draft pedoman rs pendidikan diknas

91
PEDOMAN RUMAH SAKIT PERGURUAN TINGGI NEGERI SURAT KEPUTUSAN DIRJEN DIKTI No......./......../2013 1 | Pedoman RS PT Kep Dirjendikti No:

Upload: suprijanto-rijadi

Post on 19-Jun-2015

7.100 views

Category:

Education


2 download

DESCRIPTION

Dengan gencarnya pembangunan RS Pendidikan pada berbagai Fakultas Kedokteran Negeri dan swasta dirasakan perlunya suatu Pedoman RS Pendidikan untuk Standar Pembangunan RS Pendidikan. Draft ini adalah Pedoman Yang akan dibuatkan SKnya oleh Mendiknas dalam waktu dekat

TRANSCRIPT

Page 1: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

PEDOMAN RUMAH SAKITPERGURUAN TINGGI NEGERI

SURAT KEPUTUSAN DIRJEN DIKTI No......./......../2013

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGIKEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

1 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 2: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

2013

KATA PENGANTAR (perlu disesuaikan kembali)

Sesuai dengan UU No. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi dan UU No.20 tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran serta UU no 29 tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran dalam upaya menghasilkan dokter layanan primer yang profesional dan kompeten, Fakultas Kedokteran disetiap Perguruan Tinggi wajib menyelenggarakan Pendidikan Kedokteran yang berorientasi kepada kepentingan Nasional. Pendidikan Kedokteran diselenggarakan melalui dua tahap yaitu Program Pendidikan Sarjana Kedokteran dan Program Pendidikan Profesi Dokter, dalam pelaksanaannya harus berdasarkan Standar Pendidikan Profesi Dokter dan Standar Kompetensi Dokter yang diterbitkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia tahun 2012. Pada Pendidikan Profesi Dokter setiap Fakultas Kedokteran wajib mempunyai Rumah Sakit Pendidikan sebagai tempat pendidikan profesi dokter.

Pada PP No 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional dicantumkan bahwa Pengelolaan kesehatan adalah proses atau cara mencapai tujuan pembangunan kesehatan melalui pengelolaan upaya kesehatan, penelitian dan pengembangan kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia kesehatan, sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan, manajemen, informasi dan regulasi kesehatan serta pemberdayaan masyarakat. Sumber daya manusia dan pengembangannya pada Sistem Kesehatan Nasional termasuk didalamnya adalah dokter layanan primer yang dihasilkan dari Pendidikan Profesi Dokter di RS Pendidikan, dengan demikian RS Pendidikan tidak berdiri sendiri namun merupakan bagian dari Sistem Kesehatan Nasional sehingga dokter layanan primer yang dihasilkan harus sesuai dengan sasaran dan tujuan nasional untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya.

RS Perguruan Tinggi adalah Rumah sakit pendidikan berkedudukan langsung dibawah Rektor Univesitas dibawah naungan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemdikbud merupakan tempat pendidikan di bidang kedokteran dan kesehatan, penelitian dan pelayanan kesehatan secara terpadu.Untuk menyelenggarakan RS PT diperlukan Pedoman RS PT sebagai acuan pada setiap program anggaran dan kegiatan pendidikan di RS PT.

Kepada seluruh kontributor penyusunan buku pedoman ini kami sampaikan terimakasih. Semoga rumah sakit perguruan tinggi negeri dapat menjadi tempat pendidikan yang menghasilkan luaran tenaga kesehatan, penelitian dan layanan yang berkualitas.

Jakarta, Agustus 2013

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi

2 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 3: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

TIM PENYUSUN

1. Dadang Sudiyarto

2. Harris Iskandar

3. Amal C. Sjaaf

4. Anwar Santoso

5. Tri Hanggono Achmad

6. Ova Emilia

7. Arsitawati P. Rahardjo

8. Abidin Widjanarko

9. Tri Hesty Widyastoeti

10. Erwin Santosa

11. Buddy HW. Utoyo

12. Budi Riyanto

13. Johnny Sinaga

14. Ahmad Samhari Baswedan

15. Masyitoh

3 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 4: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

TIM PENYUSUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Landasan Hukum1.3 Pengertian Rumah Sakit Pendidikan1.4 Pengertian Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri1.5 Tujuan Pedoman Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri

BAB II KONSEP DASAR RUMAH SAKIT PENDIDIKAN2.1 Konsep Dasar Rumah Sakit Pendidikan2.2 Konsep Teknis Rumah Sakit Pendidikan2.3 Indikator Rumah Sakit Pendidikan

BAB III IMPLEMENTASI KONSEP DASAR RS PENDIDIKAN DI RS PT3.1 Rasional3.2 Implementasi Konsep Dasar Pendidikan di RS PT3.3 Implementasi Konsep Dasar Pelayanan di RS PT3.4 Implementasi Konsep Dasar Penelitian di RS PT

BAB IV KELEMBAGAAN DAN PENGORGANISASIAN RS PT4.1 Kelembagaan RS PT 4.2 Tujuan RS PT4.3 Visi dan Misi RS PT4.4 Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi

BAB VTATA KELOLA SUMBER DAYA RS PT5.1 Tata Kelola Sumber Daya Manusia5.2 Tata Kelola Keuangan RS PT sebagai BLU 5.3 Tata Kelola Aset

BAB VI KONSEP PEMBANGUNAN FISIK RS PT6.1 Pembangunan berdasarkan fungsi6.2 Master Plan6.3 DED

PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

4 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 5: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

5 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 6: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 bahwa mendapatkan

pelayanan kesehatan merupakan hak setiap warga. Negara bertanggung jawab

dalam menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan saat ini

makin disoroti dengan akan diberlakukannya Universal Coverage atau Sistem

Jaminan Sosial Nasional. Undang-undang No 40 tahun 2004 tentang Sistem

Jaminan Sosial Nasional mengatakan bahwa jaminan sosial adalah salah satu

bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi

kebutuhan dasar hidupnya yang layak.

Dengan diberlakukannya undang-undang tersebut maka diproyeksikan kebutuhan

akan penyelenggara pelayanan kesehatan semakin meningkat. Peningkatan

kebutuhan penyelenggara pelayanan kesehatan dalam hal ini rumah sakit, akan

diikuti dengan meningkatnya kebutuhan tenaga kesehatan, khususnya dokter.

Sampai tahun 2010 Kementerian Kesehatan mengatakan Indonesia masih

kekurangan 30 ribu tenaga dokter.

Institusi pendidikan selaku produsen tenaga dokter dituntut untuk ikut berperan

dalam menyukseskan diberlakukankannya Sistem Jaminan Sosial Nasional

(SJSN). Pendidikan kedokteran berperan dalam menghasilkan tenaga dokter yang

cukup secara kuantitas dan baik secara kualitas. Kuantitas yang cukup dan

kualitas yang baik dari tenaga dokter dihasilkan dari sistem pendidikan yang baik.

Sistem pendidikan diharapkan dapat menjawab tuntutan kompetensi tenaga dokter

dan tuntutan kualitas layanan masa kini dan masa datang. Layanan kesehatan yang

berkualitas seperti yang diharapkan SJSN membutuhkan tenaga kesehatan,

khususnya dokter yang berkualitas.

6 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 7: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

Data dokter umum registrasi Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) 2010

mengatakan bahwa jumlah tenaga dokter umum masih kurang. Hal ini dapat

dilihat dari jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 sebesar ± 235 juta dengan

tingkat laju pertumbuhan penduduk ± 1,42 % per tahun maka jumlah penduduk

Indonesia tahun 2016 diperkirakan ± 255 juta, jika tingkat atrisi dokter umum 5%

per 5 tahun dan rasio ideal tenaga dokter dengan penduduk adalah 1:1200 maka

pada tahun 2016 Indonesia akan kekurangan tenaga dokter sebanyak 149.540

orang. Untuk memenuhi kebutuhan dokter umum pada tahun 2016 maka

diperlukan lulusan sebanyak 29.908 lulusan/ tahun.

Untuk dapat menghasilkan lulusan sesuai kebutuhan maka jumlah tempat tidur di

rumah sakit sebagai sarana pendidikan menjadi bagian yang diperhatikan. Kajian

The Accreditation Council of Graduate Medical Education menyatakan bahwa

jumlah tempat tidur rumah sakit yang digunakan untuk pendidikan memiliki

korelasi terhadap tingkat kelulusan dalam ujian sertifikasi dokter. Jika rasio ideal

mahasiswa dan tempat tidur adalah 1: 3 maka kebutuhan tempat tidur (TT) RS

untuk pendidikan pada tahun 2013 adalah 10.450 TT. Fakultas kedokteran yang

ada (72 FK) belum dapat mengejar kebutuhan tenaga dokter.

Kualitas lulusan tenaga dokter merupakan peran penting lainnya yang menjadi

tanggung jawab sebuah institusi pendidikan. Dimasa yang akan datang tenaga

dokter harus mampu menghadapi tantangan-tantangan baru dimana mulai

bermunculannya infeksi baru, timbulnya resiko dari kondisi lingkungan dan

perilaku serta makin cepatnya transisi demografi yang mengancam kesehatan.

Sistem kesehatan dunia saat ini masih terus berjuang menghadapi kondisi yang

semakin kompleks dan mahal.

Data WHO dalam World Health Report 2006 mengatakan bahwa penyakit kronis

saat ini berkembang dan menjadi penyebab kematian tertinggi, lebih lanjut lagi

WHO merekomendasikan untuk melakukan revitalisasi strategi pendidikan

kedokteran. Pendidikan dokter saat ini belum dapat menjawab tantangan ini

dikarenakan kurikulum yang terfragmentasi dan berjalan ditempat sehingga

7 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 8: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

menghasilkan lulusan yang hanya menguasai penyakit. Hal ini dibenarkan dengan

adanya data Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) yang mengatakan

bahwa lulusan dokter Indonesia menguasai penegakkan diagnosa dan terapi tetapi

sangat lemah dalam promosi kesehatan dan pencegahan penyakit, rehabilitasi dan

pengetahuan akan hukum dan etik.

Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) telah menetapkan SKDI sebagai acuan dalam

penyelenggaraan pendidikan dokter di Indonesia. Kompetensi tenaga dokter

Indonesia terdiri dari empat pilar dan tiga pondasi. Pilar kompetensi terdiri dari

pengelolaan informasi, landasan ilmiah kedokteran, keterampilan klinis dan

pengelolaan masalah kesehatan. Pondasi terdiri dari profesionalitas yang luhur,

mawas diri dan pengembangan diri serta komunikasi yang efektif. Untuk dapat

menjawab tantangan dimasa yang akan datang maka pendidikan tenaga dokter dan

tenaga kesehatan lainnya haruslah berorientasi pada outcome dan kesiapan

terhadap peningkatan jumlah penyakit kronik. Outcome yang ingin dihasilkan

adalah pembelajaran transformatif dan interdepedensi dalam pendidikan.

Pembelajaran transformatif adalah suatu cara pembelajaran dimana kepemimpinan

dikembangkan, yang bertujuan untuk menghasilkan seorang agen perubahan.

Tenaga dokter dan tenaga kesehatan lainnya diharapkan bukan hanya memiliki

pengetahuan dan keterampilan menjadi seorang professional, tetapi juga menjadi

pemimpin yang siap menghadapi berbagai kondisi mendatang. Interdependensi

adalah elemen kunci dalam pendekatan sistem, karena menekankan pada cara dari

berbagai komponen berinteraksi. Interdependensi dalam pendidikan juga

melibatkan 3 pemikiran fundamental yaitu pendidikan yang terisolasi menjadi

pendidikan yang sejalan dengan sistem kesehatan, institusi yang berdiri sendiri

menjadi institusi yang memiliki jejaring dan institusi yang melihat ke dalam

menjadi institusi yang menjalin koneksi dengan dunia luar untuk konten kemajuan

pendidikan. Pembelajaran transformatif dan interdepedensi di jabarkan dalam

sembilan konsep dasar. Sembilan konsep dasar ini di harapkan dapat menjawab

tantangan masa depan mengenai kompetensi dan kualitas layanan tenaga

kesehatan, khususnya dokter.

8 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 9: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

Dalam perjalanannya sistem pendidikan kedokteran memerlukan rumah sakit

sebagai tempat pendidikan. Munculnya paradigma bahwa fungsi pendidikan

mengganggu pelayanan di rumah sakit menyebabkan pengembangan kompetensi

interprofesionalitas dalam pelayanan dan pendidikan serta penelitian translasional

belum berjalan optimal.

Model rumah sakit pendidikan saat ini adalah rumah sakit rujukan pelayanan

tertier sehingga peserta didik / co-ass seringkali menemukan kesulitan

mendapatkan kasus sesuai kompetensinya. Kasus yang ada dalam rumah sakit

rujukan sebagian besar merupakan kasus-kasus rujukan sehingga sudah tidak tepat

lagi untuk tempat pendidikan dokter layanan primer, tetapi lebih sesuai sebagai

tempat pendidikan dokter spesialis.

Selain itu ditemukan juga perbedaan kualitas hasil didik Fakultas Kedokteran di

beberapa RS Pendidikan, hal ini ditengarai oleh besarnya variasi rumah sakit

pendidikan, lemahnya koordinasi antar bagian di beberapa RS Pendidikan dalam

men-standarisasi proses pendidikan klinik, belum adanya integrasi antara

pendidikan dan pelayanan, dan belum adanya model rumah sakit pendidikan yang

ideal .

Belajar dari keadaan yang ada dimana Indonesia masih kekurangan tenaga dokter

yang dalam pendidikannya memerlukan rumah sakit sebagai wahana pendidikan,

perlunya perubahan strategi pendidikan kedokteran, perlunya pendekatan

pembelajaran transformatif dan menempatkan pendidikan kedokteran sebagai

bagian dari sistem kesehatan di Indonesia dan lahirnya UU Pendidikan

Kedokteran No 20 Tahun 2013 maka Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

mendirikan 21 Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri.

Rumah sakit perguruan tinggi yang selanjutnya disebut RS PTN merupakan

rumah sakit pendidikan milik Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan atau swasta yang dikelola perguruan tinggi. RS PT ditujukan

9 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 10: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

untuk menjadi wahana pendidikan di bidang kedokteran dan kesehatan, penelitian

dan pelayanan kesehatan secara terpadu.

Keberadaan RS PT tidak berdiri sendiri namun merupakan bagian dari Sistem

Kesehatan Nasional Sistem Kesehatan Nasional (SKN). SKN adalah pengelolaan

kesehatan yang diselenggarakan oleh semua komponen bangsa Indonesia secara

terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya. (PP RI no 72 tahun 2012 tentang Siskesnas)

termasuk disini adalah dokter layanan primer yang merupakan ujung tombak

pelayanan kesehatan pada masyarakat, yang merupakan output dari proses

pendidikan kedokteran di Fakultas Kedokteran dan RS PT. Dengan demikian jati

diri RS PT adalah untuk kepentingan bangsa dalam hal ini kesehatan bangsa. Jadi

arah pendidikan dokter disamping kompetensi dokter sesuai SKDI juga

pembangunan karakter nasional dengan pemahaman bahwa RS adalah bagian dari

sistem kesehatan nasional.

1.2 Landasan Hukum

Landasan hukum Pedoman RS PT adalah sebagai berikut :

1. UUD 1945.

a. Pasal 28H

Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat

tinggal, dan mendapatkan ingkungan hidup yang baik dan sehat serta

berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

b. Pasal 34

Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan

kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.

2. Undang-Undang no 20 tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran

Pasal 6

Pembentukan Fakultas Kedokteran dan/atau Fakultas Kedokteran

Gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit harus

memenuhi syarat dan ketentuan sebagai berikut:

10 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 11: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

a. memiliki Dosen dan Tenaga Kependidikan sesuai dengan

ketentuan Peraturan Perundang-undangan;

b. memiliki gedung untuk penyelenggaraan pendidikan;

c. memiliki laboratorium biomedis, laboratorium kedokteran klinis,

laboratorium bioetika/humaniora kesehatan, serta laboratorium

kedokteran komunitas dan kesehatan masyarakat; dan

d. memiliki Rumah Sakit Pendidikan atau memiliki rumah sakit

yang bekerja sama dengan Rumah Sakit Pendidikan dan Wahana

Pendidikan Kedokteran.

3. Undang-Undang no 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi

4. UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

5. UU No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

a. Pasal 1

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara

paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan

dan gawat darurat.

b. Pasal 22

Rumah sakit dapat ditetapkan menjadi Rumah Sakit

Pendidikan setelah

memenuhi persyaratan dan standar Rumah Sakit Pendidikan

Rumah Sakit Pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan oleh Menteri setelah berkoordinasi dengan Menteri

yang membidangi urusan pendidikan.

c. Pasal 23

Rumah Sakit Pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

22 merupakan rumah sakit yang menyelenggarakan pendidikan

dan penelitian secara terpadu dalam bidang pendidikan profesi

kedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan

pendidikan tenaga kesehatan lainnya.

Dalam penyelenggaraan Rumah Sakit Pendidikan dapat

dibentuk jejaring RS PT.

11 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 12: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

Ketentuan lebih lanjut mengenai Rumah Sakit Pendidikan

diatur dengan Peraturan Pemerintah.

6. UU No 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.

7. Peraturan Pemerintah No 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan

Nasional

8. PP Nomor 74 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan

Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Badan

Layanan Umum.

9. Permenkes No 512/MENKES/PER/IV/2007 tentang Izin Praktik dan

Pelaksanaan Praktik Kedokteran.

10. Permenkes No147/MENKES/PER/I/2010 tentang Perizinan Rumah

Sakit.

11. Permenkes No 340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi

Rumah Sakit.

12. Kepmenkes No 1069/Menkes/SK/XI/2008 tentang Pedoman

Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan.

13. Peraturan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan

Menteri Kesehatan nomor 2/V/PB/2013 nomor 38 tahun 2013

tentang Rumah Sakit Pendidikan.

14. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia nomor 10 tahun 2012

tentang Standar Pendidikan Profesi Dokter Indonesia.

15. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia nomor 11 tahun 2012

tentang Standar Kompetensi Dokter Indonesia.

1.3 Pengertian Rumah Sakit Pendidikan

Rumah Sakit Pendidikan adalah rumah sakit yang mempunyai fungsi sebagai

tempat pendidikan, penelitian, dan pelayanan kesehatan secara terpadu

dalam bidang pendidikan dokter dan/atau dokter gigi, pendidikan

berkelanjutan, dan pendidikan kesehatan lainnya secara multiprofesi.

1.4 Pengertian Rumah Sakit Perguruan Tinggi

12 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 13: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

a. Rumah sakit perguruan tinggi negeri yang selanjutnya disebut RS PT

merupakan rumah sakit pendidikan baik milik pemerintah dalam hal ini

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan maupun swata, yang dikelola

perguruan tinggi negeri.

b. RS PT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk menjadi

wahana pendidikan di bidang kedokteran dan kesehatan, penelitian dan

pelayanan kesehatan secara terpadu.

1.5 Tujuan Pedoman Rumah Sakit Perguruan Tinggi

Tujuan Pedoman RS PT adalah sebagai berikut :

1. Sebagai petunjuk dan acuan perencanaan dan penyelenggaraan,

pendidikan kedokteran, pelayanan medik prima dan penelitian

translasional secara terintegrasi di RS PT.

2. Sebagai petunjuk dan acuan pengembangan dan pembangunan fisik RS

PT sesuai dengan fungsi pendidikan, pelayanan, penelitian RS PT.

13 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 14: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

BAB II

KONSEP DASAR RUMAH SAKIT PENDIDIKAN

Konsep yang dibangun dalam mengembangkan dan merancang Rumah

Sakit Pendidikan mengacu kepada kebijakan dan peraturan yang terkait

pelayanan kesehatan dan pendidikan, tuntutan kompetensi tenaga dokter masa kini

dan masa datang, tuntutan kualitas layanan kesehatan masa kini dan masa datang

serta perkembangan RS Pendidikan di luar negeri. Atas dasar tersebut maka

disusunlah konsep dasar RS Pendidikan yang di sembilan konsep dasar dan

sebelas konsep teknis serta sembilan indikator RS Pendidikan. Pembuat kebijakan

dan pengelola RS Pendidikan harus berpegangan kepada sembilan konsep dasar

dan sebelas konsep teknis RS Pendidikan.

2.1 Konsep Dasar RS Pendidikan

Konsep Dasar RS Pendidikan terdiri dari sembilan konsep, meliputi 4 (empat)

konsep dasar pendidikan, 3 (tiga) konsep dasar pelayanan, 1 (satu) konsep

dasar penelitian dan 1(satu) etika dan medikolegal.

2.1.1 Konsep Dasar Pendidikan Kedokteran RS Pendidikan

Konsep dasar pendidikan kedokteran pada sembilan konsep dasar RS

Pendidikan, meliputi :

1. RS Pendidikan digunakan untuk menghasilkan dokter layanan

primer secara holistik/ komprehensif untuk menjawab problem

kesehatan bangsa Indonesia masa kini dan masa depan dengan

menekankan juga aspek promotif dan preventif dalam mencapai

MDGs, untuk masalah lansia (penyakit degeneratif), penyakit akibat

perilaku dan budaya, akibat kerja, akibat disparitas pelayanan/

geografis, infeksi (termasuk pinere), traumatologi (kecelakaan) dan

beyond health (sebagai provider kesehatan dalam universal

coverage/ SJSN).

2. RS Pendidikan merupakan institusi yang membina jejaring tempat

pendidikan sebagai satu entitas tersendiri yang sesuai dengan

14 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 15: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

Standar Kompetensi Dokter Indonesia dan Standar Pendidikan

Profesi Dokter, serta Standar Kompetensi tenaga kesehatan lainnya

yang dilengkapi dengan sistem IT dan atau visiting dosen klinik

dalam rangka koordinasi pencapaian kompetensi sebagaimana butir

(1) dan (2).

3. RS Pendidikan harus menyediakan real patient yang memadai baik

jenis dan jumlahnya dan atau simulasi tentang pasien yang relevan

untuk mencapai kompetensi tertentu.

4. RS Pendidikan berfungsi sebagai tempat pendidikan bagi tenaga

kesehatan dan tenaga non kesehatan lainnya baik di rumah sakit

maupun jejaringnya untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang

berkelanjutan dan pengembangan profesi berkelanjutan.

2.1.2 Konsep Dasar Penelitian

Konsep dasar penelitian pada sembilan konsep dasar RS Pendidikan,

yaitu:

RS Pendidikan merupakan institusi yang berfungsi sebagai pelaksana

penelitian translasional dalam rangka pengembangan pelayanan dan

pendidikan dokter layanan primer dan tenaga kesehatan lain

2.1.3 Konsep Dasar Pelayanan

Konsep dasar pelayanan pada sembilan konsep dasar RS Pendidikan,

meliputi:

1. RS Pendidikan berfungsi sebagai contoh (pemandu) fasilitas

layanan kesehatan yang mengedepankan pelayanan prima

kesehatan, keselamatan pasien dan penghargaan terhadap hak-hak

pasien/ klien/ komunitas/ masyarakat yang terjangkau, mudah

diakses, berkeadilan dan berbasis bukti (evidence based).

2. RS Pendidikan menyelenggarakan pelayanan terintegrasi untuk

masalah lansia (penyakit degeneratif), penyakit akibat perilaku dan

budaya, akibat kerja, akibat disparitas pelayanan/ geografis, infeksi

(termasuk pinere), traumatologi (kecelakaan) dan beyond health

15 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 16: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

(sebagai provider kesehatan dalam universal coverage/ SJSN) dan

tidak berbasis departemen.

3. RS Pendidikan harus memenuhi profesionalitas inti dari 4 keilmuan

klinis dasar meliputi : Ilmu Bedah, Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu

Kesehatan Anak dan Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan dan

8 keilmuan klinis lainnya meliputi: Ilmu Radiologi, Ilmu Anestesi,

Ilmu Kedokteran Forensik, Ilmu Kulit dan Kelamin, Ilmu Penyakit

THT, Ilmu Penyakit Mata, Ilmu Penyakit Syaraf dan Ilmu

Kesehatan Jiwa.

2.2 Konsep Teknis Rumah Sakit Pendidikan

Konsep teknis RS Pendidikan adalah penjabaran dari 9 Konsep Dasar

menjadi konsep yang secara teknis harus dilaksanakan dalam

penyelenggaraan kegiatan pendidikan, pelayanan dan penelitian di RS

Pendidikan.

Konsep teknis RS Pendidikan terdiri dari sebelas konsep meliputi 5 (lima)

konsep teknis input, 3 (tiga) konsep teknis proses dan 3 (tiga) konsep teknis

output.

2.2.1 Konsep Teknis Input

Konsep teknis input yang dijabarkan dari 9 konsep dasar RS

Pendidikan meliputi 5 (lima) konsep teknis yaitu :

1. Memiliki perhitungan unit cost berbasis aktifitas pendidikan

klinik.

Standar pelayanan yang disusun dengan berdasar kepada clinical

pathway dikombinasikan dengan standar akademik dan

penelitian akan menghasilkan standar pelayanan yang lebih

baik. Standar pelayanan yang lebih tinggi inilah yang membuat

akuntabilitas RS Pendidikan menjadi lebih tinggi. Dalam rangka

menjaga akuntabilitasnya maka RS Pendidikan mutlak harus

menghitung besarnya biaya pelayanan yang berdasar kepada

16 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 17: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

aktifitas pendidikan klinik. Beberapa hal yang memberikan

kontribusi dalam perhitungan unit cost di RS Pendidikan adalah:

a. Kegiatan promotif dan preventif untuk mencapai MDGs

dalam pendidikan profesi.

b. Aktifitas pendidikan profesi dokter yang menggunakan

jejaring RS Pendidikan dan wahana kesehatan lain yang

dilengkapi dengan sistem IT dan atau visiting dosen klinik.

c. Pemenuhan aktifitas pendidikan 4 keilmuan klinis dasar dan

8 keilmuan klinis lainnya.

d. Biaya komponen skills lab, real patient dan atau manekin.

e. Biaya atas pemanfaatan fasilitas RS Pendidikan untuk

pendidikan selain dokter.

f. Biaya pelaksanaan aktifitas penelitian translasional.

g. Kontribusi biaya aktifitas pendidikan yang dilaksanakan

langsung oleh DPJP terhadap unit cost.

Akuntabilitas RS Pendidikan yang tinggi akan mengakibatkan

biaya satuan (unit cost) pada RS Pendidikan menjadi lebih tinggi

juga karena adanya biaya pendidikan yang mengacu kepada

standar akademik. Biaya yang lebih tinggi pada pelayanan tidak

sepenuhnya dibebankan kepada pasien, pasien hanya membayar

untuk beban pelayanan langsung, sementara biaya yang timbul

dari adanya aktifitas pendidikan klinik menjadi tanggung jawab

institusi pendidikan. Penyusunan unit cost menjadi bagian yang

tidak terpisahkan dari pendidikan klinik. Oleh karena itu dalam

penyusunan harus menjadi tanggung jawab bersama RS

Pendidikan dan Fakultas Kedokteran.

2. Memenuhi rasio sumber daya yang mengacu kepada Standar

Nasional Pendidikan Kedokteran (SNPK).

Rasio sumber daya adalah perbandingan antara dokter pendidik

klinik, mahasiswa (co-ass) dan pasien. RS Pendidikan harus

memiliki rasio yang ideal antara pendidik klinik dengan

17 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 18: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

mahasiswa dan rasio jumlah serta jenis pasien dengan

mahasiswa yang mengacu kepada SNPK.

3. Memprioritaskan pembangunan rumah sakit di Perguruan

Tinggi sebagai tempat pendidikan dokter pelayanan primer

sesuai dengan UU No.44 tahun 2009 tentang RS dengan

pelayanan 4 spesialis dasar dan 8 spesialis lainnya dan mengacu

kepada Permenkes 340 tahun 2010.

RS Pendidikan berfungsi sebagai tempat pendidikan bagi tenaga

dokter dan tenaga kesehatan lainnya dalam rangka memberikan

pelayanan yang terbaik, minimal harus memenuhi rumah sakit

dengan 4 (empat) spesialis dasar dan 8 (delapan) spesialis

lainya. Segala bentuk pelayanan, sumber daya manusia serta

sarana dan prasarana mengacu kepada standar rumah sakit yang

sesuai dengan SPO pelayanan dan pedoman tata laksana pasien.

4. Memenuhi kebutuhan Tri Dharma Pendidikan dalam lingkup

keilmuan Biomedik, Kedokteran Klinik, Bioetika dan

Humaniora serta Kedokteran Komunitas.

Setiap mahasiswa dan pendidik klinik memiliki kewajiban

dalam melaksanakan penelitian. Lingkup penelitian yang

dilaksanakan di RS Pendidikan terdiri dari lingkup keilmuan

Biomedik, Kedokteran Klinik, Bioetika dan Humaniora serta

Kedokteran Komunitas yang berdasar kepada guidelines

penelitian yang sudah disusun RS Pendidikan.

5. Memiliki akreditasi RS sesuai dengan UU No. 44 tahun 2009

tentang Rumah Sakit.

Akreditasi pada RS Pendidikan diperlukan untuk menjamin

kualitas dari sebuah pelayanan. Pelayanan di RS Pendidikan

sangat berperan dalam sistem pendidikan kedokteran klinik yang

berujung pada dihasilkannya tenaga dokter yang kompeten.

Mengantisipasi kesiapan RS Pendidikan yang baru berdiri,

untuk memperoleh akreditasi dapat diwujudkan dalam bentuk

18 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 19: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

komitmen untuk mendapatkan akreditasi yang tertuang dalam

bentuk kebijakan rumah sakit.

2.2.2 Konsep Teknis Proses

Konsep teknis proses yang dijabarkan dari 9 konsep dasar RS

Pendidikan meliputi 3 konsep teknis yaitu :

1. Menerapkan kurikulum pendidikan kedokteran dalam mencapai

SKDI sesuai dengan standar pendidikan profesi dokter

Dalam pelaksanaan pendidikan dokter klinik harus mengacu

kepada kurikulum pendidikan kedokteran yang terdiri dari

content kurikulum, proses delivery dan assessment yang sesuai

dengan standar pendidikan profesi dokter. Dalam

pelaksanaannya upaya pendidikan didasarkan pada pedoman

dan SPO (standar prosedur operasional) pendidikan yang

terintegrasi dengan memperhatikan kaidah pendidikan klinik

yang berkualitas. RS Pendidikan juga diharuskan menerapkan

peningkatan kualitas pengembangan profesi berkelanjutan

(Continuing Profesionalism Development) di rumah sakit.

Dalam setiap fungsinya rumah sakit harus memperhatikan aspek

medikoetik dan medikolegal.

2. Melaksanakan Penelitian terpadu di bidang Biomedik,

Kedokteran Klinik, Bioetika dan Humaniora, serta Kedokteran

Komunitas.

RS Pendidikan melakukan penelitian di bidang biomedik,

kedokteran klinik, bioetika dan humaniora serta kedokteran

komunitas.

3. Bagian dari sistem upaya pelayanan kesehatan perseorangan

(jejaring pelayanan kesehatan).

RS Pendidikan harus memiliki jejaring. Jejaring RS Pendidikan

terdiri dari rumah sakit lain, puskesmas dan jenis pelayanan

kesehatan lainnya. Semua jejaring RS Pendidikan menjadi

tanggung jawab RS Pendidikan. Bentuk tanggung jawab

19 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 20: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

tersebut adalah memastikan diterapkannya peningkatan kualitas

pelayanan berkelanjutan.

2.2.3 Konsep Teknis Output

Konsep teknis output yang dijabarkan dari 9 konsep dasar RS

Pendidikan meliputi 3 (tiga) konsep teknis yaitu :

1. Meluluskan dokter yang kompeten sesuai dengan SKDI.

Output dari fungsi rumah sakit sebagai tempat pendidikan

adalah menghasilkan lulusan tenaga dokter yang kompetensinya

sesuai dengan SKDI yang memiliki penguasaan terhadap

permasalahan kesehatan bangsa dan memperhatikan medikoetik

dan medikolegal profesi.

2. Menghasilkan publikasi dan atau karya penelitian Biomedik,

Kedokteran Klinis, Bioetika dan Humaniora, serta Kedokteran

Komunitas.

Output dari fungsi penelitian adalah dipublikasikannya karya

penelitian baik nasional maupun internasional di bidang

biomedik, kedokteran klinis, bioetika dan humaniora serta

kedokteran komunitas.

3. Menghasilkan pelayanan prima, bermutu dengan tingkat

keselamatan pasien yang tinggi.

Output dari fungsi pelayanan adalah dihasilkanya pelayanan

prima yang bermutu dengan memperhatikan keselamatan pasien.

2.3 Indikator Rumah Sakit Pendidikan

Indikator RS Pendidikan merupakan ukuran dari pelaksanaan 9 konsep

dasar dan 11 konsep teknis RS Pendidikan. Indikator dikelompokkan

menjadi 5 indikator pendidikan, 1 indikator penelitian dan 3 indikator

pelayanan.

2.3.1 Indikator Pendidikan

Indikator pendidikan pada RS Pendidikan meliputi :

20 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 21: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

1. Rasio perbandingan jumlah tenaga dokter pendidik dengan

peserta didik.

Rasio perbandingan antara dokter pendidik klinik dan peserta

didik adalah 1 : 5

Tenaga pendidik klinik pada RS Pendidikan disahkan oleh

institusi pendidikan melalui surat keputusan Dekan.

2. Rasio jumlah dan jenis pasien dengan peserta didik

Rasio jumlah dan jenis pasien dengan peserta didik adalah rasio

jumlah pasien dan jenis pasien yang memiliki kasus sesuai

dengan standar kompetensi dokter yang mengacu kepada SKDI

3. Memiliki pedoman tata laksana pasien untuk pendidikan.

Tersedianya buku tata cara dan tata laksana serta SPO

penangangan yang terintegrasi antara pendidikan dan pelayanan

dengan pendekatan systematic team work. Dalam penyusunan

alur pasien pada RS Pendidikan harus memperhatikan

keterlibatan peserta didik.

4. Jumlah lulusan dokter yang memiliki kompetensi SKDI dan

memiliki penguasaan terhadap masalah kesehatan bangsa.

Persentase jumlah lulusan dokter yang memiliki kompetensi

SKDI dan memiliki penguasaan terhadap karakteristik masalah

kesehatan Bangsa.

5. Jumlah pelaksanaan Continuing Professional Development

(CPD) dan Continuing Quality Improvement (CQI) di rumah

sakit.

Adalah jumlah pelaksanaan CPD dan CQI setiap tahunnya di RS

Pendidikan.

2.3.2 Indikator Penelitian

Indikator penelitian pada RS Pendidikan yaitu:

Jumlah publikasi dan atau karya penelitian dalam bidang biomedik,

kedokteran klinis, bioetika dan humaniora, kedokteran komunitas

21 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 22: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

dalam upaya peningkatan mutu pelayanan yang di publikasikan baik

nasional maupun internasional.

2.3.3 Indikator Pelayanan

Indikator pelayanan pada RS Pendidikan meliputi:

1. Kontribusi biaya terhadap pelayanan rumah sakit berbasis

kepada aktifitas/ kegiatan.

Merupakan komponen biaya yang terdiri dari tenaga pendidik

klinik, sarana prasarana (ruang diskusi, ruang istirahat, dll),

peralatan (berpedoman kepada standar kompetensi dokter),

bahan habis pakai dan lain sebagainya yang digunakan pada

aktifitas pendidikan klinik yang di hitung dalam biaya satuan

(unit cost) yang timbul dari aktifitas pendidikan klinik

(pelayanan, pendidikan dan penelitian) yang memberikan

kontribusi terhadap pelayanan yang di hitung berdasarkan

kegiatan ABC ( Activity Base Costing).

2. Tingkat kepatuhanan pelaksanaan SPO, persentase kepuasan

pasien, laporan angka kejadian near miss dan KTD.

RS Pendidikan diharuskan memiliki sebuah sistem dimana

asuhan pasien menjadi lebih aman. Sistem tersebut meliputi

assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang

berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis

insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya

serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.

Evaluasi yang dilakukan di RS Pendidikan dengan

menggunakan:

a. Persentase tingkat kepatuhan pelaksanaan SPO.

b. Persentase kepuasan pasien pada layanan rawat jalan dan

rawat inap.

c. Angka kejadian near miss yaitu sebuah insiden yang dapat

menimbulkan cedera tetapi belum terpapar kepada pasien.

22 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 23: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

d. Angka Kejadian Tidak Diharapkan adalah sebuah insiden

yang dapat menimbulkan cedera pada pasien.

3. Indikator Etika dan Mediko legal bidang pelayanan

Indikator Etika dan Mediko legal yaitu, berkurangnya

pelanggaran etik dan disiplin. Berkurangnya angka pelanggaran

etik dan disiplin diperoleh dengan cara membandingkan dengan

data pelanggaran tahun sebelumnya. Data tersebut diperoleh dari

komite etik dan disiplin.

23 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 24: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

BAB III

IMPLEMENTASI KONSEP DASAR RS PENDIDIKAN DI

RUMAH SAKIT PERGURUAN TINGGI

RS PT merupakan Rumah Sakit pendidikan yang dikelola perguruan tinggi .

Kehadiran RS PT di dunia pendidikan adalah konsekwensi logis dari adanya

pendidikan profesi dokter yang merupakan kelanjutan dari program pendidikan

sarjana kedokteran Fakultas Kedokten. Hal ini juga semakin kuat dengan lahirnya

UU Pendidikan Kedokteran yang mengamanahkan bahwa tiap Fakultas

Kedokteran harus memiliki Rumah Sakit Pendidikan atau Rumah sakit yang

bekerjasama dengan Rumah Sakit Pendidikan. Berdasarkan Undang - Undang

Pendidikan Kedokteran dan Peraturan Bersama Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan dan Menteri Kesehatan tentang Rumah Sakit Perguruan Tinggi

Neger, maka Dirjen dikti Kemdikbud menindaklanjuti dengan membuat Konsep

Dasar RS Pendidikan untuk diimplementasikan di RS PT. Konsep dasar ini

terbagi menjadi Pendidikan, penelitian dan Pelayanan, dimana implementasi

Konsep dasar pada ketiga area tersebut dapat dilihat pada rincian dibawah ini.

3.1. Implementasi Konsep Dasar pada Pendidikan

3.1.1. Kompetensi Klinis yang harus dicapai untuk Memenuhi Standar

Kompetensi Dokter Indonesia

Kompetensi dokter dibangun oleh fondasi profesionalitas yang luhur,

mawas diri, pengembangan diri, dan komunikasi efektif. Kompetensi juga

dibangun oleh pilar berupa pengelolaan informasi, landasan ilmiah ilmu

kedokteran, keterampilan klinis, dan pengelolaan masalah kesehatan. Aplikasi

konsep dasar RS PT untuk aspek pendidikan harus bisa mencapai kompetensi

klinis sesuai dengan pilar keterampilan klinis yang diatur pada Standar

Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI).

Kompetensi inti yang harus dicapai oleh lulusan pendidikan dokter adalah

mampu melakukan prosedur klinis sesuai kewenangannyayang berkaitan dengan

24 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 25: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

masalah kesehatan dengan menggunakan prinsip keselamatan pasien, serta

keselamatan diri sendiri dan orang lain (universal precaution). Berdasarkan

SKDI, seorang dokter harus mampu:

1. Melakukan prosedur diagnosis.

a. Melakukan dan menginterpretasi hasil auto, allo dan heteroanamnesis,

pemeriksaan fisik umum dan khusus sesuai dengan masalah pasien.

b. Melakukan dan menginterpretasi pemeriksaan penunjang dasardan

mengusulkan pemeriksaan penunjang lainnya yang rasional.

2. Melakukan prosedur penatalaksanaan masalah kesehatan secara holistik dan

komprehensif.

a. Melakukan edukasi dan konseling

b. Melaksanakan promosi kesehatan

c. Melakukan tindakan medis preventif

d. Melakukan tindakan medis kuratif

e. Melakukan tindakan medis rehabilitatif

f. Melakukan prosedur proteksi terhadap hal yang dapat membahayakan diri

sendiri dan orang lain (universal precaution)

g. Melakukan tindakan medis pada kedaruratan klinis sesuai dengan

kewenangannya.

25 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 26: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

Gambar 3.1 Assessment Method

3.1.2. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada

Pendidikan Kedokteran

Kurikulum pendidikan kedokteran di Indonesia masih disusun berdasarkan

kompetensi lulusan yang mengacu pada World Federation Medical Education

(WFME), sehingga muncul perubahan paradigma pendidikan kedokteran dari

sebelumnya teacher-centered menjadi student centered learning.Student centered

learning menekankan pada problem based, integrated, community-based, early

clinical exposure and systematic (SPICES). Penekanan pembelajaran yang

dilakukan lebih mengarah kepada pembelajaran konstruktif,kolaboratif,

kontekstual dan mandiri.Keempat konsep pembelajaran tersebut tercakup dalam

strategi pembelajaran berdasarkan masalah (problem-based learning). Ada 2

implementasi KBK pada pendidikan kedokteran, yaitu:

1. Metode Pembelajaran dengan KBK.

Kurikulum Berbasis Kompetensi ditetapkan dalam Kurikulum Inti

Pendidikan Dokter Indonesia (KIPDI III). Pada kurikulum inti dan

institusional di tahun 2000, terjadi perubahan konsep dimana kurikulum

didorong oleh masalah global atau eksternal terutama yang diuraikan dalam

26 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 27: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

laporan UNESCO. Kurikulum lebih didasarkan pada rumusan kompetensi

yang harus dicapai oleh lulusan perguruan tinggi yang mendekati kompetensi

yang dibutuhkan oleh masyarakat pemangku kepentingan. Perubahan juga

didorong oleh perubahan otonomi perguruan tinggi yang dijamin dalam

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Tiap perguruan tinggi dapat

mengembangkan kurikulumnya sendiri dengan mengacu kepada kompetensi

standar yang harus dipenuhi.Pembelajaran dalam KBK menganut prinsip

Student-Centered Learning (SCL) yakni dengan memfokuskan pada

tercapainya kompetensi yang diharapkan. Terjadi perubahan paradigma

mengenai belajar, dari mulanya dianggap sebagai transfer of knowledge yang

bersifat pasif menjadi proses untuk mengkonstruksi suatu pengetahuan

melalui pembelajaran aktif.Terdapat bermacam-macam metode pembelajaran

untuk SCL. Dari sekian banyak metode pembelajaran, contohnya adalah

sebagai berikut :

a. Small Group Discussion

b. Role Play and Simulation

c. Case study

d. Discovery Learning

e. Self-Directed Learning

f. Cooperative Learning

g. Collaborative Learning

h. Contextual Instruction

i. Project Based Learning

j. Problem Based Learning and Inquiry

Metode pembelajaran yang digunakan juga dapat dikembangkan sendiri oleh

pengajar di perguruan tinggi. Kurikulum Berbasis Kompetensi telah

dirumuskan sejak tahun 2004 dan terus disempurnakan oleh Tim Kerja.

Sosialisasi KBK kepada perguruan tinggi telah dilakukan pada tahun 2005

dan 2006 dan dilanjutkan dengan pelatihan untuk pelatih sampai tahun 2008.

Sebanyak sekitar 800 orang dosen perwakilan dari 372 perguruan tinggi telah

mengikuti pelatihan yang diharapkan dapat mendiseminasikan dan

menggunakan pengetahuan KBK di perguruan tingginya.

27 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 28: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

2. Pathway pendidikan kedokteran untuk mencapai kompetensi klinik.

Berdasarkan konsep piramida Miller, pendidikan kedokteran untuk mencapai

kompetensi sebagaimana diatur pada Standar Kompetensi Dokter Indonesia

membutuhkan tahapan mulai dari mengetahui (knows), mengetahui

bagaimana melakukan (knows how), menunjukkan bagaimana melakukan

(show how) dan melakukan secara komprehensif (does).Dalam setiap tahapan

tersebut, hal-hal yang perlu dilakukan dan output yang akan didapatkan

adalah sebagai berikut:

Gambar 3.2Pathway pendidikan kedokteran untuk mencapai kompetensi klinik

3.1.3. Output (luaran) yang Diharapkan Ditjen Dikti

Output yang diharapkan oleh Ditjen Dikti pada RS PTN, yaitu:

1. Membangun karakter yang professional.

Tujuan utama pendidikan profesi tenaga kesehatan adalah menghasilkan

tenaga kesehatan yang profesional.Profesionalisme ini ditandai dengan

28 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 29: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

kompetensi yang sesuai standar, dilaksanakan dengan otonomi yang

bertanggung jawab yang dilandasi oleh etika profesi.Profesionalisme dapat

diartikan sebagai karakter yang selalu mengutamakan keselamatan pasien,

kualitas, kejujuran, evidence-based dan scientific-based terhadap setiap

keputusan klinik yang diambil.Profesionalisme sebagai landasan utama

profesi kesehatan hanya dapat dibentuk dan dibangun dalam suatu lingkungan

rumah sakit pendidikan yang profesional.Jadi, RS PTN bukanlah sekedar

wahana, tetapi juga harus merupakan lingkungan yang membentuk karakter

profesional.Oleh karena itu, semua sumber daya manusia, sarana/prasarana,

dan manajemen haruslah mendukung untuk terbentuknya karakter

profesional.Pola hubungan antar sejawat, antar profesi, antara atasanbawahan,

dosenmahasiswa dan user-supplier harus didasari atas profesionalisme.Semua

kepentingan harus bermuara pada keselamatan dan kepuasan pasien, serta

lulusan tenaga kesehatan yang berkualitas.Untuk membangun karakter

profesional ini, peran tenaga pendidik tidak lagi sekedar transfer

pengetahuan, tetapi transfer nilai.Mereka harus menjadi role model bagi

peserta didik.

2. Melaksanakan pendidikan yang berbasis pada pelayanan.

Pendidikan tenaga kesehatan sangat tergantung pada pasien, baik sebagai

individu, keluarga maupun masyarakat.Dalam konteks tersebut, upaya

promotif, prediktif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dilaksanakan.Pelayanan

dilaksanakan dengan menggunakan standar pelayanan yang telah disepakati

untuk menghasilkan luaran kesehatan yang terbaik bagi pasien.Birokrasi

pendidikan tidak boleh bertentangan atau mengatasi standar

pelayanan.Pelaksanaan pelayanan oleh residen atau mahasiswa harus

dilaksanakan dengan pendampingan oleh supervisor, baik diruang perawatan,

rawat jalan, maupun di pelayanan gawat darurat.Pendampingan ini tidak

hanya penting dalam pencapaian kompetensi bagi peserta didik, tetapi juga

meningkatkan rasa percaya diri bagi mereka, dan memberikan kepuasan bagi

pasien karena dilayani dengan cepat dan profesional.Dalam melaksanakan

pendidikan yang berbasis pelayanan ini, keselamatan pasien merupakan hal

yang paling utama.

29 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 30: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

3. Mengembangkan kompetensi interprofesional.

Pelayanan kesehatan kita diberbagai tingkatan masih bersifat dan dibayangi

oleh ego profesi dari berbagai profesi kesehatan.Hal ini disebabkan oleh

pendidikan tenaga profesi yang sifatnya uni-professional dimana peserta

didik belajar dalam lingkup profesi merekamasing-masing.Kondisi ini

tentulah tidak sesuai dengan permasalahan kesehatan kita yang kompleks dan

membutuhkan pendekatan antar disiplin.Keadaan ini menyebabkan pelayanan

kesehatan masyarakat tidak dapat berlangsung dengan baik.Pendekatan antar

disiplin dapat dikembangkan melalui pendidikan interprofesional.Menurut

Centre for the Advancement of Interprofessional Education (CAIPE),

pendidikan interprofesional dapat didefinisikan sebagai when two or more

professions learn with, from and about each other to improve collaboration

and the quality of care (CAIPE 2002).

Peserta didik juga harus dipersiapkan bekerja dalam lingkungan

interprofesional agar mereka dapat memahami tentang apa peranan profesi

lain sehingga dapat bekerja sama dengan profesi lain dalam satu tim

pelayanan kesehatan. Hal tersebut dapat dilaksanakan bila ada cara pandang

yang positif terhadap peluang yang sama, menghargai perbedaan dan

keanekaragaman.

30 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 31: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

Gambar 3.3 Peranan pendidikan interprofesional dalam meningkatkan pelayanan

kesehatan.

Rumah sakit merupakan lingkungan yang ideal untuk mengembangkan

pendidikan dan kompetensi interprofesional. Disana bekerja berbagai profesi

kesehatan untuk bersama-sama melayani pasien. Sampai saat ini di Indonesia

belum ada upaya secara sadar dan sistematik untuk memasukkannya kedalam

kurikulum pendidikan tenaga kesehatan. Kondisi pelayanan kesehatan yang

semakin komplek membutuhkan penanganan oleh tenaga kesehatan yang

kompeten, profesional dan mampu bekerja dalam suatu tim interdisiplin.

Tenaga kesehatan profesional yang saat ini bekerja di rumah sakit adalah

dokter, dokter gigi, perawat, apoteker, bidan, gizi dan kesehatan masyarakat.

Sampai saat ini, pelayanan kesehatan masyarakat yang dilaksanakan oleh

berbagai tenaga kesehatan tersebut diatas masih bersifat fragmented. Hal

tersebut tercermin dari kegiatan pelayanan dan pendidikan di rumah sakit

yang belum menyediakan mekanisme dan lingkungan untuk berkembangnya

kompetensi interprofesional sebagaimana mestinya. Manajemen pelayanan di

rumah sakit saat ini masih didominasi oleh satu profesi (dokter), terkait

31 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 32: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

dengan struktur, proses, insentif dan karir. Kondisi ini bukanlah lingkungan

yang ideal untuk mengembangkan kompetensi interprofesional.

3.3. Implementasi Konsep Dasar Pada Penelitian

3.3.1. Pathway Penelitian di RS PT dalam Melaksanakan Riset Translasi

Berdasarkan skema riset pada pendidikan tinggi, maka riset dapat

diklasifikasi menjadi tiga bagian utama, yaitu:

a. Riset Fundamental

1) Riset yang menghasilkan teori, ide dan konsep baru.

2) Menjawab pertanyaan WHY dan HOW.

3) Mendorong inovasi baru dalam satu bidang ilmu.

a. Riset Eksplorasi

1) Melakukan eksplorasi terhadap bidang-bidang yang belum banyak

dikaji.

2) Menjawab pertanyaan WHAT dan WHERE.

3) Temuannya dapat dilanjutkan menjadi aplikasi.

b. Riset Prototipe

1) Riset ini bertujuan untuk memungkinkan penelitian fundamental dan

eksploari dikembangkan untuk siap dikomersialkan.

2) Riset ini dapat berupa proof of concepts evaluation, up-scaling, uji

pre-klinik dan uji lapangan.

Riset translasi adalah, dimana temuan pada riset fundamental dapat

diterapkan pada industri, masyarakat atau klinik, demikian pula

sebaliknya. Permasalahanan yang ditemukan di masyarakat, industri atau

klinik dapat dipecahkan di laboratorium. Jadi, secara konsep dan

operasional, ketiga jenis penelitian harus didesain sedemikian rupa agar

mempunyai benang merah yang jelas. Dalam sejarah perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi kesehatan, rumah sakit memainkan peranan

yang sangat penting. Hasilnya telah terbukti sangat besar manfaatnya

untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. -

Riset di RS PT harus menjadi kegiatan utama, karena yang membedakan

secara jelas rumah sakit pendidikan dan yang bukan adalah kegiatan riset.

32 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 33: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

Kenyataan bahwa SDM Universitas yang bekerja di RS PT merupakan

potensi yang sangat besar dengan jumlah pasien yang besar dan variasi

kasus yang banyak dan kadang unik merupakan harta karun/ aset yang

tidak digarap secara optimal. Sejalan dengan skema riset nasional, riset

yang dikembangkan di RS PT adalah riset translasi. Pada riset translasi,

temuan pada ilmu dasar dengan segera dapat diterapkan pada pasien di

klinik atau di masyarakat. Sebaliknya, berbagai masalah kesehatan di

masyarakat dan di klinik dapat dicarikan pemecahannya di laboratorium

ilmu dasar. Riset translasi di RS PT tidak saja memberikan dampak pada

kesehatan masyarakat, tetapi juga dapat memberikan dampak ekonomi

bagi bangsa dengan temuan obat baru, vaksin untuk pencegahan dan

berbagai marka biologi untuk diagnosis.

33 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 34: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

Gambar 3.4 Gambaran Proses Penelitian di Rumah Sakit

Terkait pembiayaan riset, strategi yang bisa dilakukan adalah dengan cara :

a. Bottom-up. Riset diinisiasi oleh institusi atau individu. Hibah

diberikan dalam bentuk kompetisi.

b. Top-down. Skema pembiayaan jenis ini khususnya untuk riset yang

sifatnya strategis dan penting untuk kepentingan negara, bersifat

multidisiplin, dan tidak perlu dikompetisikan. Beberapa institusi yang

dianggap mampu (menurut penilaian reviewer yang independent)

diberikan dana selama 5 tahun untuk mengembangkan produk yang

dibutuhkan. Setiap tahun dilakukan evaluasi apakah sesuai dengan

target atau tidak.

3.3.2. Harapan Dikti untuk penelitian yang akan dihasilkan

Sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan Tinggi, riset yang dilakukan

di pendidikan tinggi sekurang-kurangnya memiliki tujuan untuk:

1. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menunjang

pengembangan pendidikan dan pengabdian kepada masyarakat;

2. Menghasilkan penelitian yang bermutu dan bermanfaat bagi kemajuan

bangsa, serta kemajuan peradaban dan kesejahteraan umat manusia;

3. Menjamin pengembangan penelitian unggulan spesifik perguruan tinggi

berdasarkan keunggulan komparatif dan kompetitif;

4. Meningkatkan diseminasi hasil penelitian dan pelindungan hak kekayaan

intelektual (HKI) secara nasional dan internasional.

Khususnya untuk bidang kedokteran, Ditjen Dikti mengharapkan penelitian

yang ditujukan untuk menyempurnakan standar pendidikan dan standar

kompetensi serta kurikulum dilakukan secara berkelanjutan.

3.4. Implementasi Konsep Dasar pada Pelayanan

Berbeda dengan RS Umum, Pelayanan Medik pada RS PT merupakan

support sistem terselenggaranya pendidikan dan penelitian, oleh karena itu

pelayanan medik di RS PT harus lebih baik ditinjau dari segala aspeknya dan

merupakan contoh bagi Pelayanan Medik di RS Umum lainya. Kompetensi tenaga

medik dan keperawatan baik dokter spesialis dan perawat mahir meliputi

34 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 35: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

Pendidikan

PenelitianPelayanan

Knowledge, Skills, Attitude dan Communication serta profesionalitas luhur harus

diutamakan karena sikap dan perilaku ini akan menjadi akademik atmosfir bagi

anak didik dan masyarakat yang menggunakan pelayanan medik di RS Perguruan

Tinggi. Dengan demikian sasaran pelayanan medik yang profesional kepada

pasien di RS Perguruan Tinggi ditujukan untuk memberikan pembelajaran pada

peserta didik

Sembilan konsep dasar di jabarkan kedalam bentuk pelayanan yang akan

diberikan di rumah sakit. RS PTN adalah rumah sakit yang menjalankan fungsi

pendidikan, penelitian dan pelayanan secara berkesinambungan.

Gambar 3.5 Implementasi Kegiatan RS PTN

Dalam memberikan pelayanan RS PTN tidak terlepas dari fungsi

pendidikan dan penelitian. Pelayanan yang diberikan haruslah mengedepankan

pelayanan prima, keselamatan pasien, menjunjung hak-hak pasien, serta

memberikan pelayanan yang berbasis bukti. Dalam memberikan pelayanannya RS

PT menyelenggarakan pelayanan terintegrasi untuk masalah lansia (penyakit

degeneratif), penyakit akibat perilaku dan budaya, akibat kerja, akibat disparitas

pelayanan/geografis, infeksi (termasuk pinere), traumatologi (kecelakaan) dan

beyond health (sebagai provider kesehatan dalam universal coverage/SJSN) dan

tidak berbasis departemen.

Sebagai sebuah rumah sakit dengan fungsi pendidikan maka RS PT harus

memenuhi profesionalitas inti dari 4 keilmuan klinis dasar (bedah, penyakit

dalam, anak dan kandungan) dan 8 keilmuan klinis lainnya (Radiologi, Anestesi,

35 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 36: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

Patologi, Kulit dan Kelamin, THT, Mata, Neurologi dan Psikiatri) sebagai syarat

untuk dapat memenuhi kompetensi tenaga dokter sesuai dengan SKDI.

Dalam memberikan pelayanan peserta didik harus dalam pengawasan

pendidik klinik sebagai dokter penanggung jawab pelayanan.Semua bentuk

pelayanan yang diberikan peserta didik harus tertera jelas di standar pelayanan

rumah sakit.

36 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 37: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

BAB IV

KELEMBAGAAN DAN PENGORGANISASIAN RUMAH SAKIT PERGURUAN TINGGI

4.1. Kelembagaan RS PT Milik Pemerintah

Sesuai dengan UU no 20 tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran Fakultas

Kedokteran wajib memiliki RS Pendidikan. FK merupakan bagian dari

Universitas. Dengan ini menjadi jelas bahwa status RS PTN adalah entitas yang

dikelola Perguruan TInggi dengan hierarki setara Fakultas dan mengembangkan

struktur Organisasi yang khusus untuk dapat menjalankan fungsi pendidikan,

penelitian dan pelayanan.

Status BLU melekat pada Universitasnya, UU 12 tahun 2012 tentang

pendidikan tinggi memberikan warna bahwa RS bisa dibawah Universitas dan

bisa berbentuk BLU. RS PTN tidak menjadi profit center bagi Perguruan Tinggi.

Rumah sakit perguruan tinggi negeri yang disebut RS PTN merupakan

rumah sakit milik pemerintah, dalam hal ini kementrian pendidikan dan

kebudayaan, yang dikelola oleh perguruan tinggi negeri Mengacu kepada PB

(pasal 1). Kelembagaan pada RS PTN menurut UU 12 tahun 2012 tentang

Pendidikan Tinggi dapat berbentuk :

1. UPT Pendidikan Tinggi

2. UPT Pendidikan Tinggi dengan PK BLU

3. UPT PTN BH (badan hukum)

4.2. Tujuan RS PT

RS PT bertujuan untuk mengasilkan dokter layanan pimer, penelitian translasional

dan pelayanan prima yang berorientasi pada Sistem Kesehatan Nasional.

4.3. Visi dan Misi RS PT

Didalam visi misi RS PT harus terlihat jelas fungsi pendidikan, penelitian dan

pelayanan. RS PT wajib memiliki visi misi yang sejalan dengan visi misi

perguruan tinggi, dan untuk RS PT milik pemerintah wajib untuk mengikuti Visi

37 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 38: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

Misi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan dan berorientasi pada Sistem

Kesehatan nasional.

4.4. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi

4.4.1. Kedudukan

Kedudukan RS PT di Organisasi Universitas

Kedudukan RS PT secara struktural dan administratif berada dibawah Universitas,

bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas pokoknya kepada Rektor. RS PT

digunakan sebagai wahana pendidikan dan pelatihan bagi Fakultas Kedokteran,

Fakultas Kesehatan dan Fakultas Non kesehatan serta LPP/LPM dan UPT lain.

Kedudukan RS PT di Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

a. Kedudukan dalam Sistem Pendidikan Nasional

RS PT milik Pemerintah merupakan rumah sakit pendidikan dibawah

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yang dikelola perguruan tinggi

negeri. RS PT ditujukan untuk menjadi wahana pendidikan di bidang

kedokteran dan kesehatan, penelitian dan pelayanan kesehatan secara

terpadu.

b. Kedudukan di Pendidikan Tinggi

RS PT dalam penyelenggaraan pendidikan, pelayanan dan penelitian dibawah

kendali oleh Dirjen Dikti Kemdikbud.

Kedudukan RS PT di Kementerian Kesehatan

a. Kedudukan dalam Sistem Kesehatan Nasional

Dalam Sistem Kesehatan Nasional, RS PT merupakan bagian integral yang

berperan dalam pendidikan, pelayanan medik penelitian secara terpadu

bersama semua komponen kesehatan lain yang saling mendukung dalam

rangka tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

b. Kedudukan dalam Sistem Pelayanan Kesehatan

RS PT tidak dapat terlepas dari Sistem Pelayanan Kesehatan di tingkat

Nasional umumnya dan ditingkat Pemerintah Daerah pada khususnya,

dengan demikian perencanaan dan sistem pelayanan RS PT tidak terlepas

38 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 39: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

dari perencanaan dan penyelenggaraan sistem pelayanan Lembaga Kesehatan

di daerahnya.

4.4.2. Tugas Pokok

1. Melaksanakan pendidikan kedokteran dan tenaga kesehatan lainnya

2. Melaksanakan penelitian dan pengembangan ilmu kedokteran dan

kesehatan

3. Melaksanakan pelayanan yang berkualitas

4. Membangun karakter professional

5. Mengembangkan kompetensi interprofesional

6. Melaksanakan pengabdian pada masyarakat

7. Melaksanakan kegiatan pelayanan administrasi

4.4.3. Fungsi

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut RS PT mempunyai fungsi :

1. Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan kedokteran dan

pendidikan tenaga kesehatan lainnya meliputi Program Profesi Dokter

dan Program-program profesi kesehatan lainnya.

2. Melaksanakan kegiatan penelitian translasional yang hasilnya dapat

diaplikasikan pada kegiatan klinik, kegiatan pendidikan, kegiatan

manajerial dan kegiatan kedokteran komunitas.

3. Melaksanakan pelayanan medik yang prima dengan mengutamakan

keselamatan pasien (patent savety) dan kewaspadaan universal (universal

precautions)serta medico-ethic dan medico-legalsebagai akademik

atmofir pendidikan profesi dokter.

4. Menyelenggarakan kegiatan pembinaan dan manajemen administrasi,

manajemen keuangan, manajemen pendidikan, manajemen pelayanan

medik, manajemen penelitian, manajemen sumber daya manusia dan

manajemen penjaminan mutu.

39 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 40: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

4.5. Organisasi RS PT

Organisasi dan tata laksana RS PTN dapat berbentuk :

1. RS Pengguna PK BLU yang dimiliki oleh Univ UPT Dikti

2. Satker Universitas

3. Satker

Struktur organisasi RS PT dibentuk dengan mempertimbangkan tugas pokok dan

fungsi, status kelembagaan, peraturan terkait (Kemkes, RPP tentang pengelolaan

dan penyelenggaraan PT, PP dan Permen tentang statuta PTN) dan kemampuan

operasional dari RS PT. Pada RS PT fungsi pendidikan dan penelitian harus

mendapatkan kedudukan yang sejajar dengan pelayanan.

4.6. Kerjasama

Dalam pengelolaannya RS PT harus sejalan dengan aturan perguruan tinggi dan

dalam pelaksanaannya RS PT menjalin kerja sama dengan Rumah Sakit Pemda,

Rumah Sakit Kementrian Kesehatan dan Fasilitas pelayanan kesehatan lainnya

yang dibuktikan dengan adanya MOU.

Pengembangan dan pelaksanaan kerjasama dengan lembaga pendidikan

dan lembaga RS merujuk kepada peraturan terkait Dikti, Dirjen BUK (Kemkes),

Dirjen Otonomi Daerah (Sekwilda tingkat 1) deputi bidang Sumber Daya Manusia

Aparatur (Kemenpan), Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu ( Dit BLU).

40 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 41: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

BAB V

TATA KELOLA SUMBER DAYA RUMAH SAKIT PERGURUAN

TINGGI

5.1. Tata Kelola Sumber Daya Manusia

Perencanan sumber daya manusia dalam RS PT mutlak mengacu kepada

perencanaan strategis yang telah disusun. Jenis dan jumlah SDM yang dibutuhkan

pada RS PT mengacu kepada klasifikasi rumah sakit yang diatur oleh Undang-

Undang Rumah Sakit dan dilakukan penyesuaian dengan fungsi pendidikan dan

penelitian yang dominan pada RS PT. Selain itu perencanaan kebutuhan SDM

harus juga mengacu kepada hospital by laws dan medical staf by laws RS PT.

Pemenuhan kebutuhan SDM bersumber dari lulusan PT yang terakreditasi

baik dan peserta didik dari berbagai bidang kesehatan maupun non kesehatan yang

terkait dengan fungsi RS.

Proses rekruitmen dalam RS PT milik pemerintah dapat berasal dari

internal dan eksternal PT. Rekruitmen internal adalah mendapatkan sumber daya

manusia dari lingkungan PT. Sumber daya berasal dari staf pengajar PT, baik

dibidang kesehatan maupun bidang lain yang menunjang. RS PT dapat membuat

pengajuan ke dekan fakultas yang dituju atau melalui pimpinan tertinggi

Perguruan Tinggi.

Rekruitmen eksternal dapat dilakukan dengan merekrut PNS baru atau

dapat juga dengan memanfaatkan fleksibilitas BLU. Untuk merekrut PNS baru,

maka RS PT harus terlebih dahulu membuat usulan kepada pimpinan tertinggi

Perguruan Tinggi mengenai jumlah dan jenis SDM yang dibutuhkan. Fleksibilitas

BLU dapat dimanfaatkan dengan merekrut SDM berstatus pegawai BLU, baik

pegawai teknis maupun administratif. Dengan demikian SDM pada RS PTN dapat

berstatus :

– PNS (kemendikbud atau kementrian lain)

– Pegawai tetap non PNS/ Pegawai BLU

41 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 42: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

– Dosen tetap non PNS dari PT yang terkait

– Pegawai yang diizinkan lainnya (misal : pegawai kontrak, pegawai tidak

tetap, dosen tidak tetap)

– Pegawai Universitas/PTN BH

SDM RS PTN memiliki hak dan kewajiban yang mengikuti peraturan

perundangan terkait dengan status SDM. Jenjang karir SDM Pendidik ( Dosen)

akan mengikuti peraturan pemerintah yang diterbitkan kemudian.

Sumber pendanaan untuk remunerasi dan pengembangan SDM dapat berasal

dari :

― APBN/APBD

― PNBP

― Hibah

Berikut adalah skema sumber pendanaan untuk SDM RS PTN

Gambar 5.1. Skema Asal SDM, Sumber Pendanaan dan Peruntukannya dalam

Pengelolaan SDM RS PTN

Rekrutmen, Pendayagunaan, Pengembangan, dan Penghentian merujuk kepada

peraturan perundangan ditingkat Universitas.

42 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 43: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

Dalam pelaksanaannya RS PT milik pemerintah harus memperhatikan

implementasi Permenpan No. 17/2003 tentang Jafung dosen tetap dan dosen tidak

tetap. Dosen dari Kemdikbud atau Kemkes di RS PT diperlakukan sama

berdasarkan status pendidik, bukan pasien .

5.2. Tata Kelola Keuangan RS PT Milik Pemerintah

Pengelolaan keuangan RS PTN mengikuti UU RS dengan PK BLU yang

diselaraskan dengan perundangan di bidang keuangan, dan UU Pendidikan

Tinggi. RS PTN merupakan organ yang resmi dicantumkan dalam statuta PTN.

Penyusunan rencana kegiatan dan anggaran RS PTN harus menjadi bagian

dari rencana kegiatan dan anggaran PTN dan pengesahannya dilakukan oleh

Rektor, dan dalam melakukan penyusunan LAKIP perlu dilakukan sinkronisasi

dengan output Ditjen Dikti untuk dimasukkan pada RKAKL.

Pembiayaan operasional RS PTN untuk proses pembelajaran dan

penelitian mahasiswa bersumber dari APBN dan dari mahasiswa berupa UKT.

Sementara untuk biaya penelitian yang dilakukan oleh RS PTN menjadi bagian

dari biaya penelitian PT yang mendapatkan bagian sebesar 30 % dari BOPTN

yang dialokasikan untuk RS PTN. Pemenuhan kebutuhan operasional dan

investasi RS PTN berasal dari APBN/P dalam bentuk dana investasi, dana rutin,

BOPTN. Selain itu, dapat berasal dari kerja sama dan hibah dengan/dari institusi

lain.

Pengelolaan operasional keuangan untuk biaya investasi, perawatan dan

operasional (pendidikan, penelitian dan pelayanan) sesuai dengan peraturan yang

berlaku. Berikut adalah skema pengelolaan Keuangan RS PTN untuk PT BLU dan

PTN-BH :

43 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 44: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

Gambar 5.2. Skema Pendanaan RS PTN pada PT BLU/Satker

Gambar 5.3. Skema Sumber Dana dan Peruntukannya dalam Kegiatan RS PTN

Pada PTN BLU

44 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 45: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

Gambar 5.4. Skema Pendanaan RS PTN pada PTN-BH

Gambar 5.5. Skema Skema Sumber Dana dan Peruntukannya dalam Kegiatan RS

PTN Pada PTN BH

45 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 46: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

Gambar 5.6. Peruntukan Dana BOPTN

Untuk memungkinkan pengelolaan tersendiri dan fleksibel dari pendanaan RS

maka diperlukan rekening khusus a.n Rektor yang kemudian akan diterbitkan

surat penegasan dari Dirjen Dikti agar penerimaan RS PTN sebagai PNBP/DM

dimanfaatkan kembali untuk kepentingan RS PTN.

RS PTN harus membuat standar pelayanan minimum (SPM) yang

disetujui oleh pimpinan BLU (rector). Biaya satuan dihitung dengan

menggunakan standar pelayanan minimum. Pola dan penetapan tarif pelayanan

RS disesuaikan dengan aturan umum (BLU) dan aturan PTN-BH yang

berdasarkan biaya satuan sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh Kemkeu

(PP No 74 Tahun 2012).

Untuk kegiatan Komite Bersama RS PTN akan dibiayai dengan anggaran

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Kementerian Kesehatan.

5.3. Tata Kelola Aset

Sumber aset baik berupa sumber dana maupun sumber barang menggunakan

peraturan yang berlaku saat ini dan akan berlaku kemudian (misal : RPP

Pengelolaan dan penyelenggaraan PT). Asset tersebut tercatat pada SIMAK BMN

PTN. Kepemilikan akhir asset dapat melalui peralihan asset yang dimungkinkan

46 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 47: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

melalui perubahan status kepemilikan (serah terima antar kementrian) dan

pemberian dalam bentuk hibah dan tercatat.

Tata Kelola Aset RS PTN dikembangkan dan dilaksanakan merujuk kepada :

1. Tata Kelola Aset Negara di Perguruan Tinggi Negeri

2. Tata Kelola Aset Negara di RS Pemerintah

3. Tata Kelola Aset Negara menurut kementrian Keuangan

Dengan demikian aset tata kelola Aset negara di RS PTN dapat berbentuk:

1. Tata kelola aset negara menurut Kementrian Keuangan (pengadaan,

pencatatan, dll)

2. Tata kelola aset negara yang telah dipisahkan di PTN BH (PP 58 tahun 2013)

Kedua bentuk diatas tidak menutup kemungkinan untuk menerima biaya modal

(investasi) dari APBN/APBD, hibah dari pihak ketiga yang terikat sesuai dengan

tupoksi RS PTN dan hibah dari pihak ketiga yang tidak terikat

47 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 48: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

BAB VI

KONSEP PEMBANGUNAN FISIK

RUMAH SAKIT PERGURUAN TINGGI

6.1. Pembangunan berdasarkan fungsi

Fungsi dapat dikategorikan sebagai penentu bentuk atau panduan menuju bentuk.

Fungsi menunjukan ke arah mana bentuk harus diwujudkan. Arsitektur tidak

hanya bicara tentang fungsi dan bentuk saja, namun ada unsur-unsur lain yang

juga erat kaitannya dengan arsitektur, yang merupakan konsekuensi logis dari

adanya fungsi.

Louis Sullivan dalam bukunya Form Follow Function menyatakan bahwa

fungsi juga merupakan gambaran dari kegiatan, dimana kegiatan tersebut

membutuhkan tempat/ruang untuk keberlangsungannya. Dengan demikian dalam

membahas fungsi, tentunya akan berlanjut dengan pembahasan tentang ruang dan

penataannya.

Bagi rumah sakit pendidikan dalam hal ini RS PT disamping kegiatan

fungsi pelayanan kedokteran dan kesehatan diatas, ditambah lagi dengan fungsi

pendidikan dan penelitian yang menghadirkan peserta didik dan peneliti yang

harus difasilitasi sehingga ruang, bentuk dan ekspersi serta penataannya

memberikan kenyamanan juga kepada pendidik, peserta didik, peneliti dan

fasilitator penelitian.

6.1.1. Program Fungsi RS PT

Fungsi-fungsi RS PT merupakan gambaran dari kegiatan-kegiatan, dimana

kegiatan tersebut membutuhkan tempat/ruang untuk keberlangsungannya dengan

demikian fungsi-fungsi tersebut merupakan penentu bentuk atau panduan

membentuk RS PT. Pengelompokan Fungsi-fungsi RS PT akan membentuk zona-

zona yang merupakan gabungan dari ruang-ruang atau functional room dengan

kegiatan-kegiatan yang sejenis, antara ruang-ruang dan masing-masing zona

memerlukan alur keluar masuk yang disebut sirkulasi dan memerlukan ruang

48 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 49: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

berkumpul sebelum bekerja untuk pekerja atau ruang tunggu bagi yang dilayani

yang disebut sebagai pre-function room. Pre-function room merupakan kesan

pertama dari suatu ruang menuju function room atau ruang kerja.

Program Fungsi RS PT adalah program perencanaan bagaimana fungsi-

fungsi RS PT dirancang menjadi tempat atau ruang kerja atau functional room

termasuk perencanaan pre-function room dan sirkulasi alur menuju dan keluar

area tersebut.

Panduan program fungsi RS PT adalah fungsi-fungsi yang tercantum pada

Organisasi dan Tata kelola RS PT.

Adanya spesifikasi fungsi-fungsi pelayanan, pendidikan dan penelitian maka

disamping perancangan ruang sebagai suatu tempat kegiatan, program fungsi juga

memperhatikan fungsi-fungsi lain dari setiap ruang.

6.1.2. Fungsi-fungsi RS PT

Seperti yang telah disampaikan pada bab sebelumnya maka Fungsi-fungsi RS PT

dikelompokan sebagai berikut :

1. Fungsi Pendidikan meliputi :

a. Fungsi Manajerial Pelayanan dan Pendidikan untuk 12 Departemen

b. Fungsi Fasilitasi diskusi dan tutorial

c. Fungsi Pelatihan Keterampilan Klinik

d. Fungsi Perpustakaan.

2. Fungsi Penelitian.

a. Fungsi Manajerial Penelitian

b. Fungsi Fasilitasi Diskusi dan Tutorial

c. Fungsi Presentasi Penelitian (Auditorium)

d. Fungsi pelaksanaan penelitian

3. Fungsi Pelayanan dan Penunjang Medik meliputi :

a. Fungsi Pelayanan Poliklinik dari 12 Departemen

b. Fungsi Pelayanan Gawat Darurat.

c. Fungsi Pelayanan Rawat Inap

d. Fungsi Pelayanan ICU

e. Fungsi Pelayanan Penunjang Diagnostik dan Penunjang Terapetik

49 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 50: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

DOKTER PERAWAT KO ASSKARYAWAN

PASIEN

BEDAH OBGYN IPD IKA

ANES RAD THT MATAKULKELSYARAF JIWA FOR

SKILLS LAB LIBRARY

POLIKLINIK UGD

MANAGEMENT OFFICE

TECHNICAL SUPPORTING DEPT

MEDICAL SUPPORTING DEPT

GENERAL SUPPORTING DEPT

RESEARCHTRANSLASIONAL

Kedok KlinikBiomedikBioetikHumanioraKed Kom

LABFARMAKOLOGI

LABMIKROBIOLOGI

LABPARASITOLOGI

LABBIOLOGI

MOLEKULER

INSTALASI RAWAT INAP

INSTALASI DIAGNOSTIK DAN TERAPETIK

Unit Perawatan UmumUnit Perawatan BedahUnit Perawatan ObgynUnit Perawatan AnakICU

R. Isolasi (HCU)R. Jaga Dr.SpesR. Jaga Dr.UmumR. Jaga PerawatR. Jaga Co Ass

Instalasi Bedah SentralInstalasi Diagnostik Medik(Catlab, Endoscopy)Instalasi PhysiotherapyInstalasi Farmasi

Instalasi RadiologiInstalasi Radio TerapiInstalasi Lab KlinikInstalasiLab PA

Admin/Pendaftaran pasienLoket PembayaranMedical RecordPoliklinik 4 Spesialis BesarPoliklinik 8 Spesialis lainnya

TriaseGawat Darurat BedahGawat Darurat Non BedahR.Jaga Dokter R. Jaga Co Ass

Manajemen PendidikanManajemen PenelitianManajemen PelayananManajemen SDMManajemen KeuanganManajemenMutuRuang Direktur & Staf

DapurHouskeepingLoundryWorkshopSteam Bioler

Instal AirCentral ACLimbahGensetGardu listrik

Central Steril Supply DeptMed supply obat & LabMed Supply Imaging DeptOxygen CentralWorkshop

Gudang umGus AlkesPus KomAmbulan

TransportKeamananFas umumKamar Jenazah

PENDIDIKAN

PELAYANAN

PENELITIAN

R. DISKUSI / TUTORIAL

R. DISKUSI

AUDITORIUM

4. Fungsi Manajemen meliputi :

a. Fungsi Manajerial dan Kepemimpinan Direktur

b. Fungsi Staf dan Manajerial Wakil Direktur

c. Fungsi Staf dan Pimpinan Komite

d. Fungsi Satuan Pengawas Internal

5. Fungsi Penunjang Medik

6. Fungsi Penunjang Teknik

7. Fungsi Penunjang Umum

6.1.3. Zona, ruang RS PT

Zona, ruang dan Alur Pelayanan, Pendidikan dan penelitian digambarkan sebagai

berikut:

a. Zona dan Alur Pelayanan Medik

b. Zona dan Alur Pendidikan

c. Zona dan Alur Penelitian

d. Zona dan Alur Medical, General and Technical Support

e. Zona dan Alur Manajemen RS PT

50 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 51: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

Gambar 1. Zona, Alur dan sarana prasarana RS PT.

1. Zona Pelayanan Medik.

Zona pelayanan medik di RS PT merupakan zona dengan tingkat

konsentrasi kinerja dengan intensitas yang tinggi karena zona ini

merupakan padat karya, padat pakar, padat peserta didik, padat

peneliti, padat teknologi dan padat ilmu yang diimplementasikan

secara terintegrasi.

Berbeda dengan RS Umum bagi RS PT zona ini merupakan suport

sistem pendidikan dan penelitian karena kegiatan pendidikan pada

zona ini adalah tempat berinteraksinya peserta didik (Co ass),

Preseptor, DPJP, pasien dan perawat. Untuk kegiatan penelitian

adalah tempat berinteraksi peneliti, DPJP, pasien dan perawat.

Pada zona ini tindakan medik dan nonmedik yang legaartis dengan

profesionalitas serta etika yang tinggi dari pelaku pendidikan,

pelayanan dan penelitian menjadi akademik atmosfir RS PT, karena

melalui look, feel and listen para peserta didik dan masyarakat yang

menggunakan pelayanan prima RS PT merupakan contoh dan

pembeda dengan RS pada umumnya.

Pada zona ini peserta didik mendapatkan keterampilan medik pada

real patient dan mempraktekan etika dan komunikasi, profesionalitas

luhur, kewaspadaan universal (universal precaution) serta prosedur

keselamatan pasien (patient savety).

a. Alur Zona Pelayanan Medik :

Alur pasien dan keluarga masuk melalui 2 arah yaitu melalui

Poliklinik dan Unit Gawat Darurat untuk selanjutnya ke Instalasi

Diagnostik dan atau ke Instalasi Terapetik dan atau ke Instalasi

Rawat Inap dan kembali pulang melalui alur yang sama.

Alur masuk dan kembali dokter (Preseptor/DPJP/Manajemen),

peserta didik dan perawat ke zona pelayanan sebaiknya tidak

51 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 52: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

masuk bersama dengan alur pasien namun melalui koridor

tersendiri melalui zona pendidikan untuk peserta didik preceptor

dan DPJP, zona penelitian untuk peneliti dan zona manajemen

untuk Staf Manajemen. Sehingga ketika masuk zona pelayanan

sudah memakai pakaian atribut dan tanda pengenal yang

representatif.

Alur masuk dan keluar karyawan ke zona pelayanan, zona

pendidikan, zona penelitian dan zona manajemen juga melalui

koridor tersendiri tidak bersama dengan alur keluar masuk

pasien.

b. Prasarana ruang pelayanan dan penunjang Medik.

Secara umum prasarana Pelayanan Medik di RS PT setara dengan

RS Tipe B, perbedaannya adalah adanya peserta didik yang akan

menggunakan ruang dimana terjadi interaksi bimbingan klinik co

ass dengan preceptor dan pasien dengan demikian:

Di masing-masing ruang Poliklinik dan UGD dimensi

diperluas 15-25%

Instalasi Diagnostik / Terapetik dimensi diperluas 20%

Instalasi Rawat Inap dimensi ruangan diperluas 15 %.

Khusus UGD ditambah lagi ruang untuk skills lab, ruang jaga

co ass pria dan wanita.

Di Instalasi Rawat Inap ditambah ruang jaga untuk Co Ass

wanita dan pria.

2. Zona, alur dan Prasarana Pendidikan.

a. Zona Pendidikan.

Zona Pendidikan merupakan learning resouces area adalah tempat

peserta didik mendapatkan ilmu dan mengkonstruksi pola dan proses

berpikir / clinical reasoning yang difasilitasi oleh preceptor

(pembimbing klinik) melalui metoda diskusi, tutorial, Clinical

Report Session, Clinical Science Session.

52 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 53: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

Zona pendidikan adalah tempat para SMF dipimpin oleh Kepala

SMF merancang proses pendidikan, pelayanan dan penelitian.

Pada zona ini keterampilan medik diuji dahulu di Skills Lab sebelum

melakukan tindakan pada pasien yang sebenarnya.

Untuk pengetahuan / knowledge peserta didik zona ini dilengkapi

dengan perpustakaan baik konvensional maupun electronic library.

b. Alur Zona Pendidikan.

Alur masuk dan keluar ke zona pendidikan untuk Pembimbing

Klinik, DPJP dan Peserta didik melalui koridor khusus tidak

melalui alur pasien.

Alur masuk dan kembali dari zona pendidikan ke zona

pelayanan medik melalui koridor khusus tidak bercampur

dengan alur pasien.

c. Prasarana ruang Zona Pendidikan

12 Ruang Kepala Departemen / Bagian beserta para SMF

sebagai pembimbing klinik tempat perancang proses pendidikan

dan pelayanan serta penelitian secara terintegrasi. Masing-

masing dilengkapi dengan ruang rapat SMF

6 ruang diskusi / tutorial untuk kegiatan masing-masing

departemen yang dapat dipakai bersama.

1 Ruang Skills Lab / Mini Hospital untuk dipakai bersama setiap

departemen.

1 Ruang Perpustakaan baik konvensional maupun electronic

library.

Zona Pendidikan dilengkapi dengan Pantry, Kamar kecil dan

Mushola.

3. Zona, alur dan Prasarana Penelitian.

a. Zona Penelitian.

Zona Penelitian adalah tempat diselenggarakannya Penelitian

Tranlasional yang digunakan bersama oleh para SMF dari 12

departemen dengan para mahasiswa dimana temuan dari penelitian

53 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 54: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

kedokteran dasar diterapkan di klinik atau temuan klinik dilakukan

penelitian kedokteran dasar, termasuk penelitian Bioetika dan

Humaniora.

b. Alur Zona Penelitian.

Alur masuk dan keluar ke zona penelitian untuk SMF dan

mahasiswa melalui koridor khusus tidak melalui alur pasien.

Alur masuk dan kembali dari zona penelitian ke zona pelayanan

medik melalui koridor khusus tidak bercampur dengan alur

pasien.

c. Prasarana Zona Penelitian.

Ruang administrasi pimpinan dan staf penelitian

6 atau ruang diskusi bimbingan proposal penelitian

1 Auditorium untuk presentasi proposal atau hasil penelitian.

Ruang IT, Informasi dan Data serta Perpustakaan.

Laboratorium Biomolekuler.

Laboratorium Mikrobiologi.

Laboratorium Parasitologi

Laboratorium Farmakologi

4. Zona, Alur dan prasarana Manajemen RS PT

a. Zona Manajerial.

Ruang, ruang manajerial di tata dalam satu zona untuk

mempermudah koordinasi antar manajemen RS PT.

b. Alur dan prasarana manajemen RS PT sama dengan RS tipe B

dengan penambahan atau perluasan prasarana ruangan sesuai

dengan penambahan fungsi pendidikan dan fungsi penelitian.

c. Prasarana ruangan manajemen RS PT

1) Ruang kerja Direktur RS PT berikut ruang rapat staf kecil

2) Ruang rapat staf besar untuk rapat seluruh staf struktural RS

PT

3) 5 Ruang kerja dan ruang rapat staf kecil, masing-masing untuk

Wadir Pendidikan, Wadir Pelayanan Medik, Wadir Penelitian,

54 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 55: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

Wadir Penunjang Medik dan Penunjang Penelitian, Wadir

Administrasi dan Penunjang Umum.

4) 3 ruang kerja dan rapat staf kecil masing-masing untuk Komite

Medik, Komite Etik, Komite Keperawatan.

5) Ruang kerja dan ruang rapat staf kecil untuk Satuan Pengawas

Internal.

5. Zona, Alur dan prasarana Medical, General and Technical

Support

Zona, Alur dan sarana prasarana Medical, General and Technical

Support sama dengan RS Tipe B.

6.2. Master Plan RS PT

Proses penyusunan master plan RS PT terdiri dari beberapa tahap :

1. Persiapan (Preparation)

a. Work plan

b. Site information

2. Fuctional Program

Dalam menyusun fungtional program maka menggunakan beberapa input

seperti dibawah ini:

a. Standar rumah sakit untuk 4 spesialis dasar dan 8 spesialis penunjang

Rumah sakit Umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan sekurang-

kurangnya 4 (empat) pelayanan medik spesialis dasar, 4 (empat) pelayanan

spesialis penunjang medik, 8 (delapan) pelayanan medik spesialis lainnya

dan 2 (dua) pelayanan medik subspesialis dasar serta dapat menjadi RS PT

apabila telah memenuhi persyaratan dan standar.

b. Konsep Dasar dan Konsep Teknis RS PT

Sembilan konsep dasar dan sebelas konsep teknis dijadikan acuan dalam

menyusun functional program RS PT. Didalamnya terdapat fungsi

pendidikan, penelitian dan pelayanan, dimana untuk fungsi pendidikan

55 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 56: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

terdapat kegiatan-kegiatan seperti tutorial, skills lab, dan kegiatan

pendidikan lainnya.Untuk penelitian terdiri dari dari clinical trial,

investigation system dan yang lainnya.Sementara untuk pelayanan terdiri

dari kegiatan-kegiatan IGD, rawat jalan, rawat inap, ICU, administrasi,

penunjang dan yang lainnya.

c. Target Master Plan

Berisi target-target yang ingin dicapai dari ketiga fungsi diatas seperti

misalnya jumlah mahasiswa yang akan diluluskan, kompetensi mahasiswa,

jumlah kunjungan, BOR, LOS, jumlah dan jenis penelitian dan lainnya.

Dari ketiga input diatas maka dalam proses ini akan menghasilkan:

Bentuk organisasi RS PT

Jenis pelayanan yang akan di sediakan

Program dan kegiatan yang dibutuhkan dimasa datang

Jadwal pemanfaatan ruangan (room program)

3. Conceptual Plan

Dalam menyusun conceptual plan terdiri dari beberapa input :

a. Functional planning dan Space Programming

Functional planning dan space programming merupakan dasar dalam

menentukan desain.

Gambar 6.1. Jenis, Fungsi dan Proyeksi Pelayanan

56 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 57: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

Sumber : Jhony Sinaga dalam Presentasi Workshop

Berdasarkan proyeksi kapasitas pelayanan dapat direncanakan program

ruang untuk menjawab kebutuhan sarana fisik peralatan. Dapat pula dibuat

program peralatan untuk menjawab kebutuhan peralatan dan program

ketenagaan untuk menjawab kebutuhan tenaga kerja.Gambar diatas

menunjukkan proyeksi untuk pelayanan.Proyeksi harus dilakukan untuk

pendidikan dan penelitian.

b. Guideline dan Standar

Dalam membuat conceptual plan, maka harus berdasar kepada pedoman

dan standar yang ada.Dalam konsep dasar dan teknis sudah dinyatakan

bahwa memberikan pelayanan prima berupa patient centerdness dan

patient safety merupakan salah satu komponen yang juga terdapat dalam

standarpelayanan kesehatan yang digunakan.

c. Konsep Green Building

Konsep dari penyembuhan secara alamiah perlu menjadi pegangan bagi

RS PT. Sinar matahari, udara segar, ventilasi alami, tanaman dan unsur

alam lain di harapkan dapat mempercepatkesembuhan pasien. Konsep

green building memberikan kelebihan bagi RS PT, dimana rumah

sakitdapat menjadi lebih efisien akibat penggunaan sumber daya yang

lebih minim (listrik,ac,dan lain-lain)

Dari ketiga input diatas akan menghasilkan :

a. Zoning plan

b. Sirculation plan

c. Building Concept

d. Infrastruktur

e. Site Planning Principle

4. Development Option

Dalam menyusun sebuah langkah pengembangan maka site planning,

kebijakan, budget, operation dan pemeliharaan menjadi input.

5. Master Plan

57 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 58: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

Dalam Master Plan terdapat Block Plan, Lay out Plan,perencanaan

infrastruktur, daftar peralatan, staging plan dan perkiraan biaya.Jika

digambarkan dalam sebuah bagan maka proses penyusunan Master

Planrumah sakitdapat dilihat seperti dibawah ini:

Gambar 6.2. Proses Penyusunan Master Plan RS PT

Sumber : Jhony Sinaga dalam Workshop Master Plan dan DED RS PT, 18-19 Juli 2012

6.3. Detail Engineering Design (DED) RS PT

Pembangunan RS PT sebelumnya harus memiliki dan membuat DED.

Proses pembuatan DED rumah sakit guna melihat dan mengkaji sejauh mana

rumah sakit tersebut siap untuk dibangun. Ruang rumah sakitadalah kebutuhan

dengan pendekatan sistem yang mejadi acuan sebelum merancang sebuah ruang

untuk berbagai kegiatan manusia. Untuk mengetahui jenis ruang, fungsi ruang,

syarat-syarat mutlak ruangan, aktivitas, kondisi, dan karakteristik bangunan yang

akan kita rancang ruangannya. Proses pertama yang harus dilakukan secara efektif

adalah menjalankan analisis yang konstruktif dan menyeluruh, terutama mengenai

aturan baku suatu ruangan maupun perilaku dan kebiasaan.

Dalam sebuah konsep desain arsitektur, perancangan bangunan secara

langsung selain harus terkait dengan kebutuhan sosial dan budaya masyarakat

58 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 59: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

yang menempatinya tetapi juga harus berdasarkan standarisasi ruang. Hal ini

disebabkan oleh aktivitas dan perilaku yang dilakukan akan sangat berpengaruh

pada situasi ruangan yang akan digunakan. Tanpa mengedepankan standarisasi

ruang maka dikhawatirkan akan terjadi ketidaknyamanan pengguna ruangan oleh

penghuni maupun masyarakat yang terlibat dalam penggunaannya. Namun tidak

begitu saja dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, konsep disain yang dihasilkan

juga harus menjadi bangunan yang memiliki kemampuan sustainability untuk

bertahan mengikuti pola perubahan perilaku masyarakat dan perkembangan

zaman.Melalui penjabaran di atas, dilakukan pengkajian secara khusus, bertujuan

untuk menganalisis lebih lanjut akan hubungan sebuah aktifvitas tertentu terhadap

kebutuhan desain dan konsep perancangan arsitektur mengikuti teori yang telah

ada dalam memenuhi kebiasaan dan kondisi masyarakat dengan mengedepankan

pendekatan sistem yang telah baku dalam pembangunan sebuah rumah sakit.

59 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 60: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

Gambar 6.3. Proses Pembuatan DED RS PT

Sumber : Jhony Sinaga, dalam Workshop Master Plan dan DED RS PT, 18-19 Juli 2012

60 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 61: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

PENUTUP

61 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :

Page 62: Draft Pedoman RS Pendidikan Diknas

DAFTAR PUSTAKA

1. UUD 1945

2. UU Pendidikan Kedokteran

3. UU Pendidikan Tinggi

4. Semua yg ada di landasan (bab 1)---tolong tuliskan dengan penulisan

yang benar menggunakan Harvard

5. Cook, D. J., J. DeBoer, et al. (2008). Managing Emergency Preparedness:

Academic Health Centers Organize and Innovate, Association of Academic

Health Centers.

6. GAHS (2007). Teaching Hospital Criteria. G. A. f. H. Services and F. t. E. o.

A. Dhabi. Emirate of Abu Dhabi

7. Kunders, G., Ed. (2004). Hospitals Facilities Planning and Management.

Planning and Desaigning a Hospital : The Correct Way. New Delhi, Tata

McGraw-Hill.

8. Wartman, S. A. (2007). "The Academic Health Center : Evolving

Organizational Models." Association Of Academic Health Center.

9. http://hpeq.dikti.go.id/v2/index.php?

option=com_content&view=article&id=91:kurikulum-kedokteran-berdasar-

kompetensi&catid=16:berita-terkait&Itemid=197, diunduh pada hari Selasa

tanggal 16-07-2013 pada pukul 19.00 WIB.

62 | P e d o m a n R S P T K e p D i r j e n d i k t i N o :