fgd edit (repaired).doc

23
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi masih merupakan prioritas utama pembangunan kesehatan di Indonesia. Kejadian kematian ibu dan bayi yang terbanyak terjadi pada saat persalinan, pasca persalinan, dan hari- hari pertama kehidupan bayi masih menjadi tragedi yang terus terjadi di negeri ini. Untuk menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir diperlukan upaya dan inovasi baru, tidak bisa dengan cara-cara biasa. (Depkes RI, 2010) Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih sangat tinggi dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya, yakni 307/100.000 kelahiran. Propinsi penyumbang kasus kematian ibu melahirkan terbesar adalah Propinsi Papua 730/100.000 kelahiran, Nusa Tenggara Barat (NTB) 370/100.000 kelahiran, Maluku 340/100.000 kelahiran dan Nusa Tenggara Timur (NTT) 330/100.000 kelahiran. Tingginya AKI menunjukkan bahwa derajat kesehatan di Indonesia masih belum baik. (Depkes RI, 2010) Secara Nasional sebenarnya angka kematian ibu sudah menurun yaitu dari 390 per 100.000 kelahiran hidup (KH) pada tahun 1991 menjadi 228 per 100.000 KH pada tahun 2007. Demikian pula halnya dengan Angka Kematian Bayi (AKB) menurun dari 68 per 1.000 KH pada tahun 1991 menjadi 34 per 1.000 KH pada tahun 2007. (Depkes RI, 2010) 1

Upload: ilmadeilma

Post on 14-Dec-2015

239 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: fgd edit (Repaired).doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi masih merupakan prioritas

utama pembangunan kesehatan di Indonesia. Kejadian kematian ibu dan bayi yang

terbanyak terjadi pada saat persalinan, pasca persalinan, dan hari-hari pertama

kehidupan bayi masih menjadi tragedi yang terus terjadi di negeri ini. Untuk

menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir diperlukan upaya dan inovasi

baru, tidak bisa dengan cara-cara biasa. (Depkes RI, 2010)

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih sangat tinggi dibandingkan

dengan negara-negara ASEAN lainnya, yakni 307/100.000 kelahiran. Propinsi

penyumbang kasus kematian ibu melahirkan terbesar adalah Propinsi Papua

730/100.000 kelahiran, Nusa Tenggara Barat (NTB) 370/100.000 kelahiran, Maluku

340/100.000 kelahiran dan Nusa Tenggara Timur (NTT) 330/100.000 kelahiran.

Tingginya AKI menunjukkan bahwa derajat kesehatan di Indonesia masih belum baik.

(Depkes RI, 2010)

Secara Nasional sebenarnya angka kematian ibu sudah menurun yaitu dari 390

per 100.000 kelahiran hidup (KH) pada tahun 1991 menjadi 228 per 100.000 KH

pada tahun 2007. Demikian pula halnya dengan Angka Kematian Bayi (AKB)

menurun dari 68 per 1.000 KH pada tahun 1991 menjadi 34 per 1.000 KH pada

tahun 2007. (Depkes RI, 2010)

Upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir harus melalui

jalan yang terjal. Terlebih kala itu dikaitkan dengan target Millenium Development

Goals (MDGs) 2015, yakni menurunkan angka kematian ibu (AKI) menjadi 102 per

100.000 kelahiran hidup, dan angka kematian bayi (AKB) menjadi 23 per 100.000

kelahiran hidup yang harus dicapai. (Depkes RI, 2010)

Penyebab langsung kematian ibu terjadi pada umumnya sekitar persalinan dan

90% oleh karena komplikasi. Penyebab langsung kematian ibu menurut SKRT 2001

adalah: perdarahan (28%), eklamsia (24%), infeksi (11%), komplikasi puerperium

(11%), abortus (5%), trauma obstetric (5%), emboli obstetric (5%), partus lama/macet

(5%) serta lainnya (11%). Penyebab langsung tersebut diperburuk oleh status kesehatan

dan gizi ibu yang kurang baik, dan adanya faktor resiko kehamilan pada ibu.

(Wiknjosastro H, 1997)

1

Page 2: fgd edit (Repaired).doc

Penyebab tidak langsung antara lain adalah rendahnya taraf pendidikan

perempuan, kurangnya pengetahuan kesehatan reproduksi, rendahnya status sosial

ekonomi, peranan ibu yang kurang menguntungkan dalam keluarga, kurangnya

ketersediaan pelayanan kesehatan dan keluarga berencana (KB), lokasi tempat tinggal

yang terpencil sehingga muncul adanya faktor keterlambatan, yaitu terlambat

mengambil keputusan untuk dirujuk (termasuk terlambat mengenali tanda bahaya),

terlambat sampai di fasilitas kesehatan pada saat keadaan darurat dan terlambat

memperoleh pelayanan yang memadai oleh tenaga kesehatan. (Wiknjosastro H, 1997)

Berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunkan kematian ibu, antara lain

melalui penempatan bidan di desa, pemberdayaan keluarga dan masyarakat dengan

menggunakan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA) dan Program Perencanaan

Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), serta penyediaan fasilitas kesehatan

Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas perawatan dan

Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di rumah sakit. (I

Nyoman dkk. 2008)

Namun, pelayanan kesehatan yang ada, khususnya pelayanan puskesmas masih

jauh dari harapan masyarakat. Adapun pemicu rendahnya mutu pelayanan puskesmas

pada saat sekarang antara lain: sarana yang tidak lengkap seperti obat-obatan yang

kurang bermutu dari segi variasi, kurangnya jumlah petugas, petugas yang kurang

tanggap dengan pasien, keramahan yang kurang dari pemberi layanan, sehingga

masyarakat kurang puas setiap berobat ke pusat pelayanan kesehatan ini. Disamping itu

program puskesmas yang kurang berjalan menjadi pemicu rendahnya mutu pelayanan

puskesmas di mata masyarakat. (I Nyoman dkk. 2008)

1.2 Rumusan Masalah

1.Rendahnya kunjungan ibu hamil di puskesmas Papua Barat

2.Rendahnya motivasi petugas puskesmas di Papua Barat

1.3 Tujuan

1. Mengidentifikasi rendahnya kunjungan ibu hamil di puskesmas Papua Barat

2. Mengidentifikasi rendahnya motivasi petugas puskesmas di Papua Barat

2

Page 3: fgd edit (Repaired).doc

BAB II

ANALISIS KASUS

2.1 Kausa dan Alternatif Kausa

Analisa Secara Epidemiologi

What

Masalah rendahnya ANC/ K4 di Papua Barat

Masalah rendahnya motivasi staf di Puskesmas

Where

Kurangnya kesadaran menuju sarana pelayanan kesehatan

Who

Kurangnya kesadaran ibu hamil yang menyadari pentingnya ANC/K4

Kurangnya tenaga terlatih dan professional

When

Satu tahun terakhir

Why

Budaya

Kelangkaan tenaga professional dan terlatih

Sarana dan prasarana

Dukun yang belum terlatih

Karakteristik

Person

Kurangnya motivasi petugas, bisa dikarenakan kurangnya pemenuhan kebutuhan dan

kesejahteraan petugas kesehatan yang kurang diperhatikan. Faktor lain yang juga

mendukung adalah kelangkaan tenaga medis yang terlatih dan professional sehingga

mempengaruhi kinerja dan produktivitas petugas.

3

Page 4: fgd edit (Repaired).doc

Place

Dimana kondisi tempat di Papua Barat yang mnyebabkan akses pelayanan kesehatan

masih sulit untuk tersebar secara merata di bebagai tempat.

Time

Faktor geografis menjadi alasan utama yang menyebabkan waktu yang diperlukan

petugas kesehatan ke tempat pelayanan kesehatan lebih lama.

Analisa Fish Bone

Diagram fishbone (diagram tulang ikan) sering juga disebut Cause and Effect

Diagram atau Ishikawa Diagram diperkenalkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa, seorang ahli

pengendalian kualitas dari Jepang, sebagai satu dari tujuh alat kualitas dasar (7 basic quality

tools). Fishbone diagram digunakan ketika kita ingin mengidentifikasi kemungkinan

penyebab masalah. Suatu tindakan dan langkah improvement akan lebih mudah dilakukan

jika masalah dan akar  penyebab masalah sudah ditemukan. Manfaat fishbone diagram ini

dapat menolong kita untuk menemukan akar penyebab masalah. (Kusnadi, Eris. 2011)

Didalam diagram fishbone penyebab biasanya berupa suatu permasalahan yang akan

diperbaiki dan permasalahan tersebut ditempatkan pada “kepala ikan”. Penyebab dari

masalah kemudian diletakkan sepanjang “tulang”, dan diklasifikasikan ke dalam tipe berbeda

sepanjang cabang. Penyebab masalah berikutnya dapat ditempatkan disamping sisi cabang

berikutnya.

4

Page 5: fgd edit (Repaired).doc

Aspek fish bone dalam permasalahan ini, yaitu:

1. Person

a. Jumlah petugas puskesmas kurang

b. Rendahnya motivasi petugas

c. Petugas kurang kompeten atau kurang berpendidikan

d. Petugas kurang bisa mengoperasikan alat-alat yang ada di puskesmas

e. Rendahnya pendidikan ibu hamil

f. Kurangnya kesadaran ibu hamil akan pentingnya pemeriksaan selama kehamilan

5

Page 6: fgd edit (Repaired).doc

2. Material

a. Obat kadaluarsa

b. Distribusi obat yang sulit

c. Obat kurang lengkap

3. Money

a. Pembiayaan operasional yang minim pada setiap puskesmas

b. Gaji karyawan puskesmas di bawah upah minimum kerja

c. Rendahnya tingkat ekonomi ibu hamil

4. Machine

a. Alat-alat penunjang persalinan di puskesmas tidak ada

b. Alat-alat di puskesmas tidak terawat

c. Kurangnya sterilisasi alat

d. Kurangnya sosialisasi melalui poster, brosur kesehatan kehamilan

e. Kurangnya alat transportasi

5. Methode

a. Tidak adanya penghargaan kepada tenaga puskesmas yang berprestasi

b. Kurangnya sosialisasi ANC, persalinan yang aman dan masa nifas

c. Terlambatnya penanganan persalinan ibu hamil

d. Terlambatnya untuk merujuk ibu hamil yang mengalami komplikasi

6. Environment

a. Letak geografi yang tidak strategis

b. Akses jalan yang kurang baik

c. Minimnya kepercayaan masyarakat kepada tenaga kesehatan di puskesmas

d. Masih banyak ibu hamil yang mempercayakan persalinannya kepada dukun

e. Lingkungan puskesmas kumuh atau tidak terawat

Teori Motivasi Maslow

Pengertian Motivasi

Motivasi merupakan kondisi psikologis dari hasil interaksi kebutuhan karyawan dan

faktor luar yang mempengaruhi perilaku seorang karyawan. (Danim 2001 : 25). Motivasi

adalah keadaan kejiwaan dan sikap mental manusia yang memberikan energi, mendorong

kegiatan dan mengarahkan perilaku kearah mencapai kebutuhan yang memberi kepuasan.

(Berelson dan Stainer 2002 : 67).

6

Page 7: fgd edit (Repaired).doc

Dari definisi diatas, maka motivasi dapat didefinisikan sebagai masalah yang sangat

penting dalam setiap usaha kelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan

organisasi, masalah motivasi dapat dianggap simpel karena pada dasarnya manusia mudah

dimotivasi, dengan memberikan apa yang diinginkannya.

TEORI MASLOW

Abraham Maslow mengasumsikan bahwa orang berkuasa memenuhi kebutuhan yang

lebih pokok (fisiologis) sebelum mengarahkan perilaku memenuhi kebutuhan yang lebih

tinggi (perwujudan diri). Kebutuhan yang lebih rendah harus dipenuhi terlebih dahulu

sebelum kebutuhan yang lebih tinggi seperti perwujudan diri mulai mengembalikan perilaku

seseorang. Hal yang penting dalam pemikiran Maslow ini bahwa kebutuhan yang telah

dipenuhi member motivasi. Apabila seseorang memutuskan bahwa ia menerima uang yang

cukup untuk pekerjaan dari organisasi tempat ia bekerja, maka uang tidak mempunyai daya

intensitasnya lagi. Jadi bila suatu kebutuhan mencapai puncaknya, kebutuhan itu akan

berhenti menjadi motivasi utama dari perilaku. Kemudian kebutuhan kedua mendominasi,

tetapi walaupun kebutuhan telah terpuaskan, kebutuhan itu masih mempengaruhi perilaku

hanya intensitasnya yang lebih kecil.

7

Page 8: fgd edit (Repaired).doc

Teori Maslow dalam Reksohadiprojo dan Handoko (1996), membagi kebutuhan

manusia sebagai berikut:

1. Kebutuhan Fisiologis

Kebutuhan fisiologis merupakan hirarki kebutuhan manusia yang paling dasar yang

merupakan kebutuhan untuk dapat hidup seperti makan, minum, perumahan, oksigen, tidur

dan sebagainya. Dalam kasus ini yang menjadi masalah adalah:

a. Gaji tidak sesuai

b. Sandang, pangan, papan kurang atau kurang layak

c. Situasi kondisi / jarak rumah yang jauhdari tempat kerja

2. Kebutuhan Rasa Aman

Apabila kebutuhan fisiologis relative sudah terpuaskan, maka muncul kebutuhan yang

kedua yaitu kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan akan rasa aman ini meliputi keamanan

akan perlindungan dari bahaya kecelakaan kerja, jaminan akan kelangsungan pekerjaannya

dan jaminan akan hari tuanya pada saat mereka tidak lagi bekerja. Dalam kasus ini,

kebutuhan rasa aman terutama diperlukan oleh petugas yang bekerja di daerah rawan konflik

yang sering terjadi kerusuhan.

3. KebutuhanSosial

Jika kebutuhan fisiologis dan rasa aman telah terpuaskan secara minimal, maka akan

muncul kebutuhansosial, yaitu kebutuhan untuk persahabatan, afiliasi dana interaksi yang

lebih erat dengan orang lain. Dalam organisasi akan berkaitan dengan kebutuhan akan adanya

kelompok kerja yang kompak, supervisi yang baik, rekreasi bersama dan sebagainya. Dalam

kasus ini, dapat diidentifikasikan 2 hal yang mempengaruhi motivasi petugas puskesmas,

yaitu:

a. Rasa kekeluargaan yang kurang antara sesamapetugas puskesmas

8

Page 9: fgd edit (Repaired).doc

b. Untuk petugas yang berasal dari luar pulau, susahnya akses komunikasi untuk dapat

terhubung dengan keluarga didaerah asal.

4. Kebutuhan Penghargaan

Kebutuhan ini meliputi kebutuhan keinginan untuk dihormati, dihargai atas prestasi

seseorang, pengakuan atas kemampuan dan keahlian seseorang serta efektifitas kerja

seseorang. Tidak adanya apresiasi dari atasan dan tidak adanya penghargaan dari masyarakat

sekitar dapat menjadi penyebab dari rendahnya mutu puskesmas dalam kasus ini.

5. Kebutuhan Aktualisasi diri

Aktualisasi diri merupakan hirarki kebutuhan dari Maslow yang paling tinggi.

Aktualisasi diri berkaitan dengan proses pengembangan potensi yang sesungguhnya dari

seseorang. Kebutuhan untuk menunjukkan kemampuan, keahlian dan potensi yang dimiliki

seseorang. Seseorang yang didominasi oleh kebutuhan akan aktualisasi diri senangakan

tugas-tugas yang menantang kemampuan dan keahliannya. Penyebab rendahnya mutu

petugas puskesmas dalam hal kebutuhan aktualisasi diri adalah dikarenakan tidak adanya

kesempatan untuk memiliki jenjang karir yang lebih tinggi. (Romi, H.2013)

Teori Motivasi Hezberg

Menurut Herzberg ada dua kelompok faktor yang mempengaruhi motivasi kerja

seseorang dalam organisasi, yaitu fakto rpenyebab kepuasan kerja (job satisfiers) dan faktor

penyebab ketidakpuasan kerja (job dissatisfiers). Satisfiers disebut dengan istilah motivators

dan dissatisfiers disebut dengan istilah hygiene factors.

Faktor higiene mencegah merosotnya semangat kerja atau efisiensi, dan meskipun

faktor ini tidak dapat memotivasi, tetapi dapat menimbulkan ketidak-puasan kerja. Faktor

hygiene bersifat ekstrinsik karena berasal dari luar diri individu. Faktor ini disebut hygiene

karena apabila faktor ini tidak terpenuhi akan timbul ketidakpuasan dalam diri individu,

namun apabila faktor ini terpenuhi belum tentu akan menimbulkan motivasi.

Yang termasuk hygiene faktor adalah:

a. Kebijakan perusahaan & administrasi (company policy and adminis-tration)

b. Supervisi tehnik (supervision technical)

c. Kondisi kerja (working condition)

d. Hubungan antar pribadi (interpesonal relations)

9

Page 10: fgd edit (Repaired).doc

e. Gaji (salary)

f. Keamanan kerjadan status (job security and status)

Faktor penyebab kepuasan kerja (motivators) mempunyai pengaruh pendorong bagi

prestasi dan semangat kerja karyawan. Faktor motivator ini bersifat intrinsic karena berasal

dari dalam individu. Faktor ini disebut motivator karena apabila faktor ini tidak terpenuhi,

seorang individu tidak akan termotivasi (belum tentu mengalami ketidakpuasan), sedangkan

apabila faktor ini terpenuhi, maka akan timbul motivasi.

Yang termasuk faktor motivator adalah:

a. Prestasi (achievement)

b. Pengakuan (recognition)

c. Kerja itu sendiri (The work itself)

d. Kemajuan (advancement)

e. Tanggung jawab (responsibility)

Dalam kasus ini, yang menjadi penyebab dari segi faktor hygiene adalah kurang

harmonisnya hubungan antar sesame petugas atau petugas dengan atasan. Sedangkan yang

menjadi penyebab faktor motivasional adalah:

a. Pengakuan diri yang kurang dari masyarakat dan atasan

b. Kurangnya tanggung jawab dalam mengerjakan pekerjaan sehingga pekerjaan tidak

berhasil dan tidak sesuai dengan target (Wahyu, 2011)

2.2 Prioritas Jalan Keluar (Subur Prayitno, dasar-dasar AKM,1997)

1. Meningkatkan kesadaran ibu hamil tentang pentingnya pemeriksaan selama

kehamilan dengan memberikan penyuluhan.

2. Meningkatkan kinerja petugas puskesmas dengan memberikan pelatihan.

3. Meningkatkan sarana dan prasarana di puskesmas.

4. Meningkatkan kepercayaan masyarakat dengan kunjungan

rumah.

10

Page 11: fgd edit (Repaired).doc

No. Alternatif Jalan KeluarEfektivitas Efisiens

iHasil

M I V C MxIxV

P= C

1. Meningkatkan kesadaran ibu hamil tentang pentingnya pemeriksaan selama kehamilan dengan memberikan penyuluhan.

4 3 3 3 12

2. Meningkatkan kinerja petugas puskesmas dengan memberikan pelatihan.

4 4 5 3 26,6

3. Meningkatkan sarana dan prasarana di puskesmas.

3 2 3 5 3,6

4. Meningkatkan kepercayaan masyarakat dengan kunjungan rumah.

4 3 3 4 9

P : Prioritas jalan keluar

M : Maknitude, besarnya masalah yang bias diatasi apabila

solusi ini dilaksanakan (turunnya prevalensi dan besarnya

masalah lain)

I : Implementasi, kelanggengan selesainya masalah.

V : Valiability, sensitifnya dalam mengatasi masalah

C : Cost, biaya yang diperlukan.

Maka dr. Sukmawan mengambil / memilih program meningkatkan

kinerja petugas puskesmas dengan memberikan pelatihan dan reward

dan untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kunjungan ibu

hamil maka dilakukan penyuluhan kepada ibu hamil dan keluarga.

11

Page 12: fgd edit (Repaired).doc

12

Page 13: fgd edit (Repaired).doc

Rencana Pelaksanaan Program Peningkatan Kinerja Petugas Puskesmas dengan Memberikan Pelatihan

No. Kegiatan Sasaran Target Volume kegiatan

Rincian pelaksanaan

Lokasi pelaksanaan

Tenaga pelaksana

Jadwal Kebutuhan pelaksanaan

1. Pelatihan PetugasKader puskesmas

80% dari jumlah sasaran

4 kali/ tahun

a.ceramahb.diskusic.praktek

Di balai desa

DokterBidan

Setiap awal bulan

Papan tulisKapurPosterLaptopLCDLeaflet

2 Reward Petugas/ kader puskesmasyang rajin

- 1 kali/ tahun

pemberian penghargaan tertulis dan pemberian hadiah berupa doorprize

Masing-masing puskesmas

Kepala puskesmas

Setiap akhir tahun

Sertifikat penghargaan

Doorprize

13

Page 14: fgd edit (Repaired).doc

3 Penyuluhan

Ibu hamil dan keluarga

80% dari jumlah ibu hamil

1 kali / bulan a. ceramah

b. diskusic. praktek

Di balai desa

Bidan/kader posyandu

Setiap bulan di minggu ke 2

FlipchartLeafletPoster

14

Page 15: fgd edit (Repaired).doc

BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

1. Penyebab rendahnya kunjungan ibu hamil di Papua Barat :

rendahnya pendidikan ibu hamil

Kurangnya kesadaran ibu hamil akan pentingnya pemeriksaan selama

kehamilan

Rendahnya tingkat ekonomi ibu hamil

Kurangnya sosialisasi ANC, persalinan yang aman dan masa nifas melalui poster,

brosur kesehatan kehamilan

Kurangnya alat transportasi

Letak geografi yang tidak strategis

Minimnya kepercayaan masyarakat kepada tenaga kesehatan di puskesmas

Masih banyak ibu hamil yang mempercayakan persalinannya kepada dukun

2. Penyebab rendahnya motivasi petugas puskesmas di papua barat :

Jumlah petugas puskesmas kurang

Petugas kurang kompeten atau kurang berpendidikan

Pembiayaan operasional yang minim pada setiap puskesmas

Tidak adanya penghargaan kepada tenaga puskesmas yang berprestasi

Minimnya kepercayaan masyarakat kepada tenaga kesehatan di puskesmas

3.2 Rekomendasi

Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di puskesmas Papua Barat

direkomendasikan beberapa program :

1. Pelatihan tenaga kesehatan dan kader posyandu untuk meningkatkan kinerja petugas

kesehatan yang dilaksanakan 4 kali setahun dengan sasaran 80% dari peserta

pelatihan yang diadakan di balai desa.

2. Memberikan penghargaan kepada petugas dan kader posyandu yang teladan setiap

tahunnya untuk meningkan motivasi kerja.

15

Page 16: fgd edit (Repaired).doc

3. Memberikan penyuluhan kepada ibu hamil dan keluarga untuk meningkatkan

pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya kunjungan selama kehamilan.

Kegiatan ini dilakukan diminggu kedua setiap bulannya, dengan sasaran 80% dari ibu

hamil yang datang.

16

Page 17: fgd edit (Repaired).doc

DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI. 2010. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Badan

Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI.

2. Wiknjosastro H. 1997. Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo, Jakarta.

3. I Nyoman dkk. 2008. Pengorganisasian Masyarakat Dalam Bidang KIA , Rahmi S.,

Janette O, Gertrud S.E., Pemberdayaan Masyarakat Bidang KIA, Hal. 90-126, GTZ,

Mataram Nusa Tenggara Barat

4. Kusnadi, Eris. 2011. Diambil dari

http://eriskusnadi.wordpress.com/2011/12/24/fishbone-diagram-dan-langkah-langkah-

pembuatannya/

5. Wahyu, M. 2011. Diambil dari www.wahyumirza.blogspot.com/2011/03/teori-

herzberg-dan-teori-maslow-html. diakses pada tanggal 6 agustus 2014, jam 18.45 )

6. Prayitno, S. 1997. Dasar-Dasar AKM.

7. Romi, H. 2013. Diambil dari

www.m-edukasi.web.id/2013/08/teori/motivasi/abraham/maslow/1943/1970.html

diakses pada tanggal 6 agustus 2014, jam 19.00

17