faktor dukungan tiongkok terhadap inisiasi kebijakan...

129
FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN POROS MARITIM DUNIA REPUBLIK INDONESIA PERIODE 2014-2017 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos) Oleh: Fachrunnisaa Aghnina Wardani 1111113000010 PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/2018

Upload: trinhdat

Post on 15-Mar-2019

258 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI

KEBIJAKAN POROS MARITIM DUNIA REPUBLIK

INDONESIA PERIODE 2014-2017

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Oleh:

Fachrunnisaa Aghnina Wardani

1111113000010

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/2018

Page 2: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Page 3: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Page 4: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Page 5: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

v

ABSTRAK

Skripsi ini bertujuan menganalisis faktor dukungan Tiongkok terhadap inisiasi kebijakan Poros Maritim Dunia yang digagas oleh Indonesia sejak tahun 2014. Dukungan pemerintah Tiongkok berupa bantuan investasi kepada Indonesia melalui Asian Infrastructure and Investment Bank, guna mewujudkan kebijakan Poros Maritim Dunia Republik Indonesia.

Skripsi ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Adapun kerangka teori yang digunakan adalah teori Kebijakan Luar Negeri, konsep Kepentingan Nasional, konsep Rasional, serta Konsep Diplomasi Maritim.

Ditemukan sejumlah faktor dukungan Tiongkok terhadap kebijakan Poros Maritim Dunia Indonesia. Terdiri dari faktor kepentingan nasional dan keamanan maritim. Dengan diwujudkannya Poros Maritim Dunia, maka turut direalisasikan juga gagasan Jalur Sutra Maritim Abad ke-21 Tiongkok. Hal ini juga berimbas pada penegasan pengaruhnya di kawasan Asia. Selain itu, dengan turut membantu meralisaikan kebijakan Poros Maritim, Tiongkok diperbantukan dalam menjaga keamanan maritimnya.

Kepentingan dan pengaruh ini kemudian di proses melalui serangkaian perhitungan untuk mendapatkan pilihan yang baik untuk Tiongkok, pilihan itu adalah dengan mendukung inisiasi kebijakan Poros Maritim Dunia yang digagas oleh Indonesia pada tahun 2014.

Kata kunci: Indonesia, Tiongkok, Asian Infrastructure and Investment Bank, Kerjasama Maritim, Poros Maritim Dunia, Maritime Silk Road 21st Century, Kebijakan Luar Negeri, Kepentingan Nasional, Rational Choice Theory.

Page 6: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

vi

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, puji dan syukur selalu penulis panjatkan ke

hadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul Faktor Dukungan Tiongkok Terhadap Inisiasi

Kebijakan Poros Maritim Indonesia. Skripsi ini disusun dengan tujuan untuk

memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan program S1 program studi

Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada

pihak-pihak yang telah ikut membantu secara langsung maupun tidak langsung

sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Dengan segala hormat dan rasa terimakasih penulis ingin mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Ketua Program Studi Bapak Fajri yang senantiasa mendukung penulis serta

begitu kooperatif dalam membantu kelancaran penulis selaku mahasiswinya.

2. Sekertaris Jurusan ibu Eva Mushoffa, yang sabar dan tulus melayani serta

mendampingi mahasiswa/i dalam menyelesaikan studinya.

Page 7: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

vii

3. Ibu Rahmi Fitriyanti selaku dosen pembimbing penulis, yang selalu setia dalam

mengarahkan, mendukung serta membimbing saya untuk menyelesaikan skripsi

saya ini.

4. Pak Agus Nilmada Azmi, Ayah saya di kampus yang selalu memberikan nasihat-

nasihat spiritual, tempat berdiskusi dan bercerita, serta tak pernah lelah

mendukung saya setiap kali saya patah semangat.

5. Terimakasih kepada segenap jajaran dosen prodi Hubungan Internasional dan

juga staf FISIP UIN yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu namun sangat

membekas di hati penulis.

6. Kepada seluruh staf FISIP, khususnya Pak Jajang, Pak Amali yang senantiasa

menyediakan kebutuhan saya dalam hal akademik, yang selalu sabar saya

repotkan selama saya menjadi mahasiswi disini. Terima kasih banyak.

7. Keluarga besar Kementerian Perhubungan Ditjen Perhubungan Laut.

8. Kepada ayahanda penulis, Bapak Drs. Suwardi Soedardi P. juga maminda,

Haripah yang tiada pernah berhenti berdo’a bagi putrinya. Semua ini untuk

kalian.

9. Kakak-kakak penulis, Mas Ais/ Dzulfaqoor Alfaaizy, Mas Ayi/ Farid

Muhammad Dzacky, Mas Ami / Ahmad Faaiq Saada Azmy. Dukungan moril

dan materil kalian selama ini, terima kasih banyak! Well all of you might not the

best brother in the world ever. At least, you all that I had. I gotta be thankful tho.

LOL. Juga Adik-adikku tersayang, Fadhly Jabbar Adhi Yogo serta Fadhel Rais

Al Ghifary

Page 8: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

viii

10. Arif Hidayat, S. Ag., my personal companion. Terima kasih untuk semua waktu

dan perjuangan yang selalu diutamakan kepadaku. Juga cinta kasih yang tiada

terkira lagi. Terima kasihku untukmu tiada kan pernah cukup.

11. Sahabat-sahabat ku, Anggi, Amoy, Ameng, Hanin, Uyung, Uyuy, Nde, Final,

Numeh, Pipit, Vivi, Rully, Hana, Muhajir, Fa’i, Hilly dan seluruh personil FUSI,

Nana, Alex, Aris, Usro/Dina, dan yang lain yang tidak dapat penulis sebutkan

satu persatu namun tidak mengurangi rasa sayangku pada kalian. Terima kasih

untuk selalu setia menemaniku dalam lika-liku pahit terjalnya perjalananku

meraih gelar ini.

12. Teman-teman HI seluruh angkatan yang pernah bersama-sama melewati

perjuangan kampus bersama penulis.

13. Keluarga Besar HIMABO yang selama ini menemani perjuangan penulis dalam

menyelesaikan studi. Tanpa kalian kuliah terasa sepi dan tak berarti. Keluargaku

ditanah rantau. Aku cinta kalian.

14. Abang fotokopi depan fisip.

Penulis berharap semoga dukungan serta amal baik dari semua pihak yang

telah membantu mendapatkan balasan dari Allah SWT. Penulis juga menyadari

bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran yang

konstruktif sangat terbuka dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

perkembangan Ilmu Hubungan Internasional.

Ciputat, 8 Juni, 2018

Fachrunnisaa Aghnina Wardani

Page 9: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

ix

DAFTAR ISI

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .................................................. ii PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ............................................... iii PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI .............................................. iv ABSTRAK ...................................................................................................... v KATA PENGANTAR .................................................................................... vi DAFTAR ISI .................................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xii BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1 B. Pertanyaan Penelitian ........................................................................... 7 C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ........................................................... 7 D. Kajian Pustaka.. ................................................................................... 8 E. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 10 F. Metode Penelitian ................................................................................ 22 G. Sistematika Penulisan .......................................................................... 24

BAB II DINAMIKA KEBIJAKAN MARITIM TIONGKOK ................ 26 A. Transisi Kebijakan Maritim Tiongkok ........................................... 26

A.1. Fase Awal ............................................................................... 26 A.2. Fase Reformasi dan Keterbukaan Serta Perbaikan

Kerangka Hukum di Bidang Kemaritiman ............................ 29 A.3. Fase Pengupayaan Perluasan dan Klaim Wilayah Kelautan .. 37 A.4. Fase Strategi Pengembangan Kelautan dan Perwujudan Kekuatan Maritim. ................................................................. 45

B. Kebijakan Luar Negeri Tiongkok di Bidang Maritim ................... 46 B.1. Pergeseran Fokus Tiongkok Menuju Domain Maritim ......... 46 B.2. Ihwal Strategi Maritim Tiongkok .......................................... 47 B.3. Kontestasi Tiongkok dengan Negara Maritim Lainnya ......... 49 B.4. Pemeliharaan Pertumbuhan Ekonomi .................................... 50

C. Kebijakan Jalur Sutra Maritim Abad 21 Tiongkok ........................ 51 C.1. Jalur Sutera Maritim Sejak 1112 SM ..................................... 52 C.2. Jalur Sutera Maritim Abad 21: Gagasan, Inisiasi, dan

Konteks Internasional ............................................................ 54 BAB III INISISASI KEBIJAKAN POROS MARITIM DUNIA

Page 10: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

x

DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI INDONESIA DI BIDANG MARITIM ............................................................... 59

A. Gambaran Umum Kebijakan Poros Maritim Dunia ........................ 59 A.1. Latar Belakang Kebijakan Poros Maritim Dunia ................... 60 A.2. Tujuan dan Prinsip Kebijakan Poros Maritim Dunia ............. 62 A.3. Pelaksanaan Kebijakan Poros Maritim Dunia ....................... 67

B. Kebijakan Luar Negeri Indonesia di Bidang Maritim ..................... 80 BAB IV DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI

KEBIJAKAN POROS MARITIM DUNIA REPUBLIK INDONESIA ............................................................ 88

A. Kerjasama Tiongkok dan Indonesia dalam Mendukung Kebijakan Poros Maritim Dunia .............................................. 88

B. Faktor Penyebab Dukungan Tiongkok Terhadap Inisiasi Kebjakan Poros Maritim Dunia Republik Indonesia ............... 94 B.1. Faktor Kepentingan Nasional Tiongkok sebagai

Kebijakan Luar Negeri Tiongkok dalam Mendukung Poros Maritim Dunia RI .................................................... 94

B.2. Faktor Ancaman Keamanan Maritim ................................ 97

BAB V PENUTUP ........................................................................................ 99 A. Kesimpulan ............................................................................... 99 B. Saran ......................................................................................... 101

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 102 LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 11: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Gambaran tentang Gagasan OBOR

sebagai Penyokong Aktivitas Perdagangan Tiongkok ..................................... 55

Page 12: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

xii

DAFTAR SINGKATAN

AIIB : Asian Infrastructure and Investment Bank

APEC : Asian Pasific Economic Cooperation Forum

APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

ASEAN : Association of South East Asian Nations

CNOOC : China Tiongkok National Offshore Oil Corporation

COSCO : China Ocean Shipping Group Company

CPO : Coconut Palm Oil

CSCL : China Shipping Container Lines

CSIS : China Shipbuilding Industry Corporation

CSSC : China State Shipbuilding Coorperation

DAS : Daerah Aliran Sungai

DPR RI : Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

EAS : East Asian Summit

FDI : Foreign Direct Investment

IORA : Indian Ocean Rim Association

JSM : Jalur Sutra Maritim

JOGMEC : Japan Oil, Gas, And Metals National Corporation

KKM : Komite Kerjasama Maritim

KKP RI : Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia

KTT : Konferensi Tingkat Tinggi

MCF : Maritime Cooperation Fund

Page 13: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

xiii

MOI : Mainstreaming Ocean Related Issues

MOU : Memorandum of Understanding

NPC : National People Congresss

OBOR : One Belt One Road

PBB : Persatuan Bangsa-Bangsa

PMD : Poros Maritim Dunia

PKC : Partai Komunis China

PLA : People’s Liberation Army

RRT : Republik Rakyat Tiongkok

SAR : Search And Rescue

SDA : Sumber Daya Alam

SOA : State Oceanic Organization

UNCLOS : UN Convention On The Law Of The Sea

USD : United States of America

WTO : World Trade Organization

ZEE : Zona Ekonomi Eksklusif

Page 14: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tiongkok1 dinilai memiliki kepentingan yang cukup penting dalam

domain maritim. Maritim merupakan domain yang bersentuhan langsung

dengan stabilitas keamanan nasional dan kepentingan dagang atau ekonomi

internasional Tiongkok. Kepentingan itu menjadikan Tiongkok berfokus

untuk mengembangkan sektor kemaritimannya dengan serius.2

Dalam hal pengembangan kekuatan Maritim, bisa dikatakan Tiongkok

pertama kali menyusunnya pada abad ke-19 ketika Kapal Perang dari Eropa

melakukan diplomasinya ke wilayah perairan Tiongkok. Hal tersebut

membuat Tiongkok yang sebelumnya tidak terlalu memfokuskan

pengembangan pada sektor maritim menjadi menaruh perhatian lebih pada

pengembangan kekuatan maritim, khususnya Angkatan Laut. Sejak saat itu,

Tiongkok mulai menyusun program pembangunan kapal-kapal perangnya

dengan menerapkan teknologi Barat.3

1Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2014 tentang

Pencabutan Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera Nomor SE-06/PRES.KAB/6/1967, tanggal 28 Juni 1967; penggunaan istilah orang dan atau komunitas Tjina/China/Cina diubah menjadi Tionghoa, dan untuk penyebutan negara Republik Rakyat China dibuah menjadi Republik Rakyat Tiongkok atau Tiongkok.

2Christopher Yung dan Wang Dong, “U.S.-China Relation in the Maritime Security Domain”, artikel tersedia di http://www.nbr.org/publications/element.aspx?id=889; Internet; diakses pada tanggal 10 Juli 2017.

3Willy F. Sumatkul, “Strategi Maritim China di Laut China Selatan; Suatu Dilema”. Artikel tersedia di www.fkpmaritim.org/strategi-maritim-china-di-laut-china-selatan-suatu-dilema/

Page 15: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

2

Awalnya, Tiongkok lebih menekankan kekuatan Militer Darat karena

secara tradisional ancaman yang datang kepada Tiongkok pada saat itu

bukanlah dari laut melainkan dari darat sendiri. Kemiskinan dan sistem yang

menghimpit rakyat Tiongkok seringkali menimbulkan bentrok fisik sehingga

mengganggu stabilitas politik dan keamanan Negara. Sehingga, pada saat itu

Angkatan Laut hanya berfungsi sebagai pelengkap yang membantu Angkatan

Darat mengangkut kuda-kuda sebagai sarana transportasi utama juga

kendaraan perang.4

Akibat dari ketiadaan kesadaran akan domain maritim (maritime

awareness) memberikan kerugian yang begitu besar bagi Tiongkok. Pada

tahun 1958 Tiongkok terpasa menyerahkan pelabuhan laut paling penting dan

krusial sebagai jalan masuk sungai Tumen kepada Rusia. Ini terjadi pada

masa pemerintahan Qing. Selain itu, bukannya membangun Armada

Angkatan Laut yang handal, Tiongkok malah menutup akses kearah Laut

Jepang yang sagat vital. Maka, kurang dari 40 tahun Armada Laut Jepang

mampu menghancurkan Angkatan Laut Tiongkok.5

Sampai akhirnya pada saat pemerintahan Deng Xiaoping, penekanan

terhadap Angkatan Laut Tiongkok dikembangkan dengan serius. Ia bertekad

yang diakses pada 10 Juli 2017. FKPM merupakan suatu forum Kajian Pertahanan dan Maritim yang membahas tentang isu-isu Pertahanan dan Kemaritiman secara Internasional.

4Dean Cheng, “ Sea Power and the Chinese State: China’s Maritime Ambitions”; Internet; Artikel tersedia di https://www.heritage.org/asia/report/sea-power-and-the-chinese-state-chinas-maritime-ambitions. Diakses pada tanggal 10 Juli 2017.

5Dean Cheng, “ Sea Power and the Chinese State: China’s Maritime Ambitions”.

Page 16: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

3

untuk mengembangkan Pertahanan Maritim guna melindungi kepentingan

Dagang Internasional Tiongkok yang megandalkan sektor maritim.6

Kemudian Pemerintah Tiongkok dibawah Xi Jinping berupaya

menghidupkan kembali konsep “Jalur Sutra” dalam kebijakan luar negerinya.

Konsep yang juga dikenal dengan nama “One Belt One Road” (OBOR) itu

terdiri dari New Silk Road Economic Belt yang mengindikasikan hubungan

ekonomi yang lebih kuat dengan kawasan Asia Tengah dengan fokus pada

sektor perdagangan. Kemudian, para pemimpin Tiongkok menambahkan satu

konsep lagi, yakni “ 21st Century Maritime Silk Road” atau “Jalur Sutra

Maritim Abad 21” yang dipandang sebagai upaya untuk mempererat

hubungan dengan kawasan Asia Selatan dan Asia Tenggara yang difokuskan

pada Keamanan Perdagangan Maritim.7

Konsep Silk Road Economic Belt and the Maritime Silk Road atau Jalur

Ekonomi Sutra pertama kali diperkenalkan oleh Presiden Tiongkok, Xi

Jinping saat kunjungannya ke Kazakhtan dan Indonesia pada tahun 2013.8

Pada tahun yang sama, Pemerintah Tiongkok juga berkunjung ke berbagai

negara seperti Amerika Serikat, Rusia, juga ke berbagai kawasan seperti Asia

Timur, Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Asia Tengah, serta negara-negara

berkembang di kawasan Afrika dan Amerika Latin. Kunjungan itu dalam

6Dean Cheng, “ Sea Power and the Chinese State: China’s Maritime Ambitions”. 7Indriana Kartini, “ Kebijakan Jalur Sutra Baru Cina dan Implikasinya bagi Amerika

Serikat”, Jurnal Kajian Wilayah, Vol. 6 No. 2, 2015, h. 1. 8Helen Chin, dkk. “ The Silk Road Economic Belt and the 21st Century Maritime Silk

Road”, Beijing: Fung Business Inteligence Centre, 2015. h. 2.

Page 17: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

4

rangka mengemukakan gagasan strategis “Sabuk Ekonomi Jalan Sutra” dan “

Jalur Sutra Maritim Abad ke-21”.9

Di Indonesia sendiri, upaya membangun sektor maritim yang

dikerjasamakan dengan Tiongkok mulai didengungkan sejak tahun 2012.

Sejak itu, kedua negara membuat nota kesepahaman atau Memorandum of

Understanding/MoU kerjasama maritim. MoU ini menetapkan pembentukan

Komite Kerjasama Maritim (KKM) antara Tiongkok dan Indonesia. Selain

itu, dalam pertemuan ini dibentuk badan yang mendanai proyek-proyek KKM

dengan dana awalnya diberikan dari Tiongkok. Sidang pertama KKM

diadakan di Beijing, Tiongkok pada Desember 2012 dan menghasilkan

kesepakatan yang ditandatangani oleh masing-masing Menteri Luar Negeri

kedua negara.10

Kemudian pada Oktober 2013, pemerintah Indonesia dan Tiongkok

kembali melakukan penandatanganan MoU tentang kerjasama dibidang

kemaritiman. Saat itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Xi Jinping

sepakat melakukan kerjasama kemaritiman yang meliputi aspek keamanan,

penelitian ilmiah, perikanan, dan ekonomi.11

9Dilansir berdasarkan artikel “Kunjungan Xi Jinping, ‘ Ekspresi Strategi Kebijakan Luar

Negeri’ ” yang dirilis oleh Ministry of Foreign Affairs of the People’s Republic of China. Artikel tersedia di http://id.china-embassy.org/indo/xwdt/t1198937.html; Internet; diakses pada 10 Juli 2017.

10Goldy Evi Grace Simatupang, “Kepentingan Indonesia dalam Kerjasama Maritim Indonesia-China” dalam Jurnal Quarterdeck Forum Kajian Pertahanan dan Maritim. Vol. 6, No. 8, 2013. h 12.

11Kementerian Luar Negeri RI, “ The Final Draft Future Direction of Indonesia-China Comprehensive Strategic Partnership.”, artikel tersedia di https://www.kemlu.go.id/Documents/ RIRRT/Joint%20Statement%20Comprehensive%20Strategic%20Partenship.pdf; Internet; diunduh pada 10 Juli 2017.

Page 18: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

5

Pada 2014, setelah Indonesia berganti kepemimpinan, pemerintah

Indonesia menginisiasi gagasan Poros Maritim Dunia. Visi saat

kepemimpinan Presiden saat itu, yakni Presiden Joko Widodo mengusung

lima (5) kebijakan yang meliputi; Diplomasi Maritim untuk menyelesaikan

sengketa batas laut, pengamanan kedaulatan dan Keamanan Maritim,

pengamanan sumber daya alam (SDA), intensitas Diplomasi Pertahanan, serta

pengurangan pertikaian meritim antarnegara melalui resolusi sengketa

wilayah regional.12

Kemudian, untuk mencapai kepentingan nasional Indonesia dibidang

maritim, Presiden Joko Widodo menyetujui kerjasama dengan pemerintah

Tiongkok dalam lima (5) bidang prioritas pada 25 Maret 2015. Kelima bidang

tersebut antara lain; (1) Politik, Pertahanan, dan Keamanan; (2) Perdagangan,

Investasi dan Perkembangan Ekonomi; (3) Maritim, Aeronotika, Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi; (4) Kebudayaan dan Sosial; serta (5) Hubungan

Regional dan Internasional.13

Selain itu, dalam kerangka China-Indonesia Maritime Cooperation

Fund (MCF), Presiden Joko Widodo dan Presiden Xi Jinping bersepakat

untuk meningkatkan kerjasama dibidang Keamanan Navigasi, Keamanan

12Masyithoh Annisa Ramadhani, “ An Indonesian Perspective toward Maritime Vision: Is

Pursuing National Interest while Maintaining Neutrality in the South China Sea Possible?”, European Scientific Journal. November 2015. h. 392.

13Masyithoh Annisa Ramadhani, “ An Indonesian Perspective toward Maritime Vision”. h. 391.

Page 19: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

6

Maritim, Search and Rescue (SAR), Penelitian Keilmuan Maritim, serta

Perlindungan Lingkungan Hidup.14

Pada 2017, Indonesia menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)

One Belt One Road (OBOR) yang dilaksanakan pada 14-15 Mei 2017 di

Beijing, China. Pertemuan tersebut dihadiri oleh 29 kepala negara dari 50

Negara. Indonesia bersama negara lainnya mendukung gagasan OBOR

Tiongkok. Harapannya, Indonesia bisa memanfaatkan peluang kebangkitan

Jalur Sutra modern dengan mempertimbangkan prospek jalur ini bagi sektor

perdagangan dan investasi Indonesia.15

Selajutnya, dengan melihat serangkaian historis diatas, sejumlah

peneliti menilai kebutuhan untuk membangunkekuatan maritim merupakan

hal penting bagi Tiongkok maupun Indonesia. Bagi Tiongkok, peningkatan

kekuatan maritim akan meningkatkan kapasitas ekploitasi sumber daya

maritim, mengembangkan ekonomi maritim, melindungi lingkungan maritim,

serta melindungi hak dan kepentingan maritim Tiongkok. Hal ini didasari

oleh semakin pentingnya peran laut dan samudera tidak semata bagi

kepentingan ekonomi Tiongkok, namun juga terkait dengan nilai strategisnya

dalam bidang politik, ekonomi, militer, dan teknologi.16

14Erlinda Matondang “Pemetaan Kepentingan Keamanan Maritim Negara-Negara Asia

Timur dan Posisi Strategis Indonesia,” Jurnal Pertahanan & Bela Negara. Vol. 7, No. 1. April 2007. h. 97.

15Rafika Sari, “Prospek Jalan Sutra Modern Bagi Perekonomian Indonesia”, Majalah Info Vol. IX, No. 10, Mei 2017. h. 1.

16Sukjoon Yoon, “Implication of Xi Jinping’s ‘True Maritime Power: It’s Context, Significance, and Impact on the Region”. Jurnal Naval War College Review, Vol. 68, No. 3, Summer 2015. h. 2.

Page 20: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

7

Sedangkan, bagi Indonesia kedudukan Tiongkok sebagai negara

industri memberikan kesempatan untuk dimanfaatkan. Dengan kemajuan dan

industrialisasi yang dimiliki Tiongkok menjadikannya butuh banyak bahan

mentah. Bahan-bahan mentah seperti minyak sawit (CPO), karet, kayu, dan

bahan-bahan lainnya banyak dimiliki oleh Indonesia. Selain itu, sektor-sektor

lain yang banyak dibutuhkan Tiongkok dan terdapat di Indonesia adalah

sektor energi, pangan, tambang, serta produk-produk pertanian. Indonesia

bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk mengekspor bahan-bahan tersebut

ke Tiongkok.17

B. Pertanyaan Penelitian

Melihat latar belakang tersebut, pembahasan skripsi ini adalah

kepentingan dan kebijakan Tiongkok dalam mendukung visi Poros Maritim

Indonesia yang diinisiasi pada tahun 2014. Maka pertanyaan penelitian

skripsi ini adalah: Mengapa Tiongkok Mendukung Inisiasi Kebijakan

Poros Maritim Dunia Republik Indonesia Periode 2014-2017?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penyusunan skripsi ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk memahami dinamika hubungan antara Indonesia dan Tiongkok

17Sukjoon Yoon, “Implication of Xi Jinping’s ‘True Maritime Power’. h. 2.

Page 21: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

8

2. Untuk mengetahui berbagai kerjasama antara Indonesia dan Tiongkok,

khususnya dibidang kemaritiman.

3. Untuk menganalisa faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi

dukungan Tiongkok terhadap kebijakan Poros Maritim Dunia Indonesia.

Selain tujuan, penelitian ini ditujukan supaya memberi manfaat sebagai

berikut:

1. Manfaat teoritis adalah untuk menambah literature terkait kajian tentang

hubungan Tiongkok dengan Indonesia, juga sebagai bahan bacaan

maupun referensi penelitian lainnya.

2. Manfaat praktis adalah supaya penelitian ini dapat berkontribusi untuk

menambah bahan bacaan dan wawasan serta khazanah ilmu pengetahuan.

D. Kajian Pustaka

Skripsi ini bertujuan menganalisa kepentingan dari dukungan Tiongkok

terhadap kebijakan Poros Maritim Dunia periode 2014-2017. Terdapat satu

buku dan satu penelitian skripsi yang membahas hubungan antara Tiongkok

dengan Indonesia. Namun sebelumnya, tidak terdapat penelitian yang

membahas hubungan Tiongkok dengan Indonesia dalam aspek kebijakan

Poros Maritim secara spesifik.

Buku yang membahas hubungan antara Tiongkok dengan Indonesia

tersebut berjudul “Merangkul Cina: Hubungan Indonesia-Cina Pasca

Soeharto” yang ditulis oleh I. Wibowo dan Syamsul Hadi. Di dalamnya

membahas berbagai pandangan tokoh politik dan ekonom yang menjabarkan

Page 22: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

9

tantangan serta peluang Indonesia ketika menjalin kerjasama antara Indonesia

dengan Tiongkok melalui deklarasi kemitraan strategis.18 Adapun kemitraan

tersebut terkait kerjasama dalam bidang keamanan, politik, ekonomi, sosial-

budaya.19

Adapun yang diambil dari buku terhadap penelitian ini perihal

perkembangan hubungan diplomatik antara Tiongkok dengan Indonesia.

Beberapa pandangan Liberalis melihat akan adanya perdagangan bebas di

Asia melalui poros bilateral Tiongkok-Indonesia lewat deklarasi kemitraan

strategis tersebut.

Selanjutnya, penelitian skripsi berjudul “Dampak Peningkatan Ekonomi

Indonesia Melalui Deklarasi Kemitraan Strategis dengan Cina tahun 2005-

2011” yang ditulis oleh Michella Desri Viollita tahun 2013. Penelitian ini

menyatakan bahwa terdapat peningkatan perekonomian baik di Tiongkok

maupun di Indonesa pasca kesepakatan hubungan bilateral tersebut.20

Temuan skripsi ini adalah dalam Perspektif Liberal mengenai ekonomi

politik Internasional memperlihatkan bahwa Indonesia berusaha melakukan

pertukaran antara individu dalam ekonomi domestik dan internasional dengan

tujuan menciptakan kondisi ekonomi yang bebas dan tidak dibatasi.

18I. Wibowo dan Syamsul Hadi. Merangkul Cina: Hubungan Indonesia-Cina Pasca

Soeharto, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum. 2009). h. 3. 19Michella D. Violita. “Dampak Peningkatan Ekonomi Indonesia Melalui Deklarasi

Kemitraan Strategis dengan Cina tahun 2005-2011”, Skripsi Hubungan Internasional UIN Jakarta. 2003. h. XXIV.

20Michella D. Violita. “Dampak Peningkatan Ekonomi Indonesia Melalui Deklarasi Kemitraan Strategis dengan Cina tahun 2005-2011”, 2013. h. XXIV.

Page 23: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

10

E. Kerangka Pemikiran

Untuk melihat faktor dukungan Tiongkok terhadap kebijakan Poros

Maritim Dunia Republik Indonesia akan digunakan konsep dan teori

Kebijakan Luar Negeri, Kepentingan Nasional, Diplomasi Maritim, dan

Rational Actor Model dari Rational Choice Theory sebagai landasan pikiran.

E.1. Kebijakan Luar Negeri

Untuk mewujudkan kepentingan nasional suatu negara maka

sebuah negara perlu untuk merumuskan kebijakan luar negeri.

Kebijakan yang diterapkan harus memenuhi semua kepentingan

masyarakat dan kepentingan nasional negaranya. Meminjam istilah

Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani foreign

policy merupakan suatu perangkat formula, nilai, sikap, arah serta

sasaran untuk mempertahankan, mengamankan, dan memajukan

kepentingan nasional didalam percaturan dunia internasional.21

Kebijakan luar negeri juga merupakan serangkaian sasaran

bagaimana suatu negara berinteraksi dengan negara lain baik dibidang

politik, ekonomi, sosial, dan militer. Untuk itu aktor-aktor negara

melakukan berbagai macam kerjasama baik kerjasama yang bersifat

bilateral, trilateral, regional, dan multilateral. Biasanya kebijakan luar

negeri ini dapat dilakukan dengan berbagai cara namun terdapat tiga

21Anak Agung Banyu Perwita, dan Yanyan Mochammad Yani, Pengantar Ilmu

Hubungan Internasional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 47.

Page 24: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

11

yang paling umum, yaitu melalui perang, perdamaian dan kerjasama

ekonomi.22

K J Holsti mengeluarkan argumen bahwa kebijakan luar negeri

adalah strategi atau rencana tindakan yang dibentuk oleh para pembuat

keputusan suatu negara dalam menghadapi negara lain atau unit politik

internasional lainnya dan dikendalikan untuk mencapai tujuan nasional

yang dituangkan dalam terminologi kepentingan nasional. 23

Rosenau juga mengatakan pendapatnya bahwa kebijakan luar

negeri merupakan sebuah upaya dan usaha pemerintah melalui segala

sikap dan aktivitas dalam memperoleh keuntungan eksternalnya.

Kebijakan ini ditujukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup

negara dimasa mendatang. Ungkapan Rosenau ini sangat menarik untuk

dikutip yaitu mengenai kebijakan luar negeri yang memiliki landasan

atau konsep dasar dalam menjalankan hubungan negaranya dengan

kejadian dilingkungan eksternalnya.24

Dari kedua pendapat yang tersebut diatas, yaitu KJ Holsti dan

Rosenau, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa keputusan

dalam pengambilan kebijakan luar negeri tidak akan pernah lepas dari

faktor internal suatu negara, seperti faktor ekonomi, faktor politik

dalam negeri, faktor sosial dan budaya, kelompok kepentingan, dan

lain-lain. Selain itu faktor eksternal juga tetap menjadi pertimbangan

22K.J Holsti, International Politics A Framework for Analisys 6th ed (New Jersey : A

Simon & Schuster Company, 1992), h. 82. 23K.J Holsti, International Politics A Framework for Analisys, h. 82. 24Eugene R Wittkoff, Charles W Jr Kegley, dan James M Scott, American Foreign policy,

Sixth Edition, (United States Thomson Wadsworth, 2003),h.17.

Page 25: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

12

dalam pengambilan sebuah kebijakan luar negeri suatu negara, dengan

saling mengkondisikan antara faktor internal dan eksternal maka akan

terbentuklah sebuah kebijakan yang sesuai dengan keinginan nasional

negaranya masing-masing.

Selanjutnya, teori kebijakan luar negeri ini digunakan penulis

untuk menganalisis faktor apa saja yang menjadikan Tiongkok

mendukung inisiasi kebijakan poros maritim dunia Republik Indonesia.

E.2. Kepentingan Nasional

Untuk dapat menjelaskan kebijakan luar negeri aktor

internasional, perlu dipahami apa yang menjadi dasar dari kebijakan

aktor tersebut. Dasar itu akan menjadi fokus dalam pengambilan

keputusan atau pembuatan kebijakannya. Kebutuhan aktor untuk

memenuhi kebutuhan dasar ini bisa disebut kepentingan nasional.25

Kepentingan nasional juga merupakan kepentingan negara yang

dilandaskan oleh kekuasaan yang mereka miliki. Pandangan semacam

ini, sebagaimana dikutip oleh Burchill, direpresentasikan dengan sangat

baik oleh Hans J. Morgenthau. Menurutnya, perilaku negara dalam

Hubungan Internasional adalah untuk menjaga agar elemen-elemen

“kekuatan” yang dimiliki negara tetap dapat menjamin kedaulatannya

25Muhammad Sulthon, “Kepentingan Yunani Menerima Dana Talangan Uni Eropa pada

Tahun 2015”, Skripsi Hubungan Internasional UIN Jakarta, 2016, h. 11.

Page 26: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

13

di antara negara lain dan, sebagai konsekuensinya, menjaga konstelasi

kekuatan politik di tingkat internasional tetap seimbang.26

Kepentingan nasional juga dapat di artikan sebagai kebutuhan

negara untuk melindungi teritori dan kedaulatan negara.27 Konsep ini

diartikan sebagai konsep yang sangat umum dan merupakan unsur yang

timbul dari kebutuhan penting aktor negara. Kebutuhan ini merupakan

alat pengesah yang kemudian melahirkan kebijakan luar negeri.28

E.3. Konsep Diplomasi Maritim

Dalam membahas penelitian dengan tema maritim, tentu

penggunaan konsep diplomasi maritim sebagai salah satu dari konsep

yang digunakan menganalisa penelitian ini merupakan hal tepat.

Diplomasi Maritim adalah negosiasi atau perundingan yang

dilakukan oleh dua negara atau lebih mengenai batas laut, kerjasama

maritim serta pertahanan. diplomasi mariti biasanya tidak dimaksudkan

untuk menyebabkan perang, melainkan untuk memberikan isyarat

kepada negara sekutu dan lawan maksud dari kebijakan maritim serta

kemampuan pertahanan maritim suatu negara . ( christian Le Miere :

26Ahmad Rizky Mardhatillah Umar, “Book Riview : The National Interest in

International Relations Theory”, Indonesian Journal of International Studies (IJIS) Vol.1, No.2, (Jakarta: Desember 2014), h. 186 -187.

27Muhammad Sulthon, “Kepentingan Yunani Menerima Dana Talangan Uni Eropa pada Tahun 2015”, h. 11.

28Muhammad Sulthon, “Kepentingan Yunani Menerima Dana Talangan Uni Eropa pada Tahun 2015”, h. 11.

Page 27: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

14

2014) Implikasi yang muncul adalah terwujud melalui jaminan,

pencegahan, ataupun diplomasi koersif.29

Pada masa damai diplomasi maritim ini dilakukan untuk

mempengaruhi perilaku dari negara lain dalam konteks interaksi dan

transaksi yang terjadi di wilayah perairan. Hal lain juga disebutkan

bahwa diplomasi maritim disamakan dengan diplomasi angkatan laut.

Tetapi, disisi lain, penggunaan atau ancaman Angkatan Laut terbatas

oleh pemerintah, dari suatu tindakan perang, untuk menjamin

keuntungan atau mencegah kerugian.30

Diplomasi maritim merupakan bentuk penggunaan kekuatan

angkatan laut yang terbatas dalam spektrum yang bergerak dari

pelabuhan kunjungan oleh kapal perang kepada kebebasan navigasi

latihan di laut dan kegiatan di sekitar pesisir pantai. Tindakan ini dapat

dikategorikan sebagai diplomasi koersif yang menggunakan Angkatan

Laut untuk mengirim sinyal niat, dukungan dan perhatian, atau untuk

memaksa perubahan dalam perilaku negara lain.31

Muhammad Harry dkk mengatakan, tidak ada definisi khusus dari

diplomasi maritim. Menurut mereka, yang jelas diplomasi maritim

tidak sama dengan Gun Boat Diplomacy atau diplomasi kapal perang

29Shanti Darmastuti dan Emmy Farida Subekti, “ Tantangan Diplomasi Maritim

Indonesia menuju Poros Maritim Dunia “ Jurnal pdf PN Veteran Jakarta 2015 yang tersedia di http://library.upnvj.ac.id/pdf/artikel/prosiding/prosiding_upnvj/pp-fh-upn-17-sep-2015/17-%2032.pdf; Internet; diunduh pada Januari 2018. h. 20.

30Muhammad Harry, dkk, “MARITIME DIPLOMACY SEBAGAI STRATEGI PEMBANGUNAN KEAMANAN MARITIM INDONESIA”, h. 176-177.

31Muhammad Harry, dkk “MARITIME DIPLOMACY SEBAGAI STRATEGI PEMBANGUNAN KEAMANAN MARITIM INDONESIA”, h. 176-177.

Page 28: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

15

dan Naval Diplomacy.32 Namun asumsi tersebut menurut mereka

berbanding terbalik dengan pernyataan Sir James Cable dalam Griffin,

bahwa ‘Gun Boat diplomacy is the overt display, demonstration, threat

or use of limited sea based force by state or non-state actor designed to

coerce an opponent to further a political goal, often unstead, by

compellence or detterence’, yang artinya Diplomasi Kapal Perang

merupakan diplomasi penggunaan ancaman secara terang-terangan

berbasis kekuatan kelautan oleh negara maupun non negara yang

dirancang untuk memaksa lawan demi mencapai kepentingan politik

yang lebih jauh. Artinya, Gun Boat Diplomay bisa dikatakan sebagai

salah satu konsep diplomasi maritim dengan implementasi yang lebih

keras.33

Selanjutnya mereka juga berpendapat bahwa Diplomasi maritim,

mengharuskan angkatan laut, coast guard dan semua kekuatan laut

adalah alat negara yang dapat digunakan untuk kepentingan operasi

maritim dan diplomasi maritim. Diplomasi maritim ditujukan untuk

keperluan penggentar negara lain atau deterrence, yang bisa dipahami

sebagai penggunaan ancaman oleh salah satu pihak penangkalan dalam

konteks strategi militer untuk meyakinkan pihak lain dalam menahan

dan menangkal berbagai upaya tindakan.34.

32Muhammad Harry, dkk., “MARITIME DIPLOMACY SEBAGAI STRATEGI

PEMBANGUNAN KEAMANAN MARITIM INDONESIA”, h. 176-177. 33Muhammad Harry, dkk. “MARITIME DIPLOMACY SEBAGAI STRATEGI

PEMBANGUNAN KEAMANAN MARITIM INDONESIA”, h. 176-177. 34Muhammad Harry, dkk. “MARITIME DIPLOMACY SEBAGAI STRATEGI

PEMBANGUNAN KEAMANAN MARITIM INDONESIA”,”, h. 176-177.

Page 29: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

16

Berdasarkan pengertian di atas, seringkali ancaman atau

penggunaan kekerasan berbasis laut terbatas oleh negara atau aktor non

negara yang dirancang untuk memaksa lawan untuk memajukan tujuan

politik. Diplomasi maritim, mengharuskan angkatan laut, coast guard

dan semua kekuatan laut adalah alat negara yang dapat digunakan untuk

kepentingan operasi maritim dan diplomasi maritim.35

Maritim ditujukan untuk keperluan penggentar negara lain,

dengan kata lain sebagai penggunaan ancaman oleh salah satu pihak

penangkalan dalam konteks strategi militer untuk meyakinkan pihak

lain dalam menahan dan menangkal berbagai upaya tindakan. Ancaman

berperan sebagai pencegah yang meyakinkan target agar tidak

melaksanakan tindakan yang akan mereka lakukan karena biaya dan

kerugian yang akan ditimbulkannya. 36

Dalam konteks keamanan internasional, efek deterrence

umumnya mengacu pada ancaman pembalasan militer yang diarahkan

untuk mencegah negara lain untuk melakukan kegiatan yang dapat

merugikan negara yang melakukan kebijakan deterrence tersebut dan

umumnya terbatas pada penggunaan senjata nuklir (perspektif Perang

Dingin).37

35Muhammad Harry, dkk. “MARITIME DIPLOMACY SEBAGAI STRATEGI

PEMBANGUNAN KEAMANAN MARITIM INDONESIA”, h. 177 36Muhammad Harry, dkk. “MARITIME DIPLOMACY SEBAGAI STRATEGI

PEMBANGUNAN KEAMANAN MARITIM INDONESIA”, h. 177 37Muhammad Harry, dkk. “MARITIME DIPLOMACY SEBAGAI STRATEGI

PEMBANGUNAN KEAMANAN MARITIM INDONESIA”, h. 177

Page 30: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

17

Berdasarkan uraian di atas, Indonesia dan Tiongkok dapat

dikategorikan sebagai sesama negara maritim yang saling bekerjasama

dalam bidang maritim, oleh karena itu konsep diplomasi maritim sangat

relevan menjadi dasar konsep yang akan digunakan dalam menganalisa

masalah pada penelitian ini.

E.4. Rational Choice Theory

Salah satu hal yang paling sering digunakan dalam proses

pembuatan kebijakan luar negeri yaitu ‘Rational Decision-Making

Model’ atau yang lebih sering dikenal dengan Rational Choice Theory.

Analisis ini digunakan dalam melihat bagaimana menjelaskan pilihan

dan perilaku pemimpin di dalam krisis internasional. Namun yang

paling dominan adalah bagaimana caranya untuk mengetahui dasar dari

prinsip dan asumsi Rational Actor Model yang meliputi dasar dari

Rational Choice Theory.38 Rational Choice Theory muncul sebagai alat

dari analisis politik.

Sejak awal 1950-an, setelah berakhirnya perang dunia. Inti dari

Rational Choice Theroy adalah ide dari pilihan optimal yang terhubung

baik dengan empat dasar asumsi yang dikenal oleh berbagai penulis

antara lain, utility maximasation, bering consistency, expected value,

dan individuals.39

38Labib Syarief, dkk., "Kebijakan Luar Negeri" 2014 makalah tersedia di

http://www.academia.edu/9749867/Definisi_Tujuan_dan_Model_Kebijakan_Luar_Negeri;Interne; di unduh pada Januari 2018

39Labib Syarief, dkk., " Kebijakan Luar Negeri”.

Page 31: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

18

Asumsi dasar dari Rational Choice Theory adalah lingkungan

internasional menentukan aksi negara sebagai aktor, semua pembentuk

pilihan kebijakan luar negeri hampir sama dalam mengutamakan proses

pembentukan kebijakan, setiap pilihan negara membuat proses dapat

dilihat sebagai satu kesatuan aktor dalam membuat pilihan, setiap satu

kesatuan aktor membuat pilihan yang rasional.40

Sebagai negara atau lebih tepatnya pemerintahan akan

mengasumsi hampir sama dengan individual rasional yang mempunyai

nilai (atau biaya perhitungan), maksud, dan menggunakan alat untuk

memerintah taktik. Aktor ini kemudian mengumpulkan pilihan,

informasi, resiko berat, yang kemudian memilih dan membuat rencana

dari setiap aksi sebagai salah satu cara meilhat apa yan akan terjadi dan

apa saja keuntungannya jika salah satu terpilih. Maka jika Rational

Actor gagal atau tidak dapat keuntungan sebesar-besarnya, hal itu

merupakan kesalahan dalam pengumpulan data informasi, perhitungan

salah, atau pilihan rasional yang salah.41

Untuk dapat melihat bagaimana proses pengambilan kebijakan

negara Tiongkok dalam keputusannya mendukung kebijakan Poros

Maritim negara Indonesia maka digunakan konsep Rational Actor

Model dari Graham T. Allison. konsep ini digunakan dalam

menganalisa pembuatan kebijakan luar negeri suatu aktor Internasional

40Loyd Jensen, Explaining Foreign Policy, (New Jersey: Englewood Cliffs. 1982), h. 5. 41Lawrence S Falkowski, Psychological Models in International Politics, (Colorado:

Westview Press: 1974), h. 15-46.

Page 32: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

19

berdasarkan input (kepentingan nasional dan sistem internasional) yang

merupakan proses dari pengambilan keputusan kebijakan luar negeri.42

Model ini dibangun dalam ilmu sosial dan teori ilmu ekonomi.

Dasarnya adalah lingkungan internasional yang menentukan aksi negara

sebagai aktor penentu kebijakan. Karena semua pembentuk pilihan

kebijakan luar negeri ini sangat mengutamakan proses pemilihan

kebijakan. Dan penentuan pilihan ini diambil dari pilihan yang paling

rasional.43

Rational Actor Model berpendapat bahwa aktor negara atau

pemerintah dalam mengasumsi keputusan hampir sama dengan aktor

individual rasional karena dapat melihat nilai dan biaya yang akan

dikeluarkan, artinya aktor dapat menentukan strategi dalam melihat

lingkungan sekitar terhadap isu yang sedang terjadi. Aktor negara akan

mengumpulkan pilihan, informasi, dan risiko dalam memilih dan

membuat rencana dari isu sebagai salah satu cara membuat pilihan dan

memilih salah satu pilihan dengan mengambil keuntungan yang paling

baik. Jika pilihan tersebut tidak mendapatkan keuntungan yang paling

baik, maka hal itu merupakan kesalahan dalam pengumpulan data

informasi, perhitungan, dan pilihan yang salah.44

Pembentukan pilihan dibuat berdasarkan tahap dari input, proses

pemilahan input menjadi berbagai pilihan, dan pengambilan keputusan

42Loyd Jensen, Explaining Foreign Policy, (New Jersey: Englewood Cliffs. 1982), h. 5. 43Loyd Jensen, Explaining Foreign Policy, (New Jersey: Englewood Cliffs. 1982), h. 5. 44Lawrence S Falkowski. Psychological Models in International Politics. Colorado:

Westview Press. 1974. Hal 15-46.

Page 33: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

20

dari salah satu pilihan ini. Rational actor model merupakan hasil dari

empat tahapan berikut:

a. Problem Recognition and Definition, dengan melihat input dari

kebutuhan aktor negara yang ingin dicapai, kepentingan nasional

kemudian menjadi dasar dari aktor negara untuk menentukan

kebijakan politik apa yang akan diambil sehingga kepentingan

nasional tersebut dapat terpenuhi.

b. Goal Selection, tahapan kedua yang harus dilakukan negara

sebagai aktor rasional setelah menjelaskan kebutuhan apa yang

harus dijadikan kepentingan nasional adalah bagaimana

kepentingan nasional terebut diproyeksikan ke dalam kebijakan

politiknya.

c. Identification of Alternatives, tahap ketiga yang harus dilakukan

negara sebagai aktor yang rasional adalah mempertimbangkan

segala konsekuensi baik itu konsekuensi yang merugikan atau

menguntungkan sebelum memilih strategi dalam menyelesaikan

masalah negaranya dan mencapai tujuan negaranya. Dengan

mempertimbangkan konsekuensi dari pilihan yang diambil, aktor

negara dapat memprediksi sebaik apa kebijakan yang diambil

nantinya.

d. Choice, setelah menagkap kepentingan nasional dalam sebuah

fenomena internasional, lalu merumuskan kebijakan yang apa

yang akan diambil oleh pemerintah serta mempertimbangkan

Page 34: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

21

konsekuensi apa saja yang akan diterima oleh pemerintah apabila

memilih kebijakan tertentu. Maka pemerintah akan sampai pada

tahapan memilih kebijakan yang akan diambil sebagai kebijakan

luar negerinya.

Konsep ini dikenal juga sebagai model strategi aksi-reaksi yang

digunakan sebagai analisis dalam menerapkan setiap respon suatu isu

yang sedang terjadi. Ketika aktor sedang berhadapan dengan

ketidakpastian, aktor akan menghitung keuntungan yang diharapkan

dari setiap pilihan dan kemudian memilih salah satu yang menghasilkan

keuntungan tertinggi. 45

Ada dua jenis ketidakpastian yang aktor hadapi pada saat melihat

pilihan. Pertama, ketidakpastian lingkungan yang muncul dari

kurangnya informasi karena keadaan internasional yang sangat

kompleks sehingga harapan peluang sangat beragam hasilnya.

Keadaaan ini juga dipersulit dengan adanya aktor-aktor lain (lawan)

yang secara aktif mencoba untuk mengaburkan kemampuan aktor untuk

memprediksi hasil. Yang kemudian menghasilkan ketidakpastian

kedua, yaitu ketidakpastian strategis yang muncul dari perilaku rasional

dari berbagai aktor yang mencoba mengaburkan masalah. Jika lawan

tahu bahwa aktor negara akan mencoba untuk menyimpulkan informasi

dari tindakannya, aktor lawan akan merancang untuk mencegah aktor

45Branislav L. Slantchev. Introduction to International Relations Lecture 3: The Rational

Actor Model. Department of Political Science, University of California – San Diego. 19 April 2005.

Page 35: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

22

menyimpulkan informasi. Hal ini dapat terlihat dari proses tawar

menawar suatu kerjasama antara aktor.46

Rasionalitas dapat terjadi, secara tradisional, ketika seorang

decision maker akan memilih alternatif mana yang terbaik dari sekian

banyak pilihan yang mungkin ada.47

Kesimpulannya, aktor negara memang akan berhubungan dengan

ketidakpastian ini, namun, aktor negara dapat menganalisis

keputusannya lebih jauh jika dapat melihat potensi ketidakpastian dan

menggunakannya sebagai informasi bagi pilihan. Pada kasus Tiongkok,

pemerintah Tiongkok memutuskan untuk memberikan dukungan

dengan memberikan dana investasi kepada negara Indonesia dalam

rangka mendukung kebijakan Poros Maritim Dunia.

F. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif48. Kemudian

digunakan juga paduan antara penelitian lapangan penelitian lapangan (field

research) dan kepustakaan (Library Research).49 Dengan demikian

46Branislav L. Slantchev. Introduction to International Relations Lecture 3: The Rational

Actor Model. Department of Political Science, University of California – San Diego. 19 April 2005.

47Muhammad Sulthon, Skripsi “KEPENTINGAN YUNANI MENERIMA DANA TALANGAN UNI EROPA PADA TAHUN 2015” Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah. 2014. h. 18 48 Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisa. Kemudian landasan teori dalam penelitian ini digunakan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Kemudian, penelitian berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan. Lihat Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2000). h. 5.

49Penelitian kepustakaan atau (library Research) adalah penelitian yang menggunakan teori-teori yang diambil dari literatur tertulis baik itu buku, jurnal dan tulisan ilmiah lainnya yang mendukung dan relevan dengan judul penelitian. Sedangkan penelitian lapangan (field research)

Page 36: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

23

diharapkan pengamatan, dekripsi dan analisa dalam penelitian ini lebih

optimal.

Menurut Lofland yang dikutip oleh Lexy J. Moleong, sumber data

dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya berupa

tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Data dalam penelitian ini adalah

semua data atau informasi yang diperoleh dari objek penelitian yang

dianggap penting dan dokumentasi-dokumentasi yang menunjang

penelitian.50

Adapun data yang penulis gunakan dalam penelitian dibagi dalam

dua bentuk yaitu primer dan sekunder. Menurut S. Nasution data primer

dalam penelitian kualitatif adalah data yang diperoleh langsung dari

lapangan atau tempat penelitian.51 Data primer yang penulis gunakan dalam

penelitian ini berasal dari buku, jurnal, dan artikel dari portal resmi

pemerintah atau lembaga yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Data Sekunder ini penulis peroleh dari penelusuran terhadap hasil-

hasil penelitian sebelumnya yang relevan dan terkait dengan judul skripsi

ini, serta data berbentuk buku, jurnal, tesis, skripsi, proseding seminar yang

penulis peroleh dari penelusuran ke lembaga pemerintahan terkait.

adalah dimana peneliti menggunakan penelitian yang terjun ke lapangan atau tempat penelitian yang dipilih, dalam hal ini penulis melakukan penelitian ke beberapa instansi pemerintah dan lembaga terkait yang berhubungan dengan judul penelitian. Lihat Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 6.

50Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000) .h. 3.

51Adapun proses observasi di lapangan yang dilakukan penulis adalah berjumlah tiga kali. Pertama, proses pencarian tempat penelitian pada tanggal 10 - 12 Juni 2016. Kedua, proses pengenalan dan observasi awal pada tanggal 17 – 20 Juli 2016. Kemudian, ketiga, proses penelitian lanjutan dan final pada tanggal 12 Desember 2016 hingga Juni 2018.

Page 37: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

24

Metode yang digunakan untuk proses pengumpulan data dalam

penelitian ini yaitu teknik dokumentasi merupakan upaya peneltian yang

berupa mengumpulkan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi

itu dapat berupa tulisan, gambar atau karya karya dari seseorang. 52

G. Sistematika Penulisan

BAB I PEMBAHASAN Pada bab I, akan dijelaskan latar belakang masalah yang akan dianalisis.

Dalam bab ini akan dipertanyakan yang menjadi fokus dalam penelitian

ini, dilanjutkan dengan tujuan dan manfaat dari penelitian ini. Sumber-

sumber penelitian juga akan dijelaskan pada bab ini. Kemudian konsep

dan teori akan dijelaskan dengan metode penelitian dan sistematika

penulisan.

BAB II DINAMIKA KEBIJAKAN MARITIM TIONGKOK Pada bab II akan dijelaskan mengenai dinamika kebijakan maritim Tiongkok,

dari mulai transisi kebijakan maritimnya, hingga kebijakan luar negeri

Tiongkok di bidang maritim, serta kebijakan terbarunya, yakni Jalur

Sutra Maritim abad ke-21.

52Suharsimi Arikunto dalam Prosedur Praktek Penelitian , (Jakarta: Rineka Cipta, 2002),

h.133.

Page 38: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

25

BAB III INISIASI KEBIJAKAN POROS MARITIM DUNIA DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI INDONESIA DI BIDANG MARITIM

Pada bab III, akan dipaparkan gambaran umum kebijakan Poros Maritim

Kunia yang digagas oleh Indonesia. Diawali dari latar belakang, tujuan

dan prinsip, serta implementasi kebijakan Poros Maritim di Indonesia.

Kemudian, dijelaskan juga soal kebijakan luar negeri Indonesia di

bidang maritim

BAB IV DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN POROS MARITIM DUNIA REPUBLIK INDONESIA

Bab ini menguraikan bentuk-bentuk kerjasama antara Tiongkok dengan

Indonesia dalam mendukung kebijakan Poros Maritim Dunia RI.

Kemudian akan dianalisa faktor-faktor yang menjadi dasar keputusan

pemerintah Tiongkok dalam mendukung gagasan Poros Maritim Dunia

RI.

BAB V PENUTUP

Pada bab V akan berisi kesimpulan serta saran dari penelitian yang sudah

dibuat.

Page 39: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

26

BAB II

DINAMIKA KEBIJAKAN MARITIM TIONGKOK

A. Transisi Kebijakan Maritim Tiongkok

Sejak awal berdirinya, secara umum fase perkembangan kebijakan maritim

Tiongkok dibagi kedalam empat fase. Fase-fase tersebut adalah: Pertama,

kebijakan maritim pada periode masa berdirinya Republik Rakyat Tiongkok (RRT).

Kedua, kebijakan maritim pasca Revolusi Kebudayaan. Di mana pada fase ini

Tiongkok bergerak menuju era reformasi dan keterbukaan, penguatan mekanisme

pasar, dan perbaikan kerangka hukum di bidang kemaritiman. Ketiga, fase

ketergantungan terhadap laut dan penegasan hak serta kepentingan maritim

Tiongkok. Keempat, fase pengupayaan perluasan dan klaim wilayah kelautan.

terakhir, fase strategi pengembangan kelautan dan perwujudan kekuatan maritim. 1

A.1. Fase Awal

Pada 1 Oktober 1949, Mao Zedong memproklamirkan pendirian RRT.

Digambarkan bahwa situasi dalam negeri saat itu mengharuskan pemerintah

Tiongkok membangun setiap sektor pembangunan negara dari nol. Adapun

fokus pembangunan kemaritiman Tiongkok masa itu berupa :

1Takeda Jun'ichi, “Tiongkok's Rise as a Maritime Power: Ocean Policy from Mao

Zedong to Xi Jinping”, artikel diakses pada Juli 207 dari https://www.spf.org/islandstudies/research/a00011/

Page 40: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

27

a) Mengembangkan potensi perikanan laut Tiongkok dengan mendirikan

perusahaan perikanan nasional dan komune nelayan.

b) Mengembangkan industri pembuatan garam.

c) Reklamasi lahan basah pesisir sebagai upaya pengembangan lahan

untuk pertanian negara.

d) Mengembangkan transportasi laut dengan mendirikan perusahaan

kapal dagang laut dalam yang bekerja sama dengan Polandia.

e) Mengembangkan industri pembuatan kapal nasional berupa

pembangunan kapal kargo di Dalian dan Shanghai.

f) Melakukan pembangunan dan perluasan pelabuhan baru di Tanggu di

Tianjin dan Zhanjiang di Guangdong.

g) Membangun pendidikan kemaritiman dengan mendirikan Shanghai

Fisheries College dan universitas lainnya.

h) Menggalakkan penelitian ilmiah di bidang kelautan dengan mendirikan

Qingdao Marine Biological Laboratory.2

Selain beberapa hal di atas, pemerintah RRT kala itu juga mulai

membangun dan mengembangkan organisasi angkatan laut. Hal tersebut pula

yang menjadikan secara bertahap RRT meletakkan fondasi guna membangun

kekuatan maritimnya.3

Kemudian adanya literatur yang menyatakan terdapat tiga kebijakan

lain Tiongkok di bidang maritim sejak 1958 hingga 1966, yaitu ;

2Takeda Jun'ichi, “Tiongkok's Rise as a Maritime Power: Ocean Policy from Mao

Zedong to Xi Jinping”. 3Takeda Jun'ichi, “Tiongkok's Rise as a Maritime Power: Ocean Policy from Mao

Zedong to Xi Jinping”.

Page 41: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

28

a) Deklarasi Teritorial Laut

Pada September 1958, pemerintah Tongkok mengeluarkan kebijakan

bernama "Deklarasi Pemerintah Mengenai Teritorial Laut". Deklarasi ini

menyatakan bahwa teritorial laut Tiongkok diperluas jarak 12 mil laut dari

bibir pantai di semua wilayah Tiongkok. Baik Tiongkok daratan maupun

pulau-pulau pesisir seperti Taiwan dan kepulauan sekitarnya: Kepulauan

Penghu, Kepulauan Dongsha, Kepulauan Xisha (Paracels), Kepulauan

Zhongsha (Macclesfield Bank), Kepulauan Nansha (Spratly), dan semua pulau

lainnya milik Tiongkok. Namun demikian, deklarasi ini tidak secara eksplisit

mengklaim Kepulauan Senkaku sebagai wilayah Tiongkok.4

b) Pembentukan Lembaga Administrasi Oseanik Negara

Pada Juli 1964, pemeritah Tiongkok membentuk State Oseanic

Administration (SOA)5 atau Lembaga Administrasi Oseanik Negara. Lembaga

tersebut berkedudukan langsung di bawah pemerintahan Dewan Negara

Bagian dengan persetujuan Departemen Staf Umum Tentara Pembebasan

Rakyat atau People’s Liberation Army (PLA). Sejak SOA didirikan, Angkatan

Laut, Lembaga Kelautan dan Skuadron Survei Laut dialihkan kewenangannya

4Takeda Jun'ichi, “Tiongkok's Rise as a Maritime Power: Ocean Policy from Mao

Zedong to Xi Jinping”. 5State Oseanic Administration atau SOA merupakan Lembaga Administrasi Kelautan

Tiogkok yang memiliki tanggungjawab untuk menyusun undang-undang dan peraturan tentang penggunaan wilayah laut, perlindungan lingkungan, penelitian ilmiah dan perlindungan pulau di laut internal Tiongkok, perairan teritorial, zona berdekatan, zona ekonomi eksklusif, landas kontinen dan wilayah laut lainnya. SOA juga bertanggung jawab untuk menyusun rencana dengan departemen Negara Tiongkok lainnya dalam upaya pengembangan strategis laut, rencana perlindungan lingkungan, pengembangan ekonomi kelautan, perlindungan pulau dan pengembangan pulau tak berpenghuni. Lihat The State Council The People's Republic Of Tiongkok, “State Oceanic Administration”, diakses pada 20 Januari 2018 dari http://english.gov.cn/state_council/2014 /10/06/content_281474992889983.htm.

Page 42: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

29

ke SOA. Kemudian, selang tiga tahun berikutnya, tiga biro didirikan dalam

SOA, yaitu, Biro Laut Utara di Qingdao, Biro Laut Timur di Ningbo, Zhejiang

Provinsi (kemudian pindah ke Shanghai), dan Biro Laut Selatan di

Guangzhou.6

c) Perlindungan Survey Kelautan

Pada 1969, pemerintah Tiongkok melengkapi SOA dengan kapal

tambahan buatan dalam negeri seberat 3.167 ton. Kapal itu digunakan untuk

memeriksa kondisi hidrometeorologis wilayah kemaritiman Tiongkok yang

dilengkapi dengan rudal balistik. Tiongkok sendiri melakukan uji coba balistik

tersebut untuk pertama kalinya pada 1980 di Perairan Pasifik Selatan. Selain

itu, pemerintah Tiongkok juga membuat dua skuadron survei geologi kealutan

yang berada di bawah naungan Kementerian Pertanahan dan Sumber Daya.

Skuadron ini bertugas untuk melakukan survei geofisikan mencari sumber

daya minyak di Perairan Bohai, Laut Cina Timur, Laut Cina Selatan, serta leas

Pantai Sungai Mutiara.7

A.2. Fase Reformasi dan Keterbukaan serta Perbaikan Kerangka Hukum di

Bidang Kemaritiman

Pada akhir 1977, Deng Xiaoping memegang tampuk pimpinan RRT.

Pada eranya, Tiongkok melakukan kebijakan reformasi ekonomi dan

keterbukaan dengan dunia internasional. Sejak tahun 1978, Tiongkok mulai

6Takeda Jun'ichi, “Tiongkok's Rise as a Maritime Power: Ocean Policy from Mao

Zedong to Xi Jinping”. 7Takeda Jun'ichi, “Tiongkok's Rise as a Maritime Power: Ocean Policy from Mao

Zedong to Xi Jinping”.

Page 43: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

30

terbuka bagi perdagangan luar negeri. Hal tersebut kemudian diikuti oleh

doktrin politik luar negeri The Peaceful Rise of China yang dicanangkan pada

tahun 2000-an untuk memberi kesan pada dunia bahwa Tiongkok bukan berdiri

sebagai ancaman, melainkan sebagai mitra negara-negara di dunia. Dengan

mengedepankan soft power diplomacy, Tiongkok mengembangkan konsep

negara yang bersahabat dan turut bertanggung jawab terhadap perdamaian

dunia.8

Era Deng juga dinilai sebagai peletak dasar pembangunan kemaritiman

Tiongkok yang memfokuskan diri pada pembangunan sektor ekonomi. Salah

satu faktor yang mempengaruhi ha itu adalah dialihkannya konfrontasi militer

RRT dengan Uni Soviet ke daerah utara dan barat Tiongkok. Sehingga,

angkatan laut yang sebelumnya berfokus pada pertahanan pesisir berubah ke

pertahanan lepas pantai.9

Kemudian, pada periode ini juga turut diperkenalkan oleh Perserikatan

Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) dan landasan

kontinen di wilayah perairan. Tiongkok saat itu memiliki wilayah yurisdiksi

perairan 3 juta KM persegi, atau sama dengan sepertiga dari luas negara

Tiongkok yang memiliki luas 9,7 juta KM persegi. Sejak saat itu, Pemerintah

Tiongkok merasa gembira atas prospek wilayah maritimnya.10

8Dewa Ayu Putu Eva Wishanti, “Kebangkitan Tiongkok dalam Kerjasama Ekonomi

Internasional di Kawasan Asia Timur”, dikases pada 20 Janauri 2018 dari http://transformasiglobal.ub.ac.id/index.php/trans/article/download/4/26.

9Takeda Jun'ichi, “Tiongkok's Rise as a Maritime Power: Ocean Policy from Mao Zedong to Xi Jinping”.

10Takeda Jun'ichi, “Tiongkok's Rise as a Maritime Power: Ocean Policy from Mao Zedong to Xi Jinping”.

Page 44: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

31

a) Program reformasi ekonomi

Program reformasi ekonomi Tiongkok ini dilakukan dengan

berlandaskan asas yang disebut Sosialisme Tiongkok. Dilihat imbasnya

dalam aspek kemaritiman, program ini salah satunya menghasilkan

kebijakan untuk mengubah Kementerian Urusan Pembuatan mesin

menjadi sebuah Badan Usaha Milik Negara Bidang Industri bernama

China State Shipbuilding Corporation (CSSC).11

Kemudian, pada Juli 1999, CSSC berubah nama menjadi CSIC

atau China Shipbuilding Industry Corporation. Adapun CSIC sendiri

bertugas sebagai perusahaan negara yang memiliki cakupan tugas sebagai

galangan kapal angkatan laut dan swasta di Tiongkok serta

mengembangkan dan memproduksi peralatan manufaktur maritim.

Kemudian di bidang transportasi kelautan, turut didirikan anak perusahaan

dari China Ocean Shipping Group Company (COSCO) bernama China

Shipping Container Lines (CSCL) pada 1997.12

Dengan dua perusahaan tersebut, Pemerintah Tiongkok

melakukan kebijakan untuk membangun industri kapal laut dalam negeri

dan distribusi barang-barang melalui kapal (jalur laut). Keduanya berhasil

memberikan dampak bagi penguatan siklus ekonomi yang positif dan

11Takeda Jun'ichi, “Tiongkok's Rise as a Maritime Power: Ocean Policy from Mao

Zedong to Xi Jinping”. 12Profil Perusahaan Tiongkok Shipping Container Lines (CSCL) diakses pada 10

Desember 2017 dari http://en.cscl.com.cn/col/col5345/index.html

Page 45: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

32

mendukung pertumbuhan ekonomi Tiongkok dalam hal kegiatan ekspor

serta menghasilkan kemajuan lebih lanjut dalam hal industri pembuatan

kapal dan transportasi laut.13

Kemudian pada 1983, Pemerintah Tiongkok meningkatkan

fasilitas penanganan kargo pelabuhan utama negara, utamanya untuk

menangani urusan pengiriman kontainer, akses integrasi distribusi barang

lewat jalur darat (jalan raya), jalur kereta api, jaringan transportasi berbasis

sungai, serta akses ke daerah pedalaman juga ditingkatkan. Selain itu,

lembaga yang bertugas melakukan inspeksi terhadap kapal-kapal tersebut

juga didirikan bersamaan dengan dibangunnya 25 pelabuhan untuk

kepentingan akses perdagangan luar negeri.14

b) Eksplorasi Minyak dan Gas Bumi Lepas Pantai

Perkembangan Tiongkok selanjutnya adalah kebijakannya untuk

mengembangkan eksplorasi ladang minyak dan gas bumi (migas) lepas

pantai. Awalnya, hal ini dilakukan sebagai pengelolaan sumber daya alam

dan pemenuhan kebutuhan energi nasional. Namun, pada 1980,

pemerintah Tiongkok mengkerjasamakan proyek eksplorasi ini dengan

Jepang dan mendirikan perusahaan gabungan bernama China and Japan

13Takeda Jun'ichi, “Tiongkok's Rise as a Maritime Power: Ocean Policy from Mao

Zedong to Xi Jinping”. 14Takeda Jun'ichi, “Tiongkok's Rise as a Maritime Power: Ocean Policy from Mao

Zedong to Xi Jinping”.

Page 46: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

33

Oil Corporation. Saat ini perusahaan tersebut bernama Japan Oil, Gas,

and Metals National Corporation (JOGMEC).15

Kemudian pada 1982 pemerintah Tiongkok mengeluarkan

kebijakan untuk membolehkan penanaman investasi atau modal asing

untuk menembangkan sumber daya energi lepas pantai di Tiongkok.

Kemudian, pada tahun-tahun selanjutnya pemerintah Tiongkok beralih

fokus untuk melakukan eksplorasi sumber daya energi di luar negeri,

mengingat keterbatasan cadangan energi yang dimilikinya. Selain itu,

pemerintah Tiongkok juga mendirikan China National Offshore Oil

Corporation (CNOOC) untuk melayani urusan eksplorasi yang

dikerjasamakan dengan pihak asing ini.16

Kemudian pada 1988, Kementerian Industri Perminyakan

Tiongkok dihapuskan. Hal ini menjadi kebijakan awal untuk melakukan

liberalisasi perusahaan dari kontrol penuh oleh negara.17

Selanjutnya, Tiongkok dengan geliat industri yang dimilikinya

menjadikan negara tersebut kekurangan sumber daya minyak untuk di

ekspor. Sehingga, pada 1993, Tiongkok menjadi negara yang melakukan

impor minyak untuk memenuhi pasokan energi dalam negerinya.

Tiongkok memulai ekspansi untuk membeli ladang minyak di Timur

15khtisar Perusahaan Tiongkok national Offshore Oil Corporation (CNOOC) dikases pada

November 2017 dari http://www.cnooc.com.cn/col/col6141/index.html 16Ikhtisar Perusahaan Tiongkok national Offshore Oil Corporation (CNOOC). 17Takeda Jun'ichi, “Tiongkok's Rise as a Maritime Power: Ocean Policy from Mao

Zedong to Xi Jinping”.

Page 47: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

34

Tengah, Afrika, dan Amerika Serikat. Selain itu, Tiongkok juga berfokus

untuk mengamankan sumber daya energi yang dimilikinya di wilayah

yuridiksi perariran dan darat.18

Upaya pengembangan eksplorasi ladang migas di Laut Cina

Selatan dan Timur pun digalakkan Tiongkok. Kemudian pada 2005,

Tiongkok bekerjasama dengan Filipina dan Vietnam dalam program

eksplorasi minyak di Laut Cina Selatan. Kemudian, pada 2008, Jepang dan

Tiongkok mencapai kesepakatan diplomatik untuk bersama-sama

melakukan eksplorasi ladang gas di Laut Cina Timur.19

c) Perbaikan Kerangka Hukum di Bidang Kemaritiman

Selanjutnya adalah perbaikan kerangka hukum di bidang

kemaritiman yang dilakukan Pemerintah Tiongkok. Pasca berakhirnya era

revolusi kebudayaan, Tiongkok beralih sikap untuk menggunakan Undang-

Undang sebagai dasar untuk membawa kepentigan luar negeri dan

mendorong pengembangan sektor industri yang dimilikinya. Dalam hal

kebijakan pemerintah Tiongkok di bidang maritim, sistem perundang-

undangan mulai terbentuk menjadi sebuah tingkatan tertentu dalam periode

ini.20

18keda Jun'ichi, “Tiongkok's Rise as a Maritime Power: Ocean Policy from Mao Zedong to

Xi Jinping”. 19Takeda Jun'ichi, “Tiongkok's Rise as a Maritime Power: Ocean Policy from Mao

Zedong to Xi Jinping”. 20Takeda Jun'ichi, “Tiongkok's Rise as a Maritime Power: Ocean Policy from Mau

Zedong to Xi Jinping”.

Page 48: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

35

Hal pertama yang perlu diperhatikan tentang langkah Tiongkok untuk

memperbaiki kerangka hukum di bidang kelautan adalah penekanan kebijakan pada

perlindungan lingkungan dan ekosistem laut. Sejak 1974, SOA melakukan

investgasi mengenai polusi di Laut Kuning, Bagian Timur Tiongkok, dan Laut

Tiongkok Selatan. Di Teluk Jiaozhou ditemukan bahwa 40% wilayah perairan

dangkal yang digunakan untuk akuakultur tercemar, berbau minyak, dan beracun.21

Berdasar hal itu, pada 1982 ditetapkan Undang-Undang Perlindungan

Lingkungan Kelautan. Kemudian, SOA menjadi bertanggungjawab untuk

melakukan survei dan memantau lingkungan laut untuk kajian ilmiah, serta

bertanggungjawab atas pengelolaan lingkungan dampak dari eksplorasi minyak

lepas pantai, termasuk pembuangan limbahnya. Selain itu, SOA melalui

Departemen Inspeksi dan Pengurusan Pelabuhan juga diberikan kewajiban untuk

mengawasi, melakukan survei, dan memantau pencemaran laut dampak dari

operasi kapal komersil dan pelabuhan. Kemudian, untuk tugas yang berkaitan

dengan aktivitas penangkapan ikan dan para nelayan di pelabuhan dibebankan

kepada departemen perikanan dan kepelabuhanan. Selanjutnya, pada Maret 1983,

SOA dengan peralatan kapal dan pesawat patrolinya melakukan patrol pertama dari

Qingdao, Shanghai, dan Guangzhou. Dimana misi utama mereka adalah untuk

melakukan perlindungan lingkungan. 22

21Takeda Jun'ichi, “Tiongkok's Rise as a Maritime Power: Ocean Policy from Mao

Zedong to Xi Jinping”. 22Takeda Jun'ichi, “Tiongkok's Rise as a Maritime Power: Ocean Policy from Mao

Zedong to Xi Jinping”.

Page 49: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

36

Pada waktu bersamaan, kerangka hukum yang mengatur pencegahan

penipisan sumber daya alam juga difokuskan. Mulai dibentuk dan ditetapkan

suatu sistem perizinan tentang penangkapan ikan bersamaan dengan penerbitan

sertifikat untuk kapal penangkap ikan dan untuk awak kapal mereka, penyediaan

lisensi untuk akuakultur, pendirian daerah yang tertutup untuk penangkapan ikan,

dan musim tanpa penangkapan ikan, penerapan peraturan mengenai ukuran jerat

bersih dan presentase ikan muda yang dapat ditangkap, serta ketentuan lainnya

untuk mengurangi tingkat penangkapan. Bersamaan pula diperkenalkan larangan

eksplisit penggunaan dinamit, racun, sengatan listrik, dan metode penagkapan

ikan lain yang dapat menyebabkan membunuh seluruh sumber daya kelautan.23

Poin selanjutnya yang berhubungan dengan perkembangan Undang-

Undang Kemaritiman Tiongkok adalah Undang-Undang tentang Administrasi

Wilayah Laut dan Undang – Undang perlindungan pulau. Hal ini menjadi

semacam upaya pemerintah Tiongkok di abad ke - 21. Undang-Undang tentang

Administrasi Ekplorasi Kawasan Laut mulai diberlakukan Tiongkok pada 2002.24

Undang – Undang ini menyatakan kepemilikan negara atas lautan dari

kawasan permukaannya dan dasar lautnya di wilayah perairan dalam dan

territorial. Di mana untuk kewenangan mengawasi dan mengelola penggunaannya

adalah Dewan Negara dan Departemen Admisistratif Maritim Dewan Negara

23Takeda Jun'ichi, “Tiongkok's Rise as a Maritime Power: Ocean Policy from Mao

Zedong to Xi Jinping”. 24Takeda Jun'ichi, “Tiongkok's Rise as a Maritime Power: Ocean Policy from Mao

Zedong to Xi Jinping”.

Page 50: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

37

(SOA). Organisasi ini menerbitkan sertifikat hak penggunaan wilayah perairan

dengan biaya administrasi terntentu untuk memperolehnya.25

Kemudian, SOA juga memiliki kewenangan untuk menentukan

pembagian fungsional wilayah laut untuk kepentingan pembangunan,

perlindungan administrative, perlindungan alam, serta untuk tujuan khusus atau

penahanan. Diatur juga bahwa periode maksimum penggunaan wilayah laut

adalah 15 tahun untuk pengembangan wilayah perairan, 20 tahun untuk ativitas

kapal, 25 tahun untuk pariwisata dan hiburan, 30 tahun untuk produksi garam dan

eksploitasi mineral, 40 tahun untuk kepentingan publik, dan 50 tahun untuk

proyek konstruksi, termasuk pelabuhan dan pabrik galangan kapal.26

Selanjutnya pada 2010 mulai diberlakukan hukum tentang perlindungan

pulau. Di dalamnya diatur perlindungan pulau-pulau dengan tujuan khusus

(berhubungan dengan pertahanan nasional, dan yang didalamnya berada cadangan

sumber daya alam kelautan).27

A.3. Fase Pengupayaan Perluasan dan Klaim Wilayah Kelautan

Seiring dengan tumbuhnya perekonomian yang membuatnya dikategorikan

sebagai negara yang memiliki kekuatan besar, Tiongkok menjadi lebih giat dalam

mengejar hak dan kepentingan maritimnya, termasuk kedaulatan atas pulau dan

yurisdiksi atas perairan. Tiongkok secara tegas berupaya memaksimalkan

25Takeda Jun'ichi, “Tiongkok's Rise as a Maritime Power: Ocean Policy from Mao

Zedong to Xi Jinping”. 26Takeda Jun'ichi, “Tiongkok's Rise as a Maritime Power: Ocean Policy from Mao

Zedong to Xi Jinping”. 27Takeda Jun'ichi, “Tiongkok's Rise as a Maritime Power: Ocean Policy from Mao

Zedong to Xi Jinping”.

Page 51: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

38

keuntungan dalam kepentingan politik, kemananan, dan ekonominya dari konsep

UNCLOS28 sambil berusaha agar negara-negara lain tidak menyatakan klaim

yang sama dengan mereka.29

Berikut empat tema yang berkaitan dengan fase penguataan perluasan dan

klaim wilayah kelautan oleh Tiongkok sebagaimana dikutip dari Takeda Jun'ichi

dalam penelitiannya tentang kekuatan maritim Tiongkok.

Pada 1970-an, Tiongkok mulai menekankan klaimnya atas kepulauan

Diaoyu, dan Kementerian Luar Negeri mengeluarkan sebuah pernyataan yang

menyatakan bahwa Pulau Diaoyu dan pulau-pulau lainnya, seperti, Pulau

Huangwei (yang juga diklaim milik Jepang dengan sebutan Pulau Kubashima),

Chiwei Islet (Taishoto), Pulau Nanxiao, dan pulau Beixiao, bahkan juga megklaim

Taiwan. Tidak ada penjelasan resmi dari Tiongkok terkait klaim tersebut. Namun

Jepang berdasarkan analisisnya menyatakan bahwa hal ini berkaitan dengan hasil

penyelidikan ilmiah yang menyimpulkan bahwa terdapat cadangan minyak dan

gas bumi yang cukup besar di wilayah Laut Cina Timur, terutama di daerah utara

Taiwan.30

28United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS), yang mulai berlaku pada

tanggal 16 November 1994, adalah perjanjian internasional yang menyediakan kerangka peraturan untuk penggunaan laut dunia dan lautan, antara lain, untuk memastikan konservasi dan penggunaan sumber daya yang adil dan lingkungan laut dan untuk menjamin perlindungan dan pelestarian sumber daya hayati laut. UNCLOS juga membahas hal-hal lain seperti sebagai kedaulatan, hak penggunaan dalam zona maritim, dan hak-hak navigasi. Pada 10 Januari 2014, 166 negara telah meratifikasi, menyetujui, atau turutk mensuksesi, UNCLOS. Lihat Division For Ocean Affairs and The Law of The Sea United Nation, “United Nations Convention on the Law of the Sea” diakses pada 20 Januari 2018 dari http://www.un.org/Depts/los/convention_agreements/convention _overview_convention.htm.

29Takeda Jun'ichi, “Tiongkok's Rise as a Maritime Power: Ocean Policy from Mao Zedong to Xi Jinping”.

30Takeda Jun'ichi, “Tiongkok's Rise as a Maritime Power: Ocean Policy from Mao Zedong to Xi Jinping”.

Page 52: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

39

Sementara itu, Laut Cina Selatan yang dikelilingi lebih dari satu negara

memungkinkan terjadinya perebutan antara negara satu dengan lainnya. Terdapat

10 negara pantai (Tiongkok dan Taiwan, Vietnam, Kamboja, Thailand, Malaysia,

Singapura, Indonesia, Brunei Darussalam, Filipina), serta negara tak berpantai,

yaitu Laos, dan dependent territory yaitu Makau yang memperebutkan

kepemilikan Laut Cina Selatan. Dari kesepuluh negara pantai tersebut,

Tiongkoklah yang paling terlihat sangat ambisi untuk memilikinya.31

Klaim kepemilikan atas kawasan Laut Cina Selatan yang dilakukan

oleh Tiongkok sejak dekade 1970-an didasarkan pada tiga hal pokok yakni

kemajuan ekonomi, politik dan kebutuhan akan pertahanan dan keamanan.

Pertumbuhan penduduk yang tergolong cepat memungkinkan adanya peningkatan

pemanfaatan energi minyak.32

Bagi Tiongkok, dalam jangka panjang cadangan minyak Laut Cina

Selatan meskipun dalam jumlah yang belum pasti tetap akan digunakan untuk

menopang kebutuhan dalam negeri. Kebutuhan akan cadangan minyak berlebih

dari sumber baru sudah dirasakan sejak pertengahan tahun 1970-an, yakni ketika

produksi minyak Tiongkok mengalami penurunan. Faktor eksternal, yakni krisis

minyak dunia juga turut memengaruhi perekonomian dalam negeri akan

pentingnya cadangan minyak. Kemerosotan ini terus berlanjut sampai dekade

berikutnya meskipun tidak diketahui jumlahnya secara pasti. Kemungkinan fakta

ini dipengaruhi oleh cepatnya pertumbuhan penduduk dan industrialisasi selama

31Takeda Jun'ichi, “Tiongkok's Rise as a Maritime Power: Ocean Policy from Mao

Zedong to Xi Jinping”. 32T akeda Jun'ichi, “Tiongkok's Rise as a Maritime Power: Ocean Policy from Mao

Zedong to Xi Jinping”.

Page 53: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

40

program modernisasi. Kecenderungan itu berdampak pada permintaan

masyarakat terhadap sumber energi mineral terus bertambah.33

a) Hukum Teritorial Kelautan

Pada 1992 Tiongkok membuat sebuah Undang-Undang (UU)

tentang Laut Teritorial dan Zona Tambahan atau zona yang tersambung

setelah laut teritorial. Pasal 1 UU ini menyatakan : “UU ini diberlakukan

Republik Rakyat Tiongkok untuk menjalankan kedaulatannya atas zona

teritorial laut dan kontrol atas wilayah yang berdekatan dengannya

(Contiguous Zone), juga untuk melindungi keamanan nasional dan hak serta

kepentingan maritimnya.” Hal ini pertamakalinya bagi Tiongkok membuat

UU yang secara eksplisit untuk melancarkan hak dan kepentingan

maritimnya.34

Disebutkan juga bahwa UU Teritorial Laut mengatur UU domestik

untuk melengkapi UNCLOS. Di mana itu tercantum pada Pasal 2, yaitu:

“Wilayah darat Republik Rakyat Tiongkok mencakup daratan Republik

Rakyat Tongkok dan pulau-pulau di pesisirnya: Taiwan dan semua pulau

yang sesuai, termasuk kepulauan Diaoyu, Kepulauan Penghu, Kepulauan

Dongsha, Kepulauan Xisha, Kepulauan Zhongsha, dan Kepulauan Nansha,

serta semua pulau lainnya yang termasuk dalam Republik Rakyat

Tiongkok.”35

33Takeda Jun'ichi, “Tiongkok's Rise as a Maritime Power: Ocean Policy from Mao

Zedong to Xi Jinping”. 34Takeda Jun'ichi, “Tiongkok's Rise as a Maritime Power: Ocean Policy from Mao

Zedong to Xi Jinping”. 35T akeda Jun'ichi, “Tiongkok's Rise as a Maritime Power: Ocean Policy from Mao

Zedong to Xi Jinping”.

Page 54: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

41

Sehingga, Tiongkok secara eksplisit mengumumkan kedaulatannya

atas Kepulauan Senkaku Jepang dan semua pulau di Laut Cina Selatan yang

kepemilikannya diperdebatkan antara Tiongkok dan negara-negara

lainnya.36

Kemudian Pasal 13 UU tersebut menyatakan, “Republik Rakyat

Tiongkok memiliki hak untuk melakukan kontrol di Contiguous Zone untuk

mencegah dan menjatuhkan hukuman atas kegiatan yang melanggar UU

atau peraturan mengenai kemananan, beacukai, keuangan, sanitasi, atau

pengendalian masuk dan keluar di wilayah daratnya, perairan internal atau

laut teritorialnya.37

Sedangkan pada Pasal 14 mengatur sebagai berikut :

“The competent authorities concerned of the People's Republic of Tiongkok may, when they have good reasons to believe that a foreign ship has violated the laws or regulations of the People's Republic of Tiongkok, exercise the right of hot pursuit against the foreign ship. . . . The pursuit, if not interrupted, may be continued outside the territorial sea or the contiguous zone until the ship pursued enters the territorial sea of its own country or of a third State. The right of hot pursuit provided for in this Article shall be exercised by ships or aircraft of the People's Republic of Tiongkok for military purposes, or by ships or aircraft on government service authorized by the Government of the People's Republic of Tiongkok.” Dalam UU tersebut, di dalamnya termaktub ketentuan mengenai

aspek kemanan sebagai ciri khasnya. Tiongkok berpendapat bahwa hal ini

sesuai dengan hukum internasional karena adanya Contiguous Zone untuk

36Takeda Jun'ichi, “Tiongkok's Rise as a Maritime Power: Ocean Policy from Mao

Zedong to Xi Jinping”. 37Takeda Jun'ichi, “Tiongkok's Rise as a Maritime Power: Ocean Policy from Mao

Zedong to Xi Jinping”.

Page 55: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

42

mengamankan kepentingan dan kebutuhan pesisir negara. Tongkok juga

secara tegas menyatakan bahwa keamanan maritim adalah bentuk

keamanan negara yang meliputi kemanan politik, kemananan pertahanan

nasional, dan kemanan ekonomi.38

b) Isu mengenai Zona Ekonomi Eksklusif

Pada 1998, TIongkok mengadopsi Undang-Undang tentang Zona

Ekonomi Eksklusif (ZEE) dan Wilayah Kontiental. Namun, UU ini

menimbulkan cukup banyak masalah. Pertama, Pasal 2 UU tersebut

menyatakan, “Republik Rakyat Tiongkok menentukan batas-batas zona

ekonomi eksklusif dan landasan kontinentalnya sehubungan dengan klaim

yang tumpang tindih dengan pendapat negara-negara pantai yang

berlawanan atau berdekatan dengannya sesuai prinsip adil hukum

internasional.”39

Namun dalam hal ini, pihak Tiongkok mendorong zona ZEE dan

wilayah kontinentalnya sampai bersinggungan dengan Jepang. Sehingga,

pada 2012, Tiongkok mengajukan permohonan kepada Commission on the

Limits of the Continental Shelf untuk mendapatkan pengakuan atas wilayah

kontinentalnya sampai sejauh Palung Okinawa, Jepang.40

38Takeda Jun'ichi, “Tiongkok's Rise as a Maritime Power: Ocean Policy from Mao

Zedong to Xi Jinping”. 39Takeda Jun'ichi, “Tiongkok's Rise as a Maritime Power: Ocean Policy from Mao

Zedong to Xi Jinping”. 40Takeda Jun'ichi, “Tiongkok's Rise as a Maritime Power: Ocean Policy from Mao

Zedong to Xi Jinping”.

Page 56: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

43

Kedua, adalah Pasal 14 yang menyatakan, “ Ketentuan dalam UU

ini tidak akan mempengaruhi hak historis yang dinikmati Tiongkok.” Secara

eksplisit, hal ini menyatakan bahwa Tiongkok mengambil sikap untuk

mendapatkan hak dan kepentingan ZEE serta landasan kontinenalnya.41

Ketiga, UNCLOS menetapkan (dalam pasal 58 Ayat 3) yang menyatakan

bahwa hak atas navigasi dan overflight melalui ZEE harus menghormati hak

dan kewajiban negara pantai. Dalam hal ini, UNCLOS tidak

mendefinisikan arti ‘menghormati’. Namun, dalam hal ini Tiongkok

mengambil sikap berusaha untuk membatasi aktivitas intelejen,

pengawasan, dan pengintaian militer AS yang kerap melampau zona ZEE-

nya. Bahkan, sempat terjadi insiden tabrakan pada April 2000 antara Jet

tempur Angkatan Laut Tiongkok dan Pesawat Pengintai Angkatan Laut AS

di dekat Pulau Haianan.42

Dalam insiden itu, Tiongkok menyatakan bahwa As telah keluar

dari zona ZEE-nya. Namun demikian AS menyangkal hal tersebut. AS

menegaskan bahwa survey jalur laut dan penyelidikan militer oleh

Angkatan Lautnya itu bukanlah bersifat penelitian ilmiah. Sehingga tidak

melangggar ketentuan UNCLOS yang mengharuskan aktivitas penelitian

41Takeda Jun'ichi, “Tiongkok's Rise as a Maritime Power: Ocean Policy from Mao

Zedong to Xi Jinping”. 42Takeda Jun'ichi, “Tiongkok's Rise as a Maritime Power: Ocean Policy from Mao

Zedong to Xi Jinping”.

Page 57: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

44

ilmiah oleh suatu negara harus memiliki persetujuan dari negara-negara

pantai dalam bentuk izin sebelumnya melalui jalur diplomatik.43

c) Penguatan Penegakan Hukum Kemaritiman

Tiongkok memiliki lima lembaga administratif negara yang

bertugas mengawasi penegakan hukum maritimnya, yaitu: pertama, SOA

sebagai lembaga yang berwenang untuk melindungi hak dan kepentingan

maritim, pengawasan dan pengelolaan, serta pemanfaatan wilayah laut, dan

pelestarian laut Tiongkok. Kedua, Biro Perikanan kementerian Pertanian

Tiongkok yang memiliki kewenangan dalam hal pengelolaan dan

penegakan hukum perikanan.44

Ketiga, Kementerian Administrasi Kesalamatan Transportasi

Maritim yang mengatur kebijakan atas peraturan kesalamatan di laut dan

pencegahan polusi dari aktivitas kapal. Keempat, Ministry of Public

Security's Tiongkok Coast Guard yang memiliki tugas untuk menjaga

keselamatan di laut secara umum. Terkahir, adalah Biro Administrasi Anti

Penyelundupan dan Bea Cukai yang bertugas mendeteksi penyelundupan

melalui laut.45

43Takeda Jun'ichi, “Tiongkok's Rise as a Maritime Power: Ocean Policy from Mao

Zedong to Xi Jinping”. 44Takeda Jun'ichi, “Tiongkok's Rise as a Maritime Power: Ocean Policy from Mao

Zedong to Xi Jinping”. 45Takeda Jun'ichi, “Tiongkok's Rise as a Maritime Power: Ocean Policy from Mao

Zedong to Xi Jinping”.

Page 58: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

45

A.4. Fase Strategi Pengembangan Kelautan dan Perwujudan Kekuatan

Maritim

Secara resmi, untuk pertama kalinya Tiongkok memmperlihatkan

pentingnya laut atau kemartiman bagi negaranya adalah saat Kongres Nasional

Partai Komunis Tiongkok ke-15 pada 19997 atau saat era pemerintahan Jiang

Zemin. Ketetapan kongres tersebut menyatakan bahwa, "Lautan merupakan

elemen penting dari wilayah nasional dan sumber daya yang dapat dikembangkan

secara berkelanjutan.46

Kemudian pada Kongres ke-16, yang diselenggarakan pada 2002, setelah

Hu Jintao memimpin, ditetapkan perlunya pembangunan maritim melalui organ –

organ strategis di dalamnya.47

Kemudian, Dewan Negara Republik Rakyat Tiongkok juga menyusun

semacam pedoman rencana pembangunan perekonomian kelautan dengan nama

"Garis Besar Rencana Pembangunan Ekonomi Laut Nasional”, satu tahun setelah

Kongres ke-16 paratai Komunis Tiongkok. Dalam Pedoman itu, diyatakan bahwa

Tiongkok akan membangun sebuah kekuatan maritim secara bertahap. Saat inilah

untuk pertama kalinya pemerintah Tiongkok menetapkan istilah "kekuatan

maritim" dalam sebuah dokumen resmi negaranya.48

46Takeda Jun'ichi, “Tiongkok's Rise as a Maritime Power: Ocean Policy from Mao

Zedong to Xi Jinping”. 47Takeda Jun'ichi, “Tiongkok's Rise as a Maritime Power: Ocean Policy from Mao

Zedong to Xi Jinping”. 48Takeda Jun'ichi, “Tiongkok's Rise as a Maritime Power: Ocean Policy from Mao

Zedong to Xi Jinping”.

Page 59: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

46

B. Kebijakan Luar Negeri Tiongkok di Bidang Maritim

Selama empat dekade terakhir, Tiongkok telah berevolusi dari sebuah

negara yang mengisolasi diri dari masyarakat internasional menjadi sebuah negara

yang membuka diri dan memiliki kekuatan ekonomi terbesar di dunia. Pada sub

pembahasan ini akan dikemukakan ihwal kebijakan luar negeri Tiongkok di bidang

maritim atau yang terkait atasnya. Namun, karena sedikitnya sumber yang

membahas hal tersebut, maka penelitian ini hanya akan memfokuskan pada

kebijakan maritim Tiongkok sejak tahun 2000.

B.1. Pergeseran Fokus Tiongkok Menuju Domain Maritim

Selama tiga dekade terakhir, Tiongkok telah mengubah fokusnya untuk

lebih memfokuskan diri pada kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan

dunia global dengan menggantungkan diri pada aspek maritim, khususnya

perdagangan global. Sebelumnya, selama bertahun-tahun Tiongkok terpaku

dengan masalah internalnya berupa ledakan penduduk, lenyapnya pengaruh Uni

Soviet serta pertumbuhan ekonomi yang dimulai sejak 1980-an. Hal ini memicu

Tiongkok untuk melihat potensi maritim. Kemudian, Tiongkok secara perlahan

memperbaiki hubungannya dengan beberapa negara tetangganya serta

melakukan rekonfigurasi sistem ekonoi perdagangan globalnya dengan

memaksimalkan potensi kelautan atau maritim.49

49Takeda Jun'ichi, “Tiongkok's Rise as a Maritime Power: Ocean Policy from Mao

Zedong to Xi Jinping”.

Page 60: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

47

Pada 2010, Tiongkok sempat menggegerkan dunia dengan

keberhasilannya memproduksi kapal terbesar di dunia (meski sekarang rekor

tersebut dikalahkan Korea Selatan), dengan berupaya membangun sebuah

perusahaan industri besar yang menghasilkan keuntungan besar juga termasuk

menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakatnya.50

Sejatinya Tiongkok amat ketergantungan dengan pembangunan

ekonomi global yang mengandalkan pasar luar negeri (impor) dan kebutuhan

energi dalam negerinya. Hal ini memicu kehawatiran Tiongkok dimana itu

berpotensi memutus jalur komunikasi lautnya atau yang menghubungkannya

dengan dunia luar jika tidak disikapi dengan cermat. Oleh karena itu Tiongkok

memfokuskan diri dalam mengelola ssitem kemaritimannya demi mengamankan

kepentingan ekonominya. Selain fokus baru tersebut, Tiongkok juga

mengeluarkan kebijakan terkait penegasan wilayah atau klaim teritorial perairan

di wilayah perbatasan yang meliputi Taiwan, Kepulauan Paracel, dan Spartly.

Sebagian sumber menyebutkan, dengan dilakukannya kebijakan ini Tiongkok

tidak hanya mendapatkan pemenuhan atas kepentingan ekonominya, melainkan

juga penguatan kekuatan militer dan peningkatan nasionalisme bagi rakyatnya.51

B.2. Ihwal Strategi Maritim Tiongkok

Tidak diragukan lagi bahwa saat ini Tiongkok tengah berupaya

membangun kekuatan maritimnya. Dalam Laporan Pembangunan Kelautan

50Takeda Jun'ichi, “Tiongkok's Rise as a Maritime Power: Ocean Policy from Mao

Zedong to Xi Jinping”. 51Takeda Jun'ichi, “Tiongkok's Rise as a Maritime Power: Ocean Policy from Mao

Zedong to Xi Jinping”.

Page 61: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

48

Tiongkok yang diterbitkan pada 2010, dilaporkan bahwa Tiongkok menegaskan

untuk melindungi otoritas wilayah perairan yang relevan, mengembangkan

ekonomi maritim, serta melakukan pembangunan di bidang kelautan, dan

pengelolaan pulau-pulau. Laporan ini menjadi bukti dokumen komprehensif

awal mengenai kegiatan maritime Tiongkok yang menggabungkan aspek

ekonomi, Politik dan kemananan dalam negeri serta internasionalnya.52

Kemudian, Adam P. MacDonald menilai Tiongkok degan upayanya

yang saling terkait itu dan membangun hubungan dengan masyarakat

internasional tersebut berupaya untuk menantang kekuatan laut Amerika Serikat

(AS). Adam menyebutkan, dalam hal pembangunan militer, kebijakan Tiongkok

di bidang militer yang secara tegas melalui pertahanan lepas pantainya bertujuan

utuk melepaskan atau memukul mundur pegaruh serta kekuatan militer AS di

wilayah sekitar perairannya.53

Adam menambahkan, The Ocean Development Reports and Defence

White Papers melaporkan bahwa Tiongkok juga mengeluarkan kebijakan

mendukung operasi maritim internasional seperti upaya anti pembajakan dan

bantuan kemanusiaan.54

52Takeda Jun'ichi, “Tiongkok's Rise as a Maritime Power: Ocean Policy from Mao

Zedong to Xi Jinping”. 53Adam P. MacDonald, “Tiongkok’s Maritime Strategy: A Prolonged Period of

Formulation”, diakses dari http://www.navalreview.ca/wpcontent/uploads/public/vol8num4/ vol8num4art3.pdf pada 17 April 2017.

54Adam P. MacDonald, “Tiongkok’s Maritime Strategy: A Prolonged Period of

Formulation”.

Page 62: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

49

B.3. Kontestasi Tiongkok dengan Negara Maritim Lainnya

Tidak dipungkiri, Tiongkok dengan beberapa kebijakan Luar

negerinya di bidang maritim menimbulkan ketegangan bernuansa kontestasi

dengan beberapa negara maritim lainnya, di antaranya AS, Jepang, Vietnam,

Taiwan, dan Filipina.55

Sebagian sumber juga menyertakan negara kepulauan seperti

Kamboja, Thailand, Malaysia, Singapura, Indonesia, Brunei Darussalam.56

Dalam hal ini, kontestasi itu juga mengandung unsur sengketa wilayah teritorial.

Dalam laporan Pembangunan Kelautan Tiongkok yang diterbitkan

pada 2010, disebutkan bahwa Tiongkok melakukan perluasan batas wilayah

tanah dan batas teritorialnya. Tiongkok mengumumkan bahwa seluruh Laut

Cina merupakan wilayah Tongkok. Kebijakan ini menggambarkan bahwa

Tiongkok tengah mendorong secara ketat kontrol wilayah perairannya yang

berdekatan dengan negara-negara sekitar yang juga menimbulkan ketegangan

dengan Taiwan serta negera-negara di sekitar Laut Tiongkok Selatan.57

Klaim ini menyeabkan ketegangan yang cukup memuncak antara

Tiongok dengan negara Taiwan dan jepang pada tahun 2012. Meski telah

diadakan upaya damai melalui penandatangan perjanjian damai Association of

South East Asian Nations (ASEAN) Treaty of Amity and Cooperation in

Southeast Asia pada 2003, Tiongkok mengirim pasukan militernya untuk

55Takeda Jun'ichi, “Tiongkok's Rise as a Maritime Power: Ocean Policy from Mao

Zedong to Xi Jinping”. 56Adam P. MacDonald, “Tiongkok’s Maritime Strategy: A Prolonged Period of

Formulation”. 57Takeda Jun'ichi, “Tiongkok's Rise as a Maritime Power: Ocean Policy from Mao

Zedong to Xi Jinping”.

Page 63: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

50

berjaga di wilayah yang disengketakan. Hal ini mencerminkan bahwa Tiongkok

melancarkan kebijakan luar negerinya yang berupaya untuk mempertahankan

otoritas perairannya.58

Selain kebijakan untuk memperluas wilayah teritorial dan

perairannya, Tiongkok juga mengeluarkan kebijakan yang berkaitan dengan

upaya mengamankan sumber daya alam dan menjaga aktivitas perekonomian

globalnya.59

Kebijakan ini tidak hanya menyiratkan Tiongkok yang melindungi

dan menegakan rute perdagangan internasional melalui bidang militer, tapi juga

menggunakan diplomasi dan strategi ekonomi untuk membangun hubungan

mesra dengan negara-negara yang memiliki sumber daya alam. Hal tersebut

dibuktikan Tiongkok dengan membangun kerjasama bilateral dengan dengan

negara negara di Afrika Tengah dan Asia. Tiongkok memposisikan dirinya

sebagai negara yang cukup dominan dalam melakukan kerjasama luar negeri di

bidang industri, maritim, dan kemanan.60

B.4. Pemeliharaan Pertumbuhan Ekonomi

Sejumlah analis menyatakan bahwa pemeliharaan pertumbuhan

ekonomi merupakan kepentingan primordial Tiongkok saat ini. Kebijakan

perdagangan bebas dengan menggunakan transportasi laut terus digalakkan

58Takeda Jun'ichi, “Tiongkok's Rise as a Maritime Power: Ocean Policy from Mao

Zedong to Xi Jinping”. 59akeda Jun'ichi, “Tiongkok's Rise as a Maritime Power: Ocean Policy from Mao Zedong to

Xi Jinping”. 60Takeda Jun'ichi, “Tiongkok's Rise as a Maritime Power: Ocean Policy from Mao

Zedong to Xi Jinping”.

Page 64: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

51

Tiongkok. Kemudian, upaya Tiongkok yang menjalin kerjasama bilateral

dengan beberapa negara di bidang kemananan dan politik adalah untuk

melindungi aktivitas perdagangan laut Tiongkok.61

Contohnya adalah kerjsama bilateral antipembajakan. Selain itu,

pembangunan kekuatan militer Tiongkok seperti kapal perang yang kerap

dioperasikan Tiongkok di wilayah domain maritimnya merupakan upaya

Tiongkok dalam menjaga kepentingan primordial dan salah satu alat untuk

berinteraksi dengan –negara-negara maritim lainnya.62

C. Kebijakan Jalur Sutra Maritim Abad ke-21 Tiongkok

Pembahasan kebijakan Jalur Sutra Maritim (JSM) Abad ke-21 Tiongkok

dalam bab ini adalah sebagai upaya memberikan pernjelasan sistematis untuk

menjawab pertanyaan penelitian skripsi ini. Akan coba diuraikan secara ringkas

ihwal kebijakan Tiongkok yang melibatkan beberapa negara, termasuk Indonesia.

Arrighi Hamasihta dan Selden menyebutkan bahwa term “Maritime Silk

Road” sejatinya sudah ada sejak 2300 tahun yang lalu, yaitu jalur perdagangan

yang tersebar di India, Laut Pasifik, serta jalur perdagangan dari Amerika Latin

61akeda Jun'ichi, “Tiongkok's Rise as a Maritime Power: Ocean Policy from Mao Zedong to

Xi Jinping”. 62Takeda Jun'ichi, “Tiongkok's Rise as a Maritime Power: Ocean Policy from Mao

Zedong to Xi Jinping”.

Page 65: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

52

hingga Afrika Timur. Jalur perdagangan ini merupakan penggambaran atas

kekayaan dan kekuatan maritim Tiongkok dahulu.63

Pada sub bab ini akan diuraikan konsep JSM dengan membaginya menjadi

dua bagian, yaitu: perkembangan JSM sejak 1112 SM, dan pembahasan mengenai

pembangunan JSM abad ke- 21.

C.1. Jalur Sutera Maritim Sejak 1112 SM

Sejarah JSM dapat ditelusuri melalui Jalur perdagangan pada 1112 SM,

khususnya di Laut Kuning yang juga dikenal sebagai Laut Jepang. Rute laut

ini awalnya digunakan untuk aktivitas transportasi orang Tiongkok dalam

mengajarkan ilmu tani pada masa Dinasti Zhou. Kemudian pada 221 SM

banyak orang Tiongkok yang dikirim untuk mengenalkan proses produksi

perindustrian ke Korea. Di mana diperkenalkan teknologi untuk membantu

proses pemintalan sutera di Korea. Kemudian, seteah tumbuhnya perindustrian

di Korea dan Jepang, terjadi peningkatkan aktivitas perdagangan yang

melintasi Laut Kuning. Aktivitas perdagangan antara Tiongkok dan Jepang pun

tercatat meningkat selama pemerintahan Dinasti Tang dan Dinasti Song.

Namun, saat pemrintahan Dinasti Ming dan Dinasti King aktivitas itu menurun

menyusul dibuatnya kebijakan pelarangan kegiatan maritim saat itu.64

63Adam P. MacDonald, “Tiongkok’s Maritime Strategy: A Prolonged Period of

Formulation”. 64Meidi Kosandi, Tiongkok's Maritime Silk Road And Indonesia's Maritime Nexus Poicies:

Towards Policy Convergence?”, Proseding pada International Conference on Social Politics Januari 2016. h. 878.

Page 66: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

53

Di Asia Tenggara, rute JSM adalah melewati laut Cina Selatan. Rute ini

dianggap cukup penting bagi Tiongkok untuk berinteraksi dengan negara luar.

Kemudian saat Dinasati Sui dan Tang, aktivitasnya menjadi semakin vital bagi

perdagangan internasional Tiongkok. Bahkan ada proses perdagangan yang

sebelumnya menggunakan jalur darat dialihkan menggunakan jalur laut.

Selanjutnya di akhir pemerintahan Dinasti Tang dan Song, dikembangkan

industri perkapalan dan navigasi yang mendorong pembukaan jalur

perdagangan laut baru yang melintasi Asia Tenggara, Selat Malaka, Samudera

Hindia, Laut Merah, dan Benua Afrika. Namun, pemanfaatannya memudar

selama pemerintahan Dinasti Ming dan Qing.65

Pada masa kejayaan JSM, banyak pelabuhan utama di Tiongkok

digunakan untuk aktivitas perdagangan internasional. Pelabuhan itu antara lain

Guangzhou, Quanzhou, dan Ningbo. Selain itu, menurut catatan sejarah turut

digunakan pula pelabuhan Shandong, Hepu, Shanghai, Ganpu, Wenzhou, dan

hangzhou.66

Kemudian pada abad 1400-an, Laksamana Cheng Ho67 melakukan

ekspedisi maritim yang terkenal yang melewati JSM dari Tiongkok sampai ke

Asia Tenggara dan Afrika. Selama perjalannannya, pada 1405 -1433, Cheng

65Meidi Kosandi, Tiongkok's Maritime Silk Road And Indonesia's Maritime Nexus Poicies:

Towards Policy Convergence?”, h. 878. 66Meidi Kosandi, Tiongkok's Maritime Silk Road And Indonesia's Maritime Nexus Poicies:

Towards Policy Convergence?”, h. 878. 67Laksamana Cheng Ho memiliki nama asli: Zheng He (1371 - 1433), adalah seorang pelaut

dan penjelajah Tiongkok dari dinasti Ming. Ia dengan armada besarnya, melakukan tujuh kali pelayaran besar ke Asia Tenggara dan Samudra Hindia, sampai ke Afrika timur, dalam kurun 1405-1433 M. Dalam tiap pelayarannya, armadanya selalu menyinggahi banyak pelabuhan di Nusantara dan peninggalannya banyak yang masih bisa ditelusuri hingga sekarang. Lihat di http://oseanografi.lipi.go.id/datakolom/21%20Cheng%20Ho.pdf

Page 67: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

54

Ho mengunjungi Vietnam, Kamboja (Champa), Thailand (Sam), Malaysia

(Pahang dan Kelantan), Singapura (Malaka), dan Indonesia (Malaka,

Palembang, Jawa, dan Aru) di Asia Tenggara. Dia juga megunjungi India dan

Sri Lanka. Selain itu, Cheng Ho juga mengunjungi negara di Timur Tengah

seperti Yaman dan beberapa negara lainnya. Sedangkan di Afrika, Dia

mengunjungi Mesir dan Mozambik. Armada Laut Cheng Ho terdiri dari 307

kapal dengan kru kapal sebanyak 27.000 orang.68

Di Indonesia, nama Laksamana Cheng Ho cukup dikenal masyarakat

lokal. Ia dikenal sebagai seorang muslim Tionghoa yang berlayar sampai ke

Timur Tengah untuk pergi menunaikan ibadah haji. Selain itu, nama

Laksamana Cheng Ho juga diabadikan dalam sebuah masjid bernuansa oriental

di Semarang. Hal ini membuktikan bahwa hubungan antara Indonesia dengan

Tiongkok sudah terjalin sejak lama.69

C.2. Jalur Sutera Maritim Abad 21: Gagasan, Inisiasi, dan Konteks Iternasional

Gagasan Jalur Sutera Maritim Abad 21 merupakan kebijakan yang

lebih besar dari inisiasi One Belt One Road (OBOR) Tiongkok. Konsepnya

sendiri pertama kali diperkenalkan Tiongkok saat kunjungannya ke Kazakhstan

dan Indonesia pada 2013. Sejak saat itu, pemerintah Tiongkok terus berupaya

mewujudkan gagasan untuk membangun JSM abad 21 ini.70

68Meidi Kosandi, Tiongkok's Maritime Silk Road And Indonesia's Maritime Nexus Poicies:

Towards Policy Convergence?”, h. 878. 69Meidi Kosandi, Tiongkok's Maritime Silk Road And Indonesia's Maritime Nexus Poicies:

Towards Policy Convergence?”, h. 878. 70Meidi Kosandi, Tiongkok's Maritime Silk Road And Indonesia's Maritime Nexus Poicies:

Towards Policy Convergence? , h. 879.

Page 68: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

55

Disebutkan Ernst dan Young pada 2013, bahwa gagasan OBOR ini

ditaksir akan memperluas serta menyokong aktivitas perdagangan Tiongkok. Di

mana hal ini akan memaksimalkan potensi perdagangan Tiongkok ke negara-

negara Barat, Asia Tengah, Asia Selatan, dan Asia Tenggara. Bahkan, OBOR

disebutkan mampu menjaring seperempat dari pasar konsumen global dan

meningkatkan 38% pertumbuhan konsumsi global pada 2017.71

Gambar 1 : Gambaran tentang Gagasan OBOR sebagai Penyokong Aktivitas Perdagangan Tiongkok

Sumber : The Silk Road Economic Belt and the 21st Century Maritime Silk Road

Disebutkan juga bahwa kejayaan Jalur Sutra masa lalu menginspirasi

Presiden Tiongkok Xi Jinping untuk membuka kembali jalur tersebut. Ambisi

71Helen Chin dkk, The Silk Road Economic Belt and the 21st Century Maritime Silk Road,

(2015: Hongkong, The Fung Business Intelligence Centre), h. 4.

Page 69: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

56

Tiongkok untuk memulai mega proyek ini telah diumumkan sejak tahun 2013.

Presiden Tiongkok Xi Jinping menyebutnya sebagai ‘Jalur Sutra Baru Abad ke-21’

atau The Silk Road Economic Belt and the 21st-century Maritime Silk Road. Tujuan

dari proyek ini adalah menciptakan beberapa koridor ekonomi yang

menyambungkan lebih dari 60 negara di seluruh dunia.72

Proyek Jalur Sutra akan dibagi menjadi dua, darat dan laut. Trek

perdagangan darat dikenal dengan Jalur Sabuk Ekonomi, melintasi dari Eropa ke

Asia Tengah dan Asia Timur. Kemudian, jalur laut dikenal dengan Jalur Sutra

Maritim, menghubungkan pelabuhan Tiongkok dengan sejumlah pelabuhan

sepanjang rute dari Laut Tiongkok Selatan, Samudera Hindia, Teluk Persia, Laut

Merah, hingga ke Teluk Aden.73

Dalam mewujudkan program One Belt One Road (OBOR) pemerintah

Tiongkok siap menggelontorkan dana sebesar US$ 124 milliar atau sekitar Rp1649

triliun untuk mendukung program Jalur Sutra Baru. Dana tersebut siap disalurkan

untuk membangun infrastruktur hingga konektivitas dengan negara-negara di

sepanjang Jalur Sutra.74

Namun, ada kekhawatiran dari beberapa negara bagian Barat tentang KTT

bertajuk Belt and Road yang diadakan di Beijing 14 Mei lalu merupakan upaya

72Tri Inov Haripa, “Mega Proyek Tiongkok : Jalur Sutra Abad 21 dan Konektivitas

ASEAN” artikel diakses pada 21 Mei 2017 dari http://pssat.ugm.ac.id/id/2017/10/25/mega-proyek-tiongkok-jalur-sutra-abad-21-dan-konektivitas-asean/

73Helen Chin dkk, The Silk Road Economic Belt and the 21st Century Maritime Silk Road, h. 5.

74Helen Chin dkk, The Silk Road Economic Belt and the 21st Century Maritime Silk Road, h. 5.

Page 70: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

57

Tiongkok menguasai ekonomi secara global. Namun, Xi Jinping menampik

tudingan tersebut. Melalui Menteri Luar Negeri, Wang Yi, mengatakan, OBOR

adalah produk kerjasama inklusif, bukan sebagai alat geopolitik, dan tidak

seharusnya dipandang menggunakan mentalitas Perang Dingin yang sudah usang.75

Negara-negara ASEAN memegang posisi penting dalam Jalur Sutra

Maritim, khususnya Indonesia yang dipilih sebagai tempat pertama untuk

mengoperasikan Jalur Sutra Maritim Abad ke-21. Keadaan ini juga bertepatan

dengan kebijakan Presiden Joko Widodo untuk menjadikan Indonesia Poros

Maritim Dunia. Visi Indonesia menjadi Poros Maritim Dunia bersinergi dengan

ide One Belt One Road yang diprakarsai Tiongkok. Program OBOR yang dibahas

beberapa waktu lalu di Beijing, Tiongkok. Pada kesempatan tersebut Presiden

Jokowi dan 30 kepala negara turut serta menandatangani program ini pada dasarnya

mempromosikan sistem perdagangan multilateral yang terbuka berlandaskan

aturan World Trade Organisation (WTO).76

Program Jalur Sutra Baru di ASEAN dirancang untuk sejalan dengan Visi

Konektivitas ASEAN 2025 yang meliputi keterhubungan darat serta laut dengan

Vietnam, Laos, Thailand, Kamboja, Myanmar, Malaysia, Singapura, dan

Indonesia. Mega Proyek Tiongkok One Belt One Road yang menjembatani wilayah

Barat Tiongkok dengan Asia Tenggara, Samudra Hindia dan menuju ke Eurasia,

menuntut peran Indonesia yang lebih aktif sebagai pemimpin di Asia Tenggara,

75Helen Chin dkk, The Silk Road Economic Belt and the 21st Century Maritime Silk Road,h.

5. 76Helen Chin dkk, The Silk Road Economic Belt and the 21st Century Maritime Silk Road,

h. 6.

Page 71: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

58

agar sentralitas ASEAN tetap diutamakan dalam sinergi Jalur Sutra Baru Tiongkok

dengan Konektivitas ASEAN, yang perkembangannya cukup lambat.77

ASEAN dihadapkan pada tantangan yang cukup sulit antara lain karena

perbedaan pendapat internal akibat ketidakselarasan kebijakan pembangunan

antaranggota serta ketimpangan ekonomi antara anggota bagian utara dan selatan.

Seperti, Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam memerlukan bantuan perbaikan

prasarana agar menarik invetor asing, sehingga dapat mengejar ketertinggalan dari

anggota ASEAN lainnya. Oleh sebab itu, Indonesia sebagai pemimpin di Asia

Tenggara sepatutnya sanggup menguatkan koordinasi intra-ASEAN demi

mempercepat pertumbuhan ekonomi yang merata, sehingga dapat menyelaraskan

keterhubungan ASEAN dengan Jalur Sutra Baru.78

77Helen Chin dkk, The Silk Road Economic Belt and the 21st Century Maritime Silk Road,

h. 6. 78Helen Chin dkk, The Silk Road Economic Belt and the 21st Century Maritime Silk Road,

h. 7.

Page 72: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

59

BAB III

INISISASI KEBIJAKAN POROS MARITIM DUNIA

DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI INDONESIA

DI BIDANG MARITIM

A. Gambaran Umum Kebijakan Poros Maritim Dunia

Poros Maritim Dunia (PMD) merupakan terminologi yang diutarakan oleh

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam visi dan misinya ketika mencalonkan

presiden pada 2014. Kemudian, istilah poros maritim kian mengemuka saat ia

dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia ke-7. Namun, sejatinya, isu kelautan

telah lama dikaji dan dibahas dalam berbagai seminar dan pertemuan ilmiah yang

melibatkan berbagai stakeholder Indonesia. Kemudian, isu kelautan ini

menampakkan kemajuannya pada saat Presiden ke-4 Abdulrahman Wahid (Gus

Dur) dengan dibentuknya Departemen Eksplorasi Kelautan yang kemudian menjadi

Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia sekarang.1

Pada masa Presiden Jokowi, mengangkat Menteri Koordinator

Kemaritiman yang di pimpin oleh Indroyono Soesilo dalam struktur

pemerintahannya. Hal ini menjadikannya sebagai presiden ke-2 yang menjadikan

tema kemaritiman sebagai salah satu tema pokok pemerintah Indonesia dalam

kurun waktu 29 tahun terakhir.2

1Ferisman Tindaon, “Poros Maritim dan Revolusi Biru”, diakses pada Januari 2018 dari

https://www.researchgate.net/profile/Ferisman_Tindaon6 /publication/280385936_Poros_Maritim _dan_Revolusi_Biru/links/55b3de6a08aed621de0110 f5/Poros-Maritim-dan-Revolusi-Biru.pdf

2Ferisman Tindaon, “Poros Maritim dan Revolusi Biru”,

Page 73: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

60

A.1. Latar Belakang Kebijakan Poros Maritim Dunia

Pada Sidang Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

(DPR RI) tanggal 29 September 2014, Rancangan Undang - Undang tentang

Kelautan Indonesia atau RUU Kelautan disahkan menjadi UU Kelautan. Para

pemerhati kebijakan menilai hal ini sebagai kebangkitan Indonesia sebagai

bangsa bahari yang kini tengah bercita-cita menjadi Negara Maritim. Kemudian,

UU Kelautan tersebut menjadi payung hukum untuk mengatur pemanfaatan laut

Indonesia secara komprehensif dan terintegrasi.3

Dari tataran eksekutif, presiden terpilih Indonesia periode 2014-2019,

Joko Widodo atau Jokowi, sejak dilantik telah menegaskan untuk memfokuskan

pada pentingnya peran maritim Indonesia. Yakni, dengan visi menjadikan

Indonesia sebagai poros maritim dunia. Sebagai salah satu upaya

mewujudkannya, maka turut dibentuk Kementerian Koordinator Kemaritiman

dalam struktur kabinet kerja Presiden Jokowi.4

Seiring dengan hal itu, Sekretariat Kabinet Presiden Jokowi menyatakan

bahwa kebijakan PMD ini merupakan kebijakan strategis. Pasalnya Indonesia

merupakan negara bahari yang dikelilingi oleh lautan. Ditambah dengan seluruh

alur pelayaran dunia akan melalui lautan Indonesia sebagai jalur strategis.

Sehingga sudah seharusnya hal ini dapat dimanfaatkan sebagai pendekatan

3Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, “Menuju Indonesia sebagai Negara Poros

Maritim”, diakses pada Januari 2018 dari http://setkab.go.id/menuju-indonesia-sebagai-negara-poros-maritim

4Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, “Menuju Indonesia sebagai Negara Poros Maritim”.

Page 74: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

61

diplomasi dalam menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.5

Kemudian, berdasarkan data Kementerian Luar Negeri Republik

Indonesia (Kemenlu RI) tercatat bahwa Presiden Jokowi telah menyampaikan

konsep PMD Indonesia dalam pidatonya pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)

ke-9 East Asia Summit (EAS) tanggal 13 November 2014 di Nay Pyi Taw,

Myanmar. Presiden Jokowi menegaskan bahwa konsep PMD Indonesia adalah

berupa agenda pembangunan yang akan difokuskan pada 5 (lima) pilar

utama, yaitu:

1. Membangun kembali budaya maritim Indonesia.

2. Menjaga sumber daya laut dan menciptakan kedaulatan pangan laut dengan

menempatkan nelayan pada pilar utama.

3. Memberi prioritas pada pembangunan infrastruktur dan konektivitas

maritim dengan membangun tol laut, deep seaport, logistik, industri

perkapalan, dan pariwisata maritim.

4. Menerapkan diplomasi maritim, melalui usulan peningkatan kerja sama di

bidang maritim dan upaya menangani sumber konflik, seperti, pencurian

ikan, pelanggaran kedaulatan, sengketa wilayah, perompakan, dan

pencemaran laut dengan penekanan bahwa laut harus menyatukan berbagai

bangsa dan negara dan bukan memisahkan.

5. Membangun kekuatan maritim sebagai bentuk tanggung jawab menjaga

5Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, “Menuju Indonesia sebagai Negara Poros

Maritim”.

Page 75: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

62

keselamatan pelayaran dan keamanan maritim.6

A.2. Tujuan dan Prinsip Kebijakan Poros Maritim Dunia

a) Tujuan

Data kementerian Koordinator Martim menyatakan bahwa PMD

merupakan visi dari kebijakan kelautan di Indonesia. Dimana tujuannya

untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maritim yang maju, mandiri,

kuat, serta mampu memberikan kontribusi positif bagi keamanan dan

perdamaian kawasan dan dunia sesuai dengan kepentingan nasional.7

Untuk mewujudkan visi tersebut, pemerintah Indonesia membentuk

visi sebagai berikut :

1. Terkelolanya sumber daya kelautan secara optimal dan berkelanjutan;

2. Terbangunnya kualitas sumber daya manusia dan ilmu pengetahuan dan

teknologi kelautan yang andal;

3. Terbangunnya pertahanan dan keamanan kelautan yang tangguh;

4. Terlaksananya penegakan kedaulatan, hukum dan keselamatan di laut;

5. Terlaksananya tata kelola kelautan yang baik;

6. Terwujudnya kesejahteraan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil

yang merata;

6Siaran Pers Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, “Presiden Jokowi Deklarasikan

Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia”, diakses pada Januari 2018 dari https://www.kemlu.go.id/id/berita/siaran-pers/Pages/Presiden-Jokowi-Deklarasikan-Indonesia-Sebagai-Poros-Maritim-Dunia.aspx

7Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Buku Putih Kebijakan Kelautan Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia,(Jakarta : Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, 2017). h.24.

Page 76: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

63

7. Terwujudnya peningkatan pertumbuhan ekonomi dan industri kelautan

yang berdaya saing;

8. Terbangunnya infrastruktur kelautan yang andal;

9. Terselesaikannya dokumen tata ruang laut;

10. Terlaksananya pelindungan lingkungan laut;

11. Terlaksananya diplomasi maritim; dan

12. Terbentuknya wawasan bahari serta identitas dan budaya bahari.8

b) Prinsip

Dalam mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia,

pemerintah Indonesia melalui Kementerian Koordinator Bidang Maritim

(Kemenko Maritim) menyatakan bahwa akan berpegang teguh pada

kepentingan nasional, serta keadilan dan manfaat sebesar-besarnya untuk

bangsa dan rakyat Indonesia. Selain itu, juga akan merujuk pada enam

prinsip dasar, yaitu (a) wawasan nusantara; (b) pembangunan berkelanjutan;

(c) ekonomi biru; (d) pengelolaan terintegrasi dan transparan; (e)

partisipasi; dan (f) kesetaraan dan pemerataan.9

(a) Wawasan Nusantara

Menurut TAP MPR No. II/1993, Wawasan Nusantara adalah dasar

dalam penyelenggaraan pembangunan nasional untuk mencapai tujuan

pembangunan nasional. Wawasan Nusantara merupakan wawasan

nasional yang bersumber pada Pancasila dan berdasarkan Undang-

8Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Buku Putih Kebijakan Kelautan). h. 25. 9Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Buku Putih Kebijakan Kelautan. h. 26.

Page 77: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

64

Undang Dasar 1945, adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia

mengenai diri dan lingkungannya, dengan mengutamakan persatuan dan

kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Wawasan

Nusantara mencakup perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu

kesatuan politik, satu kesatuan ekonomi, satu kesatuan sosial dan budaya,

serta satu kesatuan pertahanan dan keamanan.10

(b) Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan dalam berbagai kegiatan ekonomi yang dijalankan

harus dapat memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi

kebutuhan generasi yang akan datang. Asas pembangunan berkelanjutan

ditetapkan agar (1) pemanfaatan sumber daya tidak melebihi kemampuan

regenasi sumber daya hayati/pulih (renewable) atau laju inovasi

substitusi sumber daya non hayati /tidak pulih (nonrenewable) serta

pemanfaatan sumber daya non hayati tidak menghancurkan kelestarian

sumber daya hayati; (2) pemanfaatan sumber daya saat ini tidak boleh

mengorbankan (kualitas dan kuantitas) kebutuhan generasi yang akan

datang atas sumber daya; dan (3) pemanfaatan sumber daya yang belum

diketahui dampaknya harus dilakukan secara hati-hati dan didukung oleh

penelitian ilmiah yang terpercaya.11

10Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Buku Putih Kebijakan Kelautan. h. 27. 11Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Buku Putih Kebijakan Kelautan. h. 27.

Page 78: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

65

(c) Ekonomi Biru

Sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 32 Tahun 2014

tentang Kelautan, pada Pasal 14 tercantum bahwa pemerintah dan

pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya melakukan

pengelolaan kelautan untuk sebesar-sebesarnya kemakmuran rakyat

melalui pemanfaatan dan pengusahaan sumber daya kelautan dengan

prinsip ekonomi biru (blue economy). Ekonomi Biru merupakan model

pembangunan ekonomi yang mengintegrasikan pembangunan darat dan

laut dengan memperhitungkan daya dukung sumber daya dan

lingkungannya karena pada prinsipnya potensi darat dan laut harus

disinergikan sehingga menjadi kekuatan Indonesia.12

(d) Pengelolaan Terintegrasi dan Transparan

Pengelolaan terintegrasi dilaksanakan secara multidisiplin,

antarwilayah, antar-aktor (stakeholders), dan lintas sektor. Terintegrasi

berarti menempatkan semua aspek pengelolaan ke dalam satu sistem dan

tidak sebagai komponen yang terpisah. Sistem pengelolaan bersifat

integral dan harus ada keterkaitan antara satu aspek dengan aspek lainnya

sehingga tidak terdapat tumpang-tindih kewenangan yang tidak perlu.

Proses ini juga perlu dilakukan sesuai dengan prinsip transparansi yang

berarti menggunakan peraturan dan perundang-undangan yang jelas,

terbuka dalam penyusunan dan penerapannya, dan terdapat informasi

12Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Buku Putih Kebijakan Kelautan, h. 27.

Page 79: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

66

yang cukup dan mudah dimengerti oleh berbagai pemangku

kepentingan.13

(e) Partisipasi

Prinsip partisipasi memiliki arti penting karena memiliki maksud

(1) agar seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) mempunyai peran

dalam perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan tahap pengawasan dan

pengendalian, sesuai dengan peran masing-masing; (2) memiliki

informasi yang terbuka untuk mengetahui kebijakan pemerintah dan

mempunyai akses yang cukup untuk memanfaatkan sumber daya; (3)

menjamin adanya representasi stakeholders dalam pengambilan

keputusan dan sebagai aktor untuk identifikasi dan evaluasi atas ancaman

dan peluang-peluang; dan (4) memanfaatkan sumber daya secara adil.14

(f) Kesetaraan dan Pemerataan

Prinsip dasar pemerataan di dalam pembangunan kelautan

Indonesia adalah untuk memastikan individu atau kelompok individu

diperlakukan secara adil, setara, dan saling menguntungkan, tanpa

memandang suku, ras, agama atau kepercayaan, jenis kelamin dengan

mengutamakan masyarakat Indonesia yang berada di kawasan terpencil

atau yang belum terhubung dengan baik di luar Jawa, Bali, Lombok, dan

Sumatera.15

13Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Buku Putih Kebijakan Kelautan, h. 28. 14Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Buku Putih Kebijakan Kelautan, h. 28. 15Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Buku Putih Kebijakan Kelautan, h. 28.

Page 80: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

67

A.3. Pelaksanaan Kebijakan Poros Maritim Dunia

Pemerintah Indonesia, berdasarkan data dari Kemenko Maritim

menyebutkan bahwa dalam hal pelaksanaan kebijakan poros maritim dunia

terdiri atas pilar-pilar strategi sebagai berikut :

a) Pengelolaan Sumber Daya Kelautan dan Pengembangan Sumber Daya

Manusia

(a) Pengelolaan Sumber Daya Kelautan

Kebijakan sumber daya kelautan ditujukan untuk mendorong

pemanfaatan dan pengusahan sumber daya kelautan secara optimal dan

berkelanjutan melalui penerapan prinsip ekonomi biru yaitu dengan

mewujudkan pertumbuhan ekonomi di bidang kelautan melalui

pembangunan berkelanjutan yang efisien, bernilai tambah, inklusif, dan

inovatif guna menunjang seluruh aktivitas ekonomi yang meliputi

perdagangan barang, jasa, dan investasi untuk sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat.16

Program-program utama dalam melaksanakan strategi

Pengelolaan Sumber Daya Kelautan adalah sebagai berikut:

1. pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya perikanan secara

lestari;

2. peningkatan pengolahan, pemasaran, nilai tambah, serta standar

dan keselamatan produk kelautan dan perikanan;

16Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Buku Putih Kebijakan Kelautan, h. 30.

Page 81: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

68

3. peningkatan pelindungan terhadap kelestarian keanekaragaman

hayati laut melalui konservasi ekosistem, jenis, dan genetik;

4. pengembangan dan pemanfaatan energi dan sumber daya mineral

sesuai dengan prinsip ekonomi biru dengan memperhatikan

teknologi ramah lingkungan;

5. pemanfaatan secara berkelanjutan sumber daya alam

nonkonvensional berdasarkan prinsip kelestarian lingkungan;

6. pengembangan pariwisata bahari berkelanjutan dengan

memperhatikan kepentingan masyarakat lokal, kearifan

tradisional, kawasan konservasi perairan, dan kelestarian

lingkungan;

7. pengembangan industri bioteknologi kelautan dengan pemanfaatan

potensi keanekaragaman hayati;

8. peningkatan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya pesisir dan

pulau-pulau kecil secara seimbang dan berkelanjutan; dan

9. penguatan Sistem Informasi dan Data Kelautan, Inventarisasi, dan

Evaluasi Sumber Daya Kelautan.17

(b) Pengembangan Sumber Daya Manusia

Kebijakan pengembangan sumber daya manusia bertujuan

untuk mengembangkan sumber daya manusia di bidang kelautan yang

profesional, beretika, berdedikasi dan mampu mengedepankan

17Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Buku Putih Kebijakan Kelautan , h. 31.

Page 82: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

69

kepentingan nasional dalam mendukung pembangunan kelautan secara

optimal dan terpadu.18

Program-program utama dalam melaksanakan strategi

pengembangan sumber daya manusia adalah sebagai berikut:

1. peningkatan jasa di bidang kelautan yang diimbangi dengan

ketersediaan lapangan kerja;

2. pengembangan standar kompetensi sumber daya manusia di

bidang kelautan;

3. peningkatan dan penguatan peranan ilmu pengetahuan dan

teknologi, riset dan pengembangan sistem informasi kelautan;

4. peningkatan gizi masyarakat kelautan;

5. peningkatan pelindungan ketenagakerjaan;

6. penyusunan kurikulum pendidikan yang berorientasi kelautan;

7. peningkatan kualitas dan kuantitas perguruan tinggi bidang

kelautan;

8. penyediaan insentif dan bantuan pendidikan bidang kelautan dan

riset strategis kelautan;

9. pengembangan kualitas dan kuantitas sekolah pelayaran dan

perikanan;

10. peningkatan kolaborasi riset kelautan dan pengembangan pusat

keunggulan kelautan; dan

18Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Buku Putih Kebijakan Kelautan , h. 32.

Page 83: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

70

11. peningkatan tatakelola IPTEK, pengembangan sarana, dan

prasarana IPTEK kelautan dan agenda riset kelautan strategis.19

b) Pertahanan, Keamanan, Penegakan Hukum, dan Keselamatan di Laut

Kebijakan pertahanan, keamanan, penegakan hukum, dan

keselamatan di laut bertujuan untuk menegakkan kedaulatan dan hukum,

mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

dan melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari

ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan di wilayah laut.20

Program-program utama dalam melaksanakan strategi kebijakan

pertahanan dan keamanan maritim adalah sebagai berikut:

1. pembangunan pertahanan dan keamanan laut yang tangguh melalui

postur pertahanan kelautan Indonesia yang sepadan dengan luas wilayah

perairan dan wilayah yurisdiksi Indonesia dan mampu menanggulangi

ancaman dan gannguan dari dalam dan luar negeri serta mampu berperan

dalam membangun perdamaian dan keamanan kawasan;

2. peningkatan kemampuan dan kinerja pertahanan dan keamanan secara

terpadu di seluruh wilayah perairan dan wilayah yurisdiksi serta di luar

wilayah yurisdiksi sesuai dengan hukum internasional

3. peningkatan pembangunan kawasan perbatasan di laut dan pulau-pulau

kecil terluar;

19Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Buku Putih Kebijakan Kelautan , h. 33. 20Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Buku Putih Kebijakan Kelautan , h. 34.

Page 84: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

71

4. peningkatan peran aktif Indonesia dalam kerja sama pertahanan dan

keamanan laut baik di tingkat regional maupun internasional;

5. penegakan kedaulatan dan hukum di wilayah perairan dan wilayah

yurisdiksi;

6. optimalisasi sistem komando, kendali, komunikasi, komputerisasi,

intelijen, pengawasan dan pengintaian;

7. pembangunan karakter bangsa yang berorientasi kelautan dalam upaya

bela negara; dan

8. meningkatkan keamanan dan keselamatan pelayaran.21

c) Tata Kelola dan Kelembagaan

Kebijakan tata kelola dan kelembagaan laut bertujuan untuk

menciptakan sistem tata kelola kelautan nasional yang komprehensif,

terintegrasi, efektif, dan efisien.Hal ini diperlukan untuk sinkronisasi dan

implementasi efektif di berbagai aturan dan perundang-undangan di tingkat

nasional dan regional yang harus selaras dengan aturan internasional di

bidang kelautan dan kemaritiman.22

Program-program utama dalam melaksanakan strategi kebijakan

tata kelola kelautan adalah sebagai berikut:

1. Penataan Sistem Hukum Nasional di Bidang Kelautan;

2. Implementasi Hukum Internasional di Bidang Kelautan Sesuai

21Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Buku Putih Kebijakan Kelautan , h. 35. 22Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Buku Putih Kebijakan Kelautan, h. 35.

Page 85: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

72

dengan Kepentingan Nasional; dan

3. Pembangunan Sistem Tata Kelola Kelautan Nasional yang Baik,

Transparan dan Bertanggung Jawab.23

d) Ekonomi dan Infrastruktur Kelautan dan Peningkatan Kesejahteraan

(a) Ekonomi Kelautan

Kebijakan ekonomi kelautan bertujuan untuk menjadikan

kelautan sebagai basis pembangunan ekonomi. Potensi ekonomi

kelautan Indonesia, tidak hanya berada di perairan nasional, melainkan

juga di perairan yurisdiksi dan bahkan di perairan internasional yang

dapat dikelola sesuai dengan hukum internasional. Selain itu, juga demi

membangun ekonomi yang berbasis sumber daya kelautan guna

meningkatkan kesejahteraan rakyat menuntut kemampuan untuk

memobilisasi sumberdaya nasional melalui formulasi desain program

kelautan nasional yang disertai dengan berbagai kelengkapan instrumen

fiskal, moneter, keuangan, serta mobilisasi lintas sektor untuk

mendukung bidang kelautan tersebut.24

Untuk mewujudkan tujuan tersebut, Kemenko Martim

Indonesia membuat upaya-upaya sebagai berikut :

1. penyusunan dan pengembangan basis data ekonomi kelautan;

23Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Buku Putih Kebijakan Kelautan, h. 36. 24Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Buku Putih Kebijakan Kelautan, h. 37.

Page 86: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

73

2. penciptaan iklim investasi usaha di bidang kelautan yang kondusif

dan efisien;

3. penciptaan sistem fiskal dan moneter yang mendukung

pengembangan usaha bidang kelautan;

4. pembangunan kawasan ekonomi kelautan secara terpadu dengan

menggunakan prinsip-prinsip ekonomi biru di wilayah pesisir dan

perairan laut Indonesia secara realistis;

5. optimalisasi penyediaan fasilitas infrastruktur yang dibutuhkan

dunia usaha dan pelaku usaha kelautan terutama nelayan;

6. intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi, dan penguatan mutu

produk perikanan mulai dari proses praproduksi sampai dengan

pemasaran;

7. pengembangan dunia usaha di bidang kelautan nasional yang

berdaya saing internasional;

8. pengembangan kemitraan usaha di bidang kelautan yang saling

menguntungkan antara usaha kecil dan menengah dengan usaha

besar;

9. pengembangan kota bandar dunia;

10. pengembangan kerja sama ekonomi berkelanjutan dengan negara

mitra strategis bidang kelautan;dan

11. peningkatan pengelolaan aset negara di bidang kelautan.25

25Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Buku Putih Kebijakan Kelautan, h. 38.

Page 87: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

74

(b) Infrastruktur Kelautan

Dalam rangka menumbuhkan ekonomi kelautan,

pemerintah membangun dan mengembangkan infrastruktur kelautan

untuk peningkatan konektivitas dan pembangunan dengan pendekatan

Indonesia-sentris dan bukan Jawa-sentris.26

Program-program utama dalam melaksanakan strategi

kebijakan infrastruktur kelautan adalah sebagai berikut :

1. sinergi kepentingan nasional strategis dalam menentukan kawasan

pengembangan infrastruktur kelautan;

2. pengembangan sistem konektivitas transportasi laut nasional;

3. pengembangan kemampuan dan kapasitas badan usaha nasional di

bidang pembangunan dan pengelolaan infrastruktur kelautan yang

berdaya saing dan bertaraf internasional;

4. peningkatan kemampuan sumber pendanaan nasional untuk

pembangunan infrastruktur kelautan;

5. penciptaan iklim investasi yang baik untuk pembangunan dan

pengelolaan infrastruktur maritim; dan

6. peningkatan kerja sama investasi pembangunan infrastruktur

dengan negara-negara mitra.27

(c) Peningkatan Kesejahteraan

26Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Buku Putih Kebijakan Kelautan, h. 39. 27Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Buku Putih Kebijakan Kelautan, h. 39.

Page 88: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

75

Kebijakan peningkatan kesejahteraan masyarakat bertujuan

untuk mewujudkan pembangunan kelautan yang bermanfaat bagi

kesejahteraan masyarakat, terutama masyarakat pesisir dan pulau-pulau

kecil.28

Program-program utama dalam melaksanakan strategi

kebijakan pendidikan kemaritiman adalah sebagai berikut:

1. pembangunan prasarana dan sarana yang dibutuhkan dalam

mengembangkan usaha bagi nelayan, pembudi daya ikan, dan

petambak garam;

2. peningkatan kemampuan dan kapasitas bagi nelayan, pembudi daya

ikan, dan petambak garam;

3. penyediaan kemudahan akses terhadap ilmu pengetahuan, teknologi,

informasi, lahan, dan pembiayaan untuk kepentingan pengembangan

usaha bagi nelayan, pembudi daya ikan, dan petambak garam;

4. perluasan kesempatan kerja dan berusaha bagi sumber masyarakat

di bidang kelautan, khususnya pada sektor perikanan, energi, dan

pariwisata bahari; dan

5. peningkatan pengelolaan sumber daya kelautan untuk pariwisata

bahari secara berkelanjutan bagi masyarakat pesisir dan pulau-pulau

kecil.29

e) Pengelolaan Ruang Laut dan Pelindungan Lingkungan Laut

28Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Buku Putih Kebijakan Kelautan, h. 40. 29Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Buku Putih Kebijakan Kelautan , h. 40.

Page 89: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

76

(a) Pengelolaan Ruang Laut

Kebijakan pengelolaan ruang laut bertujuan untuk melindungi

sumber daya dan lingkungan dengan berdasar pada daya dukung

lingkungan dan kearifan local, memanfaatkan potensi sumber daya

dan/atau kegiatan di wilayah laut yang berskala nasional dan

internasional, serta mengembangkan kawasan potensial menjadi pusat

kegiatan produksi, distribusi, dan jasa.30

Program-program utama dalam melaksanakan strategi

kebijakan pengelolaan ruang laut adalah sebagai berikut:

1. penciptaan keterpaduan lintas program antarsektor di wilayah laut;

2. percepatan penetapan rencana tata ruang laut nasional;

3. percepatan penetapan rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-

pulau kecil;

4. percepatan penyelesaian rencana zonasi kawasan strategis nasional,

rencana zonasi kawasan strategis nasional tertentu, dan rencana

zonasi kawasan antar wilayah;

5. penyediaan data informasi geospasial dasar dan informasi geospasial

tematik terpadu dalam kerangka kebijakan satu peta untuk

penyusunan tata ruang laut; dan

6. penyederhanaan perizinan pemanfaatan ruang laut.31

(b) Pelindungan Lingkungan Laut

30Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Buku Putih Kebijakan Kelautan, h. 41. 31Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Buku Putih Kebijakan Kelautan, h. 41.

Page 90: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

77

Kebijakan pelindungan lingkungan laut bertujuan untuk

melestarikan sumber daya kelautan dan mencegah terjadinya

pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan di laut. Indonesia juga

perlu melihat kemampuan serap emisi gas rumah kaca ekosistem pesisir

sehingga emisi yang dihasilkan kegiatan di darat, khususnya

perkebunan dan industri dapat dikurangi oleh kemampuan “blue

carbon” Indonesia.32

Program-program utama dalam melaksanakan strategi

kebijakan pelindungan lingkungan laut adalah sebagai berikut:

1. penguatan pengelolaan wilayah daerah aliran sungai (das), pesisir,

laut, dan pulau-pulau kecil melalui manajemen terpadu dan

berkelanjutan;

2. penguatan konservasi laut;

3. pencegahan, penanggulangan dan pemulihan dampak pencemaran

dan kerusakan lingkungan laut;

4. penanggulangan bencana kelautan;

5. pengembangan tata guna dan infrastruktur pesisir dan laut yang

berkelanjutan; dan

6. pengembangan kerja sama bilateral, regional dan global di bidang

pengelolaan lingkungan laut.33

f) Budaya Bahari

32Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Buku Putih Kebijakan Kelautan, h. 42. 33Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Buku Putih Kebijakan Kelautan, h. 42.

Page 91: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

78

Kebijakan budaya bahari bertujuan untuk memberikan pemahaman

menyeluruh terhadap wawasan bahari di seluruh lapisan masyarakat guna

mengoptimalkan pembangunan kelautan nasional yang berkesinambungan

dan lestari.34

Program-program utama dalam melaksanakan strategi kebijakan

budaya bahari adalah sebagai berikut:

1. meningkatkan pendidikan dan penyadaran masyarakat tentang kelautan

yang diwujudkan melalui semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan;

2. identifikasi dan inventarisasi nilai budaya dan sistem sosial kelautan di

wilayah negara kesatuan republik indonesia sebagai bagian dari sistem

kebudayaan nasional;

3. mengembangkan teknologi dengan tetap mempertimbangkan kearifan

lokal;

4. membangkitkan pemahaman wawasan dan budaya bahari;

5. melakukan harmonisasi dan pengembangan unsur kearifan lokal ke

dalam sistem pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya kelautan; dan

6. mempertahankan, mengembangkan, dan meningkatkan peran kota-kota

pelabuhan bersejarah.35

g) Diplomasi Maritim

Diplomasi maritim merupakan pelaksanaan politik luar negeri

yang bertujuan untuk mengoptimalkan potensi kelautan guna memenuhi

34Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Buku Putih Kebijakan Kelautan, h. 43. 35Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Buku Putih Kebijakan Kelautan, h. 44.

Page 92: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

79

kepentingan nasional sesuai dengan ketentuan nasional dan hukum

internasional. Diplomasi maritim Indonesia adalah pelaksanaan politik luar

negeri yang tidak hanya terkait dengan berbagai aspek kelautan dan kelautan

pada tingkat bilateral, regional, dan global tetapi juga yang menggunakan

aset kelautan dan kelautan baik sipil maupun militer untuk memenuhi

kepentingan nasional Indonesia sesuai dengan ketentuan nasional dan

hukum internasional.36

Program-program utama dalam melaksanakan strategi kebijakan

diplomasi maritim adalah sebagai berikut:

1. peningkatan kepemimpinan di dalam berbagai kerja sama di bidang

kelautan pada tingkat bilateral, regional dan multilateral;

2. peningkatan peran aktif dalam upaya menciptakan dan menjaga

perdamaian dan keamanan dunia melalui bidang kelautan;

3. kepemimpinan atau peran aktif dalam penyusunan berbagai norma

internasional bidang kelautan;

4. percepatan penyelesaian penetapan batas maritim Indonesia dengan

negara tetangga;

5. percepatan submisi penetapan ekstensi landas kontinen sesuai dengan

hukum internasional; dan

6. peningkatan penempatan WNI di dalam berbagai organisasi

internasional bidang kelautan.37

36Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Buku Putih Kebijakan Kelautan, h. 45. 37Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Buku Putih Kebijakan Kelautan, h. 46.

Page 93: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

80

B. Kebijakan Luar Negeri Indonesia di Bidang Maritim

Mengutip ungkapan Mazzab Ratzel, bahwa faktor alam atau geografi akan

berpengaruh pada kebijakan negara atau The State Political Power. Ratzel

menganggap pengaruh letak geografi (bentuk, luas, sumber daya alam, sumber daya

manusia, dan letak) merupakan tumbuh dan berkembangnya suatu negara. Ratzel

juga meramalkan bahwa konstelasi politik dunia akan didominasi antara negara

maritim dan kontinental dalam menguasai dunia, bahkan ia menyebutkan bahwa

Samudra Pasifik adalah kehidupan masa depan negara.38

Berpijak pada argumen itu, Laode Muhamad Fatun menyatakan dalam

sebuah penelitiannya bahwa kebijakan luar negeri Indonesia di era Pemerintahan

Presiden Joko Widodo (Jokowi) memanfaatkan kondisinya sebagai negara

maritim.39

Disebutkan Fatun bahwa kebijakan Luar Negeri Jokowi diarahkan pada

(1) pembangunan identitas budaya maritim dengan mengedepankan praktek

diplomasi dan kerjasama antar negar, (2) meningkatkan peran global berbasis pada

diplomasi middle power, (3) memperluas eterlibatan kerjasama di kawasan Indo-

Pasifik, dan (4) mempertajam diplomasi public (G to G, G to B, G to C, P to P).40

Ia juga menilai kebijakan ini sebagai konsep yang masih bersifat million

zero friend enemy atau tidak meninggalkan secara mutlak konsep presiden

sebelumnya, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Dimana masih dijadikannya

38Sri Hayati an Ahmad Yani, Geografi Politik, (Bandung: PT Rafika Aditama, 2007), h. 1-

2. 39Laode Muhamad Fathun, “Kebijakan Geopolitik Poros Maritim di Era Jokowi”, Tesis

Jurusan Magister Hubungan Internasional Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2016, h. 2.

40Laode Muhamad Fathun, “Kebijakan Geopolitik Poros Maritim di Era Jokowi”, h. 2.

Page 94: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

81

kerjasama melalui peran diplomasi untuk memperluas jangkauan kerjasama

sehingga menginginkan peran Indonesia dan dunia Internasional.41

Selain itu, dinyatakannya kebijakan politik luar negeri Indonesia era Jokowi

terlihat jelas berorientasi pada geopolitik maritim. Di mana Konsep tersebut

menurutnya adopsi atas Teori Geopolitik Alfred Thayer Mahan sebagai pelopor

orientasi maritim yang membuktikan bahwa kekuatan laut merupakan instrumen

negara untuk menguasai dunia dalam paradigma geopolitik maritim. Terbukti

dengan pengelolaan laut yang baik oleh Amerika Serikat sebagai orientasi kekuatan

sumber ekonomi dan pertahanan negara dimasa itu.42

Keseriusan Jokowi untuk mengkapitalisasi potensi maritim nasional

didukung oleh terbentuknya Badan Keamanan Laut melalui Instruksi Presiden No.

178 Tahun 2014 serta terbentuknya Kementrian Koordinator Bidang Maritim dan

Sumberdaya RI sesuai Inpres Nomor 10 Tahun 2015. Terbentuknya dua intansi

tersebut yakni Kementrian Koordinator Bidang Maritim yang membawahi empat

kementrian yakni Kementrian ESDM, Kementrian Kelautan dan Perikanan,

Kementrian Pariwisata, Kementrian Perhubungan sebagai tugas pokoknya.

Sehingga, menjadi bertanda besar kepemimpinan Jokowi begitu fokus dengan isu

maritim. Jokowi ingin melihat kembali wilayah maritim sebagai sumber kekuatan

dan pendapatan nasional yang perlu diinternasionalisasi.43

Dalam konteks inilah Jokowi membawa Indonesia dalam paradigma global

exis maritime di mana menginternasionalisasi isu domestik menjadi marketing

41Laode Muhamad Fathun, “Kebijakan Geopolitik Poros Maritim di Era Jokowi”, h. 2. 42Laode Muhamad Fathun, “Kebijakan Geopolitik Poros Maritim di Era Jokowi”, h.2. 43Laode Muhamad Fathun, “Kebijakan Geopolitik Poros Maritim di Era Jokowi”, h.3.

Page 95: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

82

power dalam politik internasional. Hal ini terlihat dalam pidato kenegaraannya

dalam beberapa KTT seperti di Beijing dan KTT Asia Afrika di Jakarta. Dalam

lima pilar kebijakan geopolitik maritim terkait mengembangkan kembali budaya

maritim, membangun infrastruktur maritim, mengkapitalisasi sumberdaya maritim,

diplomasi maritim serta pertahanan maritim adalah sebagai bukti nyata Jokowi

membawa Indonesia pada arah politik spasial maritim.44

Arah kebijakan politik luar negeri Jokowi membawa Indonesia memasuki

abad “geopolitic”. Konsep ini didasarkan pada transformasi sifat negara yang

libensraum, di mana setiap negara berlomba memperebutkan kekuasan dominasi

baik negara kecil maupun negara besar dalam spasial dunia. Pendekatan ini

mengacu pada hubungan keseluruhan antara politik dan geografi, ekonomi, dan

secara khusus berkaitan dengan kebijakan politik luar negeri suatu negara.45

Keseriusan Jokowi didukung dengan pernyataan Mentri KKP RI bahwa

untuk kebutuhan APBN Indonesia dari sumberdaya kelautan dan perikanan saja

sudah cukup untuk dimaksimalkan. Bahkan, menurut Pakar Hukum Laut, Hasjim

Djalal mengemukakan bahwa Negara maritim tidak sama dengan negara

kepulauan. negara maritim adalah negara yang mampu memanfaatkan laut,

walaupun negara tersebut mungkin tidak memiliki banyak laut, tetapi mempunyai

kemampuan teknologi, ilmu pengetahuan, peralatan, dan lain-lain untuk mengelola

dan memanfaatkan laut tersebut, baik ruangnya maupun kekayaan alamnya dan

letaknya yang strategis. Oleh karena itu, banyak negara kepulauan atau negara

44akmur Suprianto, Tentang Ilmu Pertahanan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2014), h.

358. 45Makmur Suprianto, Tentang Ilmu Pertahanan, h. 358.

Page 96: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

83

pulau yang belum menjadi negara maritim karena belum mampu memanfaatkan

laut yang sudah berada di dalam kekuasaannya.46

Sebaliknya, banyak negara yang tidak mempunyai laut atau lautnya sangat

sedikit tetapi mampu memanfaatkan laut tersebut untuk kepentingannya, misalnya

Singapura. Negeri Belanda yang lautnya sangat kecil, bahkan mampu menjelajahi

Samudera Hindia dan menjajah Indonesia hingga ratusan tahun. Indonesia, menurut

Hasjim Djalal, adalah negara kepulauan yang kini sedang menuju kembali atau

bercita-cita menjadi negara maritim karena di masa lalu pernah menjadi negara

maritim seperti di zaman Sriwijaya dan Majapahit. Di masa itu, bangsa Indonesia

malah menjelajah jauh sampai ke Afrika Timur (Madagaskar) dan ke Pasifik

Selatan.47

Pada tataran kerajasama bilateral, pemerintah Indonesia dengan kebijakan

luar negerinya yang berkaitan dengan kemaritiman adalah kerjasama-kerjasama

yang disepakati selama kurun waktu 2010 -2014 yang salah satu di dalamnya adalah

penandatanganan perjanjian delimitasi batas maritim ZEE RI - Filipina. Disebutkan

juga dalam buku Rencana Strategis 2014-2019 Kementerian luar Negeri RI, bahwa

Indonesia pada kurun waktu 2004 2014 telah melaksanakan perundingan delimitasi

batas maritim serta demarkasi batas darat dengan negara-negara yang memiliki

perbatasan langsung dengan Indonesia. Terdapat sepuluh negara yang memiliki

perbatasan maritim dengan Indonesia yakni Australia, Filipina, India, Malaysia,

Palau, Papua Nugini, Singapura, Thailand, Timor Leste, dan Vietnam.48

46Laode Muhamad Fathun, “Kebijakan Geopolitik Poros Maritim di Era Jokowi”, h. 4. 47Laode Muhamad Fathun, “Kebijakan Geopolitik Poros Maritim di Era Jokowi”, h. 4. 48Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Rencana Strategis 2015 -2015, (Jakarta:

Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, 2015) h. 10-11.

Page 97: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

84

Selanjutnya adalah sejalan dengan aspirasi Indonesia sebagai negara

maritim, diplomasi ekonomi juga digalakkan pemerintah Indonesia. Hal itu

dinyatakan Indonesia dalam forum Indian Ocean Rim Association (IORA).

Indonesia meyakini bahwa kerja sama perekonomian dengan sejumlah negara

anggota IORA memiliki potensi yang besar dan telah mendapatkan perhatian dalam

Komunike Perth tahun 2013.49

Direncanakan juga Indonesia akan memaksimalkan kerja sama maritim

secara komprehensif melalui IORA ini mengingat potensi sumbangannya bagi

kepentingan nasional Indonesia.50 Kemudian, ihwal kebijakan luar negeri

Indonesia untuk menciptakan pemantapan peran Indonesia dilakukan melalui

mekanisme ASEAN. Upaya ini dinilai Kementerian Luar Negeri RI perlu dilakukan

untuk meredam rivalitas maritim antarnegara dan mendorong penyelesaian

sengketa teritorial di kawasan perdagangan bebas. Lebih jauh, Presiden RI dalam

KTT ASEAN ke-25 tersebut menegaskan perlunya penanganan secara sungguh-

sungguh sumber-sumber konflik di laut, seperti, pencurian ikan, pelanggaran

wilayah, penyelundupan, dan sengketa wilayah. Hal lain, mempertahankan

sentralitas ASEAN melalui penguatan kapasitas, kredibilitas dan persatuan ASEAN

merupakan kebijakan yang harus ditempuh oleh negara-negara anggota ASEAN

dan dapat dijadikan dasar dalam membawa ASEAN pasca 2015.51

Disebutkan juga, Indonesia dalam hal kepemimpinannya memastikan

terkonsolidasinya satu tatanan kawasan baru melalui bingkai East Asia Summit

49Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Rencana Strategis 2015 -2015, h.17-18. 50Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Rencana Strategis 2015 -2015, h.17-18. 51Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Rencana Strategis 2015 -2015, h.39.

Page 98: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

85

(EAS). Dalam KTT ke-9 EAS, Presiden menegaskan konsep Indonesia sebagai

Poros Maritim Dunia yang akan memfokuskan pada lima pilar utama, yaitu,

membangun kembali budaya maritim Indonesia, menjaga sumber daya laut dan

menciptakan kedaulatan pangan laut dengan menempatkan nelayan pada pilar

utama; memberikan prioritas pada pembangunan infrastruktur dan konektivitas

maritim dengan membangun tol laut, deep seaport, logistik, industri perkapalan,

dan pariwisata maritim; menerapkan diplomasi maritim melalui peningkatan kerja

sama maritim dan upaya menangani sumber konflik, seperti pencurian ikan,

pelanggaran kedaulatan, sengketa wilayah, perompakan, dan pencemaran dengan

penekanan bahwa laut harus menyatukan berbagai bangsa dan negara lain, bukan

memisahkan; dan membangun kekuatan maritim sebagai bentuk tanggungjawab

menjaga keselamatan pelayaran dan keamanan maritim.52

Berikut beberapa strategi dari setiap arah kebijakan luar negeri Indonesia

yang berkaitan dengan kemaritiman dari buku Rencana Strategi 2014-2019

Kementerian Luar Negeri RI :

a. Arah kebijakan ihwal penguatan diplomasi maritim dalam rangka menjaga

kedaulatan Indonesia :

1. Mempertahankan integritas wilayah NKRI

2. Memperkuat kerja sama sub-kawasan (BIMP-EAGA, IMT-GT, dsb) untuk

meningkatkan konektivitas Indonesia

3. Mendorong kerja sama pengamanan, pengelolaan, dan perlindungan

sumber daya alam hayati non hayati laut.

52Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Rencana Strategis 2015 -2015, h.39-40.

Page 99: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

86

4. Mendorong peningkatan kerja sama dalam bidang keamanan dan

keselamatan laut, serta search and rescue, penanganan bencana di laut, serta

perlindungan lingkungan laut.

5. Meningkatkan upaya-upaya diplomasi dalam mewujudkan kerangka kerja

sama maritim yang mendukung perwujudan konektivitas maritim dan

mengedepankan jati diri Indonesia sebagai negara maritim

6. Memperjuangkan kepentingan Indonesia sebagai poros maritim dunia

dalam forum-forum internasional, termasuk masa keketuaan Indonesia di

IORA.

7. Mempercepat penyelesaian permasalahan perbatasan Indonesia, termasuk

perbatasan darat dengan tiga negara dan perbatasan laut dengan 10 negara

tetangga dan pemberlakuan serta pendaftarannya ke PBB.

8. Memanfaatkan klaim Indonesia berdasarkan Konvensi PBB tentang Hukum

Laut 1982 atas hak-hak berdaulat di Landas Kontinen di luar 200 mil laut.

9. Mendorong kerja sama dan penanganan berbagai kasus pelanggaran

wilayah serta meningkatkan upaya pengamanan perbatasan.

10. Membantu pembangunan kekuatan pertahanan maritim melalui diplomasi

pertahanan dengan berbagai negara sahabat.53

b. Arah kebijakan Ihwal peningkatan diplomasi ekonomi Indonesia :

1. Mendorong perluasan potensi perdagangan, investasi, pariwisata, dan

pengembangan infrastruktur maritim serta pengelolaan kekayaan maritim.

2. Memanfaatkan forum kerja sama global dan APEC untuk mendorong

53Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Rencana Strategis 2015 -2015, h.48.

Page 100: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

87

perlindungan dan pemanfaatan kekayaan laut melalui pembahasan isu blue

economy serta mendorong implementasi prakarsa Indonesia di bawah forum

kerja sama global dan APEC Initative on Mainstreaming Ocean-related

Issues (MOI).54

54Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Rencana Strategis 2015 -2015, h.51.

Page 101: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

88

BAB IV

DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN POROS MARITIM DUNIA REPUBLIK

INDONESIA

A. Kerjasama Tiongkok dan Indonesia dalam Mendukung Kebijakan Poros Maritim Dunia

Tujuan masing-masing antara kebijakan Jalur Sutra Maritim abad ke-21

Tiongkok dan Poros Maritim Dunia RI, dapat dinilai bahwa Jalur Sutra Maritim

lebih bersifat internasional karena fokus utamanya untuk menumbuh-kembangkan

interaksi yang lebih dekat dengan negara-negara lain dengan harapan

menghasilkan lebih banyak aliansi dan kemitraan. Sementara, Poros Maritim

Dunia RI merupakan kebijakan luar negeri yang mengambil fokus pada

pembangunan domestik daripada hubungan luar negeri.1

Indonesia dengan kebijakan Poros Maritim Dunia yang dimilikinya,

dinilai memiliki kesamaan fokus dengan gagasan Jalur Sutera Maritim Abad 21

yang merupakan hulu dari gagasan OBOR Tiongkok.

Sanjeevan Pradhan menyatakan bahwa kata kunci ‘konektivitas’

merupakan kesamaan fokus dari kedua agenda tersebut. ‘Konektivitas’ merupakan

salah satu aspek utama yang menjadikan Tiongkok dan Indonesia bekerjasama,

dalam konteks mewujudkan kebijakan Jalur Sutra Maritim dan Poros Maritim

Ddunia. Jalur Sutra Maritim berupaya membangun konektivitas Tiongkok ke

Eropa melalui Asia Tenggara dan Afrika. Sedangkan Indonesia dengan PMD

1Sanjeevan Pradhan, China's Maritime Silk Route and Indonesia's Global Maritime

Fulcrum: Complements and Contradictions, (Delhi:2016, Institute of Chinese Studies), h.6.

Page 102: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

89

berusaha untuk membangun konektivitas antarpulau di negaranya.2

Presiden Joko Widodo memiliki tujuan untuk membangun 24 pelabuhan

laut dangkal dan dalam yang akan menghubungkan 17.000 pulau di Indonesia.

Hal ini tentunya membutuhkan banyak investasi, dan rencana JSM Abad ke-21

akan menjadi potensi investasi itu. Indonesia dinilai memerlukan dana sebesar

USD 6 miliar untuk mewujudkannya, dimana pembangunan konektivitas itu

berupa perluasan lima pelabuhan utama di Sumatera Utara, Jakarta, Jawa Timur,

Sulawesi Selatan, dan Papua.3

Jika mengacu pada teori Rational Choice atau Pilihan Rasional dari suatu

aktor dalam sistem internasional bahwa pada dasarnya Tiongkok dalam

menentukan kebijakannya tidak lepas dari rasionalitasnya. Keputusan rasionalitas

tersebut sebagai pertimbangan untung-rugi Tiongkok dalam menerapkan

kebijakannnya, yakni memberikan dukungan kepada Indonesia tentang Poros

Maritim. Stephen M. Waltz menyebutkan bahwa pemilihan dalam Rational

Choice dilakukan untuk memaksimalkan kepentingan negara itu sendiri.

Maksudnya adalah dukungan Tiongkok terhadap kebijakan Poros

Maritim Indonesia dipengaruhi kuat oleh pilihan rasional untuk memaksimalkan

Tiongkok itu sendiri. Adapun beberapa kepentingan Tiongkok dalam

dukungannya sudah dinyatakan oleh banyak dari akademisi Tiongkok. Mereka

berpendapat bahwa Tiongkok sudah seharusnya membangun diplomasi periferal

untuk kepentingan nasionalnya.

2 Sanjeevan Pradhan, China's Maritime Silk Route and Indonesia's Global Maritime

Fulcrum: Complements and Contradictions h.7. 3 Sanjeevan Pradhan, China's Maritime Silk Route and Indonesia's Global Maritime

Fulcrum: Complements and Contradictions h.7.

Page 103: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

90

Salah satunya berangkat dari Yan Xue Tong yang menyatakan bahwa

ada tiga alasan kenapa Tiongkok perlu membangun kebijakan hubungan luar

negerinya. Pertama, untuk menjadikan Tiongkok memiliki kekuatan global perlu

baginya meningkatkan kekuatan regionalnya. Kedua, dengan membangun

hubungan luar negeri yang baik, Tiongkok akan mengumpulkan banyak dukungan

yang diperlukan untuk mengimbangi tekanan AS yang dinilai akan terus

membayangi kemajuan Tiongkok. Terakhir, dengan membangun hubungan luar

negeri yang baik, Tiongkok dengan investasi besar-besarannya dalam

menginisiasi kebijakan One Belt One Road (OBOR) untuk memperluas dan

menyokong aktivitas perdagangannya dapat menyatakan kepada negara-negara

lain tentang pentingnya bermitra dengan Tiongkok.4

Stephe M. Waltz juga menjelaskan bahwa rational choice sebagai

pertimbangan panjang dari berbagai alternatif pilihan sehingga menghasilkan

kesimpulan logis. Kesimpulan logis tersebut diimplementasikan melalui berbagai

kebijakan yang mendukung poros maritim Indonesia. Adapun terbentuknya

kesimpulan logis berdasarkan ketiga alasan yang mengharuskan Tiongkok

membangun kerjasama dengan negara lain, yakni menjadikan Tiongkok sebagai

kekuatan global, mengimbangi kekuatan Amerika, dan implementasi kebijakan

one belt one road.

Implementasi rational choice tersebut sesuai dengan pendapat Liu Cigui,

Tiongkok menetapkan empat langkah dalam mewujudkan Jalan Sutra Maritim

Abad ke-21. Pertama, Tiongkok mensponsori pembangunan konektivitas laut

4 Sanjeevan Pradhan, China's Maritime Silk Route and Indonesia's Global Maritime

Fulcrum: Complements and Contradictions h. 5-6.

Page 104: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

91

yang lebih baik, sesuai dengan kepentingan nasional Tiongkok. Kedua, Tiongkok

melakukan investasi pada ekonomi dan industri kelautan di sejumlah negara Indo-

Pasifik. Ketiga, Tiongkok berupaya membangun kerja sama dalam bidang

keamanan maritim, terutama dalam menghadapi ancaman non-tradisional.

Keempat, Tiongkok berupaya memperluas kerja sama di bidang budaya bahari,

selain untuk meningkatkan kesadaran akan arti penting laut, juga untuk

meningkatkan citra Tiongkok di masyarakat Indo-Pasifik.5

Jika JSM memiliki empat langkah implementasi, visi PMD Indonesia,

memiliki lima pilar utama, yaitu: budaya bahari, ekonomi kelautan, konektivitas

maritim, diplomasi maritim, dan keamanan maritim. Keempat pilar PMD sama

dengan keempat langkah implementasi JSM. Hanya pilar diplomasi maritim yang

tidak ada pada PMD. Hal ini menunjukkan bahwa bagi Indonesia, PMD

berwawasan ke dalam dan keluar (dengan adanya diplomasi). Sedangkan JSM

sepenuhkan berwawasan keluar (karena JSM pada hakikatnya adalah wujud

diplomasi Tiongkok untuk terlepas dari containment AS dan mitra dekatnya).6

Kemudian, dalam hal pernyataan Pemerintah Tiongkok dan Indonesia

dalam upaya saling mendukung program JSM dan PMD, Presiden Jokowi selama

kunjungannya menghadiri Asian Pasific Economic Cooperation Forum (APEC)

pada 2014, menyatakan telah melakukan kerjasama dengan Tiongkok di bidang

pembangunan infrastruktur maritim. Jokowi juga memperluas dukungannya

dalam pembentukan Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) dengan harapan

5Ian Montratama , Rekonstruksi Politik Luar Negeri Indonesia di Tengah Dinamika

Lingkungan Strategis Indo-Pasifik Abad Ke-21, Journal of International Studies Intermestic, 1 November 2016 volume 1 No. 1. h.41.

6Ian Montratama , Rekonstruksi Politik Luar Negeri Indonesia, h.42.

Page 105: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

92

Indonesia menjadi negara yang tergabung padanya di tahap awal. Selanjutnya,

setelah Jokowi melakukan kunjungan kenegaraan ke Tiongkok pada Maret 2015

dimana sebelum kunjungan itu dihelat, dia menyatakan bahwa dirinya sangat

tertarik untuk bekerjasama dengan Tiongkok di bidang infrastruktur dan

perkembangan manufaktur.

Dalam hal ini, Penasihat Kebijakan Luar Negeri Indonesia, Rizal Sukma

menyatakan bahwa Indonesia secara senang hati akan bekerja sama dengan

Tiongkok dalam mewujudkan JSM. Setelah kunjungan itu, perwakilan kedua

negara mengumumkan pernyataan resmi atas dukungan dan akan saling

melengkapi satu sama lain dalam mewujudkan JSM dan PMD. Kedua pihak

sepakat untuk memperkuat komunikasi ihwal strategi dan kebijakan negara

masing-masing, memajukan konektivitas infrastruktur maritim, memperdalam

kerja sama dalam investasi di bidang industri dan proyek-proyek besar,

meningkatkan kerja sama dalam ekonomi maritim, budaya dan pariwisata maritim

untuk mengembangkan kemitraan maritim bersama-sama.7

Di tahun yang sama, Duta Besar RRT untuk Indonesia, Xie Feng dalam

sebuah pidatonya menyampaikan tentang manfaat kerja sama Tiongkok dan

Indonesia dalam mewujudkan JSM dan PMD. Dia menyatakan, bagi Tiongkok,

Indonesia adalah mitra penting dalam mewujudkan JSM. Sebab, Indonesia

memiliki keunggulan sumber daya, pasar, tenaga kerja dan geografisnya. Xie

mengilustrasikan bahwa Indonesia akan mendapatkan manfaat lebih dengan

mengambil keuntungan dari pembangunan infrastruktur dan pengalaman

7 Ian Montratama , Rekonstruksi Politik Luar Negeri Indonesia h. 7-8.

Page 106: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

93

teknologi yang telah diperoleh Tiongkok selama 30 tahun terakhir. Bersamaan

dengan itu, kata Xie, Indonesia juga bisa mendapatkan bantuan keuangan dari

Tiongkok melalui AIIB dan dana pembangunan JSM. Dia juga menyatakan

dengan memanfaatkan struktur ekonomi Tiongkok dal hal penyesuaian dan upaya

untuk mengambil kapasitas produksi global, Indonesia bisa meningkatkan

pembangunan infrastrukturnya dan menciptakan banyak lapangan pekerjaan.8

Berdasarkan penjelasan di atas bahwa keputusan Tiongkok untuk

mendukung program poros maritim Indonesia sebagai bentuk pilihan rasional

Tiongkok. Terbentuknya pilihan rasional tersebut sesuai dengan kepentingan

nasional Tiongkok untuk mendominasi dunia, menciptakan keamanan di daerah

kelautan Tiongkok, menjalankan inisiasi one belt one road, dan sebagai

penyeimbang kekuatan Amerika. Implementasi dari pilihan rasional tersebut

adalah melalui kerjasama bidang maritim dengan Indonesia sebagai negara yang

memiliki nilai strategis bagi Tiongkok.

B. Faktor Penyebab Dukungan Tiongkok Terhadap Inisiasi Kebijakan Poros

Maritim Dunia Republik Indonesia

Pada dasarnya sistem internasional mengalami dinamika yang begitu cepat

dan tidak bisa dikendalikan oleh aktor itu sendiri. Begitupun dengan Tiongkok

yang mengalami dinamika dalam penerapan kemaritimannya. Sebelumnya fokus

maritim Tiongkok adalah perbaikan pada internal negara itu sendiri. Pasca Perang

Dingin merupakan titik balik Tiongkok yang ditopang dengan perbaikan

8 Ian Montratama , Rekonstruksi Politik Luar Negeri Indonesia h. 9.

Page 107: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

94

ekonominya membuat negara ini mulai memperhatikan kondisi maritimnya.

Tujuannya adalah untuk memaksimalkan potensi kelautan serta menjaga

kedaulatan laut dari negara lain.

Mulai dari konflik perbatasan, perebutan kepulauan dengan negara Asia,

hingga ambisi Tiongkok untuk menjadi pesaing Amerika yang mengharuskannya

untuk membangun kekuatan maritim. Indonesia sebagai negara terbesar di Asia

Tenggara merupakan fokus Tiongkok sebagai salah satu cara untuk memperkuat

kemaritimannya melalui kerjasamanya. Di mana Indonesia-Tiongkok sebagai dua

negara yang sedang berfokus pada peningkatakan kapasitas maritimnya.

Keputusan Tiongkok untuk memberikan dukungan kepada poros maritim

Indonesia dipengaruhi faktor internal dan eksternal dari negara tersebut.

B.1 Faktor Kepentingan Nasional Tiongkok sebagai Kebijakan Luar Negeri

dalam Mendukung Poros Maritim Dunia RI.

Pembentukan kebijakan luar negeri sebagai implementasi dari

kepentingan nasional pastinya bersifat tidak menentu dan dinamis. Salah satu

faktor yang mempengaruhinya adalah faktor internal atau pengaruh yang

berasal dari dalam negeri itu sendiri terhadap pembentukan kebijakan luar

negeri. K. J Holsti mendefinisikan kebijakan luar negeri adalah tindakan yang

dibuat untuk menghadapi negara lain atau merespon kondisi sistem

internasional.

Vedi R. Hadiz secara tidak langsung menyebutkan faktor internal yang

bersumber dari kepentingan nasional terhadap keputusan Tiongkok

Page 108: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

95

mendukung kebijakan poros maritim Indonesia. Menurutnya kepentingan

nasional merupakan bentuk kontestasi dinamis yang didalamnya terdapat

kelompok dominan, tenokratik, dan struktur pemerintahan. Mengacu pada

pernyataan ini Partai Komunis Tiongkok sebagai partai satu-satunya dan

dominan tentunya berperan besar terhadap keputusan Tiongkok. Ditambah

struktur pemerintahan yang tidak bersifat demokratis membuat pemerintahan

sangat mudah dalam mengambil keputusan untuk mendukung poros maritim

Indonesia. Faktor internal ini bisa juga disebut sebagai governmental sources

(sumber pemerintahan) yang memberikan berbagai alternatif pertimbangan

terkait kebijakan apa yang akan diambil.

Faktor internal lainnya yang disebutkan oleh K. J Holisti adalah

societal sources atau sumber sosial. Beberapa unsur di dalamnya terdiri dari

partai politik, opini masyarakat, dan keadaan domestik. Keadaan domestik

Tiongkok sebagai faktor internal yang melahirkan opini publik dapat

mempengaruhi pengambilan keputusan Tiongkok.

Kebijakan One Belt One Road merupakan strategi Tiongkok untuk

mengundang investasi asing dari negara-negara di dunia.9 Selain itu kebijakan

tersebut juga membangun infrastruktur baik di darat dan lautan (maritim)

yang mengintegrasikan negara-negara di dunia. Kemudian salah satu faktor

pendorong dikeluarkannya kebijakan JSM adalah situasi ekonomi yang dapat

9Muhammad Tri Andika dan Allya Nur Aisyah, “Analisis Politik Luar Negeri Indonesia-

China di Era Presiden Joko Widodo: Benturan Kepentingan Ekonomi dan Kedaulatan?”. Indonesian Perspective, Vol. 2, No. 2, Universitas Bakrie, Juli-Desember 2017. Artikel tersedia di https://www.researchgate.net/publication/324437671_Analisis_Politik_Luar_Negeri_Indonesia-China_di_Era_Presiden_Joko_Widodo_Benturan_Kepentingan_Ekonomi_dan_Kedaulatan; Internet; di Akses pada Juli 2018. h. 163

Page 109: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

96

membahayakan Tiongkok. Krisis ekonomi global dan permasalahan sosial

domestik telah mengakibatkan model ekonomi yang bergantung pada ekspor

dan Foreign Direct Investment (FDI) menjadi kurang efektif.

Untuk mengatasi hal ini, Tiongkok harus menemukan pasar ekspor baru

atau menjaga pasar yang ada, serta mempersempit kesenjangan pembangunan

antara wilayah pesisir yang kaya dengan wilayah daratan yang miskin serta

menjaga stabilitas baik di dalam maupun di luar negeri. Hal ini merupakan

dasar utama yang mendorong para pemimpin Tiongkok mempromosikan

gagasan JSM. Faktor domestik atau internal lainnya yang mendorong

kebijakan JSM Tiongkok adalah keamanan energi. Selain faktor keamanan

energi, keinginan Tiongkok untuk menjamin pasar ekspor dan diversifikasi

jaringan transportasinya juga menjadi alasan lahirnya kebijakan JSM.

Maka dapat dinyatakan terdapat beberapa faktor internal yang

mempengaurhi keputusan Tiongkok mendukun kebijakan poros maritim

Indonesia. Pertama, faktor struktur pemerintahan atau gevernment resources

yang membuat pemerintahan mengambil keputusan tersbut sebagai hasil dari

pertimbangan yang ada terhadap kondisi sistem internasional. Struktur

pemerintahan tersebut dipengaruhi oleh idiosinkratik pemerintah dalam

ideologinya, dalam hal ini Xi Jinping dan Partai Komunis Cina dimana

keduanya saling terkait10. Kedua, faktor societal sourcesı atau sumber sosial

yang menjelaskan kondisi domestik Tiongkok yang kekurangan energi,

investasi, dan kebutuhan ekonomi lainnya.

10Ika Nur Amalia D “Peran Xi Jinping dalam Penerapan Kebijakan Modernisasi

Kapabilitas Militer”. 2017. H. 132

Page 110: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

97

B.2 Faktor Ancaman Keamanan Maritim

K. J Holsti menyebutkan salah satu terbentuknya kebijakan luar negeri

adalah external sources. Ini menjelaskan bagaimana kondisi eksternal dalam

sistem internasional, seperti persaingan, konflik, dan peperangan akan

mempengaruhi pembentukan kebijakan luar negeri. Dalam konteks Tiongkok

yang mendukung kebijakan poros maritim Indonesia sebagai bentuk

responnya terhadap sistem internasional, khususnya eksistensi Amerika dan

penguatan ekonomi global.

Sedangkan kepentingan nasional yang disebutkan oleh Hans J.

Morghentau bahwa kepentingan nasional sebagai tindakan negara dalam

memberikan jaminan kepada kedaulatannya dari negara asing. Sehingga

mengharuskan menjadi konstelasi politik internasional agar tetap seimbang.

Pernyataan Morghentau semakin menegaskan bahwa terbentuknya

kepentingan Tiongkok berkaitan dengan jaminan kedaulatan wilayahnya.

Terbukti sengketa pulau dengan beberapa negara, seperti Jepang, Korea

Selatan, dan beberapa negara ASEAN. Faktor kedaulatan yang membuat

Tiongkok harus memperluas jangkauan maritimnya dengan mendukung

kebijakan poros maritim Indonesia.

Adam P. McDonald menyebutkan peningkatan kekuatan maritim

melalui dukungannya kepada poros maritim Indonesia sebagai bentuk cara

untuk menantang kekuatan laut Amerika. Tujuannya adalah menghilangkan

Page 111: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

98

pengaruh Amerika di perairan Asia-Pasifik. Selain itu juga untuk

menyeimbangi kekuatan maritim Jepang, Vietnam, Taiwan, dan Filipina.

Ancaman non tradisional sebagai faktor eksternal juga memberikan

pengaruh pada keputusan Tiongkok, khususnya pembajakan kapal laut.

Mengingat aktivitas ekonomi Tiongkok melalui jalur laut mengharuskan

kapal yang masuk-keluar mendapatkan keamanan dari serangan pembajak.

Mendukung poros maritim Indonesia secara langsung akan menciptakan

keamanan jalur laut yang nantinya akan memperlancar aktivitas ekonomi.

Ancaman dari sistem internasional, khususnya sengketa kepulauan dan

persaingan dengan Amerika melalui pergeseran pengaruh di Asia-Pasifik

menjadi faktor eksternal yang membuat Tiongkok mendukung kebijakan

poros maritim Indonesia. Kemudian, banyaknya kasus keamanan maritim

seperti pembajak kapal laut juga dapat dikatakan mempengaruhi keputusan

Tiongkok. Nantinya Tiongkok melalui dukungannya terhadap Indonesia akan

menjamin keamanan, ekonomi, dan industri.

Page 112: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

99

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Tiongkok merupakan salah satu negara dengan daratan dan lautan yang luas

ditambah dengan padatnya penduduk membuat negara ini selalu mengalami

perkembangan, khususnya dibidang kemaritiman. Kebijakan Poros Maritim

merupakan salah satu fokus pemerintahan Tiongkok dalam menghadapi kondisi

global. Didalamnya terdapat aspek ekonomi, politik, dan kebudayaan yang

berkaitan dengan kebijakan Poros Maritim. Dengan kata lain, pembangunan

kekuatan maritim sangatlah penting bagi eksistensi Tiongkok.

Terjadinya pergeseran fokus, yang sebelumnya mengabaikan kemaritiman,

saat ini justru Tiongkok memberikan perhatian khusus pada kemaritiman yang

mengindikasikan bahwa ini sesuatu yang penting.

Dalam mencapai tujuan tersebut, Tiongkok memberikan dukungan

kebijakan Poros Maritim Indonesia sebagai salah satu strategi meuwudkan

kebijakan Jalur Sutra Baru Abad ke-21 Tiongkok. Ini juga sebagai bentuk

implementasi dari diplomasi maritim negara Tiongkok sebagai negara maritim.

Keputusan Tiongkok untuk mendukung kebijakan Poros Maritim Dunia

Republik Indonesia merupakan bentuk implementasi konsep Rational Actor

Model. Dasar dari pembentukan rational choice atau pilihan rasional tersebut

adalah kepentingan nasional Tiongkok. Kepentingan tersebut berupa respon

terhadap dinamika sistem internasional yang meliputi tiga bentuk, yakin pertama,

Page 113: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

100

Tiongkok ingin meningkatkan kekuatan regional dalam rangka menguasai dunia.

Kedua, tiongkok mencari dukungan dari negara-negara lain untuk bersaing

dengan Amerika Serikat. Ketiga, pembangunan ekonomi dalam negeri melalui

program OBOR.

Kemudian, secara spesifik alasan dukungan Tiongkok terhadap maritim

Indonesia dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor internal dan eksternal. Faktor

internal terdiri dari sumber pemerintah atau governmental resources dan sumber

sosial atau societal sources. Kedua sumber tersebut memengaruhi keputusan

Tiongkok dalam mendukung inisiasi kebijakan Poros Maritim Dunia RI. Faktor

sumber pemerintah menjelaskan Partai Komunis Cina (PKC) sebagai partai

pendukung pemerintah Tiongkok. Sedangkan faktor sumber sosial berasal dari

kondisi domestik dengan ditandai penurunan perekonomian Tiongkok.

Selanjutnya, faktor eksternal atau external resources ditandai dengan sistem

internasional, khususnya kontestasi, keamanan, dan ancaman kontemporer.

Kontestasi yang dimaksud adalah rivalitas dengan Amerika Serikat dalam

pengaruh mereka di kawasan Asia-Pasifik. Selain itu, juga dengan beberapa

negara ASEAN, Jepang, dan Korea Selatan dalam sengketa kepemilikan

kepulauan di Laut Tiongkok Selatan.

Penciptaan keamanan pada jalur laut dari ancaman pembajakan kapal-kapal

pengangkut barang sebagai sarana aktivitas ekonomi yang penting bagi Tiongkok.

Kedua faktor diatas membuat Tiongkok harus mendukung kebijakan Poros

Maritim Dunia yang diinisiasi oleh negara Indonesia.

Page 114: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

101

B. Saran

Setelah menyusun penelitian ini penulis berharap agar:

1. Terdapat kajian lebih mendalam lagi mengenai kebijakan-kebijakan

Tiongkok terhadap Indonesia terkait kemaritiman, khususnya dalam

kajian Hubungan Internasional.

2. Meningkatnya upaya-upaya pemeliharaan terhadap setiap sisi

kedaulatan Indonesia, khususnya pada sektor maritim. Juga

peningkatan kerjasama-kerjasama Indonesia dengan negara lain

dalam rangka mewujudkan Poros Maritim Dunia RI.

3. Terlepas dari anggapan terdapat kepentingan Tiongkok dalam

dukungannya terhadap inisiasi kebijakan Poros Maritim Dunia RI,

perlu sikap optimis terbuka dalam menyambut dukungan negara

yang ingin mendukung kebijakan negara Indonesia, khususnya

Tiongkok agar terciptanya pembangunan Indonesia yang maju dan

berkelanjutan.

4. Penulis sadari penelitian ini masih jauh dari sempurna dalam

mengupas setiap isu yang terjadi dalam isu-isu kemaritiman antara

Tiongkok dan Indonesia, untuk itu penelitian ini diharap menjadi

salah satu referensi tambahan dalam penelitian selanjutnya.

Page 115: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

102

DAFTAR PUSTAKA Buku Anak Agung Banyu Perwita, dan Yanyan Mochammad Yani, Pengantar Ilmu

Hubungan Internasional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2006. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Praktek Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2002. Chin, Helen dkk, The Silk Road Economic Belt and the 21st Century Maritime Silk

Road. 2015: Hongkong, The Fung Business Intelligence Centre. Eugene R Wittkoff, Charles W Jr Kegley, dan James M Scott, American Foreign

policy, Sixth Edition. United States Thomson Wadsworth, 2003. I. Wibowo dan Syamsul Hadi. Merangkul Cina: Hubungan Indonesia-Cina Pasca

Soeharto. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum. 2009. J. Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2000. Jensen, Loyd. Explaining Foreign Policy. New Jersey: Englewood Cliffs. 1982. K.J Holsti, International Politics A Framework for Analisys 6th ed. New Jersey : A

Simon & Schuster Company, 1992. Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Buku Putih Kebijakan Kelautan

Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia. Jakarta : Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, 2017.

Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Rencana Strategis 2015 -2015. Jakarta: Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. 2015.

L. Slantchev, Branislav. Introduction to International Relations Lecture 3: The Rational Actor Model. Department of Political Science, University of California – San Diego. 2005.

Muhadjir, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin, 2000.

Pradhan, Sanjeevan. China's Maritime Silk Route and Indonesia's Global Maritime Fulcrum: Complements and Contradictions. , Delhi. Institute of Chinese Studies. 2016.

S Falkowski, Lawrence. Psychological Models in International Politics, (Colorado: Westview Press: 1974)

Sri Hayati dan Ahmad Yani, Geografi Politik. Bandung: PT Rafika Aditama, 2007. Suprianto, Makmur Tentang Ilmu Pertahanan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

2014. Suprianto, Makmur. Tentang Ilmu Pertahanan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

2014.

Page 116: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

103

Jurnal dan Majalah Annisa Ramadhani, Masyithoh An Indonesian Perspective toward Maritime

Vision: Is Pursuing National Interest while Maintaining Neutrality in the South China Sea Possible?. European Scientific Journal. November 2015.

Evi Grace Simatupang, Goldy. Kepentingan Indonesia dalam Kerjasama Maritim Indonesia-China. Jurnal Quarterdeck Forum Kajian Pertahanan dan Maritim. Vol. 6, No. 8, 2013.

Kartini, Indriana. Kebijakan Jalur Sutra Baru Cina dan Implikasinya bagi Amerika Serikat. Jurnal Kajian Wilayah, Vol. 6 No. 2, 2015.

Kosandi, Meidi. Tiongkok's Maritime Silk Road And Indonesia's Maritime Nexus Poicies: Towards Policy Convergence?”, Proseding pada International Conference on Social Politics Januari 2016.

Matondang, Erlinda. Pemetaan Kepentingan Keamanan Maritim Negara-Negara Asia Timur dan Posisi Strategis Indonesia. Jurnal Pertahanan & Bela Negara. Vol. 7, No. 1. April 2007.

Montratama, Ian. Rekonstruksi Politik Luar Negeri Indonesia di Tengah Dinamika Lingkungan Strategis Indo-Pasifik Abad Ke-21, Journal of International Studies Intermestic, 1 November 2016 volume 1 No. 1.

Muhammad Harry, Riana Nugraha, dan Arfin Sudirman, “Maritime Diplomacy Sebagai Strategi Pembangunan Keamanan Maritim Indonesia”, Jurnal Wacana Politik Vol. 1, No. 2, Oktober 2016.

Rafika Sari, Prospek Jalan Sutra Modern Bagi Perekonomian Indonesia. Majalah Info Vol. IX, No. 10, Mei 2017.

Rizky Mardhatillah Umar, Ahmad. Book Riview : The National Interest in International Relations Theory. Indonesian Journal of International Studies (IJIS) Vol.1, No.2. Jakarta: Desember 2014.

Shanti Darmastuti dan Emmy Farida Subekti, Tantangan Diplomasi Maritim Indonesia menuju Poros Maritim Dunia. Jurnal PN Veteran Jakarta 2015.

Yoon, Sukjoon . Implication of Xi Jinping’s ‘True Maritime Power: It’s Context, Significance, and Impact on the Region. Jurnal Naval War College Review, Vol. 68, No. 3, Summer 2015.

Skripsi dan Tesis D. Violita, Michella. Dampak Peningkatan Ekonomi Indonesia Melalui Deklarasi

Kemitraan Strategis dengan Cina tahun 2005-2011. Skripsi Hubungan Internasional UIN Jakarta. 2003

Page 117: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

104

Ika Nur Amalia D. Peran Xi Jinping dalam Penerapan Kebijakan Modernisasi Kapabilitas Militer. Skripsi Hubungan Internasional Universitas Lampung, 2017.

Sulthon, Muhammad. Kepentingan Yunani Menerima Dana Talangan Uni Eropa pada Tahun 2015. Skripsi Hubungan Internasional UIN Jakarta, 2016.

Internet

Anugerah Nontji. Laksamana Cheng Ho dari Tiongkok: Pelayaran Muhibah Dan Syiar Islam Di Nusantara. LIPI 2017. http://oseanografi.lipi.go.id/datakolom/21%20Cheng%20Ho.pdf. Diakses pada Juli 2018

Ayu Putu Eva Wishanti, Dewa. Kebangkitan Tiongkok dalam Kerjasama Ekonomi Internasional di Kawasan Asia Timur : http://transformasiglobal.ub.ac.id/index.php/trans/article/download/4/26. Diakses pada 20 Janauri 2018

Cheng, Dean. Sea Power and the Chinese State: China’s Maritime Ambitions : https://www.heritage.org/asia/report/sea-power-and-the-chinese-state-chinas-maritime-ambitions. Diakses pada tanggal 10 Juli 2017.

Christopher Yung dan Wang Dong, U.S.-China Relation in the Maritime Security Domain : http://www.nbr.org/publications/element.aspx?id=889. Diakses pada tanggal 10 Juli 2017.

Division For Ocean Affairs and The Law of The Sea United Nation, “United Nations Convention on the Law of the Sea” diakses pada 20 Januari 2018 dari http://www.un.org/Depts/los/convention_agreements/convention_overview_ convention.htm.

F. Sumatkul, Willy. Strategi Maritim China di Laut China Selatan; Suatu Dilema. Artikel tersedia di www.fkpmaritim.org/strategi-maritim-china-di-laut-china-selatan-suatu-dilema/ yang diakses pada 10 Juli 2017.

Ikhtisar Perusahaan Tiongkok national Offshore Oil Corporation (CNOOC): dikases pada November 2017 dari http://www.cnooc.com.cn/col/col6141/index.html

Ikhtisar Perusahaan Tiongkok national Offshore Oil Corporation (CNOOC) dikases pada November 2017 dari http://www.cnooc.com.cn/col/col6141/index.html

Inov Haripa, Tri. Mega Proyek Tiongkok : Jalur Sutra Abad 21 dan Konektivitas ASEAN. artikel diakses pada 21 Mei 2017 dari http://pssat.ugm.ac.id/id/2017/10/25/mega-proyek-tiongkok-jalur-sutra-abad-21-dan-konektivitas-asean/

Page 118: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

105

Jun'ichi, Takeda. Tiongkok's Rise as a Maritime Power: Ocean Policy from Mao Zedong to Xi Jinping: https://www.spf.org/islandstudies/research/a00011/ artikel diakses pada Juli 207.

Kementerian Luar Negeri RI, “ The Final Draft Future Direction of Indonesia-China Comprehensive Strategic Partnership.”, artikel tersedia di https://www.kemlu.go.id/Documents/RIRRT/Joint%20Statement%20Comprehensive%20Strategic%20Partenship.pdf; Internet; diunduh pada 10 Juli 2017.

MacDonald, Adam P. Tiongkok’s Maritime Strategy: A Prolonged Period of Formulation : http://www.navalreview.ca/wpcontent/uploads/public/vol8num4/ vol8num4art3.pdf diakses pada 17 April 2017.

Ministry of Foreign Affairs of the People’s Republic of China, Kunjungan Xi Jinping, ‘ Ekspresi Strategi Kebijakan Luar Negeri’: http://id.china-embassy.org/indo/xwdt/t1198937.html. Diakses pada 10 Juli 2017.

Muhammad Tri Andika dan Allya Nur Aisyah, “Analisis Politik Luar Negeri Indonesia-China di Era Presiden Joko Widodo: Benturan Kepentingan Ekonomi dan Kedaulatan?”. Indonesian Perspective, Vol. 2, No. 2, Universitas Bakrie, Juli-Desember 2017. https://www.researchgate.net/publication/324437671 _Analisis_Politik_Luar_Negeri_IndonesiaChina_di_Era_Presiden_Joko_Widodo_Benturan_Kepentingan_Ekonomi_dan_Kedaulatan. di Akses pada Juli 2018.

Profil Perusahaan Tiongkok Shipping Container Lines (CSCL) diakses pada 10 Desember 2017 dari http://en.cscl.com.cn/col/col5345/index.html

Sekretariat Kabinet Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2014 tentang Pencabutan Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera Nomor SE-06/PRES.KAB/6/1967: http://www.setkab.go.id/publication/se-06/preskab/6 tanggal 28 Juni 1967.

Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, “Menuju Indonesia sebagai Negara Poros Maritim”, diakses pada Januari 2018 dari http://setkab.go.id/menuju-indonesia-sebagai-negara-poros-maritim

Siaran Pers Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, “Presiden Jokowi Deklarasikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia”, diakses pada Januari 2018 dari https://www.kemlu.go.id/id/berita/siaran-pers/Pages/Presiden-Jokowi-Deklarasikan-Indonesia-Sebagai-Poros-Maritim-Dunia.aspx

The State Council The People's Republic Of Tiongkok, “State Oceanic Administration”, diakses pada 20 Januari 2018 dari http://english.gov.cn/state_council/2014 /10/06/content_281474992889983.htm.

Tindaon, Ferisman. Poros Maritim dan Revolusi Biru. diakses pada Januari 2018 dari https://www.researchgate.net/profile/Ferisman_Tindaon6 /publication/280385936_Poros_Maritim_dan_Revolusi_Biru/links/55b3de6a08aed621de0110 f5/Poros-Maritim-dan-Revolusi-Biru.pdf

Page 119: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Lampiran 1

Tabel Perundang-Undangan Tiongkok di Bidang Kemaritiman

KATEGORI NAMA TAHUN DIBUAT

LEMBAGA PEMBUAT DAN PENGESAHNYA

Hukum Dasar,

Kebijakan

Eksternal

Declaration on

Tiongkok's

Territorial Sea

1958 Pemerintah Tiongkok

Law on the

Territorial Sea and

the Contiguous

Zone

1992

Standing Commite

Kongres Rakyat

Nasional Tiongkok

atau National People

Congress (NPC)

UN Convention on

the Law of the Sea

(UNCLOS)

1996

(Teratifikasi)

Standing Commitee

NPC

Deklarasi Wilayah

Teritorial Kelautan 1998

Dewan Kenegaraan

Republik Rakyat

Tiongkok (RRT)

Penegasan Zona

Ekonomi Ekslusif 1998

Standing Commitee

NPC

Page 120: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

dan Hak

Kontinental

Kelautan

Deklarasi Wilayah

Teritorial Kelautan

di Perairan Diaoyu

dan Pulau –pulau

di Sekitarnya

2012

Dewan Kenegaraan

Republik Rakyat

Tiongkok (RRT)

Administrasi

Wilayah Laut

Peraturan

Administratif di

Wilayah Laut

Tiongkok

2001 Standing Commitee

NPC

Hukum

Perlindungan atas

Wilayah

Kepulauan

2009 Standing Commitee

NPC

Pengembangan

dan Perlidungan

Sumber Daya

Kelautan

Peraturan tentang

Kerjasama

Eksplorasi Sumber

Daya Minyak

Lepas Pantai

dengan Perusahaan

Asing

1982

Dewan Kenegaraan

Republik Rakyat

Tiongkok (RRT)

Page 121: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Peraturan

Perlindungan dan

Peningkatan

Sumberdaya

Perikanan

1979

Dewan Kenegaraan

Republik Rakyat

Tiongkok (RRT)

Undang-Undang

tentang Perikanan 1986

Standing Commitee

NPC

Peraturan

Pengelolaan

Industri Garam

Nasional

2005

Dewan Kenegaraan

Republik Rakyat

Tiongkok (RRT)

Perlindungan

Lingkungan di

Wilayah Laut

Hukum

Perlindungan

Wilayah Kelautan

Nasional

1982 Standing Commitee

NPC

Peraturan tentang

Perlindungan

Wilayah Kelautan

untuk Eksplorasi

dan Ekploitasi

Minyak

1983

Dewan Kenegaraan

Republik Rakyat

Tiongkok (RRT)

Page 122: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Peraturan tentang

Pengendalian

Limbah di Wilayah

Laut

1985

Dewan Kenegaraan

Republik Rakyat

Tiongkok (RRT)

Peraturan tentang

Pencegahan dan

Pengendalian

Polusi di Wilayah

Laut oleh Kapal-

kapal Laut

2009

Dewan Kenegaraan

Republik Rakyat

Tiongkok (RRT)

Kemanan

Lalulintas

Maritim

Hukum tentang

Keselamatan

Lalulintas Maritim

1983 Standing Commitee

NPC

Hukum tentang

Kepelabuhanan 2003

Standing Commitee

NPC

Page 123: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Page 124: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Page 125: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Page 126: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Page 127: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Page 128: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Page 129: FAKTOR DUKUNGAN TIONGKOK TERHADAP INISIASI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42870/1... · Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Poros Maritim Dunia Sabtu, 15 November 2014

Dalam pidatonya pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-9 East Asia Summit (EAS) tanggal 13 November 2014 di Nay Pyi Taw, Myanmar, Presiden Jokowi menegaskan konsep Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia sehingga agenda pembangunan akan difokuskan pada 5 (lima) pilar utama, yaitu:

• Membangun kembali budaya maritim Indonesia.

• Menjaga sumber daya laut dan menciptakan kedaulatan pangan laut dengan menempatkan nelayan

pada pilar utama.

• Memberi prioritas pada pembangunan infrastruktur dan konektivitas maritim dengan membangun tol

laut, deep seaport, logistik, industri perkapalan, dan pariwisata maritim.

• Menerapkan diplomasi maritim, melalui usulan peningkatan kerja sama di bidang maritim dan upaya

menangani sumber konflik, seperti pencurian ikan, pelanggaran kedaulatan, sengketa wilayah,

perompakan, dan pencemaran laut dengan penekanan bahwa laut harus menyatukan berbagai bangsa

dan negara dan bukan memisahkan.

• Membangun kekuatan maritim sebagai bentuk tanggung jawab menjaga keselamatan pelayaran dan

keamanan maritim.

Presiden Jokowi menghadiri KTT tersebut bersama seluruh Kepala Negara/Pemerintahan negara anggota

ASEAN, Republik Korea Selatan, Republik Rakyat Tiongkok, Jepang, Australia, Selandia Baru, India, Amerika

Serikat, Rusia, dan Sekretaris-Jendeal ASEAN. Sekretaris-Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa dan Presiden

Asian Development Bank juga hadir sebagai guest of the Chair.

Presiden Jokowi juga menyerukan untuk meningkatkan kerja sama maritim menjadi lebih erat secara damai

dan bukan sebagai ajang perebutan sumber daya alam maupun supremasi maritim. Terkait Laut Tiongkok

Selatan, Presiden Jokowi menyambut baik komitmen untuk mengimplementasikan secara penuh dan efektif

Declaration of Conduct (DoC) in the South China Sea dan mendorong penyelesaian Code of Conduct (CoC) in

the South China Sea secepat mungkin melalui konsultasi.

EAS merupakan suatu forum regional yang dibentuk pada 14 Desember 2005 di Kuala Lumpur. Negara peserta

EAS berjumlah 18 negara, yaitu 10 negara anggota ASEAN dan 8 negara Mitra Wicara ASEAN, yakni Australia,

India, Jepang, Korea Selatan, RRT, Selandia Baru, Amerika Serikat dan Rusia. EAS merupakan platform

dimana para Pemimpin negara peserta EAS bertemu dan melakukan tukar pikiran mengenai berbagai isu

politis dan strategis di kawasan.

(Sumber: Ditjen KSA/Dit.MWAK)

https://www.kemlu.go.id/id/berita/siaran-pers/Pages/Presiden-Jokowi-Deklarasikan-Indonesia-Sebagai-Poros-

Maritim-Dunia.aspx

Presiden Jokowi Deklarasikan Indonesia Sebagai