sengketa penambang pasir mekanik sungai brantas: studi kasus … gabriel vishnu... · 2012. 12....

20
Gabriel Vishnu Anindita Siregar, “Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai Brantas: Studi Kasus Sengketa Aktivitas Penambangan Pasir Mekanik di Desa Jongbiru, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri ,” hal. 179-198. BioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 179 Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai Brantas: Studi Kasus Sengketa Aktivitas Penambangan Pasir Mekanik di Desa Jongbiru, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri Gabriel Vishnu Anindita Siregar (Alumni Antropologi FISIP Unair 2006; [email protected]) Abstract The river becomes the object vital to the public because it serves as a support of life. Sand contained in the river is a natural resource that has economic value. Brantas river basin to be the location for the miners sand. One area that once contained the mechanical sand mining activitiesis in Jongbiru, sub-district Gampengrejo, Kediri district. Research issues that are the presence of the mechanical sand mining activities result in ecological damage and public infrastructure arising from the dispute. The objective research is to find out background and form of dispute and its resolution. In the end to find out how the legal culture of the local community to resolve the dispute in the region. This study use the dispute cases method, which used to obtain information from parties who have an involvement and interest of the emergence. Then analyze the laws of the Jongbiru community. Data was collected through participant observation and interviews. The result showed that the disputing parties in it, which between the mechanical sand miners, Jongbiru citizens, Jabon citizens, the manual sand miners, local government, Jasa Tirta and Balai Besar Wilayah Sungai Brantas. Dispute issues for Jongbiru villagers as they hold the legal culture is an attempt settlement amicably through consultation with Kamituwo. Keywords: mechanical sand miners, form relationships and dispute resolution, legal culture. Abstrak Sungai menjadi objek penting bagi masyarakat karena dapat berfungsi sebagai pendukung kehidupan. Pasir yang terkandung di sungai merupakan sumber daya alam yang memiliki nilai ekonomi. Lembah sungai Brantas telah menjadi lokasi bagi penambang pasir. Salah satu daerah pertambangan pasir mekanik terdapat di Jongbiru, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri. Issu penelitian berkaitan dengan sengketa akibat kegiatan pertambangan pasir mekanis yang dapat mengakibatkan kerusakan ekologi dan infrastruktur publik. Penelitian bertujuan mengetahui latar belakang dan bentuk sengketa serta resolusinya. Akhirnya bertujuan mengetahui budaya masyarakat setempat dalam menyelesaikan sengketa di wilayah hukum. Studi ini menggunakan metode kasus sengketa, yang digunakan untuk mendapatkan informasi dari pihak-pihak yang terlibat dan berkepentingan. Kemudian menganalisis hukum masyarakat Jongbiru. Data yang dikumpul-kan melalui pengamatan peserta dan wawancara. Hasilnya menunjukkan bahwa pihak-pihak yang sedang bermasalah terdiri atas para penambang pasir mekanis, warga Jongbiru, warga Jabon, penambang pasir manual, pemerintah lokal, Jasa Tirta dan Balai Besar Wilayah Sungai Brantas. Masalah sengketa penduduk desa Jongbiru diselesaikan dengan budaya hukum mereka melalui upaya penyelesaian secara damai berkonsultasi dengan Kamituwo. Kata Kunci: penambang pasir mekanis, penyelesaian sengketa, budaya hukum, Sungai Brantas wal munculnya spesialisasi an- tropologi budaya di berbagai ne- gara terjadi sebelum perang dunia dua dan menjelang akhir perang dunia dua terutama setelahnya. Salah satu spesialisasi dari antropologi budaya A

Upload: others

Post on 09-Dec-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai Brantas: Studi Kasus … GABRIEL VISHNU... · 2012. 12. 12. · Gabriel Vishnu Anindita Siregar, “Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai

Gabriel Vishnu Anindita Siregar, “Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai Brantas: Studi Kasus Sengketa Aktivitas Penambangan Pasir Mekanik di Desa Jongbiru, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri,” hal. 179-198.

BioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 179

Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai Brantas:

Studi Kasus Sengketa Aktivitas Penambangan Pasir Mekanik di Desa Jongbiru, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri

Gabriel Vishnu Anindita Siregar (Alumni Antropologi FISIP Unair 2006; [email protected])

Abstract The river becomes the object vital to the public because it serves as a support of life. Sand contained in the river is a natural resource that has economic value. Brantas river basin to be the location for the miners sand. One area that once contained the mechanical sand mining activitiesis in Jongbiru, sub-district Gampengrejo, Kediri district. Research issues that are the presence of the mechanical sand mining activities result in ecological damage and public infrastructure arising from the dispute. The objective research is to find out background and form of dispute and its resolution. In the end to find out how the legal culture of the local community to resolve the dispute in the region. This study use the dispute cases method, which used to obtain information from parties who have an involvement and interest of the emergence. Then analyze the laws of the Jongbiru community. Data was collected through participant observation and interviews. The result showed that the disputing parties in it, which between the mechanical sand miners, Jongbiru citizens, Jabon citizens, the manual sand miners, local government, Jasa Tirta and Balai Besar Wilayah Sungai Brantas. Dispute issues for Jongbiru villagers as they hold the legal culture is an attempt settlement amicably through consultation with Kamituwo. Keywords: mechanical sand miners, form relationships and dispute resolution, legal culture.

Abstrak Sungai menjadi objek penting bagi masyarakat karena dapat berfungsi sebagai pendukung kehidupan. Pasir yang terkandung di sungai merupakan sumber daya alam yang memiliki nilai ekonomi. Lembah sungai Brantas telah menjadi lokasi bagi penambang pasir. Salah satu daerah pertambangan pasir mekanik terdapat di Jongbiru, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri. Issu penelitian berkaitan dengan sengketa akibat kegiatan pertambangan pasir mekanis yang dapat mengakibatkan kerusakan ekologi dan infrastruktur publik. Penelitian bertujuan mengetahui latar belakang dan bentuk sengketa serta resolusinya. Akhirnya bertujuan mengetahui budaya masyarakat setempat dalam menyelesaikan sengketa di wilayah hukum. Studi ini menggunakan metode kasus sengketa, yang digunakan untuk mendapatkan informasi dari pihak-pihak yang terlibat dan berkepentingan. Kemudian menganalisis hukum masyarakat Jongbiru. Data yang dikumpul-kan melalui pengamatan peserta dan wawancara. Hasilnya menunjukkan bahwa pihak-pihak yang sedang bermasalah terdiri atas para penambang pasir mekanis, warga Jongbiru, warga Jabon, penambang pasir manual, pemerintah lokal, Jasa Tirta dan Balai Besar Wilayah Sungai Brantas. Masalah sengketa penduduk desa Jongbiru diselesaikan dengan budaya hukum mereka melalui upaya penyelesaian secara damai berkonsultasi dengan Kamituwo. Kata Kunci: penambang pasir mekanis, penyelesaian sengketa, budaya hukum, Sungai Brantas

wal munculnya spesialisasi an-

tropologi budaya di berbagai ne-

gara terjadi sebelum perang

dunia dua dan menjelang akhir perang

dunia dua terutama setelahnya. Salah

satu spesialisasi dari antropologi budaya A

Page 2: Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai Brantas: Studi Kasus … GABRIEL VISHNU... · 2012. 12. 12. · Gabriel Vishnu Anindita Siregar, “Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai

Gabriel Vishnu Anindita Siregar, “Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai Brantas: Studi Kasus Sengketa Aktivitas Penambangan Pasir Mekanik di Desa Jongbiru, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri,” hal. 179-198.

BioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 180

adalah antropologi hukum. Hukum men-

jadi perhatian dalam kajian antropologi

karena merupakan bagian dari kebudaya-

an. Pendekatan Antropologi terhadap hu-

kum dilakukan secara holistik mengenai

segala sesuatu yang melatar belakangi

budaya hukum. Budaya hukum yang

dimaksud adalah segala bentuk perilaku

budaya manusia yang mempengaruhi

atau yang berkaitan dengan masalah

hukum.

Masalah hukum dalam antropo-

logi hukum bukan hanya hukum perun-

dangan (normatif) atau hukum adat me-

lainkan budaya manusia menyikapi suatu

masalah hukum. Faktor-faktor budaya

yang melatar belakangi masalah hukum

dapat dilihat dari cara penyelesaian ma-

salah perselisihan dalam budaya masya-

rakat di berbagai daerah yang terdapat

perbedaan antara satu dengan lainnya

(Hadikusuma, 1992: 2-5).

Masalah hukum di Indonesia ba-

nyak mendapat perhatian dengan adanya

tulis-an-tulisan mengenai kasus sengketa

yang terjadi di berbagai daerah. Mengi-

ngat lokasi penelitian bertempat di Jawa

maka contoh yang cukup dekat yaitu di

daerah Jawa Tengah. Mulyo Putro (dalam

Hadi-kusuma, 1992: 188-191) melalui

tesisnya yang berjudul “Penyelesaian per-

kara secara tradisional tentang masalah

perikanan di lingkungan petani tambak di

wilayah karesidenan Jepara-Rembang”

mengemukakan bahwa pendekatan kebu-

dayaan terhadap hukum berusaha meng-

kaji titik pandang masyarakat pribumi

terhadap hukum. Hadikusuma memapar-

kan lebih jauh mengenai perbedaan bu-

daya dalam karesidenan Jepara-Rembang.

Penduduk wilayah Muria banyak menda-

pat pengaruh kebudayaan Jawa bagian

dalam. Ungkapan ‘pati karyo, pati wismo,

pati margo’ digunakan sebagai pedoman

penyelesaian perkara di bidang perikanan

bagi para petani tambak.

Arti ungkapan tersebut menunjuk-

an bahwa pekerjaan merupakan esensi

dalam kehidupan. Hal-hal yang menye-

babkan hilangnya pekerjaan karena tin-

dakan kriminal harus mendapatkan

hukuman seberat-beratnya. Sebagian wi-

layah tersebut yaitu Rembang penduduk-

nya berasal dari Madura. Pedoman penye-

lesaian perkara di bidang perikanan pada

wilayah tersebut menggunakan ungkapan

‘utang pati nyaur pati, utang wirang nyaur

wirang, utang bondo nyaur bondo’.

Arti ungkapan tersebut menunjuk-

kan bahwa apa yang hilang harus kembali

dalam wujud yang sama. Jika terjadi tin-

dakan kriminal maka barang yang hilang

harus dikembalikan pada pemiliknya

sesuai dengan nilai guna barang tersebut.

Page 3: Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai Brantas: Studi Kasus … GABRIEL VISHNU... · 2012. 12. 12. · Gabriel Vishnu Anindita Siregar, “Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai

Gabriel Vishnu Anindita Siregar, “Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai Brantas: Studi Kasus Sengketa Aktivitas Penambangan Pasir Mekanik di Desa Jongbiru, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri,” hal. 179-198.

BioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 181

Ungkapan yang digunakan oleh penduduk

Muria dan Rembang dalam menyelesai-

kan perkara merupakan hasil karya bu-

daya secara turun-temurun untuk me-

nanggulangi kejahatan yang sesuai deng-

an situasi dan kondisi masyarakat

setempat.

Adapun pedoman lain yaitu hukum

pemerintah yang menjadi pedoman pe-

nyelesaian perkara secara umum untuk

memberikan sanksi. Ungkapan penduduk

Muria, Rembang dan hukum pemerintah

menjadi alternatif bagi para penegak

hukum. Para penegak hukum sebagai

pelayan hukum kepada masyarakat harus

dapat memisahkan pedoman hukum yang

ada sesuai dengan permasa-lahan yang

dihadapi.

Awal mula aktivitas penambangan

pasir, para penambang melakukan akti-

vitasnya secara tradisional yaitu dengan

menyelam ke dasar sungai dan mengam-

bil pasir yang berada di dasar sungai

mengunakan cikrak sebagai alat yang di-

gunakan. Aktivitas penambangan pasir

tradisional di kabupaten Kediri telah

dilakukan oleh warga setempat sejak

turun temurun mulai jaman penjajahan

Belanda.

Aktivitas penambangan pasir

ketika itu dilakukan pada saat Belanda

memberlakukan sistem kerja rodi. Kerja

rodi yang diberlakukan oleh Belanda

melibatkan sebagian besar rakyat Indo-

nesia. Kerja rodi diberlakukan oleh Belan-

da terhadap rakyat Indonesia untuk

pembangunan infrastruktur penjajahan.

Dalam perkembangannya, aktivi-

tas penambangan pasir secara tradisional

tidak lagi diminati dan penambangan

pasir bergeser yang dilakukan secara me-

kanik yaitu aktivitas penambangan pasir

yang dilakukan dengan menggunakan

mesin penyedot pasir (sandpump) dan

mesin disel, aktivitas tersebut menimbul-

kan beberapa masalah baik terhadap

pemukiman warga, lingkungan, infra-

struktur bangunan.

Salah satu daerah yang pernah ter-

dapat aktivitas penambangan pasir meka-

nik yaitu di desa Jongbiru, kecamatan

Gampengrejo, kabupaten Kediri. Peneliti

memperoleh informasi melalui media

internet berupa unduhan (download) vi-

deo liputan 6 SCTV yang memberitakan

mengenai pembakaran perahu penam-

bang pasir mekanik yang dilakukan oleh

warga masyarakat desa Jongbiru yang

terjadi pada tanggal 14 Oktober 2009

(http://www.youtube.com/watch?v=XkDZ

dXa5dn8, situs diakses pada tanggal 20

September tahun 2010 pukul 22.15 WIB).

Berdasarkan berita di atas maka

peneliti mengindikasikan gambaran ada-

Page 4: Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai Brantas: Studi Kasus … GABRIEL VISHNU... · 2012. 12. 12. · Gabriel Vishnu Anindita Siregar, “Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai

Gabriel Vishnu Anindita Siregar, “Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai Brantas: Studi Kasus Sengketa Aktivitas Penambangan Pasir Mekanik di Desa Jongbiru, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri,” hal. 179-198.

BioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 182

nya sengketa. Fokus yang menjadi per-

hatian peneliti adalah studi kasus seng-

keta mengenai keberadaan penambangan

pasir mekanik di desa Jongbiru, kabupa-

ten Kediri.

Tulisan ini bermaksud untuk me-

ngetahui latar belakang terjadinya seng-

keta yang terjadi terkait keberadaan pe-

nambangan pasir mekanik di desa Jong-

biru, kecamatan Gampengrejo, Kabupaten

Kediri. Kemudian mengetahui bentuk

sengketa dan penyelesaiannya sengketa

di wilayah tersebut. Selanjutnya untuk

mengetahui budaya hukum masyarakat

setempat dapat menyelesaikan masalah

sengketa di wilayahnya.

Dari latar belakang diatas sebagai

arah dalam merumuskan masalah dapat

dirumuskan masalah penelitian ini adalah

sengketa keberadaan aktivitas penam-

bangan pasir mekanik sungai Brantas di

desa Jongbiru kecamatan Gampengrejo

kabupaten Kediri. Untuk menjawab masa-

lah penelitian tersebut perlu dirumuskan

pertanyaan penelitian sebagai berikut:

(1) bagaimana latar belakang terjadinya

sengketa yang terjadi terkait keberadaan

penambangan pasir mekanik di desa

Jongbiru, kecamatan Gampengrejo, Kabu-

paten Kediri? (2) bagaimana bentuk seng-

keta dan penyelesaiannya sengketa di

wilayah tersebut? (3) bagaimana budaya

hukum masyarakat setempat dapat me-

nyelesaikan sengketa di wilayahnya?

Sengketa

Orang yang bersengketa memiliki bebe-

rapa motivasi sebagaimana yang diiden-

tifikasi oleh Nader dan Todd (1978: 37

dalam Irianto, 2005: 289): “to gain power,

to obtain scarce resource, to gain justice, to

compensate for a wrong”.

Identifikasi beberapa motivasi

orang bersengketa yang dikemukakan

Nader dan Todd dapat dikategorikan

menjadi empat motivasi. Pertama, hasrat

untuk menguasai sumber daya kekuasa-

an. Kedua, untuk mendapatkan sumber

daya yang menjadi langka yang dibutuh-

kan oleh banyak orang. Ketiga, kebutuhan

memperoleh rasa keadilan. Keempat,

memperoleh keringanan atas kesalahan

sehingga mengurangi akibat terburuk.

Nader dan Todd memaparkan lebih jauh

mengenai motivasi sengketa yang utama

adalah keterkaitannya dengan perhitung-

an terhadap pihak lawan dan perebutan

sumber daya ekonomi.

Pengertian dan pemahaman ter-

hadap sengketa berperan penting untuk

mengetahui proses sengketa (disputing

process) yang ada dalam masyarakat.

Nader dan Todd (1978: 4 dalam Ihromi,

2001: 209) mengindentifikasi adanya tiga

Page 5: Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai Brantas: Studi Kasus … GABRIEL VISHNU... · 2012. 12. 12. · Gabriel Vishnu Anindita Siregar, “Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai

Gabriel Vishnu Anindita Siregar, “Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai Brantas: Studi Kasus Sengketa Aktivitas Penambangan Pasir Mekanik di Desa Jongbiru, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri,” hal. 179-198.

BioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 183

tahap dalam proses sengketa yaitu tahap

pra-konflik (keluhan), tahap konflik dan

tahap sengketa.

Tahap pra-konflik merupakan kea-

daan di mana seseorang atau kelompok

merasakan bahwa haknya telah dilanggar

atau telah diperlakukan dengan salah

oleh pihak lain. Pelanggaran terhadap hak

ataupun diperlakukan dengan salah me-

nunjukkan bahwa telah terjadi adanya

ketidakadilan. Pelanggaran terhadap rasa

keadilan dapat bersifat nyata atau ima-

ginasi sesuai dengan persepsi atau ke-

lompok.

Dalam tahap pra-konflik terjadi

keadaan di mana pihak yang melanggar

belum menyadari bahwa tindakkannya

telah merugikan pihak lain. Perasaan

tidak adil yang berupa keluhan berpoten-

si untuk menjadi konflik atau justru

mengendor. Perasaan diperlakukan tidak

adil dapat lebih memuncak karena kon-

frontasi atau justru sebaliknya, eskalasi

menjadi terelakkan karena sengaja meng-

hindari kontak dengan pihak kedua atau

bisa jadi pihak kedua tidak memberi

reaksi terhadap tantangan yang diajukan.

Nader dan Todd (1978:14 dalam Ihromi,

2005: 209) memberikan istilah untuk

mencirikan tahap pra-konflik sebagai ciri

monadik.

Tahap konflik merupakan keadaan

di mana pihak yang merasa haknya telah

dilanggar, memilih jalan konfrontasi de-

ngan cara melemparkan tuduhan atau

memberitahukan keluhannya kepada

pihak lawan. Dalam tahap konflik terjadi

keadaan dimana pihak yang dilanggar

haknya dan pihak yang melanggar hak

telah menyadari adanya perselisihan. Ta-

hap konflik dicirikan sebagai ciri diadik.

Tahap sengketa (dispute) merupa-

kan keadaan di mana konflik mengalami

eskalasi karena telah dikemukakan secara

umum. Gulliver (dalam Nader dan Todd,

1978: 15 dalam Ihromi. 2001: 210) me-

nyatakan bahwa suatu sengketa terjadi

bila pihak yang mempunyai keluhan

(claim) yang awalnya hanya berselisih

pendapat berupa perdebatan diadik (dua

pihak) kemudian melanjutkan perselisih-

annya memasuki bidang publik.

Peningkatan memasuki bidang

publik dilakukan secara sengaja dan aktif

dengan maksud supaya ada suatu tindak-

kan sehubungan dengan tuntutan yang

diinginkan. Tahap sengketa yang meli-

batkan tiga pihak sehingga memunculkan

adanya pihak ketiga disebut sebagai ciri

triadik.

Nader dan Todd (dalam Ihromi,

2001: 210) memaparkan lebih lanjut tiga

Page 6: Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai Brantas: Studi Kasus … GABRIEL VISHNU... · 2012. 12. 12. · Gabriel Vishnu Anindita Siregar, “Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai

Gabriel Vishnu Anindita Siregar, “Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai Brantas: Studi Kasus Sengketa Aktivitas Penambangan Pasir Mekanik di Desa Jongbiru, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri,” hal. 179-198.

BioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 184

kemungkinan mengenai tahapan proses

sengketa yang tidak harus terjadi secara

berurutan. Pertama, seseorang yang me-

rasa terhina langsung mengajukan per-

kara ke pengadilan tanpa terlebih dahulu

mengkomunikasikannya kepada pihak

yang dianggap merugikan. Kedua, terjadi

proses deskalasi di mana secara tiba-tiba

salah satu pihak mengundurkan diri.

Ketiga, tahapan proses sengketa bisa

berlangsung secara melompat-lompat.

Penyelesaian Sengketa

Perhatian terhadap kajian lintas budaya,

menunjukkan bahwa dalam setiap masya-

rakat telah berkembang berbagai tradisi

mengenai berbagai cara keluhan-keluhan

dapat tertampung dan penanganan ter-

jadinya sengketa. Berbagai sengketa tidak

hanya dapat diselesaikan dengan meng-

ajukan ke forum pengadilan tapi juga

terdapat beragam lembaga atau pranata

di mana sengketa dapat diatasi.

Nader dan Todd (dalam Ihromi,

2001: 210) memberikan tujuh rincian

mengenai ber-bagai cara yang berkem-

bang dalam kebudayaan-kebudayaan ma-

nusia untuk menampung, mengatasi,

menyelesaikan keluhan-keluhan, perasa-

an tidak diber-lakukan secara adil, dan

sengketa-sengketa yang dialami yaitu

lumping it, avoidance, coercion, negotia-

tion, media-tion, arbitration, adjudication.

Lumping it (membiarkan saja)

menurut pengertian Felstiner (dalam

Nader dan Todd, 1978: 9 dalam Ihromi,

2001: 210) adalah kegagalan yang dirasa-

kan oleh pihak yang merasa diperlakukan

tidak adil dalam upaya untuk menekan-

kan tuntutan. Pihak yang diberlakukan

tidak adil mengambil keputusan untuk

mengabaikan saja masalah atau isu yang

dialami dengan pihak lain.

Kedua belah pihak tetap menerus-

kan hubungan-hubungannya karena

berbagai kemungkinan, misalnya tidak

mengetahui cara pengajuan keluhan ke

peradilan, kurangnya akses ke lembaga

peradilan atau sengaja tidak diproses ke

peradilan karena perkiraan kerugian

yang lebih besar berupa materiil maupun

kejiwaan (Galanter dalam Nader dan

Todd, 1978: 9 dalam Ihromi, 2001: 211).

Avoidance (mengelak) adalah cara

penyelesaian di mana pihak yang merasa

dirugikan memilih untuk mengurangi

hubungan-hubungan dengan pihak yang

merugikan atau memilih untuk menghen-

tikan hubungan. Berbeda dengan lumping

it yang masih berhubungan tanpa adanya

pengurangan, sedangkan pada avoidance

hubungan dikurangi sebagian atau semua.

Page 7: Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai Brantas: Studi Kasus … GABRIEL VISHNU... · 2012. 12. 12. · Gabriel Vishnu Anindita Siregar, “Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai

Gabriel Vishnu Anindita Siregar, “Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai Brantas: Studi Kasus Sengketa Aktivitas Penambangan Pasir Mekanik di Desa Jongbiru, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri,” hal. 179-198.

BioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 185

Coercion (paksaan) adalah cara

penyelesaian di mana satu pihak mem-

beri paksaan terhadap pihak lain. Tin-

dakan paksaan ini bersifat unilateral.

Tindakan yang bersifat memaksa dapat

berupa ancaman untuk menggunakan ke-

kerasan. Penyelesaian dengan tindakan

paksaan pada umumnya memiliki ke-

mungkinan kecil untuk menuju penyele-

saian secara damai.

Negotiation (perundingan) adalah

cara penyelesaian di mana kedua belah

pihak telah menyepakati pengambilan

keputusan tanpa adanya pihak ketiga.

Kedua belah pihak berusaha untuk saling

meyakinkan. Usaha saling meyakinkan

kemudian menghasilkan aturan diantara

kedua belah pihak. Usaha penyelesaian

dengan cara tidak bertitik tolak dengan

aturan-aturan yang ada yang telah di-

tentukan oleh kedua belah pihak (Gulliver

dalam Nader dan Todd, 1978: 10 dalam

Ihromi, 2001: 211). Menurut Irianto

(2005: 291) negotiation dapat diharapkan

menghasilkan win-win solution.

Mediation adalah cara penyelesai-

an dengan melibatkan pihak ketiga seba-

gai perantara untuk membantu kedua

belah pihak yang berselisih pendapat

guna menemukan kesepakatan. Penen-

tuan pihak ketiga ditentukan oleh kedua

belah pihak atau ditunjukkan oleh pihak

yang berwenang (berkuasa). Kedua belak

pihak harus menyetujui bahwa jasa-jasa

dari mediator akan digunakan dalam upa-

ya mencari penyelesaian. Seorang media-

tor dalam masyarakat-masyarakat kecil

(paguyuban) dapat berupa tokoh-tokoh

masyarakat. Menurut Irianto (2005: 291)

mediation dapat diharapkan menghasil-

kan win-win solution.

Arbitration (arbitrasi) adalah cara

penyelesaian di mana kedua belah pihak

sepakat untuk meminta perantara pihak

ketiga yaitu arbitrator. Sejak semula ke-

dua belah pihak telah menyetujui bahwa

mereka akan menerima keputusan dari

arbitrator. Seorang arbitrator dalam ma-

syarakat-masyarakat kecil (paguyuban)

dapat berupa tokoh-tokoh masyarakat.

Adjudication (peradilan) adalah ca-

ra penyelesaian di mana pihak ketiga

mempunyai wewenang untuk mencam-

puri pemecahan masalah yang terlepas

dari keinginan para pihak yang berseng-

keta. Pihak ketiga juga memiliki hak

untuk membuat keputusan dan menegak-

kan keputusan. Penegakkan keputusan

merupakan upaya agar keputusan dapat

dilaksanakan.

Pendefinisian terhadap kebudaya-

an berperan penting untuk dipergunakan

dan dioperasikan terhadap identifikasi

dan pemecahan dalam berbagai masalah.

Page 8: Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai Brantas: Studi Kasus … GABRIEL VISHNU... · 2012. 12. 12. · Gabriel Vishnu Anindita Siregar, “Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai

Gabriel Vishnu Anindita Siregar, “Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai Brantas: Studi Kasus Sengketa Aktivitas Penambangan Pasir Mekanik di Desa Jongbiru, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri,” hal. 179-198.

BioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 186

Suparlan (1981: 76-91 dalam Setiawan,

1998: 5) mendefinisikan kebudayaan

adalah pengetahuan manusia yang me-

nyeluruh dalam kehidupannya sebagai

makhluk sosial guna menginterpretasi

dan memahami lingkungannya yang ter-

wujud nyata dalam bentuk perilaku.

Pengetahuan berada dalam pikiran manu-

sia yang bersifat abstrak berupa ide. Peri-

laku yang merupakan cerminan (refleksi)

dari ide-ide manusia juga termasuk dalam

budaya hukum.

Bertitik tolak dari pemahaman ter-

hadap budaya hukum yang nyata dan

hidup dalam masyarakat maka dapat

diketahui bagian dari kekuatan-kekuatan

sosial. Menurut Irianto (2005: 287) buda-

ya hukum adalah bagian dari kekuatan-

kekuatan sosial dalam masyarakat yang

secara terus-menerus dapat memberi

pengaruh terhadap sikap untuk mentaati

atau tidak mentaati sistem hukum yang

berlaku dalam negara.

Kajian holistik menempatkan bu-

daya hukum menjadi bagian dari kompo-

nen-komponen hukum. Kajian holistik

terhadap hukum dalam lapangan empiris

harus dilihat sebagai sistem yang terdiri

dari tiga komponen (Friedman, 1975: 15

dalam Irianto, 2005: 42-43). Komponen

pertama adalah substansi hukum (legal

substance) yang meliputi aturan-aturan

dan norma-norma yang digunakan oleh

institusi. Komponen kedua adalah struk-

tur hukum (legal structure) yaitu institusi

atau penegak hukum seperti polisi, jaksa,

hakim dan pengacara. Komponen ketiga

adalah budaya hukum (legal culture) yang

meliputi. ide-ide, sikap-sikap, kepercaya-

an, harapan dan pandangan tentang

hukum.

Prinsip budaya hukum (legal

culture) menurut Friedman meliputi ide-

ide, sikap-sikap, kepercayaan, harapan

dan pandangan tentang hukum (1975: 7

dalam Irianto, 2005: 42). Friedman me-

maparkan lebih lanjut mengenai adanya

sub budaya hukum (sub legal culture)

yang berarti kepentingan. Adanya kepen-

tingan berkaitan erat dengan kasus yang

terjadi.

Lokasi penelitian berada di desa

Jongbiru, kecamatan Gampengrejo, kabu-

paten Kediri. Penentuan lokasi penelitian

didasarkan atas pengalaman dan penge-

tahuan peneliti karena pernah berkun-

jung ke kabupaten Kediri. Peneliti kemu-

dian memperoleh informasi dari berita

Liputan 6 SCTV bahwa di desa Jongbiru

pernah terjadi pembakaran perahu pe-

nambang pasir mekanik oleh warga ma-

syarakat setempat. Aksi warga yang

membakar perahu penambang pasir me-

kanik mengindikasikan adanya kasus

Page 9: Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai Brantas: Studi Kasus … GABRIEL VISHNU... · 2012. 12. 12. · Gabriel Vishnu Anindita Siregar, “Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai

Gabriel Vishnu Anindita Siregar, “Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai Brantas: Studi Kasus Sengketa Aktivitas Penambangan Pasir Mekanik di Desa Jongbiru, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri,” hal. 179-198.

BioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 187

sengketa. Alasan pendukung lainnya ada-

lah masih minimnya penelitian mengenai

permasalahan akibat aktivitas penam-

bangan pasir mekanik ditinjau dari sudut

pandang budaya. Umumnya penelitian

yang dilakukan hanya sebatas kerusakan

ekologis. Oleh karena itu peneliti ber-

maksud menggunakan studi kasus seng-

keta sebagai ciri khas dari disiplin Antro-

pologi yang memfokuskan perhatiannya

dalam lingkup sosial-budaya.

Tahap awal sebelum memfokus-

kan penelitian ini ialah melakukan peng-

amatan yang bersifat penjajakan obyek

lapangan secara umum (grand tour obser-

vation). Istilah grand tour mengacu pada

Spradley (1997: 110) yaitu pengalaman

yang diperoleh peneliti ketika pertama

kali mulai mempelajari suatu lingkup

budaya. Penjajakan dalam obyek peneli-

tian digunakan untuk memperhatikan

unsur-unsur utama dari konteks sosial

yaitu suasana budaya masyarakat. Pende-

katan ini berfungsi untuk mengetahui

bermacam-macam informasi berupa

gambaran awal mengenai keberadaan

penambangan pasir sungai Brantas kabu-

paten Kediri khususnya penambang pasir

mekanik. Gambaran yang diperoleh ter-

sebut kemudian digunakan sebagai

asumsi awal dalam penelitian. Hasil ter-

sebut selanjutnya digunakan untuk me-

nentukan metode yang tepat sesuai

dengan fokus penelitian.

Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode kasus seng-

keta (trouble case method) klasik yang

diajukan Hoebel (1983 dalam Irianto,

2005: 27-28). Metode kasus sengketa

digunakan untuk memperoleh keterangan

kemudian menganalisis mengenai hukum

yang senyatanya dianut oleh masyarakat.

Pemikiran yang melandasi metode kasus

sengketa bahwa kasus sengketa yang

secara normatif berlaku (substansi hu-

kum) dalam lapangan kenyataan dan

sungguh-sungguh dijalankan oleh masya-

rakat. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui apakah peraturan-peraturan

yang dibuat oleh pemerintah telah di-

laksanakan dan diterapkan dalam Kenya-

taan kehidupan sehari-hari, serta meng-

hasilkan temuan yang berupa hukum

yang hidup atau yang sesungguhnya ber-

laku di masyarakat. Temuan tersebut me-

rupakan hasil kajian berdasarkan peng-

amatan terhadap kasus-kasus sengketa.

Metode kasus digunakan untuk menemu-

kan bagaimana proses suatu sengketa

berlangsung dengan mencari sebab-sebab

perselisihan, siapa-siapa saja yang ter-

libat, penelusuran sejarah tentang kasus-

kasus sengketa, dan yang terakhir adalah

Page 10: Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai Brantas: Studi Kasus … GABRIEL VISHNU... · 2012. 12. 12. · Gabriel Vishnu Anindita Siregar, “Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai

Gabriel Vishnu Anindita Siregar, “Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai Brantas: Studi Kasus Sengketa Aktivitas Penambangan Pasir Mekanik di Desa Jongbiru, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri,” hal. 179-198.

BioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 188

dampak penyelesaian sengketa bagi ma-

syarakat yang bersangkutan.

Teknik pengumpulan data yang di-

gunakan dalam penelitian ini adalah

pengamatan (observation) dan wawan-

cara (interview). Pengamatan yang cermat

dapat dikatakan sebagai salah satu cara

penelitian yang paling sesuai terkait

dengan kebutuhan akan biaya penelitian

yang sedikit (Bachtiar, 1997: 108). Data

yang dihasilkan dari pengamatan adalah

catatan lapangan. Wawancara bertujuan

untuk mendapatkan keterangan atau pen-

dirian secara lisan dari seorang informan

dengan bercakap-cakap berhadapan mu-

ka (Koentjaraningrat, 1997, 129). Data

yang diperoleh dari wawancara adalah

jawaban-jawaban dari informan atas per-

tanyaan yang diajukan oleh peneliti.

Proses analisis data dimulai deng-

an menelaah seluruh data yang tersedia

dari sumber yang telah dikumpulkan

(Moleong, 1990: 190). Teknik analisa da-

lam penelitian ini dilakukan dengan cara

mengumpulkan data yang berasal dari

pengamatan, wawancara mendalam, do-

kumentasi foto dan kepustakaan. Hasil

pengamatan menghasilkan data berupa

catatan lapangan yang diperoleh peneliti

selama mengunjungi wilayah yang ter-

dapat aktivitas penambangan pasir yaitu

kecamatan Mojo, kecamatan Ngadiluwih

dan kecamatan papar serta lokasi obyek

penelitian yaitu desa Jongbiru. Hasil wa-

wancara mendalam menghasilkan data

berupa jawaban-jawaban dari pertanyaan

yang diajukan peneliti kepada informan.

Hasil dokumentasi berupa data dalam

bentuk berkas ilegal mining (penambang-

an pasir ilegal) di sepanjang aliran sungai

Brantas yang diperoleh dari Satuan

Resort Kriminal Khusus (Satreskrimsus)

Polres kabupaten Kediri. Kemudian doku-

mentasi berupa foto kejadian aksi massa

pembakaran peralatan penambangan pa-

sir mekanik yang diperoleh dari Satuan

Polisi Pamong Praja (Satpol PP) kabu-

paten Kediri. Selanjutnya dokumentasi

berupa foto lokasi, obyek penelitian yaitu

penambang pasir sungai Brantas yang

diperoleh dari hasil dokumentasi peneliti.

Dokumentasi tersebut digunakan

untuk mengetahui aktivitas atau keadaan

di lapangan yang nantinya akan dimasuk-

kan pada lampiran. Hasil dari kepustaka-

an berupa informasi tambahan untuk

menjelaskan dan menguatkan pengetahu-

an peneliti terhadap data penelitian.

Data yang terkumpul kemudian di-

klasifikasikan dan diidentifikasikan ke-

mudian di kategorisasikan berdasarkan

kerangka teori yaitu mengenai proses

terjadinya sengketa, selanjutnya bentuk-

bentuk penyelesaian sengketa dan pada

Page 11: Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai Brantas: Studi Kasus … GABRIEL VISHNU... · 2012. 12. 12. · Gabriel Vishnu Anindita Siregar, “Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai

Gabriel Vishnu Anindita Siregar, “Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai Brantas: Studi Kasus Sengketa Aktivitas Penambangan Pasir Mekanik di Desa Jongbiru, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri,” hal. 179-198.

BioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 189

akhirnya budaya hukum yang terdiri dari

kepentingan masing-masing pihak yang

bersengketa. Pihak-pihak yang berkepen-

tingan antara lain: penambang pasir

mekanik, warga desa Jongbiru, warga

desa Jabon, penambang pasir manual,

Pemerintah Daerah, Perum Jasa Tirta I,

Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS)

Brantas. Data yang terkumpul berdasar-

kan kerangka teori selanjutnya digunakan

sebagai pedoman untuk memasukkan

data lapangan dalam bentuk sub-sub bab.

Suasana Lokasi

Penambang pasir di sungai Brantas kabu-

paten Kediri telah ada sejak jaman penja-

jahan Belanda hingga Indonesia merdeka

dengan menggunakan alat yang masih

tradisional. Indikasi tersebut dapat di-

ketahui dari silsilah jembatan Mritjan dan

sistem kerja Rodi yang dilaksanakan oleh

pemerintah penjajahan Belanda. Penam-

bangan yang dilakukan menggunakan

peralatan berupa cikrak atau cungkro.

Istilah masyarakat lokal untuk menyebut

aktivitas penambangan menggunakan

peralatan cikrak atau cungkro adalah

nyikrak’i pasir. Kegiatan tersebut dilaku-

kan oleh warga masyarakat yang ber-

tempat tinggal di pinggiran sungai. Warga

yang ingin melakukan kegiatan tersebut

dapat langsung menuju ke pinggiran

sungai dengan membawa peralatan

cikrak untuk memperoleh pasir. Kegiatan

tersebut mereka lakukan setiap hari se-

bagai mata pencaharian. Hasil yang di-

peroleh dari aktivitas nyikrak berupa

pasir dimanfaatkan untuk kebutuhan

lingkungan masyarakat setempat dan

kebutuhan pribadi. Penambang pasir

tradisional tidak menentukan nominal

pasir yang dijual kepada lingkungan ma-

syarakat setempat.

Penambangan pasir yang dilaku-

kan oleh masyarakat secara bertahap

mengalami perkembangan. Wujud per-

kembangan penambangan pasir dapat di-

lihat dari peralatan dan proses memper-

oleh pasir. perkembangan penambangan

pasir diawali dengan penambangan yang

dilakukan secara tradisional, manual,

konveyor, kemudian secara mekanik. Per-

kembangan penambangan pasir yang per-

tama kali dilakukan yaitu secara manual.

Tidak diketahui secara pasti awal mula

perkembangan penambangan pasir ma-

nual. Informasi data menjelaskan bahwa

perkembangan penambangan pasir seca-

ra manual di wilayah sungai Brantas ka-

bupaten Kediri telah dilakukan lebih lama

dari tahun 1969. Penambangan pasir

manual merupakan aktivitas penambang-

an yang dilakukan menpergunakan pera-

hu sebagai alat bantu. Perahu digunakan

Page 12: Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai Brantas: Studi Kasus … GABRIEL VISHNU... · 2012. 12. 12. · Gabriel Vishnu Anindita Siregar, “Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai

Gabriel Vishnu Anindita Siregar, “Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai Brantas: Studi Kasus Sengketa Aktivitas Penambangan Pasir Mekanik di Desa Jongbiru, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri,” hal. 179-198.

BioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 190

oleh penambang pasir menuju ke tengah

sungai sebagai tempat untuk mengambil

pasir. Pasir yang diperoleh didapatkan

dari pekerja penambang pasir yang me-

nyelam ke dasar sungai. Istilah masya-

rakat lokal untuk menyebut pekerja pe-

nambang pasir yang menyelam adalah

kuli bojong. Perahu yang telah terisi oleh

pasir kemudian dibawa kepinggir sungai

untuk dipindahkan ke tanah lapang oleh

pekerja penambang pasir. pekerja penam-

bang pasir memindahkan pasir meng-

gunakan alat berupa dunak yang ditaruh

di atas kepala menuju ke tanah lapang

Istilah masyarakat lokal untuk menyebut

pekerja penambang pasir yang memin-

dahkan pasir dari perahu menuju tanah

lapang adalah kuli ndunak. Penambang

pasir yang bekerja di penambangan pasir

manual membutuhkan tenaga kurang le-

bih sekitar 17-20 orang tiap perahu.

Perkembangan penambangan pa-

sir yang kedua adalah penambangan pasir

konveyor. penambangan pasir konveyor

dalam pelaksanaannya dilakukan secara

manual. Perbedaan dengan penambangan

pasir manual yaitu penambangan pasir

konveyor mempergunakan mesin konve-

yor. Alat tersebut berupa karet berjalan

yang terhubung pada dua atau lebih

katrol yang berputar. Alat tersebut bukan

digunakan sebagai alat untuk mencari pa-

sir, tapi digunakan sebagai alat bantu

dalam proses penambangan. Alat bantu

tersebut digunakan sebagai alat untuk

menyalurkan pasir dari perahu menuju

ke atas yang kemudian mengalir menuju

ke dalam bak truk. Informasi data men-

jelaskan perkembangan penambangan

pasir mempergunakan alat bantu berupa

konveyor telah dilakukan sejak tahun

2002. Penambangan pasir konveyor

mempekerjakan tenaga sebagai kuli

bojong dan kuli cutat. Kuli cutat meru-

pakan istilah masyarakat lokal untuk

menyebut pekerja penambang pasir yang

memindahkan pasir dari perahu ke alat

bantu konveyor. Penambang pasir yang

bekerja di penambangan pasir manual

membutuhkan tenaga kurang lebih se-

kitar 9-10 orang tiap perahu.

Perkembangan penambangan pa-

sir yang ketiga adalah penambangan pasir

mekanik. Istilah masyarakat lokal untuk

menyebut penambangan pasir mekanik

adalah sedotan. Penambangan pasir me-

kanik adalah penambangan yang dilaku-

kan mempergunakan mesin disel. Peralat-

an tersebut dipasang di atas perahu

ponton. Mesin disel dan perahu yang te-

lah dirakit memanjang hingga berada ke

tengah sungai dengan barang berupa

bambu dan tong. Penambangan pasir

mekanik yang berada di desa Jongbiru

Page 13: Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai Brantas: Studi Kasus … GABRIEL VISHNU... · 2012. 12. 12. · Gabriel Vishnu Anindita Siregar, “Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai

Gabriel Vishnu Anindita Siregar, “Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai Brantas: Studi Kasus Sengketa Aktivitas Penambangan Pasir Mekanik di Desa Jongbiru, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri,” hal. 179-198.

BioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 191

kecamatan Gampengrejo kabupaten Ke-

diri telah dilakukan sejak tahun 1991.

Awal mula mereka mereka menambang

secara mekanik melihat dari proses pe-

nambangan pasir mekanik beroperasi di

wilayah Mojokerto. Berawal dari proses

melihat kemudian mereka mulai mencoba

untuk membuat. Penambang pasir yang

bekerja pada penambangan pasir meka-

nik terdiri dari operator stik sungkro dan

kuli cutat. Operator stik sungkro merupa-

kan istilah yang digunakan penambang

pasir mekanik untuk menyebut pengen-

dali stik. Sedangkan kuli cutat merupakan

pekerja dalam penambangan pasir meka-

nik yang memindahkan pasir dari tanah

lapang ke dalam bak truk muatan pasir.

Penambang pasir yang bekerja di penam-

bangan pasir mekanik membutuhkan te-

naga kurang lebih sekitar 5-8 orang.

Pekerjaan sebagai penambang pa-

sir telah membudaya dalam masyarakat

Jongbiru. Istilah masyarakat lokal untuk

menyebut para penambang pasir adalah

tiyang pasiran. Pekerjaan tiyang pasiran

diwariskan secara turun temurun. Peker-

jaan yang mereka lakukan sejak men-

jalani pendidikan formal. Mereka mela-

kukan pekerjaan tersebut sebagai bentuk

usaha untuk menambah uang saku. Mere-

ka bekerja sebagai kuli dengan menyelam

ke dasar sungai. Mereka yang telah me-

nyelesaikan pendidikan formal, ada yang

tetap melanjutkan pekerjaan sebagai pe-

nambang pasir. Mereka yang telah men-

dapatkan pekerjaan di luar penambangan

pasir, terdorong untuk kembali bekerja

sebagai penambang pasir. Identitas me-

reka sebagai tiyang pasiran telah menjadi

kebiasaan mereka untuk menjadi seorang

penambang pasir. Mereka yang kembali

bekerja sebagai penambang pasir ber-

usaha untuk memperoleh cara untuk me-

ngembangkan penambangan melalui per-

alatan yang digunakan. Penghasilan yang

telah mereka simpan selama bekerja di-

luar penambangan pasir digunakan untuk

membeli perahu maupun mesin disel.

Kontribusi yang diperoleh dari pe-

nambangan pasir disalurkan kepada kas

desa. Kas desa diperoleh berupa uang

yang didapatkan dari sumbangan portal.

Aktivitas yang dilakukan oleh warga atau

masyarakat dengan memanfaatkan ba-

ngunan portal biasa disebut leges. Bagi

warga desa Jongbiru leges selain diguna-

kan untuk menarik sumbangan portal

juga digunakan sebagai alat pembatas lalu

lintas kendaraan muatan yang masuk me-

lalui jalan desa menuju ke galangan pasir.

hasil yang diperoleh dari sumbangan

leges ditentukan berdasarkan jenis ken-

daraan muatan yang akan masuk di desa

Jongbiru. jenis kendaraan muatan truk

Page 14: Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai Brantas: Studi Kasus … GABRIEL VISHNU... · 2012. 12. 12. · Gabriel Vishnu Anindita Siregar, “Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai

Gabriel Vishnu Anindita Siregar, “Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai Brantas: Studi Kasus Sengketa Aktivitas Penambangan Pasir Mekanik di Desa Jongbiru, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri,” hal. 179-198.

BioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 192

engkel dikenakan biaya sumbangan leges

sebesar Rp. 3000 tiap truk. Untuk jenis

kendaraan muatan truk ban dobel dikena-

kan biaya sumbangan leges sebesar

Rp.5000 tiap truk. Sedangkan untuk jenis

kendaraan muatan truk fuso dikenakan

biaya Rp. 10.000 tiap truk.

Jembatan Mritjan merupakan ba-

ngunan yang memiliki peranan penting

sebagai prasarana yang menghubungkan

antara kelurahan Mrican kecamatan Mo-

joroto kotamadya Kediri-desa Jabon

Kecamatan Banyakkan dengan desa Jong-

biru, kecamatan Gampengrejo, kabupaten

Kediri. Jembatan digunakan sebagai salah

satu fasilitas penunjang lalu lintas tujuan

aktivitas masyarakat dan warga yang

melintasinya. Mereka yang memanfaat-

kan jembatan sebagai jalur alternatif

terdekat daripada harus memutar dari-

pada harus memutar dari jembatan

Semampir yang berada di kecamatan kota

Kediri.

Permasalahan yang dialami warga

kabupaten/kota Kediri terkait keberada-

an aktivitas penambangan pasir mekanik

berujung pada aksi massa yang mela-

kukan pembakaran peralatan penam-

bangan pasir mekanik di desa Jongbiru

kecamatan Gampengrejo kabupaten Ke-

diri. Permasalahan tersebut dialami oleh

warga yang bertempat tinggal di sepan-

jang bantaran sungai Brantas khususnya

akibat keberadaan penambang pasir yang

mempergunakan mesin disel sebagai per-

alatan penambangan menimbulkan ke-

rusakan.

Kejadian setelah pembakaran ta-

hun 2009, pemilik galangan dan pekerja

penambangan pasir mekanik yang berasal

dari desa Jongbiru ada yang memilih

bekerja secara serabutan dan bekerja di

luar daerah. Warga yang menjadi tiyang

pasiran memilih untuk tetap bertempat

tinggal di desa Jongbiru dengan bekerja di

lahan pertanian dan melakukan pekerja-

an sampingan lainnya. Sedangkan mereka

yang bekerja diluar daerah memilih untuk

menjadi pekerja di bidang bangunan dan

di bidang media transportasi darat ang-

kutan umum.

Penyebab robohnya jembatan

Mritjan dikarenakan usianya yang sudah

tua, peristiwa alam dan penambangan pa-

sir mekanik. Warga desa Jongbiru melalui

kepala dusun menilai salah satu faktor

penyebab robohnya jembatan Mritjan di-

karenakan faktor usia. Jembatan Mritjan

merupakan salah satu prasarana yang

telah dibangun sejak jaman Belanda. Se-

hingga jembatan Mritjan sudah waktunya

untuk dilakukan renovasi.

Penyebab robohnya jembatan

Mritjan dikarenakan faktor alam berawal

Page 15: Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai Brantas: Studi Kasus … GABRIEL VISHNU... · 2012. 12. 12. · Gabriel Vishnu Anindita Siregar, “Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai

Gabriel Vishnu Anindita Siregar, “Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai Brantas: Studi Kasus Sengketa Aktivitas Penambangan Pasir Mekanik di Desa Jongbiru, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri,” hal. 179-198.

BioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 193

dari keadaan cuaca di wilayah sekitar

jembatan Mritjan yang sedang hujan

lebat. Keadaan tersebut menyebabkan

permukaan air sungai sungai Brantas

meluap. Bersamaan dengan keadaan ter-

sebut, aktivitas penambangan pasir me-

kanik yang beroperasi di desa Jongbiru

sedang berlangsung. Keadaan sungai

Brantas yang demikian selain mengha-

nyutkan beberapa perahu milik penam-

bang pasir juga pepohohonan yang ber-

ada di tepian sungai. Kemudian perahu

bersama pepohonan yang hanyut mena-

brak secara bergantian bagian tiang pe-

nyangga dan patok yang mengakibatkan

robohnya jembatan.

Penyebab robohnya jembatan

Mritjan dikarenakan faktor keberadaan

penambangan pasir mekanik. Warga desa

Jabon beranggapan bahwa aktivitas pe-

nambangan yang dilakukan terlalu dekat

dengan bangunan jembatan Mritjan dapat

berpengaruh terhadap tiang penyangga

yang menjadi pondasi jembatan. Aktivitas

penambangan pasir yang dilakukan

menggunakan peralatan mesin disel

mempengaruhi kedalaman sungai men-

jadi semakin dalam. Keadaan tersebut

mengakibatkan tiang penyangga yang di-

gunakan sebagai pondasi jembatan meng-

gantung atau tidak menancap pada dasar

sungai.

Pemetaan sengketa penambangan

pasir di desa Jongbiru dapat diketahui

berdasarkan kepentingan pihak-pihak

yang terlibat sengketa. Selanjutnya

mengetahui tahapan sengketa yang

Page 16: Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai Brantas: Studi Kasus … GABRIEL VISHNU... · 2012. 12. 12. · Gabriel Vishnu Anindita Siregar, “Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai

Gabriel Vishnu Anindita Siregar, “Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai Brantas: Studi Kasus Sengketa Aktivitas Penambangan Pasir Mekanik di Desa Jongbiru, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri,” hal. 179-198.

BioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 194

dialami melalui pihak yang terlibat dalam

sengketa, dan penentuan jenis penyele-

saian sengketa. Pihak yang memiliki

kepentingan dalam sengketa yang terjadi

antara lain: penambang pasir mekanik,

warga desa Jongbiru (tiyang pasiran),

warga desa Jongbiru Umum, warga desa

Jabon (upaya penyelamatan jembatan

Mritjan), penambang pasir manual, warga

desa Jongbiru (pemasukan warga dan kas

desa), warga desa Jabon (kontrol sosial),

Pemerintah Daerah, Perum Jasa Tirta I,

Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS)

Brantas.

Pertama, penambang pasir meka-

nik yang berkepentingan mencari ke-

untungan ekonomi yang sebesar-besar-

nya dengan warga desa Jongbiru yang

berkepentingan terhadap pemberdayaan

tenaga dan suasana tenang. Tahapan

sengketa yang dilakukan mencapai ting-

katan konflik. Penyelesaian yang diambil

oleh kedua belah pihak ialah tindakan

mengabaikan.

Kedua, warga desa Jongbiru umum

yang berkepentingan untuk melakukan

perlindungan terhadap wilayah sungai

dan perlindungan terhadap prasarana ja-

lan di daerahnya dengan warga Jongbiru

(tiyang pasiran) yang berkepentingan

menjual tanah bantaran sungai Jongbiru

kepada warga desa lain. Tahapan seng-

keta yang dilakukan mencapai tingkatan

sengketa. Penyelesaian yang diambil oleh

kedua belah pihak ialah tindakan mediasi.

Ketiga, penambang pasir mekanik

yang berkepentingan untuk mencari ke-

untungan ekonomi yang sebesar-besar-

nya dengan warga desa Jabon yang ber-

kepentingan melakukan upaya penyela-

matan jembatan Mritjan. Tahapan seng-

keta yang dilakukan mencapai tingkatan

sengketa. Penyelesaian yang diambil oleh

kedua belah pihak ialah tindakan per-

adilan hukum

Keempat, penambang pasir meka-

nik yang berkepentingan untuk mencari

keuntungan ekonomi yang sebesar-besar-

nya dengan penambang pasir manual

yang berkepentingan untuk penyerapa

tenaga kerja. Tahapan sengketa yang di-

lakukan mencapai tingkatan prakonflik.

Penyelesaian yang diambil oleh kedua

belah pihak ialah tindakan mengabaikan.

Kelima, warga desa Jongbiru me-

lalui aparatur pemerintahan desa yang

berkepentingan memanfaatkan keberada-

an penambang pasir mekanik dan pe-

nambang pasir manual sebagai alat pema-

sukan bagi kas desa dengan warga desa

Jabon. Tahapan sengketa yang dilakukan

mencapai tingkatan prakonflik. Penyele-

saian yang diambil oleh kedua belah

pihak ialah tindakan mengabaikan.

Page 17: Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai Brantas: Studi Kasus … GABRIEL VISHNU... · 2012. 12. 12. · Gabriel Vishnu Anindita Siregar, “Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai

Gabriel Vishnu Anindita Siregar, “Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai Brantas: Studi Kasus Sengketa Aktivitas Penambangan Pasir Mekanik di Desa Jongbiru, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri,” hal. 179-198.

BioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 195

Keenam, penambang pasir meka-

nik yang berkepentingan untuk mencari

keuntungan ekonomi yang sebesar-besar-

nya dengan pemerintah daerah kabupa-

ten Kediri yang berkepentingan untuk

menertibkan dan menindak penambang-

an pasir mekanik melalui ketentuan

peraturan daerah. Tahapan sengketa yang

dilakukan mencapai tingkatan sengketa.

Penyelesaian yang diambil oleh kedua

belah pihak ialah tindakan peradilan

hukum.

Ketujuh, penambang pasir meka-

nik yang berkepentingan untuk mencari

keuntungan ekonomi yang sebesar-besar-

nya dengan Perum Jasa Tirta I yang me-

miliki kepentingan dalam pemanfaatan

air untuk kepentingan umum pada sungai

Brantas. Tahapan sengketa yang dila-

kukan mencapai tingkatan sengketa. Pe-

nyelesaian yang diambil oleh kedua belah

pihak ialah tindakan peradilan hukum.

Penambang pasir mekanik yang

berkepentingan untuk mencari keuntung-

an ekonomi yang sebesar-besarnya de-

ngan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS)

Brantas yang memiliki kepentingan ter-

hadap perlindungan dan perawatan pra-

sarana umum wilayah sungai Brantas.

Tahapan sengketa yang dilakukan men-

capai tingkatan sengketa. Penyelesaian

yang diambil oleh kedua belah pihak ialah

tindakan peradilan hukum.

Penutup

Pekerjaan penambang pasir merupakan

mata pencaharian yang telah membudaya

bagi masyarakat yang bertempat tinggal

di sekitar daerah aliran sungai Brantas

khususnya warga desa Jongbiru.

Perkembangan penambangan pa-

sir di wilayah sungai Brantas diawali

dengan teknik menambang secara tra-

disional, manual, konveyor, dan mekanik.

Penambangan pasir secara mekanik

menggunakan mesin disel yang meng-

akibatkan kerusakan ekologis dan fasi-

litas umum yang terdapat di sekitar wi-

layah sungai. Kerusakan tersebut memun-

culkan pihak-pihak yang bersengketa

sesuai dengan pandangan kepentingan-

nya masing-masing.

Pemetaan bentuk dan penyelesai-

an sengketa menunjukan bahwa terdapat

delapan bentuk hubungan, tahap, dan pe-

nyelesaian sengketa yaitu Penambang pa-

sir mekanik (keuntungan ekonomi yang

sebesar-besarnya) dengan Warga Jong-

biru (pemberdayaan tenaga kerja dan

suasana tenang) tahapan konflik-penye-

lesaian lumping it, Warga Jongbiru Umum

(berkepentingan untuk melakukan per-

lindungan terhadap wilayah sungai dan

Page 18: Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai Brantas: Studi Kasus … GABRIEL VISHNU... · 2012. 12. 12. · Gabriel Vishnu Anindita Siregar, “Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai

Gabriel Vishnu Anindita Siregar, “Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai Brantas: Studi Kasus Sengketa Aktivitas Penambangan Pasir Mekanik di Desa Jongbiru, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri,” hal. 179-198.

BioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 196

prasarana jalan) dengan Warga Jongbiru

(tiyang pasiran menjual tanah bantaran

sungai) tahapan sengketa-penyelesaian

mediation, Penambang pasir mekanik

(keuntungan ekonomi yang sebesar-

besarnya) dengan Warga Jabon (upaya

penyelamatan jembatan Mritjan) tahapan

sengketa-penyelesaian adjudication,

Penambang pasir mekanik (keun-

tungan ekonomi yang sebesar-besarnya)

dengan penambang pasir manual (penye-

rapan tenaga kerja) tahapan prakonflik-

penye-lesaian lumping it, Warga Jongbiru

(aparatur pemerintahan desa) (pemasuk-

an kas desa dari penambang pasir meka-

nik dan manual) dengan Warga Jabon

(kontrol sosial) (Indikasi pemanfaatan

aparatur pemerintahan desa Jongbiru ke-

tidakperdulian aparatur desa Jongbiru

terhadap kondisi jembatan Mritjan) ta-

hapan prakonflik-penyelesaian lumping it.

Penambang pasir mekanik (umum)

(keuntungan ekonomi yang sebesar-

besarnya) dengan Pemerintah Daerah

(Pemkab-Perda) (pemanfaatan sumber

daya alam untuk kepentingan daerah) ta-

hap sengketa-penyelesaian adjudication.

Penambang pasir mekanik (keun-

tungan ekonomi yang sebesar-besarnya)

dengan Perum Jasa Tirta (prasarana)

(pemanfaatan air untuk kepentingan

umum) tahapan sengketa-penyelesaian

adjudication.

Penambang pasir mekanik (keun-

tungan ekonomi yang sebesar-besarnya)

dengan Balai Besar Wilayah Sungai

(BBWS) Brantas (prasarana) (perlindung-

an dan perawatan prasarana umum w-

ilayah sungai Brantas) tahapan sengketa-

penyelesaian adjudication.

Pemerintah diharapkan lebih peduli

terhadap keadaan penambang pasir tra-

disional dan manual di mana pekerjaan

tersebut telah menjadi budaya yang telah

diwariskan secara turun-temurun. Peme-

rintah yang memiliki otoritas, sebagai

langkah dalam proses penerapan per-

aturan perundangan yang diberlakukan

terhadap penambangan pasir di wilayah

sungai Brantas hendaknya melibatkan

warga masyarakat yang bermatapenca-

harian sebagai penambang pasir.

Apabila aparatur pemerintah desa

sebagai kepanjangan tangan dari pe-

merintah daerah tidak mampu menjem-

batani aspirasi warga masyarakat yang

bermata-pencaharian sebagai penambang

pasir, hendaknya menciptakan ruang

sebagai sarana diskusi yang melibatkan

pemerintah pusat, propinsi, daerah,

aparat penegak hukum, badan dan

instansi serta warga masyarakat bantaran

sungai Brantas khususnya di desa

Page 19: Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai Brantas: Studi Kasus … GABRIEL VISHNU... · 2012. 12. 12. · Gabriel Vishnu Anindita Siregar, “Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai

Gabriel Vishnu Anindita Siregar, “Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai Brantas: Studi Kasus Sengketa Aktivitas Penambangan Pasir Mekanik di Desa Jongbiru, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri,” hal. 179-198.

BioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 197

Jongbiru terkait keberadaan penambang-

an pasir mekanik.

Apabila harus diadakan larangan

terhadap keberadaan penambangan pasir

tradisional dan manual, maka pemerintah

harus menyediakan alternatif pekerjaan

lain, pelatihan, dan pendampingan, agar

pekerjaan yang diberikan tersebut dapat

menjadi mata pencaharian pengganti.

Aparatur penegak hukum diharap-

kan lebih tegas dalam menindak penam-

bang pasir mekanik yang berakibat

kerusakan ekologis dan mendesak keber-

adaan penambang pasir tradisional dan

manual namun bukan melalui tindakan

represif melainkan melalui usaha-usaha

dialog yang melibatkan aparatur peme-

rintahan desa/kelurahan, warga masya-

rakat dan penambang pasir terkait.

Pemerintah kabupaten Kediri me-

lalui kordinasi terhadap instansi (Perum

Jasa Tirta I) dan badan (Balai Besar

Wilayah Sungai Brantas) terkait penge-

lolaan sumber daya air dan pemeliharaan

prasarana sungai, hendaknya segera

memperbaiki dan membangun kembali

pra-sarana yang rusak akibat penam-

bangan pasir mekanik. Dalam proses

perbaikan dan pembangunan tersebut di-

upayakan untuk melibatkan warga desa

setempat dalam proses perbaikan dan

pembangunannya, agar tercipta kesadar-

an warga masyarakat.

Daftar Pustaka

Bachtiar, Harsja W. (1997) “Pengamatan sebagai suatu Metode Penelitian,” Metode-metode Penelitian Masyara-kat Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 108-128.

Hadikusuma, H. Hilman (1992) Pengantar Antropologi Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Ihromi, T. O. (2001) “Beberapa Catatan mengenai Metode Kasus Sengketa yang Digunakan dalam Antropologi Hukum,” dalam Antropologi Hukum: Sebuah Bunga Rampai, Jakarta: Ya-yasan Obor Indonesia, 194-213.

Irianto, Sulistyowati (2005) Perempuan Di Antara Berbagai Pilihan Hukum: Studi mengenai Strategi Perempuan Batak Toba untuk Mendapatkan Akses kepada Harta Waris melalui Proses Penyelesaian Sengketa, Jakarta: Ya-yasan Obor Indonesia

Koentjaraningrat (1997) “Metode Wa-wancara,” dalam Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 129-172.

Koentjaraningrat (2002) Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Rineka Cipta.

Liputan6 SCTV. http://www.youtube.com/ watch?v=XkDZdXa5dn8, diakses 20 September tahun 2010 pukul 22.15 WIB).

Moleong, L. J. (1990) Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda-karya.

Setiawan, Budi (1998) “Perubahan Ke-budayaan dalam Proses Pembang-unan Nasional,” Jurnal Masyarakat Kebudayaan dan Politik, XI(1): 5-1.

Page 20: Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai Brantas: Studi Kasus … GABRIEL VISHNU... · 2012. 12. 12. · Gabriel Vishnu Anindita Siregar, “Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai

Gabriel Vishnu Anindita Siregar, “Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai Brantas: Studi Kasus Sengketa Aktivitas Penambangan Pasir Mekanik di Desa Jongbiru, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri,” hal. 179-198.

BioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 198

Spradley, James P. (1997) Metode Etno-grafi, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.