filsafat novia, syifa
TRANSCRIPT
PENDAHULUAN
David Home David Home merupakan seorang filsuf yang anti rasonalisme namun argumennya sangat
mempengaruhi lmu pengetahuan di dunia. Menurut hume, pengetahuan itu bersumber dari
pengalaman yang diterima oleh kesan indrawi.
Pemikiran david hume ini dipengaruhi oleh beberapa tokoh filsuf diantaranya adalah John Locke
(1632 – 1704 ) dalam hal teori tabularasa yang menjadi tesis locke dalam bukunya “An Essay
Cornercing Human Understanding ” bahwa jiwa manusia ketika lahir adalah putih bersih, bagaikan
kertas yang belum ditulisi. Akan menjadi apakah orang itu kelak, sepenuhnya tergantung pada
pengalaman-pengalaman apakah yang mengisi tabulatabula tersebut. ”. (Sarwono, 2010)
Padahal teori ini pertama muncul di zaman Yunani Kuno. Pada tahun (384SM – 322SM) Aristoteles
dalam tulisannya yang berjudul De Anima, disebutkan bahwa pikiran sebagai pikiran kosong. Lebih
dar 1000 tahun kemudian, pada abad ke-11 teori tabula rasa muncul di Persia Kuno dalam Tulisan
Ibnu Sina, seorang filsuf Persia. Ibnu Sina mengatakan bahwa pikiran saat lahir adalah batu tulis
kosong dan pengetahuan yang dperoleh dari pengalaman itu kemudian digunakan untuk
mengembangkan konsep abstrak tentang benda nyata dan dari pengalaman itu kemudian dgunakan
untuk mengembangkan konsep abstrak. (Mudhokhi, 2008)
Teori ini dipertegas kembali oleh Hume dalam bab pembukaan bukunya “Treatise of human nature
(1793)” dengan cara membedakan antara ide dan kesan.
Tokoh filsuf lain yang mempengaruhi pemikiran home adalah George Barkeley (1687-1753) dari
inti pandangan filsafatnya bahwa menurut Barkeley pengamatan bukan terjadi karena hubungan
antara subjek yang mengamati dan objek yang diamati. Pengamatan justru terjadi karena hubungan
pengamatan antara pengamatan indra yang satu dengan pengamatan indra yang lain. Sehingga
pengenalan hanya mungkin terhadap sesuatu yang konkret (Hadiwijono, 1983) begitupun pendapat
flsafat Prancis Hutcheson bahwa moralitas didapat dair sentiment atau perasaan. (T.Z., 1984) Teori-
teori ini menjadi pengaruh dalam pemikiran david hume yang dituangkan dalam bukunya “Treatise
of human nature (1793)”.
Konsep Filsafat ilmu yang digunakan David Home
Hume memulai pemikiran kontroversialnya melalui penggabungan konsep-konsep john
locked dan barkeley, yang pada intinya menyatakan bahwa pengetahuan terbaik kita, hukum-hukum
ilmiah, bukanlah apa-apa melainkan persepsi pengindraan yang meyakinkan perasaan kita. Dalam
pemikiran Hume, ada skeptisme radikal, bentuk keraguan ekstream atas kemungkinan bahwa
kepastian dalam pengetahuan merupakan hal yang bisa di capai.
David Hume dalam bukunya Treatise of Human Nature bagian pendahuluan, dia
mengatakan bahwa tujuan penulisannya adalah untuk mempelajari ilmu pengetahuan mengenai
manusia dan menjelaskan prinsip-prinsip sifat alamiah manusia. Seperti Newton, dia akan
mereduksi ilmu pengetahuan mengenai manusia, sebagaimana Newton mereduksi mekanik menjadi
beberapa prinsip sederhana saja. Karena menurutnya ilmu pengetahuan lainnya didasarkan pada
ilmu pengetahuan mengenai manusia. Sehingga mempelajari ilmu tersebut, merupakapan proses
mempelajari landasan segala pengetahuan manusia.
Untuk membuktikan ini Hume mengajukan pertanyaan yang merupakan pertanyaan paham
empirisme yaitu: Bagaimana anda tahu? Apa yang menjadi asal pegetahuan kita? Apa yang menjadi
batasan pengetahuan manusia? Hume terus mendesak dan tanpa henti melakukannya sehingga dia
telah mengetahui apa yang telah kita tunjukan: bahwa kita tidak memiliki pengetahuan, melainkan
sekedar keyakinan bahwa yang kita rasakan itu benar. Karena menurutnya pengetahuan dimulai dari
pengalaman indra sebagai dasar. (Tafsir )
Menurut Hume sumber pengetahuan adalah lewat pengamatan persepsi pengindraan, bukan dengan
ide bawaan (ide innate). Hasil dari pengamatan adalah kesan-kesan (impression) dan pengertian-
pengertian atau idea-idea (ideas). (Chan)
Isi ide dan kesan adalah sama, perbedaannya hanyalah pada cara timbul dalam kesadaran. Semua
pengalaman menurut Hume termasuk golongan penghayatan atau ide-ide. Berdasarkan hal ini
Hume bermaksud ingin meruntuhkan keyakinan filsafat lama bahwa ada jenis pengetahuan, yaitu:
Pengetahuan biasa tingkat bawah mengenai alam kasat mata, alam yang berubah-rubah yag
dinamakan oleh Plato dengan opini sejati dan Descartes menamakannya ide pemikiran indra yang
membingungkan. Bagi Plato dan Descartes ada tingkat tinggi pengetahuan dengan penalaran
sebagai sumbernya dan meciptakan kepastian. (T.Z., 1984)
Hume membantah hal tersebut dan menyatakan bahwa gagasan ini dia katakan benar-benar keliru,
hanyalah ilusi. Hume membagi pengetahuan menjadi dua. Pertama pengetahuan demostratif
merupakan yang diperoleh melalui pemikiran tentang hubungan antara idea-idea. Kedua
pengetahuan yang diperoleh melalui pemikiran tentang matter of t yang disebut moral. (Chan)
BibliographyChan, M. (n.d.). Eksploring Phylosophy An ntroductory Anthologi.
Diakses dari bapakkupetani.blogspot.com/2014/01/david-hume-dan-pemkrannya.html?m=1
tanggal 26 maret 2017 pukul 05:49
Hadiwijono, H. (1983). Sari Sejarah Filsafat 2. Yogyakarta: Kanisius.
Di akses dari imtm-putmpi.blogspot.com/2015/03/hdup-dan-gagasan-george-barkeley-1.
html?m=1 tanggal 25 maret 2017 pukul 19:59
Mudhokhi, F. (2008). Paradigma Pendidikan John Locke dan Robert Own .
Diakses dari rosaliayenita.blogspot.com/2013/01/john-locke-dan-tabula-rasa.html?m=1
Sarwono, W. (2010). Pengantar Pskologi Umum . Jakarta : Rajawali.
Di akses dari inigaperludikenang.blogspot.com/2015/08/makalah-empirisme-david-
hume.html?m=1 tanggal 25 maret 2017 pukul 18:58
T.Z., L. (1984). David Hume ; Risalah Filsafat Empirisme . Yogyakarta: Jendela.
Diakses dari bapakkupetani.blogspot.com/2014/01/david-hume-dan-pemkrannya.html?m=1
tanggal 26 maret 2017 pukul 05:49
Tafsir , A. (n.d.). Filsafat Umum: Akal dan Hati sejak Thales sampai Copra.
Diakses dari bapakkupetani.blogspot.com/2014/01/david-hume-dan-pemkrannya.html?m=1
tanggal 26 maret 2017 pukul 05:49
Referensi:
https://id.m.wikipedia.org/wiki/David_Humehttps://id.m.wikipedia.org/wiki/John_Lockehttps://id.m.wikipedia.org/wiki/Platohttps://id.m.wikipedia.org/wiki/Aristoteleshttps://id.m.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Sinahttps://id.m.wikipedia.org/wiki/Rene_Descarteshttps://id.m.wikipedia.org/wiki/George_Berkeleyhttps://id.m.wikipedia.org/wiki/Isaac_Newtonhttps://id.m.wikipedia.org/wiki/Al-Farabihttps://id.m.wikipedia.org/wiki/Thomas_Hobbes
David Hume (thn 1711)
John Locke (thn 1632)
Descartes (thn 1596)
Issac Newton (thn 1643)Hobbes (thn 1588)
George Berkeley (thn 1685)
Al-Farabi thn 870 Al-Kindi thn 801
Plato 428SM
Aristoteles (thn 384-322 SM)
Ibnu Sina (thn 980)
Socrates (469-399 SM)
Albertus Magnus (thn )
PENDAHULUAN JURNAL
Novia Rizkianty Samsudin 1152070051, Syifa Nurfalah 1152070074
Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan MIPAFakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
ABSTRAK
Pembelajaran fisika di sekolah terutama yang berbasis keislaman selama ini seringkali guru-
guru memperkenalkan dan menggunakan materi fisika yang berdasarkan penemu-penemu dari
bangsa barat tanpa memperkenalkan sumber dari pemikiran para penemu barat tersebut. Sekolah
berbasis keislaman seringkali mengabaikan tentang kontribusi para ilmuan Muslim dalam hal
kefisikaan. Sehingga banyak yang tidak mau mempelajari tentang fisika karena takut menyalahi
aturan agama. Padahal sudah dari beberapa ratus tahun yang lalu banyak ilmuan muslim yang sudah
berkontribusi dalam hal kefisikaan. Buku Paket yang berasal dari pemerintah pun masih sangat
jarang untuk membahas tentang para ilmuan Muslim. Apalagi buku Sekolah Menengah Atas
disamakan dengan buku Madrasah Aliyah. Hal ini sangat disayangkan karena MA seharusnya
memiliki point yag lebih tentang keislaman daripada SMA. Tujuan dari penelitian ini adalah
menambah pengetahuan atau materi fisika tentang Optik pada kelas X MA yang bersumber dari
pendapat ilmuan muslim dan juga profil Ilmuan Muslim yang mengembangkan materi tersebut.
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan
filsafat sejarah sains. Yaitu menganalisis dan mengevaluasi keberadaan materi optik yang
merupakan pendapat dari ilmuan muslim pada buku paket yang berjudul “Fisika SMA/MA Kelas
X” (Subagya, 2013). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dalam buku ini. Tidak
terdapat materi tentang Optik yang berdasarkan ilmuan muslim maka dari itu kami menambahkan
materi tersebut dengan pendapat ilmuan muslim dan juga profil dari ilmuan muslim yang terkait
dengan materi Optik untuk diberikan kepada peserta didik kelas X MA. Meskipun materi tentang
ilmuan muslim ini tidak terdapat pada KD dalam Permendikbud terbaru tetapi dengan diberikannya
materi ini pada peserta didik MA akan menambah pengetahuan sekaligus menjadi nilai plus mereka
dibandingkan peserta didik sekolah menengah atas lainnya.
Hasil penelitian
Berdasarkan hasil analisis buku Fisika MA kelas x pada materi optik yang kami jadikan
sebagai objek penelitian, ternyata konsep optik yang dijadikan bahan ajar hanyalah berdasarkan
hasil adopsi ilmuan barat, hal ini sangat disayangkan karena berdasarkan analisis beberapa sumber
ternyata konsep optik ini telah di temukan sejak beberapa abad yang lalu oleh para ilmuan muslim,
dantaranya :
1. Ibnu al-Haitsam
2. Al-Kindi (805-873 M)
3. Ibnu Sahl (940 M – 1000 M)
Ilmuan muslim pertama yang mengemukakan tentang optic adalah al-kindi dalam kitab yang
berjudul De Radiis Stellarum yang memberikan pemahaman baru tentang refleksi cahaya serta
prinsip-prinsip persepsi visual.
Seabad kemudian, sarjana Muslim lainnya yang menggembangkan ilmu optik adalah Ibnu Sahl
(940 M - 1000 M). dalam risalahnya yang berjudul On Burning Mirrors and Lenses (pembakaran
dan cermin dan lensa). Dalam risalah itu, Ibnu Sahl mempelajari cermin membengkok dan lensa
membengkok serta titik api cahaya.
Ibnu Sahl pun menemukan hukum refraksi (pembiasan) yang secara matematis setara dengan
hukum Snell yang lebih umum digunakan sebagai bahan ajar di sekolah. Dia menggunakan hukum
tentang pembiasan cahaya untuk memperhitungkan bentuk-bentuk lensa dan cermin yang titik fokus
cahanya berada di sebuah titik di poros.
. Kemudian Ibnu al-Haitsam, dalam bukunya Al-Manazhir yang meliputi teori-teori temuan
jeniusnya di bidang ilmu sinar,
Berikut ini adalah penjelasan Ibnu al-Haitham dalam Kitab al-Manazhir yang terbukti kebenarannya
berdasarkan optik modern:
"Ia menjelaskan bahwa penglihatan merupakan hasil dari cahaya menembus mata dari benda,
dengan demikian merupakan bantahan terhadap kepercayaan kuno yang mengatakan bahwa sinar
penglihatan datang dari mata."
"Ia menunjukkan bahwa wilayah kornea mata adalah lengkung dan dekat dengan
conjunctiva/penghubung, tetapi kornea mata tidak bergabung dengan conjunctiva."
"Ia menyarankan bahwa permukaan dalam kornea pada titik di mana ia bergabung dengan foramen
mata menjadi cekung sesuai dengan lengkungan dari permukaan luar. Tepi-tepi permukaan foramen
dan bagian tengah daerah kornea menjadi bahkan namun tidak satu. "
''Ia terus berupaya oleh penggunaan hiperbola dan geometri optik ke grafik dan merumuskan dasar
hukum pada refleksi/penyebaran, dan dalam atmospheric dan pembiasan sinar cahaya. Dia
berspekulasi dalam bidang electromagnetic cahaya, yakni mengenai kecepatan, dan perambatan
garis lurus. Dia merekam pembentukan sebuah gambar dalam kamera obscura saat gerhana
matahari (prinsip dari kamera pinhole).''
''Ia menyatakan bahwa lensa adalah bagian dari mata yang pertama kali merasakan penglihatan.''
''Ia berteori mengenai bagai mana foto dikirim melalui saraf optik ke otak dan membuat perbedaan
antara tubuh yang bercahaya dan yang tidak bercahaya.''
Selanjutnya dalam Al-Manazhir ,khususnya dalam teori pembiasan, diadopsi oleh Snellius dalam
bentuk yang lebih matematis. Tak tertutup kemungkinan, teori Newton juga dipengaruhi oleh al-
Haytham, sebab pada Abad Pertengahan Eropa, teori optiknya sudah sangat dikenal. Karyanya
banyak dikutip ilmuwan Eropa. Selama abad ke-16 sampai 17, Isaac Newton dan Galileo Galillei,
menggabungkan teori al-Haytham dengan temuan mereka. Juga teori konvergensi cahaya tentang
cahaya putih terdiri dari beragam warna cahaya yang ditemukan oleh Newton, juga telah diungkap
oleh al-Haytham abad ke-11 dan muridnya Kamal ad-Din abad ke-14. (As-sirjani, 2009)
DAFTAR PUSTAKA
As-sirjani, R. (2009). Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Subagya, H. (2013). BUKU GURU FISIKA SMA/MA KELAS X. Jakarta: PT. Bumi Aksara.