fix 2

35
BAB I PENDAHULUAN Mulut merupakan pintu gerbang masuknya kuman-kuman atau rangsangan-rangsangan yang bersifat merusak. Mukosa mulut dapat mengalami kelainan yang bukan merupakan suatu penyakit tetapi merupakan kondisi herediter. Pada keadaan normal di dalam rongga mulut terdapat bermacam-macam kuman yang merupakan bagian daripada “flora mulut” dan tidak menimbulkan gangguan apapun dan disebut apatogen. Jika daya tahan mulut atau tubuh menurun, maka kuman-kuman yang apatogen itu menjadi patogen dan menimbulkan gangguan atau menyebabkan berbagai penyakit/infeksi. Daya tahan mulut dapat menurun karena gangguan mekanik (trauma, cedera), gangguan kimiawi, termik, defisiensi vitamin, kekurangan darah (anemi). Pada individu tertentu dapat terjadi reaksi alergi terhadap jenis makanan tertentu sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada mukosa mulut, begitu juga dengan faktor psikis dan hormonal. Ini semua dapat terjadi pada suatu gangguan mulut yang disebut “stomatitis”.

Upload: tiven-stive

Post on 15-Nov-2015

12 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Gigi dan Mulut

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANMulut merupakan pintu gerbang masuknya kuman-kuman atau rangsangan-rangsangan yang bersifat merusak. Mukosa mulut dapat mengalami kelainan yang bukan merupakan suatu penyakit tetapi merupakan kondisi herediter. Pada keadaan normal di dalam rongga mulut terdapat bermacam-macam kuman yang merupakan bagian daripada flora mulut dan tidak menimbulkan gangguan apapun dan disebut apatogen. Jika daya tahan mulut atau tubuh menurun, maka kuman-kuman yang apatogen itu menjadi patogen dan menimbulkan gangguan atau menyebabkan berbagai penyakit/infeksi. Daya tahan mulut dapat menurun karena gangguan mekanik (trauma, cedera), gangguan kimiawi, termik, defisiensi vitamin, kekurangan darah (anemi).Pada individu tertentu dapat terjadi reaksi alergi terhadap jenis makanan tertentu sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada mukosa mulut, begitu juga dengan faktor psikis dan hormonal. Ini semua dapat terjadi pada suatu gangguan mulut yang disebut stomatitis.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 DefinisiStomatitis berasal dari Bahasa Yunani, stoma yang berarti mulut dan itis yang berarti inflamasi (radang). Stomatitis adalah inflamasi lapisan mukosa dari struktur apa pun pada mulut; seperti pipi bagian dalam, gusi, lidah, bibir bagian dalam, dan atap atau dasar mulut yang dapat berupa tunggal ataupun berkelompok.Stomatitis adalah inflamasi lapisan struktur jaringan lunak apa pun pada mulut dan biasanya merupakan kondisi yang menyakitkan, yang terkait dengan kemerahan, pembengkakan, dan kadang-kadang perdarahan dari daerah yang terkena.

Secara histologis mukosa mulut terdiri dari 3 lapisan, yaitu: 1) Lapisan epitelium, yang melapisi di bagian permukaan luar, terdiri dari berlapis-lapis sel mati yang berbentuk pipih (datar) dimana lapisan sel-sel yang mati ini selalu diganti terus-menerus dari bawah, dan sel-sel ini disebut dengan stratified squamous epithelium. 2) Membrana basalis, yang merupakan lapisan pemisah antara lapisan ephitelium dengan lamina propria, berupa serabut kolagen dan elastis. 3) Lamina propria, Pada lamina propria ini terdapat ujung-ujung saraf rasa sakit, raba, suhu dan cita rasa. Selain ujung-ujung saraf tersebut terdapat juga pleksus kapiler, jaringan limf dan elemen-elemen penghasil sekret dari kelenjar-kelenjar ludah yang kecil-kecil.Kelenjar ludah yang halus terdapat di seluruh jaringan mukosa mulut, tetapi tidak terdapat di jaringan mukosa gusi kecuali di mukosa gusi daerah retromolar.Disamping itu lamina propria ini sebagian besar terdiri dari serabut kolagen, serabut elastin dan sel-sel fibroblast serta sel-sel daerah yang penting untuk pertahanan melawan infeksi.Jadi mukosa ini menghasilkan sekret, bersifat protektif dan sensitif.2.2 EpidemiologiStomatitis dapat terjadi pada semua kelompok umur, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Dialami 15-20% pada masyarakat, 80% pada usia < 30 tahun, dan bila diatas usia tersebut kemungkinan besar penyebabnya merupakan suatu yang lebih kompleks, 29,6% dari semua perokok mengalami stomatitis (Amerika). Stomatitis lebih banyak pada wanita.

2.3 EtiologiSeperti yang telah diketahui bahwa faktor etiologi stomatitis adalah idiopatik (belum diketahui) namun telah banyak dugaan yang dapat menjadi penyebab stomatitis, yaitu:1. Kebersihan mulut yang kurang2. Letak susunan gigi3. Pemasangan gigi tiruan dan kawat gigi4. Makanan atau minuman yang panas dan pedas5. Rokok6. Pasta gigi yang tidak cocok7. Trauma akibat benturan atau tergigit8. Infeksi jamur, virus atau bakteri9. Masalah pada system pencernaan10. Kekurangan zat besi, vitamin C, B12, riboflavin atau miacin11. Stress12. Ketidakseimbangan Hormonal 13. Reaksi alergi terhadap suatu makanan

2.4 Faktor PredisposisiSemakin banyaknya penelitian dan teori-teori baru mengenai faktor predisposisi stomatitis memungkinkan suatu saat nanti apa yang saat ini masihkita anggap faktor predisposisi telah terbukti sebagai etiologi.Faktorfaktor predisposisi yang dapat menyebabkan terjadinya stomatitis adalah sebagai berikut :1. GenetikRiwayat keluarga terdapat pada 50% kasus.Insiden tertinggi terdapat di antara saudara bila kedua orang tua terkena stomatitis. Beberapa peneliti menyatakan bahwa hubungan genetik berpengaruh terhadap timbulnya stomatitis. Salah satu penelitian menemukan bahwa 35% dari orang yang menderita stomatitis memiliki paling tidak satu orang tua yang juga menderita stomatitis Penelitian lain menemukan bahwa 91% kembar identik menderita stomatitis dimana untuk kembar biasa hanya 57%.2. ImunologikRespon imun mungkin merupakan peran utama stomatitis umum terjadi pada pasien dengan imunodefisiensi sel B dan 40% dari pasien-pasien stomatitis mempunyai kompleks dari sirkulasi imun. Ulserasi dapat disebabkan oleh pengendapan imonoglobulin dan komponen-komponen komplemen dalam epitel atau respons imun seluler terhadap komponen-komponen epitel. Antibodi tersebut bergantung pada mekanisme sitoksik atau proses penetralisir racun yang masuk ke dalam tubuh. Sehingga jika sistem imunologi mengalami abnormalitas, maka dengan mudah bakteri ataupun virus menginfeksi jaringan lunak disekitar mulut.3. Hematologik15-20% pasien stomatitis adalah penderita kekurangan zat besi, vitamin B12 atau folid acid dan mungkin juga terdapat anemia. Penyembuhan stomatitis sering terjadi sesudah terapi untuk mengatasi kekurangan-kekurangan tersebut. Seperti frekuensi defisiensi pada pasien awalnya akan menjadi lebih buruk pada pertengahan usia. Banyak pasien yang defisiensinya tersembunyi, hemoglobulin dengan batasan yang normal dan ciri utama adalah mikrositosis dan makrositosis pada sel darah merah.4. GastrointestinalHanya sebagian kecil dari pasien-pasien mempunyai gejala gastrointestinal, terutama penyakit pada usus kecil yang berhubungan dengan malabsorpsi. Walaupun hanya 2-4% pasien-pasien stomatitis mempunyai penyakit seliak tetapi terdapat 60% pasien-pasien dengan penyakit seliak yang menderita stomatitis. Stomatitis dapat dihubungan dengan penyakit Crohn dan colitis ulseratif.5. HormonalPada umumnya penyakit stomatitis banyak menyerang wanita, khususnya terjadi pada fase stress dengan sirkulasi menstruasi. Dalam sebuah penelitian, ditemukan kadar hormon progesterone yang lebih rendah dari normal pada penderita RAS sementara kadar hormone Estradiol, LH, Prolaktin, FSH pada kedua grup adalah normal. Pada wawancara didapat adanya riwayat anggota keluarga yang mengalami RAS dibanding bukan penderita RAS. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penderita RAS pada umumnya mempunyai kadar hormon progesteron yang lebih rendah dari normal dan ada salah satu keluarganya yang menderita RAS.Stomatitis dapat berlanjut atau berhenti selama kehamilan dan karena pada sebagian kecil wanita ulserasi berkembang hanya selama fase luteal dari siklus menstruasi maka kadang-kadang hal ini berhubungan dengan adanya perubahan-perubahan pada hormonal.6. TraumaTerdapat beberapa fakta yang menunjukkan bahwa trauma pada bagian rongga mulut dapat menyebabkan stomatitis. Dalam banyak kasus, trauma ini disebabkan oleh masalahmasalah yang sederhana. Trauma merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan ulser terutama pada pasien yang mempunyai kelainan tetapi kebanyakan stomatitis mempunyai daya perlindungan yang relatif dan mukosa mastikasi adalah salah satu proteksi yang paling umum. Faktor lain yang dapat menyebabkan trauma di dalam rongga mulut meliputi:a. Pemakaian gigi tiruanRekuren apthous stomatitis disebabkan oleh pemasangan gigi palsu. Seringkali, gigi tiruan yang dipasang secara tidak tepat dapat mengiritasi dan melukai jaringan yang ada di dalam rongga mulut. Masalah yang sama sering pula dialami oleh orang-orang yang menggunakan gigi tiruan kerangka logam. Logam dapat melukai bagian dalam rongga mulut.b. Trauma makananBanyak jenis makanan yang kita makan dapar menggores atau melukai jaringan-jaringan yang ada di dalam rongga mulut dan menyebabkan RAS. Contohnya adalah keripik, kue yang keras,dll.c. Trauma sikat gigiBeberapa pasien berpikir bahwa ulser terjadi karena trauma pada mukosa rongga mulut yang disebabkan oleh cara penggunaan dari sikat gigi yang berlebihan dan cara menyikat gigi yang salah dapat merusak gigi dan jaringan yang ada dalam rongga mulut.d. Menggigit bagian dalam mulutBanyak orang yang menderita luka di dalam mulutnya karena menggigit bibir dan jaringan lunak yang ada di dalam rongga mulut secara tidak sengaja. Seringkali, hal ini dapat menjadi kebiasaan yang tidak disadari atau dapat terjadi selama tidur dan luka juga disebabkan oleh tergigitnya mukosa ketika makan dan tertusuk kawat gigi sehingga dapat menimbulkan ulser yang mengakibatkan RAS. Luka tergigit pada bibir atau lidah akibat susunan gigi yang tidak teratur.e. Prosedur dentalProsedur dental dapat mengiritasi jaringan lunak mulut yang tipis dan menyebabkan terjadinya RAS. Terdapat informasi bahwa hanya dengan injeksi novacaine dengan jarum dapat menyebabkan timbulnya RAS beberapa hari setelah dilakukan penyuntikan.7. StresBanyak orang yang menderita stomatitis menyatakan bahwa stomatitis yang mereka alami disebabkan oleh stres. Terkadang orang secara objektif menghubungkan timbulnya stomatitis dengan peningkatan stres.8. HIVStomatitis dapat digunakan sebagai tanda adanya infeksi HIV. Stomatitis memiliki frekuensi yang lebih tinggi pada keadaan defisiensi imun seperti yang telah dibahas sebelumnya. Namun infeksi akibat virus HIV biasanya menunjukkan tanda klinis yang sangat jelas yaitu kerusakan jaringan yang sudah parah.9. Kebiasaan merokokKelainan stomatitis biasanya terjadi pada pasien yang merokok. Bahkan dapat terjadi ketika kebiasaan merokok dihentikan.10.Kondisi MedikBeberapa kondisi medik yang berbeda juga dapat dihubungkan dengan timbulnya stomatitis. Untuk pasien yang mengalami stomatitis yang resisten harus mendapatkan evaluasi dan tes dokter untuk mengetahui ada tidaknya penyakit sistemik. Beberapa kondisi medik yang dihubungkan dengan stomatitis yaitu seperti penyakit Behcet, disfungsi neutrofil, radang usus, dan HIV-AIDS.1311.PengobatanPenggunaan obat-obatan anti peradangan, beta bloker, kemoterapi, dan nicorandil dilaporkan menjadi salah satu pemicu timbulnya stomatitis.12.InfeksiFakta bahwa zat-zat kimia seperti pada penggunaan kemoterapi dan radiasi biasanya dihubungkan dengan bakteri seperti ANUG yang kaya dengan bacillus fusiformis dsn spirochete, dan virus pada Virus Herpes Simpleks yang meliputi sitomegalovirus, virus voricella zoster, Epstein Bar ini ternyata dapat menjadi salah satu penyebab dari stomatitis.

2.5 PatofisiologiTubuh sebenarnya memiliki pertahanan tubuh alamiah terhadap serangan bakteri. Pertahanan ini disebut dengan sistem laktoperoksidase (LP-sistem). Sistem ini terdapat pada saliva atau ludah. LP sistem dapat berfungsi sebagai bakteriostatis terhadap bakteri mulut dan bakteriosid terhadap bakteri patogen jika tersedia ketiga komponennya. Yaitu enzim laktoperoksidase, dosianat, dan hydrogen peroksida (H2O2). Bakteri di dalam mulut dapat berkembang biak tak terkendali karena sistem laktoperoksidase yang merupakan pertahanan alami dalam saliva umumnya rusak. Hal ini dikarenakan seringnya mengonsumsi makanan yang mengandung zat-zat kimia, seperti perasa, pewarna, pengawet, bahkan yang memakai zat pembasmi hama.Pemakaian deterjen (sodium laurit sulfat) yang berlebihan dalam pasta gigi juga dapat sebagai peneyebab dari rusaknya ludah. Bila dalam pemakaian yang berlebihan atau melebihi toleransi dapat dengan mudah merusak ludah dan menghancurkan sistem pertahanan alami. Tidak hanya itu, pemakaian antiseptik pada obat kumur atau pasta gigi juga dapat merusakkan LP system, sebab antiseptik ini bersifat bakteriosid sehingga dapat membunuh semua bakteri yang berada di dalam rongga mulut, yang dapat mengakibatkan lingkungan mukosa mulut menjadi rusak. Seperti telah diterangkan bahwa mulut merupakan pintu gerbang masuknya kuman-kuman atau rangsangan-rangsangan yang bersifat merusak. Dilain pihak mulut tidak dapat melepaskan diri dari masuknya berbagai jenis kuman ataupun berbagai pengaruh rangsangan antigenik yang bersifat merusak. Rangsangan perusak yang masuk sesuai dengan potensinya akan ditanggapi oleh tubuh baik secara lokal atau sistemik. Tanggapan ini dapat berlangsung wajar, artinya tanggapan-tanggapan tersebut secara normal dapat dieleminasi melalui aksi fagositosis. Sebenarnya reaksi tubuh terhadap rangsangan yang merusak itu bertujuan untuk mengurangi atau meniadakan peradangan tersebut. Tetapi kadang-kadang reaksi jaringan amat berlebih, melebihi porsi stimulusnya sendiri sehingga reaksi pertahanan yang tadinya dimaksudkan untuk melindungi struktur dan fungsi jaringan justru berakhir dengan kerusakan jaringan sendiri. Dalam keadaan yang tidak wajar, (trauma, stress, dll ) terjadi ketidak seimbangan immunologik yang melahirkan fenomena alergi dan defisiensi immunologi dengan efek kerusakan-kerusakan yang menyangkut komponen vaskuler, seluler dan matriks daripada jaringan. Dalam hal ini sistem imun yang telah dibangkitkan untuk melawan benda asing oleh porsi reaksi yang tidak seimbang akhirnya ikut merusak jaringan-jaringan sendiri disekitarnya. Misalnya pelepasan mediator aktif dari aksi-aksi komplemen, makrofag, sel plasma, sel limposit dan leukosit, histamin, serta prostaglandin.

2.6 Klasifikasi2.6.1 Stomatitis Aphtosa Rekurent (SAR)2.6.1.1 DefinisiStomatitis aphtosa rekurent merupakan Stomatitis merupakan radang yang terjadi pada mukosa mulut yang biasanya berupa bercak putih kekuningan dengan permukaan yang agak cekung dan terjadi berulang pada rongga mulut.2.6.1.2 EtiologiEtiologi yang pasti belum diketahui beberapa faktor predisposisi memegang peranan yang penting :1. Alergi Biasanya stomatitis ini timbul setelah makan suatu jenis makanan tertentu dan umumnya ini terjadi berulang-ulang jenis makanan ini berbeda untuk tiap-tiap penderita.2. Gangguan hormonal / endokrinMenurut penyelidikan bahwa ada hubungan yang jelas antara ketidakseimbangan hormonal dan timbulnya stomatitis aftosa.3. Emosi dan stress mental4. Hipovitaminaosis Kadar vitamin C dalam darah penderita stomatitis aftosa umumnya rendah.5. Virus6. Gangguan pencernaan7. Trauma

2.6.1.3 PatogenesisLesi stomatitis dimulai sebagai vesikel 1-2 mm yang kemudian yang kemudian pecah meninggalkan satu erosi / ulkus yang dangkal. Lesi yang kecil ini menimbulkan rasa nyeri hebat, dan tidak disertai demam.Stomatitis aftosa akan sembuh sendiri dalam waktu kurang dari 4 minggu, tetapi mempunyai kecenderungan berulang, tepi stomatitis ini adalah : ulkus dangkal, cekung dasar putih daerah sekitar hiperemis.

2.6.1.4 KlasifikasiStomatitis aphthous ini mempunyai 2 jenis tipe penyakit, diantaranya:1. Sariawan akut : Bisa disebabkan oleh trauma sikat gigi, tergigit, dan sebagainya. Pada sariawan akut ini bila dibiarkan saja akan sembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari.2. Sariawan kronis : Akan sulit sembuh jika dibiarkan tanpa diberi tindakan apa-apa. Sariawan jenis ini disebabkan oleh xerostomia (mulut kering). Pada keadaan mulut kering, kuantitas saliva atau air ludah berkurang. Akibatnya kualitasnya pun juga akan berkurang. Penyebab dari xerostomia ini bisa disebabkan gangguan psikologis (stress), perubahan hormonal, gangguan pencernaan, sensitif terhadap makanan tertantu dan terlalu banyak mengonsumsi antihistamin atau sedatif.Secara klinis stomatitis aphtosa ini dapat dibagi menjadi 3 subtipe, diantaranya:1. Stomatitis aphtosa minor (MiRAS). Sebagian besar pasien menderita stomatitis aphthous bentuk minor ini. Minor RAS (MiRAS), terjadi lebih dari 80% dari semua kasus RAS yang ditandai oleh ulser bulat atau oval, dangkal dengan diameter < 10 mm dan dikelilingi oleh pinggiran yang eritematus. MiRAS biasanya mengenai daerah-daerah non-keratin seperti mukosa labial, mukosa bukal dan dasar mulut, tetapi tidak mengenai daerah keratin seperti gingiva, palatum atau dorsum lidah. Sebagian besar terjadi pada masa anak-anak. Lesi berulang dengan frekuensi yang bermacam-macam, dalam beberapa waktu 1-5 ulser bisa muncul dan sembuh dalam waktu 10-14 hari tanpa meninggalkan bekas.

2. Stomatitis aphtosa major (MaRAS). Hanya sebagian kecil dari pasien yang terjangkit stomatitis aphtosa jenis ini. Namun jenis stomatitis aphtosa pada jenis ini lebih hebat daripada stomatitis jenis minor (MiRAS). Secara klasik, ulser ini berdiameter kira-kira 1-3 cm, dan berlangsung selama 4 minggu atau lebih dan dapat terjadi pada bagian mana saja dari mukosa mulut, termasuk daerah-daerah berkeratin. Stomatitis aphthous major ini meninggalkan bekas, bekas pernah adanya ulser seringkali dapat dilihat penderita MaRAS; jaringan parut terjadi karena keseriusan dan lamanya lesi. Major RAS (MaRAS), biasa juga disebut periadenitis mucosa necrotica recurrens yang diderita oleh kira-kira 10% penderita RAS. Bentuk lesi serupa dengan minor RAS, tetapi ulser berdiameter > 10 mm, tunggal atau jamak dengan menimbulkan rasa sakit. Demam, disfagia dan malaise terkadang muncul pada awal munculnya penyakit.

3. Istilah herpertiformis digunakan karena bentuk klinis dari ulserasi herpetiformis (yang dapat terdiri atas 100 ulser kecil pada satu waktu) mirip dengan gingivostomatitis herpetik primer tetapi virus-virus herpes tidak mempunyai peranan dalam etiologi ulserasi herpertiformis atau dalam setiap bentuk ulserasi aptosa.2

GAMBAR II.3 Multiple herpetiform ulcersSumber : Laskaris G. Pocket atlas of oral desease.Second Edition. New York: Thieme; 2006. p.161

Herpertiformis apthous stomatitis menunjukkan lesi yang besar dan frekuensi terjadinya berulang. Pada beberapa individu, lesi berbentuk kecil dan berdiameter rata-rata 1-3 mm.5 Gambaran dari ulser ini adalah erosi-erosi kelabu putih yang jumlahnya banyak, berukuran sekepala jarum yang membesar, bergabung dan mnjadi tak jelas batasnya. Pada awalnya ulkus-ulkus tersebut berdiameter 1-2 mm dan timbul berkelompok terdiri atas 10-100. Mukosa disekitar ulkus tampak eritematous dan diperkirakan ada gejala sakit.9

2.6.1.5 Gambaran klinis1. Masa prodromal Gejala pada umumnya berupa rasa panas atau terbakar yang terjadi satu atau dua hari yang kemudian bisa menimbulkan luka (ulser) di rongga mulut. Lesi pada mukosa oral didahului dengan timbulnya gejala seperti terbakar (prodormal burning) pada 2-48 jam sebelum ulser muncul.2. Stadium Pre UlcerasiSelama periode initial akan terbentuk daerah kemerahan pada area lokasi. Setelah beberapa jam, timbul papul, ulserasi, dan berkembang menjadi lebih besar setelah 48-72 jam. Lesi bulat, simetris, dan dangkal, tetapi tidak tampak jaringan yang sobek dari vesikel yang pecah.Mukosa bukal dan labial merupakan tempat yang paling sering terdapat ulser.Namun ulser juga dapat terjadi pada palatum dan gingiva.3. Stadium UlcerasiBercak luka yang ditimbulkan akibat dari sariawan ini agak kaku dan sangat peka terhadap gerakan lidah atau mulut sehingga rasa sakit atau rasa panas yang dirasakan ini dapat membuat kita susah makan, susah minum, ataupun susah berbicara. Penderita penyakit ini biasanya juga banyak mengeluarkan air liur. Biasanya sariawan ini akan sembuh dengan sendirinya adalam waktu empat sampai 20 hari. Bila penyakit ini belum sembuh sampai waktu 20 hari maka penderita harus diperiksa lebih lanjut untuk menentukan apakah ada sel kankernya atau tidak.Pada stomatitis aphtosa yang berat, dapat digunakan suatu alat pelindung mulut yang bersih dengan pengolesan anestetik lokal dibawah alat tersebut.2.6.1.6 TerapiHarus disertai dengan terapi penyakit penyebabnya. Selain diberikan emolien topical, seperti orabase, pada kasus yang ringan dengan 2-3 lesi ulserasi minor. Pada kasus yang lebih berat dapat diberikan kortikosteroid, seperti triamsinolon atau fluosinolon topical, sebanyak 3 atau 4 kali sehari setelah makan dan menjelang tidur. Pemberian tetrasiklin dapat diberikan untuk mengurangi rasa nyeri dan jumlah ulserasi.

2.6.2 Stomatitis Herpetica2.6.2.1 DefinisiStomatitis herpetica adalah infeksi virus pada mulut yang menyebabkan borok dan peradangan. 2.6.2.2 EtiologiStomatitis herpetic merupakan penyakit virus menular yang disebabkan oleh virus herpes hominis ( juga herpes simplex virus, HSV ). 2.6.2.3 PatofisiologiStomatitis karena herpes simplex stomatitis (HSV) terjadi sebagai infeksi utama atau infeksi tambahan, infeksi tambahan ini yang sering terjadi. Awal terjadinya infeksi virus merupakan hasil utama dari infeksi HSV yang biasa disebut stomatitis herpes akut. Vesikel lebih banyak ditemukan pada lidah, palatum, mucosa bucal dan labial. Vesikel ini terjadi setelah nyeri luka meninggalkan areanya yang mengelilingi sekitar garis tepi erythematous. Lesi di tingkat ini biasa terjadi di luka aphatous dan disertai dengan inflamasi akut gingival. 2.6.2.4 Gambaran klinis1. Gejala yang muncul adalah gejala prodromal diikuti timbulnya vesikel-vesikel kecil berisi cairan putih kekuning-kuningan yang berdiameter 1-3 mm yang berkelompok sebesar 1-2 cm pada bibir, lesi pada intra oral sama dengan lesi yang muncul pada bibir, tapi sangat cepat pecah sehingga membentuk ulserasi dangkal, berbatas irregular dan ditutupi suatu selaput keabuan yang dikelilingi daerah erythomatous. Lesi akan bertambah besar dan menyebar ke mukosa disekitarnya, pada daerah yang mengandung sedikit keratin, seperti mukosa rongga mulut, mukosa bibir, dan dasar rongga mulut, penyakit ini akan sembuh dalam 1-2 minggu. 2. Biasanya stomatitis ini sering di sertai demam3. Disfagia4. Gusi bengkak5. Nyeri dan rasa terbakar di mulut2.6.2.5 Terapi1. Tergantung keluhan pasien pemberian asiklovir 5 x 2 mg dapat diberikan sebagai profilaksis bukan saat penyakit ini kambuh 2. Petroleum jelly tau pasta anastetikom yang dioleskan dengan kapas pada daerah yang sakit untuk menghilangkan rasa sakit.2.6.2.6 KomplikasiHerpes stomatitis dapat menyebar ke mata dan jika tidak diobati dapat menyebabkan kebutaan akibat Herpetic Konjunctivitis.

2.6.3 Gingivo Stomatitis Plaut Vincent2.6.3.1 DefinisiGingivostomatitis merupakan infeksi virus pada gusi dan bagian mulut lainnya, yang menimbulkan nyeri akibat daya tahan tubuh menurun.2.6.3.2 EtiologiPenyebabnya adalah bakteri normal yang ada pada mulut, yaitu: Borellia vincenti (bentuk seperti spiral) Bacillius fursiformis (bentuk seperti lisom)Mereka hidup bersimbiosis dan keduanya anaerob

2.6.3.3 Gambaran Klinis Akut: Onset ysng cepat dan diawali dengan demam-demam (3-5 hari) panas/suhu tubuh tinggi sekali sehingga dapat menurun darahnya Rasa nyeri terbakar yang hebat Hipersalivasi Metallic taste (rasa logam) Tepi bebas gusi mudah berdarah Foeter exore Napsu merokok berkurang (bagi yang merokok) Rasa pengecap terganggu Merasa giginya ektruded Nyeri tekan pada giginya Gigi terasa agak goyang Kelenjar regioner agak membesar Adanya erosi dari gingival dan interdental papil Kadang-kadang saja ada perdarahan sedikit Hiperplasi dari jaringan gingival Bila gusi ditekan dengan keras, agak merasa sakit sedikit.2.5.3.4 Predisposisi Local: Oral hygiene yang buruk Pericoronal infection pada gigi-gigi yang sedang erupsi Gigi palsu yang jelek Occlusal traiumatica Food impaction Umum: Malnutrisi (vitamin B kompleks dan C) Gangguan pencernaan Gangguan endokrin Resistensi tubuh yang menurun Gangguan psikis Rokok, minuman keras dll Penyakit-penyakit seurvy dan pellagra2.5.3.4 Terapi Antibiotika dosis tinggi (p.p 100.000-800.000 I.U 5x) Kumur-kumur H2O2 1,5% (bukan 3% karena H2O2 3% sangat merangsang pada keadaan penyakit ini) Kumur-kumur Na bikarbonat 10%Jaringan diatas marginal gingival dan interdental papil harus diangkat dengan hati-hati memakai kapas dengan dibasahi dengan H2O2 3%2.6.4. Mycotic stomatitisMycotic stomatitis adalah stomatitis yang disebabkan oleh adanya infeksi mulut atau rongga mulut oleh jamur Candida. Mycotic stomatitis, disebabkan oleh pertumbuhan Candida albicans , yang merupakan penyebab stomatitis yang luar biasa pada anjing dan kucing. Hal ini ditandai dengan adanya bercak putih kekuningan pada lidah atau membran mukosa. Mycotic stomatitis biasanya dihubungkan dengan penyakit mulut yang lain, penggunaan terapi antibiotik yang lama, atau pemberian immunosuppression. Pada mycotic stomatitis sering kali pada jaringan terjadi kemerahan dan timbul ulsor di bagian rongga mulut.2.6.5. Denture stomatitis atau Chronic stomatitis1. DefinisiDenture stomatitis adalah suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan perubahan-perubahan patologik pada mukosa penyangga gigi tiruan di dalam rongga mulut, terutama di bagian rahang atas. 2. EtiologiPenyebab stomatitis ini adalah gigi tiruan yang dapat menyebabkan perubahan ekologi, yaitu:a. Perubahan flora mulutb. Akumulasi plakc. Kolonisasi Candida 3. Gambaran klinis Eritema kronik dan oedem pada mukosa yang kontak pada gigi tiruan, dan kebanyakan asimptomatik.

4. Terapia. Plak protesa sebaiknya dihilangkanb. Obat anti jamur5. Pencegahana. Gigi tiruan sebaiknya dilepas pada malam harib. Direndam dengan bahan yang mengandung asam benzoatec. Penggunaan obat kumur

2.6 DiagnosisDiagnosis untuk stomatitis biasanya sulit. Riwayat pasien mungkin menyingkap defisiensi nutrisi, penyakit sistemik, atau kontak dengan bahan yang menyebabkan reaksi alergi. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengevaluasi lesi oral dan masalah kulit lainnya. Pemeriksaan darah dapat dilakukan untuk menentukan jika ada infeksi. Apusan mukosa mulut dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi mikroskopik, atau kultur mulut juga dapat dilakukan untuk menentukan jika kemungkinan agen infeksius adalah penyebab masalahnya.Diagnosis Banding1. Burning mouth syndromeBurning mouth syndrome (BMS) atau sindroma mulut terbakar adalah suatu kompleks gejala pada pasien dengan keluhan nyeri mulut tetapi secara klinis pada pemeriksaan oral dan selaput lendir tidak ditemukan kelainan. Banyak penyakit mulut dan selaput lendir yang menunjukkan gejala nyeri mulut seperti liken planus, infeksi herpessimpleks berulang, dan stomatitis berulang.

2. PemphigusPemphigus adalah penyakit berlempuh yang dapat mengenai kulit dan membrane mukosa, ditandai dengan bula intraepidermal yang terjadi akibat proses akantolisis, dan disertai adanya sirkulasi antibody IgG terhadap permukaan sel keratosit. Perjalanan pemphigus bersifat kronik, sering diikuti kekambuhan akut, dan kadang dapat bersifat fatal.

3. Behcet diseasePenyakit behcet adalah kondisi multisystem dengan serangkaian manifsestasi, antara lain ulserasi oral, atritis, penyakit kardiovaskular, trombositopenia, ruam-ruam kulit serta penyakit neurologi.

2.8 KomplikasiStomatitis jarang menyebabkan komplikasi yang serius namun dapat terjadi infeksi luas di daerah bibir dan rongga mulut seperti abses/radang.Dampak gangguan pada kebutuhan dasar manusia : Pola nutrisi : nafsu makan menjadi berkurang, pola makan menjadi tidak teratur Pola aktivitas : kemampuan untuk berkomunikasi menjadi sulit Pola Hygiene : kurang menjaga kebersihan mulut Terganggunya rasa nyaman : biasanya yang sering dijumpai adalah perih1. Komplikasi Orala. Mucositis/StomatitisDefenisi mucositis dan stomatitis sering tertukar dalam penggunaannya tetapi terdapat perbedaan yang besar diantara keduanya.Mucositis dijelaskan sebagai suatu inflammatory toksik yang mempengaruhi traktus gastrointestinal dari mulut sampai anus, yang dapat dihasilkan akibat dari pennyorotan radiasi sampai agen kemoterapeutik atau radiasi ionisasi.Tipikal mucositis termanifestasi sebagai suatu eritematous, lesi seperti terbakar atau acak, focal to diffuse, dan lesi ulseratif.Mucositis dapat tereksaserbasi dengan factor lokal.Stomatitis merujuk pada suatu reaksi inflamasi yang terjadi pada mukosa oral, dengan atau tanpa ulserasi dan dapat berkembang oleh faktor lokal seperti yang teridentifikasi pada etiologi/patofisiologi pada pembahasan ini.Stomatitis dapat menjadi berkadar ringan atau parah. Pasien dengan stomatitis yang parah tidak akan mampu memasukkan apapun kedalam mulutnya. Mucositis eritematous dapat terjadi 3 hari setelah pemaparan kemoterapi, tapi secara umum berkisar 3-7 hari.Perkembangan menuju mucositis ulseratif umumnya berlangsung 7 hari setelah kemoterapi.Dokter gigi harus waspada terhadap potensi berkembangnya toksisitas akibat peningkatan dosis atau lamanya perawatan pada percobaan klinik yang menunjukkan toksisitas gastrointestinal.Dosis tinggi kemoterapi seperti yang dilakukan pada perawatan leukemia dan pengaturan jadwal obat dengan infus berlanjut, berulang dan tidak terputus (seperti bleomycin, cytarabine, methotrexate dan fluororacil) sepertinya merupakan penyebab mucositis dibanding obat infus satu bolus dengan dosis yang setara. Mucositis tidak akan bertambah parah jika tidak terkomplikasi oleh infeksi dan secara normal dapat sembuh total dalam waktu 2-4 minggu.

b. InfeksiMucositis oral dapat berkomplikasi dengan infeksi pada pasien dengan sistim imun yang menurun. Tidak hanya mulut itu sendiri yang dapat terinfeksi, tetapi hilangnya epitel oral sebagai suatu protektif barrier terjadi pada infeksi lokal dan menghasilkan jalan masuk buat mikroorganisme pada sirkulasi sistemik. Ketika ketahanan mukosa terganggu, infeksi lokal dan sistemik dapat dihasilkan oleh indigenous flora seperti mikroorganisme nosokomial dan oportunistik. Ketika jumlah netrofil menurun sampai 1000/kubik/mm, insiden dan keparahan infeksi semakin meningkat. Pasien dengan neutropenia berkepanjangan berada pada resiko tinggi buat perkembangan komplikasi infeksi yang serius. Penggunaan antibiotik berkepenjangan pada penyakit neutropenia mengganggu flora mulut, menciptakan suatu lingkungan favorit buat jamur untuk berkembang yang dapat bereksaserbasi oleh terapi steroid secara bersamaan. Dreizen dan kawan-kawan melaporkan bahwa sekitar 70 % infeksi oral pada pasien dengan tumor solid disebabkan oleh Candida Albicans dan jamur lainnya, 20 % disusun oleh Herpex Simplex Virus (HSV) dan sisanya disusun oleh bakteri bacillus gram negatif. Pada pasien dengan keganasan hematologik, 50 % infeksi oral akibat bakteri Candida Albicans, 25 % akibat HSV, dan 15 % oleh bakteri bacillus gram negatif. HSV merupakan gejala paling umum pada infeksi oral viral.d.HemorrhageHemorrhage dapat terjadi sepanjang perawatan akibat trombositopenia dan atau koagulasipati. Pada lokasi terjadinya penyakit periodontal dapat terjadi perdarahan secara spontan atau dari trauma minimal. Perdarahan oral dapat berbentuk minimal, dengan ptekiae berlokasi pada bibir, palatum lunak, atau lantai mulut atau dapat menjadi lebih parah dengan hemorrhage mulut , terutama pada krevikular gingival. Perdarahan gingiva spontan dapat terjadi ketika jumlah platelet mencapai paling kurang 50.000/kubik/mm.e. XerostomiaXerostomia dapat dikenali sebagai berkurangnya sekresi dari glandula saliva. Gejala klinik tanda xerostomia termasuk diantaranya : rasa kering, suatu sensasi rasa luka atau terbakar (khususnya melibatkan lidah), bibir retak-retak, celah atau fissura pada sudut mulut, perubahan pada permukaan lidah, kesulitan untuk memakai gigi palsu, dan peningkatan frekuensi dan atau volume dari kebutuhan cairan. Pengaturan perawatan preventif oral, termasuk applikasi topikal flour harus segera dimulai untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.Xerostomia dapat dihasilkan melalui reaksi inflammatory dan efek degeneratif radiasi ionisasi pada glandula saliva parenkim, khususnya pada serous acinar.Perubahan ini biasanya sangat pesat dan bersifat irreversible, khususnya ketika glandula saliva termasuk daerah penyorotan radiasi.Aliran saliva mengalami penurunan 1 minggu setelah perawatan dan berkurang secara progresif ketika perawatan terus dilanjutkan, Derajat dari disfungsi tersebut sangat berhubungan dengan dosis radiasi dan volume jaringan glandula pada lapangan radiasi.Glandula parotid dapat menjadi lebih rentan terhadap efek radiasi daripada glandula submandibular, sublingual, dan jaringan glandula saliva minor. Xerostomia mengganggu kapasitas buffer mulut dan kemampuan pembersihan mekanis, sering berkonstribusi pada dental karies dan penyakit periodontal yang progresif. Perkembangan dental karies berakselerasi dengan sangat cepat pada terjadinya xerostomia akibat hilangnya immunoprotein protektif yang merupakan komponen dari saliva.Saliva dibutuhkan untuk eksekusi normal dari fungsi mulut seperti mengecap, mengunyah, dan berbicara. Keseluruhan kecepatan aliran saliva yang kurang dari 0,1 ml/menit dianggap sebagai indikasi xerostomia (normal = 0,3-0,5 ml/menit).Xerostomia menghasilkan perubahan didalam rongga mulut antara lain:1. Saliva tidak melakukan lubrikasi dan menjadi menebal dan atrofi, yang akan mengganggu kenyamanan pasien.2. Kapasitas buffer menjadi tereliminasi, pada mulut kering yang bersih pH umumnya 4,5 dan demineralisasi dapat terjadi.3. Flora oral menjadi patogenik.4. Plak menjadi tebal dan berat, debris tetap bertahan akibat ketidakmampuan pasien untuk membersihkan mulut.5. Tidak ada mineral (kalsium, fosfor, fluor) yang tersimpan pada permukaan gigi.6. Produksi asam setelah terpapar oleh gula dihasilkan oleh demineralisasi selanjutnya pada gigi dan kemudian dapat menimbulkan kerusakan gigi

2.9 PencegahanStomatitis yang disebabkan oleh iritasi lokal dapat dicegah dengan oral hygiene yang baik, pemeriksaan-gigi yang teratur, dan kebiasaan-diet yang baik. Masalah stomatitis yang disebabkan oleh penyakit sistemik dapat diminimalkan dengan oral hygiene yang baik dan secara cermat mengikuti terapi medis yang diberikan oleh penyedia pelayanan kesehatan pasien.Cara mencegah penyakit ini dengan mengetahui penyebabnya, apabila kita mengetahui penyebabnya diharapkan kepada kita untuk menghindari timbulnya sariawan ini diantaranya dengan:1. Menjaga kebersihan mulut2. Mengkonsumsi nutrisi yang cukup, terutama yang mengandung vitamin B12, vitamin C dan zat besi3. Menghadapi stress dengan efektif4. Menghindari luka pada mulut saat menggosok gigi atau saat menggigit makanan5.Menghindari makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin6.Menghindari makanan dan obat-obatan atau zat yang dapat menimbulkan reaksi alergi pada rongga mulut.

2.10 PrognosisPrognosis untuk kesembuhan stomatitis tergantung pada penyebab masalah.Banyak faktor lokal dapat dimodifikasi, dirawat, atau dihindari.Penyebab infeksius stomatitis biasanya dapat diatasi dengan obat-obatan, atau jika masalahnya disebabkan oleh obat-obatan tertentu, dengan mengganti agen penyebab tersebut.

Daftar Pustaka

Lawler W, Ahmed A, Hume WJ. Buku pintar patologi untuk kedokteran gigi. Jakarta: Penerbit buku kedokteran; 2002.Katherinearta. Stomatitis Apthosa Rekuren. Available from: http://one.indoskripsi.com/click/9141/.Langlais RP, Miller CS. Atlas berwarna kelainan rongga mulut yang lazim. Alih bahasa: Susetyo B. Editor: Juwono L. Jakarta: Hipokrates; 1994.