi ilmiah terhadap penelitian
yang dilakukan dan memberi landasan kuat terhadap topic yang dipilih
sesuai dengan identifikasi masalahnya.
Menurut teori Lewrence Green, perilaku kesehatan dipengaruhi
oleh 3 faktor yaitu faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud
dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-niai,
dansebagainya. Faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud
dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas
atau sarana-sarana kesehatan. Faktor pendorong (renforcing factor), yang
terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan.(Notoadmodjo,2003)
Keberhasilan perilaku ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan dalam
pemberian ASI Eksklusif ditentukan oleh faktor predisposisi, faktor
pendukung dan faktor penguat. Untuk memperoleh informasi tentang
variabel dependen dan variabel inependen, maka pengukurannya
dilakukan bersama sama pada saat penelitian dengan menggunakan
kuesioner secara kuantitatif (Sugiono, 2005).
Bagan 3.1
Kerangka Konsep
Variabel Independent Variabel Dependent
3.2 Definisi Operasional
Variabel Independen
1. Faktor predisposisi adalah faktor-faktor yang diasumsikan dapat
mempengaruhi Ibu yang mempunyai bayi 0 – 6 bulan untuk
memberikan ASI eksklusif, yang dalam hal ini dibatasi pada faktor
pengetahuan dan sikap.
a. Pengetahuan adalah kemampuan responden dalam menjawab
pertanyaan tentang ASI Eksklusif meliputi pengertian ASI
Predisposing Pengetahuan Sikap
Enabling Ketersedian sumber daya
kesehatan Prioritas dan komitmen
masyarakat/pemerintah terhadap kesehatan
Reinforcing Keluarga Petugas Kesehatan
Perilaku Ibu Yang Mempunyai bayi 0-6 Bulan Dalam
Pemberian ASI Eksklusif
Eksklusif, manfaat ASI Eksklusif, jenis-jenis ASI, jadwal
pemberian ASI, dan teknik menyusui.
b. Sikap adalah kecendrungan Ibu yang mempunyai bayi 0 – 6 bulan
untuk memberikan pendapat setuju dan tidak setuju tentang
pemberian ASI eksklusif
2. Faktor Pendukung adalah faktor yang mendukung Ibu yang
mempunyai bayi 0 – 6 bulan untuk memberikan ASI eksklusif
a. Ketersedian sumber daya kesehatan adalah ada tidaknya petugas
kesehatan yang memberikan penyuluhan tentang manfaat
pemberian ASI eksklusif
b. Prioritas dan komitmen masyarakat/pemerintah terhadap kesehatan
adalah ada tidaknya peran pemerintah untuk mensosialisasikan
program pemberian ASI eksklusif
3. Faktor penguat adalah faktor pendorong Ibu yang mempunyai bayi 0 –
6 bulan dalam memberikan ASI eksklusif
a. Keluarga adalah pendapat responden tentang ada tidaknya peran
serta keluarga dalam pemberian ASI secara eksklusif baik secara
langsung menyarankan atau mengharuskan Ibu menyusui untuk
memberikan ASI secara eksklusif
b. Petugas Kesehatan adalah pendapat responden tentang ada
tidaknya keterlibatan petugas dalam menyarankan pemberian ASI
eksklusif dan memberikan informasi tentang pemberian ASI
eksklusif secara terus menerus.
4. Variabel Dependen
Perilaku pemberian ASI Eksklusif adalah tindakan atau aktivitas ibu
dalam memberikan ASI pada bayi usia 0-6 bulan tanpa makanan
tambahan.
Metode Pengukuran
1. Pengetahuan
Untuk mengukur tingkat pengetahuan digunakan skala
ordinal dengan cara wawancara kepada responden. Jumlah pertanyaan
untuk mengukur tingkat pengetahuan ada 8. Dari setiap pertanyaan
masing-masing jawaban a nilai 1, b nilai 1 dan c nilai 1, bila responden
menjawab sekaligus a, b dan c diberi nilai 3, jika 2 jawaban nilai 2 dan
jika hanya 1 jawaban nilai 1. Selanjutnya ditetapkan nilai tertinggi 24
dan nilai terendah 8. Kemudian variabel pengetahuan dikategorikan
sebagai % yang menjawab setuju nilai skor 4 – 6 (40 – 75%)
dikategorikan 2 dan responden yang menjawab setuju nilai skor <4
(<40%) dikategorikan 1. Kemudian variabel sikap dikategorikan
sebagai berikut (Pratomo, 1990) :
a. Sikap kurang, apabila total skor responden < 4 (<40%)
b. Sikap sedang, apabila total skor responden 4 – 6 (40-75%)
c. Sikap baik, apabila total skor responden 7 – 9 (>75%)
2. Sikap
Untuk mengukur sikap digunakan skala ordinal dengan cara
wawancara kepda responden dengan jumlah pertanyaan sebanyak 8
buah. Jawaban setuju diberi nilai 1 dan tidak setuju nilai 0. Selanjutnya
ditetapkan nilai skor tertinggi 9 dan terendah 0. Responden yang
menjawab setuju nilai skor > 6 (>75%) dikategorikan 3, responden yang
menjawab setuju nilai skor 4-6 (40-75%) dikategorikan 2 dan
responden yang menjawab setuju nilai skor <4 (<40%) dikategorikan 1.
Variabel sikap dikategorikan sebagai berikut ( Pratomo, 1990) :
a. Sikap kurang, apabila total skor responden < 4 (< 40%)
b. Sikap sedang, apabila total skor responden 4-6 (40-75%)
c. Sikap baik, apabila total skor responden 7-9 (>75%)
3. Ketersediaan sumber daya kesehatan
Untuk mengukur ketersediaan sumber daya kesehatan
digunakan skala ordinal dengan cara wawancara kepada responden.
Untuk ketersediaan sumber daya kesehatan disusun 4 pertanyaan.
Responden yang menjawab ya diberi nilai 1 dan menjawab tidak nilai
0. Selanjutnya ditetapkan nilai tertinggi 4 dan nilai terendah 0. Untuk
menentukan ketersediaan sumber daya kesehatan dikategorikan
berdasarkan nilai median sebagai berikut :
a. Tidak tersedia jika skor < 3
b. Tersedia jika skor ≥ 3
4. Prioritas dan komitmen masyarakat/pemerintah terhadap kesehatan
Untuk mengukur dukungan masyarakat/ pemerintah
digunakan skala ordinal dengan cara wawancara dengan jumlah
pertanyaan sebanyak 5. Responden yang menjawab ya diberi nilai 1
dan yang menjawab tidak diberi nilai 0. Selanjutnya ditetapkan nilai
tertinggi 5 dan nilai terendah 0. Untuk mengukur dukungan
masyarakat/ pemerintah dikategorikan berdasarkan nilai median
sebagai berikut:
a. Tidak adanya dukungan masyarakat/ pemerintah jika skor < 3
b. Adanya dukungan masyarakat/ pemerintah jika skor ≥ 3
5. Keluarga
Untuk mengukur dukungan keluarga digunakan skala ordinal
dengan cara wawancara. Pertanyaan sebanyak 5, responden yang
menjawab ya diberi nilai 1 dan menjawab tidak nilai 0. Selanjutnya
ditetapkan nilai tertinggi 5 dan nilai terendah 0. Untuk mengetahui ada
atau tidak ada dukungan petugas kesehatan dikategorikan berdasarkan
nilai median sebagai berikut :
a. Tidak ada dukungan petugas kesehatan jika skor < 3
b. Ada dukungan petugas kesehatan jika skor ≥ 3
6. Petugas Kesehatan
Untuk mengukur dukungan petugas kesehatan digunakan
skala ordinal dengan cara wawancara. Pertanyaan sebanyak 5,
responden yang menjawab ya diberi nilai 1 dan menjawab tidak nilai 0.
Selanjutnya ditetapkan nilai tertinggi 5 dan nilai terendah 0. Untuk
mengetahui ada atau tidak ada dukungan petugas kesehatan
dikategorikan berdasarkan nilai median sebagai berikut :
a. Tidak ada dukungan petugas kesehatan jika skor < 3
b. Ada dukungan petugas kesehatan jika skor ≥ 3
7. Tindakan Ibu menyusui yang mempunyai bayi 0 – 6 bulan dalam
memberikan ASI eksklusif
Variabel tindakan Ibu yang menyusui bayi 0 – 6 bulan dalam
memberikan ASI eksklusif dikategorikan sebagai berikut dengan
kategori :
a.Ya : bila menjawab selalu memberikan ASI eksklusif kepada bayi
b.Tidak : bila menjawab tidak selalu memberikan ASI eksklusif
kepada bayi
Dilakukan wawancara kepada responden dengan menggunakan alat
ukur kuesioner dan skala ukur adalah ordinal.
3.3 Hipotesa
Ada pengaruh faktor predisposisi, pendukung dan penguat terhadap
perilaku ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan dalam pemberian ASI
Eksklusif di kelurahan Bukit Cermin wilayah kerja Puskesmas
Tanjungpinang pada bulan April 2011.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survey yang bersifat analitik yang
bertujuan untuk memperoleh Pengaruh Faktor Predisposisi, Pendukung
dan Penguat Terhadap Perilaku Ibu Yang Mempunyai Bayi 0-6 Bulan
Dalam Pemberian ASI Eksklusif. Metode pendekatan yang digunakan
adalah Cross Sectional merupakan suatu penelitian dimana variabel yang
termasuk faktor resiko dan variabel efek diobservasi pada waktu yang
sama (point time approach). Dimana faktor predisposisi, pendukung dan
penguat sebagai variabel bebas (Independen) dan perilaku pemberian ASI
eksklusif sebagai variabel terikat (Dependen) dilihat dan diukur dalam
waktu yang sama.
Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan menggunakan
desain sekat silang (cross sectional study), yaitu penelusuran sesaat,
artinya subjek diamati hanya sesaay atau satu kali. Untuk memperoleh
informasi tentang variabel dependen dan variabel independen maka
pengukurannya dilakukan bersama-sama pada saat penelitian dengan
menggunakan kuesioner secara kuantitatif (Sugiyono, 2005).
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat
Tempat penelitian dilakukan di Kelurahan Bukit Cermin Wilayah
Kerja Puskesmas Tanjungpinang.
b. Waktu
Waktu penelitian dilakukan pada bulan April Tahun 2011.
4.3 Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu mempunyai bayi 0-6 bulan
di kelurahan Bukit Cermin wilayah kerja Puskesmas Tanjungpinang pada
bulan april tahun 2010 sebanyak 61 orang.
b. Sampel
Sampel adalah sebagian yang sebagian atau wakil populasi yang
diteliti. Cara pengambilan sampel ini adalah semua anggota populasi
menjadi sampel (total sampling) yaitu seluruh ibu-ibu yang mempunyai
bayi 0-6 bulan baik yang memberikan atau tidak memberikan ASI
Eksklusif yang berjumlah 61 ibu.
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini yaitu :
i. Ibu yang sedang menyusui anaknya yang berumur 0 – 6 bulan
dikelurahan Bukit Cermin wilayah kerja Puskesmas Tanjungpinang.
ii. Ibu-ibu yang bisa membaca dan menulis huruf latin
iii. Ibu-ibu yang bisa berkomunikasi dengan baik
iv. Ibu-ibu yang bersedia menjadi responden
4.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah dengan data menggunakan
kuesioner yang dibuat secara sederhana agar dipahami oleh ibu-ibu yang
mempunyai bayi 0-6 bulan di Kelurahan Bukit Cermin Wilayah kerja
Puskesmas Tanjungpinang yang terdiri dari 35 butir pertanyaan yang
terdiri dari pertanyaan tentang faktor predisposisi, pendukung dan penguat
terhadap ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan tentang ASI Eksklusif dan
pernyataan ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan dalam pemberian ASI
Eksklusif.
4.5 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan merupakan data primer yang diperoleh
langsung dari ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan di Kelurahan Bukit
Cermin Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungpinang dengan menggunakan
kuisioner.
4.6 Pengolahan Data
Pengolahan data terkumpul dari hasil pengumpulan data dalam
sebuah penelitian, maka menurut Hidayat (2007) diakukan tahap
pengelolaan yang melalui beberapa tahapan sebagai berikut :
a. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembal kebenaran data yang
dipeoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
b. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap
data yang terdiri atas beberapa kategori.
c. Data Entry
Data entry adalah kegiatan memasukkan dat yang telah dikumpulkan
kedalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat
tabel kontingensi.
d. Melakukan Teknik Analisis
Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan
menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan
yang hendak dianalisis.
4.7 Analisa Data
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis
Univariat dan Analisis Bivariat. Untuk mempermudah penelitian daam
menganalisis data maka peneliti menggunakan program komputer.
d. Analisa Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mengetahui distribusi dan
presentasi dari setiap variabel penelitian yaitu faktor predisposisi,
pendukung dan penguat ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan terhadap
perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif.
Rumus : FP = x 100 %
N
Keterangan : P : Persentase %
F : Jumlah jawaban yang benar
N : Jumlah soal (Arikunto, 2006)
Hasil dari setiap item yang benar diberi skor 1 dan yang salah skor 0
dengan kategori peniaian :
i. Variabel Pengetahuan
* Tinggi : Bila hasil > 50 %
* Rendah : Bila hasil ≤ 50%
ii. Variabel perilaku
pemberian ASI
Eksklusif
* Perilaku positif : jika hasilnya > mean
* Perilaku negatif : jika hasilnya ≤ mean
e. Analisa Bivariat
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau korelasi. (Notoadmodjo, 2005).
Analisis bivariat dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui
hubungan antara variabel independen yaitu faktor predisposisi,
pendukung dan penguat ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan tentang
ASI eksklusif dengan variabel dependen yaitu perilaku ibu yang
mempunyai bayi 0-6 bulan dalam pemberian ASI eksklusif. Adapun
uji hipotesis yang digunakan adalah Chi-square Test dengan tingkatan
kepercayaan 95%. Untuk melihat kemaknaan perhitungan statistik
digunakan batas kemaknaan 0,05. Sehingga bila P ≤ 0,05 maka hasil
statistik terdapat hubungan yang bermakna antara kedua variable, dan
bila p > 0,05 berarti tidak bermakna (Hasan, 2006).
Chi-Square dengan Rumusan :
X2 =
Keterangan : X2 = Chi-Squere
Σ = Jumlah Data
O = Hasil Observasi
E = Hasil Diharapkan
α = Tingkat Signifikan untuk Bidang
Kesehatan biasanya digunakan 0,05.
Sementara itu untuk mengetahui derajat hubungan yang dikenal
dengan ukuran resiko relatif (RR) dan Odds Rasio (OR). Rasio Odds
(Odds Rasio) membandingkan odds pada kelompok ter-ekspose
dengan odds keompok tidak ter-ekspose (Hastono,2006). Rasio Odds
dapat diakukan pengujian hubungan antara sebab (Pajanan) dengan
akibat (Hasiljadi). Rasio Odds dapat ditulis dengan huruf latin ψ (psi)
dengan Rumus :
Rasio Odds = Proporsi kelompok sebab (pajanan)
Proporsi kelompok akibat (hasil jadi)
Atau
Ψ = A.D
B.C
Menarik kesimpulan nilai Rasio Odds dapat dilihat dari bagan ini :
OR > 1, artinya mempertinggi resiko
OR = 1, artinya tidak terdapat asosiasi/hubungan
OR < 1, artinya mengurangi resiko (Riwidikdo, 2008).
PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG DAN
FAKTOR PENGUAT TERHADAP PERILAKU IBU YANG MEMPUNYAI
BAYI 0-6 BULAN DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
DI KELURAHAN BUKIT CERMIN WILAYAH KERJA PUSKESMAS
TANJUNGPINANG PADA BULAN APRIL 2011
PROPOSAL TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mengikuti
Program Pendidikan Pasca Sarjana
OLEH :
NURNIATI TIANASTIA RULLYNI, S.ST
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU
PROGRAM STUDI KEBIDANAN
TANJUNGPINANG
2011
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktis. Edisi Revisi ke VI. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Arisman, M. B. (2004). Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Azwar, S. (2007). Sikap Manusia. Edisi II, Cetakan X. Yogyakarta
Baskoro, A. (2008). ASI Panduan Praktis Ibu Menyusui. Yogyakarta : Banyu Media
Dinkes Provinsi Kepulauan Riau. (2008). Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau.
Dinkes kota Tanjungpinang. (2009). Profil Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang. Kota Tanjungpinang
Depkes RI. (2007). Cuti Melahirkan dan Memberikan ASI Eksklusif. , http://www.depkes.go.id
Green, L.W dan Kreuter, W. (2000). Health Promotion Planning An Educational and Enviromental Approach. USA. Mayfield Publishing Company
Hasan, I. (2006). Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta : PT Bumi Aksara
Hastono, S. P. (2006). Modul pertama : Pengolahan Data Uji Instrumen. Depok.
. (2006). Modul Kedua : Analisis Univariat Analisis Bivariat. Depok.
Hidayat, A. A. (2007). Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika
Hurlock, E. (1998). Psikologi Perkembangan. Erlangga. Jakarta.
Machfoedz, I dan Suryani, E. (2006). Pendidikan Kesehatan Bagian dari Promosi Kesehatan. Yogyakarta : Fitramaya
Maramis, W. F. (2006). Ilmu Perilaku dalam Pelayanan Kesehatan. Cetakan Pertama, Airlangga University Press Surabaya.
Nadiroh, R. (2008). Menanti Perda ASI Eksklusif. http : // www.Wordpress.com
Nindya, S. (2001). Dampak Pemberian ASI Eksklusif Terhadap Penurunan Kesuburan Seorang Wanita. Cermin Dunia Kedokteran, Hal. 44-47
Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta :Rineka Citra
. (2005). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Pekan ASI Sedunia. (2009). Menyusui: Sebuah Respon yang Sangat Penting dalam Situasi Darurat. http://www.menegpp.go.id
Perinasia, (2007). Program Manajemen Laktasi Perkumpulan Perinatologi Indonesia.Cetakan ke-3. Jakarta
Prasetyono. D. S. (2009). Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogjakarta
Pratomo, S. (1990). Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian Bidang Kesehatan Masyarakat dan Keluarga Berencana Kependudukan, Depdikbud RI PMU Pengembangan FKM, Indonesia.
Puskesmas Tanjungpinang. (2010). Laporan Tahunan Cakupan ASI Eksklusif 2009. Puskesmas Tanjungpinang.
Purwanti. H.S. 2004. Konsep penerapan ASI Eksklusif : Buku Saku Untuk Bidan. Jakarta : EGC
Rahmi. (2007). ASI Eksklusif Turunkan 41 % Angka Kematian Bayi. http : // www.halohalo.co.id
Roesli, U. (2000). Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : Trubus Agriwidya
. (2001). Bayi Sehat Berkat ASI Eksklusif. Jakarta : Elex Media Komputindo
Sarwono, S. (2004). Sosiologi Kesehatan. Cetakan Ketiga, Penerbit Gadjah Mada University Press Yogyakarta.
Siregar, A. M. (2004). Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor yang Mempengaruhinya. http://www.library usu.ac.id
Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV. Alfabeta
UNICEF. (2006). ASI Eksklusif Tekan Angka Kematian bayi Indonesia. http ://www.kespro.info/kia/2006
Walgito, B. (2003). Psikologi Pengantar (Suatu Pengantar). Yogyakarta, Edisi IV, Penerbit Andi
WHO. (2007). What is the Recommended Food for Children in Their Very Early Years. http//www.who.int/features/index/html
Yuniar, R. (2007). Pemberian ASI Berkorelasi Negatif dengan Kemapanan Ekonomi. Insan Hitawasana Sejahtera (IHS) Social Science Research & Consulting
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. DATA PRIBADI
Nama : NURNIATI TIANASTIA RULLYNI
Tempat / Tanggal Lahir : Padang, 03 Oktober 1979
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Arief Rahman Hakim No. 1 Rt 004/002
Kel. Tanjung Ayun Sakti Kec. Bukit Bestari
Tanjung Pinang - Kepri
Nama Suami : Zakir Sofyan
II. PENDIDIKAN
1. TK Perwari II Padang Tahun 1984-1986, Sumbar
2. SD Negeri No.10 Ganting Tahun 1986-1992, Sumbar
3. SMP Negeri No. 26 Padang Tahun 1992-1995, Sumbar
4. SPK Negeri Bukittinggi Tahun 1995-1998, Sumbar
5. Akademi Kebidanan (DIII) Depkes Bukittinggi Tahun 1998-2001,
Sumbar
6. Akademi Kebidanan (DIV) Fak. Kedokteran UNPAD Bandung Tahun
2002-2003, Jawa Barat
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta kesempatan kepada penulis sehingga
dapat menyusun dan menyelesaikan proposal tesis ini sebagai salah satu syarat
mengikuti program pendidikan pasca sarjana Fakultas Kedokteran Prodi
Kebidanan Universitas Padjadjaran Bandung dengan judul “PENGARUH
FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG DAN FAKTOR PENGUAT
TERHADAP PERILAKU IBU YANG MEMPUNYAI BAYI 0-6 BULAN
DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN BUKIT
CERMIN WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNGPINANG PADA
BULAN APRIL 2011”.
Penulis menyadari bahwa proposal tesis ini masih banyak kekurangan dan
masih belum sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun guna kesempurnaan proposal ini.
Akhirnya kepada Allah SWT jualah berserah diri. Semoga segala bentuk
yang telah diberikan mendapat imbalan dari-Nya dan semoga proposal tesis ini
bermanfaat bagi semua pihak.
Tanjungpinang, April 2011
Penulis
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Tabel 1.1 Rekapitulasi cakupan pemberian ASI Eksklusif Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2008....................................................5
Tabel 1.2 Rekapitulasi cakupan pemberian ASI Eksklusif Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2009............................................................6
Tabel 1.3 Rekapitulasi cakupan pemberian ASI Eksklusif Puskesmas Tanjungpinang Tahun 2009....................................................................6
DAFTAR BAGAN
Nomor Halaman
Bagan 2.1 Determinan Terbentuknya Perilaku........................................................17
Bagan 3.1 Kerangka Konsep....................................................................................35
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 kisi-kisi
Lampiran 2 Kuisioner
Lampiran 3 Surat Permintaan Menjadi Responden
Lampiran 4 Surat Izin Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 1
KISI – KISI KUESIONER
PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG DAN FAKTOR PENGUAT
TERHADAP PERILAKU IBU YANG MEMPUNYAI BAYI 0-6 BULAN DALM
PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DIKELURAHAN BUKIT CERMIN WILAYAH KERJA
PUSKESMAS TANJUNGPINANG PADA BULAN APRIL 2011
Variabel Sub Variabel Jumlah Pertanyaan
NoPertanyaan
Pengetahuan ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan tentang ASI Eksklusif di kelurahan Bukit Cermin wilayah kerja Puskesmas Tanjungpinang
Pengertian ASI Eksklusif
Jadwal pemberian ASI Eksklusif
Manfaat pemberian ASI Eksklusif
Jenis ASI Eksklusif
Tekhnik pemberian ASI Eksklusif
1
1
3
1
2
1
2
3.4,5
6
7.8
Variabel Sub Variabel Jumlah Pertanyaan
NoPertanyaan
Sikap ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan tentang ASI Eksklusif di kelurahan Bukit Cermin wilayah kerja Puskesmas Tanjungpinang
Wujud pemberian ASI Eksklusif
Jadwal pemberian ASI Eksklusif
Tekhnik pemberian ASI Eksklusif
Manfaat pemberian ASI Eksklusif
2
2
2
2
1,2
3.4
5.6
7.8
Variabel Sub Variabel Jumlah Pertanyaan
NoPertanyaan
Ketersediaan sumber daya kesehatan terhadap ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan tentang ASI Eksklusif di kelurahan Bukit Cermin wilayah kerja Puskesmas Tanjungpinang
Ketersediaan petugaskesehatan
Informasi yang diperoleh
Informasi lain yang diperoleh
1
2
1
1
2,3
4
Variabel Sub Variabel Jumlah Pertanyaan
NoPertanyaan
Prioritas dan komitmen masyarakat/ pemerintah dalam kesehatan terhadap ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan tentang ASI Eksklusif di kelurahan Bukit Cermin wilayah kerja Puskesmas Tanjungpinang
Peraturan pemerintah
LSM yang berperan
Prioritas dan komitmen mensosialisasikan ASI
Aplikasi dari komitmenyang dibuat
1
2
1
1
1
2,3
4
5
Variabel Sub Variabel Jumlah Pertanyaan
NoPertanyaan
Dukungan keluarga terhadap ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan tentang ASI Eksklusif di kelurahan Bukit Cermin wilayah kerja Puskesmas Tanjungpinang
Pemahaman tentangASI Eksklusif
Informasi yang diperoleh
Perbedaan pendapat dan alternatif
1
1
2
1
2
3,4
Variabel Sub Variabel Jumlah Pertanyaan
NoPertanyaan
Dukungan Petugas kesehatan terhadap ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan tentang ASI Eksklusif di kelurahan Bukit Cermin wilayah kerja Puskesmas Tanjungpinang
Keberadaan petugasKesehatan
Informasi yang diperoleh
Jadwal pemberian informasi
1
3
1
1
2,3,4
5
Variabel Skala pengukuran Keterangan
Perilaku ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan dalam pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Bukit Cermin Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungpinang
Skala likert
Hampir selalu : skor 2
Kadang-kadang : skor 1
Hampir tidak pernah : skor 0
Lampiran 2
KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG DAN FAKTOR PENGUAT
TERHADAP PERILAKU IBU YANG MEMPUNYAI BAYI 0-6 BULAN DALAM
PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DIKELURAHAN BUKIT CERMIN WILAYAH KERJA
PUSKESMAS TANJUNGPINANG PADA BULAN APRIL 2011
1. Petunjuk
1. Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti
2. Pilih salah satu jawaban yang menurut ibu benar
3. Beri tanda ( x ) pada jawaban yang di anggap benar
2. Identitas
Umur : < 20 Tahun
21- 40 Tahun
> 41 Tahun
Pendidikan : Tidak sekolah
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
Pekerjaan : Pegawai Negeri
Swasta
Ibu Rumah Tangga
Lain-lain
KUESIONER PENGETAHUAN
Pilih salah satu jawaban dengan memberikan tanda silang (x)
1. Apakah yang dimaksud dengan ASI Eksklusif?
a. Pemberian ASI pada bayi selama 2 bulan
b. Pemberian ASI pada bayi selama 6 bulan tanpa makanan tambahan
c. Pemberian ASI pada bayi selama 3 bulan
d. Pemberian ASI pada bayi selama 6 bulan ditambah madu dan susu
formula
2. Sampai usia berapa bulan kah bayi diberikan ASI Eksklusif?
a. 6 bulan
b. 4 bulan
c. 3 bulan
d. 2 bulan
3. Dibawah ini adalah manfaat ASI Eksklusif pada bayi, kecuali…
a. Untuk meningkatkan kecerdasan bagi bayi
b. sebagai nutrisi yang baik
c. Sebagai daya tahan tubuh
d. Membuat bayi diare
4. Dibawah ini adalah manfaat ASI Eksklusif pada ibu, kecuali…
a. Untuk menjarangkan kehamilan
b. Menghindari bayi dari alergi
c. Lebih cepat langsing kembali
d. Mengurangi perdarahan
5. Kolostrum adalah:…
a. ASI yang keluar pertama kali,berwarna kuning kental
b. ASI yang keluar pada hari ke sepuluh setelah persalinan.
c. Semua salah
d. Semua benar
6. Mengapa ASI yang keluar pertama kali sangat penting bagi bayi?
a. Karena mengandung zat kekebalan bagi bayi
b. Karena rasanya enak
c. Semua salah
d. Semua benar
7. Berapa lama sebaiknya bayi disusui dalam satu kali pemberian ASI :
a. 10 – 15 menit
b. 15 – 20 menit
c. 20 – 25 menit
d. 5 10 menit
8. Bagaimanakah posisi ibu yang benar pada saat menyusui bayi :
a. Duduk atau berbaring dengan santai
b. Berdiri
c. Berjalan – jalan
d. Jawaban a, b, dan c salah
KUESIONER SIKAP
Pilih salah satu jawaban dengan memberikan tanda silang (x)
1. ASI Eksklusif diberikan pada bayi sampai umur 2 tahun, bagaimana
pendapat ibu dengan hal ini ?
a. Setuju b. Tidak Setuju
2. Bagaimanakah pendapat ibu dengan waktu yang tepat untuk pemberian
ASI Eksklusif pertama kali pada bayi adalah dua (2) jam setelah
persalinan
a. Setuju b. Tidak Setuju
3. Bayi mendapatkan ASI dalam satu (1) hari adalah sebanyak 2-3 jam
sekali. Setujukah ibu tentang pernyataan tersebut diatas ?
a. Setuju b. Tidak Setuju
4. Setujukah Ibu dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi ditambahkan
dengan makanan lain?
a. Setuju b. Tidak Setuju
5. Cara menyusui yang benar adalah dengan posisi ibi duduk atau berbaring
santai. Bagaimana menurut pendapat ibu tentang hal ini ?
a. Setuju b. Tidak Setuju
6. Posisi bayi yang benar pada saat menyusui adalah tubuh bayi menempel
dan menghadap tubuh ibunya. Bagaimana menurut pendapat ibu?
a. Setuju b. Tidak Setuju
7. Pemberian ASI Eksklusif sangat bermanfaat untuk meningkatkan
kecerdasan bayi. Setujukah ibu dengan hal tersebut ?
a. Setuju b. Tidak Setuju
8. ASI yang keluar pertama kali mengandung zat kekebalan yang penting
bagi bayi . Bagaimana pendapat ibu ?
a. Setuju b. Tidak Setuju
KUESIONER KETERSEDIAAN SUMBER DAYA KESEHATAN
Pilih salah satu jawaban dengan memberikan tanda silang (x)
1. Apakah ada petugas kesehatan diwilayah tempat tinggal ibu ?
a. Ya b. Tidak
2. Apakah ibu mendapatkan informasi tentang pemberian dan manfaat ASI
oleh petugas kesehatan setempat ?
a. Ya b. Tidak
3. Apakah informasi yang disampaikan oleh petugas kesehatan bisa ibu
mengerti ?
a. Ya b. Tidak
4. Apakah ada informasi lain yang ibu dapat selain pengetahuan tentang
pemberian ASI Eksklusif ?
a. Ya b. Tidak
KUESIONER PRIORITAS DAN KOMITMEN MASYARAKAT/
PEMERINTAH DALAM KESEHATAN
Pilih salah satu jawaban dengan memberikan tanda silang (x)
1. Adakah peraturan dari pemerintah mengenai program pemberian ASI
Eksklusif yang ibu ketahui ?
a. Ada b. Tidak
2. Apakah ada Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang berperan dalam
mensosialisasikan ASI Eksklusif ?
a. Ada b. Tidak
3. Apakah ada prioritas utama dari pemerintah/ masyarakat kepada ibu
memberikan ASI Eksklusif ?
a. Ada b. Tidak
4. Apakah komitmen yang dibuat oleh masyarakat/ pemerintah sudah ibu
rasakan manfaatnya ?
a. Ada b. Tidak
5. Adakah wujud dari komitmen masyarakat khususnya pemerintah yang
sudah ibu liat ?
a. Ada b. Tidak
KUESIONER DUKUNGAN KELUARGA
Pilih salah satu jawaban dengan memberikan tanda silang (x)
1. Apakah keluarga ibu memahami tentang ASI Eksklusif ?
a. Ya b. Tidak
2. Apakah ada keluarga yang mendukung ibu dalam pemberian ASI Ekslusif
ini ?
a. Ya b. Tidak
3. Apakah ibu mendapatkan informasi juga tentang pemberian dan manfaat
ASI dari keluarga ibu ?
a. Ya b. Tidak
4. Bisakah ibu menerima pendapat keluarga yang bertentangan dengan
keinginan ibu dalam pemberian ASI Eksklusif ini ?
a. Ya b. Tidak
5. Apakah ada dukungan dari keluarga yang menganjurkan pemakaian susu
formula pengganti ASI ?
a. Ya b. Tidak
KUESIONER PETUGAS KESEHATAN
Pilih salah satu jawaban dengan memberikan tanda silang (x)
1. Apakah wilayah tempat tinggal ibu ada petugas kesehatan/ bidan ?
a. Ada b. Tidak
2. Apakah ibu mendapat informasi tentang anjuran pemberian ASI Eksklusif
dari petugas kesehatan/bidan ?
b. Ada b. Tidak
3. Adakah diposyandu ibu juga mendapatkan informasi lebih lanjut tentang
pemberian ASI Eksklusif ?
c. Ada b. Tidak
4. Apakah ada lembaga lain selain petugas kesehatan/ bidan setempat yang
menginformasikan tentang ASI Eksklusif ?
a. Ada b. Tidak
5. Apakah ada jadwal khusus dari petugas kesehatan/ bidan untuk
memberikan informasi tentang ASI Eksklusif ?
a. Ada b. Tidak
KUISIONER PERILAKU
N
OPerilaku pemberian ASI Eksklusif
Hampir
Selalu
Kadang-
kadang
Hampir
tidak
pernah
1.
Saya memberikan ASI kepada bayi saya tanpa makanan tambahan apapun seperti : pisang, pepaya, bubur nasi, dan nasi tim, atau susu formula, madu, dan teh sampai usia 6 bulan.
2. Saya memberikan ASI kepada bayi saya setiap saat bayi saya menginginkannya.
3. Saya memberikan ASI kepada bayi saya walaupun saya bekerja
4. Saya menyusui bayi saya selama 15-20 menit.
5.
Saya membersihkan puting susu saya dengan kapas basah atau kain basah, kemudian saya mengoleskan ASI pada puting susu sebelum menyusui bayi.
6.
Saya memasukkan putting susu setelah mulut bayi terbuka lebar sehingga bagian hitam pada payudara masuk sebagian kemulut bayi
7.Saya menyusui bayi saya tidak hanya dari satu payudara, tetapi saya menyusui bayi saya pada kedua payudara
8.
Saya menyusui bayi dengan cara mendekap bayi hingga dagu bayi menempel pada payudara dan perut bayi menempel pada perut ibU
9. Saya mengelus-elus punggung bayi agar bayi bersendawa setelah menyusui
10.
Saya mengkonsumsi makanan yang memperlancar pengeluaran ASI seperti: sayur-sayuran, daun katu, kacang hijau, dan lain-lain.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR RIWAYAT HIDUP...................................................................................i
KATA PENGANTAR ..............................................................................................ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................iii
DAFTAR TABEL .....................................................................................................iv
DAFTAR BAGAN .....................................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah ..................................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................7
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................8
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan ..............................................................................................10
2.2 Perilaku ......................................................................................................12
2.3 Sikap ..........................................................................................................20
2.4 Tindakan ....................................................................................................22
2.5 ASI Eklusif ................................................................................................23
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN
HIPOTESA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep .......................................................................................34
3.2 Definisi Operasional .................................................................................35
3.3 Hipotesa......................................................................................................40
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian .......................................................................................41
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................41
4.3 Populasi dan Sampel ..................................................................................42
4.4 Instrumen Penelitian ..................................................................................42
4.5 Metode Pengumpulan Data ........................................................................43
4.6 Pengolahan Data ........................................................................................43
4.7 Analisa Data ...............................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 3
LEMBAR PERMINTAAN RESPONDEN
Tanjungpinang, April 2011
Kepada :
Yth. Ibu-ibu Calon Responden
di
Kelurahan Bukit Cermin
Dengan hormat,
Berkenaan dengan salah satu syarat mengikuti Program Pendidikan Pasca
sarjana Program studi Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
dengan ini saya :
Nama : Nurniati Tianastia Rullyni
Mohon bantuan ibu-ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan untuk menjadi responden
dalam penelitian yang saya lakukan, dengan judul “ PENGARUH FAKTOR
PREDISPOSISI, PENDUKUNG DAN FAKTOR PENGUAT TERHADAP
PERILAKU IBU YANG MEMPUNYAI BAYI 0-6 BULAN DALaM
PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DIKELURAHAN BUKIT CERMIN
WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNGPINANG PADA BULAN
APRIL 2011 ” Jawaban yang ibu-ibu isi dalam kuesioner yang tersedia hanya
akan digunakan untuk keperluan penelitian. Kerahasiaan responden akan dijaga
dan tidak akan disebarluaskan.
Untuk itu saya mohon responden bersedia menandatangani lembar
persetujuan yang saya berikan. Atas perhatian dan kerjasamanya, saya ucapkan
terimakasih.
Penulis
Nurniati Tianastia Rullyn i
Lampiran 4
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(INFORMED CONSENT)
Setelah membaca penjelasan yang ada pada lembar surat permohonan,
maka saya menyatakan bersedia untuk berpartisipasi pada penelitian yang akan
dilakukan peneliti dengan judul “ PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI,
PENDUKUNG DAN FAKTOR PENGUAT TERHADAP PERILAKU IBU
YANG MEMPUNYAI BAYI 0-6 BULAN DALAM PEMBERIAN ASI
EKSKLUSIF DIKELURAHAN BUKIT CERMIN WILAYAH KERJA
PUSKESMAS TANJUNGPINANG PADA BULAN APRIL 2011, saya
berjanji akan memberikan informasi dengan sesungguhnya yang saya ketahui
tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, semoga
dapat digunakan seperlunya.
Tanjungpinang, April 2011
Responden
( )
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Berdasarkan pengumpulan data penelitian Faktor Predisposisi, pendukung
dan penguat terhadap Perilaku Ibu Mempunyai Bayi 06 Bulan Dalam Pemberian
ASI Eksklusif Di Kelurahan Bukit Cermin Wilayah Kerja Puskesmas
Tanjungpinang dilaksanakan 2428 April 2011 terhadap 61 orang responden yaitu
ibuibu yang mempunyai bayi 06 pada bulan April 2011 di Kelurahan Bukit
Cermin. Penelitian dilakukan dengan mendatangi responden dari rumah ke rumah.
Hasil yang didapatkan sebagai berikut :
5.1.1 Data Umum
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Umur Ibu yang Mempunyai Bayi 0-6 Bulan di
Kelurahan Bukit Cermin Wilayah Kerja Puskesmas
Tanjungpinang pada bulan April 2011
No Umur Frekuensi %
1 < 20 tahun 11 18.03
2 2035 tahun 50 81.97
3 >35 tahun 0 0
Jumlah 61 100
( Sumber : Data Primer )
Dari tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 61 responden, mayoritas 50
responden (25,0%) berumur 20-35 tahun, dan minoritas 11 responden (18,03%)
berumur < 20 tahun.
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu yang Mempunyai Bayi 0-6 Bulan
di Kelurahan Bukit Cermin Wilayah Kerja Puskesmas
Tanjungpinang bulan April 2011
No Pendidikan Frekuensi %
1 SD 7 11.5
2 SMP 13 21.3
3 SMA 33 54.1
4 Perguruan Tinggi 8 13.1
Total 61 100
( Sumber : Data Primer )
Dari Tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 61 responden, 7 responden
(11,5%) berpendidikan SD, 13 responden (21,3%) berpendidikan SMP, 33
responden (54,1%) berpendidikan SMU, dan 8 responden (13,1 %) berpendidikan
di Perguruan Tinggi.
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu yang Mempunyai Bayi 0-6 Bulan
di Kelurahan Bukit Cermin Wilayah Kerja Puskesmas
Tanjungpinang pada bulan April 2011
No Pekerjaan Frekuensi %
1 Pegawai Negeri 6 9.8
2 Swasta 7 11.5
3 Ibu Rumah Tangga 48 78.7
Jumlah 61 100
( Sumber : Data Primer )
Dari Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa mayoritas 48 responden
(78,7%) bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga, minoritas 6 responden (9,8%)
bekerja sebagai Pegawai Negeri, dan 7 Responden (11,5%) bekerja dibidang
Swasta.
5.1.2 Data Khusus
5.1.2.1. Analisis Univariat
Setelah data di Entry, dilakukan analisa univariat untuk melihat distribusi
frekuensi pengetahuan ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan tentang ASI
Eksklusif, dan perilaku ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan dalam pemberian ASI
Eksklusif di kelurahan Bukit Cermin bulan April 2011, seperti pada tabel berikut
ini :
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu yang Mempunyai Bayi 0-6 Bulan di
Kelurahan Bukit Cermin Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungpinang
pada bulan April 2011
No Pengetahuan Frekuensi %
1. Tinggi 37 60.7
2. Rendah 24 39.3
Jumlah 61 100
( Sumber : Data Primer )
Berdasarkan tabel 5.4, diperoleh distribusi frekuensi bahwa pengetahuan
responden tentang ASI Eksklusif sebagian besar responden dengan kategori
“Tinggi” yaitu 37 Responden (60.7%) dan sebagian kecil responden dengan
kategori “Rendah” yaitu 24 responden (39,3%).
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Perilaku Ibu yang Mempunyai BAyi 0-6 Bulan dalam
Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Bukit Cermin Wilayah Kerja
Puskesmas Tanjungpinang pada bulan April 2011
No Perilaku Frekuensi %
1. Positif 34 55.7
2. Negatif 27 44.3
Jumlah 61 100
( Sumber : Data Primer )
Berdasarkan tabel 5.5, diperoleh distribusi frekuensi bahwa sebagian
besar responden mempunyai perilaku positif dalam pemberian ASI eksklusif
yaitu 34 responden (55.7%) dan sebagian kecil responden mempunyai perilaku
negatif dalam pemberian ASI eksklusif yaitu 27 responden (44.3%).
5.1.2.2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan secara komputerisasi dengan uji chi-square
pada confident interval 95% dengan 0,05. Untuk melihat kemaknaan antara
variabel independen dan variabel dependen, dilihat pada nilai p yang diperoleh.
Apabila nilai p 0,05 berarti ada hubungan antara pengetahuan ibu yang
mempunyai bayi 0-6 bulan tentang ASI eksklusif dengan perilaku ibu yang
mempunyai 0-6 bulan dalam pemberian ASI eksklusif. Analisa bivariat dilakukan
untuk melihat hubungan pengetahuan ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan tentang
ASI eksklusif dengan perilaku ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan dalam
pemberian ASI eksklusif, dengan hasil sebagai berikut :
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Yang mempunyai
Bayi 0-6 Bulan Tentang ASI Eksklusif Dengan Perilaku Ibu yang
Mempunyai Bayi 0-6 Bulan Dalam Pemberian ASI Eksklusif
di Kelurahan Bukit Cermin Wilayah Kerja
Puskesmas Tanjungpinang
pada bulan April 2011
No.Pengetahuan
PerilakuTotal
Positif Negatif
F % F % F %
1. Tinggi 32 86,5 5 13,5 37 100
2. Rendah 2 8,3 22 91,7 24 100
Total 34 55,7 27 44,3 61 100
X2 = 36,190 df = 1 p = 0,000
Berdasarkan tabel 5.6 diperoleh hasil uji Chi Square pada penelitian yang
dilakukan secara komputerisasi, p 0,05 yaitu p = 0,000. Ini dapat diartikan
bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan
tentang ASI eksklusif dengan perilaku ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan dalam
pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Bukit cermin Wilayah Kerja Puskesmas
Tanjungpinang bulan April 2011. Sedangkan untuk melihat derajat hubungan
didapat OR = 70,400 yang artinya ibu yang pengetahuan tinggi tentang ASI
eksklusif cendrung 70,4 kali lebih positif dalam perilaku pemberian ASI eksklusif
dibandingkan ibu yang pengetahuannya rendah tentang ASI eksklusif.
5.2 Pembahasan
Berdasarkan tabel 5.4, diperoleh distribusi frekuensi bahwa pengetahuan
responden tentang ASI Eksklusif sebagian besar responden dengan kategori
“Tinggi” yaitu 37 Responden (60.7%) dan sebagian kecil responden dengan
kategori “Rendah” yaitu 24 responden (39,3%). Pengetahuan adalah hasil dari
tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu
objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk
mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain
(Notoadmodjo,2005). Menurut Hurlock(1998), ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain umur, pendidikan, dan
pekerjaan.
Pada hasil pengukuran perilaku ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan dapat
dilihat pada tabel 5.5 bahwa bahwa sebagian besar responden mempunyai perilaku
positif dalam pemberian ASI eksklusif yaitu 34 responden (55.7%) dan sebagian
kecil responden mempunyai perilaku negatif dalam pemberian ASI eksklusif yaitu
27 responden (44.3%). Menurut Teori Green yang terdapat dalam buku
Notoadmodjo(2003), mengatakan bahwa perilaku ditentukan oleh 3 faktor, yaitu
faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan nilai), faktor
pendukung (ketersediaan sumber-sumber/fasilitas), dan faktor pendorong (sikap
dan perilaku petugas/ tokoh masyarakat).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 37 responden
(100%) yang mempunyai pengetahuan tinggi terdapat 32 responden (86,5%),
yang mempunyai perilaku positif dan 5 responden (13,5%), yang mempunyai
perilaku negatif. Sedangkan 24 responden (100%) yang mempunyai pengetahuan
rendah, terdapat 2 responden (8,3%) yang mempunyai perilaku positif dan 22
responden (91,7%) yang mempunyai perilaku negatif.
Pada penelitian ini hasil uji Chi-Square yang dilakukan secara
komputerisasi, bahwa p 0,05 yaitu p = 0,000. Maka dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan antara pengetahuan ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan tentang
ASI eksklusif dengan perilaku ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan dalam
pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Bukit Cermin Wilayah Kerja Puskesmas
Tanjungpinang bulan April 2011.
Menurut Notoadmodjo (2003), apabila penerimaan perilaku baru atau
adopsi perilaku didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka
perilaku tersebut akan akan bersifat positif atau langgeng (long lasting).
Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran
maka tidak akan berlangsung lama.
Dilihat dari hasil penelitian di Kelurahan Bukit Cermin wilayah kerja
Puskesmas Tanjungpinang bahwa derajat hubungan antara ibu yang pengetahuan
tinggi tentang ASI eksklusif cendrung 70,4 kali lebih positif dalam perilaku
pemberian ASI eksklusif dibandingkan ibu yang pengetahuannya rendah tentang
ASI eksklusif.
Hasil penelitian ini dapat memperkuat teori Rogers (1974) dalam buku
Notoadmodjo(2003), bahwa jika pengetahuan yang diperoleh positif maka
responden lebih cendrung berperilaku positif dan sebaliknya jika pengetahuan
yang diperoleh negatif maka responden lebih cenderung berperilaku negatif.
Dalam hal ini pengetahuan yang tinggi tentang ASI Eksklusif dapat menunjang
perilaku ibu yang positif dalam pemberian ASI Eksklusif.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan Antara
pengetahuan ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan tentang ASI Eksklusif dengan
perilaku ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan dalam pemberian ASI Ekklusif di
Kelurahan Bukit Cermin Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungpinang pada bulan
April 2011 dapat disimpulkan bahwa :
a. Pengetahuan responden tentang ASI eksklusif di Kelurahan Bukit Cermin
wilayah Kerja Puskesmas Tanjungpinang pada bulan April 2011 sebagian
besar responden dengan kategori “Tinggi” yaitu 37 responden (60,7%) dan
sebagian keci responden dengan kategori “Rendah” yaitu 24 responden
(39,3%).
b. Perilaku responden dalam pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Bukit
Cermin Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungpinang pada bulan April 2011
sebagian besar responden berada dalam kategori “Positif” yaitu 34
responden (55,7%) dan sebagian kecil responden berada dalam kategori
“Negatif” yaitu 27 responden (44,3%).
c. Ada hubungan antara pengetahuan ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan
tentang ASI eksklusif dengan perilaku ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan
dalam pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Bukit Cermin Wilayah Kerja
Puskesmas Tanjungpinang pada bulan April 2011 dimana nilai p 0,05
(0,000 0,05)
6.2 Saran57
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis memberikan saran yang
dapat dijadikan masukan nantinya, antara lain :
1. Bagi ibu yang mempunyai 0-6 bulan
Diharapkan kepada ibu-ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan untuk dapat
meningkat pengetahuan serta wawasan tentang pentingnya ASI eksklusif
sehingga ibu-ibu dapat memberikan ASI eksklusif sampai usia bayi 6
bulan tanpa makanan tambahan.
2. Bagi tempat penelitian
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan bagi tenaga kesehatan di
Puskesmas Tanjungpinang untuk meningkatkan cakupan ASI Eksklusif.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan agar penelitian ini bermanfaat untuk peneliti selanjutnya serta
lebih mengembangkan masalah yang mungkin ditemukan dengan
menghubungkan dengan berbagai variabel untuk di teliti.
PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG DAN
FAKTOR PENGUAT TERHADAP PERILAKU IBU MEMPUNYAI BAYI
0-6 BULANDALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
DI KELURAHAN BUKIT CERMIN WILAYAH KERJA PUSKESMAS
TANJUNGPINANG PADA BULAN APRIL 2011
KARYA TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mengikuti
Program Pendidikan Pasca Sarjana
OLEH :
NURNIATI TIANASTIA RULLYNI, S.ST
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU
PROGRAM STUDI KEBIDANAN
TANJUNGPINANG
2011