laporan praktikum pengkajian fungsi berkemih dan eliminasi urin dan fekal

21
Laporan Praktikum Pengkajian Fungsi Berkemih dan Eliminasi Urin dan Fekal Oleh Juwita Agustin Ratnadewi/ 0906510956 1. Pengertian Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel (feses). Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi urine adalah ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu : Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua yaitu timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidak- tidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih. Meskipun refleks miksi adalah refleks autonomik medula spinalis, refleks ini bisa juga dihambat atau ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau batang otak. Kandung kemih dipersarafi araf saraf sakral (S-2) dan (S-3). Saraf sensori dari kandung kemih dikirim ke medula spinalis (S-2) sampai (S-4) kemudian diteruskan ke pusat miksi pada susunan saraf pusat. Pusat miksi mengirim signal pada kandung kemih untuk berkontraksi. Pada saat destrusor berkontraksi spinter interna berelaksasi dan spinter eksternal dibawah kontol kesadaran akan berperan, apakah mau miksi atau ditahan. Pada saat miksi abdominal berkontraksi meningkatkan

Upload: juwita-agustin-ratnadewi

Post on 30-Jun-2015

1.649 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Pengkajian Fungsi Berkemih dan Eliminasi Urin dan Fekal

Laporan Praktikum Pengkajian Fungsi Berkemih dan Eliminasi Urin dan Fekal

Oleh Juwita Agustin Ratnadewi/ 0906510956

1. Pengertian

Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin

atau bowel (feses). Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung

kemih terisi. Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi urine

adalah ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Proses ini terjadi dari dua langkah

utama yaitu : Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya

meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua yaitu

timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang berusaha

mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya menimbulkan

kesadaran akan keinginan untuk berkemih. Meskipun refleks miksi adalah refleks

autonomik medula spinalis, refleks ini bisa juga dihambat atau ditimbulkan oleh pusat

korteks serebri atau batang otak.

Kandung kemih dipersarafi araf saraf sakral (S-2) dan (S-3). Saraf sensori dari

kandung kemih dikirim ke medula spinalis (S-2) sampai (S-4) kemudian diteruskan ke

pusat miksi pada susunan saraf pusat. Pusat miksi mengirim signal pada kandung

kemih untuk berkontraksi. Pada saat destrusor berkontraksi spinter interna berelaksasi

dan spinter eksternal dibawah kontol kesadaran akan berperan, apakah mau miksi atau

ditahan. Pada saat miksi abdominal berkontraksi meningkatkan kontraksi otot

kandung kemih, biasanya tidak lebih 10 ml urine tersisa dalam kandung kemih yang

diusebut urine residu. Pada eliminasi urine normal sangat tergantung pada individu,

biasanya miksi setelah bekerja, makan atau bangun tidur., Normal miksi sehari 5 kali.

Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut

bowel movement. Frekwensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari

beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga

bervariasi setiap orang. Ketika gelombang peristaltik mendorong feses kedalam kolon

sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam rektum dirangsang dan individu menjadi

sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi.

Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi tubuh

yang normal. Perubahan pada eliminasi dapat menyebabkan masalah pada

gastrointestinal dan bagian tubuh yang lain. Karena fungsi usus tergantung pada

keseimbangan beberapa faktor, pola eliminasi dan kebiasaan masing-masing orang

Page 2: Laporan Praktikum Pengkajian Fungsi Berkemih dan Eliminasi Urin dan Fekal

berbeda. Klien sering meminta pertolongan dari perawat untuk memelihara kebiasaan

eliminasi yang normal. Keadaan sakit dapat menghindari mereka sesuai dengan

program yang teratur. Mereka menjadi tidak mempunyai kemampuan fisik untuk

menggunakan fasilitas toilet yang normal ; lingkungan rumah bisa menghadirkan

hambatan untuk klien dengan perubahan mobilitas, perubahan kebutuhan peralatan

kamar mandi. Untuk menangani masalah eliminasi klien, perawat harus mengerti

proses eliminasi yang normal dan faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi.

2. Tujuan

Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil data secara terus

menerus terhadap masalah yang sedang dihadapi. Sumber informasi dari tahapan pengkajian

daoat menggunakan metode :

1. Wawancara

2. Observasi

3. Pemeriksaan fisik terhadap eliminasi urin dan eliminasi fekal

4. Data sekunder, misalnya hasil laboratorium.

3. Kompetensi dasar lain yang harus dimiliki untuk melakukan tindakan

PENGKAJIAN URINE

Pengkajian urine dilakukan dengan mengukur asupan cairan dan haluaran urine serta

mengobservasi karakteristik urine klien.

Pengkajian Fisik

Organ yang ditinjau meliputi kulit, ginjal, kandung kemih, dan uretra.

Kulit : Masalah eliminasi urin berkaitan dengan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.

Perawat mengkaji status hidrasi klien dengan mengkaji status hidrasi klien dengan mengkaji

turgor kulit dan mukosa mulut.

Ginjal : Apabila ginjal terinfeksi atau mengalami peradangan, biasanya akan timbul nyeri di

daerah pinggul. Adanya nyeri tekan di daerah pinggul saat dilakukan perkusi sudut

kostovertebra (sudut yang dibentuk oleh tulang belakang dan tulang rusuk 12). Pemeriksaan

secara auskultasi juga dilakukan untuk mendeteksi adanya bunyi bruit di arteri ginjal (bunyi

yang duhasilkan dari perputaran aliran darah yang melalui arteri yang sempit). Pemeriksaan

palpasi dilakukan saar pemeriksaan abdomen untuk mengetahui posisi, bentuk, dan ukuran

ginjal.

Page 3: Laporan Praktikum Pengkajian Fungsi Berkemih dan Eliminasi Urin dan Fekal

Kandung Kemih : Pada inspeksi, dapat terlihat adanya pemebngkakan atau lekukan konveks

pada abdomen bagian bawah. Pada palpasi, kandung kemih dalam keadaan normal teraba

lunak dan bundar. Pada perkusi, kandung kemih yang penuh dapat menimbulkan bunyi

perkusi tumpul.

Uretra : Untuk memeriksa genitalia wanita, posisi dorsal rekumben memungkinkan genitalia

terlihat secara menyeluruh. Dalam keadaan normal, meatus berwarna merah muda dan

tampak sebagai lubang kecil di bawah klitoris dan diatas orifisium vagina, serta tidak ada

rabas yang keluar dari meatus. Sedangkan pada meatus pria normal merupakan suatu lubang

kecil di ujung penis.

Pengkajian Karakterisitik Urin

Inspeksi warna, kejernihan, dan bau urine.

Warna. Warna urin normal bervariasi dari warna pucat, agak kekuningan sampai kuning-

cokelat (seperti warna madu), tergantung pada kepekatan urin. Perdarahan dari ginjal atau

ureter menyebabkan warna urin menjadi gelap; perdarahan dari kandung kemih atau uretra

menyebabkan warna urin menjadi merah terang.

Kejernihan. Urin yang normal tampak transparan saat dikeluarkan. Urin yang baru

dikeluarkan oleh klien yang menderita penyakit ginjal dapat tampak keruh atau berbusa

akibat tingginya konsentrasi protein. Urin juga akan tampak pekat dan keruh akibat adanya

bakteri.

Bau. Urin memiliki bau yang khusus. Semakinpekat warna urin, semakin kuat baunya.

PENGKAJIAN FEKAL

Perawat perlu melakukan pengkajian fisik sistem dan fungsi tubuh yang kemungkinan

dipengaruhi oleh adanya masalah eliminasi.

1. Pengkajian mulut meliputi inspeksi gigi, lidah dan gusi klien.

2. Pengkajian abdomen meliputi inspeksi keempat kuadran abdomen untuk melihat

warna, bentuk, kesimetrisan dan warna kulit. inspeksi juga mencakup memeriksa

adanya adanya masa, gelombang peristaltik, jaringan parut, pola pembuluh darah

vena, stoma, dan lesi.

Page 4: Laporan Praktikum Pengkajian Fungsi Berkemih dan Eliminasi Urin dan Fekal

3. Pengkajian rektum meliputi inspeksi daerah disekitar anus untuk melihat adanya lesi,

perubahan warna, inflamasi, dan hemoroid. Inspeksi karakteristik feses akan

memberikan informasi tentang sifat perubahan eliminasi.

Pemeriksaan fisik yang Terfokus pada Evaluasi Fungsi Usus

Parameter Strategi pengkajian

Mobilitas Pada klien yang dapat berjalan (observasi cara klien berjalan,

tetapkan adanya kebutuhan penggunaan peralatan bantuan atau

seseorang untuk membantu klien. Pada klien yang menggunakan

kursi roda, catat tingkat kebutuhan klien akan bantuan untuk

berpindah dari kursi ke commode atau ke kamar mandi.

Ketangkasan Melakukan stimulasi secara manual (misalnya memegang sebuah

pensil, memutarkan jari telunjuk)

Sensasi anorektal Pada klien yang mengalami rembesan feses tanpa merasa ingin

defekasi, masukkan keteter urin dengan balon berukuran 30 cc ke

dalam rektum; gembungkan balon dengan perlahan dan

instruksikan klien untuk memberitahukan jika ia merasakan

distensi rektum.

Fungsi sfingter anus Inspeksi anus saat beristirahat. Kemudian lakukan pemeriksaan

secara manual sambil meminta klien mengkontraksi dan

merelaksasikan sfingternya yang diikuti dengan valsalva manuver.

Ketidakmampuan untuk merasakan distensi rektum,

mengontraksikan anus secara sadar, atau mengeedan merupakan

indikasi terjadinya kerusakan fungsi.

Kontraktilitas otot

abdomen

Instruksikan klien untuk mengedan. Perikas keberadaan volume

dan konsistensi feses di dalam rektum. Keberadaan feses dalam

jumlah besar merupakan indikasi penurunan sensasi dan/atau

gangguan pada proses pengosongan usus.

Pemeriksaan diagnostik: visualisasi struktur GI dapat dilakukan melalui pendekatan

langsung maupun tidak langsung.

Page 5: Laporan Praktikum Pengkajian Fungsi Berkemih dan Eliminasi Urin dan Fekal

Visualisasi langsung: instrumen yang dimaksudkan ke dalam mulut (memperlihatkan

saluran GI bagian atas atau rektum/ saluran GI bagian bawah). Memungkinkan untuk

inspeksi daerah lendir, prmbuluh darah, dan bagian organ tubuh.

Endoskop Fiberoptik: merupakan instrumen optik yang dilengkapi dengan lensa pengamat,

selang fleksibel yang panjang, dan sebuah sumber cahaya pada bagian ujungnya. Alat ini

memungkinkan penampakan struktur pada ujung selang dan pemasukkan instrumen khusus

untuk biopsi.

Endoskopi atau gastroskopi UGI memungkinkan visualisasi esofagus, lambung, dan

duodenum. Melalui sebuah gastroskop kita dapat mengambil spesimen jaringan (biopsi),

mengangkat pertumbuhan jaringan yang abnormal (polip), atau sumber-sumber darah samar

dari perdarahan. Implikasi keperawatan sebelum tes meliputi hal-hal berikut:

1. Klien menandatangani surat persetujuan tindakan

2. Klien melakukan puasa setelah tengah malam.

Tes guaiak (pemeriksaan darah samar di feses): tes laboratorium umum yang dapat

dilakukan di rumah atau di samping tempat tidur klien. Tes ini menghitung jumlah darah

mikroskopik di dalam feses. Jumlah kehilangan darah lebih dari 50 ml yang berasal dari

saluran GI bagian atas dapat disebut melena (darah di dalam feses). Tes guaiak membantu

memperlihatkan darah yang tidak terdeteksi secara visual dan juga gangguan perdarahan atau

gangguan pada saluran GI yang diketahui menyebabkan perdarahan (mis. Tumor usus,

inflamasi usus, atau ulserasi).

4. Indikasi, kontraindikasi, dan komplikasi tindakan

Indikasi pemeriksaan urine:

Acute Urinary Incontinence

Chronic Urinary Incontinence

Urinary Retention

Indikasi pemeriksaan fekal:

Constipation

Diarrhea

Fecal Incontinence

5. Alat dan bahan yang digunakan

Pengambilan specimen urin:

Page 6: Laporan Praktikum Pengkajian Fungsi Berkemih dan Eliminasi Urin dan Fekal

a. Sabun, lap basah, dan handuk.

b. Peralatan komersial untuk mengambil urine dengan cara bersih, gulungan

kapas steril, atau bantalan kassa berukuran 2 x 2.

c. Larutan antiseptic (missal yodium-povidon). Periksa adanya alergi.

d. Air steril

e. Wadah specimen steril

f. Sarung tangan steril dan nonsteril

g. Pispot (untuk klien yang tidak dapat berjalan), topi specimen urinal, atau kursi

pot.

Mengukur darah samar di dalam feses

Alat yang dibutuhkan:

a. Lap tisub. Suplai tes darah samar

- Preparat darah samar dari bahan karton

- Aplikator terbuat dari kayu

- Larutan developer darah samarSarung tangan sekali pakai

6. Gambar dan Anatomi daerah yang akan menjadi tindakan

Page 7: Laporan Praktikum Pengkajian Fungsi Berkemih dan Eliminasi Urin dan Fekal

1. Eliminasi Fekal

Secara normal, makanan & cairan masuk kedalam mulut, dikunyah (jika padat)

didorong ke faring oleh lidah dan ditelan dengan adanya refleks otomatis, dari esofagus

kedalam lambung. Pencernaan berawal dimulut dan berakhir diusus kecil walaupun

cairan akan melanjutkannya sampai direabsorpsi di kolon. Anatomi fisiologi saluran

pencernaan terdiri dari :

a. Mulut

Gigi berfungsi untuk menghancurkan makanan pada awal proses pencernaan.

Mengunyah dengan baik dapat mencegah terjadinya luka parut pada permukaan

saluran pencernaan. Setelah dikunyah lidah mendorong gumpalan makanan ke

Urethralsphinctermuscle

Bladder

Urethra

ureter

kidneys

Page 8: Laporan Praktikum Pengkajian Fungsi Berkemih dan Eliminasi Urin dan Fekal

dalam faring, dimana makanan bergerak ke esofagus bagian atas dan kemudian

kebawah ke dalam lambung.

b. Esofagus

Esofagus adalah sebuah tube yang panjang. Sepertiga bagian atas adalah terdiri dari

otot yang bertulang dan sisanya adalah otot yang licin. Permukaannya diliputi

selaput mukosa yang mengeluarkan sekret mukoid yang berguna untuk

perlindungan.

c. Lambung

Gumpalan makanan memasuki lambung, dengan bagian porsi terbesar dari saluran

pencernaan. Pergerakan makanan melalui lambung dan usus dimungkinkan dengan

adanya peristaltik, yaitu gerakan konstraksi dan relaksasi secara bergantian dari otot

yang mendorong substansi makanan dalam gerakan menyerupai gelombang. Pada

saat makanan bergerak ke arah spingter pylorus pada ujung distla lambung,

gelombang peristaltik meningkat. Kini gumpalan lembek makanan telah menjadi

substansi yang disebut chyme. Chyme ini dipompa melalui spingter pylorus kedalam

duodenum. Rata-rata waktu yang diperlukan untuk mengosongkan kembali lambung

setelah makan adalah 2 sampai 6 jam.

d. Usus kecil

Usus kecil (halus) mempunyai tiga bagian :

1. Duodenum, yang berhubungan langsung dengan lambung

2. Jejenum atau bagian tengah dan

3. Ileum

e. Usus besar (kolon)

Kolon orang dewasa, panjangnya ± 125 – 150 cm atau 50 –60 inch, terdir dari :

1. Sekum, yang berhubungan langsung dengan usus kecil

2. Kolon, terdiri dari kolon asenden, transversum, desenden dan sigmoid.

3. Rektum, 10 – 15 cm / 4 – 6 inch.

Fisiologi usus besar yaitu bahwa usus besar tidak ikut serta dalam

pencernaan/absorpsi makanan. Bila isi usus halus mencapai sekum, maka semua zat

makanan telah diabsorpsi dan sampai isinya cair (disebut chyme). Selama perjalanan

didalam kolon (16 – 20 jam) isinya menjadi makin padat karena air diabsorpsi dan

sampai di rektum feses bersifat padat – lunak.

Page 9: Laporan Praktikum Pengkajian Fungsi Berkemih dan Eliminasi Urin dan Fekal

2. Eliminasi Urin

a. Ginjal

Merupakan organ retropenitoneal (di belakang selaput perut) yang terdiri atas ginjal

sebelah kanan dan kiri tulang punggung. Ginjal berperan sebagi pengatur komposisi

dan volume cairan dalam tubuh.

b. Kandung kemih (bladder)

Merupakan sebuah kantung yang terdiri atas otot halus yang berfungsi sebagai

penampung air seni (urine).

c. Uretra

Merupakan organ yang berfungsi untuk menyalurkan urine ke bagian luar.

7. Aspek keamanan dan keselamatan yang harus diperhatikan

Pengambilan specimen urine:

i. Berikan sabun, lap basah, dan handuk untuk membersihkan area perineum untuk

klien.

ii. Kenakan sarung tangan nonsteril.

iii. Ganti sarung tangan kalau diperlukan.

iv. Tutup wadah specimen dengan kuat dan aman (hanya menyentuh bagian luar).

v. Bersihkan urine yang mengenai bagian luar wadah, dan letakkan di kantung plastic

specimen.

vi. Lepaskan sarung tangan, buang di wadah yang tepat, dan cuci tangan sebelum dan

sesudah melakukan tindakan.

8. Protocol atau prosedur dari tindakan

I. Pengumpulan Spesimen Urine

Perawat biasanya mengumpulkan spesimen urin untuk pemeriksaan di laboratorium.

Spesimen tersebut diberi label yang diberi nama klien, tanggal, dan waktu pengumpulan

urine. Setelah urine terkumpul, spesimen tersebut harus segera dikirim ke laboratorium

dengan tepat waktu untuk memastikan keakuratan hasil pemeriksaan. Adapun cara

pengumpulan spesimen urine tersebut ada empat macam, yaitu :

a. Spesimen acak

Page 10: Laporan Praktikum Pengkajian Fungsi Berkemih dan Eliminasi Urin dan Fekal

Spesimen yang diambil secara acak ini digunakan untuk pemeriksaan urinalisis atau

mengukur berat jenis, pH, atau kadar glukosa dalam urine secara spesifik. Teknik yang

digunakan adalah dengan teknik steril. Cara pengambilan spesimen ini dapat dikumpulkan

dari urine klien saat berkemih secara alami. Kemudian klien berkemih pada wadah yang

bersih, urinal, atau pispot. Urine yang dikumpulkan hanya 120 ml untuk pemeriksaan yang

akurat. Setelah spesimen dikumpulkan, perawat menutup spesimen sampai rapat,

membersihkan urine yang masih ada di bagian luar wadah, meletakkan wadah tersebut dalam

kantung plastic, kemudian di bawa ke laboratorium.

b. Spesimen midstream atau pengeluaran bersih

Spesimen tipe ini dibutuhkan untuk pemeriksaan kultur dan sensitivitas urine.

Pemeriksaan urin dengan menggunakan teknik ini bertujuan untuk meminimalkan jumlah

bakteri yang ada di dalam urin. Tahap pertama yang harus dilakukan adalah membersihkan

bagian genetalia eksterna yang benar, kemudian klien mulai mengeluarkan urine dan urine

yang pertama kali keluar dibiarkan terbuang, kemudian urine yang keluar di tengah aliran

berkemih ditampung. Aliran awal urine membersihkan atau membilas bakteri yang berada di

orifisium dan meatus uretra. Dibawah ini ada cara memberikan pendidikan pasien

Pengumpulan Spesimen Clean-Cath Midstream Urin

1. Untuk pasien Laki-laki

Buka glans penis dan bersihkan daerah di sekitar meatus dengan sabun. Hilangkan

semua bekas sabun dengan kapas yang dibasahi air. Urin yang pertama kali keluar di buang.

Kemudian kumpulkan bagian berikutnya ke dalam botol steril yang bermulut lebar atau

tabung gelas yang berdiameter besar dengan dilindungi oleh tutup yang steril. Urin yang

terakhir keluar jangan dimasukkan karena sekresi prostat dapat masuk ke dalam urin pada

urin yang terakhir.

2. Untuk pasien wanita

Pisahkan kedua labia agar orifisium uretra tidak terhalang. Bersihkan bagian meatus

urinarius dengan menggunakan spons yang dibasahi dengan sabun cair. Usap bagian

perineum dari depan ke belakang. Hilangkan semua bekas sabun dengan kapas yang diberi air

dari depan ke belakang. Pertahankan labia agar tetap terpisah dan lakukan urinasi dengan

kuat, tetapi urin yang pertama kali keluar jangan ditampung. Kumpulkan bagian tengah urin

Page 11: Laporan Praktikum Pengkajian Fungsi Berkemih dan Eliminasi Urin dan Fekal

yang keluar dan pastikan bahwa tempat untuk mengumpulkan spesimen urin tersebut tidak

mengenai alat kelamin

c. Spesimen steril

Metode lain untuk memperoleh spesimen urin adalah dengan cara mengambilnya dari

kateter menetap. Tindakan memasang kateter sampai pengambilan spesimen urin dilakukan

dengan teknik steril. Setelah memperoleh spesimen, perawat memindahkan urine ke dalam

sebuah wadah steril dengan teknik aseptik steril.

d. Spesimen urin pada waktu tertentu

Ada beberapa pemeriksaan fungsi ginjal dan komposisi urin seperti mengukur kadar

steroid atau hormone adrenokortikoid, atau pemeriksaan jumlah protein, memerlukan

pengumpulan urine dengan interval waktu 2, 12, atau 24 jam. Waktu pengumpulan ini

dimulai setelah klien berkemih. Kemudian klien mengumpulkan semua urine yang

dikeluarkan pada waktu yang telah ditentukan.

II. Macam – Macam Pemeriksaan Urin

Menurut Potter & Perry ( 1998 ) di dalam Fundamentals of Nursing, macam – macam

pemeriksaan urine:

a. Urinalisis

Urinalisis merupakan pemeriksaan rutin pada sebagian besar kondisi klinis. Dalam

pemeriksaan urine mencakup : observasi warna dan kejernihan urine, bau, pengukuran

keasaman dan berat jenis urine, tes unuk memeriksa keberadaan protein, glukosa dan badan

keton dalam urine, dan pemeriksaan mikroskopik sedimen urine sesudah melakukan

pemusingan untuk mendeteksi sel darah merah, sel darah putih, silinder, kristal, pus dan

bakteri.

Spesimen urin ini harus diperiksa sesegera mungkin, lebih baik sebelum 2 jam setelah

urin ditampung. Urin yang akan diperiksa ini harus merupakan urin pertama yang

dikeluarkan pada pagi hari. Agar dapat melakukan proses skrining dengan cepat perawat

dapat melaksanakan urinalisis menggunakan strip reagen khusus. Hal ini dilakukan untuk

mengobservasi perubahan warna dalam waktu yang ditetapkan dalam kemasan strip tersebut.

Page 12: Laporan Praktikum Pengkajian Fungsi Berkemih dan Eliminasi Urin dan Fekal

Pemeriksaan urinalisis dipstick adalah metode pemeriksaan yang cepat bagi skrining pasien-

pasien simtomatik untuk mendeteksi substansi tertentu yang mencakup hemoglobin, keton,

protein, dan leukosit.

b. Berat jenis urin

Berat jenis urin adalah berat atau derajat konsentrasi suatu substansi yang

dibandingkan dengan air dalam volume yang sama. Untuk mengukur berat jenis urin ini

menggunakan teknik urinometer dengan cara spesimen urin dituangkan ke dalam sebuah

silinder khusus yang bersih dan kering.urinometer yang berat di celup dan diputarkan secara

perlahan ke dalam silinder yang berisi air. Selain dengan urinometer, ter osmolaritas juga

dapat dilakukan untuk mengukur jumlah total artikel yang ada di dalam larutan secara akurat.

c. Kultur urin

Kultur urin membutuhkan sampel urin steril yang diambil dengan cara

pengeluaran bersih. Tes kultur urin ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada pertumbuhan

bakteri atau tidak. Hasil kultur urin dapat mengusulkan perubahan pada pilihan obat.

Menurut dr. R. Wirawan, dr. S. Immanuel, dr. R. Dharma di dalam buku Cermin

Dunia Kedokteran, pemeriksaan urin di bagi menjadi dua macam, yaitu : pemeriksaan rutin

dan lengkap

a. Pemeriksaan rutin

Dalam pemeriksaan urin ini dilakukan dengan pemeriksaan makroskopik,

mikroskopik dan kimia yang meliputi pemeriksaan protein dan glukosa.

Pemeriksaan Makroskopik. Pemeriksaan makroskopik ini yang diperiksa adalah

volume, warna, kejernihan, berat jenis, bau dan pH urin. Pengukuran volume urin yang

dikerjakan bersama dengan berat jenis urin bermanfaat untuk menentukan gangguan faal

ginjal. Pemeriksaan terhadap warna urin mempunyai makna karena kadang-kadang dapat

menunjukkan kelainan klinik. Warna urin dinyatakan dengan tidak berwarna, kuning muda,

kuning, kuning tua, kuning bercampur merah, merah, coklat, hijau, putih susu dan

sebagainya. Kejernihan dinyatakan dengan salah satu pendapat seperti jernih, agak keruh,

keruh atau sangat keruh. Biasanya urin segar pada orang normal jernih. Pemeriksaan berat

jenis urin bertalian dengan faal pemekatan ginjal, dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu

dengan memakai falling drop, gravimetri, menggunakan pikno meter, refraktometer dan

reagens pita.

Page 13: Laporan Praktikum Pengkajian Fungsi Berkemih dan Eliminasi Urin dan Fekal

Pemeriksaan mikroskopik. Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin

yaitu pemeriksaan sedimen urin. Ini penting untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal

dan saluran kemi serta berat ringannya penyakit. Urin yang dipakai ialah urin sewaktu yang

segar atau urin yang dikumpulkan dengan pengawet formalin.

Pemeriksaan kimia urin. Dalam pemeriksaan kimia ini digunakan alat yaitu reagens

pita. Reagens pita ini dapat dipakai untuk pemeriksaan pH, protein, glukosa, keton, bilirubin,

darah, urobilinogen dan nitrit.

b. Pemeriksaan lengkap

Pemeriksaan urin lengkap adalah pemeriksaan urin rutin yang dilengkapi dengan

pemeriksaan benda keton, bilirubin, urobilinogen, darah samar dan nitrit.

- Pemeriksaan benda keton dengan reagens pita ini dapat mendeteksi asam asetoasetat

lebih dari 5--10 mg/dl, tetapi cara ini kurang peka untuk aseton dan tidak bereaksi dengan

asam beta hidroksi butirat.

- Pemeriksaan bilirubin dalam urin berdasarkan reaksi antara garam diazonium dengan

bilirubin dalam suasana asam, yang menimbulkan warna biru atau ungu tua

- Pemeriksaan urobilinogen dengan reagens pita perlu urin segar. Dalam keadaan normal

kadar urobilinogen berkisar antara 0,1 -- 1,0 Ehrlich unit per dl urin.

- Dalam keadaan normal tidak terdapat darah dalam urin, adanya darah dalam urin

mungkin disebabkan oleh perdarahan saluran kemih atau pada wanita yang sedang haid

- Dalam keadaan normal urin bersifat steril. Adanya bakteriura dapat ditentukan dengan

tes nitrit. Dalam keadaan normal tidak terdapat nitrit dalam urin

Pemeriksaan Urin yang lain :

1. Pemeriksaan kanker urothelial(UROTHELIAL CANCER TESTS)

- Sitologi urin (Urine cytology). Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengawasan

kandung kemih dari adanya kanker.

- Tes TRAK- antigen tumor kandung kemih (Bladder tumor antigen-TRAK

test). Untuk mendeteksi adanya tumor pada kandung kemih atau tidak

- Matriks protein nuklir 22 (Nuclear matrix protein 22)

- QUANTICYT System

2. Pemeriksaan Hormon

Page 14: Laporan Praktikum Pengkajian Fungsi Berkemih dan Eliminasi Urin dan Fekal

Tes untuk kelainan pada sekresi hormon adrenal penting dalam pemeriksaan pasien

yang diduga tumor adrenal. Pheochromocytoma dan neuroblastoma dapat dideteksi

dengan mengukur ekskresi asam vanillylmandelic.

Pemeriksaan batu konstituen (STUDIES OF STONE CONSTITUENTS)

9. Hal-hal penting yang harus diperhatikan bagi perawat dalam melakukan

tindakan

Data subjektif Data objektif

1. Kaji batasan karakteristik

- Masalah pengontrolan urin

- Riwayat gejala

- Inkontinensia ( dewasa )

- Enoresis ( anak )

1.kaji batasan karakteristik

- pancaran urin

- urin

2. Kaji factor- factor yang berhubungan

- Adanya factor-faktor risiko

- Kemampuan fungsional

- Hambatan lingkungan

2.Kaji factor-faktor yang berhubungan

- cara pengosongan dan pola pemasukan

cairan

- tonus otot

- refleks-refleks

- kandung kemih

- kemampuan fungsional

- kemampuan kognitif

10. Hal-hal penting yang harus dicatat setelah tindakan

Spesimen tersebut diberi label yang diberi nama klien, tanggal, dan waktu

pengumpulan urine.

Fischbach, Frances. ( 1999 ). A Manual of Laboratory & Diagnostic Tests. New York : Lippincott

Potter, Patricia A. & Perry, Griffin Anne. ( 2005 ). Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,dan Praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC

Potter, Patricia A. & Perry, Griffin Anne. ( 1997 ). Fundamentals of Nursing : Concepts, Process, and Practice. Fourth Edition. Missouri : Mosby

Page 15: Laporan Praktikum Pengkajian Fungsi Berkemih dan Eliminasi Urin dan Fekal

DeLaune, S. C. & Ladner, P. K. (2002). Fundamental of nursing: Standart and practice. 2nd ed. Lousiana: Delmar/ Thompson Learning.