lapak fix 2

Upload: dida-anugrah

Post on 31-Oct-2015

75 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

farkol

TRANSCRIPT

PENGUJIAN EFEK ANTIDEPRESI

I. TUJUANMahasiswa diharapkan dapat mengetahui sampai sejauh mana aktivitas obat antidepresi pada hewan percobaan.II. PRINSIPObat anti depresan mengurangi depresi pada hewan coba yang mengalami depresi.III. TEORI DASARDepresi adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang. Pada umumnya mood yang secara dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan. Penyebab terjadinya depresi adalah :1. Faktor BiologiKarena berkurangnya jumlah norepinefrin dan serotonin yang merupakan dua neurotransmitter yang paling berperan dalam patofisiologi gangguan mood. Beberapa peneliti juga menemukan bahwa gangguan mood melibatkan patologik dan sistem limbiks serta ganglia basalis dan hypothalamus.2. Faktor GenetikData genetik menyatakan bahwa faktor yang signifikan dalam perkembangan gangguan mood adalah genetik. Pada penelitian anak kembar terhadap gangguan depresi berat, pada anak kembar monozigot adalah 50 %, sedangkan dizigot 10 25 %.

3. Faktor Psikososial

Karena suatu peristiwa yang terjadi di lingkungan (Kartono, 2002).Penyakit depresi mayor dan bipolar adalah penyakit alam perasaan yang menyimpang, menganggu energi, pola tidur, nafsu makan, libido dan kemampuan bekerja. Depresi berbeda dengan skizofrenia yang menghasilkan gangguan dalam pemikiran. Gejala depresi berupa perasaan sedih yang sangat mendalam, tak berdaya, kecewa, dan tidak dapat merasakan kesenangan dalam aktivitas biasa. Mania dicirikan sebagai tingkat yang bertentangan, yaitu gembira, pemikiran dan bicara cepat berlebihan, dan percaya diri yang berlebihan dan ganguan pertimbangan. Semua antidepresi yang berguna di klinik (juga disebut timoloeptika) memperkuat, langsung atau tidak, kerja norepinefrin, dopamine, dan/atau serotonin otak. Bersama dengan bukti lain, terjadi teori amina biogenic, yang menyatakan bahwa depresi disebabkan defisiensi monoamine seperti norepinefrin dan serotonin pada tempat-tempat penting dalam otak. Sebaliknya, mania disebabkan karena produksi neurotransmitter. Teori amina depresi ini barangkali terlalu sederhana karena sekarang telah dikenal antidepresi, terutama antidepresi trisiklik, mempengaruhi banyak sistem biologic selain ambilan neurotransmitter. Tidak diketahui apakah sistem neurokimia ini memegang peran utama untuk antivitas antidepresi tersebut (Hollister LE, 1998) Antidepresan terbagi menjadi beberapa golongan, yaitu triciklic antidepressants (TCA), selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI), serotonin/norepinephrine reuptake inhibitors (SNRI), atypical antidepressants, dan monoamine oksidase inhibitors (MAOI). Perbedaan jenis antidepresan membedakan efektivitas, keamanan dan efek samping oleh karena itu pemilihan antidepresan berdasarkan beberapa kriteria, antara lain, tolerabilitas, reaksi obat sebelumnya, kondisi medis yang menyertai, interaksi obat dan faktor harga yang sesuai dengan kemampuan pasien (Gunawan,et al,2007)

Antidepresan TrisiklikImipramin suatu derivat dibenzazepin, dan amitriptilin derivate dibenzodikloheptadin, merupakan antidepresi klasik yang karena struktur kimianya disebut sebagai antidepresi trisiklik. Kedua obat ini paling banyak digunakan untuk terapi depresi; boleh dianggap sebagai pengganti penghambat MAO yang tidak banyak digunakan lagi. Derivat dibenzazepin telah dibuktikan dapat mengurangi keadaan depresi, terutama depresi endogen. Perbaikan berwujud sebagai perbaikan suasana perasaan (mood), bertambahnya aktivitas fisik, kewaspadaan mental, perbaikan nafsu makan, dan pola tidur yang lebih baik, serta berkurangnya pikiran morbid. Obat ini tidak menimbulkan euphoria pada orang normal. Golongan obat ini bekerja dengan menghambat ambilan kembali neurotransmitor. Ada yang sangat sensitif terhadap norepinefrin, ada yang sensitif terhadap serotonin dan ada pula yang sensitif terhadap dopamin. Tidak jelas hubungan antara mekanisme penghambatan ambilan kembali katekolamin dengan efek antidepresinya. Contoh obat golongan trisiklik adalah amitriptilin, clomipramine, amoxapine (Mutchler,1991)

Penghambat Mono Amin OksidaseMAO dalam tubuh berfungsii dalam proses deaminasi oksidatif katekolamin di mitokondria. Proses ini dihambat oleh penghambat MAO karena terbentuk suatu kompleks antara penghambat MAO dan MAO. Akibatnya kadar epinefrin, norepinefrin dan 5-HT dalam otak naik. Hubungan antara fakta ini dengan efek stimulasi psike belum terpecahkan. Penghambat MAO tidak hanya menghambat MAO, tetapi juga enzim-enzim lain, karena itu obat ini mengganggu metabolisme banyak obat di hati. Penghambatan enzim ini sifatnya irrevesibel. Penghambatan ini mencapai puncaknya dalam beberapa hari, tetapi efek antidepresinya baru terlihat setelah 2-3 minggu. Sedangkan pemulihan metabolism katekolamin baru terjadi setelah obat dihentikan 1-2 minggu.Penghambat MAO digunakan untuk mengatasi depresi, tetapi pengggunaannya sangat terbatas karena toksik. Kadang-kadang dapat dicapai efek yang baik, penderita menjadi aktif dan mau bicara. Keadaan ini mungkin berubah menjadi suatu keadaan mania. Hasil stimulasi psiko oleh penghambat MAO tidak selalu baik, banyak keadaan depresi yang tidak dapat diubah sama sekali. Hipotensi dan hipertensi, kedua-duanya dapat terjadi. Hipertensi dapat disebabkan oleh tertimbunnya katekolamin. Hipotensi mungkin terjadi karena penghambat MAO mencegah terlepasnya norepinefrin dari ujung saraf. Efek samping penghambat MAO merangsang SSP berupa gejala tremor, insomnia dan konvulsi. Penghambat MAO dapat merusak sel hati. Penghambat MAO jangan diberikan bersama makanan mengandung fenilpropanolamin, tiramin, emfetamin, norepinefrin, dopamine, obat antihipertensi dan levodopia. Golongan obat ini tidak banyak digunakan lagi karenatelah ada obat yang lebih aman. Contoh obat golongan MAOI adalah isokarboksazid, transilpromin, fenelzin. Mekanisme kerja MAOI :(Mutchler, 1991).

Selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI)Selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) merupakan grup kimia antidepresan baru yang khas, hanya menghambat ambilan serotonin secara spesifik. Berbeda dengan antidepresan trisiklik yang menghambat tanpa seleksi ambilan-ambilan norepinefrin, serotonin, reseptor muskarinik, H,-histaminik dan a,-adrenergik. Dibanding dengan antidepresan trisiklik, SSRI menyebabkan efek antikolinergik lebih kecil dan kordiotoksisitas lebih rendah. Namun demikian, inhibitor ambilan kembali serotonin yang baru harus digunakan secara seksama sampai nanti setelah efek iangka panjang diketahui.Mekanisme kerja SSRI :

Contoh obat golongan SSRI : fluoxelin, paroxetin, fluvoxamin (Russel, 2008).AmitryptilineAmitriptilin merupakan bagiandarikelompokobatyang dikenal sebagaitrisiklik antidepresan, yangbekerjapada sel-sel sarafdi otak. EfekAntidepresansecara langsung pada tingkatserotoninneurotransmitterdua dannoradrenalindi otak, yang bertanggung jawab untuk mood. PengobatanElavilmenjaga kadar neurotransmiter ini pada tingkat yang diperlukan untuk memastikanDepresigejalatidak memegang (Elavil,2011)Mekanisme kerja:-Menghambat re-uptake aminergic neurotransmitter-Menghambat penghancuran oleh enzim monoamine oxidase-Sehingga terjadi peningkatan jumlah aminergic neurotransmitter pada celah sinaps neuron tersebut, yang dapat mengakibatkan peningkatan aktivitas reseptor serotonin.Efek Samping :Sedasi : mengantuk, kewaspadaan berkurang, konerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun.Efek anti-kolinergik : mulut kering, retensi urine, penglihatan kabur, konstipasi, sinus takikardi, dll.Efek anti-adrenergik alfa : perubahan EKG, hipotensiEfek neurotoksis : tremor halus, gelisah, agitasi, insomnia.Pada keadaan overdosis/intoksikasi trisiklik, dapat timbulAtropine Toxic Syndrome.Gejalanya adalah eksitasi SSP, hipertensi, hiperpirksia, konvulsi, toxic confusional state (confusion, delirium, disorientation).Bila terjadi efek samping, dapat dilakukan tindakan :-Gastric lavage-Diberi Diazepam 10 mg (IM) untuk mengatasi konvulsiProstigmine 0,5-1,0 mg (IM) untuk mengatasi efek antikolinergik, dapat diulang setiap 30-45 menit sampai gejala mereda),Monitoring EKG untuk mendeteksi kelainan jantung (Nyca, 2010).Beberapa contoh obat antidepresan :*Golongan Trisiklik. Paling terkenal adalah AMITRYPTILINE 25 mg, obat antidepresan yang murah meriah ini (harganya setablet cuma 200-600 perak) tersedia dalam bentuk generik. Masih dipakai terutama untuk pasien di puskesmas, punya efek antinyeri yang baik sehingga sering menjadi obat racikan untuk para dokter saraf. Sayangnya menimbulkan efek ngantuk yang luar biasa walaupun anjuran 3 kali sehari namun biasanya hanya bisa dimakan saat malam hari saja. Efek ke Jantung yang kurang baik menyebabkan pemakaian obat ini terbatas untuk dewasa muda dan hampir tidak pernah diberikan pada lanjut usia yang menderita kelainan jantung.

*Golongan Tertrasiklik.Sejenis dengan golongan diatas, merk tekenal adalah LUDIOMIL dengan merk generik Maproptiline (tidak tersedia).*Golongan Monoamine.Dikenal dengan merk dagang AURORIX isinya generik MOCLOBLEMIDE. Obat yang termasuk sudah tua dan jarang dipakai lagi karena efek samping keracunan serotonin yang membahayakan. Obat inilah yang di beberapa obat flu tidak boleh diberikan. Jadi kalau ada pasien bertanya apakah kalau makan obat antidepresan boleh makan obat flu, jawabnya boleh saja asal jangan makan obat ini.

*Golongan Serotonin.Merupakan golongan terbaru yang paling direkomendasikan saat ini karena toleransi yang baik dan efek samping yang minimal. Beberapa jenis dan merk dagang yang terkenal adalah : Fluoxetine (Kalxetin, Prozac, Antiprestin, Lodep) Sertraline (Serlof, Zoloft, Antipres) Escitalopram (Cipralex) Paroxetine (Seroxat) > sudah jarang digunakan di Indonesia Efek samping paling sering adalah Mual dan gangguan perut namun biasanya dengan dosis awal yang kecil dan naik perlahan hal ini bisa dinetralisir.

*Golongan Serotonin-Norepinefrin.Merupakan golongan paling baru, merknya yang terkenal adalah Cymbalta dan Effexor. Sudah sedang tidak tersedia di Indonesia untuk beberapa saat. Efek samping mirip dengan serotonin namun terkadang tekanan darah tinggi suka ditemukan pasca pemakaian.*Golongan BENZODIAZEPINE.Dikenal masyarakat sebagai obat penenang, rupanya macam2 dan paling terkenal adalah XANAX yang isinya Alprazolam.Golongan lain adalah :a. Alprazolam (xanax, calmlet, zypraz dkk) ditujukan untuk pasien gangguan panik dan tidak yang lain. namun krn efek ketergantungan fisiologis dan psikologisnya yg tinggi, sejak beberapa tahun ini sdah tidak disarankan diberikan jika kondisi pasien tidak perlu sekali dan masih bisa ditangani oleh obat golongan lain seperti clobazam (frisium). Lagipula terapi lini pertama untuk pasien panik adalah Antidepresan.

b. Clobazam (Frisium) Obat ini tidak dikenal di USA. Lebih banyak diresepkan di JEpang dan Eropa. Cukup aman namun efeknya tidak secanggih alprazolam. Efek ngantuknya minimal dan waktu kerjanya cukup panjang. Biasa diberikan hanya pada awal terapi.

c. Estazolam (Esilgan) Dikenal sebagai obat tidur, biasa diresepkan dalam bentuk sediaan 1 mg dan 2 mg Tidak boleh digunakan berbarengan dengan obat anticemas lain. Efek sedasi tinggi sehingga digolongkan ke dalam hipnotik sedatif. Untuk gangguan tidur memang yahud tapi lebih baik pake golongan yang lebih ringan dulu. Hang over sering dialami oleh pemakai obat ini, keracunan akibat pemakaian yang banyak menyebabkan efek sedasi yang berkepanjangan bahkan jika sudah dibilas lambung dan sudah digunakan obat keluar kencing.

d. Lorazepam (ATIVAN) Aman untuk orang tua, dikarenakan karena metabolit atau sisa metabolismenya di dalam darah tidak aktif lagi, wktu kerja pendek sehingga aman untuk orang tua dan pasien2 yang mengalami gangguan ginjal. Dosisnya beragam dari 0,5 mg 1mg sampai 2 mg.

e.Diazepam (Valium, valisanbe) Obat anticemas klasik, paling murah dan banyak gunanya dari anak kecil (bayi) digunakan sebagai obat yang dimasukkan ke dubur dalam bentuk supositoria (stesolid) untuk kejang demam sampai racikan untuk pasien dengan nyeri. Efeknya selain sedatif juga pelemas otot. Waktu kerjanya panjang sehingga sering hang over, tidak disarankan digunakan pada lansia (Randy,2012).IV.ALAT DAN BAHANHewan Percobaan : Mencit putih, Swiss Webster, sehatAlat : Alat suntik 1mL Toples plastik berukuran sedang Timbangan mencitBahan : Aquadest Bahan Obat NaCl FisiologisGambar alat :

Alat suntik 1mLToples plastik berukuran sedangTimbangan mencit

V. PROSEDURSehari sebelum percobaan, mencit direnangkan selama 5 menit di dalam toples plastik sedang berisi air bagian untuk mengadaptasikan diri dengan lingkungan. Pada hari berikutnya, tes berenang dilakukan terhadap mencit dengan perlakuan sebagai berikut :Mencit dibagi ke dalam kelompok kontrol dan kelompok uji. Kemudian mencit diberi larutan NaCl fisiologis (untuk kelompok kontrol) atau bahan uji (untuk kelompok uji) secara intraperitonial, dalam 1 jam kemudian mencit dimasukkan ke dalam tabung silinder yang berisi air. Mencit akan berenang secara aktif. Pada saat-saat tertentu mencit akan menunjukkan sikap yang pasif, sama sekali tidak bergerak menunjukkan bahwa mencit tersebut mengalami keputusasaan yang dianggap tidak menyerupai keadaan depresi. Pada saat itu, lamanya mencit tidak bergerak dicatat setiap 5 menit selama waktu pengamatan 15 menit. Data dianalisis berdasarkan analisi varians dan untuk mengetahui perbedaan yang bermakna antara perlakuan bahan uji dan kontrol data dianalisis dengan Students t-test. Data disajikan dalam bentuk tabel atau grafik.

VI. DATA PENGAMATANKelompokBobot MencitLama Gerak Inaktif (sekon)

51015

IPGA 2%1. 24,9 gr160 s264 s294 s

2. 15 gr42 s71 s164 s

3. 20 gr22 s176 s268 s

Rata-rata74,67 s170,3 s242 s

IIAmitriptilin1,625 mg/kgBB1. 18,4 gr---

2. 12,2 gr34 s58 s79 s

3. 16,9 gr137 s203 s231 s

Rata-rata85,5 s130,5 s155 s

IIIAmitriptilin3,25 mg/kgBB1. 14,1 gr8 s60 s114 s

2. 15,8 gr25 s141 s167 s

3. 19,6 gr83 s202 s206 s

Rata-rata38,66 s134,3 s164

VII. PERHITUNGAN DAN ANALISI VARIANSI7.1. Perhitungan Volume Obat Volume PGA 2%

Volume Amitripilin 3,25 mg/kg BB

Volume Amitripilin 1,625 mg/kg BB

7.2.Perhitungan Persen Aktivitas Obat Persen Aktivitas Amitripilin 3,25 mg/kg BB

Persen Aktivitas Amitripilin 1,625 mg/kg BB

7.3. Perhitungan Persen InhibisiPersen Inhibisi Amitripilin 3,25 mg/kg BB

Persen Aktivitas Amitripilin 1,625 mg/kg BB

7.4.Analisis ANAVAKelompokRata-Rata Diam (detik)

Kontrol NegatifAmitripilin3,25mg/kgAmitripilin1,625 mg/kg

17181870

2277333171

3466491571

n332 n8

x14611011742 x total3214

( x)221345211022121550564 ( x)23707206

Keterangan:Yij = Aktivitas imobilitas mencit (lamanya mencit diam) yang mendapat obat ke-i ulangan ke-j = rataan umumi = pengaruh obat ke-iijk = pengaruh galat dari obat ke-i ulangan ke-j

HipotesisH0: 1 = 2 = 3 = 0 Tidak ada pengaruh jenis obat terhadap aktivitas imobilitas mencit.H1: paling sedikit ada satu i dimana 1 0Ada pengaruh obat terhadap aktivitas imobilitas mencit

AnalisisRagama. Faktor Koreksi

b. Sum of Square Total

c. Sum of Square Treatment (SSTreat)

d. Sum Square of Eror (SSE)SSE = SSTot SSTreat = = 224134e. Degree or Freedom (df)dfTotal= N 1= 8 - 1 = 7df Treat= t 1= 3 - 1 = 2df Error= df Total df Treat= 7 2 = 5f. Mean of Square Treatment (MSTreat)

g. Mean of Square Eror (MSE)

h. F hitung (Fhit)

Tabel ANAVASource of VarianceDfSum of SquaresMean of Square FhitungF0.05(2,5)

Treatment25,79

Error5224134

Total71551228.25-

Kesimpulan:Ftabel= 5,79tolak H0 jika F hitung> F tabel 14,8> 5,14 Tolak H0 Kesimpulan: setiap obat memiliki pengaruh yang tidak samaEfek PGA Efek Amitripilin Dosis Tinggi Efek Amitripilin Dosis RendahVIII. GRAFIK Grafik 1

Grafik 2

IX. PEMBAHASANPada praktikum kali ini yang berjudul Pengujian Efek Antidepresi, bertujuan agar praktikan dapat mengetahui sampai sejauh mana aktivitas obat antidepresi pada hewan percobaan. Depresi adalah gangguan mood (keadaan jiwa/suasana hati) berupa perasaan yang sedih atau kehilangan minat/kesenangan dalam semua aktifitas minimal selama dua minggu, disertai dengan gejala yang berhubungan, seperti kehilangan berat badan, kesulitan berkonsentrasi, dll. Pada penyakit ini, terjadi gangguan neurotransmitter terutama pada monoamin aromatik, yaitu dopamin, serotonin dan norepenefrin di mana terjadi suatu defisiensi monoamin pada tempat-tempat penting di otak. Obat antidepresi merupakan senyawa yang mampu memperbaiki gejala depresi, bekerja pada metabolisme monoamin sehingga kadarnya meningkat pada otak (Wilar, dkk, 2013). Adapun hewan percobaan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah mencit. Digunakannya mencit sebagai hewan percobaan karena mencit memiliki proses metabolisme dalam tubuhnya yang berlangsung cepat dan suhu tubuhnya sangat mirip dengan manusia sehingga sangat cocok untuk dijadikan sebagai objek pengamatan. Selain itu juga, mencit merupakan hewan yang mudah ditangani dan tidak mahal. Untuk melakukan percobaan kali ini, diperlukan suatu golongan obat antidepresi, yaitu amitriptilin. Amitriptilin tergolong obat Trisiklik Amin (TCA) tersier yang bekerja pada neurotransmitter norepinefrin dan serotonin di otak dengan menghambat reuptake neurotransmitter norepinefrin dan serotonin, sehingga konsentrasinya meningkat di celah sinaps dan pasca sinaps. Sebagai ilustrasi digambarkan dalam gambar berikut:

Depresi disebabkan terjadinya defisiensi neurotransmitter pada tempat-tempat penting di otak, dengan adanya amitriptilin, defisiensi ini dapat dicegah dan kadar neurotransmitter di otak (celah sinaps dan pasca sinaps) dapat meningkat. Pada praktikum ini, amitriptilin diberikan dalam dua variasi dosis, dosis rendah dan tinggi. Selain itu, ada pula kelompok hewan percobaan yang diberikan PGA 2%. PGA 2% ini tidak memiliki efek fisiologis apapun bagi tubuh, PGA 2% hanya sebagai kontrol, dan merupakan cairan yang sesuai dengan tubuh hewan percobaan. Praktikum kali ini diawali dengan kegiatan pra-praktikum dimana beberapa orang melakukan adaptasi pada mencit. Adaptasi ini dilakukan sehari sebelum praktikum dengan cara memasukkan mencit ke dalam wadah berisi air pada suhu 25C selama 5 menit dan dibiarkan berenang. Kegiatan ini bertujuan untuk mengadaptasikan mencit dengan lingkungan. Berenang dianggap sebagai suatu usaha dari mencit untuk mempertahankan diri agar bisa lebih lama hidup, sehingga ketika saat-saat dimana mencit menunjukkan sikap pasif, sama sekali tidak bergerak, diindikasikan sebagai suatu depresi bagi mencit dimana terjadi suatu keputusasaan. Praktikum diawali dengan penimbangan berat badan mencit menggunakan neraca ohauss. Lalu, mencit dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok kontrol yang diberi larutan PGA 2%, kelompok uji I yang diberikan obat amitriptilin pada dosis rendah (1,625mg/kg BB) dan kelompok uji II yang diberikan obat amitriptilin dengan dosis tinggi (3,25 mg/kg BB). Keberadaan kelompok kontrol disini sebagai pembanding, dimana pada kelompok yang tidak diberikan obat antidepresi, seharusnya lebih cepat dan sering mengalami depresi. Selanjutnya mencit-mencit tadi diberi tanda sesuai kelompoknya masing-masing dan dilakukan perhitungan dosis dengan rumus sebagai berikut;

dimana nilai 20 diperoleh dari nilai rata-rata mencit yang biasa digunakan sebagai hewan percobaan dan nilai 0,5 diperoleh dari hasil perhitungan dosis pada berat badan rata-rata tersebut. Setelah mengetahui dosis, segera dilakukan pemberian obat pada masing-masing kelompok. Pemberian dilakukan secara intraperitonial, yaitu obat diinjeksikan melalui rongga perut. Dengan pemberian secara intraperitonal ini diharapkan efek yang cukup cepat, karena didalam perut terdapat banyak pembuluh darah sehingga obat yang diinjeksikan akan menembus membran pembuluh darah dan masuk ke pembuluh darah. Selain itu, pemberian secara intraperitonial juga bertujuan untuk menghindari obat dicerna dalam lambung, karena dalam lambung terdapat asam lambung yang dikuatirkan akan merusak atau menurunkan efektivitas dari obat itu sendiri. Satu jam setelah pemberian obat, mencit dimasukkan dalam wadah berisi air bersuhu 25C. Kegiatan pengamatan dilakukan satu jam setelah pemberian obat bertujuan untuk memastikan bahwa obat yang diberikan telah benar-benar terserap oleh tubuh mencit. Setelah itu, dilakukan pengamatan pada mecit setiap lima menit selama 15 menit. Adapun yang diamati adalah pola pergerakan pasif yang dilakukan mencit, yaitu dihitung waktu setiap mencit tidak melakukan aktivitas berenang. Dari data hasil pengamatan yang diperoleh, rata-rata waktu depresi yang diperoleh mencit kelompok kontrol jauh lebih tinggi daripada rata-rata waktu depresi mencit kelompok uji. Hal tersebut dikarenakan kelompok kontrol hanya diberikan PGA 2% yang tidak berfungsi sebagai antidepresan sehingga rata-rata waktu mencit ketika tidak bergerak tinggi.Efek obat antidepresi amitriptilin dosis rendah (amitriptilin dosis 1,625 mg/kg BB) lebih baik daripada efek obat amitriptilin dosis tinggi (amitriptilin dosis 3,25 mg/kg BB), karena rata-rata waktu depresi yang dialami mencit dengan amitriptilin dosis tinggi lebih besar daripada rata-rata waktu depresi yang diperoleh oleh mencit amitriptilin dosis rendah. Perhitungan waktu adalah ketika mencit tidak bergerak dan dicatat setiap 5 menit selama 15 menit. Hasil ini tidak sesuai dengan perkiraan dan teori yang ada, menurut teori semakin besar dosis obat yang diberikan, maka efek yang ditimbulkan yaitu untuk menghambat depresi akan semakin kuat yang ditunjukkan dengan lebih aktifnya mencit ketika di dalam air sehingga waktu berdiamnya sebentar, sedangkan pada percobaan ini keadaan terjadi sebaliknya.Ada beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab kesalahan ini, yaitu, keadaan fisik dan mental yang lebih baik yang dimilki mencit kelompok uji dosis rendah dibanding kelompok uji dosis tinggi, sudah hilangnya efek obat anti-depresi yang diberikan pada mencit kelompok uji dosis tinggi, kurang baiknya kemampuan mencit kelompok uji dosis tinggi untuk beradaptasi sehingga pengadaptasian lingkungan yang telah dilakukan sebelumnya tidak berpengaruh banyak, dan turunnya mental serta mood yang dialami beberapa mencit akibat cara pemberian obat yang kurang tepat, baik dari prosesnya yang dilakukan berulang akibat tidak masuknya alat suntik ataupun dari posisi jarum suntik dan lokasi penginjeksian yang kurang tepat sehingga menimbulkan rasa sakit atau bahkan mengenai organ dalam dari mencit.Faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil percobaan yaitu obat baik PGA maupun obat uji yang berbentuk sediaan suspensi pada saat akan di ambil dengan jarum suntik, obat tidak dikocok terlebih dahulu. Akibatnya obat yang diambil tidak terdispersi dengan baik dan efek yang diberikan tidak maksimal. Sediaan suspensi merupakan sediaan sistem dispersi dimana partikel-partikel obat tidak larut seutuhnya dalam pelarut namun masih terdapat partikel-partikel obat yang terdispersi dalam pelarutnya. Oleh karena itu, sebelum obat dipakai ataupun diambil sebaiknya obat dikocok terlebih dahulu agar obat terdispersi merata didalam sistem pendispersinya.Tahap selanjutnya, dari data pengamatan yang diperoleh tadi dihitung persentase inhibisi dan persentase aktivasinya. Persentase inhibisi dihitung untuk mengetahui nilai inhibisi / penghambatan obat uji terhadap depresi yang dibandingkan dengan faktor kontrol. Persentase inhibisi ini dapat ditentukan dengan perhitungan sebagai berikut

Waktu imobilitas kelompok obat uji maupun kontrol dihitung ketika mencit tidak bergerak/ diam di dalam air. Imobilitas merupakan parameter dari keberhasilan kerja obat antidepresi tersebut. Semakin besar dosis obat antidepresi yang diberikan maka waktu imobilitas mencit semakin kecil. Imobilitas adalah ketidakmampuan untuk bergerak secara aktif akibat berbagai penyakit atau impairment (gangguan pada alat/ organ tubuh) yang bersifat fisik atau mental. Persentase yang didapat dari persen inhibisi pada amitriptilin dosis tinggi lebih besar dibandingkan dengan persen inhibisi amitriptilin dosis tinggi yaitu 30,818% sedangkan persentase inhibisi amitriptilin dosis rendah sebesar 23,83%, Hal ini menunjukan bahwa obat antidepresan dosis tinggi memiliki efek penghambatan lebih besar terhadap depresi yang ditimbulkan pada mencit akibat diletakkan pada tempat yang tidak nyaman.Hal tersebut disebabkan karena konsentrasi amitriptilin dosis tinggi lebih besar dibandingkan dengan konsentrasi amitriptilin dosis rendah. Konsentrasi dapat mempengaruhi efek kerja suatu obat dalam tubuh. Jika konsentrasi obat lebih besar dalam pemberian obat, maka efek terapi dari obat tersebut akan lebih meningkat. Selain persentase inhibisi, dari data hasil percobaan juga dapat ditentukan persentase aktivasi tiap obat uji terhadap kontrol. Nilai persentase aktivasi dapat ditentukan dengan perhitungan sebagai berikut

Dari perhitungan diatas maka dapat ditentukan % aktivasi yaitu sebesar 69,181% untuk amitriptilin dosis tinggi dan 76,17% untuk amitriptilin dosis rendah.Untuk menganalisis dan memastikan perbedaan efek perlakuan kontrol dan obat anti depresi yang ditimbulkan, maka dilakukan analisa dengan Students t-test. Dari hasil perhitungan anava didapatkan hasil bahwa ketiga obat. Dapat diambil kesimpulan bahwa setiap obat tidak dapat menimbulkan efek yang sama pada hewan uji.Pembahasan GrafikDari grafik 1 dapat dilihat, adanya variasi jumlah 2 waktu diam dari ketiga kelompok praktikan pada setiap perlakuan obat yang sama. Hasil yang didapat dari kelompok mencit yang diberi PGA 2% adalah sebagai berikut, kelompok 1: 718 detik, kelompok 2: 277 detik, dan kelompok 3: 466 detik. Untuk kelompok mencit yang diberikan Amitripilin 1,625 mg/Kg BB hasil yang didapat adalah sebagai berikut, kelompok 1: 187 detik, kelompok 2: 333, dan kelompok 3: 491. Sementara untuk kelompok mencit yang diberikan amitripilin 3,25 mg/Kg BB hasil nya sebagai berikut, kelompok 1: 0 detik, kelompok 2: 171, dan kelompok 3: 571. Seharusnya tidak ditemukan variasi yang terlalu signifikan pada hasil percobaan tiap kelompok praktikan, karena obat yang diberikan seharus nya memberikan efek yang sama. Hal ini mungkin disebabkan perbedaan pada kondisi mencit secara fisik maupun mental. Selain itu keterampilan tiap prakitkan juga dapat menjadi salah satu faktor penyebab variasi signifikan ini terjadi. Sementara pada grafik 2 dapat dilihat bahwa setelah hasil pengamtan tiap kelompok praktikan dirata-rata kan, hasil yang didapat sesuai literatur, dimana PGA 2% memberikan efek waktu diam paling lama, sementara Amitriptilin 1,625 mg/Kg BB memberikan efek diam yang cukup lama/sedang, dan Amitriptilin 3,25 mg/Kg BB memberikan efek diam paling singkat.

KESIMPULANDapat disimpulkan bahwa setiap aktiviatas obat antidepresi tidak memberikan efek yang sama terhadap hewan percobaan.

DAFTAR PUSTAKAElavil.2011.Amitryptiline available online at:http://id.prmob.net/amitriptyline/antidepresan-trisiklik/farmasi-obat-1648518.html [ diakses tanggal 5 Mei 2013]Gunawan SG, Setabudy R, Nafrialdi, dan Elysabeth 2007. Farmakologi dan Terapi. Edisi ke-lima. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. Hollister LE. 1998. Farmakologi dasar dan klinik. Edisi ke-enam. Jakarta: EGC. Kartono, Kartini. 2002. Patologi Sosial 3, Gangguan-gangguan Kejiwaan. Jakarta: Rajawali Pers.Mutchler, Ernst. 1991. Dinamika Obat Edisi Kelima. Bandung: Penerbit ITBNyca.2010. Obat Anti-Depresi, Mekanisme,danEfekSampingnya Available online at http://medicomedisch.com/2010/11/17/obat-anti-depresi/Randy.2012.Mengenal Obat Antidepresan available online at http://randyexperience.blogspot.com/2012/10/mengenal-obat-anti-depresan.htmlRussell J Greene and Norman D Harris. 2008.Pathology and Therapeutics forPharmacists A basis for clinical pharmacy practice 3rdEd. London :Pharmaceutical Press