filsafat eksistensialisme gabriel marcel

59
FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL Disusun Oleh : FAHRUL MALIK 201033100766 JURUSAN AQIDAH FILSAFAT FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1427 H/ 2006 M

Upload: lamdat

Post on 21-Jan-2017

233 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

FILSAFAT EKSISTENSIALISME

GABRIEL MARCEL

Disusun Oleh :

FAHRUL MALIK

201033100766

JURUSAN AQIDAH FILSAFAT FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1427 H/ 2006 M

Page 2: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL”

telah di ujikan dalam sidang Munaqasah Fakultas Ushuluddin Dan Filsafat

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 21 November

2006. Skripsi ini telah di terima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana program Strata-1 pada Jurusan Aqidah Filsafat

Jakarta, 21 November 2006

SIDANG MUNAQASAH

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Drs. Harun Rasyid, MA Drs. M. Suryadinata, MA NIP : 150. 232. 921 NIP : 150. 239. 145

ANGGOTA

Penguji I Penguji II

Drs.Agus Darmaji, M.Fils Drs. Syamsuri, MA NIP : 150. 033. 254 NIP : 150. 240. 089

Page 3: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL”

telah di ujikan dalam sidang Munaqasah Fakultas Ushuluddin Dan Filsafat

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 21 November

2006. Skripsi ini telah di terima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana program Strata-1 pada Jurusan Aqidah Filsafat.

Jakarta, 21 November 2006

SIDANG MUNAQASAH

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Drs. Harun Rasyid, MA Drs. M. Suryadinata, MA NIP : 150. 232. 921 NIP : 150. 239. 145

ANGGOTA

Penguji I Penguji II

Drs.Agus Darmaji, M.Fils Drs. Syamsuri, MA NIP : 150. 033. 254 NIP : 150. 240. 089

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Faris Pari, M.Fils Drs. Fakhruddin, MA NIP: 150. 254. 627 NIP : 150. 231. 347

Page 4: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, segala puja, puji, serta syukur saya panjatkan

ke hadirat Allah SWT “ For the great inspiration of love “, karena-Nya lah setiap

manusia mempunyai rasa cinta di dalam hatinya, dan atas cinta itulah eksistensi

manusia akan sangat jelas terlihat karena cinta adalah sebuah rasa kemanusiaan.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi

besar Muhammad SAW, manusia utama yang telah memberikan jalan kepada

umat manusia bagaimana cara untuk bereksistensi, yaitu dengan jalan menunjukan

bagaimana cara manusia agar bisa menuju kepada Tuhannya.

Terima kasih yang tulus dari lubuk hati, penulis haturkan kepada :

1. Bapak Dr. Amsal Bakhtiar, MA selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Dan

Filsafat

2. Bapak Dr. Faris Pari, M.Fils dan Bapak Drs. Fakhruddin, MA selaku

pembimbing yang memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis.

3. Bapak Drs. Harun Rasyid, MA selaku Direktur Program Ekstensi Fakultas

Ushuluddin Dan Filsafat, beserta stafnya

4. Bapak, Ibu, dan staf dosen Fakultas Ushuluddin Dan Filsafat yang telah

mengajarkan ilmunya kepada penulis sampai dapat menyelesaikan studi.

5. Penyebab “ Peristiwa tukar guling “, Bapak Harun Rasyid, Bapak Suryadinata,

Ibu Susie, yang dengan peristiwa ini sehingga saya bisa maju sidang skripsi.

6. Kedua orang tua, Papih dan Mamih yang mulia dan sangat saya hormati yang

telah menyokong doa dan segalanya yang tak terhingga nilainya, sehingga

tercapai cita- cita buah hatinya. Beserta kakak- kakak dan adik- adik tercinta,

Page 5: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

khusus untuk Bang Taufik dan Po Iin terima kasih atas semua transferan uang

dan doanya.

7. Teman- teman di jurusan Aqidah Filsafat, Abdul Halim dan Sayid Nur Salim,

yang dengan semboyan “Filsafat adalah ilmu untuk ilmu dan bukan ilmu

untuk uang”, kita berhasil mempertahankan jurusan ini yang hampir di

hapuskan pada angkatan kita. Secara khusus saya sampaikan terima kasih

kepada sahabat saya Abdul Halim atas segala bantuan yang tak terkira baik

moril maupun materil semenjak masa kuliah hingga selesai penulisan skripsi.

8. Teman- teman di Fakultas Ushuluddin Dan Filsafat program Ekstensi 2001,

khususnya “Team Hojel” (Agus, Iunk, Daman, dan adik kelas Rukhiat).

9. Manager saya Sulaeman yang telah membangkitkan semangatku untuk belajar

dan berkuliah lagi, “My big bos”, Bapak Bambang Soetisno yang selalu

mempercayakan saya untuk memegang usaha- usahanya hingga saya bisa

membiayai kuliah saya, sahabat rumah saya Gunawan yang bersusah payah

mencari dan membelikan buku primer skripsi ini buku karya Gabriel Marcel.

10. And the last but not the list untuk “Seseorang”, yang menyebabkan penulis

ingin cepat marampungkan skripsinya, saya bukanlah seorang pecinta pada

saat pra nikah, namun insya Allah menjadi pecinta yang baik pada saat pasca

nikah.

Penulis tidak bisa membalas jasa kalian semua, namun hanya Allah lah

yang akan membalasnya. Amin.

Jakarta, 27 Syawal 1427 H/ 19 November 2006 M

Penulis

Page 6: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.................................................................................i

DAFTAR ISI ............................................................................................iii

BAB I. PENDAHULUAN .........................................................................1

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ........................................................7

C. Tujuan dan Signifikansi Penelitian ...................................................8

D .Metode Penelitian ………………………………………………….9

E. Sistematika Penulisan …………………………………………….10

BAB II. FILSAFAT EKSISTENSIALISME …………………………12

A. Sejarah Filsafat Eksistensialisme …………………………….…..12

B. Prinsip- prinsip Filsafat Eksistensialisme …………………….…..13

C. Beberapa Tokoh Filsafat Eksistensialisme ……………………….14

BAB III. BIOGRAFI DAN PERJALANAN PEMIKIRAN GABRIEL

MARCEL ……………………………………………………………….19

A. Riwayat Hidup ……………………………………………….…..19

B. Pengaruh Beberapa Filsuf Terhadap Pemikiran Gabriel Marcel.....26

C. Gabriel Marcel dan Eksistensialisme .............................................30

Page 7: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

BAB IV. POKOK- POKOK PEMIKIRAN GABRIEL MARCEL ....34

A. Ada Dan Mempunyai …………………………………………….34

B. Problem Dan Misteri ………………………………………….….38

C. Tubuh Sebagai Tubuhku ………………………………………….40

D. Kehadiran ………………………………………………………...42

BAB V. TINJAUAN KRITIS ………………………………………….48

A. Kritik Terhadap Eksistensialisme Gabriel Marcel ……………….48

B. Pandangan Islam Tentang Eksistensialisme ………………….…..50

BAB VI. PENUTUP ……………………………………………………53

Daftar Pustaka …………………………………………………………55

Page 8: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Sebagian kajian filosofis, teori filsafat belumlah mendapatkan tempat yang

memadai dalam ranah kajian pemikiran di Negeri ini. Sebuah karya Jujun S.

Suryasumantri berjudul “Filsafat Ilmu” merupakan satu - satunya karya yang

telah dicetak berulang kali. Hal ini menunjukan betapa langkanya kajian filsafat,

dan pada akhirnya menuntut suatu kajian lebih lanjut.1

Dalam masyarakat kita, tak terkecuali remaja, kajian filsafat dianggap sebagai

ilmu yang kurang menarik. Filsafat mendapat tempat yang kurang baik di mata

para remaja. Filsafat dianggap sebagai “biang keladi” bagi timbulnya

pemberontakan atas dogma-dogma keagamaan.

Saat mendengar kata “filsafat”, imaginasi masyarakat langsung mengarah

pada sosok yang menakutkan. Bersentuhan dengan filsafat merupakan hal yang

dihindari karena dapat merusak keimanannya selama ini. Secara membabi buta,

stigma negatif terhadap filsafat, terus digulirkan di kalangan masyarakat kita.

Hal inilah yang pada akhirnya menarik penulis untuk melakukan penelitian

lebih jauh seputar stigma negatif terhadap filsafat. Sejauh manakah pemahaman

kaum remaja terhadap ilmu Filsafat? dan mengapa paradigma negatif terhadap

filsafat yang dianggap sebagai kajian yang tidak terlalu penting muncul di

kalangan umat Islam, khususnya remaja?.

1 Mulyadi Kartanegara, Menyibak Tirai kejahilan : Pengantar epistemologi Islam ( Bandung: Mizan, 2003),h.14.

Page 9: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

Sebagai hipotesis awal, gejala ini muncul sebagai akibat dari adanya dikotomi

antara ilmu syariat dan ilmu non-syariat di tempat-tempat pendidikan yang formal

maupun informal. Ilmu syariat mendapat tempat terhormat dalam dunia

pendidikan kita.

Lihat saja misalnya referensi - referensi yang dikaji di pesantren-pesantren,

sebuah lembaga pendidikan Islam, banyak memberikan ruang bagi kajian seperti

fiqih, ushul fiqih, ilmu - ilmu alat seperti nahwu, shorof, balaghoh, dan lain-lain.

Sementara karya-karya para ulama seperti Ibnu Sina, al-Farabi, Ibnu Bajah, Ibnu

Tufail, Ibnu Taimiyah, yang notabenenya adalah berkutat seputar kajian filsafat,

tidak mendapatkan tempat. Bahkan karya-karya mereka

dianggap“membahayakan” bagi eksistensi Ideologi masyarakat.

Para tokoh pendidikan kita memberikan andil yang cukup besar terhadap

berkembangnya stigma negatif terhadap filsafat. Ketidak seimbangan informasi

yang diterima masyarakat menimbulkan kesalah pahaman terhadap filsafat.

Filsafat tidak mendapat perhatian dari para tokoh kita, bahkan mengkajinya pun

tidak. Tapi filsafat senantiasa digambarkan sebagai hal yang negatif.

Yang terjadi selanjutnya adalah tidak adanya obyektifitas dalam memandang

filsafat. Tanpa melakukan penelaahan terhadap karya - karya mereka, filsafat

diberikan lebel sesat. Biasanya stigma negatif ini senantiasa disandarkan pada

kritik al-Ghazali terhadap para filosof muslim. Di sini pula terjadi salah

pemahaman terhadap kritik al-Ghazali kepada filsafat Islam. Benarkah al-Ghazali

menolak filsafat?

Page 10: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

Maka ketika beberapa remaja ditanyakan apa itu Filsafat mereka pada

umumnya berpendapat bahwa kajian ilmu filsafat adalah kajian yang kurang

menarik, paling sulit, dan melelahkan. Hal ini disebabkan selama ini dalam

masyarakat tidak adanya ruang bagi kajian filsafat.

Dalam penulisan ini, penulis menggunakan tehnik penelitian wawancara

langsung guna diperoleh data yang seakurat dan sebaik mungkin. Karena di

kalangan siswa sendiri terdapat beragam pandangan terhadap filsafat, sesuai

dengan latar belakang pendidikan mereka.

Pada siswa di tingkat pelajar, paradigma yang berkembang adalah menolak

filsafat. Selain tidak mendapat pelajaran tentang filsafat, mereka pun tidak

mendapat gambaran yang seimbang dari para pendidiknya. Di sekolah tidak

mendapat pelajaran, di luar pun mereka tidak bisa menemukan wajah filsafat yang

sesungguhnya.

Kembali pada kritik al-Ghazali. Al-Ghazali di kalangan umat Islam dikenal

sebagai ulama yang kritis terhadap filsafat. Bahkan al-Ghazali menjadi ikon bagi

mereka yang menolak filsafat Islam. Dalam berbagai kesempatan, al-Ghazali

ibarat dewa penyelamat yang menyelamatkan umat dari bahaya filsafat Islam

yang dikembangkan oleh al-Kindi dan kawan-kawan.

Di sinilah terjadi kekeliruan terhadap pemikiran al-Ghazali dalam

hubungannya dalam kritiknya terhadap Ibnu Sina dan al-Farabi. Kritik al-Ghazali

dipahami secara parsial. Apa yang dipahami dari kritik al-Ghazali hanyalah obyek

kritiknya tanpa menelaah lebih dalam latar belakang sosial politik yang

menyebabkan munculnya kritik ini.

Page 11: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

Pada dasarnya, al-Ghazali tidak menolak filsafat secara mutlak. Al-Ghazali

sendiri adalah orang yang memiliki naluri pemikiran yang kritis. Ia banyak

bersentuhan dengan teori-teori filsafat. Salah satu yang menjadi kritiknya adalah

munculnya budaya taqlid dalam masyarakat. Al-Ghazali berpandangan bahwa

dalam masalah taqlid, masyarakat harus mampu mengembangkan daya kritisnya

terhadap segala hal yang ditemuinya. Sesuatu itu dipahami bukan atas dasar

asumsi, melainkan berdasar pada hasil pemikiran yang ketat.

Begitu pula kritiknya terhadap filsafat Islam. Al-Ghazali tidak menolak

filsafat Islam secara mutlak. Hal ini bisa dilihat dari pandangannya bahwa filsafat

yang dikembangkan oleh al-Farabi dan kawan-kawan tidak menghasilkan Ilmu

yang tetap, melainkan mengandaikan suatu Relativisme. Yang ingin dicapai

melalui filsafat, menurut al-Ghazali, adalah ilmu yaqini, ilmu yang menghadirkan

ketetapan dalam jiwa, bukan Relativisme. Al-Ghazali berfilsafat dalam rangka

mendapatkan kepastian terhadap beberapa obyek kajian, baik itu tentang

Ketuhanan, Eskatologi maupun Etika.

Al Ghazali sendiri memiliki nama lengkap Abu Hamid ibn Muhammad ibn

Ahmad al – Ghazali. Ia lahir di Thus Kota Khurasan Iran Pada 450 H ( 1056 M. ).

Ia wafat di tanah kelahirannya pada tahun 505 H, ( 111 M ).2

Dari sumber utama pertentangan pemikiran adalah penafsiran yang berlainan.

Hal ini terjadi pada jawaban Ibnu Rusyd terhadap kitab karangan al Ghazali

yakni Kerancuan Filsafat ( Tahafut Al falasifah ) didalam tulisan tersebut al

2 Abdul Mustofa, Filsafat Islam ( Jakarta : Pustaka Setia, Bandung, 1997 ), h.215.

Page 12: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

Ghazali menyalahkan kaum filosof dengan dibagi menjadi tiga golongan :

Materialis, Naturalis, Theis.3

Pertama golongan Materialis mereka merupakan golongan terdahulu yang

pada Zamannya mereka beranggapan tidak adanya pencipta yang mengatur alam,

alam bisa dikatakan diatur oleh kekuatan kekuatan yang mereka anggap memiliki

kekutan yang lebih dari mereka, dan alam ada secara azali dengan sendirinya.

Kedua Golongan Naturalis mereka menganggap sifat – sifat alam dan

keajaiban ciptaan Allah SWT mereka dapat mengakuinya namun mereka

mempelajari penemuan tersebut dan memaksakan pengaturan tuhan diatur

kembali dengan pemikiran kaum Naturalis, dalam pandangan mereka tidak ada

hari kebangkitan dan Hisab. Mereka ini disebut oleh al - Ghazali dengan golongan

kaum Zindiq.

Golongan Ketiga, golongan Theis ( bertuhan ), mereka orang orang yang

berfikir dengan menggunakan Logika, dengan menggunakan argumen mereka

menghsilkan ilmu kesesatan golongan ini sama dengan pemikiran Plato dan

Kawan – kawannya.

Dari sinilah kemudian pemikiran al - Ghazali mendapat bantahan dari seorang

yang bernama Ibnu Rusyd yang lebih dikenal denga nama ( Averreos ). Ia

merupakan tokoh yang sangat berjasa dalam kajian filsafat islam, namun hanya

dikenal di kalangan orang orang tertentu saja.

Ibnu Rusyd juga dikenal sebagai ahli Fiqih. Dia pula yang menyatukan

Filsafat dengan Syariat. Baginya syariat telah mendorong untuk menalar semua

wujud yang tampak melalui penalaran rasio dan mengambil pengetahuan secara

3 Al Ghazali, Setitik Cahaya dalam Kegelapan ( Bandung : Pustaka Progresif, 2001 ),

h.135.

Page 13: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

rasional. Dengan memberi kesimpulan bahwa disamping ilmu qiyas ( analogi

syariat ) wajib juga yang dinamakan qiyas Aqli ( dalil rasio ). Maka, wajiblah

kiranya filsafat Islam tersebut dalam pemikiran dan khazanah perkembangan

pemikiran Islam, wajib pula kiranya mempelajari karya karya filsuf – filsuf

terdahulu dengan tujuan dan maksud yang termaktub dalam sebuah hukum

syariat.

Ibnu Rusyd yang memiliki nama lengkap Abu Al-Walid Muhammad ibn

Muhammad Ibn Rusyd, dilahirkan di Cordova pada 520 H ( 1126 M ). Ia wafat

pada 9 safar 595 H ( 10 desember 1198 M ).4

Dapat disimpulkan bahwa syariat dan filsafat dapat dipertemukan tanpa

adanya konflik. Keduanya bahkan dapat saling mendukung satu sama lainnya.

Yang menjadi persoalan mendasar adalah kurangnya kajian yang mendalam dan

seimbang terhadap filsafat dibanding dengan kajian tentang syariat.

Dia juga sebagai Intelektual dalam dunia islam dengan memiliki tugas sebagai

Hakim Agung di Cordova dan sebagai pengarang kitab paling Pluralis ( Bidayatul

Mujtahid. ) Dia juga merupakan ulama yang menafsir secara Tekstual.5

Filsafat mengajarkan manusia untuk menjalankan hidup ini dengan penuh

pertimbangan secara Rasional. Dengan berpijak pada Rasionalitas, filsafat

mencoba membawa manusia pada suatu tatanan sosial kemasyarakatan yang

berkeadilan dan sejahtera.

Secara bahasa, kata Filsafat berarti sebagai pemikir bebas, radikal. Bebas

disini berarti tidak ada yang menghalangi pikiran untuk bekerja. Tidak ada satu

4 Hasyimsyah Nasution, filsafat Islam ( Jakarta : Gaya Media Pratama (GMP ), 2002 ), h.

113. 5 Ekky Al Maliki, Why Not ( Remaja Doyan Filsafat ) ( Bandung : Darr Mizan, 2003), h.

114.

Page 14: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

kekuatan pun, yang menghalangi seseorang untuk berfikir, apalagi untuk

menyeragamkannya. Selama seseorang masih sanggup berpikir walaupun ia

berada dalam penjara, tetap saja pikiran dapat bekerja.6 Radix, artinya akar.

Berfikir secara radikal berarti berpikir sampai ke akar suatu masalah.

Selanjutnya filsafat dapat diartikan sebagai ilmu Rasional. Artinya, adanya

penggunaan akal pikiran dan hukum hukum logika yang bisa diterima oleh akal.

Filsafat merupakan asal kata dari bahasa Yunani, yaitu Philosophia, terangkai

dari kata Philein yang berarti mencintai dan Sophia berarti kebijaksanaan. Jadi

Filsafat adalah seseorang yang mencintai sebuah kebijaksanaan.

Dalam penelitian ini, peneliti hendak melihat sejauh mana tanggapan dan cara

pandang siswa pada tingkat kelas 3 Madrasah Aliyah terhadap kajian ilmu filsafat.

Hal ini dimaksudkan guna memperoleh gambaran yang komperehensif seputar

pandangan siswa yang duduk dibangku sekolah kelas 3 Madrasah Aliyah.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dalam skripsi ini penulis perlu untuk memberikan suatu pembatasan

masalah. Penulisan ini dibatasi pada : Pandangan Siswa Madrasah Aliyah Kelas

3 terhadap Filsafat ( Studi kasus terhadap MAN 4 Pondok Pinang & MAN 1

Serpong ) Berdasarkan pembatasan tersebut, kami berusaha menghasilkan

pembahasan yang sistematis, terarah dan jelas maka penulis membuat suatu

rumusan masalah, yaitu :

1. Sejauh mana pandangan Siswa Kelas 3 MAN 4 Pondok Pinang &

MAN 1 Serpong terhadap kajian ilmu Filsafat.?

6 Musa, Asy’arie, filsafat Islam, sunnah Nabi dalam berfikir ( Yogyakarta : Lesfi,

2002), h.1.

Page 15: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

2. Adakah nilai manfaat dari ilmu filsafat bagi Siswa Madrasah

Aliyah ?

Tujuan dan kegunaan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa

terhadap ilmu filsafat. Selain itu sebagai tugas akhir Akademik Strata 1 ( S1 )

Universitas Islam Negeri ( UIN ) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Adapun kegunaan penelitian ini antara lain :

1. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lainnya yang akan

meneliti masalah yang berkaitan dengan penelitian ini.

2. Sebagai laporan ilmiah kepada Universitas Islam Negeri (

UIN ) Jakarta.

3. Sebagai pengembangan Ilmu Filsafat.

D. Metodologi Penelitian.

Dengan menggunakan populasi penelitian, menurut Arkinto dalam

bukunya populasi didefinisikan sbagai seluruh data yang menjadi perhatian kita

dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan.7

Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh Siswa Kelas 3 MAN I

Serpong dan MAN 4 Pondok Pinang Namun dalam penelitian ini penulis tidak

mengambil seluruh siswa kelas 3 tersebut sebagai Subyek penelitian, akan tetapi

sebagian saja yang dalam penelitian tersebut disebut sampel sebagai bagian yang

dianggap mewakili dari populasi yang ada.

Sampel adalah “sebagian dari populasi Yang memiliki Sifat dan

karakteristik yang sama sehingga dapat mewakili populasi yang ada. Sampel

7 Suharsimi Arikunto, prosedur penelitian ( Jakarta : Rienika Cipta, 1996 ).h, 115.

Page 16: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

dalam penelitian ini adalah siswa dari masing - masing Siswa kelas 3 pada MAN

1 Serpong & MAN 4 Pondok Pinang. Pengambilan dengan teknik random

sampling, yaitu pengambilan secara acak dengan cara mengundi kelas 3 yang

berjumlah Beberapa kelas dari kelas 3 yang ada di MAN I Serpong dan MAN 4

Pondok Pinang”. Dalam penelitian ini tidak adanya manipulasi terhadap

variabel – variabel penelitian, tapi nantinya yang diungkap fakta yang

berdasarkan pengukuran gejala yang ada pada diri responden maka penelitian

ini termasuk penelitian survei.

Dengan ide pokok dari tehnik pengambilan sampel melalui informasi

mengenai keseluruhan informasi dan populasi dengan jalan mencari informasi

pada sebagian saja dari populasai tersebut, dan informasi yang ditemukan

diberlakukan pada seluruh populasi.

Penilitian yang dilakukan peneliti bersifat deskriftif. Penelitian deskriftif

adalah suatu methode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu obyek, dan

suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa yang terjadi pada masa sekarang.

Penelitian deskriftif mempelajari masalah masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat

serta situasi situasi tertentu, termasuk tentang hubungan kegiatan kegiatan, sikap sikap, serta proses yang sedang

berlangsung serta pengaruh dari suatu fenomena. Dalam penelitian ini akan membuat Deskriftif, gambaran secara

sistematis faktual dan akurat mengenai fakta – fakta sejauh mana pemahaman dan pandangan siswa Madrasah Aliyah

dalam kajian ilmu Filsafat.

Dalam rangka memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan, sebagai

bahan dalam rangka penelitian skripsi ini, maka tehnik pengumpulan data yang

penulis gunakan adalah sebagai berikut :

2. Wawancara

Page 17: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

Wawancara dalam suatu penelitian diartikan sebagai metode pengumpulan

data dengan melalui wawancara, dimana dua orang atau lebih secara fisik

langsung berhadap hadapan yang satu dengan yang lain dan masing - masing

dapat menggunakan saluran komunikasi secara lancar. 8 wawancara juga dapat

diartikan percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua belah

pihak yaitu pewawancara (interviewer ) yang mengajukan pertanyaan dan yang

diwawancarai (interviewee ) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.9

3. Angket ( kuesioner )

Angket yaitu sebuah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden tentang hal – hal yang ia ketahui.10 Peneliti

menyebarkan kuesioner, dengan tehnik tujuan agar dapat diambil kesimpulan

sejauh mana pandangan dan respon siswa terhadap kajian ilmu Filsafat. Dengan

tehnik menyebarkan kesiswa kelas 3 Madrasah Aliyah Negeri 1 Serpong dan

Madrasah Aliyah Negeri 4 pondok pinang.

4. Observasi

Observasi dalam suatu penelitian berarti pengamatan yang dilakukan

secara langsung terhadap gejala yang diteliti.11 Tehnik ini memungkinkan peneliti

menarik kesimpulan ihwal dan makna sudut pandang responden, terhadap

penelitian tersebut. Lewat penelitian ini pula peneliti akan melihat sendiri

pemahaman yang tidak terucapkan, bagaimana teori tersebut digunakan langsung

dan sudut pandang nara sumber yang mungkin didapati dari wawancara. Dalam

8 Badan Penelitian dan Pengembangan depdagri dan Otda, mettode penelitian Sosial ( Jakarta : 2000), h. 39.

9 Lexy J. Maleong, Methode penelitian kwalitatif ( Bandung : PT Rosda Karya, 2000 ), h.135.

10 Koentjaraningrat, Metodologi Penelitian Masyarakat ( Jakarta, Gramedia, 1985 ), h. 125.

11 Badan Penelitian dan Pengembangan depdagri dan Otda, mettode penelitian Sosial ( Jakarta, 2000 ), h. 54.

Page 18: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

observasi ini peneliti akan mengambil data seakurat - akuratnya agar didapatkan

data yang benar benar valid.

5. Analisis data

Setelah data yang penulis perlukan telah terkumpul langkah selanjutnya

adalah menganalisa data dengan Methode Kuantitatif dengan pendekatan ini

penulis menggunakan tehnik analisis data cara prosentase setelah ditabulasi

dengan jumlah, Frekuensi jawaban responden untuk setiap jawaban. pedoman

penulis untuk mencari setiap jawaban adalah :

%100ΧΝ

=ΡF

keterangan . P : Angka prosentase yang dicari

F : Frekuensi jawaban responden

N : Jumlah Frekuensi / Banyaknya Individu

3. Telaah Pustaka

Dengan membaca, memahami dan menginterpretasikan buku - buku serta

dokumen-dokumen yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

D. Sistematika Penulisan.

Skripsi ini terdiri dari lima ( 5 ) bab masing masing bab membahas

permasalahan yang berkaitan dengan tema kajian. Kelima bab tersebut antara lain.

Bab I : Pendahuluan, Latar Belakang Masalah, Pembatasan Dan

Perumusan Masalah, Tujuan Dan Kegunaan Penelitian,

Metodologi Penelitian, Sistematika Penelitian.

Bab II : Landasan teori, kerangka berfikir dan hipotesis penelitian.

Page 19: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

Landasan teori, Pengertian Filsafat, Tema – Tema kajian Filsafat,

Pengertian remaja.

Bab III : Gambaran Umum sekolah MAN 4 Pondok Pinang & MAN

1 Serpong, sejarah berdirinya MAN 4 Pondok Pinang, Misi dan

Visi MAN 4 Pondok Pinang, Sejarah Berdirinya MAN 1

Serpong, Misi dan Visi MAN 1Serpong.

Bab IV : Hasil Penelitian. Latar belakang siswa mengetahui Filsafat,

Pandangan Siswa terhadap Filsafat.

Bab V : Penutup, Kesimpulan , Saran & kritik

Page 20: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

BAB II

FILSAFAT DAN REMAJA

PENGERTIAN FILSAFAT

Secara bahasa kata Filsafat merupakan asal kata dari bahasa Yunani yaitu

Philosophia, dengan memiliki dua arti kata Philos dengan arti mencintai, dan

sophia dengan arti kebijaksanaan. Berarti Philosophia berarti : cinta akan

kebijaksanaan ( Inggris : love of Wisdom ). Orang yang berfilsafat atau orang

yang melakukan filsafat disebut “Filsuf” atau “Filosof” artinya pecinta

kebijaksanaan.12

Secara arti filsafat diartikan cara berpikir bebas yang masih dalam dataran

makna. Seseorang dapat berpikir dengan bebas selagi pemikiran tersebut bisa

dipertanggung jawabkan dengan argumennya sendiri, berfilsafat adalah cara kerja

untuk berfikir bebas dengan menggunakan akal semampunya hal ini sering

disebut sebagai pemikiran yang radikal dengan sampai pada keakar - akarnya

dalam suatu masalah, hal ini pun sampai pada melewati batas batas fisik dengan

memasuki area diluar fisikal ini sering disebut sebagai metafisis. Filsafat

merupakan usaha manusia untuk mencari dan mencari hal – hal yang baru secara

Rasional, Kritis, Sistematis dan radikal.

A. Rasional manusia menggunakan pemikiran dengan hukum hukum

logika yang masuk akal, hal ini merupakan hasil sebuah kegiatan pemikiran

dengan mengandalkan otak dan akal secara bersama sama. Dan ini tidak bisa

disebut sebagai Wahyu atau pun apa yang datang dari tuhan. Jika seorang filsuf

12 Hasyim Syah, Filsafat Islam ( Jakarta : GMP, 2003 ), h. 24.

Page 21: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

menyampaikan hasil pemikirannya tersebut dan setiap orang mampu untuk

memahaminya maka berhasillah apa yang dicita - citakan seorang Filsuf.

B. Kritis artinnya ia tidak akan menerima begitu saja hal - hal yang

didapat ia akan berupaya mengklarifikasi dengan pemikirannya secara hati hati,

dengan mengevaluasi segala pemikiran yang ada.

C. Sistematis adanya suatu aturan tertentu yang memiliki alur yang

jelas.

D. Radikal arti kata Radix yang berarti Akar, dalam pengertian bahwa

dalam berfilsafat hendaknya pemahaman digali sampai pada akar - akarnya,

sehingga pemahamam menjadi menyeluruh dan mendalam.13

Mohammad Hatta dalam pendahuluannya Alam Pikiran Yunani menulis

“apa sebenarnya yang disebut filosof, lebih baik jangan dipersoalkan pada

permulaan menempuhnya. Akan hilang jalan nanti karna banyak ragam dan

paham. Tiap – tiap ahli berlainan pendapatnya tentang apa yang dikatakan

filosofi. Tiap – tiap filosof pun lain – lain tujuannya, buat sementara sebagai

tempat berpegang kita sebutkan saja sifatnya yang umum, seperti yang dilukiskan

oleh Windelband. Filosofi sifatnya merentang pikiran sampai sejauh – jauhnya

tentang suatu keadaan atau hal yang nyata. Sebab itu filosofi orang sebut juga

berpikir merdeka dengan tiada dibatasi kelanjutannya.”14

Menurut Cicero, penulis Romawi ( 106 – 43 SM ), orang yang pertama -

tama memakai kata filsafat ialah Pythagoras ( 497 – SM ), sebagai reaksi terhadap

orang orang cendikiawan pada masanya yang menamakan dirinya “ahli

pengetahuan”. Pythagoras mengatakan bahwa pengetahuan dalam artinya lengkap

13 Bagus Takwin. Dasar - dasar Filsafat. 2004 dari : http : //Psikologi,webhostme.Com /filsafat/filsafat.htm.

14 Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani ( Jakarta : UI Press, 1986. ), h.1.

Page 22: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

tidak sesuai dengan manusia. Tiap - tiap orang mengalami kesukaran - kesukaran

dalam memperolehnya dan meskipun menghabiskan seluruh hidupnya, namun ia

tidak akan mencapai tepinya. Jadi pengetahuan adalah perkara yang kita cari dan

kita ambil sebagian darinya tanpa mencangkup keseluruhannya. Oleh karna itu,

maka kita ini bukan ahli pengetahuan, melainkan pencari dan pecinta

pengetahuan, yaitu filosof.15

Namun pengertian bijak seseorang berbeda dengan apa yang diterangkan

diwilayah Timur sejak zaman kuno ditimur telah banyak orang – orang yang

melakukan pencarian kebijaksanaan dan kebenaran. Di India umpamanya, orang

bijak adalah orang yang telah mendapatkan kebijaksanaan yang terdiri

dari“atman” adalah “Brahman”, bahwa jiwa manusia adalah tuhan sendiri. Barang

siapa yang mengetahui ini semua ialah orang bijak.16

Dalam masyarakat modern, filosof adalah ahli pikir yang mengajarkan

aliran paham, yang membentuk pandangan dunia dan sikap hidup. Pandangan

dunia dan sikap hidup itu mengendalikan tingkah laku perbuatan kita. Dengan

demikian jelaslah bahwa filosof itu tidak harus menurut tanggapan umum itu dan

filsafat itu sesungguhnya berada ditengah – tengah kita, dalam tingkah laku

perbuatan dan tindakan sehari – hari. Kehidupan kita dikendalikan dan diarahkan

oleh filsafat.17

Kata filsuf memiliki arti orang yang berpikir dengan memikirkan hakekat

segala sesuatu dengan melakukan secara mendalam dengan segala kemampuan

15 Ahmad Hanapi, Pengantar Filsafat Islam ( Jakarta : Bulan Bintang , 1990), h, 3. 16 Harun Hadiwijiono, Sari Filsafat Barat 1 ( Jakarta : Kanisius, 1980), h. 7. 17 Gazalba. Sistematika filsafat. H. 12. Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat. ( Jakarta :

Bulan Bintang, 1992), h. 12

Page 23: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

yang ada. Dengan demikian seorang filsuf harus dapat mencari kebenaran dengan

melakukan pencarian yang sungguh - sungguh.

Dikatakan pula filsuf adalah ahli pikir yang radikal, bukan dalam arti,

bahwa ia hendak membuang atau mengubah seluruhnya, tetapi dalam arti yang

sebenarnya, yakni ia berusaha mencapai radix, akarnya. Akar apa? Akar

kenyataan, dunia, ujud, akar pengetahuan tentang diri sendiri. Kalau ditemukan

akar itu, maka semua yang berakar padanya akan dapat dipahami. Berpikir radikal

itu ditujukan pada “kedalaman” (diepte). Sekiranya kedalaman ini tercapai maka

dapatlah dipastikan apa yang berasal dari “kedalaman” itu. Berpikir radikal juga

melingkupi yang universal.18

Filsafat, sebagai proses berfikir sistematis dan radikal juga memiliki objek

material dan objek formal. Objek material filsafat adalah segala yang ada. Segala

yang ada mencangkup”ada yang tampak” dan ”ada yang tidak tampak”. Ada yang

tampak adalah dunia empiris, sedangkan ada yang tidak tampak adalah alam

metafisika. Sebagian filosof membagi objek material filsafat atas tiga bagian,

yaitu : yang ada dalam kenyataan, yang ada dalam pikiran, dan yang ada dalam

kemungkinan. Adapun objek formal filsafat adalah sudut pandang yang

menyeluruh, radikal, dan obyektif tentang yang ada, agar dapat mencapai

hakikatnya.19

Mustofa Abdurraziq, setelah meneliti pemakaian kata kata Filsafat

dikalangan Muslim, maka ia berkesimpulan bahwa kata kata “hikmah dan hakim“

dalam bahasa Arab dipakai dalam arti “filsafat dan filosof” dan sebaliknya,

18 R.F. Beerling, Filsafat Dewasa ini ( Jakarta : Balai Pustaka, 1994 ), h. 12. 19 Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama ( Pamulang : Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 1.

Page 24: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

hikmah adalah perkara tertinggi yang bisa dicapai oleh manusia dengan melalui

alat - alatnya yang tertentu, yaitu akal dan methode – methode berpikirnya.20

Al – Kindi sebagai ahli pikir pertama dalam filsafat Islam yang

memberikan pengertian filsafat dikalangan umat Islam, membagi filsafat pada tiga

bagian :

1. Imu fisika ( ilm – ut thibiyyat ), merupakan tingkat terendah.

2. Ilmu matematika ( al – ilm – ur – riyadhi ), tingkatan tengah.

3. Ilmu ketuhanan (ilm – ur – rububiyah ), tingkatan tertinggi.

Yang pertama adalah tingkatan alam nyata, terdiri dari benda – benda

kongkrit yang ditangkap panca indra. Yang kedua, berhubungan dengan benda

juga, tapi mempunyai wujud tersendiri, yang dapat dipastikan dengan angka –

angka ( Misalnya ilmu hitung, teknologi, astronomi, musik ). Dan yang ketiga

yang tidak berhubungan dengan benda sama sekali yaitu soal ketuhanan.21

Seperti halnya tokoh filsuf Muslim yang bernama Ibnu Sina memberikan

definisi Filsafat adalah: Ilmu pengetahuan tentang Maujud dan bertujuan

menyelidiki hakikat yang sebenarnya.

Plato dalam pandangannya terhadap filsafat adalah pengetahuan segala

yang ada. Begitu juga dengan, N. Drikarya berpandangan bahw filsafat adalah

perenungan yang sedalam – dalamnya tentang sebab – sebab “ada” dan “berbuat”

perenungan tentang kenyataan yang sedalam – dalamnya, sampai “mengapa” yang

penghabisan.22

Menurut Harold H. Titus, filsafat adalah suatu usaha untuk memahami

alam semesta, maknanya dan nilainya. Apabila tujuan ilmu adalah kontrol, dan

20 Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, h.3. 21 Gazalba. Sistematika filsafat. h. 19. 22 Bakhtiar, Filsafat Agama, h. 9.

Page 25: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

tujuan seni adalah kreativitas, kesempurnaan, bentuk keindahan komunikasi dan

ekspresi, maka tujuan filsafat aadalah pengertian dan kebijaksanaan.(

Understanding and wisdom ).23

Dari uraian diatas filsafat memiliki kajian yang sangat beragam hal ini

disebabkan karna banyaknya pandangan dan penafsiran yang dilakukan oleh para

tokoh filsafat dengan memegang teguh argumennya tersebut.

Disamping itu, filsafat juga menunjukan bagaimana para filsuf

menyelesaikan dan memberikan jalan keluar dari satu persoalan kepersoalan lain,

mengapa persoalan yang sama dapat muncul dalam variasi bahasa, dari satu filsuf

ke filsuf yang lain, dari satu generasi kegenerasi yang lain pula, dan bagaimana

keterkaitan pola pikir antara satu filsuf ke filsuf yang lain dan seterusnya.24

Dalam buku Why not Remaja Doyan Filsafat. Didefinisikan filsafat adalah

sesuatu yang sangat dekat dengan keseharian kita. Setiap orang pasti bertanya dan

mempertanyakan tentang segala sesuatu. Setiap manusia pasti menanyakan

berbagai fenomena yang ia hadapi. Pertanyaan seperti : Mengapa aku hidup ?

mengapa manusia mati ? Apa tujuan hidup ? dan sebagainya terkadang muncul

begitu saja tanpa di undang dan kita menjadi gelisah dan berusaha mencari

jawabannya.25

Dalam pengertiannya filsafat itu sendiri secara umum para ahli filsafat

memiliki argumen yang berbeda namun memiliki tujuan yang sama terhadap ilmu

filsafat.

23 A. Mustofa, Filsafat Islam ( Jakarta : CV Pustaka Setia, 1997 ), h. 11. 24 Mohammad Muslih, Filsafat umum ( Dalam Pemahaman Praktis ) (Bogor : Belukar,

2005 ), h.15. 25 Ekky Al Malaky, Why Not ( Remaja Doyan Filsafat ) ( Bandung : Darr Mizan, 2003 ),

h.114.

Page 26: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

Bagi Kant, filsafat adalah pokok dan pangkal segala pengetahuan dan

pekerjaan. Diajukannya empat pertanyaaan yang menggariskan lapangan filsafat :

1. Apa yang bisa kita ketahui? dijawab dengan filsafat Metafisika.

2. Apa yang boleh kita kerjakan? dijawab dengan Filsafat Etika

3. Sampai dimana pengharapan kita? dijawab dengan Filsafat Agama

4. Apakah yang dinamakan manusia? dijawab dengan Filsafat

Antropologi.26

TEMA - TEMA KAJIAN FILSAFAT

Dalam tulisan ini akan diringkas tentang kajian dan tema – tema dalam

Filsafat. Dalam banyak literatur disebutkan bahwa filsafat terdiri dari tiga cabang

yaitu : Metafisika, Aksiologi, dan Epistemilogi dari ketiga cabang besar ini masih

dibagi lagi cabang yang bisa digambarkan. Metafisika (Teologi, Kosmologi,

antropologi) Aksiologi ( Etika, Estetika ) Epistemologi (Logika, filsafat Ilmu ).27

Dalam tulisan ini akan dibahas secara berurutan tema kajian filsafat mulai

dari Metafisika, Epistemologi dan Aksiologi dengan membahas dari ketiga cabang

– cabang tersebut. Memang masih banyak cabang – cabang kajian yang lain, tapi

yang jelas beberapa cabang ini paling menonjol dan cukup menarik minat para

pengkaji filsafat.28

26 Gazalba, Sistematika Filsafat. h.18. 27 Muslih, Filsafat Umum ( Dalam Pemahaman Praktis), h. 56. 28 Muslih, filsafat umum ( dalam pemahaman Praktis ), h, 56.

Page 27: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

A. Metafisika

Metafisika jika diambil dari kata latin metaphysica dan Yunani Meta ta

physica ( sesudah Fisika ),dan Meta ( Setelah, melebihi ) dan Phisicos (

menyangkut Alam atau Physis ( alam ).29

Metafiska merupakan cabang mata rantai tertua dari filsafat. Kelahirannya

diawali dengan ketertarikan untuk mengungkap “misteri” dibalik realitas. Sama

dengan maksud istilahnya, yaitu Meta yang berarti dibalik, dan fisika yang berarti

alam fisik ( Dzahir ). Metafisika dalam bahasa Arab dimengerti sebagai ma wara‘

a al thabi’ah. Maka metafisika adalah pengetahuan spekulatif – filosofis tentang

realitas, dimana pengetahuan spekulatif – filosofis itu dimaksudkan sebagai

menjangkau sesuatu yang fisik.30

1. Teologi

Secara harfiah kata teologi ( Theologie atau theology ) terdiri dari Teo atau

Teos yang berarti tuhan dan Logi atau Logos yang berarti pengetahuan (

Science,Studi, Discourse), paham, atau pembicaraan : jadi teologi mengandung

arti pengetahuan, paham atau pembicaraan tentang tuhan, teologi bisa di artikan

juga dengan ilmu yang membicarakan tentang hal - hal yang berkaitan dengan

ketuhanan atau ilmu ketuhanan.31

2. kosmologi

dari bahasa Yunani Kosmos ( Dunia, Alam semesta ) dan Logos ( ilmu

tentang alasan, Pokok bagi). Kosmologi dapat diartikan, ilmu tentang alam

29 Lorens Bagus, Kamus Filsafat ( Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2002 ), h. 623. 30 Muslih, filsafat umum ( Dalam Pemahaman Praktis ), h. 57. 31 Achmad Gholib, teologi dalam perspektif Islam, ( Jakarta : UIN jakarta Press, 2005),h.

5.

Page 28: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

semesta sebagai suatu sistem yang rasional dan teratur, atau juga ilmu yang

memandang alam semesta sebagai kesatuan yang integral.32

3. Antropologi

disebut dengan philosophical Antropology, istilah ini secara harfiyah

berarti pengetahuan filosofis mengenai manusia. Antropologi filsafat berusaha

menjawab pertanyaan apa itu manusia.33

B. Axsiologi

Axsiologi dari kata Yunani Oxios ( layak, Pantas ) dan Logos ( ilmu,

Study mengenai ). Ilmu ini merupakan analisis nilai – nilai dengan cara

membatasi arti, ciri – ciri, asal. Aksiologi diartikan sebagai studi filosofis tentang

hakikat nilai – nilai. Pertanyaan hakikat nilai dapat dijawab dengan tiga macam

cara. 1. nilai bersifat subyaktif. 2. Nilai merupakan kenyataan. 3. Nilai merupakan

unsur – unsur obyektif yang menyusun kenyataan.34

Axsiologi dapat diartikan sebagai bidang filsafat yang mencoba menjawab

pertanyaan “apa yang dilakukan manusia dan apa yang harus dilakukan manusia?”

di sini kita membicarakan tentang nilai – nilai. Axsiologi yang mengkaji

pengalaman dan penghayatan dari pengalaman pengalaman manusia, didalammya

dibahas tentang nilai apa yang berkaitan dengan kebaikan dan apakah itu prilaku

baik, selain itu membicarakan tentang nilai rasa manusia yang dikaitkan dengan

keindahan.35

1. Etika

32 Bagus, Kamus Filsafat, h. 499. 33 Bagus, Kamus Filsafat, h. 58. 34 Bagus, Kamus Filsafat, h. 33. 35 Takwin, http//psikologi.webhostme.com/filsafat/filsafat.htm,

Page 29: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

Seperti halnya dengan banyak istilah yang menyangkut konteks ilmiyah,

istilah “etika” pun berasal dari bahasa Yunani kuno. Kata Yunani Ethos dalam

bentuk tunggal mempunyai banyak arti : Tempat Tinggal yang biasa; akhlak;

watak; perasaan. Dalam bentuk jamak ( ta etha ) artinya adalah adat kebiasaan.

Dan inilah arti terakhir yang menjadi latar belakang terbentuknya istilah Etika

yang oleh Filsuf Yunani besar Aristoteles (384 – 322 s. M.) sudah dipakai untuk

menunjukan filsafat moral jadi, jika kita membatasi diri pada asal usul kata ini,

maka Etika berarti, ilmu tentang apa yang bisa dilakukan atau ilmu tentang adat

kebiasaan.36

C. Epistemologi

Epistemologi dari kata yunani episteme ( pengetahuan, ilmu pengetahuan )

dan Logos ( pengetahuan ). Dapat dikatakan pengetahuan tentang pengetahuan

ada kalanya disebut “teori pengetahuan”. Perbedaan pokok antara teori – teori

pengetahuan dalam perbedaan antara metode Rasional dan metode Empiris

penekanannya pada pemikir – pemikir terdahulu seperti. Plato, Descartes,

Spinoza, yang kedua dijelaskan oleh. Francis Bacon, Locke, Hume dan lainnya.

Contohnya seperti pengetahuan yang ilmiyah.37Epistemologi masalah yang

bersangkutan dengan pertanyaan – pertanyaan tentang pengetahuan.38

Epistemologi dapat juga dikatakan, pada hakikatnya membahas tentang

pengetahuan, yang berkaitan dengan apa itu pengetahuan dan bagaimana

memperoleh pengetahuan tersebut. Pengetahuan pada dasarnya adalah keadaan

mental ( mental State ).39

36 K. Bertens, Etika ( Jakarta : Gramedia,cet.ke 7. 2002 ), h. 3. 37 Bagus, Kamus Filsafat, h. 212. 38 Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat (Yogyakarta : Tiara Wacana, 1996 ), h.135. 39 Bakhtiar, Filsafat Agama, h 37.

Page 30: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

1. Logika

Berasal dari Bahasa Latin dari kata “Logos” yang berarti perkataan atau sabda.

Istilah lain yang digunakan sebagai gantinya adalah Mantik. Logika adalah ilmu

yang mempelajari methode dan hukum - hukum yang digunakan untuk

membedakan penalaran yang betul betul penalaran yang salah.40

Kata logika dipergunakan pertama kali oleh Zeno dari Citium. Kaum sofis,

Socrates dan plato harus dicatat sebagai perintis lahirnya logika. Logika lahir

sebagai ilmu atas jasa Aristoteles, Theoprostus, dan kaum Stoa.41

2. Filsafat Ilmu

Bisa disebut juga pembahasan tentang Epistemilogi ( teori pengetahuan ),

dengan dimulai dengan pendefinisian tentang “sains” yang biasanya dibedakan

dengan pengetahuan ( Knowledge ).istilah ilmu pengetahuan juga terkadang

dipakai untuk merujuk sains yang dibedakan dengan pengetahuan.42

PENGERTIAN REMAJA

A. Pengertian umum Tentang Remaja

Sampai saat ini pengertian tentang remaja memiliki berbagai pemahaman dan

pengertian berbeda, sehingga belum ada kata sepakat untuk pengertian dari kata

remaja, hal ini disebabkan adanya kultur dan budaya dalam masyarakat dimana

remaja itu hidup.

Remaja adalah anak pada usia 13 tahun sampai 21 tahun bila ditinjau dari segi

usia, namun remaja merupakan pribadi yang sedang tumbuh dan berkembang

menuju kedewasaaan. Dengan memiliki perubahan perubahan yang tidak sedikit

40 Mundiri, Logika, ( Jakarta : Rajagrafindo persada, 2003),h 1-2. 41 Mundari, Logika, h. 2. 42 Mulyadhi Kartanegara, Pengantar Epistemologi Islam ( Bandung : Mizan, 2003),h.1.

Page 31: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

dengan perubahan fisik yang diikuti dengan perubahan Emosional pada akhirnya

menjadi remaja yang sensitif.43

Namun menurut Sarlito Waraman remaja adalah masa transisi antara masa

anak dan masa dewasa, atau masa usia belasan tahun atau yang menunjukan

sebuah tingkah laku susah diatur, mudah marah, dan sebagainya.44

Pada dasarnya remaja adalah masa dimana usia manusia yang paling banyak

perubahan dan memiliki permasalahan yang menimbulkan persoalan dan

permasalahan bagi semua pihak hal ini membawa pada perubahan dari anak anak

pada masa remaja. Pada pendefinisian yang lain remaja bisa dikatakan manusia

yang sedang mengalami proses perubahan secara jasmani dan rohani yang dapat

dibina dan dikembangkan kepada hal yang positif. Dengan karakter ini pada usia

remaja seseorang bisa memiliki sifat - sifat membantah, selalu berbeda pandangan

dan bersikap radikal dan selalu bercita cita tinggi.

Namun menurut Dr. Zakiyah Darajat merumuskan remaja pada tahap ini

memiliki paling banyak perubahan, sehingga membawa pada perpindahan dari

masa kanak - kanak kemasa remaja.45 Pada tahap ini remaja cendrung pada

sesuatu yang negatif apabila tidak diarahkan pada sesuatu yang positif seperti

halnya bisa terjadi pada yang negatif seperti timbulnya Sex bebas, jatuhnya

remaja pada Narkoba. Namun dari hal yang negatif tersebut remaja memiliki

tingkat nilai yang positif seperti diarahkan pada motifasinya untuk ingin menjadi

apa yang ia inginkan.

43 Mahdiyah Kahruddin, Remaja dan Dakwah Islam dan Perjuangan ( Jakarta : Kalam

Mulia, 1993), h,5-6. 44 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja ( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2003),

Revisi, Cet. Ke-7.h.2. 45 Zakiyah Darajat, Problema remaja di Indonesia ( Jakarta : Bulan Bintang, 1975 ), h.

35.

Page 32: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

Remaja pada tingkat ini bisa disebut sebagai masa peralihan yang ditempuh

untuk mencapai tingkat dewasa atau bisa dikatakan bahwa tingkat remaja adalah

masa perpanjangan masa kanak – kanak sebelum masa dewasa.46

Dari pendefinisian diatas maka dapat diterangkan bahwa remaja adalah

manusia yang sedang mengalami perubahan jasmani maupun rohani yang dapat

dibina dan dikembabngkan sesuai dengan bakat dan kemampuan yang dimiliki

sampai pada masa dewasa. Pada masa remaja inilah seseorang remaja mulai

mempunyai sifat – sifat membantah, selalu berbeda pendapat dengan orang tuanya

maupun pada orang lain, dengan memiliki sifat yang radikal, merasa gelisah,

bercita – cita tinggi dan lain sebagainya.

Masa remaja merupakan masa pembentukan pribadi dan pola yang dapat

menentukan manusia dihari depannya, apa ia akan bahagia atau pun sebaliknya.

Masa ini penuh dengan persoalan yang harus dipecahkan secara dewasa. Kalau

masalah tidak cepat ditangani atau ditanggulangi berupa pembinaan dilingkungan

keluarga maupun dilingkungan masyarakat maka akan mengakibatkan gangguan

terhadap masyarakat .

Dalam masa transisi dari masa Kanak - Kanak ke remaja banyak

perkemnbangan dan perubahan yang dialami remaja, perubahan dan

perkembangan yang sering terjadi pada remaja adanya goncangan dalam

perubahan dirinya, seperti halnya pada pergaulan sehari hari seperti adanya jarak

pergaulan dengan anak anak, namun dalam pihak dewasa belum adanya

pengakuaan sebagai komunitas dalam pergaulan diremaja tersebut.

46 Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama ( Jakarta : Bulan Bintang, 1970 ), h. 69.

Page 33: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

Sejalan dengan pertumbuhan jasmani, maka rohani pun mengalami perubahan

akibat pertumbuhan pola pikir pada diri remaja tersebut, perubahan ini bisa

rterlihat pada cara berfikir dan bertindak dan cara melakukan setiap kegiatan

keagamaan. Dengan berfikirnya secara rasional, meskipun nasehat dari orang tua

mereka kritik dan mereka tolak jika tidak sejalan dengan cara berfikirnya. Mereka

hanya menerima hal - hal yang bersifat rasional.

Berfikir rasional adalah sejalan dengan perkembangan remaja bahwa

intelegensi seseorang atau kecerdasan seseorang akan tumbuh dan berkembang

sesudah umur 14 tahun. Seperti dikemukakan oleh Alfred Binet bahwa

“kemampuan pengambilan kesimpulan yang abstrak dari fakta – fakta yang ada

baru tampak pada umur 14 tahun.”47

Dari pendapat tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa pada masa

remaja, mulai dapat mengambul kesimpulan yang abstrak dan siap memahami

penjelasan penjelasan yang bersifat ilmiyah dan rasional. Dengan perubahan cara

berfikir ini akan mempengaruhi cara melakukan tindakan. Pada masa remaja

tersebut mereka bertindak tanpa berfikir secara matang dengan resiko apa yang

didepannya nanti. Kekurang pahaman orang tua kadang mereka menjauhkan diri

dan mencari orang lain untuk memahami dirinya.

47 Moh Surya, Psikologi Perkembangan publikasi Jurusan bimbingan dan Penyuluhan ( Bandung : Fak. Pendidikan IKIP, 1978), h.71.

Page 34: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

BAB III GAMBARAN UMUM MAN 4 PONDOK PINANG & MAN 1 SERPONG

A. GAMBARAN UMUM MADRASAH ALIYAH NEGERI 4 PONDOK PINANG

A. SEJARAH BERDIRINYA MAN 4 PONDOK PINANG

Madrasah Aliyah Negeri 4 Pondok Pinang Jakarta Selatan adalah lembaga

pendidikan Agama yang merupakan alih fungsi dari PGAN 28 Jakarta yang

berlokasi di jalan. Ciputat Raya Pondok Pinang Jakarta Selatan Dengan Surat

keputusan Menteri Agama RI nomor 42 tahun 1992 tanggal 27 Januari 1992

dengan status milik Departemen Agama RI. Dengan luas tanah 21, 980 m2 luas

bangunan 7, 317 m2 .

Sesuai dengan perubahan zaman dalam sejarah bangsa ini. Pada akhirnya

pendidikan mengalami penyesuaian – penyesuaian seiring dengan perubahan dan

perkembangan dalam agama Islam diseluruh Indonesia dengan didukungnya pada

keputusan TAP MPRS Nomor II/ 1960 dengan lampiran B ( 3 ) dengan di

sebutkan bahwa :

Hendaknya Madrasah didirikan sebagai badan Otonom dibawah

Departemen Agama bukan dibawah Departemen PP & k. Sedangkan dalam

Undang – Undang pendidikan Nomor : 4 / 50 Jo 12/54 pasal 10 ( 2 )

Dicantumkan :

“belajar disekolah Agama telah Mendapat pengakuan dari Menteri Agama Di

anggap telah memenuhi syarat kewajiban belajar.”

Dalam aturan tersebut diatas tidak hanya belajar di Madrasah hanya

pendidikan Formal dan sekedar memenuhi kebutuhan pendidikan dalam bidang

agama. Namun lebih dari itu pengembangan pendidikan akan lebih penting jika

ditunjang dengan adanya aturan dan pengaturan dari Pemerintah atau dari

Page 35: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

Deparrtemen Agama terhadap Madrasah Aliyah ini. Dengan adanya pengakuan

tersebut dari Menteri Agama maka lembaga - lembaga yang memiliki pendidikan

berbasis Agama Islam hendaknya memiliki dan meningkatkan kwalitas dalam

Hal pengembangan pendidikan agar para lulusan dapat berperan dan memiliki

nilai kwalitas yang baik tidak hanya etika dalam berbangsa saja, namun memiliki

nilai - nilai Keagamaan yang matang.

Dengan berkembangnya lembaga – lembaga pendidikan, dinyatakan dalam

SKB 3 menteri ( Menteri Agama, Menteri P & K dan Menteri Dalam Negeri )

pada 24 Maret 1975 Menyatakan : Madrasah adalah lembaga pendidikan yang

menjadi mata pelajaran agama Islam sebagai mata pelajaran dasar yang diberikan

sekurang - kurangnya 30 % disamping mata pelajaran umum yang diberikan

meliputi tiga tingkatan

1. Madrasah Ibtidaiyah setingkat dengan Sekolah Dasar ( SD )

2. Madrasah Tsanawiyah setingkat Sekolah Menengah Pertama ( SMP )

3. Madrasah Aliyah Setingkat dengan Sekolah Tingkat Atas ( SMA )

Sejalan dengan pelaksanaan Undang – Undang pendidikan dan

pembaharuan Madrasah yang pada saat itu banyak ragam seperti PHIN, MAAIN

dan lain lain.

Maka tujuan Madrasah harus memiliki mutu dalam rangka

menyamaratakan mata pelajaran umum yang setingkat sehingga mencapai hasil

yang diharapkan. Seperti halnya :

1. Nilai Ijazah memiliki nilai yang sama dengan Sekolah umum

2. Lulusan Madrasah dapat melanjutkan kesekolah umum ataupun

Perguruan Tinggi umum yang setingkat lebih tinggi

Page 36: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

3. Siswa Madrasah dapat pindah kesekolah umum tanpa harus tertinggal

mata pelajaran yang umum.

Usaha dalam melakukan penyamaan dengan pelajaran umum dengan

melakukan perbaikan perbaikan yang meliputi :

1. Kurikulum

2. Buku pelajaran, alat pendidikan dan sarana belajar.

3. Tenaga pendidikan.

Dengan adanya perbaikan - perbaikan seperti yang tertulis diatas maka

adanya perubah - perubahan yang sangat signifikan seperti :

1. Eksistensi Madrsah sebagai lembaga pendidikan Islam menjadi lebih

mantap dan kuat.

2. Memiliki pengetahuan umum yang lebih baik dengan disanding

dengan pengetahuan agama yang lebih baik lagi.

3. Adanya fasilitas fisik yang lebih menunjang didalam Madrasah dan

belajar mengajar akan lebih sempurna.

4. Adanya Civil Effect terhadap Ijazah Madrasah.

Dengan adanya SKB 3 Menteri tersebut maka harapan terhadap Madrsah

dapat terwujud dengan memiliki mutu pendidikan terhadap yang disempurnakan

meliputi penyempurnaan kurikulum dan susunan Organisasi dan tata kerja

Madrasah yang lebih baik lagi. Dengan penyempurnaan seperti ini setiap sepuluh

tahun adanya penyempurnaan kurikulum sebagaimana keputusan Menteri Agama

Nomor 10 tahun 1984 dimana dalam kurikulum tahun 1984 merupakan kurikulum

yang memberikan pengalaman belajar siswa dalam bidang pengetahuan dan

Page 37: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

keterampilan sebagai bakal untuk mencapai tujuan pendidikan Nasional yang

meningkatkan kwalitas manusia Indonesia seutuhnya.

B. VISI DAN MISI MAN 4 PONDOK PINANG

Visi : Pengembangan pendidikan Islam unggul dan berprestasi.

Misi : Menjadikan agama Islam sebagai sumber nilai

pengembangan Madrasah.

Mengembangkan pembelajaran yang bernuansa Islami.

Menempatkan tugas guru mengajar sesuai dengan disiplin

ilmu dan latar belakangnya serta profesionalisme melalui pembinaan dan

pelatihan.

Page 38: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

FASILITAS BELAJAR MAN 4 PONDOK PINANG

NO JENIS FASILITAS JUMLAH KET

1 RUANG BELAJAR 30 BAIK

2 RUANG LAB. FISIKA 1 BAIK

3 RUANG LAB. KIMIA 1 BAIK

4 RUANG LAB. BIOLOGI 1 BAIK

5 RUANG LAB KOMPUTER 2 BAIK

6 RUANG LAB. BAHASA 1 BAIK

7 RUANG PERPUSTAKAAN 1 BAIK

8 MASJID 1 BAIK

9 LAP. SEPAK BOLA 1 BAIK

10 LAP. BASKET 1 BAIK

11 LAP. BOLA VOLLY 1 BAIK

12 LAP. BULU TANGKIS 1 BAIK

13 LAP. TENIS MEJA 1 BAIK

14 RUANG KESENIAN 1 BAIK

Page 39: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

FASILITAS KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

NO JENIS EKSKUL KET

1 PRAMUKA AKTIF

2 PMR AKTIF

3 KIR AKTIF

4 ECC AKTIF

5 SEPAK BOLA AKTIF

6 BOLA BASKET AKTIF

7 PRIMA AKTIF

8 KALIGRAFI AKTIF

9 JURNALISTIK AKTIF

10 MARAWIS AKTIF

11 FMIK AKTIF

12 PENCAK SILAT AKTIF

KEADAAN SISWA MAN 4 PONDOK PINANG NO KELAS LAKI LAKI PEREMPUAN JUMLAH LOKAL

1 1 ( x ) 148 213 361 10

2 2 ( X I ) I P A 50 94 144 4

3 2 ( X I ) I P S 55 53 108 3

4 2 ( X I ) B. ARAB. 19 29 48 2

5 2 ( X I ) B. JEPANG 12 21 33 1

6 3 ( X I I ) I P A 52 76 128 4

7 3 ( X I I ) I P S 52 65 117 3

8 3 ( X I I ) B. ARAB 25 35 60 2

9 3 ( X I I ) B. JEPANG 4 25 29 1

JUMLAH 417 611 1028 30

Page 40: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

Untuk struktur oganissi ekolah man 4

Page 41: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

B. GAMBARAN UMUM MADRASAH ALIYAH NEGERI 1

SERPONG

Madrasah Aliyah Negeri 1 Serpong yang berada diwilayah Tanggerang

Banten adalah lembaga pendidikan Agama Islam yang berlokasi di jalan. Raya

Serpong kelurahan Kademangan Cisauk Tanggerang. Dengan Surat keputusan

Menteri Agama RI nomor 107 tahun 1997 tanggal 17 Maret 1997 dengan status

milik Departemen Agama RI. Dengan luas tanah 3000 m2 .

Page 42: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

Lembaga yang tidak diragukan lagi eksistensinya dalam mencerdaskan

kehidupan bangsa memiliki peran dalam masyarakat sekitar melalui pendidikan

agama yang relatif terjangkau dengan menjunjung tinggi nilai – nilai

keberagamaan.

Dalam menghadapi perkembangan dalam hal pembangunan secara fisik

Madrasah ini sedang dalam tahap pembangunan yang dimulai sejak tahun 2005.

pembangunan fisik ini diharapkan adanya peningkatan kwalitas pendidikan dan

pengajaran walau hampir sebagian para pengajar tidak diragukan lagi

kemampuan dalam mengajar. Pembangunan gedung baru ini diharapkan dapat

memberikan belajar yang lebih nyaman.

Dengan diberlakukannya Undang – Undang Pendidikan Nasional No. 2

Tahun. 1989 tentang Sekolah Menengah Umum yang berciri khas Islam dengan

penyelenggara Pihak Departemen Agama maka tujuan dan keberadaan harus

adanya peningkatan dalam hal pengetahuan siswa yang lebih baik lagi dengan

melalui pengembangan diri siswa yang sejalan dengan ilmu pengetahuan,

Teknologi dan kesenian dengan penjiwaan Agama Islam.

Berdasarkan tujuan diatas maka tujuan utama dari Madrasah Aliyah adalah

mewujudkan tujuan pendidikan Nasional yang bermuara pada tujuan

pembangunan Nasional dengan memerlukan usaha – usaha yang sistematis secara

maksimal sehingga menjadi bangsa yang maju.

B. MISI DAN VISI

MISI

Page 43: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

a. Meningkatkan sikap dan tanggung jawab atas dasar keikhlasan

seorang guru kepada Allah SWT.

b. Sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan agama

c. Mengembangkan profesionalisme guru dan peningkatan pelayanan

pendidikan demi terciptanya lulusan yang baik

VISI

“Sebagai Madrasah Aliyah yang berkwalitas dan berkarya dipercaya dan

dibanggakan serta menghasilkan lulusan yang berkwalitas.”

FASILITAS BELAJAR MAN I SERPONG NO JENIS FASILITAS JUMLAH

KET

1 RUANG BELAJAR 8 BAIK

2 RUANG LAB. FISIKA 1 BAIK

3 RUANG U K S 1 BAIK

4 RUANG LAB. BIOLOGI 1 BAIK

5 RUANG LAB KOMPUTER 1 BAIK

Page 44: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

6 RUANG LAB. BAHASA 1 BAIK

7 RUANG PERPUSTAKAAN 1 BAIK

8 MASJID 1 BAIK

9 LAP. SEPAK BOLA 1 BAIK

10 LAP. BASKET 1 BAIK

11 LAP. BOLA VOLLY 1 BAIK

12 LAP. BULU TANGKIS 1 BAIK

13 LAP. TENIS MEJA 1 BAIK

14 RUANG KESENIAN 1 BAIK

KEADAAN SISWA MAN 1 SERPONG NO KELAS JUMLAH SISWA LOKAL

1 1 ( X ) 115 3

2 2 ( X I ) 59 2

3 3 ( X I I ) 61 3

JUMLAH 235 8

FASILITAS KEGIATAN EKSTRAKURIKULER MAN 1 SERPONG

NO JENIS EKSKUL KET

1 PRAMUKA AKTIF

2 PMR AKTIF

3 KIR AKTIF

4 ECC AKTIF

Page 45: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

5 SEPAK BOLA AKTIF

6 BOLA BASKET AKTIF

7 PRIMA AKTIF

8 KALIGRAFI AKTIF

9 JURNALISTIK AKTIF

10 MARAWIS AKTIF

11 FMIK AKTIF

12 PENCAK SILAT AKTIF

Strukr man 1

Page 46: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

BAB IV

HASIL PENELITIAN

LATAR BELAKANG SISWA MENGETAHUI FILSAFAT

Berdasarkan data yang diperoleh dari kedua Madrasah Aliyah Negeri

yakni Madrsasah Aliyah Negeri 4 Pondok Pinang dan Madrasah Aliyah 1

Serpong. Pengertian dan pemahaman filsafat siswa kelas 3 diperoleh dari materi

pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ( S K I ) buku tersebut ditulis oleh. Murodi,

MA.

Materi filsafat bagi siswa kelas 3 didapat pada BAB. Peradaban Islam di

Andalusia dan imprialisme barat kedunia Islam, selain di lingkungan sekolah

siswa juga mendapati materi filsafat diluar sekolah. Berbeda dengan materi yang

didapat disekolah materi filsafat yang didapat diluar sekolah sebagian siswa

menyatakan bingung dengan filsafat yang ada diluar sekolah atau dimasyarakat.

Penulis menyebarkan angket sebanyak 66 angket pertanyaan dengan

pembagian, 33 lembar pertanyaan disebar ke sekolah Madrasah Aliyah Negeri 4

Pondok Pinang dan 33 lembar pertanyaan untuk sekolah Madrasah Aliyah Negeri

1 Serpong. Dari ke dua sekolah tersebut penulis menggabungkan hasil dari

jawaban tersebut, dengan menggabungkan jawaban sebanyak 66 jawaban dari 66

siswa dari kedua sekolah tersebut.

Page 47: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

B. PANDANGAN SISWA TERHADAP FILSAFAT

Untuk itulah penulis mencoba untuk mencari dan memberikan gambaran

atau kenyataan yang ada dalam pemahaman siswa Madrasah Aliyah Negeri kelas

3 yakni siswa dari sekolah Madrasah Aliyah Negeri 4 Pondok Pinang dan

Madrasah Aliyan Negeri 1 Serpong, dalam memahami filsafat. Seperti terlihat

pada tabel berikut ini :

TABEL. 1

PENGERTIAN FILSAFAT

NO MATERI PERTANYAAN JUMLAH

RESPONDENPERSENTASE

1 SEPERTI APA PENGERTIAN

FILSAFAT MENURUT MU 66

A MEMAHAMI 28 4, 2 %

B KURANG MEMAHAMI 20 3 %

C TIDAK MEMAHAMI 18 2, 7 %

Berdasarkan data tersebut di atas dapat dilihat bahwa dari 66 siswa /

responden terbagi pada tiga poin jawaban yakni : yang memahami filsafat, yang

kurang memahami dan yang tidak memahami filsafat. Dari kedua Madrasah

yakni Madrasah Aliyah Negeri 4 Pondok Pinang dan Madrasah Aliyah Negeri 1

Serpong. Dari kedua sekolah tersebut dalam memberikan pandangan atau

pengertian filsafat tidak berbeda.

Page 48: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

Dari 66 responden siswa yang memahami filsafat sebanyak 28 siswa atau 4,2 %

bagi yang kurang memahami 20 siswa atau 3 %, dan yang tidak memahami

sebanyak 18 siswa atau 2,7 %.

Bagi siswa yang memahami filsafat secara benar disebabkan siswa

tersebut aktif dalam mengikuti kegiatan – kegiatan Organisasi dan Rohis

disekolahnya masing – masing dan diluar sekolah. Hasil pantauan penulis

keperpustakaan sekolah, ternyata ada buku – buku yang terkait dengan filsafat

walaupun hanya beberapa saja koleksi buku – buku filsafat.

Bagi siswa yang kurang memahami filsafat mereka hanya tahu filsafat

adalah cara berpikir yang sistematis, tanpa tahu apa pengertian filsafat

selanjutnya. Hal ini disebabkan siswa hanya dapat materi dari sekolah tanpa

mengikuti kegiatan keorganisasian dan Rohis didalam dan diluar sekolah. Berbeda

halnya bagi siswa yang tidak memahami filsafat mereka tidak menyimak materi

tentang filsafat dan tidak mengikuti materi pelajaran dengan baik.

TABEL. 2

FILSAFAT PADA KESESATAN

NO MATERI PERTANYAAN JUMLAH

RESPONDENPERSENTASE

2 APAKAH FILSAFAT MEMBAWA

PADA KESESATAN

66

A JAWABAN YA 8 1, 2 %

B JAWABAN TIDAK 58 8, 7 %

Page 49: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

Pada tabel diatas dapat dilihat siswa yang menyatakan filsafat dapat

membawa pada kesesatan sebanyak 8 siswa atau 1,2 % siswa yang menyatakan

tidak membawa pada kesesatan sebanyak 58 siswa atau 8,7 %.

Bila dilihat dari angket yang tersebar dan penelusuran yang yang

dilakukan penulis, siswa yang menyatakan setuju terhadap filsafat dapat

membawa pada kesesatan dikarenakan adanya kebingungan dalam ilmu filsafat

tersebut kebingungan tersebut dikarenakan kajian filsafat yang didapat disekolah

dan dimasyarakat mengalami perubahan yang sangat jauh bila disekolah hanya

diajarkan hanya pada pengenalan para tokoh dan sedikit tentang pemikirannya,

namun berbeda dimasyarat pemahaman filsafat dianggap sebagai ilmu yang

harusnya tidak perlu dipelajari.

Berbeda dengan siswa yang menyatakan filsafat tidak membawa pada

kesesatan sebanyak 58 siswa / responden atau 8,7 %. Siswa. Siswa yang

menyatakan filsafat tidak membawa kesesatan dikarenakan adanya pemahaman

atau cara berpikir siswa yang lebih baik, dikarnakan siswa melihat pemahaman

filsafat dari segi ilmu, dimana setiap ilmu bagi sebagian siswa harus dipelajari

tanpa membeda - bedakan ilmu apa dan nantinya pemikiranlah yang menyatakan

ilmu itu baik atau buruk.

Page 50: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

TABEL. 3

MELANJUTKAN KE PERGURUAN TINGGI ( FILSAFAT )

NO MATERI PERTANYAAN JUMLAH

RESPONDEN PERSENTASE

3

APAKAH ANDA SETELAH

LULUS INGIN MEMILIH

JURUSAN FILSAFAT

66

A JAWABAN. YA 17 2, 5 %

B JAWABAN. TIDAK 49 7, 4 %

Berdasarkan data diperoleh, siswa yang menyatakan kesiapan untuk

memasuki filsafat hanya 17 siswa / responden atau 2, 5 %. Dan yang menyatakan

tidak masuk dalam filsafat sebanyak 49 siswa / responden atau 7, 4 %. Dari kedua

jawaban tersebut bagi siswa yang menyatakan ketidak inginan masuk dalam

filsafat dikarenakan tidak ingin pusing dan tidak ingin terjebak dalam pemahaman

yang sulit – sulit. Dalam pemahaman siswa tidak lepas dari pendapat - pendapat

para pendidik diluar sekolah seperti guru – guru agama diluar sekolah yang

menyatakan bahwa ilmu filsafat dapat membawa seseorang pada penyimpangan -

penyimpangan agama.

Berbeda dengan siswa yang menyatakan kesetujuannya masuk dalam

filsafat mereka dalam berpikir lebih pada kebebasan cara berpikir. Namun

disayangkan dari hasil wawancara sebagian siswa ada yang menyatakan “kalau

Page 51: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

saya lulus dari sekolah saya masuk dalam filsafat dikarnakan jika saya engga

masuk dalam perguruan tinggi yang saya pilih”.48

TABEL. 4

FILSAFAT DIPELAJARI DISEKOLAH

NO MATERI PERTANYAAN JUMLAH

RESPONDEN PERSENTASE

4

APAKAH ANDA SETUJU

DENGAN MATERI FILSAFAT

DAPAT DIPELAJARI PADA

SEKOLAH TINGKAT ATAS (

MADRASAH ALIYAH ).

66

A SETUJU 56 8, 4 %

B TIDAK SETUJU 10 1, 5 %

Dari data diatas terlihat jelas dari 66 siswa menyatakan setuju sebanyak 56

siswa atau sebanyak 8,4 %, dan yang tidak setuju terhadap materi filsafat

sebanyak 10 siswa atau 1,5 %.

Dari data tersebut diatas bagi siswa yang menyatakan setuju terhadap

materi filsafast dapat dipelajari disekolah disebabkan, siswa berpandangan untuk

menambah wawasan dan cara berpikir yang lebih baik dikalangan pelajar, dari

hasil wawancara adanya pemahaman siswa bahwa setiap ilmu tidaklah

48. Wawancara pribadi dengan, Arif Rahman siswa MAN 4 Pondok Pinang. Kelas IPS.

Pamulang. Tanggal, 20 desember 2006.

Page 52: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

menyesatkan, namun bagaimana naantinya kita yang akan menilainnya sesat atau

tidak ilmu tersebut.49

Bagi siswa yang menyatakan ketidak setujuannya terhadap ilmu filsafat

dikarenakan mereka meyakini, filsafat merupakan ilmu yang tidak diperlukan

dalam materi sekolah dan juga dikehidupan masyarakat. Ketidak setujuan mereka

didasari juga dengan pemahaman filsafat diangggap menyimpang dari norma

norma masyarakat dan pemahaman keagamaan. Hal ini didasari dengan beberapa

tokoh penulis dinegeri ini dan para pendidik dimasyarakat yang memberikan

pmahaman filsafat secara liar. Dari wawancara yang penulis laksanakan dengan

seorang guru / ustadz, menyatakan “masih labilnya cara berpikir siswa pada

akhirnya ditakutkan nantinya mereka menyimpang dari norma masyarakat dan

syariat agama.”50

TABEL.5

FILSAFAT SANGAT SULIT DIPAHAMI

NO MATERI PERTANYAAN JUMLAH

RESPONDEN PERSENTASE

5

APAKAH ANDA

MENGALAMI KESULITAN

DALAM MEMAHAMI

FILSAFAT

66

A JAWABAN. YA 57

B JAWABAN. TIDAK 9

49 Wawancara pribadi dengan, M. Farizal fahriz, siswa MAN I Serpong, kelas IPA.

Pamulang. Tanggal 22 Desember. 2006. 50 .wawancara pribadi dengan, Ust, Lukman Al Hakim, dan beberapa Guru Madrasah

Aliyah. Pamulang. 17, Desember 2006

Page 53: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

Berdasarkan data diatas terlihat pada tabel sebagian siswa menyatakan

kesulitan dalam memahami kajian filsafat sebanyak 60 siswa atau 9 %. Dan yang

merasa tidak mengalami kesulitan dalam memahami filsafat hanya 6 siswa atau

09 %, dari 66 siswa yang menjawab. Bagi siswa yang mengalami kesulitan

dikarenakan adanya perbedaan pemahaman yang didapat disekolah dengan yang

didapat di kehidupan sehari – hari atau masyarakat, jika disekolah siswa mendapat

materi filsafat hanya sekedar tokoh dan sekilas tentang pemikiran tokoh tersebut.

Namun di masyarakat atau di kegiatan ta’lim remaja, siswa dapat pemahaman

filsafat secara liar dengan pemberian materi yang tidak mendasar dari para guru

mengaji. Dengan peryataan dari beberapa siswa yang penulis wawancarai bahwa

“filsafat ilmu yang hanya sekedar melelahkan dan tidak ada hikmah yang dapat

diambil dari ilmu tersebut”.

Berbeda dengan siswa yang tidak mengalami kesulitan terhadap ilmu

filsafat walaupun secara persentase sangat sedikit. Disebabkan siswa tersebut

menyatakan filsafat merupakan ilmu yang bisa dipelajari siapa saja.

Page 54: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

TABEL. 6

SULIT MENDAPAT MATERI

NO MATERI PERTANYAAN JUMLAH

RESPONDENPERSENTASE

6

APAKAH ANDA KESULITAN

DALAM MENDAPATKAN

MATERI FILSAFAT

66

A JAWABAN YA 43 6, 5 %

B JAWABAN TIDAK 23 3, 4 %

Berdasarkan data diatas yang menyatakan kesulitan mendapat materi

filsafat sebanyak 43 vsiswa atau 6, 5 % dan yang menyatakan tidak sulit

mendapat materi filsafat sebanyak 23 siswa atau 3, 4 %. Hal yang menyebabkan

siswa kesulitan mendapat materi filsafat tidak semua toko buku dan perpustakaan

memiliki buku kajian filsafat.

Berbeda dengan siswa yang menyatakan tidak sulit mendapat materi

filsafat dikarnakan siswa memiliki teman – teman dari kalangan mahasiswa

terkadang siswa diajak untuk mengikuti kajian – kajian. Terkadang pula materi

filsafat didapat dari hasil kajian tersebut.

Page 55: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

TABEL.7

HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN AGAMA

NO MATERI PERTANYAAN JUMLAH

RESPONDEN PERSENTASE

7

APAKAH ADA KETERKAITAN

ANTARA FILSAFAT DAN

AGAMA

66

A JAWABAN YA 50 7, 5 %

B JAWABAN TIDAK 16 2, 4 %

Berdasarkan data di atas siswa yang menyatakan filsafat memiliki

hubungan dengan agama sebanyak 56 siswa atau 8, 48 % siswa dan siswa yang

menyatakan filsafat tidak memiliki hubungan dengan agama sebanyak 10 siswa

atau 1, 5 %. Dari 66 siswa yang diberikan angket.

Berdasarkan jawaban di atas dapat disimpulkan bahwa siswa yang

menyatakan filsafat memilki keterkaitan dengan agama dikarenakan bahwa

agama juga mengajarkan manusia untuk berpikir dan menggunakan akal dalam

bertindak dan berbuat begitu juga halnya dengan filsafat.

Dari hasil wawancara dinyatakan bahwa keterkaitan antara filsafat dan

agama bisa dilihat pada tokoh tokoh pemikir Islam yang membidangi masalah

filsafat. Didalam ayat Al – Qur’an manusia diperintahkan untuk menggunakan

akal untuk berpikir dan merenungkan alam.

Bagi siswa yang menyatakan tidak adanya hubungan antara filsafat dengan

agama dikarenakan sejarah awal filsafat dari Yunani bukan dari Islam jadi Islam

Page 56: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

tidak mengenal filsafat dan ilmu filsafat juga bukan ilmu yang seharusnya

dipelajari bagi umat Islam karena tidak ada ajaran atau perintah dari Al Qur’an

maupun hadits.

TABEL. 8

TOKOH DALAM FILSAFAT

NO MATERI PERTANYAAN JUMLAH

RESPONDEN PERSENTASE

8 APAKAH ANDA MENGENAL

TOKOH - TOKOH FILSAFAT 66

A MENGENAL 63

B TIDAK MENGENAL 3

Berdasarkan data yang diperoleh dari 66 siswa. Dengan materi pertanyaan

apakah anda mengenal tokoh – tokoh filsafat hampir dari 66 siswa menyatakan

mengenalnya, terlihat Pada table yang mengenal tokoh filsafat sebanyak 60 siswa

atau 0,9 %. Bagi siswa yang mengenal tokoh fiilsafat siswa dapat mengenal tokoh

dari materi pelajaran SKI dan bagi siswa yang mengenal tokoh hampir semua

siswa menjawab pada tokoh Ibnu Rusyd dan M. Iqbal di karenakan itulah tokoh

yang mereka pelajari di sekolah namun ada sebagian siswa menyatakan tokoh-

tokoh filsafat di Negeri ini seperti tokoh seperti Ulil Abshar Abdala, Abdurahman

Wahid/ Gusdur, Nurcholis Madjid. Bagi siswa yang tidak mengenal tokoh filsafat

di karenakan tidak mengenal siapa tokoh filsafat.

Page 57: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan.

Dilihat dari cara pandang dan cara berpikir siswa dalam memberikan

jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan. Terlihat semua siswa dapat

memberikan pemahaman filsafat secara baik, namun disayangkan pemahaman

yang telah tertanam dengan baik, mereka tidak dapat pemahaman yang baik

pula diluar sekolah, siswa diluar sekolah dihadapkan pada pemahaman filsafat

yang dapat membawa kepada hal yang positif seperti, pemahaman sebagian

masyarakat : filsafat adalah sebuah penyelewengan agama bahkan akan

membawa pada penyimpangan – penyimpangan norma – norma dimasyarakat.

B. Saran.

Untuk menjadi pertimbangan dan penerapan dalam pembelajaran

disekolah, beberapa poin catatan yang penulis sampaikan yakni :

1. Untuk memberikan pemahaman siswa terhadap kajian ilmu filsafat.

2. Adanya peningkatan kesadaran dalam hal pemikiran yang lebih sistematis,

terarah dan jelas.

3. adanya penambahan buku - buku kajian filsafat diperpustakaan sekolah,

tidak hanya buku yang mengenalkan tokoh tokoh dari Andalusia saja

namun ada juga buku - buku yang mengenalkan tokoh – tokoh filsafat

diluar anadalusia.

4. Adanya pendidikan dasar – dasar filsaat bagi siswa sejak dini.

Diperlukannya mata plajaran khusus yang membidangi kajian filsafat di setiap

sekolah tingkat atas

Page 58: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

DAFTAR PUSTAKA

Al Maliki, Ekky. Why not (Remaja Doyan Filsafat ). Bandung : Darr Mizan,

2003.

Arikunto, Suharsima. Prosedur penelitian. Jakarta : Reineka Cipta, 1996.

Asyarie, Musa. Filsafat Islam, Sunah nabi dalam berpikir. Yogyakarta : Lesfi,

2002.

Badan penelitian dan pengembangan Depdagri dan Otda, Metodde penelitian

sosial. Jakarta : 2000.

Bagus, Lorens. Kamus Filsafat. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2002.

Bakhtiar, Amsal. Filsafat Agama. Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999.

Bertens, K. Etika. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2002.

Darajat, Zakiyah. Ilmu jiwa agama. Jakarta : Bulan Bintang, 1975.

------------------, Problema Remja di Indonesia. Jakarta : Bulan Bintang, 1970.

Gazalba, Sidi. Sistematika filsafat. Jakarta : Bulan Bintang, 1992.

Gholib, Ahmad. Teologi dalam perspektif Islam. Jakarta : UIN press, 2005.

Hadiwijiono, Harun. Sari filsafat Barat 1. Jakarta : Kanisius, 1980.

Hanafi. Ahmad. Pengantar Filsafat Islam. Jakarta : Bulan Bintang, 1996.

Kahruddin, Mahdiyah. Remaja dan dakwah Islam dan Perjuangan. Jakarta :

Kalam Mulia, 1993.

Kartanegara, Mulyadi. Menyibak Tirai Kejahilan. Bandung : Mizan, 2003.

Kattsoff, Louis.O. Pengantar Filsafat. Yogyakarta : Tiara Wacana, 1996.

Page 59: FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL

Koentjaraningrat. Methodologi Penelitian Masyarakat. Jakart, 1985.

Maleong, lexy J. Methode Penelitian Kwalitatif. Bandung : PT Rosda Karya,

2000.

Mundari. Logika. Jakarta : Raja grafindo Persada. 2003.

Muslih, M. Filsafat Umum ( dalam pemahaman Praktis ). Bogor : Belukar. 2005.

Mustofa, Abdul. Filsafat Islam. Bandung : Pustaka Setia, 1997.

Nasution, Hasimsyah. Filsafat Islam. Jakarta : Gaya Media Pratama (GMP), 2002.

Sarwono, Sarlito Wirawan. Psikologi Remaja. Jakarta : Raja Grafindo Persada,

2003.

Surya, Mohammad. Psikologi Perkembangan Publikasi Jurusan Bimbingan dan

Penyuluhan. Bandung : Fak. Pendidikan IKIP, 1978.

Takwin, Bagus. “Dasar dasar filsafat.”artikel diakses tanggal 2 Juli 2003 dari http

://psikologi, webhostme.com/filsafat/filsafat.htm.

Wawancara pribadi dengan Arif Rahman siswa MAN 4 Pondok Pinang. Kelas

IPS. Pamulang, 20 desember 2006.

----------------------. M. Farizal Fahriz siswa MAN 1 Serpong. Kelas IPA.

Pamulang, 22 Desember. 2006.

----------------------. Ust. Lukman Al Hakim, dan beberapa guru Madrasah Aliyah.

Pamulang. 17 Desember 2006.