evaluasi penyaluran dana zakat pada program pendidikan...
TRANSCRIPT
EVALUASI PENYALURAN DANA ZAKAT
PADA PROGRAM PENDIDIKAN BAZNAS
PUSAT
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
(S.Sos)
Disusun Oleh:
Nubdzatus Saniyah
11140530000040
KONSENTRASI MANAJEMEN ZISWAF
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440 H /2018 M
Evaluasi Penyaluran Dana Zakat pada Program
Pendidikan BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional)
Pusat
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh :
Nubdzatus Saniyah
NIM 11140530000040
Pembimbing :
Drs. Cecep Castrawijaya, MA.
NIP 19670818 1998031 002
KONSENTRASI MANAJEMEN ZISWAF
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440 H /2018 M
PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Nubdzatus Saniyah
NIM : 11140530000040
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Evaluasi
Penyaluran Dana Zakat pada BAZNAS Pusat” adalah benar
merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan
plagiat dalam penyusunannya. Adapun kutipan yang ada dalam
penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber kutipannya
dalam skripsi. Saya bersedia melakukan proses yang semestinya
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku jika ternyata
skripsi ini sebagian atau keseluruhan merupakan plagiat dari
karya orang lain.
Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.
Jakarta, 22 November 2018
Nubdzatus Saniyah
11140530000040
i
ABSTRAK
Nubdzatus Saniyah, NIM: 11140530000040, Judul “Evaluasi
Penyaluran Dana Zakat Pada Program Pendidikan BAZNAS”
Pembimbing, Drs. Cecep Castrawijaya, MM. MA.
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dibentuk dengan Keputusan
Presiden RI No. 8 Tahun 2001, yang merupakan lembaga Pemerintah non
struktural serta mandiri bertanggung jawab kepada Presiden dan
berwenang melaksanakan tugas pengelolaan zakat secara nasional. Secara
khusus BAZNAS memiliki amanah menyalurkan dana zakat kepada
mustahik yang membutuhkan, terutama yang membutuhkan bantuan
pendidikan dan mendapatkan bagiannya. Selain itu, BAZNAS juga
memiliki tanggung jawab dalam setiap programnya agar sesuai dengan
tujuan yang diharapkan.
Berdasarkan latar belakang, penulis memperhatikan pentingnya evaluasi
dalam melaksanakan penyaluran dana zakat program pendidikan yang
dilakukan oleh BAZNAS Pusat di Indonesia. Permasalahan yang akan
dikaji adalah mekanisme penyaluran dana zakat pada BAZNAS pusat
dalam bidang pendidikan, pola penyaluran dana zakat BAZNAS Pusat
pada bidang pendidikan serta evaluasi pelaksanaan penyaluran dana zakat
pada BAZNAS Pusat dalam bidang pendidikan. Penelitian yang penulis
lakukan adalah menggunakan pendekatan kualitatif dengan terbentuk
siklus yang diawali dari pemilihan masalah, dilanjutkan dengan pembuatan
pertanyaan, membuat catatan atau perekaman pada saat wawancara dan
kemudian dianalisis.
Hasil dari penelitian ini, penulis dapat mengetahui prosedur untuk
memperoleh bantuan pendidikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
agar dana yang disalurkan dapat tersalurkan kepada pihak yang benar-
benar membutuhkan. Pola penyaluran dana zakat dalam bidang pendidikan
terbagi kepada dua bagian yaitu pendistribusian dan pendayagunaan.
Model evaluasi yang digunakan BAZNAS secara tidak langsung
menggunakan model evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product).
Karena evaluasi yang dilakukan BAZNAS memiliki target, peluang dan
hasil pencapaian. Penyaluran dana zakat BAZNAS dalam bidang
pendidikan pada tahun 2016 sebesar Rp. 8.070.388.736 dengan presentase
0,96% dan penerima manfaat sebanyak 1.166 mustahik. Sedangkan di
Tahun 2017 mengalami peningkatan sebesar 20% dengan nominal sebesar
Rp. 25.518.460.752 dan presentase 2.71% serta 21.181 Penerima manfaat
secara langsung dan 3.051 penerima manfaat tidak langsung.
Kata kunci: Evaluasi, Penyaluran dan Zakat
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT., yang telah
memberikan hidayah dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad
SAW beserta keluarga, sahabat dan umatnya yang senantiasa selalu
istiqomah di jalan-Nya hingga akhir zaman.
Alhamdulillah pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Evaluasi Penyaluran Dana Zakat pada
Program Pendidikan BAZNAS Pusat”. Penulis menyadari bahwa
penulisan ilmiah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan, namun penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Penulis menyadari skripsi ini tidaklah mungkin dapat
terselesaikan tanpa dukungan dan dorongan dari berbagai pihak,
oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. Sebagai Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
2. Dr. Arief Subhan, MA sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, Bapak Suparto M.Ed, Ph.D. Sebagai
Wakil Dekan I Bidang Akademik, Ibu Dr. Raudhonah, MA.
Sebagai Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, dan Dr.
Suhaimi, M.Si. Sebagai Wakil Dekan III Bidang
Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
3. Drs. Cecep Castrawijaya, MA. Sebagai Ketua Program Studi
iii
Manajemen Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sekaligus
menjadi Dosen Pembimbing terbaik yang membimbing penulis
dengan sabar hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Drs. Sugiharto, MA sebagai Sekretaris Jurusan Manajemen
Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. H. Mulkanasir, BA., S.Pd., MM. Sebagai Dosen Pembimbing
Akademik yang telah membimbing dan mengarahkan penulis
selama menjadi mahasiswa.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
yang telah memberikan ilmu pengetahuan dalam mendidik
penulis selama melakukan studi. Penulis berharap semoga ilmu
yang diberikan dapat bermanfaat untuk orang lain.
7. Ayahanda Drs. H. Asman Abdurrahim dan Ibunda Mariatul
Qibtiyah, yang senantiasa dengan ikhlas dan sabar yang tiada
hentinya mendoakan serta memberikan restunya sehingga
penulis dapat menyelesaikan studi di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Seluruh anggota, staff dan kerabat di BAZNAS atas bantuan,
dukungan dan do’a nya untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Kakak, Adik, saudara kerabat semua, trimakasih atas
dukungan, do’a dan motivasi nya.
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang langsung maupun tidak turut serta dalam
membantu daan mendorong penulis dalam menyelesaikan
pendidikan perguruan tinggi di UIN Jakarta.
iv
Akhirnya penulis berharap semoga do’a yang telah
diberikan mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah
SWT dan penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang
membaca pada umumnya dan bagi segenap keluarga besar Jurusan
Konsentrasi Manajemen Dakwah pada Khususnya.
Jakarta, 22 November 2018
Nubdzatus Saniyah
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK............................................................................. i
KATA PENGANTAR ......................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................ 1
B. Identifikasi Masalah................................... 8
C. Pembatasan Masalah dan Perumusan
Masalah
1. Pembatasan Masalah ........................ 9
2. Perumusan Masalah.......................... 9
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian ............................. 9
2. Manfaat Penelitian ......................... 10
E. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian .............................. 10
2. Pendekatan Penelitian .................... 11
3. Subjek dan Objek Penelitian .......... 12
4. Tempat dan Waktu Penelitian ........ 12
5. Teknik Pengolahan Data ................ 12
6. Sumber Data .................................. 14
7. Teknik Pengumpulan Data ............ 15
8. Teknis Analisis Data ...................... 17
vi
9. Teknik Penulisan ........................... 17
F. Tinjauan Pustaka ..................................... 18
G. Sistematika Penulisan .............................. 19
BAB II LANDASAN TEORI TENTANG
EVALUASI, PENYALURAN, DAN ZAKAT
A. Evaluasi
1. Pengertian Evaluasi ......................... 21
2. Tujuan dan Fungsi Evaluasi ............. 22
3. Sasaran Evaluasi .............................. 27
4. Prosedur Evaluasi ............................
5. Jenis Evaluasi .................................. 29
6. Pentingnya Evaluasi ........................ 30
B. Penyaluran Dana Zakat
1. Pola Tradisional ................................ 32
2. Pola Kontemporer ............................. 33
C. Zakat
1. Pengertian Zakat .............................. 38
2. Dasar Hukum Zakat ......................... 41
3. Unsur Zakat ...................................... 44
4. Syarat-syarat Wajib Zakat ................ 46
5. Manfaat Zakat .................................. 49
6. Zakat untuk Pendidikan .................. 50
vii
BAB III GAMBARAN UMUM BAZNAS PUSAT
A. Sejarah BAZNAS .................................... 55
B. Profil BAZNAS ....................................... 60
C. Visi, Misi dan Nilai BAZNAS ................. 63
D. Fungsi dan Tugas ..................................... 65
E. Tujuan dan Arah Kegiatan ...................... 67
F. Target dan Fundraising Program BAZNAS
................................................................. 68
G. Program BAZNAS ................................. 70
H. Kebijakan Mutu dan Tujuan Mutu ......... 80
I. Struktur Organisasi BAZNAS ................ 82
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Mekanisme Penyaluran Dana Zakat dalam
Bidang Pendidikan yang dilakukan oleh
BAZNAS Pusat
1. Penyaluran Secara Langsung............ 85
2. Penyaluran Secara Tidak Langsung
.......................................................... 86
a. Program Produktif ...................... 86
b. Program Konsumtif .................... 87
B. Pola Penyaluran BAZNAS Pusat pada
Program Pendidikan ................................ 90
viii
1. Pola Pendistribusian .............................. 92
2. Pola Pendayagunaan .............................. 93
C. Evaluasi Penyaluran Dana Zakat yang
dilakukan oleh BAZNAS Pusat
1. Model Evaluasi BAZNAS .....................
............................................................. 97
2. Rekapitulasi Laporan Realisasi
Penyaluran dan penerima Manfaat
Langsung dan Tidak Langsung dalam
Bidang Pendidikan BAZNAS Tahun
2016 ................................................... 98
3. Rekapitulasi Laporan Realisasi
Penyaluran dan penerima Manfaat
Langsung dan Tidak Langsung dalam
Bidang Pendidikan BAZNAS Tahun
2017................................................... 100
4. Proyeksi Distribusi Mustahik secara
Nasioanl ............................................ 101
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ............................................... 103
B. Saran ..................................................... 105
DAFTAR PUSTAKA ........................................................ 107
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Secara demografik dan kultural bangsa Indonesia,
khususnya masyarakat Muslim, sebenarnya memiliki potensi
strategis yang layak dikembangkan menjadi salah satu
instrumen pemerataan pendapatan, yaitu institusi zakat, infak,
dan sedekah (ZIS). Karena secara demografik, mayoritas
penduduk Indonesia beragama Islam, dan secara kultur,
kewajiban zakat, dorongan untuk berinfak, dan bersedekah di
jalan Allah telah mengakar kuat dalam tradisi kehidupan
masyarakat Indonesia, secara ideal, bisa terlihat dalam
mekanisme pengelolaan zakat.1
Apabila hal itu bisa terlaksana dalam aktivitas sehari-hari
umat Islam, maka secara hipotetik, zakat berpotensi
mempengaruhi aktivitas ekonomi nasional, termasuk di
dalamnya penguatan pemberdayaan ekonomi nasional.2
Lembaga zakat sangat berperan penting dalam masyarakat
luas, dengan adanya lembaga zakat pengelolaan zakat lebih
terarah baik dari pengumpulan, maupun penyalurannya, karena
lembaga zakat sendiri akan membuat Functions of
Management yakni POAC (Planning, Organizing, Actuating,
1 M. Djamal Doa, Pengelolaan Zakat Oleh Negara Untuk Memerangi
Kemiskinan. (Jakarta: KORPUS, 2004), h. 75. 2 M. Djamal Doa, Pengelolaan Zakat Oleh Negara Untuk Memerangi
Kemiskinan. h. 75.
2
Controlling). Sehingga dengan hal tersebut dapat diketahui
kekurangan kelebihan maupun tingkat kesesuaian yang
nantinya diadakan dengan menggunakan tahap evaluasi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) evaluasi
merupakan penilaian atau hasil. Adapun menurut Suharsimi
Arikunto yang ditulis oleh Nana Minarti dalam jurnal
pemikiran dan gagasan, evaluasi adalah kegiatan untuk
mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang
selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan
alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.3 Jadi, dapat
dipahami bahwa evaluasi merupakan penilaian atau hasil
kegiatan tentang bekerjanya sesuatu yang diperoleh dari
informasi dan data yang dikumpulkan.
Sedangkan arti zakat itu sendiri menurut bahasa berarti
tumbuh (numuww) dan bertambah (ziyadah). Jika di ucapkan,
zaka al-zar’, artinya adalah tanaman itu tumbuh dan
bertambah.4 Sedangkan zakat menurut terminologi syariat
adalah nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah mencapai
syarat tertentu yang diwajibkan oleh Allah SWT untuk di
3 Nana Minarti, dkk, Zakat & Empowering, Kajian Perumusan
Performance Indicator bagi Program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis
Zakat (Jurnal Pemikiran dan Gagasan, vol, 2, Juni 2009), h. 23. 4 Wahbah Zuhaili, Al Fiqh- al-Islami wa ‘Adilla, Terjemahan: Agus
Efendi dan Bahrudin Fanani “Zakat Kajian Berbagai Mazhab”. (Bandung:
PT Remaja Rosda Karya, 2000) Cet-1, h. 82.
3
keluarkan dan di berikan kepada yang berhak menerimanya
dengan persyaratan tertentu pula.5
Zakat ditunjukkan dalam Al-Qur’an sebagai pernyataan
yang jelas akan kebenaran dan kesucian iman. Iman tidaklah
sekedar kata-kata karena iman itu adalah kepercayaan. Dengan
iman kita harus dapat mewujudkan keberadaan dan kebaikan
Allah. Pengamalan zakat hanya akan bernilai jika berawal dari
cinta, bukan dari motif lain.6
Berbagai aspek dalam Islam, baik ideologi, spiritual,
hukum, sosial, maupun politik, masing-masing saling konsisten
dan menopang satu sama lain. Oleh karena itu, Islam tidak
meminta kaum muslim untuk menyibukkan diri hanya dengan
sholat saja, melainkan dengan bekerja keras untuk memperluas
dan melaksanakan aspek-aspek Islam yang lain dalam setiap
sektor kehidupan serta menciptakan dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Muslim.
Sejak Tahun 2016 sampai saat ini, kesadaran masyarakat
Indonesia untuk berzakat cukup tinggi. Hal tersebut
ditunjukkan dengan meningkatnya penerimaan dana zakat
yang dihimpun dari masyarakat pada hampir semua lembaga
zakat. Jika kesadaran tersebut, baik di level perorangan
maupun Institusi/Perusahaan (korporasi) terus tumbuh untuk
menunaikan zakat, maka output yang dicapai insyaAllah akan
5 Didin hafidhuddin, Panduan Praktis Tentang Zakat, Infak dan
Shedekah, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002). h.13.
6 Yasin Ibrahim al- Syaikh, Kitab Zakat Hukum, Tata cara dan
Sejarah (Bandung: Penerbit Marja, 2008) h. 11.
4
lebih signifikan. Artinya, kontribusi zakat dalam mengatasi
masalah kemiskinan dan problema sosial lainnya di Indonesia,
seperti sering terungkap melalui berbagai hasil penelitian dan
kajian, akan terwujud sebagaimana diharapkan.7
Membayar zakat merupakan kewajiban bagi setiap muslim
dan muslimah. Membayar zakat sesuai dengan nishabnya
dengan menyalurkan harta tersebut sebesar 2.5% dari harta
yang dimiliki untuk pihak-pihak yang membutuhkan.
Besarannya sesuai dengan penghitungan masing-masing harta
yang dimiliki oleh muzakki (orang yang dikenai kewajiban
membayar zakat). Dengan membayar zakat, maka seseorang
memperoleh penyucian hati dan dirinya serta telah melakukan
tindakan yang benar dan memperoleh rahmat selain hartanya
akan bertambah.8
Sebagaimana yang dapat dilihat dalam Al-Quran surah At-
Taubah ayat 60.
وبهم لة ق
فلؤ يها وٱل
ملين عل ع
كين وٱل س
ء وٱل
رافق
ت لل
دق ما ٱلص إن
بيل ف وٱبن ٱلس
رمين وفي سبيل ٱلل
غاب وٱل
ق وفي ٱلر
ن ٱلل
م ريضة
عليم حكيم
(٦٠) وٱلل
7http://www.baznas.or.id/berita-artikel/membangun-komunitas-zakat-
untuk-kesejahteraan-masyarakat/ diakses pada 14 Agustus 2018 Pukul
14:09. 8http//www.baznas.or.id diakses pada tanggal 12 Agustus 2018 Pukul
19:56.
5
Artinya : “Sesungguhnya Zakat-zakat itu, hanyalah untuk
orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus
zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk
jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan,
sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.
Zakat adalah kewajiban bagi setiap Muslim yang memiliki
kelebihan dalam harta benda. Selain itu zakat juga merupakan
bagian dari rukun Islam yang bersifat ijtimaiyah. Berbeda
dengan rukun-rukun Islam yang lain. Sehingga pada masa-
masa awal pemerintahan Islam, khususnya pada pemerintahan
Khalifah Abu Bakar Ash Shidiq, zakat pernah dipaksakan
sebagai mana dalam ucapan khutbah beliau “akan aku perangi
siapa saja yang memisahkan antara sholat dan zakat”.9
Maka dari itu pada masa sekarang tidak perlu
mengkhawatirkan bagaimana cara untuk membayar zakat,
karena telah banyak lembaga, Organisasi atau badan pengelola
zakat yang memudahkan para muzakki menunaikan
kewajibannya yakni berzakat. Salah satu lembaga yang
dipercaya untuk mengelola zakat adalah Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) yang merupakan lembaga pemerintah
9April Purwanto, Manajemen Fundraising Bagi Organisasi Pengelola
Zakat (Yogyakarta: Teras, 2009) h. 16.
6
non struktural yang berwenang melaksanakan tugas
pengelolaan zakat.
BAZNAS bertugas menghimpun dan menyalurkan zakat
infak dan sedekah pada tingkat nasional. Lahirnya UU No. 23
Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat, mengukuhkan peran
BAZNAS sebagai lembaga yang berwenang melakukan
pengelolaan zakat nasional. Pengelolaan di BAZNAS tahun
2017 mengalami peningkatan sebanyak 40% dari tahun
sebelumnya. Peningkatan ini antara lain dikarenakan berbagai
inovasi yang dilakukan disepanjang tahun 2017 baik di bidang
penghimpunan maupun penyaluran zakat.10
Dari sisi penyaluran, BAZNAS meningkatkan layanan
mustahik melalui berbagai program inovatif sehingga bantuan
lebih mudah dijangkau oleh mustahik, antara lain melalui
program layanan aktif BAZNAS dan BAZNAS tanggap
bencana. Melalui program-program unggulan yang dimiliki,
membuat angka rasio penyaluran terhadap penghimpunan
BAZNAS cukup tinggi yaitu 80 persen di tingkat pusat.
Sementara untuk rasio penyaluran terhadap penghimpunan
zakat nasional mencapai 69 persen.11
Salah satu program layanan aktif BAZNAS yang
digerakkan untuk mengoptimalkan pengentasan kemiskinan
10http://pusat.baznas.go.id/berita-utama/pengelolaan-zakat-baznas-
2017-meningkat-40-persen/, diakses pada tanggal 12 Agustus 2018. 11http://pusat.baznas.go.id/berita-utama/pengelolaan-zakat-baznas-
2017-meningkat-40-persen/, diakses pada tanggal 12 Agustus 2018 Pukul
18:55.
7
adalah dalam bidang pendidikan. Kontribusi BAZNAS untuk
pengembangan pendidikan pada tahun 2017 menyalurkan dana
sebesar 18.723.153.000 untuk memberdayakan 21.181
penerima manfaat langsung dan 3.051 untuk penerimaan
manfaat tidak langsung.12
Program-program pendidikan yang diberikan BAZNAS
untuk para mustahik agar memperoleh layanan pendidikan
terdiri atas sekolah model SMP Cendekia BAZNAS yang
setiap tahunnya menerima puluhan siswa dhuafa, sekolah
tahfidz, beasiswa dan bantuan biaya pendidikan melalui
Lembaga Beasiswa BAZNAS (LBB), pelatihan guru, dan
bantuan kafalah, bantuan sarana-prasarana sekolah, program
bantuan pendidikan untuk daerah 3T (Terdepan, Terluar, dan
Tertinggal), program literasi dan ikatan alumni beasiswa
BAZNAS. Program layanan pendidikan inilah yang dapat
membantu para mustahik yang kurang mampu untuk
melanjutkan jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar
sampai kepada perguruan tinggi.
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang pengelolaan zakat terlebih
khusus pada penyaluran dana zakat dalam bidang pendidikan
yang dilakukan oleh BAZNAS pusat secara professional dapat
berpengaruh dan bermanfaat oleh orang yang layak
1213http://pusat.baznas.go.id/berita-utama/pengelolaan-zakat-baznas-
2017-meningkat-40-persen/, diakses pada tanggal 12 Agustus 2018 Pukul
19:00.
8
mendapatkan zakat terlebih mampu mensejahterakan sosial.
Untuk itu penulis menuangkanya dalam skripsi yang berjudul
“Evaluasi Penyaluran Dana Zakat pada Program
Pendidikan BAZNAS Pusat”.
B. Identifikasi Masalah
Potensi Masalah yang terdapat didalam program BAZNAS
ada beberapa hal:
1. Ketidaktahuan para muzakki terhadap siapa penerima dana
zakat
2. Ketidaktahuan muzakki dalam pemberian dana zakat
terhadap penyaluran dana pendidikan
3. Pelaksanaan penyaluran dana yang tidak sesuai dengan
capaian yang diinginkan
4. Ketidaktahuan para muzakki terhadap rencana par amil
dalam penyaluran dana zakat
C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini terarah dan tidak melebar maka
penulis membatasi dan memfokuskan pada pembahasan
penyaluran dana zakat pada program pendidikan BAZNAS
pusat dari tahun 2016-2017.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka dapat
dikemukakan rumusan masalah agar memudahkan
9
penelitian sehingga arah dan tujuan dalam pembahasan ini
menjadi jelas. Penulis merumuskan masalahnya sebagai
berikut:
1) Bagaimana mekanisme penyaluran dana zakat
BAZNAS Pusat dalam bidang pendidikan?
2) Bagaimana pola penyaluran dana zakat BAZNAS Pusat
pada bidang pendidikan?
3) Bagaimana evaluasi pelaksanaan penyaluran dana zakat
pada BAZNAS Pusat dalam bidang pendidikan ?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini :
1) Untuk mengetahui mekanisme penyaluran dana
zakat BAZNAS Pusat dalam bidang pendidikan.
2) Untuk mengetahui pola penyaluran dana zakat dan
penyaluran bidang pendidikan di BAZNAS Pusat.
3) Untuk mengetahui evaluasi pelaksanaan penyaluran
dana zakat dalam bidang pendidikan BAZNAS
Pusat.
2. Manfaat Penelitian
1) Bagi Akademis, Hasil dari penelitian ini diharapkan
dapat memberikan suatu kontribusi teoritis
khususnya dalam ruang lingkup Pengetahuan
mengenai pentingnya berzakat serta dapat dijadikan
rujukan bagi peneliti selanjutnya dalam
10
mengembangkan penelitian-penelitian selanjutnya
terutama penelitian tentang Evaluasi Penyaluran
dana zakat di lembaga, Badan Pengelola dana zakat
maupun praktisi yang berkompeten terhadap dunia
zakat itu sendiri.
2) Bagi Pembaca, penelitian ini bisa dijadikan sebagai
referensi untuk pihak-pihak lain yang
membutuhkan
3) Bagi lembaga, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan masukan yang bermanfaat bagi
lembaga untuk dimasa yang akan datang, dalam
melakukan evaluasi penyaluran dana zakat.
E. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu suatu
bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan
fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah
maupun fenomena buatan manusia.fenomena itu bisa
berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan,
hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang
satu dengan yang lainnya.
Dalam penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
terkait evaluasi yang dilakukan dalam penyaluran dana
zakat pada program pendidikan BAZNAS.
11
2. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan
pendekatan kualitatif. yaitu suatu penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan secara holistik dan dengan
cara deskripsi.13
Pada pendekatan ini penulis beralaskan bahwa
dengan pendekatan ini penulis dapat memperoleh fakta
langsung dari subjek yang diteliti, dan dapat dijadikan
data kemudian dapat membandingkan dengan subjek
lain, serta agar bisa memperoleh informasi yang
mendalam tentang evaluasi yang dilakukan dalam
penyaluran dana zakat pada Program pendidikan
BAZNAS.14
Selain penedekatan kualitatif, dalam penelitian
ini yang dilakukan oleh peneliti yaitu melakukan
pendekatan langsung sebagai relawan ramadhan di
BAZNAS Pusat tepatnya di bagian pelayanan muzakki.
Pendekatan ini perlu dilakukan agar data dan informasi
yang diperoleh benar adanya (Akurat).
13 Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi),
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005, Cet. 37 h. 6 14 Husaini, dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial .
(Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 42.
12
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah BAZNAS
Pusat. Sedangkan objek penelitiannya adalah
penyaluran dana zakat untuk program pendidikan.
4. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di BAZNAS kurang
lebih 3 bulan sekitar bulan Mei sampai November 2018.
5. Teknik Pengolahan Data
Dalam rangka mengolah data yang telah didapat
serta menghasilkan sebuah kesimpulan yang
diharapkan. Setidaknya ada tiga teknik pengolahan data
yang digunakan dalam penelitian ini (penelitian
kualitatif)15, yaitu:
a. Reduksi Data (data reduction)
Reduksi data atau yang lebih dikenal dengan
teknik pengolahan data, mulai dari editing, koding,
hingga tabulasi data. Mencakup kegiatan
pengikhtisaran data selengkap mungkin dan
memilah-milahkannya dalam satuan konsep
tertentu.16
15 Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial (Buku Sumber
untuk Penelitian Kualitatif), Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006, h. 22. 16 Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2007), h. 70.
13
b. Penyajian Data (data display)
Setelah data direduksi, saatnya dibuat ke dalam
bentuk tertentu agar terlihat lebih utuh dan menyatu,
semacam pembuatan tabel atau diagram. Dalam
penelitian kuantitatif bisa berbentuk sketsa,
sinopsis, matriks, atau bentuk-bentuk lain. Dalam
penelitian ini penyajian data dilakukan dalam
bentuk teks naratif, dimana peneliti
mengembangkan sebuah deskripsi informasi
tersusun untuk menarik kesimpulan dan
pengambilan tindakan.17
c. Penarikan Kesimpulan (conclusion drawing and
verification)
Pada tahap ini, penulis mencoba mencari arti
dari semua gejala yang ditunjukkan saat dilakukan
display data. Kemudian penulis akan melakukan
verifikasi dari setiap hal yang ditunjukkan untuk
kemudian dilakukan penarikan kesimpulan.
6. Sumber Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan oleh
peneliti dilakukan dengan cara penelitian lapangan.
Sumber data yang digunakan untuk penelitian ini
terbagi menjadi dua kategori, yaitu:
17 Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif. h. 70-71.
14
a. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh secara
langsung dari BAZNAS Pusat. Untuk memperoleh
data primer ini, peneliti melakukan observasi dan
wawancara secara langsung.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari
dokumen-dokumen grafis, foto-foto, film, dan
benda-benda lain yang dapat memperkaya data
primer.18 Data sekunder juga data yang tertulis dan
sudah dipublikasikan baik yang diperoleh melalui
studi kepustakaan dengan cara mempelajarinya,
menelaah, dan mengkaji buku-buku yang erat
kaitannya dengan masalah yang akan dikaji. Dalam
penelitian ini, peneliti melakukan studi kepustakaan
dengan cara mengunjungi beberapa perpustakaan
guna mendapatkan data dari berbagai literatur.
7. Teknik Pengumpulan Data
Untuk Memperoleh data-data yang diperlukan,
maka penulis menggunakan dua jenis penelitian yang
pertama, penelitian kepustakaan (library research)
yakni dengan membaca dan mengkaji beberapa literatur
yang ada di perpustakaan yang berkaitan dengan
18 Jalaludin Rahmat, Metodologi Penelitian Kominikasi, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2000), h. 24.
15
permasalahan penelitian, yaitu mengenai
Restrukturisasi dalam Rangka Penyelamatan
Pembiayaan Bermasalah, guna merumuskan teori
pendapat, definisi dan lain-lain. Dan penelitian
lapangan (field research), dimana peneliti datang
langsung ke BAZNAS. Dalam penelitian ini, peneliti
juga menggunakan beberapa teknik pengumpulan data
yang berkaitan dengan pembahasan diantaranya
sebagai berikut:
a. Wawancara
Wawancara adalah proses interaksi yang dilakukan
oleh dua orang atau lebih, dimana kedua pihak yang
terlibat (pewawancara / Interview dan terwawancara /
interview) memiliki hak yang sama dalam bertanya dan
menjawab.19 Wawancara dilakukan dengan Direktur
Pendistribusian dan Pendayagunanaan Badan Amil
Zakat Nasional (BAZNAS) Pusat.
b. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah sebuah kegiatan
yang terencana dan terfokus untuk melihat dan
mencatat serangkaian perilaku ataupun jalannya sebuah
system yang memiliki tujuan tertentu, serta
mengungkap apa yang ada dibalik munculnya perilaku
19 Haris Herdiansyah, Wawancara, Observasi dan Focus groups
(Sebagian Instrumen Penggalian Data Kualitatif), Jakarta : Rajawali Pers,
2013, h. 27.
16
dan landasan suatu sistem tersebut.20 Observasi
dilakukan di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
Pusat.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengambilan data yang
diperoleh melalui dokumen-dokumen tertulis seperti
catatan lapangan dan dokumen tidak tertulis seperti
foto. Dalam hal inidigunakan untuk memperoleh data
yang tidak diperoleh dengan observasi dan interview,
tetapi diperoleh hanya dengan cara melakukan
penelusuran data dengan menelaah buku, majalah, surat
kabar, jurnal dan internet.21 Adapun sumber yang
penulis gunakan yaitu foto kegiatan, arsip-arsip, file
Profil BAZNAS dan lainnya yang berkaitan dengan apa
yang sedang diteliti oleh penulis.
8. Teknik Analisis Data
Analisa data ini merupakan upaya bagaimana
seorang peneliti dapat memilih kategori-kategori yang
sesuai untuk dijadikan sebuah permasalahan sehingga
dapat diorganisasikan menjadi satu kesatuan yang dapat
dikelola untuk mendapatkan pemahaman yang sesuai
20 Haris Herdiansyah, Wawancara, Observasi dan Focus groups
(Sebagian Instrumen Penggalian Data Kualitatif), Jakarta : Rajawali Pers,
2013, h. 131. 21https://fitwiethayalisyi.wordpress.com/teknologipendidikan/penelitia
n-kualitatif-metode-pengumpulan-data/
17
dengan apa yang dipelajari dalam permasalahan yang
diteliti untuk mengetahui dan menganalisa evaluasi
penyaluran dana zakat BAZNAS Pusat.
9. Teknik Penulisan
Adapun metode penyusunan skripsi ini, penulis
mengacu kepada Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
(Skripsi, Tesis, dan Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta 2017 dan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
(Skripsi, Tesis, dan Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2012.
F. Tinjauan Pustaka
Untuk menghindari penelitian dengan objek yang sama,
maka diperlukan kajian terdahulu. Sebelum membuat skripsi
ini, penulis melakukan kajian pustaka yang berupa judul-judul
skripsi yang telah ada sebagai pembanding dari skripsi ini,
antara lain sebagai berikut:
No
.
Aspek
Perbandinga
n
Study
Terdahulu Perbedaan
1 a. Judul Skripsi Rully
Muharram
(2017), Karya
Mahasiswa
Program Studi
Manajemen
Dakwah.
Fakultas Ilmu
Evaluasi
Penyaluran Dana
Zakat pada
Program
Pendidikan
BAZNAS Pusat
18
Dakwah dan
Ilmu
Komunikasi
dengan judul
“Evaluasi
Pendayagunaan
Dana Zakat
pada Program
Bantuan Modal
Usaha BAZIS
DKI JAKARTA
PUSAT”.
b. Fokus Skripsi Fajar
Wahyudi
(2014).
membandingka
n model
beasiswa antara
LAZ PKPU
danBAZIS
tidak
membandingkan
teori melainkan
menjabarkan
model evaluasi
yang digunakan
dan
pengaplikasiaanny
a
2 a. Judul Skripsi M.
Musyfiq
Hidayat (2016)
karya
Mahasiswa
Program Studi
Manajemen
Dakwah
Fakultas Ilmu
Dakwah dan
Ilmu
Komunikasi
dengan Judul
“Evaluasi
Penghimpunan
dan Penyaluran
Dana Zakat
Evaluasi
Penyaluran Dana
Zakat pada
Program
Pendidikan
BAZNAS Pusat
19
pada BAZNAS
pusat”
4 Waktu dan
Tempat
Skripsi Roofina
Dwi Aisyah
(2010), di Lazis
Ar-Rahmah-
Aisyiyah.
BAZNAS Pusat
tahun 2016-2017
G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dan sekaligus agar pembahasan
dapat dilakukan secara terarah dan sistematis, maka penulis
membagi atas lima bab. Adapun uraian kelima bab tersebut
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN, bab ini menggambarkan tentang
latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan
dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, serta
sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI, bab ini berisikan
pembahasan lebih mendalam mengenai pengertian
evaluasi, tujuan dan fungsi evaluasi, sasaran penilaian
(evaluasi), prosedur evaluasi, jenis evaluasi, tujuan dan
pentingnya evaluasi, mengenai penyaluran dana zakat,
20
pengertian zakat, dasar hukum zakat, unsur zakat, syarat-
syarat wajib zakat, dan zakat untuk pendidikan.
BAB III GAMBARAN UMUM BAZNAS, bab ini
berisikan tentang sejarah BAZNAS, profil BAZNAS, visi,
misi dan nilai BAZNAS, fungsi dan tugas, tujuan dan arah
kegiatan, target dan fundraising program BAZNAS,
program BAZNAS, kebijakan mutu dan tujuan mutu,
struktur organisasi BAZNAS.
BAB IV TEMUAN PENELITIAN, bab ini berisi penyajian
data dari hasil penelitian mengenai evaluasi penyaluran
dana zakat pada program pendidikan BAZNAS yang
meliputi: mekanisme penyaluran dana zakat dalam bidang
pendidikan yang dilakukan oleh BAZNAS Pusat, Pola
penyaluran BAZNAS Pusat pada program pendidikan, dan
evaluasi penyaluran dana zakat yang dilakukan oleh
BAZNAS Pusat.
BAB V SIMPULAN, DAN SARAN, bab ini merupakan
bagian akhir dari seluruh rangkaian dalam penelitian ini.
Bab ini berisi mengenai kesimpulan pada tiap bab nya demi
menghasilkan masukan maupun saran saran dari
pembahasan skripsi ini.
21
BAB II
LANDASAN TEORI TENTANG EVALUASI,
PENYALURAN, DAN ZAKAT
A. Evaluasi
1. Pengertian Evaluasi
Evaluasi berasal dari kata Evaluation (bahasa
Inggris). Kata tersebut diserap kedalam perbendaharaan
istilah bahasa Indonesia dengan tujuan mempertahankan
kata aslinya dengan sedikit penyesuaian lafal Indonesia
menjadi “evaluasi”. Definisi yang ditulis dalam kamus
Oxford Advanced Learners Dictionary of Current English,
evaluation is to find out, decidethe amount or value yang
artinya suatu upaya untuk menentukan nilai atau jumlah.1
Menurut bahasa, kata evaluasi berasal dari bahasa
Inggris evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran.
Evaluasi secara etimologi adalah penaksiran, perkiraan
keadaan dan penentuan nilai. Sedangkan berdasarkan
pengertian evaluasi adalah mengkritisi suatu program
dengan melihat kekurangan dan kelebihan pada konteks,
input, dan produk proses pada suatu program.2 Ada
beberapa definisi tentang evaluasi seperti yang
dikemukakan para ahli dalam tulisan yang mereka buat.
1Arikunto Suharsimi dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi
Program Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 1. 2Nurul Hidayati, Metodologi Penelitian Dakwah: Dengan Pendekatan
Kualitatif (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2006), h.124.
22
Menurut Tayibnapis evaluasi didefinisikan sebagai
Suatu proses untuk menyediakan informasi sejauh mana
suatu kegiatan tertentu telah dicapai, bagaimana perbedaan
pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk
mengetahui apakah ada selisih diantara keduanya, serta
bagaimana manfaat yang telah dikerjakan itu bila
dibandingkan dengan harapan-harapan yang ingin
diperoleh.3
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa evaluasi adalah proses kegiatan yang berkenaan
dengan mengumpulkan informasi tentang bekerjanya
sesuatu, yang selanjutnya informasi terebut digunakan
untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil
sebuah keputusan tentang bagaimana berbuat baik pada
waktu mendatang sesuai dengan yang telah direncanakan.
2. Tujuan dan Fungsi Evaluasi4
Tujuan Evaluasi adalah untuk memperbaiki atau
meningkatkan kinerja organisasi melalui peningkatan
kinerja dari SDM (Sumber Daya Manusia) organisasi.
Secara lebih spesifik, tujuan dari evaluasi sebagaimana
dikemukakan Agus Sunyoto dalam buku Evaluasi Kinerja
3 Husein Umar, Evaluasi Kinerja Perusahaan (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2003), h. 36. 4 Anwar Prabu Mangkunegara, Evaluasi Kinerja SDM, (Bandung : PT
Refika Aditama, 2005), Cet ke-1, h. 10.
23
SDM karangan Anwar Prabu Mangkunegara adalah sebagai
berikut:
a. Meningkatkan saling pengertian antara karyawan
tentang persyaratan kinerja.
b. Mencatat dan mengakui hasil kerja seorang karyawan,
sehingga mereka termotivasi untuk berbuat yang lebih
baik, atau sekurang-kurangnya berprestasi sama dengan
prestasi yang terdahulu.
c. Memberikan peluang kepada karyawan untuk
mendiskusikan keinginan dan aspirasinya dan
meningkatkan kepedulian terhadap karir atau terhadap
pekerjaan yang diembannya sekarang.
d. Mendefinisikan atau merumuskan kembali sasaran masa
depan, sehingga karyawan termotivasi untuk berprestasi
sesuai dengan potensinya.
e. Memeriksa rencana pelaksanaan dan pengembangan
yang sesuai dengan kebutuhan pelatihan, khusus
rencana diklat, dan kemudian menyetujui rencana itu
jika tidak ada hal-hal yang perlu diubah.
Sedangkan Fungsi Evaluasi atau Penilaian Secara
Umum adalah sebagai berikut :5
5 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2011), Cet ke-10, h. 8.
24
a. Mengukur kemajuan
Evaluasi merupakan kegiatan atau proses untuk
mengukur dan selanjutnya menilai, sampai dimanakah
tujuan yang telah dirumuskan sudah dapat dilaksanakan.
Apabila tujuan yang telah dirumuskan itu direncanakan
untuk dicapai secara bertahap, maka dengan evaluasi yang
berkesinambungan akan dapat dipantau, tahapan manakah
yang sudah dapat diselesaikan, tahapan manakah yang
berjalan dengan mulus, dan mana pula tahapan yang
mengalami kendala dalam pelaksanaannya.
b. Menunjang penyusunan rencana
Dari kegiatan evaluasi setidaknya ada dua macam
kemungkinan hasil yang akan diperoleh, yaitu:
a) Hasil evaluasi itu ternyata menggembirakan, sehingga
dapat memberikan rasa lega bagi evaluator, sebab tujuan
yang telah ditentukan dapat dicapai sesuai yang
direncanakan.
b) Hasil evaluasi itu ternyata tidak menggembirakan atau
bahkan mengkhawatirkan, dengan alasan bahwa
berdasarkan hasil evaluasi ternyata dijumpai adanya
penyimpangan-penyimpangan, hambatan atau kendala,
sehingga mengharuskan evaluator untuk bersikap
waspada. Perlu memikirkan dan melakukan pengkajian
ulang terhadap rencana yang telah disusun, atau
mengubah dan memperbaiki cara pelaksanaannya.
25
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa evaluasi itu
memiliki fungsi menunjang penyusunan rencana.
c) Memperbaiki atau melakukan penyempurnaan kembali
Evaluasi yang dilaksanakan secara berkesinambungan,
akan membuka peluang bagi evaluator untuk membuat
perkiraan (estimation), apakah tujuan yang telah
dirumuskan akan dapat dicapai pada waktu yang telah
ditentukan ataukah tidak.
Apabila berdasarkan data hasil evaluasi itu
diperkirakan bahwa tujuan tidak akan dicapai sesuai
dengan rencana, maka evaluator akan berusaha untuk
mencari dan menemukan jalan keluar atau cara-cara
pemecahannya. Bukan tidak mungkin bahwa atas dasar
data hasil evaluasi itu, evaluator perlu mengadakan
perubahan-perubahan, penyempurnaa-penyempurnaan,
atau perbaikan-perbaikan, baik perbaikan yang
menyangkut organisasi, tata kerja, dan bahkan mungkin
juga perbaikan terhadap tujuan organisasi itu sendiri.
Jadi, kegiatan evaluasi pada dasarnya juga
dimaksudkan untuk melakukan perbaikan atau
penyempurnaan usaha. Selain itu, Fungsi Evaluasi Menurut
Anwar Prabu Mangkunegara dalam bukunya Evaluasi
Kinerja SDM adalah sebagai berikut:6
6Anwar Prabu Mangkunegara, Evaluasi Kinerja SDM, Cet ke-1, h.11.
26
a. Sebagai dasar dalam pemgambilan keputusan yang
digunakan untuk prestasi, pemberhentian dan besarnya
balas jasa.
b. Untuk mengukur sejauh mana seorang karyawan dapat
menyelesaikan pekerjaannya.
c. Sebagai dasar untuk mengevaluasi efektifitas seluruh
kegiatan dalam perusahaan.
d. Sebagai dasar untuk mengevaluasi program latihan dan
keefektifan jadwal kerja, metode kerja, struktur
organisasi, gaya pengawasan, kondisi kerja dan
pengawasan.
e. Sebagai indikator untuk menentukan kebutuhan akan
latihan bagi karyawan yang berada di dalam
organisasi.
f. Sebagai alat untuk meningkatkan motivasi kerja
karyawan sehingga dicapai performance yang baik.
g. Sebagai alat untuk dapat melihat kekurangan atau
kelemahan dan meningkatkan kemampuan karyawan
selanjutnya.
h. Sebagai kriteria menentukan, seleksi dan penempatan
karyawan.
i. Sebagai alat untuk memperbaiki atau mengembangkan
kecakapan karyawan.
j. Sebagai dasar untuk memperbaiki atau
mengembangkan uraian tugas (job description).
27
3. Sasaran Evaluasi
Sasaran-sasaran evaluasi yang dikemukakan oleh
Agus Sunyoto dalam bukunya Anwar Prabu Mangkunegara
yang berjudul “Evaluasi Kinerja SDM” adalah sebagai
berikut:7
1. Membuat analisis kinerja dari waktu yang lalu secara
berkesinambungan dan priodik, baik kinerja karyawan
(amil) maupun kinerja organisasi.
2. Membuat evaluasi kebutuhan pelatihan dari para
karyawan (amil) melalui audit keterampilan dan
pengetahuan sehingga dapat mengembangkan
kemampuan dirinya. Atas dasar evaluasi kebutuhan
pelatihan tersebut, dapat menyelenggarakan program
pelatihan dengan tepat.
3. Menentukan sasaran dari kinerja yang akan datang dan
memberikan tanggungjawab perorangan dan
kelompok.
4. Posedur Evaluasi8
Proses suatu evaluasi pada umumnya memiliki
tahapan-tahapannya sendiri. Walaupun tidak selalu sama,
tetapi yang lebih penting adalah bahwa prosesnya sejalan
7 Anwar Prabu Mangkunegara, Evaluasi Kinerja SDM, Cet ke-1, h.11-
12. 8 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Cet ke-10, h. 8-9.
28
dengan fungsi evaluasi itu sendiri. Berikut ini dipaparkan
salah satu tahapan evaluasi yang sifat umum digunakan:9
Menentukan apa yang akan dievaluasi. Dalam hal
ini, apa saja yang dapat dievaluasi, dapat mengacu pada
program kerja perusahaan, disana terdapat banyak aspek-
aspek yang kiranya dapat dan perlu dievaluasi.
a) Merancang kegiatan evaluasi, sebelum evaluasi
dilakukan, tentukan dahulu desain evaluasinya agar data
apa saja yang dibutuhkan, tahapan-tahapan apa saja
yang akan dilalui, siapa saja yang akan dilibatkan, serta
apa saja yang akan dihasilkan menjadi jelas.
b) Pengumpulan data, berdasarkan desain yang telah
disiapkan, pengumpulan data dapat dilakukan secara
efektif dan efisien.
c) Pengelolaan dan analisis data, setelah data terkumpul,
data tersebut diolah untuk dikelompokan agar mudah
dianalisis dengan menggunakan alat-alat analisis yang
sesuai, sehingga dapat menghasilkan fakta yang dapat
dipercaya.
d) Pelapor hasil evaluasi, agar hasil evaluasi dapat
dimanfaatkan bagi pihak-pihak yang berkepentingan,
hendaknya hasil evaluasi dibuat dalam bentuk tertulis, di
informasikan baik secara lisan maupun tulisan.
Tindakan lanjut hasil evaluasi. Evaluasi merupakan
9 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Cet ke-10, h. 9.
29
salah satu bagian dari manajemen. Oleh karena itu, hasil
evaluasi hendaknya dimanfaatkan oleh manajemen
untuk mengambil keputusan dalam rangka mengatasi
masalah manajemen, baik di tingkat strategi maupun di
tingkat implementasi strategi.
5. Jenis Evaluasi
Stufflebeam membagi empat macam Evaluasi yang
dikutip oleh Farida Yusuf Tayibnapis dalam buku nya yang
berjudul Evaluasi Program, yaitu antara lain:10
a) Evaluasi Konteks
Evaluasi konteks adalah evaluasi membantu
merencanakan keputusan, menentukan kebutuhan yang
akan dicapai oleh program, dan merumuskan tujuan
program.
b) Evaluasi Masukan
Evaluasi Masukan adalah evaluasi yang mengatur
keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada,
alternatif apa yang diambil, rencana dan strategi yang
digunakan untuk mencapai tujuan. Terdapat tiga unsur
variabel utama dalam evaluasi masukan yaitu: client
(peserta), Staff (Pelaksana) dan program.
c) Evaluasi Proses
10 Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program dan Instrumen
Evaluasi, (Yogyakarta : Rineka Cipta, 2000), Cet 1, h. 14.
30
Evaluasi proses adalah diarahkannya sampai sejauh
mana rencana yang telah dilaksanakan sesuai dengan
rencana yang sudah dibuat. Evaluasi proses
memfokuskan diri pada aktivitas program yang
melibatkan interaksi langsung kepada klien dan staf
pelaksana. Evaluasi ini untuk menilai bagaimana proses
kegiatan yang sedang dilaksanakan telah sesuai dengan
rencana yang telah dirumuskan.
d) Evaluasi Hasil
Evaluasi Hasil merupakan Tahap akhir evaluasi dan
akan diketahui ketercapaian tujuan, kesesuaian proses
dengan pencapaian tujuan, dan ketetapan tindakan yang
diberikan dan tampak dari program.
6. Pentingnya Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu yang penting dilakukan,
dalam hal ini, Feursttein menyatakan sepuluh alasan
mengapa suatu evaluasi perlu dikakukan. Antara lain
sebagai berikut:11
1) Melihat apa yang sudah dicapai oleh suatu program
2) Mengukur kemajuan yang dikaitkan dengan tujuan
program
11https://www.bogorkab.go.id/index.php/post/detail/3058/evaluasi-
program-sebuah-tinjauan-teoritis-1-#.W4v8hM4zbDc
31
3) Meingkatkan pemantauan, agar tercapai manajemen
yang lebih baik
4) Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan untuk
memperkuat porgram itu sendiri
5) Melihat apakah usaha telah dilakukan secara efektif
guna melihat perbedaan apa yang telah terjadi setelah
diterapkannya suatu program
6) Melakukan analisa biaya dan manfaat (cost benefit),
apakah biaya yang dikeluarkan cukup masuk akal
(reasonable)
7) Mengumpulkan berbagai informasi yang bisa
dimanfaatkan dalam merencanakan dan mengelola
kegiatan program secara baik
8) Berbagi pengalaman sehingga pihak lain tidak terjebak
dalam kesalahan yang sama, atau mengajak pihak lain
untuk ikut melaksanakan metode serupa bila metode
yang dijalankan telah berhasil dengan baik
9) Meningkatkan keefektifan, agar program tersebut
memberikan dampak yang luas
10) Memungkinkan terciptanya perencanaan yang lebih
baik, memberikan kesempatan untuk memberikan
masukan dari masyarakat, komunitas fungsional dan
komunitas lokal.
32
B. Penyaluran Dana Zakat
Dalam menyalurkan zakat UU No.38 Tahun 1999
secara spesifik menyebutkan bahwa pendayagunaan zakat
adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup para mustahik
zakat. Para mustahik ini terdiri dari delapan kelompok,
kelompok ini mencakup orang-orang yang paling tidak
berdaya secara ekonomi, seperti anak yatim, orang jompo,
penyandang cacat, orang yang menuntut ilmu, anak
terlantar, orang yang terlilit hutang, pengungsi yang
terlantar dan lain-lain.
Selain diperuntukkan bagi mereka, hasil
pengumpulan dana zakat dapat pula dimanfaatkan untuk
usaha yang produktif yang bisa membantu memberikan
kehidupan yang lebih baik kepada para mustahik.12
Berdasarkan amanat UU tersebut, dapat disimpulkan
bahwa dana zakat dapat didistribusikan pada dua jenis
kegiatan besar atau yang biasa disebut dengan pola
penyaluran zakat yakni:
1. Pola Tradisional (konsumtif)
Pola tradisional yaitu penyaluran bantuan dana zakat
diberikan langsung kepada mustahik. Dengan pola ini
penyaluran dana kepada mustahik tidak disertai target,
adanya kemandirian kondisi sosial maupun kemandirian
ekonomi (pemberdayaan).
12 Nana Mirtanti, Indonesia Zakat dan Development Report, h. 20.
33
Pola ini merupakan kegiatan yang berupa bantuan
sesaat untuk menyelesaikan masalah yang bersifat
mendesak dan langsung habis setelah bantuan tersebut
digunakan terdapat pada bidang Kesehatan, Pendidikan,
bidang sosial kemasyarakatan dan bidang sosial lainnya.13
2. Pola Kontemporer (produktif)
Pola produktif adalah pola penyaluran dana zakat
kepada mustahik yang ada dipinjamkan oleh amil untuk
kepentingan aktifitas suatu usaha/bisnis.
Pola penyaluran secara produktif adalah penyaluran
zakat atau dana lainnya yang disertai target merubah
keadaan penerima dari kondisi kategori mustahik menjadi
kategori muzakki. Pola ini merupakan kegiatan yang
diperuntukkan bagi usaha produktif yang bersifat jangka
menengah dan jangka panjang.14
Dana zakat juga disalurkan untuk kegiatan-kegiatan
produktif seperti pemberdayaan ekonomi rakyat melalui
bantuan modal kerja UMKM (dana bergulir), bantuan alat
kerja, dan kegiatan pendampingan/pembinaan usaha mikro
dan kecil.15
Selain delapan kelompok yang disebutkan dalam
bukunya Nana minarti Indonesia Zakat dan Development
Report di dalam agama Islam memberi petunjuk siapa orang
13 Nana Mirtanti, Indonesia Zakat dan Development Report, h. 25-26. 14 Lili Bariadi, Muhammad Zen, M. Hudri. Zakat dan Wirausaha
(Jakarta: CV. Pustaka Amri, 2005), h.34-35. 13 Nana Mirtanti, Indonesia Zakat dan Development Report, h. 26.
34
yang pantas dan perlu dibantu dan diperhatikan menurut
keadaan yang sebenarnya.
Dibawah ini akan dijelaskan orang-orang yang
berhak menerima zakat sesuai petunjuk AlQur’an surat At-
Taubah ayat 60:16
1. Fakir dan Miskin
Penyaluran zakat pertama kepada fakir dan
kedua kepada miskin. Orang fakir ada mempunyai
usaha, tetapi tidak untuk menutupi keperluan sehari-
hari, sedangkan orang miskin tidak ada mata
pencaharian untuk mencukupi keperluan sehari-hari.
Jadi, keaadaan orang fakir masih lebih baik daripada
orang miskin. Pendapat ini diperkuat dalam firman
Allah SWT dalam surat Al-Balad ayat 16:
ربة ا مت
و مسكينا ذ
)١٦ (أ
Artinya : atau kepada orang miskin yang sangat fakir.
(Qs. Al – Balad : 16).
2. Amil Zakat
Amil Zakat adalah petugas yang ditunjuk oleh
pemerintah dan masyarakat untuk mengumpulkan
16 M. Ali Hasan, Zakat dan Infak (salah satu solusi mengatasi
problema sosial di Indonesia), (Jakarta:2008), Cet-2, h. 93.
35
zakat, menyimpan dan kemudian membagi-bagikan
kepada yang berhak menerimanya.
Alqur’an membenarkan, bila amil pun
mengambil bagiannya dari zakat, sebab kalau amil itu
difungsikan, maka tugasnya cukup banyak, seperti
pendataan wajib zakat yang berbeda-beda tugasnya,
seperti petani, saudagar, dan kegiatan lain yang
menghasilkan uang atau harta kekayaan.
Para amil juga mengingatkan para wajib zakat,
seperti petani pada waktu panen dan bidang-bidang
lain, karena ada kemungkinan para wajib zakat tidak
mengerti dan ada pula kemungkinan karena kikir. Para
amil juga mendata siapa-siapa yang wajib menerima
zakat di lingkungannya tempat bertugas secara teliti,
sebab ada kemungkinan ada orang yang sengsara
hidupnya, tetapi dia tidak mau memperlihatkan
kesengsaraan hidupnya pada orang lain.
Seseorang diberi tugas sebagai amil apabila
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Seorang muslim, karena ia mengurusi zakat yang
berhubungann dengan kaum muslimin, tetapi ada
pengecualian, seperti penjaga gudang, pengangkut
barang yang tidak langsung berhubungan dengan
penerimaan dan pembagian zakat.
36
2) Seorang mukalaf (dewasa) yang sehat akal
pikirannya, kemudian harus bertanggung jawab dan
mempertanggung jawabkan tugas nya
3) Seseorang yang jujur, yang tidak menyalahgunakan
amanat harta dari kaum muslimin.
4) Seseorang yang memahami hukum dan pelaksanaan
zakat.
5) Seseorang yang dipandang mampu melaksanakan
tugasnya.
3. Orang yang Muallaf
Dalam Tafsir Al-Maraghi disebutkan bahwa
yang termasuk muallaf adalah sebagai berikut:
a) Orang kafir yang diperkirakan atau diharapkan mau
beriman dan memeluk agama Islam.
b) Orang yang baru masuk Islam yang dengan harapan
imannya kuat tidak goyah lagi sesudah memeluk
Islam.
c) Orang Islam yang tinggal diperbatasan untuk
menjaga keamanan atau dapat menghalangi
serangan dari pihak lain.
d) Orang yang dikhawatirkan kelakuan jahatnya
merusak umat dan agama Islam bila tidak diberi.
e) Tokoh yang berpengaruh yang sudah memeluk
Islam, yang masih mempunyai sahabat-sahabat
yang kafir.
37
f) Tokoh kaum muslimin yang cukup berpengaruh di
kalangan kaumnya akan tetapi imannya masih
lemah, dengan jalan ini diharapkan imannya
bertambah kuat.
4. Budak
Budak adalah segolongan manusia yang
dirampas kebebasan hidupnya untuk bekerja guna
kepentingan golongan manusia yang lain.17 Mengenai
budak tidak penulis uraikan lebih jauh dalam hal ini,
karena untuk bangsa Indonesia ini tidak ada
perbudakan.
5. Orang yang Berhutang
Utang yang dibayar dengan zakat adalah
sebanyak utang yang menjadi beban seseorang, apakah
hutang pribadi atau hutang untuk kemaslahatan umat.
Bila perorangan yang berhutang itu untuk kepentingan
pribadi masih melarat hidupnya, tentu dapat
dikelompokkan kedalam kelompok fakir dan miskin.
6. Fisabilillah
Yang di maksud fisabilillah adalah bukan hanya
perang melainkan mencakup semua kemaslahatan
17 https://kbbi.web.id/budak.html
38
umat Islam baik untuk kepentingan agama dan lain-
lain nya yang bukan untuk kepentingan perorangan,
seperti membangun masjid, rumah sakit, panti asuhan,
sekolah dan sebagainya yang digunakan untuk
kepentingan umum yang tidak mengandung maksiat.
7. Ibnu Sabil
Ibnu sabil dapat diartikan sebagai perantau
(musafir). Tetapi ibnu sabil yang mendapat bagian dari
zakat adalah orang musafir bukan karena maksiat.
Dalam artian, ibnu sabil yang di maksud adalah yang
kekurangan atau kehabisan bahan makanan maupun
belanjaan selama perjalanan dengan sebab uangnya
hilang, dicopet dan lain sebagainya. Kepada musafir
yang demikian, dapat diberikan zakat untuk menutupi
keperluannya selama perjalanan pulang kekampung
halamannya.
Kembali kepada penyaluran zakat, bahwa zakat
yang dikeluarkan disalurkan kepada yang berhak
menerimanya. Lebih lanjut bagi para amil untuk benar-
benar tepat sasaran dan tujuan terhadap pemberian
dana zakat yang telah di himpun untuk disalurkan.
39
C. Zakat
1. Pengertian Zakat
Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat merupakan kata
dasar (masdar) dari zaka yang berarti berkah, tumbuh, suci
dan baik. Sesuatu itu zaka, berarti tumbuh dan berkembang
dan seseorang itu zaka, berarti orang itu baik. Dan bila
seseorang diberi sifat zaka dalam arti baik, maka berarti orang
itu lebih banyak mempunyai sifat yang baik. Seorang itu zaki,
berarti seorang yang lebih banyak sifat-sifat orang baik, dan
kalimat “hakim - zaka - saksi” berarti hakim menyatakan
jumlah saksi-saksi diperbanyak.18
Menurut M. Ali Hasan dalam bukunya Zakat dan Infak
Zakat berarti sui, tumbuh, bertambah, dan berkah. Dengan
demikian, zakat itu membersihkan (menyucikan) diri
seseorang dan hartanya, pahala bertambah, harta tumbuh
(berkembang), daan membawa berkat.19
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
Zakat adalah salah satu rukun Islam yg mengatur harta yang
wajib dikeluarkan kepada mustahik.20 Zakat dari segi istilah
fikih berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah
SWT diserahkan kepada orang-orang yang berhak.
18 Yusuf Qardawi, Hukum Zakat (Jakarta: Litera AntarNusa, 2006), h.
7. 19 M. Ali Hasan, Zakat dan Infak (salah satu solusi mengatasi
problema sosial di Indonesia), Cet-2, h.15. 20 https://kbbi.web.id/zakat.html
40
Jumlah yang dikeluarkan dari kekayaan itu disebut
zakat karena yang dikeluarkan itu menambah banyak,
membuat lebih berarti, dan melindungi kekayaan itu dari
kebinasaan.
Arti tumbuh dan suci tidak dipakai hanya untuk
kekayaan, tetapi lebih dari itu, juga buat jiwa orang yang
menzakatkannya, sesuai firman Allah:
من ذك خ
ت و
إن صل
يهم
عل
يهم بها وصل زك
رهم وت
ه ط
تةلهم صدق مو
أ
سميع عليم
وٱللهم
ن ل
)١٠٣ ( سك
Artinya : “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka,
dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan
mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa
kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan
Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. At
Taubah 103).21
Adapun zakat menurut syara’, berarti hak yang wajib
(dikeluarkan dari) harta. Kata zakat dalam bentuk ma’rifah
(definisi) disebut tiga puluh kali di dalam Al-Qur'an,
diantaranya dua puluh tujuh kali disebutkan dalam satu ayat
bersama shalat, dan hanya satu kali disebutkan dalam konteks
yang sama dengan shalat tetapi tidak di dalam satu ayat yaitu
21 Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, h. 34-35.
41
firman-Nya: “Dan orang-orang yang giat menunaikan
zakat” setelah ayat : orang-orang yang khusus dalam
bershalat. Bila diperiksa ketiga puluh kali zakat disebutkan
itu, delapan terdapat dalam surat-surat yang turun di Makkah
dan selebihnya di dalam surat-surat yang turun di Madinah.22
Jadi, Penulis dapat menyimpulkan bahwa Zakat adalah
sejumlah harta yang wajib dikeluarkan oleh umat Islam untuk
diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya (yakni
delapan asnaf) sesuai dengan yang ditetapkan oleh syariat.
2. Dasar Hukum Zakat
Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan
menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya Syariat
Islam. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu)
atas setiap Muslim yang telah memenuhi syarat-syarat
tertentu.
Zakat termasuk dalam kategori Ibadah (seperti
shalat, haji, dan puasa) yang telah diatur secara rinci dan
paten berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Zakat
merupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan
yang dapat berkembang sesuai dengan perkembangan
ummat manusia. Dalam hukum Islam sendiri, zakat diatur
dalam Al-Qur’an maupun Hadits berikut adalah rincianya:
22 Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, h. 39.
42
a. Al-Qur’an
Zakat dalam Al Qur’an disebut sebanyak 82
(delapan puluh dua) kali, ini menunjukan hukum dasar
zakat yang sangat kuat.23 dan diulang dengan sinonim dari
kata zakat yaitu kata sadaqah dan infaq.
Pengulangan tersebut memiliki arti bahwa zakat
memiliki kedudukan, fungsi, dan peranan yang penting
dalam Islam. Dari 32 (tiga puluh dua) ayat dalam Al-
Qur’an yang memuat ketentuan zakat, 29 ayat di antaranya
menghubungkan ketentuan zakat dengan shalat.
Hal ini membuktikan adanya kaitan-kaitan yang erat
antara zakat dengan shalat, dan hal ini sekaligus juga
membuktikan bahwa Islam sangatlah memperhatikan
hubungan antar manusia dengan Tuhan (hablum minallah)
dan hubungan manusia dengan manusia (hablum
minannas).
Dasar hukum diwajibkanya zakat dalam Islam,
disebutkan dalam Al-Qur’an yang terdapat dalam surat Al-
Baqarah ayat 110 yang berbunyi :
ير ن خ
م م نفسك
ل
موا
د ق وما ت
ة و
ك ٱلز
وا
وءات
ة و
ل ٱلص
قيموا
وأ
ون بصير عمل
بما ت
إن ٱلل
جدوه عند ٱلل
)١١٠ (ت
Artinya : “Dan tegakanlah shalat dan bayarlah zakat.”
23 Lili Bariadi, Muhammad Zen. M. Hudri, Zakat dan Wirausaha, h.
7.
43
Serta Al Mukminun ayat 1-4:
منون ؤ ح ٱل
لفد أ
شعون )١ (ق
تهم خ
ذين هم في صل
ذين )٢(ٱل
وٱل
و معرضون غون )٣ (هم عن ٱلل
عل
ة ف و
ك ذين هم للز
)٤ (وٱل
Artinya:
(1) Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang
beriman, (2) yaitu orang-orang yang khusyu´ dalam
sembahyangnya, (3) dan orang-orang yang menjauhkan
diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, (4)
dan orang-orang yang menunaikan zakat
b. Hadits
Dalam Hadits Nabi disebutkan:
م بني ى اإلسل
مس عل
هادة خ
ن ش
أ
ه ل
إل
إل
ن للا
دا وأ رسول محم
للا
بي صلى هللا عليه وسلم بعث لن
ن ا
عنهما: ) أ
ي للا اس رض عن ابن عب
د ق
ن للا
, وفيه: ) أ
حديث
لر ا
كذيمن ( ف
لى ا
ا رض ي هللا عنه إل
معاذ
رائهم قرد في ف
تنيائهم, ف
غ من أ
ذخ
ؤموالهم, ت
في أ
ةيهم صدق
رض عل
تاف
اري بخ
لل
فظ
يه, والل
ق عل
ف ( مت
Dari Ibnu Abbas ra, bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi
wa Sallam mengutus Mu'adz ke negeri Yaman --ia
44
meneruskan hadits itu dan didalamnya (beliau bersabda):
"Sesungguhnya Allah telah mewajibkan mereka zakat dari
harta mereka yang diambil dari orang-orang kaya di antara
mereka dan dibagikan kepada orang-orang fakir di antara
mereka." Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut Bukhari.
Perlu diketahui bahwa istilah zakat dan sedekah
dalam Syari’at Islam memiliki makna yang sama.
Keduanya terbagi menjadi dua: wajib, dan sunnah. Adapun
anggapan sebagian masyarakat bahwa zakat adalah yang
hukum, sedangkan sedekah adalah yang sunnah, maka itu
adalah anggapan yang tidak berdasarkan kepada dalil yang
benar nan kuat. Ibnul ‘Arobi rahimahullah mengatakan,
“Zakat itu digunakan untuk istilah sedekah yang wajib,
yang sunnah, untuk nafkah, kewajiban dan pemaafan”.24
3. Unsur Zakat
Yusuf Al-Qardhawi mengatakan bahwa dalam zakat
terdapat empat unsur pokok zakat diantaranya:25
a) Orang yang mengeluarkan zakat (Muzakki) Pada pasal
1 ayat 5 UU Nomor 23 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat. Menyatakan bahwa muzakki
adalah orang atau badan yang di miliki orang muslim
yang berkewajiban menunaikan zakat. Zakat
24 Ibnu Hajar al- Asqalani. Fathul Bari bi Syarh Shahih Al-Bukhari,
Terj. Syaikh Abdul Aziz, (Penerbit: Pustaka Imam Asy-Syafi’i) h. 262 25 Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, h. 40.
45
dikeluarkan bagi siapa saja yang beragama Islam dan
memiliki harta yang cukup haul dan nishabnya.
b) Penerima zakat (Mustahik) Pada pasal 1 ayat 6 UU
Nomor 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat.
Menyatakan bahwa mustahik adalah orang atau badan
yang berhak menerima zakat. Mustahik disebutkan
dalam ketentuan Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 60
yang menyebutkan bahwa mustahik terdapat delapan
golongan di antaranya fakir, miskin, amil, muallaf,
riqab, gharim, sabilillah, dan ibnu sabil.
c) Harta yang wajib dizakati pada pasal 4 ayat 2 UU
Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat,
harta yang dikenai zakat antara lain :
1) Emas, Perak dan uang
2) Perdagangan dan Perusahaan
3) Hasil Pertanian, perkebunan dan perikanan
4) Hasil tambang
5) Hasil peternakan
6) Hasil pendapatan dan jasa
7) Rikaz
d) Pengelola zakat (Amil) Pada pasal 5 UU Nomor 23
Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. Menyatakan
bahwa yang di maksud amil zakat adalah pengelola
zakat yang diorganisasikan dalam suatu badan atau
lembaga, sebagaimana yang ditafsirkan dalam Al-
Qur’an Surat At-Taubah ayat 103 yang menyebutkan
46
kata “amilinihaalaiha” sebagai salah satu yang berhak
atas zakat. Kemudian diterjemahkan sebagai pengurus
zakat yang bertugas mengambil dan menjemput zakat
tersebut. Yusuf Al-Qardawi mengatakan bahwa
dengan adanya amil akan memiliki beberapa
keuntungan antara lain:26
1. Menjamin kepastian dan disiplin pembayaran
zakat
2. Menjaga perasaan rendah diri pada mustahik zakat
3. Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas serta
sasaran yang tepat dalam penggunaan harta zakat
menurut skala prioritas yang ada pada suatu
tempat
4. Memperlihatkan Syi’ar Islam dalam semangat
penyelenggaraan pemerintahan yang Islami.
4. Syarat-syarat Wajib Zakat
Beberapa syarat dalam ketentuan berzakat
diantaranya adalah:27
a. Syarat orang mengeluarkan zakat
Orang yang wajib mengeluarkan zakat adalah orang
atau badan yang dimiliki orang muslim. Yang
berkewajiban menunaikan zakat apabila memiliki
kelebihan harta yang telah cukup haul dan nishabnya.
26 Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, h. 43 27 Elsa Kartika, Pedoman Pengelolaan, h. 16.
47
b. Syarat harta yang dizakatkan
1) Pemilikan yang pasti, halal, dan baik; Dapat
diartikan disini sepenuhnya berada dalam
kekuasaan yang punya, baik kekuasaan
pemanfaatan maupun kekuasaan menikmati
hasilnya. Menurut hadits riwayat muslim, bahwa
Rasulullah SAW mengatakan bahwasanya “Allah
tidak menerima zakat dari harta yang tidak sah”
harta yang tidak sah merupakan harta yang
diperoleh dengan cara-cara yang tidak halal, atau
dalam memperoleh harta tersebut menggunakan
cara yang dilarang agama, misalnya dengan
korupsi, berjudi, menipu, mencuri, persekutuan
zakat, berzina, dan lain-lain.
2) Berkembang
Harta itu berkembang baik secara alami maupun
berkembang secara ikhtiar atau usaha manusia.
Adapula yang menyebutkan harta yang
berkembang adalah harta yang produktif. Harta
produktif adalah harta yang berkembang secara
konkrit maupun tidak, secara konkrit dapat
diartikan harta itu berkembang melalui
pengembangan usaha, perdagangan, saham dan
lain-lain, sedangkan harta tidak konkrit yaitu
harta tersebut berpotensi untuk berkembang.
48
3) Melebihi kebutuhan pokok
Harta yang dimiliki seseorang itu melebihi
kebutuhan pokok yang diperlukan bagi diri sendiri
dan keluarganya, untuk hidup wajar sebagai
manusia.
4) Bersih dari hutang
Harta yang dimiliki seseorang itu bersih dari
hutang, baik hutang kepada Allah (nadzar) maupun
hutang kepada sesama manusia.
5) Mencapai nishab
Harta yang dimiliki oleh muzaki telah mencapai
jumlah (kadar) minimal yang di keluarkan
zakatnya, nishab inilah yang menjadi tolak ukur
suatu harta wajib dizakati atau tidak dizakati.
6) Mencapai masa haul
Harta tersebut harus mencapai waktu tertentu
pengeluaran zakat. Biasanya dua belas bulan
Qomariyah atau setiap kali menuai harta yang
disyaratkan, cukup setahun nishabnya adalah
binatang ternak, emas, perak, benatang perniagaan.
Sedangkan harta yang tidak disyaratkan haulnya
tiap tahun adalah tumbuh-tumbuhan yang setiap
tahun menuai dan barang temuan ketika ditemukan.
49
5. Manfaat Zakat
Zakat adalah ibadah dalam bidang harta yang
mengandung manfaat yang demikian besar dan mulia, baik
yang berkaitan dengan orang yang berzakat (muzakki),
penerimanya (mustahik), harta yang dikeluarkan zakatnya,
maupun bagi seluruh masyarakat keseluruhan, manfaat
zakat tersebut antara lain:28
1) Sebagai perwujudan keimanan kepada Allah SWT;
2) Karena zakat merupakan hak mustahiq dimana zakat
berfungsi untuk menolong, membantu, dan membina
mereka, terutama fakir miskin kearah kehidupan yang
lebih baik.
3) Zakat adalah salah satu sumber pembangunan sarana
dan prasarana.
4) Zakat untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar,
sebab zakat itu bukanlah membersihkan harta yang
kotor, tetapi mengeluarkan bagian dari hak orang lain
dari harta yang kita usahakan dengan baik dan benar.
5) Indikator utama ketundukan seseorang terhadap ajaran
Islam.
6) Membuka lapangan kerja yang luas.
7) Melipatgandakan penguasaan asset dan modal di
tangan umat Islam.
28 Elsa Kartika, Pedoman Pengelolaan, h. 12.
50
6. Zakat untuk Pendidikan
Definisi zakat sebagai kewajiban, lengkap dengan
penjelasan pihak yang berkewajiban, dari jenis harta mana
zakat diwajibkan, serta kepada siapa zakat harus dibagikan
adalah item-item bahasan zakat yang dalam garis besarnya
tertera dalam al-Qur'an dan al-sunnah. Namun bahasan
tersebut, selain item pertama adalah bahasan yang potensial
untuk berkembang dan realitasnya pun membuktikan
demikian.
Maka dari itu, munculnya sumber zakat baru seperti
gaji, hasil peternakan, perikanan, dan sebagainya tidak
mengherankan. Begitu pula sektor baru dalam distribusi
zakat, walaupun harus merujuk kepada salah satu dari
delapan ashnaf yang disebut Al-quran.
Di antara sektor-sektor baru dalam distribusi zakat
tersebut adalah pendidikan. Pendidikan adalah kebutuhan
yang amat primer bagi setiap individu. Efek pendidikan
begitu menyeluruh, mulai dari pola pikir, keyakinan, dan
sikap hidup yang berujung pada kualitas hidup.
Harta zakat sebagai alat bantu pengentasan masalah
sosial, telah ditetapkan untuk didistribusikan kepada
delapan asnaf yang diantaranya adalah fakir dan miskin,
yaitu dua kelompok manusia yang berciri khusus tidak
mampu memenuhi kebutuhan dasarnya, baik sebagai
makhluk hidup yang berarti perlu pangan dan kesehatan,
sebagai makhluk sosial butuh sandang, papan, dan
51
pasangan (zawj/zawjah), serta sebagai khalifah yang harus
bermodal pendidikan. Atas dasar itu penyaluran dana zakat
dalam sektor pendidikan adalah sangat beralasan secara
syar'i. Alasan tersebut dapat dirinci sebagai berikut :
a. Pendidikan adalah termasuk kebutuhan primer, maka
dari itu pihak yang lemah ekonominya terhalang dalam
memenuhi kebutuhan Pendidikan termasuk golongan fakir
yang berhak atas dana zakat.
b. Bila demi kebutuhan fisik guna keberlangsungan hidup
layak dalam kehidupan duniawi sesaat berupa pangan,
sandang, dan papan saja zakat dapat diberikan, apalagi
secara qiyas aulawi, terkait dengan pendidikan yang
membawa kepada keselamatan ukhrawi yang tiada
batasnya, maka lebih layak disalurkan.
c. Secara manusiawi akar masalah kemiskinan adalah
pada minimnya pendidikan, sehingga seseorang tidak
mampu mengetahui potensi dirinya, mengembangkannya,
dan apalagi memanfaatkannya. Begitupula, akibat
minimnya pendidikan juga tidak mampu mengeksplorasi
potensi lingkungannya, tumbuhan, hewan, tanah, air, dan
kekayaan yang dikandungnya. Adapun maksud dari
pengalokasian zakat dalam sektor pendidikan,
penggunaannya dalam bentuk:
a) Membiayai orang miskin untuk mendapat pendidikan,
misalnya menyantuninya untuk membayar biaya
sekolah. Pada masa dahulu ulama telah perhatian dalam
52
hal ini walaupun dalam bentuk sedikit berbeda. Mereka
mengatakan bahwa bila orang miskin gara-gara tidak
dapat bekerja karena sibuk mendalami ilmu syariat,
maka halal baginya menerima dana zakat. Menurut
mereka alasannya adalah karena mereka sibuk
melakukan sesuatu yang bersifat fardhu kifayah yang
manfaatnya bersifat umum bagi masyarakat luas.29
b) Mendirikan sekolah dan memenuhi kebutuhan
operasionalnya, dalam rangka membendung dan
melawan hegemoni pendidikan kapitalis, komunis,
sekuler, dan sebagainya menuju kepada pendidikan
Islam yang murni. Yang demikian berarti zakat tersebut
dialokasikan atas nama sabilillah.30
c) Imam Nawawi berkata “Jika seseorang sanggup
mencari nafkah yang sepadan dengan keadaannya,
tetapi ia sibuk mempelajari sebagian dari ilmu-ilmu
agama, sehingga seandainya ia mencari nafkah pun,
usahanya tidak akan berhasil, bolehlah ia menerima
zakat”. Hal ini, karena hukum memperdalam ilmu
adalah fardhu kifayah. Adapun orang yang tak mungkin
akan berhasil, tidak diperbolehkan menerima zakat jika
sanggup mencari nafkah, walaupun tinggal di lembaga
perguruan. Yang di kemukakan ini merupakan
29 Al-Nawawi, al-Majmu' Syarh al- Muhadzdzab, Juz : VI / 177 30Http://Www.Bmh.Or.Id/Index.Php/Informasi/Artikel/Kolom-
Syariah/275Zakat-Untuk-Pendidikan-.Html.
53
pendapat yang benar lagi terkenal. Imam Nawawi
berkata, mengenai orang yang memusatkan perhatian
untuk melakukan ibadah-ibadah sunnah, sedangkan
mencari nafkah akan menjadi penghalang dari
kegiatannya itu atau dari memusatkan perhatian
kepadanya, menurut kesepakatan ulama, Ia tidak halal
menerima zakat. Sebabnya ialah kepentingan
ibadahnya itu terbatas untuk dirinya sendiri, berlainan
dengan orang yang sibuk mengadakan penelitian dalam
bidang ilmu pengetahuan.31
Termasuk kategori al-fuqara adalah para
penuntut ilmu yang sudah baligh, namun mereka tidak
mempunyai harta kekayaan milik sendiri walaupun
para orang tua mereka adalah orang-orang yang
terbilang kaya. Mereka berhak diberi beasiswa sampai
mereka mampu menyelesaikan studi.32 Namun ada
sebagian kalangan yang mensyaratkan, ia haruslah
orang yang cerdas dan pintar yang bisa diharapkan
keunggulannya dan nantinya bisa bermanfaat untuk
kaum muslimin.
Jika tidak, ia tidak berhak mendapatkan bagian
harta zakat selama ia masih mampu untuk bekerja. Ini
merupakan pendapat yang rasional dan sangat baik dan
31 Muhammad Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah. Jilid 1, (Jakarta : Pena
Publishing, 2006), h.587-588. 32 Said Hawwa, Al-Islam, Terj. Abu Ridha dan AR Shaleh Tahmid.
Jilid 1. (Jakarta : Gema Insani, 2004), h. 169.
54
pendapat inilah yang dipraktikkan oleh negara-negara
modern sekarang ini, sekiranya negara memberi biaya
kepada orang-orang yang cerdas dan unggul untuk
melanjutkan studi mereka dengan cara memberikan
kursus-kursus gratis atau memasukkan mereka ke
dalam daftar delegasi-delegasi, baik di dalam maupun
luar negeri guna melanjutkan studi mereka.33
33 Said Hawwa. Al-Islam. Terj. Abu Ridha dan AR Shaleh Tahmid.
Jilid 1 h. 177-178.
55
BAB III
GAMBARAN UMUM BAZNAS PUSAT
A. Sejarah BAZNAS
Menurut sejarahnya, sebagaimana dituturkan Muchtar
Zarkasyi, SH, mantan pejabat senior Kementerian Agama dan
Ketua Dewan Pertimbangan BAZNAS, sejak masuknya Islam ke
Indonesia zakat sebagai salah satu rukun Islam telah tertata dengan
baik, sejak masa kesultanan atau kerajaan Islam di Nusantara.
Kesultanan Islam mengelola zakat dan mengatur pemanfaatannya
untuk kepentingan umat Islam. Setelah lenyapnya kesultanan Islam
karena satu demi satu dihancurkan oleh kolonialisme, terakhir
Kesultanan Banten Tahun 1813, maka sejak itulah zakat
diperankan oleh masyarakat melalui masjid-masjid dan ulama di
tingkat lokal.
Karel A. Steenbrink dalam bukunya Beberapa Aspek tentang
Islam di Indonesia Abad Ke-19 mengungkapkan, pada 1866
pemerintah mengeluarkan peraturan (bijblad 1892) yang melarang
keras Kepala Desa sampai bupati turut campur dalam pengumpulan
zakat. Peraturan tersebut mengakibatkan penduduk di beberapa
tempat enggan mengeluarkan zakat atau tidak memberikannya
kepada penghulu dan naib, melainkan kepada ahli agama yang
dihormati, yaitu kyai atau guru mengaji.1
1 https://alimtiaz.wordpress.com/2012/05/11/pendidikan-pesantren-di-
indonesia-sebuah-tinjauan-historis-menurut-kerel-a-steenbrink/
56
Kolonialisme, kapitalisme dan feodalisme berabad-abad
merusak tatanan kehidupan asli rakyat Indonesia. Dalam kegelapan
zaman penjajahan, zakat dikelola secara individual oleh umat
Islam. Awal abad ke-20 sebuah terobosan penting menyangkut
perzakatan dilakukan oleh Muhammadiyah (1912) yang dipimpin
oleh K.H. Ahmad Dahlan di Yogyakarta. Muhammadiyah
merupakan organisasi keagamaan pertama yang mengambil
langkah mengorganisir pengumpulan zakat di kalangan
anggotanya. Setelah kemerdekaan, Kementerian Agama
diperjuangkan oleh umat Islam dalam rangka pelaksanaan asas
Ketuhanan Yang Maha Esa dalam ideologi negara Pancasila dan
ketentuan pasal 29 UUD 1945.2
Kementerian Agama dibentuk pada masa Kabinet Sjahrir II
pada 3 Januari 1946 dengan Menteri Agama Pertama adalah
almarhum HM Rasjidi. Dalam riwayat perjalanan pemerintahan
sejak dari Menteri Agama H.M. Rasjidi, K.H. Fatchurrahman
Kafrawi, K.H. Masjkur, K.H. Faqih Usman, K.H.A.Wahid Hasjim,
K.H. Muchammad Iljas, K.H.Wahib Wahab, K.H. Saifuddin Zuhri,
K.H.M. Dachlan, H.A. Mukti Ali, Alamsjah Ratu Perwiranegara,
Munawir Sjadzali, Tarmizi Taher, dan seterusnya, masalah zakat
dan wakaf menjadi perhatian dan kebijakan Kementerian Agama.
Menarik disimak Muhammad Daud Ali dalam Sistem
Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf menulis bahwa setelah Indonesia
merdeka terdapat juga hambatan politis dalam penyelenggaraan
pengumpulan zakat. Padahal dalam perjuangan bangsa Indonesia
2 Zamah Sari, et al., Kemuhammadiyahan UHAMKA, (Jakarta : 2001), h.240.
57
melawan penjajahan Barat, zakat terutama bagian sabilillahnya
merupakan sumber dana perjuangan.
Semasa Menteri Agama K.H. Saifuddin Zuhri, Kementerian
Agama tahun 1964 menyusun Rancangan Undang-undang tentang
Pelaksanaan Zakat dan Rancangan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-undang tentang Pelaksanaan, Pengumpulan dan
Pembagian Zakat serta Pembentukan Baitul Mal. Akan tetap entah
apa sebabnya rancangan produk legislasi tersebut batal diajukan ke
DPR. Kementerian Agama tahun 1967 kembali menyiapkan
Rancangan Undang-undang Zakat. Tetapi karena tidak mendapat
dukungan dari Menteri Keuangan sebagai kementerian terkait,
maka pembahasannya dihentikan.
Setahun kemudian lahir Peraturan Menteri Agama No. 4
Tahun 1968 tentang Pembentukan Badan Amil Zakat dan
Peraturan Menteri Agama No 5 Tahun 1968 tentang Pembentukan
Baitul Mal di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten / kotamadya.
Namun dalam waktu berdekatan Presiden Soeharto dalam acara
peringatan Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW di Istana
Negara 26 Oktober 1968 mengumumkan bahwa sebagai pribadi
beliau bersedia untuk mengurus pengumpulan zakat secara besar-
besaran.
Pernyataan Presiden Soeharto tahun 1968 menganulir
pelaksanaan Peraturan Menteri Agama terkait dengan zakat dan
baitul mal. Tidak lama kemudian Instruksi Menteri Agama No.1
Tahun 1969, menyatakan pelaksanaan Peraturan Menteri Agama
No.4 dan No.5 Tahun 1968 ditunda sampai batas waktu yang tidak
ditentukan. Pada tahun 1969 pemerintah mengeluarkan Keputusan
58
Presiden No. 44 tahun 1969 tentang Pembentukan Panitia
Penggunaan Uang Zakat yang diketuai Menko Kesra Dr. KH
Idham Chalid.3
Perkembangan selanjutnya di lingkungan pegawai
kementerian/lembaga/BUMN dibentuk pengelola zakat di bawah
koordinasi badan kerohanian Islam setempat.
Di tingkat wilayah pelembagaan zakat dipelopori BAZIS DKI
Jakarta yang dibentuk dengan keputusan Gubernur Ali Sadikin
tanggal 5 Desember 1968 yang dilatarbelakangi rekomendasi
pertemuan 11 orang alim ulama di ibukota yang dihadiri antara lain
oleh Buya Hamka dan tanggapan atas pidato Presiden Soeharto 26
Oktober 1968. Keberadaan pengelola zakat semi-pemerintah
secara nasional dikukuhkan dengan Surat Keputusan Bersama
(SKB) Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama No. 29 dan No.
47 Tahun 1991 tentang Pembinaan BAZIS. 4
Undang-undang Pengelolaan Zakat (UU No. 38 Tahun 1999)
lahir di masa Presiden RI Ke-3 B.J. Habibie dan Menteri Agama
H.A. Malik Fadjar. Undang-undang Pengelolaan Zakat tahun 1999
diubah dengan Undang-undang No. 23 Tahun 2011 dan diterbitkan
Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2014. Pemerintah di masa
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerbitkan Instruksi
Presiden No. 3 Tahun 2014 tentang Optimalisasi Pengumpulan
Zakat di Kementerian / Lembaga, Pemerintah Daerah, BUMN dan
BUMD Melalui BAZNAS.5
3 http://pusat.baznas.go.id/ diakses pada 12 September 2018. 4 http://pusat.baznas.go.id/ diakses pada 12 September 2018. 5 http://pusat.baznas.go.id/ diakses pada 12 September 2018.
59
Dalam masa pemerintahan Presiden Joko Widodo sekarang
ini, diharapkan peran dan dukungan negara secara konkret terhadap
pengelolaan zakat lebih meningkat, apalagi di tengah persoalan
kemiskinan dan ketimpangan sosial yang masih terjadi di negara
kita di waktu sekarang. Sebagaimana kita tahu menurut pasal 34
UUD 1945, “Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara
oleh negara”.
Ketentuan pasal ini tidak terlepas dari pesan syariat Islam. Para
founding fathers negara kita menyelami makna negara
kesejahteraan yang dicita-citakan Islam dengan konsep zakat. Pasal
tersebut tak dapat dilepaskan dari substansi dan spirit pelaksanaan
pasal 29 bahwa negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa
dan negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut
agamanya dan kepercayaannya itu.
Dimensi berikutnya yang tak dapat dilupakan menyangkut
peran negara dalam perzakatan, ialah Dekrit Presiden Soekarno
tanggal 5 Juli 1959 tentang Kembali Kepada Undang-undang
Dasar 1945 menyatakan, Bahwa kami berkeyakinan bahwa Piagam
Jakarta tertanggal 22 Juni 1945 menjiwai Undang-undang Dasar
1945 dan merupakan suatu rangkaian kesatuan dengan konstitusi
tersebut. Konsideran Dekrit Presiden memperjelas jaminan negara
terhadap aspirasi Islam dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia, termasuk aspirasi memajukan perzakatan.6
Demikian sekilas zakat dalam riwayat pemerintahan
Indonesia. sangat tepatlah apa yang dikatakan pahlawan nasional
6http://pusat.baznas.go.id/ diakses pada 12 September 2018.
60
Mr. Sjafruddin Prawiranegara, Sejarah sebagai pedoman untuk
membangun masa depan.
B. Profil BAZNAS7
Badan Amil Zakat Naisonal (BAZNAS) merupakan
lembaga pemerintahan non struktural yang mandiri, bertanggung
jawab kepada Presiden RI BAZNAS. BAZNAS dibentuk dengan
Keputusan Presiden (Keppres) RI No. 8 Tahun 2001 tanggal 17
Januari 2001. Peraturan Perundang-undangan Pengelolaan Zakat,
Infak dan Sedekah Indonesia yaitu:
1. UU No. 23 Tahun 2011
2. Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 2014
3. Inpres No. 3 tahun 2014
BAZNAS berwenang melaksanakan tugas pengelolaan
zakat, dana sosial keagamaan termasuk dana sosial CSR secara
nasional. BAZNAS melaksanakan fungsi perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian, pelaporan dan pertanggungjawaban
atas pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat, dana
sosial keagamaan termasuk dana sosial CSR.
Untuk terlaksananya tugas dan fungsi tersebut, maka
BAZNAS memiliki kewenangan:
1. Menghimpun, mendistribusikan, dan mendayagunakan zakat
2. Memberikan rekomendasi dalam pembentukan BAZNAS
3. Provinsi, BAZNAS Kabupaten/Kota, dan LAZ
7 Profil BAZNAS diakses pada tanggal 23 april 2018.
61
4. Meminta laporan pelaksanaan pengelolaan zakat, infak,
sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya kepada BAZNAS
Provinsi dan LAZ.
Selama 11 tahun menjalankan amanah sebagai badan zakat
nasional, BAZNAS telah meraih pencapaian sebagai berikut:8
1. BAZNAS menjadi rujukan untuk pengembangan pengelolaan
zakat di daerah terutama bagi BAZDA baik Provinsi maupun
BAZDA Kabupaten/Kota
2. BAZNAS menjadi mitra kerja Komisi VIII DPR-RI
3. BAZNAS tercantum sebagai Badan Lainnya selain
Kementerian Lembaga yang menggunakan dana APBN dalam
jalur pertanggung-jawaban yang terkonsolidasi dalam Laporan
Kementerian/Lembaga pada kementerian Keuangan RI.
Berbagai penghargaan yang di capai BAZNAS adalah
sebagai berikut :
1. BAZNAS berhasil memperoleh BAZNAS memperoleh
Sertifikat ISO 9000 - 2015 Sejak 2008 sampai dengan 2017.
2. Pada Tahun 2009, BAZNAS juga mendapatkan penghargaan
The Best Quality Management dari Karim Consulting
Indonesia.
3. Mendapatkan Penghargaan dari Kementerian Keuangan
Republik Indonesia (RI) Laporan Keuangan Terbaik untuk
Lembaga Non Departemen.
8 Profil BAZNAS yang diakses pada tanggal 23 April 2018
62
4. Mendapatkan Penghargaan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
sejak 2002 -2017.
Layanan BAZNAS secara umum yaitu:
1. Zakat (zakat profesi, emas, perak, uang, dan deposito,
perdagangan, perusahaan, madu, pertanian, peternakan,
saham dan obligasi). BAZNAS melayani muzakki untuk
menunaikan zakat tersebut dan menyalurkannya terhadap
mustahik yang membutuhkan sesuai dengan ketentuan dari
Allah SWT.
2. Infak dan Sedekah, BAZNAS melayani muzakki untuk
menerima infak dan sedekah yang nantinya akan disalurkan
kepada pihak-pihak yang membutuhkan bantuan baik
berupa bantuan secara produktif maupun konsumtif.
3. Mitra Pelaksana Corporate Social Responsibility (CSR)
yang merupakan layanan BAZNAS dimana suatu
perusahaan mempercayakan dana CSR untuk disalurkan di
BAZNAS.
63
Gambar 3.1
Layanan BAZNAS
C. Visi, Misi dan Nilai BAZNAS9
Visi Misi Nilai
Menjadi
Pengelola
Zakat
Terpercay
a dan
Terbaik di
Dunia
1. Mengkoordinasika
n BAZNAS
provinsi, BAZNAS
kabupaten/kota,
dan LAZ dalam
mencapai target-
target nasional.
1. Visioner
2. Mengoptimalkan
secara terukur 2. Optimis
9 http://baznas.go.id/profil diakses pada 21 September 2018 Pukul 19:40 WIB.
64
pengumpulan zakat
nasional.
3. Mengoptimalkan
pendistribusian dan
pendayagunaan
zakat untuk
pengentasan
kemiskinan,
peningkatan
kesejahteraan
masyarakat, dan
pemoderasian
kesenjangan sosial.
3. Jujur
4. Menerapkan sistem
manajemen
keuangan yang
transparan dan
akuntabel berbasis
teknologi
informasi dan
komunikasi terkini.
4. Sabar
5. Menerapkan sistem
pelayanan prima
kepada seluruh
pemangku
kepentingan zakat
nasional.
5. Amanah
65
6. Menggerakkan
dakwah Islam
untuk kebangkitan
zakat nasional
melalui sinergi
ummat.
6. Keteladanan
7. Terlibat aktif dan
memimpin gerakan
zakat dunia.
7. Profesional
8. Mengarusutamaka
n zakat sebagai
instrumen
pembangunan
menuju masyarakat
yang adil dan
makmur, baldatun
thayyibatun wa
rabbun ghafuur.
8. Perbaikan
Berkelanjutan
9. Mengembangkan
kompetensi amil
zakat yang unggul
dan menjadi
rujukan dunia.
9. Entreprenurial
10. Transformasional
.
D. Fungsi dan Tugas
Di dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat pada Pasal 6 disebutkan, BAZNAS merupakan
66
lembaga yang berwenang melakukan tugas pengelolaan zakat
secara nasional.10 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6, BAZNAS menyelenggarakan fungsi:11
a. Perencanaan, pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat.
b. Pelaksanaan, pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat.
c. Pengendalian, pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat.
d. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan
zakat.
Untuk terlaksananya tugas dan fungsi tersebut, maka
BAZNAS memiliki kewenangan:12
a. Menghimpun, mendistribusikan, dan mendayagunakan zakat.
b. Memberikan rekomendasi dalam pembentukan BAZNAS
Provinsi, BAZNAS Kabupaten / Kota, dan LAZ.
c. Meminta laporan pelaksanaan pengelolaan zakat, infak,
sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya kepada BAZNAS
Provinsi dan LAZ.
d. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, BAZNAS dapat
bekerja sama dengan pihak terkait sesuai dengan ketentuan
peraturan dan perundang-undangan.13
10 Petunjuk Teknis Evaluasi dan Pelaporan LPZ, (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan
Zakat, Dirjen Bimas Islam, Kemenag RI, 2012), h.73. 11 Petunjuk Teknis Evaluasi dan Pelaporan LPZ, h.73-74. 12 Muhamad Zen, Laporan Hasil Praktikum “Badan Amil Zakat Nasional RI”, h.11. 13 Petunjuk Teknis Evaluasi dan Pelaporan LPZ, h.74.
67
e. BAZNAS melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya secara
tertulis kepada Presiden melalui Menteri dan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia paling sedikit 1 (satu)
kali dalam 1 (satu) tahun.14
E. Tujuan dan Arah Kegiatan15
a. Tujuan
Sebagaimana yang diamanatkan Undang-undang No. 23 Tahun
2011 Tentang Pengelolaan Zakat bahwa tujuan pengelolaan
zakat nasional yaitu:
1) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam
pengelolaan zakat.
2) Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.
b. Arah Kegiatan
Arah kebijakan BAZNAS sejalan dengan agenda prioritas
pembangunan tahun 2015-2019 (Nawa Cita) yaitu:
meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat
Indonesia. BAZNAS menjadikan kurun 2016-2020 sebagai
Kurun Kebangkitan Zakat, dengan Rencana Strategis 2016-
2020 sebagai landasannya.
14 Petunjuk Teknis Evaluasi dan Pelaporan LPZ, h.74. 15 Profil BAZNAS diakses pada 10 September 2018.
68
F. Target dan Fundraising Program BAZNAS16
a. Target
Target BAZNAS merupakan batas ketentuans (asaran)
yang ingin dicapai. Target yang ada di BAZNAS terbagi dalam
dua, yang pertama adalah Target secara Nasional dan yang
kedua, adalah target dari BAZNAS itu sendiri.
1) Target melayani delapan juta mustahik secara Nasional.
2) Mengentaskan 280.000 jiwa fakir miskin secara Nasional.
3) Target BAZNAS mengentaskan 28.000 jiwa atau 60.000
KK fakir miskin.
4) 200 Titik Zakat Community Development.
5) Melayani Mustahik dalam Bidang Kesehatan sebanyak
150.000 jiwa.
6) Melayani Mustahik dalam Bidang Pendidikan 10.000 jiwa.
7) Melayani Mustahik dalam Bidang Kemanusiaan 130.000
jiwa.
8) Melayani Mustahik dalam Bidang Dakwah dan Advokasi
100 jiwa.
b. Fundraising Program
Fundraising Program adalah program Penghimpunan dana
yang ada di BAZNAS. Strategi dalam Fundraising yang
digunakan adalah:
a) Zakat Payroll System (UPZ Partner)
b) Retail Donation and Humanitarian
c) Cooperation with PKBL and CSR Programs.
16 Profil BAZNAS yang diakses pada tanggal 23 april 2018.
69
Adapun pelayanan penghimpunan dana yang diberikan oleh
BAZNAS yakni :
1) Payment Through Service Counter of ZIS
Payment Through Service Counter of ZIS merupakan
pelayanan Penghimpunan dana yang dilakukan dengan
membuka konter BAZNAS diberbagai titik yang telah
ditentukan.
2) Payment Through Bank; ATM (Transfer, phone or mobile,
and internet)
Payment Through Bank merupakan pelayanan
penghimpunan dana yang dapat dilakukan melalui transfer
antar bank, transfer mobile banking maupun transfer dengan
internet banking.
3) Payment Through Pick up service (Jemput Zakat)
Jemput Zakat merupakan pelayanan penghimpunan dana
dengan mengunjungi lokasi ataupun tempat keberadaan
muzaki.
4) Payment via Bizz zakat (Mobile Service)
Bizz zakat merupakan pelayanan penghimpunan dana zakat
dengan cara mini bus yang berjalan yang dapat berhenti di
titik-titik yang telah ditentukan.
5) Muzaki Corner Apps
Muzaki Corner merupakan aplikasi BAZNAS yang
digunakan untuk pelayanan penghimpunan dana yang dapat
di download di playstore.
6) E-Commence: kitabisa, tokopedia, bukalapak, M-cash
Wallet
70
E-Commence merupakan pelayanan penghimpunan dana
yang diberikan BAZNAS dengan bekerjasama oleh Digital
Marketing yang sering digunakan oleh masyarakat.
7) SIMBA: BAZNAS information and technology system
Finance Technology
SIMBA merupakan sebuah sistem yang dibangun dan
dikembangkan untuk keperluan penyimpanan data dan
informasi yang dimiliki oleh BAZNAS secara nasional.
8) Laku Pandai : BRIS, BRI, BNI, MANDIRI, BTN, BTPN,
dan BTPN Syariah.
G. Program BAZNAS17
Program BAZNAS dilihat dari dua seg yakni secara umum dan
khusus, jika dilihat secara umum terbagi kedalam enam bidang,
diantaranya :
1. Pemberdayaan Ekonomi
2. Pendidikan
3. Kesehatan
4. Kemanusiaan
5. Advokasi dan Dakwah
6. Zakat Community Developement
Selain itu jika dilihat dari program BAZNAS secara khusus,
adalah sebagai berikut:
17 http://baznas.go.id/ diakses pada 27 September 2018 Pukul 07:21.
71
1. BAZNAS Tanggap Bencana
BAZNAS Tanggap Bencana (BTB) adalah unit kerja dari
bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan BAZNAS yang
bertugas mengurangi dampak bencana yang mengakibatkan
kemiskinan dan menekan risiko keterparahan kemiskinan
akibat bencana.
BTB bertujuan meningkatkan pengetahuan masyarakat
tentang Pengurangan Risiko Bencana (PRB) melalui edukasi;
menangani korban bencana melalui tahapan Rescue, Relief,
Recovery, Recontruction; serta menumbuhkan jiwa
kerelawanan di masyarakat, menguatkan kapasitas dan
membangun jaringan Relawan. Untuk mencapai tujuan
tersebut, BTB melakukan tiga program.
Pertama, Penanganan Korban Bencana melalui kegiatan
Rescue (upaya penyelamatan secara cepat dan tepat untuk
mengurangi jumlah), Relief (bantuan kebutuhan dasar untuk
mengembalikan kemandirian korban), Recovery
(mengembalikan keadaan sebelum terjadi bencana) dan
Recontruction (pembangunan kembali sarana prasarana yang
rusak akibat bencana menjadi lebih baik).
Kedua, Penanganan Risiko Bencana (PRB) melalui
kegiatan Edukasi di sekolah, masyarakat, komunitas, tentang
simulasi evakuasi, pembuatan renkon, penggunaan alat
keselamatan diri, penggunaan alat-alat evakuasi dan
pembuatan meme kampanye PRB; Sekolah Aman Bencana;
BTB Goes to School; dan PRB berbasis komunitas.
72
Ketiga, Kerelawanan melalui kegiatan rekrutmen relawan
darurat dan rekrutmen relawan terencana; Pelatihan kepada
rekrutmen relawan terencana; pelatihan kepada rekrutmen
terencana untuk dapat memberikan responn cepat terhadap
bencana di lokasi sekitar tempat tinggal mereka dan memiliki
garis koordinasi dengan BTB (Kab/Kota, Provinsi, Pusat);
Pembinaan berupa pembekalan dan pengorganisasian lanjutan
bagi relawan BTB untuk dapat mendiri dengan tetap
berkoordinasi dengan BAZNAS (Kab / Kota, Provinsi, Pusat);
Jaringan antara penggiat PB dan relawan PB, baik skala
nasional dan regional.
2. Layanan Pendidikan BAZNAS
Layanan Pendidikan BAZNAS adalah layanan yang
dibentuk berdasarkan keputusan Ketua BAZNAS No. 12 tahun
2018 tertanggal 21 Februari 2018. Layanan dalam bidang
pendidikan ini merupakan layanan yang berkoordinasi dengan
Divisi\ Pendayagunaan dan Pendistribusian BAZNAS.
Penyaluran bantuan pendidikan BAZNAS memiliki dua pola,
yaitu disalurkan langsung ( berupa uang dan lain sebagainya)
dan bermitra dengan lembaga lain (berupa pemberdayaan).
Didalam layanan pendidikan BAZNAS ada beberapa program
yang di jalankan:
1) Sekolah Cendekia BAZNAS
Sekolah Cendekia BAZNAS merupakan salah satu
program pendidikan yang dikelola oleh Badan Amil Zakat
Nasional, memiliki motto membangun karakter-
73
mengoptimalkan potensi. Setiap siswa menempuh
pendidikan formal (kurikulum dinas pendidikan),
pembinaan karakter Islam, Qur’an-Hadits serta
pengembangan potensi sesuai minat dan bakat.
Sekolah ini merupakan Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Cendekia BAZNAS yang berkonsep asrama, bebas
biaya untuk anak yatim-dhuafa dan difabel yang lolos
seleksi dari berbagai wilayah di Indonesia. Seleksi siswa
dilakukan melali 4 tahap, yaitu administrasi (berkas), tes
akademik, psikotes & Qur’an, dan Survei faktual.
Seluruh tahapan seleksi hingga penerimaan siswa
tidak dipungut biaya. Setiap siswa mendapatkan fasilitias
selama tiga tahun menempuh pendidikan, berupa seragam
sekolah, buku pelajaran, biaya hidup dan pengembangan
diri. SMP Cendekia BAZNAS berlokasi di Kp. Cirangkong
Desa Cemplang, Kec. Cibungbulang, Kab. Bogor, Jawa
Barat.
2) Beasiswa Cendikia BAZNAS
Merupakan beasiswa yang diberikan BAZNAS
terhadap mereka yang benar-benar membutuhkan.
Penyaluran bantuan beasiswa BAZNAS terbagi kedalam
dua pola yaitu disalurkan secara langsung dan bermitra
dengan lembaga lain.
BAZNAS menyalurkan secara langsung dengan
memberikan bantuan pendidikan berupa uang tunai kepada
golongan yang berhak menerima bantuan tersebut dengan
ketentuan yang berlaku. Selain itu, BAZNAS juga
74
memberikan bantuan secara langsung berupa Barang, yakni
Al-Qur’an yang diberikan kepada difabel.
Selain itu dalam bermitra dengan lembaga lain di
tahun 2017 BAZNAS mengadakan kursus Tahfidz Al-
Qur’an bagi difabel, selanjutnya di tahun ini, BAZNAS
memberikan beasiswa dan bantuan pendidikan ke
masyarakat yang terpencil atau komunitas adat. Misalnya,
dalam bentuk pengiriman guru ke wilayah sana yang
bersinergi dan bekerja sama dengan kelompok yang
bergerak di wilayah terpencil tersebut. Selanjutnya,
BAZNAS membuat program untuk memberikan
pendidikan bagi kader ulama.
Di samping, memberikan beasiswa bagi kader ulama.
Dalam hal ini, BAZNAS ingin meningkatkan kapasitas
para ulama di Tanah Air. Program-program ini dibuat agar
BAZNAS tidak hanya menekankan pada kuantitas atau
jumlah penerima manfaat zakat. Namun, juga pada kualitas
atau hasil yang dicapai dari pemberdayaan zakat tersebut.
Karena pada tahun ini BAZNAS akan fokus pada capaian
dan tolak ukur hasil dari pemanfaatan zakat tersebut.
3. Layanan Aktif BAZNAS
Program selanjutnya, dalam rangka meningkatkan manfaat
zakat dengan mengakomodir kebutuhan mustahik secara
prima, perlu mendayagunakan zakat di bidang sosial dan
ekonomi. Oleh karenanya, Badan Amil Zakat Nasional melalui
program Layanan Aktif BAZNAS (LAB) sebagai program
75
khusus divisi Pendistribusian dan Pendayagunaan Zakat (DPP),
hadir untuk bisa menyalurkan dana zakat sesuai ketentuan
tersebut. Layanan Aktif BAZNAS (LAB) adalah program
layanan darurat sosial untuk mustahik dengan model
penanganan tepat sasaran, tepat waktu (cepat) dan tepat
penanganan.
Untuk melayani mustahik yang dikategorikan dalam
keadaan darurat, Layanan Aktif BAZNAS (LAB) membagi ke
dalam beberapa unit, yaitu melalui Unit Layanan, Unit Respon
dan ATM Beras. Terkhusus unit layanan dan unit respon
melayani jenis layanan bantuan akses tempat tinggal (biaya
kontrakan dan atau renovasi rumah), bantuan akses pengobatan
dan atau kesehatan, bantuan akses pendidikan, bantuan akses
konsumsi (biaya hidup, pakaian, dan atau ATM Beras), bantuan
akses transportasi, dan bantuan hutang untuk pemenuhan biaya
hidup dasar.
4. Rumah Sehat BAZNAS
Rumah Sehat BAZNAS Merupakan suatu program yang
mewakili BAZNAS dalam pelayanan kesehatan secara terpadu
kepada seluruh mustahik termasuk pelayanan kesehatan di
daerah bencana yang meliputi aspek kuratif, preventif,
rehabilitatif, promotif dan advokatif seta mengikuti peraturan
dan perundang-Undangan kesehatan di Republik Indonesia.
Rumah Sehat BAZNAS hanya untuk masyarakat miskin
secara gratis dengan sistem kepesertaan (kartu membership
untuk semua anggota Keluarga). Model pelayanan Rumah
76
Sehat BAZNAS diberikan dalam bentuk: Pelayanan Dalam
Ruang dan Pelayanan Luar Ruang (Unit Kesehatan Keliling).
5. Zakat Community Developement
Zakat Community Development (ZCD) adalah program
pemberdayaan BAZNAS melalui komunitas dan desa dengan
mengintegrasikan aspek dakwah, ekonomi, pendidikan,
kesehatan, dan kemanusiaan secara komprehensif yang sumber
pendanaannya dari zakat, infak, sedekah dan dana sosial
keagamaan lainnya.
Strategi Zakat Community Development dalam
melaksanakan tugas dan fungsi program:
1) Penguatan Fasilitator Program dan Membangun Kader
Lokal.
2) Berbasis Sumberdaya Lokal.
3) Berbasis Komunitas.
4) Berbasis Teknologi Tepat Guna.
5) Membangun Kelembagaan Lokal (institusi keuangan mikro
syariah, institusi kesehatan, institusi pendidikan, dan
institusi dakwah).
6) Menguatkan kapasitas masyarakat dalam pengurangan
resiko bencana berbasis komunitas dengan membangun
Desa Siaga Bencana.
6. Microfinance BAZNAS
Microfinance BAZNAS adalah lembaga bantuan
pembiayaan produktif kepada mustahik dengan prinsip non for
77
profit dalam rangka pengembangan usaha. Permodalan
merupakan faktor utama yang diperlukan untuk
mengembangkan suatu unit usaha. Kurangnya permodalan
pada usaha kecil menengah dikarenakan karakteristik usaha
yang tertutup, mengandalkan modal dari si pemilik yang
jumlahnya sangat terbatas, sedangkan modal pinjaman dari
bank atau lembaga keuangan lainnya sulit diperoleh karena
persyaratan secara administratif dan teknis yang diminta oleh
bank tidak dapat dipenuhi.
Status Pendanaannya adalah hibah bersyarat, para nasabah
wajib mengangsur cicilan sebesar 10 % dari nilai total
pendanaan tiap bulan selama sepuluh bulan. Dana tersebut
nantinya akan menjadi tambahan modal bagi para nasabah
tanpa mengajukan kembali kepada Bank Mustahik.
7. Pusat Kajian Strategis
In line with the aspirations of The National Zakat Board
(BAZNAS) the Republic of Indonesia whose vision and
mission it to be a trustworthy, transparent, and professional
zakat institution, BAZNAS Center of Strategic Studies (Pusat
Kajian Strategis/ PUSKAS BAZNAS) must exist to support the
realization of building a professional zakat institution through
a research-based programs. Thus, the setting up of Center of
Strategic Studies, BAZNAS which functions as a center of
knowledge dissemination and intellectual excellence can be the
basic element of fulfilling the vision of BAZNAS.
78
Jika diartikan kedalam Bahasa Indonesia adalah sebagai
berikut: Sejalan dengan aspirasi Badan Zakat Nasional
(BAZNAS) Republik Indonesia yang visi dan misinya untuk
menjadi lembaga zakat yang dapat dipercaya, transparan, dan
profesional, Pusat Studi Strategis BAZNAS (Pusat Kajian
Strategis/PUSKAS BAZNAS) harus ada untuk mendukung
terwujudnya pembangunan lembaga zakat profesional melalui
program berbasis penelitian. Dengan demikian, penyusunan
Pusat Studi Strategis, BAZNAS yang berfungsi sebagai pusat
penyebaran pengetahuan dan keunggulan intelektual dapat
menjadi elemen dasar untuk memenuhi visi BAZNAS.18
Tujuan dari Pusat Kajian Strategis adalah:
a) Menciptakan jaringan berbasis kemitraan yang luas dengan
lembaga zakat nasional dan internasional.
b) Mengaktifkan kegiatan bersama dengan program
penelitian dan studi pengembangan zakat tentang
pengumpulan, distribusi, manajemen, dan isu-isu serupa.
c) Mengembangkan standarisasi pengelolaan dan praktik
zakat.
d) Pemikiran yang menggembirakan di kalangan akademisi,
praktisi, dan ahli dari bidang zakat.
e) Mengumpulkan informasi terkait zakat untuk memperkuat
pengembangan zakat.
f) Memobilisasi upaya terpadu untuk mencapai pengakuan
internasional.
18 Google Translate diakses pada 27 September 2018 Pukul 7:24.
79
8. Kurban Berdayakan Desa
BAZNAS mengajak masyarakat untuk melaksanakan
Qurban Berdayakan Desa, yakni aktivitas qurban yang
memindahkan perputaran ekonomi dan manfaatnya dari kota
kepada masyarakat desa. Dengan membeli, menyembelih, dan
mendistribusikan daging kurban di desa, dapat menjadi sumber
devisa bagi masyarakat khususnya di pedesaan melalui
pemberdayaan peternak desa.
Perputaran roda ekonomi di pedesaan akan mampu
membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat yang lebih
baik. Peningkatan gizi dan ekonomi akan sangat dirasakan oleh
para penerima manfaat di desa.
Banyak Manfaat yang dapat kita ambil dari Program
Qurban Berdayakan Desa ini diantaranya: memberdayakan
peternak kecil di desa mulai dari pembenihan hingga penjualan
hewan qurban, Mendorong tata niaga ternak di desa,
meningkatkan gizi penerima manfaat yang jarang atau tidak
pernah makan daging, meningkatkan industri turunan dari
peternakan (kulit, benih, pakan ternak, dan lain-lain),
meningkatkan perekonomian desa melalui distribusi uang dari
kota ke desa, gotong royong masyarakat desa dalam
pendistribusian daging hewan qurban.
BAZNAS menyerap hewan qurban yang telah dipersiapkan
oleh peternak kecil di desa-desa dengan harga yang terbaik.
Sehingga meningkatkan perekonomian para peternak kecil di
desa. qurban Anda akan dibeli, dipotong, dan didistribusikan
80
ke 108 desa di 20 provinsi di Indonesia. Berqurban dari, oleh,
dan untuk desa.
Berikut Target penerima manfaat qurban:
a. Daerah miskin dan tertinggal
b. Daerah pedalaman
c. Belum pernah atau jarang mengkonsumsi daging
d. Daerah program pemberdayaan peternakan BAZNAS
e. Komunitas adat terpencil
f. Mualaf
H. Kebijakan Mutu dan Tujuan Mutu19
Sebagai lembaga yang memiliki sertifikasi ISO 9001:2008,
BAZNAS telah menetapkan Kebijakan Mutu dan Tujuan Mutu
sebagai berikut:
1. Kebijakan Mutu
BAZNAS sebagai Badan Pengelola Zakat tingkat Nasional
berupaya melakukan:
a) Pembinaan, pengembangan dan penyadaran kewajiban
berzakat demi meningkatkan kesejahteraan serta kualitas
kehidupan masyarakat.
b) Memberikan pelayanan yang terbaik bagi muzaki dan
mustahik BAZNAS.
c) Membuat program pemberdayaan yang terencana dan
berkesinambungan dalam meningkatkan taraf hidup
mustahik menjadi muzaki.
19 http://pusat.baznas.go.id/profil/tujuan-mutu-dan-kebijakan-mutu/ diakses pada 30
September 2018 Pukul 21:23.
81
d) Menyajikan data penerimaan dan pendayagunaan zakat
yang akurat karena didukung oleh amil yang bekerja secara
profesional.
e) Manajemen yang fokus terhadap pembinaan dan
pengembangan sumber daya manusia sebagai amil yang
menjalankan amanah.
f) Selalu mengedepankan keselamatan dan kesehatan kerja
bagi seluruh amil BAZNAS.
Keberhasilan dan kesuksesan penerapan hal-hal di atas
menjadi tanggung jawab Pimpinan dan seluruh Amil BAZNAS.
2. Tujuan Mutu
1) Menjadikan program unggulan BAZNAS sebagai
mainstream (arus utama) program pendayagunaan
Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) seluruh Indonesia.
2) Memaksimalkan partisipasi organisasi pengelola zakat
dalam mendukung program bersama pendayagunaan zakat
nasional.
3) Fokus kepada instansi pemerintah, BUMN dan Luar Negeri
melalui penguatan regulasi.
4) Penguatan sentralisasi data nasional baik muzaki maupun
jumlah penghimpunan.
5) Melakukan sosialisasi dan edukasi bersama.
6) Optimalisasi KKI (Koordinasi, Konsultasi, Informasi)
melalui penyusunan mekanisme dan sistem koordinasi,
penguatan lembaga serta SDM OPZ.
82
7) Meningkatkan kerjasama antar lembaga nasional dan
internasional.
8) Intensifikasi dan ekstensifikasi hubungan kemitraan dan
koordinasi dengan instansi pemerintah, BUMN, perbankan
syariah, dan organisasi sosial atau keagamaan di dalam dan
luar negeri.
9) Penyempurnaan Regulasi dan SOP.
10) Peningkatan sumber dana dan sumber daya.
11) Reorganisasi dan konsolidasi organisasi
I. Struktur Organisasi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
Pusat (terdapat pada lampiran)
a. Jajaran Komisioner
Komisioner Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Periode
2015-2020.
Ketua BAZNAS :
Prof. Dr. Bambang Soedibyo, MBA, CA
Wakil Ketua :
Dr. Zainulbahar Noor, SE., Mec
Anggota :
1) Dr. H. Mundzir Suparta, MA
2) Drs. KH. Masdar Mas’udi
3) Prof. Dr. H. Ahmad Satori Ismail
4) drh. Emmy Hamidiyah, M. Si
5) Drs. Irsyadul Halim
6) Ir. Nana Mintarti, MP
7) Prof. Dr. M. Machasin, MA 8) Drs. Nuryanto, MPA
83
8) Drs. Astera Primanto Bhakti, M, Tax
Sekretaris BAZNAS : Drs. H. Jaja Jaelani, MM
b. Jajaran Direktorat
Deputi BAZNAS :
M. Arifin Purwakananta
Direktur Amil Zakat Nasional :
M. Arifin Purwakananta
Direktur Koordinator Pendistribusian dan Pendayaguaan Zakat
Nasional :
M. Nasir Tajang
Direktur Keuangan, SDM dan Umum :
Kiagus M. Thohir
Direktur Operasional :
Wahyu TT Kuncahyo
Direktur PUSKAS :
Dr. Irfan Syauqi Beik
c. Jajaran Divisi/Biro
Kepala Biro UPZ Nasional :
Faisal Qasim
Kepala Biro Ritel Nasional :
Fitriyansyah Agus Setiawan
Kepala Biro Layanan Muzakki :
Rully Kurniawan
Kepala Biro CSR :
Agus Siswanto
Kepala Biro Pendistribusian :
Efri Samsul Bahri
84
Kepala Biro Perencanaan dan Pengembangan :
Inna Karunia
Kepala Divisi/Biro IT dan Pelaporan :
Achmad Setio Adinugroho
Kepala Biro Keuangan :
Dyah R.
Kepala Biro Hukum, Humas dan Kelembaga :
Ahmad Hambali
Kepala Satuan, Audit Internal dan Kendali Mutu :
Andriadi
85
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Mekanisme Penyaluran Dana Zakat dalam Bidang
Pendidikan yang dilakukan oleh BAZNAS Pusat
Sesuai dengan Undang-undang No. 23 Tahun 2011
Tentang Pengelolaan Zakat, BAZNAS Pusat juga melakukan
kegiatan penyaluran baik yang secara langsung dan tidak langsung.
Berkaitan dengan penyaluran BAZNAS mempunyai dua
ketentuan, yaitu:1
1. Penyaluran secara langsung (Penyaluran saat Bencana)
Penyaluran secara langsung adalah penyaluran yang
dilakukan langsung kepada mustahik yakni dengan
memberikan pelayanan terhadap mustahik seperti pada saat
bencana alam. Dalam hal ini BAZNAS akan mendistribusikan
bantuan secara langsung dengan membuat stand atau posko
apabila ada bencana alam yang terjadi di suatu daerah yang
menyebabkan kerusakan dan lain-lain. Penyaluran secara
langsung dalam bidang pendidikan jika dalam suatu bencana
mengakibatkan mustahik kehilangan pakaian sekolah, buku-
buku sekolah dan keperluan yang berkaitan pendidikan, maka
diadakannya penyaluran secara langsung.2
1 www.Baznas.go.id diakses pada 22 Oktober 2018 pukul 09:00. 2 Hasil Wawancara dengan Bapak Farid Kepala bagian Dakwah dan
Advokasi pada 23 Oktober 2018 Pukul 13:00.
86
2. Penyaluran secara tidak langsung3
Penyaluran secara tidak langsung adalah penyaluran yang
dilakukan oleh BAZNAS Pusat melalui lembaga (mitra).
Penyaluran secara tidak langsung ini dilakukan oleh UPZ
(Unit Pengelola Zakat) yang ada di BUMN dan lembaga
lainnya yang bekerjasama dengan BAZNAS Pusat. BAZNAS
Pusat juga membagi tiga alokasi dana penyaluran ke beberapa
bidang, salah satunya Bidang pendidikan dan dakwah.
Penyaluran dana zakat yang dilakukan BAZNAS yaitu melalui
program yang bersifat produktif dan ada yang bersifat
konsumtif.
a. Program Produktif4
Program yang bersifat produktif yaitu program penyaluran
dana zakat berjangka panjang yang mampu menghasilkan
sesuatu dari kegiatan yang dilakukan oleh mustahik,
diantaranya ialah program pelatihan guru, program ini
merupakan sebuah program pelatihan untuk guru di seluruh
Indonesia sebagai bagian dari peningkatan kualitas guru di
tanah air. Beberapa kegiatan program pelatihan guru BAZNAS
baru diselenggarakan dibeberapa daerah tertentu seperti Bogor,
Papua, Jawa tengah, Bali, Jayapura, Manado dan lain
sebagainya.
Kegiatan pelatihan guru yang diselenggarakan BAZNAS
berupa pelatihan peningkatan literasi melalui optimalisasi
3 Hasil Wawancara dengan Bapak Farid Kepala bagian Dakwah dan
Advokasi pada 23 Oktober 2018 Pukul 13:00. 4 Diakses melalui www.cendekiaBAZNAS.sch.id pada 27 Oktober 2018
Pukul 23:00.
87
menulis guru, pelatihan peran sekolah dan keluarga dalam
penanganan dan pencegahan LGBT yang mana pelatihan
tersebut merupakan bentuk kerjasama BAZNAS dengan Institut
Pertanian Bogor (IPB), selanjutnya pelatihan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) yang merupakan salah satu metode
pencarian solusi oleh guru dalam menyelesaikan masalah-
masalah yang timbul di kelas. “Kelas” yang di maksud disini
bukanlah ruangan yang terbatas oleh dinding, lebih jauh yakni
proses belajar mengajar secara luas kapanpun dan dimanapun.5
Tidak hanya guru saja yang mendapatkan pelatihan ini,
namun juga pembina asrama yang juga diharapkan dapat
mencari solusi akan masalah-masalah yang timbul di asrama.
Dalam hal ini BAZNAS bekerjasama kembali dengan IPB
dalam pelatihan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Selain itu BAZNAS juga menyelenggarakan beasiswa
pendampingan akademik dan ke Islaman untuk tingkat SD,
SMP, SMA pada BAZNAS Provinsi kurang lebih 10 provinsi
dan beasiswa tingkat perguruan tinggi yang di distribusikan
kurang lebih 40 kampus.
b. Program Konsumtif6
Program yang bersifat konsumtif adalah penyaluran dana
zakat berjangka pendek dan tidak menghasilkan sesuatu tapi
dapat membantu mnyelesaikan suatu masalah pada saat
tertentu, karena mustahik yang bersangkutan tidak dapat
5.https://www.cendekiabaznas.sch.id/pelatihan-guru-penelitian-tindakan-
kelas-ptk/ diakses pada 27 Oktober 2018 Pukul 23:20. 6 Hasil Wawancara dengan Bapak Farid Kepala bagian Dakwah dan
Advokasi pada 23 Oktober 2018 Pukul 13:00.
88
memenuhi kebutuhan pokoknya dan lain-lain. Program yang
bersifat konsumtif yaitu: biaya pendidikan dan biaya
operasional seperti biaya sekolah/kuliah, gaji guru, buku
pelajaran dan kebutuhan-kebutuhan ATK, dan biaya renovasi
bangunan.
Prosedur untuk mendapatkan bantuan pendidikan BAZNAS
adalah sebagai berikut:7
A. Tahap Pertama, memenuhi persyaratan-persyaratan yang
diajukan oleh pihak BAZNAS bagian pendidikan berupa:
1. Persyaratan Administrasi Individu/Perorangan
a) Surat permohonan yang ditujukan kepada BAZNAS
b) Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari Kelurahan
c) Fotokopi KTP dan Kartu Keluarga (KK)
d) Surat Keterangan Aktif Sekolah, Kuliah dan Kartu
Pelajar / Kartu Tanda Mahasiswa (KTM)
e) Transkip Nilai / Raport
f) Rincian Biaya yang dibutuhkan
g) Fotokopi buku tabungan tertera dengan Nomor Rekening
(Pribadi)
h) Nomor Rekening Sekolah, Perguruan Tinggi / Fakultas /
Jurusan
i) Surat Komitmen (Akad) dari BAZNAS
2. Persyaratan Administrasi Lembaga
a) Surat Permohonan yang ditujukan kepada BAZNAS
7 Diakses melalui Whatsapp Layanan Pendidikan BAZNAS pada tanggal 27
Oktober pukul 23:35.
89
b) Surat keterangan Legalitas Lembaga
c) Profil dan Struktur Lembaga
d) Rincian Anggaran Biaya yang dibutuhkan
e) Daftar Penerima Manfaat
f) Fotokopi Rekening Lembaga Permohonan
g) Surat Rekomendasi dari BAZNAS kabupaten / provinsi
/ kota
h) Surat Komitmen (Akad) dari BAZNAS
B. Tahap Kedua, tim survei BAZNAS terjun langsung untuk
mensurvei dan mendata apakah mustahik tersebut sudah
memenuhi kriteria yang berhak mendapatkan bantuan
tersebut.
C. Tahap Ketiga, ketika tim survei menyatakan penerima
tersebut berhak menerima dana beasiswa pendidikan
BAZNAS, akan dilakukan tahap selanjutnya dengan
mendata pihak yang berhak menerima bantuan pendidikan
untuk diberikan pengarahan agar lebih mengetahui maksud
dan tujuan program tersebut.
Dari kesimpulan pembahasan di atas BAZNAS Pusat dalam
melakukan penyaluran dana bantuan pendidikan melalui tiga
tahapan: Tahap pertama, dengan mengisi formulir dan
menyertakan beberapa persyaratan seperti yang tercantum
diatas. Tahap kedua, melakukan pendataan dan survei terhadap
calon penerima bantuan pendidikan. dan Tahap ketiga, dengan
wawancara dan melakukan pengarahan terhadap calon
penerima bantuan pendidikan.
90
B. Pola Penyaluran BAZNAS Pusat pada Program
Pendidikan8
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 mengamanatkan
BAZNAS menjalankan empat fungsi pengelolaan zakat, yaitu:
1. Perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat
2. Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat
3. Pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat
4. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan
pengelolaan zakat
Untuk terlaksananya tugas dan fungsi tersebut, maka
BAZNAS memiliki kewenangan:
1. Menghimpun, mendistribusikan, dan mendayagunakan
zakat
2. Memberikan rekomendasi dalam pembentukan BAZNAS
Provinsi, BAZNAS Kabupaten / Kota, dan LAZ
3. Meminta laporan pelaksanaan pengelolaan zakat, infak,
sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya kepada
BAZNAS Provinsi dan LAZ.
Dalam menjalankan fungsi penyaluran, BAZNAS
memiliki 7 (tujuh) prinsip program pendistribusian dan
pendayagunaan, yaitu amanah, gotong royong, kemanfaatan
8 PusatBAZNAS.go.id diakses pada 28 Oktober 2018.
91
berkelanjutan, partisipatif, terintergrasi, dan terukur.
Penyaluran dan pendayagunaan dana zakat oleh BAZNAS
dilakukan berdasarkan gagasan untuk menyelesaikan
permasalahan utama yang dihadapi bangsa Indonesia.
Permasalahan yang pertama adalah akses yakni
masyarakat tidak memiliki akses terhadap pelayanan sosial
dasar yang mana salah satunya adalah bidang pendidikan.
Permasalahan kedua adalah pertumbuhan yakni masyarakat
tidak memiliki kesempatan untuk keluar dari keterpurukan,
misalnya tidak memiliki biaya untuk Pendidikan Anak.
Permasalahan ketiga adalah ketidakadilan Sosial yakni
masyarakat tidak dapat mengembangkan diri, misalnya tidak
memiliki networking dan capacity building.
Gambar 4.1: Skema Segitiga Permasalahan Kemiskinan di
Indonesia
Penyaluran dana zakat yang dilakukan oleh BAZNAS
dibedakan berdasarkan kebutuhan mustahik menurut Gambar
4.1. Penyaluran dana zakat untuk yang sifatnya karitatif atau
92
layanan kedaruratan disebut dengan pendistribusian yang salah
satunya mencakup bidang pendidikan serta penyaluran dana
zakat yang sifatnya produktif pun dengan pendayagunaan juga
salah satunya mencakup bidang Pendidikan.
Gambar 4.2: Skema Bidang Pendistribusian dan
Pendayagunaan
1. Pola Pendistribusian (kuratif dan kedaruratan)
Pendistribusian yaitu penyaluran dana Zakat, Infak,
Sedekah (ZIS) dan Dana Sosial Keagamaan Lainnya (DSKL)
dari BAZNAS yang bersifat karitatif atau kedaruratan yang
mencakup empat bidang: pendidikan, kesehatan, kemanusiaan,
dakwah-advokasi. Pendistribusian zakat pada bidang
93
pendidikan dapat diberikan dalam bentuk biaya pendidikan
baik langsung maupun tidak langsung.
2. Pola Pendayagunaan (Produktif)
Pendayagunaan yaitu penyaluran dana Zakat, Infak,
Sedekah (ZIS) dan Dana Sosial Keagamaan Lainnya (DSKL)
dari BAZNAS yang bersifat produktif yang mencakup tiga
bidang: ekonomi, pendidikan, dan kesehatan. Pendayagunaan
zakat pada bidang pendidikan dapat diberikan dalam bentuk
bantuan peningkatan kompetensi keterampilan hidup,
kepemimpinan, kewirausahaan, serta pembangunan sarana dan
prasarana pendidikan.
Dalam proses pendistribusian dan pendayagunaan, Badan
Amil Zakat Nasional memiliki strategi dalam menentukan
program yang tepat, sehingga penyaluran yang dilakukan
secara efektif dan efisien serta memberikan dampak zakat yang
positif dalam mengurangi tingkat mustahik dan menjadikannya
muzakki sebagaimana tertuang dalam Gambar 4.3.9
9 Peraturan Badan Amil Zakat Nasional Republik Indonesia nomor 3 Tahun
2018, Tentang Pendistribusian dan Pendayagunaan Zakat, diakses pada 28
Oktober 2018 Pukul 14:00.
94
Gambar 4.3: Skema Strategi Program dan Pendistribusian
Zakat
Sebagai lembaga yang berwenang melakukan pengelolaan
zakat secara nasional termasuk dalam aktivitas penyalurannya,
BAZNAS Pusat bersinergi/berkoordinasi dengan BAZNAS
daerah baik provinsi ataupun kabupaten/kota, serta dengan
LAZ resmi yang ada.
Terdapat pembagian fungsi sesuai dengan kedudukan
lembaga zakat dalam pendistribusian dan pendayagunaan dana
zakat kepada mustahik sesuai Gambar 4.3. Koordinasi juga
dilakukan oleh BAZNAS Pusat dengan OPZ terkait
dilaksanakan setelah adanya kelengkapan dokumen antara
pihak-pihak yang bersangkutan, hal ini dilakukan untuk
meminimalisir adanya ketidakefisienan pendistribusian dana
zakat.
95
Gambar 4.4: Skema Strategi Penyaluran BAZNAS
Kegiatan pendistribusian dan pendayagunaan sebagaimana
di atas dapat disalurkan melalui lembaga program sesuai
dengan bidang dan fungsinya (pasal 11 dan pasal 21).
Pembentukan lembaga ini ditujukan agar proses penyaluran
dapat berjalan dengan efektif, optimal dan mempunyai dampak
positif serta berkelanjutan dalam menjawab permasalahan
kemiskinan di Indonesia.
Adapun permasalahan keterbatasan akses dapat diatasi
melalui lembaga Layanan Aktif BAZNAS (LAB), Rumah
Sehat BAZNAS (RSB), Lembaga Beasiswa BAZNAS (LBB),
Sekolah Cendekia BAZNAS (SCB), BAZNAS Tanggap
Bencana (BTB), dan lain-lain. Selanjutnya permasalahan
pertumbuhan direspon melalui lembaga ZCD (Zakat
Community Development), BAZNAS Microfinance, LPEM
(Lembaga Pengembangan Ekonomi Mustahik) dan lain-lain.
Sementara permasalahan ketidakadilan dan advokasi sosial
96
direspon melalui lembaga Dai, Mualaf Center BAZNAS
(MCB), Pusat Kajian Strategis (PUSKAS) dan lain-lain.
Gambar 4.5: Skema Lembaga Penyaluran BAZNAS
C. Evaluasi penyaluran dana zakat yang dilakukan oleh
BAZNAS Pusat
Setiap kegiatan atau program pasti berkeinginan
mendapatkan hasil atau pencapaian dari program tersebut.
Namun pencapaian yang diperoleh bisa berdampak positif
maupun negatif. Tetapi pada umumnya dampak yang
diinginkan dari setiap kegiatan mempunyai dampak yang
positif karena tujuan yang direncanakan berhasil atau berjalan
sesuai dengan rencana. Divisi penyaluran zakat BAZNAS
97
terutama pada program pendidikan selalu mengalami
peningkatan setiap tahunnya dalam menyalurkan dana zakat.
1. Model Evaluasi BAZNAS
Model evaluasi yang digunakan BAZNAS dari hasil
wawancara dengan bagian Monitoring dan Evaluasi (MONEV)
secara tidak langsung menggunakan model evaluasi CIPP
(Context, Input, Process, Product). Karena evaluasi yang
dilakukan BAZNAS memiliki target, peluang dan hasil
Pencapaian.
a. Evaluasi Konteks
BAZNAS itu sendiri juga memiliki RKAP yakni Rencana
Kerja Anggaran Program yang mana tiap program memiliki
rencana anggaran yang telah ditentukan. Target anggaran
program bidang ekonomi sebesar 45%, bidang pendidikan
25%, dakwah dan advokasi 10%, kesehatan 10%, kemanusiaan
10%, dana amil dan lain-lainya 30%. Namun target atau
rencana anggaran yang dibuat bisa dikondisikan atau bisa
berubah sesuai dengan kebutuhan yang terjadi pada saat itu.
b. Evaluasi Masukan
Dari RKAP yang telah dibuat apabila mengalami perubahan
seperti perubahan pada setiap bidang baik yang dikurangi
maupun dilebihkan, staff pelaksana program yang
nanntinya dikurangi atau bahkan ditambah serta alternatif
apa yang nantinya diambil oleh bagian pendidikan akan di
evaluasi dalam model evaluasi ini .
98
c. Evaluasi Proses
Evaluasi proses ini evaluasi dengan memfokuskan diri pada
aktivitas program yang melibatkan interaksi langsung
kepada staff maupun klien. Di BAZNAS Pusat ini evaluasi
proses dilakukan dengan menyesuaikan sesuai perencanaan
atau target yang sudah dibuat yakni sebesar 25% dana yang
disalurkan pada bidang pendidikan. Dan jika ada perubahan
maka disesuaikan dengan perubahan tersebut.
d. Evaluasi Hasil
Tahap evaluasi akhir ini menyimpulkan bahwa penyaluran
dibidang pendidikan sesuai dengan yang direncanakan
yakni pada tahun 2016 dana yang disalurkan pada 2016
yakni sebsar Rp. 8.070.388.736. sedangkan di tahun 2017
sebesar Rp. 25.518.460.752.
2. Rekapitulasi Laporan Realisasi Penyaluran Dana dalam
Bidang Pendidikan BAZNAS Tahun 201610
BAZNAS Pusat selalu berupaya menyalurkan dana zakat
tepat pada sasarannya (yang membutuhkan), terutama dana
zakat yang telah terkumpul harus disalurkan kepada yang
benar-benar membutuhkannya, baik yang bersifat konsumtif
atau yang bersifat produktif. Rekapitulasi dana zakat yang
disalurkan pada bidang pendidikan:
10 Hasil Wawancara dengan Bagian MONEV Bapak Fahrudin.
99
Tabel 4.1 Penyaluran Bidang Pendidikan Berdasarkan
Organisasi Pengelola zakat 2016
Sumber: dari Bagian MONEV BAZNAS
Pada Tahun 2016 penyaluran bidang pendidikan terbilang
cukup besar yakni kurang lebih sebesar 8 Milyar. Akan tetapi
jika dilihat dari skala nasional, penyaluran yang dilakukan
BAZNAS Pusat terbilang sedikit diantara pengelola zakat
lainnya.
Jumlah Dana %
BAZNAS 8.070.388.736Rp 0.96
BAZNAS PROVINSI 13.909.870.112Rp 1.65
BAZNAS KAB/KOTA 305.040.704.046Rp 36.19
LAZ 515.959.378.240Rp 61.21
Total 842.980.341.134Rp 100.00
Pengelola zakatBidang Pendidikan 2016
100
Sedangkan penerima manfaat BAZNAS pada tahun 2016
sebesar 1.166 penerima manfaat baik secara langsung maupun
tidak langsung.
3. Rekapitulasi Laporan Realisasi Penyaluran dana dalam
Bidang Pendidikan BAZNAS Tahun 201711
Rekapitulasi Penyaluran Bidang Pendidikan BAZNAS pada
tahun 2017 mengalami peningkatan yang sangat pesat hingga
20% yakni mencapai angka 25 Milyar.
Tabel 4.2 Penyaluran Bidang Pendidikan Berdasarkan
Organisasi Pengelola zakat 2017
11 Hasil Wawancara dengan Bagian MONEV Bapak Fahrudin.
Jumlah Dana %
BAZNAS 25.518.460.752Rp 2.71
BAZNAS PROVINSI 65.187.960.591Rp 6.92
BAZNAS KAB/KOTA 441.102.073.990Rp 46.83
LAZ 410.056.603.805Rp 43.54
Total 941.865.099.137Rp 100.00
Pengelola zakatBidang Pendidikan 2017
101
Sumber: dari Bagian MONEV BAZNAS
Penerima Manfaat (Mustahik) menerima bantuan
Pendidikan BAZNAS yang bersifat Produktif maupun
konsumtif pada Tahun 2017 berjumlah 21.181 Penerima
manfaat secara langsung dan 3.051 penerima manfaat tidak
langsung.
Penulis akan memaparkan terkait Tabel 4.1 dan Tabel 4.2
yakni penyaluran bidang pendidikan pada tahun 2016 dan
2017. Bahwasanya penyaluran bidang pendidikan dari tahun
2016 sampai pada 2017 mengalami peningkatan yang sangat
pesat, hal ini dikarenakan Pertama, Meningkatnya kesadaran
masyarakat (muzakki) terhadap kewajiban membayar zakat,
terutama pada saat bulan ramadhan. Kedua, tingkat percaya
nya masyarakat terhadap BAZNAS dalam menyalurkan dana
zakat.
4. Proyeksi Distribusi Mustahik secara Nasional12
Tabel 4.3 Total Mustahik di Indonesia
Sumber: Data BAZNAS (2017) (diambil dari data realtime
SIMBA sampai dengan Agustus 2017)
12 Outlook Zakat 2017 diakses pada 05 November 2018
102
Jumlah mustahik di Indonesia pada tahun 2013 sampai
Agustus 2017 yang terdata di SIMBA dapat dilihat pada tabel
4.3 diatas, jumlah mustahik terlihat meningkat drastis di tahun
2013. Pola yang serupa dapat terlihat di tahun tahun
berikutnya, yakni adanya peningkatan dari tahun 2014 ke tahun
2015 sebesar 256.88 % dan kemudian meningkat kembali dari
tahun 2015 ke tahun 2016 sebesar 141%. Diperkirakan tren
peningkatan ini akan terjadi juga di akhir tahun 2017 nanti.
Kemungkinan terjadinya pola pertumbuhan jumlah
mustahik yang serupa dengan pola pertumbuhan jumlah
muzakki ini juga mengindikasikan bahwa pada periode tahun
2012-2013, SIMBA masih sangat terbatas penggunaanya dan
mungkin masih terdapat kendala teknis dalam pendataan
jumlah mustahik. Peningkatan yang pesat selanjutnya terjadi
pada periode tahun 2015- 2017 (berdasarkan data input riil
SIMBA sampai dengan Agustus 2017) disamping karena
semakin baiknya pendataan SIMBA BAZNAS, juga dapat
dipengaruhi dengan semakin tingginya penghimpunan dana
zakat sehingga semakin banyak mustahik yang dapat dilayani
oleh BAZNAS.
103
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul Evaluasi
Penyaluran Dana Zakat pada BAZNAS Pusat, maka peneliti
dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Mekanisme penyaluran dana zakat yang dilakukan oleh
BAZNAS Pusat dalam bidang pendidikan melalui tiga
tahapan: Tahap pertama, dengan mengisi formulir dan
menyertakan beberapa persyaratan seperti yang tercantum
diatas. Tahap kedua, melakukan pendataan dan survei
terhadap calon penerima bantuan pendidikan. dan Tahap
ketiga, dengan wawancara dan melakukan pengarahan
terhadap calon penerima bantuan dana pendidikan.
2. Pola penyaluran dana zakat BAZNAS Pola dalam bidang
pendidikan terbagi kepada dua bagian yaitu:
pendistribusian dan pendayagunaan.
1) Pendistribusian (kuratif dan kedaruratan)
Pendistribusian yaitu penyaluran dana Zakat, Infak,
Sedekah (ZIS) dan Dana Sosial Keagamaan Lainnya
(DSKL) dari BAZNAS yang bersifat karitatif atau
kedaruratan yang mencakup empat bidang:
pendidikan, kesehatan, kemanusiaan, dakwah-
advokasi. Pendistribusian zakat pada bidang
104
pendidikan dapat diberikan dalam bentuk biaya
pendidikan baik langsung maupun tidak langsung.
2) Pendayagunaan (Produktif)
Pendayagunaan yaitu penyaluran dana Zakat, Infak,
Sedekah (ZIS) dan Dana Sosial Keagamaan Lainnya
(DSKL) dari BAZNAS yang bersifat produktif yang
mencakup tiga bidang: ekonomi, pendidikan, dan
kesehatan. Pendayagunaan zakat pada bidang
pendidikan dapat diberikan dalam bentuk bantuan
peningkatan kompetensi keterampilan hidup,
kepemimpinan, kewirausahaan, serta pembangunan
sarana dan prasarana pendidikan.
3. Evaluasi Penyaluran dana zakat yang dilakukan oleh
BAZNAS sebagai berikut:
a. Menggunakan model evaluasi CIPP (Context, Input,
Process, Product). Karena evaluasi yang dilakukan
BAZNAS memiliki Target, Peluang dan hasil
Pencapaian.
b. Rekapitulasi laporan realisasi penyaluran dana zakat
dalam bidang pendidikan dengan skala nasional baik
secara langsung maupun tidak langsung adalah sebagai
berikut: Penyaluran dana zakat BAZNAS dalam bidang
pendidikan pada tahun 2016 sebesar Rp. 8.070.388.736
dengan presentase 0.96% dan penerima manfaat
sebanyak 1.166 mustahik. Sedangkan di Tahun 2017
mengalami peningkatan sebesar 20% dengan nominal
105
sebesar Rp. 25.518.460.752 dan presentase 2.71% serta
21.181 Penerima manfaat secara langsung dan 3.051
penerima manfaat tidak langsung.
c. Proyeksi Distribusi Mustahik Secara Nasional
Jumlah mustahik di Indonesia pada tahun 2013 sampai
Agustus 2017 yang terdata di SIMBA dapat dilihat pada
tabel 4.3, Jumlah Mustahik pada 2016 sebesar 104145
perorangan dan 5772 lembaga. Sedangkan pada tahun
2017 Jumlah Mustahik sebesar 68575 perorangan dan
4005 lembaga. jumlah mustahik terlihat meningkat
drastis di tahun 2013. Pola yang serupa dapat terlihat di
tahun tahun berikutnya, yakni adanya peningkatan dari
tahun 2014 ke tahun 2015 sebesar 256.88 % dan
kemudian meningkat kembali dari tahun 2015 ke tahun
2016 sebesar 141%. Diperkirakan tren peningkatan ini
akan terjadi juga di akhir tahun 2017 nanti.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas maka
penulis memberikan saran dalam upaya meningkatkan
penyaluran dana zakat terutama pada program pendidikan
pada BAZNAS Pusat, yaitu:
1. Meningkatkan sosialisasi dengan masyarakat dan
lembaga lembaga yang ada di Indonesia guna mencapai
kesejahteraan.
106
2. Meningkatkan kerjasama dengan instansi atau lembaga
agar dana atau barang yang disalurkan bisa lebih banyak
dan bermanfaat.
3. Website BAZNAS harus sering diupdate karena ada
beberapa bagian yang tidak bisa dibuka.
107
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Abdul Jabar, dan Safiruddin, Cepi. 2004. Evaluasi
Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Asqalani, Ibnu Hajar, Al. 773-852 H. Fathul Bari,Fath Al-Bari Bi Syarh
Shahih Al-Bukhari. Terjemahan : Syaikh Abdul Aziz. Penerbit
: Pustaka Imam Syafi’i.
Bariadi, Lili dan Muhammad Zen. 2005. Zakat dan Wirausaha. Jakarta:
CV. Pustaka Amri.
Bungin, Burhan. 2007. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Departemen Agama RI, Alqur’an dan Terjemahannya. 2006, Bandung:
Diponegoro.
Doa, M. Djamal. 2004. Pengelolaan Zakat Oleh Negara untuk
Memerangi Kemiskinan. Jakarta: KORPUS.
Hafidhuddin, Didin. 2002. Panduan Praktis tentang Zakat, Infak dan
Sedekah. Jakarta: Gema Insani Press.
Hasan, M. Ali. 2008. Zakat dan Infak (salah satu solusi mengatasi
problema sosial di Indonesia). Jakarta: tp.
Hawwa, Said. 2004. Al- Islam. Terjemahan : Abu Ridha dan AR Shaleh
Thmid. Jakarta: Gema Insani.
Herdiansyah, Haris. 2013. Wawancara, observasi dan focus Groups
(Sebagai Instrumen penggalian data Kualitatif). Jakarta:
Rajawali Pers.
Hidayati, Nurul. 2006. Metodologi Penelitian Dakwah: Dengan
Pendekatan Kualitatif. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta.
108
Ibrahim, Yasin. 2008. Kitab Zakat Hukum, Tata cara dan Sejarah.
Bandung: Penerbit Marja.
Kartika. Elsa. 2006. Pedoman Pengelolaan Zakat. Semarang: UNNES
Press.
Kementerian Agama RI. Petunjuk Teknis Evaluasi dan Pelaporan LPZ.
2012. Jakarta: Kementerian Agama RI Direktorat
Pemberdayaan Zakat, Dirjen Bimas Islam.
Mangkunegara, Prabu, Anwar. 2005. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung
: PT Refika Aditama.
Moleong, Lexy. J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT
Remaja Rosda Karya. Cet ke-20.
Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia, tt.
Purnomo Setiady Akbar, 2003. Husaeni. Metodologi Penelitian Sosial
Jakarta: Bumi Aksara.
Purwanto, April. 2008. Manajemen Fundraising Bagi Organisasi
Pengelola Zakat. Yogyakarta : Teras.
Purwakananta, M arifin, Dkk. 2008. Gerakan Zakat untuk Indonesia,
Jakarta: khairul Bayan press.
Qardawi, Yusuf. 2006. Hukum Zakat. Jakarta: Litera
AntarNusa,
Rahmat, Jalaluddin. 2000. Metodologi Penelitian Komunikasi.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sabiq, Muhammad sayyid. 2006. Fiqih Sunnah, 1, Jakarta : Pena
Publishing.
Salim, Agus. 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, Buku
Sumber untuk Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Tiara
Wacana.
109
Sari, Zamah, et al. 2011. Kemuhammadiyahan. Jakarta: tp.
Standarisasi Amil Zakat Di Indonesia. 2012. Jakarta: Kementrian
Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
Direktorat Pemberdayaan Zakat
Standar Operasional Prosedur Lembaga Pengelolaan Zakat. 2012.
Jakarta: Kementrian Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Zakat.
Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.
Suryabrata, Sumadi. 1995. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Zen, Muhammad. 2017. Profil Dan Program Lembaga Amil Zakat
Infaq Shadaqah Dan Wakaf. Tangerang Selatan: UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Umar, Husein, 2003. Evaluasi Kinerja Perusahaan. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. 2003. Metodologi
Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.
Yusuf, Tayibnapis. 2000. Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi.
Yogyakarta: Rineka Cipta.
Zuhaili, Wahbah. Al Fiqh-al-Islami wa ‘Adilla. Terjemahan: Agus
Efendi dan Bahrudin Fanani. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
110
Jurnal :
Minarti, Nana,et.al. Zakat dan empowering (Kajian perumusan
performance indikator bagi program pemberdayaan
masyarakat berbasis zakat). Jurnal Pemikiran dan Gagasan.
Vol 2. 2 Juni 2009.
LAMPIRAN
Lampiran 1: Surat Pengajuan Judul Skripsi
Lampiran 2: Surat Permohonan Penelitian
Lampiran 3: Surat Keterangan Selesai Penelitian
Lampiran 4: Struktur Organisasi Badan Amil Zakat Nasional
Gambar 3.2
Struktur Organisasi Badan Amil Zakat Nasional
Lampiran 4: Pertanyaan Penelitian
Lampiran 5: Tabel Perbandingan Penyaluran Dana BAZNAS
Bidang Pendidikan Berdasarkan Organisasi Pengelola Zakat
Lampiran 6: Dokumen Wawancara Bagian MONEV
BAZNAS serta Dokumen foto menjadi Relawan BAZNAS
1. Wawancara dengan Bagian MONEV
2. Relawan BAZNAS