fgd listrik

Upload: pendi-adi-merta

Post on 08-Mar-2016

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

issue listrik

TRANSCRIPT

FGD OPSI KEBIJAKAN SUBSIDI LISTRIK YANG LEBIH TEPAT SASARAN [Klik pada foto untuk memperbesar tampilan foto] [Klik pada foto untuk memperbesar tampilan foto] [Klik pada foto untuk memperbesar tampilan foto]

TRANSFORMASI bekerjasama dengan Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan melakukan kajian yang bertujuan untuk memberikan rekomendasi penyaluran subsidi listrik untuk golongan R-1/450VA dan R-1/900VA yang lebih tepat sasaran berikut analisis berbagai dampak ekonomi dan sosial yang akan timbul. Usulan tersebut dibahas dalam suatuFocus Group Discussionyang bertempat di Hotel Aryaduta Jakarta pada tanggal 25 Agustus 2015 dengan mengundang Direktorat Jenderal Anggaran selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) subsidi listrik dan PT. PLN selaku operator subsidi listrik.Seperti halnya permasalahan subsidi BBM, salah satu tantangan dalam menyusun strategi dan program kebijakan pemberian subsidi listrik adalah persoalan ketepatan sasaran dan keadilan. Selama ini golongan tarif rumah tangga R-1/450VA dan R-1/900VA telah menikmati besaran subsidi yang paling besar dengan Tarif Dasar Listrik (TDL) berturut-turut adalah Rp. 485 per kWh dan Rp 605 per kWh, sementara Biaya Pokok Produksi (BPP) penyediaan listrik PLN sekitar Rp. 1,500 per kWh. Kedua golongan tersebut tidak pernah mengalami penyesuaian TTL sejak tahun 2003 walaupun tarif untuk golongan pelanggan rumah tangga lainnya sudah disesuaikan dengan harga keekonomian.Anggaran subsidi listrik dalam APBN-P 2015 tercatat sebesar Rp. 73.15 Triliun, dimana Rp. 66,15 Triliun merupakan kebutuhan subsidi listrik tahun berjalan, sedangkan sisanya merupakan kurang bayar tahun lalu. Jumlah ini melebihi anggaran untuk subsidi BBM sebesar Rp. 64,67 Triliun. Adapun 85% dari total subsidi listrik tersebut dinikmati oleh golongan R-1/450VA dan R-1/900VA. Persoalan timbul ketika ditemukan banyak rumah tangga kedua golongan ini yang sebenarnya tidak layak menerima subsidi listrik. Harga yang murah juga menyebakan kurangnya kesadaran untuk menghemat listrik. Untuk itu, dalam rangka meningkatkan efisiensi anggaran subsidi listrik, menjaga ketahanan fiskal, dan mendukung konservasi energy; pemerintah perlu membuat kebijakan subsidi listrik yang tepat sasaran sehingga anggaran dapat direlokasi untuk meningkatan kapasitas terpasang pembangkit listrik di Indonesia dan meningkatkan rasio elektrifikasi nasional yang saat ini hanya mencapai 84,35%.Beberapa kesimpulan dan rekomendasi dari FGD tersebut adalah: Penerima subsidi listrik adalah keluarga miskin dan rentan miskin. Saat ini, seluruh pelanggan R1-450 dan R1-900 VA menerima subsidi listrik terlepas apakah mereka mampu atau tidak. Agar lebih tepat sasaran, maka perlu ada evaluasi data pelanggan di kedua golongan tersebut. Pada umumnya, masyarakat lebih cenderung memilih subsidinon-cashdibandingkan subsidi dalam bentuk uang tunai. Masyarakat menyadari potensi penyalahgunaan dari subsidi uang tunai. Lebih lanjut, subsidi tetap (Rp/kWh) dengan tarif listrik mengambang lebih disukai dibandingkan subsidinon cashsebesar nominal rupiah tertentu Penerima subsidi listrik adalah pelanggan R1-450VA dan R1-900VA yang penggunaan listriknya tidak melebihi kWh tertentu. Dalam jangka panjang, subsidi penuh diberikan kepada golongan R1-450VA dan R1-900VA yang konsumsinya masing-masing di bawah 80 kWh dan 60 kWh. Konsumi lebih dari 60 kWh akan sepenuhnya dikenakan tarif non subsidi. Dalam jangka menengah, diusulkan agar diberlakukan pola subsidi dengan dua blok tarif, dimana tarif subsidi diberlakukan sampai batas konsumsi 80 kWh untuk 450VA dan 60 kWh untuk 900VA. Di atas batas tersebut akan diberlakukan tarif keekonomian (tarif progresif). Dalam jangka pendek, untuk meringankan beban masyarakat dan meminimalisir konflik, dapat diberlakukan tiga blok tarif. Kemudian secara bertahap, tarif blok kedua dinaikkan menuju harga keekonomian sehingga nantinya hanya ada dua blok tarif. Adapun usulan tiga blok tersebut adalah untuk R1-450VA (100 kWh) dan R1-900VA (100 kWh). Perlu ada data keluarga miskin dan rentan miskin yang akurat dan tepat. Data tersebut dapat mengacu pada data penerima Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), data TNP2K(by name, by address)dikombinasikan dengan data pelanggan PLN. Perlu adanya perbaikan struktur tarif listrik untuk golongan R1-450VA dan R1-900VA.Tarif listrik setidaknya harus menutupi biaya bahan bakar untuk menghasilkan listrik. Mengingat subsidi listrik adalah isu politis, maka perlu ada strategi khusus untuk menyampaikan usulan perubahan tarif kepada DPR. PLN mengusulkan agar semua tarif listrik yang diberlakukan adalah tarif keekonomian. Subsidi sebaiknya bukan subsidi tarif namun dalam bentuk lain. PLN juga mengharapkan agar subsdi listrik kedepannya tidak melalui PLN namun melalui suatu lembaga lain yang ditunjuk.Diseminasi hasil kajian ini direncanakan untuk dilakukan di Bandung pada pertengahan bulan September 2015 dengan mengundang akademisi, pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan terkait lainnya. Lebih lanjut, rekomendasi dari kajian ini akan menjadi dasar pertimbangan Pemerintah dalam pembahasan R-APBN 2016 dengan DPR yang akan dilaksanakan pada akhir bulan September 2016