kb fgd-1-r25

122
Kawi Boedisetio [email protected] Diskusi Kelompok Fokus Strategi Pengembangan Daya Saing Ekonomi Daerah Melalui Penguatan Klaster Industri

Category:

Education


2 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Diskusi Kelompok Fokus

Strategi Pengembangan Daya Saing Ekonomi Daerah

Melalui Penguatan Klaster Industri

Page 2: KB FGD-1-r25

Wieke Irawati Kodri

[email protected]

Kawi Boedisetio

[email protected]

Peta Kabupaten / Kota

Page 3: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Kapasitas

inovatif dan

standar hidup

Topik

Lokasi

Klaster

Industri

Referensi

kebijakan

Lingkungan

Usaha

Isu penting

pembangunan

ekonomi

Pergeseran

Daya Saing

Tahapan

ekonomi

Ilustrasi

perkuatan KI

Inisiasi

peningkatan

daya saing Rambu

kebijakan

kontemporer

regionalRantai nilai

perbandingan

Page 4: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Tahapan perkembangan ekonomi

Factor-Driven

Economy

Investment-

Driven Economy

Innovation-

Driven Economy

• Kondisi Faktor Dasar (upah

murah, SDA, lokasi geografis)

adalah sumber utama

competitive advantage

• Teknologi didapat dari import,

FDI, dan meniru

• Perusahaan bersaing pada

harga murah dan kurang

berhubungan dengan konsumen

• Peran perusahaan pada rantai

nilai sangat terbatas, fokus pada

perakitan, pengolahan padat

karya, dan penambangan

sumberdaya

• Sensitif terhadap siklus ekonomi

dunia, harga komoditas, dan

nilai tukar

• Sumber daya saing utama

adalah membuat produk dan

layanan standard dan efisien.

• Teknologi diakses melalui

licensing, joint ventures, FDI,

dan meniru

• Tidak hanya meniru teknologi

asing, tapi memiliki kapasitas

untuk mengembangkannya.

• Iklim usaha mendukung

investasi pada infrastruktur yang

efisien dan proses produksi

modern

• Perusahaan melayani pelanggan

OEM dan memperluas

kapabilitasnya pada rantai nilai.

• Konsentrasi pada manufaktur

dan mengekspor jasa yang

diambil dari luar perusahaan

• Produk dan jasa yang inovatif

secara global merupakan

sumber utama competitive

advantage

• Iklim usaha kuat di semua area

bersamaan dengan hadirnya

struktur klaster yang dalam.

• Perusahaan bersaing dengan

strategi yang unik dan

cakupannya global

• Kondisi ekonomi berada dalam

situasi yang saling berbagi dan

tahan terhadap goncangan dari

luar

Page 5: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Pergeseran agenda kebijakan ekonomi

• Integrasi Ekonomi

dengan Sosial• Ekonomi

• Lintas Nasional

• Regional/Lokal

• Reformasi Mikro

• Inovasi

• Klaster

• Nasional

• Reformasi Makro

• Produktivitas

• Economi secara

luas

Page 6: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Kapasitas inovatif dan standar hidup

Kemakmuran

Daya Saing

(Produktivitas)

Kapasitas Inovatif

Produktivitas

merupakan indikator

paling masuk akal

untuk mengukur

daya saing

• Sumber paling penting dari kemakmuran adalah “diciptakan”, bukan dari “warisan”

• Produktivitas suatu daerah tidak bergantung dari pada industri “apa” dia bersaing,

melainkan “bagaimana” dia bersaing.

• Kemakmuran suatu daerah bergantung pada produktivitas seluruh industri-nya.

• Inovasi merupakan faktor penting bagi peningkatan produktivitas jangka panjang.

Page 7: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Lokasi dan Persaingan

Lokasi dan Produktivitas

Lokasi dan Strategi

Paradoks

Page 8: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Lokasi dan persaingan

• Sebagian dari competitive advantage berada di luar perusahaan

• Faktor input tradisional yang merupakan comparative advantages menurun

perannya pada persaingan internasional

• Kondisi lingkungan usaha berpotensi untuk meningkatkan produktivitas dan inovasi

di lokasi.

• Klaster menunjukkan bentuk organisasi yang efisien, dibandingkan dengan global

outsourcing dan integrasi vertikal

• “Keuntungan lokasi" klaster sulit diakses tanpa kehadiran perusahaan secara

penuh di lokasi

• Perkembangan klaster tidak terjadi secara otomatis, walaupun seringkali muncul

secara spontan dan seringkali dipengaruhi oleh peluang

• Klaster menunjukkan adanya cara baru bagi perusahaan dan pemerintah dalam

memandang kondisi ekonomi

• Muncul peran baru bagi perusahaan dalam meningkatkan keuntungan lokasi,

termasuk kegiatan kolektif sektor swasta

• Klaster memunculkan prioritas baru bagi pemerintah yang didukung oleh sektor

swasta.

Page 9: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Lokasi dan persaingan

Page 10: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Lokasi dan produktivitas

• Lokasi bersaing dengan menawarkan lingkungan yang paling produktif bagi

dunia usaha.

• Sektor pemerintah dan swasta memainkan peran yang berbeda namun saling

berkaitan pada penciptaan ekonomi yang produktif

• Lokasi mempengaruhi persaingan dan competitive advantage karena mempengaruhi

produktivitas perusahaan dalam menggunakan sumberdaya manusia, modal dan alam.

- Produktivitas bergantung pada value produk dan jasa (mis. keunikan, kualitas) dan

efisiensi

- Lokasi tidak hanya mempengaruhi produktivitas tetapi juga kapasitas untuk ber-inovasi

- Produktivitas di lokasi merupakan pertanda bahwa perusahaan domestik dan asing

memilih untuk melakukan usaha di sana. Lokasi kepemilikan merupakan masalah

sekunder dalam kemakmuran bangsa.

- Produktivitas industri domestik “lokal” merupakan hal penting dalam daya saing

internasional.

Page 11: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Lokasi dan Strategi Daya Saing

Keunggulan jangka

panjang

Struktur industri yang

atraktifKeunggulan kompetitif

Posisi persaingan

yang unikEfektifitas operasional

Lokasi

Page 12: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Paradoks

• Sumberdaya, modal, teknologi dan input lainnya mudah diperoleh di pasar global.

• Perusahaan dapat mengakses input tak bergerak melalui jaringan perusahaan. Tak perlu lagi berada dekat dengan pasar untuk melayaninya.

• Pemerintah kehilangan pengaruhnya atas persaingan pada kekuatan global.

• Fakta menunjukkan bahwa ekonomi yang kompetitif terdapat pada kondisi lokasi yang unik.

Sementara . . . Di lain pihak . . .

Lokasi sepertinya sudah tidak penting lagi

Ternyata lokasi masih berperan penting, walaupun dengan alasan yang berbeda

Page 13: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Daya Saing

Derajat Persaingan

Strategi Bersaing Perusahaan

Komponen inovasi perusahaan

Page 14: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Daya Saing

Tidak ada daerah yang berdaya saing

jika hanya membuat produk „biasa‟

dengan kualitas „biasa‟

Lokalitas (faktor lokal) merupakan

elemen penting dari daya saing

Page 15: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Derajat Persaingan

Ancaman barang

dan jasa substitusi

Ancaman pemain

baru

Kekuatan tawar

dari pemasok

Kekuatan tawar

dari pembeliPersaingan antar

perusahaan

Page 16: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Derajat Persaingan

Ancaman barang dan

jasa substitusi

Ancaman pemain baru

Kekuatan tawar

dari pemasok

Kekuatan tawar

dari pembeliPersaingan antar

perusahaan

• Diferensiasi input

• Switching costs pemasok dan perusahaan

dalam industri

• Kehadiran input pengganti

• Konsentrasi pemasok

• Pentingnya volume bagi pemasok

• Biaya relatif thd total pembelian dalam industri

• Dampak input thd biaya dan diferensiasi

• Ancaman integrasi ke depan relatif thd integrasi

ke belakang oleh perusahaan dalam industri

Determinants of Supplier Power

Page 17: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Derajat Persaingan

Kekuatan tawar

dari pemasok

Ancaman pemain

baru

• Skala ekonomi

• Kepemilikan diferensiasi produk

• Identitas merek

• Biaya perubahan (Switching costs)

• Kebutuhan modal

• Akses kepada distribusi

• Keunggulan biaya absolut

• Kurva belajar dari pemilik

• Akses kepada input yang dibutuhkan

• Kepemilikan desain produk biaya rendah

• Kebijakan pemerintah

• Pembalasan yang diharapkan

Entry Barriers/Mobility Barriers

Ancaman barang dan

jasa substitusi

Kekuatan tawar

dari pembeliPersaingan antar

perusahaan

Page 18: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Derajat Persaingan

Kekuatan tawar

dari pembeli

• Konsentrasi pembeli vs.

konsentrasi perusahaan

• Volume pembeli

• Switching costs pembeli

relatif terhadap switching

costs perusahaan

• Informasi pembeli

• Kemampuan untuk

melakukan integrasi ke

belakang

• Produk substitusi

• Pull-through

• Harga/total

pembelian

• Diferensiasi produk

• Identitas merek

• Dampak thd

kualitas/ keragaan

• Keuntungan dari

pembeli

• Insentif pengambil

keputusan

Bargaining Leverage Price Sensitivity

Ancaman barang dan

jasa substitusi

Ancaman pemain baru

Kekuatan tawar

dari pemasok

Persaingan antar

perusahaan

Page 19: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Derajat Persaingan

Ancaman barang

dan jasa substitusi

Penentu ancaman substitusi

• harga relatif dari substitusi

• Biaya perubahan (Switching costs)

• Kecondongan pembeli kepada substitusi

Kekuatan tawar

dari pembeli

Ancaman pemain baru

Kekuatan tawar

dari pemasok

Persaingan antar

perusahaan

Page 20: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Derajat Persaingan

Persaingan antar

perusahaan

• Konsentrasi dan

perimbangan

• Pertumbuhan industri

• Biaya tetap (atau biaya

penyimpanan)/nilai tambah

• Overcapacity sewaktu-

waktu

• Diferensiasi produk

• Identitas merek

• Biaya perubahan

• Informational complexity

• Keragaman pesaing

• Corporate stakes

• Exit barriers

Rivalry Determinants

Ancaman barang dan

jasa substitusi

Kekuatan tawar

dari pembeli

Ancaman pemain baru

Kekuatan tawar

dari pemasok

Page 21: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Strategi Bersaing Perusahaan

1. Cost leadership 2. Differentiation

3b. Differentiation

focus3a. Cost focus

Lower cost Differentiation

Broad

Target

Narrow

Target

Competitive AdvantageC

om

pe

titi

ve

Sc

op

e

FOCUS

Page 22: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Strategi Bersaing Perusahaan

• Keunggulan biaya berasal dari berbagai sumber:

skala ekonomi, pemilik teknologi, akses terhadap

bahan baku

• Perusahaan harus mencari dan memanfaatkan

sumber keunggulan biaya

• Jika berhasil maka perusahaan dapat menjadi

pemimpin harga.

1. Cost leadership

• Keunggulan biaya berasal dari berbagai sumber:

skala ekonomi, pemilik teknologi, akses terhadap

bahan baku

• Perusahaan memilih satu atau lebih atribut yang

dianggap penting oleh pembeli sehingga

menempatkannya menjadi unik.

• Imbalan keunikan tersebut adalah harga premium

2. Differentiation

• Memilih lingkup kompetisi yang sempit dalam industri

• Pelaku memilih suatu segmen dan menyesuaikan

strateginya untuk melayani segmen tersebut secara

eksklusif.

3. Focus

• Perusahaan mencari keunggulan dalam

biaya dalam sasaran segmen-nya.

• Mengeksploitasi perbedaan dalam

perilaku biaya dalam beberapa segmen.

3a. Cost focus

• Perusahaan mencari diferensiasi dalam

segmen-nya.

• Mengeksploitasi kebutuhan khusus dari

pembeli dalam segmen tertentu.

3b. Differentiation focus

Page 23: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Komponen Inovasi Perusahaan

Kebijakan,

aturan

Pembiaya-

an/ modal

berisiko

Litbang

Pengetahu-

an iptek, alih

teknologi

Ketrampilan,

SDM

Inkubasi,

mentoring

Perusaha-

an inovatif

Page 24: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Lingkungan Usaha

Unggul

Model 9 faktor

Double Diamond

Page 25: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Lingkungan Usaha Penentu Daya Saing

Strategi prsh &

persaingan

Industri pendukung

& terkait

Kondisi Faktor (Input)

Konteks Tingkat

permintaan lokal

Ketersediaan dan kualitas

pemasok lokal dan industri terkait

Adanya klaster industri yang kuat

Strategi yg diambil

perusahaan

Keadaan persaingan lokal

Kondisi Permintaan

Sumberdaya alam (fisik)

Sumberdaya manusia

Sumberdaya modal

Infrastruktur fisik

Infrastruktur administratif

Infrastruktur informasi

Infrastruktur iptek

pemerintah

peluang

Page 26: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Unggul

Produk unggul

Perusahaan unggul

Klaster industri unggul

Daerah unggul

Dalam berbagai

tingkatan - mikro, meso

dan makro - unggul

memiliki pengertian

yang berbeda,namun

saling berkaitan

Page 27: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Daerah Unggul

Produk unggul

Perusahaan unggul

Klaster industri unggul

Daerah unggul

Perusahaan yang mampu mengatasi perubahan dan persaingan pasar dalam memperbesar atau mempertahankan keuntungan, pangsa pasar dan skala usahanya

Sehimpunan perusahaan yang saling terkait dalam hal khusus yang menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi daripada himpunan perusahaan yang lain.

Daerah yang mampu memberikan iklim paling produktif bagi dunia usaha

Produk berupa barang atau jasa yang mampu selalu menjadi pilihan konsumen untuk membeli.

Page 28: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Model 9 faktor

Lingkungan bisnis

Industri pendukung

& terkait

Anugerah Sumber-

daya

Permintaan domestik

Daya saing inter-

nasional

Politisi dan birokrat

pekerja

Manajer dan insinyur

profesional

Para wirausahaw

an

Peristiwa peluang * Dong-Sung Cho, 2000

Page 29: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Perbandingan

1. Anugerah sumberdaya

alam

2. Lingkungan bisnis

3. Industri terkait dan

pendukung

4. Permintaan domestik

5. Pekerja

6. Politisi dan birokrat

7. Wirausahawan

8. Manajer dan insinyur

profesional

9. Peluang, peristiwa

Faktor fisik

Faktor manusia

Faktor internal

Faktor eksternal

1. Kondisi faktor

2. Strategi perusahaan,

struktur dan persaingan

3. Industri terkait dan

pendukung

4. Kondisi permintaan

5. Pemerintah

6. Peluang

Model Diamond Model Sembilan Faktor

Page 30: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

The North American “Double Diamond”

(Rugman & D’Cruz, 1993)

Supporting

Infrastructure

Supporting

Industries and

Institutions

Canadian

Customers

U.S. Customers

Canadian-based

Resources

U.S.-based

Resources

Canadian

government

U.S. government

Exports outside North

America

Exports outside North

America

North American

Business

Page 31: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Klaster Industri

Mengapa Klaster Industri

Ilustrasi klaster agro

Ilustrasi klaster wisata

Ilustrasi klaster Tek. Produksi

Ilustrasi klaster kerajinan

Diagram pelaku klaster

Ilustrasi klaster pangan

Page 32: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Klaster Industri

• Perusahaan jasa

• Pemasok input khusus, komponen, mesin, pembiayaan, dan jasa

• Perusahaan terkait dan industri hilir (i.e., kanal atau pelanggan)

• Produsen produk komplementer

• Penyedia infrastruktur khusus

• Pemerintah dan lembaga lain yang menyediakan pelatihan khusus, pendidikan,

informasi, riset dan dukungan teknik (mis. universitas, think tanks, penyedia

latihan ketrampilan)

• Lembaga pemerintah untuk penetapan standar

• Asosiasi dagang dan lembaga swasta kolektif lainnya

Klaster adalah sekumpulan perusahaan dan lembaga yang berdekatan

secara geografis, saling terhubung pada bidang khusus, terkait karena

kesamaannya dan komplementaritasnya.

Page 33: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Mengapa Klaster Industri?

Meningkatkan

produktivitas

dan efisiensi

Merangsang

munculnya

inovasi

Memfasilitasi

terjadinya

komersialisasi

Page 34: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Produktivitas dan Efisiensi

KI meningkatkan produktivitas dan

efisiensi

Akses yang efisien terhadap input khusus,

pekerja, informasi, lembaga-lembaga dan

“public goods” seperti program pelatihan

dan lembaga pelatihan.

Mudah berkoordinasi antar perusahaan

Difusi yang cepat dari “best practices”

Perbandingan kinerja dengan pesaing

Page 35: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Inovasi

KI merangsang munculnya inovasi

Lebih dapat merasakan peluang inovasi.

Hadirnya berbagai pemasok dan lembaga

yang dapat membantu terciptanya

pengetahuan.

Kemudahan dalam bereksperimen dari

tersedianya sumberdaya lokal.

Page 36: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Komersialisasi

KI memfasilitasi terjadinya

komersialisasi

Peluang bagi perusahaan baru dan bisnis

baru lebih nampak.

Hambatan untuk masuk (barrier to entry)

ke dalam industri terkait lebih rendah

karena tersedianya ketrampilan, pasokan

dll.

Page 37: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Diagram pelaku klaster industri

Industri inti

Pemasok

Pembeli

Industri pendukung

Industri terkait

Lembaga pendukung

Page 38: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Ilustrasi klaster komoditas agro

Petani

Pengolahan hasil

pertanian

Benih, bibit

Pupuk, Pestisida,

Herbisida

Peralatan panenTeknologi Irigasi

& iklim

Peralatan

pengolahan

Label

KemasanPublic Relations

dan Periklanan

Penerbitan

Khusus

Klaster Pangan Klaster Pariwisata

Pendidikan RisetFasilitas

Perdagangan

Badan

Pemerintah

Distributor,

agen, grosir

Restoran

Ritel

konsumen

Transportasi

Organisasi

petani

Organisasi

pengolah

Organisasi

pedagang

Pengumpul,

eksportir

Konsultan

bisnis

Industri hilir

berbasis agro

Lembaga

pembiayaan

Lembaga

kolaboratif

Page 39: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Ilustrasi klaster kerajinan

Perajin

Galleries, outlet

Budidaya pertanian

peternakan

Peralatan

produksiInfrastruktur fisik

Peralatan

pengolahan

Label

KemasanPublic Relations

dan Periklanan

Penerbitan

Khusus

Klaster Pangan Klaster Pariwisata

Pendidikan RisetFasilitas

Perdagangan

Badan

Pemerintah

Distributor,

agen, grosir

Industri sandang

Ritel

konsumen

Transportasi

Organisasi

masyarakat

Organisasi

perajin

Organisasi

pedagang

Pengumpul,

eksportir

Konsultan

bisnis

Industri

perumahan

Klaster Agro

Eksplorasi SDA

(bahan baku)

Industri perabot

RT

Importir bahan

baku/pembantu

Lembaga

pembiayaan

Lembaga

kolaboratif

Page 40: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Ilustrasi klaster wisata

Transportasi

Akomodasi

Telekomunikasi

Public Relations

dan Periklanan

Penerbitan

Khusus

Klaster Pangan Klaster Pertanian

KeamananLembaga

Pembiayaan

Pemerintah

Pusat

keluarga

individu

Klp wisata

Klp studi

Universitas. Sekolah,

Pelatihan

Pemerintah

Provinsi

Pemerintah

Daerah

Klaster teknologi

produksi

Organisasi

komunitas

Jalan raya Bandar Udara

Peristirahatan, pantai

Prmainan, Rkreasi, alm bbas

Eceran, restauran, pasar

Desa Wisata

Tempat bersejarah

Keg Olahraga, keg. masyarakat

Kongres bisnis

Daya Tarik Wisata

Regu olahraga pasien

delegasi

politisi

pengusaha

Pengunjung

Operator

wisata

Agen

perjalanan

Pemandu

wisata

konstruksi

Layanan

kesehatan

asuransi

Makanan &

minuman

pemasok

Industri terkait

Pembiayaan

Cinderamata

Asosiasi industri

Kesehatan, pendidikan

Lembaga

kolaboratif

Page 41: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Ilustrasi klaster pangan

Daging & ikan olahanikan

Ternak ruminansia

Peralatan panenTeknologi Irigasi

& iklim

Peralatan

pengolahan

Label

KemasanPublic Relations

dan Periklanan

Penerbitan

Khusus

Klaster Agro Klaster Pariwisata

Pendidikan RisetFasilitas

Perdagangan

Badan

Pemerintah

Distributor,

agen, grosir

Restoran

Gerai / ritel

konsumen

Transportasi

Organisasi

petani

Organisasi

pengolah

Organisasi

pedagang

Pengumpul,

eksportir

Konsultan

bisnis

Lembaga

pembiayaan

Lembaga

kolaboratif

Minuman botolTernak unggas

Biji2-an, umbi2-an

Buah2-an

Makanan kering

Roti & kue basah

Makanan segar Pasar Modern

Page 42: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Ilustrasi klaster teknologi produksi

Metal Work

Machine Tools

Process Equipment

Production Machinery

Process Equipment

Subsystems

Process Equipment

Components

Other Machinery

Transportation Equipment

Parts

Material Handling

Specialized ServicesBanking, Accounting, Legal,

Environmental

Specialized Risk CapitalBank, Lenders

Cluster OrganizationsAdv Mfg Network

Training Institutions

Research

Metal Processing

Specialized Inputs

Casting and Forging and

Other Products

Vehicles and Heavy

Stamping

Related Machinery

Consumer Equipment

Construction Machinery

Related Equipment

(Blast Furnace and Steel

Mills)

Page 43: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Ilustrasi kebijakan pemerintah

dan dukungan pihak swasta

Kebijakan Pemerintah

Dukungan Pihak Swasta

Penentu Produktivitas

Peningkatan landasan

ekonomi mikro

Peran baru asosiasi industri

Page 44: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Ilustrasi kebijakan pemerintah dalam

perkuatan Klaster Industri

Konteks strategi

perusahaan & persaingan

Industri pendukung &

terkait

Kondisi Faktor (input)

Kondisi permintaan

Page 45: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Konteks strategi

perusahaan & persaingan

Industri pendukung &

terkait

Kondisi Faktor (input)

Kondisi permintaan

Page 46: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Ilustrasi kebijakan pemerintah

(faktor input)

Menciptakan program pendidikan dan pelatihan khusus

(spesialis)

Melakukan riset pada universitas lokal tentang teknologi

yang berhubungan dengan klaster

Mendukung pengumpulan dan kompilasi data tentang

klaster spesifik.

Meningkatkan tranportasi, komunikasi khusus dan

infrastruktur lain yang dibutuhkan oleh klaster

back

Page 47: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Ilustrasi kebijakan pemerintah

(kondisi persaingan dan strategi perusahaan)

Mengurangi hambatan untuk bersaing di tingkat lokal

Menarik investasi asing dengan berfokus pada topik-

topik sekitar klaster

Fokus pada peningkatan ekspor di sekitar klaster

Mengorganisasikan instansi pemerintah yang relevan di

sekitar klaster

back

Page 48: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Ilustrasi kebijakan pemerintah

(kondisi permintaan)

Menciptakan standar kebijakan yang dapat mendukung

klaster

Mengurangi ketidakpastian kebijakan

Merangsang „early adoption‟

Mendorong inovasi produk dan proses

Mensponsori layanan pengujian, sertifikasi produk, rating

yang independen

Berlaku sebagai pembeli yang penuntut untuk barang

dan jasa dari klaster

back

Page 49: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Ilustrasi kebijakan pemerintah

(industri pendukung dan terkait)

Mensponsori forum untuk mengumpulkan semua

partisipan klaster

Berupaya untuk menarik pemasok dan penyedia jasa

dari daerah lain

Membangun free trade zone, industrial park, supplier

park yang berorientasi klaster

back

Page 50: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Ilustrasi dukungan pihak swasta

dalam perkuatan Klaster Industri

Context for Firm Strategy and Rivalry

Related and Supporting Industries

Factor(Input)

Conditions

Demand Conditions

Page 51: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Ilustrasi dukungan swasta

(faktor input)

Secara bersama-sama mengembangkan kurikulum pendidikan

ketrampilan, pendidikan teknik pada perguruan tinggi

Mensponsori pusat penelitian khusus di universitas

Mengumpulkan informasi klaster melalui asosiasi perdagangan

Menjaga hubungan dengan penyedia infrastruktur untuk

kepentingan kebutuhan klaster yang khusus (mis.:komunikasi data,

logistik)

Mengadakan kursus bagi para manager tentang isu-isu kebijakan,

kualitas dan manajemen

back

Page 52: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Ilustrasi dukungan swasta

(kondisi persaingan dan strategi perusahaan)

Melakukan pemasaran bersama melalui pameran

dagang dan delegasi dagang

Bekerjasama dengan upaya pemerintah dalam

peningkatan ekspor

Membuat direktori partisipan klaster

back

Page 53: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Ilustrasi dukungan swasta

(kondisi permintaan)

Bekerjasama dengan pemerintah dalam merampingkan

dan memodifikasi kebijakan untuk mendorong inovasi

Mendirikan organisasi pengujian dan standar lokal

back

Page 54: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Ilustrasi dukungan swasta

(industri pendukung dan terkait)

Mendirikan asosiasi perdagangan berbasis klaster

Mendorong tersedianya pemasok lokal dan menarik

investasi bagi pemasok dari manapun melalui upaya

kolektif dan individual.

back

Page 55: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

• Melakukan lobby kepada pemerintah

• Perdagangan dan regulasi

• Menyelenggarakan pertemuan untuk berjaringan

Peran baru asosiasi industri

Peran Tradisional• Berunding dengan pemerintah

- Perdagangan dan regulasi

• Menghimpun informasi dan menyebarluaskannya

- Mis. Melakukan benchmarking secara reguler

• Pemasaran bersama

- Mis. Pameran dagang, misi dagang

• Pelatihan

- Pelatihan untuk manajer

- Kolaborasi dengan lembaga pendidikan di luar

daerah

- Menjadi sponsor untuk beasiswa kelompok

tertentu

• Riset

- Bermitra dengan perguruan tinggi

- Standardisasi dan pengujian

- Lembaga riset terspesialisasi

• Pengadaan (belanja)

- Program pembelian bersama

• Lingkungan Hidup

- Proyek percontohan

- Sponsor kegiatan riset

Peran Baru

Cluster activation and enabling

Page 56: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Penentu produktivitas dan pertumbuhan produktivitas

Ekonomi makro, Politik, dan konteks legal untuk Pembangunan

Landasan Ekonomi Mikro untuk Pembangunan

Kecanggihan operasi

perusahaan dan

strategi

Kualitas lingkungan

bisnis ekonomi mikro

• Kebijakan ekonomi makro yang sehat dan politik / konteks legal yang

stabil memang diperlukan untuk menjamin kemakmuran ekonomi, tapi

tidak cukup

• Daya saing sangat bergantung pada perbaikan landasan persaingan

ekonomi mikro

Page 57: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Peningkatan landasan ekonomi mikro

Context for Firm Strategy and Rivalry

Related and Supporting Industries

Factor (Input)

Conditions

Demand Conditions

Input lokal

sedikit

Input lokal yg

berlapis-lapis

Biaya input Kualitas input

Input umum Input khusus

Page 58: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Peningkatan landasan ekonomi mikro

Context for Firm

Strategy and Rivalry

Related and Supporting Industries

Factor (Input)

Conditions

Demand Conditions

Keuntungan dari biaya

input

Keuntungan dari biaya

total dan diferensiasi

Investasi rendah Investasi tinggi

Meniru Inovasi

Bersaing dengan impor Bersaing dengan lokal

Page 59: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Peningkatan landasan ekonomi mikro

Context for Firm Strategy and Rivalry

Related and Supporting Industries

Factor (Input)

Conditions

Demand Conditions

Permintaan lokal

yang “sederhana”

Keseimbangan pada

permintaan dalam negeri

Pasokan komoditas

ke pasar luar negeri

Pasar lokal yang canggih

dan tersegmentasi

Ekspor tradisional

ke negara maju

Ekspor non-tradisional ke

negara tetangga

Page 60: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Peningkatan landasan ekonomi mikro

Context for Firm Strategy and Rivalry

Related and Supporting Industries

Factor (Input)

Conditions

Demand Conditions

Aliansi dengan

perusahaan asing

Kolaborasi dengan

perusahaan lokal

Material, komponen,

mesin, jasa imporPemasok berbasis lokal

Perusahaan dan

industri yg terisolasiklaster

Page 61: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Isu penting dalam agenda pengembangan daya

saing ekonomi daerah

Pelaku Usaha

Skala Kecil

• Usaha Kecil tidak terisolasi dari lingkungan bisnis

• Pemihakan kepada Usaha kecil adalah memberikan prioritas

untuk mengantarkannya menjadi lebih berdaya saing

Regionalisasi

• Daerah tidak dapat dilepaskan keterkaitannya dengan daerah

di sekelilingnya

• Kolaborasi lintas daerah merupakan pendukung daya saing

nasional

Pijakan Klaster

Industri

• Keberadaan lapisan pemasok, industri pendukung dan terkait

merupakan landasan formasi klaster industri

• Perkuatan hubungan bisnis (linkage) merupakan agenda

prioritas

Instrumen

Kebijakan

• Agenda kolaborasi, strategi dan prioritas pengembangan perlu

dituangkan dalam instrumen kebijakan yang mendukung

Lembaga

Kolaborasi

• Diperlukan kelembagaan yang dapat mengawal agenda

peningkatan daya saing.

• Jika lembaga yang sudah ada tidak mencukupi, dibutuhkan

dibentuknya lembaga baru

Page 62: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Koordinasi Ekonomi Regional

Kondisi

faktor

(input)

Strategi dan

persaingan

Kondisi

Permintaan

Industri

pendukung

dan terkait

Tata peme-

rintahan

regional

• Meningkatkan

infrastruktur

transportasi regional

• Menciptakan jaringan

energi yg efisien

• Meningkatkan

hubungan komunikasi

regional

• Meningkatkan pasar

finansial

• Meningkatkan pendi-

dikan tinggi dgn mem-

fasilitasi spesialisasi

dan pertukaran mhs

• Memperluas bisnis

lintas batas serta

akses dan berbagi ttg

info finansial.

• Koordinasi untuk

menjamin keamanan

pribadi

• Koordinasi kebijakn

ekonomi makro

• Mengurangi ham-

batan perdagangan

dan investasi dalam

wilayah regional

• Bersepakat ttg pan-

duan promosi inves-

tasi asing utk mem-

batasi bentuk inves-

tasi yg tdk mening-

katkan produktivitas

• Menyederhanakan

regulasi dan adm

lintas wilayah

• Menjamin perlin-

dungan dasar mini-

mum bagi investor

• Mengkoordinasikan

kebijakan

persaingan

• Menetapkan

standar lingkungan

minimum

• Menetapkan

standar keaman

minimum

• Menciptakan

prosedur bersama

tentang pembelian

pemerintah

• Membangun aturan

perlindungan

konsumen secara

timbal balik

• Membangun

peningkatan proses

di dalam klaster

yang bersifat lintas

batas

- pariwisata

- Agribusiness

- Textile dan

apparel

- Teknologi

informasi

• Berbagi praktik

terbaik operasi

pemerintahan

• Memperbaiki

lembaga regional

- Regional

Development

Bank

- Dispute

mekanisme

pemecahan

masalah

- Kebijakan

badan

koordinasi

• Mengembangkan

suatu strategi

pemasaran regional

Page 63: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

PROPENAS (UU no 25 th 2000)

Kebijakan Pembangunan Indag th 2001

RTJM-UKM 2002

Peraturan presiden no 7 tahun 2005

Kebijakan Pembangunan Industri Nasional 2005

UU no 32 th 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Page 64: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

PROPENAS (UU no 25 th 2000)

BAB IV PEMBANGUNAN EKONOMI...........................................................….......... IV – 1

A. UMUM....................................................................................................................... IV - 1

B. ARAH KEBIJAKAN ................................................................................................ IV - 4

C. PROGRAM-PROGRAM PEMBANGUNAN .......................................................... IV – 8

1. Menanggulangi Kemiskinan dan Memenuhi Kebutuhan Pokok Masyarakat . IV – 12

2. Mengembangkan Usaha Skala Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi ......... IV –

28

3. Menciptakan Stabilitas Ekonomi dan Keuangan ............................................. IV - 32

4. Memacu Peningkatan Daya Saing ................................................................ IV - 45

5. Meningkatkan Investasi ................................................................................... IV - 58

6. Menyediakan Sarana dan Prasarana Penunjang Pembangunan Ekonomi ....... IV - 63

7. Memanfaatkan Kekayaan Sumber Daya Alam Secara Berkelanjutan ............ IV – 73

D. KERANGKA EKONOMI MAKRO ....................................................................... IV – 80

1. Arah Kebijakan Ekonomi Makro .................................................................... IV – 80

2. Gambaran Umum Perekonomian .................................................................... IV - 84

3. Struktur Ekonomi ............................................................................................ IV - 89

4. Neraca Pembayaran ......................................................................................... IV - 91

5. Keuangan Negara ............................................................................................ IV - 96

6. Moneter ........................................................................................................... IV - 99

E. MATRIKS KEBIJAKAN PROGRAM PEMBANGUNAN EKONOMI................ IV - 101

Page 65: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

PROPENAS (UU no 25 th 2000)

4 Memacu Peningkatan Daya Saing

4.1 Pengembangan Ekspor

4.1.1 Program Pengembangan Ekspor

4.2 Pengembangan Industri Berkeunggulan Kompetitif

4.2.1 Program Penataan dan Penguatan Basis Produksi dan Distribusi

4.2.2 Program Penguatan Pranata Iklim Kompetitif dan Non-diskriminatif

4.3 Penguatan Institusi Pasar

4.3.1 Program Penguatan Institusi Pasar

4.4 Pengembangan Pariwisata

4.5 Peningkatan Kemampuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek)

4.5.1 Program Peningkatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) Dunia

Usaha

4.5.2 Program Diseminasi Informasi Teknologi

Page 66: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

PROPENAS (UU no 25 th 2000)

4.2 Pengembangan Industri Berkeunggulan Kompetitif

………

Dalam rangka mengkonsolidasikan pembangunan sektor-sektor primer,

sekunder, dan tersier, termasuk keseimbangan persebaran pembangunannya

ditempuh pendekatan klaster industri. Melalui pendekatan ini diharapkan

pola keterkaitan antar kegiatan baik di dalam sektor industri sendiri

(keterkaitan horisontal) maupun antara sektor industri dengan seluruh

jaringan produksi dan distribusi terkait (keterkaitan vertikal) akan dapat

secara responsif menjawab tantangan persaingan global yang semakin ketat.

Dipilihnya pendekatan klaster industri didorong oleh pemikiran

bahwa berbagai kebijakan yang lalu bersifat parsial dan memberi

preferensi lebih pada kegiatan industri tertentu yang cenderung

kurang memperhatikan keterkaitan horisontal maupun vertikal,

sehingga menimbulkan ekonomi biaya tinggi dan pada gilirannya

justru melemahkan daya saing nasional.

Page 67: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

PROPENAS (UU no 25 th 2000)

4.2 Pengembangan Industri Berkeunggulan Kompetitif

Lanjutan ………

Pengembangan klaster industri membutuhkan rumusan strategi nasional

industrialisasi yang perumusannya melibatkan unsur pemerintah, termasuk

pemerintah daerah, bersama seluruh pelaku usaha. Strategi nasional tersebut

memuat arahan pengembangan masing-masing klaster industri yang secara

khusus mempertimbangkan potensi sumber daya lokal. Melalui pendekatan

ini, daerah (pemerintah daerah beserta pelaku usaha terkait) memiliki

peluang lebih besar di dalam menciptakan lingkungan bisnis lokal yang

kondusif. Pada hakekatnya, klaster industri merupakan bentukan organisasi

industrial yang paling sesuai guna menjawab tantangan globalisasi, tuntutan

desentralisasi, dan sekaligus mendorong terbentuknya jaringan kegiatan

produksi dan distribusi serta pengembangan PKMK untuk meningkatkan

keunggulan kompetitifnya.

Program-program pengembangan industri berkeunggulan kompetitif

adalah sebagai berikut.

Page 68: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

PROPENAS (UU no 25 th 2000)

4.2.1 Program Penataan dan Penguatan Basis

Produksi dan Distribusi

…………

Sasaran program ini adalah (1) terwujudnya proses

industrialisasi yang mantap dengan dasar sistem keterkaitan

yang terintegrasi antara kegiatan industri dengan kegiatan-

kegiatan produksi lain terkait dan distribusi; (2) makin

kukuhnya upaya pengembangan klaster industri yang

kompetitif berbasis sumber daya alam, sumber daya manusia,

dan sumber daya potensial lainnya, termasuk keragaman

budaya; dan (3) makin tingginya keragaman basis produksi dan

distribusi yang berdaya saing global.

Page 69: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

PROPENAS (UU no 25 th 2000)

4.2.1 Program Penataan dan Penguatan Basis

Produksi dan Distribusi

Lanjutan …………

Untuk mencapai sasaran tersebut, kegiatan pokok yang

dilakukan adalah (1) pengkajian basis daya saing sektor industri

dan keterkaitannya dengan sektor-sektor produksi lain dan

distribusi; (2) perumusan strategi peningkatan daya saing global

dengan prioritas pada klaster industri berbasis sumber daya

alam terutama industri pertanian (dalam arti luas) termasuk

industri kelautan, klaster industri berbasis tenaga kerja terampil

dan terlatih, dan klaster industri berbasis padat modal; (3)

pengorganisasian keterkaitan usaha produksi dan distribusi

dengan pola pendekatan klaster industri;

Page 70: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

PROPENAS (UU no 25 th 2000)

4.2.1 Program Penataan dan Penguatan Basis

Produksi dan Distribusi

Lanjutan …………

(4) penguatan unsur-unsur pokok pendukung penguatan

daya saing global kegiatan produksi dan distribusi di beberapa

wilayah potensial termasuk kawasan Timur Indonesia; (5)

pengembangan dan penerapan standardisasi produk barang dan

jasa sesuai kebutuhan regional/global; (6) peningkatan kualitas

produk dan produktivitas usaha; dan (7) peningkatan

kemampuan penguasaan teknologi proses, teknologi produksi,

teknologi rancang bangun dan perekayasaan industri sesuai

kebutuhan.

Page 71: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

PROPENAS (UU no 25 th 2000)

4.2.1 Program Penataan dan Penguatan Basis

Produksi dan Distribusi

Lanjutan …………

Khusus untuk mendukung pengembangan klaster industri

pertanian dalam arti luas, maka dibutuhkan penguatan jaringan

agribisnis dan agroindustri. Untuk itu, komponen pokok yang

perlu dikembangkan adalah modernisasi pertanian. Peningkatan

kualitas produk pertanian baik dalam jumlah, keragaman,

maupun kontinuitasnya, dan pemberdayaan pelaku pertanian

menjadi sangat penting.

Page 72: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Kebijakan Pembangunan Indag th 2001

A. Sasaran

Sasaran pembangunan sektor industri dan perdagangan pada

tahun 2001 adalah sebagai berikut :

1. Terwujudnya pengembangan industri yang mempunyai

keunggulan kompetitif berdasarkan keunggulan komparatif

dengan mengacu kepada pengembangan klaster

industri, sehingga tercipta struktur industri yang kokoh dan

seimbang;2. ……3. ……4. ……5. ……6. ……7. ……8. ……9. ……10. ……11. ……12. ……13. ……14. ……15. ……16. ……

Page 73: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Kebijakan Pembangunan Indag th 2001

B. StrategiStrategi pembangunan industri dan perdagangan, pada hakekatnya merupakan

strategi industrialisasi yang bersifat multi-dimensional dan lintas

sektoral/regional, dimaksudkan untuk menjamin terselenggaranya

pembangunan kedua sektor ini sesuai dengan visi, misi, dan sasaran yang telah

ditetapkan, yaitu :1. ……

2. ……

Page 74: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Kebijakan Pembangunan Indag th 2001

B. Strategi3. Pemanfaatan keunggulan komparatif dan penciptaan keunggulan

kompetitif dalam rangka menghadapi persaingan global. Strategi ini

mengupayakan penciptaan nilai tambah, perluasan kesempatan kerja,

dan perolehan devisa yang optimal dengam menempatkan keunggulan

komparatif sumber daya alam, terutama agroindustri dan agribisnis

sebagai leading-sector, yang didukung oleh industri-industri

penunjangnya, serta terus menerus mengembangkan keunggulan

kompetitif untuk menghadapi persaingan global. Dengan keterbatasan

sumber daya yang ada, maka perlu ditentukan industri-industri

penghasil produk-produk unggulan nasional maupun produk-produk

andalan daerah. Suksesnya strategi dimaksud memerlukan pendekatan

prioritas (priority approach) melalui pendekatan klaster industri

yang diharapkan akan menciptakan pola keterkaitan antar kegiatan baik

di dalam sektor industri sendiri (keterkaitan horizontal) maupun antara

sektor industri dengan seluruh jaringan produksi dan distribusi terkait

(keterkaitan vertikal).4. ……

5. ……

6. ……

7. ……

Page 75: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Kebijakan Pembangunan Indag th 2001

C. Kebijakan Pembangunan Industri dan Perdagangan1. ……

2. Sesuai dengan arahan GBHN 1999-2004 dan Undang-undang RI No. 25 Tahun

2000 tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) Tahun 2000-

2004, serta dengan memperhatikan kekuatan-kekuatan yang selama ini telah

dimiliki sebagai hasil pembangunan yang telah dilakukan, kelemahan-

kelemahan yang masih harus dihadapi, serta peluang-peluang yang ada baik

ditingkat lokal maupun internasional, maka kebijakan pembangunan industri

jangka panjang antara lain diarahkan pada :

Page 76: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Kebijakan Pembangunan Indag th 2001

C. Kebijakan Pembangunan Industri dan Perdagangan

Lanjutan . . . . .a. Pembentukan industri klaster dengan memperkuat industri-industri

yang terdapat dalam rantai nilai (value chain ), antara lain industri

inti, industri penunjang dan industri terkait, yang dapat mendorong

keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif. Selain itu,

memperkuat keterkaitan antar klaster dalam satu sektor dan dengan klaster

pada sektor lainnya serta sekaligus mendorong kemitraan antara UKM

dengan perusahaan besar dan kaitan interaktif yang relevan lainnya,

sehingga membentuk jaringan industri dan struktur yang mendukung

peningkatan nilai tambah melalui peningkatan produktivitas. Disamping

itu, kebijakan dasar yang perlu diperhatikan sehubungan dengan

pembentukan klaster adalah mendorong tumbuhnya related

industries yang memerlukan suplai bahan baku dan penolong yang

sama, sehingga memperkuat partnership antara core, supporting, dan

related industries, serta memfasilitasi upaya-upaya pemasaran

internasional dalam peningkatan ekspor;

b. ……

3. ……

Page 77: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Rencana Tindak Jangka Menengah Meneg

UKMCuplikan Lampiran D

• RENCANA TINDAK JANGKA MENENGAH UNTUK

PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN UKM

BERKEUNGGULAN KOMPETITIF

– Pendekatan klaster sebagai kerangka acuan perumusan UKM

berkeunggulan kompetitif dan penyediaan BDS yang efektif

• Membimbing dan koordinasi inisiatif pengembangan klaster pada

tingkat nasional dan regional

Page 78: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Peraturan presiden no 7 tahun 2005

Page 79: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

Page 80: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

UU no 32 th 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Page 81: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

UU no 32 th 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Page 82: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Rambu kebijakan

Adequacy of scope

Leverage Effects

Exit Policy

Page 83: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Kecukupan lingkup

Adequacy of scope

kelengkapan instrumen-instrumen kebijakan yang dipergunakan, dengan memperhatikan karakteristik permasalahan pada sisi demand, supplydan linkages

Page 84: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Daya ungkit

Leverage Effects

Merupakan dampak yang diharapkan dari intervensi

Kondisi ideal adalah jika upaya yang dilakukan relatif kecil, namun dampaknya relatif besar.

Page 85: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Pembatasan intervensi

Exit Policy

kriteria dan cara untuk membatasi intervensi pemerintah, sehingga secara bertahap permasalahan yang ditangani dapat dikembalikan pada mekanisme pasar.

Page 86: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Inisiasi Prakarsa Klaster

Partisipan Lokakarya Awal

Proses Pengembangan Klaster

Tahapan Klasifikasi Klaster Industri

Lembaga Kolaborasi

Beberapa penyebab kegagalan

Page 87: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Partisipan Lokakarya Awal

• Perwakilan sektor dan kelompok dalam kamar dagang

• Perwakilan pemerintah daerah

• Perwakilan pendidikan teknik, universitas, R&D dan lembaga

MSTQ, inkubator teknologi dan sejenisnya

• Perwakilan UKM dan lembaga pendukung bisnis

• Perwakilan asosiasi bisnis dan profesi

• Perwakilan asosiasi dagang dan LSM yg tertarik dengan isu

ekonomi

• Perwakilan bank dan perusahaan penting (besar)

• Perwakilan media lokal dan regional. Informasi tentang proyek

harus disebarluaskan sebelumnya.

Page 88: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Proses Pengembangan Klaster

Implementasi

Peren-

canaan

aksi

Pengem-

bangan

Strategi

Kolaborasi

dengan

Stakeholder

Pelibatan

Stakeholder

Mobilisasi

Stakeholder

Pengum-

pulan

Data

Pendefi-

nisian

lingkup

Pem-

bentukan

Tim

Inisiasi

Pembelajaran dan Kepemimpinan

Pengelolaan keterlibatan dan Komunikasi

evaluasi

Pengamanankesepakatan

PengeloalaanTugas, SDM danhubungan

Penentuan SDM danSumber dana

Page 89: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Proses Pengembangan Klaster

Inisiasi

Pendefinisian lingkup

Pembentukan tim

Pengumpulan data

Pelibatan stakeholder

Mobilisasi stakeholder

Pembelajaran dan kepemimpinan

Kolaborasi dengan stakeholder

Pengembangan strategi

Pengelolaan keterlibatan dan komunikasi

Perencanaan aksi

Implementasi

Penentuan SDM dan sumber dana

Pengelolaan tugas, SDM dan hubungan

Pengamanan kesepakatan

Evaluasi

Page 90: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Lembaga Kolaborasi

• Kamar Dagang

• Asosiasi Profesional

• Jaringan kerja Sekolah

• Kelompok kemitraan Universitas

• Jaringan kerja keagamaan

• Gabungan dewan penasihat

swasta/pemerintah

• Dewan Daya Saing

Umum

• Asosiasi Industri

• Asosiasi dan masyarakat profesional

khusus

• Kelompok alumni dari perusahaan inti

klaster

• Inkubator

Klaster-spesifik

• Lembaga kolaborasi adalah organisasi

formal dan informal yang

- Memfasilitasi pertukaran informasi dan

teknologi

- Memelihara kerjasama dan koordinasi

• Lembaga Kolaborasi dapat meningkatkan

lingkungan bisnis dengan cara

- Menciptakan hubungan dan tingkat

kepercayaan (trust) yang mendukung

- Menguatkan standard bersama

- Memfasilitasi organisasi dalam

membuat aksi kolektif

- Mendukung komunikasi antar faham

dan perilaku

- Memberikan mekanisme untuk

mengembangkan agenda ekonomi atau

agenda klaster secara bersama

Page 91: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Apakah terdapat aktivitas

sektoral yang telah terdefinisi?

STOP Apakah sektor ini cukup kompetitif, saling

terhubung dan memiliki potensi ekspor?

Diskusikan dengan

Komite Klaster

TidakYa

Tidak Tahu

Apakah terdapat peluang komersial

tertentu yang memiliki hasil?

Tidak

Apakah terdapat aktivitas yang memiliki

rantai nilai yang cukup untuk membuat

kompetensinya meningkat?

Ya

Apakah sektor ini signifikan

secara nasional/regional?

Diskusikan dengan

Komite Klaster

Tidak Tahu

STOP

Tidak Ya

STOP

Tidak

Teridentifikasi

Potensi Klaster

Regional

Teridentifikasi

Potensi Klaster

Komersial

Tidak Ya

Teridentifikasi Potensi

Klaster Nasional

Ya

1…

Tahapan Klasifikasi Klaster Industri

Page 92: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

1…

Apakah ada dukungan dari

Pemerintah setempat?

Apakah potensi klaster telah dianalisis

dan rantai nilai telah dipetakan?

Diskusikan dengan

Komite Klaster

Tidak Ya

Apakah ada dukungan dari industri

lokal, institusi riset dan pendidikan?

TidakYa

Apakah peluang ekspor beserta

tantangannya telah teridentifikasi?

TidakYa

TidakYa

Klaster pada

tahap Inisiasi

Klaster meningkat ke

tahap Inkubasi

2…

Tahapan Klasifikasi Klaster Industri

Page 93: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Apakah telah dilakukan benchmark untuk mengukur kemajuan?

2…

Apakah terdapat fasilitator terlatih, netral dan diterima oleh klaster telah dilibatkan?

Apakah struktur organisasi telah teridentifikasi?

TidakYa

Apakah agenda aksi bersama telah terdefinisi?Tidak

Ya

Apakah kemampuan klaster telah dikaji?Tidak

Ya

Tidak

Ya

Klaster pada tahap

Inkubasi

Klaster dapat dilanjutkan ke

tahap Implementasi

3…

Apakah rencana aksi spesifik telah diimplementasikan?

Tidak

TidakYa

Ya

Tahapan Klasifikasi Klaster Industri

Page 94: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Apakah sudah ada pendapatan yang dihasilkan oleh klaster?

Apakah jumlah tenaga kerja dalam klaster meningkat?

Apakah produk hasil inovasi telah dihasilkan oleh prakarsa kolaborasi?

3…

Apakah fasilitator masih terlibat dalam proses?

Apakah pasar prioritas telah ditentukan?

TidakYa

Apakah keanggotaan klaster meningkat?

Tidak

Ya

Apakah aliansi bisnis baru terbentuk di dalam klaster?

Tidak

YaTidak

Ya

Klaster pada tahap

Implementasi

Klaster dapat ditingkatkan

ke tahap Improvement

4…

Tidak

TidakYa

Ya

YaTidak

Tahapan Klasifikasi Klaster Industri

Page 95: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Apakah dihasilkan bisnis atau investasi baru?

4…

Apakah reputasi klaster menghasilkan peluang pasar baru?

Apakah klaster baru telah terbentuk?

TidakYa

Apakah pendapatan klaster dapat membuat klaster berkelanjutan?

Tidak

Ya

Apakah momentum klaster masih ada?

Tidak

YaTidak

Ya

Klaster pada tahap

Perbaikan (Improvement)

Apakah terdapat tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan klaster?

Tidak

Ya

Tahapan Klasifikasi Klaster Industri

Page 96: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Beberapa penyebab kegagalan prakarsa

pengembangan klaster

• Memberikan prioritas klaster berdasar pada klasifikasi generik (mis.:

nilai tambah yang tinggi) daripada potensi lokal dan keinginan untuk

mengembangkan diri.

• Mempertentangkan antara klaster yang digerakkan oleh pemerintah

(government-driven) dan oleh swasta (private sector-driven)

• Menggunakan konsep klaster hanya sebagai „selubung‟ untuk

intervensi dan kebijakan industri.

• Definisi klaster terlalu luas atau terlalu sempit

• Pertimbangan geografis terlalu luas atau terlalu sempit

• Berorientasi kepada subsidi atau pembatasan persaingan.

• Mengabaikan klaster yang kecil, baru muncul atau tradisional.

• Mencoba untuk menciptakan klaster tanpa adanya landasan kuat.

Page 97: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Isu kontemporer

Business Development Service

Technology Roadmap

Agropolitan

Kapasitas Inovatif

One Stop Services

Regulatory Impact Assessment

Balanced Scorecard

Kerjasama antar daerah

Page 98: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Business Development Service

Lihat penjelasan

tentang Business

Development Service

Provider

Page 99: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Generic Technology Roadmap

(Schematic)

time

Business / Market

Product / Service /

Capability / Systems

Technology / Skills /

Competences / Resources

}“Resources”

(know-how)

“Delivery”

(know-what)

“Purpose”

(know-why)

“Timing”

(know-when)

Layers connect:

*) University of Cambridge, 2001

Page 100: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Kapasitas Inovatif

Lihat penjelasan

tentang Kapasitas

Inovatif

Page 101: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Agropolitan

• AGROPOLITAN (Agro = pertanian : Politan = kota) adalah kota pertanian yang tumbuh dan berkembang yang mampu memacu berkembangnya sistem & usaha agribisnis sehingga dapat melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya.

• KAWASAN AGROPOLITAN, terdiri dari Kota Pertanian dan Desa-Desa sentra produksi pertanian yang ada di sekitarnya, dengan batasan yang tidak ditentukan oleh batasan administrasi Pemerintahan, tetapi lebih ditentukan dengan memperhatikan skala ekonomi yang ada. Dengan kata lain Kawasan Agropolitan adalah Kawasan Agribisnis yang memiliki fasilitas perkotaan.

• PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN, adalah pembangunan ekonomi berbasis pertanian di kawasan agribisnis, yang dirancang dan dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada untuk mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi, yang digerakkan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh Pemerintah.

Page 102: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Lokasi Agropolitan - 2002

No Provinsi Kabupaten Basis

1 Sumatera Barat Agam Ternak sapi

2 Bengkulu Rejang Lebong jagung dan sayuran

3 Jawa Barat Cianjur sayuran dan bungaan

4 DI Yogyakarta Kulon Progo Biofarmaka

5 Bali Bangli Kopi dan jeruk

6 Sulawesi Selatan Barru sapi

7 Gorontalo Boalemo Jagung (+ sapi)

8 Kalimantan Timur Kutai Timur Coklat dan jagung

Page 103: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Lokasi Agropolitan - 2003

No Provinsi Kabupaten Basis

1Nanggroe Aceh

DarussalamAceh Besar sapi

2 Sumatera Utara

Karo, Simalungun,

Dairi, Toba Samosir,

tapanuli Utara

sayuran

3 Lampung Lampung tengah Padi, jagung, kedelai

4 Bangka Belitung Belitung Manggis dan lada

5 Riau Indragiri Hilir Kelapa dan padi

6 Jambi Tanjung jabung TimurKedelai dan sapi

potong

7 Sumatera SelatanOgan Komering Ulu,

Ogan Komering IlirPadi dan hortikultura

8 Banten Pandeglang Palawija dan Durian

9 Jawa Barat Kuningan sapi

10 Jawa Tengah Semarang, Pemalang palawija

Page 104: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Lokasi Agropolitan - 2003

No Provinsi Kabupaten Basis

11 Jawa TimurMojokerto,

Banyuwangipalawija

12 Bali Tabanan peternakan

13 Nusa Tenggara Barat Dompu sapi

14 Nusa Tenggara Timur Kupang sapi

15 Sulawesi Utara MinahasaKentang, wortel,

sayuran

16 Sulawesi Tengah Donggala Kakao, sapi, ikan

17 Sulawesi Tenggara Kendari sapi

18 Kalimantan SelatanHulu Sungai

TengahJeruk dan sayuran

19 Kalimantan Tengah Kapuas sapi

20 Barru sapi

21 Papua Jayapura kakao

Page 105: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

One Stop Service

• Merupakan layanan publik yang terletak dalam satu atap, dimaksudkan

untuk membuat proses pengurusan dapat lebih efisien.

• Yang biasanya dimasukkan dalam layanan ini di antaranya adalah:

perijinan usaha, pendaftaran penduduk.

• Daerah yang memiliki lembaga pelayanan satu atap:

– Kota & kabupaten Kediri,Magetan, Ngawi, Jombang, Mojokerto, Sidoarjo,

Kab. Pasuruan, Kota Probolinggo, Kab. Banyuwangi, Kot Blitar, Kota & Kab.

Malang, Gresik, Pare-pare, Gianyar,

Page 106: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Balanced Scorecard

Lihat penjelasan

tentang Balanced

Scorecard

Page 107: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Rantai Nilai

Logistik

masukoperasi

Logistik

keluar

Pemasaran

& penjualanpelayanan

Pembelian

Pengembangan Teknologi

Manajemen SDM

Infrastruktur Perusahaan

Value

Kegiatan Utama

Keg

iata

n P

en

du

ku

ng

Page 108: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Rantai Nilai

Logistik masuk

(penyimpanan

material datang,

Pengumpulan

data,

Pelayanan,

Akses thd

konsumen)

Infrastruktur Perusahaan

(pembiayaan, perencanaan, hubungan investor)

Operasi

(perakitan,

Fabrikasi

komponen,

Branch

Operations)

Logistik Keluar

(pengolahan

order,

penggudangan,

Penyusunan

laporan)

Pemasaran &

Penjualan

(tenaga penjualan,

Promosi,

iklan,

Penulisan

proposal, Web

site)

Layanan Purna

Jual

(instalasi,

Dukungan kpd

konsumen,

Penanganan

keluhan,

Perbaikan)

Manajemen SDM

(rekrut, pelatihan, sistem kompensasi)

Pengembangan Teknologi

(desain produk, pengujian, desain proses, riset material, riset pasar)

Pembelian

(komponen, permesinan, iklan, pelayanan)

Value

Pembeli

bersedia

untuk

membeli

• Perusahaan adalah kumpulan kegiatan yang berbeda dan unik,

tempat keunggulan kompetitif berada.

Keg

iata

n P

en

du

ku

ng

Kegiatan Utama

Page 109: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Rangkaian Rantai Nilai

perusahaan

Inbound

LogisticsOperations

Outbound

Logistics

Marketing

& SalesService

Procurement

Technology Development

Human Resource Management

Firm Infrastructure

Marg

inM

arg

in

Inbound

LogisticsOperations

Outbound

Logistics

Marketing

& SalesService

Procurement

Technology Development

Human Resource Management

Firm Infrastructure

Marg

inM

arg

inM

arg

inM

arg

in

perusahaan

Inbound

LogisticsOperations

Outbound

Logistics

Marketing

& SalesService

Procurement

Technology Development

Human Resource Management

Firm Infrastructure

Marg

inM

arg

in

Inbound

LogisticsOperations

Outbound

Logistics

Marketing

& SalesService

Procurement

Technology Development

Human Resource Management

Firm Infrastructure

Marg

inM

arg

inM

arg

inM

arg

in

Page 110: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected] Perusahaan C

Perusahaan B

Perusahaan A

Perusahaan P

Inbound

LogisticsOperations

Outbound

Logistics

Marketing

& SalesService

Procurement

Technology Development

Human Resource Management

Firm Infrastructure Marg

inM

arg

in

Inbound

LogisticsOperations

Outbound

Logistics

Marketing

& SalesService

Procurement

Technology Development

Human Resource Management

Firm Infrastructure Marg

inM

arg

inM

arg

inM

arg

in

Logistik

masukoperasi

Logistik

keluar

Pemasaran

& penjualanpelayanan

Pembelian

Pengembangan Teknologi

Manajemen SDM

Infrastruktur Perusahaan Marg

inM

arg

inM

arg

inM

arg

in

Logistik

masukoperasi

Logistik

keluar

Pemasaran

& penjualanpelayanan

Pembelian

Pengembangan Teknologi

Manajemen SDM

Infrastruktur Perusahaan Marg

inM

arg

inM

arg

inM

arg

inLogistik

masukoperasi

Logistik

keluar

Pemasaran

& penjualanpelayanan

Pembelian

Pengembangan Teknologi

Manajemen SDM

Infrastruktur Perusahaan Marg

inM

arg

inM

arg

inM

arg

in

Page 111: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Barlingmascakeb

Sapta Mitra Pantura

Kedungsapur

PawonsariSubosuka Wonosraten

Page 112: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Kerjasama antar daerah

Subosuka wonosraten

Surakarta

Boyolali

Sukoharjo

Karanganyar

Wonogiri

Sragen

Klaten

Barlingmascakeb

Banjarnegara

Purbalingga

Banyumas

Cilacap

Kebumen

Pawonsari

Tiga kabupaten dalam

tiga provinsi

Pacitan (Jatim)

Wonogiri (Jateng)

Wonosari (DIY)

Sapta Mitra Pantura (Sampan)

Kab Brebes

Kota Tegal

Kab Tegal

Kab Pemalang

Kab Batang

Kota Pekalongan

Kab Pekalongan

Kedungsapur

Kendal

Ungaran

Semarang

Purwodadi

Page 113: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Kemitraan Teluk Bone

Kota Palopo

Kab. Luwu

Kab. Luwu Utara

Kab. Luwu Timur

Kab. Wajo

Kab. Bone

Kab. Sinjai

Kab. Bulukumba

Kab. Selayar

Page 114: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Page 115: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Kerjasama antar daerah

Kawasan Teluk Tomini

Sulawesi Tengah

Gorontalo

Page 116: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Page 117: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Meta study

• Dilakukan oleh Dr. Claas van der Linde dari Institute for Strategy and Competitiveness, Harvard Business School & Research Institute for International Management, University of St. Gallen

• Meliputi 833 klaster dari 49 negara, termasuk 24 negara berkembang.

Page 118: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Berdaya saing vs. tak berdaya saing

38,8

21,3

16,3

20

3,8

0

10

20

30

40

50

60

faktor penentu

52,2

30,4

8,7

0

8,7

0

10

20

30

40

50

60

faktor penentu

Klaster berdaya saing Klaster tak berdaya saing

Faktor input

Permintaan

Industri pendukung & terkait

Strategi & persaingan

Lainnya: pemerintah & peluang

Sumber: Cluster Meta-Study, Institute for

Strategy and Competitiveness, Harvard

Business School

Page 119: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Berdaya saing vs. tak berdaya saing

38,3%

16%

20,0%

20,0%

52,2%

30,4%

8,7%

Kondisi

faktor

Industri

terkait &

pendukung

Strategi &

Persaingan

Kondisi

permintaan

Kondisi

faktor

Industri

terkait &

pendukung

Strategi &

Persaingan

Kondisi

permintaan

0%

Klaster berdaya saing, mengandalkan berbagai bagian dari Diamond, Klaster tak berdaya saing biasanya hanya mengandalkan kondisi faktor

9,7%3,8%

lainnya lainnya

Page 120: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Page 121: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Mulai dibuat

19/07/2004

Fonts tambahan

Arial Rounded MT Bold

Jumlah halaman

122

Page 122: KB FGD-1-r25

Kawi Boedisetio

[email protected]

Kawi Boedisetio

+62 817 219 755

[email protected]

kawi.4shared.com