makalah ebola final

31
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ebola Virus Disease (EVD) adalah salah satu dari banyak penyakit demam berdarah. Virus ini adalah yang sering berakibat fatal pada manusia dan primata (seperti monyet, gorilla dan simpanse). EVD disebabkan oleh infeksi virus dari genus Ebolavirus. Spesies Ebola Virus pertama ditemukan pada tahun 1976 di tempat yang sekarang dikenal sebagai Republik Demokrasi Kongo dekat Sungai Ebola. Sejak itu, wabah muncul terus-menerus secara sporadic (CDC, 2014) Data WHO, 20 Agustus 2014, menyebutkan bahwa total kumulatif kasus global sebanyak 2.615 kasus dengan 1.427 kematian (Case Fatality Rate /CFR =54,57 %). Kasus ini tersebar di 4 negara terjangkit di Afrika Barat, yaitu Guinea 607 Kasus, Liberia 1.082 kasus, Sierra Leone dilaporkan 910 kasus dan Nigeria ditemukan 16 kasus. Pada Februari 2015, terdapat 124 kasus baru yang dikonfirmasi di tiga negara Afrika Barat yang paling terdampak. WHO mengonfirmasi 39 kasus baru di Guinea. Adapun di Liberia, otoritas mengonfirmasi lima kasus baru Ebola pekan lalu, meningkat dari seminggu sebelumnya. Sementara itu, di Sierra Leone, ada 80 kasus baru infeksi, meningkat dari 65 kasus. menurut data terbaru WHO, virus Ebola telah menginfeksi 22.495 orang di sembilan negara dengan 8.981 orang meninggal (CFR 39,9%) Di Indonesia sendiri data yang terbaru menyatakan terdapat 2 tenaga kerja diduga terkena Ebola. Sebanyak 28 TKI 1

Upload: m-fuad-najib-nasution

Post on 27-Jan-2016

53 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

kkp

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Ebola Final

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ebola Virus Disease (EVD) adalah salah satu dari banyak penyakit demam berdarah.

Virus ini adalah yang sering berakibat fatal pada manusia dan primata (seperti monyet, gorilla

dan simpanse). EVD disebabkan oleh infeksi virus dari genus Ebolavirus. Spesies Ebola

Virus pertama ditemukan pada tahun 1976 di tempat yang sekarang dikenal sebagai Republik

Demokrasi Kongo dekat Sungai Ebola. Sejak itu, wabah muncul terus-menerus secara

sporadic (CDC, 2014)

Data WHO, 20 Agustus 2014, menyebutkan bahwa total kumulatif  kasus global

sebanyak 2.615 kasus dengan 1.427 kematian (Case Fatality Rate /CFR =54,57 %). Kasus ini

tersebar di 4 negara terjangkit di Afrika Barat, yaitu Guinea 607 Kasus, Liberia 1.082 kasus,

Sierra Leone dilaporkan 910 kasus dan Nigeria ditemukan 16 kasus. Pada Februari 2015,

terdapat 124 kasus baru yang dikonfirmasi di tiga negara Afrika Barat yang paling

terdampak. WHO mengonfirmasi 39 kasus baru di Guinea. Adapun di Liberia, otoritas

mengonfirmasi lima kasus baru Ebola pekan lalu, meningkat dari seminggu sebelumnya.

Sementara itu, di Sierra Leone, ada 80 kasus baru infeksi, meningkat dari 65 kasus. menurut

data terbaru WHO, virus Ebola telah menginfeksi 22.495 orang di sembilan negara dengan

8.981 orang meninggal (CFR 39,9%)

Di Indonesia sendiri data yang terbaru menyatakan terdapat 2 tenaga kerja diduga

terkena Ebola. Sebanyak 28 TKI pulang ke kampung halaman mereka pada Oktober lalu

setelah bekerja di Liberia, salah satu lokasi endemis virus. Dua dari tenaga kerja diduga

terkena Ebola namun setelah diperiksa dinyatakan pasien tidak tertular virus Ebola . Pada

September 2014 di Medan terdapat 1 kasus diduga terkena Ebola yang dirawat di Ruang

Infeksius RSUP H Adam Malik namun setelah diperiksa lebih lanjut pasien bukan terkena

virus Ebola.

Wabah Ebola harus diwaspadai di seluruh negara dunia termasuk di Indonesia.

Karena hewan sebagai host alami untuk penyakit ini, yaitu kelelawar buah, tersebar luas di

seluruh nusantara. Selain itu juga, kita juga harus waspada karena kini semakin banyak orang

dari benua Afrika datang dan bermukim di Indonesia. Bisa jadi ada di antara mereka yang

berasal dari negara tertular penyakit demam Ebola.

1

Page 2: Makalah Ebola Final

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior

Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) adalah unit pelaksana teknis di lingkungan

Kementerian Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Direktorat

Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Permenkes tentang perubahan

atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 356/Menkes/Per/IV/2008 Tentang Organisasi Dan

Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan). KKP mempunyai tugas melaksanakan pencegahan

masuk dan keluarnya penyakit, penyakit potensial wabah, surveilans epidemiologi,

kekarantinaan, pengendalian dampak kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan,

pengawasan OMKABA serta pengamanan terhadap penyakit baru dan penyakit yang muncul

kembali, bioterorisme, unsur biologi, kimia dan pengamanan radiasi di wilayah kerja

bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat Negara (Pasal 2 Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 356/MENKES/PER/IV/2008 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja

Kantor Kesehatan Pelabuhan)

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Ebola dalam PHEIC

1.2.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui defenisi, etiologi, epidemiologi Ebola.

2. Untuk mengetahui cara penularan, pencegahan, tatalaksana Ebola

3. Untuk mengetahui bagaimana penanganan kasus Ebola di Indonesia.

2

Page 3: Makalah Ebola Final

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Defenisi

Ebola Virus Disease (EVD) adalah salah satu dari banyak penyakit demam berdarah

virus. Ini adalah penyakit yang parah dan berakibat fatal pada manusia dan primata (seperti

monyet, gorila dan simpanse) (CDC, 2014)

2.2. Etiologi

Ebola disebabkan oleh infeksi dengan virus dari genus Ebolavirus family Filoviradae.

Terdapat lima subspesies dari Ebola virus. Empat dari lima menyebabkan penyakit pada

manusia; virus Ebola (Zaire ebolavirus); Virus Sudan (Sudan ebolavirus); Virus Taï Forest

(Taï Forest ebolavirus) dan virus Bundibugyo (Bundibugyo ebolavirus). Kelima, virus

Reston (Reston ebolavirus) yang menyebabkan penyakit pada primata tidak pada manusia.

Virus Ebola ditemukan di beberapa negara Afrika. Ebola pertama kali ditemukan pada

tahun 1976 di dekat Sungai Ebola di tempat yang sekarang Republik Demokratik Kongo.

Sejak itu, wabah telah muncul secara sporadis di Afrika. Host reservoir alami dari virus

Ebola masih belum diketahui. Namun, atas dasar bukti dan sifat virus yang sama, peneliti

percaya bahwa virus bawaan hewan dan kelelawar merupakan reservoir yang paling mungkin

(CDC, 2014)

2.3. Epidemiologi

Sejarah dan asal-usul di alam dari virus Ebola tetap menjadi misteri. Secara umum,

virus ini ada yang menyerang manusia yaitu Ebola Zaire, Ebola Tai Forest, Ebola

bundibugyo, Ebola Sudan dan ada yang hanya menyerang hewan primata yaitu Ebola Reston.

Beberapa hipotesis mengatakan bahwa terjadi penularan dari hewan yang terinfeksi ke

manusia. Kemudian dari manusia yang terinfeksi ini, virus bisa ditularkan ke manusia lain

dalam berbagai cara. Orang bisa terinfeksi karena berkontak dengan darah dan atau hasil

sekresi dari orang yang terinfeksi. Orang juga bisa terinfeksi karena kontak dengan benda

seperti jarum suntik yang terkontaminasi dengan orang yang terinfeksi. Penularan secara

nosokomial (penularan yang terjadi di klinik atau rumah sakit) juga dapat terjadi bila pasien

dan tenaga medis tidak memakai masker ataupun sarung tangan.

3

Page 4: Makalah Ebola Final

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior

Antara tahun 1976 dan 1998 dari sampel 30.000 mamalia, burung, reptil, amfibi dan

arthropoda dari daerah wabah, tidak terdeteksi Ebolavirus tetapi terdapat beberapa materi

genetik yang ditemukan pada enam tikus ( Mus setulosus dan Praomys ) dan satu berang-

berang ( Sylvisorex ollula ) yang dikumpulkan di Republik Afrika Tengah pada tahun 1998.

Virus terdeteksi di bangkai dan  simpanse s elama wabah pada tahun 2001 dan 2003, yang

kemudian menjadi sumber infeksi manusia. Namun, angka kematian yang tinggi dari infeksi

di spesies ini membuat mereka tidak mungkin sebagai reservoir alami.

Ebola merupakan salah satu kasus emerging zoonosis yang paling menyita perhatian

publik karena kemunculannya yang sering dan memiliki angka mortalitas yang tinggi pada

manusia. Virus Ebola pertama kali diidentifikasi di provinsi Sudan dan di wilayah yang

berdekatan dengan Zaire (saat ini dikenal sebagai Republik Kongo) pada tahun 1976, setelah

terjadinya suatu epidemi di Yambuku (daerah Utara Republik Kongo) dan Nzara (daerah

Selatan Sudan). Sejak ditemukannya virus Ebola, telah dilaporkan sebanyak 1850 kasus

dengan kematian lebih dari 1200 kasus diantaranya. Penyakit ini disebabkan oleh virus dari

genus Ebolavirus yang tergolong famili Filoviridae. Inang atau reservoir dari Ebola belum

dapat dipastikan, namun telah diketahui bahwa kelelawar pemakan buah adalah salah satu

hewan yang bertindak sebagai inang alami dari Ebola. Virus Ebola juga telah dideteksi pada

daging simpanse, gorila, monyet Macaca Fascicularis dan kijang liar (Y.Guidmard, 1999)

Penyebaran virus Ebola dalam skala global masih terbatas. Hal ini berkaitan dengan

transmisinya yang tidak melalui udara dan juga jarak waktu yang diperlukan virus Ebola

untuk menginfeksi satu individu ke individu lainnya. Selain itu, onset virus yang relatif cepat

dapat mempercepat diagnosa terhadap penderita sehingga dapat mengurangi penyebaran

penyakit melalui penderita yang bepergian dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Penyakit ini

dapat dikaitkan dengan kebiasaan manusia, terutama di daerah Afrika, untuk mengkonsumsi

daging hewan liar. Daging hewan liar yang terkontaminasi akan menjadi media yang efektif

dari penularan Ebola pada manusia.

Wabah Ebola terakhir telah terjadi di negara-negara berikut : Republik Demokratik

Kongo (DRC), Gabo, Sudan Selatan, Pantai Gading, Uganda, Republik Kongo (ROC), Afrika

Selatan (impor). Epidemi wabah Ebola di 2014 adalah yang terbesar dalam sejarah dan

mempengaruhi beberapa Negara di Afrika Barat. Dua kasus impor, termasuk satu kematian

serta dua kasus yang diperoleh secara lokal pada petugas layanan kesehatan yang telah

dilaporkan di Amerika Serikat dan satu kasus telah dilaporkan di Spanyol (CJ. Peters, 1999)

4

Page 5: Makalah Ebola Final

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior

2.4. Gejala Klinis

Setelah masa inkubasi 2 sampai 21 hari (kisaran 5-10 hari), pasien tiba-tiba

mengalami gejala demam Ebola meliputi: radang sendi, sakit punggung, diare, kelelahan,

sakit kepala, rasa tidak enak badan, kerongkongan terasa sangat sakit dan muntah-muntah.

Sedangkan pada gejala akhir, demam Ebola dapat menujukkan gejala seperti gatal-gatal,

pendarahan dari mata, telinga dan hidung, pendarahan dari mulut dan dubur (pendarahan

gastrointestinal), radang pada mata (konjungtivitis), bengkak pada organ genital (labia dan

scrotum), keluarnya darah melalui permukaan kulit, rongga atas mulut terlihat memerah,

pingsan, kegagalan fungsi hati dan gangguan penglihatan.

Sebelum suatu daerah diduga terkena wabah, pasien yang mengalami gejala awal

keliru didiagnosis malaria, demam tipus, disentri, influenza atau berbagai infeksi bakteri,

yang semuanya jauh lebih umum dan kurang fatal. Virus Ebola dapat mempengaruhi

meningkatkan sel darah putih, AST, ALT dan amilase. Menurunkan limfosit, fungsi ginjal

dan bisa terjadi proteinuria.

Tapi dalam wabah terbaru di Uganda, pasien meninggal dengan gejala demam dan

muntah. Gejala yang biasanya tidak terlihat pada pasien Ebola inilah yang membuat WHO

menjadi khawatir. Hal itu menjadi tanda munculnya strain baru virus Ebola yang mematikan.

Bentuk baru virus Ebola itu terdeteksi dalam sebuah wabah di Uganda bagian barat. Dalam

waktu kurun dari sebulan, strain tak dikenal itu telah menewaskan 18 orang. Sebanyak 90

persen pasien yang terserang virus Ebola meninggal, artinya hanya 10 persen saja pasien

yang terinfeksi virus Ebola yang dapat selamat.

Gambar 1. Manifestasi Pendarahan Pada Pasien Ebola

Ada beberapa hal yang menyebabkan penyebaran penyakit Ebola (Demam Berdarah

Ebola) sangat dikhawatirkan, antara lain:

5

Page 6: Makalah Ebola Final

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior

1. Serangannya muncul secara sangat mendadak

2. Gejala-gejala klinik sangat berat.

3. Menimbulkan kematian dalam waktu yang sangat singkat.

4. Angka kematiannya sangat tinggi yaitu 90-92% dari jumlah penderita.

5. Karena Virus Ebola mampu berpindah dari penderita ke orang lain, sehingga transportasi

sangat mendukung kemungkinan penyebarannya ke berbagai bagian dunia dalam waktu

yang sangat singkat.

6. Belum ada obat yang efektif untuk menyembuhkan penyakit Ebola.

7. Vaksin untuk penyakit Ebola hingga kini belum dapat dibuat.

2.5. Diagnosis1. Anamnesis

Melakukan Anamnesis meliputi :

a. Gejala dan tanda (sesuai dengan definisi kasus)

b. Riwayat kontak dengan kasus dalam investigasi dan kasus konfirmasi PVE (dalam 21

hari terakhir)

c. Riwayat perjalanan dari daerah atau Negara terjangkit (dalam 21 hari terakhir)

Anamnesis dilakukan di ruang isolasi dengan meminimalisir petugas yang kontak

(menggunakan form PVE-LK). Pada saat melakukan anamnesis petugas sudah

menggunakan alat pelindung diri.

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan secara umum dan khusus sesuai keadaan pasien. Pada

kasus-kasus yang berat dapat ditemukan perdarahan internal dan eksternal

3. Pemeriksaan Penunjang

a. Penegakan diagnosis PVE

Untuk diagnosis pasti PVE dilakukan pemeriksaan PCR, sampel dikirim ke

balitbangkes sesuai dengan prosedur. Bahan pemeriksaan nya adalah :

i. Spesimen darah dengan EDTA (vacutainer tutup ungu) 4 cc dan clot activator

(vacutainer kuning) sebanyak 4 cc sudah dilakukan sentrifuge sebelum

dikirim.

6

Page 7: Makalah Ebola Final

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior

ii. Pengambilan spesimen darah dilakukan setelah 3 hari atau 72 jam setelah

timbul gejala sehari sekali selama 3 hari berturut-turut

b. Pemeriksaan penunjang lain untuk menyingkirkan penyakit yang mempunyai gejala

serupa seperti malaria, demam dengue, leptospirosis, chikungunya, thypoid :

i. Darah (Hb, Ht, Trombosit, Leukosit, SGOT, SGPT, Ureum/kreatinin, analisis

gas darah, elektrolit, dan gula darah)

ii. Urin lengkap

iii. Feses lengkap (bila diare)

iv. Pemeriksaan malaria (rapid test, pemeriksaan mikroskopis: darah tebal, darah

tipis)

v. Pemeriksaan leptospirosis (rapid test, PCR)

vi. Pemeriksaan dengue/chikungunya (serologi, PCR, NS1)

vii. Pemeriksaan typhoid (tubex TF atau Widal)

viii. Pemeriksaan radiologis sesuai dengan gejala dan tanda klinis (KemenKes RI,

2015)

2.6. Differensial Diagnosa

a. Malaria

b. Demam tifoid

c. Shigellosis

d. Kolera

e. Leptospirosis

f. Riketsiosis

g. Demam relaps

h. Meningitis

i. Hepatitis

j. Demam hemoragik viral lainnya

2.7. Tatalaksana

Menurut CDC, tidak ada vaksin maupun obat yang direkomendasikan oleh FDA untuk

penyakit virus Ebola. Penyakit virus ebola ditatalaksana sesuai dengan symptom dan

komplikasi yang muncul. Intervensi yang dapat dilakukan pada awal timbulnya penyakit

antara lain :

7

Page 8: Makalah Ebola Final

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior

1. Pemberian cairan intravena (IV) dan menjaga keseimbangan elektrolit

2. Pemberian oksigen dan mengontrol tekanan darah

3. Mengobati infeksi yang ada.

Kesembuhan dari penyakit Ebola bergantung pada respon imunitas penderita serta

penanganan suportif yang baik. Antibodi akan muncul dan bertahan sekitar 10 tahun pada

penderita yang sembuh dari infeksi Ebola. Pada beberapa penderita yang sembuh dari

penyakit Ebola dapat ditemukan komplikasi jangka panjang berupa gangguan penglihatan

dan persendian (CDC, 2015)

2.8. Pencegahan

Jika bepergian ke daerah yang terkena wabah Ebola, pastikan untuk melakukan hal

berikut (CDC, 2015):

1. Menjaga kebersihan, misalnya, mencuci tangan dengan sabun atau berbasis alkohol

serta menghindari kontak dengan darah dan cairan tubuh.

2. Hindari kontak dengan benda yang berhubungan dengan darah atau cairan tubuh

orang yang terinfeksi (seperti pakaian, tempat tidur, jarum, dan peralatan medis).

3. Hindari kontak dengan kelelawar dan primata.

4. Hindari fasilitas di mana pasien Ebola sedang dirawat.

5. Setelah kembali, pantau kesehatan selama 21 hari serta hubungi tenaga medis jika

timbul gejala Ebola.

Petugas kesehatan yang akan terpapar dengan penderita Ebola harus mengikuti langkah-

langkah berikut (CDC, 2015):

1. Memakai alat pelindung diri yang sesuai (personal protective equipment).

2. Pengendalian infeksi dan sterilisasi dengan langkah yang tepat, misalnya mengisolasi

pasien Ebola dari pasien lain.

3. Hindari kontak tanpa pelindung dengan jenazah yang meninggal karena Ebola.

4. Melapor jika terdapat kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh, tidak terbatas

kotoran, air liur, urin, muntah dan air mani dari penderita Ebola. Virus ini dapat

masuk ke dalam tubuh melalui kulit rusak atau selaput lendir yang tidak dilindungi,

misalnya, mata, hidung atau mulut.

8

Page 9: Makalah Ebola Final

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior

BAB 3

PEMBAHASAN

3.1. PHEIC

PHEIC adalah kedaruratan kesehatan kejadian luar biasa (KLB) yang meresahkan

dunia. KLB suatu penyakit tidak secara otomatis memberikan informasi yang cukup untuk

mengetahui apakah penyakit tersebut menyebar secara Internasional. Beberapa faktor seperti

letak geografi serta jumlah kasus, waktu, jarak, batas Internasional, kecepatan dan

penyebarannya dan faktor lainnya yang sangat relevan untuk dianalisis sehingga dapat

ditentukan apakah suatu KLB merupakan penyakit berpotensi dalam penyebaran

Internasional (Depkes RI, 2008)

WHO merekomendasikan pemeriksaan yang dapat dilaksanakan oleh suatu negara

yang mengalami PHEIC, negara lainnya dan pengelola transportasi. seperti melakukan

pemeriksaan yang tepat untuk pemeriksaan rutin terhadap risiko kesehatan masyarakat yang

sedang berlangsung di bandara, pelabuhan, lintas batas. Pemeriksaan dapat dilakukan kepada

manusia, barang, kargo, kontainer, kapal pesawat, transportasi darat dan paket pos.

Rekomendasi sementara dibuat oleh WHO secara khusus, dan waktu terbatas dan didasarkan

pada risiko yang spesifik sebagai jawaban dari PHEIC (Depkes RI, 2008)

Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) adalah pernyataan resmi

oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang diumumkan oleh Komite Darurat yang tubuh

beroperasi di bawah Peraturan Kesehatan Internasional (IHR) dari krisis kesehatan

masyarakat Sebagai instrumen internasional yang mengikat secara hukum pada pencegahan

penyakit, pengawasan, pengendalian, dan respon yang diadopsi oleh 194 negara. (Renee,

2009)

Penerapan IHR adalah suatu langkah penting bagi negara-negara dalam bekerjasama

guna memperkuat pertahanan dunia terhadap PHEIC umumnya dan pengendalian risiko

penyakit menular khususnya. Pertimbangan tersebut menjadi dasar bagi negara-negara dunia

untuk memberlakukan IHR, termasuk dalam menghadapi suatu situasi atau keadaan krisis,

seperti :

9

Page 10: Makalah Ebola Final

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior

a. Mencegah penyebaran penyakit yang beresiko tinggi terhadap kesehatan masyarakat

b. Menghidarkan kerugian akibat pembatasan atau larangan perjalanan dan perdagangan

yang diakibatkan oleh masalah kesehatan masyarakat dunia.

Untuk membantu suatu negara mengidentifikasi apakah suatu keadaan merupakan

PHEIC, IHR mempersiapkan instrumen dan mengarahkan negara untuk mengkaji suatu

kejadian di wilayahnya dan menginformasikan kepada WHO setiap kejadian yang merupakan

PHEIC dengan kreteria sebagai berikut:

a). Berdampak/ berisiko tinggi bagi kesehatan masyarakat.

b). KLB atau sifat kejadian tidak diketahui

c). Berpotensi menyebar secara Internasional

d). Berisiko terhadap perjalanan maupun perdagangan

e). Kemungkinan membutuhkan koordinasi dalam penanggulangannya

Pada tanggal 6 Agustus, WHO mengadakan Komite Darurat ahli internasional untuk

meninjau wabah dan memberikan masukan kepada Direktur Jenderal, sesuai dengan

Peraturan Kesehatan Internasional, apakah wabah Ebola merupakan penyakit virus Public

Health Emergency of International Concern (PHEIC). Pada 8 Agustus 2014 wabah Ebola di

Afrika Barat dinyatakan sebagai Public Health Emergency of International Concern

(PHEIC).

3.2. IHR

3.2.1. Pengertian

IHR adalah suatu instrumen internasional yang secara resmi mengikat untuk

diberlakukan oleh seluruh negara anggota WHO, maupun bukan negara anggota WHO

tetapi setuju untuk dipersamakan dengan negara anggota WHO.

Mengingat terbatasnya ruang lingkup aplikasi IHR (1969) yang hanya melakukan

control terhadap 3 penyakit karantina, yaitu kolera, pes,dan yellow fever, maka pada Mei

2005 para anggota WHO yang tergabung dalam World Health Assembly (WHA)

melakukan revisi terhadap IHR (1969). IHR (1969) ini digantikan dengan IHR(2005)

yang diberlakukan pada 15 Juni 2007.

Tujuan dan ruang lingkup IHR adalah untuk mencegah, melindungi dan

mengendalikan terjadinya penyebaran penyakit secara internasional, serta melaksanakan

10

Page 11: Makalah Ebola Final

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior

public health response sesuai dengan risiko kesehatan masyarakat, dan menghindarkan

hambatan yang tidak perlu terhadap perjalanan dan perdagangan internasional.

3.2.2. Justifikasi Pemberlakuan IHR

Pemberlakuan IHR pada negara-negara di dunia disebabkan oleh, antara lain:

1.Mencegah penyebaran penyakit yang beresiko tinggi terhadap kesehatan masyarakat.

2.Menghindarkan kerugian akibat pembatasan atau larangan perjalanan dan

perdagangan yang diakibatkan oleh masalah kesehatan masyarakat, seperti

penyebaran penyakit potensial wabah maupun PHEIC lainnya.

3.2.3. Penanggung Jawab Pelaksanaan IHR di Indonesia

Tanggung jawab dalam pelaksanaan IHR (2005) berada pada WHO dan negara yang

terikat pada peraturan ini. Di Indonesia, Depkes bertanggung jawab pada pelaksanaan

IHR (2005) dan WHO akan mendukung pelaksanaannya.

Ditjen PP & PL beserta Unit Pelaksana Teknis Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP),

pengelola transportasi dan stakeholder lain juga ikut serta dalam mengimplementasikan

pemeriksaan yang direkomendasikan.

3.2.4. Pemberitahuan

Setiap negara anggota diwajibkan nuntuk menginformasikan kepada WHO tentang

seluruh kejadian yang berpotensi menimbulkan PHEIC dan memberikan verifikasi dari

informasi tersebut. Hal ini dimaksudkan agar WHO menjamin kerjasama yang baik untuk

perlindungan yang efektif serta menginformasikan risiko kesehatan masyarakat dan

tindakan cepat dan tepat yang dapat dilaksanakan.

3.2.5. National IHR Focal Points dan WHO IHR Contact Points

Setiap negara anggota diwajibkan membentuk National IHR Focal Point yang

bertanggung jawab terhadap tata hubungan operasional pelaksanaan IHR dengan WHO

serta menerima dan mengirim informasi kepada WHO dalam waktu 24 jam per hari dan 7

hari per minggu. Sementaraitu, WHO menyiapkan dan menginformasikan IHR Contact

Points di tingkat pusat maupun daerah.

11

Page 12: Makalah Ebola Final

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior

Tugas National IHR Focal Points :

1. Bekerja sama dengan WHO dalam mengkaji risiko KLB dan PHEIC.

2. Melakukan diseminasi informasi kepada lintas sektoral terkait.

3. Memberi kewenangan sepenuhnya kepada petugas yang ditunjuk pada jalur

kedatangan.

4. Bertindak sebagai koordinator dalam menganalisis kejadian dan risiko KLB.

5. Berkoordinasi secara intens dengan Bakornas Penanggulangan Bencana.

6. Memberikan saran kepada Menteri Kesehatan dan Departemen terkait dalam

melaksanakan notifikasikepada WHO.

7. Memberikan saran kepada Menteri Kesehatan dan Departemen terkait dalam

melaksanakan rekomendasidari WHO dan memberlakukan rekomendasi sebagai

aplikasi rutin atau periodik.

8. Mengkaji sistem surveilans dan kapasitas dalam merespons serta mengidentifikasi

kebutuhan pengembangan, termasuk kebutuhan pelatihan di tingkat nasional.

9. Bekerjasama dengan WHO untuk menyiapkan dukungan program intervensi dalam

pencegahan atau penanggulangan KLB dan PHEIC lainnya.

10. Melaporkan perkembangan melalui kajian, perencanaan dan pelaksanaan IHR

(2005).

11. Bekerja sama dengan WHO dalam menyiapkan pesan umum.

12. Bekerja sama dan melakukan pertukaran informasi antar negara atau regional.

3.2.6. Dukungan dan Bantuan WHO Terhadap Negara Anggota Dalam Pelaksanaan

IHR

Dalam pelaksanaan IHR, WHO menyiapkan bantuan berupa kerjasama antar negara

dalam pengevaluasian, pengkajian dan peningkatan kapasitas kesehatan masyarakat.

Bantuan yang diberikan juga termasuk mendukung negara dalam mengidentifikasi

sumber dana yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan mempertahankan kapasitas

negara tersebut. Selanjutnya, WHO akan terus menyiapkan bantuan teknis dan logistik

agar dapat memfasilitasi pelaksanaan IHR secara efektif dan lengkap.

12

Page 13: Makalah Ebola Final

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior

3.2.7. Fungsi dan Peran KKP dalam Pelaksanaan IHR 2005

1. Melaksanakan pemantauan alat angkut, kontainer dan isinya yang datang dan pergi

dari daerah terjangkit serta menjamin bahwa barang-barang diperlakukan dengan baik

dan tidak terkontaminasi dari sumber infeksi,vektor dan reservoar.

2. Melaksanakan dekontaminasi serta pengendalian vektor dan reservoar terhadap alat

angkut yang digunakan oleh orang yang bepergian.

3. Melakukan pengawasan deratisasi, disinfeksi, disinseksi dan dekontaminasi.

4. Menyampaikan saran/ rekomendasi kepada operator alat angkut guna melakukan

pemeriksaan lengkap terhadap alat angkut atau kendaraannya.

5. Melakukan pengawasan pembuangan sisa-sisa bahan yang terkontaminasi (seperti air,

makanan dan sisa pembuangan manusia)

6. Melakukan pemeriksaan dan pemantauan terhadap pembuangan sisa-sisa bahan alat

angkut yang dapat menimbulkan pencemaran dan penyakit.

7. Melakukan pengawasan terhadap agen pelaksana perjalanan dan angkutan di wilayah

kedatangan.

8. Melakukan pemeriksaan yang dibutuhkan apabila terjadi hal-hal yang tidak

diharapkan, sesuai dengan kebutuhan (emergency case).

9. Melakukan komunikasi dengan National IHR Focal Point.

10. Melaksanakan pemeriksaan yang direkomendasikan oleh WHO untuk setiap

kedatangan dari daerah tertular apabila terindikasi bahwa pemeriksaan keberangkatan

dari daerah terinfeksi dianggap tidak benar/ tidak sah.

11. Melaksanakan prosedur disinseksi, deratisasi, desinfeksi, dekontaminasi, serta

pemeriksaan sanitasi lainnya dengan tidak menyebabkan atau seminimalnya

kecelakaan, ketidaknyamanan dan kerusakan(Aditama, 2008)

3.3. Incidence Rate, Prevalence Rate, Case Fatality Rate Kasus Ebola

Virus Ebola (Ebola Virus Disease/ EVD) yang mewabah di beberapa negara Afrika

Barat sejak saat ini kasusnya meningkat tajam dan mendapatkan perhatian serius dari

dunia Internasional. Data terbaru WHO tanggal 18 Maret 2015 menunjukkan telah

terdapat 20.701 kasus dengan 10.194 kematian dengan CFR 49%. 

13

Page 14: Makalah Ebola Final

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior

Wabah menakutkan virus Ebola telah melanda dan menyerang beberapa negara di

belahan Afrika Barat seperti di Sierra Leone, Liberia, Guinea dan Nigeria. Terhitung

mulai Maret 2014 lalu, virus Ebola terus menjadi pemberitaan media massa dan perhatian

dunia, karena virus ini tidak hanya menjangkiti penduduk lokal, namun telah menyerang

warga asing termasuk dua warga negara Amerika di kawasan Afrika Barat. Penyebaran

virus ini sangat mengkhawatirkan karena tiap tahun terus mencatat banyak kasus dan

korban jiwa, namun obatnya masih belum ditemukan.  

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),  Ebola yang mempunyai nama lain

virus Ebolavirus (EBOV), genus virus dan penyakit demam hemorrhagic Ebola (EHF),

virus demam hemorrhagic (VHF) atau demam berdarah viral, merupakan salah satu

penyakit akibat virus yang paling mematikan bagi manusia. 

Sejarah pertama kali di temukanya virus Ebola adalah pada tahun 1978, telah terjadi

wabah Ebola demam hemmorrhagic di Zaire dan Sudan. Seorang pekerja toko di Nzara,

Sudan mendadak sakit dan lima hari berselang dinyatakan meninggal dunia. Dengan

kematiannya, dunia kembali disadarkan terhadap keganasan virus Ebola yang secara

perlahan telah menjadi wabah epidemik di seluruh wilayah tersebut. Korban selanjutnya

adalah seorang dokter yang merawat salah satu korban yang terkena virus Ebola karena

kontak fisik cukup dekat. Kasus lain terjadi di rumah sakit Maridi, Sudan, 33 dari 61

(CFR 54%) suster yang merawat penderita Ebola, dikabarkan tewas karena virus

tersebut. 

Berdasarkan infografis yang di buat WHO terdapat sebaran kasus pada 4 negara di

Afrika Barat yaitu: 

a. Guinea. Terjadi 3389 Kasus (2966 kasus konfirmasi, 395 kasus probable, dan 29

kasus suspek) termasuk 2224 kematian dengan CFR 65 persen.

b. Liberia. Terjadi 9526 kasus (3150 kasus konfirmasi, 1879 kasus probable, dan 4497

kasus suspek) termasuk 4264 kematian dengan CFR 44,76 persen.

c. Sierra Leone. Terjadi 11.751 kasus (8487 kasus konfirmasi, 287 kasus probable dan

2977 kasus suspek) termasuk 3691 kematian dengan CFR 31,41 persen.

Di Indonesia hingga kini, belum ditemukan kasus konfirmasi penderita yang

mengidap virus Ebola. Namun demikian, Indonesia termasuk salah satu negara yang telah

14

Page 15: Makalah Ebola Final

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior

menyatakan siaga menghadapi kemungkinan warganya terinfeksi virus Ebola.  Bentuk

kesigapan dan respon cepat Pemerintah Indonesia di tunjukkan melalui  peringatan perjalanan

bagi orang-orang yang berencana pergi ke kawasan Afrika, khususnya ke Sierra Leone,

Liberia, Guinea dan Nigeria. Pemerintah Indonesia  juga telah menyiapkan rumah sakit untuk

menangani kasus Ebola. Status siaga yang diterapkan Pemerintah Indonesia dalam

mengantisipasi merebaknya wabah Ebola  belum tentu memberi jaminan  bahwa Virus Ebola

tidak masuk di Indonesia.

Angka kejadian Ebola yang dilaporkan pada tanggal 18 Maret 2015

Angka kejadian Ebola kasus confirmed, probable dan suspected di Afrika Barat

15

Page 16: Makalah Ebola Final

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior

Kasus confirmed dan probable berdasarkan jenis kelamin dan usia

3.4. Potensial Ebola di Indonesia

Cara masuk virus Ebola di Indonesia yaitu dapat melalui:

1. Arus Transportasi

16

Page 17: Makalah Ebola Final

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior

Masuknya virus Ebola tersebut bisa diakibatkan oleh warga indonesia yang

berkunjung dari Africa yang terinfeksi virus ebola atau bisa juga melalui warga negara

Africa yang terinfeksi virus Ebola yang berkunjung ke Indonesia. Semua pendatang

yang berasal dari afrika di beri Health Alert Card atau Kartu Kewaspadaan

Kesehatan. Kartu ini berisi data (nama, kebangsaan, no. pasport, datang dari, dengan

penerbangan/kapal, tanggal kedatangan dan alamat di Indonesia) sehingga apabila

mereka mengalami gelaja virus Ebola harus menyertakan kartu tersebut saat berobat.

Selain itu di bandar udara di indonesia sendiri juga disediakan Thermal Scanner yaitu

alat yang dapat mendeteksi suhu penumpang dari pesawat, kemudian apabila

penumpang dari Africa ketika melewati Thermal Scanner di dapati suhu yang tinggi,

kemudian di sertai gejala Ebola segera dapat dirujuk ke rumah sakit. Sementara di

pelabuhan sendiri fasilitas Thermoscanner belum tersedia, sehingga kita tidak bisa

mengetahui suhu suhu dari penumpang.

2. Tenaga Kerja

Menurut data tahun 2014 jumlah tenaga kerja Indonesia di Afrika adalah sebanyak

587 orang. Tenaga kerja juga merupakan sumber penyebab tersebarnya virus Ebola

apabila mereka pulang ke Indonesia. Akan tetapi banyak juga tenaga kerja Indonesia

yang tidak terdeteksi akibat berkerja secara illegal.

3. Vektor

Kemungkinan virus Ebola ditularkan melalui hewan sangat kecil disebabkan karena

tidak adanya transport atau transaksi langsung hewan dari Afrika ke Indonesia. Tetapi

bisa juga diakibatkan hewan seperti kelelawar yang membawa virus dari Asia

Tenggara salah satunya Philipina diakibatkan dekatnya Philiphina dari Indonesia yaitu

pulau Sulawesi sehingga hewan tersebut dapat menyebarkan virus tersebut di

Indonesia. Salah satu virus Ebola yang berasal dari Philipina yaitu virus Reston

Ebolavirus (RESTV). Sementara ini di Indonesia sampai saat ini belum pernah

dilaporkan kasus infeksi akibat virus ebola, namun dengan kemajuan system

transportasi serta kondisi geografis Indonesia dengan Philipina tidak menutup

kemungkinan virus ebola bisa mewabah

17

Page 18: Makalah Ebola Final

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior

BAB 4

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

1. Ebola dinyatakan dalam PHEIC karena di tiga negara episenter Ebola yaitu Guinea,

Liberia, dan Sierra Leone ditemukan beberapa hal yaitu sistem kesehatan tidak

berjalan dengan baik dan itu dipengaruhi oleh sumber daya manusia, kondisi

finansial dan material, tidak berpengalaman menangani virus Ebola karena

mispersepsi, mobilitas penduduk tinggi, penularan terjadi dalam beberapa generasi

di ibu kota tiga negara tersebut dan terjadi penularan di fasilitas kesehatan dan

rumah sakit. Pada 8 Agustus 2014 wabah Ebola di Afrika Barat dinyatakan sebagai

Public Health Emergency of International Concern (PHEIC).

2. Ebola adalah suatu penyakit yang menyerang manusia yang disebabkan oleh sejenis

virus dari genus Ebolavirus, familia Filoviridae. Virus ini pertama kali ditemukan di

18

Page 19: Makalah Ebola Final

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior

Afrika, daerah selatan Sudan dan Zaire pada tahun 1976 pada tubuh seekor monyet.

Setelah terjadinya suatu epidemi di Yambuku, daerah Utara Republik Congo dan

Nzara, daerah Selatan Sudan. Sejak ditemukannya virus Ebola, telah dilaporkan

sebanyak 1850 kasus dengan kematian lebih dari 1200 kasus diantaranya. Periode

inkubasi Ebola dapat berkisar dari 2 sampai 21 hari dengan gejala yang biasanya

ditampilkan dalam waktu 10 atau 11 hari. Gejalanya yang ditimbulkan adalah

demam, sakit kepala, sakit sekitar persendian dan otot, sakit tenggorokan dan tubuh

lemah. Gejala ini diikuti juga oleh diare, sakit perut dan muntah-muntah. Ruam-

ruam, mata memerah, tersedak, serta adanya pendarahan luar dan dalam ditemukan

pada beberapa pasien.

3. Ebola ditularkan oleh hewan (contohnya orang utan) yang sudah terinfeksi melalui

kontak langsung dengan manusia. Jika bepergian ke daerah yang terkena wabah

Ebola, memastikan agar menjaga kebersihan dengan mencuci tangan dengan sabun

serta menghindari kontak dengan benda yang berhubungan dengan darah atau cairan

tubuh orang yang terinfeksi (seperti pakaian, tempat tidur, jarum, dan peralatan

medis). Hindari kontak dengan kelelawar dan primata dan fasilitas dimana pasien

ebola sedang dirawat. Setelah kembali, pantau kesehatan selama 21 hari serta

hubungi tenaga medis jika timbul gejala Ebola.

4. Penyebaran virus Ebola dalam skala global masih terbatas. Hal ini berkaitan dengan

transmisinya yang tidak melalui udara dan juga jarak waktu yang diperlukan virus

Ebola untuk menginfeksi satu individu ke individu lainnya. Selain itu, onset virus

yang relatif cepat dapat mempercepat diagnosa terhadap penderita sehingga dapat

mengurangi penyebaran penyakit melalui penderita yang bepergian dari satu wilayah

ke wilayah lainnya. Penyakit virus ebola ditatalaksana sesuai dengan symptom dan

komplikasi yang muncul. Intervensi yang dapat dilakukan pada awal timbulnya

penyakit antara lain pemberian cairan intravena (IV) dan menjaga keseimbangan

elektrolit, pemberian oksigen dan mengontrol tekanan darah serta mengobati infeksi

yang ada.

4.2. Saran

1. Bagi petugas KKP Kelas I Medan agar memberikan penyuluhan tentang penyakit

Ebola kepada masyarakat luas sehingga masyarakat paham dan waspada terhadap

penyakit tersebut.

19

Page 20: Makalah Ebola Final

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior

2. Bagi Dinas Kesehatan agar lebih memaksimalkan tugas dan fungsi pokoknya

dalam pelaksanaan kegiatan pencegahan dan pengamatan penyakit, pemberantasan

penyakit menular langsung serta pemberantasan penyakit bersumber binatang dan

juga dalam pelaksanaan rencana penelitian, pengamatan dan tindakan saat terjadinya

wabah penyakit atau kejadian luar biasa sehingga meminimalisasikan penyebaran

ebola ke Indonesia.

3. Bagi Dinas Sosial dan Tenaga Kerja agar lebih memaksimalkan tugas dan fungsi

pokoknya dalam upaya menyelenggarakan dan mengawasi bidang keselamatan kerja

dan kesehatan kerja terutama bagi tenaga kerja asing sehingga meminimalisasikan

penyebaran ebola ke Indonesia.

4. Bagi masyarakat agar lebih waspada dan mengetahui faktor-faktor risiko yang

dapat menyebarkan penyakit Ebola seperti kontak dengan hewan yang menjadi

vektor penyakit ebola dan bagi masyarakat yang pergi ke daerah endemis tersebut

agar menghindari semua kontak dengan pasien yang terinfeksi, menyadari gejala

infeksi dan mencari perhatian medis pada tanda pertama dari penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

1. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). 2014. Ebola. http://www.cdc.gov/vhf/ebola/index.html. Diakses pada tanggal 24 Maret 2015.

2. CDC and World Health Organization. Infection control for viral hemorrhagic fevers in the african health care setting. Atlanta. Georgia:US Department of Health and Human Services, CDC, 1998.

3. Peters CJ, LeDuc JW. An Introduction to Ebola:the virus and the disease. J Infect Dis 1999;179(suppl):Ix-xvl

4. Guimard Y, Bwaka MA, Colebunders R, et al. Organization of patient care during the Ebola hemorrhagic fever epidemic in Kikwit, Democratic Republic of the Congo, 1995. J Infect Dis 1999;179(suppl 1):S268–74.

5. Halim, M. Suplement Vol 26 No.3 Juli-September 2005. http://www.harianterbit.com, diakses 24 Maret 2015.

20

Page 21: Makalah Ebola Final

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior

6. Aditama, T. Y., 2008. Buku Saku: Panduan Petugas Kesehatan Tentang International Health Regulations (IHR) 2005. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan: Departemen Kesehatan RI. Available in http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CCAQFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.penanggulangankrisis.depkes.go.id%2F__pub%2Ffiles70809bukusaku_ihr.pdf&ei=n38SVaXTGpWiuQTRm4LADw&usg=AFQjCNEFdIgthyuiaBpu_83AsL3-8Zq95g&bvm=bv.89184060,bs.1,d.c2E (Accesed 24th March 2015)

7. Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Penyakit Virus Ebola. 2015. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan: Departemen Kesehatan RI.

8. http://www.cdc.gov/vhf/ebola/pdf/ebola-factsheet.pdf (Accesed 24th March 2015)

9. http://www.depkes.go.id/article/view/201408250001/tidak-ada-kasus-ebola-di-

indonesia.html (Accesed 24th March 2015)

10. http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/

2014/11/141102_indonesia_ebola_tes (Accesed 24th March 2015)

11. Renee Dopplick (29 April 2009). "Inside Justice | Swine Flu: Legal Obligations and Consequences When the World Health Organization Declares a "Public Health Emergency of International Concern"". accessed 24 March 2015

12. World Health Organization, 2015. Ebola Situation Report- 18 March 2015. Available from : http://apps.who.int/ebola/current-situation/ebola-situation-report-18-march-2015 [Accessed 24 Maret 2015]

21