lapak ikhtio fix

81
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikhtiologi berasal dari gabungan dua kata Yunani yaitu “Ichthyes” yang artinya ikan dan “Logos” artinya ilmu. Ikhtiologi adalah suatu ilmu yang khusus mempelajari tentang ikan dan segala aspek kehidupan ikan yang meliputi taksonomi, biologi (morfologi, anatomi, fisiologi, genetika, reproduksi, dll) dan ekologi (struktur komunitas, populasi, habitat, predator, dan persaingan serta penyakitnya) (Rahardjo, 1985). Ikan merupakan binatang vertebrata yang berdarah dingin (poikiloterm), hidup di dalam lingkungan air, pergerakan dan keseimbangan tubuhnya terutama menggunakan sirip dan umumnya bernafas dengan insang. Setiap jenis ikan memiliki ciri-ciri taksonomi biologis dan ekologis yang spesifik meskipun ada beberapa kemiripan ikan yang merupakan objek dalam mata kuliah ichtyologi, dalam mempelajarinya diperlukan pendekatan baik secara kasat mata (ekternal anatomy), bagian dalam tubuh (internal anatomy) dan organ tambahan yang dimiliki oleh beberapa jenis ikan. Struktur internal dan eksternal ikan memberi gambaran bentuk tubuh dan bagian tubuh ikan yang akan menunjukkan pola makan, membedakan jenis kelamin, dan diagnosis penyakit. Ichtyologi mampu memberikan gambaran ikan secara lengkap kepada 1 | Laporan Praktikum Ikhtiologi

Upload: miaberlia

Post on 25-Dec-2015

60 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lapak Ikhtio Fix

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikhtiologi berasal dari gabungan dua kata Yunani yaitu “Ichthyes” yang artinya ikan dan

“Logos” artinya ilmu. Ikhtiologi adalah suatu ilmu yang khusus mempelajari tentang ikan dan

segala aspek kehidupan ikan yang meliputi taksonomi, biologi (morfologi, anatomi, fisiologi,

genetika, reproduksi, dll) dan ekologi (struktur komunitas, populasi, habitat, predator, dan

persaingan serta penyakitnya) (Rahardjo, 1985).

Ikan merupakan binatang vertebrata yang berdarah dingin (poikiloterm), hidup di dalam

lingkungan air, pergerakan dan keseimbangan tubuhnya terutama menggunakan sirip dan

umumnya bernafas dengan insang. Setiap jenis ikan memiliki ciri-ciri taksonomi biologis dan

ekologis yang spesifik meskipun ada beberapa kemiripan ikan yang merupakan objek dalam

mata kuliah ichtyologi, dalam mempelajarinya diperlukan pendekatan baik secara kasat mata

(ekternal anatomy), bagian dalam tubuh (internal anatomy) dan organ tambahan yang dimiliki

oleh beberapa jenis ikan. Struktur internal dan eksternal ikan memberi gambaran bentuk tubuh

dan bagian tubuh ikan yang akan menunjukkan pola makan, membedakan jenis kelamin, dan

diagnosis penyakit. Ichtyologi mampu memberikan gambaran ikan secara lengkap kepada dunia

perikanan baik secara external maupun internal, tidak hanya sekedar anatomi ikan saja. Oleh

karena itu banyak kepentingan dunia perikanan yang dipelajari dan dipecahkan dengan

bersumber dari ichtyologi (Rahardjo, 1985).

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum Ikhtiologi dibagi menjadi 3 bagian utama yaitu sebagai berikut :

1.2.1 Morfologi Ikan

a. Mempelajari dan mengetahui struktur morfologi bentuk luar tubuh ikan dari ikan

elasmobranchi (chondrichthyes) dan teleostei (osteichthyes).

1 | L a p o r a n P r a k t i k u m I k h t i o l o g i

Page 2: Lapak Ikhtio Fix

b. Membuat dan mengetahui deskripsi luar atau morfologi serta melakukan pengukuran

terhadap bagian–bagian tubuh ikan dan membandingkannya dengan kunci

identifikasi, antara lain :

Susunan, jenis dan rumus sirip

Jenis sisik dan penghitungan sisik

Tipe ekor

Bentuk mulut

Perbandingan antar bagian tubuh ikan

Bentuk dan jumlah filamen insang

Tanda-tanda khusus seperti sungut, finlet, lateral keel, adipose dll

1.2.2 Anatomi Ikan

1. Sistem Digestoria (Sistem Pencernaan)

a. Mempelajari dan mengetahui sistem pencernaan makanan ikan elasmobranchi

(chondrichthyes) dan teleostei (osteichthyes).

b. Mengetahui sistem organ pencernaan makanan ikan.

c. Mempelajari dan berlatih melakukan identifikasi makanan ikan.

2. Sistem Muscularia (Sistem Otot)

Mempelajari dan berlatih melakukan identifikasi otot atau urat daging pada ikan.

3. Sistem Skeleton (Sistem Rangka)

a. Mempelajari dan mengetahui struktur rangka ikan dari ikan teleostei

(osteichthyes).

b. Membuat dan mengetahui suatu deskripsi rangka Axial.

c. Membuat dan mengetahui suatu deskripsi rangka Apendicular.

4. Sistem Respiratoria (Sistem Pernafasan)

a. Mempelajari dan mengetahui sistem respirasi dan organ respirasi dari ikan

elasmobranchi (chodrichthyes) dan teleostei (osteichthyes).

b. Menyebutkan bagian-bagian insang pada ikan elasmobranchi (chodrichthyes) dan

teleostei (osteichthyes).

c. Menyebutkan alat bantu pernafasan ikan pada elasmobranchi (chodrichthyes) dan

teleostei (osteichthyes).

2 | L a p o r a n P r a k t i k u m I k h t i o l o g i

Page 3: Lapak Ikhtio Fix

d. Mengetahui dan menunjukkan letak gelembung renang pada ikan teleostei.

5. Sistem Reproduksi

a. Mempelajari dan mengetahui sistem dan organ reproduksi ikan elasmobranchi

(chodrichthyes) dan teleostei (osteichthyes).

b. Membedakan organ reproduksi ikan dan mengetahui posisi gonad

1.2.3 Taksonomi

Mempelajari dan berlatih melakukan identifikasi dan mengklasifikasikan ikan.

3 | L a p o r a n P r a k t i k u m I k h t i o l o g i

Page 4: Lapak Ikhtio Fix

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi Ikan

Morfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk luar suatu organisme. Bentuk luar dari

organisme ini merupakan salah satu ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari

organisme. Adapun yang dimaksud dengan bentuk luar organisme ini adalah bentuk tubuh,

termasuk di dalamnya warna tubuh yang kelihatan dari luar. Pada dasarnya bentuk luar dari ikan

dan berbagai jenis hewan air lainnya mulai dari lahir hingga ikan tersebut tua dapat berubah-

ubah, terutama pada ikan dan hewan air lainnya yang mengalami metamorfosis dan mengalami

proses adaptasi terhadap lingkungan (habitat). Namun demikian pada sebagian besar ikan bentuk

tubuhnya relatif tetap, sehingga kalaupun terjadi perubahan, perubahan bentuk tubuhnya relatif

sangat sedikit (Djuhanda, 1985).

Pada ikan dan pada hewan air lainnya pada umumnya bagian tubuh dibagi menjadi tiga

bagian yakni bagian kepala, badan dan ekor (Gambar 1), namun pada setiap jenis ikan ukuran

bagian-bagian tubuh tersebut berbeda-beda tergantung jenis ikannya (perhatikan morfologi ikan

pada Gambar 3) . Adapun organ-organ yang terdapat pada setiap bagian tersebut adalah:

1. Bagian kepala yakni bagian dari ujung mulut terdepan hingga hingga ujung operkulum (tutup

insang) paling belakang. Adapun organ yang terdapat pada bagian kepala ini antara lain

adalah mulut, rahang, gigi, sungut, cekung hidung, mata, insang, operkulum, otak, jantung,

dan pada beberapa ikan terdapat alat pernapasan tambahan, dan sebagainya.

2. Bagian badan yakni dari ujung operkulum (tutup insang) paling belakang sampai pangkal awal

sirip belang atau sering dikenal dengan istilah sirip dubur. Organ yang terdapat pada bagian

ini antara lain adalah sirip punggung, sirip dada, sirip perut, hati, limpa, empedu, lambung,

usus, ginjal, gonad, gelembung renang, dan sebagainya.

3. Bagian ekor, yakni bagian yang berada diantara pangkal awal sirip belakang/dubur sampai

dengan ujung terbelakang sirip ekor. Adapun yang ada pada bagian ini antara lain adalah

anus, sirip dubur, sirip ekor, dan pada ikan-ikan tertentu terdapat scute dan finlet, dan

sebagainya. 

4 | L a p o r a n P r a k t i k u m I k h t i o l o g i

Page 5: Lapak Ikhtio Fix

Bentuk tubuh atau morfologi ikan erat kaitannya dengan anatomi, sehingga ada baiknya

sebelum melihat anatominya; terlebih dahulu kita lihat bentuk tubuh atau penampilan

(morfologi) ikan tersebut. Dengan melihat morfologi ikan maka kita akan dapat mengelompok-

ngelompokan ikan/hewan air, dimana sistem atau caranya mengelompokan ikan ini dikenal

dengan istilah sistematika atau taksonomi ikan. Dengan demikian, maka sistematika atau

taksonomi ini merupakan ilmu yang digunakan untuk mengklasifikasikan ikan/hewan air atau

hewan lainnya (Rahardjo, 1985).

2.1.1 Bentuk Tubuh Ikan

Kebanyakan ikan memiliki bentuk tubuh streamline dimana tubuh bagian anterior dan

posterior mengerucut dan bila dilihat secara transversal, penampang tubuh seperti tetesan

air. Penampang tubuh tersebut akan memberikan kemudahan ikan dalam menembus air

sebagai media hidup. Bentuk tubuh tersebut biasanya dikatakan sebagai bentuk tubuh ideal

(fusiform) (Moyle, P.B. & J.J. Cech. 1988).

Secara umum, bentuk tubuh ikan terbagi atas enam jenis yang terdiri dari :

1. Datar (flat/depressed). contoh : pari (Dasyatis sp), ikan sebelah (Pseudopleuronectes

americanus).

2. Ideal (Fusiform), contoh : hiu (Carcharinus leucas),salmon, barracuda, tuna.

3. Eel-like (elongated), contoh : lele (Clarias bathracus),Lamprey

4. Pipih (ke bawah = depressed dan ke samping = compressed) Contoh : angel fish,

butterfly fire

5. Bulat (rounded), contoh : buntal

6. Pita (ribbon), contoh : layur

2.1.2 Bentuk dan Posisi Mulut Ikan

a) Bentuk Mulut

Ada beberapa macam bentuk mulut ikan. Bentuk mulut ikan antara jenis ikan satu dengan

jenis ikan lainnya berbeda-beda tergantung pada jenis makanan yang dimakannya. Secara umum

ada empat jenis mulut ikan yaitu:

1. Bentuk seperti tabung (tube like)

2. Bentuk seperti paruh (beak like)

5 | L a p o r a n P r a k t i k u m I k h t i o l o g i

Page 6: Lapak Ikhtio Fix

3. Bentuk seperti gergaji (saw like)

4. Bentuk seperti terompet

b) Posisi Mulut

Posisi mulut pada ikan juga bervariasi tergantung dimana letak habitat makanan yang

akan dimakannya. Ada empat macam posisi mulut ikan yakni :

1. Posisi terminal, yaitu mulut yang terletak di ujung hidung

2. Posisi sub terminal, yaitu mulut yang terletak dekat ujung hidung

3. Posisi superior, yaitu mulut yang terletak di atas hidung

4. Posisi inferior, yaitu mulut yang terletak di bawah hidung

2.1.3 Bentuk dan Rumus Sirip Ikan

a) Bentuk dan Jenis Sirip Ikan

Ikan seperti pada hewan lain, melakukan gerakan dengan dukungan alat gerak. Pada ikan,

alat gerak yang utama dalam melakukan manuver di dalam air adalah sirip. Sirip ikan juga

dapat digunakan sebagai sumber data untuk identifikasi karena setiap sirip suatu spesies

ikan memiliki jumlah yang berbeda dan hal ini disebabkan oleh evolusi (Rahardjo, 1986).

Sirip pada ikan terdiri dari beberapa bagian yang dinamakan sesuai dengan letak sirip

tersebut berada pada tubuh ikan, yaitu :

1. Pinna dorsalis (dorsal fin)

Adalah sirip yang berada di bagian dorsal tubuh ikan dan berfungsi dalam stabilitas ikan

ketika berenang. Bersama-sama dengan pinna analis membantu ikan untuk bergerak

memutar.

2. Pinna pectoralis (pectoral fin)

Adalah sirip yang terletak di posterior operculum atau pada pertengahan tinggi pada

kedua sisi tubuh ikan. Fungsi sirip ini adalah untuk pergerakan maju, ke samping dan diam

(mengerem).

3. Pinna ventralis (ventral fin)

Adalah sirip yang berada pada bagian perut. ikan dan berfungsi dalam membantu

menstabilkan ikan saat berenang. Selain itu, juga berfungsi dalam membantu untuk

menetapkan posisi ikan pada suatu kedalaman.

4. Pinna analis (anal fin)

6 | L a p o r a n P r a k t i k u m I k h t i o l o g i

Page 7: Lapak Ikhtio Fix

Adalah sirip yang berada pada bagian ventral tubuh di daerah posterior anal. Fungsi sirip ini

adalah membantu dalam stabilitas berenang ikan.

5. Pinna caudalis (caudal fin)

Adalah sirip ikan yang berada di bagian posterior tubuh dan biasanya disebut sebagai

ekor. Pada sebagian besar ikan, sirip ini berfungsi sebagai pendorong utama ketika berenang

(maju) clan juga sebagai kemudi ketika bermanuver.

6. Adipose fins

Adalah sirip yang keberadaannya tidak pada semua jenis ikan. Letak sirip ini adalah pada

dorsal tubuh, sedikit di depan pinna caudalis.

Sirip ikan terdiri dari tiga jenis jari-jari sirip yang hanya sebagian atau seluruhnya

dimiliki oleh spesies ikan, yaitu :

1. Jari-jari sirip keras; Merupakan jari jari sirip yang tidak berbuku-buku dan keras.

2. Jari jari sirip lemah; Merupakan jari jari sirip yang dapat ditekuk, lemah , dan berbuku- buku.

3. Jari jari sirip lemah mengeras; Merupakan jari jari sirip yang keras tetapi berbuku-buku.

Penggolongan ikan juga dapat dilakukan berdasarkan tipe pinna caudalis yang dimiliki

suatu jenis ikan. Tipe pinna caudalis ikan secara umum terbagi atas :

1. Protocercal, merupakan bentuk pinna caudalis yang tumpul dan simetris dimana columna

vertebralis terakhir mencapai ujung ekor.

2. Diphycercal, merupakan bentuk pinna caudalis yang membulat atau meruncing, simetris

dengan ruas vertebrae terakhir tidak mencapai ujung sirip.

3. Heterocercal, merupakan bentuk pinna caudalis yang simetris dengan sebagian ujung ventral

lebih pendek.

4. Homocercal, merupakan bentuk pinna caudalis yang berlekuk atau tidak dan ditunjang oleh

jari-jari sirip ekor.

b) Rumus Sirip

Rumus sirip, yaitu rumus yang menggambarkan bentuk dan .jumlah jari-jari sirip dan

bentuk sirip yang merupakan ciri khusus. ikan seperti pada hewan lain, melakukan gerakan

dengan dukungan alat gerak. Pada ikan, alat gerak yang utama dalam melakukan manuver di

dalam air adalah sirip. Sirip ikan juga dapat digunakan sebagai sumber data untuk

identifikasi karena setiap sirip suatu spesies ikan memiliki jumlah yang berbeda dan hal ini

disebabkan oleh evolusi (Rahardjo, 1985).

7 | L a p o r a n P r a k t i k u m I k h t i o l o g i

Page 8: Lapak Ikhtio Fix

Penulisan jari jari sirip dikodekan berdasarkan letak sirip tersebut pada tubuh ikan.

Jumlah jari-jari sirip dituliskan dalam angka Romawi besar untuk jari-jari sirip keras, angka

Romawi kecil untuk jari-jari sirip lemah mengeras dan angka Arab untuk jari jari sirip lemah

(Rahardjo, 1985).

2.1.4 Pengukuran Tubuh Ikan

Pengenalan struktur ikan tidak terlepas dari morfologi ikan yaitu bentuk luar ikan yang

merupakan ciri-ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari jenis-jenis ikan. Ukuran

dan perbandingan ukuran tubuh ikan dapat digunakan untuk melakukan penggolongan. Semua

ukuran yang digunakan merupakan pengukuran yang diambil dari satu titik ke titik lain juga

melalui lengkungan badan. Ukuran-ukuran ikan yang digunakan adalah:

a. Panjang total atau Total length (TL) diukur dari bagian mulut paling anterior sampai

bagian sirip ekor paling posterior.

b. Panjang baku atau Standard length (SL) diukur dari bagian mulut paling anterior sampai

pangkal batang ekor (caudal penducle)

c. Panjang sampai lekuk ekor atau Fork length (FL) diukur dari bagian paling anterior

sampai lekukan sirip ekor.

d. Linkar badan ikan (LL) diukur dari bagian sirip perut melingkar pada tubuh ikan smpai

kembali ke sirip perut.

e. Panjang kepala (HL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxilla)

hingga bagian terbelakang operculum atau membran operculum.

f. Panjang batang ekor (LCP) diukur mulai dari jari terakhir sirip dubur hingga

pertengahan pangkal batang ekor.

g. Panjang moncong (SNL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir hingga

pertengahan garis vertikal yang menghubungkan bagian anterior mata.

h. Tinggi sirip punggung (DD) diukur mulai dari pangkal hingga ujung pada jari-jari

pertama sirip punggung.

i. Diameter mata (ED) diukur mulai dari bagian anterior hingga posterior bola mata,

diukur mengikuti garis horisontal.

j. Tinggi batang ekor (DCP) diukur mulai dari bagian dorsal hingga ventral pangkal ekor.

8 | L a p o r a n P r a k t i k u m I k h t i o l o g i

Page 9: Lapak Ikhtio Fix

k. Tinggi badan diukur (BD) secara vertikal mulai dari pangkal jari-jari pertama sirip

punggung hingga pangkal jari-jari pertama sirip perut.

2.1.5 Sistem Integumen pada Ikan

Sistem integumen pada seluruh mahluk hidup merupakan bagian tubuh yang

berhubungan langsung dengan lingkungan luar tempat mahluk hidup tersebut berada. Pada

sistem integumen terdapat sejumlah organ atau straktur dengan fungsi yang beraneka pada

bermacam-macam jenis mahluk hidup (Rahadjo, 1980).

Yang termasuk dalam sistem integumen pada ikan adalah kulit dan derivat integumen.

Kulit merupakan lapisan penutup tubuh yang terdiri dari dua lapisan, yaitu epidermis pada

lapisan terluar dan dermis pada lapisan dalam. Derivat integumen merupakan suatu struktur yang

secara embryogenetik berasal dari salah satu atau kedua lapisan kulit yang sebenarnya (Rahadjo,

1980).

Sistem integumen yang berhubungan langsung dengan lingkungan tempat hidup

memiliki berbagai fungsi yang sangat vital pada kehidupan ikan, yaitu :

1. Pertahanan fisik

Merupakan fungsi utama dari integument yaitu sebagai pertahanan pertama dari infeksi,

paparan sinar ultra violet [UV] dan gesekan tubuh dengan air atau benda keras lainnya.

2. Keseimbangan cairan

Keseimbangan cairan dilakukan oleh integumen kelompok amphibian dan ikan memiliki

sistem tersendiri dalam proses keseimbangan cairan yaitu dengan menggunakan

insangnya.

3. Thermoregulasi

Thermoregulasi dilakukan oleh vertebrata dengan jalan memasukkan dan mengeluarkan

panas secara bergantian melalui aliran darah pada kulit.

4. Warna

Warna yang ada pada integurnen ikan digunakan sebagai alat komunikasi, tingkah laku

seksual, peringatan dan penyamaran untuk mengelabui predator.Warna yang dihasilkan

akan berbeda-beda yang disebabkan karena perbedaan tempat hidup dari ikan tersebut.

5. Pergerakan

9 | L a p o r a n P r a k t i k u m I k h t i o l o g i

Page 10: Lapak Ikhtio Fix

Pergerakan ikan dipengaruhi pula oleh keberadaan sisik yang membantu dalam meningkatkan

kemampuan berenang ikan yang menghadapi halangan kuat.

6. Respirasi

Respirasi ikan tidak menggunakan kulit sebagai sarananya tetapi dilakukan oleh golongan

Amphibian. Hal ini dilakukan karena kulit merupakan lapisan yang relatif tipis, selalu

basah dan terdapat banyak pembuluh darah sehingga pertukaran oksigen dan karbondioksida

dapat berlangsung.

7. Kelenjar kulit

Pada kulit terdapat kelenjar yang memungkinkan ikan dapat mengeluarkan pheromone untuk

menarik pasangannya dan sebagai alat untuk menetapkan daerah territorial. Selain itu, kelenjar

kulit juga dapat menghasilkan zat-zat racun yang berguna untuk mencari mangsa ataupun untuk

pertahanan din’ dari predator.

8. Keseimbangan garam dilakukan pada kulit dan insang yaitu dengan pengaturan kadar

garam cairan tubuh ikan [osmoregulasi] sehingga cairan dalam tubuh akan tetap stabil

sesuai dengan lingkungan dimana ikan berada

9. Organ indera Kulit memiliki sel-sel yang berfungsi sebagai reseptor dari stimulus

lingkungan.

a) Sisik Ikan

Ikan mempunyai bentuk, ukuran dan jumlah sisik yang dapat memberikan gambaran

bagaimana kehidupan ikan tersebut. Sisik ikan mempunyai bentuk dan ukuran yang beraneka

macam. Jenis sisik yang dimiliki ikan dapat dibagi atas bahan-bahan pembentukannva,

yaitu:

1. Sisik Placoid, yaitti sisik yang biasa dimiliki oleh kelompok Elasmobranchii dan

disebut dermal denticle. Sisik ini terbentuk seperti pada gigi manusia dimana bagian

ectodermalnya memiliki lapisan email yang disebut sebagai vitrodentin dan lapisan

dalamnya ‘disebut dentine yang berisi pembuluh dentinal.

2. Sisik Cosmoid, yaitu sisik yang memiliki bagian terluar disebut vitrodentilie, lapisan

bawahnya disebut cosinine dan bagian terdalam terdapat pefilbuluh darah, syaraf dan

substansi tulang isopedine.

3. Sisik Ganoid, yaitu sisik yang memiliki lapisan terluar b erupa pemunpukan garani-garam

anorganik yang disebut ganoine. Bagian dalamaya terdapat substansi tulang isopedine.

10 | L a p o r a n P r a k t i k u m I k h t i o l o g i

Page 11: Lapak Ikhtio Fix

4. Cycloid dan Ctenoid, yaitu sisik yang tidak mengandung dentine. Dua jenis sisik ini paling

banyak ditemui pada kebanyakan ikan.

Pengelompokan sisik selain berdasarkan bahan penyusunnya juga didasarkan atas

bentuk sisik tersebut, yaitu:

1. Sisik Placoid, merupakan sisik yang tumbuhnya saling berdamputgan atau sebelah

menyebelah dengan pola tumbuh mencuat dari kulitnya.

2. Sisik Rhombic, merupakan sisik yang berbentuk belah ketupat dengan pertumbuhan yang

sebelah menyebelah.

3. Sisik Cycloid, merupakan sisik yang bentuknya melingkar dimana didalamnya terdapat

garis-garis melingkar disebut circulii, anulii, radii, dan focus.

4. Sisik Ctenoid, merupakan sisik yang memiliki stenii pada bagian posteriornya dan bentukan

sisir pada bagian anteriornya.

Selain jenis sisik yang menjadi kriteria bagi suatu jenis ikan tertentu, jumlah sisik ikan

juga perlu diperhatikan :

1. Jumlah sisik pada gurat sisi merupakan jumlah pori-pori pada gurat sisi atau jika gurat sisi

tidak sempurna atau tidak ada, maka jumlah sisik yang dihitung adalah jumlah sisik yang

biasa ditempati gurat sisi atau disebut deretan sisik sepanjang sisi badan. Penghitungan sisik

ini dimulai dari sisik yang menyentuh tulang bahu hingga pangkal ekor.

2. Jumlah sisik melintang badan merupakan jumlah baris sisik antara gurat sisi dan awal sirip

punggung atau sirip punggung pertama dan antara gurat sisi dan awal sirip dubur. Sisik yang

terdapat di depan awal sirip punggung dan sirip dubur dihitung ½.

3. Jumlah sisik di depan sirip punggung meliputi semua sisik di pertengahan punggung antara

insang dan awal sirip punggung.

4. Jumlah sisik di sekeliling batang ekor meliputi jumlah baris sisik yang melingkari batang ekor

pada bidang yang tersempit.

5. Jumlah sisik di sekeliling dada merupakan jumlah sisik di depan sirip punggung yang

melingkari dada.

Ada juga satu obyek dalam sifat meristik adalah menghitung jumlah sisik yang dilalui

oleh linea lateralis (1:1). Penghitungan sisik pada linea lateralis ini dimulai dari ujung anterior

operculum terbelakang dan berakhir pada bagian caudal peduncle atau pangkal batang ekor.

Jika terdapat lebih dari satu linea lateralis maka yang dihitung adalah yang sisik yang

11 | L a p o r a n P r a k t i k u m I k h t i o l o g i

Page 12: Lapak Ikhtio Fix

terletak di tengah. Seadainya linea lateralis tidak jelas ataupun tidak ada maka dihitung

jumlah sisik di tempat biasanya garis rusuk tersebut berada (Rahadjo, 1980).

b) Gurat Sisi

Linea lateralis merupakan salah satu bagian tubuh ikan yang dapat dilihat secara langsung

sebagai garis yang gelap di sepanjang kedua sisi tubuh ikan mulai dari posterior operculum

sampai pangkal ekor (peduncle). Pada linea lateralis terdapat lubang-lubang yang berfungsi untuk

menghubungkan kondisi luar tubuh dengan sistem canal yang menampung sel-sel sensori dan

pembuluh syaraf. Linea lateralis sangat penting keberadaannya sebagai organ sensori ikan yang

dapat mendeteksi perubahan gelombang air dan listrik. Selain itu, linea lateralis juga juga

berfungsi sebagai echo-location yang membantu ikan untuk mengidentifikasi lingkungan

sekitamya (Manda et al., 2005).

2.2 Anatomi Ikan

2.2.1 Sistem Rangka Ikan

Rangka pada ikan berfungsi untuk menegakkan tubuh, menunjang atau menyokong

organ-organ tubuh, melindungi organ-organ tubuh ikan dan berfungsi pula dalam pembentukkan

butir darah merah (Rahardjo, 1985).

Rangka pada ikan berfungsi untuk menegakkan tubuh, menunjang organ tubuh,

melindungi organ tubuh, dan menunjang pembentukan butiran darah merah (Sugiri, 1992).

Menurut Rahardjo (1985), Rangka pada ikan dibedakan menjadi tiga, yaitu :

1. Rangka axial, terdiri dari :

a. Tulang tengkorak

Secara umum perkembangannya berasal dari tiga sumber, yaitu :

Dermocranium, yaitu tulang tengkorak yang asalnya dibuat dari sisik yang berfungsi

sebagai dermis.

Chondrocranium, yaitu pembungkus otak yang berasal dari tulang rawan.

Splanchnocranium, yaitu tulang tengkorak yang berasal dari rangka penyokong

lengkung insang.

Umumnya tulang - tulang dermal membentuk atap tengkorak. Sepasang tulang

parietal terletak didaerah atap tengkorak paling belakang. Sepasang tulang frontal yang

merupakan keeping dermal yang luas berkembang tepat didepan tulang parietal. Sepasang

12 | L a p o r a n P r a k t i k u m I k h t i o l o g i

Page 13: Lapak Ikhtio Fix

tulang nasal yang bentuknya memanjang dan terletak diantara dua lubang hidung. Beberapa

tulang dermal yang terdapat pada tulang- tulang tersebut yaitu  post frontal, prefrontal,

postnarietal, dan masih banyak lagi. Sepasang tulang lacrimal terdapat pada bagian anterior sisik

tengkorak .Pada bagian telinga terdapat pada tulang squamosal, yang merupakan tulang dermal.

Rahang atas terdiri dari tulang maxilla dan premaxila. Permaxilla dan maxilla pada beberapa

ikan terutama ikan buas, seringkali dilengkapi dengan gigi-gigi. Tulang dermal yang

terdapat pada langit-langit mulut ialah  prevomer, endopterygoid, ectopterygoid, palatine

(masing-masing terdiri atas satu pasang) dan pharaspenoid (satu buah). Tulang dermal

yang terdapat pada rahang bawah ialah dentary, splenial, angular dan articular. Tulang

dentary yang dilengkapi deangan gigi-gigi. Tulang punggung dan tulang rusuk. Secara

emnbriologik, tulang punggung berkebang dari sceletome yang terdapat  pada

sekeliling notochorda dan batang saraf,tiap-tiap pasang sceletome

berkembangmenjadi empat pasang rawan yang dinamakan arcualia (Rahardjo, 1985).

Dua pasang arcuale terletak diatas notochorda, Bagian depan disebut basidorsal

yang akan berkembang menjadi lengkungneural dan bagian belakang dinamakan

interdorsal. Dua pasang arcuela lagi terdapat pada bag i an bawah no tocho rda yang

d idepan d inamakan ba s iven t r a l yang be rkembang menjadi lengkung haimal,

sedangkan bagian belangkang interventral. Interventral daninterdorsal pada

conricthye berkembang menjadi kuping intercalary yang terdapat pada ruas tulang

punggung. J a d i r u a s t u l a n g p u n g g u n g d i b e n t u k o l e h a r c u a l i a

y a n g mengadakan invasi mengelilingi notochorda. Berdasarkan pembentukannya, terdapat

dua macam tulang punggung yang monospondyly dan diplospondyly. Tulang punggung yang

monospondyly dibentuk dari persatuan interdorsal dan interventral suatu somite

dengan basidorsal dan basiventral somite dibelakangnya (Rahardjo, 1985).

b. Tulang punggung dan tulang rusuk

Secara embriotik tulang punggung berkembang menjadi scelerotome yang terdapat pada

sekeliling notochondria dan batang saraf. Tiap pasang scelerotome berkembang menjadi

empat pasang tulang rawan yang dinamakan areulia. Tulang punggung badan dan tulang

punggung ekor. Tiap-tiap ruas di daerah badan dilengkapi dengan sepasang tulang rusuk

kiri dan kanan untuk melindungi organ dalam rongga badan (Rahardjo, 1985).

2. Rangka visceral

13 | L a p o r a n P r a k t i k u m I k h t i o l o g i

Page 14: Lapak Ikhtio Fix

Rangka ini terdiri dari struktur tulang yang menyokong insang dan mengelilingi pharynk.

Struktur ini terdiri dari tujuh lengkung tulang insang. Dua lengkung insang yang pertama

menjadi bagian dari tulang tengkorak, sedangkan yang lainnya berfungsi sebagai penyokong

insang(Rahardjo, 1985).

3. Rangka apendikular

Rangka apendikular adalah tulang penyokong sirip dan pelekatnya. Pada ikan terdapat lima

macam sirip, yaitu sirip tunggal (sirip punggung, sirip ekor, dan sirip dubur) dan sirip

berpasangan (sirip dada dan sirip perut) (Rahardjo, 1985).

Sistem skeleton merupakan sistem tulang rangka. Secara embriologi, tulang punggung

berkembang dari scerotome yang terdapat di sekeliling notochord dan batang saraf. Tulang

punggung di daerah badan (abdominal) dibentuk bersamaan dengan tulang di daerah ekor

(caudal). Tiap ruas tulang di daerah badan dilengkapi oleh sepasang tulang rusuk (pleural rib)

kiri dan kanan yang berfungsi untuk melindungi organ-organ yang ada di dalam rongga badan.

Pada batang ekor bagian bawah terdapat satu cucuk hemal (hemal spine) dan pada bagian atas

terdapat cucuk neural (neural spine) (Rahadjo, 1980).

2.2.2 Sistem Pencernaan Ikan

Menurut Rahardjo (1985), sistem digestoria meliputi 2 bagian yaitu pencernaan dan

kelenjar pencernaan.

1. Pencernaan

Mulai dari muka ke belakang, saluran pencernaan tersebut terdiri dari mulut, rongga mulut,

farings, esofagus, lambung, pilorus, usus, rektum dan anus.

a. Mulut

Bagian terdepan dari mulut adalah bibir, pada ikan-ikan tertentu bibir tidak berkembng dan

malahan hilang secara total karena digantikan oleh paruh atau rahang (ikan famili scaridae,

diodotidae, tetraodontidae). Pada ikan belanak atau tambakan, bibir berkembang dengan baik

dan menebal, bahkan mulutnya dapat disembulkan. Keberadaan bibir berkaitan erat dengan

cara mendapatkan makanan. Di sekitar bibir pada ikan tertentu terdapat sungut, yang

berperan sebagai alat peraba. Mulut terletak di ujung hidung dan juga terletak di atas hidung

(Rahardjo, 1985).

b. Rongga mulut

14 | L a p o r a n P r a k t i k u m I k h t i o l o g i

Page 15: Lapak Ikhtio Fix

Di bagian belakan mulut terdapat ruang yang disebut rongga mulut. Rongga mulut ini

berhubungan langsung dengan segmen faring. Secara anatomis organ yang terdapata pada

rongga mulut adalah gigi, lidah dan organ palatin. Permukaan rongga mulut diselaputi oleh

lapisan sel permukaan (epitelium) yang berlapis. Pada lapisan permukaan terdapat sel-sel

penghasil lendir (mukosit) untuk mempermudah masuknya makanan. Disamping mukosit, di

bagian mulut juga terdapat organ pengecap (organ penerima rasa) yang berfungsi menyeleksi

makanan.

c. Farings

Lapisan permukaan faring hampir sama dengan rongga mlut, masih ditemukan organ

pengecap, Sebagai tempat proses penyaringan makanan.

d. Esofagus

Permulaan dari saluran pencernaan yang berbentuk seperti pipa, mengandung lendir untuk

membantu penelanan makanan. Pada ikan laut, esofagus berperan dalam penyerapan garam

melalui difusi pasif menyebabkan konsentrasi garam air laut yang diminum akan menurun

ketika berada di lambung dan usus sehingga memudahkan penyerapan air oleh usus belakang

dan rectum (proses osmoregulasi)

e. Lambung

Lambung merupakan segmen pencernaan yang diameternya relatif lebih besar bila

dibandingkan dengan organ pencernaan yang lain. Besarnya ukuran lambung berkaitan

dengan fungsinya sebagai penampung makanan. Seluruh permukaan lambung ditutupi oleh

sel mukus yang mengandung mukopolisakarida yang agak asam berfungsi sebagai pelindung

dinding lambung dari kerja asam klorida. Sebagai penampung makanan dan mencerna

makanan secara kimiawi. Pada ikan-ikan herbivora terdapat gizard (lambung khusus)

berfungsi untuk menggerus makanan (pencernaan secara fisik).

f. Pilorus

Pilorus merupakan segmen yang terletak antara lambung dan usus depan. Segmen ini sangat

mencolok karena ukurannya yang mengecil/menyempit.

g. Usus ( intestinum)

Merupakan segmen yang terpanjang dari saluran pencernaan. Intestinum berakhir dan

bermuara keluar sebagai anus. Merupakan tempat terjadinya proses penyerapan zat makanan

h. Rektum

15 | L a p o r a n P r a k t i k u m I k h t i o l o g i

Page 16: Lapak Ikhtio Fix

Rektum merupakan segmen saluran pencernaan yang terujung. Secara anatomis sulit

dibedakan batas antara usus dengan rektum. Namun secara histologis batas antara kedua

segmen tersebut dapat dibedakan dengan adanya katup rektum.

i. Kloaka

Kloaka adalah ruang tempat bermuaranya saluran pencernaan dan saluran urogenital. Ikan

bertulang sejati tidak memiliki kolaka, sedangkan ikan bertulang rawan memiliki organ

tersebut.

j. Anus

Anus merupakan ujung dari saluran pencernaan. Pada ikan bertulang sejati anus terletak di

sebelah depan saluran genital. Pada ikan yang bentuk tubuhnya memanjang, anus terletak

jauh dibelakang kepala bedekatan dengan pangkal ekor. Sedangkan ikan yang tubuhnya

membundar, posisi anus terletak jauh di depan pangkal ekor mendekati sirip dada.

2. Kelenjar Pencernaan

Kelenjar pencernaan berguna untuk menghasilkan enzim pencernaan yang nantinya akan

bertugas membantu proses penghancuran makanan. Enzim pencernaan yang dihasilkan oleh ikan

buas juga berbeda dengan ikan vegetaris. Ikan buas pada umumnya menghasilkan enzim-enzim

pemecah protein, sedangkan ikan vegetaris menghasilkan enzim-enzim pemecah karbohidrat.

Kelenjar pencernaan terdiri dari hati dan pankreas. Disamping itu, saluran pencernaannya

(lambung dan usus) juga berfungsi sebagai kelenjar pencernaan.

Hati meupakan organ penting yang mensekresikan bahan untuk proses pencernaan.

Organ ini umumnya merupakan suatu kelenjar yang kompak, berwarna merah kecokelatan.

Posisi hati terletak pada rongga tubuh bagian bawah, di belakang jantung dan disekitar usus

depan. Di sekitar hati terdapat organ berbentuk kantong kecil, bulat, oval atau memanjang dan

berwarna hijau kebiruan, organ ini dinamakan kantung empedu yang fungsinya untuk

menampung cairan empedu yang disekresikan oleh organ hati. Secara umum hati berfungsi

sebagi tempat metabolisme karbohidrat, lemak dan protein serta tempat memproduksi cairan

empedu (Rahardjo, 1985).

Pankreas merupakan organ yang mensekresikan bahan (enzim) yang berperan dalam

proses pencernaan. Pankreas ada yang berbentuk kompak dan ada yang diffus (menyebar) di

antara sel hati. Letak penkreas berdekatan dengan usus depan sebab saluran pankreatik bermuara

ke usus depan. Saluran pankreatik yaitu saluran-saluran kecil yang bergabung satu sama lain dan

16 | L a p o r a n P r a k t i k u m I k h t i o l o g i

Page 17: Lapak Ikhtio Fix

pada akhirnya akan terbentuk saluran yang keluar dari pankreas menuju usus depan (Rahardjo,

1985).

2.2.3 Sistem Pernafasan Ikan

Organ utama untuk pernafasan dari dalam media air pada ikan adalah insang. Udara

pernafasan diambil melalui mulut dan keluar melalui dubur. Insang terdapat di dalam rongga

insang yang berasal dari kantong insang. Pada waktu embrio, kantong merupakan sepasang

penonjolan ke arah luar dari lapisan endodermal di daerah anterior saluran pencernaan embrio

(Rahardjo, 1985).

Ikan membutuhkan oksigen untuk kelangsungan hidupnya. Pada umumnya, oksigen

masuk ke dalam tubuh ikan melalui jaringan dalam insang dengan cara difusi, yaitu terbawa

dalam aliran darah dimana melekul oksigen ini menempel pada hemoglobin darah yang

kemudian akan diedarkan ke seluruh tubuh. Peredaran darah dalam filamen insang merupakan

pertemuan antara pembuluh darah yang berasal dari jantung. Pada tiap filamen ingsang ini terdiri

dari lamela insang, yaitu tempat terjadinya pertukaran gas (Rahadjo, 1980).

Mekanisme pernapasan pada ikan golongan elasmobranchii terjadi dalam tiga tahap.

Tahap pertama adalah otot corocoid dan corobranchial berkontraksi sehingga air masuk melalui

rongga mulut melalui proses pengisapan. Tahap kedua adalah otot abductor rahang atas dan

bawah melemas, sedangkan tulang lengkung ingsang atas dan bawah berkontraksi. Tahap ketiga

adalah otot adductor intercual melemas dan beberapa otot lain berkontraksi untuk

mempersempit rongga insang sehingga air dipaksa masuk melalui lamela insang (Rahadjo,

1980).

Insang pada ikan elasmobranchia

Pada ikan ini belum terdapat tutup insang, sehingga celah insang langsung berhubungan

dengan lingkungan. Celah insang berjumlah 5 pasang, pada jenis-jenis tertentu sering dijumpai

6-7 pasang celah insang. Pada keadaan biasa air masuk dari mulut melalui insang di dalam

rongga insang kemudian dikeluarkan melalui celah insang. Pertukaran oksigen dan karbondiok-

sida, terjadi di dalam lamela insang (Rahardjo, 1985).

Setiap lengkung insang pada elasmobranchia disokong oleh rangka yang melengkung,

terdiri dari :

a. Tapis insang, terdapat pada dasar lengkung insang mengarah ke dalam rongga pharing.

17 | L a p o r a n P r a k t i k u m I k h t i o l o g i

Page 18: Lapak Ikhtio Fix

Berfungsi untuk menapis bahan makanan yang terbawa bersama air pernafasan, yang

kemudian diteruskan ke dalam oesophagus.

b. Jari-jari insang, melekat pada bagian luar dari leng¬kung insang mengarah ke permukaan

tubuh sebagai penguat struktur insang.

c. Lamela insang, berupa rambut yang halus terbungkus oleh epithelium tipis dengan satu

ujungnya melekat pada jari-jari insang penuh dengan kapiler darah. Di sini terjadi proses

pernafasan di dalam insang.

Insang pada ikan osteichthyes

Pada ikan ini operculum yang tersusun atas 4 potong tulang dermal, yaitu operculum,

properculum, interculum, dan sub operculum. Selaput tipis bekerja sebagai klep pada celah

insang. Bagian depan dari selaput melekat pada operculum, sedangkan pada bagian belakangnya

terlepas bebas. Selaput kulit tipis ini disebut membran branchiostegii yang disokong oleh

beberapa potong yang terletak pada dinding ventral pharing disebut radii branchiostegii. Septum

insang hanya satu saja dan tidak menonjol keluar dari lamela insang, serta kadang-kadang insang

tidak ada. Jari-jari insang selalu ada sepasang untuk setiap lengkung insang ber-jumlah 5, tetapi

lengkung insang 1 dan 5 berupa hemibranchia, hanya lengkung kedua, tiga dan empat saja yang

berupa holobranchia. Lamela insang pada lengkung pertama hanya ada pada bagian belakang

lengkung insang dan pada lengkung insang kelima pada bagian depan saja (Rahardjo, 1985).

2.2.4 Sistem Reproduksi

Reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunan sebagai upaya

untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Untuk dapat melakukan reproduksi maka harus

ada gamet jantan dan betina. Penyatuan gamet jantan dan betina akan membentuk zigot yang

selanjutnya berkembang menjadi generasi baru. (Yushinta Fujaya, 2004).

Menurut Anonim (2006), meskipun tidak semua individu mampu menghasilkan

keturunan, namun setidaknya reproduksi berlangsung pada sebagian besar individu yang hidup di

permukaan bumi ini. Tingkah laku reproduksi pada ikan merupakan suatu siklus yang dapat

dikatakan berkala dan teratur. Kebanyakan ikan mempunyai siklus reproduksi tahunan. Sekali

mereka memulainya maka hal itu akan berulang terus menerus sampai mati. Beberapa ikan

malahan bisa bereproduksi lebih dari satu kali dalam satu tahun.

Menurut Anne Ahira (2011), cara reproduksi ikan ada antara lain :

18 | L a p o r a n P r a k t i k u m I k h t i o l o g i

Page 19: Lapak Ikhtio Fix

1. Ovipar, yaitu sel telur dan sel sperma bertemu di luar tubuh dan embrio ikan berkembang di

luar tubuh sang induk. Contoh : ikan pada umumnya.

2. Vivipar, kandungan kuning telur sangat sedikit, perkembangan embrio ditentukan oleh

hubungannya dengan placenta, dan anak ikan menyerupai induk dewasa.

3. Ovovivipar, sel telur cukup banyak mempunyai kuning telur, Embrio berkembang di dalam

tubuh ikan induk betina, dan anak ikan menyerupai induk dewasa. Contoh : ikan-ikan

livebearers.

Secara umum ikan dapat dibedakan atas dua jenis yaitu jantan dan betina

(biseksual/dioecious) dimana sepanjang hidupnya memiliki jenis kelamin yang sama. Istilah lain

untuk keadaan ini disebut gonokhoristik yang terdiri atas dua kelompok yaitu :

1.  Kelompok yang tidak berdiferensiasi, artinya pada waktu juvenil, jaringan gonad belum

dapat diidentifikasi apakah berkelamin jantan atau betina.

2.  Kelompok yang berdiferensiasi, artinya sejak juvenil sudah tampak jenis kelaminnya

apakah jantan atau betina.

Selain gonokhoristik, dikenal pula istilah hermafrodit yang artinya di dalam tubuh

individu ditemukan dua jenis gonad (jantan dan betina). Bila kedua jenis gonad ini berkembang

secara serentak dan mampu berfungsi, keduanya dapat matang bersamaan atau bergantian maka

jenis hermafrodit ini disebut hermafrodit sinkroni. Contoh ikan yang bersifat seperti ini adalah

Serranus cabrilla, Serranus subligerius dan Hepatus hepatus. Ikan yang termasuk golongan ini

adalah Sparrus auratus dan Pagellus centrodontus. Bila pada awalnya berkelamin jantan namun

semakin tua akan berubah kelamin menjadi betina maka disebut sebagai hermafrodit protandri.

Sedangkan hermafrodit protogini adalah istilah untuk individu yang pada awalnya berkelamin

betina, namun semakin tua akan berubah menjadi kelamin jantan seperti dijumpai pada ikan

belut, Fluta alba (Anne Ahira, 2011)

Perbedaan seksualitas pada ikan dapat dilihat dari ciri-ciri seksualnya. Ciri seksual pada

ikan terbagi atas ciri seksual primer dan ciri seksual sekunder. Ciri seksual primer adalah

alat/organ yang berhubungan dengan proses reproduksi secara langsung. Ciri tersebut meliputi

testes dan salurannya pada ikan jantan serta ovarium dan salurannya pada ikan betina. Ciri

seksual primer sering memerlukan pembedahan untuk melihat perbedaannya. Hal ini membuat

ciri seksual sekunder lebih berguna dalam membedakan jantan dan betina meskipun kadangkala

juga tidak memberikan hasil yang nyata (Anne Ahira, 2011)

19 | L a p o r a n P r a k t i k u m I k h t i o l o g i

Page 20: Lapak Ikhtio Fix

Ciri seksual sekunder terdiri atas dua jenis yaitu yang tidak mempunyai hubungan dengan

kegiatan reproduksi secara keseluruhan, dan merupakan alat tambahan pada pemijahan. Bentuk

tubuh ikan merupakan ciri seksual sekunder yang penting. Biasanya ikan betina lebih buncit

dibandingkan ikan jantan, terutama ketika ikan tersebut telah matang atau mendekati saat

pemijahan (spawning). Hal tersebut disebabkan karena produk seksual yang dikandungnya relatif

besar. Pada saat puncak pemijahan, tampak pada banyak ikan jantan suatu benjolan yang timbul

tepat sebelum musim pemijahan dan menghilang sesaat setelah pemijahan. Contoh kejadian

seperti ini dapat dilihat pada ikan minnow (Osmerus). Ada juga ikan yang memiliki sirip ekor

bagian bawah yang memanjang pada ikan jantan Xiphophorus helleri, sirip ekor yang membesar

dijumpai pada ikan Catostomus commersoni. Contoh yang sangat ekstrim dijumpai pada ikan

anglerfish (Ceratias) dimana ikan jantan jauh lebih kecil daripada ikan betinanya. Sebegitu

kecilnya sehingga ukurannya lebih kecil daripada ovarium ikan betina yang matang (Anne Ahira,

2011).

Ciri seksual sekunder tambahan yang mencirikan ikan jantan pada beberapa spesies,

dalam hal ini sirip anal berkembang menjadi alat kopulasi (intromittent). Gonopodium terdapat

pada ikan Gambusia affinis, Lobistes reticulatus dan ikan-ikan famili Poeciliidae. Pada ikan

Xenodexia, modifikasi sirip dada digunakan dalam perkawinan untuk memegang gonopodium

pada kedudukannya sehingga memudahkan masuk ke dalam oviduct betina. Pada Chimaera

jantan berkembang suatu organ clasper di bagian atas kepalanya yang dinamakan ovipositor yang

berfungsi sebagai alat penyalur telur. Bentuk seperti ini dijumpai pada ikan Rhodeus amarus dan

Carreproctus betina (Anne Ahira, 2011).

Pewarnaan pada ikan sering juga digunakan sebagai pengenal seksualitas. Umumnya ikan

jantan mempunyai warna yang lebih cemerlang daripada ikan betina. Pada ikan sunfish, Lepomis

humilis, jantannya mempunyai bintik jingga yang lebih terang dan lebih banyak dibandingkan

betinanya (Anne Ahira, 2011).

2.2.5 Sistem Sirkulasi

Sistem Circulatoria (peredaran darah) terdiri dari jantung (yang merupakan pusat

pemompaan darah) dan pembuluh darah. Pembuluh darah ini adalah vena (yang membawa darah

menuju ke jantung), arteri (yang membawa darah dari jantung) dan kapiler (yang

menghubungkan arteri dengan vena). Darah merupakan suatu cairan yang dinamakan plasma,

20 | L a p o r a n P r a k t i k u m I k h t i o l o g i

Page 21: Lapak Ikhtio Fix

tempat beberapa bahan terlarut dan tempat erythrocyte, leucocyte dan beberapa bahan

tersuspensi. Sistem peredaran darah ikan disebut sistem peredaran darah tunggal (Rahadjo,

1980).

Jantung ikan terletak pada ruang pericardial di sebelah posterior dan terdiri dari dua

ruang, yaitu atrium dan ventricle. Pada jantung terdapat ruang tambahan yang disebut sinus

venosus yang berdinding tipis. Pada elasmobranchii, conus arteriosus sudah tereduksi menjadi

suatu struktur yang sangat kecil, sedangkan bulbus arteriosus yang berdinding tebal menjadi

bagian dari perluasan sebagian aorta ventral (Rahadjo, 1980).

Darah pada ikan berfungsi sebagai alat transport sisa oksidasi, menjaga tubuh

mengedarkan darah, mengedarkan hormon dari kelenjar buntu,dan menghindarkan tubuh dari

infeksi. Komponen darah pada ikan yaitu :

1. Plasma darah, yaitu cairan darah yang mengandung butiran darah merah,

mineral dari sisa makanan, sisa dari bagian tubuh yang tidak terpakai, enzim, gas dan hormon.

2. Sel Darah

a. Erytrocite

- Bentuk oval dengan inti berdiameter 7-36 mikron

- Mengandung Hb yang mengikat karbohidrat dan O2

b. Leucocyte

- Bentuk ameboid, berinti sel cekung

Menurut Rahardjo (1985), peredaran darah pada ikan dilakukan oleh organ:

1. Jantung

2. Pembuluh Darah

3. Pembuluh Limfa

Sistem Circulatoria (peredaran darah) terdiri dari jantung (yang merupakan pusat

pemompaan darah) dan pembuluh darah. Pembuluh darah ini adalah vena (yang membawa darah

menuju ke jantung), arteri (yang membawa darah dari jantung) dan kapiler (yang

menghubungkan arteri dengan vena). Darah merupakan suatu cairan yang dinamakan plasma,

tempat beberapa bahan terlarut dan tempat erythrocyte, leucocyte dan beberapa bahan

tersuspensi. Sistem peredaran darah ikan disebut sistem peredaran darah tunggal (Rahadjo,

1985).

21 | L a p o r a n P r a k t i k u m I k h t i o l o g i

Page 22: Lapak Ikhtio Fix

Jantung ikan terletak pada ruang pericardial di sebelah posterior dan terdiri dari dua

ruang, yaitu atrium dan ventricle. Pada jantung terdapat ruang tambahan yang disebut sinus

venosus yang berdinding tipis. Pada elasmobranchii, conus arteriosus sudah tereduksi menjadi

suatu struktur yang sangat kecil, sedangkan bulbus arteriosus yang berdinding tebal menjadi

bagian dari perluasan sebagian aorta ventral (Rahadjo, 1980).

2.2.6 Sistem Otot Ikan

Pada umumnya otot ikan mempunyai otot utama, yaitu otot polos, otot jantung, dan otot

rangka (otot skeletal). Jika ditinjau dari sifatnya ada yang bersifat voluntary yaitu otot yang

sifatnya dipengaruhi oleh kemauan syaraf sadar dan involuntary yaitu otot yang sifatnya tidak

dipengaruhi oleh kemauan syaraf sadar (Rahardjo, 1985).

Otot ikan dibagi menjadi 3 yaitu :

a. Otot Rangka

Susunan otot rangka pada badan mempunyai sifat kokoh dan berfungsi membentuk tubuh

dan bergerak. Berkas-berkas otot badan bagian lateral (myomore), akan nam¬pak sebagai

daging jika ikan dikuliti atau dipotong se¬cara melintang. Myomore diikat oleh suatu bagian

yang merupakan bagian otot yang tipis (membraneous) yang di¬sebut myocoma (Rahardjo,

1985).

b. Otot Jantung

Tersusun atas otot dan jaringan-jaringan pengikat, otot jantung berwarna merah gelap. Hal ini

berbeda dengan otot bagian badan yang biasanya berwarna coklat. Susu¬nan otot jantung

(mycocardium) dibungkus oleh sesuatu selaput, yaitu bagian luar disebut pericardium dan

ba¬gian dalam disebut endocardium. Sifat otot ini involun¬tary (tidak dipengaruhi saraf

sadar) (Rahardjo, 1985).

c. Otot Polos

Otot yang mempunyai sifat involuntary ini terdapat bebe¬rapa bagian organ, antara lain,

saluran pencernaan, gelembung renang, saluran reproduksi dan ekskresi, mata dan

sebagainya (Djuanda, 1981).

2.3 Klasifikasi dan Taksonomi Ikan

22 | L a p o r a n P r a k t i k u m I k h t i o l o g i

Page 23: Lapak Ikhtio Fix

Identifikasi yang dilakukan merupakan identifikasi untuk mengenal ciri-ciri baik secara

biologi maupun deskriptif dari suatu jenis ikan. Biasanya yang digunakan sebagai dasar dalam

melakukan identifikasi adalah:

Rumus sirip, yaitu rumus yang menggambarkan bentuk dan .jumlah jari-jari sirip dan

bentuk sirip yang merupakan ciri khusus.

Perbandingan antara panjang, lebar dan tinggi dari bagian-bagian tertentu atau antara

bagian-bagian itu sendiri yang merupakan ciri umum.

Bentuk garis rusuk dan jumlah sisik yang membentuk garis rusuk.

Bentuk sirip dan gigi

Tulang-tulang insang.

Klasifikasi dan taksonomi merupakan salah satu hal penting dalam mempelajari

ilmu perikanan. Mempelajari taksonomi berarti mengetahui pengelompokan suatu individu

berdasarkan perbedaan dan persamaannya sedangkan taksonomi mempelajari tentang asal

usul suatu individu. (Saanin,1986)

Informasi yang digunakan dalam mempelajari hubungan evolusioner ikan berawal dari

pengetahuan taksonomi terutama deskripsi ikan. Pengetahuan tersebut menjadi dasar dalam

iktiologi dan juga bidang - bidang lain seperti ekologi, fisiologi. Metode yang digunakan dalam

bidang taksonomi terbagi menjadi enam kategori yaitu :

1) pengukuran morfometrik,

2) ciri meristik,

3) ciri-ciri anatomi,

4) pola warna,

5) kariotipe, dan

6) elektroforesis.

2.3.1 Pengukuran morfometrik

Merupakan beberapa pengukuran standar yang digunakan pada ikan antara lainpanjang

standar, panjang moncong atau bibir, panjang sirip punggung atau tinggi batang ekor.

Keterangan mengenai pengukuran–pengukuran ini dibuat oleh Hubbs & Lagler (1964). Pada

pengukuran ikan yang sedang mengalami pertumbuhan digunakan rasio dari panjang standar.

Ikan yang digunakan adalah ikan yang diperkirakan mempunyai ukuran dan kelamin yang sama.

23 | L a p o r a n P r a k t i k u m I k h t i o l o g i

Page 24: Lapak Ikhtio Fix

Hal ini disebabkan pertumbuhan ikan tidak selalu proporsional dan dimorfime seksual sering

muncul pada ikan (tetapi seingkali tidak jelas). Pengukuran morfometrik merupakan pengukuran

yang penting dalam mendekripsikan jenis ikan. (Saanin,1986)

2.3.2 Ciri meristik

Merupakan ciri-ciri dalam taksonomi yang dapat dipercaya, karena sangat mudah

digunakan. Ciri meristik ini meliputi apa saja pada ikan yang dapat dihitung antara lain jari-jari

dan duri pada sirip, jumlah sisik, panjang linea literalis dan ciri ini menjandi tanda dari spesies.

Salah satu hal yang menjadi permasalahan adalah kesalahan penghitungan pada ikan kecil.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi ciri meristik yaitu suhu, kandungan oksigen terlarut,

salinitas, atau ketersediaan sumber makanan yang mempengaruhi pertumbuhan larva ikan

(Saanin,1986).

2.3.3 Ciri-ciri anatomi

Sulit untuk dilakukan tetapi sangat penting dalam mendeskripsi ikan. Ciri-ciri tersebut

meliputi bentuk, kesempurnaan dan letak linea lateralis, letak dan ukuran organ-organ internal,

anatomi khusus seperti gelembung udara dan organ-organ elektrik (Saanin,1986)

2.3 Deskripsi Ikan

Pada praktikum yang telah dilakukan beberapa waktu yang lalu, kami membahas dan

mempelajari delapan jenis ikan dari subclass Teleostei (ikan bertulang sejati) dan subclass

Elasmobranchii (ikan bertulang rawan). Untuk subclass Teleostei, ikan yang dipelajari

diantaranya ikan mas, ikan nilem, ikan kembung jantan, ikan nila, ikan belanak, dan ikan lele

dumbo. Sedangkan untuk subclass Elasmobranchii diwakili oleh ikan hiu dan ikan pari.

Berikut ini kami akan mendeskripsikan masing-masing ikan, mulai dari klasifikasi,

morfologi, anatomi, dan habitat ikan.

Ikan Mas

Klasifikasi

Phylum : Chordata

Class : Osteichthyes

Ordo : Cypriniformes

Family : Cyprinidae

24 | L a p o r a n P r a k t i k u m I k h t i o l o g i

Page 25: Lapak Ikhtio Fix

Genus : Cyprinus

Species : Cyprinus carpio

Morfologi Ikan

Ikan mas termasuk famili Cyprinidae yang mempunyai ciri-ciri umum yaitu badan ikan

mas berbentuk memanjang dan sedikit pipih ke samping (Compresed), mulutnya terletak di

ujung tengah (terminal) dan dapat di sembulkan (protaktil). Di bagian mulut di hiasi dua pasang

sungut, yang kadang-kadang satu pasang di antaranya kurang sempurna dan warna badan sangat

beragam (Susanto,2007). Dan hampir seluruh tubuh ikan mas ditutupi sisik dan hanya sebagian

kecil saja yang tubuhnya tidak ditutupi sisik.Sisik ikan mas berukuran relatif besar dan

digolongkan dalam tipe sisik sikloid karena berbentuk melingkar dan beruas – ruas, ada

berwarna hijau, biru, merah, kuning keemasan atau kombinasi dari warna-warna tersebut sesuai

dengan rasnya. Dengan tipe ekor homocerk karena bentuknya teratur. Sedangkan untuk

mengetahui dan membedakan ikan jantan dan betina dapat dilihat dari cairan yang keluar dari

anus, kalau jantan keluar cairan warna putih dan kalau betina keluar cairan warna kuning.

Anatomi Ikan

Anatomi ikan mas salah satunya dapat ditinjau dari sistem pencernaannya. Secara umum

sistem pencernaan terdiri atas saluran pencernaan berturut-turut dari mulut hingga ke anus

sebagai berikut:

1. Rongga mulut, yang di dalamnya terdapat organ sebagai berikut :

a. Lidah yang melekat pada dasar mulut dan tidak dapat di gerakan

b. Kelenjar-kelenjar lendir, tetapi tidak terdapat kelenjar ludah.

c. Rahang dengan gigi – gigi kecil yang berbentuk kerucut.

2. Faring, yaitu pangkal tenggorokan yang tempatnya yang sesuai dengan tempat insang.

3. Kerongkongan yaitu kelanjutan faring yang terletak di belakang insang.

4. Lambung yaitu kelanjutan kerongkongan yang merupakan pembesaran dari usus.

5. Ususnya panjang dan berliku-liku pada saluran pencernaan terdapat beberapa kelenjar

pencernaan, antara lain :

a. Hati,terletak di bagian muka rongga badan meluas mengelilingi usus.

b. Pankereas terletak dibagian lambung dan usus.

25 | L a p o r a n P r a k t i k u m I k h t i o l o g i

Page 26: Lapak Ikhtio Fix

c. Jantung, terletak di dalam rongga tubuh yang dibatasi dekat daerah insang dan di bungkus

oleh selaput.

Gambar Anatomi Tubuh Ikan Mas

Habitat

Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) di perairan tawar yang airnya tidak terlalu

dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai atau danau. Ikan mas dapat

hidup baik di daerah dengan ketinggian 150--600 meter di atas permukaan air laut (dpl) dan pada

suhu 25-30° Meskipun tergolong ikan air tawar, ikan mas kadang-kadang ditemukan di perairan

payau atau muara sungai yang bersalinitas (kadar garam) 25-30%.

Ikan Nilem

Klasifikasi

Phylum : Chordata

Class : Pisces

Ordo : Ostariophysi

Family : Cyprinidae

26 | L a p o r a n P r a k t i k u m I k h t i o l o g i

Page 27: Lapak Ikhtio Fix

Genus :Osteochilus

Species : Osteochilus hasselti

Morfologi Ikan

Ciri-ciri ikan nilem hampir serupa dengan ikan mas karena masih dalam famili yang

sama. Ikan nilem mempunyai tubuh yang ditutupi dengan sisik yang berwarna hijau keabu-

abuan, coklat atau hijau kehitam-hitaman ataupun merah. Pada kiri dan kanan badan terdapat

linea lateralis atau gurat sisi yang memanjang ke belakang tutup insang sampai ke ekor. Gurat

sisi ini berfungsi untuk mengetahui besar atau kecilnya arus dalam air. Kedua sudut mulut ikan

nilem terpasang dua pasang kumis atau barbel. Kumis tersebut berfungsi untuk alat meraba,

mendeteksi makanan dan berguna untuk bergerak di air yang gelap.Mulut ikan nilem relatif lebar

dan gigi yang berkerut-kerut sebagai tanda pemakan tumbuh-tumbuhan seperti ganggang

penempel. Sisik ikan nilem berbentuk garis-garis melingkar dan garis-garis radier yang disebut

cycloid. Tipe ikan nilem adalah homocerk yaitu terlihat simetri dorsoventral dari luar. Dilihat

dari dalam tulang-tulang penyusunnya asimetris. Tipe homocerk terjadi bila columna vertebralis

tidak berakhir persis diujung ekor, tapi agak membelok sedikit, tepi ujung membagi dua bagian

yang sama (Jasin, 1989).

Ikan nilem sendiri mempunyai sirip yang berpasangan dan juga sirip yang tidak

berpasangan. Sirip punggung (dorsal fin), sirip dubur (anal fin) dan sirip ekor (caudal fin) adalah

sirip yang tunggal, sedangkan sirip dada (pectoral fin) dan sirip perut (abdominal fin) adalah

sirip yang sepasang atau berjumlah dua (Storer, 1957) .

Ikan nilem bernafas dengan insang. Insang ikan nilem terdiri atas lengkung insang,

filamen insang, dan tapis insang. Hal itu sesuai dengan pernyataan Prawirohartono (2000).

Pasangan rigi-rigi (tapis insang) berfungsi menyarin air untuk pernafasan tubuh pada lengkung

insang. Lembaran insang (filamen insang) berwarna merah karena memiliki banyak pembuluh

kapiler darah dari arteri insang. Melalui lembaran inilah pertukaran CO2 dan O2 berlangsung.

Tiap filamen tersusun atas banyak plant transversal yang dibungkus oleh lapisan epithelium yang

banyak mengandung pembuluh darah kapiler yang berada diantara afferent branchialis dan

efferent branchialis (lengkung insang) dan pada perbatasannya terdapat sisir duri yang berfungsi

27 | L a p o r a n P r a k t i k u m I k h t i o l o g i

Page 28: Lapak Ikhtio Fix

menahan makanan dan benda-benda keras lain melewati celah insang pada saat pernafasan

(Jasin, 1989).

Anatomi Ikan

Tubuh ikan nilem (Osteochillus hasselti) dibagi menjadi tiga bagian penting yaitu caput

(kepala), truncus (badan), dan cauda (ekor) dimana tidak ada batas nyata antara caput dan

truncus. Bagian kepala ikan terdapat cavum oris dan organon fissus. Cavum oris atau mulut

berfungsi untuk memasukkan air pada saat melakukan pernafasan. Organon fissus atau mata

pada ikan ini dilapisi oleh selaput yang sangat tipis yang berguna untuk mencegah masuknya air

pada saat berenang. Menurut Djuhanda (1981) ikan nilem mempunyai gelembung renang yaitu

kantung memanjang di sebelah dorsal dari saluran pencernaan dan letaknya retroperitoneal (di

sebelah dorsal dari peritoneum). Gelembung renang selalu berisi udara berfungsi sebagai organ

hydrostatic. Saluran pernafasan pada ikan dinamakan trakea.

Ikan Nilem memiliki sistem pencernaan yang dimulai dari cavum oris, oesophagus,

kantung empudu, ductus pneumaticus dan limfa. Dalam tubuhnya dapat terlihat organ

pencernaan yaitu usus yang panjang, ini dikarenakan ikan ini termasuk tipe herbivora. Sementara

itu, oesophagusnya memiliki ukuran sangat pendek, karena hampir rongga mulut langsung

menuju ke lambung atau intestine ventriculus melengkung seperti huruf U, dan dibedakan

menjadi 2 yaitu pars cardiaca yang lebar dan pars pylorica yang sempit. Pada bangsa ikan sangat

berliku dan hampir memenuhi rongga perut, dan bermuara ke anus. Hepar terdiri atas dua lobi,

vesca felea (kantung empedu) dari hepar menuju ductus hepaicus kemudian bersatu dengan

ductus cyticus menjadi ductus choledocus yang bermuara ke duodenum. Adapun yang

dihubungkan dengan peritoneum ke tundus ventriculli. Osteochilus hasselti mempunyai hati dan

pankreas yang sulit dibedakan sehingga disebut hepatopankreas (Radiopoetro, 1989). Kantung

Empedu yang terletak pada usus bagian depan, berupa kantung bulat hijau kebiru-biruan.

Kantung empedu ini berhubungan dengan usus melalui ductus choledochus, lalu saluran akhir

pencernaan yaitu anus atau porus urogenitalus, hal ini juga diungkapkan oleh Radiopoetro

(1997). Ikan nilem memiliki organa urop cetica yang terdiri dari ren, ureter, vesica urinaria, dan

sinus urogenitalis. Ureter merupakan saluran keluar dari ren (ginjal). Sinus urogenitalis bermuara

keluar melalui porus umgenibilis yang terdapat caudal dari anus, cranial dari pangkal pinna

analis. Alat ekskresi ikan nilem berupa sepasang ginjal yang berwarna kemerah-merahan terletak

28 | L a p o r a n P r a k t i k u m I k h t i o l o g i

Page 29: Lapak Ikhtio Fix

diantara gelembung udara depan dan belakang. Ginjal ini dilengkapi dengan saluran urine yang

muaranya menyatu dengan muara kelaminnya dan disebut dengan saluran urogenitalia (Huet,

1971).

Habitat

Ikan nilem (Osteochilus hasselti) merupakan ikan endemik (asli) Indonesia yang hidup di

sungai dan rawa-rawa.

Ikan Kembung Jantan

Klasifikasi

Phylum : Chordata

Class : Actinopterygii

Order : Perciformes

Family : Scombridae

Genus : Rastrelliger

Species : Rastrelliger kanagurta

Morfologi Ikan

Ikan kembung jantan memiliki bentuk tubuh torpedo. memiliki rahang, tubuh bilateral

simetris, mulutnya terminal dan memiliki tutup insang. Sisik-sisik yang menutupi tubuh

kembung berukuran kecil dan seragam. Sirip punggung dalam dua berkas, diikuti oleh 5 sirip

kecil tambahan (finlet). Ikan kembung juga memiliki linea lateralis, rudimeter, finlet, memiliki

lubang hidung dua buah (dirhinous), bersisik dan tidak memiliki sunggut, ikan kembung juga

memiliki satu buah sirip punggung, dua buah sirip perut, pectoralis, sirip anal dan sirip ekor

bercagak (Anonim, 2011). Ekor pada ikan ini berbentuk cagak .Posisi sirip Pektoral terhadap

Ventral yaitu Abdominal ( pektoral lebih dahulu dibandingkan sirip ventral ).Ikan ini terdapat

selaput lemak dibagian kelopak mata.

29 | L a p o r a n P r a k t i k u m I k h t i o l o g i

Page 30: Lapak Ikhtio Fix

Anatomi Ikan

Ikan kembung memiliki sistem pencernaan yang dimulai dari oesophagus, lambung,

pylorus, pyloric caeca, usus, dan anus. Pyloric caeca kadang-kadang terdapat melekat pada usus.

Ikan kembung bernafas dengan insang. Insang ikan kembung terdiri atas lengkung insang,

filamen insang, dan tapis insang. Hal itu sesuai dengan pernyataan Prawirohartono (2000).

Pasangan rigi-rigi (tapis insang) berfungsi menyarin air untuk pernafasan tubuh pada lengkung

insang. Selain itu, ikan kembung jantan memiliki tipe gigi geraham. Pada umumnya gonad ikan

kembung terdiri dari 2 bagian yang tidak sama besarnya. Dengan mata saja tidak semua ikan

kembung dapat ditentukan jenis kelaminnya. Ikan jantan dapat ditentukan jenis kelaminnya

dengan melihat bentuk gonad yang pipih dan berwarna putih, sedangkan gonad ikan betina

berbentuk bulat panjng dan berwarna merah atau kuning.

Habitat

Ikan kembung hidup di sekitar dasar perairan dan permukaan perairan laut, tergolong

ikan pelagis yang mengkehendaki perairan bersalinitas tinggi, suka hidup secara bergerombol

baik diperairan pantai maupun dilepas pantai. Ikan kembung cenderung berenang mendekati

permukaan air pada waktu malam hari dan pada siang hari turun ke lapisan yang lebih dalam.

Gerakan vertikal ini dipengaruhi oleh gerakan harian plankton dan mengikuti perubahan suhu,

faktor hidrografis dan salinitas. Damanhuri (1980) menyatakan bahwa umumnya sifat dari ikan

kembung adalah : Termasuk ikan pelagis yang daerahnya penyebarannya luas.

Ikan Nila

Klasifikasi

Phylum : Chordata

Class : Osteichtyes

Order : Perciformes

Family : Cichilidae

30 | L a p o r a n P r a k t i k u m I k h t i o l o g i

Page 31: Lapak Ikhtio Fix

Genus : Oreochromis

Species : Oreochromis niloticus

Morfologi Ikan

Menurut Pratama (2009), ikan nila mempunyai nilai bentuk tubuh yang pipih kea rah

vertical (kompres) dengan profil empat persegi panjang kea rah anteroposterior, posisi mulut

terletak di ujung/termal.

Pada sirip ekor tampak jelas garis-garis yang vertical dan pada sirip punggungnya garis

terlihat condong lekuknya. Ciri ikan nila adalah garis-garis vertikal berwarna hitam pada sirip,

ekor, punggung dan dubur. Pada bagian sirip caudal/ ekor yang berbentuk membulat warna

merah dan biasa digunakan  sebagai indikasi kematangan gonad (Pratama, 2009).

Pada rahang terdapat bercak kehitaman. Sisik ikan nila adalah tipe scenoid. Ikan nila juga

ditandai dengan jari-jari darsal yang keras, begitupun bagian awalnya. Dengan posisi siap awal

dibagian belakang sirip dada (abdormal) (Pratama, 2009).

Anatomi Ikan

Anatomi atau organ-organ internal ikan adalah bjantung, alat pencerna, Gonad kandung

kemih, dan Ginjal. Organ-organ tersebut biasanya diselubungi oleh jaringan pengikat yang halus

dan lunak yang disebut peritoneum. Peritoneum merupakan selaput atau membrane yang tipis

berwarna hitam y6ang biasanya dibuang joke ikan sedang disiangi (Pratama, 2009).

            Sistem pencernaan pada ikan nila melalui proses sebagai berikut. Dari mulai anggota

mulut, esophagus/Kerongkongan, Lambung, usus dan terakhir anus (Dwisang,2008).

Sistem ekskresi pada ikan nila melibatkan organ insang, kulit, dan ginjal yang berfungsi

mengekskresikan zat-zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogen (Pratama,2009).

            Insang sebagai organ pernafasan ikan. Adapun bagian-bagian insang yang dimiliki oleh

ikan nila adalah :

a. Gill filament, berfungsi untuk menyaring oksigen.   

 b. Gill racker, berfungsi untuk meremas-remas makanan.

 c. Gill arch, berfungsi untuk menempelkan gill raker dan gill filament

Kulit sebagai organ ekskresi karena mengandung kelenjar keringat yang mengeluarkan 5%,

10%dari seluruh metaydisme (Pratama, 2009).

31 | L a p o r a n P r a k t i k u m I k h t i o l o g i

Page 32: Lapak Ikhtio Fix

            Sistem reproduksi pada jantan mempunyai tistis. Pada ikan betina mempunyai indung

telur, keduanya terletak pada rongga perut. Sebelah kandung kemih dan kanan cili mentari

keadaan Gonad Ikan sangat menentukan kedewasaan ikan, meningkat dengan makin

meningkatnya fungsi Gonad. Ikan nila umumnya memiliki gonad, terletak pada bagian posterior

rongga perut disebelah bawah ginjal (Pratama, 2009).

Habitat

Habitat lingkungan Ikan Nila, yaitu : danau, Sungai, Waduk, Rawa, Sawah, dan perairan

lainnya. Selain itu Ikan nila mampu hidup pada perairan payau, misalnya tambak dengan

salinitas maksimal 29% oleh karena itu masyarakat yang berada di daerah sekitar pantai dapat

membudidayakannya khusus kegiatan pembesaran Ikan Nila (Santoso,1996).

Ikan Belanak

Klasifikasi

Phylum : Chordata

Class : Osteichtyes

Order : Perciformes

Family : Mugilidae

Genus : Mugil

Species : Mugil cephalus

Morfologi Ikan

Ikan belanak secara umum bentuknya memanjang agak langsing dan

gepeng. Sirip punggung terdiri dari satu jari-jari keras dan delapan jari-jari lemah.

Sirip dubur berwarna putih kotor terdiri dari satu jari-jari keras dan sembilan jari-jari

lemah. Bibir bagian atas lebih tebal daripada bagian bawahnya ini berguna untuk mencari makan

didasar/organisme yang terbenam dalam lumpur (Kriswantoro dan Sunyoto, 1986). Ciri lain dari

32 | L a p o r a n P r a k t i k u m I k h t i o l o g i

Page 33: Lapak Ikhtio Fix

ikan belanak yaitu mempunyai gigi yang amat kecil, tetapi kadang-kadang pada beberapa spesies

tidak ditemukan sama sekali (Langer, et al. 1997).

Morfologi luar belanak juga terdapat mulut, mata, sirip dada, sirip punggung, lateral line,

sirip ekor, sirip perut dan homocercal tetapi bentuk ekor pada belanak adalah emarginated bukan

forked. Sedangkan bentuk sisik pada belanak adalah cycloid Disebut juga sisik lingkaran,

mempunyai bentuk bulat, tipis transparan dan mempunyai lingkaran pada belakang bergirigi.

Jumlah lateral linenya. Bentuk mulut belanak adalah terminal Yaitu letak mulut ikan terletak

diujung depan kepala.

Jari-jari sirip pada ikan belanak dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu jari-jari keras dan

jari-jari lemah. Jari-jari keras, tidak beruas-ruas, pejal (tidak berlubang), keras dan tidak dapat

dibengkokkan. Seringkali jari-jari keras tersebut berupa duri atau patil dan merupakan alat

mempertahankan diri. Jumlah jari-jari keras dinotasikan dengan angka Romawi, walaupun jari-

jari tersebut sangat pendek atau rudimenter. Jari-jari lemah biasanya seperti tulang rawan,

beruas-ruas dan mudah dibengkokkan.

Anatomi Ikan

Anatomi tubuh ikan belanak terdiri dari jantung, hati, lambung, usus, ginjal, pankreas,

dan anus. Sedangkan sistem pencernaan terdiri dari mulut, oesophagus, lambung, pylorus, usus,

dan anus, dengan hati dan pankreas sebagai kelenjar pencernaan. Ikan belanak memiliki pyloric

caeca yang letaknya agak menempel dengan usus.

Sistem muscularia pada ikan belanak mirip dengan ikan teleostei lainnya yaitu terdiri dari

supracarinalis, epaxial myotome, myomer, dan myoseptum. Apabila dilihat secara horisonthal

maka akan tampak myomer dan myoseptumnya dengan jelas.

Sistem rangka pada ikan belanak terdiri dari tulang caudal dan abdominal. Pada ikan

belanak juga terdapat atrium, sinus venosus, bulous arteriosus, dan ventral aorta yang

kesemuanya berkaitan erat dengan sistem peredaraan darah. Letak jantung belanak sendiri di

dekat insang.

Sistem optic terdiri dari iris, lensa, kornea, dan lain-lain. Mata ikan belanak tergolong

kecil. Sistem respiratoria pada ikan bandeng terdiri dari insang yang terdiri dari 5 lapis, dengan

insang terdiri dari tulang lengkung insang, tapis insang, dan lamella insang, serta tulang

tambahan tutup insang sebanyak 4 pasang.

33 | L a p o r a n P r a k t i k u m I k h t i o l o g i

Page 34: Lapak Ikhtio Fix

Habitat

Ikan belanak merupakan sejenis ikan laut tropis dan subtropis yang bentuknya hampir

menyerupai bandeng. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai blue-spot mullet ataublue-tail mullet

(Langer, et al. 1997). Belanak tersebar di perairan tropis dan subtropis (FAO, 1974 dalam

Langer, et al. 1997), juga ditemukan di air payau dan kadang-kadang di air tawar (Iversen, 1976).

Ikan ini terdistribusi pada semua perairan terutama di daerah estuari (coastal) dan laut di daerah

tropis dan subtropis yaitu di Indo-Pacific, Filipina, dan Laut Cina Selatan, hingga Australia. Di

Sungai Musi ikan belanak hidup di daerah muara dan estuaria seperti di daerah Sungsang dan

Sembilang (Utomo, et al., 2007). Ikan belanak merupakan jenis ikan pelagis (benthopelagic)

yang bersifat katadromus hidup di perairan tawar seperti sungai, estuari dan laut dengan

kedalaman sampai 120 meter, temperatur antara 8-240C (Langer, et al. 1997).

Ikan Lele

Klasifikasi

Phylum : Chordata

Class : Actinopterygii

Order : Ostariophysi

Family : Clariidae

Genus : Clarias

Species : Clarias gariepenus

Morfologi Ikan

34 | L a p o r a n P r a k t i k u m I k h t i o l o g i

Page 35: Lapak Ikhtio Fix

Pada bagian kepala ikan lele memiliki bagian-bagian yaitu organon visus (mata), cavum

oris (mulut), lekuk hidung dan delapan buah kumis atau barbels yang merupakan indra peraba

pada saat ada rangsangan dan pada saat mencari makanan. Pada kepala (caput) juga terdapat

insang sebagai alat pernafasan tetapi berbeda dengan ikan nilem, pada ikan lele memiliki alat

pernafasan tambahan yaitu organ arborescent (labirin), Menurut Sarwono (2007), arborescent

merupakan membran yang berlipat-lipat dan penuh dengan kapiler-kapiler darah yang terletak di

bagian atas lengkung insang kedua dan ketiga, dan organ ini bentuknya mirip dengan bunga

karang. Untuk mengambil oksigen dari udara langsung, lele akan menyembulkan kepalanya

kepermukaan air. Sedangkan pada bagian badan atau truncus terlihat berbeda dengan Osteochilus

hasselti bahwa tubuh ikan lele tidak memiliki sisik-sisik dan sifatnya licin, tampak pula alat

keseimbangan yaitu berupa gurat sisi di bagian tengah sisi truncusnya. Ikan lele memiliki alat

bantu renang di tubuhnya berupa sirip, dimana terdapat tiga sirip tunggal yaitu sirip punggung,

sirip ekor, dan sirip dubur, dan sepasang sirip perut dan sirip dada. Pada bagian bawah tubuhnya

terlihat lubang anus dan alat kelaminnya. Pada bagian caudal atau ekor ikan lele terdapat satu

sirip ekor yang bentuknya membulat.

Anatomi Ikan

35 | L a p o r a n P r a k t i k u m I k h t i o l o g i

Page 36: Lapak Ikhtio Fix

Tubuh ikan lele terbagi menjadi tiga bagian yaitu kepala, badan, dan ekor. Lele

mempunyai bentuk kepala yang menggepeng (depress).Sistem pencernaan dari ikan lele terdiri

atas mulut, lambung, usus, dan dikeluarkan melalui porus urogenitalis. Usus ikan lele panjang

karena termasuk ikan omnivora. Menurut Storer and Usinger (1961), sistem pencernaan ikan

terdiri dari rahang ikan mempunyai banyak gigi kecil berbentuk kerucut untuk mengunyah

makanan dan lidah kecil dalam di dasar rongga mulut membantu gerakan respirasi. Faring

terdapat insang di sisi dan samping lalu ke oesophagus pendek mengikuti hingga timbul lambung

atau gastrum. Pyloric value terpisah belakang dari intestine. Tiga tubular pyloric caeca yang

berfungsi mengabsorpsi, mengambil ke intestine. Tiga hati besar di dalam rongga tubuh dengan

kantung empedu dan saluran ke intestine serta pankreasnya tidak jelas.

Lubang hidung yang depan merupakan tabung pendek berada di belakang bibir atas.

Lubang hidung sebelah belakang merupakan celah yang kurang lebih bundar berada dibelakang

sungut nasal. Mata berbentuk kecil dengan tepi orbinal yang bebas. Sirip ikan lele membulat,

tidak bergabung dengan sirip punggung maupun sirip anal. Sirip perut membulat dan panjangnya

mencapai sirip anal. Sirip dada dilengkapi dengan sepasang duri tajam yang umumnya disebut

patil atau taji (Kodri,2004).

Sistem pencernaan ikan lele dalam garis besar sama dengan ikan nilem hanya yang

membedakannya yaitu pada pencernaan di lambung karena lele merupakan karnivora jadi

lambungnya pun sudah terlihat sempurna dan bersifat asam karena memiliki asam lambung guna

mencerna makanannya, dan juga di ususnya karena lele memiliki usus yang lebih pendek

daripada usus ikan nilem.

Ikan Lele memiliki alat pernafasan tambahan berupa arborescent. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Suhendar (2010), yang menyatakan bahwa alat pernafasan pada ikan lele adalah

insang dan arborecent sebagai alat pernafasan tambahan yang terletak di dalam ruang sebelah

atas insang yang merupakan membran berlipat-lipat penuh dengan kapiler darah. Insang

terbentuk dari lengkungan tulang rawan yang mengeras dengan beberapa filamen insang di

dalamnya. Setiap filamen terdiri atas lamela yang berfungsi untuk tempat pertukaran gas.

Arborescent berbentuk seperti rimbunan dedaunan berwarna kemerahan yang berfungsi untuk

mengambil oksigen dari atas permukaan air sehingga dapat mengambil oksigen langsung dari

36 | L a p o r a n P r a k t i k u m I k h t i o l o g i

Page 37: Lapak Ikhtio Fix

udara, untuk itu ia akan menyembul kepermukaan air. Ikan lele mampu bertahan hidup dalam

kondisi oksigen yang minimum karena mempunyai arborescent.

Habitat

Ikan lele merupakan sejenis ikan yang hidup di air tawar. Lele tidak pernah ditemukan di

air payau atau air asin, kecuali ikan lele laut yang tergolong ke dalam marga dan suku yang

berbeda. Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang

tergenang air. Ikan lele juga bisa hidup pada air yang tercemar. Ikan lele bersifat nokturnal, yaitu

aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Ikan lele pada siang hari berdiam diri dan

berlindung di tempat-tempat gelap (Manter, 1989).

Ikan Hiu

Klasifikasi

Phylum : Chordata

Class : Chondrichthyes

Order : Carcharhiniformes

Family : Sphyrnidae

Genus : Sphyrna

Species : Sphyrna sp

Morfologi Ikan

Hiu adalah salah satu hewan yang termasuk anggota Condrichthyes (ikan bertulang rawan). Hiu

memiliki ciri-ciri utama yaitu :

Vertebrae hiu lengkap dan terpisah.

Rahang hiu dapat di gerakkan.

Hiu memiliki anggota gerak berpasangan.

Adapun ciri khas Ikan Hiu adalah sebagai berikut:

Kulit dengan sisik plachoid dengan kelenjar mucus.

Mulut ventral dilengkapi gigi email.

Cekungan hidung satu sampai dua tanpa ada hubungan dengan rongga mulut, memiliki

37 | L a p o r a n P r a k t i k u m I k h t i o l o g i

Page 38: Lapak Ikhtio Fix

rahang atas dan bawah

Skeleton berupa tulang rawan tidak ada tulang keras, vertebrae lengkap dan terpisah.

Hewan berdarah dingin, suhu tubuh mengikuti suhu lingkungan.

Bagian tubuh Ikan Hiu bila diamati dari luar yaitu:

Kepala meruncing kearah anterior

Mulut transversal

Mata

Insang jumlah 5-7 yang masing masing lamelanya terpisah, tidak ada gelembung udara

Sirip

Anatomi Ikan

Gigi pada hiu yang berada di gusi tidak menempel di rahang secara langsung dan

gigi tersebut bisa diganti setiap waktu. Di beberapa baris gigi pengganti tumbuh jalur di

bagian dalam rahang dan terus bergerak maju seperti ikat pinggang. Beberapa hiu dapat

kehilangan sekitar 30.000 lebih gigi semasa hidupnya. Tingkat pergantian gigi bervariasi

dari sekali setiap 7-8 hari sampai beberapa bulan. Pada sebagian besar spesies gigi yang

diganti satu persatu, kecuali hiu cookiecutter yang mengganti seluruh barisan gigi sekaligus.

Bentuk gigi hiu dipengaruhi pada pola makan. Misalnya hiu yang memakan moluska

dan krustasea memiliki gigi yang rata dan padat yang berguna untuk menghancurkan, hiu

yang memakan ikan-ikan memiliki gigi yang seperti jarum yang berguna untuk

mencengkeram, dan mereka yang memakan mangsa yang lebih besar seperti mamalia

memiliki gigi yang lebih rendah untuk mencengkeram dengan gigi atas berbentuk segitiga

dengan tepi bergerigi untuk memotong. Gigi pemakan plankton seperti hiu basking lebih

kecil dan non-fungsional.

Kerangka hiu berbeda dengan tulang ikan dan vertebrata darat. Hiu dan ikan

bertulang rawan lainnya memiliki kerangka yang terbuat dari tulang rawan dan jaringan ikat.

Tulang rawan yang fleksibel dan tahan lama ini memiliki setengah kepadatan pada tulang.

Hali ini mengurangi berat kerangka dan hemat energy. Hiu juga tidak memiliki tulang rusuk

sehingga di darat hiu dapat menghancurkan berat badannya sendiri.

Rahang hiu tidak melekat pada kranium. Permukaan rahang hiu dan lengkungan

tulang insangnya membutuhkan penopangan ekstra karena paparan yang berat untuk fisik

38 | L a p o r a n P r a k t i k u m I k h t i o l o g i

Page 39: Lapak Ikhtio Fix

hiu serta butuh kekuatan yang besar. Bagian ini mengandung lapisan heksagonal piring kecil

yang disebut “tesserae”, yang merupakan blok Kristal garam kalsium yang diatur menjadi

mosaik. Hal ini memberikan banyak kekuatan pada daerah-daerah tertentu, yang juga sama

seperti hewan lain.

Kerangka sirip hiu memiliki bentuk yang memanjang dan lembut serta tidak

bersegmen, yang bernama ceratotrichia, filament protein keratin elastis yang menyerupai

tanduk di rambut dan bulu. Kebanyakan hiu memiliki delapan sirip. Hiu hanya bisa menjauh

dari benda-benda yang berada di depannya karena sirip mereka tidak memungkinkan

mereka untuk bergerak menuju ekor pertama mereka. Berbeda dengan ikan bertulang

belakang lainnya, hiu memiliki korset kulit kompleks yang terbuat dari serat kolagen

fleksibel dan diatur sebagai jaringan heliks di sekitar tubuh mereka. Bagian ini bekerja

sebagai kerangka luar yang memberi lampiran untuk otot renang mereka sehingga dapat

menghemat energi. Kulit gigi mereka memberi keuntungan hidrodinamik karena

mengurangi turbulensi saat berenang.

Anatomi internal tubuh hiu berbeda dengan ikan yang memiliki tulang sejati (tulang

keras). Salah satu perbedaan utama adalah bahwa semua hiu memiliki kerangka kartilago.

Penyayatan perut dari panggul sirip ke sirip dada organ pertama ditemui adalah hati. Hati

menempati sebagian besar rongga tubuh hiu. Hati hiu berukuran besar, lembut dan

berminyak. Organ ini terdiri dari hingga 25% dari total berat badan.

Hati hiu memiliki dua fungsi. Yang pertama adalah sebagai penyimpan energi karena

semua cadangan lemak disimpan di sini. Fungsi kedua hati adalah untuk organ hidrostatik.

Pelumas yang lebih ringan dari air disimpan dalam hati. Hal ini mengurangi kepadatan

sehingga memberikan daya apung tubuh untuk mencegah tenggelamnya hiu. Selain hati,

lambung dapat dilihat di dalam rongga tubuh. Di dalam perut hiu sering ditemukan isi

makanan terakhir.

Perut hiu sendiri berakhir pada penyempitan yang disebut pilorus, yang mengarah

pada duodenum dan kemudian ke katup spiral usus. Katup spiral usus adalah organ yang

digulung secara internal berfungsi meningkatkan luas bidang permukaan untuk membantu

penyerapan nutrisi. Katup spiral usus bermuara di rektum dan anus yang pada gilirannya

akan bermuara di kloaka. Kloaka adalah ruang tempat saluran pencernaan, saluran kemih

dan saluran kelamin yang terbuka ke luar.

39 | L a p o r a n P r a k t i k u m I k h t i o l o g i

Page 40: Lapak Ikhtio Fix

Di dalam rongga tubuh juga terdapat pancreas yang merupakan kelenjar pencernaan

dengan dua lobus merah muda. Selan itu terdapat dua organ lain yang tidak termasuk dalam

sistem pencernaan. Yang pertama adalah limpa, yang merupakan organ gelap di dekat perut

yang dimiliki oleh sistem limfatik. Yang kedua adalah kelenjar dubur, organ kecil yang

terbuka oleh saluran ke dalam anus. Karena berfungsi sebagai kelenjar garam, membuang

kelebihan natrium klorida (garam) dari darah.

Hiu serta anggota kelas chondrichthyes lainnya memiliki tulang kartilago cranium

sempurna, organ pembau dan kapsul otak bergabung menjadi satu. Eksoskeleton hiu

merupakan mantel keras seperti email pada gigi vertebrata. Di bawah lapisan tersebut

terdapat beberapa lapisan tulang sponge dan di bawahnya lagi terdapat tulang padat.

Kartilago palate-quadrat dan kartilago Meckel adalah tulang rawan yang akan membentuk

rahang atas dan rahang bawah. Rahang hiu bersendi pada tulang ke posterior atau pada

elemen hiomandibula dari lengkung insang kedua.

Umumnya struktur (alat gerak) hiu bagian depan lebih rumit daripada belakang. Alat

gerak hiu berupa sirip. Tulang di bagian ventral dari pusat sirip ikan hiu disebut korakoid,

sedangkan yang memanjang ke arah dorsal di bagian tepi sirip disebut skapula. Selanjutnya

untuk kelompok ikan ini, tulang gigi berasal dari dermal. Tulang-tulang panggul hiu lebih

sederhana daripada bagian gelang bahu dan hampir melekat pada columna vertebralis.

Sistem peredaran darah/sirkulasi pada ikan hiu merupakan sistem sirkulasi tunggal.

Jantung hiu terdiri atas atrium, ventrikel, sinus venosus, conus arteriosus yang keluar dari

ventrikel. Jantung ikan hiu hanya terisi darah yang yang tidak mengandung oksigen. Darah

dari jantung hiu dipompa menuju ke insang untuk di isi oksigen kemudian diedarkan

keseluruh tubuh. Jantung ikan hiu hanya memiliki dua bilik yaitu atrium dan ventrikel.

Dengan konus atau bulbus arteriosus. Sebelum memasuki atrium terlebih dahulu melewati

sinus venosus, dari atrium darah kemudian di salurkan ke ventrikel. Kemudian di pompa

kearah konus arteriosus menuju ke aorta ventral. Dari aorta ventral darah disalurkan ke

insang. Melewati arteri brankia aferentia, selanjutnya dari arteri brankia eferen darah

mengumpul pada aorta (arcus aortikus)yang akan menjadi aorta ventral dan dorsal. Sinus

venosus menerima darah dari vena hepatika dan vena kardinalis yang merupakan gabungan

pembuluh vena kardial anterior dan posterior.

Insang merupakan ciri pernafasan pada ikan pada umunya, termasuk hiu. Secara

40 | L a p o r a n P r a k t i k u m I k h t i o l o g i

Page 41: Lapak Ikhtio Fix

embriologis celah insang hiu tumbuh sebagai hasil dari serentetan evaginasi faring yang

tumbuh ke luar dan bertemu dengan envaginasi dari luar. Setiap kali mulut hiu dibuka maka

air dari luar akan masuk ke faring kemudian keluar lagi melalui celah insang. Peristiwa

keluar masuknya air ini melibatkan kartilago sebagai penyokong filament insang. Ikan hiu

memiliki 5-7 pasang celah insang ditambah pasangan celah anterior non respirasi yang

disebut dengan spirakel.

Habitat

Habitat ikan hiu umumnya adalah di laut. Ikan hiu ditemukan di perairan dalam

berkarang dengan dasar yang tidak terlalu terjal.

Ikan Pari

Klasifikasi

Phylum : Chordata

Class : Chondrichthyes

Order : Myliobatiformes

Family : Dasyatidae

Genus : Dasyatis

Species : Dasyatis sp

41 | L a p o r a n P r a k t i k u m I k h t i o l o g i

Page 42: Lapak Ikhtio Fix

Morfologi Ikan

Ikan pari mempunyai bentuk tubuh gepeng melebar (depressed) dimana sepasang

sirip dada (pectoral, fins)-nya melebar dan menyatu dengan sisi kiri-kanan kepalanya,

sehingga tampak atas atau tampak bawahnya terlihat bundar atau oval. Ikan pari umumnya

mempunyai ekor yang sangat berkembang (memanjang) menyerupai cemeti. Pada beberapa

spesies, ekor ikan pari dilengkapi duri penyengat sehingga disebut ‘sting-rays’, mata ikan

pari umumnya terletak di kepala bagian samping terletak berdekatan dengan spiracle sebagai

alat indera. Pinna pectoralis ada pada kedua sisi paling sudut dari tubuhnya, pinna pelvic

yang berdekatan dengan ekor. Posisi dan bentuk mulutnya adalah terminal(terminal mouth)

dan umumnya bersifat predator. Ikan ini bernapas melalui celah insang (gill openings atau

gill slits) yang berjumlah 5-6 pasang. Posisi celah insang adalah dekat mulut di bagian

bawah (ventral). Ikan pari jantan dilengkapi sepasang alat kelamin yang disebut ‘clasper’

letaknya di pangkal ekor. Clasper berfungsi untuk memeluk ikan betina saat proses

perkawinan.Ikan pari betina umumnya berbiak secara melahirkan anak (vivipar) dengan

jumlah anak antara 5-6 ekor.

Anatomi Ikan

Bagian anatomi pada ikan pari berupa alat pencernaannya yang terdiri atas mulut,

42 | L a p o r a n P r a k t i k u m I k h t i o l o g i

Page 43: Lapak Ikhtio Fix

faring, esofagus, lambung, usus, kloaka, dan anus. Pada mulut terdapat rahang yang bergigi.

Faring terbuka dan berhubungan dengan 5 celah insang. Hepar terdiri dari 2 bagian

menempati rongga sebelah anterior dan ada kelenjar pankreas. Adapun jantung berperan

sebagai sistem sirkulasi ikan pari.

Habitat

Ikan pari dapat ditemukan di perairan tropis, subtropis (beriklim sedang), dan

perairan antartika yang dingin karena disrtibusi geografisnya sangat luas. Ikan ini pada

umumnya berenang disekitar dasar laut dengan mulut terbuka untuk mencari makanan

disekitarnya.

BAB III

HASIL PENGAMATAN

43 | L a p o r a n P r a k t i k u m I k h t i o l o g i

Page 44: Lapak Ikhtio Fix

44 | L a p o r a n P r a k t i k u m I k h t i o l o g i

Nama Ikan Parameter

Bobot Ikan Panjang Tubuh Ikan Panjang UsusIkan Mas

(Cyprinus carpio)77.8 gr 17.5 cm 26 cm

Ikan Nilem(Osteochilus hasselti)

25.15 gr 13.5 cm 98.5 cm

Ikan Kembung(Rastrelliger kanagurta)

79.9 gr 19.5 cm 85.6 cm

Ikan nila(Oreochromis niloticus)

95.3 gr 16.5 cm 168.5 cm

Ikan Belanak(Mugil cephalus)

89.7 gr 20 cm 62 cm

Ikan Lele(Clarias gariepenus)

104.2 gr 24.5 cm 31.5 cm

Ikan Hiu(Sphyrna sp)

490.4 gr 48 cm 42 cm

Ikan Pari(Dasyatis sp)

347.6 gr 62 cm Usus tidak dapat diuraikan

Page 45: Lapak Ikhtio Fix

Parameter Nama IkanIkan Mas(Cyprinus

carpio)

Ikan Nilem(Osteochilus

hasselti)

Ikan Kembung(Rastrelliger kanagurta)

Ikan nila(Oreochromi

s niloticus)

Ikan Belanak(Mugil

cephalus)

Ikan Lele(Clarias

gariepenus)

Ikan Hiu(Sphyrna sp)

Ikan Pari(Dasyatis sp)

Bentuk Tubuh Torpedo Compressed Torpedo Compressed Torpedo Depressed Depressed Depressed

Tipe Mulutmenurut

bentuknya

Biasa Biasa Biasa Biasa Biasa Penghisap Penghisap Biasa

Tipe Mulutmenurut letaknya

Terminal Terminal Terminal Terminal Terminal Terminal Inferior Inferior

Tipe Sisik Cycloid Cycloid Ctenoid Ctenoid Ctenoid - Placoid Placoid

Tipe Otot Piscine Piscine Piscine Piscine Piscine Piscine Piscine Cyclostomine

Jumlah Insang 4 Pasang 4 Pasang 4 Pasang 4 pasang 4 pasang 4 pasang 5 pasang 5 pasang

Bentuk sirip caudal

Homocercal Homocercal Homocercal Homocercal Homocercal Diphycercal Heterocercal Protocercal

Jumlah kumis 2 2 - - - 8 - -

Tipe Gigi Pharynx Geraham Cardifornis Canine Molariformis

Pyloric caeca - - Ada - Ada - - -

Finlet - - Ada - - - - -

Otot Merah - - Ada - - - - -

Alat Bantu Pernafasan

Gelembung renang

Gelembung Renang

- - - Arborescent - -

Duri Racun - - - - - Ada(Patil)

- Ada

45 | L a p o r a n P r a k t i k u m I k h t i o l o g i

Page 46: Lapak Ikhtio Fix

Pelindung Insang

Operkulum Operkulum Operkulum Operkulum Operkulum Operkulum Celah-celah Insang

Celah-celah Insang

46 | L a p o r a n P r a k t i k u m I k h t i o l o g i

Page 47: Lapak Ikhtio Fix

Data Tabel Sifat-Sifat Morfometrik

Keterangan: A: Ikan Mas C: Ikan Kembung E: Ikan Belanak G: Ikan Hiu

B: Ikan Nilem D: Ikan Nila F: Ikan Lele H: Ikan Pari

47 | L a p o r a n P r a k t i k u m I k h t i o l o g i

No ParameterJenis Ikan

A B C D19-03-2013 02-04-2013 09-04-2013 16-04-2013

1 Berat 77.8 gr 25.15 gr 79.9 gr 95.3 gr2 SL 13 cm 10.5 cm 16.5 cm 13.5 cm3 TL 16.5 cm 13.5 cm 19.5 cm 16.5 cm4 FL 14.5 cm - 17.5 cm 16.5 cm5 HL 4.2 cm 2.4 cm 4.5 cm 4.8 cm6 PreDL 5.8 cm 4.3 cm 5.5 cm 4.5 cm7 SnTL 2.3 cm 0.9 cm 1.3 cm 1.5 cm8 POL 2.1 cm 0.8 cm 2.3 cm 2.2 cm9 OL 0.7 cm 0.4 cm 1.2 cm 1 cm10 CPL 2 cm 2.8 cm 3.5 cm 1.6 cm11 BD 6 cm 3.3 cm 5.5 cm 6 cm12 CPD 2 cm 1.5 cm 3 cm 1.9 cm13 Dbasel 5.5 cm 3 cm 6.5 cm 8.5 cm14 Abasel 1.5 cm 0.7 cm 2 cm 2.5 cm15 VD 2.7 cm 1.7 cm 1.4 cm 3.3 cm16 Panjang Mata 0.7 cm 0.4 cm 1.2 cm 1 cm

No ParameterJenis Ikan

E F G H23-04-2013 30-04-2013 07-05-2013 14-05-2013

1 Berat 89.7 gr 104.2 gr 490.4 gr 347.6 gr2 SL 17.5 cm 21 cm 36 cm 22.5 cm3 TL 21.5 cm 23.5 cm 48 cm 62 cm4 FL 20 cm 24.5 cm 39 cm -5 HL 4.1 cm 4 cm 10.5 cm 6 cm6 PreDL 7.5 cm 7 cm 14 cm -7 SnTL 1 cm 1.5 cm 3.7 cm -8 POL 2.1 cm 2 cm 6.2 cm 5 cm9 OL 0.7 cm 0.3 cm 0.8 cm 0.8 cm10 CPL 4 cm 0.5 cm 4.5 cm -11 BD 4.2 cm 3 cm 7.5 cm -12 CPD 2.2 cm 1.5 cm 2.3 cm 2 cm13 Dbasel 7.3 cm 13.5 cm 17.3 cm -14 Abasel 1.3 cm 9.5 cm 2.3 cm 5 cm15 VD 0.2 cm 1.3 cm 6.2 cm 24 cm16 Panjang Mata 0.7 cm 0.3 cm 0.8 cm 0.8 cm

Page 48: Lapak Ikhtio Fix

Data Tabel Sifat-Sifat Meristik

No ParameterJenis Ikan

E F G H23-04-2013 30-04-2013 07-05-2013 14-05-2013

1

Jari-jari keras sirip D C A V P

D1=3;D2=00110

00001

00000

00000

2

Jari-jari lunak mengeras D C A V P

D1=0;D2=10000

00000

00000

00000

3

Jari-jari lunak sirip D C A V P

116105

14

68205169

D1=23;D2=792161711

00

18800

4

Perumusan Sirip Sirip DSirip CSirip ASirip VSirip P

D.0-III.0.1C.0.0.16A.I.0.10V.I.0.5

P.0.0.14

D.0.0.68C.0.0.20A.0.0.51V.0.0.6P.I.0.9

D.0.0.7-23C.0.0.92A.0.0.16V.0.0.17P.0.0.11

D.0.0.0C.0.0.0

A.0.0.18V.0.0.80P.0.0.0

5 Jumlah Sisik pada L1-L2

(32)(33)(34)(35)(35)(34) - - -

6 Jumlah sisik Ltr 1.1.2.1.3.1.5.1.6.1.7 - - -7 Jumlah sisik DOrigin 4 - - -8 Jumlah sisik AOrigin 18 - - -9 Jumlah sisik VOrigin 7 - - -

10 Jumlah misai (kumis) 0 8 - -11 Jumlah tapis insang 4 4 5 512 Jumlah finlet 0 - - 4

48 | L a p o r a n P r a k t i k u m I k h t i o l o g i

No ParameterJenis Ikan

A B C D19-03-2013 02-04-2013 09-04-2013 16-04-2013

1

Jari-jari keras sirip D C A V P

00000

00000

D1=2;D2=00000

170210

2

Jari-jari lunak mengeras D C A V P

10000

12000

00000

00000

3

Jari-jari lunak sirip D C A V P

19209

1014

15279

10

D1=7;D2=1222122218

121696

12

4

Perumusan Sirip Sirip DSirip CSirip ASirip VSirip P

D.0.i.19C.0.0.20A.0.0.9V.0.0.10P.0.0.14

D.0.i.15C.0.ii.2A.0.0.7V.0.0.9

P.0.0.10

D.0-II.0.7-12C.0.0.22A.0.0.12V.0.0.22P.0.0.18

D.XVII.0.12C.0.0.16A.II.0.9V.I.0.6

P.0.0.12

5 Jumlah Sisik pada L1-L2

36 37 - 32(4)25

6 Jumlah sisik Ltr 6 6 - 4-87 Jumlah sisik DOrigin 6 6 - 8--118 Jumlah sisik AOrigin 23 22 - 18-199 Jumlah sisik VOrigin 9 5 - 7-11

10 Jumlah misai (kumis) 2 2 0 011 Jumlah tapis insang 3 4 4 412 Jumlah finlet 0 0 10 (a=5;b=5) -13 Jumlah pilorik kaeka - - 1 -

Page 49: Lapak Ikhtio Fix

13 Jumlah pilorik kaeka 5 - - -

Keterangan: A: Ikan Mas C: Ikan Kembung E: Ikan Belanak G: Ikan Hiu

B: Ikan Nilem D: Ikan Nila F: Ikan Lele H: Ikan Pari

BAB IV

PEMBAHASAN

a. Morfologi Ikan

Fungsi dari tanda-tanda khusus pada ikan adalah untuk memberikan cirri spesifisik

ddari ikan tersebut, selain itu tanda-tanda khusus itu juga sering digunakan sebagai

pertahanan diri ikan tersebut. Tanda-tanda itu sangat berguna bagi sebagian besar ikan yang

memilikinya. Hal ini juga sering digunakan saat masa kawin sebagai daya pikat antar lawan

jenis (Djuanda, T, 1981)

Linea lateralis pada ikan merupakan suatu garis atau guratan yang digunakan sebagai

penyeimbang dari ikan tersebut. Linea lateral ini sangat berguna karena tanpa adanya linea

lateral ini ikan tidak bisa bergerak silincah dan seindah itu. Sudah jelas sekali dari definisi

Ikan Elasmobranchii merupakan ikan bertulang rawan, jadi morfologi luarnya kita tidak

mendapatkan sirip yang terdiri dari jari-jari lemah maupun jari-jari keras. Untuk ikan

Teleostei merupakan ikan bertulang sejati, jadi kita menemukan banyak sirip dengan jari-jari

pada masing-masing sirip tersebut. Untuk sisik pada ikan Teleostei terlihat lebih menonjol

dan kasar bila dibandingkan dengan ikan Elasmobranchia (Djuanda, T, 1981)

Ikan Teleostei merupakan ikan bertulang sejati, kita dapat menemukan banyak sirip

dengan jari-jari pada masing-masing sirip tersebut yang tidak kita temukan pada ikan

elasmobranchii karena sudah jelas sekali dari definisi Ikan Elasmobranchii merupakan ikan

bertulang rawan, jadi pada morfologi luarnya tidak akan kitatemukan sirip yang terdiri dari

jari-jari lemah maupun jari-jari keras (Djuanda, T, 1981)

49 | L a p o r a n P r a k t i k u m I k h t i o l o g i

Page 50: Lapak Ikhtio Fix

Untuk sisik pada ikan Teleostei terlihat lebih menonjol dan kasar bila dibandingkan

dengan ikan Elasmobranchia (Djuanda, T, 1981)

b. Sistem Integumen

Sudah jelas bahwa sistem integumen merupakan sistem yang menutupi tubuh ikan

beserta derivate-derivatnya. Jadi fungsi utama dari integument ini menutupi tubuh (otot)

beserta organ yang ada di dalamnya (Djuanda, T, 1981)

Pada masing-masing ikan mempunyai sistem integumen yang berbeda. Hal ini di

karenakan kebutuhan dari masing-masing ikan ini berbeda. Untuk ikan yang tinggal di daerah

yang berlumpur mempunyai lendir yang banyak apabila di bandingkan ikan yang hidupnya di

perairan biasa. Untuk sisik yang dimilikinya juga mempunyai perbedaan yang sangat jelas,

untuk ikan yang hidup pada area yang berrlumpur sisiknya tidak ada (sebenarnya ada, namun

sisik ini berukuran sangat kecil dan dilapisi oleh lendir yang sangat tebal), hal ini untuk lebih

memudahkan ikan tersebut untuk bergerak dengan sangat cepat apabila ada predator yang

ingin menangkapnya. Untuk ikan yang ada di perairan terbuka jelas mempunyai sisik yang

tertata sangat bagus dan agak keras (Djuanda, T, 1981).

Perbedaan sistem integumen dari ikan Elasmobranchii dan Teleostei dapat dilihat dari sisik

yang menutupi bagian luar tubuh ikan tersebut. Untuk ikan Elasmobranchii sisik terasa halus,

sedangkan ikan Teleostei terasa kasar saat dipegang oleh tangan. Untuk pewarnaan dari

tubuhnya sendiri kedua juga berbeda, untuk Ikan Elasmobranchii warna tubuhnya hampir

sama yaitu putih kebiruan. Untuk ikan Teleostei ini warna bagian atas berwarna keperakan

dan pada bagian bawah berwarna kehitaman (Djuanda, T, 1981).

c. Sistem Pencernaan

Pada sistem pencernaan jelas terlihat perbedaan antara ikan elasmobranchii dan ikan

teleostei. Hal ini dikarenakan perbedaan dari makanan yang dikonsumsi oleh kedua jenis ikan

tersebut. Ikan elasmobranchii ynag umumnya karnivora mempunyai usus yang lebih pendek

daripada ikan teleostei yang merupakan herbivora. Ini semua berkaitan dengan lama waktu

cerna dari zat makanan yang di konsumsi (Affandi, 2004).

d. Respirasi (Sistem Pernafasan)

Perbedaan sistem pernapasan anatar ikan elasmobranchii dan ikan teleostei terlihat

dari tutup insangnya. Pada Elasmobranchii tutup insangnya sangat lembek dan tidak terbuat

dari tulang keras seperti halnya ikan golongan Teleostei yang tersusun dari tulang keras.

Elasmobranchia mempunyai septum yang menonjol yang digunakan sebagai penutup insang

(Affandi, 2004).

50 | L a p o r a n P r a k t i k u m I k h t i o l o g i

Page 51: Lapak Ikhtio Fix

Gelembung renang (swim bladder) hanya dipunyai oleh ikan Teleostei. Hal ini

dikarenakan pada golongan ini berfungsi untuk alat hidrostatik, alat pernafasan tambahan,

alat resonator suara, dan alat pengeluar suara (Affandi, 2004).

e. Rangka

Rangka berfungsi untuk menegakkan tubuh, menunjang atau menyokong organ-organ

tubuh, melindungi organ- organ tubuh dan berfungsi pula dalam pembentukan butir darah

merah (Alamsjah, S. 1974). Perbedaan tulang perekat pada masing-masing sirip adalah ada

tidaknya tulang rawan pada setiap ikan. Jelas ikan elasmobranchii tidak memiliki tulang sejati

sebagai tempat melekatnya otot (Alamsjah, S. 1974)

f. Otot

Dari hasil pengamatan, otot atau urat daging dari ikan yang diamati menukjukkan ada

kesamaan pada ikan tersebut.

BAB V

KESIMPULAN

Setelah dilakukan serangkaian praktikum dan berdasarkan hasil pengamatan, maka

dapat disimpulkan bahwa :

1. Bentuk tubuh ikan beradaptasi dengan cara, tingkah laku

dari suatu habitat dimana habitat yang akan yang mempengaruhi alat tubuh dan tingkah

laku ikan tersebut.

2. Taksonomi ikan berdasarkan atas ciri – ciri morfologi

dalam dan morfologi luar yaitu genetikanya.

3. Kunci identifikasi ikan antara lain : susunan, jenis dan

rumus sirip, jenis sisik dan perhitungannya, tipe ekor dan tanda – tanda khusus lainnya.

4. Bentuk tubuh ikan elasmobranchi dan teleostei berbeda.

Bentuk ini juga menjadikan cara makan dan perilaku ikan berbeda.

5. Sistem anatomi tubuh pada ikan meyesuaikan pada

kebutuhan dan keadaanya. Contohnya sistem pencernaan yang meyesuaikan dengan jenis

makanan yang dikonsumsi ikan.

51 | L a p o r a n P r a k t i k u m I k h t i o l o g i

Page 52: Lapak Ikhtio Fix

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, R., Sjafei, D.S., Rahardjo, M.F. dan Sulistiono. 2004. Fisiologi Ikan, Pencernaan dan

Penyerapan Makanan. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 215 hal

Alamsjah, S. 1974. Ichthiyologi Sistematika (Ichthyologi – I). Proyek

Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi, IPB

Djuanda, T. 1981. Taksonomi, Morfologi, dan Istilah-istilah Teknik Perikanan. Akademis

Perikanan, Bandung

Djuanda, Tatang. 1981. Dunia Ikan. Armoco, Bandung

Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. Terjemahan. Penerbit PT.

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Rahadjo, M.F. 1985. Ictiologi Sebagai Pedoman Kerja Praktikum. IPB, Bogor

Rahardjo,MF.1980. Ichtyologi. IPB:IPB

Saanin, H. 1968. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bina Cipta: Jakarta.

http://eetzfeelz.wordpress.com/2012/10/27/welcome/

http://cikhacikhun.blogspot.com/2012/10/biologi-1-anatomi-ikan-nilem.html

http://kartikadwinusa.blogspot.com/2013/04/anatomi-ikan-nilem-osteochillus.html

52 | L a p o r a n P r a k t i k u m I k h t i o l o g i

Page 53: Lapak Ikhtio Fix

http://www.lulukalghazali.blogspot.com/2010/11/laporan-praktikum-biologi-perikanan.html

http://annehira.com

53 | L a p o r a n P r a k t i k u m I k h t i o l o g i