ekologi tumbuhan.docx

35
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vegetasi dibentuk oleh individu tumbuhan yang beraneka ragam dan memiliki variasi pada setiap kondisi tertentu serta tempat tertentu. Setiap tipe vegetasi dicirikan oleh setiap penampangan luar tumbuhan dominannya. Hal ini dikarenakan faktor lingkungan yang berbeda serta kemampuan adaptasinya. Daerah Bukit Jimbaran merupakan daerah dengan suhu yang tinggi dan struktur geologi tanah yang berkapur dan bersifat basa. Tumbuh-tumbuhan yang mampu beradaptasi pada daerah bertanah kapur seperti bukit Jimbaran sangat beragam mulai dari herba, semak hingga pohon (Anonim, 2009a). Semak adalah tumbuhan berkayu yang dibedakan dengan pohon karena memiliki cabang yang banyak dan tinggi yang lebih rendah dari pohon yaitu 0,1m-3m. Tanaman golongan semak dicirikan dengan batang yang berukuran sama dan sederajat. Semak dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu semak tinggi, semak sedang, dan semak rendah. Semak tinggi adalah jenis tanaman yang ketinggiannya mencapai 2m - 4,5m. Contohnya kamboja, kastuba, kenanga. Semak sedang adalah jenis tanaman yang ketinggiannya antara 1m - 2m. Contohnya melati, mawar, dan kemuning. Semak rendah kategori ini khusus untuk kelompok tanaman dengan ketinggian antara 1

Upload: fakhrurrazi-fakhri

Post on 23-Oct-2015

93 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: ekologi tumbuhan.docx

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Vegetasi dibentuk oleh individu tumbuhan yang beraneka ragam dan

memiliki variasi pada setiap kondisi tertentu serta tempat tertentu. Setiap tipe

vegetasi dicirikan oleh setiap penampangan luar tumbuhan dominannya. Hal ini

dikarenakan faktor lingkungan yang berbeda serta kemampuan adaptasinya.

Daerah Bukit Jimbaran merupakan daerah dengan suhu yang tinggi dan struktur

geologi tanah yang berkapur dan bersifat basa. Tumbuh-tumbuhan yang mampu

beradaptasi pada daerah bertanah kapur seperti bukit Jimbaran sangat beragam

mulai dari herba, semak hingga pohon (Anonim, 2009a).

Semak adalah tumbuhan berkayu yang dibedakan dengan pohon karena

memiliki cabang yang banyak dan tinggi yang lebih rendah dari pohon yaitu

0,1m-3m. Tanaman golongan semak dicirikan dengan batang yang berukuran

sama dan sederajat. Semak dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu semak tinggi,

semak sedang, dan semak rendah. Semak tinggi adalah jenis tanaman yang

ketinggiannya mencapai 2m - 4,5m. Contohnya kamboja, kastuba, kenanga.

Semak sedang adalah jenis tanaman yang ketinggiannya antara 1m - 2m.

Contohnya melati, mawar, dan kemuning.  Semak rendah kategori ini khusus

untuk kelompok tanaman dengan ketinggian antara 30cm - 1m. Contohnya antara

lain soka, kenikir, tapak dara, aglonema, dan kuping gajah (Anonim, 2011a).

Untuk mengetahui penyebaran vegetasi semak dan vegetasi herba pada

daerah terbuka dan daerah naungan (canopy) maka perlu dilakukan analisis

vegetasi. Analisis vegetasi adalah suatu kumpulan tumbuh-tumbuhan yang terdiri

dari beberapa jenis (biasanya) berinteraksi satu dengan yang lainnya. Analisa

vegetasi merupakan cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk

(struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan (Anonim, 2009a). Analisis

vegetasi yang perlu dilakukan adalah analisis vegetasi semak dengan menerapkan

parameter-parameter vegetasi antara lain, frekuensi (kekerapan), densitas

(kerapatan), dominansi, frekuensi relatif, densitas relatif, dominansi relatif, nilai

penting, indeks diversitas, indeks similaritas dan pola penyebaran jenis. Analisis

1

Page 2: ekologi tumbuhan.docx

vegetasi semak dan herba ini menggunakan metode kuadrat secara acak atau

random. Jenis kuadrat yang digunakan adalah list kuadrat, yaitu dengan

menghitung semua spesies yang ada dalam plot/kuadrat. Dimana digunakan 6

plot, dengan masing-masing plot berukuran 5 m x 5 m dan 1 m x 1 m dengan

mengamati jenis tanaman, jumlah jenis, jumlah individu, dalam plot dan luas

penutup (crown cover).

Untuk menghitung vegetasi di dalam plot, digunakan ketentuan bahwa

individu-individu yang ada dalam batas plot akan dihitung satu individu jika lebih

dari setengah bagian dari tanaman tersebut berada di dalam plot dan tumbuhan

yang membentuk kelompok atau rumpun, maka satu kelompok atau satu rumpun

akan dihitung sebagai satu individu (Sundra, 2006).

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui penyebaran vegetasi semak dan herba pada daerah

terbuka dan daerah naungan (canopy), dengan menerapkan parameter-parameter

vegetasi antara lain : Frekuensi (kekerapan), Densitas (kerapatan), Dominasi,

Frekuensi Relatif, Densitas Relatif, Dominansi Relatif, Nilai Penting (Importance

value), Indeks Diversitas, Indeks Similaritas dan Pola Penyebaran Jenis.

1.3 Manfaat

Berdasarkan hasil praktikum dan studi pustaka dapat diinformasikan

tentang penyebaran vegetasi semak pada daerah terbuka dan daerah naungan

(canopy), serta jenis-jenis semak yang tumbuh pada daerah Bukit, Jimbaran

dengan menerapkan parameter-parameter vegetasi antara lain: Frekuensi

(kekerapan), Densitas (kerapatan), Dominansi, Frekuensi Relatif, Densitas Relatif,

Dominansi Relatif, Nilai Penting (Importance Value), Indeks Diversitas, Indeks

Similaritas dan Pola Penyebaran Jenis.

2

Page 3: ekologi tumbuhan.docx

II. MATERI DAN METODE PRAKTIKUM

2.1 Lokasi Praktikum

Lokasi praktikum analisis vegetasi semak dan vegetasi herba yaitu di

kawasan Kampus Universitas Udayana Bukit Jimbaran pada dua stasiun yaitu

stasiun terbuka dan stasiun ternaung (canopy).

2.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah meteran, tali rafia, hard

board, kertas lotore yang sudah ditentukan absis (X) dan ordinat (Y), patok besi,

sasak (alat pengepres tumbuhan) dan alat-alat tulis.

Bahan yang dipergunakan dalam praktikum ini adalah jenis-jenis semak

yang terdapat di Bukit Jimbaran.

2.3 Cara Kerja

Pertama-tama ditentukan areal/stasiun penelitian, kemudian stasiun dibagi

menjadi dua lokasi yaitu daerah terbuka dan daerah ternaung (canopy). Untuk

analisis vegetasi semak digunakan metode kuadrat (Quadrat Sampling Technique)

yang dilakukan secara acak/random. Sistem pengacakan plot dilakukan dengan

cara lotre yaitu menggunakan kertas digulung yang sudah ditentukan jarak

kedepan (X) dan jarak ke samping (Y). Pada masing-masing lokasi baik lokasi

terbuka maupun lokasi ternaung dibuat masing – masing 6 plot, dengan ukuran

plot semak = 5m x 5m.

Selanjutnya masing-masing plot dihitung dan dicatat jumlah jenis, jumlah

individu, luas penutup (crown cover) dengan rumus : CC = (D1+D2

4 )2

π

Keterangan :

CC = Crown cover ( luas tajuk)

D1 = Diameter 1 ( Panjang penutup)

D2 = Diameter 2 (lebar penutup)

3

Page 4: ekologi tumbuhan.docx

Setiap individu atau jenis yang belum diketahui namanya, dijadikan

herbarium untuk dideterminasi dengan menggunakan literatur atau atlas yang ada.

2.4 Analisis Hasil

Data-data yang diperoleh kemudian dianalisis dan ditentukan parameter-

parameter vegetasinya sebagai berikut :

a. Frekuensi = Jumlah kuadrat dari jenis yang ditemukan

Jumlah plot yang diambil

b. Densitas = Jumlah individu suatu jenis

Total area kuadrat

c. Dominansi = Luas penutupan (cover) suatu jenis

Total area kuadrat (luas daerah cuplikan)

d. Frekuensi Relatif = Frekuensi suatu jenis x 100%

Total frekuensi seluruh jenis

e. Densitas Relatif = Densitas suatu jenis x 100%

Total densitas seluruh jenis

f. Dominansi Relatif = Dominansi suatu jenis x 100%

Total dominansi seluruh jenis

g. Nilai Penting = Frekuensi Relatif + Densitas Relatif + Dominansi Relatif

h. Indeks Diversitas dapat ditentukan dengan rumus :

H =−∑ ( n1

N ) Log ( n1

N ) Keterangan :

H = Indeks Diversitas ( indeks keanekaragaman jenis)

n1 = Nilai penting dari suatu jenis

N = Nilai penting dari seluruh jenis

i. Indeks Similaritas (I S)

Indeks Similaritas dapat ditentukan dengan rumus :

2W

IS = X 100%

A + B

4

Page 5: ekologi tumbuhan.docx

Keterangan

I S : Indeks Similaritas = Indeks kesamaan jenis dari dua area/stasiun yang

berbeda

W : Jumlah jenis terkecil yang sama dari dua area yang berbeda

A : Jumlah jenis pada stasiun A

B : Jumlah jenis pada stasiun B

j. Pola Penyebaran Individu

Pola Penyebaran Individu suatu jenis dinyatakan dengan rumus :

Pola Penyebaran Jenis = √∑ X 2−

(∑ X )2

NN−1X

Keterangan :

X = Jumlah individu dari masing-masing jenis

N = Jumlah jenis

X = Jumlah rata-rata dari jenis yang diketemukan

5

Page 6: ekologi tumbuhan.docx

III. HASILDAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Tabel 3.1 Hasil Analisis Vegetasi Semak di Daerah Terbuka

Lokasi : Bukit Jimbaran Ukuran plot : 5m x 5m Tanggal : 15 November 2012

Stasiun : Terbuka Jumlah plot : 6

No Nama jenis Jumlah

terdapat

Jumlah individ

u

Luas penutup/cover

(cm2)

Frekuensi

Densitas

(ind/m2)

Dominansi

Frekuensi relatif

(%)

Densitas

relatif (%)

Dominansi relatif

(%)INP

Indeks Diversit

asDaerah Ilmiah

1 Jarak Merah

Jatropha curcas

1 3 31.872,77 0,17 0,02 2,12 5,26 2,27 0,29 7,82% 0,040

2Putri Malu

Mimosa Pudica

2 2 18.738,15 0,33 0,01 1,25 10,52 1,51 0,1712,20

% 0,029

3Genjoran

Leucas aspera

6 87 9.512128,39 1 0,58 634,14 31,55 65,88 86,20183,83% 0,105

4Kem

Fleucortia lucam

2 6 978.559,22 0,33 0,04 65,24 10,52 4,54 8,8723,93

% 0,064

5 Kepok-kepokan

Phisalis angulata

2 17 206.587,67 0,33 0,11 13,77 10,52 12,87 1,8725,26

% 0,119

6 Gereng-gereng

Crotalara striata

2 5 22.287,92 0,33 0,03 1,49 10,52 3,79 0,2014,50

% 0,057

7Krinyu

Calophylum inulipholium

3 11 228.482,30 0,5 0,07 15,23 15,77 8,33 2,07 26,1% 0,094

8 Lilia Lilium sp. 1 1 36.286,63 0,17 0,01 2,42 5,36 0,80 0,33 6,49% 0,017∑ 122 3,17 0,88 735,66 100% 100% 100% 300% 0,525

6

Page 7: ekologi tumbuhan.docx

Tabel 3.2. Hasil Analisis Vegetasi Semak di Daerah Ternaung (Canopy)

Lokasi : Bukit Jimbaran Ukuran plot : 5m x 5m Tanggal : 15 November 2012

Stasiun : Ternaung Jumlah plot : 6

No

Nama jenis Jumlah

terdapat

Jumlah

individu

Luas penutup/cover

(cm2)

Frekuensi

Densitas

Dominansi

Frekuensi relatif

(%)

Densitas relatif

(%)

Dominansi relatif

(%)INP

Indeks Diversit

asDaerah Ilmiah

1 Lilia Lilium sp. 1 1 397,41 0,17 0,01 0,03 5,88 1,18 0,001 7,06% 0,0232 Ket –ket Mimosa

gigantia3 30

42.419202,79 0,5 0,20 2.827,95 17,65 35,29 85,580137,52

%0,160

3 Galing –galling

Stephania hernandifolia

3 1040.628,66 0,5 0,07 2,71 17,65 11,76 0,0081

29,49%

0,109

4 Kem Fleucortia lucam

4 297.145296,87 0,67 0,19 476,35 23,53 34,12 14,247

71,90%

0,159

5 Krinyu Calophylum unulipholum

4 13535.586,66 0,67 0,09 35,71 23,53 15,29 1,068

39,89%

0,125

6 Kerasi Lantana camara

1 12.163,66 0,17 0,01 0,14 5,88 1,18 0,004 7,06% 0,023

7 Bunga Celeng

Clitoria ternatai

1 19.241,22 0,17 0,01 0,62 5,88 1,18 0,018 7,08% 0,023

∑ 85 2,83 0,57 3.343,50 100% 100% 100% 300% 0,622

Perhitungan terlampir

7

Page 8: ekologi tumbuhan.docx

Grafik 3.1 Jumlah Terdapat Jenis Semak di Daerah Terbuka Bukit

Jimbaran

Jara

k Mer

ah

Putri M

alu

Genjo

ran

Kem

Kepok-k

epokan

Geren

g-ger

eng

Krinyu

Lilia

0

1

2

3

4

5

6

7

1

2

6

2 2 2

3

1

Jumlah Terdapat

Jumlah Terdapat

Grafik 3.2 Jumlah Individu Jenis Semak di Daerah Terbuka Bukit

Jimbaran

Jara

k Mer

ah

Putri M

alu

Genjo

ran

Kem

Kepok-k

epokan

Geren

g-ger

eng

Krinyu

Lilia

0

20

40

60

80

100

3 2

87

617

511

1

Jumlah Individu

Jumlah Individu

8

Page 9: ekologi tumbuhan.docx

Grafik 3.3 Luas Penutup / Cover (cm2) Masing–masing Jenis Semak

di Daerah Terbuka Bukit Jimbaran

Jarak

Mera

h

Putri M

alu

Genjoran Kem

Kepok-k

epoka

n

Gereng-g

ereng

Krinyu Lili

a0

100000020000003000000400000050000006000000700000080000009000000

10000000

31872.77 18738.15

9512128.39

978559.22206587.67 22857.92 228482.3 36286.63

Luas Penutup/Cover (Cm2)

Luas Penutup/Cover (Cm2)

Grafik 3.4 Frekuensi Masing–masing Jenis Semak di Daerah Terbuka

Bukit Jimbaran

Jara

k Mer

ah

Putri M

alu

Genjo

ran

Kem

Kepok-k

epokan

Geren

g-ger

eng

Krinyu

Lilia

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

0.17

0.33

1

0.330000000000001

0.330000000000001

0.330000000000001

0.5

0.17

Frekuensi

Frekuensi

9

Page 10: ekologi tumbuhan.docx

Grafik 3.5 Densitas Masing–masing Jenis Semak di Daerah Terbuka

Bukit Jimbaran

Jara

k Mer

ah

Putri M

alu

Genjo

ran

Kem

Kepok-k

epokan

Geren

g-ger

eng

Krinyu

Lilia

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.02 0.01

0.58

0.040.11

0.030.07

0.01

Densitas (ind/m2)

Densitas (ind/m2)

Grafik 3.6 Dominansi Masing–masing Jenis Semak di Daerah

Terbuka Bukit Jimbaran

Jara

k Mer

ah

Putri M

alu

Genjo

ran

Kem

Kepok-k

epokan

Geren

g-ger

eng

Krinyu

Lilia

0

100

200

300

400

500

600

700

2.12 1.25

634.14

65.2413.77 1.49 15.23 2.42

Dominansi

Dominansi

10

Page 11: ekologi tumbuhan.docx

Grafik 3.7 Frekuensi Relatif (%) Masing–masing Jenis Semak di

Daerah Terbuka Bukit Jimbaran

Jara

k Mer

ah

Putri M

alu

Genjo

ran

Kem

Kepok-k

epokan

Geren

g-ger

eng

Krinyu

Lilia

0

5

10

15

20

25

30

35

5.26

10.52

31.55

10.52 10.52 10.52

15.77

5.36

Frekuensi Relatif (%)

Frekuensi Relatif (%)

Grafik 3.8 Densitas Relatif (%) Masing –Masing Jenis Semak di

Daerah Terbuka Bukit Jimbaran

Jara

k Mer

ah

Putri M

alu

Genjo

ran

Kem

Kepok-k

epokan

Geren

g-ger

eng

Krinyu

Lilia

0

10

20

30

40

50

60

70

2.27 1.51

65.88

4.5412.87

3.798.33

0.8

Densitas Relatif (%)

Densitas Relatif (%)

11

Page 12: ekologi tumbuhan.docx

Grafik 3.9 Dominansi Relatif (%) Masing–masing Jenis Semak di

Daerah Terbuka Bukit Jimbaran

Jara

k Mer

ah

Putri M

alu

Genjo

ran

Kem

Kepok-k

epokan

Geren

g-ger

eng

Krinyu

Lilia

0

20

40

60

80

100

0.29 0.17

86.2

8.871.87 0.2 2.07

0.330000000000001

Dominansi Relatif (%)

Dominansi Relatif (%)

Grafik 3.10 Indeks Nilai Penting (INP) Masing–masing Jenis Semak

di Daerah Terbuka Bukit Jimbaran

Jara

k Mer

ah

Putri M

alu

Genjo

ran

Kem

Kepok-k

epokan

Geren

g-ger

eng

Krinyu

Lilia

0.00%

40.00%

80.00%

120.00%

160.00%

200.00%

7.82% 12.20%

183.83%

23.93% 25.26%14.50%

26.10%6.49%

Indeks Nilai Penting

INP

12

Page 13: ekologi tumbuhan.docx

Grafik 3.10 Indeks Diversitas Masing–masing Jenis Semak di Daerah

Terbuka Bukit Jimbaran

Jara

k Mer

ah

Putri M

alu

Genjo

ran

Kem

Kepok-k

epokan

Geren

g-ger

eng

Krinyu

Lilia

0

0.02

0.04

0.06

0.08

0.1

0.12

0.14

0.040.029

0.105

0.0640000000000001

0.119

0.057

0.094

0.017

Indeks Diversitas

Indeks Diversitas

Grafik 3.11 Jumlah Terdapat Jenis Semak di Daerah Ternaung Bukit

Jimbaran

Lilia Ket –ket Galing –galling Kem Krinyu Kerasi Bunga Celeng0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

4.5

1

3 3

4 4

1 1

Jumlah Terdapat

Jumlah Terdapat

13

Page 14: ekologi tumbuhan.docx

Grafik 3.12 Jumlah Individu Masing-masing Jenis Semak di Daerah

Ternaung Bukit Jimbaran

Lilia Ket –ket Galing –galling Kem Krinyu Kerasi Bunga Celeng0

5

10

15

20

25

30

35

1

30

10

29

13

1 1

Jumlah Individu

Jumlah Individu

Grafik 3.13 Luas Penutup / Cover (cm2) Masing–masing Jenis Semak

di Daerah Ternaung Bukit Jimbaran

Lilia

Ket –ket

Galing –

gallin

gKem

Krinyu

Keras

i

Bunga Cele

ng

05000000

1000000015000000200000002500000030000000350000004000000045000000

397.41

42419202.79

40628.66

7145296.87

535586.66 2163.669241.21999999999

Luas Penutup/Cover (Cm2)

Luas Penutup/Cover (Cm2)

14

Page 15: ekologi tumbuhan.docx

Grafik 3.14 Frekuensi Masing–masing Jenis Semak di Daerah

Ternaung Bukit Jimbaran

Lilia Ket –ket Galing –galling Kem Krinyu Kerasi Bunga Celeng0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

0.17

0.33 0.5

0.670000000000001

0.670000000000001

0.17 0.17

Frekuensi

Frekuensi

Grafik 3.14 Densitas Masing–masing Jenis Semak di Daerah

Ternaung Bukit Jimbaran

Lilia Ket –ket Galing –galling Kem Krinyu Kerasi Bunga Celeng0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.01

0.01

0.07

0.19

0.09

0.01 0.01

Densitas (ind/m2)

Densitas (ind/m2)

15

Page 16: ekologi tumbuhan.docx

Grafik 3.15 Dominansi Masing–masing Jenis Semak di Daerah

Ternaung Bukit Jimbaran

Lilia Ket –ketGaling –galling Kem Krinyu Kerasi Bunga Celeng0

500

1000

1500

2000

2500

3000

0.03

1.25

0

476.35

35.71 0.140.620000000000

001

Dominansi

Dominansi

Grafik 3.16 Frekuensi Relatif Masing–masing Jenis Semak di Daerah

Ternaung Bukit Jimbaran

Lilia Ket –ket Galing –galling Kem Krinyu Kerasi Bunga Celeng0

5

10

15

20

25

5.88

17.65 17.65

23.53 23.53

5.88 5.88

Frekuensi Relatif (%)

Frekuensi Relatif (%)

16

Page 17: ekologi tumbuhan.docx

Grafik 3.17 Densitas Relatif Masing–masing Jenis Semak di Daerah

Ternaung Bukit Jimbaran

Lilia Ket –ket Galing –galling Kem Krinyu Kerasi Bunga Celeng0

5

10

15

20

25

30

35

40

1.18

35.29

11.76

34.12

15.29

1.18 1.18

Densitas Relatif (%)

Densitas Relatif (%)

Grafik 3.18 Dominansi Relatif Masing–masing Jenis Semak Di

Daerah Ternaung Bukit Jimbaran

Lilia Ket –ket Galing –galling Kem Krinyu Kerasi Bunga Celeng0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

0.00

85.58

0.01

14.25

1.07 0.00 0.02

Dominansi Relatif (%)

Dominansi Relatif (%)

17

Page 18: ekologi tumbuhan.docx

Grafik 3.19 Indeks Nilai Penting Masing–masing Jenis Semak di

Daerah Ternaung Bukit Jimbaran

Lilia

Ket –ket

Galing –

gallin

gKem

Krinyu

Keras

i

Bunga Cele

ng

0.00%20.00%40.00%60.00%80.00%

100.00%120.00%140.00%160.00%

7.06%

137.52%

29.49%

71.90%

39.89%

7.06% 7.08%

Indeks Nilai Penting

INP

Grafik 3.20 Indeks Diversitas Masing–masing Jenis Semak di Daerah

Ternaung Bukit Jimbaran

Lilia Ket –ketGaling –galling Kem Krinyu Kerasi Bunga Celeng0

0.02

0.04

0.06

0.08

0.1

0.12

0.14

0.16

0.18

0.023

0.16

0.109

0.159

0.125

0.023 0.023

Indeks Diversitas

Indeks Diversitas

18

Page 19: ekologi tumbuhan.docx

3.2 Pembahasan

Dari hasil pengamatan tentang analisis vegetasi semak di daerah terbuka

dan ternaung di kawasan Kampus Universitas Udayana Bukit Jimbaran,

didapatkan 8 spesies semak untuk daerah terbuka yaitu jarak merah (Jatropha

curcas), putri malu (Mimosa pudica), genjoran (Leucas aspera), kem (Fleucortia

rucam), kepok-kepokan (Phisalis angulata), gereng-gereng (Crotalara striata),

krinyu (Calophylum inulifolium), dan lilia (Lilium sp.).

Berdasarkan hasil analisis terhadap parameter-parameter yang telah

ditentukan, diperoleh bahwa nilai frekuensi semak di daerah terbuka yang paling

tinggi adalah genjoran (Leucas aspera) yaitu 1 dan frekuensi terendah pada jarak

merah (Jatropha curcas) dan lilia (Lilum sp.) yaitu 0,17. Hasil ini menunjukkan

bahwa genjoran (Leucas aspera) memiliki pola penyebaran (distribusi) dan

kerapatannya, serta kelimpahannya paling tinggi dibanding semak lainnya.

Nilai densitas tertinggi pada semak di daerah terbuka terdapat pada

genjoran (Leucas aspera) yaitu 0,58 sedangkan yang terendah terdapat pada putri

malu (Mimosa pudica) dan lilia (Lilium sp.) memiliki densitas yang sama yaitu

0,01. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kerapatan atau kepadatan genjoran

paling tinggi pada daerah tersebut dibandingkan semak lainnya. Kerapatan

(densitas) suatu spesies menunjukkan jumlah individu spesies dengan satuan luas

tertentu, maka nilai kerapatan merupakan gambaran mengenai jumlah spesies

tersebut pada lokasi pengamatan. Nilai kerapatan belum dapat memberikan

gambaran tentang bagaimana distribusi dan pola penyebarannya. Gambaran

mengenai distribusi individu pada suatu jenis tertentu dapat dilihat dari nilai

frekuensinya sedangkan pola penyebaran dapat ditentukan dengan

membandingkan nilai tengah spesies tertentu dengan varian populasi secara

keseluruhan (Arrijani, 2006).

Semak yang paling mendominansi pada daerah terbuka adalah genjoran

(Leucas aspera) yaitu 634,14 dan yang terendah pada putri malu (Mimosa pudica)

yaitu 1,25. Hal ini menunjukkan bahwa genjoran (Leucas aspera) merupakan

jenis tanaman yang dapat mengendalikan faktor-faktor lingkungan yang ada pada

19

Page 20: ekologi tumbuhan.docx

daerah tersebut sehingga mampu tumbuh dengan baik dibandingkan semak yang

lainnya.

Frekuensi relatif vegetasi semak di daerah terbuka yang paling tinggi

adalah genjoran (Leucas aspera) yaitu 31,55% dan nilai frekuensi relatif yang

paling rendah pada jarak merah (Jatropha curcas) yaitu 5,26%. Nilai densitas

relatif tertinggi pada genjoran (Leucas aspera) yaitu 65,88% dan nilai densitas

relatif yang terendah pada jarak merah (Jatropha curcas) yaitu 2,27%. Nilai

dominansi relatif tertinggi adalah genjoran (Leucas aspera) yaitu 86,20% dan

yang paling rendah adalah putri malu (Mimosa pudica) yaitu 0,17%.

Indeks nilai penting tertinggi terdapat pada genjoran (Leucas aspera) yaitu

183,8% dan yang paling rendah adalah lilia (Lilium sp.) yaitu 6,49%. Hal tersebut

menunjukkan bahwa komunitas vegetasi genjoran (Leucas aspera) di kawasan

kampus Udayana Bukit Jimbaran lebih mantap, lebih padat dan merata yang

menggambarkan komunitas tersebut lebih stabil jika dibanding dengan vegetasi

jenis semak yang lainnya. Genjoran (Leucas aspera) menjadi tanaman pionir,

karena dari hasil perhitungan, tanaman ini memiliki nilai penting tertinggi pada

daerah terbuka. Tanaman ini dikatakan sebagai tanaman perintis atau pionir

karena tanaman ini sudah adaptif terhadap kondisi lingkungan dan secara ekologis

keberadaannya telah mantap (mencapai klimaks) (Ewuise, J.Y., 1990).

Nilai indeks diversitas pada semak di daerah terbuka yang paling tinggi

adalah kepok-kepokan (Phisalis angulata) yaitu 0,119 dan indeks diversitas yang

paling rendah terdapat pada lilia (Lilium sp.) yaitu 0017. Hal ini menunjukkan

bahwa tingkat keanekaragaman jenis kepok-kepokan lebih tinggi daripada

keanekaragaman jenis semak lainnya. Tingginya nilai indeks diversitas gereng-

gereng menunjukkan jumlah jenisnya beraneka ragam maka komunitas yang ada

cenderung menjadi lebih stabil (Sundra, 2006).

Pola penyebaran seluruh jenis semak pada daerah terbuka yaitu 1,81

sehingga V/M<1 yang berarti semak pada daerah terbuka memiliki pola

penyebaran vegetasi yang bersifat seragam (Sundra, 2006). Pola penyebaran

vegetasi secara seragam umumnya terjadi apabila terdapat persaingan yang kuat

antara individu–individu dalam populasi tersebut, misalnya persaingan untuk

20

Page 21: ekologi tumbuhan.docx

mendapatkan nutrisi dan ruang (Syafei, 1990). Pada stasiun pengamatan semak

terbuka di daerah Bukit Jimbaran, kondisi tanah pada daerah tersebut kering dan

didominasi oleh tanah kapur, dimana jenis tanah ini memiliki sifat basa yang

tinggi dan sedikit unsur hara.

Untuk daerah ternaung ditemukan vegetasi semak sebanyak 7 jenis, antara

lain: lilia (Lilium sp.), ket-ket (Mimosa gigantea), galing-galing (Stephania

hernandifolia), kem (Fleucortia rucam), krinyu (Calophylum inulifolium), kerasi

(Lantana camara), dan bunga celeng (Clitoria ternatai).

Hasil analisis berdasarkan parameter-parameter yang telah ditentukan

diperoleh bahwa diperoleh bahwa nilai frekuensi pada semak di daerah ternaung

yang paling tinggi adalah kem (Fleucortia rucam) dan krinyu (Calophylum

inulifolium) yaitu 0,67 dan yang terendah pada lilia (Llilium sp.), kerasi (Lantana

camara), dan bunga celeng (Clitoria ternatai) yaitu 0,17. Hasil ini menunjukkan

bahwa kem (Fleucortia rucam) dan krinyu (Calophylum inulifolium) memiliki

pola penyebaran (distribusi) dan kerapatannya, serta kelimpahannya paling tinggi

dibanding semak lainnya. Hal ini disebabkan vegetasi tersebut mampu beradaptasi

dengan kondisi lingkungan yang ekstrim (Ewuise, J.Y., 1990).

Nilai densitas pada semak di daerah ternaung tertinggi terdapat pada ket-

ket (Mimosa gigantea) yaitu 0,20 sedangkan yang terendah terdapat pada lilia

(Llilium sp.), kerasi (Lantana camara), dan bunga celeng (Clitoria ternatai) yaitu

0,01. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kerapatan atau kepadatan ket-ket lebih

tinggi pada daerah tersebut dibanding semak lainnya.

Semak yang paling mendominansi pada daerah ternaung adalah ket-ket

(Mimosa gigantea) yaitu 2.827,95 dan yang terendah pada lilia (Llilum sp.) yaitu

0,03. Hal tersebut menunjukkan bahwa ket-ket (Mimosa gigantea) merupakan

jenis tanaman yang dapat mengendalikan faktor-faktor lingkungan yang ada pada

daerah tersebut sehingga mampu tumbuh dengan baik dibandingkan semak yang

lainnya.

Frekuensi relatif pada semak di daerah ternaung yang paling tinggi adalah

kem (Fleucortia rucam) dan krinyu (Calophylum inulifolium) yaitu 23,53% dan

nilai frekuensi relatif yang paling rendah pada lilia (Llilium sp.), kerasi (Lantana

21

Page 22: ekologi tumbuhan.docx

camara), dan bunga celeng (Clitoria ternatai) yaitu 5,88%. Nilai densitas relatif

tertinggi terdapat ket-ket (Mimosa gigantea) yaitu 35,29% dan nilai densitas

relatif yang terendah terdapat pada lilia (Llilium sp.), kerasi (Lantana camara),

dan bunga celeng (Clitoria ternatai) yaitu 1,18%. Nilai dominansi relatif pada

semak di daerah ternaung yang tertinggi adalah ket-ket (Mimosa gigantea) yaitu

85,580% dan yang paling rendah adalah lilia (Llium sp.) yaitu 0,001%.

Indeks nilai penting pada semak di daerah ternaung tertinggi terdapat pada

ket-ket (Mimosa gigantea) yaitu 137,52% dan yang paling rendah adalah lilia

(Lilium sp.) dan kerasi yaitu (Lantana camara) 7,06%. Hal tersebut menunjukkan

bahwa komunitas vegetasi ket-ket di kawasan kampus Udayana bukit jimbaran

lebih mantap, lebih padat dan merata yang menggambarkan komunitas lebih stabil

jika dibanding dengan jenis semak yang lainnya. Ket-ket dikatakan sebagai

tanaman perintis atau pionir karena tanaman ini sudah adaptif terhadap kondisi

lingkungan dan secara ekologis keberadaannya telah mantap (mencapai klimaks).

Nilai indeks diversitas pada semak di daerah ternaung yang paling tinggi

pada gereng-gereng (Indigofera sumatrana) yaitu 0,160 dan indeks diversitas

yang paling rendah terdapat pada lilia (Llilium sp.), kerasi (Lantana camara), dan

bunga celeng (Clitoria ternatai) yaitu 0,023. Indeks diversitas pada suatu kawasan

menunjukkan tingkat keragaman suatu jenis dalam suatu komunitas. Komunitas

yang memiliki jenis yang banyak cenderung menjadi lebih stabil jika

dibandingkan dengan komunitas yang memiliki jenis sedikit. Semakin tinggi nilai

indeks diversitas suatu kawasan maka jumlah jenis pada daerah tersebut akan

semakin beraneka ragam. Demikian sebaliknya, apabila indeks diversitas suatu

vegetasi semakin rendah maka jumlah jenis sedikit, sehingga jenis–jenis yang

tumbah menjadi lebih seragam (Sundra, 2006).

Pola penyebaran seluruh jenis semak pada daerah ternaung yaitu 1,05

sehingga V/M>1. Hal ini menunjukkan bahwa vegetasi semak di daerah ternaung

memiliki pola penyebaran yang bersifat mengelompok. Pengelompokan ini

disebabkan oleh berbagai hal diantaranya respon dari organisme terhadap

perbedaan habitat secara lokal serta respon dari organisme terhadap perubahan

cuaca musimam akibat dari cara atau proses regenerasi (Syafei, 1990).

22

Page 23: ekologi tumbuhan.docx

Indeks similaritas atau indeks keragaman pada daerah semak terbuka dan

ternaung sebesar 0,4%. Semakin rendah nilai IS maka tingkat kesamaan jenis dari

kedua area tersebut semakin rendah. Rendahnya indeks similaritas pada kedua

stasiun pengamatan ini dapat disebabkan karena kedua habitat tersebut memiliki

faktor lingkungan yang jauh berbeda baik faktor tanah, air, intensitas cahaya yang

masuk, perbedaan nutrisi dan lain–lain, sehingga jenis–jenis yang tumbuh pada

kedua stasiun tersebut sangat berbeda (Sundra, 2006).

Tumbuhan yang dapat bertahan baik di semak terbuka ataupun tertutup

disebabkan karena semak jenis-jenis tertentu mampu beradaptasi terhadap

lingkungan yang ekstrim dan kurang menguntungkan seperti di daerah bukit yang

bersuhu panas dan sumber air yang sedikit (Anonim, 2008a).

23

Page 24: ekologi tumbuhan.docx

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan di atas, maka dapat

diambil beberapa simpulan antara lain:

1. Vegetasi semak di daerah terbuka ditemukan 8 spesies, yaitu jarak merah

(Jatropha curcas), putri malu (Mimosa pudica), genjoran (Leucas aspera),

kem (Fleucortia rucam), kepok-kepokan (Phisalis angulata), gereng-

gereng (Crotalara striata), krinyu (Calophylum inulifolium), dan lilia

(Liliup sp.). Sedangkan di daerah ternaung ditemukan 7 jenis, yaitu lilia

(Lilium sp.), ket-ket (Mimosa gigantea), galing-galing (Stephania

hernandifolia), kem (Fleucortia rucam), krinyu (Calophylum inulifolium),

kerasi (Lantana camara), dan bunga celeng (Clitoria ternatai).

2. Vegetasi semak di daerah terbuka nilai frekuensi tertinggi pada genjoran,

dan terendah pada jarak merah dan lilia. Nilai densitas tertinggi pada

genjoran sedangkan terendah pada putri malu dan lilia. Semak yang paling

mendominansi adalah genjoran. Nilai frekuensi relatif yang paling tinggi

adalah genjoran dan yang paling rendah pada jarak merah. Nilai densitas

relatif tertinggi pada genjoran dan yang terendah pada jarak merah. Nilai

dominansi relatif tertinggi adalah genjoran dan yang paling rendah adalah

putri malu. Indeks nilai penting tertinggi terdapat pada genjoran dan yang

paling rendah adalah lilia. Nilai indeks yang paling tinggi adalah kepok-

kepokan dan yang paling rendah terdapat pada lilia. Pola penyebaran

seluruh jenis semak pada daerah terbuka yaitu 0,24 (V/M<1).

3. Vegetasi semak di daerah tertutup nilai frekuensi tertinggi pada kem dan

krinyu, sedangkan yang terendah pada lilia, kerasi, dan bunga celeng. Nilai

densitas tertinggi pada ket-ket sedangkan terendah pada lilia, kerasi, dan

bunga celeng. Semak yang paling mendominansi adalah ket-ket. Nilai

frekuensi relatif yang paling tinggi adalah kem dan krinyu sedangkan yang

paling rendah pada lilia, kerasi, dan bunga celeng. Nilai densitas relatif

tertinggi pada ket-ket dan yang terendah pada lilia, kerasi, dan bunga

24

Page 25: ekologi tumbuhan.docx

celeng. Nilai dominansi relatif tertinggi adalah ket-ket dan yang paling

rendah adalah lilia. Indeks nilai penting tertinggi terdapat pada ket-ket dan

yang paling rendah adalah lilia dan kerasi. Nilai indeks diversitas yang

paling tinggi adalah gereng-gereng dan yang paling rendah terdapat pada

lilia, kerasi, dan bunga celeng. Pola penyebaran seluruh jenis semak pada

daerah terbuka yaitu 1,05 (V/M>1). Indeks similaritas di daerah terbuka

dan ternaung yaitu 0,4%.

4.2 Saran

Pada laporan analisa vegetasi semak ini perlu dilakukan analisa apakah

luasan plot yang digunakan dapat mewakili keseluruhan vegetasi yang ada.

25