draft pedoman hasil fgd

60
Draft Pedoman Pemanfaatan Koleksi Museum DRAFT PEDOMAN PEMANFAATAN KOLEKSI MUSEUM DISAMPAIKAN PADA FGD PEDOMAN PEMANFAATAN KOLEKSI MUSEUM RABU, 9 SEPTEMBER 2015 DIREKTORAT PELESTARIAN CAGAR BUDAYA DAN PERMUSEUMAN DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 0

Upload: yosep-yosep

Post on 13-Apr-2017

668 views

Category:

Education


18 download

TRANSCRIPT

Page 1: Draft pedoman hasil fgd

Draft Pedoman Pemanfaatan Koleksi Museum

DRAFTPEDOMAN PEMANFAATAN KOLEKSI MUSEUM

DISAMPAIKAN PADAFGD PEDOMAN PEMANFAATAN KOLEKSI MUSEUM

RABU, 9 SEPTEMBER 2015

DIREKTORAT PELESTARIAN CAGAR BUDAYA DAN PERMUSEUMAN

DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAANKEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

2015

0

Page 2: Draft pedoman hasil fgd

Draft Pedoman Pemanfaatan Koleksi Museum

OUTLINE PEDOMAN PEMANFAATAN KOLEKSI MUSEUM

BAB I. PENDAHULUAN (SUBDIT PP) (5 Halaman)A. Latar Belakang B. Dasar Hukum C. Maksud dan Tujuan D. Ruang Lingkup

BAB II. PENGERTIAN, JENIS DAN KEBIJAKAN (10 halaman)A. Pengertian Koleksi Museum (definisi museum) (Prioyulianto) B. Jenis-Jenis Koleksi Museum (baik di ruang pamer dan di ruang

penyimpanan) (Prioyulianto)- Benda CB, Benda Non CB, dan replika- Bangunan CB, Bangunan Non CB- Struktur CB dan Struktur Non CB

C. Kebijakan Pemanfaatan Koleksi Museum (setiap orang berhak untuk memanfaatkan museum (museum umum dan museum khusus), dijelaskan tentang prinsip, prosedur perizinan pemanfaatan sesuai PP) (Gunawan)

BAB III. PEDOMAN PEMANFAATAN KOLEKSI MUSEUM (15-20 halaman) (di tulis oleh Bp. Kresno Yulianto lalu diberi masukan oleh Prof.Agus Aris M)

A. Pendidikan B. Kepentingan sosialC. Ilmu pengetahuan dan teknologiD. KebudayaanE. PariwisataF. Lainnya

BAB IV. PENUTUP (Luthfi Asiarto) 1 halaman

Editor: Djulianto Susantio

Tulisan dimasukkan tanggal: 30 September 2015

1

Page 3: Draft pedoman hasil fgd

Draft Pedoman Pemanfaatan Koleksi Museum

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pentingnya koleksi bagi museum tertera pada rumusan International Council of Museums (ICOM) yang menyatakan bahwa tugas museum adalah memperoleh (acquire), melestarikan, meneliti, mengomunikasikan serta memamerkan bukti benda hasil budaya manusia dan lingkungan. Mengumpulkan koleksi adalah salah satu fungsi utama dari museum, dan benda-benda yang menjadi koleksi adalah aset paling penting dari museum. Pelestarian koleksi yakni melindungi (perawatan), mengembangkan dan memanfaatkan koleksi adalah upaya memenuhi tanggung jawab membangun kepercayaan publik atas tugas dan fungsi museum, dan dengan demikian membantu mencapai visi dan misi museum. Selain sebagai bagian dari pranata sosial, museum juga berfungsi sebagai media pendidikan mengenai perkembangan alam dan budaya manusia kepada publik, karena pada hakikatnya museum adalah milik komunitas, etnis atau bangsa.

Dalam UU cagar Budaya no 11 tahun 2010 pasal 18 menyebutkan Koleksi adalah benda-benda bukti material hasil budaya, termasuk naskah kuno,serta material alam dan lingkungannya yang mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, kebudayaan, teknologi, dan/atau pariwisata. Koleksi yang memiliki arti penting bagi museum dan publik dalam pemanfaatannya harus tetap memperhatikan pelestarian yaitu upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan koleksi baik fisik dan konteksnya dengan cara melindungi, mengembangkan informasi serta memanfaatkannya. Pemanfaatan adalah pendayagunaan koleksi/cagar budaya untuk kepentingan sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat dengan tetap mempertahankan kelestariannya. Pasal 91 Undang-Undang Cagar Budaya menyebutkan Pemanfaatan koleksi berupa Cagar Budaya di museum dilakukan untuk sebesar-besarnya pengembangan pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan, sosial dan/atau pariwisata. Dalam Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pemanfaatan pada bab VII pasal 40 ayat 1 dan 2 tertera;

(1) Pengelola Museum, Setiap Orang, dan/atau Masyarakat Hukum Adat dapat memanfaatkan Museum untuk layanan pendidikan, kepentingan sosial, ilmu pengetahuan dan teknologi, kebudayaan, dan/atau pariwisata.

(2) Pemanfaatan Museum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan terhadap koleksi, gedung, dan/atau lingkungan.

2

Page 4: Draft pedoman hasil fgd

Draft Pedoman Pemanfaatan Koleksi Museum

Dalam rangka penyusunan pedoman maka dibuatlah kebijakan pemanfaatan koleksi museum yang bertujuan agar pengelolaan koleksi berfungsi dengan baik sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku di museum. Kebijakan pemanfaatan koleksi juga bertujuan agar salah satu fungsi manajemen koleksi berjalan dengan baik, profesional dan bertanggung jawab secara etis. Hal ini selaras dengan Kode Etik Museum yang ditetapkan oleh ICOM, yang menyatakan bahwa setiap lembaga museum harus mengadopsi dan menerbitkan kebijakan koleksi secara tertulis yang membahas akuisisi, perawatan, dan pemanfaatan koleksi.

B. Dasar Hukum

Undang-Undang Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya;

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah;

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1995 Tentang Pemeliharaan dan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya di Museum.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

C. Maksud dan Tujuan

Penyusunan Pedoman Pemanfaatan Koleksi Museum dimaksudkan untuk memberikan panduan pemanfaatan koleksi museum untuk bagi pemilik dan pengelola museum, serta masyarakat luas.

Tujuan penyusunan pedoman Pemanfaatan Koleksi Museum adalah:

1. Memberikan landasan pola pikir dan konsep bagi upaya pemanfaatan koleksi museum;

2. Memberikan acuan dalam memanfaatkan koleksi museum sesuai dengan prinsip pelestarian dan permuseuman Indonesia;

D. Ruang Lingkup

Pemanfaatan Koleksi Museum di Indonesia ini membahas segala sesuatu yang terkait dengan pemanfaatan koleksi museum permuseuman, yaitu pengertian, kebijakan, dan prinsip serta pemanfaatan koleksi museum (benda, bangunan, struktur)

3

Page 5: Draft pedoman hasil fgd

Draft Pedoman Pemanfaatan Koleksi Museum

BAB IIPENGERTIAN, KEBIJAKAN, DAN PRINSIP

A. Pengertian Pemanfaatan Koleksi Museum

Setiap koleksi museum tentu bermanfaat, oleh karena itu dikoleksi dalam suatu museum. Penentuan kebermanfaatan tersebut sebenarnya sangat tergantung kepada jenis museum, tema museum, dan kekhususannya. Dapat terjadi suatu benda layak dikoleksi di suatu museum tertentu, namun tidak diperlukan di museum lainnya. Pada museum-museum tema khusus, tentunya yang senantiasa dipilih untuk dikoleksi adalah benda atau artefak yang sesuai dengan temanya tersebut, benda-benda lain yang tidak diperlukan tidak akan dikoleksi.

Berdasar nilai kepentingannya koleksi di dalam suatu museum, maka berdasarkan aspek manfaat, koleksi tersebut dapat dipakai menjadi 3 peringkat:

1. koleksi utama yang sangat sesuai dengan tema museum, atau tema pameran tertentu, Dapat dipastikan koleksi jenis pertama ini sangat bermanfaat.

2. koleksi pendukung, benda-benda dari koleksi peringkat kedua ini bukanlah benda koleksi yang sesuai dengan tema, melainkan masih berasosiasi dengan benda-benda koleksi utama.

3. koleksi yang masih berasosiasi dengan koleksi utama, jenis ini bisa dimiliki oleh suatu museum, bisa juga tidak dimiliki oleh museum tersebut.

Penerapan konsep peringkat koleksi tersebut misalnya sebagai berikut:

Di dalam suatu museum khusus, misalnya museum Basoeki Abdullah, yang menjadi koleksi utama adalah karya lukisan dari Basoeki Abdullah dalam berbagai ukuran, dari berbagai kronologi yang berbeda. Koleksi pendukung misalnya karya seni lain yang menjadi koleksi pelukis Basoeki Abdullah, adalah koleksi topeng dan wayang kulit Jawa yang juga turut dipamerkan di museum tersebut. Adapun koleksi yang masih berasosiasi dengan pelukis Basoeki Abdullah misalnya tempat tidur, jubah, topi, dan buku-buku yang dikoleksi sang pelukis.

Museum Geologi Bandung, sesuai dengan namanya mengoleksi tentang segala hal yang bersangkut paut dengan ilmu geologi, terutama perkembangan geologi di Indonesia. Sebagai koleksi utama tentunya adalah bermacam jenis batuan bukti-bukti terbentuknya kerak bumi, kegunungapian, peta-peta geologi pulau Nusantara dan lainnya. Sebagai koleksi pendukung antara lain adalah berbagai fossil hewan yang dahulu pernah hidup di kepulauan Indonesia dan ditemukan

4

Page 6: Draft pedoman hasil fgd

Draft Pedoman Pemanfaatan Koleksi Museum

dalam lapisan-lapisan tanah. Fossil hewan itu bukan kajian utama dari Museum Geologi, namun menjadi data dukung dalam menjelaskan koleksi geologinya. Adapun koleksi peringkat ketiga misalnya adalah berbagai peralatan yang digunakan untuk mengkaji geologi, alat simulasi gempa,dan peralatan modern yang lazim dipakai untuk telaah geologi.

Beberapa pengertian pemanfaatan yang berkenaan dengan koleksi museum harus dijabarkan terlebih dahulu, butir-butir penting menurut RPP Museum edisi revisi 26 September 2014 yang berkaitan dengan pemanfaatan antara lain adalah:

1. Museum: adalah lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan, memanfaatkan koleksi, dan mengomunikasikannya kepada masyarakat.

2. Koleksi: Koleksi adalah Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan/atau Struktur Cagar Budaya dan/atau Bukan Cagar Budaya yang merupakan bukti material hasil budaya dan/atau material alam dan lingkungannya yang mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, kebudayaan, teknologi, dan/atau pariwisata.

3. Benda Cagar Budaya: adalah benda alam dan/atau benda buatan manusia, baik bergerak maupun tidak bergerak, berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya, atau sisa-sisanya yang memiliki hubungan erat dengan kebudayaan dan sejarah perkembangan manusia.

4. Bangunan Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding dan/atau tidak berdinding, dan beratap.

5. Pengelola Museum adalah sejumlah orang yang menjalankan kegiatan Museum.

6. Pengelolaan Museum adalah upaya terpadu melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkan Koleksi melalui kebijakan pengaturan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat.

7. Pengkajian Museum adalah kegiatan ilmiah yang dilakukan menurut kaidah dan metode yang sistematis untuk memperoleh data, informasi, dan keterangan bagi kepentingan pelestarian.

8. Pemanfaatan Museum adalah pendayagunaan Koleksi untuk kepentingan sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat dengan tetap mempertahankan kelestariannya.

5

Page 7: Draft pedoman hasil fgd

Draft Pedoman Pemanfaatan Koleksi Museum

Dalam perspektif pemanfaatan, tidak menyebutkan semua ketentuan umum tentang museum yang ada dalam RPP Museum 2014, jadi hanya beberapa butirnya saja yang memang berkaitan erat dengan kegiatan pemanfaatan koleksi museum.

Sudah pasti ketiga jenis koleksi yang diuraikan sebelumnya, yaitu (a) koleksi utama, (b) koleksi pendukung, dan (c) koleksi asosiasi, berbeda-beda dalam hal pemanfaatannya. Manfaat ketiganya dapat dikembangkan bersama dengan berbagai tujuannya. Menurut Undang-undang Republik Indonesia No.11 Tehun 2010 tentang Cagar Budaya, manfaat yang meliputi benda Cagar Budaya diterangkan sebagai berikut:

“Pengembangan Cagar Budaya dilakukan dengan memperhatikan prinsip kemanfaatan, keamanan, keterawatan, keaslian, dan nilai-nilai yang melekat padanya” (UU No.11, 2010, pasal 78:1).

Isi pasal 78 tersebut cukup memadai, sehingga tidak ada lagi penjelasan yang berkenaan dengan isi Pasal 78 dalam bagian Penjelasan Undang-undang. Mengacu kepada narasi Pasal 78, maka benda Cagar Budaya yang disimpan di suatu museum dapat dikembangkan pula kebermanfaatannya, namun harus disesuaikan dengan isi perundang-undangan.

Setelah menjelaskan masalah izin untuk melakukan pengembangan Cagar Budaya dalam Pasal 78: 2, UU.No.11 2010 juga menjelaskan materi pengembangan Cagar Budaya dalam Pasal 78 dengan syarat berdampak pada pengembangan ekonomi yang berdampak kepada kesejahteraan masyarakat. Hal itulah yang disyaratkan dalam perundang-undangan, bahwa nilai manfaat tersebut dapat dikembangkan untuk tujuan ekonomis dan kesejahteraan masyarakat, satu hal yang tidak dinyatakan secara langsung adalah manfaat untuk ilmu pengetahuan. Hanya saja diamanatkan dalam UU.No.11, 2010 Pasal 78:4 bahwa “Setiap kegiatan pengembangan Cagar Budaya harus disertai pendokumentasian”. Uraian ayat ini menjadi penting dalam upaya pemanfaatan Cagar Budaya yang menjadi koleksi museum. Sebab apapun jenis aktivitas yang dikenakan kepada koleksi museum, apalagi koleksi utama sebenarnya akan “mengganggu” eksistensinya, koleksi utama museum sejatinya merupakan benda-benda yang cenderung rapuh dan langka, karena itu harus dijaga benar.

Di dalam RPP Museum edisi revisi tahun 2014, Bab VII Pemanfaatan terdapat pasal-pasal yang menjelaskan tata cara pemanfaatan koleksi museum. Pasal 41 ayat 1 telah diuraikan adanya bentuk pemanfaatan untuk (1) layanan

6

Page 8: Draft pedoman hasil fgd

Draft Pedoman Pemanfaatan Koleksi Museum

pendidikan, (2) kepentingan sosial, (3) ilmu pengetahuan dan teknologi, (4) kebudayaan, dan/atau (5) pariwisata.

Satu hal yang menarik dari pemanfaatan adalah pernyataan bahwa:

Pengelola Museum, setiap orang, dan/atau Masyarakat Hukum Adat yang memanfaatkan Koleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilarang untuk mengfungsikan kembali Koleksi sebagaimana fungsi aslinya (RPP Museum 2014, Pasal 41: 4).

Berdasarkan kutipan-kutipan UU.No.11, tahun 2010 dan RPP dapat diketahui bahwa koleksi museum pada hakekatnya adalah Cagar Budaya, pengembangan untuk pemanfaatan dapat dilakukan dengan mengikuti persyaratan yang ada dalam Undang-Undang dan juga dalam RPP Museum edisi tahun 2014. Hal yang tidak diizinkan adalah pemanfaatan ulang sebagaimana fungsinya dahulu suatu koleksi, karena koleksi pada dasarnya adalah artefak atau benda masa silam yang telah tercabut dari asosiasi dengan kebudayaan pendukungnya, jadi tidak dapat dimanfaatkan kembali seperti apa adanya dahulu.

B. Kebijakan dan Cakupan Pemanfaatan Koleksi Museum 1. Kebijakan Pemanfaatan Koleksi Museum

Kebijakan pemanfaatan koleksi merupakan arah kegiatan yang harus ditetapkan untuk mencapai tujuan terwujudnya pedoman pemanfaatan koleksi museum. Setiap koleksi yang dimanfaatkan harus berorientasi pada upaya pelestarian artinya penyelamatan warisan sejarah alam dan budaya manusia menjadi kebijakan yang utama.

Kebijakan umum pemanfaatan koleksi museum;

a. Setiap koleksi museum yang akan dimanfaatkan ditelaah terlebih dahulu dan diseleksi secermat mungkin menurut sistem penilaian dan kaidah tertentu.

b. Kebijakan pemanfaatan koleksi museum disesuaikan dengan visi dan misi atau tujuan pendirian museum.

c. Pengelola (Pengarus utamaan) pemanfaatan koleksi semestinya berorientasi pada kesejahteraan masyarakat

d. Pemanfaatan koleksi selaras dengan konvensi, peraturan perundangan cagar budaya dan peraturan lainnya

e. Kebijakan pemanfaatan koleksi harus dievaluasi secara berkala

7

Page 9: Draft pedoman hasil fgd

Draft Pedoman Pemanfaatan Koleksi Museum

Kebijakan khusus pemanfaatan koleksi museum;

a. Pemanfaatan koleksi museum yang dilakukan untuk tujuan pendidikan, pengembangan bakat dan minat, pengembangan kreativitas dan inovasi, serta kesenangan harus mendapat izin kepala museum

b. Pemanfaatan koleksi yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan harus disertai kajian dan/atau analisis resiko

c. Pemanfaatan koleksi museum dibatasi dalam jangka waktu tertentu, walaupun perjanjian pemanfaatan dapat diperbarui ataupun diperpanjang atas kesepakatan pihak-pihak terkait.

d. Dokumen perjanjian pemanfaatan seharusnya menyatakan persyaratan khusus dalam pemanfatan koleksi museum, seperti tanggung jawab terhadap asuransi koleksi (pertanggungan ganti rugi)

e. Pemanfaatan koleksi tidak dapat dilakukan terhadap koleksi-koleksi yang tidak dapat diakses publik dan untuk tujuan komersial.

f. Pemanfaatan koleksi harus memiliki keterkaitan dengan aspek nilai yang terkandung pada koleksi tersebut.

g. Dalam proses dan pelaksanaan pemanfaatan koleksi museum harus ada koordinasi,sinkronisasi dan terintegrasi

h. Pemanfaatan koleksi museum tidak boleh untuk kegiatan massal bagi partai politik atau unjuk rasa.

i. Kebijakan pemanfaatan koleksi menjadi komitmen semua pemangku kepentingan, pengelola koleksi dan kepala museum.

j. Kebijakan Pemanfaatan koleksi yang sifatnya internal menjadi hal penting sebagai sarana komunikasi pengelola koleksi, sarana berbagi nilai-nilai penting, keyakinan dan peningkatan akuntabilitas museum.

Kebijakan Pemanfaatan Koleksi untuk layanan Pendidikan adalah untuk memberikan pengetahuan, perasaan dan sikap serta kesadaran terhadap keluhuran hasil budaya bangsa sehingga mewujudkan masyarakat yang beretika, berkarakter dan berahlak mulia. mendorong aktivitas pendidikan ekstrakurikuler dan meningkatkan mutu pendidikan. Selaras dengan arti pendidikan menurut UU no 20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

8

Page 10: Draft pedoman hasil fgd

Draft Pedoman Pemanfaatan Koleksi Museum

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Kebijakan pemanfaatan koleksi museum untuk layanan pendidikan meliputi pameran, studi dan kunjungan ke museum, penyuluhan,kajian, loka karya, workshop dan sebagainya.

Pameran Religi dan Kesenian Nusantara "Teruntuk Sang Maha Indah" di Museum Nasional

Kebijakan pemanfaatan koleksi untuk Kepentingan Sosial adalah pemanfaatan yang dilakukan oleh masyarakat untuk kegiatan sosial kemasyarakatan. Pemanfaatan ini juga untuk menumbuhkan kesadaran kepemilikan dan memelihara bersama aset bangsa yang berupa koleksi museum. Meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap kelestarian koleksi museum, menjadi toleran dengan suku-suku bangsa yang ada di Indonesia. Contoh pemanfaatan seperti lomba, bazar dan sebagainya.

9

Page 11: Draft pedoman hasil fgd

Draft Pedoman Pemanfaatan Koleksi Museum

Lomba permainan tradisional (senapan bambu) dalam rangka festival hari internasional museum di Museum Nasional

Kebijakan Pemanfaatan Koleksi terhadap Ilmu Pengetahuan adalah pemanfaatan untuk kepentingan akademis dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan tentang benda alam maupun buatan manusia dari masa prasejarah hingga kini, yang menunjukan peningkatan pengetahuan manusia dalam mengelola lingkungan dan alam sehingga tetap eksis terwujud dari koleksi yang ada di museum, meliputi pemanfaatan untuk pengembangan kreativitas dan inovasi, pengembangan bakat dan minat. Menyediakan akses ke koleksi secara terkendali melalui pameran atau penelitian dapat memenuhi misi museum untuk mendidik dan menginterprestasikan sekaligus memelihara koleksi pada saat yang sama.

Kajian koleksi mata uang (coin) di Laboratorium Museum Nasional oleh

lembaga Kebudayaan Palestina

10

Page 12: Draft pedoman hasil fgd

Draft Pedoman Pemanfaatan Koleksi Museum

Kebijakan Pemanfaatan Koleksi Untuk Kepentingan Kebudayaan adalah untuk memahami transformasi sistem simbol dari objek koleksi museum ke konteks budaya sesungguhnya. Kebudayaan dalam lingkup kesenian meliputi seni pertunjukan,seni rupa, seni kriya, film, fotografi, media cetak dan elektronik, pagelaran dan lain-lain.

Kebijakan Pemanfaatan Koleksi Untuk Kepentingan Pariwisata adalah pemanfaatan koleksi museum untuk wisata, hiburan dan kesenangan meliputi wisata sejarah, wisata budaya, wisata pendidikan, ziarah dan lain-lain.

2. Cakupan Pemanfaatan Koleksi MuseumCakupan pemanfatan koleksi museum meliputi:

A. LAYANAN PENDIDIKAN

Pemanfaatan koleksi untuk layanan pendidikan antara lain ditujukan agar

koleksi koleksi museum dapat mewariskan dan menanamkan nilai nilai

sejarah perjuangan bangsa. Dalam hal ini museum harus dapat mendesain

tata pamer berikut program publiknya agar dapat dijadikan sebagai sumber

sejarah dan sumber belajar. Interpretasi terhadap koleksi museum ini

diharapkan mampu menimbulkan memory kolektif pengunjung. Koleksi

penelitian juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber penelitian seperti halnya

Museum Situs Muara Jambi yang datanya dapat digunakan sebagai pelengkap

kegiatan ekskavasi di sekitar kompleks percandian Muara Jambi. Dengan

11

Page 13: Draft pedoman hasil fgd

Draft Pedoman Pemanfaatan Koleksi Museum

demikian, koleksi yang terdapat pada museum situs juga dapat berfungsi untuk

mentafsirkan cerita dan makna situs.

Di sisi lain, koleksi museum juga dapat dimanfaatkan sebagai agen

perubahan melalui tata pamer yang edukatif. Koleksi yang dimanfaatkan sebagai

media pameran diharapkan dapat menimbulkan minat pengunjung untuk mengubah

tatanan masyarakat lewat proses mengetahui (learning to know) proses berbuat

(learning to do), proses untuk pembentukan kepribadian (learning to be), dan proses

untuk belajar hidup rukun bersama (learning to live together).

B. KEPENTINGAN SOSIAL

Koleksi museum dapat dimanfaatkan untuk kepentingan sosial yakni melalui

pendidikan ketrampilan bagi masyarakat sekitar, namun tergantung karakter

koleksinya. Museum Batik ataupun Museum Tekstil misalnya, dapat berbagi

ketrampilan kepada masyarakat agar mereka mampu membatik. Museum Layang

Layang misalnya dapat pula menumbuhkan kreatifitas masyarakat dengan pelatihan

membuat layang layang khas Indonesia. Koleksi museum juga dapat dimanfaatkan

untuk mengedukasi publik melalui media sosial. Museum-museum yang sudah

memanfaatkan media sosial sebagai perangkat publisitasnya dapat membuka

peluang bagi museum untuk berhubungan dengan masyarakat lebih luas misalnya

melalui diskusi isu isu sosial seperti yang dilakukan Museum Asia Afrika.

C. ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

Koleksi museum dapat dimanfaatkan untuk pengembangan teknologi.

Museum PP IPTEK misalnya, dapat memperkenalkan teknologi yang inovatif kepada

khalayak setelah melalui proses diseminasi dengan bahasa yang sederhana dan

tata pamer yang menarik. Dengan mendiseminasikan informasi koleksi museumnya,

maka masyarakat dapat mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi 12

Page 14: Draft pedoman hasil fgd

Draft Pedoman Pemanfaatan Koleksi Museum

sesuai kebutuhan mereka. Koleksi museum yang berciri teknologi juga dapat

dimanfaatkan untuk mempersatukan wawasan nusantara. Koleksi Museum

Transportasi misalnya, dapat mendesain koleksinya yang berorientasi kepada

persatuan melalui moda moda transportasi penghubung nusantara mulai yang

sifatnya tradisional, hingga modern meliputi udara, samudra, dan daratan.

D. KEBUDAYAAN

Koleksi museum dapat dimanfaatkan untuk dokumentasi kebudayaan.

Koleksi yang sifatnya berupa lingkungan alam beserta aktifitas masyarakat di

dalamnya dapat sebagaimana terdapat pada eco museum Lok Baintan Kalimantan

Selatan dapat mendokumentasikan pasar terapung berikut aturan aturan

perdagangannya. Contoh lain adalah Open Air Museum di kawasan pertambangan

timah P. Belitung yang merekam aktifitas budaya berupa kegiatan eksplorasi,

produksi, dan distribusi timah, serta berbagai peristiwa kecelakaan pekerja tambang

timah bawah tanah.

Dokumentasi kebudayaan juga dapat dilakukan melalui koleksi sebagaimana

halnya Museum Ullen Sentalu yang mendokumentasikan kehidupan keraton Solo.

Koleksi museum juga dapat dimanfaatkan sebagai peneguh identitas sekaligus

pelestarian nilai-nilai kearifan lokal. Misalnya pelestarian nilai dalihan na tolu di

Museum TB Silalahi, Mapalus di Museum Provinsi Sulawesi Utara, I La Galigo di

Museum La Galigo, Sulawesi Selatan, nilai sportivitas pada Museum Olah Raga,

dan lain sebagainya.

E. PARIWISATA

Pariwisata adalah fenomena perjalanan manusia secara perorangan atau

kelompok dengan berbagai macam tujuan asalkan bukan untuk mencari nafkah atau

menetap. Dari beberapa definisi tersebut diperoleh gambaran bahwa pariwisata 13

Page 15: Draft pedoman hasil fgd

Draft Pedoman Pemanfaatan Koleksi Museum

merupakan suatu bidang yang bersifat multidimensi, melibatkan dan bersinggungan

dengan banyak sektor dan pelaku. Sementara itu pariwisata budaya adalah

“konsep pengembangan pariwisata berbasis budaya yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya pelestarian budaya dan lingkungannnya serta meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan, sehingga memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat setempat”.

Pariwisata budaya pada intinya merupakan jenis pariwisata yang

menawarkan kebudayaan sebagai daya tarik utama untuk menarik kunjungan

wisatawan. Pariwisata budaya menampilkan atraksi budaya baik yang bersifat

tangibel atau konkret maupun intangibel atau abstrak, juga yang bersifat living

culture (budaya yang masih berlanjut) dan cultural heritage (warisan budaya masa

lalu). Dalam living culture, unsur-unsur yang bisa dijadikan sebagai daya tarik antara

lain tradisi suatu suku bangsa tertentu, upacara dan ritual keagamaan, seni

pertunjukan, dan sebagainya. Sedangkan dalam cultural heritage, daya tarik yang

ditawarkan dapat berupa benda-benda peninggalan sejarah dan purbakala,

lansekap budaya, dan sebagainya. Salah satu daya tarik wisata budaya adalah

museum.

Berbagai jenis museum seperti museum arkeologi, sejarah, etnologi, sejarah

alam, seni dan kerajinan, iptek, teknologi dan industri dan lain sebagainya dibangun

untuk dapat dinikmati oleh warga dan masyarakat setempat tetapi apabila dikelola

dengan baik dan professional dapat menjadi daya tarik wisata budaya yang penting

bagi wisatawan domestik maupun internasional. Dalam hal ini museum tidak hanya

dikelola sebagai tempat untuk menyimpan (artefak) tetapi juga dikembangkan

sebagai sarana edukasi bagi pengunjung melalui program publik.

14

Page 16: Draft pedoman hasil fgd

Draft Pedoman Pemanfaatan Koleksi Museum

C. Prinsip Pemanfaatan Koleksi Museum

a. Koleksi museum dapat dimanfaatkan untuk kepentingan layanan pendidikan,

kepentingan sosial, ilmu pengetahuan dan teknologi, kebudayaan, dan/atau

pariwisata.

b. Pemanfaatan koleksi harus berdasarkan izin kepala Museum.

c. Pemanfaatan koleksi tetap mengutamakan pelestarian.

d. Pemanfaatan koleksi museum mempertimbangkan azas keterbukaan

(inklusif) untuk memenuhi kebutuhan khalayak melalui mekanisme peraturan

yang berlaku.

e. Pemanfaatan koleksi yang kondisinya rapuh, langka, atau bernilai ekonomi

tinggi dapat dilakukan dengan terlebih dahulu membuat perbanyakan atau

replika.

f. Pemanfaatan dengan cara perbanyakan atau replika terhadap Koleksi berupa

Cagar Budaya dengan izin pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

g. Pemanfaatan dengan cara perbanyakan atau replika terhadap Koleksi Bukan

Cagar Budaya oleh Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat dilakukan

dengan izin kepala Museum.

h. Setiap pemanfaatan koleksi didahului dengan kajian untuk mencegah

kerusakan pada koleksi,

15

Page 17: Draft pedoman hasil fgd

Draft Pedoman Pemanfaatan Koleksi Museum

BAB IIIPEMANFAATAN KOLEKSI MUSEUM

A. Pengantar Pemanfaatan Koleksi Museum

Menurut RPP Museum 2014, Pasal 46:1 bentuk pemanfaatan adalah: a.layanan pendidikan, b.kepentingan sosial, c.ilmu pengetahuan dan teknologi, d.kebudayaan, e.pariwisata. Semua bentuk pemanfaatan tersebut apabila diterapkan kepada khasanah suatu museum menurut RPP 2014 juga akan terlihat pada matriks berikut:

BENTUK PEMANFAATAN

BCB

Benda

non BCB

Replika

Bangunan CB

Bangunan non

CB

Struktur CB

Non Struktur CB

Keterangan

Layanan Pendidikan

√ √ √ √ √ √ √ Untuk layanan pendidikan di museum dapat menggunakan seluruh khasanah museum

Kepentingan sosial

x √ √ x √ x ?

Kepentingan sosial yang dimaksudkan adalah untuk seminar, diskusi, pameran, resepsi pernikahan, dll

Ilmu pengetahuan dan

√ √ x √ x √ x

16

Page 18: Draft pedoman hasil fgd

Draft Pedoman Pemanfaatan Koleksi Museum

Teknologi

Kebudayaan √ x √ √ x √ ?

Pariwisata √ √ √ √ √ √ √ Keperluan pariwisata

dapat menggunakan semua khasanah

koleksi museum

Keterangan:

√ : dapat dimanfaatkan

X : Tidak dapat dimanfaatkan

? : Tergantung kondisi dan situasi, dapat atau tidak dapat dimanfaatkan

Berdasarkan matriks tersebut dapat diketahui bahwa khasanah suatu museum dari koleksi sampai struktur bukan Cagar Budayanya ada yang bisa dimanfaatkan, tidak dapat bisa dimanfaatkan, dan ada pula yang tergantung kepada situasi, kondisi, dan tujuan pemanfaatannya. Misalnya untuk keperluan layanan pendidikan hampir semua khasanah museum berdasarkan RPP Museum 2014 dapat semua dimanfaatkan, hanya tergantung cara dan intensitas pemanfaatannya saja yang berbeda-beda. Begitupun untuk tujuan pariwisata semua khasanah museum sebenarnya dapat dimanfaatkan, jika memang dikehendaki oleh wisatawannya.

Adapun untuk kepentingan sosial, ilmu pengetahuan dan kebudayaan, tidak seluruh khasanah museum dapat dimanfaatkan, ada beberapa khasanah yang tidak bisa dimanfaatkan secara leluasa, tetapi ada juga yang memang dapat untuk dimanfaatkan sesuai dengan tujuannya. Dalam hal kepentingan sosial, Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan struktur Cagar Budaya sebenarnya tidak dapat dimanfaat secara bebas, jika pun hendak dimanfaatkan maka harus mengikuti sejumlah syarat secara ketat. Apabila syarat-syarat yang diajukan oleh museum tidak dapat dipenuhi oleh pihak yang memanfaatkan, maka izin pemanfaatan dapat dibatalkan. Lain halnya dengan pemanfaatan dalam

17

Page 19: Draft pedoman hasil fgd

Draft Pedoman Pemanfaatan Koleksi Museum

bidang kebudayaan, tentunya semua cagar budaya yang dimiliki oleh suatu museum (benda, bangunan, dan struktur) dapat dimanfaatkan, sedangkan koleksi imitasi, bangunan baru dan jika ada struktur baru pasti tidak akan dimanfaatkan.

Untuk lebih jelas dan terinci, uraian pemanfaatan khasanah museum dengan tujuan-tujuan sebagaimana yang telah ditentukan oleh RPP Museum 2014, diuraikan pada sub bab dibawah ini.

B. BENDA Koleksi museum yang berupa benda terdiri dari:1. Koleksi Benda Cagar Budaya

Koleksi benda cagar budaya merupakan benda yang telah ditetapkan menjadi Benda Cagar Budaya berdasarkan kriteria tertentu. Koleksi benda  budaya yang ditetapkan sebagai benda cagar budaya menjadikannya mempunyai nilai kepentingan yang berbeda daripada benda budaya yang tidak dicagarbudayakan. Sehingga pemanfaatannya juga berbeda. Koleksi benda cagar budaya, contoh perhiasan emas dari masa dinasti Sailendra, karena nilai penting dan langka, lebih terbatas pemanfaatannya. Sebagai benda asli yang bernilai sangat penting, tidak dimanfaatkan terlalu sering untuk pameran temporer, tidak mudah untuk dipinjamkan, tidak digunakan sebagai alat peraga pada kegiatan edukasi, dan bentuk pemanfaatan lainnya yang dapat membahayakan kelestarian koleksi untuk jangka waktu yang singkat maupun jangka waktu yang lebih lama. 

2. Koleksi Benda Non Cagar BudayaKoleksi benda budaya yang walaupun bukan merupakan benda cagar budaya, sebagai bukti asli atau bukti kenyataan dan kehadiran (realita dan eksistensinya) sebagai hasil budaya manusia, tetap bernilai penting.Cakupan pemanfaatan koleksi museum yang berkategori bukan koleksi cagar budaya lebih tidak terbatas daripada koleksi cagar budaya. Koleksi bukan cagar budaya dapat dimanfaatkan dengan lebih leluasa untuk berbagai kepentingan. Koleksi bukan benda cagar budaya bisa lebih  sering dimanfaatkan pada pameran di ruang terbuka, misalnya digunakan sebagai alat peraga dikegiatan edukasi baik di dalam museum maupun di luar museum ( di sekolah, contohnya). Pemanfaatan semacam ini dimungkinkan karena umumnya museum mempunyai lebih dari satu koleksi sejenis. 

3. Koleksi ReplikaMuseum dapat membuat replika benda cagar budaya maupun benda yang bukan cagar budaya untuk dijadikan koleksi. Koleksi replika dibuat sesuai

18

Page 20: Draft pedoman hasil fgd

Draft Pedoman Pemanfaatan Koleksi Museum

dengan kepentingan dan kebutuhan museum karena semakin banyak benda asli yang dikoleksi oleh suatu museum, semakin banyak pula pengunjungnya. Jumlah koleksi asli (realia) oleh pengunjung dijadikan ukuran kualitas suatu museum. Koleksi replika dapat dimanfaatkan untuk segala kepentingan oleh museum seperti penelitian; pameran: tetap, temporer, dan keliling; dipinjamkan; dijadikan sarana promosi; dipakai sebagai pengisi ruang (display); atau sebagai alat peraga.Potensi pemanfaatan yang begitu beragam tetap harus tidak bertentangan dengan visi, misi, dan kebijakan museum. 

4. Pedoman Pemanfaatan Benda Cagar Budaya

1) Pedoman Umum

a. Pemanfaatan koleksi museum yang berupa koleksi benda cagar budaya, koleksi  bukan benda cagar budaya, maupun koleksi replika mengacu pada kebijakan (policy) tertulis    koleksi yang dimiliki dan berlaku di setiap museum. 

b. Kebijakan pemanfaatan koleksi mencerminkan visi, misi, dan tujuan museum.  

c. Kebijakan pemanfaatan koleksi perlu dievaluasi secara berkala.

d. Koleksi yang pemanfaatannya diajukan oleh fihak diluar museum dan mengakibatkan koleksi berpindah tempat  mengacu pada buku pedoman peminjaman koleksi museum.    

e. Kurator, konservator, dan registrar melakukan kajian kelayakan terhadap koleksi yang akan dimanfaatkan.

f. Koleksi yang akan dimanfaatkan harus memperhatikan asas manfaatnya.

g. Bila koleksi dimanfaatkan untuk penelitian, penggunaan metode dan teknik penelitiannya mengedepankan kaidah pelestarian.         

h. Khusus koleksi Benda Cagar Budaya dibuatkan syarat dan prosedur pemanfaatan yang lebih spesifik yang berdasarkan pada kaidah pelestarian.

i. Setiap museum harus  memiliki syarat dan prosedur perijinan untuk pemanfaatan koleksi benda cagar budaya, koleksi bukan cagar budaya, dan koleksi replika yang diajukan oleh fihak luar museum.

19

Page 21: Draft pedoman hasil fgd

Draft Pedoman Pemanfaatan Koleksi Museum

j. Museum harus pula memiliki prosedur internal yang berlaku di masing-masing museum berkaitan dengan pemanfaatan koleksi cagar budaya, koleksi bukan cagar budaya, dan  koleksi replika.

k. Keamanan dan keutuhan koleksi wajib diprioritaskan oleh setiap pengelola museum.

2) Pemanfaatan koleksi untuk kepentingan layanan pendidikan

a. Layanan pendidikan atau kegiatan pembelajaran (learning) oleh museum dapat dilakukan didalam museum maupun diluar museum. 

b. Kegiatan bertujuan untuk lebih menciptakan interaksi antara pengunjung dengan koleksi agar tumbuh rasa ketertarikan pada benda-benda budaya dan menjadikan koleksi sebagai sumber inspirasi.

c. Materi setiap kegiatan layanan pendidikan harus mendukung tujuan museum; serta sesuai pula antara koleksi dengan yang memanfaatkan.

d. Layanan pendidikan atau pembelajaran di museum, antara lain, dapat berupa pameran tetap dan temporer, ceramah bertema khusus, demonstrasi pembuatan suatu benda budaya, museum masuk sekolah, koleksi keliling, dan lain bentuk kegiatan.

e. Koleksi yang dimanfaatkan selayaknya lebih banyak menggunakan koleksi non cagar budaya dan koleksi replika.

f. Pemanfaatan koleksi berupa benda cagar budaya agar selalu diawasi oleh pengelola museum. 

3) Pemanfaatan koleksi untuk kepentingan sosial

a. Pemanfaatan koleksi untuk kepentingan sosial dalam bentuk pameran, pengisi ruang, lomba, misalnya tetap memperhatikan kelestarian koleksi. 

b. Pemanfaatan koleksi diarahkan untuk menumbuhkan dan meningkatkan apresiasi serta kesadaran masyarakat pada benda hasil budaya sendiri.

c. Pengelola museum wajib mengarahkan dan mendampingi penyelenggara kegiatan untuk memaksimalkan hasil kegiatan dan meminimalkan risiko kerusakan koleksi.

d. Pemanfaatan koleksi harus sesuai dengan tujuan penggunaan kepentingan sosial.

20

Page 22: Draft pedoman hasil fgd

Draft Pedoman Pemanfaatan Koleksi Museum

e. Koleksi museum yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan sosial dibatasi hanya koleksi replika atau secara terbatas memanfaatkan koleksi non cagar budaya.

4) Pemanfaatan koleksi untuk kepentingan iptek

a. Pemanfaatan koleksi bagi kepentingan ini hanya diijinkan untuk keperluan yang terkait erat dengan pengetahuan, seperti desain, teknologi pembuatan (rekayasa), ilmu sosial (antropologi, sosiologi, arkeologi, sejarah), dan ilmu lain yang relevan.

b. Koleksi selayaknya hanya dapat dimanfaatkan di dalam museum.

c. Pengelola atau petugas museum wajib memantau dan mendampingi pemanfaat koleksi.

d. Norma-norma penanganan koleksi wajib dipatuhi oleh pemanfaat dari luar museum maupun dari dalam museum.

e. Penelitian sebagai salahsatu bentuk pemanfaatan wajib memperhatikan nilai penting koleksi.

f. Hasil pemanfaatan koleksi wajib dimiliki oleh pengelola museum dan disebarluaskan.

5) Pemanfaatan koleksi untuk kepentingan kebudayaan

a. Koleksi museum berupa benda cagar budaya, benda non cagar budaya, dan replika untuk kepentingan kebudayaan dapat dimanfaatkan untuk kegiatan, seperti kegiatan seni, kegiatan produksi audio visual ( film, video, dan fotografi), dan pameran. 

b. Pemanfaatan koleksi untuk kentingan kebudayaan wajib menjaga nilai budaya yang terkandung didalam setiap koleksi.

c. Koleksi museum hanya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan kebudayaan yang bertujuan memperkenalkan nilai budaya dan meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap nilai kelestarian budaya.

d. Setiap kegiatan pemanfaatan koleksi untuk kepentingan ini wajib diarahkan, didampingi, dan dievaluasi oleh pengelola museum.

e. Pemanfaatan harus memperhatikan keamanan serta kelestarian koleksi.

21

Page 23: Draft pedoman hasil fgd

Draft Pedoman Pemanfaatan Koleksi Museum

6) Pemanfaatan koleksi untuk kepentingan pariwisata

a. Koleksi museum dapat dimanfaatkan untuk kegiatan wisata yang bertujuan meningkatkan pembelajaran tentang warisan budaya yang bersifat kebendaan dan nilai budaya yang terkandung didalamnya serta nilai penting pelestariannya.

b. Pemanfaatan koleksi untuk kepentingan pariwisata harus diarahkan pula bagi upaya mempromosikan keragaman budaya, toleransi dalam keberagaman, serta jatidiri bangsa.

c. Pemanfaatan untuk kepentingan pariwisata harus turut mempromosikan museum dan koleksinya.

d. Penyelenggara wisata wajib berkonsultasi dan didampingi oleh pengelola museum agar informasi yang diberikan tidak menimbulkan kesan atau pandangan negatif tentang nilai-nilai yang terkandung dalam koleksi.

22

Page 24: Draft pedoman hasil fgd

Draft Pedoman Pemanfaatan Koleksi Museum

C. BANGUNANBangunan museum dapat diartikan sebagai lingkungan yang memberikan perlindungan terhadap koleksi didalamnya. Bangunan di museum memiliki berbagai ruang yang turut pula menjadi lapisan pelindung bagi koleksi hingga lapisan pelindung yang terkecil. Bangunan yang dikelola museum sebagian besar di antaranya adalah bangunan yang sudah sejak lama berdiri, jauh berasal dari masa lampau, bahkan keberadaan gedung tersebut pada masa lalu memiliki fungsi masing-masing, sehingga keberadaannya pada masa sekarang tetap dipertahankan. Bangunan di museum merupakan faktor yang sangat penting bagi pelestarian koleksi. Bangunan museum yang tidak memenuhi standar kelayakan akan mengancam keselamatan koleksi museum sebagai aset di dalamnya. Bangunan museum yang termasuk dalam kategori Bangunan Cagar Budaya memiliki nilai estetis yang perlu dilestarikan sehingga selain memiliki keistimewaan berfungsi sebagai ruang bernaung bagi koleksi museum dari lingkungan di sekitarnya. Bangunan museum dengan gaya yang khas memberikan aura yang menarik pengunjung karena dapat melibatkan memori dan pengalaman yang baru tentang keberadaan lingkungan sekitarnya.Berdasarkan kenyataan tersebut, bangunan museum memberikan daya tarik dan menawarkan keinginan bagi orang banyak untuk memanfaatkannya dalam berbagai kepentingan. Bangunan museum yang masuk ke dalam kategori cagar budaya sudah tentu penggunaan dan pemanfaatannya diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Pemanfaatan gedung museum baik yang berstatus Bangunan Cagar budaya maupun Bangunan Non Cagar Budaya penyediaan layanannya diharapkan dapat memberikan efek positif bagi museum dalam beberapa hal, seperti:

1. Mendatangkan dan meningkatkan lebih banyak jumlah pengunjung ke museum

2. Memperkenalkan museum kepada masyarakat luas3. Mendatangkan manfaat lainnya bagi museum

Mengenai bangunan museum yang tidak termasuk dalam kategori cagar budaya seperti halnya bangunan yang baru dibangun apakah penggunaan dan pemanfatannya juga memiliki aturan tersendiri yang diatur dalam undang-undang..?, lalu bagaimana aturan penggunaan dan pemanfaatan mengenai kedua bangunan yang berbeda status tersebut..?

Draf pedoman pemanfaatan ini berupaya memberikan gambaran akan perbedaan kedua hal tersebut ditinjau dari beberapa sisi pemanfatannya untuk kepentingan pendidikan, sosial, ilmu pengetahuan dan teknologi, Kebudayaan, dan Pariwisata.

23

Page 25: Draft pedoman hasil fgd

Draft Pedoman Pemanfaatan Koleksi Museum

1. Bangunan Cagar Budaya

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2010 tentang cagar Budaya dalam Pasal 1 ayat 3 menjelaskan bahwa bangunan Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding dan/atau tidak berdinding, dan beratap. Selanjutnya dalam pasal 7 disebutkan bahwa elemen bangunan Cagar Budaya wujudnya dapat berupa:

a. berunsur tunggal atau banyak; dan/ataub. berdiri bebas atau menyatu dengan formasi alam.

Bangunan Cagar Budaya yang telah ditetapkan juga diatur didalamnya mengenai beberapa kriteria seperti yang diatur dalam pasal 5.yaitu:

a. berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih;b. mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun;c. memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama,

dan/atau kebudayaan; dan d. memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa.

Bangunan Cagar Budaya yang dimaksud dalam pembuatan draf pedoman ini ditekankan pada Bangunan Cagar Budaya yang terdapat di museum, dimana banyak bangunan yang dimiliki museum sebagian besar masuk dalam kategori Bangunan Cagar Budaya yang statusnya telah diusulkan, didaftarkan ataupun ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya. Oleh karena itu dalam pasal 18 ayat 1 juga dijelaskan bahwa museum adalah lembaga yang memegang kendali dalam merawat Bangunan Cagar Budaya tersebut. Ayat selanjutnya kemudian menguatkan bahwa museum adalah lembaga yang bertanggung jawab dan berfungsi melindungi, mengembangkan, memanfaatkan koleksi berupa benda, bangunan, dan/atau struktur yang telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya atau yang bukan Cagar Budaya, dan mengomunikasikannya kepada masyarakat. Dalam hal pemanfaatan gedung museum sebagai Bangunan Cagar Budaya maka pengelola museum berupaya untuk memberdayakan kawasan dan/ataubangunan cagar budaya sebagai aset budaya untuk berbagai kepentingan yang tidak bertentangan dengan pelestariannya.

Bangunan Cagar Budaya menampilkan berbagai ketertarikan karena ditentukan oleh beberapa faktor yang menentukan seperti:

a. Usia dan sifat keantikan

b. Keterkaitan dengan peristiwa dan orang yang terkenal di masa lampau

c. Dokumen aspek-aspek kehidupan yang penting dari suatu masyarakat di masa lampau.

24

Page 26: Draft pedoman hasil fgd

Draft Pedoman Pemanfaatan Koleksi Museum

Pemanfaatan Bangunan Cagar Budaya adalah pendayagunaan Bangunan Cagar Budaya untuk kepentingan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat sesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan, termasuk kegiatan pemeliharaan, perawatan, dan pemeriksaan secara berkala dengan tetap mempertahankan pelestariannya.

Pemanfaatan Bangunan Cagar Budaya di museum sebaiknya memperhatikan Bangunan Cagar Budaya yang akan diberdayakan agar layak dan siap untuk dipergunakan bagi berbagai kepentingan yang sesuai dengan tujuan pelestarian. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut bilamana diperlukan pengelola museum membuat pertimbangan untuk melakukan kegiatan pemugaran terlebih dahulu agar syarat kelayakan bangunan dapat terpenuhi.

Dalam pasal 83 ayat 1 dijelaskan bahwa Bangunan Cagar Budaya dapat diadaptasi untuk memenuhi kebutuhan pada masa kini dengan tetap mempertahankan ciri-cirinya seperti:

1. ciri asli dan/atau muka Bangunan Cagar Budaya atau Struktur Cagar Budaya; dan/atau

2. ciri asli lanskap budaya dan/atau permukaan tanah Situs Cagar Budaya atau kawasan Cagar Budaya sebelum dilakukan adaptasi.

Adaptasi sebagaimana dimaksud dilakukan dengan:

a. mempertahankan nilai-nilai yang melekat pada Cagar Budaya;b. menambah fasilitas sesuai dengan kebutuhan;c. mengubah susunan ruang secara terbatas;dan/ataud. mempertahankan gaya arsitektur, konstruksi asli, dan keharmonisan

estetika lingkungan disekitarnya.

Melihat pengalaman dari kota-kota dunia, revitalisasi bangunan cagar budaya banyak membawa keuntungan, baik bagi pribadi pemilik bangunan, maupun bagi perkembangan kota tersebut, seperti yang terjadi di Kota Singapura dan Amsterdam. Revitalisasi ini bukan hanya menyangkut bangunannya saja, tetapi juga lingkungan tempat bangunan cagar budaya itu beradaselama tidak bertentangan dengan tujuan pelestarian dan memajukan kebudayaan nasional sesuai dengan ketentuan yang telah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.

Dalam undang-undang tersebut juga dijelaskan bahwa dalam rangka pemanfaatan bangunan museum, terutama bangunan yang telah masuk ke dalam katagori bangunan cagar budaya pemanfataannya dilakukan dengan memperhatikan batas-batas dan zonasi ruang yang sesuai dengan kaidah pelindungan terhadap bangunan cagar budaya.

25

Page 27: Draft pedoman hasil fgd

Draft Pedoman Pemanfaatan Koleksi Museum

Mengenai guna pemanfaatan pada bagian lain dalam undang-undang pasal 91 disebutkan bahwa pemanfaatan koleksi berupa Cagar Budaya di museum dilakukan untuk sebesar-besarnya pengembangan pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan, sosial, dan/atau pariwisata.Hal ini diberlakukan oleh Pemerintah baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah hingga perorangan.

Pemerintah kemudian memberikan fasilitas dalam pemanfaatan bangunan tersebut berupa perizinan, dukungan Tenaga Ahli Pelestarian, dukungan dana, dan/atau pelatihan sesuai dengan peringkat yang dimiliki oleh bangunan cagar budaya.Satu hal yang harus dilakukan dalam upaya pemanfaatan bangunan ini adalah mencegah terjadinya kerusakan terhadap bangunan museum. Pelestarian Bangunan Cagar Budaya, khususnya gedung museum memiliki aturan-aturan yang dijalankan seperti halnya peraturan yang dijalankan oleh beberapa pemerintah di Indonesia dengan tujuan :

a. mempertahankan keaslian kawasan dan/atau bangunan cagar budaya yang mengandung nilai sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan;

b. memulihkan keaslian kawasan dan/atau bangunan yang mengandung nilai sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan;

c. melindungi dan memelihara kawasan dan/atau bangunan cagar budaya dari kerusakan dan kemusnahan baik karena tindakan manusia maupun proses alam;

d. mewujudkan kawasan dan/atau bangunan cagar budaya sebagai kekayaan budaya untuk dikelola, dikembangkan dan dimanfaatkan sebaik-baiknya dan sebesar-besarnya untuk kepentingan pembangunan dan citra positif Daerah dan tujuan wisata.

Sasaran pelestarian bangunan cagar budaya adalah :

a. meningkatkan kesadaran masyarakat dan pemilik akan pentingnya pelestarian, perlindungan dan pemeliharaan kawasan dan/atau bangunan cagar budaya;

b. memberikan dorongan dan dukungan kepada masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya pelestarian, perlindungan, pemeliharaan dan pemanfaatan terhadap potensi kawasan dan/atau bangunan cagar budaya untuk kepentingan sejarah, pengetahuan, kebudayaan, sosial dan ekonomi.

Pemerintah dalam penyelenggaraan pengelolaan serta pemugaran dan pemulihan kawasan dan/atau bangunan cagar budaya berkewajiban :

a. mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kemampuan, kompetensi, tugas, fungsi dan tanggung jawab para pengambil keputusan dalam penyelenggaraan pengelolaan serta pemugaran dan pemulihan kawasan dan/atau bangunan cagar budaya;

26

Page 28: Draft pedoman hasil fgd

Draft Pedoman Pemanfaatan Koleksi Museum

b. menumbuhkembangkan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat dalam penyelenggaraan kegiatan pengelolaan serta pemugaran dan pemulihan kawasan dan/atau bangunan cagar budaya;

c. menyelenggarakan penelitian dan pengembangan di bidang pengelolaan serta pemugaran dan pemulihan kawasan dan/atau bangunan cagar budaya;

d. mengembangkan dan menerapkan instrumen ekonomi berupa insentif dan disinsentif maupun kompensasi yang bersifat non-ekonomis dalam penyelenggaraan pengelolaan serta pemugaran dan pemulihan kawasan dan/atau bangunan cagar budaya;

e. menyediakan informasi yang benar, jelas dan akurat tentang pengelolaan serta pemugaran dan pemulihan kawasan dan/atau bangunan cagar budaya;

f. melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan serta pemugaran dan pemulihan kawasan dan/atau bangunan cagar budaya kepada masyarakat;

g. mendorong partisipasi masyarakat dan membangun kemitraan dengan dunia usaha dibidang pengelolaan serta pemugaran dan pemulihan kawasan dan/atau bangunan cagar budaya;

h. memberikan pelayanan kepada siapapun yang berkepentingan di bidang pengelolaan serta pemugaran dan pemulihan kawasan dan/atau bangunan cagar budaya sesuai dengan Norma Standar Pelayanan Minimal.

Dalam pemanfaatan Bangunan Cagar Budaya di museum perlu dikeluarkan izin pemanfaatan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a. tujuan pemanfaatan;

b. waktu pemanfaatan;

c. lokasi pemanfaatan;

d. cara pemanfaatan;

e. bentuk pemanfaatan; dan

f. jumlah orang yang melakukan pemanfaatan

Sebagai bentuk pengawasan pengelola museum terhadap bangunannya, maka dalam kegiatan pemanfaatan tersebut pihak museum sebagai penaggung jawab harus turut terlibat langsung dalam seluruh kegiatan pemanfaatan bangunan museum yang berstatus cagar budaya.Ketentuan-ketentuan yang berlaku di museum pun harus disosialisasikan kepada kepada semua pihak.

Faktor kelayakan Bangunan Cagar Budaya juga menjadi perhatian utama sebelum kegiatan pemanfaatan dilakukan oleh masyarakat. Menurut

27

Page 29: Draft pedoman hasil fgd

Draft Pedoman Pemanfaatan Koleksi Museum

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 01/PRT/M/2015 tentang Bagunan Cagar Budaya Yang Dilestarikan Bangunan Cagar Budaya yang dilestarikan harus memiliki persyaratan administratif (pasal 5) dan teknis (pasal 6).

Persyaratan Administratif sebagai berikut:

1. Persyaratan administratif bangunan gedung cagar budaya yang dilestarikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a meliputi: a. status bangunan gedung sebagai bangunan gedung cagar budaya; b. status kepemilikan; dan c. perizinan.

2. Keputusan penetapan status bangunan gedung sebagai bangunan gedung cagar budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang cagar budaya.

3. Status kepemilikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi status kepemilikan tanah dan status kepemilikan bangunan gedung cagar budaya yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang.

4. Tanah dan bangunan gedung cagar budaya dapat dimiliki oleh negara, swasta, badan usaha milik negara/daerah, masyarakat hukum adat, atau perseorangan.

5. Perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c berupa Izin Mendirikan Bangunan atau perubahan Izin Mendirikan Bangunan yang dikeluarkan oleh pemerintah kabupaten/kota, pemerintah provinsi untuk DKI Jakarta, atau Menteri untuk bangunan gedung cagar budaya dengan fungsi khusus.

Persyaratan teknis sebagai berikut:

Persyaratan teknis bangunan gedung cagar budaya yang dilestarikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b meliputi:

a. persyaratan tata bangunan;

b. persyaratan keandalan bangunan gedung cagar budaya; dan

c. persyaratan pelestarian.

Pedoman Pemanfaatan

a. Layanan Pendidikan

Bangunan Cagar Budaya di museum sebagai pelindung bagi koleksi museum seringkali dimanfaatkan penggunaannya sebagai layanan

28

Page 30: Draft pedoman hasil fgd

Draft Pedoman Pemanfaatan Koleksi Museum

pendidikan. Pemanafaatan Bangunan Cagar Budaya. Mengenai hal tersebut terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan :

1. Pemanfaatan bagi Bangunan Cagar Budaya di museum harus mendapatkan izin dari pengelola museum

2. Pemanfaatan dilakukan dalam rangka memajukan pendidikan bagi masyarakat

3. Pemanfaatan Bangunan Cagar Budaya di museum untuk layanan pendidikan dilakukan dengan memperhatikan fungsi bangunan museum sesuai dengan ketentuan yang berlaku

4. Pemanfaatan Bangunan Cagar Budaya tetap menghormati aturan yang terkandung di dalamnya untuk menjaga kelestarian bangunan, koleksi museum dan lingkungan sekitarnya

5. Penyelenggaraan pemanfaatan Bangunan Cagar Budaya di museum untuk layanan pendidikan dilakukan melalui konsultasi dan tetap mendapatkan arahan, pengawasan dan pendampingan serta melibatkan pengelola museum di dalamnya

6. Pemanfaatan dilakukan dengan memperhatikan tanda-tanda atau zona yang ditetapkan oleh pengelola museum

Acara Yayasan Goodwill di Ruang Kertarajasa Gd. A Museum Nasional

b. Kepentingan Sosial

Museum berupaya menjadi mitra bagi masyarakat serta ikut aktif dalam memberikan tanggung jawab dan kepedulian sosial bagi masyarakat, maka dalam hal ini pemanfatan terhadap Bangunan Cagar Budaya di museum

29

Page 31: Draft pedoman hasil fgd

Draft Pedoman Pemanfaatan Koleksi Museum

salah satunya adalah untuk kepentingan sosial. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemanfaatan ini diantaranya:

1. Adanya persetujuan kerjasama antara kedua belah pihak2. Pemanfaatan Bangunan Cagar Budaya di museum terlebih dahulu

mendapatkan izin dari pengelola museum3. Pihak museum memperhatikan kapasitas, ketersediaan tempat atau

fasilitas pemanfaatan Bangunan Cagar Budaya untuk kepentingan sosial

4. Pemanfaatan Bangunan Cagar Budaya tetap menghormati aturan yang terkandung di dalamnya untuk menjaga kelestarian bangunan, koleksi museum dan lingkungan sekitarnya

5. Penyelenggaraan pemanfaatan Bangunan Cagar Budaya di museum untuk kepentingan sosial dilakukan melalui konsultasi dan tetap mendapatkan arahan, pengawasan dan pendampingan serta melibatkan pengelola museum di dalamnya

6. Pemanfaatan dilakukan dengan memperhatikan tanda-tanda atau zona yang ditetapkan oleh pengelola museum

Memperingati Hari Pengungsi se Dunia di Ruang Auditorium Gd. A Museum Nasional

c. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Bangunan Cagar Budaya di museum memiliki nilai penting bagi ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga pemanfaatan untuk kepentingan ini dapat bertujuan praktis dan bersifat aplikatif. Pemanfaatan ini pada prinsipnya dapat dilakukan memperhatikan beberapa hal berikut:

1. Pemanfaatan Bangunan Cagar Budaya di museum untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan teknologi terlebih dahulu mendapatkan izin dari pengelola museum

30

Page 32: Draft pedoman hasil fgd

Draft Pedoman Pemanfaatan Koleksi Museum

2. Pemanfaatan sepenuhnya dilakukan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

3. Pemanfaatan Bangunan Cagar Budaya tetap menghormati aturan yang terkandung di dalamnya untuk menjaga kelestarian bangunan, koleksi museum dan lingkungan sekitarnya

4. Penyelenggaraan pemanfaatan Bangunan Cagar Budaya di museum untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan melalui konsultasi dan tetap mendapatkan arahan, pengawasan dan pendampingan serta melibatkan pengelola museum di dalamnya

5. Pemanfaatan dilakukan dengan memperhatikan tanda-tanda atau zona yang ditetapkan oleh pengelola museum

Komunitas Museum Ceria dan penderita Alzheimer

d. Kebudayaan

Eksistensi museum sepenuhnya adalah untuk pengembangan kebudayaan termasuk di antaranya melalui pemanfaatan Bangunan Cagar Budaya. Pemanfaatan Bangunan Cagar Budaya di museum untuk kepentingan kebudayaan memiliki beberapa ketentuan:1. Pemanfaatan Bangunan Cagar Budaya di museum untuk kepentingan

kebudayaan terlebih dahulu mendapatkan izin dari pengelola museum2. Pemanfaatan untuk kebudayaan sepenuhnya dilakukan untuk

pengembangan kebudayaan3. Pemanfaatan Bangunan Cagar Budaya tetap menghormati aturan yang

terkandung di dalamnya untuk menjaga kelestarian bangunan, koleksi museum dan lingkungan sekitarnya

31

Page 33: Draft pedoman hasil fgd

Draft Pedoman Pemanfaatan Koleksi Museum

4. Penyelenggaraan pemanfaatan Bangunan Cagar Budaya di museum untuk kebudayaan dilakukan melalui konsultasi dan tetap mendapatkan arahan pengawasan dan pendampingan serta melibatkan pengelola museum di dalamnya

5. Pemanfaatan dilakukan dengan memperhatikan tanda-tanda atau zona yang ditetapkan oleh pengelola museum

Acara Bedah Buku “Laut dan Budaya” di Ruang Auditorium Gd. A

e. Pariwisata

Meskipun pada awalnya Bangunan Cagar Budaya tersebut tidak dikaitkan langsung dengan aspek pariwisata, tetapi sesuai dengan perkembangan jaman dan pemikiran baru di era modern, diperlukan perubahan pandangan untuk memanfaatkan dan mendayagunakan bangunan tersebut, bukan hanya sebagai monumen yang bernilai sejarah dan penanda di masa lalu, tetapi untuk kepentingan pariwisata.Bangunan Cagar Budaya di museum memiliki nilai estetis yang menarik perhatian bagi masyarakat luas, sehingga pemanfaatannya pun dapat dilakukan untuk kepentingan pariwisata. Pemanfaatan Bangunan Cagar Budaya di museum untuk kepentingan pariwisata memiliki bebrapa ketentuan:

1. Pemanfaatan Bangunan Cagar Budaya di museum untuk kepentingan pariwisata terlebih dahulu mendapatkan izin dari pengelola museum

2. Pemanfaatan dalam hal ini sepenuhnya dilakukan untuk pariwisata

32

Page 34: Draft pedoman hasil fgd

Draft Pedoman Pemanfaatan Koleksi Museum

3. Pemanfaatan Bangunan Cagar Budaya tetap menghormati aturan yang terkandung di dalamnya untuk menjaga kelestarian bangunan, koleksi museum dan lingkungan sekitarnya

4. Penyelenggaraan pemanfaatan Bangunan Cagar Budaya di museum untuk kepentingan pariwisata dilakukan melalui konsultasi dan tetap mendapatkan pengawasan, pendampingan dan melibatkan pengelola museum di dalamnya

5. Pemanfaatan dilakukan dengan memperhatikan tanda-tanda atau zona yang ditetapkan oleh pengelola museum

Acara Pentas Akhir Pekan di Museum Nasional

Auditorium Gd A Museum Nasional untuk kepentingan pariwisata

2. Bangunan Non Cagar Budaya

Dalam undang-undang disebutkan bahwa status Bangunan Non Cagar Budaya seperti yang telah dijelaskan pada pasal 18 ayat 2 memiliki persamaan dengan Bangunan Cagar Budaya dalam hal perlindungan, pengembangan, pemanfaatannya oleh pihak museum sebagai pengelola kedua bangunan tersebut. Namun sejatinya bahwa bangunan museum yang berstatus sebagai Bangunan Cagar Budaya memiliki perhatian yang lebih khusus.

33

Page 35: Draft pedoman hasil fgd

Draft Pedoman Pemanfaatan Koleksi Museum

“Museum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan, memanfaatkan koleksi berupa benda, bangunan, an/atau struktur yang telahditetapkan sebagai Cagar Budaya atau yang bukan Cagar Budaya, dan mengomunikasikannya kepada masyarakat.”

Bangunan Non Cagar Budaya bagi museum juga merupakan pelindung bagi koleksi terhadap lingkungan di sekitarnya serta menjadi penunjang segala macam aktifitas maupun kegiatan di museum. Keberadaan Bangunan Non Cagar Budaya di museum dapat juga dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan sesuai dengan kebijakan pengelola museum. Lain halnya dengan Bangunan Cagar Budaya yang dilindungi undang-undang, maka Bangunan Non Cagar Budaya dapat dilakukan kegiatan renovasi, penambahan ataupun perubahan bentuk bangunan selama mendapat persetujuan atau kebijakan pengelola museum. Perubahan terhadap Bangunan Non cagar Budaya dilakukan dengan memperhatikan risiko terhadap keselamatan koleksi di dalamnya dengan mempertimbangkan beberapa variabel sebagai berikut:

Kondisi koleksi Kondisi dan bentuk bangunan Jenis koleksi

Sekali pun berbeda status, namun pengelolaan Gedung Non Cagar Budaya di museum tetap menjadi perhatian utama karena fungsinya yang sama penting dengan Bangunan Cagar Budaya. Bangunan Non Cagar Budaya menjadi penunjang seluruh kegiatan museum dan menjadi ruang terbuka bagi publik dalam melakukan aktifitas kegiatan. Pemanfaatan Bangunan Non Cagar Budaya di museum sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengelola museum untuk melayani berbagai kepentingan masyarakat.

Seperti halnya Bangunan Cagar Budaya maka Bangunan Non Cagar Budaya di museum juga harus memiliki kriteria, baik secara administratif maupun teknis.

Pedoman Pemanfaatan

a. Layanan pendidikan

Bangunan Non Cagar Budaya seperti halnya Bangunan Cagar Budaya di museum memiliki fungsi yang hampir sama sebagai pelindung bagi koleksi museum. Pemanafaatan Bangunan Non Cagar Budaya dalam hal ini terkait pamanfaaatan ruang publik layanan pendidikan. Mengenai hal tersebut terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan :

34

Page 36: Draft pedoman hasil fgd

Draft Pedoman Pemanfaatan Koleksi Museum

1. Pemanfaatan bagi Bangunan Non Cagar Budaya di museum mendapatkan izin dari pengelola museum

2. Pemanfaatan dilakukan dalam rangka memajukan pendidikan bagi masyarakat

3. Pemanfaatan Bangunan Cagar Non Budaya di museum untuk layanan pendidikan dilakukan dengan memperhatikan fungsi bangunan museum sesuai dengan ketentuan yang berlaku

4. Pemanfaatan Bangunan Non Cagar Budaya tetap menghormati aturan yang terkandung di dalamnya untuk menjaga kelestarian koleksi museum dan lingkungan sekitarnya

5. Penyelenggaraan pemanfaatan Bangunan Non Cagar Budaya di museum untuk layanan pendidikan dilakukan melalui konsultasi dan tetap mendapatkan pengawasan, pendampingan dan melibatkan pengelola museum di dalamnya

6. Pemanfaatan dilakukan dengan memperhatikan tanda-tanda atau zona yang ditetapkan oleh pengelola museum

20th Anniversary Kinderland Preschool JakartaRuang Kaca Gd. B Museum Nasional

b. Kepentingan Sosial

Museum berupaya menjadi mitra bagi masyarakat dan ikut serta aktif dalam memberikan tanggung jawab dan kepedulian sosial bagi masyarakat. Pemanfatan Bangunan Non Cagar Budaya di museum salah satunya adalah untuk kepentingan sosial. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemanfaatan ini diantaranya:

1. Adanya persetujuan kerjasama antara kedua belah pihak35

Page 37: Draft pedoman hasil fgd

Draft Pedoman Pemanfaatan Koleksi Museum

2. Pemanfaatan Bangunan Non Cagar Budaya di museum terlebih dahulu mendapatkan izin dari pengelola museum

3. Pihak museum memperhatikan kapasitas, ketersediaan tempat atau fasilitas pemanfaatan Bangunan Non Cagar Budaya untuk kepentingan sosial

4. Pemanfaatan Bangunan Non Cagar Budaya tetap menghormati aturan yang terkandung di dalamnya untuk menjaga pelestarian koleksi museum dan lingkungan sekitarnya

5. Penyelenggaraan pemanfaatan Bangunan Non Cagar Budaya di museum untuk kepentingan sosial dilakukan melalui konsultasi dan tetap mendapatkan arahan, pengawasan serta pendampingan dan melibatkan pengelola museum di dalamnya

6. Pemanfaatan dilakukan dengan memperhatikan tanda-tanda atau zona yang ditetapkan oleh pengelola museum.

Program Acara “save the children” di Ruang Kaca Gd. B Museum Nasional

c. Ilmu pengetahuan dan teknologi

Bangunan Non Cagar Budaya di museum memiliki berbagai fungsi pemanfaatan seperti pemanfaatan dalam kepentingan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga dapat bertujuan praktis dan bersifat aplikatif. Pemanfaatan ini pada prinsipnya dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal berikut:1. Pemanfaatan Bangunan Non Cagar Budaya di museum untuk

kepentingan ilmu pengetahuan dan teknologi terlebih dahulu mendapatkan izin dari pengelola museum

36

Page 38: Draft pedoman hasil fgd

Draft Pedoman Pemanfaatan Koleksi Museum

2. Pemanfaatan Bangunan Non Cagar Budaya diperuntukkan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

3. Pemanfaatan Bangunan Non Cagar Budaya tetap menghormati aturan yang terkandung di dalamnya untuk menjaga pelestarian koleksi museum dan lingkungan sekitarnya

4. Penyelenggaraan pemanfaatan Bangunan Non Cagar Budaya di museum untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan melalui konsultasi dan tetap mendapatkan arahan, pengawasan serta pendampingan dan melibatkan pengelola museum di dalamnya

5. Pemanfaatan dilakukan dengan memperhatikan tanda-tanda atau zona yang ditetapkan oleh pengelola museum

Ceramah Ilmiah tentang ilmu pengetahuan budaya Gedung B Museum Nasional

d. Kebudayaan

Museum sebagai lembaga yang melestarikan dan mengembangkan kebudayaan selalu bekerja sama dengan masyarakat termasuk di antaranya melalui pemanfaatan Bangunan Non Cagar Budaya. Pemanfaatan Bangunan Non Cagar Budaya di museum untuk kepentingan kebudayaan memiliki beberapa ketentuan:

1. Pemanfaatan Bangunan Non Cagar Budaya di museum untuk kepentingan kebudayaan terlebih dahulu mendapatkan izin dari pengelola museum

2. Pemanfaatan untuk kepentingan kebudayaan sepenuhnya dilakukan untuk pengembangan dan pelestarian kebudayaan

37

Page 39: Draft pedoman hasil fgd

Draft Pedoman Pemanfaatan Koleksi Museum

3. Pemanfaatan Bangunan Non Cagar Budaya tetap menghormati aturan yang terkandung di dalamnya untuk menjaga pelestarian koleksi museum dan lingkungan sekitarnya

4. Penyelenggaraan pemanfaatan Bangunan Non Cagar Budaya di museum untuk kebudayaan dilakukan melalui konsultasi dan tetap mendapatkan arahan, pengawasan dan pendampingan serta melibatkan pengelola museum di dalamnya

5. Pemanfaatan dilakukan dengan memperhatikan tanda-tanda atau zona yang ditetapkan oleh pengelola museum

Malam Budaya untuk BCA

e. Pariwisata

Bangunan Non Cagar Budaya di museum memiliki berbagai kegunaan. Bagi masyarakat keberadaan Bangunan Non Cagar Budaya di museum menjadi salah satu tujuan untuk dimanfaatkan khususnya untuk kepentingan pariwisata:

1. Pemanfaatan Bangunan Non Cagar Budaya di museum untuk kepentingan pariwisata terlebih dahulu mendapatkan izin dari pengelola museum

2. Pemanfaatan dalam hal ini sepenuhnya dilakukan untuk memajukan pariwisata

3. Pemanfaatan Bangunan Non Cagar Budaya tetap menghormati aturan yang terkandung di dalamnya untuk menjaga pelestarian koleksi museum dan lingkungan sekitarnya

4. Penyelenggaraan pemanfaatan Bangunan Cagar Budaya di museum untuk kepentingan pariwisata dilakukan melalui konsultasi dan tetap

38

Page 40: Draft pedoman hasil fgd

Draft Pedoman Pemanfaatan Koleksi Museum

mendapatkan arahan, pengawasan dan pendampingan serta melibatkan pengelola museum di dalamnya

5. Pemanfaatan dilakukan dengan memperhatikan tanda-tanda atau zona yang ditetapkan oleh pengelola museum.

D. STRUKTUR 1. Struktur Cagar Budaya

Pada Pasal 1 ayat 6, Struktur Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam dan/atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang kegiatan yang menyatu dengan alam, sarana, dan prasarana untuk menampung kebutuhan manusia.

2. Struktur Non Cagar BudayaStruktur non cagar budaya yang merupakan koleksi museum memiliki perlakuan yang sama dengan koleksi lainnya.

3. Pedoman Pemanfaatan

a. Pemanfaatan Untuk Layanan PendidikanPemanfaatan Koleksi museum untuk kepentingan pendidikan meliputi kegiatan ekstrakurikuler, penulisan karya ilmiah, studi dan kunjungan lapangan, kemah budaya, lokakarya dan kegiatan lainnya sebagai media pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran tentang pelestarian koleksi museum, dan lain lain. Ketentuan teknis pemanfaatan untuk kepentingan Pendidikan, yaitu: 1) Pemanfaatan untuk kepentingan pendidikan sesuai dengan materi

yang diberikan;

2) Pemanfaatan sesuai dengan prinsip pelestarian

3) Untuk pengaturan pelaksanaannya dikonsultasikan dan didampingi atau diawasi oleh pengelola museum

b. Pemanfaatan Untuk Kepentingan SosialPemanfaatan Koleksi Museum untuk kepentingan sosial adalah pemanfaatan yang dilakukan oleh masyarakat untuk kegiatan sosial kemasyarakatan (misalnya pameran, bazar, lomba, dan lain-lain). Ketentuan teknis pemanfaatan untuk kepentingan sosial terhadap: daya dukung/luas koleksi museum

39

Page 41: Draft pedoman hasil fgd

Draft Pedoman Pemanfaatan Koleksi Museum

Harus tetap menghormati nilai-nilai yang terkandung di dalam koleksi museum dan dapat meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap kelestarian koleksi museum

Kegiatan pemanfaatan harus menjaga kelestarian koleksi museum Untuk pengaturan pelaksanaannya harus dikonsultasikan dan

didampingi atau diawasi oleh pengelola museum dan dapat berkoordinasi dengan UPT Dinas Kebudayaan terkait.

Pemanfaatan untuk kepentingan sosial (seperti pertemuan, lomba, olah raga, dan pernikahan) dapat dilaksanakan di daerah tertentu.

c. Pemanfaatan Untuk Kepentingan Ilmu Pengetahuan dan TeknologiPemanfaatan Koleksi Museum untuk kepentingan ilmu pengetahuan meliputi penelitian untuk akademis, seperti penelitian yang dilakukan dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan (arkeologi, arsitektur, antropologi, sejarah, sosiologi, teknik, dan lain sebagainya). Ketentuan teknis pemanfaatan untuk kepentingan Ilmu pengetahuan, yaitu:

1) Penelitian harus memperhatikan nilai penting dari koleksi museum dan untuk meningkatkan apresiasi masyarakat;

2) Penelitian yang bersifat destruktif tidak diizinkan.3) Hasil pemanfaatan dari kegiatan penelitian koleksi museum, wajib

dipublikasikan kepada museum dan masyarakat.

d. Pemanfaatan Untuk Kepentingan KebudayaanPemanfaatan Koleksi Museum untuk kepentingan kebudayaan dalam lingkup seni meliputi kegiatan seni pertunjukan (drama, tari, musik, karawitan, wayang), seni rupa, seni kriya, audio visual, film, fotografi, media cetak dan elektronik, pameran, pagelaran, dan lain lain.

Ketentuan teknis pemanfaatan untuk kepentingan Kebudayan, yaitu:

1) Dalam pengambilan gambar atau film harus tetap mengormati norma-norma yang ada pada koleksi museum dan masyarakat pendukungnya

2) Harus turut mepromosikan koleksi museum dan meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap pelestariannya

3) Mampu meningkatkan pembelajaran tentang warisan budaya yang bersifat kebendaan (tangible) dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya ( intangible)

4) Mampu meningkatkan dan mempertahankan nilai-nilai kearifan lokal5) Sarana dan prasarana penunjang yang digunakan (tata panggung,

lampu, tenda, generator, dan sebagainya) harus dikonsultasikan dengan pengelola museum

e. Pemanfaatan untuk Kepentingan Pariwisata40

Page 42: Draft pedoman hasil fgd

Draft Pedoman Pemanfaatan Koleksi Museum

Pemanfaatan Cagar Budaya untuk kepentingan pariwisata meliputi wisata budaya, wisata sejarah, wisata ziarah, wisata umum, wisata pendidikan, wisata minat khusus, dan lain lain.1) Pemanfaatan agar melibatkan peranserta pengelola museum dan

masyarakat;2) Harus tetap menghormati norma masyarakat sekitar dan nilai yang

terkandung di dalam koleksi museum; 3) harus dapat memberikan dukungan kontribusi pada upaya pelestarian

koleksi museum yang dimanfaatkan;4) Mampu meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap koleksi museum;

41

Page 43: Draft pedoman hasil fgd

Draft Pedoman Pemanfaatan Koleksi Museum

BAB IVPENUTUP

Dalam penyelenggaraan dan pengelolaan museum disadari perlu suatu pedoman untuk pemanfaatan koleksi untuk kepentingan pengelola museum sendiri maupun untuk masyarakat.

Untuk lebih memaksimalkan pemanfaatan koleksi tersebut Direktorat Jenderal Kebudayaan, melalui Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman berusaha menyusun sebuah pedoman, yaitu Pedoman Pemanfaatan Koleksi Museum.

Pada akhirnya dengan adanya “Buku Pedoman”ini, diharapkan secara maksimal museum dapat memanfaatkan koleksi bagi kepentingan museum sendiri maupun kepentingan masyarakat.

42