ekologi hewan.docx

15
1. Ekologi dan Konsep Ekologi Hewan Ekologi berasal dari bahasa Yunani; Oikos = rumah , Logos = ilmu. Beberapa ahli ekologi mendefinisikan Ekologi sebagai berikut: Odum (1963), Ekologi diartikan sebagai totalitas atau pola hubungan antara makhluk dengan lingkungannya. Kendeigh (1980), Ekologi sebagai kajian tentang hewan dan tumbuhan dalam hubungannya antara satu makhluk dengan makhluk hidup yang lain dan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Krebs (1972), Ekologi, merupakan ilmu yang mempelajari interaksi-interaksi yang menentukan sebaran/agihan (distribusi) dan kelimpahan organisme- organisme. Secara umum Ekologi sebagai salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari interaksi atau hubungan pengaruh mempengaruhi dan saling ketergantungan antara organisme dengan lingkungannya baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kehidupan makhluk hidup itu. Lingkungan tersebut artinya segala sesuatu yang ada di sekitar makhluk hidup yaitu lingkungan biotik maupun abiotik. Hal-hal yang dihadapi dalam ekologi sebagai suatu ilmu adalah organisme, kehadirannya dan tingkat kelimpahannya di suatu tempat serta faktor-faktor dan proses-proses penyebabnya. Dengan demikian, definisi-definisi tersebut jika dihubungkan dengan ekologi hewan dapat disimpulkan bahwa Ekologi Hewan adalah suatu cabang biologi yang khusus mempelajari interaksi-interaksi antara hewan dengan lingkungan biotic dan abiotik secara langsung maupun

Upload: rhapsody-andantio

Post on 24-Oct-2015

72 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Ekologi Hewan.docx

TRANSCRIPT

Page 1: Ekologi Hewan.docx

1. Ekologi dan Konsep Ekologi Hewan

Ekologi berasal dari bahasa Yunani; Oikos = rumah , Logos = ilmu. Beberapa ahli

ekologi mendefinisikan Ekologi sebagai berikut:

Odum (1963), Ekologi diartikan sebagai totalitas atau pola hubungan antara makhluk dengan

lingkungannya. Kendeigh (1980), Ekologi sebagai kajian tentang hewan dan tumbuhan dalam

hubungannya antara satu makhluk dengan makhluk hidup yang lain dan antara makhluk hidup

dengan lingkungannya. Krebs (1972), Ekologi, merupakan ilmu yang mempelajari interaksi-

interaksi yang menentukan sebaran/agihan (distribusi) dan kelimpahan organisme-organisme.

Secara umum Ekologi sebagai salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari interaksi atau

hubungan pengaruh mempengaruhi dan saling ketergantungan antara organisme dengan

lingkungannya baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kehidupan makhluk hidup

itu. Lingkungan tersebut artinya segala sesuatu yang ada di sekitar makhluk hidup yaitu

lingkungan biotik maupun abiotik.

Hal-hal yang dihadapi dalam ekologi sebagai suatu ilmu adalah organisme,

kehadirannya dan tingkat kelimpahannya di suatu tempat serta faktor-faktor dan proses-proses

penyebabnya. Dengan demikian, definisi-definisi tersebut jika dihubungkan dengan ekologi

hewan dapat disimpulkan bahwa Ekologi Hewan adalah suatu cabang biologi yang khusus

mempelajari interaksi-interaksi antara hewan dengan lingkungan biotic dan abiotik secara

langsung maupun tidak langsung meliputi sebaran (distribusi) maupun tingkat kelimpahan hewan

tersebut.

2. Sasaran dan Ruang Lingkup Ekologi Hewan

Sasaran utama ekologi hewan adalah pemahaman mengenai aspek-aspek dasar yang

melandasi kinerja hewan-hewan sebagai individu, populasi, komunitas dan ekosistem yang

ditempatinya, meliputi pengenalan pola proses interaksi serta faktor-faktor penting yang

menyebabkan keberhasilan maupun ketidakberhasilan organisme-organisme dan ekosistem-

ekosistem itu dalam mempertahankan keberadaannya. Berbagai faktor dan proses ini merupakan

informasi yang dapat dijadikan dasar dalam menyusun permodelan, peramalan dan penerapannya

bagi kepentingan manusia, seperti; habitat, distribusi dan kelimpahannya, makanannya, perilaku

(behavior) dan lain-lain.

Page 2: Ekologi Hewan.docx

Setelah mempelajari dan memahami hal-hal tersebut, maka pengetahuan ini dapat kita

manfaatkan untuk misalnya, memprediksi kelimpahannya dan menganalisis keadaannya serta

peranannya dalam ekosistem, menjaga kelestariannya serta kegiatan lainnya yang menyangkut

keberadaan hewan tersebut. Sebagai contoh, kita mempelajari salah satu jenis hewan mulai dari

habitatnya di alam, distribusi dan kelimpahannya, makanannya, prilakunya, dan lain-lain. Setelah

semua dipahami dengan pengamatan dan penelitian yang cermat dan teliti, maka pengetahuan itu

dapat kita manfaatkan misalnya dalam menjaga kelestariannya di alam dengan menjaga keutuhan

lingkungan, habitat alaminya,memprediksi kelimpahan populasinya kelak, menganalisis

perannya dalam ekosistem, membudidayakannya serta kegiatan lainnya dengan mengoptimalkan

kondisi lingkungannya menyerupai habitat aslinya.

Adapun ruang lingkup ekologi hewan dapat dibagi dalam 2 bagian, yaitu;

Synekologidan Autekologi. Synekologi adalah materi bahasan dalam kajian atau penelitiannya

ialah komunitas dengan berbagai interaksi antar populasi yang terjadi dalam komunitas tersebut.

Contohnya; mempelajari atau meneliti tentang distribusi dan kelimpahan jenis ikan tertentu di

daerah pasang surut. Autekologi adalah kajian atau penelitian tentang species, yaitu mengenai

aspek-aspek ekologi dari individu-individu atau populasi suatu species hewan. Contohnya adalah

meneliti atau mempelajari tentang seluk beluk kehidupan lalat buah (Drosophila sp.), mulai dari

habitat, makanan, fekunditas, reproduksi, perilaku, respond an lain-lain.

Menurut Ibkar-Kramadibrata (1992) dan Sucipta (1993), secara garis besar pokok

bahasan dalam ekologi hewan mencakup hal berikut ini :

a. Masalah distribusi dan kelimpahan populasi hewan secara local dan regional, mulai

tingkat relung ekologi, microhabitat dan habitat, komunitas sampai biogeografi atau

penyebaran hewan di muka bumi.

b. Masalah pengaturan fisiologis, respon serta adaptasi structural maupun perilaku terhadap

perubahan lingkungan.

c. Perilaku dan aktivitas hewan dalam habitatnya

d. Perubahan-perubahan secara berkala (harian, musiman, tahunan dsb) dari kehadiran,

aktivitas dan kelimpahan populasi hewan.

e. Dinamika pop[ulasi dan komunitas serta pola interaksi-interaksi hewan dalam populasi

dan komunitas.

Page 3: Ekologi Hewan.docx

f. Pemisahan-pemisahan relung ekologi, species dan ekologi evolusioner.

g. Masalah produktivitas sekunder dan ekoenergetika.

h. Ekologi sistem dan permodelan.

Dengan demikian ruang lingkup Ekologi Hewan meliputi obyek kajian individu/organisme,

populasi, komunitas sampai ekosistem tentang distribusi dan kelimpahan, adaptasi dan perilaku,

habitat dan relung, produktivitas sekunder, sistem dan permodelan ekologi.

3. Peranan Ekologi Bagi Manusia

Manusia adalah organisme heterotrof di bumi. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang

semakin maju menyebabkan manusia mengeksplorasi, mengolah dan memanfaatkan segala

sesuatu yang ada di lingkungannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga dengan

mudah mengubah kondisi lingkungannya sesuai keinginannya. Dengan keberhasilannya ini

dengan mudah menyebabkan laju peningkatan populasi manusia yang relative tinggi (2%)

pertahun.

Makin meningkatnya pemanfaatan sumberdaya yang diperlukan manusia telah

menyebabkan makin menciutnya luas lingkungan alami dan makin bertambahnya lingkungan

buatan. Akibat kegiatan manusia tersebut adalah pencemaran lingkungan oleh limbah buangan

industri, kelangkan dan kepunahan species berbagaim organisme, terjadinya perubahan pola

cuaca maupun iklim, semakin lebarnya lubang ozon, timbulnya berbagai jenis penyakit yang

berbahaya dan lain-lain. Manusia kini dihadapkan pada 2 tantangan, yaitu; 1) menjaga

kelestarian ketersediaan sumberdaya, 2) memelihara kondisi lingkungannya.

Menghadapi kedua tantangan tersebut, ekologi sangat berperan, misalnya penelitian-penelitian

yang menghasilkan pemahaman mengenai berbagai aspek ekologi dari suatu populasi, komunitas

ataupun ekosistem sehingga faktor-faktor penting dapat diketahui dengan tepat serta

menghasilkan peramalan yang lebih akkurat.

Hal ini dapat mendukung upaya-upaya yang akan dilakukan manusia, karena adanya

acuan yang lebih baik untuk mencegah terjadinya perubahan-perubahan maupun kerusakan yang

dapat merugikan kondisi lingkungan serta menjaga kesinambungan ketersediaan sumberdaya

agar lestari dan pemanfaatannya dapat berkelanjutan. Ekologi hewan bagi manusia cukup

penting artinya dalam memberi nilai-nilai terapan dalam kehidupan manusia. Manfaat tersebut

terutama menyangkut masalah-masalah pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, kesehatan,

serta pengolahan dan konservasi satwa liar. Kisaran toleransi dan faktor-faktor pembatas telah

Page 4: Ekologi Hewan.docx

banyak diterapkan dalam bidang-bidang tersebut. Konsep-konsep tersebut juga telah melandasi

penanganan berbagai masalah seperti pengendalian hama dan penyakit, penggunaan berbagai

species hewan tertentu sebagai indicator menunjukkan terjadinya perubahan kondisi lingkungan,

hubungan predator mangsa dan parasitoid – inang, vector penyebar penyakit, pengelolaan dan

upaya-upaya konservasi satwa liar yang bersifat insitu (pemeliharaan di habitat aslinya) maupun

exsitu ( pemeliharaan di lingkungan buatan yang menyerupai habitat aslinya) dan lain-lain.

Banyak masalah-masalah yang terpecahkan dengan mempelajari ekologi hewan yang senantiasa

berlandaskan pada konsep efisiensi ekologi.

4. Metode-Metode Penelitian Ekologi Hewan

Hewan sebagai komponen penyusun komonitas biotik dalam suatu ekosistem

mempunyai peran dan fungsi penting untuk habitat dan lingkungan serta makhluk hidup lainnya.

Lingkungan adalah faktor-faktor di luar makhluk hidup yang berpengaruh langsung pada

kemungkinan hewan untuk dapat bertahan hidup, tumbuh dan berkembangbiak. Lingkungan ada

yang berhubungan langsung dan ada yang tidak langsung dengan suatu organisme. Kondisi-

kondisi lokal yang berhubungan langsung dengan suatu organisme disebut lingkungan mikro,

sedang seluruh kondisi abiotik yang ada di luar lingkungan mikro disebut lingkungan makro. Di

dalam habitatnya organisme sudah menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada seingga mampu

bertahan hidup, tumbuh dan berkembangbiak.

Suatu komunitas terdiri dari berbagai kumpulan populasi yang saling berinteraksi satu

sama lain. Oleh karena itu dalam komunitas berarti ada keanekaragaman jenis-jenis ynag

terkumpul membentuk populasi dan saling berinteraksi antar populasi tersebut membentuk

komunitas. Sehingga dapat dikatakan bahwa di dalam komunitas salah satu cirri utama adalah

adanya keanekaragaman jenis.  Keanekaragaman jenis dari seluruh jumlah jenis di dalam

komponen tropic atau dalam suatu komunitas secara keseluruhan ditentukan oleh jenis yang

jarang, dominan, atau umum (Odum, 1971). Untuk mengetahui keanekaragaman suatu

organisme maka kita harus mengetahui kemelimpahan suatu individu, kemelimpahan dapat di

ketahui dengan menggunakan beberapa metode yaitu :

a. Metode Pitfall trap

Metode Pitfall trap dilakukan dengan cara pembuatan lubang

perangkap dengan menggali tanah menggunakan sekop kecil seukuran gelas plastik. Gelas

plastik diletakan ke dalam lubang sehingga permukaan atas gelas sejajar dengan permukaan

Page 5: Ekologi Hewan.docx

tanah. Kemudian gelas diisi dengan air deterjen (1/3 dari tinggi gelas) dan dibiarkan selama 24

jam. tutup alat dipasang sekitar 2-3 cm di atas permukaan jebakan. Setelah 24 jam. larutan yang

berisi organisme dimasukan ke dalam botol sampel dan diberi label. Metode Pitfall trap ini

dilakukan untuk menjebak serangga yang merayap di atas tanah. Pitfall Trap juga dapat

dimodifikasi dengan menambahkan umpan atau atraktan lainnya. jenis umpan atau atraktan

disesuaikan dengan jenis serangga apa yang akan dijerat oleh kolektor.

b. Metode Light Trap

Light Trap atau perangkap cahaya pada dasarnya digunakan berdasarkan perilaku

kebanyakan serangga yang tertarik akan sumber cahaya. Dapat digunakan pada berbagai panjang

gelombang cahaya sebagai agen atraktan. Jenis-jenis variasi perangkat jebakan ini dapat

dilengkapi dengan menggunakan corong yang mengarahkan pada bak pengumpulan koleksi

kabel dan koneksi listrik harus disediakan untuk penggunaan outdoor. Corong atau bak

penampng dapat dibuat dari metal, plastik, kayu atau Hard paper. Perangkat jebakan dapat

dipasang dengan atau tanpa pelindung. Namun, jika digunakan untuk beberapa hari pelindung

diperlukan untuk mencegah air hujan masuk. Pelindung bisa menggunakan bahan apa saja yang

kuat dan kedap air.

Page 6: Ekologi Hewan.docx

New Jersey Trap  (gambar di atas) menggunakan tambahan alat berupa kipas motor

listrik untuk mendesak segera serangga yang terjerat masuk ke bak pembunuh (killing Jar). Jenis

perangkat ini terutama digunakan untuk serangga-serangga kecil eperti midges dan gnats (Agas).

Tidak dianjurkan menggunakan jenis perangkat ini untuk menjerat ngengat, karena dapat

merusak bagian tubuh ngengat saat jatuh ke bak yang berisi cairan pembunuh. Adapaun cara lain

untuk mencegahnya yaitu dengan memasang kain kasa di atas bak agar serangga yang terjerat

tidak langsung jatuh dan terbenam pada bak pembunuh, perangkat ini lebih dikenal dengan

jenis Minnesota Trap. Perbedaanya, Minnesota Trap tidak menggunakan kipas angin seperti

halnya New Jersey Trap.

Page 7: Ekologi Hewan.docx

Jenis modifikasi perangkap cahaya lainnya yaitu Light sheets (gambar disamping).

secara prinsip tidak berbeda dengan jenis perangkap cahaya sbelumnya, hanya saja pada jenis

perangkat ini menggunakan kain sebagai media penjerat serangga. Kain yang digunakan pada

umunya berwarna cerah terutama putih. Kain dibentangkan tegak lurus terhadap permukaan

tanah, lampu atau sumber cahaya diletakkan di salah satu sisi kain (sebaiknya ditaruh pada

bagian yang tidak terkena angin secara langsung). Kain yang digunakan sebaiknya berbahan

nilon karena ringan, mudah dicuci, dan mudah kering. Perangkat jebakan ini sering dipakai untuk

menjerat jenis-jenis ngengat. Biasanya, serangga-serangga yang terjerat akan menempel pada

permukaan kain yang seolah-olah menyala akibat modifikasi pencahayaan dari lampu.

c. Melacak Jejak

Jejak mamalia merupakan cetakan kaki atau kuku dari hewan mamalia pada substrat

tertentu sesuai dengan kebiasaan atau prilaku yang dimaksud misalnya aktivitas

kehidupan, seperti sifat kelompok, waktu aktif, wilayah pergerakan,cara mencari makanan, cara

membuat sarang, hubungan sosial, tingkah laku bersuara dan lain-lain (Djuanda,1983).

Tempat terbaik untuk melacak jejak dan menemukan jejak adalah pada tanah bersih atau

berlumpur, pada turunan muara sungai, di sungai, tepi danau, tempat berkubang atau tempat

minum, tempat-tempat lorong antara bambu dan tanah terluar yang merupakan tempat-tempat

yang sering dilalui hewan untuk mendapatkan air atau berkubang. Berdasarkan struktur kakinya,

cetakan kaki dapat dibedakan 2 golongan, yaitu jejak kaki yang dibuat oleh hewan yang

mempunyai cakar dan kuku, dan jejak kaki hewan ungulata.

Tipe jejak dari hewan harus dikenal dan juga umur jejak harus dikenal apakah sudah

lama atau baru. Kebenaran ukuran jejak diperiksa dengan membuat cetakan kaki dengan

menggunakan gips (Rahmat, 1995). Jejak-jejak ataupun tanda lainnya yang ada dilapangan dapat

dipergunakan sebagai indikator ada atau tidaknya satwa liar yang bersangkutan,antara lain tapak

kaki.Bekas tapak kaki dipermukaan tanah penting untuk diketahui bentuk,ukuran dan

umurnya.Tempat-tempat untuk menemukan jejak antara lain ditepi sungai,tempat

berkubang,pantai,tempat-tempat istirahat dan lorong-lorong diantara tumbuhan bamboo dan

semak belukar (Jasin, 1992).

Page 8: Ekologi Hewan.docx

Dalam penelitian, perlu diperhatikan dan dikenali posisi kaki depan kaki belakang dan

untuk mempermudah mengetahui hewan apa yang terdapat pada  bekas kaki hewan tersebut.

Jejak kaki yang ditinggal di atas permukaan tanah juga dibantu ukuran dengan membuat gambar

pada kertas milimeter ataupun dicetak dengan menggunakan  gips tadi. Cetakan kaki di

permukaan tanah penting untuk diketahui bentuk, ukuran, dan umurnya (Prawihartono,1995).

Feses biasanya menunjukkan keadaan yang khas.Penemuan feses sangat penting apakah masih

baru atau sudah lama.Dari analisa feses dapat dikenali jenis makanan mereka berdasarkan

keadaan bulu-bulu,rambut,gigi/taring maupun tulang tengkorak yang terdapat pada feses tersebut

(Van Strien,1983).

Diantara beberapa jenis satwa liar ada yang mempunyai kebiasaan untuk meninggalkan

atau melepaskan bagian-bagian seperti tanduk,tulang,bulu-bulu rambut,kulit dan duri.Dari bagian

ini dapat diketahui wilayah penyebarannya.Cara lain adalah dengan suara dan bunyi-

bunyianya,yang dimaksud dengan suara adalah sesuatu yang kita dengar sebagai akibat dari

tingkah laku (Jasin,1992). Melacak jejak juga dapat dilakukan dengan acuan bau.Bau yang khas

dan mencolok yang ditimbulkan oleh suatu jenis satwa liar yang dapat dicium oleh manusia.Bau

tersebut berasal dari suatu kelenjar yang dimilikinya seperti trenggiling, musang, rusa, kalelawar,

dan badak (Brotowidjoyo, 1989).

Dari pengamatan jejak morfologi dan ekologi yang mungkin diperoleh adalah karakter

seperti spesies,jenis kelamin,ukuran tubuh dan berat,gaya atau tipe jejak yang terbagi atas

walking track,berjalan cepat dengan tipe jejak yang simetris,Galloping track,berlari cepat dengan

tipe jejak yang non simetris.Data berikutnya berupa kajian populasi dan tingkah laku

(Djuanda,1983). Identifikasi terutama pada melacak jejak dilakukan untuk jejak kaki satwa liar

untuk golongan mamalia besar.Identifikasi pengukuran yang normal. Dalam penelitian jejak

perlu dikenal posisi kaki depan dan kaki belakang serta bentuk ujung jari kaki depan dan jari

kaki belakang (Van Strien,1983).

Page 9: Ekologi Hewan.docx

Kondisi jejak yang ditinggalkan sangat tergantung pada kondisi keadaan permukaan

tanah apakah pasir,liat ataupun batu karang.Pada umumnya diatas tanah dapat diperoleh jejak

yang baik dan mudah untuk dicetak.Kelemahan dalam melacak jejak lainnya adalah

kemungkinannya keadaan jejak berubah maupun ukurannya dan bentuk ataupun tercuci oleh air

hujan yang besar (Van Strien,1983). Ada kesulitan untuk menentukan identifikasi individu-

individu suatu kumpulan jejak yang ditinggalkan.Penyebaran jejak lebih erat hubungannya

dengan kondisi dan pergerakan,kurang erat hubunganya dengan ukuran populasi.Hal-hal yang

disebutkan diatas juga merupakan kelemahan dalam melacak jejak (Djuanda,1983).

Page 10: Ekologi Hewan.docx

1. Kendeigh, S.C. 1980. Ecology With Special Reference to Animal & Man. Prentice Hall,

New Jersey.

2. Krebs, C. 1978. Ecology of the Experimental Analysis of Distribution and Abundance.

Harper Pub. New York.

3. Odum, EP. 1971. Fundamental of Ecology. W.B. Sounders, Tokyo, Japan.

4. Odum, EP. 1983. Basic Ecology. Sounders, Philadelphia.

5. Brotowidjoyo, D. M. 1989. Zoologi Dasar. Erlangga. Jakarta.

6. Djuanda, 1983. Anatomi Struktur Vertebrata Jilid I. Armico. Bandung.

7. Jasin, Maskoeri. 1992. Zoologi Vertebrata. Sinar Wijaya. Surabaya.

8. Prawirohartono, S. 1995. Biologi 2 b. Bumi Aksara. Jakarta.

9. Rahmat. 1995. Jejak Kaki Hewan Liar. Erlangga. Jakarta.

10. Van, Strien. 1983. Menghitung Populasi Berdasarkan Jejak. Bina Cipta. Bandung.