executive summ ary -...

21
P T P erenca Timur W ertumb anaan K Wilaya buhan Kebija ah UtaEkono akan Pe ra Dal omi Ja ercepalam Ra awa Tim tan Inv angka M mur Kerja Fakul Unive Denga Badan Pemb Propin 2009 vestasi Menin Execu Summ sama ltas Eko ersitas B an n Peren anguna nsi Jaw i Di Ja ngkatka utive mary onomi Brawija ncanaan an Daer wa Timu awa an aya n rah ur

Upload: vuongkhuong

Post on 20-Mar-2019

232 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Executive Summ ary - ferryfebub.lecture.ub.ac.idferryfebub.lecture.ub.ac.id/files/2012/11/Executive-summary-peren... · Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Malang, Lumajang,

PTP

erencaTimur W

ertumb

 

 

anaan KWilayabuhan

Kebijaah Utar Ekono

akan Pera Dalomi Ja

ercepatlam Raawa Tim

tan Invangka Mmur

Kerja FakulUnive Denga BadanPembPropin2009

vestasiMenin

ExecuSumm

  

asama

ltas Ekoersitas B

an

n Perenangunansi Jaw

i Di Jangkatka

utive mary

onomi Brawija

ncanaanan Daerwa Timu

awa an

aya

n rah ur

Page 2: Executive Summ ary - ferryfebub.lecture.ub.ac.idferryfebub.lecture.ub.ac.id/files/2012/11/Executive-summary-peren... · Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Malang, Lumajang,

[EXECUTIVE SUMMARY]    

 

Perencanaan Kebijakan Percepatan Investasi Di Jawa Timur Wilayah Utara Dalam Rangka Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur 

 

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Jawa Timur merupakan kawasan strategis dan memiliki konstribusi perekonomian yang signifikan terhadap perekonomian nasional. Sampai dengan tahun 2008, Jawa Timur berkonstribusi sebesar 14,85% terhadap Produk Domestik Bruto nasional. Selain itu juga, Jawa Timur merupakan salah satu pusat pertumbuhan nasional yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang relatif sama dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional. Dimana rata-rata pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2008 mencapai angka diatas 5 %.

Bila dilihat dari konstribusi komponen penyusun Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur, secara umum sumbangan investasi dalam mendorong perekonomian di Jawa Timur nilainya relatif kecil dan relatif stabil pada kisaran angka 18% dari total PDRB. Secara lebih detail pada periode tahun 2002 sampai dengan tahun 2006, sektor Investasi hanya menyumbang 19,03% dari total PDRB pada tahun 2002 dan terus mengalami penurunan sampai dengan 18,22% pada tahun 2006 dan menurun kembali pada tahun 2007 dengan konstribusi investasi sebesar 17,41%. Begitu pula pada tahun 2008, konstribusi investasi sebagai komponen penyumbang PDRB turun menjadi 16,44%.

Ada beberapa hal yang menyebabkan penurunan konstribusi investasi ini diantaranya adalah bencana lumpur lapindo yang mengganngu proses distribusi barang dan jasa. Selain itu juga kondisi ekonomi global yang sedang lesu menyebabkan tingkat konstribusi investasi cenderung stagnan. Hal ini berbeda jauh dengan konstribusi sektor konsumsi private dan pemerintah yang mencapai jumlah rata-rata diatas 60 % dari total PDRB pada periode tahun 2002-2008. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan investasi di Jawa Timur masih relatif kecil dalam mendongkrak perekonomian daerahnya.

Meskipun sumbangan investasi relatif kecil terhadap perekonomian Jawa Timur, namun dalam konteks makroekonomi, investasi memiliki fungsi yang strategis dalam meningkatkan kinerja ekonomi suatu daerah. Investasi memiliki efek multiplier dalam mendorong pendapatan dan output daerah. Dengan hadirnya investasi, maka kesempatan kerja bagi masyarakat akan lebih terbuka, pendapatan masyarakat akan semakin meningkat, penggunaan sumber daya akan lebih ditingkatkan dan pembangunan ekonomi akan lebih terangkat.

Namun, konstribusi investasi di Jawa Timur baik PMDN maupun PMA di propinsi Jawa Timur masih terkonsentrasi dibeberapa daerah saja, seperti : Surabaya, Gresik, Kediri, Sidoarjo, Pasuruan, Mojokerto dan Malang. Sehingga daerah-daerah lain yang jarang menjadi tujuan investasi PMDN dan PMA, belum banyak mengalami perkembangan yang signifikan pada aktivitas perekonomiannya.

Apabila dilihat dari sebaran pertumbuhan ekonomi Jawa Timur di 38 kabupaten/kota menunjukan rata-rata pertumbuhan ekonomi berkisar antara 4% sampai dengan 6%. Sedangkan rata-rata pertumbuhan ekonomi Jawa Timur sebesar 5,89% selama 5 tahun periode (2004 – 2008)

Apabila data pertumbuhan ekonomi tersebut diperbandingkan menurut wilayah utara dan selatan, dapat diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi wilayah utara yang meliputi Tuban, Lamongan, Gresik, Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, Probolinggo dan Situbondo, lebih besar konstribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Timur dibanding wilayah selatan yang meliputi Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Malang, Lumajang, Jember dan Banyuwangi. Data BPS tahun 2008 menunjukan bahwa konstribusi wilayah utara terhadap total PDRB provinsi Jawa Timur sebesar 47,28% sedangkan wilayah selatan dan wilayah lainnya masing-masing hanya sebesar 19,27% dan 33,45% (gambar 1.)

Page 3: Executive Summ ary - ferryfebub.lecture.ub.ac.idferryfebub.lecture.ub.ac.id/files/2012/11/Executive-summary-peren... · Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Malang, Lumajang,

 

Sumber: BPS Pr

GambarWilayah ter

Disparitaterjadi salahkebijakan pesaat ini mas(koridor utterbentuknyaSurabaya. pembangunrelatif lebih Selain adanterkonsentramenyebabkaterhadap pelebih besar relatif lebidilakukan dsatunya dise(jalan, listrik

Data J2008 tentanPMA yang lokasi menuyang disetuj1.2. Tujua

AdapPenyusunanInvestasi di Rangka Ekonomi Jaw

1. MenginvesTimu

47

Perencanaan 

rovinsi Jawa Timur

r 1. Persentasrhadap Total

Tahun 20

as pertumbuh satunya dikembangunan sih terkonsentrtara) yang a pola mon

Hal ini an ekonomi baik daripadnya pola kebasi di wilayah an sumbang

ertumbuhan ekdari pada wih tingginya

di wilayah teebabkan oleh , pelabuhan, d

Jawa Timur dng banyaknya

disetujui tahunjukan bahwjui, sebanyak

an Kegiatan pun tujuan n PerencanWilayah UtaraMeningkatka

wa Timur ini agidentifikasi stasi di Wilar;

34%

19

7%

Kebijakan Perc

(diolah)

se Konstribu PDRB Jawa T008

uhan ekonomkarenakan oriJawa Timur srasi di wilayah

mengarah nosentris ke mengakib

di wilayah da wilayah sebijakan yang utara, hal lain

gan wilayah konomi Jawa ilayah utara a investasi rsebut yang kondisi infrastdll) yang lebihdalam Angka proyek PMDhun 2006 mwa dari 32 Pk 25 proyek b

dari kenaan Percea Jawa Timur n Pertumantara lain:

permasaayah Utara

9%

W

Se

Ut

cepatan InvestaMe

usi Timur

mi ini ientasi

sampai h utara

pada Kota

batkan utara

elatan. lebih n yang

utara Timur adalah

yang salah

truktur baik. tahun

N dan enurut PMDN berada

egiatan epatan dalam buhan

alahan Jawa

Wilayah lain

elatan

tara

[EXE

asi Di Jawa Timeningkatkan Pe

di wilayah uPMA yang total 83 prKondisi serudimana untproyek darwilayah Uta2008 proyedari total 35

Hal sedisetujui tahproyek berapada tahun disetujui, swilayah Utainvestasi di faktor penydan prasardibanding wtersebut dimeningkatkadalam janpanjang dpertumbuhalebih tinggi.

Berdasdiatas, makakebijakan putara Jawahanya akaekonomi Jajuga peningpenurunan utara Jawa adalah meInvestasi di upaya menJawa Timur

2. Mengterhawilay

3. Menytepatwilay

ECUTIVE SUM

mur Wilayah Utrtumbuhan Eko

utara. Begitu pdisetujui, dim

royek beradaupa juga terjatuk proyek Pri 22 yang dara Jawa Timek diwilayah proyek PMDNerupa terjadihun 2007 sebada diwilayah 2008, dari 94ebanyak 77

ara Jawa Timuwilayah utara

yebabnya adarana investaswilayah selataharapkan wian tingkat gka pendekdalam upa

an ekonomi sarkan beba sangat dipepercepatan ina Timur yangan meningkaawa Timur sekatan pertumdisparitas inTimur. Sehing

enyusun keb Wilayah Utaraingkatkan per.

ganalisis koadap pertumbyah Utara Jawyusun kerangt untuk mempyah utara

MMARY]    

ara Dalam Ranonomi Jawa Tim

pula dengan pmana 72 proye

di wilayah adi pada tahunMDN sebanydisetujui bera

mur dan pada utara sebanyN yang disetuj pada PMA anyak 69 d Utara. Begit4 proyek PMAproyek bera

ur. Tingginya a tersebut salaalah kondisi ssi yang lebihan. Dengan klayah utara investasinya

k maupun jya meningJawa Timur

berapa perrlukan perenc

nvestasi di wg implikasinyaatkan pertumecara umum, buhan ekonom

nvestasi di wgga, fokus kajbijakan percea Jawa Timur rtumbuhan ek

ontribusi Invbuhan ekono

wa Timur; gka Kebijakanpercepat Inves

Jawa

ngka mur 

 

proyek ek dari Utara.

n 2007 yak 18 ada di tahun

yak 23 jui. yang dari 85 u pula A yang ada di tingkat

ah satu sarana h baik kondisi

dapat baik jangka katkan yang

soalan canaan wilayah a tidak

mbuhan tetapi mi dan wilayah jian ini epatan dalam konomi

vestasi omi di

n yang stasi di Timur;

Page 4: Executive Summ ary - ferryfebub.lecture.ub.ac.idferryfebub.lecture.ub.ac.id/files/2012/11/Executive-summary-peren... · Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Malang, Lumajang,

[EXECUTIVE SUMMARY]    

 

Perencanaan Kebijakan Percepatan Investasi Di Jawa Timur Wilayah Utara Dalam Rangka Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur 

 

II. KAJIAN PUSTAKA 2.1. Keterkaitan Investasi dengan Pertumbuhan Ekonomi

Salah satu teori investasi yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi adalah model pertumbuhan Harrod-Domar. Inti dari model pertumbuhan ini adalah hubungan jangka pendek antara peningkatan investasi dan pertumbuhan ekonomi. Model ini mempunyai dua variabel fundamental, yaitu pembentukan modal tetap (investasi) serta ICOR (Incremental Capital Output Ratio) [Tambunan, 2001]. Secara matematis persamaan model pertumbuhan Harrod-Domar adalah sebagai berikut.

S = s.Y Tabungan (S) terdiri atas tabungan

masyarakat, perusahaan, dan pemerintah yang merupakan suatu proporsi (s) dari total output atau pendapatan (Y).

I = ΔK Investasi (I) merupakan perubahan stok

modal (K). Stok modal mempunyai hubungan langsung dengan total output (Y), seperti yang ditunjukkan oleh COR (capital output ratio) atau k.

kYK

=

atau: ΔK = k.ΔY

Dalam ekonomi yang seimbang (salah satu asumsi penting dari model Harrod-Domar):

S = I maka didapat:

s.Y = k. ΔY

Akhirnya pertumbuhan ekonomi ⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ Δ

YY

yang merupakan persentase perubahan GNP ditentukan secara bersama oleh rasio tabungan (s) dan rasio modal atau output nasional (COR = k).

ks

YY

Persamaan tersebut menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan pendapatan ditentukan bersama-sama oleh rasio tabungan nasional, dan rasio modal (output nasional). Lebih khusus lagi, persamaan tersebut menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan pendapatan nasional akan secara langsung

berkaitan dengan rasio tabungan, yakni lebih banyak bagian GNP yang ditabung dan diinvestasikan maka akan lebih besar lagi pertumbuhan GNP tersebut. Sebaliknya berpengaruh secara negatif terhadap nisbah modal output suatu perekonomian (yakni, lebih besar k, lebih kecil pertumbuhan GNP). Singkatnya, agar bisa tumbuh maka perekonomian harus menabung dan menginvestasikan sebagian dari GNP-nya. Lebih banyak yang dapat ditabung dan kemudian diinvestasikan lebih cepat lagi perekonomian itu tumbuhnya. Meskipun demikian tingkat pertumbuhan yang dapat dijangkau pada setiap tingkat tabungan dan investasi tergantung pada produktivitas investasi tersebut[Hadi, 2003].

Sehingga bisa dikatakan bahwa investasi memiliki peran yang sangat penting dalam suatu perekonomian. Pentingnya investasi ini dapat ditinjau dari dua aspek. Pertama, karena investasi merupakan komponen yang besar dan volatile dari pengeluaran, investasi sering merujuk kepada perubahan dalam permintaan agregat sehingga mempengaruhi siklus bisnis. Kedua, investasi mengacu pada akumulasi modal. Dengan menambah persediaan bangunan-bangunan dan peralatan, akan meningkatkan output potensial dan akan mendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Dengan demikian investasi memiliki dua peran, yaitu mempengaruhi output jangka pendek melalui pengaruhnya terhadap permintaan agregat dan mempengaruhi pertumbuhan output jangka panjang melalui pengaruhnya terhadap pembentukan modal pada output potensial dan penawaran agregat (Samuelson dan Nordhaus, 2001).

Akumulasi modal terjadi apabila sebagian dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan di kemudian hari. Pengadaan pabrik baru, mesin-mesin, peralatan dan bahan baku meningkatkan stok modal secara fisik suatu negara (yakni, nilai riil “neto” atas seluruh barang modal produktif secara fisik) dan hal itu jelas memungkinkan akan terjadinya peningkatan

Page 5: Executive Summ ary - ferryfebub.lecture.ub.ac.idferryfebub.lecture.ub.ac.id/files/2012/11/Executive-summary-peren... · Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Malang, Lumajang,

[EXECUTIVE SUMMARY]    

 

Perencanaan Kebijakan Percepatan Investasi Di Jawa Timur Wilayah Utara Dalam Rangka Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur 

 

output di masa mendatang. Investasi produktif yang bersifat langsung tersebut harus dilengkapi dengan berbagai investasi penunjang yang disebut dengan investasi infrastruktur ekonomi dan sosial. Contohnya adalah pembangunan jalan raya, penyediaan listrik, persediaan air bersih dan perbaikan sanitasi, yang kesemuanya itu mutlak dibutuhkan dalam rangka menunjang dan

mengintegrasikan segenap aktivitas ekonomi produktif. Investasi dalam pembinaan sumber daya manusia juga meningkatkan kualitas modal manusia, sehingga pada akhirnya akan membawa dampak positif yang sama terhadap angka produksi, bahkan akan lebih besar lagi mengingat terus bertambahnya jumlah manusia (Todaro, 2000).

III. METODE KEGIATAN 3.1. Ruang Lingkup Kegiatan

Kegiatan kajian ini melingkupi dua hal yaitu ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup materi. Ruang lingkup wilayah adalah pemerintah daerah propinsi Jawa timur dan pemerintah daerah kabupaten/kota di Jawa Timur di wilayah utara Jawa Timur serta instansi pendudukung lainnya di lingkungan Pemerintah Propinsi, kabupaten dan kota di Jawa Timur.

Sedangkan ruang lingkup kajian materi meliputi: analisis ekonomi makro pada

tingkat regional Jawa Timur dan kabupaten di wilayah utara Jawa Timur, dan teori serta kajian tentang pertumbuhan ekonomi regional. Selain itu juga, kegiatan ini akan membahas tentang investasi di kabupaten dan kota di wilayah utara jawa timur dan kompleksitas yang melingkupi permasalahan investasi serta solusi altenatif penyelesaian masalah tersebut beserta kajian mengenai kebijakan percepatan investasi.

3.2. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Data sekunder merupakan data yang tidak diperoleh dari sumbernya langsung, melainkan sudah dikumpulkan oleh pihak lain. Metode pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi, yaitu pengumpulan data baku yang diperoleh pada Instansi atau Organisasi yang ada, baik pemerintah maupun swasta (Muslimin, 2002 : 23). Sumber data sekunder berasal dari beberapa instansi yang berwenang dalam

pengeluaran data yaitu, APBN, APBD, badan perencanaan propinsi, kota dan kabupaten, Badan Pusat Statistik dan intansi-intansi terkait serta berbagai hasil penelitian yang berkaitan dengan kajian ini.

Sedangkan data primer diperoleh langsung melalui depth interview atau wawancara secara mendalam oleh peneliti. Dalam melakukan wawancara tersebut peneliti akan menggunakan pedoman interview yang telah disusun sebelumnya sehingga akan menghasilkan interview yang terarah sesuai dengan tujuan penelitian

. 3.3. Metode Analisis

Dalam upaya merumuskan kebijakan percepatan investasi di Jawa Timur Wilayah Utara dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur, peneliti akan menggunakan metode penelitian eksploratif. Jenis penelitian ini berusaha mencari ide-ide atau hubungan-hubungan yang baru. Metode ini sangat fleksibel dalam pencarian gagasan dan ide serta petunjuk mengenai kondisi dan situasi yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji sehingga

dapat memformulasikan kebijakan atau strategi yang tepat.

Dengan metode penelitian ini, peneliti akan menggali permasalahan yang berkaitan dengan permasalahan investasi di wilayah utara Jawa Timur dihubungkan dengan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mengumpulkan semua dokumen yang berkaitan dengan kegiatan investasi di Jawa Timur dan tingkat pertumbuhan ekonominya.

Page 6: Executive Summ ary - ferryfebub.lecture.ub.ac.idferryfebub.lecture.ub.ac.id/files/2012/11/Executive-summary-peren... · Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Malang, Lumajang,

 Selanjutnya mulai dari mendasar. selanjutnya masalah datepat yang IV. ANALI4.1. Permas

Investaspenting dpertumbuhakarena itu pada maupundilakukan mstrategi yaterdapat dua

Sumber:

Hasil pbahwa terdapersentase yang sangIndonesia berbelit-belitpersentase contohnya ayang birokradilewati olebanyak, menyebabkaBanyaknya

M

AnBur

Perencanaan 

mengidentifigejala sampSetelah p

peneliti akan an merumusg diarahkan

ISIS DAN PEMsalahan Invesi merupakan dalam menn ekonomi s

peningkatan inn membuka inmemerlukan sang kompreha hal yang ha

: Kompas (2009,

Gam

enelitian tersapat 8 item ylebih besar d

gat menghamadalah faktot dan tidak

sebesar 19adalah dalam atis dimana peh investor/p

berbelit-bean biaya

prosedur ya

InefisMinimnya

Regulasi perbu

akse

InstabiMinimnya tingk

Instabilitas Buruk

ngka kriminal duknya kesehata

Kebijakan Perc

kasi permasapai masalah proses iden mengklasifikakan strategi pada form

MBAHASAN stasi salah satu nentukan tsuatu daerah.nvestasi yangnvestasi yangsuatu langkahhensif. Setidarus dilakukan

dimodifikasi)

mbar 2. Hamba

sebut menunyang diteliti mdari 5%. Hal mbat investaor birokrasi k efisien d9,30%. Salahpelayanan perosedur yang pengusaha selit seh

ekonomi ang harus d

siensi birokrasia infrastruktur

Korupsiuruhan yg kaku

inflasies pembiayaanregulasi pajaklitas kebijakankat pendidikanRegulasi valaspemerintahanknya etos kerja

Tarif Pajakan pencuriaanan masyarakat

cepatan InvestaMe

alahan yang tifikasi asikan

yang mulasi

faktor tingkat . Oleh g telah g akan h dan

daknya n yaitu

atan Utama B

njukan emiliki utama

asi di yang

engan satu

erijinan harus sangat hingga tinggi. ilewati

333,

1,30%0,10%0,10%

[EXE

asi Di Jawa Timeningkatkan Pe

perencanaainvestasi di itu, peneliti amendalam kdengan pen

bagaimana ada dapat dan bagaimtertarik untuterkini yang (2009) tentinvestasi di faktor pengh

Berinvestasi d

menyebabkmemperoleh

Dalam Pertanggun(2008) disebdi Indonesmemiliki 2berurusan ddalam rangkperizinan dInstansi. Ptermasuk pdan jenisny

7,80%7,50%

6,70%5,00%

4,40%3,90%3,70%,50%

ECUTIVE SUM

mur Wilayah Utrtumbuhan Eko

an kebijakwilayah utaraakan melakukkepada setiapnelitian ini.

membuat intetap tumbuh

mana membuuk melakukan dilakukan hatang permasa Indonesia mhambat (Gam

di Indonesia

an waktu yanh ijin usaha le

Laporangjawaban Gubutkan bahwa

sia dalam ra7 jenis perdengan 21 Inka PMDN harasar dan ber

Perizinan daperizinan tambya sangat ter

10,70%9,70%%%

MMARY]    

ara Dalam Ranonomi Jawa Tim

kana perce Jawa Timur.

kan interview sp unit yang ber

nvestasi yangh dan berkemat investor minvestasi. Pen

arian umum Koalahan / hamencakup limabar 2).

ng dibutuhkanbih lama. n Keterubernur Jawa a untuk berinvangka PMA rizinan dasarnstansi, sedarus memiliki 2rurusan dengsar diatas bahan yang jrgantung dar

19,30%16,40%

ngka mur 

 

epatan Selain secara rkaitan

g telah mbang, merasa nelitian ompas

mbatan a belas

n untuk

rangan Timur vestasi

harus r dan

angkan 6 jenis

gan 20 belum jumlah

ri jenis

%

Page 7: Executive Summ ary - ferryfebub.lecture.ub.ac.idferryfebub.lecture.ub.ac.id/files/2012/11/Executive-summary-peren... · Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Malang, Lumajang,

[EXECUTIVE SUMMARY]    

 

Perencanaan Kebijakan Percepatan Investasi Di Jawa Timur Wilayah Utara Dalam Rangka Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur 

 

kegiatan usahanya. Waktu yang dibutuhkan untuk penyelesaian perizinan dasar tersebut

adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Waktu Penyelesaian Perizinan Dasar

Jenis Penanaman Modal

Wajib A M D A L Tidak Wajib AMDAL

Normatif Pengalaman Investor Normatif Pengalaman

Investor

P M A 489 hari 1.431 hari 534 hari 1.231 hari

PMDN 482 hari 1.421 hari 527 hari 1.123 hari

Sumber: LKPJ Gubernur Jawa Timur (2008) Banyaknya instansi yang memberikan

pelayanan perizinan PMA/PMDN yaitu tersebar di Pusat, Instansi Pusat di Propinsi, Instansi Pusat di Kabupaten/Kota, Instansi terkait di Propinsi dan Instansi terkait di Kabupaten/Kota, cenderung melakukan tekanan informal dari oknum aparat berupa pungutan diluar yang ditetapkan. Sehingga menyebabkan ekonomi biaya tinggi yang pada akhirnya investor menilai bahwa iklim investasi di Indonesia termasuk di Jawa Timur belum kondusif, tidak aman dan tidak nyaman.

Selain hal tersebut diatas, tidak kondusifnya iklim investasi Indonesia berdasarkan hambatan yang diteliti Kompas (2009) adalah minimnya infrastruktur (16,40%) dan permasalahan korupsi (10,70%). Sebenarnya untuk alokasi anggaran sektor infrastruktur di Indonesia terus mengalami kenaikan dalam beberapa tahun terakhir yaitu 3,4 persen dari PDB pada tahun 2004, 3,6 persen dari PDB pada tahun 2005 dan 2,2 persen dari PDB pada tahun 2009. Namun demikian, angka tersebut masih jauh dari ideal dalam penyediaan infrastruktur. Menurut Bank Dunia, kondisi minimum ideal infrastruktur bagi Negara berkembang seperti Indonesia harus berkisar antara 5-6 persen dari total PDB.

Hambatan investasi selanjutnya yang dikemukakan dalam penelitian Kompas (2009) adalah regulasi perburuhan yang kaku, inflasi, akses pembiayaan, regulasi pajak dan instabilitas kebijakan. Instabilitas kebijakan berkaitan erat dengan perubahan kewenangan pemerintahan yaitu diimplemntasikannya UU otonomi daerah pada tahun 2001. Implementasi UU tersebut berimplikasi pada kewenangan daerah yang

lebih luas dalam mengatur pemerintahannya termasuk didalamnya membuat kebijakan dan peraturan-peraturan daerah. Salah satu penyebab instabilitas kebijakan dapat dilihat pada kasus pergantian kepala daerah yang biasanya merubah kebijakan pemerintah daerah baik dalam tataran kebijakan jangka panjang maupun jangka pendek termasuk didalamnya regulasi perburuhan. Perubahan kebijakan tersebut menyebabkan keraguan investor untuk berinvestasi didaerah.

Hal tersebut sesuai dengan berbagai penelitian yang mengemukakan bahwa pelaksanaan otonomi daerah sejak 2001 telah memperburuk iklim investasi di Indonesia (lihat: Hofman, et al. 2003; Smeru, 2001; Ray, 2002, 2003). Masih rendahnya pelayanan publik, kurangnya kepastian hukum, dan berbagai Peraturan Daerah (Perda) yang tidak “pro-bisnis” diidentifikasi sebagai bukti iklim bisnis yang tidak kondusif. Pelayanan publik yang dikeluhkan terutama terkait dengan ketidakpastian biaya dan lamanya waktu berurusan dengan perijinan dan birokrasi. Hal ini diperparah dengan masih berlanjutnya berbagai pungutan, baik resmi maupun liar, yang harus dibayar perusahaan kepada para petugas, pejabat, dan preman. World Bank (2004) mengemukakan alasan utama mengapa investor masih kawatir untuk melakukan bisnis di Indonesia yaitu ketidakstabilan ekonomi makro, ketidakpastian kebijakan, korupsi baik dilakukan oleh pemerintah daerah maupun pemerintah pusat, perijinan usaha, dan regulasi pasar tenaga kerja.

Selanjutnya aspek tingginya inflasi dan terbatasnya akses pembiayaan merupakan faktor lain penghambat berinvestasi di Indonesia (Kompas, 2009). Inflasi berkaitan

Page 8: Executive Summ ary - ferryfebub.lecture.ub.ac.idferryfebub.lecture.ub.ac.id/files/2012/11/Executive-summary-peren... · Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Malang, Lumajang,

 dengan hargmasyarakat.menyebabkamenurun ypada lesunyumum terSedangkan dengan modmelakukan sektor UMKperluasan

Sumber:

Hasil sukendala uperusahaan dengan pertersebut yaipemerintah kenaikan tadan kelangdengan punmengemuka"grease monupeti dan dikeluarkan mencari bamenjadi outpersentase setahun adsebesar Rpdolar AS.

Perencanaan 

ga input prod. Inflasi yaan daya yang selanjuya kondisi permasuk per

aspek pemdal yang dapinvestasi atau

KM. Oleh karakses pem

: Kuncoro et al. (2

Gamba

urvey tersebutama yang dalam mersentase diataitu pungutan

pusat, prif BBM, listrikgkaan bahanngutan liar, Kuakan bahwaney" dalam be biaya eks oleh perusahan baku, tput, maupunpungli terha

dalah 7,5%, p 3 trilyun ata

Lokasi yan

Kebijakan Perc

duksi dan dayang tinggi beli masy

utnya berpenerekonomian srusahan-perus

mbiayaan berat digunakan u usaha khusrena itu dipembiayaan m

2004)

ar 3. Kendala

but menunjukg dihadapi lakukan usaas 5%. Kelimliar, perijinan

peraturan dk dll, pajak/ren baku. Beruncoro et al (

a masih aentuk pungutastra yang sahaan dari

memproses n ekspor. Ratadap biaya e

yang diperkau sekitar 15g dituding

cepatan InvestaMe

ya beli akan

yarakat ngaruh secara sahan. rkaitan untuk

susnya erlukan melalui

a Utama yang

kan 6 oleh

ahanya ma hal n oleh aerah,

etribusi rkaitan (2004)

adanya an liar,

harus sejak input

ta-rata ekspor kirakan 53 juta rawan

[EXE

asi Di Jawa Timeningkatkan Pe

kebijakan kebijakan pe

Hasil petahun 2009memperkuadkk pada utama perusahaanmeliputi 6Indonesia Yogyakarta,(Gambar 3)

g Dihadapi Pe

terhadap ppelabuhan. pejabat di berperilaku menjadi fasi

Masalahperusahaanadalah kenaharga BBMproduksi, kedan hargaproduksi mmembuat hproduksi tamUpah Minimtahun 2000 200 persen lainnya dalpenjelasann

ECUTIVE SUM

mur Wilayah Utrtumbuhan Eko

moneter memerintah lainenelitian yang9 dan penelitat survey yangtahun 2004

yang n/pengusaha. 6 wilayah

yaitu B, Jepara, S.

erusahaan (%

pungli terutamSingkatnya, pusat maupsebagai “pre

ilitator bagi duh lainnya seban dalam meaikan tariff da

M. Sebagai benaikan tarif BBM telah

menjadi mahharganya tidambah mahal lmum Provinsi sampai deng lebih. Sedanlam penelitianya hampir s

MMARY]    

ara Dalam Ranonomi Jawa Tim

maupun kebnnya. g dilakukan koian lainnya

g dilakukan Kumengenai ke

dihSurvey te

kabupaten/koBatam, BanSurabaya dan

%)

ma jalan rayapara birokra

pun daerah edator” dan

unia bisnis. agai kendala elakukan usaasar listrik (TDbagian dari p

dasar listrik h membuat al, yang ak

ak kompetitif. lagi akibat ke (UMP), yan

gan 2004 megkan permasa

an Kuncoro sama dengan

ngka mur 

 

ijakan-

ompas diatas

uncoro endala hadapi

ersebut ota di ndung, n Bali

a dan at dan masih belum

utama ahanya DL dan proses (TDL) biaya

khirnya Biaya

naikan ng dari ncapai alahan (2004)

n yang

Page 9: Executive Summ ary - ferryfebub.lecture.ub.ac.idferryfebub.lecture.ub.ac.id/files/2012/11/Executive-summary-peren... · Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Malang, Lumajang,

[EXECUTIVE SUMMARY]    

 

Perencanaan Kebijakan Percepatan Investasi Di Jawa Timur Wilayah Utara Dalam Rangka Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur 

 

telah dibahas pada hasil penelitian kompas (2009) diatas.

Hasil wawancara mendalam (in depth interview) dengan beberapa dinas dan badan yang terkait dengan investasi di Jawa Timur (dinas perindustrian dan perdagangan, dan badan penanaman modal) dalam upaya mengkross cekkan berbagai temuan penelitian terdahulu, menyebutkan bahwa hambatan-hambatan investasi yang dihadapi oleh dunia usaha di Jawa Timur khususnya di wilayah utara Jawa Timur meliputi tiga hal utama yaitu birokrasi pemerintahan yang buruk, regulasi yang tumpang tindih dan permasalahan infrastruktur.

Birokrasi pemerintahan yang buruk ditandai dengan banyak orang-orang partai yang terlibat aktif dalam urusan birokrasi pemerintahan. Dimana mereka lebih mementingkan partainya masing-masing dalam menjalankan birokrasi pemerintahan. Selanjutnya regulasi yang tumpang tindih, seperti pemerintah daerah membuat suatu peraturan yang tidak sesuai dengan tataran aturan yang telah disarankan oleh pemerintah pusat (propinsi). Dalam hal ini dapat dikatakan banyak perda-perda yang tidak kondusif terhadap iklim bisnis. Selain dua masalah diatas, masalah infrastruktur khususnya penyediaan listrik dan gas oleh pemerintah masih jauh dari kebutuhan investor. Dari berbagai hambatan tersebut, hasil indepth interview menyebutkan bahwa hambatan utama dalam berinvestasi adalah birokrasi yang buruk. Hal ini dikarenakan dengan adanya birokrasi yang buruk sudah pasti akan dapat mematikan investor yang ingin melakukan investasi. Intinya birokrasi

sekarang ini tidak lagi pro bisnis. Sehingga mereka sama halnya dengan musuh bagi para pebisnis yang ingin menanamkan modalnya.

Berdasarkan berbagai hasil penelitian terdahulu dan wawancara mendalam yang dilakukan oleh peneliti diatas, dapat dikatakan bahwa permasalahan utama dalam investasi di Indonesia termasuk di Jawa Timur lebih khusus lagi di Wilayah Utara Jawa Timur adalah faktor birokrasi termasuk instabilitas kebijakan baik dari segi politik (peraturan-peraturan pemerintah, itikad kuat untuk mencegah korupsi, dan lain-lain) maupun dari segi ekonomi (regulasi perburuhan, upah minimum, regulasi perpajakan dan lain sebagainya); minimnya infrastruktur; minimnya akses pembiayaan khususnya bagi Usaha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM); dan permasalahan promosi investasi/pemasaran. Sehingga untuk meningkatkan maupun mempercepat tingkat investasi di Indonesia khususnya di Wilayah Utara Jawa Timur, kebijakan yang harus dipertimbangkan pemerintah daerah mencakup lima hal utama yaitu kebijakan peningkatan efisiensi birokrasi dan pencegahan korupsi; peningkatan infrastruktur; deregulasi bidang pajak dan retribusi; perluasan akses pembiayaan; dan peningkatan kerjasama dan promosi investasi baik di dalam negeri maupun luar negeri. Kelima kebijakan utama tersebut akan dibahas pada sub bab berikut setelah terlebih dahulu membahas konstribusi investasi dan pertumbuhan ekonomi di Wilayah Utara Jawa Timur.

4.2. Konstribusi Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Utara Jawa Timur

Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya, investasi memegang peranan penting baik bagi Negara maupun daerah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Konstribusi daerah dalam pembentukan modal maupun peningkatan usaha, secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi perekonomian suatu daerah. Dalam skup Jawa Timur, wilayah Utara Jawa Timur berkonstribusi signifikan baik dalam hal investasi maupun pertumbuhan ekonomi

terhadap perekonomian Jawa Timur yang mendekati angka 50%. Tingginya konstribusi wilayah utara tersebut selain disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang monosentris ke Kota Surabaya juga dikarenakan infrastruktur seperti jalan, listrik, air dan lain sebagainya lebih baik kondisinya dibanding wilayah selatan maupun wilayah lainnya di Jawa Timur.

Hal tersebut sesuai dengan laporan BPS tahun 2008 yang menyebutkan bahwa daerah di Jawa Timur yang menarik minat

Page 10: Executive Summ ary - ferryfebub.lecture.ub.ac.idferryfebub.lecture.ub.ac.id/files/2012/11/Executive-summary-peren... · Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Malang, Lumajang,

[EXECUTIVE SUMMARY]    

 

Perencanaan Kebijakan Percepatan Investasi Di Jawa Timur Wilayah Utara Dalam Rangka Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur 

 

investor dalam negeri dan asing untuk menanamkan modalnya adalah Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Pasuruan, Probolinggo, Lamongan, Malang, dan Lumajang. Sebagian daerah yang menarik investor untuk menanamkan investasinya berada di Wilayah Utara. Selain itu, daya tarik investasi

terkait dengan potensi daerah serta usaha yang lebih baik dari pemerintah daerah untuk menarik minat investor domestik dan asing dibandingkan dengan daerah lain. Rincian proyek PMDN yang disetujui di Jawa Timur tahun 2006 sampai dengan bulan Juni tahun 2009 dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Proyek PMDN yang disetujui di Jawa Timur Tahun 2006 – Juni 2009 (Jutaan Rupiah)

Kab/kota

Konstribusi Investasi

2006 2007 2008 2009* Rata-rata

Nilai % Nilai % Nilai % Nilai % % Tuban 942.900 0,56 175.000 1,05 0 0,00 0 0,00 0,40 Lamongan 7.900 0,01 7.921.600 47,42 0 0,00 195 0,02 11,86 Gresik 1.974.589 1,17 1.439.475 8,62 8.706.710 43,68 38.585 3,13 14,15 Surabaya 623.330 0,37 393.739 2,36 83.618 0,42 171.265 13,91 4,26 Sidoarjo 369.174 0,22 4.343.133 26,00 4.429.328 22,22 216.918 17,62 16,51 Pasuruan 143.949 0,08 654.392 3,92 1.075.839 5,40 264.677 21,50 7,72 Probolinggo 0 0 0 0,00 66 0,00 105.969 8,61 2,15 Situbondo 10.000 0,01 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0,00 Total Wilayah Utara 3.128.942 2,42 14.908.809 88,31 14.295.561 71,72 1.164.179 94,55 64,25

Jawa Timur 167.449.029 16.705.091 19.933.800 1.231.274 *sampai bulan Juni Sumber: Badan Penanaman Modal Jawa Timur (2006-2009, diolah)

Secara umum konstribusi investasi

wilayah Utara Jawa Timur terhadap total investasi Jawa Timur memiliki rata-rata sebesar 64,25% selama empat periode (2006-2009). Pada tahun 2006 konstribusi investasi Wilayah Utara hanya menyumbang 2%, hal ini dikarenakan pada tahun tersebut terdapat investasi yang sangat besar dari wilyah selatan yaitu didaerah Blitar dengan nilai investasi sebesar 162.269.800 juta atau berkonstribusi lebih dari 99% dari total investasi Jawa Timur. Namun demikian, setelah tahun 2006, konstribusi PMDN wilayah Utara terus mengalami kenaikan sampai dengan 94,55% pada bulan Juni 2009.

Apabila dilihat dari konstribusi per wilayah di Utara Jawa Timur, dapat diketahui bahwa Gresik memiliki nilai investasi yang selalu meningkat dari tahun 2006 sampai dengan Juni 2009. Hal ini berbeda dengan Kabupaten Tuban dimana nilai investasinya terus mengalami penurunan dari 942.900 juta pada tahun 2006 menurun drastic menjadi 175.000 juta pada tahun 2007 dan

pada tahun berikutnya tidak terdapat investor yang menanamkan modalnya di kabupaten tersebut.

Sedangkan untuk daerah lain, nilai investasi PMDN berfluktuasi kecuali untuk daerah Tuban, Probolinggo (tidak ada PMDN) dan Situbondo yang nilai investasinya masih rendah. Sehingga diperlukan sebuah strategi penarikan minat investor dalam negeri melalui kebijakan-kebijakan komprehensif dan terintegrasi dengan pemerintah pusat maupun daerah lainnya. Selain proyek PMDN, Penanaman Modal Asing (PMA) merupakan sumber investasi penting lainnya dalam meningkatkan roda perekonomian daerah dan nasional. Konstribusi investasi dari proyek PMA di Jawa Timur selama periode 2006 – Juni 2009, lebih dari 50 persen berasal dari Wilayah Utara Jawa Timur (Tabel 3)

Secara keseluruhan total proyek PMA yang disetujui di Wilayah Utara Jawa timur mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai dengan Juni 2009 dengan

Page 11: Executive Summ ary - ferryfebub.lecture.ub.ac.idferryfebub.lecture.ub.ac.id/files/2012/11/Executive-summary-peren... · Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Malang, Lumajang,

[EXECUTIVE SUMMARY]    

 

Perencanaan Kebijakan Percepatan Investasi Di Jawa Timur Wilayah Utara Dalam Rangka Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur 

10 

 

konstribusi sebesar 62,64% dari total PMA di Jawa timur. Konstribusi PMA tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar 94,6% sedangkan tahun 2006,2007 dan 2009 berkonstribusi lebih dari 50% dari total Proyek PMA yang disetujui di Jawa Timur. Selama periode tersebut, Probolinggo, Surabaya dan Sidoarjo merupakan daerah yang memiliki

konstribusi tertinggi dengan rata-rata PMA masing-masing sebesar 14,65%, 11,63% dan 11,42%. Kemudian diikuti oleh Gresik dan Pasuruan yang berkonstribusi lebih dari 10% dari total PMA yang disetujui di Jawa timur masing-masing sebesar 10,48% dan 10,20%.

Tabel 3. Proyek PMA yang disetujui di Jawa Timur Tahun 2004 - 2008 (Ribu US$)

Kab/Kota

Konstribusi Investasi

2006 2007 2008 2009* Rata-rata

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % % Tuban 0 0,00 25.434 2,97 100.000 3,89 81.500 7,84 3,68

Lamongan 21.650 1,48 5.000 0,58 6.000 0,23 0 0,00 0,57

Gresik 66.240 4,51 140.355 16,41 363.508 14,13 71.234 6,85 10,48

Surabaya 47.963 3,27 64.349 7,52 204.974 7,97 288.666 27,77 11,63

Sidoarjo 493.424 33,62 52.304 6,12 64.005 2,49 35.880 3,45 11,42

Pasuruan 170.450 11,61 149.588 17,49 195.003 7,58 42.987 4,14 10,20

Probolinggo 3.842 0,26 0 0,00 1.500.551 58,32 69 0,01 14,65

Situbondo 860 0,06 0 0,00 210 0,01 0 0,00 0,02 Total Wilayah Utara 804.429 54,81 437.030 51,10 2.434.251 94,60 520.336 50,06 62,64

Jawa Timur 1.467.546 855.227 2.573.091 1.039.397 *sampai bulan Juni Sumber: Badan Penanaman Modal Jawa Timur (2006-2009, diolah)

Sedangkan untuk tiga daerah lainnya di Wilayah Utara Jawa Timur yaitu Tuban, Lamongan, dan Situbondo, konstribusi investasi PMAnya masih minim terhadap total PMA yang disetujui di Jawa Timur pada tahun 2006-Juni 2009. Dengan segala daya tarik investasi yang lebih tinggi dibanding wilayah lain, wilayah Utara dapat memaksimalkan potensi daerahnya untuk menarik investor domestik maupun asing dalam perekonomian daerahnya masing-masing.

Tingginya konstribusi daerah di Wilayah Utara Jawa Timur baik PMDN maupun PMA salah satunya berimplikasi pada kesempatan kerja yang lebih luas yang selanjutnya berpengaruh terhadap meningkatnya pendapatan daerah tersebut. Pendapatan daerah yang tinggi berkorelasi positif pada tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi.

Tabel 4. menunjukan rata-rata pertumbuhan ekonomi Wilayah Utara selama periode 2004 sampai dengan 2008 sebesar 6,06%, dimana tingkat pertumbuhan tersebut lebih besar daripada rata-rata pertumbuhan ekonomi Jawa Timur (5,89%).

Daerah yang berkonstribusi paling besar di wilayah Utara Jawa Timur adalah Gresik dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 7,31%. Pertumbuhan ekonomi Gresik yang impresif tersebut tidaklah mengherankan karena di daerah tersebut terdapat industri besar seperti semen Gresik dan industri besar lainnya. Selain Gresik, daerah seperti Surabaya, Sidoarjo, dan Pasuruan memberikan konstribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah Utara Jawa Timur dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi dari tahun 2004 – 2008 masing-masing sebesar 6,89%, 6,16%,

Page 12: Executive Summ ary - ferryfebub.lecture.ub.ac.idferryfebub.lecture.ub.ac.id/files/2012/11/Executive-summary-peren... · Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Malang, Lumajang,

[EXECUTIVE SUMMARY]    

 

Perencanaan Kebijakan Percepatan Investasi Di Jawa Timur Wilayah Utara Dalam Rangka Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur 

11 

 

dan 6,10%. Sedangkan tingkat pertumbuhan ekonomi daerah lainnya di wilayah utara berkisar pada rata-rata 5% seperti Lamongan, Situbondo, dan tuban.

Sedangkan Probolinggo memiliki konstribusi yang relative besar dengan nilai rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 6,40%.

Tabel 4. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Utara Jawa Timur (%)

Kab/kota Pertumbuhan ekonomi

Rata-rata 2004 2005 2006 2007 2008

Tuban 3,6 5,36 5,99 5,19 6,52 5,33 Lamongan 4,6 5,93 5,59 5,53 5,89 5,51 Gresik 7,05 8,52 6,75 7,45 6,77 7,31 Surabaya 6,71 6,93 6,99 6,91 6,28 6,89 Sidoarjo 6,14 7,48 5,94 6,69 4,54 6,16 Pasuruan 5,96 5,97 6,2 6,25 5,43 6,10 Probolinggo 6,13 6,83 6,26 6,39 5,95 6,40 Situbondo 4,74 5,65 5,57 5,58 5,00 5,31 Rata-rata Wilayah Utara 5,57 6,45 6,12 6,19 5,80 6,06

Jawa Timur 5,83 5,84 5,8 6,11 5,90 5,89 Sumber: Jawa Timur dalam Angka berbagai Edisi (diolah)

Dengan fakta empiris yang telah diuraikan diatas, dapat ditunjukan bahwa wilayah Utara Jawa Timur memegang peran strategis dalam perekonomian Jawa timur yang ditandai oleh tingginya konstribusi investasi dan pertumbuhan ekonomi. Oleh

karena itu perencanaan kebijakan percepatan investasi di daerah wilayah utara Jawa Timur merupakan kebutuhan yang mendesak dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur secara umum.

4.3. Kebijakan Percepatan Investasi di Wilayah Utara Jawa Timur

Sesuai dengan hambatan dan permasalahan investasi serta potensi dan konstribusi wilayah utara Jawa Timur yang telah dijelaskan dalam sub bab sebelumnya, maka dapat dirumuskan berbagai strategi percepatan investasi di Wilayah Utara Jawa Timur dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur ke dalam lima hal utama. Lima hal utama tersebut merupakan kebijakan dan strategi jangka pendek sehingga dapat diimplementasikan

secara cepat dan tepat oleh pemerintah baik pusat maupun daerah khususnya di wilayah utara Jawa Timur. Kelima strategi percepatan investasi tersebut adalah efisiensi birokrasi dan pencegahan korupsi; peningkatan infrastruktur; kebijakan pajak dan retribusi; perluasan akses pembiayaan; dan peningkatan kerjasama dan promosi investasi baik di dalam negeri mapun di luar negeri.

Page 13: Executive Summ ary - ferryfebub.lecture.ub.ac.idferryfebub.lecture.ub.ac.id/files/2012/11/Executive-summary-peren... · Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Malang, Lumajang,

 

Gam Uraian

Investasi di

Perencanaan 

PeningkerjasaProminve

mbar 4. Ilustra

Ilustrasi Keb wilayah Utara

Kebijakan Perc

Efisiensi Birokrasi & Pencegahan Korupsi

gkatan ama & mosi stasi

asi Kebijakan

bijakan Percea Jawa Timu

cepatan InvestaMe

Kebijakan Inve

PeninInfrast

n Percepatan

epatan r lebih

[EXE

asi Di Jawa Timeningkatkan Pe

Percepatan estasi

gkatan truktur

K

Investasi Wi

detail akan tabel 5 berik

ECUTIVE SUM

mur Wilayah Utrtumbuhan Eko

PerluasPemb

Kebijakan Pajak& Retribusi

ilayah Utara J

dijelaskan pkut.

MMARY]    

ara Dalam Ranonomi Jawa Tim

san Akses biayaan

Jawa Timur

per kebijakan

ngka mur 

12 

 

pada

Page 14: Executive Summ ary - ferryfebub.lecture.ub.ac.idferryfebub.lecture.ub.ac.id/files/2012/11/Executive-summary-peren... · Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Malang, Lumajang,

[EXECUTIVE SUMMARY]    

 

Perencanaan Kebijakan Percepatan Investasi Di Jawa Timur Wilayah Utara Dalam Rangka Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur  13 

 

Tabel 5. Kerangka Kebijakan Percepatan Investasi Wilayah Utara Jawa Timur No Kebijakan Kegiatan/Program Sasaran Indikator

1 Efisiensi birokrasi dan pencegahan korupsi

Konsistensi peraturan perundangan yang terkait dengan penanaman modal serta konsolidasi dan sinkronisasi pelaksanaan perizinan penanaman modal antara pemerintah pusat dan daerah

Terwujudnya iklim investasi yang kondusif melalui upaya sinkronisasi dan deregulasi peraturan antar sektor di Pusat, Propinsi dan Kabupaten/Kota se Jawa Timur

Bertambahnya jumlah investasi

Penguatan kelembagaan penanaman modal di pusat dan daerah dengan mengedepankan prinsip kepastian hukum, deregulasi (simplifikasi) dan efisiensi dalam biaya dan waktu pengurusan.

Terwujudnya iklim investasi yang kondusif dan reformasi kelembagaan ekonomi di Pemerintah Pusat,Propinsi dan Kabupaten /Kota se Jawa Timur yang menjamin kepastian hukum dalam berusaha/berinvestasi

Adanya peraturan pemerintah tentang jaminan berinvestasi

Penyederhanaan prosedur perizinan dan pelayanan penanaman modal/ investasi dengan mengimplementasikan dan menyempurnakan perangkat hukum yang terkait dengan pengembangan usaha, serta menindaklanjuti pelaksanaan pelayanan satu atap baik di tingkat pusat, provinsi maupun kab/kota melalui peraturan presiden, gubernur maupun himbauan.

Meningkatnya pelayanan yang mudah, murah, cepat,tepat dan transparan dengan Sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Kabupaten/Kota se Jawa Timur dengan memanfaatkan teknologi informasi (online dan integrated banking system)

Waktu perijinan investasi kurang dari 100 hari

Memperkuat kelembagaan dan profesionalisme aparat di bidang investasi termasuk sarana dan prasarana penunjangnya

Meningkatnya kuantitas dan kualitas pelayanan melalui pelatihan dan pengembangan aparatur pemerintahan yang menangani bidang penanaman modal/investasi.

Jumlah aparat berkualitas dalam pelayanan investasi bertambah

• Mensosialisasikan pendidikan dan kampanye pencegahan korupsi pada seluruh aparatur

• Meningkatnya pemahaman aparatur pemerintah dan masyarakat tentang

• Jumlah masyarakat yang mengerti efek

Page 15: Executive Summ ary - ferryfebub.lecture.ub.ac.idferryfebub.lecture.ub.ac.id/files/2012/11/Executive-summary-peren... · Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Malang, Lumajang,

[EXECUTIVE SUMMARY]    

 

Perencanaan Kebijakan Percepatan Investasi Di Jawa Timur Wilayah Utara Dalam Rangka Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur  14 

 

No Kebijakan Kegiatan/Program Sasaran Indikator pemerintahan dan masyarakat secara luas. Serta penegakan hukum tanpa pandang bulu kepada para koruptor untuk menimbulkan efek jera dan pembelajaran kepada masyarakat.

• Penegakan hukum tanpa pandang bulu kepada para koruptor untuk menimbulkan efek jera dan pembelajaran kepada masyarakat.

• Peningkatan transparansi dan integritas dalam administrasi public, khususnya pada pemungutan pajak, custom, birokrasi pemerintah dan pelaksanaan administrasi seperti perijinan usaha baik di tingkat provinsi maupun di tingkat kab/kota.

efek negative korupsi • Menurunnya jumlah / kasus korupsi

dan menghukum koruptor dengan hukuman berat

negative korupsi bertambah

• Jumlah kasus korupsi / koruptor berkurang

2 Peningkatan Infrastruktur

Perluasan infratruktur fisik melalui penyediaan fasilitas terutama untuk transportasi, bongkar muat, telekomunikasi dan transmisi, energi, air bersih, dan penataan ruang industri prioritas (kawasan industri, dan wilayah pusat pertumbuhan industri serta zona industri, dengan mempertimbangkan pelaksanaan fungsi desentralisasi.

Meningkatnya ketersediaan fasilitas infrastruktur utama seperti transportasi, energy, air bersih dan lain sebagainya

Fasilitas infrastruktur utama bertambah

Peningkatan koordinasi antara departemen dan dinas terkait di berbagai tingkat pemerintahan seperti Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Perhubungan, Departemen ESDM, dalam penyediaan dan pemeliharaan infrastruktur.

Meningkatnya koordinasi antar departemen/dinas terkait penyediaan dan pemeliharaan infrastruktur

Tersedianya pedoman koordinasi antar departemen

Peningkatan keterlibatan masyarakat, pihak swasta, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD),

Meningkatnya keterlibatan masyarakat, pihak swasta, Badan Usaha Milik

Bertambahnya jumlah kooperasi,BUMD, dan

Page 16: Executive Summ ary - ferryfebub.lecture.ub.ac.idferryfebub.lecture.ub.ac.id/files/2012/11/Executive-summary-peren... · Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Malang, Lumajang,

[EXECUTIVE SUMMARY]    

 

Perencanaan Kebijakan Percepatan Investasi Di Jawa Timur Wilayah Utara Dalam Rangka Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur  15 

 

No Kebijakan Kegiatan/Program Sasaran Indikator Koperasi dan lembaga berbadan hukum lainnya untuk menyediakan infrastruktur dengan skema yang saling menguntungkan.

Daerah (BUMD), Koperasi dan lembaga berbadan hukum lainnya dalam menyediakan infrastruktur

masyarakat dalam penyediaan/pembiayaan infrastruktur

Pengembangan kapasitas dan efisiensi pelayanan infrastruktur melalui pengembangan kapasitas dan perkuatan sistem pelayanan transportasi, listrik, air dan infrastruktur lainnya baik untuk ekspor-impor maupun perdagangan dalam negeri.

Meningkatnya kapasitas dan efisiensi pelayanan infrastruktur melalui pengembangan kapasitas dan perkuatan sistem pelayanan transportasi, listrik, air dan infrastruktur lainnya

Sistem pelayanan infrastruktur semakin baik, cepat dan efisien

3 Perluasan akses pembiayaan

Memfasilitasi akses pembiayaan khususnya bagi pengusaha UMKM melalui pengembangan dan kerangka regulasi untuk mendukung perbankan menyalurkan kreditnya dengan skema-skema pembiayaan tertentu.

Meningkatnya akses pembiayaan khususnya bagi pengusaha UMKM

Bertambahnya kredit khususnya bagi UMKM

Memfasilitasi/memediasi pengusaha dan perbankan untuk menjembatani permasalahan yang berhubungan dengan pembiayaan investasi.

Mencapai solusi alternative/ desain pembiayaan yang saling menguntungkan pengusaha dan perbankan

Jumlah pembiayaan investasi bertambah

Peningkatan peran serta masyarakat dan koperasi sebagai sumber pembiayaan alternatif dalam pembangunan.

Meningkatnya peran serta masyarakat dan koperasi sebagai sumber pembiayaan alternatif

Bertambahnya jumlah koperasi yang menyalurkan pembiayaan

4 Pajak dan retribusi

Pengembangan strategi pajak yang comprehensif dengan mempertimbangkan aspek ekonomi dan strategi investasi, dengan didasarkan pada pengukuran hambatan pajak secara keseluruhan dan tingkat keefektifan pajak yang diterapkan pada aktivitas bisnis/usaha.

Menurunnya jumlah peraturan pajak yang kontraproduktif dengan bidang investasi

Peraturan pajak yang kontraproduktif dengan investasi berkurang

Page 17: Executive Summ ary - ferryfebub.lecture.ub.ac.idferryfebub.lecture.ub.ac.id/files/2012/11/Executive-summary-peren... · Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Malang, Lumajang,

[EXECUTIVE SUMMARY]    

 

Perencanaan Kebijakan Percepatan Investasi Di Jawa Timur Wilayah Utara Dalam Rangka Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur  16 

 

No Kebijakan Kegiatan/Program Sasaran Indikator Insentif pajak melalui keringanan pajak seperti pemberian keringanan Pajak Bumi dan Bangunan, serta pemberian pajak kepada enam kelompok usaha dan lembaga keuangan dalam bentuk memasukan dana cadangan sebagai biaya yang bisa mengurangi penghasilan kena pajaksesuai dengan Peraturan menteri keuangan Nomor 81/PMK.03/2009 tentang pembentukan dana cadangan yang boleh dikurangkan sebagai biaya.

Meningkatnya iklim investasi yang kondusif yang ditandai oleh bertambahnya jumlah investor

Jumlah investor bertambah

Mewujudkan transparansi, kejelasan, dan keterprediksian dalam peraturan perpajakan yang diterapkan termasuk proses dan pertanggungjawabannya kepada publik.

Meningkatnya kualitas peraturan dan pelayanan pajak

Adanya sosialisasi dan transparansi peraturan perpajakan

Pelaksanaan konsultasi secara reguler yang melibatkan pembuat kebijakan pajak dan investasi, lembaga promosi investasi dan dunia usaha untuk memperbaiki desain kebijakan pajak yang konsisten dengan kebijakan perpajakan dan investasi.

Meningkatnya peran serta masyarakat dan dunia usaha dalam mendesain kebijakan pajak yang sesuai kebutuhan

Adanya konsultasi berkala yang dilakukan

5 Peningkatan kerjasama dan promosi investasi

Pengembangan sistem informasi penanaman modal di pusat dan daerah yang dapat dikelola dengan mudah oleh aparatur pemerintahan serta dapat diakses oleh seluruh masyarakat baik didalam maupun luar negeri.

Tercapainya kemudahan mengelola dan mengakses data dan informasi potensi dan peluang investasi, profil investasi komoditi unggulan dan pelayanan perizinan di bidang penanaman modal bagi calon investor dalam negeri dan asing;

Tersedianya informasi potensi dan peluang investasi serta profil investasi komoditi unggulan dan pelayan perizinan

Gelar potensi dan temu usaha serta pengembangan direktori mitra usaha potensial

Meningkatnya kesempatan dalam mengikuti berbagai event pameran dan

Jumlah Gelar potensi dan temu usaha

Page 18: Executive Summ ary - ferryfebub.lecture.ub.ac.idferryfebub.lecture.ub.ac.id/files/2012/11/Executive-summary-peren... · Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Malang, Lumajang,

[EXECUTIVE SUMMARY]    

 

Perencanaan Kebijakan Percepatan Investasi Di Jawa Timur Wilayah Utara Dalam Rangka Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur  17 

 

No Kebijakan Kegiatan/Program Sasaran Indikator melakukan gelar potensi, temu usaha dan seminar baik di dalam maupun di luar negeri serta terupdatenya direktori mitra usaha potensial daerah

meningkat, serta direktori mitra usaha potensial selalu terupdate

Peningkatan sarana promosi melalui media elektronik, cetak dan kegiatan pameran dan kegiatan promosi investasi lainnya baik di dalam negeri maupun diluar negeri.

Memulihkan kepercayaan investor dalam dan luar negeri terhadap Jawa Timur agar calon investor/investor tetap merasa aman dan nyaman menanamkan modalnya di Jawa Timur

Jumlah investor dalam dan luar negeri bertambah

Mendorong dan memfasilitasi peningkatan koordinasi dan kerjasama di bidang investasi antar/dengan instansi pemerintah pusat dan daerah dan dunia usaha baik di dalam maupun di luar negeri.

Terwujudnya koordinasi pelaksanaan promosi investasi antar/dengan instansi terkait di pusat dan daerah serta dunia usaha dalam dan luar negeri

Terintegrasinya promosi investasi antara pusat dan daer

Pendirian/peningkatan dan merevitalisasi lembaga promosi investasi dengan penguatan kapasistas sumber daya manusia dan keuangannya, serta mengevaluasi keberhasilan lembaga tersebut secara reguler.

Meningkatnya peran lembaga promosi investasi yang berkualitas dan berhasil guna

Jumlah investor meningkat baik dari dalam negeri maupun luar negeri

Pengembangan SNI dan kerjasama standardisasi regional dan internasional dalam upaya meningkatkan penerimaan pasar global terhadap produk ekspor Indonesia.

Meningkatnya produk-produk ekspor yang dapat diterima pasar global

Jumlah produk yang berlisensi/standar regional dan internasional bertambah

Penyuluhan investasi dalam rangka pemberdayaan UMKM melalui pelatihan dan pendidikan.

Berkembangnya investasi PMDN / PMA maupun investasi Non PMDN/PMA Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKM)

Jumlah UMKM yang sehat meningkat

Page 19: Executive Summ ary - ferryfebub.lecture.ub.ac.idferryfebub.lecture.ub.ac.id/files/2012/11/Executive-summary-peren... · Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Malang, Lumajang,

[LAPORAN AKHIR]   2009 

 

Perencanaan Kebijakan Percepatan Investasi Di Jawa Timur Wilayah Utara Dalam Rangka Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur 

18 

 

V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah dan hasil

pembahasan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, ada beberapa hal penting yang dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Berbagai hasil penelitian menyebutkan beberapa permasalahan investasi di Indonesia maupun di kabupaten/Kota di Indonesia termasuk di provinsi Jawa Timur yaitu inefisiensi birokrasi termasuk instabilitas kebijakan baik dari sisi politik (seperti: ketidaksinkronan peraturan-peraturan pemerintah pusat dan daerah, tidak adanya itikad kuat untuk mencegah korupsi, dan lain-lain) maupun dari sisi ekonomi (missal: regulasi perburuhan yang kaku, upah minimum regional yang memberatkan pengusaha, regulasi perpajakan/retribusi yang rumit dan lain sebagainya); masih minimnya infrastruktur seperti jalan raya, listrik, pelabuhan; minimnya akses pembiayaan khususnya bagi Usaha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM); dan permasalahan promosi investasi/pemasaran baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

2. Wilayah Utara Jawa Timur yang meliputi daerah Tuban, Lamongan, Gresik, Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, Probolinggo dan Situbondo, mempunyai konstribusi lebih besar baik dari sisi investasi maupun sisi pertumbuhan ekonominya terhadap total investasi dan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur dibanding wilayah lainnya. Hal yang menyebabkan tingginya konstribusi tersebut salah satunya adalah fasilitas infrastruktur seperti jalan, pelabuhan, listrik, dan air yang lebih memadai dari wilayah lain di Jawa Timur. Sehingga wilayah ini memiliki konstribusi investasi lebih dari lima puluh

persen dari seluruh investasi di Jawa Timur. Meskipun investasi bukan komponen utama pembentukan pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur, namun tetap merupakan komponen penting dalam pembangunan ekonomi. Disinilah diharapkan konstribusi investasi wilayah Utara yang saat ini lebih besar dari 50%, dimasa yang akan datang lebih dapat meningkat dan menjadi komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi Jawa Timur.

3. Setidaknya ada lima kebijakan yang dapat dilakukan untuk mempercepat Investasi di wilayah utara Jawa Timur sesuai dengan hasil kajian. Pertama, peningkatan efisiensi birokrasi dan pencegahan korupsi melalui penyerderhanaan prosedur perijinan usaha, regulasi dan law enforcement, serta sistem pengajuan usaha online yang terintegrasi dengan sistem perbankan. Kedua, kebijakan peningkatan infrastruktur dengan memperluas infratruktur fisik melalui penyediaan fasilitas utama; Koordinasi antara departemen dan dinas terkait di berbagai tingkat pemerintahan seperti Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Perhubungan, Departemen ESDM dalam penyediaan dan pemeliharaan infrastruktur; serta pengembangan kapasitas dan efisiensi pelayanan infrastruktur. Selanjutnya adalah kebijakan perluasan akses pembiayaan dengan program memfasilitasi akses pembiayaan khususnya bagi pengusaha UMKM; memfasilitasi/memediasi pengusaha dan perbankan untuk menjembatani permasalahan yang berhubungan dengan pembiayaan investasi; dan meningkatkan peran serta masyarakat dan koperasi

Page 20: Executive Summ ary - ferryfebub.lecture.ub.ac.idferryfebub.lecture.ub.ac.id/files/2012/11/Executive-summary-peren... · Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Malang, Lumajang,

[LAPORAN AKHIR]   2009 

 

Perencanaan Kebijakan Percepatan Investasi Di Jawa Timur Wilayah Utara Dalam Rangka Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur 

19 

 

sebagai sumber pembiayaan alternatif dalam pembangunan. Kebijakan Keeempat adalah pajak dan retribusi yang dilakukan dengan mengembangkan strategi pajak yang comprehensif dengan mempertimbangkan aspek ekonomi dan strategi investasi; memberikan Insentif pajak melalui keringanan pajak; mewujudkan transparansi, kejelasan, dan keterprediksian dalam peraturan perpajakan; dan melaksanakan konsultasi secara reguler yang melibatkan pembuat kebijakan pajak dan investasi. Kebijakan terakhir adalah peningkatan kerjasama dan promosi investasi baik di dalam negeri mapun di luar negeri melalui gelar potensi dan temu usaha;

peningkatan sarana promosi melalui media elektronik, cetak dan kegiatan pameran dan kegiatan promosi investasi lainnya; mendorong dan memfasilitasi peningkatan koordinasi dan kerjasama di bidang investasi antar/dengan instansi pemerintah pusat dan daerah dan dunia usaha baik di dalam maupun di luar negeri; mendirikan/meningkatkan dan merevitalisasi lembaga promosi investasi dengan penguatan kapasistas sumber daya manusia dan keuangannya; pengembangan SNI dan kerjasama standardisasi regional dan internasional; dan penyuluhan investasi dalam rangka pemberdayaan UMKM.

5.2. Saran dan Rekomendasi Berdasarkan hasil pembahasan dan

analisis mengenai strategi percepatan investasi di wilayah utara Propinsi Jawa Timur dalam upaya meningkatkan tingkat pertumbuhan, maka peneliti memberikan saran dan rekomendasi kepada pemerintah baik pusat maupun daerah di Propinsi Jawa Timur khususnya kabupaten dan kota di wilayah utara sebagai berikut:

1. Diperlukan sebuah kebijakan komprehensif dalam bidang investasi yang meliputi koordinasi dan sinkronisasi kebijakan antara pemerintah pusat dan daerah. Sehingga diharapkan dapat membuat aturan main / standar yang jelas tentang mekanisme investasi baik dalam hal prosedur perijinan maupun dalam hal teknis dan administrasi lainnya. Aturan tersebut penting dalam upaya mempersingkat birokrasi dan efisiensi prosedur investasi. Selain itu pula perlu pemanfaatan tekonologi yang semakin berkembang sehingga akan sangat mempercepat perizinan usaha.

2. Peningkatan kuantitas dan kualitas infrastruktur merupakan hal yang harus segera dilakukan oleh pemerintah, dengan tujuan tidak hanya dalam meningkatkan investasi tapi juga meningkatkan aksesibilitas masyarakat dalam mengakses fasilitas infrastruktur.

3. Pemerintah perlu untuk meningkatkan akses pembiayaan khususnya bagi pengusaha UMKM melalui berbagai kebijakan maupun himbauan kepada lembaga-lembaga keuangan bank dan non bank.

4. Diperlukan sebuah terobosan baru / Inovasi dalam hal promosi dan kerjasama baik didalam maupun luar negeri dengan memanfaatkan segala sumberdaya yang tersedia.

5. Perlunya menerapkan kebijakan pajak dan retribusi yang medukung investasi dan menderegulasi kebijakan pajak dan retribusi yang menghambat investasi tanpa mengganggu fiskal daerah

Page 21: Executive Summ ary - ferryfebub.lecture.ub.ac.idferryfebub.lecture.ub.ac.id/files/2012/11/Executive-summary-peren... · Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Malang, Lumajang,

[LAPORAN AKHIR]   2009 

 

Perencanaan Kebijakan Percepatan Investasi Di Jawa Timur Wilayah Utara Dalam Rangka Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur 

20 

 

DAFTAR PUSTAKA Anwar Sanusi, 2003, Sumber Dana

Pembangunan Daerah (Pengaruhnya Terhadap Perubahan Struktur Ekonomi dan Kesenjangan Distribusi Pendapatan Antar Daerah), Penerbit Buntara Media, Malang.

Bank Indonesia. 2008. Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2007: Menjaga Stabilitas, Mendukung Pembangunan Ekonomi Negeri.

Bank Indonesia. 2008. Statistik Perbankan Indonesia. April.

Bayu Wijayanto, 2001, Disparitas Alokasi Investasi Regional di Indonesia, Dian Ekonomi, (maret): 1-18.

BPS, Berbagai Edisi, Jawa Timur Dalam Angka.

Djojohadikusumo, Sumitro, 1994, Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan, Jakarta: LP3S.

Hofman, B., Kai, K. and Gunther, G.S., 2003. Corruption and Decentralization. International conference on ‘Decentralization and its Impact on Local Government and Society’. May 15-17.

Irawan dan M. Suparmoko, 1990, Ekonomika Pembangunan, Edisi Kelima, BPFE, Yogyakarta.

Jhingan, M.L, 1992, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Terjemahan, D Guritno, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Jhingan, M.L, 2003, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Terjemahan, D Guritno, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Kuncoro M, 1997, Ekonomi Pembangunan (Teori, Masalah, dan Kebijakan), UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Kuncoro, M, 2002, Analisis Spasial dan Regional: Study Aglomerasi dan Kluster Industri Indonesia, Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan YKPN.

Kuncoro, M. et al. (2004), Domestic Regulatory Constraints to Labor Intensive Manufacturing Exports, Report for GIAT-USAID, Jogjakarta: Pusat Studi Asia Pasifik UGM.

Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban Gubernur Jawa Timur Periode 2003 – 2008

Muslimin, 2002, Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Penerbit Bayu Media dan UMM Press. Malang

Ray, D. 2003. Regulatory Reform and Local Government in Indonesia. Paper presented at the 5th IRSA International Conference, 18-19th

July, 2003 Bandung Indonesia. Ray, D., 2002. Notes on Domestic Trade and

Decentralization. Unpublished paper. Partnership for Economic Growth. Jakarta. December

SMERU, 2001. Regional Autonomy and the Business Climate: Three Kabupaten Case Studies from North Sumatran, Jakara, May (mimeo)

Tambunan, Tulus, 2001, Perekonomian Indonesia (Teori dan Temuan Empiris), Ghalia Indonesia, Jakarta.

Todaro, Michael P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Edisi Ketujuh. Erlangga, Jakarta.

Van den Berg, Hendrik. 2001. Economic Growth and Development, International Edition. McGraw-Hill, Singapore.