eksum da spw

16
Analisis Kebijakan MP3EI Sesuai dengan kebijakan pengembangan koridor ekonomi Bali–Nusa Tenggara sebagai pintu gerbang pariwisata dan pendukung pangan nasional dalam MP3EI, dimana dalam mendukung persepektif nasional, Provinsi Bali merupakan pintu gerbang kegiatan utama pariwisata di Indonesia, memerlukan adanya pemenuhan kebutuhan infrastruktur dalam rangka peningkatan konektivitas (infrastruktur) untuk mendukung kegiatan pengembangan ekonomi utama pariwisata. Dalam analisis tersebut disebutkan bahwa Provinsi Bali tidak adanya program untuk pengembangan sektor industri, khususnya industri dalam skala besar. Sesuai dengan hasil survei primer yang dilakukan di Kabupaten Bangli, tidak ditemukannya industri besar hanya industri kecil / home industry. Pemerintah melakukan sebuah inovasi dan pengembangan seperti ekonomi kreatif untuk industri kecil agar hasil kerajinan industri bisa dipasarkan dalam lokal maupun internasional sehingga dapat menyerap tenaga kerja sekitar untuk meminimalkan angka kemiskinan yang terdapat di Provinsi Bali, khususnya Kabupaten Bangli.

Upload: chintyanindyarini

Post on 08-Nov-2015

256 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

studio

TRANSCRIPT

  • Analisis Kebijakan MP3EI

    Sesuai dengan kebijakan pengembangan koridor ekonomi BaliNusa

    Tenggara sebagai pintu gerbang pariwisata dan pendukung pangan

    nasional dalam MP3EI, dimana dalam mendukung persepektif

    nasional, Provinsi Bali merupakan pintu gerbang kegiatan utama

    pariwisata di Indonesia, memerlukan adanya pemenuhan kebutuhan

    infrastruktur dalam rangka peningkatan konektivitas (infrastruktur)

    untuk mendukung kegiatan pengembangan ekonomi utama pariwisata.

    Dalam analisis tersebut disebutkan bahwa Provinsi Bali tidak

    adanya program untuk pengembangan sektor industri, khususnya

    industri dalam skala besar. Sesuai dengan hasil survei primer yang

    dilakukan di Kabupaten Bangli, tidak ditemukannya industri

    besar hanya industri kecil / home industry. Pemerintah melakukan

    sebuah inovasi dan pengembangan seperti ekonomi kreatif untuk

    industri kecil agar hasil kerajinan industri bisa dipasarkan dalam

    lokal maupun internasional sehingga dapat menyerap tenaga kerja

    sekitar untuk meminimalkan angka kemiskinan yang terdapat di

    Provinsi Bali, khususnya Kabupaten Bangli.

  • Analisis Fisik dan Lingkungan

    Analisis Fisik dan Lingkungan merupakan analisis untuk

    mengetahui pola pemanfaatan lahan, perubahan guna lahan

    dan analisis kondisi eksisting. Dalam perencanaan suatu

    wilayah banyak terdapat kesalahan peruntukan lahan dan

    banyak pula yang melampaui ambang batas.

    Kawasan peruntukan industri di Kabupaten Bangli didominasi pada kegiatan Sentra-Sentra Industri Kecil yang dapat bercampur dengan kawasan permukiman baik di Kawasan Permukiman Perkotaan maupun Kawasan Permukiman Perdesaan. Kegiatan industri yang dikembangkan terkait dengan potensi sumber daya alam setempat, industri kreatif dan industri kerajinan penunjang

    Analisis Fisik Industri

    1. Fasilitas Air Bersih

    Dalam kondisi eksisting masyarakat sudah menggunakan jasa Perusahaan Daerah Air Minum dalam memenuhi kebu-tuhan air. Industri juga menggunakan air dari PDAM dalam menjalankan kegiatan pengolahannya. Indutri menggunakan sepenuhnya dari PDAM karena topografi Kabupaten Bangli yang tinggi, sehingga sulit untuk mendapat sumber air dari sumur.

    2. Faslitas Telekomunikasi

    Dalam mendukung kegiatan industri di Kabupaten Bangli maka di-perlukan penggunaan teknologi komunikasi internet dan handphone. Hal tersebut dapat dilihat terdapat BTS untuk melayani dalam setiap kegiatan industri . Industri di Bangli sudah terlayani oleh fasilitas yang sudah ada.

    3. Fasilitas Listrik dan Energi

    Dalam pemenuhan kebutuhan listrik dan enenrgi, setiap industri masih menggunakan PLN dalam produksi. Penggunaan PLN/ energi oleh pelaku industry Kabupaten Bangli digunakan dalam pengadaan sampai dengan pendistribusian hasil produksi. Dapat disimpukan bahwa pelaku industri tidak mengalami permasalahan dalam kebutuhan listrik dan energi

  • Analisis Kinerja Industri A. Sumberdaya Manusia

    Jumlah penduduk yang bekerja di sektor industry akan terus meningkat

    dikarenakan potensi berkembangnya industry kecil dan menengah di Ka-

    bupaten Bangli. Meningkatnya nialai produksi dan jumlah kapasitas

    produksi mempengaruhi jumlah tenaga kerja yang ada di industry unggu-

    lan di Kabupaten Bangli.

    B. Bahan Baku dan Modal

    Modal industry kayu, emas & perak, dan

    kopi secara pribadi. Modal bagi ke-

    rajinan bamboo berupa modal pribadi

    dan pinjaman dari LPD (Lembaga Pem-

    injaman Desa). Bahan baku bamboo,

    kayu, dan kopi berasal dari Kabupaten

    Bangli, namun untuk emas dan perak

    berasal dari Kabupaten lain missal kabu-

    paten Celuk.

    C. Proses Industri

    Proses produksi pada anyaman bamboo berakhir pada pengelolahan

    limbah bamboo digunakan sebagai arang, yang mana dalam prosesn

    Cleaner Production masuk kedalam tahapan Recycle yaitu mendaur ulang

    bamboo yang tidak digunakan sebagai bahan bakar . Limbah hasil

    produksi bamboo laminasi berupa limbah cair hasil perendaman bamboo

    dengan bahan kimia. Pada industry laminasi

    bamboo belum menerapkan prinsip Cleaner Pro-

    duction. Diharahkan adanya IPAL untuk limbah cair

    produksi bamboo laminasi agar tidak mencemari l

    ingkungan. Proses produksi pada Kerajinan kayu

    berakhir pada pengelolahan limbah kayu digunakan s

    ebagai arang, yang mana dalam prosesn Cleaner Production masuk

    kedalam tahapan Recycle yaitu mendaur ulang bamboo yang

    tidak digunakan sebagai bahan bakar. Proses produksi pada

    Kerajinan emas dan perak menghasilkan limbah cair yang

    masih mengandung logam. Namun kerajinan emas dan perak

    belum menerapkan system Cleaner Production. Diarahkan

    adanya IPAL untuk limbah cair produksi kerajinan emas dan

    perak laminasi agar tidak mencemari lingkungan. Proses

    produksi pada pengolahan kopi hingga menjadi kopi luwak

    menghasilkan limbah berupa biji kopi, namun limbah yang

    dihasilkan digunakan sebagai pupuk untuk pohon kopi itu

    sendiri. Menurut konsep cleaner production pengolahan kopi telah men-

    erapkan prinsip Reuse karena telah menggunakan limbah sebagai pupuk.

    D. Proses Distribusi

    Distribusi anyaman bamboo dalam lingkup Kabupaten Bali, bamboo lam-

    inasi mencapai Jakarta, Amerika, Belanda dan Jepang. Distribusi kayu

    dalam lingkup Kabupaten Bangli. Untuk distribusi Kopi luwak dan arabi-

    ka mencapai pasar internasional seperti Australia, Korea, Kostralika, dan

    Clombia.

  • Analisis Location Quotient

    Analisis yang digunakan untuk mengetahui ekonomi basis suatu daerah adalah locational quotient(LQ) Pada analisis ini dilakukan perhitungan LQ tenaga kerja. Berikut adalah bentuk matematis dari metode LQ:

    Keterangan:

    Li : Produk atau lapangan kerja di sektor i dalam perekonomian lokal

    e : Produk atau lapangan kerja total dalam perekonomian lokal

    Li : Produk atau lapangan kerja di sektor I dalam

    Industri yang menjadi unggulan di Kabupaten Bangli dan

    dapat dikembangkan, antara lain jenisnya adalah:

    1. Anyaman Bambu LQ = 3,13

    2. Kerajinan Kayu LQ = 2,80

    LQ>1: Mampu memenuhi dan ekspor

    LQ=1: Mampu memnuhi kebutuhan sendiri

    Analisis Shift Share

    Analisis shift share merupakan analisis untuk mengetahui pergesaran dan pereknomian suatu daerah dengan cara menekankan pada pertumbuhan sektor di daerah dibandingkan dengan sektor yang sama pada tingkat daerah yang lebih tinggi. Berikut merupkan data PDRB Kabupaten Bangli dan Provinsi Bali pada sektor industri.

  • STRUKTUR RUANG

    Penentuan sturktur ruang industri yang dilakukan pada Kabupaten Bangli ditentukan berdasarkan variabel-variabel yang

    mempengaruhi pengembangan industri kecil-menengah di wilayah

    tersebut. Variabel tersebut adalah luas wilayah, luas lahan perumahan,

    luas lahan pertanian, jumlah industri, tenaga kerja, sarana prasarana dan

    ketersediaan bahan baku.

    Setelah mengetahui data tersebut, kemudian diberikan nilai

    sesuai peringkat yang ada, sehingga didapatkan hasil sebagai berikut.

    Berdasarkan hasil analisis Kecamatan Kintamani merupakan kecamatan

    yang menjadi pusat kegiatan industri kecil menengah yang ada di

    kabupaten Bangli karena selain memiliki luas wilayah yang paling luas,

    juga memiliki ketersediaan bahan baku yang memadai.

    Analisis Kemampuan Lahan

    Berdasarkan hasil perhitungan analisis kemampuan lahan diperoleh ke-

    las C, D, dan E yang berarti kemampuan lahan untuk pengembangan

    sedang, agak tinggi, dan sangat tinggi. Maka berdasarkan perhitungan

    SKL kemampuan lahan sebenarnya Kabupaten Bangli memiliki potensi

    yang besar untuk dikembangkan industri. Namun karakteristik lahan di

    Kabupaten Bangli berbukit sehingga dan ketersediaan lahan yang seba-

    Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007 tentang

    Pedoman Teknik Analisis Fisik&Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya

    dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang:

  • Analisis Kesesuaian Lahan

    Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No-

    mor 35 Tahun 2010 tentang Pedoman Teknis Industri

  • Berdasarkan analisis tersebut, maka arahan

    lokasi industri di Kabupaten Bangli adalah

    tidak memenuhi syarat karena industri di

    Kabupaten Bangli lebih cocok pada home

    industry dengan klasikasi sentra maupun

    zona-zona industri. Hal tersebut me-

    nyebabkan industri lebih dekat ke lokasi

    bahan baku karena hasil pertanian adalah

    bahan mudah rusak.

    Linkage system sektor industry dengan agrowisata yaitu pada

    input, yang berupa kopi dan bamboo. Kopi berasal dari Keca-

    matan Kintamani.

    LINKAGE SYSTEM

  • Linkage system sektor indutri

    dengan pariwisata yaitu pada

    output berupa pamasaran yang

    dilakukan di tempat wisata.

    Pemasaran produk kerajinan

    bamboo di tempat wisata yang

    ada di Kabupaten Bangli, De-

    sa Adat Panglipuran salah

    satunya

    LINKAGE SYSTEM

  • ANALISIS DAMPAK KEGIATAN INDUSTRI

    A. Kegiatan Industri Bambu

    1. Komponen fisik

    Industri bambu yang menggunakan alat tradisioanal dalam pengolahannya tidak menghasilkan polusi dan limbah yang tidak signifiknan. Pewarnaan yang dilakukan oleh pengarajin merupakan pewarna dari bahan campuran alam sehingga tidak berpengaruh terhadap perubahan air dan tanah disekitar industri bambu. Dampak tidak langsungnya adalah dengan bertambahnya volume

    transportasi karena proses pengangkutan bahan baku dan pendistribusian.

    2. Komponen biologis

    Industi bambu terhadap komponen biologi tidak berdampak terhadap keanekargaman hayati di sekitar industri bambu tersebut dan tidak ditemukan pencemaran lingkungan yang dapat menganggu ekosistem lingkungan. Selain itu, bahan yang yang digunakan dalam pengolahan merupakan bahan-bahan

    yang terbuat dari alam dan tidak menimbulkan dampak lingkungan.

    3. Komponen sosial, ekonomi dan budaya

    Industri bambu merupakan industri yang paling banyak ditemukan dan mempengaruhi pendapatan daerah. Namun, hal tersebut tidak membuat masyarakat takut karena produk yang dihasilkan oleh industri bambu selalu dibutuhkan oleh masyarakat Bali. Dampak yang ditimbulkan tidak berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat lainnya, karena tidak menimbulkan kebisingan dan menghasilkan limbah yang berbahaya.

    B. Kegiatan Industri Kayu

    1. Komponen fisik

    Limbah yang ditimbulkan berasal dari bahan penunjang seperti bahan plitur dan pewarnaan kayu. Limbah yang dihasilkan berupa limbah cair yang langsung dialirkan ke drainsi terdekat. Namun, dikarenakan industri kayu yang terdapat di kabupaten Bangli masih tersebar di masing-masing kecamatan menjadikan limbah cair yang terkumpul tidak menjadi masalah. Peningkatan volume trans-portasi yang ditimbulkan oleh proses penjemputan bahan baku dan pendistri-busian produk

    2. Komponen biologis

    Industri kayu tidak berdampak signifikan terhadap

    kelangsungan ekosistem lingkungan. Limbah cair yang

    dibuang langsung ke drainasi tidak menimbulkan

    perubahan lingkungan yang signifikan karena jarak sungai

    yang cukup jauh. Sedangkan limbah kayu yang berupa serbuk kayu dan potong-an kayu hasil produksi digunakan kembali oleh pengrajin sebagai bahan pemba-

    karan dan untuk pembutan triplek .

    3. Komponen sosial, ekonomi dan budaya

    Industri kayu yang berada di Kabupaten Bangli memiliki dampak yang positif terhadap perekonomian masyarakat. Industri kayu juga menyerap banyak tenaga

    kerja lokal sehingga dapat mengurangi pengangguran.

    C. Industri Emas dan Perak

    1. Komponen fisik

    Dampak yang ditimbulkan dari adanya industri emas dan perak di Kabupaten Bangli terhadap komponen fisik adalah terjadinya pencemaran air. Limbah yang dihasilkan pasca prroduksi emas dan perak berupa limbah cair yang merupakan campuran emas dan perak dengan air. Namun terdapat beberapa industri yang

    sudah menyiapkan penampungan limbah cair yang dihasilkan.

    2. Komponen biologis

    Industri emas dan perak merupakan industri berskala kecil, sehingga limbah yang dihasilkan tidak terlalu menganggu keanekaragaman hayati. Sebagian in-dustri telah memiliki penampungan sendiri untuk menampung limbah yang

    dihasilkan.

    3. Komponen sosial, ekonomi dan budaya

    Dengan adanya industri emas dan perak berdampak postif terhadap perekonomi-an masyarakat. Selain itu, dalam industri emas dan perak juga menyerap tenaga

    kerja lokal

  • ANALISIS DAMPAK

    KEGIATAN INDUSTRI

    D. Indusri Kopi

    1. Komponen fisik

    Industri kopi yang berlokasi di Keca-matan Kintamani tidak berdampak penting terhadap kondisi fisik. Pen-golahan industri kopi yang masih

    menggunakan alat tradisional.

    2. Komponen biologis

    Komponen biologi yang terdapat di sekitar kawasan industri kopi tidak terganggu karena tidak ditemukannya bentuk pencemaran lingkungan. Pem-ilihan biji kopi sendiri menggunakan hewa luwak, sehingga tidak men-imbulkan efek samping terhadap ling-

    kungan.

    3. Komponen sosial, ekonomi dan

    budaya

    Adanya pabrik pengolahan kopi yang sudah memiliki sertifikasi Nasional, Kopi Kintamani. Dengan adanya kegiatan industri kopi berdampak posi-tif terhadap pendapatan daerah dan masyarakat. Industri kopi juga menggunakan tenaga kerja lokal dalam proses produksi.

    Keterangan :

    : Rendah

    : Sedang

    : Tinggi

  • Analisis Akar Masalah

    Industri unggulan yang berada di Kabupaten bangli terdiri dari industri kerajinan bambu, kerajinan kayu, kopi serta industri emas dan perak. Sektor industri di Kabupaten Bangli memiliki beberapa permasalahan yang berpotensi menghambat perkembangan industri. Berikut merupakan permasalahan sektor industri yang ada di Kabupaten Bangli:

    Importance Performance Analysis

    Analisis yang bertujuan untuk mengetahui strategi yang dilakukan dalam mengembangkan

    industri kecil-menengah berdasarkan 10 presepsi pelaku industri.

    Berikut ini adalah hasil dari analisis IPA yang menempatkan 21 variabel

    terhadap 4 kuadran yang berbeda.

    Variabel yang dijadikan sebagai prioritas adalah biaya pemasaran, harga

    jual produk, harga bahan baku, dan kemudahan dalam pemasaran.

  • ANALISIS SWOT

    Analisis SWOT merupakan salah satu teknik analisis yang

    digunakan dalam menjelaskan wilayah perencanaan. Analisis SWOT

    dapat digunakan untuk menetapkan tujuan secara lebih realistis dan

    efektif, serta merumuskan strategi dengan efektif pula. Analisis

    SWOT terdiri dari analisis potensi, masalah, kesempatan, dan an-

    caman pada tiap sektor sebagai pendukung bagi pekembangan indus-

    tri Kabupaten Bangli.

  • No Faktor Kunci Pendorong Tujuan

    1 Pemasaran sudah sampai keluar Pulau Bali dan su-dah eksport ke luar negeri

    Terwujudnya sektor industri

    yang maju, mandiri, dan tangguh ber-dasarkan bu-

    daya Bali

    2 Kuantitas dan kualitas tenaga kerja sudah cukup terpenuhi

    3 Kualitas produk sudah cukup baik

    4 Bantuan pemerintah beru-pa alat dan pelatihan bagi pekerja

    Total factor pendorong sebesar 8.08, sedangkan factor penghambat sebe-sar 7.43.

    Strategi:

    1. Mendorong terwujudnya kelembagaan

    yang dapat mengatur, mengawasi, serta

    menampung kegiatan di sektor industri

    dan mengembangkan sistem Perdagangan

    Dalam dan Luar Negeri dengan

    mengedepankan aspek perlindungan kon-

    sumen serta penerapan hukum dalam be-

    rusaha serta Mengembangkan sentra sentra

    industri potensial dengan konsep One Vil

    lage One Product yang memperhatikan legis-

    lasi Usaha Industri

    2. Meningkatkan pemberdayaan usaha bi-

    dang industri dan pengembangan dibidang

    usaha serta permodalan.

    3. Meningkatkan nilai tambah hasil produksi industri dengan

    meningkatkan mutu, jumlah dan desain hasil produksi yang

    kreatif dan inovatif serta manajemen usaha yang lebih baik

    dengan memperhatikan HAKI dan aspek kelestarian ling-

    kungan serta Mengembangkan berbagai potensi sumber

    daya industri lokal guna tercapainya keseimbangan struktur

    ekonomi daerah yang seimbang.

    4. Meningkatkan pemberdayaan usaha bidang industri dan

    pengembangan berbagai teknologi industry, akses pasar,

    dengan melakukan kontrak /kerjasama dibidang usaha serta

    permodalan.

  • Visi

    Terwujudnya sektor industri yang maju, mandiri,

    dan tangguh berdasarkan budaya Bali. Konsep Klaster Industri

    klaster industri merupakan sekumpulan usaha industri kecil yang saling terkait di bidang tertentu yang berdekatan secara geografis dan saling terkait karena kebersamaan (commonalities) dan komplementaritas sehingga mudah untuk dikendali yang akan mendorong pada spesialisasi pada produksi pada suatu daerah sehingga mendorong kemajuan daerah tersebut. Menurut Bappenas (2006) Keunggulan dibentuknya klaster industri adalah meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya transportasi dan transaksi, menciptakan asset secara kolektif, dan

    Misi

    1. Mengembangkan berbagai potensi sumber daya industri

    lokal guna tercapainya keseimbangan struktur ekonomi

    daerah yang seimbang.

    2. Mengembangkan sentra sentra industri potensial dengan

    konsep One Village One Product yang memperhatikan

    legislasi Usaha Industri

    3. Meningkatkan pemberdayaan usaha bidang industri dan

    pengembangan berbagai teknologi industry, akses pasar,

    dengan melakukan kontrak /kerjasama dibidang usaha

    serta permodalan.

    4. Meningkatkan nilai tambah hasil produksi industri dengan

    meningkatkan mutu, jumlah dan desain hasil produksi

    yang kreatif dan inovatif serta manajemen usaha yang

    lebih baik dengan memperhatikan HAKI dan aspek

    kelestarian lingkungan.

    5. Mengembangkan sistem Perdagangan Dalam dan Luar

    Negeri dengan mengedepankan aspek perlindungan

    konsumen serta penerapan hukum dalam berusaha.

    6. Mendorong terwujudnya kelembagaan yang dapat mengatur, mengawasi, serta menampung kegiatan di sektor industri

    Pengembangan sentra menjadi bagian penting dari upaya memerdayakan industri kecil menengah lebih lanjut menuju bentuk klaster. Berikut adalah pengelolaan sentra industri. 1. Memiliki Kelembagaan dan tata laksana;

    2. Pemeliharaan sarana dan prasarana sentra;

    3. Pengelolaan lingkungan dan limbah;

    4. Mempunyai sistem informasi (Website) yang berisi data dan informasi terkait sentra

    5. Manajemen keuangan yang membantu dalam urusan pajak, retribusi serta dengan investor.

    6. Pembinaan elemen-elemen kegiatan utama proses produksi;

    7. Adanya pemasaran dan promosi produk-produk;

    Menurut Lyon dan Atherton (2000) tiga hal mendasar mencirikan klaster:

    1. Kebersamaan/Kesatuan (Commonality); yaitu bahwa bisnis-bisnis beroperasi dalam

    bidang-bidang serupa

    2. Konsentrasi (Concentration); yaitu bahwa terdapat pengelompokan bisnis-bisnis

    3. Konektivitas (Connectivity); yang saling terkait/ bergantung dengan beragam jenis hubungan yang berbeda.

  • Penentuan Sentra Industri

    Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2010 tentang Pedoman

    Teknis Industri

    Pasar

    Lokasi industri ditinjau dari

    faktor pasar di Kabupaten

    Bangli bila dilihat dari segi

    industri besar letaknya cukup

    dekat dengan pasar karena in-

    dustri di kabupaten ini berada

    di suatu sentra-sentra yang

    memang diperuntukkan untuk

    industri-industri kecil menen-

    gah, selain itu barang produksi

    yang dihasilkan merupakan

    barang yang dapat mencakup

    hingga wilayah nasional me-

    nyebabkan tidak ada masalah

    mengenai letak pasar dengan

    industri besar.

    Bahan Baku

    Untuk industri kecil-menengah

    dimana konsep pengem-

    bangannya adalah integrated

    diarahkan agar lokasi bahan

    baku terletak tidak jauh dari

    lokasi industri agar dapat

    meminimalisir modal yang

    dikeluarkan.

    Tenaga Kerja

    Keberadaan tenaga kerja harus

    diperhitungkan benar-benar

    terutama bagi perusahaan yang

    biaya barang produknya terdiri

    atas biaya tenaga kerja. Untuk

    industri kecil menengah,

    mayoritas sangat membutuh-

    kan ketrampilan dari warga

    sekitar dan memang lokasi

    industri kecil menengah rata-

    rata terletak di permukiman

    warga Kabupaten Bangli.

    Inducement Setempat

    Inducement setempat adalah

    dorongan lokal yang mendukung

    perusahaan, misalnya pemberian

    keringanan pajak, sewa tanah sangat

    murah, mendapat perlindungan pen-

    jagaan keamanan dan sebagainya. Hal

    ini belum berjalan sempurna di Kabu-

    paten Bangli dalam hal bantuan dari

    pemerintah lokal yang diperuntukkan

    bagi kawasan industri kecil menen-

    gah. Sehingga nantinya diharapkan

    ada pengajuan dana kepada

    pemerintah setempat guna memper-

    lancar pengembangan sentra industri.

    Transportasi

    Letak suatu industri ditentukan juga oleh faktor transportasi yang menghubungkan lokasi industri dengan pasar, bahan baku, dan tenaga

    kerja. Untuk tranportasi terkait sentra industri yakni industri kecil menengah di Kabupaten Bangli sudah terletak dekat dengan pasar,

    bahan baku, dan tenaga kerja sehingga hanya perlu pemaksimalan dalam hal alat angkut saja.