faktor yang mempengaruhi proses eliminasi urin
DESCRIPTION
eliminasiTRANSCRIPT
Faktor yang Mempengaruhi Proses Eliminasi Urin
Proses eliminasi biasanya diremehkan oleh kebanyakan orang. Ketika masalahmulai muncul, barulah kewaspadaan terbentuk. Kebiasaan eliminasi seseorangtergantung pada budaya sosial, kebiasaan pribadi, dan kemampuan fisik. Beberapafaktor mempengaruhi jumlah dan karakteristikdari urin yang diproduksi danbagaimana itu dikeluarkan.
A. Tingkat Pertumbuhan dan Perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan dapat memengaruhi pola berkemih.
Hal tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih memiliki mengalami
kesulitan untuk mengontrol buang air kecil.
Infant
Pengeluaran cairan bervariasi tergantung pada intake cairan, tetapi
biasanya mencapai 250 mL sampai 500 mL per hari pada tahun pertama bayi.
Infant dapat melakukan eliminasi urin sampai 20 kali dalam satu hari. Urin ini
biasanya tak berwarna dan tak berbau. Karena infant atau bayi memiliki ginjal
yang belum matang, mereka tidak bisa mengatur proses pembuangan urin secara
efektif layaknya orang dewasa. Bayi lahir tanpa control eliminasi, kebanyakan
akan berkembang pada usia 2 sampai 5 tahun.
Pra-sekolah
Anak pra-sekolah sudah dapat pergi ke toilet secara mandiri. Orang tua
harus sadar bahwa terkadang kecelakaan “ngompol” dapat terjadi, dan tidak
seharusnya menghukum anak mereka karenanya. Anak-anak sering lupa untuk
mencuci tangan dam menyiram sisa pembuangan mereka dan membutuhkan
instruksi untuk itu. Anak perempuan butuh diajarkan untuk menyeka dari depan
ke belakang untuk menghindari kontaminasi feses.
Usia sekolah
Sistem eliminasi seseorang berubah matang pada tahap perkembangan ini.
Ukuran ginjal membesar dua kali lipat antara umur 5 sampai 10 tahun. Dalam
periode ini, anak pipis enam sampai delapan kali sehari. Enuresis, yaitu keadaan
di mana air seni keluar dengan sendirinya ketika sebenarnya dapar diatur
pengeluarannya, terkadang menjadi masalah untuk beberapa anak usia sekolah.
Sekitar 10% dari anak umur 6 tahun memiliki kesulitan dalam mengatur
pengeluaran air seninya. Nocturnal enuresis, atau ngompol seharusnya tidak perlu
digolongkan sebuah masalah sebelum si anak melewati umur 6 tahun. Biasanya,
insiden ini dilambangkan dengan sudah besarnya si anak ketika anak sudah tidak
mengompol lagi.
Lanjut Usia
Fungsi pengeluaran ginjal berkurang sejalannya usia, tetapi biasanya tidak
jauh di bawah tingkat normal kecuali ada penyakit lain yang diidap. Seiring
berjalannya umur, jumlah nefron yang berfungsi berkurang, mempengaruhi
kemampuan ginjal dalam menyaring. Hal ini menyebabkan orang tua memiliki
resiko tinggi keracunan dari pengobatan. Perubahan lain yang lebih dapat dilihat
berdasarkan umur adalah apa-apa yang berhubungan dengan kandung kemih.
Keluhan pada frekuensi dan urgensu kencing adalah hal biasa. Hal ini
menyebabkan orang tua butuh untuk bangun pada malam haru untuk mencegal
ngompol.
B. Psikososial
Bagi kebanyakan orang, beberapa kondisi membantu merangsang refleks
berkemih, antara lain privasi, posisi normal, waktu yang cukup, dan terkadang air
mengalir. Keadaan yang tidak biasa pada klien dapat menimbulkan tonus otot.
Akhirnya, seseorang tidak dapat mengendurkan otot abdomen dan perineal
sehinggaa kencing pun terhambat. Meningkatnya stres dapat mengakibatkan
meningkatnya frekuensi keinginan berkemih. Hal ini karena meningkatnya
sensitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urine yang diproduksi.
C. Intake Cairan dan Makanan
Tubuh yang sehat menjaga keseimbangan antara jumlah cairan yang dicerna
dan jumlah cairan yang dieliminasi. Ketika jumlah cairan yang masuk meningkat,
tentunya, pengeluarannya pun akan meningkat. Beberapa cairan, seperti alcohol,
meningkatkan pengeluaran cairan dengan menghambat produksi ADH. Cairan
yang mengandung kafein juga meningkatkan produksi urin. Beberapa makanan
dan cairan dapat merubah warna urin. Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor
utama yang memengaruhi output urine (jumlah urine). Protein dapat menentukan
jumlah urine yang dibentuk. Selain itu, juga dapat meningkatkan pembentukan
urine.
D. Pengobatan
Banyak pengobatan, terutama yang mempengaruhi sistem saraf otonom,
mengganggu proses normal eliminasi. Beberapa pengobatan dapat mengubah
warna urin. Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya
peningkatan atau penurunan proses perkemihan. Misalnya pemberian diuretik
dapat meningkatkan jumlah urine, sedangkan pemberian obat antikolinergik dan
antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine.
E. Tonus Otot
Tonus otot yang baik sangat penting untuk mempertahankan peregangan dan
kontrasilitas otot, jadi kendung kemih dapat mengisi dengan adekuat dan benar-
benar mengosongkan isinya. Klien yang membutuhkan dan menggunakan kateter
dalam waktu yang lama dapat memiliki tonus otot kandung kemih yang buruk
karena drainase terus menerus dan mencegah kandung kemih terisi dan kosong
secara normal. Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses
berkemih adalah otot kandung kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya sangat
berperan dalam kontraksi pengontrolan pengeluaran urine. Tonus otot pelvis juga
berkontribusi dalam kemampuan untuk membuang dan menyimpan urin.
F. Kondisi Patologis
Beberapa penyakit dan patologis dapat mempengaruhi formasi pengeluaran
urin. Penyakit dalam ginjal dapat mempengaruhi kemampuan nefron untuk
memproduksi urin. Jumlah tidak normal dari protein atau sel darah mungkin
muncul di urin, atau ginjal sudah benar-benar berhenti memproduksi urin
bersama-sama, kondisi ini disebut gagal ginjal. Kelainan jantung dan sirkulasi
seperti gagal jantung, syok, atau hipertensi dapat mempengaruhi aliran darah ke
ginjal, mengganggu produksi urin. Kondisi penyakit dapat mempengaruhi
produksi urine, seperti diabetes melitus
G. Prosedur Operasi
Beberapa bedah dan prosedur diagnostic mempengaruhi bagian dari urin dan
urin itu sendiri. Anastesik spinal dapat mempengaruhi bagian urin.
Ginjal merupakan bagian tubuh primer yang utama untuk mengekskresikan
kelebihan cairan tubuh, elektrolit, ion-ion hydrogen, dan asam. Eliminasi urin
secara normal bergantung pada pemasukan cairan dan sirkulasi volume darah ;
jika salah satunya menurun, pengeluaran urin akan menurun. Pengeluaran urin
juga berubah pada seseorang dengan penyakit ginjal, yang mempengaruhi
kuantitas, urin dan kandungan produk sampah didalam urin.
-tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas perkuliahan-