fraktur os nasal
DESCRIPTION
hTRANSCRIPT
CASE REPORT
FRAKTUR OS NASAL
Disusun Oleh :
Cucu Suhendar 08310052
Eko Nuzul A. K. R 09310195
Pembimbing :
dr. Inawati Bobot., Sp.THT-KL, M.Sc
KEPANITRAAN KLINIK ILMU PENYAKIT THT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
RSUD ‘45 KUNINGAN
2013
FRAKTUR OS NASAL
1. Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya. Fraktur nasal disebabkan oleh trauma dengan kecepatan rendah. Sedangkan
jika disebabkan oleh trauma kecepatan tinggi biasanya berhubungan dengan fraktur
wajah, biasanya Le Fort 1 dan 2. Selain itu, injury nasal juga berhubungan dengan
cedera leher atau kepala.
Fraktur tulang hidung dapat mengakibatkan terhalangnya jalan pernafasan dan
deformitas pada hidung. Jenis dan kerusakan yang timbul tergantung pada kekuatan,
arah dan mekanismenya. Terdapat beberapa jenis fraktur hidung antara lain
(Robinstein,2000).
2. Etiologi
Penyebab trauma nasal ada 4 yaitu:
Mendapat serangan misal dipukul.
injury karena olah raga
kecelakaan (personal accident).
kecelakaan lalu lintas.
Dari 4 causa diatas, yang paling sering karena mendapat serangan misalnya
dipukul dan kebanyakan pada remaja. Jenis olah raga yang dapat menyebabkan injury
nasal misalnya sepak bola, khususnya ketika dua pemain berebut bola diatas kepala,
olah raga yang menggunakan raket misalnya ketika squash, raket dapat mengayun ke
belakang atau depan dan dapat memukul hidung atau karate, petinju.
Trauma nasal yang disebabkan oleh kecepatan yang tinggi menyebabkan fraktur
wajah.
2
3. Klasifikasi
Terdapat beberapa jenis fraktur nasal antara lain (Robinstein,2000) :
a. Fraktur lateral adalah kasus yang paling sering terjadi, dimana hanya terjadi
pada salah satu sisi saja, kerusakan yang ditimbulkan tidak begitu parah.
b. Fraktur bilateral merupakan salah satu jenis fraktur yang juga paling sering
terjadi selain fraktur lateral, biasanya disertai dislokasi septum nasal atau
terputusnya tulang nasal dengan tulang maksilaris.
c. Fraktur direct frontal yaitu fraktur os nasal dan os frontal sehingga
menyebabkan desakan dan pelebaran pada dorsum nasalis. Pada fraktur jenis
ini pasien akan terganggu suaranya.
d. Fraktur comminuted adalah fraktur kompleks yang terdiri dari beberapa
fragmen. Fraktur ini akan menimbulkan deformitas dari hidung yang tampak
jelas.
4. Patofisiologi
Tulang hidung dan kartilago rentan untuk mengalami fraktur karena hidung
letaknya menonjol dan merupakan bagian sentral dari wajah, sehingga kurang kuat
menghadapi tekanan dari luar. Pola fraktur yang diketahui beragam tergantung pada
kuatnya objek yang menghantam dan kerasnya tulang. Daerah terlemah dari hidung
adalah kerangka kartilago dan pertemuan antara kartilago lateral bagian atas dengan
tulang dan kartilago septum pada krista maksilaris.
Daerah terlemah merupakan tempat yang tersering mengalami fraktur atau
dislokasi pada fraktur nasal. Kekuatan yang besar dari berbagai arah akan
menyebabkan tulang hidung remuk yang ditandai dengan deformitas bentuk C pada
septum nasal. Deformitas bentuk C biasanya dimulai di bagian bawah dorsum nasal
dan meluas ke posterior dan inferior sekitar lamina perpendikularis os ethmoid dan
berakhir di lengkung anterior pada kartilago septum kira-kira 1 cm di atas krista
maksilaris.
3
5. Tanda dan gejala
Bentuk hidung berubah
Epiktasis/keluar darah dari hidung
Krepitasi yaitu teraba tulang yang pecah
Hidung serta daerah sekitarnya bengkak
6. Komplikasi
Deviasi hidung (Keadaan dimana terjadi peralihan pada septum nasal, tulang nasal
atau keduanya).
Bleeding (perdarahan hidung)
Hematoma septi ( penggumpalan darah dibagian septum).
Septum hematom ditandai dengan adanya akumulasi darah pada ruang
subperikondrial. Ruangan ini akan menekan kartilago di bawahnya, dan
mengakibatkan nekrosis septum irreversible. Deformitas bentuk pelana dapat
berkembang dari jaringan lunak yang hilang.
7. Pemeriksaan Diagnostik
Foto nasal
Radiografi nasal
Pemeriksaan hidung bagian dalam
Sinar X untuk menilai ductus nasolakrimalis
8. Penatalaksanaan
Operatif Untuk fraktur nasal yang tidak disertai dengan perpindahan fragmen
tulang, penanganan bedah tidak dibutuhkan karena akan sembuh dengan spontan.
4
Deformitas akibat fraktur nasal sering dijumpai dan membutuhkan reduksi dengan
fiksasi adekuat untuk memperbaiki posisi hidung.
Tindakan yang dilakukan pada deviasi septum biasanya dengan septoplasty.
Selain itu seiring dengan perkembangan bedah plastic untuk komestika, maka
dapat dilakukan rhinoplasty.
Rhinoplasty adalah operasi plastic pada hidung. Ada 2 macam :
a. Augmentasi rhinoplasty : penambahan pada hidung. Yang harus
diperhatikan tidak boleh menambahkan injeksi silicon. Yang boleh
digunakan adalah bahan dari luar, misalnya silicon padat maupun bahan
dari dalam tubuh sendiri misal tulang rawan, flap kulit/dermatograft.
b. Reduksi rhinoplasty : pengurangan pada hidung.
c. Tempat terjadinya bleeding seharusnya diidentifikasi dan jika dari
sphenopalatine maka eksplorasi septal dikeluarkan dan ketika arteri
dibebaskan dari segmen fraktur biasanya dihentikan dengan packing
(balutan). Jika arteri ethmoidal masih terjadi bleeding setelah fraktur
ethmoidal maka dilakukan ¡¥clip¡¦ dengan ethmoid eksternal yang sesuai.
d. Drainase segera setelah ditemukan disertai dengan pemberian antibiotik
setelah drainase
5
STATUS PASIEN THT RSUD ’45 KUNINGAN
I. IDENTITAS
NAMA : Tn. I
JENIS KELAMIN : Laki - laki
USIA : 29 tahun
AGAMA : Islam
PEKERJAAN : Wiraswasta
PENDIDIKAN : SMA
ALAMAT : Karang Muncang
TGL PEMERIKSAAN : 27 Desember 2013
II. ANAMNESA
KELUHAN UTAMA :
Post KLL robek dan memar pada hidung ½x½ , batang hidung bengkok.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :
Os datang ke IGD RSUD ’45 Kuningan kiriman dari RS. Linggarjati pada tanggal 27
Desember 2013 jam 15.30 WIB dengan keterangan hematom nasal, deformitas nasal,
dengan epistaksis. Pasien mengatakan sebelumnya terjadi kecelakaan lalu lintas
tabrakan antara motor vs motor, riwayat hilang kesadaran disangkal, pasien
mengeluhkan nyeri disekitar hidung, kepala dan mulut, perdarahan dirasakan keluar
dari kedua lubang hidung dan banyak, pasien juga mengeluhkan adanya gangguan
pengidu dan hidung terasa mampet, sebelum terjadi kecelakaan pasien mengkonsumsi
alkohol.6
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pasien belum pernah mengalami hal ini sebelumnya
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami keluhan yang sama dengan
pasien.
RIWAYAT PENGOBATAN
Sebelumnya os dibawa ke RS. Linggarjati dengan keterangan Cedera kepala ringan
(CKR) dengan suspek Fraktur Os nasal
III. PEMERIKSAAN FISIK
KEADAAN UMUM : Tampak sakit berat
KESADARAN : Compos Mentis
TANDA VITAL : TD : 130/90 mmHg RR : 20x/menit
N : 100 /menit S : 36.5 °C
STATUS GENERALIS
KEPALA : Normocephal
MATA
Konjungtiva : Anemis (-/-)
Sklera : Ikterik (-/-)
Pupil : Isokor ,Reflek Cahaya (+/+)
LEHER : Pembesaran Kelenjar limfe ( - )
THORAX
Inspeksi : Simetris hemithorak kanan dan kiri
Palpasi : Vokal premitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi
Cor : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
7
Pulmo : Vesiculer (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
ABDOMEN
Inspeksi : Simetris datar
Auskultasi : BU (+) normal
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), Hepar/Lien tidak teraba
Perkusi : Timpani
EKSTREMITAS
Edema : - -
Sianosis : - . -
NEUROLOGIS
Refleks Fisiologis : (+/+)
Refleks Patologis : (-/-)
GENITALIA : Tidak diperiksa
STATUS LOKALIS
Terdapat Vulnus excoriatum pada nasal 1x1 cm dan mulut
Terdapat Hematom di regio nasal
Terdapat Deformitas kearah regio nasal sinistra
Terdapat Hematom di kepala regio dextra 3x3 cm
Terdapat vulnus excoriatum di infraorbita dextra 1x1 cm
Discarge os nasal
A. TELINGA
BAGIAN KELAINAN KANAN KIRI
Preaurikuler Kongenital
Radang
Tumor
Trauma
Nyeri tekan tragus
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
8
Aurikuler Kongenital
Radang
Tumor
Trauma
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Retroaurikuler Edema
Nyeri Tekan
Hiperemis
Sikatriks
Fistula
Fluktuasi
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
BAGIAN KELAINAN KANAN KIRI
CAE Kongenital
Kulit
Sekret
Serumen
Edema
Jaringan granulasi
Massa
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Membran
Timpani
Gambar
1. Warna
2. Intak
3. Refleks Cahaya
Putih
(-)
(-)
Putih
(-)
(-)
9
Cavum Timpani Tidak dapat
dinilai
Tidak dapat
dinilai
TES PENDENGARAN KANAN KIRI
Tes Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Weber Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Swabach Tidak dilakukan Tidak dilakukan
B. H
I
D
U
N
G
10
PEMERIKSAAN KANAN KIRI
Keadaan luar Bentuk dan ukuran
Tekanan sisi nasal
Normal
(+) N
Normal
(+) N
Rhinoskopi
Anterior
Gambar
1. Mukosa Hiperemis
(-)
(+)
(-)
(+)
(+)
(+)
Eutrofi
Hiperemis
(-)
(+)
(-)
(+)
(+)
(+)
Eutrofi
2. Sekret
3. Darah
4. Krusta
5. Edema
6. Krepitasi
7. Discharge
8. Konka inferior
9. Septum deviasi
10. Nyeri tekan nasal
(+) (+)
(+) (+)
Polip tumor (-) (-)
Tidak dilakukan Pasase udara
Rhinoskopi
Posterior
Mukosa
Sekret
Choana
Fossa Rossenmuller
Massa/tumor
Os.tuba eustachius
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tes Valsava Tidak dilakukan Tidak dilakukan
C. CAVUM ORIS DAN OROFARING
BAGIAN KETERANGAN
Mukosa Hematom
Lidah Normal
Gigi geligi Lengkap, Caries (+ )
Uvula Normal
Pilar Tenang (+/+) N
Halithosis (+)
BAGIAN KETERANGAN
Tonsil
1. Mukosa
2. Besar
3. Kripta
4. Detritus
5. Perlengketan
Gambar
Normal
T1-T1
(-/-)
(-/-)
(-/-)
Faring
1. Mukosa
2. Granula
3. Post nasal drip
Gambar
Normal
(-)
Tidak ada (N)
(+)
11
Laring
1. Epiglotis
2. Kartilago arytenoid
3. Plika aryepiglotika
4. Plika vestibularis
5. Plika vokalis
6. Rima glotis
7. Trakea
Tidak diperiksa
D. MAXILLOFACIAL
BAGIAN KETERANGAN
Maxillofacial
Bentuk
Nyeri tekan
Parese N.Cranialis
Simetris
(+)
(-)
12
E. LEHER
BAGIAN KETERANGAN
Leher
Bentuk
Massa
Simetris
(-) tidak ada pembesaran KGB regional
IV. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
HASIL SATUAN NORMAL
Hb 16,0 g/dl ♀ 12 – 16 / ♂ 13 – 17
Leukosit 11.000 /mm3 4.000 – 10.000
Haematokrit 45,7 % ♀ 37 – 43 / ♂ 40 – 48
13
Trombosit 286.000 /mm3 150.000 – 450.000
Golongan Darah - -
b. Rontgen
Kesan :
Struktur tulang baik
Tampak fraktur dan deformitas os nasal
V. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG
CT-Scan
VI. RESUME
1. Anamnesis
Nasal Obstruction (+)
Hematom nasal (+)
Deformitas (+)
Epistaksis (+)
Nyeri hidung, kepala dan mulut (+)
Hiposmia (+)
14
2. Pemeriksaan Fisik
Vulnus excoriatum pada nasal 1x1 cm dan mulut
Hematom di regio nasal
Deformitas kearah regio nasal sinistra
Hematom di kepala regio dextra 3x3 cm
Vulnus excoriatum di infraorbita dextra 1x1 cm
Discarge os nasal (+/+)
Edema (+/+)
Darah (+/+)
Krepitasi (+)
Nyeri tekan nasal (+)
3. DIAGNOSIS KERJA
Fraktur os nasal et causa trauma
4. PENATALAKSANAAN
Kausatif :
Pasang Tampon Hidung
Tutup kasa steril
Medikamentosa :
a. Analgetik : Injeksi Ketorolac 15 mg/ml
b. Antibiotik : Injeksi Ceftriaxon 500 mg
c. Hemostatik : Injeksi Asam Tranexamat 10 mg/kgBB
d. Antiinflamasi : Injeksi Dexametason 5 mg/ml
RENCANA LANJUTAN
Kontrol 5 hari kemudian untuk evaluasi kemajuan terapi
5. PROGNOSIS
QUO AD VITAM : Bonam
QUO AD FUNCTIONAM : Dubia ad Bonam
15
16