fraksi vitamin e kaya tokotrienol dari distilat asam lemak minyak sawit (dalms) hasil kristalisasi...

Upload: zakyaulia

Post on 10-Oct-2015

38 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

biologi kimia farmasi

TRANSCRIPT

  • 5/20/2018 Fraksi Vitamin e Kaya Tokotrienol Dari Distilat Asam Lemak Minyak Sawit (Dalms) Hasil Kristalisasi Pelarut Suhu Rendah

    1/10

    FRAKSI VITAMIN E KAYA TOKOTRIENOL DARI DISTILAT ASAM

    LEMAK MINYAK SAWIT (DALMS) HASIL KRISTALISASI PELARUT

    SUHU RENDAH

    Vitamin E Fraction Enriched with Tocotrienol from Palm Fatty Acid Distillate

    (PFAD) by Low Temperature Crystallization.

    Fajar Hanani1)

    , Teti Estiasih2)

    , Ella Saparianti2)

    1) Alumni Jurusan THP-FTP- Universitas Brawijaya

    2) Staf Pengajar Jurusan THP-FTP-Universitas Brawijaya

    ABSTRACT

    Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) is by product from deodorization of palm oil, contentis 70% tocotrienol and 30% tocopherol. Solvent extraction and crystallization techniques have

    advantages in separating unsaponiable matter in preparation of vitamin E enriched with

    Tocotrienol.

    This used Completely Randomize Design with 3 factors and 2 replication. The data

    research were analized with ANOVA and continued with Duncan Multiple Range Test 5%. The

    best treatment conducted with efectivity index.

    The best treatment was combination of acetone, ratio of solvent : unsaponifiable fraction

    of 1:5 and crystallization temperature of -5oC. It had tocopherol content of 31,5%, tocotrienol

    content of 20%, tocotrienol content of 29%, tocotrienol content of 19,5%, antioxidant activity

    93,299%%, free acid content 6,8%, peroxide value of 0,6366 meq/kg and yield of 2,63%.

    Keyword: tocotrienol, palm fatty acid distillate, solvent crystallization, antioxidant

    Pendahuluan

    Kelapa sawit sebagai tanaman

    penghasil minyak sawit dan inti sawitmerupakan salah satu primadona tanaman

    perkebunan yang menjadi sumber penghasil

    devisa non migas bagi Indonesia. Produksi

    CPO mencapai 10,4 juta ton sedangkan

    minyak goreng sawit sebesar 9,7 juta ton. Ini

    memperlihatkan efisiensi pengolahan kelapa

    sawit di Indonesia selama ini (Depperin,2006). Salah satu tahap proses pembuatan

    minyak sawit adalah proses destilasi uap

    pada proses pemurnian. Pada proses ini

    diperoleh hasil samping yaitu distilat asamlemak minyak sawit (DALMS).

    Hasil samping proses deodorisasi

    ini mengandung vitamin E dengan kadar

    10000 ppm. Keunggulan DALMS sebagai

    sumber vitamin E adalah sebagian besar

    vitamin E dalam bentuk tokotrienol (70%)dan sisanya adalah tokoferol (30%)

    (Musalmah et al., 2005).

    Selama ini pemanfaatan distilat

    asam lemak minyak sawit (DALMS) hanya

    sebatas pada separasi tokoferol, padahal

    kandungan tokotrienol dalam DALMS juga

    tinggi sehingga perlu dikembangkan

    pemanfaatan tokotrienol sebagai antioksidan

    alami dari DALMS.

    Teknik kristalisasi pelarut memiliki

    keuntungan yaitu dapat memisahkan

    tokotrienol dari fraksi tidak tersabunkan

    lainnya berdasarkan titik leleh tokoferol.Perbedaan ketidakjenuhan rantai samping

    tokoferol dan tokotrenol menyebabkan

    terjadinya berbedaan titik leleh (Martini danAnon, 2000). Menurut Anonymous (2007

    a)

    titik leleh tokoferol berada pada kisaran

    suhu 2,5-3,5C.Titik leleh tokoferol terletak

    dibawah titik leleh senyawa karotenoid

    (180-182C, Anonymous (2008a)), sterol,

    (148-150C, Anonymous (2008b)),dan

    likopen (148-150C, Anonymous (2008c)).

    Selain suhu dan kelarutan bahan, faktor lain

    yang mempengaruhi teknik kristalisasi

    pelarut adalah perbandingan antara pelarutdan bahan tidak tersabunkan.

  • 5/20/2018 Fraksi Vitamin e Kaya Tokotrienol Dari Distilat Asam Lemak Minyak Sawit (Dalms) Hasil Kristalisasi Pelarut Suhu Rendah

    2/10

    Metodologi

    Tempat PenelitianPenelitian dilaksanakan dilaboratorium Biokimia dan Nutrisi Jurusan

    Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas

    Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya,

    dan di laboratorium Biokimia dan Kimia,

    PAU, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

    BahanDistilat Asam Lemak Minyak Sawit

    (DALMS) yang diambil dari industri

    pengolahan minyak goreng merk Bimoli.

    Standar vitamin E ( tokoferol,

    tokotrienol, tokotrienol, tokotrienol)Metode

    Rancangan percobaan yang

    digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap(RAL) pola faktorial 2x3x3 dengan 2 kali

    ulangan. Faktor yang digunakan adalah jenis

    pelarut (Heksana, Aseton), rasio pelarut :

    fraksi tidak tersabunkan (1:5;1:6;1:7), dan

    suhu kristalisasi (-5,0,5oC).

    Pelaksanaan Penelitian

    Pada penelitian ini dilakukan

    saponifikasi terhadap 100 g DALMS

    sehigga diperoreh fraksi tidak tersabunkan.Fraksi tidak tersabukan yang diperoleh

    diencerkan (heksana, aseton) dengan rasio

    tertentu (1:5;1:6;1:7) dan dilakukan

    kristalisasi pelarut (-5,0,5oC) untuk

    mengetahui pengaruh perlakuan terhadap

    vitamin E kaya tokotrienol yang dihasilkan

    Hasil dan Pembahasan

    Karakteristik DALMS dan Fraksi

    Tidak Tersabunkan

    Distilat Asam Lemak Minyak Sawit

    Analisa dilakukan meliputi kadar asam

    lemak bebas, bilangan peroksida danaktivitas antioksidan. Data hasil analisa

    disajikan pada Tabel 1.

    Tabel 1. Karakteristik Distilat Asam Lemak

    Minyak Sawit (DALMS)Parameter Hasil

    Analis

    a

    Literatur

    Aktivitas Antioksidan (%) 72,56 66,52

    Kadar ALB (%) 95,80 98,96

    BilanganPeroksida(mek/kg) 0,22 25,98

    Fraksi Tidak Tersabunkan

    Metode yang digunakan untuk

    memisahkan tokoferol dari DALMS adalahsaponifikasi. Hasil dari proses saponifikasi

    diperoleh dua fraksi, yaitu fraksi

    tersabunkan pada bagian bawah dan fraksi

    tidak tersabunkan pada bagian atas Analisa

    fraksi tidak tersabunkan meliputi kadar asam

    lemak bebas, bilangan peroksida, kadarvitamin E. Data hasil analisa dapat dilihat

    pada Tabel 2.

    Tabel 2. Data Hasil Analisa Fraksi Tidak

    TersabunkanParameter Fraksi Tidak

    Tersabunkan

    DALMS

    Kadar vitamin E(ppm):

    Komposisi Vitamin E

    (%)*

    Tokotrienol (%)

    Tokotrienol (%)

    Tokotrienol (%)

    Tokoferol (%)

    15.968,442

    17

    27

    2333

    558,895

    ta

    ta

    tata

    Aktivitas Antioksidan

    (%)

    85,185 72,56

    Kadar Asam Lemak

    Bebas (%)

    8,0 95,80

    Bilangan Peroksida

    (mek/kg)

    0,27 0,24

    Rendemen (%) 3,80 -Keterangan : * = persen relatif

    : ta = tidak dianalisa

    Dari data Tabel 9 dapat diketahui

    peningkatan kualitas bahan karena proses

    saponifikasi yang dilakukan. Pasaribu

    (2004) menjelaskan bahwa dalam proses

    pemurnian dengan penambahan alkali (biasa

    disebut dengan proses penyabunan)

    beberapa senyawa trigliserida ini dapat

    dihilangkan, kecuali fraksi tak tersabunkan.

    Karakteristik Fraksi Kaya TokotrienolKadar Tokoferol

    Rerata kadar tokoferol dari fraksi

    kaya tokotrienol akibat perlakuan jenis

    pelarut disajikan pada Tabel 3.

    Tabel 3. Pengaruh Suhu Kristalisasi Terhadap Kadar

    Tokoferol Fraksi Kaya Tokotrienol

    SuhuKristalisasi

    (oC)

    Kadar Tokoferol(%)

    DMRT(0,05)

    -5 33,50a

    3,460 36,08a

    5 38,17b

    Fraksi TidakTersabunkan 33 -

  • 5/20/2018 Fraksi Vitamin e Kaya Tokotrienol Dari Distilat Asam Lemak Minyak Sawit (Dalms) Hasil Kristalisasi Pelarut Suhu Rendah

    3/10

    Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa

    kadar tokoferol tertinggi pada fraksi kaya

    tokotrienol diperoleh sebesar 38,17%sedangkan kadar tokoferol terendah

    diperoleh pada perlakuan suhu kristalisasi -

    5oC. Fenomena ini diduga berkaitan dengan

    titik leleh tokoferol. Suhu kristalisasi

    merupakan faktor penting dalam proses

    pembentukan inti dan pembentukan kristal(Hartel, 2001). Kristal yang terbentuk

    dipengaruhi oleh titik leleh dari masing-

    masing senyawa yang menyusun fraksi tidak

    tersabunkan. Titik leleh tokoferol berkisar

    2,5-3,5oC (Anonymous, 2007

    c).

    Kadar TokotrienolRerata tokotrienol dari fraksi kaya

    tokotrienol akibat perlakuan jenis pelarut

    disajikan pada Tabel 4.

    Tabel 4. Pengaruh Suhu Kristalisasi

    Terhadap Kadar Tokotrienol Fraksi KayaTokotrienol

    Suhu Kristalisasi

    (oC)Kadar

    Tokotrienol

    (%)

    DMRT

    (0,05)

    -5 18,832,89

    0 18,75b

    5 13,00a

    DALMS -Fraksi Tidak

    Tersabunkan

    17 -

    Tabel 4 menunjukkan bahwa kadar

    tokotrienol tertinggi sebesar 18,83%

    sedangkan kadar tokotrienol terendahdiperoleh sebesar 13%. Dari Tabel 4 juga

    dapat diketahui bahwa tokotrienol pada

    perlakuan suhu kristalisasi 5oC kadarnya

    lebih rendah apabila dibandingkan dengan

    tokotrienol dalam fraksi tidak tersabunkan.

    Hal ini diduga karena fraksi lain terutama

    tokoferol kadarnya tinggi sehingga proporsitokotrienol menurun. Kristal tokotrienolyang terbentuk tidak sempurna sehingga

    dapat mencair kembali karena ukuran kritis

    kristal belum tercapai. Menurut Timms

    (1997), ukuran kritis kristal adalah ukuran

    minimum kristal yang terbentuk sehingga

    dapat mencapai kondisi stabil pada suhu

    yang diperlukan.

    Kadar Tokotrienol

    Rerata kadar tokotrienol dari

    fraksi kaya tokotrienol disajikan pada Tabel

    5 dan 6.

    Tabel 5. Pengaruh Jenis Pelarut dan Suhu

    Kristalisasi Terhadap Kadar Tokotrienol

    Fraksi KayaTokotrienol

    Tabel 5. Pengaruh Jenis Pelarut dan Suhu

    Kristalisasi Terhadap Kadar Tokotrienol

    Fraksi Kaya TokotrienolJenis Pelarut Suhu

    (oC)Kadar

    Tokotrienol

    (%)

    DM

    RT

    Heksana -5

    0

    5

    28,33a

    27,17b

    33,83b3,76Aseton -5

    0

    5

    28,83a

    28,83a

    27,83a

    DALMS - -

    FTT - -

    Tabel 5 menunjukkan bahwa kadar

    tokotrienol tertinggi sebesar 33,83%

    sedangkan kadar tokotrienol terendah

    sebesar 27,83%. Viskositas pelarut heksana

    yang rendah meyebabkan pergerakan

    molekul pembentuk kristal dapat bebas

    bergerak sehingga proses krisatalisasisenyawa non tokotrienol optimum dan

    mengakibatkan kadar tokotrienolmeningkat. Krishnamurthy dan Kellens

    (1995) menyatakan bahwa semakin tinggi

    viskositas suatu sistem, pertukaran bahanantara larutan dan permukaan kristal akan

    semakin sulit sehingga pertumbuhan kristalterhambat.

    Tabel 6. Pengaruh Suhu Kristalisasi

    Terhadap Kadar Tokotrienol Fraksi KayaTokotrienol

    Suhu Kristalisasi

    (oC)Kadar

    Tokotrienol(%)

    DMRT

    (0,05)

    -5 28,58a

    2,140 28,00a

    5 30,83b

    DALMS - -

    Fraksi Tidak

    Tersabunkan

    27 -

    Tabel 6 menunjukkan bahwa kadar

    tokotrieonol tertinggi sebesar 30,83%sedangkan perlakuan terendah sebesar 28%.

    Hal ini diduga berkaitan dengan viskositas

    pelarut pada suhu rendah, semakin rendah

    suhu maka viskositas pelarut akan

    meningkat dan jarak antar molekul dalam

    larutan akan semakin dekat Hartel (2001)

    menjelaskan ketika viskositas meningkat

    akibat menurunnya suhu dan meningkatnya

  • 5/20/2018 Fraksi Vitamin e Kaya Tokotrienol Dari Distilat Asam Lemak Minyak Sawit (Dalms) Hasil Kristalisasi Pelarut Suhu Rendah

    4/10

    konsentrasi larutan, proses pembentukan inti

    kristal akan terbatasi. Hal ini disebabkan

    oleh berkurangnya pergerakan molekulpembentuk inti kristal dan terhambatnya

    pindah panas sebagai energi pembentuk

    kristal.

    Kadar Tokotrienol

    Rerata kadar tokotrienol darifraksi kaya tokotrienol akibat perlakuan

    jenis pelarut disajikan pada Tabel 7.

    Tabel 7. Pengaruh Jenis Pelarut terhadap

    Kadar tokotrienol Fraksi Kaya Tokotrienol

    Jenis Pelarut Kadar tokotrieno

    l(%)

    DMRT(0,05)

    Heksana 17,44a 1,03

    Aseton 19,28b

    DALMS - -

    Fraksi Tidak Tersabunkan 23 -

    Dari Tabel 7 dapat diketahui bahwa

    rerata kadar tokotrienol tertinggi itu

    sebesar 19,28% sedangkan sedangkan kadar

    tokotrienol terendah sebesar 19,28%. Hal

    ini diduga berkaitan dengan strutur dari

    tokotrienol. tokotrienol adalah isomer darivitamin E yang mempunyai 2 atom H pada

    cincin kroman sehingga cenderung lebih

    polar daripada isomer tokotrienol yang lain.

    Sifat inilah yang membuat tokotrienol

    lebih mudah larut dalam aseton daripada

    heksan. Chang (2003) menjelaskan bahwa

    kelarutan berbanding lurus dengan

    kepolaran suatu bahan.

    Tabel 8. Pengaruh Jenis Pelarut dan Suhu

    Kristalisasi Terhadap Kadar TokotrienolFraksi Kaya Tokotrienol

    Jenis Pelarut Suhu

    (oC)Kadar

    Tokotrienol

    (%)

    DM

    RT

    Heksana -5

    0

    5

    18,50b

    15,50a

    18,33b19,17b

    20,00b

    18,67b

    2,74Aseton -5

    0

    5

    DALMS - -

    FTT - -

    Tabel 8 menunjukkan bahwa kadar tokotrienol tertinggi sebesar 20% sedangkan

    kadar terendah sebesar 15,5

    %. Fenomenaini diduga karena pelarut aseton mempunyai

    viskositas yang lebih rendah daripada

    heksana sehingga jarak antara partikel fraksi

    tidak tersabunkan dengan aseton tidakterlalu dekat. Dengan demikian partikel

    dapat bergerak bebas dan penurunan titik

    leleh larutan tidak terlalu besar.

    Anonymous,2009c) menyatakan bahwa

    viskositas heksana pada suhu 20oC sebesar

    0,51 sedangkan aseton sebesar 0,41.

    Fenomena ini yang menyebabkan kadar

    tokotrienol lebih tinggi pada pelarut asetondaripada pelarut heksana pada suhu rendah.

    Aktivitas Antioksidan

    Aktivitas antioksidan merupakan

    kemampuan senyawa untuk memperlambatoksidasi dalam suatu larutan. Terjadi

    korelasi antara kadar vitamin E dan aktivitas

    antioksidan yang berbanding lurus karena

    vitamin E merupakan antioksidan yang aktif.

    Grafik korelasi disajikan pada Gambar 1.

    y = 0.000x + 82.49

    R = 0.926

    84

    86

    88

    90

    92

    94

    96

    0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000 90000

    AktivitasAntioksidan(%)

    Kadar Vitamin E (ppm)

    Gambar 1. Grafik korelasi AktivitasAntioksidan dengan Kadar Vitamin E

    Berdasarkan garis regresi pada Gambar 7

    menunjukkan vitamin E memberikan

    pengaruh terhadap aktivitas antioksidan.

    Nilai regresi vitamin E dengan kadar

    antioksidan sebesar 0,926. Hal ini

    menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar

    vitamin E akan meningkatkan fungsinya

    sebagai antioksidan. Winarno (1998)menyatakan bahwa peran vitamin Eterutama karena sifatnya sebagai

    antioksidan.

    Tabel 9. Pengaruh Rasio Terhadap Aktivitas

    Antioksidan Fraksi Kaya TokotrienolRasio Pelarut : FraksiTidak Tersabunkan

    AktivitasAntioksid

    an (%)

    DMRT(0,05)

    1:5 90,71

    1,641:6 88,23a

    1:7 87,68a

    DALMS 72,56 -

    Fraksi Tidak Tersabunkan 85,19 -

  • 5/20/2018 Fraksi Vitamin e Kaya Tokotrienol Dari Distilat Asam Lemak Minyak Sawit (Dalms) Hasil Kristalisasi Pelarut Suhu Rendah

    5/10

    Tabel 10. Pengaruh Suhu Kristalisasi

    PadaAktivitas Antioksidan Fraksi Kaya

    TokotrienolSuhu Kristalisasi

    (oC)

    Aktivitas

    Antioksid

    an (%)

    DMRT

    (0,05)

    -5 91,03b

    1,640 87,80a

    5 87,78a

    DALMS 72,56 -

    Fraksi Tidak Tersabunkan 85,19 -

    Pada konsentrasi larutan yang

    tinggi, gerak molekul antara fraksi tidak

    tersabunkan dan pelarut terlalu dekat yang

    menyebabkan pembentukan kristal

    terhalangi sehingga dibutuhkan suhu yang

    lebih rendah untuk mengkristalkan fraksikaya tokotrienol. Karena titik lelehtokotrienol yang lebih rendah daripada fraksi

    tidak tersabunkan yang lain maka kadarnya

    meningkat yang menyebabkan naiknya

    aktivitas antioksidan. Aktivitas antioksidan

    semakin meningkat dengan penurunan suhu

    kristalisasi. Semakin rendah suhu kristalisasi

    maka kadar tokol (tokoferol dan tokotrienol)

    akan semakin meningkat karena pada suhu

    rendah masih dalam bentuk cair akan

    terpisah dengan filtrat ketika dilakukan

    penyaringan. Semakin tinggi kadar tokol

    maka aktivitas antioksidan juga akanmeningkat.

    Kadar Asam Lemak Bebas

    Asam lemak bebas merupakan

    indikator tingkat kerusakan minyak.Semakin besar kandungan asam lemak

    bebas, maka semakin tinggi kerusakan yang

    telah dicapai oleh minyak. Hasil analisa

    ragam menunjukkan bahwa faktor jenis

    pelarut, rasio pelarut : fraksi tidak

    tersabunkan dan suhu kristalisasi tidakmemberikan pengaruh nyata terhadap kadar

    asam lemak bebas

    Fenomena ini diduga karena asam

    lemak bebas dari produk hasil kristalisasi

    masih dalam bentuk cair sehingga lolos pada

    waktu dilakukan proses penyaringan.

    Gustone (1996) menjelaskan bahwa asam-

    asam lemak dalam bentuk bebas memiliki

    titik leleh yang lebih rendah dibandingkan

    trigliserida.

    RendemenRendemen fraksi kaya tokotrienol dihitung

    berdasarkan persentase berat fraksi kayatokotrienol dibandingkan dengan berat

    distilat asam lemak minyak sawit (DALMS)

    yang diekstrak. Rerata rendemen akibat

    perlakuan jenis pelarut dapat dilihat padaTabel 11.

    Tabel 11. Pengaruh Jenis Pelarut terhadap

    Rendemen Fraksi Kaya TokotrienolJenis Pelarut Rendeme

    n(%)

    DMRT

    (0,05)

    Heksana 1,65b 0,32

    Aseton 1,33a

    DALMS - -

    Fraksi Tidak Tersabunkan 3,80 -

    Rerata tertinggi diperoleh pada

    perlakuan dengan menggunakan jenispelarut heksana. Sedangkan rerata rendemen

    terendah diperoleh pada perlakuan jenis

    pelarut aseton. Hal ini diduga karena adanya

    perbedaan kepolaran pada pelarut heksana

    dan aseton. Perbedaan kepolaran ini

    menyebabkan terjadi perbedaan kelarutan

    fraksi tidak tersabunkan. Tokotrienol dan

    tokoferol bersifat non polar sehingga lebih

    larut dalam heksan daripada dalam aseton.

    Effendi (2006) menjelaskan terjadi gayatarik menarik antar benda yang mempunyai

    kepolaran yang sama.

    Bilangan Peroksida

    Bilangan peroksida digunakan

    untuk mengukur hasil oksidasi primer yaitujumlah hidroperoksida. Rerata bilangan

    peroksida dapat dilihat pada Tabel 12.Bilangan peroksida dalam fraksi kaya

    tokotrienol berkisar antara 0,3455-0,9885

    mek/kg pada berbagai kombinasi perlakuan

    jenis pelarut, rasio pelarut : fraksi tidak

    tersabunkan dan suhu kristalisasi. Rerata

    bilangan peroksida pada berbagai kombinasi

    perlakuan jenis pelarut, rasio pelarut : fraksi

    tidak tersabunkan dan suhu kristalisasi dapatdilihat pada (Lampiran 3.7) sedangkangrafik rerata bilangan peroksida pada

    berbagai kombinasi perlakuan jenis pelarut,

    rasio pelarut : fraksi tidak tersabunkan dan

    suhu kristalisasi dapat dilihat pada Gambar

    2.

  • 5/20/2018 Fraksi Vitamin e Kaya Tokotrienol Dari Distilat Asam Lemak Minyak Sawit (Dalms) Hasil Kristalisasi Pelarut Suhu Rendah

    6/10

    0.0

    0.2

    0.4

    0.6

    0.8

    1.0

    1.2

    -5 0 5

    Bi

    langanPeroksidameq/Kg

    Suhu (oC)

    Pelarut Heksana

    0.

    0

    0.2

    0.4

    0.6

    0.8

    1.0

    1.2

    -5 0 5

    Suhu (oC)

    Pelarut Aseton

    Rasio 1:5

    Rasio 1:6

    Rasio 1:7

    Gambar 2. Bilangan Peroksida dalam Fraksi Kaya Tokotrienol Akibat Pengaruh Rasio Pelarut :

    Fraksi Tidak Tersabunkan dan Suhu Kristalisasi

    Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat

    bahwa semakin rendah suhu kristalisasi

    maka bilangan peroksida dalam fraksi kaya

    tokotrienol justru semakin meningkat.Fenomena ini diduga karena sifat peroksida

    yang masih berbentuk cair pada suhu rendah

    sehingga pada perlakuan dingin, peroksida

    tidak terpisah dengan filtrat ketikapenyaringan dan terakumulasi pada fraksi

    kaya tokoferol. Pada penelitian Sesridha(2000) menyebutkan bahwa semakin rendah

    suhu kristalisasi akan meningkatkan rasio

    asam lemak tidak jenuh terhadap asam

    lemak jenuh. Asam lemak tidak jenuh ini

    akan mengikat oksigen pada ikatan rangkap

    sehingga membentuk peroksida.

    Kesimpulan dan Saran

    Jenis pelarut berpengaruh nyata

    terhadap parameter kadar tokotrienol,bilangan peroksida dan rendemen. Rasio

    pelarut : fraksi tidak tersabunkan

    berpengaruh nyata terhadap aktivitas

    antioksidan dan bilangan peroksida.

    Sedangkan suhu kristalisasi berpengaruh

    nyata terhadap kadar tokoferol, kadar

    tokotrienol, tokotrienol, aktivitasantioksidan, dan bilangan peroksida.

    Perlu pengocokan dalam proses

    saponifikasi dilakukan dengan perlahan agar

    tidak terbentuk emulsi dan adanya kontrol

    suhu yang ketat pada proses kristalisasi

    sehingga diperoleh fraksi kaya tokotrienol

    dengan kemurnian yang tinggi

    Daftar Pustaka

    Adnan, M. 1980. Lipid and Stability of

    Partially Defatted Peanuts.

    PhD Thesis. Universitas ofIllinois Urbana. Campaign

    Ahmadi, KGS, P. Astustuti, Trenggano.

    1997. Aktivasi Zeolit Alam

    dan Penggunaanya Untuk

    Pemurnian Tokoferol dari

    Destilat Asam Lemak

    Minyak Kelapa Sawit. BPPS

    Universitas Gadjah Mada, 10

    (2B), Mei 2007

    Anonymous. 1999. Kelapa Sawit. Edisi II.

    Penebar Swadaya. Bogor

    __________. 2007a. Tocopherol.

    www.wikipedia.org/wiki/tocop

    herol Tanggal Akses: 23

    Desember 2008.

    __________. 2007b. Frequently Ask

    Question.

    www.tocotrienol.com. Tanggal

    Akses: 23 Desember 2008

    http://www.wikipedia.com/http://www.wikipedia.com/http://www.wikipedia.com/http://www.wikipedia.com/
  • 5/20/2018 Fraksi Vitamin e Kaya Tokotrienol Dari Distilat Asam Lemak Minyak Sawit (Dalms) Hasil Kristalisasi Pelarut Suhu Rendah

    7/10

    __________. 2008d. Tocopherol.

    benbest.com. Tanggal Akses:

    20 Desember 2008

    __________. 2008e. Natural Healty.

    www.naturalcomplete.com.

    Tanggal Akses: 23 Desember

    2008

    __________. 2008f. Saponifikasi.

    www.wikipedia.org. Tanggal

    Akses: 23 Desember 2008.

    __________. 2008a. -Caroten.

    www.wikipedia.org/wiki/beta-

    caroten. Tanggal Akses: 18Desember 2008

    __________. 2008b. Cholesterol.

    www.wikipedia.org/wiki/chole

    sterol. Tanggal Akses: 18

    Desember 2008

    __________. 2008c. Lycopen.

    www.wikipedia.org. Tanggal

    Akses: 18 Desember 2008

    __________. 2008d. Hydroperoxide.

    www.wikipedia.org/wiki/hydroperoxide. Tanggal Akses: 19

    Desember 2008

    __________. 2009a. Reaksi Saponifikasi

    Pada Pembuatan Sabun.

    yprawira.wordpress.com/reaksi

    -saponifikasi-pada-proses-

    pembuatan-sabun. Tanggal

    Akses: 20 September 2009

    __________. 2009b.Fluid Characteristics .

    www.engineersedge.com.

    Tanggal Akses: 20 September2009

    __________. 2009c.Properties of Common

    Organic Solvent. In Reichart,

    C. 1988. Solvents and Solvent

    Effects in Organic Chemistry.

    2nd

    ed. VCH Publishers

    Bernasconi, G., H. Gerster. H. Hauser, H.

    Stauble, dan E. Schneiter.

    1995. Teknologi Kimia

    Bagian 2. Penerjemah:

    Handoyo. L. Pradya Paramitha.

    Jakarta

    Chang, R. 2003. Kimia Dasar: Konsep-

    Konsep Inti. Erlangga. Jakarta

    Chen, T. C. and Y. H. Ju. 2001.

    Polyunsaturated Fatty Acids

    Concentrates from Borage

    and Linseed Oil Fatty Acids.

    JAOCS 78(5): 485.488

    Gosh, M. and S. Bandyopadhyay. 2005.

    Studies on Crystal Growth of

    Rice Bran Wax in Hexame

    Medium. JAOCS 82: 229-231

    De Garmo, E. P., Sullivan W. G., dan

    Carodo J. R. 1984. Enginering

    Economy. Mac Millan

    Publishing Company. New

    York

    Depperin. 2006. Gambaran Sekilas

    Industri Minyak KelapaSawit. www.depperin.go.id.

    Tanggal Akses: 27 Desember

    2008

    Effendy. 2006. Teori VSEPR, Kepolaran

    dan Gaya Antar Molekul.

    Bayu Media Publishing.

    Malang

    Estiasih, T. 1996. Reenkapsulasi

    Konsentrat Asam Lemak

    Omega-3 Dari Limbah Cair

    Pengalengan Ikan Lemuru(Sardinella longiceps).Program Pasca Sarjana

    Universitas Gadjah Mada.

    Yogyakarta

    Evans, J. C. D. R. Kodali, and P. B. Addis.

    2002. Optimal Tocopherol

    Concentration to Inhibit

    Soybean Oil Oxidation.

    JAOCS 79: 47-51

    http://www.naturalcomplete.com/http://www.naturalcomplete.com/http://www.wikipedia.org/http://www.wikipedia.org/http://www.wikipedia.org/wiki/beta-carotenhttp://www.wikipedia.org/wiki/beta-carotenhttp://www.wikipedia.org/wiki/beta-carotenhttp://www.wikipedia.org/wiki/cholesterolhttp://www.wikipedia.org/wiki/cholesterolhttp://www.wikipedia.org/wiki/cholesterolhttp://www.wikipedia.org/http://www.wikipedia.org/http://www.wikipedia.org/http://www.wikipedia.org/http://www.engineersedge.com/http://www.engineersedge.com/http://www.depperin.go.id/http://www.depperin.go.id/http://www.depperin.go.id/http://www.engineersedge.com/http://www.wikipedia.org/http://www.wikipedia.org/http://www.wikipedia.org/wiki/cholesterolhttp://www.wikipedia.org/wiki/cholesterolhttp://www.wikipedia.org/wiki/beta-carotenhttp://www.wikipedia.org/wiki/beta-carotenhttp://www.wikipedia.org/http://www.naturalcomplete.com/
  • 5/20/2018 Fraksi Vitamin e Kaya Tokotrienol Dari Distilat Asam Lemak Minyak Sawit (Dalms) Hasil Kristalisasi Pelarut Suhu Rendah

    8/10

    Hui, Y. H. 1992. Encyclopedia of Food

    Science and Technology. John

    Wiley and Sons. New York

    Hasselwander, K. Kramer, and P. P. Hoppe.

    2002. Effects Of Feeding

    Various Tocotrienol Sources

    on Plasma Lipids and Aortic

    Arherosclerotic Lesions in

    Cholesterol-Fed Rabbits.

    Food Research International

    35(2-3)245-251

    Ketaren, S. 1986. Teknologi Minyak dan

    Lemak Pangan. UI Press.

    Jakarta

    Gapor, A. B., M. Sulong., and R.M. Soom.

    1985. Production of

    Pythosterols from Palm Fatty

    Acid Distillate. in Pitoyo,

    1991. Pemisahan Tokoferol

    dari Destilat Asam Lemak

    Minyak Sawit. Thesis.

    Program Pascasarjana UGM.

    YogyakartaGoh, S. H. and P. T. Gee. 1985.

    Noncarotenoids

    Hydrocarbon in Palm Oiland Palm Fatty Acid

    Distillate. JAOCS 63(2): 226-

    230

    Gordon, M. H. 1990. The Mechanism of

    Antioxidant Action in Vitro.

    Technomic Publisher.

    Lancaster. Basel

    Gustone. 1996. Lipid Technologies and

    Application. Marcel Dekker

    Inc., New York

    Hartel, R. W. 2001. Crystallization in

    Foods. A Wortels Kluwer Co.,

    USA

    Hayes, D. G. 2004. Enzyme-Catalyzed

    Modification of Oilseeds

    Materials to Produce Eco-

    Friendly Products. JAOCS

    81:1077-1103

    Hui, Y. H. 1992. Encyclopedia of Food

    Science and Technology. John

    Wiley and Sons. New York

    Krishnamurthy, R. and M. Kellens. 1995.

    Fractionation and

    Winterization inY. H. Hui

    (ed). Baileys Industrial Oil

    and Fat Products. Edible Oil

    and Fat Product: Processing

    Technology. 5th

    ed. Vol. 4. A

    John Wiley and Sons, Inc.,New York

    Kulas, E., and R. G. Acman. 2001.

    Protection of Tocopherol in

    Non Purified and Purified

    Fish Oil. JAOCS 78;197-203

    Kurniasari, F. 2005. Optimasi Metode

    Pemadatan Cepat Minyak

    Hasil Samping Penepungan

    Ikan Lemuru (Sardinella

    longiceps) pada Proses

    Pembuatan Minyak Kaya

    Asam Lemak Omega-3.

    Skripsi THP UB. Malang

    Lawson, H. 1995. Food Oil and Fats.Chapman and Hall. New York

    Lee, J., N. Koo, and D.B. Min. 2004.Reactive Oxigen Species

    Aging, and Antioxidative

    Nultraceauticals. Comprh.Rev. in Food Sci. and Food

    Safety. 3:21-33

    Lewis, J. 2001. Process for the Production

    of Tocotrienol. US Patent

    6,838,104

    Liu, Q. Y. and B. K. H. Tan. 2002. Dietary

    Fish Oil and Vitamin E

    Enhance Doxorubicin Effectin P388 Tumor Bearing

    Mice. Lipid 37:549-556

    Martini, S. and M. C. Anon. 2000.

    Determination of Wax

    Concentration in Sunflower

    Seed Oil. JAOCS 77: 1087-1092

    Martini, S. and M. C. Anon. 2003.

    Crystallization of Sunflower

    Oil Waxes. JAOCS 80: 525-

    532

  • 5/20/2018 Fraksi Vitamin e Kaya Tokotrienol Dari Distilat Asam Lemak Minyak Sawit (Dalms) Hasil Kristalisasi Pelarut Suhu Rendah

    9/10

    Meydani, M. 2000. Effect of Functional

    Food Ingridient: Vitamin E

    Modulation of

    Cardiovascular Disease and

    Immune Status in the Eldery.Am. J. Clin. Nutr. 71:1665s-

    1668s

    Muchtadi, T. Asam Lemak Omega 9 dan

    Manfaatnya Bagi Kesehatan.

    www.bimoli.com. Tanggal

    Akses: 27 Desember 2008

    Musalmah, M., M. Y. Nizam, A. H. Noor

    Aini, A. I. Azian, M. T. Gapor,

    and W. Z. Wah Ngah. 2005.Comparative Effect of Palm

    Vitamin E and Alfa

    Tocopherol on Heading an

    Wound Tissue Antioxidant

    Enzyme Level in DiabeticRats. Lipids 40:575-580

    Nesaretnam, K., R. Amba, K. R. Selvaduray,

    A. Radhakhrishnan, K.

    Reimann, G. Razak, and F.Virgall. 2004. Tocotrienol-

    Rich Fraction From Palm Oil

    Affects Gene Expression InTumor Resulting From

    MCF-7 Cell Inoculation In

    AthymicMice. Lipid 39:459-467

    Ng, M. H., Y. M. Chao, A. H. Ma, C. H.

    Choah, and M. A. Hashim.

    2004. Separation Vitamin E

    (Tocopherol, Tocotrienol,

    and Tocomonoenal) in Palm

    Oil.Lipid 39:1031-1035

    Papas, A. M. 1999. Other AntioxidationsIn A.M. Papas (ed.).

    Antioxidant Status, Diet,

    Nutrition, and Healt. CRC

    Press, Boca Ration

    Packer, L. 1991. Protective Role of

    Vitamin E in Biological

    System. Am J Clin Nutr. 53:

    1050S-1055S

    Puah, C. W., Y. M. Choo., Ah Ngan Ma,

    and C. H. Chuah. 2007. The

    Effect of Physical Refining

    on Palm Vitamin E

    (Tochopherol, Tocotrienol,

    and Tocomonoenol).

    Malaysian Palm Oil Board.

    Selangor

    Pasaribu, N. 2004. Minyak Buah Kelapa

    Sawit. Jurusan Kimia. Fakultas

    MIPA. Universitas Sumatera

    Utara

    Ratnasari, A. 2008. Separasi Tokoferol

    dari Destilat Asam LemakMinyak Sawit dengan

    Metode Kristalisasi Pelarut

    dan Aplikasinya sebagai

    Antioksidan Alami pada

    Minyak Ikan Lemuru.Skripsi THP UB. Malang

    Rumbold, A., C. Crowther, R. Haslam, G.

    Dekker, and J. Robinson. 2006.

    Vitamins C and E and The

    Risks of Preeclampsia and

    Perinatal Complications. N.

    Engl. J. Med. 354(17):1796-806.

    Schwarz, K. S. W. Huang, J. B. German, B.

    Tiersch, J. Hartmann, and E.N.

    Frankel. 2000. Activities of

    Antioxidant Are Affected by

    Colloidal Properties of Oil in

    Water and Water in Oil

    Emulsions and Bulk Oils. J.

    Agric. Food. Chem 48(10):

    4874-4882

    Sesridha, L. 2000. Kajian Pengaruh Suhu

    dan Lama Fraksinasi

    Terhadap Komposisi dan

    Sifat Fisiko-Kimia Fraksi

    Olein dari Minyak Kelapa

    Sawit sebagai Bahan Baku

    Minyak Pelumas. IPB. Skripsi

    Bogor

    http://www.bimoli.com/http://www.bimoli.com/http://www.bimoli.com/
  • 5/20/2018 Fraksi Vitamin e Kaya Tokotrienol Dari Distilat Asam Lemak Minyak Sawit (Dalms) Hasil Kristalisasi Pelarut Suhu Rendah

    10/10

    Sudarmadji, S., B. Haryono., dan Suhardi.

    2003. Prosedur Analisa

    Untuk Bahan Makanan dan

    Pertanian. Liberty.

    Yogyakarta

    Susanto dan T.D. Widyaningsih. 2004.

    Dasar-Dasar Ilmu Pangan

    dan Gizi. Akademika.Yogyakarta

    Tambun, R. 2002. Proses Pembuatan

    Asam Lemak Secara

    Langsung dari Buah Kelapa

    Sawit.

    library.usu.ac.id/download/ft/tkimia-rondang.pdf. Tanggal

    Akses: 23 Desember 2008

    Tanito, M., N. Itoh, Y. Yoshida, M.

    Hayakawa, A. Ohira, and E.

    Niki. 2004. Distribution of

    Tocopherols and Tocotrienos

    to Rat Ocular Tissues after

    Topical Ophthalmic

    Administration. Lipid 39:469-474

    Utami, M. N. 2008. PengaruhPenambahan Berbagai Jenis

    dan Konsentrasi Absorben

    terhadap Kemurnian

    Tokoferol Pada Fraksi Tidak

    Tersabunkan dan

    Aplikasinya pada Minyak

    Ikan. Skripsi THP UB.

    Malang

    Winarno, F. G. 1998. Kimia Pangan dan

    Gizi. PT. Gramedia Pustaka

    Utama. Jakarta

    Winarsi, H. 2007. Antioksidan Alami dan

    Radikal Bebas.

    www.books.google.co.id.

    Tanggal Akses: 23 Desember

    2008

    Yamashita, K., S. Ikeda, Y. Lizuka, and I.

    Ikeda. 2002. Effect of

    Sesaminol on Plasma and

    Tissue a Tocopherol and a

    Tocotrienol Concentration in

    Rats Fed A Vitamin E

    Concentrate rich in

    Tocotrienol. Lipid 37:351-358

    Yamauchi, R., H. Noro, M. Shimoyamada,

    and K. Kato. 2002. Analysis of

    Vitamin E and Its Oxidation

    Product by HPLC with

    Electrochemical Detection.

    Lipid 37:515-522

    http://www.books.google.co.id/http://www.books.google.co.id/http://www.books.google.co.id/