ekstraksi vakum

28
PENDAHULUAN Ekstraksi vakum adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan ekstraksi tekanan negatif melalui suatu cup pada kepala janin sehingga terbentuk caput buatan. Alat ini dinamakan ekstraktor vakum atau ventouse. Indikasi dilakukannya ekstraksi vakum ada tiga, yaitu indikasi ibu, indikasi janin dan indikasi waktu. 1 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dena Towner seorang profesor obstetrik dan ginekologi di UC Davis School of Medicine and Medical Center California sepanjang tahun 1992-1994, didapatkan sebanyak 59,354 bayi yang lahir dengan ekstraksi vakum dari 584,340 persalinan bayi dengan berat badan lahir normal. Menurut penelitian tersebut, perdarahan intrakranial pada bayi terjadi pada 1 dari 860 persalinan dengan ekstraksi vakum dan 1 dari 664 persalinan dengan ekstraksi forcep. Sementara kemungkinan perdarahan intrakranial oleh karena ekstraksi vakum 2 kali lipat dari yang ditemukan terjadi pada persalinan spontan. Definisi Proses persalinan dibagi atas empat kala. Kala I atau kala pembukaan adalah waktu dimulainya his persalinan yang pertama sampai pembukaan serviks menjadi lengkap (10 cm). Kala II disebut juga kala pengeluaran, yaitu waktu dari sejak pembukaan serviks lengkap sampai bayi dilahirkan. Kala III atau kala uri adalah waktu segera setelah bayi lahir sampai plasenta lahir. Kala IV atau kala pengawasan dimulai dari 1

Upload: febriyana-saleh

Post on 02-Jan-2016

268 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

laporan kasus ekstraksi vakum

TRANSCRIPT

Page 1: Ekstraksi Vakum

PENDAHULUAN

Ekstraksi vakum adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan

ekstraksi tekanan negatif melalui suatu cup pada kepala janin sehingga terbentuk caput

buatan. Alat ini dinamakan ekstraktor vakum atau ventouse. Indikasi dilakukannya

ekstraksi vakum ada tiga, yaitu indikasi ibu, indikasi janin dan indikasi waktu. 1

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dena Towner seorang profesor obstetrik

dan ginekologi di UC Davis School of Medicine and Medical Center California sepanjang

tahun 1992-1994, didapatkan sebanyak 59,354 bayi yang lahir dengan ekstraksi vakum dari

584,340 persalinan bayi dengan berat badan lahir normal. Menurut penelitian tersebut,

perdarahan intrakranial pada bayi terjadi pada 1 dari 860 persalinan dengan ekstraksi vakum

dan 1 dari 664 persalinan dengan ekstraksi forcep. Sementara kemungkinan perdarahan

intrakranial oleh karena ekstraksi vakum 2 kali lipat dari yang ditemukan terjadi pada

persalinan spontan.

Definisi

Proses persalinan dibagi atas empat kala. Kala I atau kala pembukaan adalah waktu

dimulainya his persalinan yang pertama sampai pembukaan serviks menjadi lengkap (10

cm). Kala II disebut juga kala pengeluaran, yaitu waktu dari sejak pembukaan serviks

lengkap sampai bayi dilahirkan. Kala III atau kala uri adalah waktu segera setelah bayi lahir

sampai plasenta lahir. Kala IV atau kala pengawasan dimulai dari lahirnya plasenta sampai

1-2 jam kemudian, untuk mengamati apakah terjadi perdarahan post partum (HPP) atau

tidak. 2,3,4

Pada primipara, kala I berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada multipara kira-

kira 7 jam. Kala I sendiri terdiri atas dua fase, yaitu fase laten dimana serviks membuka

sangat lambat sampai diameter 3 cm, berlangsung selama 8 jam dan fase aktif dimana

serviks membuka mulai dari 4 cm sampai 10 cm, berlangsung kira-kira 6 jam. Kala II pada

primipara berlangsung kira-kira 2 jam dan pada multipara kira-kira 1 jam. Kala III

berlangsung 2-6 menit, maksimal 15 menit. Kala IV berlangsung 1-2 jam. 2,3,4

1

Page 2: Ekstraksi Vakum

A. Kala II

Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2-3 menit sekali.

Pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm). Pada saat ini kepala bayi sudah masuk ruang

panggul, sehingga timbul tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang menimbulkan refleks

rasa mengedan. Wanita merasa pula tekanan pada rektum yang menyebabkan ingin buang

air besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka.

Labia membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his.

Dengan his dan kekuatan mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan suboksiput

dibawah simfisis dan dahi, muka dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar,

his mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan anggota bayi. 2,3,4,5

KALA II LAMA

Definisi

Kala II lama adalah bila pada primipara kala II terjadi lebih dari 2 jam, sedangkan

pada multipara terjadi lebih dari 1 jam.3 Hal ini menyebabkan partus lama, yaitu persalinan

yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primipara dan lebih dari 18 jam pada multipara. 2

Etiologi

1. Kelainan tenaga (His).

2. Kelainan letak dan bentuk janin.

3. Kelainan panggul.

4. Kelainan tali pusat (tali pusat pendek).

5. Janin besar atau ada kelaianan kongenital.

6. Primitua.

7. Perut gantung, grande multipara.

8. Ketuban pecah dini (KPD).

9. Kelainan traktus genitalis.

10. Pimpinan partus yang salah.

11. Ibu tidak kooperatif. 2,3,5,6

Penanganan

1. Perawatan pendahuluan:

Penisilin prokain 1 juta IU intramuscular.

Sreptomisin 1 gr IM.

Infus cairan:

2

Page 3: Ekstraksi Vakum

Garam fisiologis.

Larutan glucose 5-10% pada janin, pertama 1 liter/ jam.

Istirahat 1 jam untuk observasi, kecuali bila keadaan mengharuskan untuk

segera bertindak.

2. Pertolongan

Dapat dilakukan:

Partus spontan.

Ekstraksi vakum.

Ekstraksi forceps.

Manual Aid pada letak sungang.

Embriotomi bila janin meninggal.

Seksio Sesarea, dll 2

B. EKSTRAKSI VAKUM

Definisi

Eksraksi vakum adalah persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan ekstraksi

tekanan negatif pada kepalanya dengan menggunakan ekstraktor vakum (ventose) dan

malmstrom.1 Tekanan yang digunakan adalah -0,2 mmHg selama 2 menit, kemudian

dinaikan menjadi -0,4 mmHg selama 2 menit, lalu dinaikan sampai -0,6 mmHg selama 5

menit.

Bagian ekstraktor vakum terdiri atas:

1. Mangkuk (cup).

2. Rantai penghubung.

3. Pipa penghubung .

4. Botol.

5. Pompa penghisap.

6. Pemegang. 1,5

Indikasi

1. Waktu : pemanjangan kala II

2. Janin :

Gawat janin

Tali pusat menumbung

Solutio plasenta

3

Page 4: Ekstraksi Vakum

3. Ibu : bila usaha untuk mengejan perlu dikurangi seperti pada keadaan:

Penyakit jantung

Hipertensi pada kehamilan

Gangguan pernapasan

Maternal exhaustion 1

Kontra Indikasi

1. Absolut

Letak muka

Letak sungsang

Letak lintang

CPD

2. Relatif

Letak dahi

Asinklitismus berat

Prematuritas

Makrosomia

Ibu tidak kooperatif 1

Syarat

1. Ketuban sudah pecah

2. Pembukaan serviks lengkap

3. Kepala janin sudah engaged

4. Berat janin > 2500 gr

5. Ibu dapat mengejan

6. Cup dipasang pada ubun-ubun kecil

7. Pemasangan cup tidak boleh lebih dari 2 kali

8. Cup dipasang tidak boleh lebih dari 20 menit

9. Kepala dapat dilahirkan dengan tarikan tidak lebih dari 3 kali 1

Teknik Pelaksanaan

1. Ibu dalam posisi litotomi dan dilakukan desinfeksi daerah genitalia, sekitar vulva

ditutup dengan kain steril.

2. Setelah semua peralatan eksraktor vakum terpasang, dilakukan pemasangan

mangkuk dengan tonjolan penunjuk dipasang diatas titik petunjuk kepala janin. Pada

umunya dipakai mangkuk dengan diameter terbesar yang dapat dipasang.

4

Page 5: Ekstraksi Vakum

3. Dilakukan penghisapan dengan tekanan negatif mulai dari -0,2 mmHg selama 2

menit, kemudian dinaikan -0,4mmHg selama 2 menit, lalu dinaikan sampai -0,6

mmHg selama 5 menit. Maksud pembuatan tekanan negatif yang bertahap ini adalah

supaya caput suksedeneum buatan dapat terbentuk dengan baik.

4. Dilakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan apakah ada bagian jalan lahir atau

kulit ketuban yang terjepit diantara mangkuk dan kepala janin.

5. Bila perlu dapat dilakukan anestesi lokal, baik dengan cara infiltrasi maupun blok

pudendal untuk kemudian diadakan episiotomi.

6. Bersamaan dengan timbulnya his, ibu dipimpin mengejan dan ekstraksi dilakukan

dengan cara menarik pemegang sesuai dengan sumbu panggul. Ibu jari dan jari

telunjuk serta jari tangan kiri operator tersebut, memutar ubun-ubun kecil

menyesuaikan dengan putaran paksi dalam. Bila ubun-ubun kecil sudah berada

dibawah simfisis arah tarikan berangsur-angsur dinaikan (keatas) sehingga kepala

lahir.

7. Setelah kepala lahir, tekanan negatif dihilangkan dengan cara membuka pentil udara

dan kemudian mangkuk dilepas.

8. Janin dilahirkan seperti pada persalinan normal dan plasenta dilahirkan secara aktif.1

Ekstraksi Vakum Gagal bila:

1. Mangkuk terlepas tiga kali atau lebih karena:

Caput suksedaneum buatan tidak terbentuk sempurna.

Ekstraksi terlalu kuat atau salah arah.

Adanya jaringan yang terjapit diantara mangkuk dan kepala janin.

Kerjasama antara dua tangan operator tidak baik.

Sebab-sebab obstetrik, misalnya: disporporsi kepala panggul yang tidak

diketahui sebelumnya, lilitan tali pusat yang erat, dan adanya cincin konstriksi

lokal.

2. Dalam waktu 15 menit dilakukan ekstraksi janin belum lahir. 1,5

Komplikasi

1. Ibu :

Perdarahan pasca persalinan.

Laserasi jalan lahir.

Infeksi

5

Page 6: Ekstraksi Vakum

2. Janin :

Laserasi kulit kepala janin.

Sefalohematom sampai hematom subdural.

Nekrosis kulit kepala yang dapat menyebabkan alopesia.

Fraktur tulang tengkorak.

Cedera pada muka janin.

Paresis nervus fasialis. 1,5

Keuntungan (dibanding ekstraksi forceps):

1. Tidak memerlukan narkose.

2. Pemasangan lebih mudah.

3. Lesi jalan lahir ibu tidak banyak terjadi. 1

Kerugian (dibanding ekstraksi forceps):

1. Kelainan janin tidak segera terlihat.

2. Tidak dapat digunakan untuk melindungi kepala janin preterm.

3. Memerlukan waktu lebih lama untuk mengakhiri persalinan hingga pada umumnya

tidak dilakukan untuk menolong gawat janin.

4. Memerlukan kerjasama dengan ibu yang bersalin. 1

C. KETUBAN PECAH DINI

Definisi

Disebut ketuban pecah dini bila ketuban pecah sebelum proses persalinan. 5

Kriteria Diagnosis:

Umur kehamilan lebih dari 20 minggu

Keluar cairan ketuban dari vagina

Pemeriksaan inspekulo: terlihat cairan keluar dari OUE

Kertas nitrazin merah akan jadi biru

Mikroskopis : gambaran daun pakis haji 5,7

Diagnosa Banding:

Fistula vesiko vaginal dengan kehamilan

Stress inkontinensia 7

Pemeriksaan Penunjang:

USG

Menilai jumlah cairan ketuban, menentukan umur kehamilan, letak janin, letak

plasenta dan berat janin 5

6

Page 7: Ekstraksi Vakum

Pengelolaan:

a.Konservatif

Rawat di Rs

Berikan antibiotika (ampisilin 4 X 500 mg atau eritromisin bila tidak ada

ampisilin) dan metronidazol 2 X 500 mg selama 7 hari

Jika umur kehamilan < 32 – 34 minggu, dirawat selama ketuban masih keluar

atau sampai air ketuban tidak keluar lagi

Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa

negative: beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan

janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu.

Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan

tokolitik (salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24 jam.

Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, ada tanda infeksi, beri antibiotika dan

lakukan induksi

Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, lekosit, tanda-tanda infeksi intrauterine)

Pada usia kehamilan 32 – 34 minggu berikan steroid, untuk memacu

kematangan paru janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan

spengomielin tiap minggu

Dosis betametason 12 mg sehari, dosis tunggal selama 2 hari, dexametason IM

5 mg setiap 6 jam selama 4 kali. 5,8

b. Aktif

Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea.

Dapat pula diberikan misoprostol 50 ug intravaginal tiap 6 jam, maksimal 4

kali.

Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan

diakhiri:

Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi.

Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea.

Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam. 5,8

Komplikasi:

Pada Janin : IUFD, asfiksia, prematuritas.

Pada Ibu : partus lama dan infeksi, atonia uteri, perdarahan post partum,

atau infeksi nifas. 8

7

Page 8: Ekstraksi Vakum

L A P O R A N K A S U S

IDENTITAS

Nama : Ny. GL

Umur : 30 tahun

Alamat : Teling Atas

Tempat Lahir : Manado

Bangsa : Indonesia

Agama : Kr. Protestan

Pendidikan : S1

Pekerjaan : Pegawai Departemen Agama (PNS)

Nama Suami : Tn. AT

Umur Suami : 32 tahun

Alamat Suami : Teling Atas

Pendidikan Suami : SPG

Pekerjaan Suami : Guru

ANAMESIS UTAMA

Penderita MRS tanggal 26 April 2003 jam 2000 Wita.

Keluhan Utama : Keluar cairan lewat jalan lahir.

Riwayat penyakit sekarang :

Keluar cairan dari jalan lahir dialami penderita sejak pukul 1600 Wita.

Pelepasan lendir campur darah (-).

Nyeri perut bagian bawah belum dirasakan.

Pergerakan janin masih dirasakan saat MRS.

Riwayat penyakit dahulu:

Penyakit Jantung

Penyakit Hipertensi

Penyakit Paru-paru disangkal penderita

Penyakit Hati

Penyakit Ginjal

Penyakit Kencing Manis

Riwayat gemelli (-)

BAB dan BAK biasa

8

Page 9: Ekstraksi Vakum

ANAMESIS KEBIDANAN

1. Riwayat kehamilan sekarang:

Muntah (-)

Bengkak (-)

Penglihatan terganggu (-)

Sakit Kepala (-)

Kencing terlalu sering (-)

Defekasi tidak teratur (-)

Perdarahan (-)

Keluar darah (-)

Kejang (-)

Waktu hamil tidak merokok dan minum alkohol

2. Pemeriksaan Ante Natal (PAN):

Pemeriksaan Ante Natal dilakukan secara teratur

PAN pertama umur kehamilan 10 minggu

PAN terakhir tanggal 27 April 2003

Jumlah PAN selama kehamilan 9 kali

Di Puskesmas Teling 7 kali

Pada dokter ahli kebidanan dan kandungan 2 kali

Haid (menarche) 12 tahun, siklus haid teratur, lamanya haid 6

hari

Hari pertama haid terakhir (HPHT) 23 Juli 2003

Taksiran tanggal partus 30 April 20003

3. Riwayat Keluarga:

Perkawinan satu kali, dengan suami sekarang 1 tahun, jumlah anak yang

diinginkan lagi dua orang, sekarang belum punya anak.

4. Keluarga Berencana:

Tidak pernah ikut KB, setelah melahirkan akan ikut KB dengan cara

menggunakan KB suntik.

5. Riwayat kehamilan terdahulu:

Tahun 2003 saat ini sedang mengandung anak pertama.

9

Page 10: Ekstraksi Vakum

PEMERIKSAAN KEBIDANAN I

Tanggal 28 April 2003, jam 2000 Wita.

Status Praesens:

KU : cukup

Kesadaran : CM

Tekana darah : 110/ 70 mmHg

Nadi : 88 X / menit

Respirasi : 24 X / menit

Suhu badan : 36,80 C

BB :68 kg

TB : 154 CM

Mata : conj. anemis -/ - , sclera ikterik -/ -

Jantung : SI - II normal, bising (-)

Paru-paru : rh -/ - , wh -/ -

Anggota gerak : edema (-), varices (-)

Pemeriksaan Obstetrik:

Pemeriksaan Luar:

TFU : 29 CM

Letak janin : letak kepala U puka

BJA : (+), 12 – 12 – 12

His : (-)

Taksiran berat badan anak (TBBA): 2600 gr, Johnson Tousach (JT):

2635 gr, SML: 2843 gr.

Inspekulo : tampak cairan putih keruh keluar dari OUE, OUE

tertutup, tes lakmus (+).

Pemeriksaan Dalam:

Portio tebal, lunak, arah axial, pembukaan (-), pp kepala, BS 4

Pemeriksaan Laboratorium:

Darah :

HB : 11,2 gr%

Lekosit : 12.000/ mm3

Trombosit : 255.000/ mm3

10

Page 11: Ekstraksi Vakum

PEMERIKSAAN KEBIDANAN II

Kesimpulan Sementara:

G1P0A0, 30 tahun, hamil 39-40 minggu dengan KPD 4 jam.

Janin intra uterin, tunggal, hidup, letak kepala U puka.

Sikap:

Observasi TNR, His, BJA

6 jam belum inpartu antibiotika

12 jam belum inpartu pitocin

drips

Observasi

Tanggal : 28 – 04 – 2003

Jam : 2000 Wita.

Kes : CM, T 110/ 70 mmHg , N 88X/ menit, R 22 X/ menit.

His : (-)

BJA : (+), 12 – 12 – 13

PD : Portio tebal, lunak, arah axial, pembukaan (-), pp kepala.

Dx : G1P0A0, 30 tahun, hamil 39-40 minggu dengan KPD 4 jam.

Janin intra uterin, tunggal, hidup, letak kepala, U puka.

Sx : Observasi TNR, His, BJA

6 jam belum inpartu antibiotika

12 jam belum inpartu pitocin drips

Jam : 2000 – 2200 Wita., His: (-), BJA: 12 – 13 – 12

Jam : 2200 Wita.

Kes : CM, T 110/ 70 mmHg , N 84 X/ menit, R 24 X/ menit.

His : (-)

BJA : (+), 12 – 13 – 12

Sx : Ampisilin 1 gr IM (skin tes dulu)

Jam : 2200 – 2400 Wita., His (-), BJA 12 – 12 – 12

Tanggal : 29 – 04 – 2003

Jam : 0000 – 0400 Wita., His (-), BJA 12 – 12 – 13

Jam : 0400 Wita.

Kes : CM, T 110/ 70 mmHg , N 84 X/ menit, R 24 X/ menit.

His : (-)

11

Page 12: Ekstraksi Vakum

BJA : (+), 12 – 11 – 12

PD : Portio tebal, lunak, arah axial, pembukaan (-), pp kepala.

Dx : G1P0A0, 30 tahun, hamil 39-40 minggu dengan KPD 4 jam.

Janin intra uterin, tunggal, hidup, letak kepala,H1

Sx : Observasi TNR, His, BJA (monitoring CTG)

Pitocin drips

Rencana partus pervaginam

Jam : 0415 Wita. Pitocin drips dimulai, 5 IU piton dalam 500 cc

dekstrose 5%.

Jam : 0415- 0530 Wita. His (-), BJA 140-145 bpm.

Jam : 0530- 0600 Wita. His 8’-9’ 10”-15” , BJA 142-147 bpm.

Jam : 0600- 0630 Wita. His 7’-8’ 15”-20” , BJA 144-150 bpm.

Jam : 0630- 0700 Wita. His 6’-7’ 20”-25” , BJA 145-150 bpm.

Jam : 0700 Wita.

Kes : CM

PD : Eff. 90%, pembukaan 2-3cm,ketuban (+),pp kepala H1,sutura sagitalis s.d.e

Dx : Inpartu kala I dengan riwayat KPD

Sx : Piton drips lanjut

Jam : 0700-0815 Wita. , His 6’-7’ 20”-25” , BJA 145-150 bpm.

Jam : 08.15 wita. , pitosin botol pertama hampir habis.

His : 6’-7’ 20”-25” , BJA 12 – 12 – 12 , 148-152 bpm.

PD : Eff. 90%, pembukaan 3-4 cm, ketuban (-), pp kepala H11- 111, UUK kiri

melintang.

Dx : Inpartu kala I

Sx : Lanjut piton drips botol II

Observasi

Jam : 0830 Wita. mulai piton ke II (10 IU dalam 500 ml dextrose 5%), mulai

30 gtt/mnt

Jam : 0845-0930 Wita. , His 6’-7’ 23”-30” , BJA 142-148 bpm.

Jam : 0930-1100 Wita. , His 5’-6’ 25”-30” , BJA 142-152 bpm.

Jam : 1100-1300 Wita. , His 4’-5’ 35”-40” , BJA 140-150 bpm.

Jam : 1315 Wita.

Kes : CM, T 120/ 80 mmHg , N 88 X/ menit, R 24 X/ menit.

12

Page 13: Ekstraksi Vakum

His : 4’-5’ 40”-45” ,BJA 142-148 bpm.

PD : Eff. 90%, pembukaan 7-8 cm, ketuban (-), pp kepala H11-111, UUK di depan

Dx : Inpartu kala I

Sx : Observasi.

Jam : 1330-1400 Wita., His 3’-4’ 40”-45” , BJA 148-150 bpm.

Jam : 1400 Wita., His 2’-3’ 45”-50” , BJA 140-148 bpm, botol ke-2 habis.

Jam : 1430 Wita.

Kes : CM, T 120/ 80 mmHg , N 88 X/ menit, R 24 X/ menit.

His : 2’-3’ 50”-55” ,BJA 132-154 bpm.

PD : Pembukaan lengkap, ketuban (-), pp kepala H111+, UUK di depan.

Dx : Inpartu kala I

Sx : Pimpim mengejan.

Jam : 1430-1600 wita. , His 2’-3’ 50”-55” ,BJA 130-148 bpm.

Jam : 1630 Wita., bayi belum lahir.

His : 2’-3’ 50”-55” ,BJA 132-154 bpm.

PD : Pembukaan lengkap, ketuban (-), pp kepala H111+, UUK di depan.

Dx : Inpartu kala II, 2 jam.

Sx : Ekstraksi Vakum.

Informed Consent.

Jam : 1645 Wita.,Ekstraksi vakum dimulai.

Jam : 1700 Wita., Lahir bayi laki-laki, BBL 3120 gr, PB 50 cm, AS 7-9 dengan

Ekstraksi Vakum.

Jam : 1710 Wita., Lahir plasenta lengkap dengan selaputnya, BPL 500 gr.

Keadaan ibu 2 jam post partum :

T 120/ 80 mmHg , N 88 X/ menit, R 24 X/ menit.

Perdarahan : - Kala III : 250 cc

- Kala IV : 100 cc

Total : 350 cc

Penderita ditidurkan dalam posisi litotomi, vulva dan sekitarnya diantisepsis dengan

mercurohcrom, bokong ibu dialas dengan doek steril. Diambil cup nomor 5.

Cup dipasang miring kedalam vagina kemudian setelah mengenai kepala bayi, cup

dipasang tepat pada UUK. Serelah cup terpasang, tekanan didalam cup diturunkan secara

bertahap mulai dari -0,2 mmHg selama 2 menit, 0,4 mmHg selama 2 menit dan 0,6 mmHg

13

Page 14: Ekstraksi Vakum

selama 5 menit sampai terjadi caput sucadaneum. Sementara itu dilakukan pemeriksaan

apakah ada jaringan vagina yang terjepit diantara kepala anak dan cup. Ternyata tidak ada

jaringan terjepit. Dilakukan episiotomi mediolateral.

Dilakukan traksi supaya kepala turun (sampai setinggi HIV). Setelah batas rambut

kepala berada dibawah simfisis, arah tarikan ke perut ibu. Sementara itu perineum

disokong, sehingga lahirlah berturut-turut dahi, mata, hidung, mulut dan dagu. Setelah

kepala bayi lahir, tekanan pada cup dinaikan secara perlahan-lahan sehingga cup terlepas.

Dengan tarikan dari kepala, bayi dapat dilahirkan.

Jam 1700 lahir bayi laki-laki dengan ekstraksi vakum BBL 3120 gr, PBL 50 cm, AS

7-9. Sementara jalan napas dibersihkan dengan penghisap lendir, tali pusat dijepit dengan

cunam kocher ± 1 cm dari umbilikus, kemudian tali pusat diurut kearah ibu dan dijepit

dengan cunam kocher II ± 3 cm dari cunam kocher I, sementara tangan kiri penolong

melindungi bayi, tali pusat digunting diantara kedua cunam kocher tersebut. Bayi

diserahkan kepada bidan untuk perawatan selanjutnya.

Dibawah bokong ibu diletakan stickpan, vulva dan sekitarnya diantisepsis dengan

kapas Lysol kemudian dilakukan pengosongan kandung kencing dengan kateter kemudian

penderita diistirahatkan sementara menunggu lepasnya plasenta.

Setelah 5 menit, dilakukan tes pelepasan plasenta dengan cara kustner untuk

mengetahui apakah plasenta sudah terlepas dari cavum uteri.

Jam 1710 lahirlah plasenta lengkap dengan selaputnya. Selanjutnya dilakukan

pemeriksaan jalan lahir, tampak luka episiotomi, dilakukan hecting, bagian dalam

menggunakan benang chrom bagian luar menggunakan benang seide.

Stickpan diganti dengan kain untuk menampung perdarahan kala IV, ibu dibersihkan

dan diistirahatkan. Dalam 2 jam post partum :

T 120/ 80 mmHg , N 88 X/ menit, R 24 X/ menit. Kontraksi uterus baik.

Perdarahan : - Kala III : 250 cc

- Kala IV : 100 cc

Total : 350 cc

FOLLOW UP PENDERITA

Tanggal : 30 April 2003

Keluhan (-), Kesadaran : CM, KU : cukup

T 110/ 70 mmHg , N 84 X/ menit, R 20 X/ menit.

Conj. anemis -/ -

14

Page 15: Ekstraksi Vakum

c/ p dalam batas normal, Laktasi (-).

TFU 1 jbpst, kontraksi uterus baik.

Dx: P1A0, 30 tahun post EV, hari I, atas indikasi kala II 2 jam.

P Lahir bayi laki-laki BBL 3120 gr, PBL 50 cm, AS 7-9

Sx: Ciprofloxasin 3 x 1

Prenamia 1 x 1

Metronidazol 3 x 1

Tanggal : 1 Mei 2003

Keluhan (-), Kesadaran : CM, KU : cukup

T 110/ 70 mmHg , N 84 X/ menit, R 24 X/ menit T 36,70C

Conj. anemis -/ - sclera ikterik -/ -

Abdomen lemas, peristaltik (+) N

Mamae: laktasi +/+ , tanda infeksi -/-

TFU 2 jbpst, kontraksi uterus baik.

Lochea : rubra

Perineum : hecting baik

Dx: P1A0, 30 tahun post EV, hari II, atas indikasi kala II 2 jam.

Lahir bayi laki-laki BBL 3120 gr, PBL 50 cm, AS 7-9

Sx: Lanjut terapi

Rawat perineum

RKB suntik

Tanggal : 2 Mei 2003

Keluhan (-), Kesadaran : CM, KU : cukup

T 110/ 70 mmHg , N 88 X/ menit, R 24 X/ menit T 36,70C

Conj. anemis -/ - , c/ p dalam batas normal, Abd lemas

Mamae: laktasi +/+ , tanda infeksi -/-

TFU 2 jbpst, kontraksi uterus baik.

Lochea : sanguilenta

Perineum : luka hecting baik

BAB/ BAK biasa

Dx: P1A0, 30 tahun post EV, hari III, atas indikasi kala II 2 jam.

Lahir bayi laki-laki BBL 3120 gr, PBL 50 cm, AS 7-9

Sx: RKB suntik

Rawat jalan

15

Page 16: Ekstraksi Vakum

Boleh pulang

Lanjut terapi

D I S K U S I

Pada kasus ini akan dibicarakan tentang:

Etiologi

Diagnosis

Penanganan

Komplikasi

Prognosis

A. Etiologi

Pada kasus ini tidak ada kelainan tenaga (his), tidak ada kelainan dan bentuk janin, juga

tidak ada kelainan panggul (panggul cukup luas). Penyebab kala II-2 jam pada kasus ini

adalah ibu tidak kooperatif, dapat juga disebabkan partus kering (dry labor) karena pada

pasien ini ada riwayat KPD sejak 4 jam sebelum masuk rumah sakit.

B. Diagnosis

Saat masuk rumah sakit penderita didiagnosis dengan G1P0A0, 30 tahun, hamil 39-40

minggu dengan KPD 4 jam. Janin intra uterin, tunggal, hidup, letak kepala U puka.

Penderita didiagnosis seperti ini karena saat MRS tanggal 28 April 2003 jam 20 00 Wita

dengan keluhan keluarnya air dari jalan lahir yang dialami sejak jam 1600 Wita. Nyeri

perut bagian bawah belum dirasakan penderita, bloody show belum ada, pergerakan

janin masih dirasakan saat MRS. Berdasarkan anamnesis tersebut penderita belum

dalam keadaan inpartu. Status praesens dalam batas normal, status obstertrik belum

menunjukan kelainan.

Sikap yang diambil dalam keadaan ini yaitu observasi TNR, His dan BJA. Bila

dalam 6 jam belum inpartu diberikan antibiotika untuk profilaktik terhadap infeksi, dan

bila 12 jam belum inpartu diberikan pitosin drips untuk membantu majunya persalinan.

Dalam kasus ini setelah diberikan pitosin drips dan saat kala II ibu dipimpin

mengejan dan bayi belum lahir juga sehingga diagnosis berubah menjadi G1P0A0, 30

tahun, hamil aterm, kala II 2 jam. Janin intra uterin, tunggal, hidup, letak belakang

kepala.

16

Page 17: Ekstraksi Vakum

C. Penanganan

Penanganan pada kasus ini yaitu observasi vital sign, antibiotika, pitosin drips dan

terminasi kehamilan dengan ekstraksi vakum. Pada kasus ini syarat-syarat ekstraksi

vakum sudah terpenuhi karena ketuban sudah pecah, pembukaan sudah lengkap, bayi

kecil, kontraksi (tenaga mengejan) ibu ada.

Pemilihan terminasi kehamilan dengan cara ekstraksi vakum pada kasus ini sudah sesuai

dengan indikasi dan syarat ekstraksi vakum.

Adapun indikasi ekstraksi vakum antaara lain:

Indikasi ibu : untuk memperpendek kala II, misalnya pada penyakit jantung,

gangguan pernapasan, hipertensi dan kelelahan ibu.

Indikasi janin : adanya gawat janin.

Indikasi waktu : kala II memanjang. 1,2

Kontra indikasi ekstraksi vakum :

Faktor ibu:

Adanya rupture uteri membakat

Adanya penyakit ibu yang secara mutlak ibu tudak boleh mengejan,

misalnya pada payah jantung, PEB dan ibu tidak kooperatif.

Faktor janin :

Letak muka

Letak sungsang

Letak lintang

Janin preterm 1,2

Pada kasus ini tidak ditemukan kontra indikasi untuk dilakukannya ekstraksi vakum.

Pada penanganan kasus ini juga diberikan antibiotika sebagai profilaktik terhadap

infeksi.

D. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu dengan ekstraksi vakum yaitu perdarahan pasca

persalinan, laserasi jalan lahir, infeksi. 1,5 Pada kasus ini tidak terjadi perlukaan jalan

lahir dan perdarahan, pada luka episiotomi tidak ditemukan tanda-tanda infeksi.

Komplikasi yang dapat terjadi pada bayi yaitu laserasi kulit kepala janin,

sefalohematom, nekrosis kulit kepala, fraktur tulang tengkorak, cedera muka janin,

17

Page 18: Ekstraksi Vakum

paresis nervus fasialis. 1,5 Pada kasus ini tidak ditemukan komplikasi pada bayi seperti

yang tersebut diatas.

E. Prognosis

Pada kasus ini mulai hari I post partum sampai hari IV keadaan ibu dan bayi masih

baik, sehingga prognosis pada kasus ini dapat dikatakan baik.

Prognosis pada partus lama dan persalinan dengan ekstraksi vakum kurang baik

karena adanya komplikasi-komplpikasi yang mungkin terjadi. Penanganan yang tepat

dan cepat dapat menghindari komplikasi.

K E S I M P U L A N

Pada kasus ini penderita MRS dengan KPD, G1P0A0, 30 tahun, hamil 39-40

minggu. Janin intra uterin, tunggal, hidup, letak belakang kepala. Setelah pimpinan

persalinan 2 jam, janin belum lahir, kemudian kehamilan diakhiri dengan ekstraksi

vakum.

Keadaan ini memiliki prognosis yang jelas tidak baik terhadap ibu maupun

terhadap janin. Dengan tindakan ekstraksi vakum dapat terjadi HPP dan janin dapat

terjun kedalam gawat janin jika terminasi kehamilan lama, selain itu resiko trauma pada

janin.

Prognosa pada kasus kala II 2 jam dengan ekstraksi vakum adalah buruk, tapi

dengan penanganan yang tepat dan cepat dapat menghindari komplikasi-komplikasi

yang tidak diharapkan.

S A R A N

Setiap ibu hamil diwajibkan untuk mengikuti PAN dan konseling secara teratur,

sehingga dapat dijelaskan mengenai proses persalinan nantinya dapat mempersiapkan

mental ibu dengan baik

Ekstraksi vakum adalah persalinan bantuan yang tepat untuk kasus ini karena

syarat terpenuhi dan sesuai indikasi waktu. 1

Penderita diusulkan untuk menggunakan KB suntik karena masih menginginkan

anak lagi, reversibilitas KB suntik cukup baik, dan kegagalan akibat kelalaian akseptor

tidak ada.

18

Page 19: Ekstraksi Vakum

D A F T A R P U S T A K A

1. Sutoto dan Herman K. Ekstraksi Vakum. Dalam: Ilmu Fantom Bedah Obstetri

edisi 1999, Semarang, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 1999: 41-45.

2. Mochtar Rustam. Partus Lama. Dalam: Sinopsis Obstetri edisi 2. Jakarta, EGC

Penerbit Buku Kedokteran, 1998:384-386.

3. Prawirohardjo S. Fisiologi dan Mekanisme Persalinan Normal. Dalam: Ilmu

Kebidanan edisi 3.Jakarta, Yayasan Bina Pustaka, 1999:180-185, 587-652.

4. Sastrawinata S. Persalinan. Dalam: Obstetri Fisiologi edisi 1983, Bandung,

ELEMAN, 1983: 258-268.

5. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Ketuban Pecah Dini dan

Ekstraksi Vakum. Dalam: Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal

dan Neonatal, Jakarta, YBP-SP, 2002: M-112 – M-115, P-20 – P-23.

6. Sastrawinata S. Obstetri Patologi edisi 1981, Bandung, Elstar offset, 1981.

7. Wijayanegara H, dkk. Ketuban Pecah Sebelum Waktunya. Dalam: Pedoman

Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi RSUP dr. Hasan Sadikin,

Bandung, Bagian Obsgin FK Universitas Padjajaran, 1998: 109-110.

8. Prof. dr. A. B. Saifuddin, SpOG, MPH, dkk. Ketuban Pecah Dini. Dalam: Buku

Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta, YBP

Sarwono Prawirohardjo, 2002.

9. Jaringan Nasional Pelayanan Klinik Kesehatan Reproduksi. Pelatihan Asuhan

Persalinan Normal. 2001

19