kelompok 22
DESCRIPTION
jgkvTRANSCRIPT
MICROWAVE
Teknologi pengolahan pangan merupakan kumpulan metode dan teknik yang
digunakan untuk mengubah bahan baku mentah menjadi makanan atau mengubah
makanan menjadi bentuk lain untuk konsumsi oleh manusia atau oleh industri
pengolahan makanan (Winarno,1993). Teknologi pengolahan pangan memiliki dua
manfaat, yaitu: (1) menekan kehilangan (loss) bahan pangan sejak panen dan (2)
transformasi bahan mentah menjadi produk pangan olahan.
National Academy of Sciences memperkirakan bahwa produksi pangan dunia
mengalami kehilangan sekitar 50%, karena kesalahan selama panen, penanganan,
distribusi, dan penyimpanan (Hendry Noer, 2007) ; sehingga pengolahan teknologi
pangan sendiri sangat diperlukan untuk menambah nilai dalam sebuah produk pangan
dan menjaga kondisi produk agar tetap stabil.Dalam hal ini kelompok kami mengambil
teknologi pengolahan pangan menggunakan teknologi microwave. Microwave adalah
sebuah peralatan yang menggunakan radiasi gelombang mikro untuk memasak atau
memanaskan makanan, mempunyai panjang gelombang antara 1 milimeter sampai 1
meter dan berfrekuensi antara 300 megahertz sampai 300 gigahertz. Microwave
menghasilkan makanan dengan nilai organoleptik dan nutrisi yang tinggi. Institute of
Food Technologists (1987) melaporkan bahwa kadar vitamin dalam makanan yang
diolah denganm microwave mengalami penurunan yang lebih kecil dibandingkan
dengan pemasakan secara konvensional karena waktu pemasakan menjadi lebih singkat.
Akan tetapi hal ini dipengaruhi oleh waktu pemasakan, suhu internal, tipe produk,
ukuran dan tipe oven.
Microwave mempunyai bagian berupa :
1. Magnetron
Magnetron merupakan bagian inti dari microwave oven. Komponen ini akan mengubah
energi listrik menjadi radiasi gelombang mikro.
2. Waveguide
sebuah komponen yang didesain untuk mengarahkan gelombang.
3. Microwave Stirrer
menyerupai baling-baling digunakan untuk menyebarkan gelombang mikro di dalam
microwave oven. Biasanya dikombinasikan dengan sebuah komponen seperti piringan
1
yang dapat diputar pada bagian bawah. Kombinasi ini memungkinkan kecepatan tingkat
kematangan yang merata saat memasak.
Kelebihan dari pengunana microwave antara lain :
Cepat, mudah, dan praktis.Tidak perlu menggunakan banyak minyak untuk
memasak dan memanaskan makanan
Zat gizi makanan tidak banyak yang terbuang, karena tidak perlu media air yang
banyak
Citarasa alami makanan tidak banyak berubah
Ruangan di dapur tidak jadi panas, karena suhu tidak keluar
Microwave juga bisa mensterilkan beberapa peralatan dapur, seperti spon cuci
piring, dll
Memasak daging dengan microwave aakan membuat daging matang hingga ke
dalam dalam waktu singkat.
Kekurangan dair Microwave :
Membutuhkan energi (listrik) yang cukup besar untuk mengoperasikan
microwave oven.
Menimbulkan resiko jika tidak mengerti cara penggunaannya
Pengolahan pangan dengan microwave meliputi thawing dan tempering, reheating,
drying, cooking, baking dan blanching namun tidak bisa disamakan pada semua jenis
microwave karena microwave juga dibedaka menurut beberapa jenis dan fungsi.
1.Thawing dan tempering
Menggunakan metode microwave, kita mampu mengontrol suhu tersebut dengan
2
kisaran suhu -4 – (-2oC). Dengan demikian bahanpangan beku masih tetap kokoh dan
bagus; selain itu juga dapat menghindari resiko kontaminasi. Gelombang yang
digunakan pada tempering dan thawing pada microwave adalah 915 Mhz
2.Reheating
Kemampuan microwave dalam meningkatkan suhu pangan dari suhu normal menjadi
lebih tinggi dengan kecepatan yang efisien
3.Drying
Dengan menggunakan microwave, frekuensi dari alat ini langsung menuju ke polar
system, yaitu air. Sehingga mampu dengan cepat menggerakkan air tersebut menuju
permukaan dengan panas yang dihasilkan. Selain itu, metode frekuensi microwave ini
juga melindungi dari pengerasan bahan pangan dan reaksi browning.
4.Cooking
Pada pemasakan, microwave dapat menghindarkan cookingloss pada produk pangan.
Ada 2 cara untuk menghindari cookingloss yaitu, dengan cara memberikan pereheating
untuk proses selanjutnya yang salah satunya menggunakan microwave atau dengan cara
menggunakan microwave saja untuk proses awal sampai akhir.
5.Baking
Kelebuhan microwave adalah dapat menghindari adanya crust dan browning sehingga
produk pangan berkesan segar. Hal ini berlawanan dengan proses baking. Proses baking
adalah proses dimana crust dan browning sangat dibutuhkan. Dengan demikian, hal
tersebut merupakan masalah besar. Oleh karena itu dibutuhkan gabungan teknik
pemanasan, yaitu frekuensi microwave dan ditambah suplai udara panas sesuai suhu
baking. Kombinasi 2 teknik tersebut mampu menghemat 66% waktu total. Selain itu
juga dapat memperpanjang daya simpan produk bakery karena suhu akhir proses lebih
rendah.
Selain itu juga dapat digunakan untuk mempercepat pertumbuhan yeast pada adonan
roti. Waktu normalnya 25 – 30 menit, dengan microwave hanya 4 menit.
6. Blanching,
3
Frekuensi dari microwave dapat menghasilkan panas untuk menginaktifkan enzim dan
tidak membuat off flavor dan off color.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja microwave adalah :
1. Ukuran dan Bentuk bahan pangan
Ukuran dan bentuk sangat berpengaruh nyata terhadap suplai energy panas kedalam
bahan pangan. Jika bahan pangan tersebut besar dan tebal, maka panas akan sulit masuk
hingga ke dalam bahan, dikarenakan intensitas gelombang frekuensi menurun ketika
masuk semakin dalam karena sudah diluar jangkauan dan sebaliknya.
2. Area Permukaan
Pada pemanasan microwave, panas ditujukan langsung pada tengah bahan bukan pada
permukaan. Sehingga jika luas permukaan kecil, maka efisiensi pemanasan semakin
tinggi dan pendinginan bahan setelah pemanasan lebih cepat.
3.Panas yang spesifik
Pada pemanasan microwave, disimpulkan bahwa produk pangan yang berbeda jenis
memiliki suhu pemanasan yang berbeda pula. Hal ini dapat dikontrol dengan
microwave. Dengan cara produk pangan di pack rapat agar panas dapat mengalir dari
bagian dingin ke bagian panas bahan pangan. Dengan demikian dapat memberikan
temperature yang sama dalam satu pengemasan yang sama oleh adanya pengemasan
yang sangat rapat tersebut.
3. Mekanisme dan Prinsip Kerja
Jika gelombang mikro diserap oleh sebuah benda, akan muncul efek pemanasan pada
benda tersebut. Jika makanan menyerap radiasi gelombang mikro, makanan menjadi
panas dan masak dalam waktu singkat.
Jenis- jenis microwave yang ada dipasaran adalah :
1. Solo
Microwave solo ini paling standar dibandingkan model lainnya. Microwave ini hanya
digunakan untuk memanaskan atau menghangatkan makanan. Contohnya saja,
menghangatkan lasagna atau sup, merebus mie instan, serta membuat popcorn.
4
2. Grill
Microwave tipe grill memiliki kemampuan yang lebih banyak dibandingkan model
solo.Microwave jenis ini bisa digunakan untuk memanaskan makanan serta
memanggang ayam atau ikan. Dengan kemampuannya yang lebih banyak sehingga
harganya lebih mahal dari solo.
3. Convection
Microwave convection biasanya datang dengan harga yang lebih mahal daripada model
solo dan grill.. Microwave convection dapat digunakan untuk memanaskan,
memanggang, mengukus, dan membuat cake atau kue kering.
5
BAHAN DAN CARA PEMBUATAN ROTI
Berikut bahan-bahan utama yang digunakan dalam pembuatan adonan roti tawar
(bread) :
1. Tepung. Merupakan salah satu bahan yang penting di dalam pembuatan roti
tawar (bread). Tepung pada umumnya terdiri dari protein, pati, karbohidrat lain,
abu, serat pangan, lemak, air serta sebagian kecil vitamin, mineral dan enzim.
Salah satu komponen penting yang terdapat di dalam tepung adalah kadungan
protein jenis glutenin dan gliadin, dimana keduanya dapat membentuk massa
elastis dengan air untuk membentuk gluten. Dengan adanya penambahan tepung
yang mengandung sifat fisik gluten yang elastis, adonan roti dapat menahan gas
pengembang sehingga hasil akhir roti dapat mengembang dengan baik. Tepung
terigu yang baik harus dapat menyerap air dalam jumlah yang banyak agar
konsistensi adonan tepat dan menghasilkan roti dengan tekstur elastisitas yang
baik, lembut, dan memiliki volume yang besar
2. Ragi (yeast)
Ragi yang digunakan pada roti dibuat dari sel khamir Saccharomyces
cereviceae. Di dalam ragi terdapat beberapa enzim seperti protease, lipase,
invertase, maltase dan zymase. Protease berfungsi dalam memecah protein
dalam tepung menjadi senyawa nitrogen untuk diserap sel khamir dalam
membentuk sel yang baru. Lipase memecah lemak menjadi asam lemak dan
gliserin. Invertase memecah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Maltase
memecah maltosa menjadi glukosa dan zymase memecah glukosa menjadi
alkohol dan karbondioksida. Enzim-enzim dalam ragi memegang peran tidak
langsung dalam proses pembentukan rasa roti yang terjadi sebagai hasil reaksi
Maillard dengan menyediakan bahan-bahan pereaksi sebagai hasil degradasi
enzimatik oleh ragi. Ragi roti memiliki peran penting sebagai pengembang
adonan karena adanya aktivitas khamir yang memproduksi gas karbondioksida
selama fermentasi gula. Kondisi optimal bagi aktivitas ragi roti dalam proses
fermentasi adalah pada aw = 0.905, suhu antara 250C sampai 300C dan pH
antara 4.0 sampai 4.5.
6
3. Air
Air memiliki banyak peran penting di dalam pembuatan roti. Air dapat
menentukan karakteristik rheologi dari adonan, yang dapat menentukan sifat
adonan selama proses pembuatan dan menentukan mutu hasil produk akhir. Air
juga membantu protein dalam tepung untuk membentuk gluten yang dapat
mengontrol kepadatan adonan serta dapat berfungsi sebagai pelarut bagi garam,
gula, dan mineral agar bahan-bahan tersebut dapat tercampur secara merata.
Selain itu, air juga membantu kerja enzim karena turut mengembangkan pati
menjadi mudah dicerna oleh tubuh. Jumlah air yang diperlukan di dalam
pembuatan roti tergantung pada kemampuan daya serap tepung yang digunakan.
4. Gula
Gula merupakan salah satu komponen yang digunakan dalam pembuatan roti
karena dimanfaatkan oleh ragi selama proses fermentasi sebagai sumber bahan
makanan. Gula yang dimanfaatkan oleh ragi umumnya hanya gula-gula
sederhana, glukosa atau fruktosa, yang dihasilkan oleh pemecahan enzimatik
molekul yang lebih kompleks, seperti sukrosa, maltosa, pati atau karbohidarat
lainnya. Selain itu, gula juga dapat memberikan rasa manis dan warna kulit roti
(crust).
5. Garam
Garam dapat membantu pengaturan rasa, memberikan harum dari bahan-bahan
lain, membantu proses pengerasan adonan, memperbaiki pori-pori tekstur dari
roti, dan secara tak langsung membantu pembentukan warna. Fungsi penting
lain yang dimiliki garam antara lain, membentu aktivitas ragi pada roti selama
fermentasi , karena garam mampu mengontrol aktivitas bakteri yang tidak
diinginkan dalam adonan.
6. Lemak
Lemak digunakan dalam pembuatan roti sebagai shortening karena membantu
memperbaiki struktur fisik roti seperti volume, tekstur, kelembutan, dan flavor.
7
Dengan adanya penambahan lemak roti menjadi tidak cepat menjadi keras dan
daging roti menjadi lebih kokoh sehingga dapat memperpanjang umur simpan
roti. Selain itu penambahan lemak menyebabkan nilai gizi dan rasa lezat roti
(flavor) bertambah. Selain itu, lemak juga berfungsi sebagai pelumas sehingga
akan memperbaiki remah roti dan mempermudah pemotongan roti dan membuat
roti lebih lunak.
7. Susu dan Telur
Pada susu, terkandung protein (kasein), gula laktosa dan mineral kalsium,
sedangkan pada telur, terdapat lesitin yang berguna untuk memperlemas jaringan
zat gluten sehingga tekstur telur lebih empuk. Penambahan kedua bahan ini pada
umumnya dapat menambah nilai gizi pada mutu produk yang akan dihasilkan.
Setelah mengetahui bahan-bahan utama yang digunakan di dalam proses pembuatan
roti, selanjutnya adalah bagaimana prinsip pembuatan roti itu sendiri. Secara garis besar
prinsip pembuatan roti terdiri dari pencampuran (make up), peragian, pembentukan dan
pemanggangan. Berikut penjelasan dari masing-masing prinsip yang ada:
1. Pencampuran
Secara tradisional ada dua cara pencampuran adonan roti, yaitu sponge and
dough method atau metode babon dan straight dough method atau cara
langsung, metode lainnya, yaitu no time dough. Pada metode babon, sebagaian
besar tepung dan air, seluruh ragi roti dan garam mineral serta zat pengemulsi
dicampur menjadi babon. Kemudian babon difermentasi selama 3-6 jam, untuk
selanjutnya dicampur dengan bahan lainnya. Pada pembuatan babon cair,
sebanyak 25 % tepung dibuat menjadi babon cair, kemudian dilakukan
pencampuran kedua adonan yang ada.
Metode kedua adalah straight dough. Metode straight dough lebih sederhana
namun kurang fleksibel, karena tidak mudah dilakukan modifikasi jika terjadi
kesalahan dalam proses fermentasi atau pada tahap sebelumnya. Dalam proses
ini seluruh bahan dicampur sekaligus menjadi adonan sebelum difermentasi.
8
Sedangkan pada metode cepat (no time dough), seluruh bahan dicampur
sekaligus lalu dibentuk atau masuk ke dalam alat pencampur dengan waktu
fermentasi yang singkat.
2. Peragian
Peragian juga disebut sebagai tahap fermentasi. Dimana fungsi dari proses ini
ialah untuk pematangan adonan memiliki mutu yang baik. Selama fermentasi
enzim-enzim ragi bereaksi dengan pati dan gula untuk menghasilkan gas
karbondioksida. Perkembangan gas ini menyebabkan adonan mengembang
menjadi lebih ringan dan lebih besar. Untuk memperoleh hasil yang seragam,
suhu dan kelembaban dalam ruang fermentasi perlu diatur. Suhu formal untuk
fermentasi ialah kurang lebih 26o C dan kelembabannya 70-75 %.
3. Pembentukan
Pembagian adonan dapat dilakukan dengan menggunakan pemotong adonan.
Proses yang dilakukan selanjutnya adalah intermediete proofing, yaitu
mendiamkan adonan dalam ruang dengan suhu yang dipertahankan hangat
selama 3-25 menit. Di dalam fase ini, adonan difermentasi dan dikembangkan
lagi sehingga bertambah elastis dan dapat mengembang setelah banyak
kehilangan gasakibat proses pembagian. Setelah didiamkan adonan siap dengan
pemulungan. Proses pemulungan terdiri dari proses pemipihan atau sheating,
curling, dan rolling atau penggulungan serta penutupan atau sealing. Setelah
pemulungan adonan dimasukkan ke dalam loyang yang telah dioles dengan
lemak, Pengolesan lemak dilakukan agar roti tidak lengket pada loyang.
Selanjutnya dilakukan fermentasi akhir, yang bertujuan agar adonan mencapai
volume dan struktur remah yang optimum. Agar proses pengembangan cepat
fermentasi akhir ini biasanya dilakukan pada suhu sekitar 38o C dengan
kelembaban nisbi 75-85 %. Dalam proses ini ragi roti menguraikan gula dalam
adonan dan menghasilkan gas karbondioksida.
4. Pemanggangan
9
Ketika adonan memasuki oven pada bebrapa menit pertama, terjadi peningkatan
volume adonan secara cepat. Pada saat suhu mencapai 50-60o C, aktivitas
metabolisme khamir mengalami peningkatan, hingga terjadi perusakan khamir
akibat panas yang berlebihan. Ketika suhu mencapai sekitar 76o C, alkohol
dibebaskan sehingga terjadi peningkatan tekanan dalam gelembung udara.
Sejalan dengan terjadinya gelatinisasi pati, struktur gluten mengalami kerusakan
karena penarikan air oleh pati. Di atas suhu 76o C terjadi penggumpalan gluten
yang memberikan struktur crumb. Pada akhir pembakaran, terjadi pembentukan
crust serta aroma. Pembentukan crust terjadi sebagai hasil reaksi maillard dan
karamelisasi gula.
10
PROSES BAKING DENGAN MICROWAVE
Pada microwave oven, panas dapat dihasilkan di dalam makanan (volumetric heating).
Panas dihasilkan pada waktu yang relative singkat saat gelombang mikro penetrasi ke
dalam roti tawar (masuk ke dalam bahan pangan). Gelombang mikro memiliki daya
penetrasi yang baik dan dengan panas volumetrik yang dihasilkan maka dapat
mempercepat laju pemanasan makanan dengan waktu yang singkat, juga berkontribusi
dalam meminimalkan perbedaan suhu antara permukaan dan bagian dalam bahan
pangan (Puligundla et al., 2013). Perbedaan suhu dapat diminimalkan karena udara di
dalam microwave oven suhunya sama dengan suhu ruang, sehingga permukaan
makanan tidak akan bertambah panas saat waktu pemanasannya lebih panjang.
Sedangkan pada metode pemanasan secara konvensional proses pemanasannya akan
menyebabkan permukaan makanan lebih cepat panas, tetapi panas tersebut belum tentu
sudah mencapai bagian dalam makanan. Hal ini dikarena panas dari udara akan
melewati bagian permukaan makanan terlebih dahulu secara konveksi. Panas kemudian
akan ditransfer ke bagian dalam / tengah makanan dengan cara konduksi. Dengan cara
yang demikian maka ada kemungkinan perbedaan gradient suhu di permukaan dan di
dalam makanan (USDA, 2011).
Gambar 2.1. Gambar proses pemanasan dengan gelombang mikro dibandingkan dengan
pemanasan konvensional.
Gelombang mikro digunakan sebagai sumber eksternal untuk membantu terjadinya
reaksi kimia (gelombang mikro – assisted reactions). Gelombang mikro juga digunakan
untuk memecah struktur kompleks pada bahan menjadi struktur yang sederhana
11
(gelombang mikro-digestion). Proses pemanasan dari microwave oven pada seluruh
komponen roti tawar secara cepat disebabkan karena adanya interaksi antara gelombang
mikro, molekul polar air dan komponen ionik pada makanan. Pada molekul polar air
akan terjadi polarisasi dipolar sedangkan pada komponen ionik pada makanan akan
terjadi konduksi ionik (Puligundla et al., 2013).
a. Rotasi dipolar
Gelombang mikro menyebabkan molekul polar air pada roti tawar secara
konstan akan berotasi pada medan elektromagnetik. Pergesekan molekular dari
rotasi dipolar molekul menghasilkan energi. Energi yang dihasilkan adalah
energi kalor (pemanasan dielektrik). Sementara molekul nonpolar pada makanan
tidak dapat berinteraksi / inert terhadap gelombang mikro.
Gambar 2.1. Gambar dari molekul polar air yang secara konstan akan berotasi
akibat adanya medan listrik dari gelombang mikro.
b. Konduksi ionik
Saat suatu komponen ionik pada roti jika diberikan suatu medan listrik maka ion
– ion tersebut akan bergerak. Komponen ion tersebut yang merupakan hasil dari
garam yang terlarut memiliki muatan positif dan negatif. Ion yg bermuatan akan
bergerak berlawanan muatan dengan medan elektriknya. Pergerakan ion yang
terjadi menghasilkan energi kinetik yang akan menghasilkan energi kalor
(panas).
12
Gambar 2.2. Gambar pergerakan konduksi ionik pada komponen
Laju pemanasan dengan gelombang mikro tergantung pada komponen dielektrik bahan
makanan. Komponen dielektrik bahan makanan dideskripsikan sebagai kemampuan
suatu bahan untuk menyerap, meneruskan dan memantulkan energy elektromagnetik.
Penyerapan energy gelombang mikro pada suatu bahan pangan dipengaruhi oleh 2
faktor yaitu
a. Konstanta dielektrik
Kemampuan bahan untuk menyerap dan menyimpan energy gelombang mikro.
b. Loss factor
Seberapa besar gelombang mikro akan kehilangan energy saat melewati bahan
dielektrik tersebut.
13
PERUBAHAN YANG TERJADI PADA ROTI
Beberapa perubahan yang di alami adonan roti (bread) saat proses pemanggangan
(baking):
Perubahan fisik :
Oven Spring
perubahan yang terjadi adalah adonan akan mengembang secara cepat. Pengembangan
inilah yang disebut sebagai oven-spring. Beberapa hal yang mempengaruhi adalah
pemanasan gas dan pertambahan volume serta penguapan air, karbon dioksida, dan
etanol. Semua itu menaikkan tekanan internal pada adonan dan adonan akan
mengembang secara cepat pada tahap awal pemanggangan. Aktivitas yeast akan
menurun sejalan dengan semakin hangat/panasnya adonan. Yeast akan inaktif pada suhu
55 oC.
Crust Formation
Adonan yang terkena panas akan membentuk kulit dan crust karena penguapan
moisture dari permukaan adonan terjadi secara cepat. Crust ini yang akan memberikan
kekuatan pada roti setelah proses pemanggangan.
Perubahan Kimia :
Yeast Activity
Aktivitas yeast sangat tergantung pada temperatur. Aktivitas yeast meningkat secara
cepat pada awal proses pemanggangan tetapi akan inaktif pada suhu 55oC.
Starch Gelatinisation
Pati akan mulai tergelatinisasi pada suhu sekitar 60oC. Pada adonan terdapat air yang
terbatas, sehingga menyebabkan pati tidak tergelatinisasi secara sempurna. Gelatinisasi
yang terbatas ini membantu retensi gas dan memberi tesktur pada roti.
Gluten Coagulation
Gelatinisasi pati beruhubungan dengan penyerapan air sedangkan denaturasi gluten
berhubungan dengan penghilangan kadar air. Koagulasi terjadi pada suhu 74OC dan
akan terus terjadi hingga proses pemanggangan selesai. Pada proses ini, matriks gluten
pada sekitar sel akan berubah bentuk menjadi struktur film yang semi-rigid.
Enzyme Activity
14
Aktivitas amilase pada pati akan meningkat seiring peningkatan suhu. Namun pada saat
yang sama, panas menginaktivasi enzim juga terjadi. Aktivitas enzim amilase ini
penting karena bila aktivitasnya tidak mencukup akan mengekang volume roti karena
pati akan menjadi kaku secara cepat.
Browning Reaction
Reaksi browning terjadi pada suhu sekitar 160oC. Browning terjadi karena pemanasan
gula dan protein atau zat lain yang mengandung nitrogen yang akan membentuk
melanoidin. Reaksi ini mempengaruhi waran dan flavor dari roti.
Pemanggangan adalah salah satu proses thermal yang secara signifikan mengubah sifat
fisiokimia dari adonan. Proses pemanggangan terbagi menjadi 3 fase:
a. Pengembangan adonan dan penghilangan moisture inisiasi
b. Pengembangan dan laju kehilangan moisture menjadi maksimal
c. Peningkatan besar produk dan menurunnya laju moisture loss karena struktur
rongga udara dalam adonan rusak sebagai hasil dari meningkatnya tekanan uap
Masalah yang sering dihadapi dalam proses pemanggangan menggunakan microwave
antara lain meliputi tekstur, perubahan volume, perubahan warna, pembentukan crust,
dan dehidrasi berlebih. Tekstur adalah salah satu karakteristik kualitas makanan yang
dipertimbangkan. Analisa yang dilakukan oleh Megahey et al,. (2005) menemukan
bahwa roti yang di panggang menggunakan microwave menghasilkan tekstur
springiness, dan moisture content yang tinggi serta firmness yang rendah. Proses
pemanggangan roti dengan menggunakan microwave akan menghasilkan produk
dimana bagian dalam roti lunak sementara bagian luar sudah menjadi keras dan
kandungan moisture yang rendah. Untuk mengatasi masalah diatas, digunakan dua
macam siklus penggunaan microwave. Siklus pertama menggunakan metode komersial
untuk memasak bagian dalam roti sementara siklus kedua menggunakan microwave
untuk memasak keseluruhan bagian roti. Metode ini menyebabkan penurunan durasi
waktu yang dibutuhkan untuk proses baking, lebih hemat energi, serta kualitas produk
yang lebih baik.
15
DAFTAR PUSTAKA
Hendry Noer, F. 2007. Tantangan global industri pangan. Food Review Indonesia, 11,
1, 16-22.
http://home.cvc.org/microwaves diakses tanggal 10 April 2016.
http://www.colorado.edu/physics/2000/microwaves/mwintro.html diakes tanggal 10
April 2016.
Megahey EK, McMinn WAM, Magee TRA (2005) Experimental Study of Microwave
Baking of Madeira Cake Batter. Food Bioprod Process 83: 277-287.51.
Mondal A, Datta AK (2008) Bread baking - a review. J Food Eng 86: 465-474.50.
Puligundla, Pradeep.; Seerwan A Abdullah; Won Choi; Soojin Jun; Sang-Eun dan
Sanghoon Ko. (2013). Poteintials of Microwave Heating Technology for Select
Food Processing Applications – a Brief Overview and Update. Journal Food
Processing Technology Volume 4:278.
Sumnu G (2001) A review on microwave baking of foods. Int J Food Sci Technol 36:
117-127.52.
Sumnu G, Sahin S, Sevimli M (2005) Microwave, infrared and infrared-microwave
combination baking of cakes. J Food Eng 71:150-155
United States Department of Agriculture Food Safety and Inspection Service (USDA).
Microwave Ovens and Food Safety. (2011).
Winarno, F.G.I. 1993. Pangan, Gizi, Teknologi dan konsumsi. Jakarta: Gramedia
Pustaka
16