final makalah

37
BAB V STRUKTUR BASEMENT 5.1 Struktur Basement Seiring dengan perkembangan kemajuan teknologi dimana kebutuhan akan pembangunan semakin meningkat, namun lahan yang dimiliki terbatas sehingga mendukung para engineer untuk memanfaatkan lahan yang terbatas semaksimal mungkin menjadi bangunan bertingkat. Bangunan bertingkat tidak hanya berarti berada diatas permukaan tanah, melainkan juga dapat dibuat di bawah permukaan tanah yang dikenal dengan basement. Basement adalah sebuah tingkat atau beberapa tingkat dari bangunan yang keseluruhan atau sebagian terletak di bawah tanah. Jadi, basement adalah ruang bawah tanah yang merupakan bagian dari bangunan gedung. Struktur basement gedung bertingkat secara garis besar terdiri dari diantaranya raft foundation, kolom, dinding basement, balok dan pelat lantai. Struktur-struktur tersebut, yang dikerjakan adalah struktur beton bertulang dengan sistem dicor ditempat (cast in place). Pembuatan basement tentunya menggunakan sistem penggalian tanah. Bagian ini yang biasa terjadi dan merupakan langkah awal berdirinya sebuah gedung tinggi. Kendala yang dihadapi pada pekerjaan galian basement adalah faktor runtuhnya dinding tanah vertikal dan munculnya air tanah ke permukaan pada galian. Sehingga dalam pelaksanaan konstruksi basement, ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan, yaitu: metode konstruksi, retaining wall dan dewatering.

Upload: allosaputra

Post on 14-Nov-2015

141 views

Category:

Documents


25 download

DESCRIPTION

studek

TRANSCRIPT

BAB VSTRUKTUR BASEMENT5.1 Struktur BasementSeiring dengan perkembangan kemajuan teknologi dimana kebutuhan akan pembangunan semakin meningkat, namun lahan yang dimiliki terbatas sehingga mendukung para engineer untuk memanfaatkan lahan yang terbatas semaksimal mungkin menjadi bangunan bertingkat. Bangunan bertingkat tidak hanya berarti berada diatas permukaan tanah, melainkan juga dapat dibuat di bawah permukaan tanah yang dikenal dengan basement.Basement adalah sebuah tingkat atau beberapa tingkat dari bangunan yang keseluruhan atau sebagian terletak di bawah tanah. Jadi, basement adalah ruang bawah tanah yang merupakan bagian dari bangunan gedung. Struktur basement gedung bertingkat secara garis besar terdiri dari diantaranya raft foundation, kolom, dinding basement, balok dan pelat lantai. Struktur-struktur tersebut, yang dikerjakan adalah struktur beton bertulang dengan sistem dicor ditempat (cast in place). Pembuatan basement tentunya menggunakan sistem penggalian tanah. Bagian ini yang biasa terjadi dan merupakan langkah awal berdirinya sebuah gedung tinggi.Kendala yang dihadapi pada pekerjaan galian basement adalah faktor runtuhnya dinding tanah vertikal dan munculnya air tanah ke permukaan pada galian. Sehingga dalam pelaksanaan konstruksi basement, ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan, yaitu: metode konstruksi,retaining walldan dewatering.

5.2 KONSTRUKSI DIAFRAGMA WALL

5.2.1 PENGERTIAN DIAFRAGMA WALLDiafragma Wall sebenarnya adalah merupakan konstruksi dinding penahan tanah (retaining wall ), yang membedakan dengan konvensional retaining wall adalah pada metode pelaksanaan dan kelebihan lain yang tidak diperoleh pada dinding penahan tanah sistem konvensional. Namun demikian terdapat beberapa kelemahan yang harus diperhatikan sehingga tidak mengakibatkan terjadinya gangguan pada saat bangunan dioperasikan.Pada umumnya dinding penahan tanah dipakai untuk kontruksi bangunan dibawah permukaan tanah (basement) atau penahan tebing supaya tidak longsor atas beban diatasnya dan mungkin bangunan khusus misalnya bunker.

5.2.2 METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI DIAFRAGMA WALLA. PERSIAPAN1. Melakukan marking area yang akan dikerjakan diafragma wall.2. Jika pada proses marking sudah benar dan mendapat persetujuan pihak yang terkait pada proyek tersebut, maka dilanjutkan dengan membuatguide line, yaitu mengali pada area marking dengan kedalam sekitar 100 cm dan memberikan perkuatan dengan beton mutu rendah ( K125) dengan tebal 20 30 cm. Guide line ini diperlukan agar alat pengali ( yaitu mesin Grab ) dapat mudah mengikuti alur galian yang ditentukan .Seperti pada gambar dibawah ini.

Gambar 5.1 Lebar GalianSumber Gambar : Wikipedia.com

3. Menentukan tempat pembuatan pembesian jika diafragma wall dilakukan metoda cor in situ, atau menentukan tempat perletakan untuk pemakaian precast sistem.4. Menentukan tempat pencampuran antara air dan bentonite. Campuran ini akan dialirkan pada galian diafragma wall untuk menghindari terjadinya keruntuhan galian.5. Karena pekerjaan diaframa wall ini biasanya diikuti dengan pondasi yang memakai bor pile maka harus ditentukan juga urutan kerja antara pekerjaan diafragma wall dan bor pile agar selalu silmultan.6. Peralatan terkait harus sudah tersedia dilapangan. Alat tersebut seperti : Mobil Crane minimal 2 buah ( 1 untuk pengalian diafragma wall dan 1 untuk bor pile), Mesin Grab, Mesin Bor , Casing bor pile, pompa air untuk sirkulasi campuran bentonite , ultra sonic sonding dan peralatan lain yang terkait pekerjaan pembesian.

Gambar 5.2 Mesin GrabSumber Gambar : Wikipedia.com

B. PELAKSANAANSeperti halnya pekerjaan dinding penahan pada umumnya maka step pertama adalah melakukan penggalian. Penggalian dengan mengunakan mesin grab. Lebar galian adalah setebal dinding diafragma antara 30 50 cm sedangkan panjang galian adalah sekitar 5 meter. Kedalaman galian disesuaikan dengan kebutuhan kedalaman basement.Misalnya untuk 2 basement maka kedalaman minimal adalah 10 meter.Bersamaan dengan melakukan pengalian ini harus juga dialirkan campuran air + bentonite secara continue, agar tidak terjadi keruntuhan.Sebelum rangkaian pembesian dimasukkan ( untuk cor insitu ) atau panel precast masuk, harus dicek dulu dengan ultrasonic sonding untuk diketahui adanya keruntuhan atau tidak.Sistem pengalian dilakukan secara selang-seling. (misalnya galian diberi nomor 1,2, 3 dst maka pengalian pertama adalah nomor 1, pengalian kedua adalah nomor 2 dst ).Hal ini dilakukan untuk meminimalkan terjadinya keruntuhan pada dinding galian.Pekerjaan rangkaian pembesian harus disiapkan secara simultan dengan penggalian, sehingga saat galian sudah siap maka rangkaian pembesian juga sudah siap.( Karena galian hanya boleh dibiarkan maximal 2 x 24 ).Model rangkaian pembesian adalah double reinforced ( tulangan rangkap ) yang berfungsi menahan gaya geser dan momen lentur pada diafragma wall.Rangkaian pembesian ini pada sisi-sisi tebalnya diberi end plate yang berfungsi untuk penyambung antar diafragma wall. Setelah pengecekan dengan ultrasonic dilakukan dan menunjukan tidak ada keruntuhan pada dinding galian maka melangkah pada tahap berikutnya yaitu: Untuk Cor In Situ.1. Memasukkan rangkaian pembesian.Rangkaian pembesian pada sisi yang nantinya menjadi dinding dalam basement dipasang juga terpal supaya tampilan diafragma wallnya bisa bagus/rata.2. Melakukan pengecoran dengan concrete pump sampai selesai.3. Untuk pemakaian dengan sistem precast maka setelah galian siap langsung memasukan panel Precast diafgrama wall. Gambar yang diambil dari Brasfond dibawah ini mungkin dapat memperjelas uraian diatas.

Gambar 5.3 Sistem PrecastSumber Gambar : Wikipedia.com5.2.3 KEUNTUNGAN MENGGUNAKAN DIAFRAGMA WALLa. Biasanya pada lokasi bangunan yang sangat padat ( pemukiman atau gedung lainnya), kendala untuk membuat basement adalah pada pekerjaan galiannya. Dengan diafragma wall ini maka hal ini dapat diatasi, karena metoda penggalian dengan mesin grab ini tidak akan terlalu menggangu terhadap lingkungan sekitar dari kebisingan, kerawanan longsor, dan penurunan pondasi bangunan. Pekerjaan pemasangan sheet pile dari baja yang berisik dan rawan terjadi pergeseran lapisan tanah tidak ada pada pekerjaan difragma wall ini. Begitu juga dewatering, belum diperlukan pada pelaksaanaan awal diafragma wall ini. Dengan demikian maka akan reliable pengunaan konstruksi diafragma wall untuk bangunan basement pada lingkungan yang padat.b. Memungkinkan tercapainya penyelesaian yang lebih cepat dibandingkan dengan metoda konvesional karena dapat diterapkan sistem top-down construction, yaitu pekerjaan struktur ke atas dan ke bawah bisa dilaksanakan secara bersamaan.c. Tingkat untuk basement bisa lebih banyak, karena dengan diafragma wall ini kedalaman galian bisa lebih dalam dibandingkan dengan dinding penahan tanah konvensional.5.2.4 KEKURANGAN MENGGUNAKAN DIAFRAGMA WALLa. Biaya konstruksi relative lebih mahal dibandingkan metoda konvensional.b. Untuk diafragma wall dengan metoda cor in situ, jika pekerjaan galian tidak hati-hati rawan terjadi ketidak rataan permukaan dinding sisi dalam.c. Masih diperlukan pekerjaaninjection groutingpada sambungan untuk mengatasi kebocoran ( sistem cor in situ maupun precast ).d. Tidak bisa diterapkan untuk pekerjaan dinding penahan tanah pada tepi tebing.e. Diperlukan tim lapangan yang handal, untuk menjaga simultan dengan pekerjaan pondasi bore pile dan pemasangan king post serta strutting sebagai penahan diafragma wall ini saat dilakukan pengalian tanah untuk sisi dalam ( yang dipakai untuk basement).

Gambar 5.4 Diafragma WallSumber Gambar : Wikipedia.com

5.2.5 KONSTRUKSI BASEMENT

5.2.5.1 PENGERTIAN BASEMENTBasement adalah sebuah tingkat atau beberapa tingkat dari bangunan yang keseluruhan atau sebagian terletak di bawah tanah. Basement adalah ruang bawah tanah yang merupakan bagian dari bangunan gedung. Pada masa ini basement dibuat sebagai usaha untuk mengoptimalkan penggunaan lahan yang semakin padat dan mahal. Tidak semua bangunan memiliki basement. Untuk bangunan yang memilikinya, tungku perapian (furnace), alat pemanas air (water heater), pelataran mobil dan sistem pengaturan suhu dari satu rumah atau bangunan secara khas terlokasi pada tingkatan terbawah bangunan ini; sehingga menjadi suatu kenyamanan tersendiri untuk pemasangan dan aplikasi bagian seperti sistem distribusi elektrik, dan titik distribusi televisi kabel .Basement memberikan satu kesempatan untuk ahli bangunan untuk mencapai suatu titik balik dalam pengeluarannya, dan customer/klien untuk mendapatkan keuntungan dengan membangun sebuah bagunan yang bernilai potensi lebih. Dalam pelaksanaan konstruksi basement, ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan, yakni metode konstruksi,retaining walldandewatering.

Gambar 5.5 Struktur BasementSumber Gambar : Wikipedia.com

5.2.5.2 PEMILIHAN TIPE BASEMENTSebelum menentukan tipe basement seperti apa yang akan dibangun, terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan demi kesempurnaan bangunan. Faktor faktor tersebut antara lain:a. Ketinggian air tanah di lokasib. Kemungkinan kontaminasi dari air tanahc. Drainase alamid. Jenis tanahe. Akses ke lokasi

5.2.5.3 TIPE-TIPE BASEMENTTipe A Perlindungan Tanki (Tanked Protection)Struktur tidak memiliki perlindungan integral untuk melawan penetrasi air tanah dan selanjutnya sangat bergantung pada lapisan membran kedap air (waterproofing membrane). Sistem struktur anti air yang dipilih harus dapat mengatasi tekanan hidrostatik dari air bawah tanah, bersama dengan lapisan yang ada sesuai dengan beban yang ditumpu.

Gambar 5.6 Sistem Tranked ProtectionSumber Gambar : Wikipedia.com

Struktur tembok dapat menggunakan pratekan (prestressed), beton yang dikuatkan atau beton polos ataupun batuan keras dengan sistem struktural kedap air digabungkan secara eksternal selama konstruksi. Atau dapat diterapkan secara internal pada basement yang telah selesai dibangun. Tembok batuan keras (masonry) bisa jadi memerlukan penambahan semen untuk menghasilkan permukaan yang cukup bagus untuk mendapatkan sistem kedap air yang diharapkan. Bentuk konstruksi ini cukup mumpuni tergantung dari sistem kedap air (waterproofing) yang dipakai, juga menghasilkan ketahanan yang tingggi dari pergerakan air tanah.

Gambar 5.7 Struktur Tembok Menggunakan PratekanSumber Gambar : Wikipedia.com

1. Tipe B Perlindungan integral terstruktrur (structurally integral protection)Struktur membutuhkan pembangunan struktur itu sendiri untuk dibangun sebagai kulit integral tahan air. Pembangunan beton yang dikuatkan atau pratekan yang tanpa alternatif lain, struktur basement haruslah dirancang dengan parameter yang pasti dan ketat untuk memastikan ketahanan airnya. Kebanyakan rancangan harus dibangun sesuai dengan rekomendasi BS 8007 atau BS 8110, yang memberikan petunjuk kwalitas beton dan jarak antar tulangan.Tanpa adanya tambahan membran yang terpisah, bentuk konstruksi ini bisa dikatakan tidak sama tahannya terhadap air dan pergerakan uap air seperti tipe A atau C.

Gambar 5.8 Perlindungan integral terstrukturSumber Gambar : Wikipedia.com

2. Tipe C Perlindungan dengan pengaliran (drained protection)Struktur menggabungkan rongga alir di antara struktur basement. Ketergantungan permanen daripada rongga ini untuk mengumpulkan air tanah sepanjang palung rembesan struktur dan langsung meneruskan air tersebut ke pembuangan air dari drainase atau dengan pemompaan.

Gambar 5.9 Perlindungan PengaliranSumber Gambar : Wikipedia.com

Struktur tembok dapat menggunakan pratekan (prestressed), beton yang dikuatkan atau beton polos ataupun batuan keras. Tembok basement bagian luar harus memiliki ketahanan yang cukup terhadap air untuk memastikan rongga air yang ada hanya mendapatkan limpahan air yang terkontrol. Jika tidak, sistem rongga ini tidak dapat mengatasi air bah melewati batas limpahan air terutama selama kondisi badai/banjir.

Gambar. 5.10 Struktur Tembok PratekanSumber Gambar : Wikipedia.com

Bentuk konstruksi ini cukup mumpuni tergantung dari sistem kedap air (waterproofing) yang dipakai, juga menghasilkan ketahanan yang tingggi dari pergerakan air tanah.

5.2.6 STRUKTUR BASEMENT Struktur basement gedung bertingkat (tidak termasuk pondasi tiang), secara garis besar terdiri dari :1. Raft foundation Raft foundationadalah salah satu tipe pondasi bangunan gedung bertingkat.Jika pada umumnya, pondasi gedung merupakan gabungan antaratiang pancang/bored pile,pile cap/poordantie beam, maka sistemraft foundationmenghilangkan pile cap dan tie beam diganti dengan sebuah pondasi masif yang menyatukan seluruh pile cap atau bored pile yang ada.Jika disederhanakan,raft foundationbisa juga disebut sebagai pile cap raksasa, yang menggabungkan bukan hanya 4/5 tiang pancang/bored pile, melainkan semua bagian gedung.

Gambar. 5.11 Sistem Raft FoundationSumber Gambar : Wikipedia.com2. KolomKolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko, 1996). SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil. Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Bila diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan sebuah bangunan berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban hembusan angin. Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh.

Gambar. 5.11 Detail Prototype KolomSumber Gambar : Wikipedia.com

3. Dinding BasementDinding pada basement harus dirancang agar kokoh dan kuat, mengingat fungsinya sebagai retaining wall(penahan beban tekanan tanah dan air). Ketebalan dinding betonnya berkisar antara 15-17.5 cm, bergantung pada kedalaman lantai basement-nya. Sementara untuk mengantisipasi adanya rembesan air, dinding mutlak diberi lapisanwaterproofing.

Gambar 5.12 Dinding BasementSumber Gambar : Wikipedia.com

4. Balok dan Plat LantaiBalok dan pelat adalah elemen dari sebuah bangunan. Kegagalan dalam merencanakan dimensi dan penulangan dapat menyebabkan keruntuhan dari bangunan tersebut.

Gambar 5.13 Balok Dan Plat LantaiSumber Gambar : Wikipedia.comPelaksanaan struktur basement saat ini ada dua cara, yaitu:1. Sistem Bottom UpPada sistem ini, struktur basement dilaksanakan setelah seluruh pekerjaan galian selesai mencapai galian elevasi rencana (sistem konvensional). Pelat basement paling bawah dicor terlebih dahulu sehingga menjadi Raft foundation dengan metode papan catur, kemudian basement diselesaikan dari bawah keatas, dengan menggunakan scaffolding. Kolom, balok dan slab dicor ditempat (cast in place). Pada sistem ini galian tanah dapat berupa open cut, sering tidak menggunakan dewatering cut off, tetapi menggunakan dewatering sistem predrainage dan struktur dinding penahan tanahnya menggunakan steel sheet pile yang bisa sementara maupun permanen dengan perkuatan strutting, ground anchor atau free cantilever. Dalam hal ini pekerjaan dewatering akan diberhentikan, harus dihitung lebih dahulu apakah struktur basement yang telah selesai dibangun mampu menahan tekanan ke atas dari air tanah yang ada, agar terjadi deformasi dari bangunan yang dapat menyebabkan keretakan struktur.1. Sistem Top DownPada sistem ini, struktur basement dilaksanakan bersamaan dengan pekerjaan galian basement, urutan penyelesaian balok dan pelat lantainya dimulai dimulai dari atas kebawah, dan selama proses pelaksanaan, struktur plat dan balok tersebut didukung oleh tiang baja yang disebut King Post (yang dipasang bersamaan dengan bored pile). Sedangkan dinding basement dicor lebih dulu dengan sistem diaphragm wall, dan sekaligus diaphragm wall berfungsi sebagai cut off dewatering.

5.6.2.1 Metode Pelaksanaan Konstruksi Sistem Bottom Up (Konvensional)Secara garis besar kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan konstruksi basement dengan metode bottom up ialah sebagai berikut:1. Mobilisasi peralatan.2. Pelaksaanaan pondasi tiang.3. Pelaksanaan dinding penahan tanah (sheet pile).4. Penggalian dan pembuangan tanah.5. Dewatering.6. Poer pondasi.7. Waterproofing.8. Tie beam dan pondasi rakit.9. Dinding basement dan struktur bertahap keatas.10. Lantai basement bertahap keatas.Secara umum, kegiatan-kegiatan pekerjaan tersebut diatas adalah item pekerjaan utama yang hampir dapat selalu ditemukan dalam suatu pelaksanaan pekerjaan basement dengan metode bottom up. Berikut adalah gambaran pelaksanaan pekerjaan berdasarkan urutan pekerjaan yang mana harus dimulai dari lantai dasar basement.

Gambar. 5.14 Pelaksanaan Basement dengan Metode Bottom UpSumber Gambar : Wikipedia.com

Kemungkinan lain dapat saja terjadi, tetapi pada umumnya tata cara pelaksanaan metode basement bottom up akan mengikuti pola demikian. Beberapa hal yang dapat disebut merupakan ciri-ciri pelaksanaan basement dengan metode bottom up yang lazim dilakasanakan dari jabaran di atas adalah:1. Metode bottom up tidak memerlukan tata cara manajemen proyek secara khusus, karena umumnya sudah menjadi hal yang biasa dilaksanakan.2. Diperlukan pengendalian muka air tanah sekeliling secara intensif.3. Dinding penahan tanah dapat tetap atau sementara, tetapi yang pasti untuk pelakasanaannya tidak dapat dilakukan simultan dengan pekerjaan lain, dinding penahan tanah adalah awal dari pekerjaan basement yang mutlak dilakukan sebelum pekerjaan lainnya dimulai kecuali tiang pondasi.4. Setiap usaha mempercepat waktu pelaksanaan, pada umumnya menyebabkan penambahan sumber daya baik manusia maupun peralatan yang tidak sebanding dengan produksinya.5. Semakin dalam (semakin banyak jumlah basement) metode pelaksanaan ini akan semakin sulit.6. Diperlukan luas lahan yang cukup untuk mengendalikan transportasi galian tanah vertikal.7. Akibat proses penggalian dan kebutuhan akan konstruksi samentara yang banyak, maka kondisi lingkungan proyek akan padat dan kotor.8. Kemungkinan melakukan kombinasi pelaksanaan secara simultan dengan kegiatan lainnya amat minim karena metode konstruksi memberikan urutan kegiatan demikian.9. Biaya pelaksanaan sampai dengan kedalaman tertentu relatif lebih murah.

5.6.2.2 Metode Pelaksanaan Konstruksi Sistem Top DownPada metode konstruksi Top Down, stuktur basement dilaksanakan bersamaan dengan pekerjaan galian basement, urutan penyelesaian balok dan plat lantainya dimulai dari atas ke bawah, dan selama proses pelaksanaan, struktur plat dan balok tersebut didukung oleh tiang baja yang disebut King Post (yang dipasang bersamaan dengan bored pile). Sedang dinding basement dicor lebih dulu dengan sistem diaphragm wall, dan sekaligus diaphragm wall tersebut.Biasanya untuk penggalian basement digunakan alat khusus, seperti excavator ukuran kecil. Bila jumlah lantai basement banyak, misal lima lantai, maka untuk kelancaran pekerjaan, galian dilakukan langsung untuk dua lantai sekaligus, sehingga space cukup tinggi untuk kebebasan proses penggalian. Lantai yang dilalui, nantinya dilaksanakan dengan cara biasa, menggunakan scaffolding (seperti pada sistem bottom up biasa).Bila struktur basement telah selesai, maka tiang king post dicor beton dan bila diperlukan dapat ditambah penulangannya. Lubang lubang lantai basement yang dipergunakan untuk pegankutan tanah galian, ditutup kembali. Pengecoran struktur atas, dilaksanakan seperti biasa, yaitu dari bawah ke atas (lantai satu, dua, dan seterusnya).Untuk pelaksanaan lantai yang dilalui agar space galian cukup longgar. Maka lantai yang bersangkutan dicor dengan sistem scaffolding biasa. Bila struktur king post cukup kuat. Maka pada saat menyelesaikan basement, dapat dibarengi dengan struktur atas (sering disebut dengan sistem up and down).Pada prinsipnya metode Top down dapat disebut sebagai cara membangun terbalik, yaitu membangun dari atas ke bawah . secara teknis, metode ini sudah bukan menjadi masalah lagi di Indonesia, tetapi mengingat bahwa metode baru pada akhir-akhir ini dicoba, maka permasalahan yang timbul adalah kapan digunakan metode ini serta bagaimana teknik manajemennya agar tercapai tujuan utama proyek tersebut.Berikut ini tahapan dalam pelaksanaan metode konstruksi top down:1. Pengecoran bored pile dan pemasangan king post2. Pengecoran diaphragm wall.3. Lantai basement 1, dicor di atas tanah dengan lantai kerja4. Galian basement 1, dilaksanakan setelah lantai basement 1 cukup strenghtmya menggunakan excavator kecil). Disediakan lubang lantai dan ramp sementara untuk pembuangan tanah galian.5. Lantai basement 2, dicor diatas tanah dengan lantai kerja.6. Galian basement 2, dilaksanakan seperti galian basement 1, begitu seterusnya.7. Terakhir mengecor raft foundation.8. King post dicor, sebagai kolom struktur.9. Bila diperlukan, pelaksanaan basement, dapat dimulai struktur atas, sesuai dengan kemampuan dari king post yang ada (sistem up & down)

Gambar. 5.15 Pemasangan bore pile dan king postSumber Gambar : Wikipedia.com

Gambar. 5.16 Pengecoran lantai basement 1 dan 2Sumber Gambar : Wikipedia.com

Gambar. 5.17 Pengecoran lantai basement 1, 2 dan 3Sumber Gambar : Wikipedia.com

Gambar. 5.18 Galian Raft FoundationSumber Gambar : Wikipedia.com

Biasanya untuk penggalian basement digunakan alat khusus, seperti excavator ukuran kecil. Bila jumlah lantai basement banyak, misal lima lantai, maka untuk kelancaran pekerjaan, galian dilakukan langsung untuk dua lantai sekaligus, sehingga space cukup tinggi untuk kebebasan proses penggalian. Lantai yang dilalui, nantinya dilaksanakan dengan cara biasa, menggunakan scaffolding (seperti pada sistem bottom up biasa).Bila struktur basement telah selesai, maka tiang king post dicor beton dan bila diperlukan dapat ditambah penulangannya. Lubang-lubang lantai basement yang dipergunakan untuk pengangkutan tanah galian, ditutup kembali. Pengecoran struktur atas, dilaksanakan seperti biasa, yaitu dari bawah ke atas (lantai satu, dua, dan seterusnya) .Untuk pelaksanaan yang dilalui agar space galian cukup longgar, maka lantai yang bersangkutan dicor dengan sistem scaffolding biasa. Bila struktur king post cukup kuat. Maka pada saat menyelesaikan basement, dapat dibarengi dengan struktur atas (sering disebut dengan up and down).

Gambar 5.19 Struktur Basement Top DownSumber Gambar : Wikipedia.comSalah satu detail king post, dapat dijelaskan sebagai berukut:a. Lantai pertama dan sebagian kolom dicor, dengan memasang starter bar untuk kolom.

Gambar 5.20 Penulangan lantai basementSumber Gambar : Wikipedia.comb. Lantai berikutnya juga dicor dengan cara yang sama. Kemudian starter bar kolom bawah dan atasnya disambung. Kemudian kolom yang bersangkutan. dicor.

Gambar 5.21 Penulangan tiang king postSumber Gambar : Wikipedia.com

5.6.2.3 Kekurangan dan Kelebihan Metode Pelaksanaan Konstruksi Sistem Bottom Up dan Sistem Top DownA. Metode Konstruksi Bottom UpKekurangan metode konstruksi Bottom Up ini diantaranya ialah:a) Transportasi vertikal membutuhkan lahan yang luasnya sebanding dengan kedalamannya.b) Pelaksanaan dewatering perlu lebih intensif.c) Penggunaan konstruksi sementara sangat banyak.d) Hampir dapat dipastikan diperlukan ground anchor.e) Waste material tiang pancang pada saat penggalian.f) Tidak memungkinkan pelaksanaan dengan superstruktural secara efisien.Sedangkan kelebihan metode konstruksi Bottom Up ini diantaranya ialah sebagai berikut:a) Biaya peralatan lebih murah.b) Sumber daya manusia yang terlatih sudah banyak memadai.c) Peralatan yang digunakan adalah peralatan yang umum digunakan misalnya: Backhoe, Shovel Loader dan lainnya, tidak diperlukan peralatan khusus.d) Tidak memerlukan teknologi yang tinggi.e) Biaya dinding penahan tanah yang digunakan relatif lebih murah dibanding dengan diapraghm wall yang umum digunakan untuk metode Top down.f) Teknik pengendalian pelaksanaan konstruksi sudah dikuasai karena sudah banyak proyek bangunan basement yang sudah dikerjakan sehingga pengalaman dan contoh cukup mendukung (project documentation).

B. Metode Konstruksi Top DownKekurangan metode konstruksi Top Down ini diantaranya ialah:a) Diperlukan peralatan berat yang khusus.b) Diperlukan ketelitian dan ketepatan lebih.c) Sumber daya manusia terbatas.d) Diperlukan pengetahuan spesifik untuk mengendalikan proyek.e) Biaya dinding penahan tanah yang digunakan lebih mahal dibanding dengan sheet pile yang umum digunakan untuk metode Bottom Up.Sedangkan kelebihan metode konstruksi Top Down ini diantaranya ialah sebagai berikut:a) Relatif tidak mengganggu lingkungan.b) Jadwal pelaksanaan dapat dipercepat.c) Memungkinkan pekerjaan simultan.d) Area lahan proyek lebih luas.e) Resiko teknis lebih kecil.f) Mutu dinding penahan tanah dapat lebih dikontrol.

5.2.7 Survey Objek Basment Telkom Landmark TowerBerdasarkan pada penugasan studek yang kami peroleh, kami melakukan observasi pada bangunan Basment Telkom Landmark tower yang beralamat di Jl. Gatot Subroto Kav 52, Jakarta Selatan. Bangunan ini dibangun dengan luas lahan 22.900 m2, total luas semi gross area 115.000 m2, total luas gross area 130.000 m2, KDB 45%,, rincian dari bangunan ini adalah sebagai berikut :

Gambar. 5.22 Data ProyekSumber. Dokumentasi ProyekBasement pada bangunan Telkom Landmark Tower terdiri dari tiga lantai yaitu : lantai pertama difungsikan sebagai tempat MEP (Mechanical Electrical Plumbing), Lantai dua difungsikan untuk ground water thank dan juga parkir, untuk lantai tiga difungsikan sebagai STP dan juga tempat parkir.

Gambar. 5.23 Proses Pembuatan Basement.Sumber : dokumen proyekPemilihan metode kontruksi untuk basement pada bangunan ini sangat mempertimbangkan dari aspek ekonomi, biaya, dan juga lingkungan. Dimana kontruksi untuk basement membutuhkan waktu selama 4 bulan untuk pengerjaanya. Proses pengerjaan awal pada basement ini merupakan pembuatan diafragma wall dengan pembuatan dinding-dinding penahan beban sebelum dilakukan penggalian terhadap basement. Ukuran tinggi untuk pembuatan diafragma wall pada basement bangunan Telkom Landmark Tower adalah tujuh belas meter setelah itu baru dilakukan proses penggalian untuk mencegah terjadinya longsor pada saat dilakukan penggalian.a. Metode pelaksanaan kontruksi diafragma wallProses persiapan meliputi :1. Melakukan marking area.2. Membuat guide line dengan kedalaman 100cm difungsikan untuk memudahkan mesin grab melakukan penggalian mengikuti alur yang ditentukan.3. Melakukan pembuatan pembesian karena setelah proses penggalian dilakukan rangka besi untuk dinding diafragma wall harus sudah dimasukkan sebelum 2 x 24 jam agar tidak terjadi runtuhnya dinding galian.b. Proses pelaksanaanPenggalian dengan mengunakan mesin grab. Lebar galian adalah setebal dinding diafragma antara 50 cm sedangkan panjang galian adalah1 meter. Kedalaman galian yang akan dikerjakan pada bangunan ini adalah 17 m. Bersamaan dengan melakukan pengalian ini juga dialirkan campuran air + bentonite secara continue, agar tidak terjadi keruntuhan. Sebelum rangkaian pembesian dimasukkan ( untuk cor insitu ) atau panel precast masuk, harus dicek dulu dengan ultrasonic sonding untuk diketahui adanya keruntuhan atau tidak. Sistem pengalian dilakukan secara selang-seling. (misalnya galian diberi nomor 1,2, 3 dst maka pengalian pertama adalah nomor 1, pengalian kedua adalah nomor 2 dan seterusnya). Hal ini dilakukan untuk meminimalkan terjadinya keruntuhan pada dinding galian. Gambar. 5.24 Proses kontruksi basementSumber : dokumen proyek

Pekerjaan rangkaian pembesian disiapkan secara simultan dengan penggalian, sehingga saat galian sudah siap maka rangkaian pembesian juga sudah siap.( Karena galian hanya boleh dibiarkan maximal 2 x 24 ). Model rangkaian pembesian adalah double reinforced ( tulangan rangkap ) yang berfungsi menahan gaya geser dan momen lentur pada diafragma wall. Rangkaian pembesian ini pada sisi-sisi tebalnya diberi end plate yang berfungsi untuk penyambung antar diafragma wall. Setelah pengecekan dengan ultrasonic dilakukan dan menunjukan tidak ada keruntuhan pada dinding galian maka melangkah pada tahap berikutnya yaitu untuk melakukan pengecoran pada dinding diafragma wall.Pelaksanaan struktur basement pada Telkom landmark center menggunakan sistem bottom up. Pada sistem ini, struktur basement dilaksanakan setelah seluruh pekerjaan galian selesai mencapai galian elevasi rencana (sistem konvensional). Pelat basement paling bawah dicor terlebih dahulu sehingga menjadi Raft foundation dengan metode papan catur, kemudian basement diselesaikan dari bawah keatas, dengan menggunakan scaffolding. Kolom, balok dan slab dicor ditempat (cast in place). Pada sistem ini galian tanah dapat berupa open cut, dengan menggunakan dewatering sistem predrainage dan struktur dinding penahan tanahnya menggunakan diafragma wall. Sebelum proses penggalian dilaksanakan, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:1. Kedalaman galian. Kedalaman galian sangat penting diperhatikan dengan memeriksa stabilitas lereng, apakah dapat digali secara open cut dengan membentuk slope. 2. Pembuatan dinding penahan tanah galian agar ketika dilakukan penggalian tidak terjadi longsor pada dinding galian.3. Pengaturan manuver arah alat berat dan dump truck yang baik dilakukan dengan memperhatikan site installation yang ada. 4. Pemilihan, jumlah, dan komposisi alat gali yang digunakan berdasarkan waktu pelaksanaan dan lokasi proyek. 5. Akses jalan yang baik dengan memperhatikan pemenuhan syarat dan pemelihraan lingkungan sekitar proyek (debu, lumpur bekas meterial galian, dll).

Peralatan terkait harus sudah tersedia dilapanganuntuk mendukung pekerjaan pembuatan basement diantaranya adalah :1. Mobil Crane minimal 2 buah ( 1 untuk pengalian diafragma wall dan 1 untuk bor pile)2. Truk Untuk mengangkut tanah hasil galian3. Mesin Grab 4. Mesin Bor 5. Casing bor pile 6. Pompa air untuk sirkulasi campuran bentonite dan penyedotan air tanah 7. Ultra sonic sonding 8. Peralatan lain yang terkait pekerjaan pembesian untuk rangka dinding.

Pada saat pengerjaan basement terdapat beberapa kendala yang muncul diantaranya proses pengangkutan tanah galian tidak bisa dilakukan pada saat siang hari karena akses jalan didepan proyek pada siang hari sangat padat kendaraan dan juga banyak keluhan dari warga sekitar agar proses pengangkutan tanah galian dilakukan pada saat malam hari atau pagi dinihari. Kendala lain yang muncul pada saat pengerjaan diafragma wall, merembesnya air pada dinding diakibatkan oleh air tanah sehingga perlu dilakukan pemotongan pada beton yang mengalami perembesan air kemudian dilakukan pengecoran kembali secara manual. Untuk perawatan basement sendiri dilakukan pemeriksaan pada dinding dinding basement agar tidak terjadi perembesan air tanah terhadap dinding dan juga pada dinding basement secara keselurahan akan diberikan waterproofing.