makalah kristalisasi

29
MAKALAH FITOKIMIA “KRISTALISASI” Dosen Pembimbing: Husnani, M.Sc.,Apt Disusun Oleh: KELOMPOK 6 / IIA Hera Cahyawati 138927 Indri 138929 Martina Rizka Yulinda 138943 Putri Fatika Sari 138961 Rahmaji 138963 Ratih Ariska 138965 Yessi Dwisanti 139005 1

Upload: yessidwisanti

Post on 09-Nov-2015

1.454 views

Category:

Documents


307 download

DESCRIPTION

Fitokimia

TRANSCRIPT

MAKALAH FITOKIMIAKRISTALISASI

Dosen Pembimbing:Husnani, M.Sc.,Apt

Disusun Oleh:KELOMPOK 6 / IIAHera Cahyawati138927Indri138929Martina Rizka Yulinda138943Putri Fatika Sari138961Rahmaji138963 Ratih Ariska138965Yessi Dwisanti139005

AKADEMI FARMASI YARSI PONTIANAK

TAHUN AJARAN 2014/201516

KATA PENGANTAR

Assalamualaikumwr.wb

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah Swt.Karena dengan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini dibuat berdasarkan beberapa sumber yang bersangkutan dengan materi. Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak menemukan berbagai hambatan dan kendala karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang kami punya. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna baik secara penyajian ataupun kelengkapannya. Oleh karena itu, kami siap menerima segala kritik dan saran demi sempurnanya makalah-makalah yang lainnya.Tak lupa, saya juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak di bidang farmasi dan bidang kesehatan pada umumnya.

Wassalamualaikumwr.wb

Pontianak,Mei 2015

PenyusunDAFTAR ISI

KATA PENGANTARiDAFTAR ISIiiBAB I11.1Latar Belakang11.2Rumusan Masalah21.3Tujuan Penulisan2BAB II3PEMBAHASAN32.1Pengertian Kristalisasi32.2Pengantar Pemisahan Campuran Berdasarkan Titik Beku32.3Prinsip Kristalisasi52.4Mekanisme Kristalisasi72.4.1Supersaturasi (Supersaturated State)72.4.2Nukleasi (Nucleation)82.4.3Pertumbuhan Kristal (Growth)92.5Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kristalisasi112.6Produk pangan yang mengandung Kristalisasi122.7Jenis Crystallizer13BAB III15PENUTUP153.1Kesimpulan15DAFTAR PUSTAKA16

BAB IPENDAHULUAN

1.1Latar BelakangTelah kita ketahui bahwa materi terdiri dari unsur, senyawa, dan campuran. Campuran dapat dipisahkan melalui beberapa proses pemisahan campuran secara fisika dimana didasarkan pada sifat fisikanya seperti titik didih dan titik beku. Pemisahan campuran berdasarkan titik didih dapat dilakukan dengan cara destilasi sedangkan pemisahan campuran berdasarkan titik beku dilakukan dengan proses kristalisasi.Kristalisasi merupakan metode pemisahan campuran berupa larutan menjadi padatan atau Kristal melalui proses pendinginan maupun pemanasan.Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menggunakan garam dapur dan gula pasir. Kedua bahan tersebut memiliki wujud berupa Kristal. Bahan-bahan tersebut awalnya berupa larutan yang kemudian melalui proses kristalisasi menjadi Kristal padat. Pada pembuatan garam dapur dari air laut, mula-mula air laut ditampung dalam suatu tambak, kemudian dengan bantuan sinar matahari dibiarkan menguap. Setelah proses penguapan, dihasilkan garam dalam bentuk kasar dan masih bercampur dengan pengotornya, sehingga untuk mendapatkan garam yang bersih diperlukan proses rekristalisasi (pengkristalan kembali). Pada pembuatan gula putih dari tebu. Batang tebu dihancurkan dan diperas untuk diambil sarinya, kemudian diuapkan dengan penguap hampa udara sehingga air tebu tersebut menjadi kental, lewat jenuh, dan terjadi pengkristalan gula. Kristal ini kemudian dikeringkan sehingga diperoleh gula putih atau gula pasir.Oleh sebab itu, untuk lebih memahami mengenai pengertian kristalisasi, prinsip dasar kristalisasi, mekanisme kristalisasi, komponen dasar kristalisasi, keunggulan, kelemahan, dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, maka disusunlah makalah ini.

1.2Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah yang melatarbelakangi penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:1. Apa pengertian kristalisasi?2. Bagaimana pemisahan campuran berdasarkan titik beku pada senyawa volatil dan non volatil?3. Apa saja prinsip dalam kristalisasi?4. Bagaimana mekanisme proses kristalisasi?5. Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi proses terbentuknya kristal dalam kristalisasi?6. Apa saja produk penerapan dari proses kristalisasi?

1.3Tujuan PenulisanAda pun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:1. Mengetahui pengertian kristalisasi2. Mengetahui pemisahan campuran berdasarkan titik beku pada senyawa volatil dan non volatil3. Memahami prinsip dalam kristalisasi4. Memahami mekanisme proses kristalisasi5. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi proses terbentuknya kristal dalam kristalisasi6. Mengetahui produk penerapan dari proses kristalisasi7. BAB IIPEMBAHASAN

2.1Pengertian KristalisasiKristalisasi adalah proses pembentukan bahan padat dari pengendapan larutan, melt (campuran leleh), atau lebih jarang pengendapan langsung dari gas. Kristalisasi juga merupakan teknik pemisahan kimia antara bahan padat-cair, di mana terjadi perpindahan massa (mass transfer) dari suat zat terlarut (solute) dari cairan larutan ke fase kristal padat. Dasar metode ini adalah kelarutan bahan dalam suatu pelarut dan perbedaan titik beku. Kristalisasi ada dua cara yaitu kristalisasi penguapan dan kristalisasi pendinginan.Kristalisasi penguapan dilakukan jika zat yang akan dipisahkan tahan terhadap panas dan titik bekunya lebih tinggi daripada titik didih pelarut. Pemisahan secara kristalisasi dilakukan untuk memisahan zat padat dari larutannya dengan jalan menguapkan pelarutnya. Zat padat tersebut dalam keadaan lewat jenuh akan membentuk kristal. Contoh Kristalisasi penguapan dilakukan oleh para petani garam. Pada saat air pasang, tambak-tambak garam akan terisi air laut. Pada saat air surut maka air laut yang sudah mengisi tambak garam akan tetap berada di tempat itu. Adanya pengaruh sinar matahari mengakibatkan komponen air dari air laut dalam tambak akan menguap dan komponen garamnya akan tetap dalam larutan. Jika penguapan ini terus berlangsung, lama-kelamaan garam tersebut akan membentuk kristal-kristal garam tanpa harus menunggu sampai airnya habis. Kristalisasi pendinginan dilakukan dengan cara mendinginkan larutan. Pada saat suhu larutan turun, komponen zat yang memiliki titik beku lebih tinggi akan membeku terlebih dahulu, sementara zat lain masih larut sehingga keduanya dapat dipisahkan dengan cara penyaringan. Zat lain akan turun bersama pelarut sebagai filtrat, sedangkan zat padat tetap tinggal di atas saringan sebagai residu.

2.2Pengantar Pemisahan Campuran Berdasarkan Titik BekuDalamkimiadanteknik kimia,proses pemisahandigunakan untuk mendapatkan dua atau lebih produk yang lebih murni dari suatu campuransenyawa kimia.Sebagian besarsenyawa kimiaditemukan di alam dalam keadaan yang tidak murni. Biasanya, suatu senyawa kimia berada dalam keadaan tercampur dengan senyawa lain. Untuk beberapa keperluan seperti sintesis senyawa kimia yang memerlukan bahanbaku senyawa kimia dalam keadaan murni atau proses produksi suatu senyawa kimia dengan kemurnian tinggi, proses pemisahan perlu dilakukan. Proses pemisahan sangat penting dalam bidang teknik kimia. Suatu contoh pentingnya proses pemisahan adalah pada proses pengolahanminyak bumi dan pengkristalan garam maupun gula putih.Secara mendasar, proses pemisahan dapat diterangkan sebagai prosesperpindahan massa. Proses pemisahan sendiri dapat diklasifikasikan menjadi proses pemisahan secara mekanis atau kimiawi. Pemilihan jenis proses pemisahan yang digunakan bergantung pada kondisi yang dihadapi. Pemisahan secara mekanis dilakukan kapanpun memungkinkan karena biaya operasinya lebih murah dari pemisahan secara kimiawi. Untuk campuran yang tidak dapat dipisahkan melalui proses pemisahan mekanis (seperti pemisahan minyak bumi), proses pemisahan kimiawi harus dilakukan.Untuk proses pemisahan suatu campuran heterogen, terdapat empat prinsip utama proses pemisahan, yaitu: Sedimentasi Flotasi Sentrifugasi Filtrasi

Proses pemisahan suatu campuran homogen, prinsipnya merupakan pemisahan dari terbentuknya suatu fasa baru sehingga campuran menjadi suatu campuran heterogen yang mudah dipisahkan. Fasa baru terjadi / terbentuk dari adanya perbedaan sifat fisik dan kimiawi masing-masing komponen. Berbagai metode yang digunakan untuk terjadinya suatu fasa baru sehingga campuran homogen dapat dipisahkan adalah: Absorpsi Adsorpsi Kromatografi Kristalisasi Rekristalisasi Destilasi Evaporasi Ekstraksi

Senyawa volatil memiliki titik didih yang lebih rendah dibandingkan senyawa non volatil sehingga senyawa volatil akan lebih mudah menguap terlebih dahulu (lebih suka dalam wujud gas) dibandingkan senyawa non volatil. Oleh sebab itu, titik beku senyawa volatil lebih tinggi (lebih negatif) dibandingkan senyawa volatil, sementara itu kristalisasi baru dapat berlangsung melalui proses pendinginan dibawah titik leleh suatu senyawa. Jika titik beku suatu senyawa lebih tinggi, maka kemampuan senyawa tersebut untuk mencapai titik bekunya akan semakin sulit sehingga sulit untuk mengkristal. Dari penjelasan tersebut, maka senyawa volatil sangat sulit untuk mengalami kristalisasi, sehingga dalam pembahasan proses kristalisasi ini hanya dijelaskan pada senyawa non volatil saja.

2.3Prinsip KristalisasiPrinsip dari kristalisasi adalah bahwa senyawa padat akan mudah terlarut dalam pelarut panas bila dibandingkan pada pelarut yang lebih dingin. Jika suatu larutan senyawa tersebut dijenuhkan dalam keadaan panas dan kemudian didinginkan,senyawa terlarut akan berkurang kelarutannya dan mulai mengendap, membentuk kristal yang murni dan bebas dari pengotor. Kemurnian zat ini disebabkan oleh pertumbuahan kristal zat telarut, sehingga za-zat ini dapat dipisahkan dari pengotornya.Pemisahan dengan teknik kristalisasi didasari atas pelepasan pelarut dari zat terlarutnya dalam sebuah campuran homogen atau larutan, sehingga terbentuk kristal dari zat terlarutnya. Proses ini adalah salah satu teknik pemisahan padat-cair yang sangat penting dalam industri, karena dapat menghasilkan kemurnian produk hingga 100%.Kristal dapat terbentuk karena suatu larutan dalam keadaan atau kondisi lewat jenuh (supersaturated). Kondisi tersebut terjadinya karena pelarut sudah tidak mampu melarutkan zat terlarutnya, atau jumlah zat terlarut sudah melebihi kapasitas pelarut. Sehingga kita dapat memaksa agar kristal dapat terbentuk dengan cara mengurangi jumlah pelarutnya, sehingga kondisi lewat jenuh dapat dicapai. Proses pengurangan pelarut dapat dilakukan dengan empat cara yaitu, penguapan, pendinginan, penambahan senyawa lain dan reaksi kimia.Pemisahan dengan pembentukan kristal melalui proses penguapan merupakan cara yang sederhana dan mudah kita jumpai, seperti pada proses pembuatan garam.Air laut dialirkan kedalam tambak dan selanjutnya ditutup. Air laut yang ada dalam tambak terkena sinar matahari dan mengalami proses penguapan, semakin lama jumlah berkurang, dan mongering bersamaan dengan itu pula kristal garam terbentuk. Biasanya petani garam mengirim hasilnya ke pabrik untuk pengolahan lebih lanjut.Pabrik gula juga melakukan proses kristalisasi, tebu digiling dan dihasilkan nira, nira tersebut selanjutnya dimasukkan kedalam alat vacuum evaporator. Dalam alat ini dilakukan pemanasan sehingga kandungan air di dalam nira menguap, dan uap tersebut dikeluarkan dengan melalui pompa, sehingga nira kehilangan air berubah menjadi kristal gula.Ketiga teknik yang lain pendinginan, penambahan senyawa lain dan reaksi kimia pada prinsipnya adalah sama yaitu mengurangi kadar pelarut didalam campuran homogeen.

Untuk membentuk kristal, fase cairan (liquid) harus melewati kondisi kesetimbangan dan menjadi lewat jenuh (untuk larutan) atau kondisi lewat dingin (untuk lelehan).Kondisi tersebut dapat tercapai melalui pendinginan di bawah titik leleh suatu komponen (misalnya air) atau melalui penambahan sehingga dicapai kondisi lewat jenuh (misalnya garam dan gula).

2.4Mekanisme Kristalisasi2.4.1 Supersaturasi (Supersaturated State) PendinginanSolubilitas padatan dalam cairan akan menurunseiring dengan penurunan suhu (pendinginan) untuklarutanyangdipengaruhisuhu. PenguapansolvenKonsentrasi larutan menjadi makin pekat Penambahanlarutanlain (non solven) Menurunkansolubilitas padatan

Ketika suatu cairan atau larutan telah jenuh, terdapat termodinamika yang mendorong kristalisasi. Molekul-molekul cenderung membentuk kristal karena pada bentuk kristal, energi sistem mencapai minimum. Selama nukleasi atau pembentukan inti kristal, molekul dalam wujud cair mengatur diri kembali dan membentuk klaster yg stabil dan mengorganisasikan diri membentuk matriks kristal.

2.4.2 Nukleasi (Nucleation)Laju nukleasi ialah banyaknya partikel baru yang terbentuk per satuan waktu per satuan volume magma atau larutan induk bebas zat padat. Besaran ini merupakan parameter kinetic pertama yang mengendalikan distribusi ukuran kristal.Ada beberapa pengerian nukleasi :Nukleasi PrimerNukleasi ialah lahirnya suatu benda yang sangat kecil, merupakan suatu fase baru di dalam fase yang telah ada, dimana fase yang telah ada itu homogen dan lewat jenuh. Pada dasarnya fenomena nukleasi sama dengan kristalisasi dari larutan, kristalisasi dari cairan, kondensasi tetesan kabut didalam uap yang lewat dingin dan pembangkitan gelembung di dalam zat cair panas lanjut. Nukleasi merupakan akibat fluktuasi local yang berlangsung cepat pada skala molekul di dalam fase homogeny yang berada di dalam keseimbangan metastabil. Fenomena dasarnya disebut nukleasi homogen yang terbatas pada pembentukan partikel baru di dalam suatu fase tanpa terpengaruh oleh suatu zat padat termasuk dinding bejana atau partikel submikroskopik paling kecil sekalipun.Variasi nukleasi homogen terjadi bila partikel zat padat asing masih mempengaruhi proses nukleasi dengan mengkatalisis laju pertambahan nukleasi pada suatu keadaan lewat jenuh tertentu atau memberikan suatu laju tertentu pada lewat jenuh dimana nukleasi homogeny hanya akan berlangsung sesudah memakan waktu yang lama sekali. Proses ini disebut nukleasi heterogen.Nukleasi SekunderPembentukan inti yang dapat dikatakan dipengaruhi oleh kristal-kristal mikroskopik yang sudah ada di dalam magma dinamakan nukleasi sekunder. Ada dua macam nukleasi sekunder, yang pertama disebabkan geser fluida dan tumbukan antara sesama kristal yang ada/dinding kristalisator/ impeller putar/daun agitator.Nukleasi Geser FluidaNukleasi jenis ini diketahui berlangsung pada kondisi tertentu dan diperkirakan juga berlangsung pada kondisi lain. Bila larutan lewat jenuh bergerak dengan kecepatan agak tinggi melewati permukaan kristal yang sedang tumbuh, tegangan geser (shear stress) pada lapisan batas dapat menyebabkan embrio atau inti tersapu dan muncul sebagai kristal baru. Inti tersebut seharusnya menjadi bagian dari kristal yang sedang tumbuh tadi.Nukleasi KontakNukleasi sekunder dipengaruhi oleh intensitas pengadukkan, jenis ini merupakan nukleasi yang paling banyak terdapat dalam kristalisator industry Karen aterjadi pada lewat jenuh rendah, dimana laju pertumbuhan kristal adalah optimum untuk menghasilkan kualitas yang baik. Nukleasi kontak sebanding dengan pangkat satu lewat jenuh, bukan pangkat 20 lebih seperti nukleasi primer sehingga mudah dikendalikan tanpa mengalami operasi yang tak stabil. Dalam nukleasi dan pertumbuhan digunakan satuan mol sebagai pengganti satuan massa.

2.4.3 Pertumbuhan Kristal (Growth)Fase ini sangat dipengaruhi oleh konsentrasi dari larutan, suhu, energi yang dipakai untuk berada pada tahap ini (misalnya agitasi) dan tambahan eksternal (memakai molekul kristal kembali seeding agent).Kristalisasi dari sebuah larutan dibagi menjadi dua langkah proses. Langkah pertama adalah pemisahan fase atau kelahiran kristal baru. Kedua adalah pertumbuhan kristal kedalam ukuran yang lebih besar. Dua proses tersebut dikenal sebagai nukleasi dan crystal growth. Pertumbuhan kristal bersama nukleasi dapat mempengaruhi ukuran kristal yang kita peroleh. Laju pembentukan inti (nukleasi) dapat dinyatakan dengan jumlah inti yang terbentuk dalam satuan waktu. Bila laju pembentukan inti tinggi, maka kristal yang terbentuk akan semakin banyak dan terdiri dari partikel partikel kecil. Laju pembentukan inti ini tergantung pada derajat lewat jenuh dari larutan. Semakin tinggi derajat lewat jenuh maka semakin besar kemungkinan untuk membentuk inti baru sehingga akan semakin besar laju pembentukan inti.Pada proses kristalisasi, kristal dan cairan induk berada pada waktu yang cukup lama sehingga mencapai keseimbangan dan cairan induk itu jenuh pada suhu akhir proses. Perolehan kristal dapat dihitung dari konsentrasi larutan awal dan kelarutan pada suhu akhir. Jika selama proses terjadi penguapan yang cukup besar, kuantitasnya harus diketahui atau dapat diperkirakan. Bila laju pertumbuhan kristal lambat diperlukan waktu yang agak panjang untuk mencapai keseimbangan. Hal ini sangat besar bila larutan itu viskos atau dimana kristal itu mengumpul di dasar kristalisator sehingga hanya sedikit saja permukaan kristal yang terkena larutan lewat jenuh. Sehingga cairan induk akhir sangat jenuh dan perolehan yang didapat akan lebih kecil dari hasil perhitungan dari kurva kelarutan. Jika kristal itu bebas air perhitungan lebih sederhana karena zat padat tidaka mengandung pelarut. Bila hasil mengandung air kristalisasi, air yang terdapat bersama kristal harus diperhitungkan karena air ini tidak terkandung didalam larutan. Data kelarutan ini biasanya diberikan sebagai bagian massa bahan bebas air perseratus bagian dari massa pelarut total atau dalam persen massa zat terlarut bebas air. Data tersebut tidak memperhitungkan air kristalisasi. Kunci dalam perhitungan perolehan zat terlarut bebas air ialah menyatakan semua massa dan konsentrasi sebagai garam hidrasi dan air bebas. Oleh karena kuantitas yang terakhir ini tetap berada dalam fase zat cair selama berlangsungnya kristalisasi, konsentrasi atau kuantitas yang didasarkan atas air bebas dapat dikurangkan untuk memberikan hasil yang benar.

2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kristalisasia. Kondisi lewat dingin larutan Semakin dingin larutan waktu induksi (waktu yg diperlukan sampai inti kristal terbentuk) akan semakin pendek.b. SuhuPenurunan suhu akan menginduksi pembentukan kristal secara cepat.c. Sumber inti KristalInti yg terbentuk pada pembentukan tipe heterogen memiliki kecendrungan mempercepat kristalisasid. Viskositas Ketika viskositas meningkat akibat menurunnya suhu dan meningkatnya konsentrasi larutan, proses pembentukan inti kristal akan terbatasi. Hal ini disebabkan berkurangnya pergerakan molekul pembentuk inti kristal dan terhambatnya pindah panas sebagai energi pembetukkan inti kristal.e. Kecepatan PendinginanPendingingan yang cepat akan menghasilkan inti kristal yg lebih banyak dibandingkan pendinginan lambat.f. Kecepatan agitasiProses agitasi mampu meningkatkan laju pembentukan inti kristal. Agitasi menyebabkan pindah massa dan pindah panas berjalan lebih efisien.g. Bahan tambahan dan pengotorBahan-bahan tambahan dapat berperan untuk membantu atau menghambat pembentukan inti kristal.h. Densitas massa KristalJumlah kristal yg terdapat dalam satu unit volume yg terdapat dalam larutan akan berpengaruh pada tingkat pertumbuhan setiap kristal.

2.6 Produk pangan yang mengandung Kristalisasi

2.7Jenis Crystallizer 1. Oslo Surface Cooled CrystalizerAlat ini dikembangkan dalam larutan tersirkulasi dengan pendinginan di dalam cooler (H) larutan supersaturasi ini dengan dikontakan dengan suspensi kristal alm ruangan suspensi pada (E). Pada puncak ruang suspensi aliran larutan induk (D) dapat dipisahkan digunakan untuk memindahkan partikel halus

2. Oslo Evaporative CrystalizerLarutan yang meninggalkan ruang penguapan pada sueprsaturated, mendekati daerah metastail sehingga nukleus baru tidak akan terentuk. Kontak cairan pada unggun E membantu supersaturasi pada pertumbuhan kristal dan menuju pertumbuhan kristal. Dalam kristal tipe umpan panas dimasukan pada 6 dan campurn larutan menyemprot ketika mencapai kamar penguapan pada A. Jika evaporator lebih jauh diperlukan untuk menghentikan driving force.Sebuah penukar panas dipasang antara pipa sirkulasi dan ruang penguapn utnuk mencuplai panas yang dibutuhkan. Perpindahan larutan supersaturasi dai vaporizer (titik B), sering menyebabkan timbulnya kerak dan pengurang sirkulasi.

3. Draft Tube Buffle CrystalizerDilengkapi buffle untuk mengukur sirkulasi magma dan propeler yang berfungsi mengatur sirkulasi kristal magma sedangkan diluar body crystalizer ditambah pompa untuk sistem sirkulasi di mana pada pompa dihubungkan heater dan feed inert.Alat ini dilengkapi dengan ekstraktor pum yang berfungsi untuk mengklasifikasikan kristal hingga didapat kristal dalam ukuran tertentu. Klasifikasi ukuran kristal di sini didasarkan atas gaya gravitasi dengan jalan sebagai berikut:Jika dalam kristalizer telah terbentuk kristal-kristal dengan ukuran heterogen, maka kristal ni diklasifikasikan ukuranya dengan mengalirkan larutan ini dari bawah ke atas dengan menggunakan ekstraktor pump. Dengan adanya larutan jenuh ini, kristal dengan ukuran yang besar akan berada di bawah, dengan demikian didapatkan produk dengan ukuran yang homogen. Disini untuk mendapatkan kristal dengan ukuran tertentu dapat diatur dengan mengatur aliran larutannya. Jika larutan mempunyai kecepatan tinggi, maka dakan didapat kristal dengan ukuran yang besar dan menyebabkan turun ke bawah dan dapat dikeluarkan sebagai produk.Sistem sirkulasi ini simaksudkan agar inti kristal berkurang dimana dibiarkan makin lama makin banyak. Karena inti kristal membutuhkan solute untuk pertumbuhan selanjutnya. Padahal kecepatan feed masuk tetap, maka diperlukan recycle dengan ukuran pompa sirkulasi yang bersama-sama feednya masuk melalui heater sehingga larut dan masuk kembali ke dalam ruang kristalisasi.Ekstraksi pump bergunsi untuk membantu memisahkan kristal : prinsip pemisahan berdasarkan peredaan berat kristal. Karena adanya gaya gravitasi maka partikel (padat) berat akan lebih dahulu mengendap, sedangakan partikel ringan akan masuk ke atas (karena adanya aliran ke bawah). Jadi ukuran kristal produk bisa diatur dengan mengatur flowrate aliran dari bawah. Untuk mendapatkan kristal yang besar, flow rate dibesarkan.

BAB IIIPENUTUP

3.1KesimpulanAdapun kesimpulan yang didapatkan adalah sebagai berikut:1. Kristalisasi dilakukan untuk memisahan zat padat dari larutannya dengan jalan menguapkan pelarutnya dimana titik bekunya lebih tinggi daripada titik didih pelarut.2. Senyawa volatil memiliki titik didih yang lebih rendah dibandingkan senyawa non volatil titik dan titik beku senyawa volatil lebih tinggi (lebih negatif) dibandingkan senyawa volatil sehingga senyawa volatil sangat sulit untuk mengalami kristalisasi.3. Prinsip dasar kristalisasi adalah pemisahan pelarut dari zat terlarutnya dalam sebuah campuran homogen atau larutan dengan cara penguapan, pendinginan, penambahan senyawa lain dan reaksi kimia.4. Mekanisme kristalisasi yaitu supersaturasi, nukleasi, dan pertumbuhan kristal.5. Faktor-faktor yang memengaruhi kristalisasi adalah kondisi lewat dingin larutan, suhu,sumber inti kristal, viskositas, kecepatan pendinginan, kecepatan agitasi, bahan pengotor, dan densitas massa kristal.6. Penerapan kristalisasi dalam kehidupan sehari-hari misalnya dalam pembuatan garam dan pembuatan permen.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2013. http://id.wikipedia.org/wiki/Kristalisasi diakses pada25/11/13 pukul 23:12Anonim,http://dennifa.wordpress.com/sains/kimia/pemisahancampuran/kristalisasi/.Diakses 25/11/13 pukul 23:22Ayuningtyas, Deswita.http://kimia.upi.edu/staf/nurul/Web%202011/0807596/author.html pukul 23:14Niwa, Anggita2013. http://kimiacorner.blogspot.com/2013/04/kristalisasi.html diakses pada 25/11/13 pukul23:21Mahlizar. 2011. Kristalisasi Karbohidrat. http:// lizar.files.wordpress. com. Pdf. Diakses pada 12 November 2014Patarihan, Rudolfo. 2012 http://yuma-patarihan.blogspot.com/2012/05/definisi-kromatografi-kertas.html diakses pada 30/11/13 22:01