evaluasi tarif bus rapid transit (b rt) b andar …digilib.unila.ac.id/55850/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
EVALUASI TARIF BUS RAPID TRANSIT (BRT) BANDAR LAMPUNG
RUTE RAJABASA-PANJANG BERDASARKAN ABILITY TO PAY (ATP)
DAN WILLINGNESS TO PAY (WTP)
(Skripsi)
Oleh
EVI RENITASARI
FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
ABSTRAK
EVALUASI TARIF BUS RAPID TRANSIT (BRT) BANDARLAMPUNG RUTE RAJABASA-PANJANG BERDASARKANABILITY TO PAY (ATP) DAN WILLINGNESS TO PAY (WTP)
Oleh
EVI RENITASARI
Tarif merupakan salah satu faktor pemilihan moda angkutantransportasi. Pada Bus Rapid Transit Bandar Lampung rute layananRajabasa-Panjang karena faktor pengguna BRT salah satunya adalahtarif. Faktor lain penguna BRT tersebut adalah masyarakat yangberagam seperti, pelajar, mahasiswa, pegawai negeri, ibu rumahtangga, wiraswasta/wirausaha dan lain-lain.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi tarif BRT berdasarkanATP pengguna BRT dengan alokasi biaya untuk penggunaanBRT/bulan berbanding dengan frekuensi penggunaan BRT/bln.Untuk menganalisis WTP menggunakan metode AnalitycalHierarchy Process (AHP).
Hasil dari penelitian yaitu kemampuan responden BRT BandarLampung Rute Rajabasa-Panjang membayar jasa untuk masyarakatumum berpendapatan yaitu sebesar Rp9.3250,00 dan untukpelajar/mahasiswa sebesar Rp5.0910,00. Untuk kesediaan membayarjasa BRT baik masyarakat umum maupun pelajar/mahasiswa sebesarRp6.000,00-Rp6.500,00. Hal tersebut menunjukkan bahwa untukmasyarakat umum tidak keberatan atau tidak masalah dengan tarifyang ditetapkan pemerintah, namun untuk pelajar/mahasiswakemampuan dalam membayar BRT lebih rendah, sehingga perluadanya kebijakan atau subsidi untuk pelajar/mahasiswa. Tarif resmisebesar Rp6.000,00 yang ditetapkan pemerintah tidak memberatkanbagi pengguna karena sesuai dengan kemauan membayar jasa BRT.
Kata kunci : ability to pay, analitycal hierarchy process, Bus RapidTransit, willingness to pay.
ABSTRACT
EVALUATIONS OF BANDAR LAMPUNG BUS RAPID TRANSIT(BRT) ROUTE RAJABASA-PANJANG BASED ON ABILITY TO
PAY (ATP) AND WILLINGNESS TO PAY (WTP)
By
EVI RENITASARI
Tariff is one of the factors in selecting transportation modes. Thefactor which affects the use of Bandar Lampung Bus Rapid Transitroute Rajabasa-Panjang is due to its tariff. The other factor is relatedto passengers of BRT who come from various societies such asstudents, college students, officers, housewives, businessman,entrepreneur, and others.
The aim of this research was to evaluate the tariff of BRT based on theATP of BRT passengers with the cost allocation for using BRT/monthcompared with the frequency for using BRT/month. The WTP wasanalyzed by using Analitycal Hierarchy Process (AHP) method.
The result showed that the respondents’ ability to pay the service ofBandar Lampung BRT route Rajabasa-Panjang for general category isRp9.3250,00 and Rp5.0910,00 for the student category. Thewillingness to pay the service of BRT is Rp6.000,00-Rp6.500,00. Thatshows for the general category there are no objections or problemswith the tariff by the government, but for students/college students theability to pay BRT is lower, so there is a need for policies or subsidiesfor students/college students. And that the official tariff of Rp6.000,00does not burden the passengers since it is appropriate with thewillingness to pay BRT service.
Keywords: ability to pay, analytical hierarchy process, Bus RapidTransit, willingness to pay.
EVALUASI TARIF BUS RAPID TRANSIT (BRT) BANDAR LAMPUNGRUTE RAJABASA-PANJANG BERDASARKAN ABILITY TO PAY (ATP)
DAN WILLINGNESS TO PAY (WTP)
Oleh
EVI RENITASARI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA TEKNIK
Pada
Jurusan Teknik SipilFakultas Teknik Universitas Lampung
FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Gisting, Kabupaten Tanggamus pada
tanggal 9 Juli 1996, sebagai anak terakhir dari 3 bersaudara
pasangan Bapak Satino dan Ibu Sriwahyuni. Penulis
menempuh Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan di SD
Negeri 2 Dadapan pada tahun 2008, Sekolah Menengah Pertama diselesaikan
pada tahun 2011 di SMP Negeri 1 Sumberejo dan Sekolah Menengah Atas
diselesaikan SMA Negeri 1 Sumberejo pada tahun 2014.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswi Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Lampung pada tahun 2014 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis telah melakukan Kerja Praktek
pada Proyek Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera Bakauheni-Terbanggi Besar
Paket 3 Zona 1 STA 80+000–STA 95+000 (Kota Baru-Natar) selama 3 bulan.
Penulis juga telah mengikuti Kuliah Kerja Nyata di Desa Tanjung Tirto,
Kecamatan Way Bungur, Kabupaten Lampung Timur selama 40 hari pada periode
1 Januari-Maret 2018. Penulis mengambil tugas akhir dengan judul Evaluasi
Tarif Bus Rapid Transit (BRT) Bandar Lampung Rute Rajabasa-Panjang
Berdasarkan Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP).
Selama menjalani perkuliahan, penulis menjadi mahasiswa penulis aktif dalam
Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil (HIMATEKS) sebagai anggota Bidang
Penelitian dan Pengembangan pada periode tahun 2015-2016 sampai pada periode
tahun 2016-2017.
PERSEMBAHAN
Untuk Bapak dan Ibu tercinta. Terima kasih untuk pengorbanan dari saya dalam
kandungan sampai saat ini, mendidik, menyayangi dan selalu mendukung dalam
bentuk material maupun batin, yang tak bisa terhitung dan terbalaskan. Hanya doa
dan harapan Semoga Allah subhanahuwata’alla memberikan balasan kebahagiaan
di dunia dan akhirat untuk Bapak dan ibu. Aamiin.
Terimaksih untuk kakak-kakakku yang telah memberi dukungan dan do’anya.
Untuk teman-temanku, Ulfa, Nining, Klara, Novi, Desna, Heni,Aida, Nanda, Uun
Coco, Farhan, Deska, Dendi, Safar, Alfi, Taufik, dan Abdi, Bagus dan Ani yang
mendukung dan memberi pengalaman hidup.
Terimakasih untuk teman seperjuangan Teknik Sipil Unila 2014, besar hati bisa
menjadi bagian hidup kalian. Semoga Allah selalu mempertemukan kita.
Terimakasih dosen-dosen Teknik Sipil Unversitas Lampung, atas ilmu,
pengalaman dan pelajaran hidup yang telah diberikan.
Terimakasih untuk teman hidup 40 hari di Desa Tanjung Tirto, Lampung Timur.
Terimakasih teman-teman SDN 2 Dadapan, SMPN 1 Sumberejo, SMAN 1
Sumberejo dan di manapun kalian berada.
Untuk kalian semua yang berpengaruh dalam hidup ini.
MOTTO
“Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad salallahualaihi wassalam”
“Bersemangatlah melakukan hal yang bermanfaat untukmu dan memintatolonglah pada Allah serta janganlah engkau malas” (HR. Muslim No.2664)
“Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, Maka apabila kamu telahselesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang
lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap” (Q.S. Al-InsyirahAyat 6-8)
“Belajar, Bekerja Keras, Do’a dan Prihatin”(Satino)
i
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah subhanahuwata’alla karena atas
berkat dan karunia-Nya serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Evaluasi Tarif Bus Rapid Transit (BRT) Bandar Lampung Rute
Rajabasa-Panjang Berdasarkan Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay
(WTP)”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Teknik (S.T.) di Fakultas Teknik Universitas Lampung.
Atas terselesainya skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Suharno, M.Sc., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Lampung.
2. Bapak Gatot Eko Susilo, S.T., M.Sc., Ph.D., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Lampung.
3. Bapak Sasana Putra, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing 1 skripsi penulis
yang telah membimbing dalam proses penyusunan skripsi.
4. Ibu Dr. Rahayu Sulistyorini, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing 2 skripsi
penulis yang telah membimbing dalam proses penyusunan skripsi.
5. Bapak Muhammad Karami, S.T., M.Sc., Ph.D., selaku Dosen Penguji skripsi
penulis atas bimbingannya dalam seminar skripsi.
ii
6. Ibu Yuda Romdania, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis
atas bimbingannya selama masa perkuliahan.
7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung atas
ilmu dan pembelajaran yang telah diberikan selama masa perkuliahan.
8. Kedua orang tua tercinta, Bapak Satino dan Ibu Sriwahyuni, dan kakak-
kakakku tersayang, atas do’a, dan dukungan selama ini.
9. Teman seperjuanganku, Teknik Sipil Universitas Lampung Angkatan 2014,
Keluarga baruku, seluruh teman-teman, kakak-kakak, dan adik-adik yang telah
mendukung dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan
keterbatasan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan semoga Allah
subhanahuwata’alla memberikan rahmat kepada kita semua.
Bandar Lampung, 31 Januari 2019
Penulis
Evi Renitasari
iii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ...............................................................................................v
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................vii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 11.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 31.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 31.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 41.5 Batasan Masalah ...................................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Transportasi............................................................................................. 52.2 Angkutan Umum..................................................................................... 52.3 Kelompok Pengguna Angkutan Umum .................................................. 62.4 Tarif......................................................................................................... 62.5 Permintaan Jasa Transportasi ................................................................. 72.6 Penawaran Jasa Transporti...................................................................... 82.7 Metode Penentuan Tarif.......................................................................... 9
2.7.1 Biaya Operasi Kendaraan ............................................................. 92.7.2 Ability To Pay (ATP) ................................................................... 92.7.3 Willingness To Pay (WTP) ......................................................... 112.7.4 Metode AHP (Analitycal Hierarchy Process) ........................... 122.7.5 Hubungan Ability To Pay dan Willingness To Pay .................... 20
2.8 Teknik Penarikan Sampel ................................................................... 232.9 Penelitian Sejenis Terdahulu ................................................................ 24
III. METODE PENELITIAN
3.1 Umum ................................................................................................... 283.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ............................................... 28
3.3.1 Lokasi Penelitian ........................................................................ 283.3.2 Waktu Penelitian ......................................................................... 29
3.3 Penentuan Jumlah Sampel .................................................................. 29
iv
3.4 Pengumpulan Data ................................................................................ 293.4.1 Data Primer ................................................................................. 29
3.4.1.1 Karakteristik Responden ................................................ 303.4.1.2 Karakteristik Perjalanan Responden............................... 303.4.1.3 Persepsi Responden Terhadap Pelayanan BRT.............. 313.4.1.4 ATP dan WTP ................................................................ 31
3.4.1 Data Sekunder.............................................................................. 323.5 Analisis Data ......................................................................................... 32
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Survei Responden BRT ............................................................... 374.1.1 Karakteristik Responden BRT .................................................... 37
4.1.1.1 Jenis Kelamin ................................................................. 384.1.1.2 Usia Responden BRT ..................................................... 384.1.1.3. Jenis Pekerjaan Responden BRT .................................... 394.1.1.4 Jenis Pendapatan/Uang Saku Rata-rata per bulan
Responden BRT……………………………………...... 394.1.1.5. Jenis Kepemilikan Kendaraan......................................... 404.1.1.6. Frekuensi Penggunnaan BRT/bulan .............................. 41
4.1.2 Karakteristik Perjalanan Pengguna BRT .................................... 434.1.2.1 Tujuan Perjalanan….…………………………………... 434.1.2.2 Jenis Kendaraan Yang Sering Digunakan…...………… 434.1.2.3 Faktor-faktor Pemilihan Moda BRT…………………... 44
4.2 Analisis Data ......................................................................................... 454.2.1 Analisis Kemampuan Pengguna BRT Bandar Lampung Rute
Rajabasa-Panjang Untuk Membayar Jasa (ATP)……………….. 464.2.2 Analisis Kemauan Pengguna BRT Bandar Lampung Rute
Rajabasa-Panjang Untuk Membayar Jasa (WTP)………………. 484.2.2.1 Bobot Skala Prioritas Lokal/Skala Fundamental............. 494.2.2.2 Bobot Skala Prioritas Rata-rata ...................................... 514.2.2.3 Menentukan Skala Bobot Prioritas Gabungan……......... 614.2.2.4 Konsitensi Presepsi Responden ..…………………......... 63
4.3 Perbandingan Antara ATP,WTP, dan Tarif Resmi BRTBandar Lampung Rute Rajabasa-Panjang……………………… 66
V. SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan ............................................................................................... 694.2 Saran ..................................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Matriks Penilaian Berpasangan...................................................................... 14
2. Skala Fundamental ......................................................................................... 16
3. Matriks Perbandingan Berpasangan Bobot Prioritas Lokal ........................... 16
4. Matriks Perbandingan Berpasangan Bobot Prioritas Rata-rata FaktorKriteria ........................................................................................................... 17
5. Matriks Bobot Prioritas Gabungan Faktor Kriteria ....................................... 18
6. Nilai Random Indeks (RI) ............................................................................ 20
7. Jenis Kelamin Responden BRT...................................................................... 38
8. Usia Responden BRT ..................................................................................... 38
9. Jenis Pekerjaan Responden BRT.................................................................... 39
10. Pendapatan Rata-rata/bulan Responden BRT (Masyarakat Umum).............. 40
11. Uang Saku Rata-rata/bulan Responden BRT (Pelajar/Mahasiswa)............... 40
12. Jenis Kepemilikan Kendaraan Responden BRT (Masyarakat Umum).......... 41
13. Jenis Kepemilikan Kendaraan Responden BRT (Pelajar/Mahasiswa) .......... 41
14. Frekuensi Penggunaan BRT/bulan (Masyarakat Umum) .............................. 42
15. Frekuensi Penggunaan BRT/bulan (Pelajar/Mahasiswa)............................... 42
16. Tujuan Perjalanan Responden BRT .............................................................. 43
17. Faktor-faktor Memilih BRT .......................................................................... 45
18. Matrik Perbandingan Berpasangan Bobot Prioritas Lokal .............................. 49
vi
19. Skoring Alternatif Tarif (Masyarakat Umum) .............................................. 52
20. Skoring Alternatif Tarif (Pelajar/Mahasiswa) .............................................. 52
21. Matrik Perbandingan Berpasangan Bobot Prioritas Rata-rata KondisiSaat Ini BRT Bandar Lampung Rute Rajabasa-Panjang(Masyarakat Umum) ................................................................................... 53
22. Matrik Perbandingan Berpasangan Bobot Prioritas Rata-rata WaktuPelayanan Ditingkatkan BRT Bandar Lampung Rute Rajabasa-Panjang. (Masyarakat Umum) .................................................................... 54
23. Matrik Perbandingan Berpasangan Bobot Prioritas Rata-rata WaktuPelayanan dan Frekuensi Pelayanan Ditingkatkan BRT Bandar LampungRute Rajabasa-Panjang. (Masyarakat Umum) ........................................... 55
24. Matrik Perbandingan Berpasangan Bobot Prioritas Rata-rata WaktuPelayanan, Frekuensi Pelayanan dan Kenyamanan Ditingkatkan BRTBandar Lampung Rute Rajabasa-Panjang. (Masyarakat Umum) . .............. 56
25. Matrik Perbandingan Berpasangan Bobot Prioritas Rata-rata KondisiSaat Ini BRT Bandar Lampung Rute Rajabasa- Panjang(Pelajar/Mahasiswa) . .................................................................................. 57
26. Matrik Perbandingan Berpasangan Bobot Prioritas Rata-rata WaktuPelayanan Ditingkatkan BRT Bandar Lampung Rute Rajabasa-Panjang. (Pelajar/Mahasiswa) .................................................................... 58
27. Matrik Perbandingan Berpasangan Bobot Prioritas Rata-rata WaktuPelayanan dan Frekuensi Pelayanan Ditingkatkan BRT Bandar LampungRute Rajabasa-Panjang. (Pelajar/Mahasiswa) . .......................................... 59
28. Matrik Perbandingan Berpasangan Bobot Prioritas Rata-rata WaktuPelayanan, Frekuensi Pelayanan dan Kenyamanan Ditingkatkan BRTBandar Lampung Rute Rajabasa-Panjang. (Pelajar/Mahasiswa) ................ 60
29. Matrik Bobot Prioritas Gabungan Alternatif Tarif Berbagai KondisiPada BRT Bandar Lampung Rute Rajabasa-Panjang.(Masyarakat Umum).62
30. Matrik Bobot Prioritas Gabungan Alternatif Tarif Berbagai Kondisi PadaBRT Bandar Lampung Rute Rajabasa-Panjang. (Pelajar/Mahasiswa) ....... 64
31. Pengukuran ketidakkonsistenan Jawaban Responden ................................. 66
32. Perbandingan ATP,WTP, dan Tarif Resmi .................................................. 67
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kurva hubungan permintaan dan biaya ............................................................ 7
2. Kurva hubungan penawaran dan biaya ............................................................ 8
3. Faktor Ability to Pay ....................................................................................... 10
4. Faktor Willingness to Pay ............................................................................... 12
5. Hubungan ATP dan WTP .................................................................................20
6. Kondisi ATP lebih rendah dari tarif berlaku ....................................................22
7. Diagram perhitungan AHP................................................................................36
8. Diagram alir penelitian .....................................................................................37
9. Diagram jenis kendaraan yang sering digunakan..............................................44
10. Diagram pemilihan tarif sesuai kondisi saat ini (masyarakat umum) ............46
11. Diagram pemilihan tarif sesuai kondisi saat ini (pelajar/mahasiswa) ............46
12. Perbandingan ATP, WTP dan tarif resmi (masyarakat umum) .....................66
13. Perbandingan ATP, WTP dan tarif resmi (pelajar/mahasiswa) .....................67
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Undang-undang nomor 22 tahun 2009 mengenai Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan, bahwa Lalu Lintas dan Angkutan Jalan merupakan bagian dari sistem
transportasi nasional perlu dikembangkan potensi dan fungsinya demi
mewujudkan, keselamatan, ketertiban, keamanan dan kelancaran berlalu
lintas dan Angkutan Jalan untuk mendukung pembangunan ekonomi dan
pengembangan wilayah.
Transportasi adalah pergerakan manusia, barang, atau jasa demi mencukupi
kebutuhan dari tempat satu ke tempat yang dituju dengan menggunakan
sarana atau moda tertentu. Transportasi sebagai fasilitas yang mendukung
kegiatan manusia, terutama fasilitas darat. Sarana transportasi darat dibagi
menjadi 2 macam, yaitu angkutan umum dan kendaraan pribadi. Angkutan
umum adalah jasa angkutan yang melayani penumpang yaitu masyarakat
umum, mempunyai rute/trayek, tarif, memiliki jadwal, dan memiliki lintasan
yang dikelola oleh operator atau regulator(pemerintah).(Lestari, 2016).
Kota Bandar Lampung setiap tahunnya bertambah penduduk maka
meningkatakan jumlah pergerakan dan pertambahan kendaraan semakin
tinggi yang menimbulkan kemacetan dan kecelakaan lalu lintas sehingga
2
memerlukan sarana aksesbilitas yang aman, nyaman, dan terjangkau. Sistem
transportasi yang tersedia diantaranya yaitu Trans Bandar Lampung dengan
Bus Rapid Transit yang diresmikan Dinas Perhubungan Kota Bandar
Lampung dan dikelola oleh Konsorsium PT.Trans Bandar Lampung yang
diharapkan dapat membantu masyarakat Bandar Lampung bertransportasi.
BRT merupakan angkutan umum yang beroperasi sejak 14 November 2011
melayani rute layanan yang masih aktif yaitu Rajabasa-Panjang, namun pada
rute layanan Rajabasa-Sukaraja, Kemiling-Sukaraja, Citra Garden-Panjang,
Ir.Sutami-Tanjung Karang, Citra Garden-Rajabasa dan Kompleks Korpri-
Sukaraja saat ini tidak berjalan karena minat masyarakat rendah, atau dalam
pemenuhan kebutuhan transportasinya menggunakan kendaraan pribadi atau
transportasi berbasis aplikasi online.
Pada rute layanan Rajabasa-Panjang karena faktor minat sebagai pengguna
BRT salah satunya adalah tarif. Penguna jasa angkutan tersebut antara
lainnya adalah masyarakat umum yang beragam seperti pegawai negeri,
pelajar, mahasiswa, ibu rumah tangga, wiraswasta/wirausaha dan lain-lain,
maka perlu dilakukannya evaluasi tarif sesuai dengan kemampuan (ATP) dan
kemauan penumpang untuk membayar jasa (WTP). Oleh sebab itu, peneliti
merumuskan masalah tentang Evaluasi Tarif Bus Rapid Transit Bandar
Lampung Rute Rajabasa-Panjang Berdasarkan Ability To Pay (ATP) dan
Willingness To Pay (WTP).
3
1.2 Rumusan Masalah
Penetapan tarif angkutan umum relatif rumit karena harus mengakomodir
kepentingan pihak operator, regulator dan pengguna angkutan umum. Dari sisi
operator tarif seharusnya memberikan keuntungan finansial, sedangkan dari
sisi pengguna ada keterbatasan dan keinginan. Sehingga hal ini menginspirasi
untuk meneliti tarif yang layak untuk Bus Rapid Transit Bandar Lampung
Rute Rajabasa-Panjang.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji besaran Tarif BRT Bandar Lampung
Rute Rajabasa-Panjang berdasarkan kemampuan pengguna dalam membayar
(ATP) dan untuk kemauan pengguna dalam membayar (WTP) dengan
menggunakan Analitycal Hierarchy Process.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat antara lain adalah:
1.4.1.1 Hasil penelitian dapat dijadikan masukan dan informasi bagi Dinas
Perhubungan Kota Bandar Lampung untuk pengembangan
kebijakan sistem penentuan tarif bus.
1.4.1.2 Hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi ilmiah atau
studi pustaka perpustakaan bagi penelitian selanjutnya yang ingin
melakukan penelitian dengan topik yang sejenis.
1.4.1.3 Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mahasiswa
mengenai pelayanan publik khususnya tentang Penentuan Tarif
4
BRT Bandar Lampung Rute Rajabasa-Panjang Berdasarkan
kemampuan pengguna pengguna dalam membayar (ATP) dan
kemauan pengguna dalam membayar (WTP).
I.5 Batasan Masalah
Supaya pembahasan dalam penelitian terarah, maka dibatasi masalahnya
dengan kriteria yang digunakan dalam penelitian, yaitu:
1. Penelitian dilakukan pada BRT Rute Rajabasa-Panjang.
2. Waktu penelitian dilakukan pada hari kerja pukul 07.00-17.00 WIB.
3. Analisis ATP dari pengguna BRT yaitu alokasi biaya untuk penggunaan
BRT/bulan berbanding dengan frekuensi penggunaan BRT/bln.
4. Analisis WTP menggunakan metode Analitycal Hierarchy Process
(AHP).
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Transportasi
Transportasi adalah pergerakan manusia, barang, atau jasa untuk memenuhi
kebutuhan dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan
kendaraan atau moda tertentu. Transportasi dilakukan bertujuan untuk
mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan dengan murah, cepat, aman,
lancar, tertib dan teratur dan efisien.
2.2 Angkutan Umum
Angkutan umum adalah perpindahan orang dan/atau barang dari tempat satu
ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan.
Ruang lalu lintas jalan adalah prasarana yang ditujukan bagi perpindahan
gerak kendaraan, orang, dan/atau barang yang berupa jalan dan fasilitas
pendukung, sedangkan jalan adalah seluruh bagian jalan, termasuk konstruksi
pelengkap dan perlengkapannya yang ditujukan untuk lalu lintas umum, yang
berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan
tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan rel dan jalan
kabel. (UU No. 22 2009).
6
2.3 Kelompok Pengguna Angkutan Umum
Dilihat dari spek pemenuhan kebutuhan mobilitas suatu masyarakat dapat
dibedakan menjadi :
1. Kelompok choice, yaitu orang-orang yang memiliki pilihan untuk
pemenuhan kebutuhan mobilitasnya dengan menggunakan kendaraan
pribadi atau menggunakan angkutan umum.
2. Kelompok captive, adalah kelompok atau orang-orang yang memiliki
ketergantung (captive). Kelompok ini tidak ada pilihan tersedia bagi
pemenuhan kebutuhan mobilitasnya, kecuali menggunakan angkutan
umum.
2.4 Tarif
Perusahaan angkutan umum menyediakan pelayanan berupa jasa dengan
total jumlah jasa yang diperoleh dari jumlah penumpang dan jarak. Tarif
dapat didefinisikan sejumlah uang atau pungutan yang dibebankan ke
pengguna jasa atas jasa yang telah diberikan oleh penyedia jasa.
Tarif angkutan umum dapat berdasarkan tarif seragam (flat fares) maupun
tarif jarak (distance-based fares), dimana dalam menetapkan tarif melibatkan
tiga pihak yaitu:
1. Penyedia jasa transportasi (operator), tarif yaitu harga dari pelayanan
yang diberikan.
2. Pengguna jasa angkutan (user), tarif merupakan biaya yang dikeluarkan
penumpang setiap kali menggunakan angkutan umum.
3. Pemerintah (regulator), berperan pihak penentu tarif resmi.
7
Besarnya tarif berdampak terhadap besarnya pendapatan daerah pada
sektor transportasi (Tamin, 1999).
2.5 Permintaan Jasa Transportasi
Kebutuhan terhadap jasa-jasa transportasi ditentukan oleh barang atau
penumpang yang diangkut dari satu tempat ketempat yang lain. Permintaan
perjalanan memiliki pengaruh yang besar dengan kegiatan suatu
masyarakat. Pada prinsipnya permintaan jasa transportasi merupakan
kebutuhan transpor dari pengguna sistem tersebut, untuk angkutan manusia
ataupun angkutan barang. Semakin banyak dan tingkat kepentingan suatu
aktivitas tinggi maka tingkat akan kebutuhan perjalanan tinggi. Dalam
mengakomodasi permintaan suatu perjalanan dibutuhkan biaya. Hubungan
permintaan dan biaya, semakin sedikit permintaan perjalanan maka biaya
semakin rendah sebaliknya semakin tingginya permitaan maka biaya yang
dikeluarkan semakin tinggi. Kurva hubungan permintaan dan biaya seperti
pada Gambar 1:
Gambar 1. Kurva hubungan permintaan dan biaya
8
2.6 Penawaran Jasa Transportasi
Penyediaan suatu jasa transportasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
berkaitan dengan permintaan jasa-jasa transportasi secara menyeluruh. Setiap
moda transportasi memiliki ciri, karakteristik dan segi teknis yang berlainan,
yang dapat mempengaruhi jasa angkutan yang ditawarkan. Hubungan antara
penawaran dan biaya yaitu semakin tinggi penawaran jasa yang ditawarkan
maka semakin kecil biaya yang dikeluarkan, dan sebaliknya semakin kecil
tingkat penawaran maka semakin tinggi biaya yang dikeluarkan. Kurva
hubungan antara penawaran dan biaya seperti pada Gambar 2.
Gambar 2. Kurva hubungan penawaran dan biaya
Dari segi penawaran atau supply jasa angkutan dilihat dari berbagai segi :
a. Peralatan yang tesedia.
b. Kapasitas yang tersedia.
c. Teknis moda yang digunakan.
d. Produksi jasa dari perusahaan angkutan.
e. Sistem pembiayaan operasional.
9
Dari aspek penyedia jasa seharusnya memprioritaskan pelayanan supaya
pengguna jasa angkutan merasa puas dianataranya :
a. Keamanan.
b. Ketepatan.
c. Keteraturan.
d. Kenyamanan.
e. Kecepatan.
f. Kesenangan.
g. Kepuasan.
2.7 Metode Penentuan Besaran Tarif
2.7.1 Biaya Operasional Kendaraan
Biaya yang diperuntukan dalam pengoperasian kendaraan, yang berupa
biaya tetap berupa penyusutan kendaraan, perijinan dan admisnistrasi, gaji
operator dan biaya tidak tetap berupa pengunaan bahan bakar ,oli, ban dan
perawatan kendaraan.
2.7.2 Ability To Pay (ATP)
Ability To Pay (ATP) adalah kemampuan seseorang dalam membayar
jasa pelayanan angkutan yang diterima berdasarkan penghasilan. Faktor-
faktor yang mempengaruhi ATP adalah :
a. Pendapatan
Apabila pendapatan seseorang semakin besar maka kemampuan
dalam membayar jasa akan semakin tinggi, dan sebaliknya jika
10
pendapatan seseorang kecil maka kemampuan membayar jasa relatif
rendah.
b. Alokasi biaya transportasi
Besarnya alokasi biaya transportasi yang disediakan, maka
meningkatkan kemampuan membayar perjalanannya, demikian
sebaliknya semakin kecil biaya transportasi yang disediakan, maka
semakin kecilnya kemampuan seseorang untuk membayar.
c. Intensitas perjalanan
Semakin besar intensitas perjalanan keluarga tentu akan semakin
panjang jarak perjalanan yang ditempuhnya maka akan semakin
banyak alokasi dana .
Untuk menentukan kemampuan membayar dari pengguna jasa BRT yaitu
alokasi biaya untuk penggunaan BRT/bulan berbanding dengan
frekuensi penggunaan BRT/bln.
Gambar 3. Faktor Ability to Pay
Besarnya biaya perjalanan atau tarif merupakan salah satu pertimbangan
pengguna dalam pemilihan moda untuk memenuhi kebutuhan. Jika tarif
Intensitas perjalanan
Pendapatan atauUang Saku
Ability To Pay(ATP)
Alokasi biayatransportasi
11
yang harus dibayar mempunyai proporsi yang besar dari tingkat
pendapatan maka pengguna lebih memilih angkutan yang lebih murah,
dan apabila tidak ada pilihan lain maka menggunakan moda tersebut.
2.7.3 Willingness To Pay (WTP)
Willingness To Pay (WTP) adalah kemampuan pengguna untuk membayar
biaya atas jasa yang diperoleh. Pendekatan yang digunakan dalam analisis
WTP didasarkan pada prespektif tarif pengguna terhadap jasa pelayanan
angkutan umum tersebut. Faktor yang mempengaruhi WTP , sebagai
berikut adalah:
a. Produk yang ditawarkan/disediakan oleh operator jasa pelayanan
transportasi. Semakin banyak total armada dalam melayani tentunya
lebih menguntungkan pihak pengguna.
b. Kualitas dan kuantitas pelayanan.
Produksi jasa angkutan yang besar dan tingkat kualitas pelayanan
yang baik, maka pengguna jasa tersebut bersedia membayar lebih
besar.
c. Utilitas.
Apabila semakin besar manfaat yang dirasakan terhadap suatu
pelayanan transportasi yang dirasakannya tentunya semakin besar pula
kemauan membayar terhadap tarif yang berlaku dan sebaliknya.
d. Penghasilan pengguna apabila seseorang memiliki penghasilan yang
besar kemauan membayar tarif perjalanannya semakin besar hal ini
disebabkan oleh alokasi biaya perjalanannya lebih besar, sehingga
12
memberikan kemampuan dan kemauan membayar tarif perjalanannya
semakin besar.
Gambar 4. Faktor Willingness to Pay
Untuk menganalisis kemauan pengguna BRT (WTP) menggunakan
Analitycal Hierarchy Process Method (AHP).
2.7.4 Metode AHP ( Analitycal Hierarchy Process )
AHP adalah salah satu model pendukung keputusan yang dikembangkan
oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan menguraikan
masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu
hirarki. Hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah
permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana
level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria,
dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif (Saaty,
Produk yang ditawarkan
Utilitas atau maksudpengguna
Kualitas dan kuantitaspelayanan
Penghasilan pengguna
Willingness to Pay(WTP)
13
1993). Dengan hirarki, masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam
kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk
hirarki sehingga permasalahan akan lebih terstruktur dan sistematis.
Pendapatan per bulan yang berskala rasio dapat dikategorikan menjadi
pendapatan berskala ordinal atau kategori (tinggi, menengah, rendah) yang
berskala nominal. Sebaliknya jika pada saat dilakukan pengukuran data
yang diperoleh adalah kategori, data yang berskala lebih tinggi tidak dapat
diperoleh, AHP dapat mengatasinya (Damanik, 2008).
AHP digunakan untuk menurunkan skala rasio dari beberapa perbandingan
berpasangan yang diskrit maupun kontinu. Perbandingan berpasangan
tersebut didapatkan melalui pengukuran aktual maupun pengukuran relatif
dari derajat kesukaan, kepentingan atau perasaan. Dengan demikian
metode ini dapat membantu mendapatkan skala rasio dari hal-hal yang
sulit diukur seperti pendapat, perasaan, perilaku dan keyakinan.
Pada metode AHP meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut (Damanik,
2008) :
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.
Pada tahap awal adalah menentukan masalah yang akan dipecahkan
secara jelas, detail dan mudah dipahami. Dari suatu masalah dapat
ditentukan solusi yang mungkin cocok untuk masalah tersebut. Dan
solusi dari masalah memiliki kemungkinan berjumlah lebih dari satu.
Kemudian mengembangkan solusi lebih lanjut dalam tahap
berikutnya.
14
2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan utama.
Setelah menyusun tujuan utama sebagai level teratas akan disusun
level hirarki yang berada di bawahnya yaitu kriteria-kriteria yang
cocok untuk mempertimbangkan atau menilai alternatif yang
diberikan dan menentukan alternatif tersebut. Setiap kriteria
mempunyai intensitas yang berbeda-beda. Hirarki dilanjutkan dengan
subkriteria (jika mungkin diperlukan).
3. Membuat matrik perbandingan berpasangan yang
mendeskripsikan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen
terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat di atasnya.
Misalkan terhadap sub sistem hirarki dengan kriteria C dan sejumlah n
alternatif dibawahnya, Ai sampai An. Perbandingan antara alternatif
untuk sub sistem hirarki itu dapat dibuat dalam bentuk matris n x n,
seperti pada dibawah ini.
Tabel 1. Matriks Perbandingan Berpasangan
C A1 A2 A3 An
A1 A11 A12 A13 A1n
A2 A21 A22 A23 A2n
A3 A31 A32 A33 A3n
Am Am1 Am2 Am3 Amn
Nilai a11 yaitu nilai perbandingan elemen A1 pada baris terhadap
A1 pada kolom yang menggambarkan:
15
a. Seberapa jauh tingkat kepentingan A1 pada baris terhadap kriteria
C dibandingkan dengan A1 pada kolom atau
b. Seberapa jauh dominasi A1 pada baris terhadap A1 pada kolom
atau
c. Seberapa banyak sifat kriteria C terdapat pada A1 pada baris
dibandingkan dengan A1 pada kolom.
4. Mendefinisikan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh
jumlah penilaian seluruhnya sebanyak n x[(n-1)/2] buah, dengan
n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan.
Hasil perbandingan dari masing-masing elemen dapat berupa angka
dari 1 sampai 9 yang menunjukkan perbandingan tingkat kepentingan.
Apabila suatu elemen dalam matriks dibandingkan dengan dirinya
sendiri maka hasil perbandingan diberi nilai 1. Skala 9 telah terbukti
dapat diterima dan bias membedakan intensitas antara elemen. Hasil
perbandingan tersebut diisikan pada sel yang bersesuaian dengan
elemen yang dibandingkan. Skala perbandingan perbandingan
berpasangan dan pengertiannya disajikan pada Tabel 2.
Perhitungan skala fundamental dilakukan melalui perbandingan
matrik faktor layanan, seperti pada Tabel 3. yang hasil skala rasio
diturunkan dalam bentuk iegen vector, dimana memiliki ciri positif
dan berbalikan, yaitu aij =1aij
16
Tabel 2. Skala Fundamental
Tingkat
KepentinganDefinisi Keterangan
1 Sama PentingnyaKedua elemen mempunyai pengaruh yang sama.
3Agak lebih
penting yang satuatas lainnya
Pengalaman dan penilaian sangat memihak satu elemendibandingkan dengan pasangannya.
5 cukup pentingPengalaman dan keputusan menunjukkan kesukaanatas satu aktifitas lebih dari yang lain
7 Sangat pentingPengalaman dan keputusan menunjukkan kesukaanyang kuat atas satu aktifitas lebih dari yang lain
9Mutlak lebih
Penting
Satu elemen mutlak lebih disukai dibandingkan denganpasangannya, pada tingkat keyakinan tertinggi.
2,4,6,8
nilai tengahdiantara dua nilaikeputusan yangberdekatan
Bila kompromi dibutuhkan
Resiprokal Kebalikan
Jika elemen i memiliki salah satu angka dari skalaperbandingan 1 sampai 9 yang telah ditetapkan oleh Saatyketika dibandingkan dengan elemen j, maka j memilikikebalikannya ketika dibandingkan dengan elemen i
Rasio
rasio yangdidapat langsung daripengukuran
Sumber : Saaty, T. Lorie. 1993
Tabel 3. Matriks Perbandingan Berpasangan Bobot Prioritas Lokal
Faktor 1(a)
Faktor 2(b)
Faktor 3(c)
Faktor 4(d)
Faktor eigen FaktorPrioritas
Faktor 1(a)
xy 1,1 = xy 1,2 = xy 1,3 = xy 1,4 = E1 = a =
Faktor 2(b)
xy 2,1 = xy 2,2 = xy 2,3 = xy 2,4 = E2 = b =
Faktor 3(c)
xy 3,1 = xy 3,2 = xy 3,3 = xy 3,4 = E3 = c =
Faktor 4(d)
xy 4,1 = xy 4,2 = xy 4,3 = xy 4,4 = E4 = d =
Jumlah E = E1+E2+E3+E4 a+b+c+d
17
Contoh cara membaca untuk x,y 2.1 yaitu faktor 2 terhadap faktor 1.
Kemudian untuk memperoleh nilai skala perbandingan berdasarkan
Tabel 3. dilakukan perhitungan bobot prioritas sebagai berikut :
Faktor 1 = (xy1,1.a) + (xy1,2.b) + (xy1,3.c) + (xy1,4.d)
Faktor 2 = (xy2,1.a) + (xy2,2.b) + (xy2,3.c) + (xy2,4.d)
Faktor 3 = (xy3,1.a) + (xy3,2.b) + (xy3,3.c) + (xy3,4.d)
Faktor 4 = (xy4,1.a) + (xy4,2.b) + (xy4,3.c) + (xy4,4.d)
5. Menghitung Bobot Skala Prioritas Rata-rata
Avarage priority weight atau bobot skala prioritas rata-rata dihitung
berdasarkan hasil scoring nilai besaran tarif terklasifikasi yang
diinginkan masyarakat pada setiap kondisi yang diharapkan, yang
tersaji pada Tabel 4. sebagai berikut :
Tabel 4. Matriks Perbandingan Berpasangan Bobot Prioritas Rata-rata FaktorKriteria
Tarif 1(a)
Tarif 2(b)
Tarif 3(c)
Tarif 4(d)
Faktor eigen FaktorPrioritas
Tarif 1(a)
xy 1,1 = xy 1,2 = xy 1,3 = xy 1,4 = E1 = a =
Tarif 2(b)
xy 2,1 = xy 2,2 = xy 2,3 = xy 2,4 = E2 = b =
Tarif 3(c)
xy 3,1 = xy 3,2 = xy 3,3 = xy 3,4 = E3 = c =
Tarif 4(d)
xy 4,1 = xy 4,2 = xy 4,3 = xy 4,4 = E4 = d =
Jumlah E = E1+E2+E3+E4 a+b+c+d
18
Contoh cara membaca untuk x,y 2.1 yaitu pilihan 2 terhadap pilhan
tarif 1. Kemudian untuk perhitungan bobot prioritas berdasarkan
Tabel 4. adalah sebagai berikut :
Tarif 1 = (xy1,1.a) + (xy1,2.b) + (xy1,3.c) + (xy1,4.d)
Tarif 2 = (xy2,1.a) + (xy2,2.b) + (xy2,3.c) + (xy2,4.d)
Tarif 3 = (xy3,1.a) + (xy3,2.b) + (xy3,3.c) + (xy3,4.d)
Tarif 4 = (xy4,1.a) + (xy4,2.b) + (xy4,3.c) + (xy4,4.d)
6. Menghitung Skala Prioritas Gabungan
Global priority weights atau bobot prioritas gabungan adalah
gabungan antara bobot prioritas lokal dengan bobot prioritas rata-rata
pada setiap tarif dari masing-masing kriteria kondisi, yang tersaji
pada Tabel 5. sebagai berikut.
Tabel 5. Matriks Bobot Prioritas Gabungan Faktor Kriteria
Faktor 1 Faktor 2 Faktor 3 Faktor 4
(a) (b) (c) (d)
Bobot PrioritasGabunganW = Skala
fundamental aX= Skala
fundamental bY= Skala
fundamental cZ= Skala
fundamental d
Tarif 1 A = bobot B = bobot C = bobot D = bobot (A.W) + (B.X) +
(a)prioritas faktor
1prioritas faktor
2prioritas faktor
3prioritas faktor
4(C.Y) + (D.Z)
Tarif 2 E = bobot F = bobot G = bobot H = bobot (E.W) + (F.X) +
(b)prioritas faktor
1prioritas faktor
2prioritas faktor
3prioritas faktor
4(G.Y) + (H.Z)
Tarif 3 I = bobot J = bobot K = bobot L = bobot (I.W) + (J.X) +
(c )prioritas faktor
1prioritas faktor
2prioritas faktor
3prioritas faktor
4(K.Y) + (L.Z)
Tarif 4 M = bobot N = bobot O = bobot P = bobot (M.W) + (N.X) +
(d)prioritas faktor
1prioritas faktor
2prioritas faktor
3prioritas faktor
4(O.Y) + (P.Z)
19
7. Memeriksa konsistensi hirarki.
Pada AHP yang diukur adalah rasio konsistensi dengan melihat indeks
konsistensi. AHP yang menggunakan persepsi pembuat keputusan
sebagai inputnya maka ketidakkonsistenan mungkin keterbatasan
dalam menyatakan persepsinya. Pengukuran konsistensi dari suatu
matrik didasarkan atas eigen value maksimum. Thomas L. Saaty telah
membuktikan bahwa indeks konsistensi dari matriks berordo n dengan
rumus sebagai berikut :
CI =( )( ) …………………………………………. (2)
Keterangan :
CI = Rasio penyimpangan konsistensi (consistency indeks)max =Nilai eigen terbesar dari matriks berordo n
n = Orde matriks
Apabila CI bernilai nol (0), maka matriks pair wise comparison
tersebut konsisten. Batas ketidakkonsistenan yang ditetapkan oleh
Thomas L. Saaty dengan menggunakan Rasio Konsistensi (CR), yaitu
perbandingan indeks konsistensi dengan nilai Random Indeks (RI).
Rasio Konsitensi dapat dirumuskan sebagai berikut :
CR = …………………………………………………. (3)
Keterangan :
CR = Rasio Konsistensi
CI = Rasio Penyimpangan konsistensi (consistency indeks)
RI = nilai Random Indeks
Nilai random indeks bisa di dapatkan dari Tabel 6. berikut:
20
Tabel 6. Nilai Random Indeks (RI)
N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,34 1,41 1,45 1,48
Sumber : Saaty, T. Lorie. 1993
Jika matriks perbandingan berpasangan dengan nilai CR lebih
kecil dari 0,100 maka ketidakkonsistenan pendapat pengambil
keputusan dapat diterima dan jika tidak maka penilaian perlu diulang.
2.7.5 Hubungan Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP)
Hubungan antara tarif, ATP dan WTP yaitu dalam pelaksanaan untuk
menentukan tarif sering terjadi benturan antara besarnya WTP dan ATP
(Tamin ,1999). Kondisi tersebut selanjutnya disajikan secara ilustratif
yang terdapat pada gambar 5.
Jarak (Km)
Gambar 5. Pengaruh Jarak Terhadap Pilihan ATP dan WTP.
Keterangan :
= ATP > WTP
= ATP < WTP
ATP = WTP
21
1. ATP > WTP
Kondisi ini mendeskripsikan bahwa kemampuan membayar lebih
tinggi daripada keinginan membayar jasa. Akan terjadi apabila
pengguna mempunyai penghasilan yang relatif tinggi tetapi utilitas
terhadap jasa tersebut relatif rendah, pengguna termsuk pada
kelompok choice.
2. ATP < WTP
Kemauan pengguna untuk membayar jasa lebih tinggi daripada
kemampuan membayarnya, dapat terjadi bagi pengguna
berpenghasilan yang relatif rendah tetapi utilitas terhadap jasa tersebut
sangat tinggi, sehingga kemauan pengguna untuk membayar jasa
tersebut relatif dipengaruhi oleh utilitas, pengguna termasuk pada
kelompok captive.
3. ATP = WTP
Kondisi ini menggambarkan kemampuan dan keinginan membayar
jasa pengguna yang sama, terjadi keseimbangan utilitas pengguna
dengan biaya yang dikeluarkan untuk membayar jasa tersebut.
Pada prinsipnya penentuan tarif dapat ditinjau dari beberapa aspek utama
dalam sistem angkutan umum. Aspek-aspek tersebut adalah:
1. Pengguna (User);
2. Operator;
3. Pemerintah (Regulator).
22
Apabila parameter ATP dan WTP yang ditinjau, maka aspek pengguna
dalam hal ini dijadikan subyek yang menentukan nilai tarif yang
diberlakukan dengan prinsip sebagai berikut:
1. ATP adalah fungsi dari kemampuan membayar, sehingga nilai tarif
yang diberlakukan, sebisa mungkin tidak melebihi nilai ATP
kelompok masyarakat. Intervensi pemerintah dalam bentuk subsidi
langsung atau silang dibutuhkan pada kondisi, dimana nilai tarif
berlaku lebih besar dari ATP, sehingga didapat nilai tarif yang
besarnya sama dengan nilai ATP, terlihat pada Gambar 6.
2. WTP yaitu fungsi dari tingkat pelayanan angkutan umum, apabila
nilai WTP berada dibawah ATP maka dimungkinkan melakukan
peningkatan nilai tarif dengan perbaikan kinerja pelayanan, terlihat
pada Gambar 6.
Apabila perhitungan tarif berada jauh dibawah ATP dan WTP, maka
terdapat keleluasaan dalam perhitungan atau pengajuan nilai tarif baru
Gambar 6. Kondisi ATP lebih rendah dari tarif berlaku
Zone subsidi agar tarif yangberlaku maksimal-ATP
Zone Keleluasan PenentuanTarif Ideal tanpa PerbaikanTingkat Pelayanan sampai batasnilai WTP
ATP
WTP
Zone Keleluasan PenentuanTarif dengan PerbaikanTingkat Pelayanan
23
2.8 Teknik Penarikan Sampel
Pada penelitian ini akan menggunakan teknik penarikan sampel yaitu
random sampling, hal tersebut dipilih karena semua elemen populasinya
memiliki probabilitas yang sama untuk dijadikan sampel.
Penelitian terhadap responden BRT, sampel diambil berdasarkan
berdasarkan perhitungan jumlah sampel minimal. Dihitung dengan
menggunakan rumus Slovin:
= ………
………………………. (4)Keterangan : n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
= Nilai Ketelitian
2.9 Penelitian Sejenis Pendahulu
1. Penelitian dari Maharannisa Widi Lestari pada tahun 2016 tentang
“Analisa Kelayakan Tarif Batik Solo Trans (BST) Ditinjau Dari
Ability To Pay Dan Willingness To Pay“ mengemukakan tentang
kemampuan dan keinginan pengguna jasa BST, dengan
simpulan yaitu:
Penelitian ini menggunakan data berupa kuisioner diperoleh dari survei
di dalam bus sepanjang rute BST Koridor 1 dan Koridor 2.
Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa mayoritas penumpang
24
BST adalah perempuan, jenis profesi terbanyak pelajar, mayoritas
tujuan perjalanan untuk keperluan bisnis, pendapatan terbanyak berkisar
pada Rp900.001,00Rp1.009.050,00. Waktu tunggu kedatangan BST
yang sesuai dengan pengguna yaitu 6-10 menit, serta penilaian
pelayanan BST cukup memuaskan. Nilai tarif berdasarkan ATP
didapatkan sebesar Rp2.000,00 untuk Pelajar, dan Rp3.670,00 untuk
umum. Besarnya nilai WTP sebesar Rp1.555,00 untuk Pelajar, dan
Rp3.458,00 untuk umum. Tarif yang berlaku saat ini lebih besar
daripada tarif berdasarkan ATP dan WTP. Berdasarkan hasil analisis
perlu ada kajian ulang penerapan tarif di lapangan agar sesuai dengan
kemampuan dan kemauan para penggunanya.
2. Penelitian dari Risdianto, Edo Fasha Nasution, dan Erni Umi Hasanah
pada tahun 2016 tentang “Kinerja Teknis Dan Analisis ATP WTP
Angkutan Trans Jogja“ mengemukakan tentang kinerja teknis angkutan
Trans Jogja dan besarnya Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay
(WTP) penumpang Trans Jogja, dengan simpulan sebagai berikut :
Hasil kinerja teknis dibandingkan dengan standar dari World Bank.
Sementara itu, ATP dan WTP diperoleh dari wawancara dengan para
penumpang. Diperoleh Load Factor rerata angkutan Trans Jogja
42,08%, headway rerata selama 15 menit, dan waktu tempuh rerata
satu kali putaran 1,6 jam, hal tersebut mengambarkan Load Factor dan
headway belum memenuhi persyaratan menurut standar World Bank.
Adapun ATP penumpang Trans Jogja sebesar Rp. 4.574,00 dan WTP
25
sebesar Rp. 3.259,00. Dari analisis ATP dan WTP, direkomendasikan
adanya peningkatan tarif angkutan menjadi Rp. 4.000,00 setelah
terlebih dahulu dilakukan peningkatan layanan.
3. Penelitian dari Julien d a n Kasyiful Mahalli pada tahun 2014
tentang “Analisis Ability To Pay dan Willingness To Pay Pengguna
Jasa Kereta Api Kualanamu“ mengemukakan tentang menemukan
yang ideal tarif dari layanan kereta api dan untuk menyelidiki
pertimbangan dasar di menentukan tarif layanan dengan simpulan
sebagai berikut :
Hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan responden
membayar adalah Rp 78.375 dan responden rata-rata kesediaan untuk
membayar adalah Rp 60.375. Namun, setelah peningkatan kualitas
prioritas, kemampuan responden rata-rata untuk membayar akan
menjadi Rp 71.375, jumlah rata-rata uang yang bersedia ditambahkan
oleh responden adalah Rp22.632. Dalam menentukan tarif, PT.
Railink telah mempertimbangkan biaya operasi dan kualitas pelayanan
yang diberikan kepada pengguna sebagai alasan utamanya.
Berdasarkan tarif saat ini, responden yang memiliki kemampuan
membayar hanya 50%. Penelitian ini menyimpulkan bahwa tarif ideal
untuk layanan kereta api adalah Rp69.375, yang akan meningkatkan
persentase responden yang memiliki kemampuan membayar menjadi
72,5%.
26
4. Penelitian dari Revy Safitri pada tahun 2016 tentang “Evaluasi Tarif
Angkutan Umum Berdasarkan ATP dan WTP di Kota Pangkalpinang
“mengemukakan tentang evaluasi tarif angkutan umum untuk
mengetahui kesesuaian tarif yang berlaku terhadap kemampuan dan
kemauan membayar masyarakat sebagai pengguna jasa transportasi
di Kota Pangkalpinang, simpulan yang diperoleh yaitu:
Pendekatan dalam analisis ATP berdasarkan besarnya alokasi biaya
transportasi terhadap pendapatan dan frekuensi perjalanan dalam 1
bulan, dan untuk pendekatan analisis WTP berdasarkan kemauan
membayar masyarakat terhadap kondisi pelayanan angkutan umum
saat ini. Berdasarkan hasil evaluasi, tarif bukan masalah utama yang
menyebabkan rendahnya minat masyarakat sebagai pengguna
angkutan umum.
5. Penelitian dari Jhon Wesley Damanik pada tahun 2008 tentang
“Studi Penentuan Tarif Bus Damri Berdasarkan Kemampuan (ability
to pay) dan Kemauan membayar (willingness to pay) Penumpang di
Bandar Lampung“ mengemukakan tentang evaluasi tarif angkutan
Bus Damri, diperoleh simpulan sebagai berikut yaitu:
Kemampuan membayar (ATP) penumpang Bus Damri sebelum
kenaikan BBM untuk jurusan Tanjung Karang-Raja Basa adalah
Rp1.452,19 (Rp161,35/Km), Tanjung Karang-Teluk Betung adalah
Rp1.572,34 (Rp174,70/Km), dan Tanjung Karang-Korpri adalah
Rp1.665,65 (Rp166,56/Km), sedangkan setelah kenaikan BBM nilai
27
kemampuan membayar jurusan Tanjung Karang-Raja Basa adalah
Rp2.318,21(Rp257,579/Km), Tanjung Karang-Teluk Betung adalah
Rp2.322.72 (Rp258,081/Km), dan Tanjung Karang-Korpri adalah
Rp2.128,53 (Rp236,503/Km), survei yang dilakukan kerumah adalah
Rp3.777,40 (Rp377,74/Km), dan untuk penumpang bus Damri Ac
adalah Rp2.339,75 (Rp259,972/Km).
Kemauan membayar (ATP) penumpang Bus Damri sebelum kenaikan
BBM untuk jurusan Tanjung Karang-Raja Basa adalah Rp1.500-
Rp2.000 Tanjung Karang-Teluk Betung adalah Rp1.500-Rp2.000, dan
Tanjung Karang-Korpri adalah Rp1.500-Rp2.000 sedangkan setelah
kenaikan BBM nilai kemampuan membayar jurusan Tanjung Karang-
Raja Basa adalah Rp2.500-Rp3.000 Tanjung Karang-Teluk Betung
adalah Rp2.000-Rp2.500 dan Tanjung Karang-Korpri adalah
Rp2.000-Rp2.500, survei yang dilakukan kerumah adalah Rp2.000-
Rp2.500 dan untuk penumpang bus Damri Ac adalah Rp2.500-
Rp3.000.
III. METODE PENELITIAN
3.1 Umum
Metode penelitian merupakan usaha untuk memperoleh, mengembangkan
dan meneliti kebenaran suatu fakta berdasarkan suatu cabang ilmu
pengetahuan dengan cara mengumpulkan, mencatatat, menganalisa dan
membahas serta mendapatkan kesimpulan dari suatu penelitian yang
dilakukan.
Pada setiap penelitian memiliki tahapan yang harus dilakukan, dan setiap
tahapan memiliki hubungan serta harus dilalui sesuai dengan
sistematikanya. Penelitian ini dimulai dengan melakukan pengumpulan
studi literatur dan data-data, diantaranya data primer dan sekunder, data
tersebut akan digunakan untuk proses selanjutnya yaitu analisa perhitungan,
dan tahap terakhir yaitu hasil dan penarikan kesimpulan.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan pada angkutan Bus Rapid Transit (BRT)
Bandar Lampung rute Rajabasa-Panjang.
29
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada hari kerja pukul 07.00-17.00 WIB.
3.3 Penentuan Jumlah Sampel
Pada penelitian ini akan menggunakan teknik sampling dan digunakan pada
penelitian yaitu random sampling. Teknik ini dipilih karena semua elemen
populasi memiliki peluang sama untuk dijadikan sampel.
Penelitian yang dilakukan terhadap penumpang BRT, sampel diambil
berdasarkan perhitungan jumlah sampel minimal dengan rumus sebagai
berikut, dihitung dengan menggunakan rumus Slovin:
=Prakiraan besar populasi penumpang BRT sebesar 7224 orang, dengan
tingkat akurasi adalah 90%, sehingga batas toleransi kesalahan (α) = 10%.
)0.17224x(1
7224n
2 = 98,6346 dibulatkan menjadi 100 sampel orang.
3.4 Pengumpulan Data
Jenis data penelitian yang dikumpulkan pada penelitian ini yaitu:
3.4.1 Data primer adalah data-data yang didapatkan langsung di lokasi
penelitian melalui wawancara dengan responden berkaitan dengan
masalah penelitian. Data primer diperoleh dari responden langsung dari
wawancara. Data kuisioner diperoleh dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan kepada responden yaitu :
30
3.4.1.1 Karakteristik Responden
Pertanyaan mengenai karakteristik penumpang BRT Bandar Lampung
rute Rajabasa-Panjang terdiri dari:
a. Nama, merupakan identitas responden pengguna BRT.
b. Jenis kelamin, merupakan variabel yang menggambarkan jenis
kelamin responden.
c. Usia, ialah variabel yang mendeskripsikan berapa usia responden.
d. Jenis pekerjaan, yaitu variabel yang mendeskripsikan jenis
pekerjaan responden.
e. Jumlah rata-rata pendapatan/uang saku per bulan, persen alokasi
pendapatan untuk menentukan kemampuan membayar jasa BRT.
f. Jenis kendaraan yang dimiliki, merupakan variabel yang
menenmtukan pengguna BRT termasuk kelompok choice atau
kelompok captive.
g. Penggunaan BRT, merupakan variabel yang dapat mengetahui
demand dan merupakan data yang digunakan untuk analisis ATP.
3.4.1.2 Karakteristik Perjalanan Responden
Pertanyaan karakteristik yang mengenai karakteristik responden BRT
Bandar Lampung rute Rajabasa-Panjang terdiri dari:
a. Maksud tujuan, yaitu mendeskripsikan tujuan perjalanan responden
yang mempengaruhi banyaknya demand terhadap moda ini.
b. Jenis kendaraan yang sering digunakan untuk maksud perjalanan,
merupakan variabel yang mempengaruhi banyaknya demand
31
terhadap moda ini.
c. Alternatif kendaraan yang digunakan untuk maksud perjalanan,
merupakan variabel yang mempengaruhi banyaknya demand
terhadap moda ini.
d. biaya perjalanan, lama perjalanan, waktu tunggu hal ini
memberikan gambaran dalam segi pelayanan BRT tentang biaya
yang dikeluarkan responden dalam penggunaan moda ini, lama
perjalanan dan waktu tunggu.
e. Faktor-faktor pemilihan moda BRT, merupakan variabel yang
menggambarkan alasan utama reponden memilih menggunakan
BRT yang dalam pengisisan diurutkan sesuai tingkat kepentingan.
Faktor-faktor tersebut terdiri dari waktu perjalanan, frekuensi
pelayanan, info jadwal akses ke halte, kenyamann, keamanan, lebih
praktis dan lain-lain merupakan kriteria tambahan dari responden.
3.4.1.3 Persepsi Responden Terhadap Pelayanan BRT
Penilaian pengguna moda angkutan BRT terhadap jasa yang diperoleh
apakah kondisi sangat baik, baik, buruk,sangat buruk terhadap waktu
perjalanan,waktu tunggu, kenyamanan, keamanan, keselamatan, info
rute, media pengaduan.
3.4.1.4 ATP dan WTP
Data dari pertanyaan yang diperlukan antara tarif yang mampu dibayar
pengguna BRT sesuai kondisi sebagai berikut :
a. Kondisi saat ini, merupakan variabel yang menentukan kemampuan
32
membayar pengguna angkutan BRT pada saat ini.
b. Frekuensi penggunaan BRT/bulan, yaitu data yang digunakan
menentukan kemampuan membayar pengguna angkutan BRT.
c. Waktu pelayanan ditingkatkan, ialah data yang mempengaruhi
responden untuk bersedia membayar jasa apabila waktu pelayanan
BRT ditingkatkan contohnya dalam segi waktu tempuh, waktu
tunggu.
d. Frekuensi layanan ditambah, mendeskripsikan responden untuk
bersedia membayar jasa apabila frekuensi pelayanan ditingkatkan
seperti jumlah bus yang disediakan lebih banyak maka akan
mendukung aksesibiltas pengguna BRT.
e. Kenyamanan ditingkatkan, merupakan variabel yang mempengaruhi
responden untuk bersedia membayar jasa apabila kenyamanan
ditingkatkan seperti penambahan AC dan penambahan tempat
duduk.
3.4.2 Data sekunder merupakan data yang diperoleh berdasarkan studi literatur
yang berhubungan dengan objek penelitian, data sekunder diperoleh dari
instansi-instansi terkait mengenai objek penelitian, data sekunder tersebut
berupa tarif resmi.
3.5 Analisis Data
Data-data yang diperoleh dari survei dan selanjutnya diolah agar dapat
digunakan sebagai data masukan dalam proses analisa selanjutnya.
33
1. Untuk menganalisis kemampuan membayar (ATP) dari pengguna jasa
BRT yaitu alokasi biaya untuk penggunaan BRT/bulan berbanding
dengan frekuensi penggunaan BRT/bln.
2. Untuk menganalisis kemauan membayar (WTP) menggunakan metode
Analitycal Hierarchy Process (AHP). Tahapan metode ini antara lain :
a. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.
b. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan utama.
c. Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan
kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau
kriteria yang setingkat di atasnya.
d. Menghitung skala penilaian perbandingan berpasangan dilakakuan
melalui perbandingan matrik faktor layanan, dengan membuat
matriks perbandingan berpasangan bobot prioritas lokal, kemudian
hasilnya akan diturunkan yang berbentuk eigen vector yang tersaji
pada Tabel 3.
e. Menghitung bobot skala prioritas rata-rata dengan membuat matriks
perbandingan berpasangan bobot prioritas rata-rata faktor kriteria,
yang tersaji pada Tabel 4.
f. Menghitung skala prioritas gabungan yang tersaji pada tabel 5.
g. Memeriksa konsistensi hirarki.
Pengukuran konsistensi dari suatu matriks itu sendiri didasarkan atas eigen
value maksimum. Thomas L. Saaty telah membuktikan bahwa indeks
konsistensi dari matriks berordo n dapat diperoleh dengan rumus sebagai
berikut :
34
CI =( )( )
CI = Rasio penyimpangan konsistensi (consistency indeks)max =Nilai eigen terbesar dari matriks berordo n
n = Orde matriks
Apabila CI bernilai nol, maka matriks pair wise comparison tersebut
konsisten. Batas ketidakkonsistenan (inconsistency) yang telah ditetapkan
oleh Thomas L. Saaty menggunakan Rasio Konsistensi (CR), yaitu
perbandingan indeks konsistensi dengan nilai Random Indeks (RI)
dirumuskan sebagai berikut :
CR = CIRIKeterangan :
CR = Rasio Konsistensi
CI = Rasio Penyimpangan konsistensi (consistency indeks)
RI = nilai Random Indeks
Nilai random indeks bisa di dapatkan dari Tabel 6.
Untuk menentukan tarif penumpang BRT ditentukan faktor-faktornya, yaitu
kondisi saat ini, waktu pelayanan, frekuensi pelayanan, dan kenyamanan.
Kemudian dilakukan penggabungan tarif (global priority) dan diperoleh
kemauan untuk membayar. Penentuan AHP disajikan pada Gambar 7.
35
DDD Gambar 7. Diagram Penentuan Tarif Berdasarkan WTP
Tahapan penelitian dalam studi ini secara umum dapat disajikan pada
Gambar 8. sebagai berikut:
36
Gambar 8. Diagram alir penelitian
Mulai
Studi Literatur
Pengumpulan Data
Data Primer :Data Kuisioner Responden- Karakteristik Responden
- Karakteristikperjalanan Responden
- Persepsi Responden
terhadap pelayananBRT.
- ATP dan WTP
Data Sekunder :Tarif resmi
Data Cukup
Analisis Data
Hasil dan Pembahasan
Kesimpulan
Selesai
Ya
Tidak
68
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilaksanakan, diperoleh simpulan:
Kemampuan responden BRT Bandar Lampung Rute Rajabasa-Panjang untuk
membayar jasa dari hasil analisis untuk masyarakat umum yaitu sebesar
Rp9.325,00/trip dan untuk pelajar atau mahasiswa yaitu sebesar
Rp5.091,00/trip. Hal tersebut menunjukkan bahwa untuk masyarakat umum
tidak keberatan atau tidak masalah dengan tarif yang ditetapkan pemerintah,
namun untuk pelajar/mahasiswa kemampuan dalam membayar BRT lebih
rendah, sehingga perlu adanya kebijakan atau subsidi untuk pelajar atau
mahasiswa. Untuk kesediaan membayar jasa BRT Bandar Lampung Rute
Rajabasa-Panjang dari hasil AHP untuk masyarakat umum dan
pelajar/mahasiswa yaitu sebesar Rp6.000,00-Rp6.500,00. Tarif resmi sebesar
Rp6.000,00 yang ditetapkan Pemerintah tidak memberatkan bagi masyarakat
karena sesuai dengan kemauan membayar jasa BRT.
5.2 Saran
a. Operator dapat menerapakan tarif resmi yang ditentukan Pemerintah untuk
masyarakat umum karena dari hasil analisis menunjukan bahwa
kemampuan dan kemauan pengguna angkutan BRT sudah sesuai dengan
69
tarif resmi. Hal tersebut menunjukan bahwa tidak memberatkan
pengguna dan tidak menjadi masalah dengan ketentuan peningkatan waktu
pelayanan, frekuensi pelayanan dan kenyamanan.
b. Regulator sebaiknya membuat kebijakan atau subsidi penentuan tarif
untuk mahasiswa atau pelajar karena dari hasil analisis menunjukkan
bahwa kemampuan membayar lebih rendah dari tarif resmi. Tidak ada
masalah untuk kemauan membayar BRT sesuai ketentuan peningkatan
waktu pelayanan, frekuensi pelayanan dan kenyamanan.
DAFTAR PUSTAKA
Damanik, Jhon Wesley.2008. Studi Penentuan Tarif Bus Damri BerdasarkanKemampuan (ability to pay) dan Kemauan membayar (willingness to pay)Penumpang di Bandar Lampung. Skripsi. Tidak diterbitkan. FakultasTeknik.Universitas Lampung: Bandarlampung.
Julien, J., dan Mahulli, Kasyiful. 2014. Analisis Ability To Pay dan Willingness ToPay Pengguna Jasa Kereta Api Kualanamu. Skripsi. Tidak diterbitkan.Fakultas Ekonomi. Universitas Sumatera Utara : Sumatera Utara.
Lestari, Maharranisa Widi. 2016. Analisa Kelayakan Tarif Batik Solo Trans (BST)Ditinjau Dari Ability To Pay Dan Willingness To Pay. Skripsi. Tidakditerbitkan. Fakultas Teknik. Universitas Muhammadiyah Surakarta: JawaTengah.
Pemerintah Republik Indonesia ,2009. Undang-undang Republik Indonesia No.22Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.Jakarta.
Risdyanto, R., Nasution, Eho Fasha., dan Hasanah, Erni Ummi.2016. Kinerja TeknisDan Analisis ATP WTP Angkutan Trans Jogja. Prosiding Seminar NasionalISSN : 2459-9727.Fakultas Teknik.Universitas Surakarta: Jawa Tengah.
Saaty, T. Lorie.1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, Proses HirarkiAnalitik Untuk Mengambill Keputusan dalam Situasi yang Kompleks.Pustaka Binaman Pressindo: Jakarta.
Safitri, Revy. 2016. Evaluasi Tarif Angkutan Umum Berdasarkan ATP dan WTP diKota Pangkalpinang. Jurnal Teknik Sipil: Universitas Bangka Belitung. Vol4 Nomor 2 Juli-Des 2016.
Tamin, O. Z. 1999. Evaluasi Angkutan Umum dan Ability To Pay (ATP) danWillingness To Pay (WTP) di DKI Jakarta. Jurnal Transportasi, ForumStudi Transportasi antar Perguruan Tinggi (FSTPT). Vol.1, No.2, h.121-139.Bandung : Institut Teknologi Bandung.
Universitas Lampung. 2018. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung.Bandarlampung : Universitas Lampung.