ekologi tumbuhan.docx
TRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Vegetasi dibentuk oleh individu tumbuhan yang beraneka ragam dan
memiliki variasi pada setiap kondisi tertentu serta tempat tertentu. Setiap tipe
vegetasi dicirikan oleh setiap penampangan luar tumbuhan dominannya. Hal ini
dikarenakan faktor lingkungan yang berbeda serta kemampuan adaptasinya.
Daerah Bukit Jimbaran merupakan daerah dengan suhu yang tinggi dan struktur
geologi tanah yang berkapur dan bersifat basa. Tumbuh-tumbuhan yang mampu
beradaptasi pada daerah bertanah kapur seperti bukit Jimbaran sangat beragam
mulai dari herba, semak hingga pohon (Anonim, 2009a).
Semak adalah tumbuhan berkayu yang dibedakan dengan pohon karena
memiliki cabang yang banyak dan tinggi yang lebih rendah dari pohon yaitu
0,1m-3m. Tanaman golongan semak dicirikan dengan batang yang berukuran
sama dan sederajat. Semak dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu semak tinggi,
semak sedang, dan semak rendah. Semak tinggi adalah jenis tanaman yang
ketinggiannya mencapai 2m - 4,5m. Contohnya kamboja, kastuba, kenanga.
Semak sedang adalah jenis tanaman yang ketinggiannya antara 1m - 2m.
Contohnya melati, mawar, dan kemuning. Semak rendah kategori ini khusus
untuk kelompok tanaman dengan ketinggian antara 30cm - 1m. Contohnya antara
lain soka, kenikir, tapak dara, aglonema, dan kuping gajah (Anonim, 2011a).
Untuk mengetahui penyebaran vegetasi semak dan vegetasi herba pada
daerah terbuka dan daerah naungan (canopy) maka perlu dilakukan analisis
vegetasi. Analisis vegetasi adalah suatu kumpulan tumbuh-tumbuhan yang terdiri
dari beberapa jenis (biasanya) berinteraksi satu dengan yang lainnya. Analisa
vegetasi merupakan cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk
(struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan (Anonim, 2009a). Analisis
vegetasi yang perlu dilakukan adalah analisis vegetasi semak dengan menerapkan
parameter-parameter vegetasi antara lain, frekuensi (kekerapan), densitas
(kerapatan), dominansi, frekuensi relatif, densitas relatif, dominansi relatif, nilai
penting, indeks diversitas, indeks similaritas dan pola penyebaran jenis. Analisis
1
vegetasi semak dan herba ini menggunakan metode kuadrat secara acak atau
random. Jenis kuadrat yang digunakan adalah list kuadrat, yaitu dengan
menghitung semua spesies yang ada dalam plot/kuadrat. Dimana digunakan 6
plot, dengan masing-masing plot berukuran 5 m x 5 m dan 1 m x 1 m dengan
mengamati jenis tanaman, jumlah jenis, jumlah individu, dalam plot dan luas
penutup (crown cover).
Untuk menghitung vegetasi di dalam plot, digunakan ketentuan bahwa
individu-individu yang ada dalam batas plot akan dihitung satu individu jika lebih
dari setengah bagian dari tanaman tersebut berada di dalam plot dan tumbuhan
yang membentuk kelompok atau rumpun, maka satu kelompok atau satu rumpun
akan dihitung sebagai satu individu (Sundra, 2006).
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui penyebaran vegetasi semak dan herba pada daerah
terbuka dan daerah naungan (canopy), dengan menerapkan parameter-parameter
vegetasi antara lain : Frekuensi (kekerapan), Densitas (kerapatan), Dominasi,
Frekuensi Relatif, Densitas Relatif, Dominansi Relatif, Nilai Penting (Importance
value), Indeks Diversitas, Indeks Similaritas dan Pola Penyebaran Jenis.
1.3 Manfaat
Berdasarkan hasil praktikum dan studi pustaka dapat diinformasikan
tentang penyebaran vegetasi semak pada daerah terbuka dan daerah naungan
(canopy), serta jenis-jenis semak yang tumbuh pada daerah Bukit, Jimbaran
dengan menerapkan parameter-parameter vegetasi antara lain: Frekuensi
(kekerapan), Densitas (kerapatan), Dominansi, Frekuensi Relatif, Densitas Relatif,
Dominansi Relatif, Nilai Penting (Importance Value), Indeks Diversitas, Indeks
Similaritas dan Pola Penyebaran Jenis.
2
II. MATERI DAN METODE PRAKTIKUM
2.1 Lokasi Praktikum
Lokasi praktikum analisis vegetasi semak dan vegetasi herba yaitu di
kawasan Kampus Universitas Udayana Bukit Jimbaran pada dua stasiun yaitu
stasiun terbuka dan stasiun ternaung (canopy).
2.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah meteran, tali rafia, hard
board, kertas lotore yang sudah ditentukan absis (X) dan ordinat (Y), patok besi,
sasak (alat pengepres tumbuhan) dan alat-alat tulis.
Bahan yang dipergunakan dalam praktikum ini adalah jenis-jenis semak
yang terdapat di Bukit Jimbaran.
2.3 Cara Kerja
Pertama-tama ditentukan areal/stasiun penelitian, kemudian stasiun dibagi
menjadi dua lokasi yaitu daerah terbuka dan daerah ternaung (canopy). Untuk
analisis vegetasi semak digunakan metode kuadrat (Quadrat Sampling Technique)
yang dilakukan secara acak/random. Sistem pengacakan plot dilakukan dengan
cara lotre yaitu menggunakan kertas digulung yang sudah ditentukan jarak
kedepan (X) dan jarak ke samping (Y). Pada masing-masing lokasi baik lokasi
terbuka maupun lokasi ternaung dibuat masing – masing 6 plot, dengan ukuran
plot semak = 5m x 5m.
Selanjutnya masing-masing plot dihitung dan dicatat jumlah jenis, jumlah
individu, luas penutup (crown cover) dengan rumus : CC = (D1+D2
4 )2
π
Keterangan :
CC = Crown cover ( luas tajuk)
D1 = Diameter 1 ( Panjang penutup)
D2 = Diameter 2 (lebar penutup)
3
Setiap individu atau jenis yang belum diketahui namanya, dijadikan
herbarium untuk dideterminasi dengan menggunakan literatur atau atlas yang ada.
2.4 Analisis Hasil
Data-data yang diperoleh kemudian dianalisis dan ditentukan parameter-
parameter vegetasinya sebagai berikut :
a. Frekuensi = Jumlah kuadrat dari jenis yang ditemukan
Jumlah plot yang diambil
b. Densitas = Jumlah individu suatu jenis
Total area kuadrat
c. Dominansi = Luas penutupan (cover) suatu jenis
Total area kuadrat (luas daerah cuplikan)
d. Frekuensi Relatif = Frekuensi suatu jenis x 100%
Total frekuensi seluruh jenis
e. Densitas Relatif = Densitas suatu jenis x 100%
Total densitas seluruh jenis
f. Dominansi Relatif = Dominansi suatu jenis x 100%
Total dominansi seluruh jenis
g. Nilai Penting = Frekuensi Relatif + Densitas Relatif + Dominansi Relatif
h. Indeks Diversitas dapat ditentukan dengan rumus :
H =−∑ ( n1
N ) Log ( n1
N ) Keterangan :
H = Indeks Diversitas ( indeks keanekaragaman jenis)
n1 = Nilai penting dari suatu jenis
N = Nilai penting dari seluruh jenis
i. Indeks Similaritas (I S)
Indeks Similaritas dapat ditentukan dengan rumus :
2W
IS = X 100%
A + B
4
Keterangan
I S : Indeks Similaritas = Indeks kesamaan jenis dari dua area/stasiun yang
berbeda
W : Jumlah jenis terkecil yang sama dari dua area yang berbeda
A : Jumlah jenis pada stasiun A
B : Jumlah jenis pada stasiun B
j. Pola Penyebaran Individu
Pola Penyebaran Individu suatu jenis dinyatakan dengan rumus :
Pola Penyebaran Jenis = √∑ X 2−
(∑ X )2
NN−1X
Keterangan :
X = Jumlah individu dari masing-masing jenis
N = Jumlah jenis
X = Jumlah rata-rata dari jenis yang diketemukan
5
III. HASILDAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Tabel 3.1 Hasil Analisis Vegetasi Semak di Daerah Terbuka
Lokasi : Bukit Jimbaran Ukuran plot : 5m x 5m Tanggal : 15 November 2012
Stasiun : Terbuka Jumlah plot : 6
No Nama jenis Jumlah
terdapat
Jumlah individ
u
Luas penutup/cover
(cm2)
Frekuensi
Densitas
(ind/m2)
Dominansi
Frekuensi relatif
(%)
Densitas
relatif (%)
Dominansi relatif
(%)INP
Indeks Diversit
asDaerah Ilmiah
1 Jarak Merah
Jatropha curcas
1 3 31.872,77 0,17 0,02 2,12 5,26 2,27 0,29 7,82% 0,040
2Putri Malu
Mimosa Pudica
2 2 18.738,15 0,33 0,01 1,25 10,52 1,51 0,1712,20
% 0,029
3Genjoran
Leucas aspera
6 87 9.512128,39 1 0,58 634,14 31,55 65,88 86,20183,83% 0,105
4Kem
Fleucortia lucam
2 6 978.559,22 0,33 0,04 65,24 10,52 4,54 8,8723,93
% 0,064
5 Kepok-kepokan
Phisalis angulata
2 17 206.587,67 0,33 0,11 13,77 10,52 12,87 1,8725,26
% 0,119
6 Gereng-gereng
Crotalara striata
2 5 22.287,92 0,33 0,03 1,49 10,52 3,79 0,2014,50
% 0,057
7Krinyu
Calophylum inulipholium
3 11 228.482,30 0,5 0,07 15,23 15,77 8,33 2,07 26,1% 0,094
8 Lilia Lilium sp. 1 1 36.286,63 0,17 0,01 2,42 5,36 0,80 0,33 6,49% 0,017∑ 122 3,17 0,88 735,66 100% 100% 100% 300% 0,525
6
Tabel 3.2. Hasil Analisis Vegetasi Semak di Daerah Ternaung (Canopy)
Lokasi : Bukit Jimbaran Ukuran plot : 5m x 5m Tanggal : 15 November 2012
Stasiun : Ternaung Jumlah plot : 6
No
Nama jenis Jumlah
terdapat
Jumlah
individu
Luas penutup/cover
(cm2)
Frekuensi
Densitas
Dominansi
Frekuensi relatif
(%)
Densitas relatif
(%)
Dominansi relatif
(%)INP
Indeks Diversit
asDaerah Ilmiah
1 Lilia Lilium sp. 1 1 397,41 0,17 0,01 0,03 5,88 1,18 0,001 7,06% 0,0232 Ket –ket Mimosa
gigantia3 30
42.419202,79 0,5 0,20 2.827,95 17,65 35,29 85,580137,52
%0,160
3 Galing –galling
Stephania hernandifolia
3 1040.628,66 0,5 0,07 2,71 17,65 11,76 0,0081
29,49%
0,109
4 Kem Fleucortia lucam
4 297.145296,87 0,67 0,19 476,35 23,53 34,12 14,247
71,90%
0,159
5 Krinyu Calophylum unulipholum
4 13535.586,66 0,67 0,09 35,71 23,53 15,29 1,068
39,89%
0,125
6 Kerasi Lantana camara
1 12.163,66 0,17 0,01 0,14 5,88 1,18 0,004 7,06% 0,023
7 Bunga Celeng
Clitoria ternatai
1 19.241,22 0,17 0,01 0,62 5,88 1,18 0,018 7,08% 0,023
∑ 85 2,83 0,57 3.343,50 100% 100% 100% 300% 0,622
Perhitungan terlampir
7
Grafik 3.1 Jumlah Terdapat Jenis Semak di Daerah Terbuka Bukit
Jimbaran
Jara
k Mer
ah
Putri M
alu
Genjo
ran
Kem
Kepok-k
epokan
Geren
g-ger
eng
Krinyu
Lilia
0
1
2
3
4
5
6
7
1
2
6
2 2 2
3
1
Jumlah Terdapat
Jumlah Terdapat
Grafik 3.2 Jumlah Individu Jenis Semak di Daerah Terbuka Bukit
Jimbaran
Jara
k Mer
ah
Putri M
alu
Genjo
ran
Kem
Kepok-k
epokan
Geren
g-ger
eng
Krinyu
Lilia
0
20
40
60
80
100
3 2
87
617
511
1
Jumlah Individu
Jumlah Individu
8
Grafik 3.3 Luas Penutup / Cover (cm2) Masing–masing Jenis Semak
di Daerah Terbuka Bukit Jimbaran
Jarak
Mera
h
Putri M
alu
Genjoran Kem
Kepok-k
epoka
n
Gereng-g
ereng
Krinyu Lili
a0
100000020000003000000400000050000006000000700000080000009000000
10000000
31872.77 18738.15
9512128.39
978559.22206587.67 22857.92 228482.3 36286.63
Luas Penutup/Cover (Cm2)
Luas Penutup/Cover (Cm2)
Grafik 3.4 Frekuensi Masing–masing Jenis Semak di Daerah Terbuka
Bukit Jimbaran
Jara
k Mer
ah
Putri M
alu
Genjo
ran
Kem
Kepok-k
epokan
Geren
g-ger
eng
Krinyu
Lilia
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
0.17
0.33
1
0.330000000000001
0.330000000000001
0.330000000000001
0.5
0.17
Frekuensi
Frekuensi
9
Grafik 3.5 Densitas Masing–masing Jenis Semak di Daerah Terbuka
Bukit Jimbaran
Jara
k Mer
ah
Putri M
alu
Genjo
ran
Kem
Kepok-k
epokan
Geren
g-ger
eng
Krinyu
Lilia
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.02 0.01
0.58
0.040.11
0.030.07
0.01
Densitas (ind/m2)
Densitas (ind/m2)
Grafik 3.6 Dominansi Masing–masing Jenis Semak di Daerah
Terbuka Bukit Jimbaran
Jara
k Mer
ah
Putri M
alu
Genjo
ran
Kem
Kepok-k
epokan
Geren
g-ger
eng
Krinyu
Lilia
0
100
200
300
400
500
600
700
2.12 1.25
634.14
65.2413.77 1.49 15.23 2.42
Dominansi
Dominansi
10
Grafik 3.7 Frekuensi Relatif (%) Masing–masing Jenis Semak di
Daerah Terbuka Bukit Jimbaran
Jara
k Mer
ah
Putri M
alu
Genjo
ran
Kem
Kepok-k
epokan
Geren
g-ger
eng
Krinyu
Lilia
0
5
10
15
20
25
30
35
5.26
10.52
31.55
10.52 10.52 10.52
15.77
5.36
Frekuensi Relatif (%)
Frekuensi Relatif (%)
Grafik 3.8 Densitas Relatif (%) Masing –Masing Jenis Semak di
Daerah Terbuka Bukit Jimbaran
Jara
k Mer
ah
Putri M
alu
Genjo
ran
Kem
Kepok-k
epokan
Geren
g-ger
eng
Krinyu
Lilia
0
10
20
30
40
50
60
70
2.27 1.51
65.88
4.5412.87
3.798.33
0.8
Densitas Relatif (%)
Densitas Relatif (%)
11
Grafik 3.9 Dominansi Relatif (%) Masing–masing Jenis Semak di
Daerah Terbuka Bukit Jimbaran
Jara
k Mer
ah
Putri M
alu
Genjo
ran
Kem
Kepok-k
epokan
Geren
g-ger
eng
Krinyu
Lilia
0
20
40
60
80
100
0.29 0.17
86.2
8.871.87 0.2 2.07
0.330000000000001
Dominansi Relatif (%)
Dominansi Relatif (%)
Grafik 3.10 Indeks Nilai Penting (INP) Masing–masing Jenis Semak
di Daerah Terbuka Bukit Jimbaran
Jara
k Mer
ah
Putri M
alu
Genjo
ran
Kem
Kepok-k
epokan
Geren
g-ger
eng
Krinyu
Lilia
0.00%
40.00%
80.00%
120.00%
160.00%
200.00%
7.82% 12.20%
183.83%
23.93% 25.26%14.50%
26.10%6.49%
Indeks Nilai Penting
INP
12
Grafik 3.10 Indeks Diversitas Masing–masing Jenis Semak di Daerah
Terbuka Bukit Jimbaran
Jara
k Mer
ah
Putri M
alu
Genjo
ran
Kem
Kepok-k
epokan
Geren
g-ger
eng
Krinyu
Lilia
0
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
0.14
0.040.029
0.105
0.0640000000000001
0.119
0.057
0.094
0.017
Indeks Diversitas
Indeks Diversitas
Grafik 3.11 Jumlah Terdapat Jenis Semak di Daerah Ternaung Bukit
Jimbaran
Lilia Ket –ket Galing –galling Kem Krinyu Kerasi Bunga Celeng0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
1
3 3
4 4
1 1
Jumlah Terdapat
Jumlah Terdapat
13
Grafik 3.12 Jumlah Individu Masing-masing Jenis Semak di Daerah
Ternaung Bukit Jimbaran
Lilia Ket –ket Galing –galling Kem Krinyu Kerasi Bunga Celeng0
5
10
15
20
25
30
35
1
30
10
29
13
1 1
Jumlah Individu
Jumlah Individu
Grafik 3.13 Luas Penutup / Cover (cm2) Masing–masing Jenis Semak
di Daerah Ternaung Bukit Jimbaran
Lilia
Ket –ket
Galing –
gallin
gKem
Krinyu
Keras
i
Bunga Cele
ng
05000000
1000000015000000200000002500000030000000350000004000000045000000
397.41
42419202.79
40628.66
7145296.87
535586.66 2163.669241.21999999999
Luas Penutup/Cover (Cm2)
Luas Penutup/Cover (Cm2)
14
Grafik 3.14 Frekuensi Masing–masing Jenis Semak di Daerah
Ternaung Bukit Jimbaran
Lilia Ket –ket Galing –galling Kem Krinyu Kerasi Bunga Celeng0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.17
0.33 0.5
0.670000000000001
0.670000000000001
0.17 0.17
Frekuensi
Frekuensi
Grafik 3.14 Densitas Masing–masing Jenis Semak di Daerah
Ternaung Bukit Jimbaran
Lilia Ket –ket Galing –galling Kem Krinyu Kerasi Bunga Celeng0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.01
0.01
0.07
0.19
0.09
0.01 0.01
Densitas (ind/m2)
Densitas (ind/m2)
15
Grafik 3.15 Dominansi Masing–masing Jenis Semak di Daerah
Ternaung Bukit Jimbaran
Lilia Ket –ketGaling –galling Kem Krinyu Kerasi Bunga Celeng0
500
1000
1500
2000
2500
3000
0.03
1.25
0
476.35
35.71 0.140.620000000000
001
Dominansi
Dominansi
Grafik 3.16 Frekuensi Relatif Masing–masing Jenis Semak di Daerah
Ternaung Bukit Jimbaran
Lilia Ket –ket Galing –galling Kem Krinyu Kerasi Bunga Celeng0
5
10
15
20
25
5.88
17.65 17.65
23.53 23.53
5.88 5.88
Frekuensi Relatif (%)
Frekuensi Relatif (%)
16
Grafik 3.17 Densitas Relatif Masing–masing Jenis Semak di Daerah
Ternaung Bukit Jimbaran
Lilia Ket –ket Galing –galling Kem Krinyu Kerasi Bunga Celeng0
5
10
15
20
25
30
35
40
1.18
35.29
11.76
34.12
15.29
1.18 1.18
Densitas Relatif (%)
Densitas Relatif (%)
Grafik 3.18 Dominansi Relatif Masing–masing Jenis Semak Di
Daerah Ternaung Bukit Jimbaran
Lilia Ket –ket Galing –galling Kem Krinyu Kerasi Bunga Celeng0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
0.00
85.58
0.01
14.25
1.07 0.00 0.02
Dominansi Relatif (%)
Dominansi Relatif (%)
17
Grafik 3.19 Indeks Nilai Penting Masing–masing Jenis Semak di
Daerah Ternaung Bukit Jimbaran
Lilia
Ket –ket
Galing –
gallin
gKem
Krinyu
Keras
i
Bunga Cele
ng
0.00%20.00%40.00%60.00%80.00%
100.00%120.00%140.00%160.00%
7.06%
137.52%
29.49%
71.90%
39.89%
7.06% 7.08%
Indeks Nilai Penting
INP
Grafik 3.20 Indeks Diversitas Masing–masing Jenis Semak di Daerah
Ternaung Bukit Jimbaran
Lilia Ket –ketGaling –galling Kem Krinyu Kerasi Bunga Celeng0
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
0.14
0.16
0.18
0.023
0.16
0.109
0.159
0.125
0.023 0.023
Indeks Diversitas
Indeks Diversitas
18
3.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan tentang analisis vegetasi semak di daerah terbuka
dan ternaung di kawasan Kampus Universitas Udayana Bukit Jimbaran,
didapatkan 8 spesies semak untuk daerah terbuka yaitu jarak merah (Jatropha
curcas), putri malu (Mimosa pudica), genjoran (Leucas aspera), kem (Fleucortia
rucam), kepok-kepokan (Phisalis angulata), gereng-gereng (Crotalara striata),
krinyu (Calophylum inulifolium), dan lilia (Lilium sp.).
Berdasarkan hasil analisis terhadap parameter-parameter yang telah
ditentukan, diperoleh bahwa nilai frekuensi semak di daerah terbuka yang paling
tinggi adalah genjoran (Leucas aspera) yaitu 1 dan frekuensi terendah pada jarak
merah (Jatropha curcas) dan lilia (Lilum sp.) yaitu 0,17. Hasil ini menunjukkan
bahwa genjoran (Leucas aspera) memiliki pola penyebaran (distribusi) dan
kerapatannya, serta kelimpahannya paling tinggi dibanding semak lainnya.
Nilai densitas tertinggi pada semak di daerah terbuka terdapat pada
genjoran (Leucas aspera) yaitu 0,58 sedangkan yang terendah terdapat pada putri
malu (Mimosa pudica) dan lilia (Lilium sp.) memiliki densitas yang sama yaitu
0,01. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kerapatan atau kepadatan genjoran
paling tinggi pada daerah tersebut dibandingkan semak lainnya. Kerapatan
(densitas) suatu spesies menunjukkan jumlah individu spesies dengan satuan luas
tertentu, maka nilai kerapatan merupakan gambaran mengenai jumlah spesies
tersebut pada lokasi pengamatan. Nilai kerapatan belum dapat memberikan
gambaran tentang bagaimana distribusi dan pola penyebarannya. Gambaran
mengenai distribusi individu pada suatu jenis tertentu dapat dilihat dari nilai
frekuensinya sedangkan pola penyebaran dapat ditentukan dengan
membandingkan nilai tengah spesies tertentu dengan varian populasi secara
keseluruhan (Arrijani, 2006).
Semak yang paling mendominansi pada daerah terbuka adalah genjoran
(Leucas aspera) yaitu 634,14 dan yang terendah pada putri malu (Mimosa pudica)
yaitu 1,25. Hal ini menunjukkan bahwa genjoran (Leucas aspera) merupakan
jenis tanaman yang dapat mengendalikan faktor-faktor lingkungan yang ada pada
19
daerah tersebut sehingga mampu tumbuh dengan baik dibandingkan semak yang
lainnya.
Frekuensi relatif vegetasi semak di daerah terbuka yang paling tinggi
adalah genjoran (Leucas aspera) yaitu 31,55% dan nilai frekuensi relatif yang
paling rendah pada jarak merah (Jatropha curcas) yaitu 5,26%. Nilai densitas
relatif tertinggi pada genjoran (Leucas aspera) yaitu 65,88% dan nilai densitas
relatif yang terendah pada jarak merah (Jatropha curcas) yaitu 2,27%. Nilai
dominansi relatif tertinggi adalah genjoran (Leucas aspera) yaitu 86,20% dan
yang paling rendah adalah putri malu (Mimosa pudica) yaitu 0,17%.
Indeks nilai penting tertinggi terdapat pada genjoran (Leucas aspera) yaitu
183,8% dan yang paling rendah adalah lilia (Lilium sp.) yaitu 6,49%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa komunitas vegetasi genjoran (Leucas aspera) di kawasan
kampus Udayana Bukit Jimbaran lebih mantap, lebih padat dan merata yang
menggambarkan komunitas tersebut lebih stabil jika dibanding dengan vegetasi
jenis semak yang lainnya. Genjoran (Leucas aspera) menjadi tanaman pionir,
karena dari hasil perhitungan, tanaman ini memiliki nilai penting tertinggi pada
daerah terbuka. Tanaman ini dikatakan sebagai tanaman perintis atau pionir
karena tanaman ini sudah adaptif terhadap kondisi lingkungan dan secara ekologis
keberadaannya telah mantap (mencapai klimaks) (Ewuise, J.Y., 1990).
Nilai indeks diversitas pada semak di daerah terbuka yang paling tinggi
adalah kepok-kepokan (Phisalis angulata) yaitu 0,119 dan indeks diversitas yang
paling rendah terdapat pada lilia (Lilium sp.) yaitu 0017. Hal ini menunjukkan
bahwa tingkat keanekaragaman jenis kepok-kepokan lebih tinggi daripada
keanekaragaman jenis semak lainnya. Tingginya nilai indeks diversitas gereng-
gereng menunjukkan jumlah jenisnya beraneka ragam maka komunitas yang ada
cenderung menjadi lebih stabil (Sundra, 2006).
Pola penyebaran seluruh jenis semak pada daerah terbuka yaitu 1,81
sehingga V/M<1 yang berarti semak pada daerah terbuka memiliki pola
penyebaran vegetasi yang bersifat seragam (Sundra, 2006). Pola penyebaran
vegetasi secara seragam umumnya terjadi apabila terdapat persaingan yang kuat
antara individu–individu dalam populasi tersebut, misalnya persaingan untuk
20
mendapatkan nutrisi dan ruang (Syafei, 1990). Pada stasiun pengamatan semak
terbuka di daerah Bukit Jimbaran, kondisi tanah pada daerah tersebut kering dan
didominasi oleh tanah kapur, dimana jenis tanah ini memiliki sifat basa yang
tinggi dan sedikit unsur hara.
Untuk daerah ternaung ditemukan vegetasi semak sebanyak 7 jenis, antara
lain: lilia (Lilium sp.), ket-ket (Mimosa gigantea), galing-galing (Stephania
hernandifolia), kem (Fleucortia rucam), krinyu (Calophylum inulifolium), kerasi
(Lantana camara), dan bunga celeng (Clitoria ternatai).
Hasil analisis berdasarkan parameter-parameter yang telah ditentukan
diperoleh bahwa diperoleh bahwa nilai frekuensi pada semak di daerah ternaung
yang paling tinggi adalah kem (Fleucortia rucam) dan krinyu (Calophylum
inulifolium) yaitu 0,67 dan yang terendah pada lilia (Llilium sp.), kerasi (Lantana
camara), dan bunga celeng (Clitoria ternatai) yaitu 0,17. Hasil ini menunjukkan
bahwa kem (Fleucortia rucam) dan krinyu (Calophylum inulifolium) memiliki
pola penyebaran (distribusi) dan kerapatannya, serta kelimpahannya paling tinggi
dibanding semak lainnya. Hal ini disebabkan vegetasi tersebut mampu beradaptasi
dengan kondisi lingkungan yang ekstrim (Ewuise, J.Y., 1990).
Nilai densitas pada semak di daerah ternaung tertinggi terdapat pada ket-
ket (Mimosa gigantea) yaitu 0,20 sedangkan yang terendah terdapat pada lilia
(Llilium sp.), kerasi (Lantana camara), dan bunga celeng (Clitoria ternatai) yaitu
0,01. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kerapatan atau kepadatan ket-ket lebih
tinggi pada daerah tersebut dibanding semak lainnya.
Semak yang paling mendominansi pada daerah ternaung adalah ket-ket
(Mimosa gigantea) yaitu 2.827,95 dan yang terendah pada lilia (Llilum sp.) yaitu
0,03. Hal tersebut menunjukkan bahwa ket-ket (Mimosa gigantea) merupakan
jenis tanaman yang dapat mengendalikan faktor-faktor lingkungan yang ada pada
daerah tersebut sehingga mampu tumbuh dengan baik dibandingkan semak yang
lainnya.
Frekuensi relatif pada semak di daerah ternaung yang paling tinggi adalah
kem (Fleucortia rucam) dan krinyu (Calophylum inulifolium) yaitu 23,53% dan
nilai frekuensi relatif yang paling rendah pada lilia (Llilium sp.), kerasi (Lantana
21
camara), dan bunga celeng (Clitoria ternatai) yaitu 5,88%. Nilai densitas relatif
tertinggi terdapat ket-ket (Mimosa gigantea) yaitu 35,29% dan nilai densitas
relatif yang terendah terdapat pada lilia (Llilium sp.), kerasi (Lantana camara),
dan bunga celeng (Clitoria ternatai) yaitu 1,18%. Nilai dominansi relatif pada
semak di daerah ternaung yang tertinggi adalah ket-ket (Mimosa gigantea) yaitu
85,580% dan yang paling rendah adalah lilia (Llium sp.) yaitu 0,001%.
Indeks nilai penting pada semak di daerah ternaung tertinggi terdapat pada
ket-ket (Mimosa gigantea) yaitu 137,52% dan yang paling rendah adalah lilia
(Lilium sp.) dan kerasi yaitu (Lantana camara) 7,06%. Hal tersebut menunjukkan
bahwa komunitas vegetasi ket-ket di kawasan kampus Udayana bukit jimbaran
lebih mantap, lebih padat dan merata yang menggambarkan komunitas lebih stabil
jika dibanding dengan jenis semak yang lainnya. Ket-ket dikatakan sebagai
tanaman perintis atau pionir karena tanaman ini sudah adaptif terhadap kondisi
lingkungan dan secara ekologis keberadaannya telah mantap (mencapai klimaks).
Nilai indeks diversitas pada semak di daerah ternaung yang paling tinggi
pada gereng-gereng (Indigofera sumatrana) yaitu 0,160 dan indeks diversitas
yang paling rendah terdapat pada lilia (Llilium sp.), kerasi (Lantana camara), dan
bunga celeng (Clitoria ternatai) yaitu 0,023. Indeks diversitas pada suatu kawasan
menunjukkan tingkat keragaman suatu jenis dalam suatu komunitas. Komunitas
yang memiliki jenis yang banyak cenderung menjadi lebih stabil jika
dibandingkan dengan komunitas yang memiliki jenis sedikit. Semakin tinggi nilai
indeks diversitas suatu kawasan maka jumlah jenis pada daerah tersebut akan
semakin beraneka ragam. Demikian sebaliknya, apabila indeks diversitas suatu
vegetasi semakin rendah maka jumlah jenis sedikit, sehingga jenis–jenis yang
tumbah menjadi lebih seragam (Sundra, 2006).
Pola penyebaran seluruh jenis semak pada daerah ternaung yaitu 1,05
sehingga V/M>1. Hal ini menunjukkan bahwa vegetasi semak di daerah ternaung
memiliki pola penyebaran yang bersifat mengelompok. Pengelompokan ini
disebabkan oleh berbagai hal diantaranya respon dari organisme terhadap
perbedaan habitat secara lokal serta respon dari organisme terhadap perubahan
cuaca musimam akibat dari cara atau proses regenerasi (Syafei, 1990).
22
Indeks similaritas atau indeks keragaman pada daerah semak terbuka dan
ternaung sebesar 0,4%. Semakin rendah nilai IS maka tingkat kesamaan jenis dari
kedua area tersebut semakin rendah. Rendahnya indeks similaritas pada kedua
stasiun pengamatan ini dapat disebabkan karena kedua habitat tersebut memiliki
faktor lingkungan yang jauh berbeda baik faktor tanah, air, intensitas cahaya yang
masuk, perbedaan nutrisi dan lain–lain, sehingga jenis–jenis yang tumbuh pada
kedua stasiun tersebut sangat berbeda (Sundra, 2006).
Tumbuhan yang dapat bertahan baik di semak terbuka ataupun tertutup
disebabkan karena semak jenis-jenis tertentu mampu beradaptasi terhadap
lingkungan yang ekstrim dan kurang menguntungkan seperti di daerah bukit yang
bersuhu panas dan sumber air yang sedikit (Anonim, 2008a).
23
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan di atas, maka dapat
diambil beberapa simpulan antara lain:
1. Vegetasi semak di daerah terbuka ditemukan 8 spesies, yaitu jarak merah
(Jatropha curcas), putri malu (Mimosa pudica), genjoran (Leucas aspera),
kem (Fleucortia rucam), kepok-kepokan (Phisalis angulata), gereng-
gereng (Crotalara striata), krinyu (Calophylum inulifolium), dan lilia
(Liliup sp.). Sedangkan di daerah ternaung ditemukan 7 jenis, yaitu lilia
(Lilium sp.), ket-ket (Mimosa gigantea), galing-galing (Stephania
hernandifolia), kem (Fleucortia rucam), krinyu (Calophylum inulifolium),
kerasi (Lantana camara), dan bunga celeng (Clitoria ternatai).
2. Vegetasi semak di daerah terbuka nilai frekuensi tertinggi pada genjoran,
dan terendah pada jarak merah dan lilia. Nilai densitas tertinggi pada
genjoran sedangkan terendah pada putri malu dan lilia. Semak yang paling
mendominansi adalah genjoran. Nilai frekuensi relatif yang paling tinggi
adalah genjoran dan yang paling rendah pada jarak merah. Nilai densitas
relatif tertinggi pada genjoran dan yang terendah pada jarak merah. Nilai
dominansi relatif tertinggi adalah genjoran dan yang paling rendah adalah
putri malu. Indeks nilai penting tertinggi terdapat pada genjoran dan yang
paling rendah adalah lilia. Nilai indeks yang paling tinggi adalah kepok-
kepokan dan yang paling rendah terdapat pada lilia. Pola penyebaran
seluruh jenis semak pada daerah terbuka yaitu 0,24 (V/M<1).
3. Vegetasi semak di daerah tertutup nilai frekuensi tertinggi pada kem dan
krinyu, sedangkan yang terendah pada lilia, kerasi, dan bunga celeng. Nilai
densitas tertinggi pada ket-ket sedangkan terendah pada lilia, kerasi, dan
bunga celeng. Semak yang paling mendominansi adalah ket-ket. Nilai
frekuensi relatif yang paling tinggi adalah kem dan krinyu sedangkan yang
paling rendah pada lilia, kerasi, dan bunga celeng. Nilai densitas relatif
tertinggi pada ket-ket dan yang terendah pada lilia, kerasi, dan bunga
24
celeng. Nilai dominansi relatif tertinggi adalah ket-ket dan yang paling
rendah adalah lilia. Indeks nilai penting tertinggi terdapat pada ket-ket dan
yang paling rendah adalah lilia dan kerasi. Nilai indeks diversitas yang
paling tinggi adalah gereng-gereng dan yang paling rendah terdapat pada
lilia, kerasi, dan bunga celeng. Pola penyebaran seluruh jenis semak pada
daerah terbuka yaitu 1,05 (V/M>1). Indeks similaritas di daerah terbuka
dan ternaung yaitu 0,4%.
4.2 Saran
Pada laporan analisa vegetasi semak ini perlu dilakukan analisa apakah
luasan plot yang digunakan dapat mewakili keseluruhan vegetasi yang ada.
25