lapak parasit 2

42
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam suatu usaha budidaya ikan yang intensif dengan padat penebaran tinggi, dengan penggunaan pakan buatan yang sangat besar dapat mengakibatkan terjadinya suatu masalah. Masalah terbesar yang sering dianggap menjadi penghambat budidaya ikan adalah munculnya serangan penyakit. Penyakit dapat diartikan sebagai organisme yang hidup dan berkembang di dalam tubuh ikan sehingga organ tubuh ikan terganggu. Jika salah satu atau sebagian organ tubuh terganggu, akan terganggu pula seluruh jaringan tubuh ikan . Pada prinsipnya penyakit yang menyerang ikan tidak datang begitu saja, melainkan melalui proses hubungan antara tiga faktor, yaitu kondisi lingkungan (kondisi di dalam air), kondisi inang (ikan) dan kondisi jasad patogen (agen penyakit). Dari ketiga hubungan faktor tersebut dapat mengakibatkan ikan sakit. Serangan penyakit yang disertai gangguan hama dapat menyebabkan pertumbuhan ikan menjadi sangat lambat (kekerdilan), mortalitas meningkat, konversi pakan manjadi sangat tinggi dan menurunnya hasil panen (produksi). Ikan yang dipelihara dapat terserang hama dan penyakit karena diakibatkan oleh kualitas air yang memburuk dan malnutrisi. Ikan yang sehat akan mengalami pertumbuhan berat badan yang optimal. Ikan yang sakit sangat merugikan bagi para pembudidaya karena akan mengakibatkan penurunan produktivitas. Oleh karena itu agar ikan yang dipelihara di dalam wadah budidaya tidak terserang hama dan penyakit harus dilakukan 1

Upload: annisa-rizki-ramadhani

Post on 24-Jul-2015

504 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

praktikum

TRANSCRIPT

Page 1: Lapak Parasit 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Dalam suatu usaha budidaya ikan yang intensif dengan padat penebaran tinggi, dengan

penggunaan pakan buatan yang sangat besar dapat mengakibatkan terjadinya suatu masalah.

Masalah terbesar yang sering dianggap menjadi penghambat budidaya ikan adalah

munculnya serangan penyakit. Penyakit dapat diartikan sebagai organisme yang hidup dan

berkembang di dalam tubuh ikan sehingga organ tubuh ikan terganggu. Jika salah satu atau

sebagian organ tubuh terganggu, akan terganggu pula seluruh jaringan tubuh ikan . Pada

prinsipnya penyakit yang menyerang ikan tidak datang begitu saja, melainkan melalui proses

hubungan antara tiga faktor, yaitu kondisi lingkungan (kondisi di dalam air), kondisi inang

(ikan) dan kondisi jasad patogen (agen penyakit). Dari ketiga hubungan faktor tersebut dapat

mengakibatkan ikan sakit.

Serangan penyakit yang disertai gangguan hama dapat menyebabkan pertumbuhan ikan

menjadi sangat lambat (kekerdilan), mortalitas meningkat, konversi pakan manjadi sangat

tinggi dan menurunnya hasil panen (produksi). Ikan yang dipelihara dapat terserang hama

dan penyakit karena diakibatkan oleh kualitas air yang memburuk dan malnutrisi. Ikan yang

sehat akan mengalami pertumbuhan berat badan yang optimal. Ikan yang sakit sangat

merugikan bagi para pembudidaya karena akan mengakibatkan penurunan produktivitas.

Oleh karena itu agar ikan yang dipelihara di dalam wadah budidaya tidak terserang hama dan

penyakit harus dilakukan pencegahan. Pencegahan merupakan tindakan yang paling efektif

dibandingkan dengan pengobatan, Sebab, pencegahan dilakukan sebelum terjadi serangan,

baik hama maupun penyakit, sehingga biaya yang dikeluarkan tidak terlalu besar.

1.2. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah mencari parasit yang terdapat dalam ikan Nilem, Mas,

Ar-Ar, Lele, Tambakan yang dijadikan objek pengamatan dan mengidentifikasinya lalu

membandingkan data hasil pengamatan dari setiap kelompok lain .

1.3. Kegunaan

Menambah keterampilan dan wawasan praktikan mengenai parasit karena praktikan

mengidentifikasi parasit yang ditemukan. Selain itu juga memenuhi tugas mata kuliah Parasit

Dan Penyakit Perikanan..

1

Page 2: Lapak Parasit 2

1.4.Waktu dan Tempat

Praktikum kali ini dilaksanakan pada :

Hari, tanggal : Kamis, 4 Mei 2012 dan Kamis 11 Mei 2012

Jam : 10.00-12.30

Tempat : Laboratorium FHA, Laboratorium MSP, Laboratorium Akuakultur

FPIK

2

Page 3: Lapak Parasit 2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Ikan Lele (Clarias sp.)

Lele atau ikan keli, adalah sejenis ikan yang hidup di air tawar. Lele mudah dikenali

karena tubuhnya yang licin, agak pipih memanjang, serta memiliki "kumis" yang panjang,

yang mencuat dari sekitar bagian mulutnya.

Lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin, kecuali lele laut yang

tergolong ke dalam marga dan suku yang berbeda (Ariidae). Habitatnya di sungai dengan

arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Bahkan ikan lele bisa

hidup pada air yang tercemar, misalkan di got-got dan selokan pembuangan. Ikan lele bersifat

nokturnal, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele

berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam, ikan lele memijah pada musim

penghujan. Walaupun biasanya lele lebih kecil daripada gurami umumnya,namun ada

beberapa jenis lele yang bisa mencapai panjang 1-1,5 m dan beratnya bisa mencapai lebih

dari 2 kg,contohnya lele Wels dari Amerika.

Banyak jenis lele yang merupakan ikan konsumsi yang disukai orang. Sebagian jenis

lele telah dibiakkan orang, namun kebanyakan spesiesnya ditangkap dari populasi liar di

alam. Lele dumbo yang populer sebagai ikan ternak, sebetulnya adalah jenis asing yang

didatangkan (diintroduksi) dari Afrika.

Lele dikembangbiakkan di Indonesia untuk konsumsi dan juga untuk menjaga kualitas

air yang tercemar. Seringkali lele ditaruh di tempat-tempat yang tercemar karena bisa

menghilangkan kotoran-kotoran. Lele yang ditaruh di tempat-tempat yang kotor harus

diberok terlebih dahulu sebelum siap untuk dikonsumsi. Diberok itu ialah maksudnya

dipelihara pada air yang mengalir selama beberapa hari dengan maksud untuk

membersihkannya. Kadangkala lele juga ditaruh di sawah karena memakan hama-hama yang

berada di sawah. Lele sering pula ditaruh di kolam-kolam atau tempat-tempat air tergenang

lainnya untuk menanggulangi tumbuhnya jentik-jentik nyamuk.

3

Page 4: Lapak Parasit 2

2.1.1.Biologi Ikan Lele

Ikan lele adalah salah satu ikan yang berasal dari Taiwan dan pertama kali masuk ke

Indonesia pada tahun 1985 melalui sebuh perusahaan swasta di Jakarta (Suryanto, 1986).

Lele (Clarias sp.) merupakan salah satu dari berbagai jenis ikan yang sudah banyak

dibudidayakan di Indonesia, dalam habitatnya ikan lele sangat fleksibel, dapat dibudidayakan

dengan padat penebaran tinggi, pertumbuhannya sangat pesat, dan dapat hidup pada

lingkungan dengan kadar oksigen rendah.

Menurut Seanin (1984), klasifikasi ikan lele adalah sebagai berikut:

Kingdom        : Animalia

Sub-kingdom : Metazoa

Filum              : Chordata

Sub Filum      : Vertebrata

Kelas              : Pisces

Sub Kelas      : Teleostei

Ordo              : Ostariophysi

Sub Ordo       : Siluroidea

Famili             : Clariidae

Genus            : Clarias

Spesies          : Clarias sp.

Ikan lele (Clarias sp.) adalah ikan yang termasuk dalam golongan catfish. Ikan lele

mudah beradaptasi meskipun dalam lingkungan yang kritis, misalnya perairan yang kecil

kadar oksigennya dan sedikit air. Ikan lele juga termasuk ikan omnivor, yaitu pemakan segala

jenis makanan tetapi cenderung pemakan daging atau karnivora. Secara alami ikan lele

bersifat nokturnal, artinya aktif pada malam hari atau lebih menyukai tempat yang gelap,

tetapi dalam usaha budidaya ikan lele dibuat beradaptasi menjadi diurnal (Suryanto, 1986).

Ikan lele mempunyai bentuk badan yang berbeda dengan ikan lainnya, sehingga dapat

dengan mudah dibedakan dengan jenis-jenis ikan lain. Menurut Astuti (2003) ikan lele

memiliki bentuk badan yang memanjang, berkepala pipih, tidak bersisik, memiliki empat

pasang kumis yang memanjang sebagai alat peraba, dan memiliki alat pernapasan tambahan

(arborescent organ). Bagian depan badannya terdapat penampang melintang yang membulat,

sedang bagian tengah dan belakang berbentuk pipih.

Seperti yang sudah di sebutkan di atas, Ikan lele memiliki alat pernapasan tambahan

dalam kondisi lingkungan perairan yang sedikit akan kandungan oksigen terlarut disebut

4

Page 5: Lapak Parasit 2

dengan arboresence (Suryanto, 1986). Alat pernapasan tambahan ini terletak di bagian kepala

di dalam rongga yang dibentuk oleh dua pelat tulang kepala. Alat pernapasan ini berwarna

kemerahan dan berbentuk seperti tajuk pohon rimbun yang penuh kapiler-kapiler darah.

Mulutnya terdapat dibagian ujung moncong dan dihiasi oleh empat pasang sungut, yaitu satu

pasang sungut hidung, satu pasang sungut maksilar (berfungsi sebagai tentakel), dan dua

pasang sungut mandibula. Insangnya berukuran kecil dan terletak pada kepala bagian

belakang (Pillay, 1990).

Ikan lele mempunyai jumlah sirip punggung D.68-79, sirip dada P.9-10, sirip perut

V.5-6, sirip anal A.50-60 dan jumlah sungut sebanyak 4 pasang, 1 pasang diantaranya lebih

panjang dan besar. Panjang baku 5-6 kali tinggi badan dan perbandingan antara panjang baku

terhadap panjang kepala adalah 1: 3-4. Ukuran matanya sekitar 1/8 panjang kepalanya.

Giginya berbentuk villiform dan menempel pada rahang. Penglihatan lele kurang berfungsi

dengan baik, akan tetapi ikan lele memiliki dua buah alat olfaktori yang terletak berdekatan

dengan sungut hidung untuk mengenali mangsanya melalui perabaan dan penciuman. Jari-jari

pertama sirip pektoralnya sangat kuat dan bergerigi pada kedua sisinya serta kasar. Jari-jari

sirip pertama itu mengandung bisa dan berfungsi sebagai senjata serta alat penggerak pada

saat ikan lele berada di permukaan (Rahardjo dan Muniarti, 1984).

Semua jenis ikan lele berkembang dengan ovipar, yakni pembuahan telur di luar

tubuh. Ikan lele memiliki gonad satu pasang dan terletak disekitar usus. Ikan lele memiliki

lambung yang relatif besar dan panjang. Tetapi ususnya relatif pendek daripada badannya.

Hati dan gelembung renang ikan lele berjumlah 2 dan masing-masing sepasang.

Habitat ikan lele di alam adalah di perairan tergenang yang relatif dangkal, ada

pelindung atau tempat yang agak gelap dan lebih menyukai substrat berlumpur. Kualitas air

yang dianggap baik untuk kehidupan lele adalah suhu yang berkisar antara 20-30oC, akan

tetapi suhu optimalnya adalah 27oC, kandunga oksigen terlarut > 3 ppm, pH 6.5-8 dan NH3

sebesar 0.05 ppm (Khairuman dan Amri, 2002).

2.1.2.Morfologi Ikan Lele

Tidak seperti ikan lainya, agak sulit untuk mengatakan bentuk badan lele secara tepat.

Tengah badanya mempunyai potongan membulat, dengan kepala pipih kebawah (depressed),

sedangkan bagian belakang tubuhnya berbentuk pipih kesamping (compressed), jadi pada lele

ditemukan tiga bentuk potongan melintang ( pipih kebawah, bulat dan pipih kesamping).

5

Page 6: Lapak Parasit 2

Kepala bagian atas dan bawah tertutup oleh pelat tulang. Pelat ini membentuk

ruangan rongga diatas insang. Disinilah terdapat alat pernapasan tambahan yang tergabung

dengan busur insang kedua dan keempat. Mulut berada diujung moncng (terminal), dengan

dihiasi 4 pasang sungut. Lubang hidung yang depan merupakan tabung pendek berada

dibelakang bibir atas, lubang hidung sebelah belakang merupakan celah yang kurang lebih

bundar berada di belakang sungut nasal. Mata berbentuk kecil dengan tepi orbitalyang bebas.

Sirip ekor membulat, tidak bergabung dengan sirip punggung maupun sirip anal. Sirip perut

berbentuk membulat dan panjangnya mencapai sirip anal. Sirip dada dilengkapi sepasang duri

tajam / patil yang memiliki panjang maksimum mencapai 400 mm. Patil ini beracun terutama

pada ikan ikan remaja, sedangkan padaikan yang tua sudah agak berkurang racunya.

Ikan ini memiliki kulit berlendir dan tidak bersisik (mempunyai pigmen hitam yang

berubah menjadi pucat bila terkena cahaya matahari, dua buah lubang penciuman yang

terletak dibelakang bibir atas, sirip punggung dan dubur memanjang sampai ke pangkal ekor

namun tidak menyatu dengan sirip ekor, panjang maksimum mencapai 400 mm.

Ikan lele memiliki alat pernapasan tambahan yang disebut Aborescen organ yang

merupakan menbran yang berlipat-lipat penuh dengan kapiler darah. Alat ini terletak didalam

ruangan sebelah atas insang. Dalam sejarah hidupnya lele lele harus mengambil oksigen dari

udara langsung, untuk itu ia akan menyembul kepermukaan air. Oleh karena itu jika pada

kolam banyak terdapat eceng gondok ikan ini tidak berdaya.

Pada ikan lele, gonad ikan lele jantan dapat dibedakan dari ciri-cirinya yang memiliki

gerigi pada salah satu sisi gonadnya, warna lebih gelap, dan memiliki ukuran gonad lebih

kecil dari pada betinanya. Sedangkan, gonad betina ikan lele berwarna lebih kuning, terlihat

bintik-bintik telur yang terdapat di dalamnya, dan kedua bagian sisinya mulus tidak bergerigi.

Sedangkan organ – organ lainya dari ikan lele itu sendiri terdiri dari jantung, empedu, labirin,

gonad, hati, lambung dan anus.

2.1.3.Peranan Ikan Lele

Keunggulan ikan lele dibandingkan dengan produk hewani lainnya adalah kaya akan

Leusin dan Lisin. Leusin (C6H13NO2) merupakan asam amino esensial yang sangat diperlukan

untuk pertumbuhan anak-anak dan menjaga keseimbangan nitrogen. Leusin juga berguna

untuk perombakan dan pembentukan protein otot. Sedangkan Lisin merupakan salah satu dari

6

Page 7: Lapak Parasit 2

9 asam amino esensial yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringnan. Lisin

termasuk asam amino yang sangat penting dan dibutuhkan sekali dalam pertumbuhan dan

perkembangan anak. Pasalnya, asam amino ini sangat berguna untuk pertumbuhan dan

perkembangan tulang pada anak, membantu penyerapan kalsium dan menjaga keseimbangan

nitrogen dalam tubuh, dan memelihara masa tubuh anak agar tidak terlalu berlemak. Lisin

juga dibutuhkan untuk menghasilkan antibody, hormone, enzim, dan pembentukan kolagen,

disamping perbaikan jaringan. Tak kalah pentingnya, lisin bisa melindungi anak dari cold

sore dan virus herpes.

Peranan lainya yang menguntungkan dari ikan lele adalah: Sebagai bahan makanan

Ikan lele dari jenis C. batrachus juga dapat dimanfaatkan sebagai ikan pajangan atau ikan

hias. Ikan lele yang dipelihara di sawah dapat bermanfaat untuk memberantas hama padi

berupa serangga air, karena merupakan salah satu makanan alami ikan lele. Ikan lele juga

dapat diramu dengan berbagai bahan obat lain untuk mengobati penyakit asma, menstruasi

(datang bulan) tidak teratur, hidung berdarah, kencing darah dan lain-lain.

Selain peranan yang menguntungkan ikan lele juga dapat memiliki peranan yang

merugikan bagi manusia. Peranan yang merugikan tersebut diantaranya : Pada ikan lele yang

masih muda patilnya mengandung racun, sedangkan pada ikan lele yang agak tua racunya

agak berkurang. Ikan lele juga dapat memakan ikan-ikan lainya atau sebagai predator.

2.2.Ikan Ar-Ar (Carracius carracius)

Kingdom: Animalia

Phylum: Chordata

Class: Actinopterygii

Order: Cypriniformes

Family: Cyprinidae

Genus: Carassius

Species: C. carassius

7

Page 8: Lapak Parasit 2

Ikan Ar-ar (Carassius carracius) pertama kali dibudidayakan oleh masyarakat Cina

pada tahun 960-1729. Awalnya bentuk ikan ar-ar seperti ikan Mas (Cyprinus carpio L),

bedanya ikan ar-ar tidak memiliki sepasang sungut di mulutnya (Bachtiar 2002). Pada masa

dinasti Ming (tahun 1368-1644) popularitas ikan ar-ar mulai menanjak. Di sinilah

bermunculan ikan ar-ar dengan bentuk tubuh yang bervariasi dan unik. Perkembangan ikan

ar-ar kemudian merambah hingga ke negeri Jepang.

Di negeri matahari terbit ikan ar-ar terus mengalami perkembangan pesat sehingga

menghasilkan bentuk yang lebih bervariatif seperti saat ini. Dari negeri Sakura, ikan ar-ar

mulai menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia (Bachtiar 2002). Umumnya, bentuk

tubuh ikan ar-ar unik, bermata besar agak menonjol ke luar dan warna sisik yang menarik.

Ikan ar-ar tergolong mudah dipelihara karena sifatnya cukup adaptif terhadap lingkungan

yang baru. Tak mengherankan jika ikan ar-ar dengan berbagai varietasnya tersebar di seluruh

dunia (Bachtiar 2002).

Ikan ar-ar masuk ke dalam Kingdom Animalia, Subkingdom Eumetazoa, Filum

Chordata, Subfilum Vertebrata, Infrafilum Gnathostomata, Kelas Actinopterygii, Subkelas

Neopterygii, Superordo Teleostei, Ordo Clupeiformes, Family Cyprinidae, Genus Carassius

dan Spesiesnya berupa Carassius carracius (Freyhof 2004).

Salah satu jenis ikan ar-ar yang populer adalah Ikan ar-ar varietas Oranda (Spencer).

Ikan ini memiliki keunikan yang terletak pada kepalanya yang berjambul dan memiliki sirip

punggung (Iskandar dan Sitanggang 2003), hal tersebut dapat diamati pada Gambar 1.

Ikan ar-ar merupakan ikan hias air tawar yang hidup di perairan dengan air yang mengalir

tenang serta berudara sejuk (Bachtiar 2002). Ikan ini merupakan hewan omnivora (Watson et

al 2004) dan bukan hewan kanibal sehingga dapat dipelihara secara koloni dalam satu

lingkungan pemeliharaan (Iskandar dan Sitanggang 2003).

2.2.1.Morfologi Ikan Ar-Ar

Ikan ar-ar memiliki organ interna dan eksterna yang keseluruhan organ tersebut memiliki

ciri dan fungsi tertentu untuk mendukung kelangsungan hidup ikan (Yanong 2003). Insang

merupakan salah satu organ interna ikan ar-ar yang memiliki peranan penting bagi kelangsungan

hidup ikan. Peranan penting tersebut adalah sebagai media pertukaran gas (Campbell et al 2004).

Insang terdiri dari lamela insang primer, lamela insang sekunder dan tulang rawan insang. Lamela

primer adalah lamela yang bersentuhan langsung dengan tulang rawan insang dan lamela

sekunder merupakan percabangan dari lamela primer (Yanong 2003).

8

Page 9: Lapak Parasit 2

Insang akan mengoptimalkan ekstraksi oksigen dari air dan merupakan tempat untuk melepaskan

karbon dioksida. Ikan memompa air melalui mulut dan 5 keluar diantara celah insang lewat

gerakan terkoordinasi dari rahang dan operculum (penutup insang), agar terjadi ventilasi.

Ventilasi yang dimaksudkan berupa aktivitas inhalasi dan ekshalasi atau proses

mengambil oksigen dan melepaskan karbon dioksida lewat pernafasan. Ketika ventilasi terjadi,

darah mengalir dengan arah yang berlawanan dengan aliran air yang mengalir, oksigen akan

masuk ke dalam aliran darah dan CO2 akan dibuang ke air (Campbell et al 2004).

Usus merupakan salah satu organ interna ikan yang mengambil peranan dalam sistem

pencernaan. Usus berbentuk seperti tabung memanjang yang melingkar-lingkar dan mengisi

sebagian besar rongga abdomen. Makanan yang ditangkap oleh mulut akan masuk ke dalam

rongga mulut, melewati faring, esofagus, bola usus (intestinal bulb), usus kemudian sisa makanan

yang tidak diserap akan dikeluarkan lewat anus (Sarbahi 1951).

2.2.2.Biologi Ikan Ar-Ar

Suhu optimal air untuk hidup ikan ar-ar adalah 18-24ºC. Mempertahankan suhu untuk

terus berada dalam kisaran suhu optimal perlu dilakukan. Karena pemeliharaan di luar suhu

optimal dapat menekan sistem kekebalan tubuh ikan dan akan menyebabkan penurunan nafsu

makan serta gangguan pada pertumbuhan ikan. Ikan ar-ar dapat hidup dalam air yang

memiliki kandungan oksigen minimal 5 mg/L, pH 7-7.8, tingkat amoniak terlarut maksimal

0,05 mg/L dan tingkat nitrit terlarut maksimal 0,05 mg/L (Watson et al 2004).

Ikan ar-ar dianggap sebagai ikan yang tangguh karena dapat bertahan hidup di air

berkualitas buruk. Walaupun demikian, kualitas air penting di perhatikan agar pertumbuhan,

reproduksi dan kesehatan ikan berjalan optimal (Watson et al 2004). Ikan ar-ar dapat hidup

hingga umur 30 tahun dengan panjang mencapai 23 inches (58 cm) dan berat mencapai 2,7

kg .

2.3.Ikan Mas

Ikan mas atau Ikan karper (Cyprinus carpio) adalah ikan air tawar yang bernilai

ekonomis penting dan sudah tersebar luas di Indonesia. Di Indonesia, ikan mas memiliki

9

Page 10: Lapak Parasit 2

beberapa nama sebutan yakni kancra, tikeu, tombro, raja, rayo, ameh atau nama lain sesuai

dengan daerah penyebarannya.

Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) di perairan tawar yang airnya tidak terlalu

dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai atau danau. Ikan mas

dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150--600 meter di atas permukaan air laut (dpl)

dan pada suhu 25-30° C. Meskipun tergolong ikan air tawar, ikan mas kadang-kadang

ditemukan di perairan payau atau muara sungai yang bersalinitas (kadar garam) 25-30%0.

Ikan mas tergolong jenis omnivora, yakni ikan yang dapat memangsa berbagai jenis

makanan, baik yang berasal dari tumbuhan maupun binatang renik. Namun, makanan

utamanya adalah tumbuhan dan binatang yang terdapat di dasar dan tepi perairan.

2.3.1.Biologi Ikan Mas

Kerajaan: Animalia

Filum: Chordata

Kelas: Actinopterygii

Ordo: Cypriniformes

Famili: Cyprinidae

Genus: Cyprinus

Spesies: C. carpioNama binomial Cyprinus carpio(Linnaeus, 1758)

Ikan ini merupakan ikan pemakan organisme hewan kecil atau renik ataupun tumbuh-

tumbuhan (omnivore). Kolam yang di bangun dari tanah banyak mengandung pakan

alami,ikan ini mengaduk Lumpur,memangsa larva insekta,cacing-cacing mollusca

(Djarijah,2001).

Cahyono (2000) menyatakan, jenis makan dan tambahan yang biasa di berikan pada ikan

mas adalah bungkil kelapa atau bungkil kacang, sisa rumah pemotongan hewan, sampah

rumah tangga dan lain-lain, sedangkan untuk makanan buatan biasanya di berikan berupa

crumble dan pellet

2.3.2.Morfologi Ikan Mas

Ikan mas termasuk famili Cyprinidae yang mempunyai ciri-ciri umum, badan ikan mas

berbentuk memanjang dan sedikit pipih ke samping (Compresed) dan mulutnya terletak di

ujung tengah (terminal), dan dapat di sembulka, di bagian mulut di hiasi dua pasang sungut,

10

Page 11: Lapak Parasit 2

yang kadang-kadang satu pasang di antaranya kurang sempurna dan warna badan sangat

beragam (Susanto,2007).

Ikan mas dapat di klasifikasikan secara taksonomi (Susanto, 2007) sebagai berikut:

Tubuh ikan mas digolongkan (3) tiga bagian yaitu kepala, badan, dan ekor. Pada kepala

terdapat alat-alat seperti sepasang mata, sepasang cekung hidung yang tidak berhubungan

dengan rongga mulut, celah-celah insang, sepasang tutup insang, alat pendengar dan

keseimbangan yang tampak dari luar (Cahyono, 2000). Jaringan tulang atau tulang rawan

yang disebut jari-jari. Sirip-sirip ikan ada yang berpasangan dan ada yang tunggal, sirip yang

tunggal merupakan anggota gerak yang bebas. Selain itu system alat pencernaan ikan mas

secara umum terdiri atas saluran pencernaan berturut-turut dari mulut hingga ke anus sebagai

berikut:

1. Rongga mulut, di dalam rongga terdadat sebagai berikut

a. Lidah yang melekat pada dasar mulut dan tidak dapat di gerakan

b. Kelenjar-kelenjar lendir, tetapi tidak terdapat kelenjar ludah.

c. Rahang dengan gigi-gigi kecil berbentuk kerucut.

2. Faring, yaitu pangkal tenggorokan yang tempatnya yang sesuai dengan tempat insang.

3. Kerongkongan yaitu kelanjutan faring yang terletak di belakang insang.

4. Lambung yaitu kelanjutan kerongkongan yang merupakan pembesaran dari usus.

5. Ususnya panjang dan berliku-liku pada saluran pencernaan terdapat beberapa kelenjar

pencernaan, antara lain:

a) Hati, terletak di bagian muka rongga badan meluas mengelilingi usus.

b) Pangkereas terletak dibagian lambung dan usus.

c) Jantung, terletak di dalam rongga tubuh yang dibatasi dekat daerah insang dan di bungkus

oleh selaput.

Disamping alat-alat yang terdapat dalam, rongga peritoneum dan pericardium,

gelembung renang, ginjal, dan alat reproduksi pada sistem pernapasan ikan umumnya berupa

insang (Bactiar,2002)

Ikan mas dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada ketinggian antara 150-

1000 m diatas permukaan laut, dengan suhu 20oC-25oC pH air antara 7-8 (Herlina,2002).

Diantara jenis ikan Mas itu sendiri jika di amati lebih lanjut ada perbedaan dari segi sisik,

bentuk badan, sirip mata dan perbedaan ini menunjukkan adanya perbedaan ras pda jenis ikan

air tawar.

Ras-ras yang ada pada ikan mas antara lain:

1. Punten: Warna sisik hijau gelap, mata menonjol, gerakan lamban dan jinak punggung lebar

11

Page 12: Lapak Parasit 2

dan tinggi, ikan ini mempunyai panjang dan relatif pendek di bandingkan ikan mas lainya.

2. Sinyonya: Warna sisik kuning muda, badan relative panjang, mata tidak begitu menonjol

dan normal pada usia yang masih muda, sedang yang sudah tua sipit, yag masih muda

gerakannya jinak dan suka berkumpul pada permukaan air, perbandingan panjang dan

terhadap tinggi badan antara 3,66:1.

3. Majalaya: Warna sisik hijau keabu-abuan, dengan tepi sisik lebih gelap kearah punggung

badan relative pendek, punggung tinggi (membungkuk) dengan perbandingan panjang dan

tinggi badan 3,20:1 dan gerakan jinak.

4. Kumpai: Warnanya bermacam-macam, tanda yang khasnya adalah siripnya panjang dan

gerakannya lambat

5. Kancra Domas: Sisik kecil-kecil, bagian atas hijau kehitaman dan ada bagian titik yang

mengkilap, bagian bawah sebatas garis badan berwarna putih.

6. Fancy Carp (Koi): Warna beraneka ragam, gerakan lamban dan jinak, badan relatif pendek

dan tinggi.

2.4.Ikan Nilem (Osteochilus vittatus)

Nilem (Osteochilus vittatus) adalah sejenis ikan air tawar anggota suku Cyprinidae.

Ikan herbivora ini diketahui menyebar di Asia Tenggara: Tonkin, Siam Semenanjung

Malaya, Kalimantan, Sumatra, dan Jawa. Nilem merupakan ikan budidaya untuk konsumsi,

terutama di Jawa. Kini, nilem juga diintroduksi ke beberapa danau di Sulawesi.

Ikan nilem dapat mencapai panjang tubuh 32 cm. Di Jawa Barat, ikan nilem memiliki

popularitas sedikit di bawah ikan mas. Pada umumnya, ikan nilem dapat dipelihara pada

daerah dengan ketinggian sekitar 150-800 m dpl.

Ikan nilem adalah ikan organik yang artinya tidak membutuhkan pakan tambahan atau

pellet. Ikan nilem termasuk ikan pemakan tumbuh-tumbuhan (herbivora). Larva yang baru

menetas biasanya memakan jenis zooplankton (hewan yang berukuran kecil atau mikro yang

hidup diperairan dan bergerak akibat arus perairan) yaitu rotifer. Sedangkan benih dan ikan

dewasa memakan tumbuh-tumbuhan air seperti chlorophyceae, characeae, ceratophyllaceae,

polygonaceae (Susanto, 2006).

Ikan nilem tergolong ikan bersisik lingkaran (silkoid), rahang atas sama pajang atau

lebih pajang dari diameter mata. Permulaan sirip punggung berhadapan dengan sisik garis ke-

8 sampai garis rusuk ke-10, bentuk sirip dubur agak tegak. Sisirp perut tidak mencapai dubur

(Saanin, 1980). Saanin (1984) menyatakan bahwa cirri-ciri ikan nilem adalah badan

memajang, pipih kesamping kompres. Panjang baku 2,5 sampai 3 kali tinggi badan. Mulut

12

Page 13: Lapak Parasit 2

dapat disambulkan dengan bibir berkerut. Sungut ada dua pasang, permukaan sirip punggung

terletak dibelakang permulaan sirip dada. Sisik pada Linea Lteralis (LL) 33-36 buah. Sirip

ekor bercagak kedalam.

2.4.1.Biologi Ikan Nilem

Kerajaan: Animalia

Filum: Chordata

Kelas: Actinopterygii

Ordo: Cypriniformes

Famili: Cyprinidae

Genus: Osteochilus

Spesies: O. vittatus

Nama binomial: Osteochilus vittatus

Ikan nilem (Osteochilus vittatus) merupakan ikan herbivore, yaitu memakan makanan

yang berupa makanan nabati, antara lain yaitu alga filamen dan plankton lainnya. Kebiasaan

makanan  ikan  (food  habits)  adalah  kuantitas  dan kualitas makanan yang dimakan oleh

ikan, sedangkan kebiasaan cara memakan (feeding habits) adalah waktu, tempat dan caranya

makanan itu didapatkan oleh ikan. Kebiasaan makanan dan cara memakan ikan secara alami

bergantung pada lingkungan tempat ikan itu hidup. Tujuan mempelajari kebiasaan makanan

(food habits) ikan dimaksudkan untuk mengetahui pakan yang dimakan oleh setiap jenis ikan.

Ikan nilem merupakan ikan air tawar yang banyak terdapat diperairan umum terutama

diperairan mengalir atau agak tergenang serta kaya akan oksigen terlarut. Ikan nilem

mempunyai bentuk tubuh pipih, mulut dapat disembulkan, posisi mulut terletak diujung

(terminal), sedangkan posisi sirip terletak di belakang sirip dada (abdominan). Ikan nilem

(Osteochilus vittatus) hidup di perairan yang jernih. Oleh karena itu, ikan ini dapat ditemukan

di sungai-sungai. Populasi ini hanya cocok dipelihara di daerah sejuk, yang tingginya diatas

permukaan air laut mulai dari 150m – 1000m, tetapi yang paling baik adalah di daerah

setinggi 800m, dengan suhu air optimum 180C – 280C (Soeseno, 1985).

13

Page 14: Lapak Parasit 2

2.4.2 Morfologi Ikan Nilem

Ikan nilem atau Silver Shark minnow Familia Cyprinidae, Genus Osteochilus, Species

Osteochilus vittatus mempunyai ciri morfologi antara lain bentuk tubuh hampir serupa

dengan ikan mas. Bedanya, kepala ikan nilem relatif lebih kecil. Pada sudut-sudut mulutnya,

terdapat dua pasang sungut peraba. Warna tubuhnya hijau abu-abu. Sirip punggung memiliki

3 jari-jari keras dan 12-18 jari-jari lunak. Sirip ekor berbentuk cagak dan simetris. Sirip dubur

disokong oleh 3 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak. Sirip perut disokong oleh 1 jari-jari keras

dan 8 jari-jari lunak. Sirip dada terdiri dari 1 jari-jari keras dan 13-15 jari-jari lunak. Jumlah

sisik pada gurat sisi ada 33-36 keping. Dekat sudut rahang atas ada 2 pasang sungut peraba.

Menurut Djuhanda (1982), lengkung insang pada ikan nilem berupa tulang rawan

yang sedikit membulat dan merupakan tempat melekatnya filamen-filamen insang. Arteri

branchialis dan arteri epibranchialis terdapat pada lengkung insang di bagian basal pada

kedua filamen insang pada bagian basalnya. Tapis insang berupa sepasang deretan batang-

batang rawan yang pendek dan sedikit bergerigi, melejat pada bagian depan dari lengkung

insang. Ikan nilem memiliki gelembung renang untuk menjaga keseimbangan di dalam air.

2.5.Ikan Tambakan (Helostoma temmincki)

Ikan tambakan (Helostoma temminckii) adalah salah satu jenis ikan air tawar yang

berasal dari wilayah tropis, tepatnya Asia Tenggara. Ikan ini pada awalnya berasal dari

Thailand hingga Indonesia sebelum akhirnya diintroduksi ke seluruh dunia. Ikan ini juga

dikenal dengan nama gurami pencium karena kebiasaannya "mencium" saat mengambil

makanan dari permukaan benda padat maupun saat berduel antara sesama pejantan. Di

Indonesia sendiri, ikan ini memiliki banyak nama seperti bawan, biawan, hingga ikan

samarinda.

14

Page 15: Lapak Parasit 2

2.5.1.Biologi Ikan Tambakan

Kerajaan: Animalia

Filum: Chordata

Kelas: Actinopterygii

Ordo: Perciformes

Upaordo: Anabantoidei

Famili: Helostomatidae

Genus: Helostoma

Spesies: H. temminckii

Ikan tambakan merupakan ikan air tawar yang bersifat bentopelagik (hidup di antara

permukaan dan wilayah dalam perairan). Wilayah asli tempatnya tinggal umumnya adalah

wilayah perairan tropis yang dangkal, berarus tenang, dan banyak terdapat tanaman air. Pada

awalnya ikan tambakan hanya ditemukan di perairan air tawar Asia Tenggara, namun

belakangan mereka menyebar ke seluruh wilayah beriklim hangat sebagai binatang

introduksi.

Ikan tambakan adalah ikan omnivora yang mau memakan hampir segala jenis

makanan. Makanannya bervariasi, mulai dari lumut, tanaman air, zooplankton, hingga

serangga air. Bibirnya yang dilengkapi gigi-gigi kecil membantunya mengambil makanan

dari permukaan benda padat semisal batu. Ikan tambakan juga memiliki tapis insang (gill

raker) yang membantunya menyaring partikel plankton dari air. Saat sedang mencabut

makanan yang menempel di permukaan benda padat memakai mulutnya itulah, ikan ini bagi

manusia terlihat seolah-olah sedang "mencium" benda tersebut.

Ikan tambakan termasuk ikan yang mudah berkembang biak. Di alam liar, dalam

waktu kurang dari 15 bulan, populasi minimum mereka sudah bisa bertambah hingga dua kali

lipat populasi awalnya. Reproduksi ikan tambakan sendiri terjadi ketika periode musim

kawinnya sudah tiba. Di Thailand misalnya, musim kawin ikan tambakan terjadi antara bulan

Mei hingga Oktober.

Perkawinan antara kedua ikan tambakan yang berbeda jenis kelamin terjadi di bawah

tanaman air yang mengapung. Ikan tambakan betina selanjutnya akan melepaskan telur-

telurnya yang kemudian akan mengapung di antara tanaman air. Tidak seperti anggota

subordo Anabantoidei lainnya, ikan tambakan tidak membuat sarang maupun menjaga anak-

anaknya sehingga anak ikan tambakan yang baru menetas sudah harus mandiri. Sehari setelah

15

Page 16: Lapak Parasit 2

pertama kali dilepaskan ke air, telur-telur tersebut akan menetas dan setelah sekitar dua hari,

anak-anak ikan tambakan sudah bisa berenang bebas.

Ikan tambakan juga dijuluki sebagai "ikan gurami pencium" karena kebiasaannya

dalam memakai bibirnya untuk "mencium" benda-benda lain maupun ikan tambakan lainnya.

Sebenarnya ikan tambakan tidak bena-benar mencium. Saat sedang mencium benda-benda

padat semisal batu, ikan ini sebenarnya sedang menggerogoti makanan yang menempel pada

permukaan benda padat tersebut. Ikan tambakan jantan juga saling beradu mulut satu sama

lain untuk menegaskan supremasinya atas pejantan lain saat menjaga wilayah kekuasaannya.

Perilaku adu bibir ini tidak pernah berakibat fatal, namun di dalam tangkapan, ikan tambakan

jantan yang terus menerus kalah usai duel adu bibir bisa mati akibat stress.

2.5.2.Morfologi Ikan Tambakan

Ikan tambakan memiliki tubuh berbentuk pipih vertikal. Sirip punggung dan sirip

analnya memiliki bentuk dan ukuran yang hampir serupa. Sirip ekornya sendiri berbentuk

nyaris bundar atau mengarah cembung ke luar, sementara sirip dadanya yang berjumlah

sepasang juga berbentuk nyaris bundar. Di kedua sisi tubuhnya terdapat gurat sisi, pola

berupa garis tipis yang berawal dari pangkal celah insangnya sampai pangkal sirip ekornya.

Kurang lebih ada sekitar 43-48 sisik yang menyusun gurat sisi tersebut. Ikan tambakan

diketahui bisa tumbuh hingga ukuran 30 sentimeter.

Salah satu ciri khas dari ikan tambakan adalah mulutnya yang memanjang.

Karakteristik mulutnya yang menjulur ke depan membantunya mengambil makanan semisal

lumut dari tempatnya melekat. Bibirnya diselimuti oleh semacam gigi bertanduk, namun gigi-

gigi tersebut tidak ditemukan di bagian mulut lain seperti faring, premaksila, dentary, dan

langit-langit mulut. Ikan tambakan juga memiliki tapis insang (gill raker) yang membantunya

menyaring partikel-partikel makanan yang masuk bersama dengan air.

Ada dua jenis ikan tambakan berdasarkan warnanya, namun mereka masih termasuk

dalam spesies yang sama: ikan tambakan berwarna hijau dan ikan tambakan berwarna pucat

atau merah muda. Belakangan, ada juga jenis ikan tambakan yang ukurannya lebih kecil dari

ikan tambakan kebanyakan dan bentuknya bundar nyaris menyerupai balon. Variasi genetis

ikan tersebut biasa dikenal dengan nama "gurami pencium kerdil" atau "balon merah muda".

2.6.Penyakit dan Parasit Ikan

Berdasarkan daerah penyebaran, penyakit atau parasit ikan dapat dibagi menjadi 3 golongan

yaitu :

16

Page 17: Lapak Parasit 2

1. Penyakit atau parasit pada kulit

Penyakit atau parasit ini menyerang bagian kulit ikan sehingga dengan mudah dapat

dideteksi. Apabila organisme penyebabnya berukuran cukup besar, maka dengan mudah

dapat langsung diidentifikasi. Akan tetapi bila berukuran kecil harus di identifikasi

dengan mempergunakan sebuah mikroskop atau dengan mengamati akibat yang

timbulkan oleh serangan organisme-organisme tersebut.

Biasanya ikan yang terserang akan terlihat menjadi pucat dan timbul lendir secara

berlebihan. Organisme yang menyerang bagian kulit dapat berasal dari golongan bakteri,

virus, jamur atau lainnya. Bila disebabkan oleh jamur, maka akan terlihat bercak-bercak

berwama putih, kelabu atau kehitam-hitaman pada kulit ikan.

Ikan yang mengalami serangan penyakit atau parasit pada kulitnya, biasanya akan

menggosok-gosokkan badannya kebenda-benda disekelilingnya sehingga sering kali

menimbulkan luka baru yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi sekunder.

2. Penyakit atau parasit pada insang 

Penyakit atau parasit yang menyerang organ insang agak sulit untuk dideteksi secara

dini karena menyerang bagian dalam ikan. Salah satu cara yang dianggap cukup efektif

untuk mengetahui adanya serangan penyakit atau parasit pada insang adalah mengamati

pola tingkah laku ikan. Ciri utama ikan yang terserang organ insangnya adalah menjadi

sulit untuk bernafas. Selain itu, tutup insang akan mengembang sehingga sulit untuk

ditutup dengan sempurna. Jika serangannya sudah meluas, lembaran-lembaran insang

menjadi semakin pucat. Sering pula dijumpai adanya bintik-bintik merah pada insang

yang menandakan telah terjadi pendarahan (peradangan). Jika terlihat bintik putih pada

insang, kemungkinan besar di sebabkan oleh serangan parasit kecil yang menempel.

3. Penyakit atau parasit pada organ dalam 

Ciri utama ikan yang terkena serangan penyakit atau parasit pada organ (alat-alat)

dalamnya adalah terjadi pembengkakan di bagian perut disertai dengan berdirinya sisik.

Akan tetapi dapat terjadi pula bahwa ikan yang terserang organ dalamnya memiliki perut

yang sangat kurus. Jika pada kotoran ikan sudah dijumpai bercak darah, ini berarti pada

usus terjadi pendarahan (peradangan). Jika serangannya sudah mencapai gelembung

renang biasanya keseimbangan badan ikan menjadi terganggu sehingga gerakan

berenangnya jungkir balik tidak terkontrol.

Beberapa tindakan pencegahan penyakit yang dapat dilakukan sebagai berikut:

17

Page 18: Lapak Parasit 2

1. Sebelum pemeliharaan, kolam harus dikeringkan dan dikapur untuk memotong siklus

hidup penyakit.

2. Kondisi lingkungan harus tetap dijaga, misalnya kualitas air tetap baik.

3. Pakan tambahan yang diberikan harus sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Jika

berlebihan dapat mengganggu lingkungan dalam kolam.

4. Penanganan saat panen harus baik dan benar untuk menghindari agar ikan tidak luka-luka.

5. Harus dihindari masuknya binatang pembawa penyakit seperti burung, siput atau keong

mas.

BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

A. Alat

1. Alat tulis (kertas dan pulpen)

18

Page 19: Lapak Parasit 2

2. Penggaris

3. Timbangan Digital

4. Cawan petri

5. Mikroskop

6. Kaca objek

7. Peralatan untuk membedah :

Pinset (forceps) untuk menjepit Ikan

Pisau bedah (scalpel) untuk membedah ikan

Jarum tusuk

Cawan Petri

Gunting bedah

Baki

B. Bahan

1 Ikan Mas

2 Ikan Nilem

3 Ikan Ar-Ar

4 Ikan Tambakan

5 Ikan Lele

3.2 Prosedur Praktikum

A. Pengamatan ektoparasit

Pengamatan ini bertujuan mencari dan menentukan ektoparasit pada bagian tubuh

eksternal ikan yaitu sirip, kulit, dan insang yang menimbulkan gangguan pada kesehatan

ikan. Langkah kerjanya yaitu :

1) Siapkan peralatan identifikasi yaitu mikroskop, dan peralatan bedah ikan,

2) Mukus dari ikan diambil dengan menggunakan scalpel atau slideglass,

3) Encerkan dengan akuades dan selanjudnya ditutup dengan cover glass.

4) Semua helai insang baik insang kiri maupun kanan dilepas

19

Page 20: Lapak Parasit 2

5) Letakkan pada petri disk secara terpisah.

6) Buka rongga mulut periksa ada tidaknya parasit pada rongga tersebut.

7) Cuci rongga hidung dengan menggunakan pipet.

8) Periksa sisik dan sisi bagian dalamnya. Lalu tempelkan pada objek glass.

9) Gunting setiap sirip dan letakkan diatas objek glass secara terpisah.

10) Catat setiap spesies jan jumlah parasit yang ditemukan pada setiap organ.

B. Pengamatan Endoparasit

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari dan menentukan endoparasit yang tergolong

cacing atau protozoa yang hidup pada bagian tubuh eksternal ikan. Langkah kerjanya

yaitu :

1) Rongga tubuh bagian dalam dibuka dengan menggunting dari anus. Hindari

menggunting usus, karena kemungkinan parasit ada didalam usus.

2) Periksa organ-organ viscera in situ. Organ-organ viscera (gall dan urinary bladder,

hati, limpah, ginjal, gonad, jantung otak dan mata) dipindahkan pada petri disk secara

terpisah untuk pemeriksaan.

3) Gunting organ pencernaan mulai dari pangkal anus sampai pada lokasi sekitar insang.

4) Setelah pemeriksaan permukaan luar organ pencernaan, lakukan pemotongan

terhadap bagian-bagian tertentu seperti lambung, pyloruc caeca, bagian anterior,

tengah dan posterior usus dan rectum. Bagian-bagian tersebut dibuka dan diperiksa

parasitnya.

5) Setelah itu mucus dari organ tersebut dikeruk dengan scalpel/ slide. Dinding dari

saluran pencernaan diperiksa dengan menggunakan cahaya dari bawah.

6) Kemudian catat setiap spesies dan jumlah parasit yang ditemukan pada setiap organ.

20

Page 21: Lapak Parasit 2

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil Praktikum

4.1.1. Hasil Praktikum Kelompok 5

Hasil Praktikum Identifikasi Parasit 4 Mei 2012

21

Page 22: Lapak Parasit 2

Identifikasi Parasit Pada Ikan Lele Setelah Pengobatan dengan Kunyit 1250 ppm (Lele dari

praktikum pengobatan)

No Jenis Parasit

Ektoparasit

Jenis Parasit

Endoparasit

Siri

pKulit

Insan

gUsus Otot

1. Dactylogyrus - - 1 - - -

2. Myxobolus - - 10 - - -

Identifikasi Parasit Pada Ikan Ar-Ar

No Jenis Parasit

Ektoparasit

Jenis Parasit

Endoparasit

Siri

pKulit

Insan

gUsus Otot

1. Dactylogyrus - 1 - - - -

Identifikasi Parasit Pada Ikan Tambakan

Tidak ada hasilnya sebab praktikum terhenti saat mati lampu.

Hasil Praktikum Identifikasi Parasit 11 Mei 2012

Identifikasi Parasit Pada Ikan Mas

No Jenis Parasit

Ektoparasit

Jenis Parasit

Endoparasit

Siri

pKulit

Insan

gUsus Otot

1. Dactylogyrus - - 1 - - -

Identifikasi Parasit Pada Ikan Nilem

No Jenis ParasitEktoparasit

Jenis ParasitEndoparasit

Sirip Kulit Insang Usus Otot

1. Ichthyophthiru

s

- 2 - - - -

2. Dactylogyrus 5

3. Gyrodactylus 2

4. Nematoda 2

4.1.2.Hasil Praktikum Sekelas

22

Page 23: Lapak Parasit 2

Ikan Lele

No Nama Penyakit 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12

13

14

15

Total

Intensitas (%)

Prevalensi (%)

1 Gyrodactylus sp.       4   3 2 5 1     2       17283,333333

3 40

2 Dactylogyrus sp.       2 1 2 3   2     6 1 9 3 29322,222222

2 60

3 Trichodina sp. 1                     3       4 20013,3333333

3

4 Myxosoma sp. 5                             5 5006,66666666

7

5 Argulus sp.   2                           2 2006,66666666

7

6 Sparganum sp.   2   3                       5 25013,3333333

3

7 Rhabditis sp.                       1       1 1006,66666666

7

8 Echinostoma sp.                       1       1 1006,66666666

7

9Acanthocephala

sp.             1                 1 1006,66666666

7

10 Lernea sp.             1                 1 1006,66666666

7

11 Ergasilus sp.      22                       22 2200

6,666666667

12 Nyctoterus sp.       2                       2 2006,66666666

7

13 Anisakis sp.       3                       3 3006,66666666

7

14 Myxobolus sp.        10                     10 1000

6,666666667

Intensitas= Jumlah ParasitJumlah IkanYang Diserang

× 100 %

Prevalensi= Jumlah IkanYang TerinfeksiJumlah IkanYang Diperiksa

× 100 %

Ikan Ar-Ar

No

Nama Penyakit 1 2 3 4 5 6 7 8 910

11

12

13

14

15

Total

Intensitas (%)

Prevalensi (%)

1Gyrodactylus

sp.              3 2            

5166,666666

7 0,133333333

2 Trichodina sp.                       4     2 6 200 0,133333333

3 Myxobolus sp.       1                       1 50 0,066666667

4 Anisakis sp.   1   4                      5

166,6666667 0,133333333

5 Nyctoterus sp.   1   3                      4

133,3333333 0,133333333

6Dactylogyrus

sp.        1             8      

9 300 0,133333333

Intensitas= Jumlah ParasitJumlah IkanYang Diserang

× 100 %

Prevalensi= Jumlah IkanYang TerinfeksiJumlah IkanYang Diperiksa

× 100 %

23

Page 24: Lapak Parasit 2

Ikan Tambakan

(tidak ada data akibat mati lampu)

No Nama Penyakit 1 2 3

Ikan Nilem

No Nama Penyakit 1 2 3 Total Intensitas (%) Prevalensi (%)1 Gyrodactylus sp. 2 7 9 450 66,66666667

2Ichthyopthirus

sp. 2 2 200 33,333333333 Dactylogyrus sp. 5 5 500 33,333333334 Nematoda sp. 2 2 200 33,33333333

Intensitas= Jumlah ParasitJumlah IkanYang Diserang

× 100 %

Prevalensi= Jumlah IkanYang TerinfeksiJumlah IkanYang Diperiksa

× 100 %

Ikan Mas

No Nama Penyakit 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 151 Gyrodactylus sp. 6 8 52 Dactylogyrus sp. 1 1 6 3 1 10 2 33 Myxobolus sp. 3 1 1 24 Chironomus sp. 5 Trichodina sp. 1 13 1 6 Diplozoon sp. 1 4 2 1 7 Ichthyopthirus sp. 4 5 8 Acarus sp. 1 1 1 9 Nematoda sp. 4

10 Opecoelus sp. 1 11 Rhabditis sp. 112 Epistylis sp. 1 13 Trichodinella sp. 1 14 Nyctoterus sp. 2

1 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 2 29 30 Total Intensitas (%) Prevalensi (%)

24

Page 25: Lapak Parasit 2

6 8

5     2       2       3 2 2   35 388,8888889 30

2     4 1 14   4 8 3 7 5 2 9 17 103 515 66,66666667

      1                       8 160 16,66666667

      2                       2 200 3,333333333

                              15 500 10

                  1           9 180 16,66666667

                              9 450 6,666666667

                              3 100 10

                              4 400 3,333333333

                              1 100 3,333333333

                              1 100 3,333333333

                              1 100 3,333333333

                              1 100 3,333333333

                              2 200 3,333333333

Intensitas= Jumlah ParasitJumlah IkanYang Diserang

× 100 %

Prevalensi= Jumlah IkanYang TerinfeksiJumlah IkanYang Diperiksa

× 100 %

4.2.Pembahasan

Dalam praktikum kali ini kelompok kami kelompok 5 menemukan bahwa ikan yang

diteliti baik itu ikan lele, ikan ar-ar, ikan nilem, dan ikan mas semuanya rata-rata terjangkit

oleh ektoparasit. Ektoparasit yang paling sering muncul adalah Dactylogyrus.

Dactylogyrus sp. lebih suka menyerang insang. Cacing ini bentuknya pipih dan pada

ujung badan dilengkapi alat yang berfungsi sebagai pengait dan pengisap darah. Ikan yang

terserang menjadi kurus dan kulit tidak terlihat cerah lagi. tutup insang tidak dapat menutup

dengan sempurna. Gejala infeksi pada ikan antara lain  pernafasan ikan meningkat, produksi

lendir berlebih.

25

Page 26: Lapak Parasit 2

Dactylogyrus sp digolongkan ke dalam phylum Vermes, subphylum Platyhelmintes,

kelas Trematoda, ordo Monogenea, famili Dactylogyridae, subfamilyDactylogyrinae dan

genus Dactylogyrus. Hewan parasit ini termasuk cacing tingkat rendahn (Trematoda).

Dactylogyrus sp sering menyerang pada bagian insang ikan    air tawar, payau dan laut.

Dactylogyrus sp mempunyai ophistapor (posterior sucker) dengan 1 – 2 pasang kait besar dan

14 kait marginal yang terdapat pada bagian posterior. Kepala memiliki 4 lobe dengan dua

pasang mata yang terletak di daerah pharynx.

Pada bagian tubuhnya terdapat posterior Haptor. Haptornya ini tidak memiliki struktur

cuticular dan memiliki satu pasang kait dengan satu baris kutikular, memiliki 16 kait utama,

satu pasang kait yang sangat kecil.

Pada data kelas didapatkan bahwa rata-rata intensitas penyakitnya lebih dari 100%, hal ini

berarti ikan yang diteliti sudah terinfeksi oleh parasit dengan intensitas sangat tinggi,

intensitas menggambarkan jumlah parasit tertentu yang ditemukan pada ikan yang diperiksa

dan terinfeksi. Pada data kelas didapatkan bahwa rata-rata prevalensinya rendah, prevalensi

menggambarkan persentase parasit tertentu dalam populasi ikan.

BAB V

26

Page 27: Lapak Parasit 2

KESIMPULAN

5.1.Kesimpulan

* Dalam praktikum untuk pemeriksaan ikan lele, ar-ar, nilem, mas, banyak ditemukan

ektoparasit. Parasit dominan yang sering ditemukan yaitu Dactylogyrus.

* Dalam data kelas ditemukan intensitas parasit rata-rata lebih dari 100%. Artinya

jumlah parasit yang ditemukan dalam suatu ikan yang terinfeksi, sangat tinggi. Terinfeksi

berat.

* Dalam data kelas ditemukan prevalensi bervariasi. Artinya persentase ikan yang

terinfeksi oleh parasit tertentu dalam populasi ikan bervariasi.

5.2.Saran

* Praktikan harus lebih teliti mengambil sampel karena bisa saja pada bagian tubuh yang

dianggap tidak terdapat parasit, terdapat parasit namun tidak teramati.

* Praktikan harus belajar lebih cepat dalam mengidentifikasi penyakit agar praktikum

berjalan tepat waktu.

DAFTAR PUSTAKA

27

Page 28: Lapak Parasit 2

Astuti, Asrini Budi. 2003. Interaksi Pestisida dan Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila pada

Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.). Skripsi. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Effendie, Moch Ichsan. Biologi Perikanan. Jakarta: Yayasan Pustaka Nusantama; 2002

Effendi.H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya Dan Linkungan Perairan

Afrianto, I. dan Liviawati, E. (1998) Beberapa Metode Budidaya Ikan. Yogyakarta : Kanisesis

(Anggota IKAPI).

Bachtiar, Y. 2002. Pembesaran Ikan Mas di Kolam Perkarangan. Agromedia Pustaka. Jakarta

Cahyono, B. 2002. Budidadaya Air Tawar. Kanisius. Yogyakarta 10-14 hal

Djarijah, A. S. 2001. Pembenihan Ikan Mas. Kanisius. Yogyakarta, 30-34 hal

28