eyelid dan cedera sistem lacrimal iin

Upload: billy-chandra-bhakti

Post on 08-Jul-2015

73 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Eyelid dan cedera sistem Lacrimal Eyelid (kelopakmata) memerlukan perhatian lebih untuk mengembalikan fungsi protektif dan aesthetic. Karena cedera penutup mata dapat diartikan sebagai dasar masalah cedera bola mata, mata di evaluasi secara menyeluruh untukabrasi atau lakserasi dari kornea, gangguan pada bola mata, dan hyphema. Konsultasi dgn dokter spesialis mata itu harus pada pasien dgn suspek cedera mata. Pasien2 perlu memeriksa masalah penglihatan, pemeriksaan gerakan bolamata, mengeluarkan kemungkinan diplopia, dan pemeriksaan funduskopi; pemeriksaan ini dilakukan sebelum pengobatan. Beberapa poin anatomis yg penting harus di dingat. Ototmata pada bagian atas dan bawah, terlebih pada bagian pretarsal itu fungsi utamanya adalah untuk berkedip dan ha rus di jaga atau diperbaiki kalau cedera. Ada 2 otot ygaktif pada pengangkatan tutup mata,levator palpebrae superioris, yg diinervasi dari saraf oculomotor, dan otot muller, yg dibawah control sympathetic. Sobekan kecil pada kulit penutup mata, di perbaik i dgn 5-0 atau 6-0 benang monofilament, yg biasanya dicabut sekitar 5 hari setelah perbaikan. Sobekan yang lebih dalam pada kulitnya menutupi 2 atau 3 lapisan. Kalau bagian konjutiva tidak terlalu parah, itu dapat dibiarkan terbuka, atau ditutup dgn 5 -0 atau 6-0 benang absorbable seperti chromic catgur. Bagian tarsus dan otot mata diperbaiki dgn benang yg dpt diserap seperti 5 0 polyglycolic acid. Garis abu2 pada ujung margin di perbaiki terlebih dahulu, kemudian bagian anterior dan posterior dgn 5 -0 atau 6-0 monofilament material. Cedera pada mata atau otot levator dicurigai pada kasus2 ini dan bila ditemukan, harus diperbaiki dgn benang absorbsi. Cedera canalicular juga dapat dicurigai bila ada sobekan pada eyelid meial, dan ducts atau test jones dilakuan. Kalau canaliculi cedera, explorasi dilakukan dgn pembesaran, dan silikonya di taruh melewati duktus nasolacrimal dan keluar lwt hidung. Ini dibiarkan selama beberapa minggu sampai sembuh. Canaculi dapat diperbaiki dgn jaitan 10 -0 dibawah mikrosope sampai jaitannya lewat. Cedera meial kanthal diperbaiki dgn benang permanent utk menghindaritelcanthus traumatic. Kalau tidak ada jaringan cukup utk diperbaiki, transnasal wiring dapat dilakukan utk mengantikan otot. Cedera yg menyebabkan kehilangan jaringan dari tutup mata dapat menjadi sulit utk di perbaiki. kehilangan kelopak mata dapat diperbaiki secara primer, tetapi kalau lebih banyak jaringan yg rusak, perbaikan secara primer dapat menyebabkan entropion. Penutupan bisa kadang2 berefek pada lateral canth otomy, yg memberikan tambahan 5-10 mm panjang. Kalau canthotomy lateral tidak cukup, grafts harus dig anti dan biasanya didapat dari contralteral kelopak mata atau dari supraclavicular atau postauricular area. Reconstruksi dari kehilangan semua ketebalan s angat complex dan dapat juga termasuk septal carilagto graft, mucosa, dan skin grafts. Perawatan harus dilakukan dgn perbaikan alis, karena rekonstruksi sulit. Untuk menghindari iregularitas pada alis, alis jangan pernah dicukur sewaktu penyembuhan luka, j uga, alisnya dapat tidak bertumbuh lagi. Debridement dilakukan secara parallel terhadap rambut utk menghindari cedera follikel.

Cedera Auricular Cedera terhadap struktur cartilage dari telinga adalah sebuah tantangan karena kemampuan yg baik dari perbaikan pertama dapat mengeliminasi potensi rekonstruksi ke 2. Lebih jauh lagi dari struktur lainya, jaringan yg membentuk pinna itu sulit utk dig anti dan harus di jaga, pada semua keadaan. Laserasi auricular dapat diperbaiki dgn benang yg diserap lwt perichondrium dan jahitan baik utk menutup kulit. Benang tidak ditaruh melewati cartilage, karena dpt meningkatkan resiko kondritis. Kebanyakan laserasi auricular tertutup sendiri, kecuali gigitan manusia, yg biasanya terkontaminasi dan dapat sembuh dari 3-4 hari pengobatan terbuka sebelum keterlambatan penutupan. Tersentux helix dapat terjadi sewaktu kontraksi luka terjadi, tetapi dapat diperbaiki dgn z -plasty. Avulse pada kulit dgn exposure pada perichondrium dapat diatasi dgn ketebalan penuh (full thickness) skin graft. Kerusakan pada kartilago memrlukan excise, ditutupi dgn local pedicle flaps. Aliran darah pada telinga baik, jadi sebagian avulsi dapat bertahan pada pedicle kecil. 1-mm sampai 2-mm pedicle biasanya dapat memastikan replantasi yg sukses dari sebagian avulse aurikula. Ketebalan -penuh bisa sampai 5 mm dapat menutup secara sempurna. Kalau tersedia, segment yg di potong (amputas) dapat digantikan dgn graft komposit. Ada kemungkinan besar sukses kalau graftyg dibuat tidak lebih dari 1 mm dari supply darah. Kalau avuised fragment tidak dapat digunakan, composite graft dari telinga yg lai dapat membuat simetris. Segment besar avulsi dapat di perbaiki dgn beberapa cara. Salah satu teknik dari replantasi dari telinga yg cedera setelah dikeluarkannya kulit medial dan fenestrasi dari kartilago pada 1 cm interval. Kulit mastoid di buat dan dijahit ke bagian permukaan medial dari telinga untuk memberikan nourishment. Setelah 2 -3 bulan, kulit dapat di turunkan dan auricle dig anti dgn skin graft. Principlenya adalah dgn cara yang berbeda. Ephitel auricular di keluarkan dgn cara drmabrasion diikutidgn replantasi dari segment tersebut. Telinga yg telah direlentasi ditutup dibagian postaruicular selama 10 -14 hari, dan dibagian permukaan lateral dikeluarkan. Stadium terakhiradalah pelepasan bagian medial 1 minggu kemudian. Epitheliumx beregenerasi di dermis sisa. Temporoparietal flap ygdigunakan oleh brent dan rekonstuksi congenital attresia yg lain dapat membantu penanaman telinga dgn kerusakan parah. Walaupun flap yg digunakan tipis dan dapat ditutupi oleh graft kulit, distorsi dari topographic yg lebih baik pada aurikula tidak dapat dihindari. Sewaktu ada pembuluh darah yg baik, teknik mikrovaskuklar dapat memberikan kosmetik baik utk jangka panjang utk aurikula yg sudah diamputasi. Pendekatan ini menghidari dari distorsi pada aurikula yg biasa pada teknik lain; akan tetapi , kegagalan dalam replantasi biasanya mengakibatkan kehilangan total dari kartilago aurikula. Reanastomosis dapat di lakukan dgn cabang kecil dari superficial temporal dan posterior pembuluh darah auricular. Heparin, dextran, dan agent lain d apat dilaksanakan postoperative utk mempromosikan aliran darah pada thrombosis. Hyperbaric oxygen meningkatkan presentasi keselamatan dari tissue yg ditanam kembali. Peningkatan tekanan

parsial dari oksigen yg dikirimkan sewaktu hyperbaric therapy memungkinkan oksigen lebih tinggi dalam solusi pada darah, hyperbaric theraphy meningkatkan jarak difusi dari kapiler yg intak karena konsentrasi gradient yg lebih tinggi. Rasio neovaskularisasi meningkat dgn oksigenasi hyperbaric dan edema menurun. Auricular hematoma biasanya akibat olahragakontak seperti tinju dan gulat amatur. Cedera terjadi sewaktu ada tekanan keras yg terjadi pada anterior perchondrium dan kulit, mengakibatakn disrupsi mikrovaskular. Darah terakumulasi pada suprichodnrial space. Pengobatan termasuk aspirasi jarum atau insisi dan pengeluaran darah. Setelah darah dievakuasi, ditutup dgn cotton atau dental roal yg diberikan salin solution atau miner al oil dan dibentuk agar dapat menghindari reakumulasi. Sequel dari aurikula hematoma yg tidak diobati menjadi tebal, telinga fibrotic cauliuflower. CEDERA NASAL Cedera dibagian hidung pada situasi tertentu akibat struktur anatomis kompleks yg terpengaruh dan perlunya utk mengembalikan kesimetrian yg hampir sempurna utk menghindari kosmetik yg buruk. Lebih-lebihnya, laserasi diperbaiki sebagaimana cedera yg berpenetrasi terhadap mulut. Setiap lapisan ditutup. Sewaktu kehilangan jaringan terjadi, ada 3 fokus utama yg harus dikhawatirkan- garis internasal atau mukosa, cartilage, dan tulang, dan external vover atau kehilangan kulit. Semua dari ini harus di ganti utk menembalikan hidung kefungsi dan kondisi aestik. Kehilangan jaringan kurang dari 5 mm2 biasanya dapat diperbaiki secara primer dgn cara memobilisasi di sekitar jaringan dan membuat penutupan perlapisan. Amputasi sempurna dapat diatasi dgn mikrovaskular replentasi ketika mempunyai kesempatan. Untuk cedera lain, ada beberapa teknik yg memungkinkan. Kalau avulsed segment ada, dan kurang dari 1 cmn dlm area, itu dapat diubah dan di jahit kembali ke posisi dgn kesempatan tinggi jaringan tetap hidup. Kehilangan kulit lebih dari 5 mm2 diobati dgn local flaps atau skin grafts. Rhomboid, bilobed, nasolabial dan flaps lainya semua mempunyai andil dalam rekonstruksi permukaan. Kerusakan lebih dari 1.5 cm2 biasanya dapat diatasi dgn jaringan baik di area sekitar seperti jidad atau nasolabial flap. Hidung biasanya tidak menyuplai acces cukup ke kulit utk menutup sebuah defect dan mengijinkan penutupan primer ada lokasi donor. Kerusakan komposisi dapat diperbaiki dgn kombinasi local flaps, graf kartilago, dan kulit-mukosa graft. KONSIDERASI KUSUS BAGI ANAK Dokter yg mengobati cedera pada muka anak mempunyai masalah lebih. Sejarah dari kecelakaan dapat sulit didapati, jadi harus lebih berhati2 mencari masalah. Jalan nafas dan managemen sirkulasi itu penting dalam penangan anak karena lebih kecilnya jalan nafas dan lebih rendahnya sirkulasi volume darah dapat membuat anak lebih cenderung terhadaap obstruksi jalan nafas dan shock. Karena anak lebih sering mengalami luka

hipertofik, mengurangi tensi pada margin luka lebih penting lagi. Pencabutan jaitan, sering dapat menjadi masalah buat anak. Masalah ini dapat dihindar i dgn mengunakan benang serap 6-0 catgut atau benang subcuticular dgn menguatkan luka adhesive pada penutupan luka. PERAWATAN POSTOPERATIVE Sewaktu luka ditutup, semua luka di tutup dgn 1 lapisan salef antibiotic dan menjaga luka bersih. Preparasi antibiotic topical termasuk salef bacitracin dan bacitricin-polymysin B dan mupirocin. Semua agen2 ini mengurangi resiko infeksi luka dan memberikan lingkungan lembab yang memudahkan penyembuhan. Beberapa pasien dgn superinfeksi dgn kandida organism, yang harus di perhatikan dan dijaga sebaik2nya. Neomycin-containing agen biasanya dapat di hindari karena tingginya insidensi chemosensitivity. Setelah pengobatan pertama luka dibersihkan 3-4x per hari dan tambahan salef. Nonadheren occlusive dressings seperti nonadheren perforasi dressing, semipermeable film dressing, hydrocolloid semipermeable dressing, atau bbrapa produk lain yg telah digunakan dan telah memberikan tanda2 percepatan penyembuhan dan pengurangan infeksi. Jahitan dapat dikeluarkan mulai hari ke 3 atau 4 danditutupi dgn kassa steril. Seorang ahli bedah harus memperhatikan infeksi, hypertrophyc scarring dini, atau komplikasi lainya. GIGITAN HEWAN DAN MANUSIA Kebanyakan kasus akibat gigitan binatang terjadi pada anak kurang dari 10 tahun. Kejadian di amerika sekitar 150 kasu per 100.000 untuk anak kurang dari 4 tahun. Ini menurun utk 60 kasus per 100.000 utk anak 10 -14 tahun. Kasus paling sering untuk gigitan hewan adalah anjing (86%), kucing (8%), binatan pengerat (tikus) (4%), dan hewan liar (1%). Gigitan dapat mengambil bentuk laserasi, avulse, atau lubang. Lebih dari 1 stengah pasien memiliki lebih dari 1 gigitan. Yang paling sering adalah laserasi berbentuk sabit dari permukaan lateral, bibir, atau hidung. Faktor yang berperan dalam gigitan binatang sulit ditentukan, tetapi sebuah penelitian menemukan bahwa hanya 6% dari luka yang terjadi saat anjing diganggu atau dikasari (10). Anjing kampung atau hewan yang berkeliaran adalah sekitar 28% dari gigitan anjing, dan ras German sheperd adalah penyebab terbanyak dari anjing ras asli. Anjing jantan dan anjing muda lebih sering ditemukan dari anjing betina atau anjing yang lebih tua. Kebanyakan gigitan terjadi pada rumah pemiliknya atau di halaman saat anjing itu menggigit karena merasa daerah kekuasaanya diganggu.Penanganan luka yang baru meliputi pembersihan teliti dan antisepsis, pengangkatan jaringan terkontaminasi secara minimal, dan penutupan primer. Antibiotik profilaksis efektif terhadap organisme gram negatif maupun positif. Profilaksis tetanus dilakukan untuk pasien yang memerlukan booster. Rabies adalah akibat yang paling ditakuti jika ada gigitan. Hanya satu atau dua kasus yang terjadi di US setiap tahunnya, kebanyakan akibat gigitan binatang liar. Sigung, kelelawar, rubah, dan rakun adalah sumber utama rabies pada manusia. Jika binatang tersebut tidak dapat fitangkap dan jika rabies adalah endemis untuk spesies tersebut, profilaksis rabies dengan globulin hiperimun dan vaksinasi diberikan. Penanganan yang tepat untuk gigitan manusia masih

kontroversial. Karena luka ini terkontaminasi oleh organisme yang banyak dan bervariasi, beberapa ahli bedah menyarankan penutupan primer atau sekunder ditunda. Beberapa menyarankan pemberian antibiotik profilaksis adekuat, penutupan primer dini memberikan hasil estetika dan fungsional.

LUKA BAKAR

Jenis Luka Bakar Walaupun kepala dan leher melingkupi hanya 9% dari total area permukaan tubuh (TBSA), kepala dan leher adalah tempat yang paling sering mengalami cedera panas. Penyebab utama adalah air panas, api, kecelakaan industri, dan cairan yang mudah terbakar. Cedera listrik, dan frostbite juga dapat mengenai kepala dan leher. Luka bakar dapat dibagi menjadi full thickness dan partial thickness. Luka bakar derajat satu adalah superfisial dan mencakup epidermis, menyebabkan nyeri, kemerahan ringan, dan sedikit kerusakan jaringan. BIasanya sembuh dalam 5 hingga 10 hari. Luka bakar derajat dua atau partial thickness mencakup dermis dan merusak adneksa serta ujung saraf. Luka bakar ini menyebabkan nyeri hebat dan lepuh, tetapi masih memungkinkan regenerasi epitel. Penyembuhan dapat memerlukan 10 hingga 30 hari, tergantung kedalaman luka pada dermis.Full thickness atau luka bakar derajat tiga menyebabkan dekstruksi ireversibel dermis bagian dalam. Epitel tidak beregenerasi, dan ujung saraf rusak. Luka ini dapat dibagi dalam 3 area zona pusat koagulasi, di mana koagulasi termal dan oklusi mikrovaskular lengkap; zona yang dikelilingi stasis, di mana endapan vaskular disebabkan oleh aliran darah yang pelan serta akumula elemen darah dan si produk sisa; serta zona hiperemia perifer (11,12)

Perlukaan Jalan Napas Perlukaan jalan napas, yang terjadi pada 25% hingga 35% pasien dengan luka bakar yang luas, merupakan penyebab utama kematian pada pasien dengan luka bakar (13). Insiden bervariasi mulai kurang dari 10% pada pasien dengan luka bakar mencakup 5% TBSA, hingg lebih dari 80% pasien a dengan luka bakar mencakup 80% TBSA. Perlukaan serius dapat meningkatkan angka mortalitas sebanyak 20%. Jika luka bakar terjadi pada area seperti mobil, atau akibat uap, atau gas sangat panas lainnya, perlukaan jalan anpas cenderung terjadi. Tanda-tandanya adalah terbakarnya rambut hidung, wajah, suptum kehitaman, serak, takipnea, wheezing, atau ronki. Adanya luka bakar kepala dan leher tidak memastikan adanya perlukaan jalan napas; pasien dengan perlukaan jalan napas tidak mengalami terbakar pada wajah. Perlukaan jalan napas dapat timbul melalui beberapa cara berbeda. Api atau gas panas dapat melukai saluran napas atas secara langsung, menyebabkan edema dan obstruksi dalam 8 sampai 24 jam setelah luka. Cedera panas langsung pada infralaringeal jarang terjadi, karena refleks glotis untuk menutup dan melindungi saluran napas distal. Sementara itu, uap dapat menyebabkan

perlukaan di bagian bawah, pada bronkiolus karena kapasitas pengangkut panasnya (4000 kali dari udara tersebut). Unsur-unsur toksik pada asap dapat mencakup phosgene, amonia, sulfur dioksida dan klorin dari plastik dan oksida serta aldehida yang bervariasi dari kayu yang terbakar. Zat-zat ini secara langsung melukai sel epitel jalan napas dan menyebabkan respon radangcepat dengan edema substansial. Kerusakan jalan napas, yang belum berkembang hingga 12 sampai 48 jam setelah terjadi luka. Disebabkan oleh trakeobronkitis kimia. Lesi mukosa dan kegagalan fungsi silia membuat debris epitel terakumulasi dan menyebabkan atelektasis serta hipoventilasi. Karbon monoksida adalah penyebab utama perlukaan jalan napas. Molekul ini memeliki afinitas terhadap hemoglobin 200 kali lebih besar dari oksigen dan menyebabkan hipoksia jaringan dengan menggeser kurva disosiasi oksigen-hemoglobin. Karboksihemoglobin darah meningkat 1,5% pada nonperokok dan 5% pada perokok memberi kesan adanya pajanan CO yang berat. Pengobatan dengan oksigen 100% menurunkan waktu paruh karboksihemoglobin dari 4 jam hingga 30 menit dan memperbaiki hipoksia.

Evaluasi dan Pengobatan Penilaian dan pengobatan awal pada pasien dengan luka bakar kepala dan leher mencakup kontrol jalan napas dan menentukan luas dan dalamnya luka bakar. Indikasi intubasi mencakup obtundasi, edema, dan lesi mukosa yang menyebabkan obstruksi mekanik pada jalan napas, perlukaan jalan napas, dan luka bakar servikofasial yang berat. Sekitar 60% pasien dengan luka bakar dan perlukaan jalan napas membutuhkan intubasi; hanya 12% hingga 15% dengan hanya perlukaan jalan napas membutuhkan penanganan jalan napas (13). Ventilasi dengan frekuensi tinggi memberikan oksigenasi adekuat dengan fraksi rendah oksigen hirup dan tekanan jalan napas dan penurunan atelektasis yang jelas. Trakeostomi dini menghasilkan peningkatan risiko sepsis pulmonal yang disebabkan oleh kontaminasi flora dari luka. Kebanyakan pusat pengobatan melakukan trakeostomi pada pasien yang tidak dapat diintubasi selama lebih dari 14-21 hari. Terapi jalan napas tambahan mencakup bronkodilator, tetapi steroid dihindari karena peningkatan risiko mortalitas pada pasien dengan perlukaan jalan napas dan luka bakar kutaneus. Evaluasi pasien yang diduga mengalami perlukaan jalan napas mencakup radiografi dada, analisa gas darah arterial, dan pemeriksaan langsung jalan napas dengan borinkosko fiberoptik. pi Hasil pemeriksaan radiografi seringkali normal segera setelah terjadinya luka bakar, tetapu berguna sebagai dasar untuk pemeriksaan selanjutnya. Bronkoskopi dapat memperlihatkan edema faring atau laring, eritema, atau hangus. Saluran napas bawah dapat terlihat, dan mukus kehitaman atau debris dapat dibersihkan dengan means of lavage. Tes fungsi paru dan scan xenon paru juga dapat digunakan. Penanganan luka bakar mencakup resusitasi cairan, mengikuti protokol Parkland Hospital atau protokol lain, profilaksis tetanus, serta perawatan dan observasi luka secara hati-hati. Perawatan luka secara teliti harus dilakukan untuk mencegah infeksi, kontraktur, dan komplikasi beruntun dari luka bakar. Sepsis masih merupakan penyebab utama kematian pasien d engan luka bakar yang berat. Antibiotik profilaksis sering diberikan eksisi, saat pemberian graft serta jika timbul infeksi. Penggunaan antibiotik sistemik rutin dihindari karena kecenderungan terjadinya resistensi bakteri dan seleksi organisme virulen. Injeksi antibiotik pada luka seringkali jelek. Karena alasan

inilah maka antibiotik topikal seperti mafenid asetat, basitrasin, dan sulfadiazine perak lebih sering digunakan untuk leuka bakar kepala dan leher. Penanganan luka bakar kepala dan leher dimulai dengan pembersihan dan pengangkatan jaringan nekrotik secara teliti. Eksisi dini dari area yang terbakar serta autograft terbukti bermanfaat. Sepuluh hingga 14 hari setelah luka, area yang terbakar yang tidak menunjukkan tanda penyembuhan dieksisi. Selanjutnya diikuti 2 tahap : eksisi tangensial dari jaringan yang viable. Satu atau dua hari kemudian, pasien dikembalikan di ruangan operasi untuk pemasangansplit-skin graft dan pressure splint. Pendekatan denagn cara ini mengurangi bekas luka akibat pert umbuhan jaringan granulasi. Dalam perencanaan graft untuk wajah, konsep estetika digunakan sebagai panduan untuk memaksimalkan hasil kosmetik (Gbr 64.12). Graft menutupi seluruh unit estetika untuk meminimalisir bekas luka. Ketebalan graft (0,015 0,035 [0,38 0,89 mm]) memberikan teksur sangat baik dan mengurangi kontraktur. Jika direncanakan trakeostomi, eksisi dini dan grafting leher memungkinkan pemasangan tuba melalui oenyembuhanautograft. Pengobatan harus meliputi terapi fisik dan okupasional. Kontraktur jaringan parut dapat diminimalisir dengan pengulangan setiap hari dari latihan ROM aktif dan pasif, mampu merawat diri sendiri lebih dini, dan penggunaan splint yang sesuai tergantung indikasi. Perhatian khusus harus dilakukan pada pergerakan kepala dan rahang. Jaringan parut hipertrofik dikurangi secara berarti dengan terapi tekanan terus-menerus, yang dimulai segera setelah graft sembuh dan dilanjutkan selama 12-18 bulan. Tekanan dapat diberikan dengan alat-alat yang elastis atau masker yang aman dan bersih, disesuaikan dengan keadaan pasien.

Tipe Khusus Luka Bakar Telinga Area tertentu kepala dan leher memerlukan pertimbangan terapeutik yang unik. Telinga dilapisi kulit tipis dan mengalami perlukaan lebih dari 90% pada luka bakar kepala dan leher. Perlukaan ini harus diobati dengan hati-hati, dengan pembersihan dan pemberian antibiotik topikal. Jangan memberi tekanan dan jangan menggunakan bantal. Telinga cenderung mengalami kondritis supuratif, komplikasi yang dapat menyebabkan kehilangan atau deformitas berat pinna. Tanda kondritis supuratif meliputi kemerahan, bengkak, dan nyeri yang dalam. KOndirit supuratif diterapi dengan insisi, drainase dan pembersihan debris. Pencegahan dupusatkan pada penwarawatn lokal, yang dapat meliputi antibiotik iontoforesis dan pembersihan serta grafting secara dini. Kartilago yang terlihat mungkin perlu direseksi, atau dapat ditutupi dengan flap postauricular. Jika kulit yang menutupi telinga tidak , telinga dapat ditutupi dalam kantung postaurikular. Sebagai alternatif dilakukan eksisi seluruh telinga, deepitelialisasi dan ditempatkan dalam kantung abdominal untuk rekonstruksi kemudian. Mulut Luka bakar mulut seing diakibatkan listrik dan terjadi saat anak-anak menggigit alat-alat listrik. Awalnya luka bakar ini terlihat ringan, tetapi biasanya ada kerusakan jaringan lebih banyak dari yang terlihat. Opini didapatkan dari hasil pengobatan konservatif serta eksisi dan grafiting dini. Pengobatan konservatif, yang memungkinkan pemisahan bekas luka, dapat mengakib atkan

komplikasi oerdarahan arteri labial. Penanganan bedah dapat ditunda 10 hingga 14 hari untuk memungkinkan pembatasan area. Kompikasi jangka panjang yaitu kontraktur yang dapat berakibat mikrostomia. Jaringan parut ini dapat dicegah dengan penyesuaikan alat-alat, biasanya selama minggu ketiga setelah luka. Penggunaan alat sering menyingkirkan kebutuhan untuk penanganan bedah. Palpebra Seperti laserasi, luka bakar palpebra memungkinkan dokter memperkirakan adanya iesi okuler, dan pemeriksaan oftalmologik teliti diperlukan. Selama penyembuhan, kornea harus dilindungi dan dicegah menjadi kering. Kamar yang lembab, pelumas, dan antibiotik berperan dalam terapi luka bakar palpebra. Luka ini dapat sembuh spontan tetapi seringkali berkontraksi, menyebabkan ektropion yang harus direkonstruksi nantinya. Full thicknes graft di kelopak bawah dan splin-skin graft di kelopak atas mungkin diperlukan untuk melindungi bola mata. Frostbite Luka frostbite sering timbul pada kepala dan leher, kebanyakan mencakup telinga, pipi dan hidung. Area yang terkena ini berisiko mengalami cold injury akibat respon tubuh pada pajanan. Eksitasi simpatetik menyebabkan vasokonstriksi, menghambat aliran darah ke kulit, dan mengurangi kehilangan panas. Hipotermia lokal timbul seiring suhu tubuh merosot mendekati suhu lingkungan. Tidak ada kerusakan serius timbul sampai jaringan membeku. Kristal es yang besar terbentuk dan menarik air keluar dari sel. Kematian sel disebabkan oleh lesi akibat cedera suhu atau hiperosmolaritas intraselular. Jaringan yang membeku juga mengakibatkan endapan dan stasis vaskular. Penanganan frostbite berdasarkan beberapa prinsip. Pasien dibawa dalam lingkungan hangat segera, Penghangatan lokal dilakukan dengan merendam bagian yang terkena dalam suhu 100F - 108F (37,8C 42,3C). Proses penghangatan mungkin nyeri, dan analgesik narkotik mungkin pula diperlukan. Reaksi vaskular akibat frostbite dapat diatasi dengan antiprostaglandin dan vasodilator. Agen antitromboksan seperti lidah buaya dapat mengurangi iskemia. Pembersihan secara bedah dapat ditunda hingga luas luka dapat diperkirakan.