efektivitas pijat refleksi dan pijat tubuh terhadap asam ... · asam urat darah dan skala nyeri...
TRANSCRIPT
EFEKTIVITAS PIJAT REFLEKSI DAN PIJAT TUBUH
TERHADAP ASAM URAT DARAH DAN SKALA NYERI
PADA PASIEN HIPERURISEMIA DI CILEDUG
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh:
AULIA RAHMAH
1113104000032
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli yang saya ajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Jika dikemudian hari tebukti bahwa karya ini bukan hasil saya atau merupakan
jiplakan dari orang lain, maka saya besedia menerima sanksi yang berlaku di
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta
Jakarta, Mei 2017
Aulia Rahmah
iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN Skripsi dengan Judul
EFEKTIVITAS PIJAT REFLEKSI DAN PIJAT TUBUH
TERHADAP ASAM URAT DARAH DAN SKALA NYERI
PADA PASIEN HIPERURISEMIA DI CILEDUG
Telah Disetujui dan Diperiksa oleh Pembimbing Skripsi
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun Oleh
Aulia Rahmah
NIM: 1113104000032
Pembimbing I Pembimbing II
Ita Yuanita, S.Kp,.M.Kep Yenita Agus,M.Kep.,Sp.Mat.,PhD
NIP . 19700122 200801 2 005 NIP. 19720608200604 2 001
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1438 H/2017 M
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan judul
EFEKTIVITAS PIJAT REFLEKSI DAN PIJAT TUBUH
TERHADAP ASAM URAT DARAH DAN SKALA NYERI
PADA PASIEN HIPERURISEMIA DI CILEDUG
Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan tim penguji oleh:
Aulia Rahmah
NIM: 1113104000032
Pembimbing I Pembimbing II
Ita Yuanita, S.Kp,.M.Kep Yenita Agus, M.Kep.,Sp.Mat.,PhD
NIP 19700122 200801 2 005 NIP. 19720608200604 2 001
Penguji I Penguji II
Dwi Setiowati, S.Kep, Ns, M.Kep Karyadi, S.Kp.,M.Kep.,Ph.D
NIP. – NIP.19710903 200501 1 007
Penguji III Penguji IV
Yenita Agus, M.Kep.,Sp.Mat.,PhD Ita Yuanita, S.Kp,.M.Kep
NIP. 19720608200604 2 001 NIP 19700122 200801 2 005
v
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan Judul
EFEKTIVITAS PIJAT REFLEKSI DAN PIJAT TUBUH TERHADAP ASAM
URAT DARAH DAN SKALA NYERI PADA PASIEN HIPERURISEMIA DI
CILEDUG
Disusun oleh:
Aulia Rahmah
NIM. 1113104000032
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Islam Negeri Syaif Hidayatullah Jakarta
Maulina Handayani S.Kp.,M.Sc
NIP. 19790210 20050 1 2 002
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syaif Hidayatullah Jakarta
Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM.,M.Kes
NIP. 19650 808 198803 1002
vi
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN IL MU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Mei 2017
Aulia Rahmah, NIM: 1113104000032
EFEKTIVITAS PIJAT REFLEKSI DAN PIJAT TUBUH TERHADAP ASAM URAT
DARAH DAN SKALA NYERI PADA PASIEN HIPERURISEMIA DI CILEDUG
xviii+ 83 halaman, 7 tabel, 10 gambar, 7 lampiran
ABSTRAK
Latar belakang: Hiperurisemia merupakan keadaan kadar asam urat darah diatas
normal, biasanya ditandai nyeri yang mengganggu. pijat refleksi dan pijat tubuh
dipercaya masyarakat dapat mengurangi asam urat darah berlebih dan mengurangi
nyeri, ini perlu dibuktikan pada pasien hiperurisemia di rumah terapi waroeng sehat
Ciledug. Tujuan: Mengetahui efektifitas pijat refleksi dan pijat tubuh terhadap kadar
asam urat darah dan skala nyeri pada pasien hiperurisemia. Metode: Penelitian ini
merupakan quasi- eksperiment desain dengan one group pretest – postest yang
dilakukan pada 20 pasien hiperurisemia menggunakan teknik purposive sampling.
Instrumen yang digunakan alat glukocheck (easy touch) dan skala nyeri analogue
visual (VAS). Hasil: Pijat refleksi dan pijat tubuh efektif dalam menurunkan kadar
asam urat darah dan skala nyeri (P-value <0,05) dengan nilai eta 0,413 (efek cukup)
dan (P-value <0,05) dengan nilai eta 0,613(efek besar ). Terapi Pijat refleksi dan pijat
tubuh efektif dalam menurunkan kadar asam urat darah dan skala nyeri pada pasien
hiperurisemia. Disarankan penelitian ini dapat digunakan sebagai terapi non-
farmakologis untuk menurunkan asam urat dan nyeri pada pasien hiperurisemia.
Kata Kunci: Hiperurisemia, Pijat Refleksi, Pijat Tubuh , Asam urat, Nyeri
Daftar Bacaan: 55 (1988-2017)
vii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
SCHOOL OF NURSING SCIENCE
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF
JAKARTA
Undergraduate Thesis, Mei 2017
Aulia Rahmah, NIM: 1113104000032
THE EFFECTIVENESS OF REFLEXOLOGY AND BODY MASSAGE ON
BLOOD URIC ACID AND PAIN SCALE ON HYPERURICEMIC PATIENTS
IN CILEDUG
Xvii + 83 pages, 7 tables, 10 pictures, 7 attachments
ABSTRACT
Background: Hyperuricemia is a condition of blood uric acid above normal levels,
usually marked by disturbing pain. reflexology and body massage, society believe that
the therapy can reduce the high amount of blood uric acid and can reduce the pain,
it needs to be proven in patients with hyperuricemia at waroeng sehat ciledug.Goal:
To know the effectiveness of reflexology massage and body massage on blood uric acid
level and scale of pain in hyperuricemic patients.Methods: This study used a quasi-
experiment design with one pretest-posttest group on 20 hyperuricemic patients by
using purposive sampling. The instrument used glucocheck tool (easy touch) and
visual analogue pain scale (VAS). Results: Reflexology and body massage are effective
in reduce the high amount of blood uric acid and decreasing pain scale with (P-value
<0,05) and eta value 0.413 (sufficient effect) and (P-value <0.05) with a eta value of
0.613 (great effect). Reflexology and body massage are effective in reduce the high
amount of blood uric acid and decreasing pain scale in hyperuricemic patient. Its
hoping this research can be use as non-farmacological teraphy for reduce the high
amount of blood uric acid and decreasing pain scale in hyperurisemic patient.
Keywords: Hyperurisemia, Reflexology , Body Massage, Uric Acid, Pain
Reading list: 55( 1998-2017)
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Aulia Rahmah
Tempat Tanggal Lahir : Toboali, 10 Februari 1995
Agama : Islam
Status : Belum menikah
Alamat : jl.Yossudarso no. 65, tj. Ketapang, Toboali,
Bangka Selatan, Bangka Belitung.
Telepon : 087784793398
E-Mail : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1. TK Dharma Wanita : 2000 - 2001
2. SDN 8 TOBOALI : 2001 - 2007
3. SMP PONPES DAAR EL-QOLAM TANGGERANG : 2007 - 2010
4. SMA PONPES DAAR EL-QOLAM TANGGERANG : 2010 - 2013
5. S1 Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : 2013 - 2017
Riwayat Organisasi
1. HMPSIK UIN Jakarta : 2014-2015
2. MRI UIN Jakarta : 2015-2016
3. Surveyer JUMANTIK TANGSEL : 2016-2017
ix
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirabbil’alamiin, tiada kata yang indah untuk diucapkan, selain pujian
ke hadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayahnya
sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul Efektifitas
Pijat Refleksi Dan Pijat Tubuh Terhadap Asam Urat Darah dan skala Nyeri Pada
Pasien Hiperurisemia Di ciledug.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak mengalami
kesulitan dan tantangan yang tak terkira, namun berkat pertolonganMu Ya Allah
serta bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM.,M.Kes, selaku dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Maulina Handayani, K.KP.,MSC, selaku Ketua Program Studi dan Ernawati,
S.Kp, M.Kep., Sp.KMB, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Ita Yuanita, S.Kep,.M.Kep dan ibu Yenita Agus, M.Kep.,Sp.Mat.,Ph.D
selaku Dosen Pembimbing, terima kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang
telah meluangkan waktu serta memberi arahan dan bimbingan dengan sabar
kepada saya selama proses pembuatan skripsi ini.
x
4. Seluruh dosen di Program Studi Ilmu Keperawatan dan staff akademik Fakultas
Kedokteran dan Ilm Kesehatan terima kasih sebesar-besarnya untuk segala
bentuk jasanya yang telah saya rasakan selama di bangku kuliah ini.
5. Orang tua saya, Bapak H. Ambo’tang dan Hj. Nurhayati yang telah dengan
tanpa lelah dan ikhlas mendidik, mencurahkan semua kasih sayang, mendo’akan
keberhasilan, serta memberikan bantuan baik moril maupun materiil tak
terhingga kepada saya. Tak lupa, kakak dan adik-adikku dan seluruh keluarga
tercinta yang selalu memberikan semangat tanpa henti dan putus asa.
6. Bapak Faisal selaku pemilik waroeng sehat yang telah mendukung dan
memberikan izin untuk melakukan penelitian rumah terapi beliau.
7. Bapak Nopian dan para terapis Waroeng sehat yang telah mendukung dan
membantu dalam proses pengambilan data.
8. Keluargaku tercinta angkatan PSIK 2013 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
senantiasa berbagi suka duka, canda tawa, ilmu dan pengalaman berharga selama
pembelajaran kuliah maupun dalam proses kegiatan lainnya.
9. Serta seluruh pihak yang telah mendukung kelancaran proposal skripsi ini
hingga selesai.
Atas bantuan serta segala dukungan yang telah diberikan, semoga Allah
SWT. senantiasa membalas dengan pahala yang berlimpah. Sangat besar harapan
saya skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun para pembaca. Semoga kita
semua senantiasa diberikan petunjuk, limpahan rahmat, hidayah, serta inayah yang
tak terhingga oleh Allah SWT.
xi
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ciputat, Mei 2017
Penulis
DAFTAR ISI
lembar Pernyataan .................................................................................................... ii
Pernyataan Persetujuan ........................................................................................... iii
xii
Skripsi Dengan Judul .............................................................................................. iii
Lembar Pengesahan ................................................................................................ iv
Lembar Pengesahan ................................................................................................. v
Abstrak....................................................................................................................vi
Abstract.................................................................................................................vii
Daftar Riwayat Hidup ........................................................................................... viii
Kata Pengantar ........................................................................................................ ix
Daftar Is ...............................................................................................................xi
Daftar Singkatan..................................................................................................... xv
Daftar Gambar ....................................................................................................... xvi
Daftar Tabel ......................................................................................................... xvii
Daftar Skema ....................................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 8
1. Tujuan umum ................................................................................ 8
2. Tujuan khusus ............................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 9
E. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 10
A. Asam Urat ........................................................................................ 10
1. Pengertian asam urat .................................................................. 10
2. Kadar asam urat........................................................................... 10
B. Hiperurisemia ................................................................................... 11
1. Pengertian hiperurisemia ............................................................. 11
2. Tanda gejala hiperurisemia ......................................................... 11
xiii
3. Patofisiologi hiperurisemia ......................................................... 12
4. Etiologi hiperurisemia ................................................................ 14
5. Komplikasi hiperurisemia ........................................................... 15
6. Penatalaksanaan dan pencegahan hiperurisemia ......................... 15
C. Nyeri ................................................................................................ 17
1. Pengertian nyeri .......................................................................... 17
2. Mekanisme nyeri ......................................................................... 18
3. Pengkajian nyeri .......................................................................... 19
4. Tindakan pereda nyeri nonfarmakologis ..................................... 20
5. Terapi nyeri farmakologis ........................................................... 21
D. Pijat Refleksi .................................................................................... 21
1. Pengertian pijat refleksi............................................................... 21
2. Manfaat pijat refleksi .................................................................. 22
3. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pijat refleksi ................. 22
4. Titik-titik pijat refleksi ................................................................ 23
5. Teknik pijat refleksi .................................................................... 28
E. Pijat Tubuh (body massage) ............................................................ 30
1. Pengertian Pijat badan (body massage )..................................... 30
2. Manfaat pijat tubuh ..................................................................... 32
3. Teknik pijat tubuh ....................................................................... 34
4. Hubungan terapi pijat refleksi dan pijat tubuh dengan kadar asam
urat darah dan nyeri. .................................................................... 38
F. Kerangka Teori ................................................................................ 43
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL
.............................................................................................................. 45
A. Kerangka Konsep ............................................................................. 45
B. Hipotesis .......................................................................................... 45
C. Definisi Operasional ........................................................................ 46
xiv
BAB IV METODE PENELITIAN ...................................................................... 48
A. Desain Penelitian ............................................................................. 48
B. Populasi dan Sampel ........................................................................ 49
C. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 50
D. Alat Pengumpulan Data ................................................................... 50
E. Langkah-Langkah Pengumpulan Data ............................................. 52
F. Pengelolaan Data ............................................................................. 54
G. Analisis Data .................................................................................... 55
H. Etika Penelitian ................................................................................ 58
BAB V HASIL PENELITIAN .................................................................... 60
A. Hasil Analisa Univariat .................................................................... 60
B. Hasil analisa Bivariat ....................................................................... 63
BAB VI PEMBAHASAN .................................................................................... 66
A. Pembahasan ..................................................................................... 66
B. Keterbatasan Penelitian .................................................................... 70
BAB VII PENUTUP ........................................................................................... 71
A. Kesimpulan ...................................................................................... 71
B. Saran ................................................................................................ 72
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 73
LAMPIRAN .......................................................................................................... 77
xv
DAFTAR SINGKATAN
Keterangan
VAS : Anologue Visual Scale
TCM : Traditional Chinese Medicine
GABA : Aminobutyric Acid
CABG : Coronary Artery Bypass Graft
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Metabolime purin....................................................................12
Gambar 2.2 skala nyeri................................................................................20
Gambar 2.3 titik reflek telapak kaki............................................................26
Gambar 2.4 titik reflek kak bagian luar......................................................26
Gambar 2.5 titik reflek kaki bgian dalam...................................................27
Gambar 2.6 titik reflek punggung kaki.......................................................27
Gambar 2.7 titik reflek telapak tangan ......................................................27
Gambar 2.8 titik reflek punggung tangan .................................................28
Gambar 2.9 teknik pijat jempol berjalan ...................................................29
Gambar 2.10 teknik pijt hook dan back up ...............................................30
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 definisi operasional........................................................................................46
Tabel 4.1 hasil uji normalitas asam urat darah dan skala nyeri......................................57
Tabel 4.1 hasil uji normalitas data tansformasi asam urat darah dan skala nyeri..........58
Tabel 5.1 gambaran rata-rata asam urat darah...............................................................61
Tabel 5.2 gambaran rata-rata skala nyeri......................................................................62
Tabel 5.3 analisa efektifitas pijat refleksi dan pijat tubuh terhadap asam urat darah.....63
Tabel 5.4 analisa efektifitas pijat refleksi dan pijat tubuh terhadap skala nyeri............64
xviii
DAFTAR SKEMA
Bagan 2.1 kerangka teori..........................................................................44
Bagan 3.1 kerangka konsep........................................................................45
Bagan 4.1 desain penelitian........................................................................48
Bagan 4.2 langkah pengelolaan data..........................................................52
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hiperurisemia merupakan peningkatan kadar asam urat darah yang dapat
mengakibatkan gangguan pada tubuh manusia. Hiperurisemia merupakan keadaan
meningkatnya produksi asam urat yang disebabkan oleh metabolisme purin
abnormal dan menurunnya eksresi asam urat atau kombinasi keduanya (Riswanto
dan Isnani, 2014). Hiperuresemia diakibatkan penurunan eksresi akibat berbagai
gangguan ginjal kronik yang menurunkan kemampuan ginjal mengeluarkan asam
urat kedalam urin (Marks, dkk. 2000). Asam urat merupakan produk akhir
metabolisme purin yang berasal dari metabolisme dalam tubuh/ faktor endogen
(genetik) dan berasal dari luar tubuh/ faktor eksogen (sumber makanan). Asam urat
dihasilkan oleh setiap makhluk hidup sebagai hasil dari proses metabolisme sel
yang berfungsi untuk memelihara kelangsungan hidup (kanbara, 2010).
Produksi asam urat yang meningkat didalam tubuh disebabakan oleh
beberapa faktor, salah satunya faktor Makanan yang mengandung senyawa tinggi
purin, makanan yang mengandung protein seperti usus, hati, daging jeroan, ikan
sarden dan kacang-kacangan merupkan makanan yang tinggi purin (Hartono,
2006). Penelitian membuktikan bahwa terdapat hubungan konsumsi makanan
tinggi purin dengan peningkatan kadar asam urat darah (Lina dan Setiyono, 2014).
Selain itu adanya gangguan metabolisme purin dan gangguan eksresi asam urat oleh
ginjal akan meningkatkan akumulasi asam urat yang berlebihan dalam plasma
darah, keadaan meningkatnya kadar asam urat dalam darah disebut hiperurisemia
2
(Riswanto dan Isnani , 2014). Penelitian yang dilakukan pada pasien dengan batu
ginjal di RSUD Dr. Soetomo Surabaya, bahwa terdapat peningkatan kadar asam
urat dalam darah pada pasien batu ginjal (Yudi Y. A, 2009). Peningkatan asam
urat dalam tubuh dan tidak dikeluarkan akan berdampak pada kesehatan pasien.
Dampak yang sering timbul pada pasien hiperurisemia adalah rasa nyeri
terutama pada persendian esktrimitas sebagai gejala awal yang tidak nyaman dan
menganggu aktifitas (Soeroso, Joewono dan Algristian, 2011). Selain itu dampak
peningkatan asam urat yang tidak terkontrol didalam tubuh dapat mengakibatkan
penyakit gout, yaitu terbentuknya kristal asam urat yang menumpuk dalam tubuh
sehingga menimbulkan iritasi lokal dan mengakibatkan respon inflamasi yang
ditandai dengan nyeri hebat pada peradangan lokal, bengkak dan reaksi sistemik.
Apabila tidak ditangani secara cepat, gout dapat menimbulkan komplikasi berupa
batu asam urat pada ginjal dan kerusakan tubuler yang dapat menyebabkan gagal
ginjal kronis (Riswanto Dan Isnani, 2014; Price, Syliva, 2013). darah pada pasien
batu ginjal (Yudi Y. A, 2009). Peningkatan asam urat dalam tubuh dan tidak
dikeluarkan akan berdampak pada kesehatan pasien.
Dampak yang sering timbul pada pasien hiperurisemia adalah rasa nyeri
terutama pada persendian esktrimitas sebagai gejala awal yang tidak nyaman dan
menganggu aktifitas (Soeroso, Joewono dan Algristian, 2011). Selain itu dampak
peningkatan asam urat yang tidak terkontrol didalam tubuh dapat mengakibatkan
penyakit gout, yaitu terbentuknya kristal asam urat yang menumpuk dalam tubuh
sehingga menimbulkan iritasi lokal dan mengakibatkan respon inflamasi yang
ditandai dengan nyeri hebat pada peradangan lokal, bengkak dan reaksi sistemik.
3
Apabila tidak ditangani secara cepat, gout dapat menimbulkan komplikasi berupa
batu asam urat pada ginjal dan kerusakan tubuler yang dapat menyebabkan gagal
ginjal kronis (Riswanto Dan Isnani, 2014; Price, Syliva, 2013).
Penanganan nyeri dan penurunan kadar asam urat pada pasien hiperurisemia
dapat dilakukan dengan terapi farmakologis dan nonfarmakologis. Pada pemberian
anti nyeri dan anti radang yang terus menerus memiliki efek samping yaitu pada
lambung, hati dan ginjal (Kertia, 2009), membuat konsumsi masyarakat terhadap
terapi alternatif komplementer di pelayanan kesehatan tradisonal cukup tinggi,
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, 30,4% rumah tangga
memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisional (yankestrad) dengan keterampilan
tanpa alat atau manual seperti pijat sebagai keterampilan yang sering digunakan,
yaitu 77,8 %, dengan ramuan, 49,0 %, keterampial dengan alat 7,1 % dan dengan
fikiran 2,6 % pada tahun 2013. Di Banten pemanfaatan YANKESTRAD cukup tinggi
dan yang paling tinggi adalah menggunakan jenis tanpa alat atau dengan pijat, dan
menurut karakteristik dari menengah keatas atau menengah kebawah paling banyak
memanfaatkan jenis tersebut. Alasan utama memanfaatkan yankestrad
keterampilan tanpa alat adalah, menjaga kebugaran dan kesehatan 55,4 % , tradisi
kepercayaan 12,9 % , lebih manjur 17,2 %, coba-coba 1,8 %, putus asa 2,1 %, biaya
murah 5,7%. Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan yankstread di Indonesia
cukup tinggi dan terapi dengan pemijatan atau tanpa alat merupakan keterampilan
yang banyak dimanfaatkan (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
2013).
4
Sutriani, dkk. (2008) mengemukakan bahwa terapi nonfarmakologis atau terapi
koplementer alternatif untuk mempercepat proses penyembuhan pada pasien
hiperurisemia yaitu terapi herba, homeopati, akupuntur, akupresure, terapi nutrisi,
refleksologi, terapi garam, dan yoga. Terdapat beberapa penelitian terkait Terapi
alternatif yang berpengaruh menurunkan kadar asam urat seperti terapi akupresure
(Rakhman dkk, 2015) dan terapi bekam (Hidayaturrofia, dkk . 2014) serta
refleksologist percaya bahwa pemijatan pada Daerah refleksi ditelapak tangan dan
kaki dapat menimbulkan rangsangan organ-organ tertentu seperti ginjal sehingga
sirkulasi darah ke organ tersebut menjadi lancar dan terjadi proses penyembuhan
pada organ tersebut, Bukan hanya gejala yang dihilangkan tetapi juga penyebab
gejala tersebut, seperti gejala nyeri pada pasien hiperurisemia (Nilawati , Sri dkk.
2008).
Proses pijat refleksi adalah terapi nonfarmakologis yang hanya menggunakan
tangan manusia tidak ada obat pembedahan atau alat-alat kedokteran yang
digunakan sehingga menurut pasien lebih aman (Gala, 2009). Pijat refleksi pada
kaki dapat memberi efek respon psikologis yang memberikan kenyamanan dan
kelegaan pada beberapa bagian tubuh, sehingga dapat menurunkan tingkat nyeri
yang dialami pasien (Ferrer de dios, 2005). Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa pijat refleksi sangat bermanfaat untuk menurunkan tingkat nyeri pada pasien
post bypass cangkok arteri koroner (Nesami, dkk, 2012), nyeri pada persalinan ibu
primigravida (Hanjani dkk, 2014), dan nyeri pada pasien disminorhea primer
(Azima, dkk. 2015). Selain itu Reflexologist percaya bahwa penekanan pada
beberapa titik pijat refleksi pada tangan dan kaki dapat memecahkan kristal kalsium
5
dan kumpulan asam urat di saraf tepi dan memaksimalkan kerja saraf serta
memperlancar alira darah (Poole, dkk 2007).
Pijat refleksi dikembangkan di Indonesia oleh Hedi Masafret dalam bukunya
good health for future. Banyak masyarakat yang memanfaatkan pijat refleksi
sebagai terapi alternatif segala penyakit karena merupakan terapi penyembuhan
yang tidak membutuhkan waktu lama, pengobatan alami dan biaya terjangkau dan
Secara praktek dapat dibuktikan bahwa pijat refleksi dapat melancarkan peredaran
darah, menambah energi melatih otot tubuh dan kemampuan saraf untuk menangkal
penyakit, menghilangkan stress, nyeri dan peningkatan daya berfikir serta kualitas
tidur, karena manfaat yang banyak dan harga terjangkau, masyarakat termotivasi
untuk ke terapi pijat refleksi (Nilawati,Sri dkk. 2008). Terapi Pijat sering
dikombinasikan dengan terapi lain seperti musik, aroma terapi, shiatsu, dan bahkan
jenis pijat yang lain deperti pijat refleksi (Sujayanto, 2007). Beberapa studi
menunjukkan bahwa efek positif dari pijat dengan atau tanpa terapi lain dapat
menimbulkan efek relaksasi, menigkatkan tidur, dan mengurangi nyeri (Snyder,
Mariah, dan Lindquist, Ruth. 2010).
Pijat tubuh adalah tindakan manipulasi otot-otot dan jaringan dari tubuh
dengan cara menekan, menggosok, getaran/vibrasi dan menggunakan tangan, jari
tangan atau alat-alat manual/elektrik untuk memperbaiki kondisi kesehatan
(Nurgiwiati, 2015). Body massage telah lama diyakini bermanfaat bagi kesehatan,
mulai dari meredakan stres hingga mempercepat waktu pemulihan setelah sakit,
alergi, depresi, masalah pernapasan, insomnia, cedera saat olahraga dan kelelahan
kronis.
6
Body massage atau pijat tubuh merupakan terapi dengan pendekatan holistik
yang berfungsi menurunkan tekanan darah, denyut jantung, memperbaiki
pernafasan, meningkatkan aliran kelenjar limphe ke dalam saluran pembuluh darah,
membantu pengeluaran sisa metabolisme, mengurangi kekakuan, menjadikan
tubuh menjadi rileks, meningkatkan tidur, meningkatkan pergerakkan sendi,
mengurangi nyeri secara alami dan memperbaiki kesehatan pada umumnya
(Nurgiwiati, 2015).
Dalam studi pendahuluan di waroeng sehat ciledug, setelah peneliti melakukan
wawancara dan observasi, didapatkan bahwa jumlah pengunjung untuk terapi pijat
tidak menentu, setiap harinya kurang lebih 10 orang dan 2 diantaranya mengeluh
nyeri dan memiliki riwayat asam urat, dan terapis mengungkapkan bahwa pasien
hiperurisemia biasanya datang dalam keadaan keluhan nyeri, pegal-pegal dan kaku
pada sendi sehingga setelah dilakukan pijat refleksi dan pijat tubuh pasien
mengatakan nyeri berkurang, menurut refleksologist terapi ini diberikan untuk
merangsang saraf dan memperlancar peredaran darah dan pijat tidak dilakukan pada
area yang bengkak.. pasien kembali lagi ketika mereka mengeluh nyeri asam urat
kambuh. Berdasarkan wawancara dengan seorang pasien yang mengeluh pegal –
pegal dan nyeri, pasien menyatakan setelah dilakukan body massage dan pijat
refleksi tubuh merasa lebih ringan, nyeri dan pegal-pegal berkurang, membuat
tubuh jadi rileks dan nyaman serta berkatifitas sehari-hari jadi mudah.
Belum adanya penelitian tentang intervensi pijat refleksi dan pijat tubuh
terhadap tingkat nyeri dan kadar asam urat darah pada pasien hiperurisemia,
7
peneliti sangat tertarik untuk meneliti “Efektifitas Pijat Refleksi dan pijat tubuh
Terhadap Kadar Asam Urat Darah Dan Skala Nyeri Pada Pasien Hiperurisemia”.
B. Rumusan Masalah
Hiperurisemia merupakan keadaan kadar asam urat darah yang meningkat,
asam urat yang tidak terkontrol akan mengakibatkan komplikasi yang lebih fatal
yaitu penyakit gout, batu ginjal dan gagal ginjal kronik yang berujung pada
kematian. Gejala awal yang sering timbul pada pasien hiperurisemia adalah rasa
nyeri terutama pada persendian ekstrimitas terasa seperti tertusuk-tusuk atau pegal-
pegal yang tidak nyaman dan mengganggu aktifitas. Pada pemberian anti nyeri dan
anti radang yang terus menerus memiliki efek samping yaitu pada lambung, hati,
dan ginjal sehingga masyarakat beralih ke terapi alternatif seperti terapi pijat,
refleksologist percaya kombinasi beberapa jenis pijat akan memberikan efek yang
sinergis membuat pijat refleksi dan pijat tubuh memberikan efek yang posistif bagi
penyembuhan bukan hanya menghilangkan gejalanya tetapi menghilangkan
sumber penyakit, seperti untuk pasien hiperurisemia dengan gelanyeri yang
mengganggu.
Pijat refleksi terbukti berpengaruh pada penurunana tingkat nyeri pada pasien
post bypass cangkok arteri koroner, nyeri pada persalinan ibu primigravida dan
nyeri pada pasien disminorhea primer, namun belum ada pembuktikan bahwa pijat
refleksi dapat menurunkan nyeri pada pasien hiperurisemia. Reflexologist yakin
bahwa penekanan pada beberapa titik pijat refleksi pada tangan dan kaki serta dapat
memecahkan kristal kalsium dan kumpulan asam urat di saraf tepi dan
8
memaksimalkan kerja saraf serta pemijatan pada tubuh akan memperlancar aliran
darah dan meningkatkan pembungan hasil metabolisme termasuk asam urat darah
yang berlebihan.
Berdasarkan uraian diatas, banyaknya masyarakat yang menggunakan terapi
pijat sebagai terapi alternatif, dan secara teori bahwa refleksologist percaya bahwa
pijat refleksi dan pijat tubuh dapat menurunkan kadar asam urat darah serta efek
relaksasinya dapat mengurangi nyeri, karena belum adanya penelitian yang
meneliti hal ini maka didapatkan pertanyaan penelitian tentang Bagaimana
efektifitas pijat refleksi terhadap kadar asam urat dan nyeri pada pasien
hiperurisemia.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
a. Mengetahui efektifitas pijat refleksi dan pijat tubuh terhadap kadar asam
urat darah dan tingkat nyeri pada pasien hiperurisemia
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi kadar asam urat darah pada pasien hiperurisemia
sebelum dan sesudah dilakukan pijat refleksi dan pijat tubuh
b. Mengidentifikasi skala nyeri pada pasien hiperurisemia sebelum dan
sesudah dilakukan pijat refleksi dan pijat tubuh
c. Mengetahui efektifitas pijat refleksi dan pijat tubuh terhadap kadar asam
urat darah pada pasien hiperurisemia.
9
d. Mengetahui efektifitas pijat refleksi dan pijat tubuh terhadap skala nyeri
pada pasien hiperurisemia.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi institusi pelayanan
kesehatan khususnya pelayanan kesehatan komplementer mengenai efektifitas
pijat refleksi dan pijat tubuh terhadap tingkat nyeri dan kadar asam urat darah pada
penderita hiperurisemia, serta dapat memberi masukan atau bahan pertimbangan
bagai praktek keperawatan khususnya keperawatan komplementer untuk
memberikan intervensi non-farmakologis atau terapi alternatif pijat refleksi dan
pijat tubuh untuk asuhan keperawatan pada pasien dengan hiperurisemia.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode quasi-eksperimen dengan pendekatan
kuantitatif, responden merupakan pasien hiperurisemia di waroeng sehta ciledug
dengan keluhan nyeri dan nilai kadar asam urat darah diatas normal lebih dari 7,0
mg/ dl untuk pria dan lebih dari 6,0 mg/dl untuk wanita.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Asam Urat
1. Pengertian asam urat
Asam urat adalah sampah hasil metabolisme normal dari pencernaan protein
(terutama dari daging, hati, ginjal dan beberapa jenis sayuran seperti kacang dan
buncis) atau dari penguraian senyawa purin (sel tubuh yang rusak), yang
seharusnya akan dibuang melalui ginjal, feses atau keringat. senyawa ini sukar larut
dalam air, tapi dalam plasma darah beredar sebagai senyawa natrium urat, bentuk
garamnya terlarut dalam kondisi Ph atau keasaman basa diatas tujuh (Sustrani, dkk.
2008). Asam urat merupakan hasil metabolisme sel yang dihasilkan oleh makhluk
hidup (Kanbara, 2010). Asam urat adalah asam yang terbentuk akibat metabolisme
purin didalam tubuh (Kertia, 2009) asam urat merupakan suatu kristal berwarna
putih dengan rumus kimia C3HN403, kristal ini membentuk didalam tubuh sebagai
hasil metabolisme purin, yang apa bila kadarnya meningkat dinamakan
hiperurisemia (Fauzi, 2014).
2. Kadar asam urat
Kadar normal asam urat untuk pria antara 3,0 - 7,0 mg/ dl , dan wanita 2,50 –
6,0 mg/dl (Tehupeiroy 2006 dalam sudoyo 2006). Bagi mereka yang berusia lanjut,
kadar tersebut sedikit lebih tinggi. Rata-rata kadar normal asam urat adalah 3,0 -7,0
mg / dl. Bila lebih dari 7,0 mg/dl dapat menyebabakan serangan gout dan dianggap
berlebihan. Dan bila lebih dari 12 mg/dl dapat menyebabkan batu ginjal. Gangguan
asam urat terjadi bila kadar tersebut sesudah mencapai lebih dari 12 mg/dl (Sustrani,
dkk. 2008).
B. Hiperurisemia
1. Pengertian hiperurisemia
Hiperurisemia merupakan peningkatan kadar asam urat darah yang dapat
mengakibatkan gangguan pada tubuh manusia. Hiperurisemia merupakan keadaan
meningkatnya produksi asam urat yang disebabkan oleh metabolisme purin
abnormal dan menurunnya eksresi asam urat atau kombinasi keduanya (Riswanto
Dan Isnani, 2014). Serangan radang persendian yang berulang terjadi bila
produksinya berlebihan Atau terjadi gangguan pada proses pembuangan asam urat
akibat kondisi ginjal yang kurang baik, atau karena peningkatan kadar asaam urat
didalam darah sudah berlebihan yang disebut sebagai hiperurisemia (Sustrani, dkk.
2008).
2. Tanda gejala hiperurisemia
Penyakit ini umumnya ditandai dengan rasa nyeri hebat yang tiba-tiba
menyerang sebuah sendi pada saat tengah malam, biasanya pada ibu jari kaki (sendi
metatarsofalangeal pertama) atau jari kaki (sendi tarsal). Jumlah sendi yang
merdang kurang dari empat (oligoartritis), an serangannya di satu sisi (unilateral).
Kulit berwarna kemerahan, terasa panas, bengkak, dan sangat nyeri (Setiyohadi,
2006 ; Sari, 2010; Fauzi, 2014).).
3. Patofisiologi hiperurisemia
Pada kedaan normal proses pencernaan protein dimulai di lambung dengan
merubah protein menjadi sederhana yaitu asam amino oleh enzim pepsin dan ketika
masuk ke usus halus 30 % protein dirombak menjadi asam amino sederhana dan
diserap oleh usus halu s lalu masuk kepedaran darah, proses ini membutuhkan
waktu 3-5 jam (Sherwood, 2012).
Peningkatan kadar asam urat dapat disebabkan oleh pembentukan berlebihan
atau penurunan eksresi asam urat, ataupun keduanya. Pembentukan asam urat
diawali metabolisme DNA dan RNA menjadi adenosine dan guanosine, sebagain
besar sel tubuh selalu diproduksi dan digantikan, terutama dalam darah. Adenosine
yang terbentuk kemudian dimetabolisme menjadi hipoksantin. Hipoksanin
kemudian dimetabolisme menjadi xanthine, sedangkan guanosin dimetabolisme
menjadi xantin. Xanthine dari hasil metabolisme hipoksantin dan guanosin
dimetabolisme dengan bantuan enzim xanthine oxidase menjadi asam urat.
Keberadaan enzim xanthine oxidase sangat penting dalam metabolisme purin
karena mengubah hipoksantin menjadi xanthine dan xanthine menjadi asam urat
(Soeroso, 2011)
Gambar 2.1 Metabolisme Purin
Selain enzime xanthine oxidase. Pada metabolisme purin terlibat juga enzim
hypoxanthine guanin phospsoribosyl transferase yang biasa disebut HGPRT yang
beran mengubah purin menjadi nukleotida purin agar dapat digunakan kembali
sebagai penyusun DNA dan RNA. Jika enzim ini mengalami defisiensi , maka
peran anzim menjadi bekurang akibatnya purin dalam tubuh meningkat.
Purin yang tidak dimetabolisme oleh enzim HPGRT akan dimetabolisme oleh
enzime xanthine oxidase menjadi asam urat. Sekitar dua pertiga asam ura yang
sudah terbentuk secara alami akan dikeluarkan bersama urin melalui ginjal. Pada
akhirnya terjadilah hiperurisemia (Krisnatuti, 2008).
Tubuh memliki sistem penyeimbang dengan memproduksi enzim urikinase
untuk mengoksidasi asam urat menjadi alatonin yang mudah dibuang. Terjadinya
gangguan pada enzim urikinase ini misal karena proses penuaan, stres dan sebab
lain, maka kadar asam urat darah menjadi naik. Selain itu, tubuh bereaksi mengatur
tingkat keasaman atau PH darah agar tetap berada dalam tingkat basa sedikit diats
normal antara 7,35 sampai 7,45 agar asam urat terlarut didalam plasma darah
sebagai garam natrium urat. Bila terjadi, penurunan, keasaman menjadi (dibawah
tujuh) misalnya akibat dehidrasi, maka asam urat akan susah larut mengendap
sebagai kristal tajam. Tubuh akan menggunakan kalsium, magnesium, kalium, dan
mineral lain dalam persendian tubuh untuk mengembalikan keasaman darah
tersebut ke tingkat normal.
Selain karena terjadi gangguan pada enzim urikinase, hambatan pembuangan
asam urat juga bisa terjadi karena gangguan pada ginjal. Sebagian besar (dua pertiga
bagian) asam urat di buang oleh ginjal melalui urin, sebagian lagi (hampir seprtiga
bagian ) oleh usus besar melalui feses (tinja), dan sisanya dibuang oleh kulit
melalui keringat. Karena itu gangguan ginjal termasuk penyebab utama hambatan
pembungan asam urat.
Kelebihan asam urat di dalam darah bila melebihi 7 mg/dl, menyebakan asam
urat mengendap disendi kulit dengan gejala gout. Bila kondisi tersebut dibiarkan
terjadi komplikasi lebih lanjut dari pengendapan asam urat di ginjal dengan gejala
batu ginjal, dan selanjutnya bisa mengakibatkan gagal ginjal (Sustrani, dkk. 2008)
4. Etiologi hiperurisemia
a. Faktor keturunana dengan adanya riwayat gout dalam silsilah keluarga.
b. Faktor diet tinggi protein dan makanan kaya senyawa purin lainnya. Purin
merupakan senyawa yang akan dirombak menjadi asam urat dalam
tubuh. Ada beberapa makan yang dikatahui kaya purin antara lain daging,
baik daging sapi, babi , kambing, atau makanan dari laut, kacang-
kacangan, bayam, jamur, dan kembang kol.
c. Akibat konsumsi alkohol berlebihan, karena alkohol merupakan salah satu
sumber purin yang juga dapat menghambat pembuangan purin melalui
ginjal. Sehingga disarankan tidak sering mengkonsumsi alkohol.
d. Hambatan dari pembuangan asam urat karena penyakit terentu, terutama
gangguan ginjal. Pasien disarankan meminum cairan dala jumlah banyak.
Minum air sebanayak 2 liter atau lebih setiap harinya membantu
pembuangan urat dan meminimlakan pengendapan uarat dalam saluran
kemih.
e. Penggunaaan obat tertentu yan meningatkan kadara asam urat, terutama
diuretika (furosemid dan hidroklotizid)
f. Peggunaan antibiotika berlebihan yang menyebabkan berkembnagnya
jamur, bakteri dan virus yang lebih ganas. Penyakit tertenti pada darah
anemia kronis yang menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme
tubuh, misalnya berupa gejala polisitemia dan leukimia.
g. Faktor lain seperti stres, diet ketat, cedera sendi darah tinggi dan olah
raga berlebihan, obesitas, gangguan ginjal (Sustrani,dkk. 2008 ;
Weaver, 2010 ; Price, 2006)
5. Komplikasi hiperurisemia
Komplikasi yang paling dikenal adalah radang sendi gout, sifat kimia asam
urat cenderung berkumpul di cairan sendi ataupun jaringan ikat longgar. Meskipun
hiperurisemia merupakan faktor-fakor timbulnya gout, namun, hubungan secara
ilmiah antara hiperurisemia dengan serangan gout akut masih belum jeas. Arthritis
gout akut dapat terjadi pada keadaan konsentrasi asam urat serum yang normal,
akan tetapi banayak pasien dengan hiperurisemia tidak mendapat serangan arthritis
gout (Enneking, 2009) komplikasi lain yaitu Persendian menjadi rusak sehingga
pocang, peradangan tulang , kerusakan ligamen dan tendon (otot) ,batu ginjal ,
gagal ginjal (Sustrani,2008).
6. Penatalaksanaan dan pencegahan hiperurisemia
a. Terapi farmakologi asam urat
Tujuan pengobatan adalah untuk mengatasi gejala serangan akut
(mendadak) asam urat, mencegah kambuhnya kembali radang sendi dan
pembentukan batu urat, sedangkan untuk serangan kronis (kambuhan) dokter
akan melakukan serangkaian pemeriksaan untuk memastikan kondisi
pasiennya. Apakah pasiennya mengalami serangan ulang karena
terbentuknya batu urat atau masih dalam tahap hiperurisemia, pada kasus
hiperurisemia tanpa gejala tidak diperlukan pengobatan jangka panjang
karena peningkatan kadar asam urat didalam darah belum menyebabakan
terjadinya radang sendi. Yang menjadi masalah adalah bila sendi yang rusak
sudah dimasuki kristal-kristal urat, sehingga sistem imunitas tubuh
menyerang benda asing tersebut.
Sel darah putih yang ikut memasuki ruang sendi, yang terbuka
tersebut (karena rusak) yang bertujuan untuk menelan kristal tersebut.
Namun, hal ini justru menyebabakan terjadinya pembengkakan (radang
sendi). Sendi meregang sehingga muncul rasa sakit yang hebat, bagi penderita
gangguan asam urat dokter akan memberi obat untuk menurunkan kadar asam
urat dalam darah, misalnya allopurinol yang bekerja sebagai inhibitor yang
menekan produksi asam urat atau urikosurik, misalnya probenesid untuk
membantu mempercepat pembuangan asam urat lewat ginjal. Dapat juga
diberikan obat-obatan untuk mengatasi radang dan rasa sakit yaitu analgesik
dari golongan AINS (anti inflamasi nonsteroid) atau NSAID (nonsteroidal
anti inflamatori drugs) , seperti indometasin, ibuprofen, ketoprofen,
diklofenak. Sedangkan untuk pencegahan serang berulang, biasanya
diberikan kolsisin (Sulaiman,2008). Biasanya nyeri akibat radang sendi dapat
diatasi dengan pemberian analgesik yang dapat dibeli tanpa resep, misalnya
paracetamol. Siksa nyeri dapat dikurangi dengan obat gosok yang biasanya
digunakan untuk menghilangkan nyeri dan kejang otot (Sustrani,2008).
Tetapi pemberian anti nyeri dan anti radang yang terus menerus memiliki
efek samping yaiu pada lambung, hati dan ginjal (Kertia, 2009).
b. Terapi komplementer hiperurisemia
Terapi komplementer bagi pasien hiperurisemia merupakan upaya
pelengkap atau alteernatif yang bisa mempercepat proses penyembuhan dan
mencegah kekambuhan. Beragam terapi komplementer dapat dipilih
berdasarkan pertimbangan mana yang paling sesuai bagi pasien dan
keluarganya dari segi:
1) Latar belakang kultural, karena penasaran nyaman dan keyakinan
sangat berperan bagi proses penyembuhan.
2) Tersedianya terapis atau fasilitas terapi diwilayah domisilinya
3) Biaya terapi atau pengobtaan yang terjangkau.
Menurut Sustrani, dkk. 2008, bahwa terapi komplementer yang dapat
digunakan untuk pasien hiperurisemia adalah terapi herba, homeopati,
akupuntur, akupresure, terapi nutrisis, pijat refleksi, tissue salt teraphy, dan
yoga.
C. Nyeri
1. Pengertian nyeri
Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar senssasi tunggal yang
disebabakan oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat subjektif dan sangat bersifat
individual. Stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang bersifat fisik atau mental ,
sedangkan kerusakan dapat terjadi pada jaringan aktual atau pada fungsi ego
seorang individu (Mahon, 1994 dalam Potter Perry, 2002).
Nyeri adalah mekanisme protektif untuk menimbulkan kesadaran akan
kenyataan bahwa sedang atau akan terjadi kerusakan jaringan (Sherwood, 2012).
Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat dari kerusakann jaringan yang bersifat subjektif. Keluhan sensorik yang
dinyatakan seperti pegal, linu, ngilu, dan seterusnya dapat dianggap sebagai
modalitas nyeri (Muttaqin, 2008).
Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul
akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau gambaran dalam hal
kerusakan sedemikian rupa (international association for study of pain); awitan
yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang
dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung < 6 bulan untuk akut dan > 6
bulan untuk kronis (Nanda, 2012).
2. Mekanisme nyeri
Terdapat tiga kategori reseptor nyeri, atau nosiseptor. Nosiseptor mekanis
berespon terhadap kerusakan mekanis misalnya tersayat, terpukul, atau cubitan ;
nosiseptor suhu berespon terhadap suhu ekstrim terutama panas ; dan nosiseptor
polimodal yang berespon sama kuat terhadap semua jenis rangsangan yang
merusak, termasuk bahan kimia iritan yang dikeliarkan oleh jaringan yang cedera.
Karena manfaatnya untuk kelangsungan hidup maka nosiseptor juga tidak
beradaptasi terhadap rangsangan yang menetap atau berulang. Semua nosiseptor
dapat ditingkatkan kepekaannya oleh adanya prostaglandin yang dilepaskan
karena respon lokal misalnya karena cedera jaringan.
Impuls nyeri yang berasal dari nosisseptor disalurkan ke SSP melalui salah
satu dari dua jenis serat aferen sinyal yang berasal dari nosiseptor mekanis dan
suhu disalurkan melalui serat A-delta halus bermielin dengan kecepatan hinffa
30m/dtk (jalur nyeri cepat). Impuls dari nosiseptor polimodal disalurkan oleh
serat C halus tak bermielin dengan kecepatan 12 m/dtk (jalur lambat). Nyeri
biasanya pertama kali dirasakan sebagai sensasi tertusuk tajam yang singkat yang
mudah diketahui lokasinya ini adalh jalur nyeri cepat yang bersal dari nosiseptor
mekanis atau panas spesifik. Persaan yang diikuti oleh sensasi pegal tumpul yang
lokasinya tidak jelas dan menetap lebih lama disertai rasa tidak nyaman adalah
jalur nyeri lambat , yang diaktifkan oleh bahan-bahan kimia, terutama bradikinin,
suatu bahan yang normalnya inaktif dan menjadi aktif oleh enzim-enzim yang
dikeluarkan kedalam CES dari jaringan yang rusak (Sherwood, 2012).
3. Pengkajian nyeri
Pengkajian nyeri faktual dan akurat dibutuhkan untuk menetapkan data
dasar, untuk menegakkan diagnosa keperawatan yag tepat, untuk meneyelksi
terapi yang cocok, dan untuk mengevaluasi respon klien terhadap terapi.
Komponen-komponen yang perlu dakaji adalah:
a. Eksperesi nyeri
b. Kalsifikasi pengalaman nyeri
c. Karaktersitik nyeri (awitan, durasi, lokasi, keparahan/intensitas, faktor
presipitasi atau faktor yang memperburuk, tindakan penganan)
d. Kualitas
e. Polan nyeri
f. Tindakan untuk menghilangkan nyeri
Untuk menggambrakn intenstas nyeri pasien maka dapat digunakan
pengukur intesnitas nyeri dengan skala nyeri yang terdapat pada gambar:
Gambar 2.2 Skala Nyeri analog visual (VAS)
4. Tindakan pereda nyeri nonfarmakologis
a. Distraks
Yaitu stimulasi sensori yang menyenangkan yang menyebabakan pelepasan
endorfin
b. Biofeedback
Terapi ini digunakan untuk menghasilkan relaksasi yang mendalam dan
snagat efektif untuk menghilangkan nyeri kepala dan ketegangan otot.
c. Hipnosis diri
Hipnosis dapat membantu mengubah persepsi nyeri melalaui pengeruh
sugesti positif.
d. Mengurangi persepsi nyeri klien
Dapat digunakan dengan cara terapi musik dan mengontrol lingkungan
e. Stimulasi kutaneus
Merupakan stimulasi kuli dengan cara masasem mandi air hangat,
kompres dingin, dan stimulasi saraf elektrik transkutan (TENS).
5. Terapi nyeri farmakologis
Terapi obat dengan golongan analgesik merupakan metode yang umum untuk
mengatasi nyeri, ada 3 jenis analgesik yakni, non-natkotik dan obat anti
infalamasi nonsteroid (NSAID), analgesik narkotik atau opiat, dan obat tambahan
adjuvan atau koanalgesik.
D. Pijat Refleksi
1. Pengertian pijat refleksi
Institut reflleksologi internasional mendefinisikan refleksologi sebagai
teknik manual yang berladaskan teori bahwa area reflek telapak kaki dan tangan
berhubungnan erat dengan kelenjar, organ, dan semua bagian tubuh (Byers,
1983). Refleksologi adalah cara pengobatan dengan merangsang berbagai
daerah refleks (zona atau mikrosistem) dikaki, tangan, dan telinga yang ada
hubungannya (atau mewakili) dengan berbagai kelenjar, orga, dan bagian tubuh
lainnya (Sustrani,2008).
Terjadi perbedaan definisi pada masa berikutnya, tetapi para refleksologist
mengutarakan prinsip dasar, bahwa telapak kaki dan telapak tangan terhubung
dengan semua bagian tubuh manusia termasuk organ internal, dan dengan
memberikan tekanan secara spesifik pada telapak kaki, manfaatnya akan
dirasakan oleh seluruh organ tubuh.(Snyder&Lindquist, 2010).
2. Manfaat pijat refleksi
Menurut Gala (2004), pengobatan refleksologi menghasilkan pemulihan
homeostasis yakni, menghasilkan keseimbangan internal. Organ-organ dan
kelenjar-kelenjar mulai bekerja secara optimal dan secara harmonis, terapi ini
juga dapat mengurangi stres mental dan fisik. Menurut Gunawan (2011)
refleksologi juga dapat memperbaiki kesimbngan potensi elektrikal dari
berbagai bagian tubuh dengan memperbaiki kondisi zona yang berhubungan.
3. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pijat refleksi
a. Bagi pemula hendaknya mengetahui ilmu penyakit dan anotomi tubuh
manusi. Mendalami dan menghafal zona atau daerah-daerah refleksi di
seluruh tubuh manusia.
b. Pakailah minyak urut atau lotion supaya kulit tidak lecet ketika dipijat
c. Sebaiknya melakukan pijatan dua hari sekali atau 3 kali dalam
seminggu. Jangan melakukan pijatan pijatan setiap hari atau setiap saat
karena hal ini akan merusak saraf refleks.
d. Setiap titik refeleksi biasanya dipijat 5 menit, jika sakitnya keras boleh
dipijat selama 10 menit.
e. Jika pemijatan terlalu keras dan pasien merasa kesakitan, maka tekanan
pijatan dikurangi dari meindahkan pijat kebagian lainnya.
f. Jangan memijat pada waktu: pasien menderita penyakit menular dan
bagian tubuh yang luka atau bengkak
g. Adakalanya sekali atau dua kali pijat pasien sudah sembuh dari
penyakitnya, namun bisanya diperlukan waktu yang cukup. biasanya
berangsur-angsursembuh atau sakitnya berkurang.
h. Setiap refleksi tidak boleh dipijat lebih dari 10 menit. Ini malah akan
membahayakan sarafnya.
i. Bagi penderita jantung, kencing manis , lever, kanker memijatnya
jangan keras-keras. Tiap titik refleksi hanya boleh dipijat selama 2
menit.
j. Dalam waktu satu jam setelah makan jangan memijat
k. Selesai dipijat minumlah air putih 2-3 gelas sekaligus, agar kotoran
dalam tubuh mudah terbuang bersama air seni. Bagi penerita ginjal
berat jangan minum lebih dari 1 gelas.
l. Bagi pemijatjat yang kurang enak badan atau tidak fit maka jangan
sekali-kali memijat; karean memijat berarti mengeluarkan tenaga keras,
supaya anda tidak mudah terserang penyakit (Rahimsyah, 2011)
4. Titik-titik pijat refleksi
a. Pegertian titik-titik pijat refleksi
Zona refleksi atau mikrosistem adalah suatu titik di bagian tubuh
yang merupakan refleksi dari bagian tubuh lain, pakar refleksologi
meyakini adanya paling sedikit 15 sampai 366 zona atau zaluran energi
pada tubuh manusia. Zona ini sama dengan titik akupresure karena berakar
dari titik yang sama, Zona tersebut dianggap sebagai jalur untuk
mengalirkan energi vital pada setiap orang. Zona tersebut berakhir atau
berujung pada kaki, tangan, dan telinga. Jika suatu bagian tubuh
mengalami gangguan, keluhan tersebut bisa diatasi dengan menstimulasi
dengan cara menekan bagian tubuh lain yang berada pada zona-zona yang
sama. Stimulasi atau rangangan yang tepat pada zona-zona yang sama.
Stimulasi atau rangsangan yang tepat pada zona-zona refleks
mengatasi stres dan ketegangan, membuat seluruh tubuh relaks secara
mendalam. Relaksasai terapeutik ini berperan menormalkan kembali
fungsi organ-organ tubuh yang terganggu, secara efektif memfasilitasi
proses penyembuhan alami, dan meningkatkan vitalitas dan memperbarui
kesehatan secara menyeluruh (Sustriani,2008).
Titik refleksi adalah suatu sistem untuk merumuskan hubungan –
hubungan diantara berbagai bagian tubuh. Titik-titik tersebut dapat
diimajinasikan sebagai pedoman atau penanda – penanda yang
dihubungkan bagian tubuh yang satu dengan bagian tubuh yang lain. Dr.
Fitzgerald percaya bahwa suatu organ tertentu atau bagian tubuh dapat
dipengaruhi secara lengkap melalui satu atau beberapa jari kaki yang
sesuai dengan zona-zona yang sama, eksperimen mutakhir
mengungkapkan bahwa perangsangan pada jari kaki tidak selalu
membawa hasil yang demikian, unuk pengobatan yang lebih pasti terhadap
berbagai organ, bagian-bagian spesifik kaki, bersama seluruh bagian yang
menyamping, perlu dirangsang, hal ini memunculkan konsep zona – zona
lateral dan horizontal di tubuh (Gunawan, 2011).
b. Letak titik refleksi pada tubuh
Secara umum lebih banyak praktisi terapi refleksologi yang
memusatkan perhatian pada kaki, meskipun zona-zona yang bisa digarap
juga terdapat pada tangan dan telinga, Refleksologi tangan menggunakan
teknik yang sama dengan refleksologi kaki(Sustrani,2008). Dalam buku
refleksi rahimsyah (2011) letak daerah refleksi selian di telapak tangan dan
telapak kaki terdapat tambahan titik refleksi di bagian tubuh depan,
belakang dan wajah atau kepala, untuk titik refleksi kepala selalu
menyilang. Misalnya sakit mata dibagian kiri maka memijatnya di kaki
kanan, daerah refleksi tubuh bagian bawah kepala selalu sejajar. Misalnya
sakit bahu kiri memijatnya dikaki kiri.
Banyak praktisis yang keliru berpendapat bahwa zona refleks
ditangan tidak begitu mudah dirangsanagan dibanding dengan yang di
kaki. Karena alasan inilah pengetahuan akan lokasi refleks ditangan adalah
perkembangan yang paling mutakhir dalam refleksologi ilmu ini
merupakan hasil evolusi dari terapi auricular atau akupunktur telinga. Titik
refleksi berfungs sebagai key point yang akan mengktifkan organ-organ
yang berhubungan dengan titik tersebut dibawah ini adalah gambar untuk
area titik refleksi dan kegunaannya bekerja untuk menyeimbangkan energi
yang kurang atau berlebihan didalam tubuh.
Gambar 2.3 titik refleksi telapak kaki
Gambar 2.4 titik refleksi kaki bagian luar
Gambar 2.5 titik refleksi kaki bagian dalam
Gambar 2.6 titik refleksi punggung kaki
Gambar 2.7 titik refleksi telapak tangan
Gambar 2.8 titik refleksi punggung tangan
5. Teknik pijat refleksi
Teknik pijat refleksi adalah beberapa teknik yang digunakan,
tergantung pada apa daerah kaki bekerja. Satu tangan digunakan untuk
mendukung kaki sementara jari dan ibu jari yang lain yang digunakan
untuk memijat kulit. Periode 45 menit sampai satu jam diperkirakan cukup
waktu untuk melakukan refleksi pada kedua kaki dan akan memungkinkan
untuk waktu ekstra untuk bekerja pada daerah tertentu yang membutuhkan
perawatan lebih lanjut.
Pada akhir setiap sesi klien disarankan untuk bersantai selama
beberapa menit. Ada beberapa teknik standar tekanan untuk bekerja pada
refleks kaki. Dua teknik yang dijelaskan di sini adalah: jempol berjalan
dan hook dan back up (Kunz & Kunz, 2003), digunakan tergantung pada
area refleksi. Hal ini penting untuk tidak melupakan setiap area dan untuk
menyelesaikan satu daerah sebelum memulai berikutnya (Snyder, Mariah,
dan Lindquist, Ruth. 2010).
a. Teknik jempol berjalan
Menggunakan teknik ujung jempol, tujuan dari teknik jempol
berjalan adalah untuk menerapkan tekanan konstan, stabil ke
permukaan kaki atau tangan, satu tangan memegang atau meregangkan
telapak kaki. Ibu jari memijat atau menekan area telapak kaki, menekuk
dan unbend thumb bersama, bergerak maju sedikit pada satu waktu.
Pijat terus menerus dengan jempol maju sedikit demi sedikit dengan
setiap unbend. Tujuannya adalah untuk bekerja dengan area kecil di
setiap langkah untuk menciptakan perasaan tekanan konstan, stabil.
Selalu berjalan dalam arah yang maju, tidak mundur.
Gambar 2.9 teknik jempol berjalan
b. Hook Dan Back Up
Hook-dan-back-up teknik ini digunakan untuk bekerja sebuah titik
tertentu yang tersembunyi atau banyak dagingnya. Ini adalah teknik yang
relatif stasioner, dengan hanya gerakan-gerakan kecil jempol yang terlibat.
Untuk menghindari kuku terkena daging. Satu tangan memegang kaki atau
tangan. Tangan tangan satu lagi seperti menggenggam atau menekuk dan
menahan. Tempatkan jempol di pusat daerah untuk bekerja. Hook dan
back up, menggunakan ujung jari yang telah ditekuk. Catatan: Diadaptasi
dari Kunz dan Kunz (2003)
E. Pijat Tubuh (body massage)
1. Pengertian Pijat badan (body massage )
Pijat atau masase adalah terapi kuno merupakan salah satu terapi
komplementer yang paling banyak digunakan, pijat berasal dari bahasa arab
“mass’h” yang berarti “tekan lembut”, Greene mengatakan bahwa terapi
massage selama 25 tahun dari amerika, memberi pengaruh besar pada tubuh
secara keseluruhan, diantaranya meningktkan sirkulasi darah, aliran limpa,
serta dapat merangsang dan memperlancar pencernaan dan pernafasan. Selain
itu, Sujayanto (2007) mengatakan melalui massage, proses pengeluaran sisa-
Gambar 2.10 teknik Hook Dan Back Up
sisa metabolisme kedalam darah diercepat, sehingga pemulihan menjadi
cepat.
Pijat sering dikombinasikan dengan terapi lain seperti musik, aroma
terapi, shiatsu, dan bahkan jenis pijat yang lain Sujayanto (2007). Beberapa
studi menunjukkan bahwa efek positif dari pijat dengan atau tanpa terapi lain
dapat menimbulkan efek relaksasi , menigkatkan tidur, dan mengurangi nyeri
(Snyder, Mariah, dan Lindquist, Ruth. 2010).
Menurut Ody (2008) dalam terapi oriental mereka percaya bahwa
bebagai jenis pijat bertujuan merangsang energi chi, yang praktisinya
menggunakan kekuatan chinya sendiri untuk merangsang pasien. terapi ini
juga berguna untuk mengembalikan keseimbangan yin dan yang. Manipulasi
dan usapan lembut digunakan bagi sindrom keseimbngan, sementara bagi
sindrom kelebihan. manipulasi kuat digunakan untuk menghambat atau
mengurangi hal yang berlebihan (Ody, 2008).
Pijat tubuh (Body massage) adalah tindakan manipulasi otot-otot dan
jaringan dari tubuh dengan cara menekan, menggosok, getaran/vibrasi dan
menggunakan tangan, jari tangan atau alat-alat manual/elektrik untuk
memperb aiki kondisi kesehatan (Nurgiwiati, 2015). Body massage telah
lama diyakini bermanfaat bagi kesehatan, mulai dari meredakan stres hingga
mempercepat waktu pemulihan setelah sakit, alergi, depresi, masalah
pernapasan, insomnia, cedera saat olahraga dan kelelahan kronis.
Body massage merupakan terapi dengan pendekatan holistik yang
berfungsi menurunkan tekanan darah, denyut jantung, memperbaiki
pernafasan, meningkatkan aliran kelenjar limphe ke dalam saluran pembuluh
darah, membantu pengeluaran sisa metabolisme, mengurangi kekakuan,
menjadikan tubuh menjadi rileks, meningkatkan tidur, meningkatkan
pergerakkan sendi, mengurangi nyeri secara alami dan memperbaiki
kesehatan pada umumnya (Nurgiwiati, 2015).
2. Manfaat pijat tubuh
Manfaat pemijatan menurut Wahyuni et all (2014) :
a. Meredakan stres
Manajemen stres merupakan kunci utama untuk menjalankan gaya
hidup sehat. Terapi ini telah terbukti sebagai salah satu cara pandang
yang paling efektif untuk meredakan stres. Studi telah menemukan
body massage dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Hal ini juga
akan meredakan stres. Body massage juga bisa meningkatkan energi,
mengurangi rasa sakit serta meningkatkan performa fisik dan mental.
b. Relaksasi
Body massage bisa membantu tubuh untuk rileks, mental menjadi
tenang dan mendorong lahirnya ide kreatif. Manfaat rileks adalah
memperbaiki kondisi mental, lebih bisa mengatasi tekanan,
menumbuhkan sikap positif, dan mendorong kreativitas.
c. Memperlancar fungsi sirkulasi
Dampak jangka panjang dari body massage adalah dapat
memperlancar aliran darah. Tekanan pada saat melakukan body
massage bisa menggerakkan darah melalui area yang tersumbat.
Pelepasan ini membuat darah baru mengalir ke dalam. Tekanan dan
tarikan pada saat melakukan body massage juga bisa melepaskan asam
laktat dari otot-otot dan meningkatkan aliran cairan limfe yang
membawa sampah sisametabolisme dari otot-otot dan organ dalam.
Hasilnya, tekanan darah akan turun dan fungsi tubuh semakin
membaik.
d. Menurunkan tekanan darah
Salah satu cara terbaik untuk menurunkan tekanan darah adalah
dengan body massage. Sejumlah studi menunjukkan jika body massage
yang dilakukan teratur dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan
diastolik, menurunkan kadar hormon stres kortisol, menurunkan
sumber-sumber depresi dan kecemasan.
e. Menghilangkan rasa sakit
Body massage menyegarkan dan meremajakan pikiran. Selain itu,
juga memperbaiki persendian, meningkatkan aliran darah dan nutrisi ke
otot-otot serta jaringan lainnya. Selain itu Dari berbagai sumber
terdapat manfaat pijat yaitu memberikan kenyamanan dan menurunkan
rasa nyeri, endorfin adalah pembunuh rasa nyeri yang dihasilkan sendiri
oleh tubuh. Endorfine merupakan molekul-molekul peptida protein
yang dibuat dari zat yang disebut beta-lipotropin ynag ditemukan pada
kelenjar pituitari. Diduga kalau edorfin mengontrol aktifitas kelenjar-
kelenjar endokrin tempat tempat molekul tersimpan. Selain itu,
endorfin juga diduga memengaruhi daerah-daerah pengindra nyeri di
otak dalam cara yang amat serupa dengan obat-obat opiat atau
morfin.Pelepasan endorfin dikontrol oleh sistem saraf. Yang dimana
penekenan pada titik-titik ini dipercaya memeiliki efek yang serupa
pada produksi endorfin. Pada titik meridian terdapat 361 titik utama
yang apabila dirangsang dapat menyeimbngkan energi chi dalm tubuh
dan dapat meningkatkan kesehatan. (Ody, 2008)
Selain itu, pijat juga membantu menghasilkan vasodilatasi
pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah vena dan pasien akan
marasa nyman setelah pemeberian terapi (Snyder, Mariah, dan
Lindquist, Ruth. 2010).
3. Teknik pijat tubuh
Gerakan-gerakan pokok body massage Snyder, Mariah, dan
Lindquist, Ruth. (2010)adalah:
a. Effleurage (mengusap)
Effleurage adalah gerakan urut mengusap yang dilakukan
secara berirama dan berturut-turut ke atas. Gerakan mengusap yaitu
gerakan ringan dan terus-menerus yang dilakukan dengan ujung jari
bagian bawah pada bagian wajah yang sempit, seperti hidung dan
dagu, dan dengan telapak tangan pada bagian wajah yang lebar
seperti dahi dan pipi. Effleurage sering dipakai untuk muka, leher,
kulit kepala, punggung, dada, lengan, dan kaki. Effleurage memiliki
efek sedatif yaitu menenangkan sehingga selalu digunakan diawal
dan akhir pengurutan. Khasiat gerakan urut ini :
1) Menghilangkan secara mekanis sel-sel epitel yang telah
mati.
2) Akibat pengusapan terhadap peredaran dan getah bening
adalah berikut : Mempercepat pengangkutan zat-zat
sampah dan darah yang mengandung karbondioksida,
memperlancar aliran limfe baru dan darah yang
mengandung sari makanan dan oksigen. Pertukaran zat
(metabolisme) di semua jaringan meningkat dan pemberian
makanan kepada kulit dari tubuh lebih terjamin.
b. Friction (menggosok, menggesek)
Gerakan ini memberi tekanan pada kulit untuk memperlancar
sirkulasi darah, mengaktifkan kelenjar kulit, menghilangkan kerut
dan memperkuat otot kulit. Lakukan pijatan melingkar ringan pada
bagian yang dipijat. Khasiat gerakan friction yaitu :
1) Berpengaruh terhadap penyembuhan bagian-bagian jaringan
yang sakit;
2) Merangsang produksi kelenjar lemak yang bermanfaat untuk
kulit kering;
3) Friction mempengaruhi peredaran darah dan aktivitas
kelenjar- kelenjar dalam kulit
c. Petrisage (memijit atau meremas)
Gerakan ini menggunakan ujung jari dan telapak tangan untuk
menjepit beberapa bagian kulit. Pijatan jenis ini perlu sedikit tekanan
(pressure) yang dilakukan secara ringan dan berirama. Fulling
adalah suatu bentuk petrisage yang banyak dipakai untuk mengurut
lengan. Dengan jari kedua tangan, lengan dipegang dan satu gerakan
memijat dilakukan pada otot. Khasiat gerakan petrisage adalah :
1) Memperlancar aliran zat-zat dalam jaringan ke dalam
pembuluh-pembuluh darah dan getah bening;
2) Darah dan getah bening mengantarkan sari makanan ke
jaringan dan membawa sisa pertukaran zat dari jaringan ke
alat pembuangan. Jika aliran darah dan getah bening tidak
lancar, maka terjadilah pembendungan yang dapat dihindari
dengan cara pengurutan meremas.
d. Pressure (menekan)
Gerakan ini dilakukan dengan kedua ibu jari yang disatukan
atau menggunakan jari-jari tangan yang lain. Caranya adalah
melakukan penekanan pada titik saraf tertentu yang tegang dengan
menggunakan kekuatan jari tangan. Tekanan dilakukan dengan
kekuatan sedangsampai kuat. Gerakan ini berfungsi untuk
melepaskan titik saraf sehingga klien merasa lebih tenang dan
nyaman.
e. Tapotament (mengetuk)
Gerakan ini merupakan gerakan ketukan berturut-turut dan
cepat, yang dilakukan dengan seluruh tangan atau ujung jari.
Ketukan dilakukan untuk mengembalikan tonus otot-otot yang
kendur. Gerakan mencincang adalah gerakan menepuk yang
dilakukan dengan menggunakan bagian samping luar kedua tangan,
yang ditepukkan pada kulit secara berturut-turut dan bergantian
untuk pengurutan punggung, bahu dan lengan. Manfaat gerakan ini
adalah menyegarkan otot-otot, melancarkan peredaran darah dan
getah bening pada tempat yang diurut.
f. Vibration (menggetar)
Vibrasi adalah gerakan menggetar untuk merangsang atau
menenangkan urat saraf dan menghilangkan kerut pada wajah.
Pada pijatan ini gunakan ujung jari dan telapak tangan untuk
menggetarkan kulit secara bergantian. Manfaat dari gerakan ini
adalah untuk melemaskan jaringan-jaringan dan menghilangkan
ketegangan.
Dalam pijat tubuh Durasi untuk melakukan pijat adalah 1 jam,
seorang pemijat lebih yakin bahwa alat untuk pijat yang paling
tepat dan efektif adalah tangannya sendiri. sentuhan langsung pada
badan pasien dan dengan persaan yang tajam seorang pemijat dapat
memperkirakan lemah kuatnya pijatan, lamanya memijat, daerah
man yang memrlukan tekanan lebih , atau beberapa kali memijat
pada bagian tertentu. (Gould, 2004).
4. Hubungan terapi pijat refleksi dan pijat tubuh dengan kadar
asam urat darah dan nyeri.
Pijat refleksi memliki banyak sekali manfaat, salah satunya adalah
membantu mengembalikan fungsi ginjal yang terganggu oleh asam urat
dengan kadar berlebihan, ahli refleksologi akan merangsang titik –titik
yang berhubungan dengan ginjal. Rangsangan tersebut dilakukan pada
kedua belah telapak kaki dan tangan (Sustriani, dkk. 2008). Penekanan
pada titik refleksi ginjal dikaki dan tangan dapat meningkatkan fungsi
ginjal dan meningktkan pengeluran urin, dan meningkatkan sirkulasi
peredaran darah ke ginjal, refleksologist percaya bahwa penyakit terjadi
karena ada ketidak seimbangan energi Chi dalam tubuh yang akan
berakibat timbul penyakit atau kelelahan pada sistem atau organ tubuh
yang tidak seimbang energinya. Selain itu pijat tubuh juga dapat
menyeimbangkan chi dan memperlancar peredaran darah serta dapat
memberikan efek teraputik pada tubuh (Ody, 2008 ; Wahyuni et all, 2013).
Maka dengan pemijatan pada titik refleksi maka organ yang berhubungan
akan terangsang dan meningkatkan fungsinya termasuk ginjal karena
termasuk tugas ginjal untuk mengeluarkan asam urat yang berlebih dalam
darah karena tugas ginjal adalah menjaga keseimbngna pH darah dalam
tubuh.
Bagi pasien yang menderita hiperurisemia dengan gejala nyeri
yang tertusuk-tusuk yang biasanya pada daerah sendi hal tersebut
merupakan hasil menifestasi dari pengeristalan asam urat yang
berlebihan sehingga terjadi respon infalamasi dan nyeri. Dengan pijat
refleksi dan pijat tubuh memberikan efek sinergis untuk meningkatkan
fungsi ginjal (Sujayanto, 2007) dan memperlancar aliran darah dan
bukan hanya penyakitnya yang dihilangkan tetapi juga gejala yang
ditimbulkan (Snyder, Mariah, dan Lindquist, Ruth. 2010) serta
menurunkan stress yang akan meningkatkan urikinase yang akan
merubah asam urat menjadi alatonin yang mudah dibuang (Sustrani,
dkk. 2008). Gejala utama yang akan dihilangkan berupa nyeri karena
dengan metode pijat refleksi dan pijat tubuh ada unsur distraksi dan
juga respon tubuh dengan mengeluarkan hormon endorfin dan
kenyamanan bertambah sehingga nyeri pun hilang (Potter & Perry,
2002)
a. Penelitian terkait
1) Penelitian Fatmadona (2015) terkait pijat teraputik sebagai
evidence based practice pada pasien kanker untuk mengurangi
distress Bertujuan untuk memaparkan aplikasi pijat terapeutik
untuk mengurangi distress sebagai suatu Evidence Based Nursing
(EBN). Metode penulisan ini berupa case study pelaksanaan EBN
dilakukan di ruang rawat inap Teratai RS Kanker Dharmais,
Jakarta. Pijatan dilakukan selama 3 kali seminggu, 20 menit, dalam
2 minggu, sehingga masing-masing pasien mendapatkan 6 sesi
pijat terapeutik. Partisipan dalam penerapan EBN ini semuanya
perempuan, dengan rentang usia 27 th-58 th, dengan 4 orang ca
mammae, 1 orang ca cervix, 1 orang ca ovarium, 1 orang ca
thyroid, 1 orang LNH. Setelah dilakukan sesi pijat terpeutik sesuai
dengan metode Ahles, et al, (1999), didapatkan sesi pijat terapeutik
mampu menurunkan cemas pasien, dilihat dari penurunan skor
ESAS cemas, mampu merilekskan pasien. Ke-4 pasien yang
menjalani terapi pijat pada hari pertama, didapatkan keluhan
cemas sedang 2 orang, cemas berat 2 orang pada akhir sesi pasien
tidak didapatkan cemas lagi. Respon pasien setelah menjalani sesi
melaporkan badannya lebih segar dan tidurnya lebih nyenyak. Pada
pasien yang mengeluhkan nyeri hebat dengan pemberian pijat
terapeutik yang sebelumnya telah diberikan analgesik, dan teknik
relaksasi, diketahui dengan pemberian pijat terapeutik walaupun
belum mampu menurunkan nyeri secara drastis, pasien dapat
beradaptasi dengan nyerinya, koping pasien lebih konstruktif.
perbedaan dengan penelitian peneliti adalah dari metode, objek
atau responden penelitian dan intervensi yang diberikan berupa
kombinasi pijat refleksi dan body massage.
2) Penelitian yang dilakukan oleh Nesami dkk, (2012) tentang
pengaruh pijat refleksi kaki terhadap Nyeri dan Kelelahan Pasien
post Bypass Arteri Koroner Graft (CABG). Sebuah uji klinis
terkontrol dilakukan secara acak pada 80 pasien yang dirawat di
Mazandaran Heart Center, 2011. Sampel dialokasikan berdasarkan
aksesibilitas mereka. Mereka usia dan jenis kelamin cocok dan
kemudian dibagi secara acak menjadi dua kelompok kasus dan
kontrol. kelompok kasus menerima pijat refleksi pada kaki kiri
selama 20 menit dari hari kedua setelah operasi untuk empat hari
berturut-turut. Pada kelompok kontrol, kaki kiri pasien itu
pelembap selama satu menit tanpa menerapkan tekanan apapun.
Intensitas nyeri dan kelelahan dicatat sebelum dan sesudah
intervensi menggunakan skala analog visual. statistik deskriptif
dan inferensial digunakan untuk menganalisis data. Hasil
penelitian menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam tingkat
rasa sakit dan kelelahan setelah intervensi antara kedua kelompok
(P = 0,0001). Perbedaan dari penelitian peneliti adalah dari metode
yang menggunakan kelompok kontrol dan intervensi yang hanya
menggunkan pijat refleksi pada kaki serta karakteristik responden.
3) Penelitian yang dilakukan oleh Azima , dkk (2015) tentang
Perbandingan efek refleksi dan pijat terapi pada primary
dismenoreIni dikendalikan klinis Uji coba dilakukan pada 102
siswa dengan dismenore primer. Sampel secara acak dibagi
menjadi kelompok-kelompok refleksi, pijat, dan kontrol. Pada
kelompok pertama, refleksi dilakukan 20 menit per hari selama 10
hari. Selain itu, kelompok kedua menerima pijat dengan esensi
lavender. Intervensi dilakukan pada kedua kelompok selama 2
siklus menstruasi berturut-turut. Peserta intensitas nyeri diukur
dengan menggunakan Visual Analog Scale (VAS) dan tingkat
kecemasan mereka dievaluasi oleh kuesioner Spielberger ini.
Durasi nyeri dinilai, juga. Pengukuran dilakukan sebelum dan pada
akhir siklus menstruasi kedua dan ketiga. Hasil menunjukkan
perbedaan yang signifikan antara ketiga kelompok mengenai
intensitas nyeri di kedua dan bulan ketiga (P> 0,001) dan
pengurangan nyeri lebih besar di pijat kelompok. Juga, perbedaan
yang signifikan diamati antara tiga kelompok mengenai mean
durasi nyeri pada bulan kedua dan ketiga (P = 0,01). Namun, tiga
kelompok tidak berbeda secara signifikan terhadap tingkat
kecemasan berarti. Namun, dalam kelompok perbandingan
mengungkapkan penurunan yang signifikan di tingkat kecemasan
pada kelompok pijat (P = 0,017). Berdasarkan temuan studi,
tampaknya bahwa kedua refleksi dan pijat terapi yang efektif dalam
pengurangan beberapa gejala dismenore. Perbedaan penelitian
yang didapatkan dari penelitian ini bahwa dari metode penelitian
ini tidak membandingkan tetapi mengkombinasikan pijat refleksi
dan body massage, dan karakteristik responden yang berbeda.
4) Penelitian yang dilakukan Rakhman dkk, (2015) tentang pengaruh
terapi akupresure terhadap kadar asam urat darah pada lansia di
panti werda catur nugraha kabupaten banyumas. Metode penelitian
ini merupakan penelitan pre experimental dengan pendekatn pre-
test-postest tanpa contol design. Pengambilan sampel menggunkan
teknik total sampling. Besarnay sampel adalah 11 responden yang
memenuhi kriteri inkluis dan ekslusi. Analisis data menggunkan uji
statistik paired t test. Hasil rata-rata kadar asam urat darah sebelum
dilakukan terapi akupresure adalah 5,99 mg/dl dan rata-rata kadar
asam urat setelah dilakukan terapi akupresure adalah 4,04 mg/dl .
hasil uji paired t test didapatkan hasil t hitung = 2,441 (t hitung>
dari t table) dan nilai p+ 0,035 (p value> A + 0,05 ), shingga
terdapat pengaruh yang signifikan terapi akupresure terhadap kadar
asam urat dara pada lansia di panti werda catur nugraha kabupaten
banyumas. Perbedaan penelitian didapatkan bahwa penelitian
peneliti menggunakan intervensi pijat refleksi dan body massage
serta karakteristik responden yang berbeda.
F. Kerangka Teori
Faktor-faktor yang menyebabkan
hiperurisemia (weaver, 2010),
(Price, 2006), (Sustrani,2008):
1) Genetik / riwayat keluarga
2) Asupan senyawa purin
berlebihan dari makanan
3) Konsumsi alkohol berlebihan
4) Berat badan berlebihan
(obesitas)
5) Pola hidup tidak sehat (jarang
olahraga dan stress)
6) Obat-obat tertentu (diuretik)
8) Olahraga berlebih
7) Gangguan fungsi ginjal
8) Stress
Hiperurisemia
Pengobatan
hiperurisemia
Tanda gejala hiperurisemia:
Nyeri seperti ditusuk-tususk,
bengkak, kesemutan dan pegal linu,
kemerahan pada sendi yang terkena
(Setiyohadi, 2006), (Sari, 2010),
(Fauzi, 2014), (Sustrani, 2008)
Bagan 2.1 Kerangka Teori (Weaver:2010, Price:2006, Setiyohadi:2006,
Sari:2010, Fauzi:2014, Sustrani:2008, Sherwood:2012, Potter:2002,
Snyder&Lindquist:2010, Rahimsyah: 2011
farmakologis komplementer
Pijat Refleksi
Merangsang Titik reflek
ginjal dikaki dan
tangan
Dikeluarkan
melalui urin
Diekresikan di
nefron distal
Eksresi asam urat
yang berlebihan
Asam urat
terbawa
diperedaran
darah
Memperlancar
peredaran darah dan
sistem limfatik ke
ginjal
Memecahkan
struktur kristal
asam urat serum
Meningkatkan
fungsi ginjal
Efek
relaksasi
Peningkatan
hormon
endorfine
Meningktkan
kenyamanan dan
menurunkan nyeri
Pijat tubuh (body
massage)
Penurunan
stress
Merubah asam
urat menjadi
alatonin Peningkatan
urikinase
Mempercepat
pembuangan
sampah
matabolisme
45
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori diatas, maka peneliti membuat kerangka
konsep pada penelitian ini sebagai berikut:
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
B. Hipotesis
Ha: Terdapat efektifitas pijat refleksi pijat tubuh terhadap penurunan asam
uarat darah dan penurunana nyeri pada pasien hiperurisemia.
Ho: Tidak terdapat efektifitas pijat refleksi pijat tubuh terhadap penurunan
asam uarat darah dan penurunana nyeri pada pasien hiperurisemia.
Pretest
Kadar asam urat
darah dan skala nyeri
pada pasien
hiperurisemia
(Variabel dependen)
Intervensi
Pijat refleksi dan pijat
tubuh
(Variabel independen)
Postest
Kadar asam urat
darah dan skala nyeri
pada pasien
hiperurisemia
(variabel dependen)
46
C. Definisi Operasional
Tabel 3.1 definisi operasional
Variabel
Penelitian
Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Asam urat darah
Asam urat merupakan status
kadar suatu zat dalam tubuh
dengan rumus kimia C3HN403
sebagai hasil metabolisme
purin, yang apa bila kadarnya
meningkat diatas 7 mg/dl
dinamakan hiperurisemia.
Pengkuran kadar asam urat darah
dengan mengambil sampel darah
perifer dengan cara menusuk
ujung jari dengan menggunakan
lancet.
Alat kit set
pengukur kadar
asam urat darah
merk Easy Touch.
Nilai kadar asam urat
darah dalam satuan mg/dl.
Rasio
47
Nyeri Nyeri merupakan respon
pasien dari pengalaman
sensorik dan emosional yang
tidak menyenangkan, Keluhan
sensorik hiperurisemia yang
dinyatakan seperti nyeri
tertusuk-tusuk terutama pada
sendi dan ektrimitas, pegal-
pegal , linu, ngilu.
Pengukuran sekala nyeri dengan
pengkajian sekala nyeri analog
visual.
Lembar skala
nyeri analog
visual.
Nilai sekala nyeri antara 0-
10, dari tidak nyeri ke
nyeri yang sangat hebat
tak tertahankan.
Rasio
48
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, menggunakan quasi-
eksperimental desain dengan one group pretest – postest. Penelitian ini tidak
ada kelompok pembanding (kontrol), tetapi paling tidak sudah dilakukan
observasi pertama (pretest) yang memungkinkan menguji suatu perubahan –
perubahan yang terjadi setelah terjadinya eksperimen.
Bagan 4.1 : Rancangan penelitian
Keterangan :
01: pengukuran kadar aam urat dan sekala nyeri (pretest)
X : terapi pijat refleksi pijat tubuh ( 1 kali perlakuan)
02 : pengukuran kadar asam urat dan sekal nyeri (postest)
Intervensi
O2
O1
49
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini belum dikatahui jumlahnya berdasarkan data
RISKESDAS tahun 2013 dan berdasarkan data pengunjung diwaroeng sehat
ciledug belum diketahui jumlah populasi pasien hiperurisemia.
2. Sampel
Pada penelitian ini, besar sampel nya berdasarkan minimal sampel menurut
Roscoe dalam Sani, fathur (2016) adalah 20 orang (n = 20) dari seluruh
populasi atau pasien dengan hiperurisemia yang melakukan terapi pijat refleksi
dan pijat tubuh (body massage) di waroeng sehat ciledug dari tanggal 19 maret
sampai dengan 1 april 2017 yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi
dengan pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling yaitu:
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Bersedia sebagai responden
2) Dapat mengikuti prosedur penelitian sampai selesai
3) Terdiagnosa seagai pasien dengan hiperurisemia (kadar asam urat
> 7,0 mg/dl untuk laki-laki dan >0,6 mg/dl untuk perempuan)
(Sustriani dkk, 2008)
4) Karakteritik nyeri tertusuk-tusuk, kaku ekstrimitas terutama pada
sendi dan pegal.
b. Kriteria eksklusi
50
Kriteria eksklusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Mengkonsumsi obat asam urat
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di waroeng sehat ciledug. Alasan
pemilihan tempat tersebut karean memilki terapis yang profesional dengan
nomor registrasi yang masih dalam konfirmasi dan belum pernah dilakukan
penelitian ditempat tersebut.
Waktu penelitian diawali dengan tahap penyusunana proposal pada
bulan oketober 2016 sampai Januari 2017 dan dilanjutkan pada tahap
pengumpulan data dilakukan kurang lebih 2 minggu pada tanggal 19 maret
sampai dengan tanggal 1 april 2017.
D. Alat Pengumpulan Data
1. Alat Pengumpulan data
a. Kit set pemeriksaan kadar asam urat darah merk easy touch dan
Lancet.
Kit set pemeriksaan kadar asam urat darah merk easy touch , alat ini
sudah digunakan secara internasional untuk mengukur asam urat darah
dengan nomor registrasi alat kesehatan Depkes RI: 20101902214 dan
sudah dikalibrasi oleh peneliti dengan membandingkan 2 kali hasil
pemeriksaan kadar asam urat pada orang yang sama dan waktu yang
51
sama, data ini digunakan sebagai alat untuk mengukur kadar asam urat
darah dalam bentuk mg/dl. dapat mengetahui kadar asam urat darah
pasien hiperurisemia saat dilakukan pemeriksaan sebelum dan sudah
dilakukan intervensi. dan lancet merupakan jarum mini yang akan
ditusukkan ke ujung jari pasien untuk pengambilan darah perifer yang
kan diukur kadar asam urat darahnya.
b. Lembar skala nyeri analog visual (VAS)
Lembar pengkajian nyeri untuk mengetahui tingkat nyeri pasien saat
sebelum dan sesudah dilakukan intervensi. Lembar ini terdiri dari angka
0-10 dimana 0 menujukkan tidak nyeri dan 10 menunjukkan nyeri yang
sangat buruk (IASP,2014)
c. Lembar penilaian
Lembar penilaian digunakan untuk mencatat karakteristik
responden mencakup nama, jenis kelamin, kadar asam urat darah
sebelum dan sesudah intervensi, dan tingkat nyeri sebelum dan sesudah
dilakukan intervensi.
Sebelum tindakan dilakukan, peneliti menjelaskan tentang
pelakasanaan dan manfaat terapi pijat efleksi dan body massage dan
menanyakan kesediaan pasien menjadi responden dalam penelitian
(informed consent)
52
E. Langkah-Langkah Pengumpulan Data
53
1. Prosedur Intervensi
a. Peneliti hanya melakukan observasi terhadap pemberian intervensi pijat
refleksi dan pijat tubuh kepada pasien sesuai dengan SOP pemijatan
untuk indikasi pada pasien hiperurisemia.
b. Pemijatan dilakukan oleh terapis yang ada diklinik yang sudah
tersertifikasi sebagai ahli pijat refleksi atau refleksologist dengan nomor
registrasi yang masih dalam konfirmasi.
2. Prosedur Risk Management
Penelitian ini meggunakan manusia sebagai subjek penelitian dan juga
melakukan prosedur invasive yang akan dilakukan peneliti dengan
menusukkan lancet pada ujung jari responden dalam prosedur pengambilan
sampel darah perifer untuk mengkur kadar asam urat darah, maka perlu
dilakukan Risk Management walaupun resiko nya sangat minimum, yaitu
sebagai berikut :
a. Sebelum melakukan prosedur invasive, peneliti sebagai pemerikasa
menyiapkan alat, mencuci tangan terlebih dahulu, menggunakan
handscoon, mengusap/ membesihkan area yang akan ditusuk dengan
alcohol swab untuk menghindari rsiko infeksi.
b. Selanjutnya menusukkan lancet di ujung jari pasien yang sudah di
bersihkan, dan menaruh sampel darah ke strip alat easy touch yang sudah
disiapkan.
54
c. Lalu menekan lembut dengan alkohol swab area yang telah ditususk
dengan lancet selama 3 menit sampai darah berhenti.
d. Apabila terjadi perdarahan maka peneliti akan menekan lembut area
tersebut selama 5 menit.
e. Apabila darah tetap tidak berhenti maka peneliti akan membawa pasien
ke klinik atau rumah sakit tedekat untuk mendapatkan pertolongan yang
profesional.
F. Pengelolaan Data
Pengelolaan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk
memperolaeh suatu proses untuk memperoleh data atau data ringkasan
berdasarkan suatu kelompok data mentah dengan menggunakan rumus
tertentu sehingga menghasilkan informasi yang diperlukan (setiadi, 2007).
Pengolahana data dibagi menjadi 6, yaitu:
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data terkumpul (Hidayat, 2008).
2. Entry data
Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan
kedalam master tabel atau data base komputer, kemudian membuat
55
distribusi frekuensi sederhana bisa juga dengan membuat table kontigensi
(Hidayat , 2008).
3. Cleaning data
Cleaning data merupakan tahap pemeriksaan kembali terhadap data-
data yang sudah dimasukkan untuk melihat kemungkinan – kemingkinan
adanya kesalahan kode, kemudia dilakukan pembenaran atau koreksi
kembali (Notoatmodjo, 2010).
G. Analisis Data
Penelitian ini mempunyai tujuan ingin mengetahui apakah terapi pijat
refleksi dan pijat tubuh efektif terhadap penurunan kadar asam urat darah dan
skala nyeri pada pasien hiperusrisemia.
1. Analisis univariat
Analisis univariat mempuyai tujuan untuk mendeskripsikan dari masing-
masing variabel yang diteliti untuk data numerik dengan menghitung mean,
simpangan baku (SD), nilai minimal dan maksimal. Untuk data numerik dengan
menilai keadaan kadar asam urat darah dan sekala nyeri sebelum dan sesudah
pijat refleksi dan pijat tubuh. Pengujian masing-masing variabel dengan
menggunakan tabel dan diinterpretasikan berdasarkan hasil yang diperoleh.
analisa univariat pada penelitian ini menjelaskan atau mendeskripsikan
gamabran kadar asam urat darah dan sekala nyeri sebelum dan sesudah
intervensi .
56
2. Analisis bivariat
Pada penelitian ini perhitungan statistik beda rerata kadar asam urat darah
dan skala nyeri pada kelompok intervensi menggunakan uji paired t-test
(Arikunto,2010), Uji statstik pada kedua perhitungan tersebut dilakukan dengan
tingkat kemaknaan 95% (alpha 0.05). selain itu juga dilakukan uji eta squared
untuk mengetahui seberapa besar efektifitas pijat refleksi dan pijat tubuh (body
massage) terhadap kadar asam urat darah dan tingkat nyeri pada pasien
hiperurisemia dengan nilai standar perhitungan eta squared yaitu jika eta
squared untuk uji wilcoxon 0,1= efelk kecil, 0,3= efek cukup, >0,5=efek besar
(Cohen, 1988). Rumus untuk eta squared adalah:
Eta Squared = Z
______
√2.n
Sebelum dilakukan analisis bivariat dilakukan uji normalitas terlebih
dahulu terhadap data yang ada dengan menggunakan shapiro-wilk yaotu uji
normalitas untuk sampel yang sedikit (kurang dari 50). Data dikatakan normal
jika niali probabilitasnya lebih dari 0,05 (p value > a). Hasil uji normalitas
dapat dilihat dari tabel berikut:
57
1. Hasil uji normalitas nilai kadar asam urat darah dan skala nyeri pada pasien
hiperurisemia di rumah terapi waroeng sehat ciledug.
Tabel. 4.1
Hasil Uji normalitas nilai kadar asam urat darah dan skala nyeri pada
pasien hiperurisemia di rumah terapi waroeng sehat ciledug (n=20)
Hasil uji normalitas didapatkan pada variabel asam urat sebelum
intervensi terdistribusi tidak normal dengan nilai p value = 0,002 < (0,05)
dan setelah intervensi nilai p value = 0,008 < (0,05), pada variabel nyeri
sebelum intervensi data terdistribusi normal dengan p value = 0,129 >
(0,05) dan setelah intervensi p value = 0,004 < 0,05 menunjukkan bahwa
data tidak terditribusi normal. Jadi dapat disimpulkan bahawa data diatas
tidak terdistribusi normal. Data yang tidak terdistribusi normal dilakukan
transformasi data degan tujuan agar data dapat terdistribusi normal. Seteah
dilakukan transformasi data hasilnya terdapat pada tabel dibawah.
Variabel Shapiro-wilk
Keterangan Statistisc Df Sig.
Asam urat pre .821 20 .002 Tidak normal
Asam urat post .859 20 .008 Tidak normal
Nyeri pre .926 20 .129 Normal
Nyeri post .840 20 .004 Tidak normal
58
Tabel. 4.2
Hasil Uji normalitas data transformasi nilai kadar asam urat darah dan
skala nyeri pada pasien hiperurisemia di rumah terapi waroeng sehat
ciledug (n=20)
Dari Data diatas setelah dilakukan transformasi lalu diuji normalitas
kembali didapatkan data tersebut tidak terdistribusi normal, sehingga analisis
bivariat pada penelitian ini menggunakan uji wilcoxon.
H. Etika Penelitian
Setiadi (2007) penelitian yang menggunakan manusia sebagai subjek
tidak boleh bertentangan dengan etik. Penelitian yang akan dilakukan harus
mengikuti aturan etik penelitian yaitu adanya persetujuan dari responden.
Bentuk etika penelitian ini adalah:
1. Lembar persetujuan (Inform Concent)
Tujuan dari lembar persetujuan ini agar responden mengetahui maksud,
tujuan dan dampak yang mungkin terjadi selama penelitian. Jika responden
bersedia diikutsertakan dalam penelitian maka responden harus bersedia
menandatangani lembar persetujuan dan akan diteliti oleh peneliti dengan
tetap menghormati hak-hak nya sebagai subjek penelitian
Variabel Shapiro-wilk Keterangan
Statistisc Df Sig.
Asam urat pre .923 20 .111 Normal
Asam urat post .675 20 .000 Tidak normal
Nyeri post .839 20 .003 Tidak normal
59
2. Kerahasiaan
Peneliti dalam menjaga kerahasiaan identitas responden dan informasi
yang diberikan. Semua catatan dan data responden disimpan sebagai
dokumentasi penelitian.
3. Asas Kemanfaatan
Peneliti harus secara jelas mengetahui manfaat dan resiko dari penelitian
yang dilakukan yang mungkin terjadi. Penelitian boleh dilakukan apabila
manfaat yang diperoleh lebih besar daripada resiko atau dampak negatif
yang akan terjadi. Peneliti akan melaksanakan penelitian sesuai prosedur
yang penelitian guna mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal
mungkin bagi subjek penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat
populasi. Penelitian yang dilakukan harus bebas dari penderitaan yaitu
dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan khususnya jika
menggunakan tindakan khusus.
4. Asas Keadilan
Asas keadilan menunjukkan bahwa peneliti harus adil dalam memberikan
perlakuan. Peneliti akan memperlakukan seseorang secara adil tanpa
membeda-bedakan responden saat penelitian (Setiadi, 2007
60
BAB V
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan memaparkan secara lengkap hasil penelitian tentang
efektifitas pijat refleksi dan pijat tubuh terhadap kadar asam urat darah dan tingkat
nyeri pada pasien hiperurisemia di Waroeng Sehat Ciledug. Penelitian ini dilakukan
pada pasien hiperurisemia yang datang ke Waroeng Sehat Ciledug dengan tindakan
pemberian pijat refleksi dan pijat tubuh. Sampel yang diambil berjumlah 20 orang dan
Waktu penelitian ini dilakukan selama 2 minggu dari tanggal 19 maret 2017 sampai
dengan 1 april 2017.
Analisis data dilakukan menggunakan analisis univariat dan bivariat. Pada
analisis univariat akan kadar asam urat darah dan tingkat nyeri responden sebelum dan
setelah dilakukan intervensi pijat refleksi dan pijat tubuh. Sedangkan analisis bivariat
digunakan untuk mengidentifikasi efektifitas pijat refleksi dan pijat tubuh terhadap
kadar asam urat darah dan tingkat nyeri pada pasien hiperurisemia di rumah terapi
Waroeng Sehat Ciledug.
A. Hasil Analisa Univariat
Analisa univariat menjelaskan kadar asam urat darah serta tingkat nyeri pre-test
dan post-test pada responden. Untuk nilai kadar asam urat darah dan tingkat nyeri
61
ditampilkan dengan menghitung mean, simpangan baku (Standar deviasi/SD), nilai
minimal dan maksimal.
1. Gambaran kadar asam urat darah pasien hiperurisemia sebelum dan sesudah
dilakukan intervensi pijat refleksi dan pijat tubuh
Tabel. 5.1
Gambaran kadar asam urat darah psien hiperurisemia sebelum dan sesudah
dilakukan intervensi pijat refleksi dan pijat tubuh (N=20)
Waktu N Min-Max Mean Std. Deviation
Sebelum intervensi 20 6,1-16,6 8,795 2,3825
Sesudah intervensi 20 2,0-10,3 7,265 1,7132
Sebaran nilai kadar asam urat responden sebelum dilakukan intervensi nilai
rata-rata (Mean) adalah 8,795 dengan standar deviasi 2,3825 dengan nilai
minimum 6,1 dan maksimum 16,6. Sedangkan sebaran nilai kadar asam urat
responden setelah dilakukan intervensi nilai rata-ratanya (Mean) adalah 7,265
dengan standar deviasi 1,7132 dengan nilai minimum 2,0 dan maksimum 10,3.
Selisi rata-ratanya adalah 1,56.
Tabel. 5.2
Gambaran persentase kadar asam urat darah pada pasien hiperurisemia setelah
dilakukan intervensi pijat refleksi dan pijat tubuh
Kondisi Frekuensi Persentase
Naik 4 20.0
Tetap 1 5.0
Turun 15 75.0
Total 20 100.0
62
Dari tabel didapatkan bahwa dari 20 responden, hasil kadar asam urat darah
setelah dilakaukan intervensi terjadi penurunan kadar asam urat darah pada 15
responden dengan presentasi 75%, kondisi kadar asam urat darah naik pada 4
responden dengan persentase 20% dan 1 responden dengan kondisi asam urat
menetap dengan persentase 5%.
2. Gambaran skala nyeri pasien hiperurisemia sebelum dan sesudah dilakukan intervensi
pijat refleksi dan pijat tubuh
Tabel. 5.3
Gambaran skala nyeri darah psien hiperurisemia sebelum dan sesudah dilakukan
intervensi pijat refleksi dan pijat tubuh (N=20)
Sebaran nilai skala nyeri responden sebelum dilakukan intervensi nilai rata-
rata (Mean) adalah 5,85 dengan standar deviasi 1,663 dengan nilai minimum 2 dan
maksimum 8 Sedangkan sebaran nilai skala nyeri responden setelah dilakukan
intervensi nilai rata-ratanya (Mean) sebesar 2,90 dengan standar deviasi 1,119
dengan nilai minimum 1 dan maksimum 5. Selisih rata-ratanya adalah 2,95.
Waktu N Min-Max Mean Std. Deviation
Nyeri
Pre 20 2-8 5,85 1,663
Nyeri
post 20 1-5 2,90 1,119
63
Tabel. 5.4
Gambaran persentase skala nyeri pada pasien hiperurisemia setelah dilakukan
intervensi pijat refleksi dan pijat tubuh
Dari tabel diatas didapatkan bahwa dari 20 responden, hasil skala nyeri
responden setelah dilakaukan intervensi terjadi penurunan skala nyeri pada 19
responden dengan presentasi 95%, dan 1 responden dengan kondisi asam urat
menetap dengan persentase 5%.
B. Hasil analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian apakah pijat
refleksi dan pijat tubuh efektif dalam menurunkan kadar asam urat darah dan tingkat
nyeri pada pasien hiperurisemia di waroeng sehat ciledug atau tidak, pengujian
keabasahan hipotesis dilakukan dengan menganalisa kadar asam urat darah dan
tingkat nyeri sebelum dan sesudah intervensi.
1. Analisa efektifitas pijat refleksi dan pijat tubuh (body massage) terhadap
kadar asam urat darah pada pasien hiperurisemia di waroeng sehat ciledug.
Kategori Frekuensi Persentase
Tetap 1 5.0
Turun 19 95.0
Total 20 100.0
64
Tabel. 5.5
Analisa efektifitas pijat refleksi dan pijat tubuh terhadap kadar asam urat
darah pada pasien hiperurisemia di waroeng sehat ciledug.
Asam urat Mean SD N P-value Z Eta square
Pretest 8,795 2,3825 20 .009 -2.618 0,413
Posttest 7,265 1,7132 20
Tabel hasil diatas diketahui bahwa nilai rata-rata sebelum intervensi
nilai kadar asam urat adalah 8,795 dengan standar deviasi 2,3825
Sedangkan nilai rata-rata kadar asam urat responden setelah dilakukan
intervensi adalah 7,265 dengan standar deviasi 1,7132. Dari uji statistik
diperoleh nilai probab ilitas p value sebesar 0,009 (<0.05) dengan z
sebesar -2.618 dan berdasarkan nilai eta square pada penelitian ini
didapatkan hasil 0,413 (efek cukup), dapat disimpulkan bahwa pijat
rafleksi dan dan pijat tubuh cukup efektif dalam menurunkan kadar asam
urat darah pada pasien hiperurisemia di Waroeng Sehat Ciledug.
2. Analisa efektifitas pijat refleksi dan pijat tubuh (body massage) terhadap
skala nyeri pada pasien hiperurisemia di waroeng sehat ciledug.
Tabel. 5.6
Analisa efektifitas pijat refleksi dan pijat tubuh (body massage) terhadap
skala nyeri pada pasien hiperurisemia di waroeng sehat ciledug.
Nyeri Mean SD N P-value Z Eta square
Pretest 5,85 1,663 20 .000 -3.879 0,413
Posttest 2,90 1,119 20
65
Berdasarkan tabel 5.6 bahwa nilai rata-rata skala nyeri sebelum
dilakukan intervensi adalah 5,85 dengan standar deviasi 1,663
Sedangkan nilai rata-rata skala nyeri responden setelah dilakukan
intervensi sebesar 2,90 dengan standar deviasi 1,119. Setelah dianalisis
menggunakan uji wilcoxon diperoleh nilai z sebesar -3.879 dan nilai p
value sebesar 0,000 (<0.05) dengan nilai eta 0,613 (efek besar), maka
dapat di simpulakn bahwa bahwa pijat rafleksi dan dan pijat tubuh
(body massage ) berefek besar untuk menurunkan kadar asam urat darah
pada pasien hiperurisemia di Waroeng Sehat Ciledug
66
BAB VI
PEMBAHASAN
Penelitian ini dirancang untuk mengidentifikasi efektifitas pijat refleksi dan pijat
tubuh (body massage) terhadap kadar asam urat darah dan skala nyeri pada pasien
hiperurisemia di waroeng sehat ciledug, Pada bab ini peneliti akan membahas hasil
penelitian dan keterbatasan penelitian. Interpretasi hasil penelitian ini menjelaskan
sesuai dengan tujuan penellitian dan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, hasil
yang telah didapatkan akan dibandingkan dengan teori atau hasil penelitian terkait
yang relevan. Keterbatasan penelitian akan dibahas dengan membandingkan proses
pelaksanaan penelitian dengan kondisi ideal yang seharusnya dicapai.
A. Pembahasan
Hasil analisa data kadar asam urat darah pasien hiperurisemia di waroeng sehat
ciledug menunjukkan adanya beda rata-rata antara sebelum dan sesudah intervensi pijat
refleksi dan pijat tubuh. Hasil analisa statistik menunjukkan pengaruh yang signifikan
terapi pijat refleksi dan pijat tubuh terhadap kadar asam urat darah dan skala nyeri.
Intevensi yang berbeda namun memberikan hasil yang sejalan dengan hasil penelitian
ini adalah penelitian dilakukan oleh Rakhman dkk (2015) dengan 11 pasien lansia di
pasti werda catur nugraha Banyumas, hasil rata-rata kadar asam urat darah sebelum
dilakukan terapi akupresure adalh 5,99 mg/dl dan rata-rata kadar asam urat darah
67
setelah dilakukan terapi akupresure adalah 4,04 mg/dl. Hasil uji statistik menunjukkan
ada pengruh yang signifikan terapi akupresure terhadap kadara sam urat darah pada
lansia di panti werda catur nugraha.
Hasil analisa mengenai efektiftas pijat refelksi dan pijat tubuh terhadap kadar
asam urat darah pada pasien hiperurisemia di waroeng sehat ciledug dibuktikan dengan
perhitungann eta squared dengan hasil 0,413 (efek cukup) menunjukan bahwa pijat
refleksi dan pijat tubuh cukup efektif untuk menurunakan kadar asam urat darah pada
pasien hiperurisemia, dibuktikan dengan hasil penelitian yang didapat dari frekuensi
pasien yang mengalami kenaikan asam urat setelah intervensi pijat refelksi dan pijat
tubuh sebanyak 4 orang, yang tetap 1 orang dan yang turun sebanyak 15 orang, selain
itu dari hasil seleisih rata-rata asam urat sebelum dan sesudah intervensi pijat refleksi
dan pijat tubuh adalah 1,53.
Efektifitas pijat refeleksi dan pijat tubuh ini disebabkan karena pijat refleksi
dengan memberi rangsangan pada titik point ginjal dikaki dan tangan mampu
merangsang saraf perifer dan meneruskan rangsangnnya ke ginjal sehingga dapat
mengefektifkan fungsi ginjal untuk membuang asam urat berlebih (Gonzales dkk,
2017,Nilawati, Sri dkk, 2008) dan dengan dikombinasikan dengan pijat tubuh dapat
mempercepat metabolisme pembuangan sampah hasil metabolisme termasuk asam urat
dengan memperlancar sirkulasi darah dalam tubuh (Snyder, Mariah, dan Lindquist,
Ruth.2010, Nurgiwiati,2015), penekanan yang pada tubuh mampu memecahkan kristal
asam urat, serta efek relaksasinya mampu menekan hormon kortisol (hormon stress)
sehingga dapat meningkatkan urikinase yang dapat merubah asam urat menjadi
68
alatonin sehingga mudah untuk di saring oleh ginjal dan dikeluarkan melalui urin
(Poole,dkk. 2007, Sudoyo. 2006 )
Hasil analisa skala nyeri sebelum dan setelah dilakukan intervensi Efektifitas
pijat refeleksi dan pijat tubuh pada pasien hiperurisemia di rumah terapi waroeng sehat
ciledug menunjukkan beda rata-rata dan hasil analisa statistik menunjukkan pengaruh
yang signifikan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Azima,
dkk 2015 dengan membandingkan efek reflexologi dan pijat pada siswa dengan nyeri
dismenore primer dengan menggunkan alat ukur skala nyeri analog visual (VAS)
dengan hasil menunjukkan rata-rata nyeri sebelum intervensi pada grup pijat adalah 9
dengan dan pada grup refelksologi dengan rata-rata 8,05, setelah intervensi didapatkan
hasil rata-rata pada grup pijat menjadi 4,73 dan pada grup refleksi 5,02 yang
menunjukkan bahwa kedua intervensi mampu menurunkan nyeri, penelitian lain yang
dilakukan nesami yang dilakukan secara acak pada 80 pasien post bypass arteri
koroner graft (CABG) yang dirawat di mazandaran hearth center, smapel terdiri dari
kelompok kontrol dan kelompok intervensi, kelompok kontrol diberikan pelembab
tanpa menerapkan apapun, sedangkan kelompok intervensi diberikan pijat refleksi
dengan mencatat intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi pijat refleksi
menggunkan skala analog visual hasil yang didapatkan bahwa ada perbedaan antara
kedua kelompok dengan (p-value= 0,0001) bahwa pijat refleksi mampu menurunkan
nyeri.
69
Hasil analisa mengenai efektiftas pijat refelksi dan pijat tubuh pada pasien
hiperurisemia di waroeng sehat ciledug dibuktikan dengan perhitungann menggunakan
eta squared, hasil analisa uji ini menunjukan bahwa pijat refelksi dan pijat tubuh sangat
efektif untuk menurunakan skala nyeri pada pasien hiperurisemia yaitu 0,613 (efek
besar), dibuktikan dengan hasil penelitian yang didapat dari frekuensi pasien yang
mengalami penurunan skala nyeri setelah intervensi pijat refleksi dan pijat tubuh
sebanyak 19 orang, yang tetap 1 orang, selain itu dari hasil selisih rata-rata asam urat
sebelum dan sesudah intervensi pijat refleksi dan pijat tubuh adalah 2,95.
Efektifitas pijat refleksi terhadap skala nyeri tersebut disebabkan oleh pengaruh
distraksi dan meningkatnya hormon endorfine dari efek relaksasi yang ditimbulkan
pijat refleksi dan pijat tubuh sehingga mampu memberikan efek kenyamanan pada
pasien (Potter dan Perry, 2002) jurnal Zhang ping (2010), mengungkapkan bahwa
terapi akupuntur yang merupakan turunaan dari refelksologi dapat meredam nyeri
dikarenakan nyeri disebabakan oleh terhambatnya energi chi sehingga timbul nyeri
dengan mengaktifkan sel neuroglia di cabang posterior tulang belakang untuk
menghambat transmisis nyeri sehingga menurunkan nyeri, peningkatan hormon
endorfine, dan produksi arus elektrik yang akan memblok transmisis sensasi nyeri, dan
mengganti rangsangan saraf otonom ke nyeri lokal, meningkatkan aminobutyric acid
(GABA) untuk mengahambat neuro transmiter, meningkatkan sirkulasi mikro dan
metabolisme limpatik secara lokal untuk mengurangi faktor nyeri.
70
B. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini didalam pelaksanaannya memiliki beberapa keterbatasan
diantaranya mengenai data pasien hiperurisemia di waroeng sehat ciledug. Peneliti
mengalami kesulitan didalam melihat prevalensi dan angka kejadian asam urat dengan
gejala nyeri di waroeng sehat ciledug, sehingga peneliti harus menanyakan satu persatu
pengunjung yang yang ingin melakukan terapi pijat refleksi dan pijat tubuh dan
mengukur kadar asam urat dan sakal nyerinya pada saat itu, apabila diatas normal lalu
ditanyakan sampai responden masuk dalam kriteri inklusi. Selain itu pada quisioner
tidak ditanyakan tentang konsumsi purin terkhir sehingga hal ini akan mempengaruhi
hasil penelitian.
71
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan dan
dijelaskan pada bab sebelumnya, maka berikut kesimpulan dari penelitian ini :
1. Nilai rata-rata kadar asam urat darah sebelum dilakukan dan sesudah
dilakukan pijat refleksi dan pijat tubuh pada pasien hiperurisemia di
waroeng sehat ciledug adalah 8,70 dan 7,27 mg/dl.
2. Nilai rata-rata skala nyeri sebelum dan sesudah dilakukan pijat refleksi
dan pijat tubuh pada pasien hiperurisemia di waroeng sehat ciledug adalah
5,85 dan 2,90.
3. Pijat refleksi dan pijat tubuh cukup efektif untuk menurunkan kadar asam
urat darah pada pasien hiperurisemia di waroeng sehat ciledug, P-value
0,009 (<0,05) dengan hasil eta square 0,413 (efek cukup).
4. Pijat refleksi dan pijat tubuh sangat efektif untuk menurunkan skala nyeri
pada pasien hiperurisemia di waroeng sehat ciledug, P-value 0,00 (<0,05)
dengan hasil eta square 0,613 (efek besar).
72
B. Saran
1. Bagi institusi pendidikan keperawatan
Penelitian ini dapat dijasikan sebagai bahan perkuliahan bahwasanya pijat
refleksi dan pijat tubuh (body massage) memiliki banyak manfaat bagi
kesehatan dan menambah refrensi untuk mata kuliah keperawatan
komplementer.
2. Bagi pelayanan kesehatan keperawatan
Hasil penelitian ini bisa dijjadikan intervensi pada asuhan keperawatan
pada pasien hiperurisemia sebagai terapi non-farmakologis dan terapi
alternatif.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan dilakukan
penelitian quasi experiment sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi dapat
dikendalikan atau dalam bentuk quasi eksperiment dengan menghomogenkan
responden, selain itu dapat juga dilakukan penelitian untuk melihat
perbandingan terapi pijat refleksi dan pijat tubuh ( body massage) terhadap
kadar asam urat darah dan nyeri. Diharapkan penelitian selanjutnya
direkomendasikan untuk melihat lebih mendalam tentang reaksi sel terhadap
pijat refleksi.
DAFTAR PUSTAKA
Azima, Sara et all. 2015. Comparison of the effect of reflexology ad massage
therapy on primary dysminorheal. Biomedical research; vol 26 (3):
471-476 ISSN 0970-938x indiaindiaand Univ Med Sci 2012;
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) 2013. Laporan Nasional 2013, 1–384. https://doi.org/1
Desember 2013
Cohen, J. 1988. Statistical power analysis for behavioral science 2nd ed.
Hillsdale N.J ; erlbaum associates
Dahlan, S. M. 2008. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika
Dharma, K.K. 2015. Metoe Penelitian Keperwatan. Jakarta : trans info media
Enneking, William F, dkk. 2009. Clinical musculoskletal seminar. University
of florida orthopedic association.
Fatmadona, Rika. 2015. Pijat terapeutik sebagai evidence based parctice pada
pasien kanker untuk mengurangi nyeri. Ners Jurnal Keperawatan
universitas andalas.
Fauzi, Isma. 2014. Buku pintar deteksi dini dan pengobtan asam urat, diabetes,
dan hipertensi. Yogyakarta: penerbit araska
Ferrer de Dios R. Reflexology. Rev Enferm 2005;28(3):42-6.
Gala. 2009. Refleksologi Kaki Jurus Sehat dengan Pijat Refleksi Secara
Mandiri.Image Press, Jogjakarta.
Gould, Fracesca. 2004. Body massage for holistic theraphist.. UK. Nelson
thomas ltd.
Gonzales, dkk. 2017. Acupuncture points and their relationship with
multirecepttive fields of neurons. JAMS: Mexico
Gunawan, D. 2011. Sembuh Dengan Pijat Alternative Hentakan Kaki.
Yogyakarta : Med Press. Gunawan, D. (2014). Teknik Mudah &
Lengkap Pijat Refleksi : Cepat Sembuh dari Aneka Penyakit Operasi,
Tanpa Suntik, Tanpa Biaya Mahal. Yogyakarta : Media Pressindo.
Hanjani .2015. The Effect of Foot Reflexology on Anxiety, Pain, and Outcomes
of the Labor in Primigravida Women. Acta Med Iran 2015;53(8):507-
511. Acta Medica Iranica, Vol. 53, No. 8 (2015) Tehran University of
Medical Sciences
Hardman. 2012. NANDA. Elsevier. USA
Hartono, Andry. 2006. Terapi gizi dan diet rumah sakit. Ed. 2 . Jakarta: EGC
Hidayat, A. 2007. Metodologi Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa
Data. Jakarta: Salemba Medika.
Hidayaturrofiah, yunani. Dkk. 2013. Pengaruh terapi bekam terhadap
penderita asam urat di puskesmas 1 kecamatan keling kabupaten
jepara. Jurnal STIKES karya husada. Semarang.
Internationla association for the study of pain (2014, august 6). IASP taxonomy
di petik pada oktober 2017 dari www.IASP-PAIN.org
Ismael, S. 2011. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: PT.
Sagung Seto.
Kanbara, A., Hakoda, M., Seyama I., Urine Alkalization facilitates uric Acid
Excretion, Nutritional Journal 2010, 9: 45 doi 10.1186/1475-289145
Kertia, Nyoman. 2009. Asam urat. Yogyakarta: bentang pustaka
Krintanto, Thomas. Dkk. 2011. Pengaruh Terapi Kembali Massage Terhadap
Intensitas Nyeri Reumatik Pada Lansia Di Wilayah puskesmas
pemabantu karang asem. Jurnal universitas muhammadiyah surakarta.
Lina, Nur dan Setiyono, Andik. 2014. Analisis kebiasaan makan yang
menybabakan peningkatan kadar asam urat. Jurnal Kesehatan
Komunitas Indonesia Vol. 10. No. 2 September 2014
Marks, Dawn B. Et all. 2000. Biokimia kedokteran dasar : sebuah pendekatan
klinis. Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif. 2008. Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan
sistem persarafan. Jakarta: salemba medika
Nesami, Masoumeh, dkk. 2012. The Effects of Foot Reflexology Massage on
Pain and Fatigue of Patients After Coronary Artery Bypass Graft .
mazand univ med sci 2012 ; 22 (92) ; 52-62 (persian)
Nilawati, Sri, Dkk. 2008. Care your self, kolesterol. Jakarta : penebar plus
Notoatmojo, S. 2010. Metodologi penelitian kesehatan edisi revisi. Jakarta :
PT. Rineka Cipta.
Nurgiwiati, E. 2015. Terapi Alternatif & Komplementer dalam Bidang
Keperawatan. Bogor : In Media.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Ody, Penelope. 2008. Pengobatan praktis dari cina. Penerbit erlangga.
Ping, Zhang. 2010. How to improve the analgesic effect of Accupuncture.
Journal of Traditional Chinese Medicine, Hospital of Songxi County,
Songxi, Fujian 353500, China
Poole H, Glenn S, Murphy P. A .2007. randomised controlled study of
reflexology for the management of chronic low back pain. Eur J
Pain;11(8):878-87.
Potter & Perry. 2002. Buku funda mental keperawatan. Jakarta: EGC
Price, Sylvia Anderson dan Wilson McCarty L. (2006). Patofisiologi :
konsepklinis proses-proses penyakit. Edisi 1. Volume 6. Jakarta : EGC.
Price, Sylvia Anderson. 2013. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses
penyakit. Ed. 6. Jakarat : EGC
Rahimsyah. 2011. Pijat refleksi dan ramuan tradisional untuk penyembuh segla
penyakit. Surabaya: penerbit serba jaya
Rakhman, Arif dkk. 2015. Pengaruh terapi akupresure terhadap asam urat
darah pada lansia. Jurnal skolastik keperawatan . jurnal. Unai. Edu.
Riswanto dan Insani, Uswatun. 2014. Buku ajar asuha keperawatan medikal
bedah: sistem muskuloskeletal. Ed 1. Yogyakarta: deepublish.
Sani, Fathur. 2016. Metodelogi penelitian farmasi komunitas dan
eksperimental. Ed. 1. Yogyakarta : Deepublihed
Sari, M. 2010. Sehat bugar tanpa asam urat, cetakan I. Araska publisher
Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Jogyakarta: Graha
Ilmu.
Setiyohadi, Bambang. 2006. Ilmu penyakit dalam reumatologim. Ed.4 jakarta:
FKUI
Sherwood, Lauralee. 2012. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Jakarta : EGC
Snyder, Mariah, dan Lindquist, Ruth. 2010. Complementary & alternatve
therapies in nursing. Sixth edition. New york : spinger publishing
company.
Soeroso, Joewono & Algristian, Hafid. 2011. Asam urat. Jakarta: penebar plus
Sudoyo A.W, Alwi I., Setiyohadi B. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Edisi 5. Jilid III. Jakarta : Interna Publishhing.
Sugiyono. 2013. Statistika untuk penelitian. Bandung : PT. Alfabeta.
Sujayanto, G. 2007. Khasiat Teh Untuk Kesehatan dan Kecantikan. Flona
Serial hal 34-38. Jakarta : ITB.
Sulaiman, Shubhi .2008. hidup sehat dengan habbatus sauda’. Penerbit : al-
qowam
Sustriani, Lanny. Dkk. 2008. Asam urat. Cet VI. Jakarat: Garmedia pustaka
utama
Talbot, John H. 1958. Selected aspect of aciteand chronic gouty arthritis an
internist’s interpretation of an othopaedist’s experiences with gout and
gouty arthritis. Journal bone joint surg Am, Oct 01;40(5):994-
1002Volume 11, No 1, Maret 2015 : 79-86
Wahyuni, Indah Setya. 2014. Pengaruh massase ekstremitas dengan aroma
terapi lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia
hipertensi di kelurahan grendeng purwokerto. Skripsi. Purwokerto :
Universitas Jendral Soedirman.
Weaver, A.L., edwards, N. L., &simon, L. S. 2010. Teh gout clinical
companion : the lates evidence and patient support tools for the primary
care physician. The farnce foundation: an educasional grant from
takedaa phrmaceuical north american, inc.
Yenrika. R.,krisnatuti.D., 2008. Diet sehat untuk penderita asam urat. Penebar
plus:jakarta
Yudi Y. Ambeng. 2009. Gambaran Pasien Batu Ginjal dan Batu Ureter
dengan Fungsi Ginjal Normal yang Dilakukan Pemeriksaan Calcium,
Asam Urat, Fosfat dalam Darah dan Urine per 24 jam di RSU Dr.
Soetomo Surabaya, Januari - Desember 2006. Media Jurnal Urologi
Volume : 10 - No. 1 Terbit
LAMPIRAN
Lampiran I
Lembar Penilaian Responden
NO
.
NAMA USI
A
JENIS
KELA
MIN
TANGG
AL
KUNJUN
GAN
KADAR ASAM
URAT (PRE-
INTERVENSI)
KADAR ASAM
URAT (POST-
INTERVENSI)
SKALA NYERI
(PRE-
INTERVENSI)
SKALA NYERI
(POST-
INTERVENSI)
1. Tn.
Diki
36
th
Lk 19-3-17 9,5 8,3 5 2
2. Tn.
Roni
35
th
Lk 20-3-17 11 7,9 8 2
3. Ny.
Medi
42
th
Pr 21-3-17 7,1 8,1 8 5
4. Ny.
Dinar
64
th
Pr 21-3-17 8,1 7,5 4 2
5. Tn.
Lucki
30
th
Lk 21-3-17 7,1 7,1 7 2
6. Ny.
Irna
66
th
Pr 21-3-17 6,8 7,9 5 2
7. Tn.
wahyu
24
th
Lk 21-3-17 7,1 6,5 4 1
8. Ny.
Siska
39
th
Pr 21-3-17 6,1 5,6 7 4
9. Tn.
Wazir
56
th
Lk 23-3-17 8,4 7,9 6 4
10. Tn.
Hasan
37
th
Lk 23-3-17 10,3 8,1 6 4
11. Ny.
Dewi
34
th
Pr 23-3-17 7,9 4,7 5 2
12. Ny.
Tien
49
th
Pr 25-3-17 8,7 8,1 8 4
13. Ny.
Erni
57
th
Pr 25-3-17 16,6 2 4 2
14. Tn.
Budi
55
th
Lk 26-3-17 8,8 9,0 2 2
15. Ny.
Adah
27
th
Pr 26-3-17 6,6 6,4 8 2
16. Tn.
Widod
o
37
th
Lk 28-3-17 8,0 7,5 7 4
17. Tn.
Ismail
75
th
Lk 30-3-17 11,9 7,9 5 4
18. Tn.
Diaz
44
th
Lk 30-3-17 9,9 10,3 6 3
19. Tn.
Teguh
42
th
Lk 31-3-17 8,7 8,1 5 3
20. Ny. Ida 57
th
Pr 1-4-17 7,7 7,4 7 4
Lampiran II
LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN
YTH. Bapak/Ibu
Dengan hormat
Bersama ini, saya Aulia Rahmah, mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Program Studi Ilmu Keperawatan, memohon kesediaan
Ibu/Bapak untuk berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian saya yang berjudul
“EFEKTIVITAS PIJAT REFLEKSI DAN PIJAT TUBUH (BODY MASSAGE)
TERHADAP TINGKAT NYERI DAN KADAR ASAM URAT DARAH PADA
PASIEN HIPERURISEMIA DI WAROENG SEHAT CILEDUG”
Dalam kegiatan ini, anak bapak/ibu akan dilakukan pengukuran kadar asam urat
darah dengan mengambil sampel darah perifer pada ujung jari meggunakan jarum (lancet)
serta pengukuran skala nyeri dengan menggunakan skala analog visual (AVAS) yang akan
dilkaukan sebelum dan sesudah intervensi pijat refleksi dan pijat tubuh (body massage).
Saya mengharapkan kesediaan bapak/ibu untuk berkenan menjadi responden
dalam penelitian saya dan mengikurti proses penelitian sampai selesai. Jika bapak/ibu
bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, bapak/ibu diminta untuk mengisi data dan
menandatangani persetujuan dibawah ini.
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama :
Usia :
Alamat :
Setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti tentang prosedur penelitian ini,
menyatakan bahwa Saya bersedia untuk ikut berpartispasi menjadi responden dalam
penelitian yang berjudul “EFEKTIVITAS PIJAT REFLEKSI DAN PIJAT TUBUH
(BODY MASSAGE) TERHADAP TINGKAT NYERI DAN KADAR ASAM URAT
DARAH PADA PASIEN HIPERURISEMIA DI WAROENG SEHAT CILEDUG”
Demikian surat pernyataan bersedia ikut dalam penelitian ini, saya buat untuk
dipergunakan seperlunya
Ciputat, 2017
( )
Lampiran III
SOP PIJAT WAROENG SEHAT
II. PIJAT KEBUGARAN DAN PENGOBATAN
1. Lap bagian tubuh yang akan di pijat dengan handuk menggunakan air hangat.
2. Lakukan pemanasan dengan penekanan ringan dari kaki sampai punggung selama
beberapa menit sebelum pemijatan dilakukan.
3. Oleskan lotion untuk untuk memudahkan pemijatan dan menghindari lecet pada
kulit
4. Pemijatan diawali dari kaki kiri (sesuai titik syaraf jantung pada kaki) diikuti
perangsangan pada titik syaraf pada kaki.
5. Arah pemijatan dari bawah ke atas (telapak kaki, betis, paha, pinggang dan
punggung) dengan posisi pasien telungkup.
6. Pemijatan pada posisi terlentang dimulai dari kaki kiri (betis, paha, tangan) diikuti
perangsangan pada titik syaraf di tangan.
7. Tanyakan pada pasien apakah tekanan pijatan terlalu keras atau terlalu lemah.
Pemijatan keras tidak dianjurkan pada pasien penderita trombositopenia.
8. Untuk pijat pengobatan, penekanan lebih difokuskan pada titik syaraf yang
mengalami masalah dan di stimulasi secara intens 5-10 menit.
a. pada pasien asam urat tinggi hindari pemijatan pada area yang bengkak,
kemerahan, luka, terutama pada sendi.
9. Pemijatan diakhiri pada bagian kepala, dengan posisi pasien duduk.
10. Akhiri dengan lap menggunakan handuk di bagian telapak kaki pasien dari sisa
krim supaya tidak licin.
11. Ditutup dangan Hamdalah disertai do’a untuk kesehatan pasien.
12. Rapihkan ruangan terapi yang telah digunakan dan bersihkan kembli matras terapi
menggunakan alkohol dan tisu berikut perlengkapan lainnya.
13. Selesai.
Lampiran IV
Lembar skala nyeri analog visual (VAS)
Descriptives
Statistic Std. Error
AsamUrat_Pre Mean 8.795 .5327
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 7.680
Upper Bound 9.910
5% Trimmed Mean 8.511
Median 8.050
Variance 5.676
Std. Deviation 2.3825
Minimum 6.1
Maximum 16.6
Range 10.5
Interquartile Range 2.7
Skewness 2.011 .512
Kurtosis 5.326 .992
AsamUrat_Post Mean 7.265 .3831
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 6.463
Upper Bound 8.067
5% Trimmed Mean 7.389
Median 7.700
Variance 2.935
Std. Deviation 1.7132
Minimum 2.0
Maximum 10.3
Range 8.3
Interquartile Range 1.5
Skewness -1.527 .512
Kurtosis 4.156 .992
SkalaNyeri_Pre Mean 5.85 .372
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 5.07
Upper Bound 6.63
5% Trimmed Mean 5.94
Median 6.00
Variance 2.766
Std. Deviation 1.663
Minimum 2
Maximum 8
Range 6
Interquartile Range 2
Skewness -.423 .512
Kurtosis -.235 .992
SkalaNyeri_Post Mean 2.90 .250
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 2.38
Upper Bound 3.42
5% Trimmed Mean 2.89
Median 2.50
Variance 1.253
Std. Deviation 1.119
Minimum 1
Maximum 5
Range 4
Interquartile Range 2
Skewness .215 .512
Kurtosis -1.300 .992
Statistics
KETEGORI_NYERI
N Valid 20
Missing 0
KETEGORI_NYERI
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid TETAP 1 5.0 5.0 5.0
TURUN 19 95.0 95.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
KAT_ASAM_URAT
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid NAIK 4 20.0 20.0 20.0
TETAP 1 5.0 5.0 25.0
TURUN 15 75.0 75.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Statistics
KAT_ASAM_URAT
N Valid 20
Missing 0
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
AsamUrat_Pre .199 20 .037 .821 20 .002
AsamUrat_Post .189 20 .061 .859 20 .008
SkalaNyeri_Pre .155 20 .200* .926 20 .129
SkalaNyeri_Post .289 20 .000 .840 20 .004
a. Lilliefors Significance Correction
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
SkalaNyeri_Post -
SkalaNyeri_Pre
Negative Ranks 19a 10.00 190.00
Positive Ranks 0b .00 .00
Ties 1c
Total 20
a. SkalaNyeri_Post < SkalaNyeri_Pre
b. SkalaNyeri_Post > SkalaNyeri_Pre
c. SkalaNyeri_Post = SkalaNyeri_Pre
Test Statisticsb
SkalaNyeri_Post -
SkalaNyeri_Pre
Z -3.879a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
*. This is a lower bound of the true significance.
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
lnau_pre .151 20 .200* .923 20 .111
lnau_post .255 20 .001 .675 20 .000
ln_nyeripost .261 20 .001 .839 20 .003
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
AsamUrat_Post - AsamUrat_Pre Negative Ranks 15a 10.67 160.00
Positive Ranks 4b 7.50 30.00
Ties 1c
Total 20
a. AsamUrat_Post < AsamUrat_Pre
b. AsamUrat_Post > AsamUrat_Pre
c. AsamUrat_Post = AsamUrat_Pre
Test Statisticsb
AsamUrat_Post -
AsamUrat_Pre
Z -2.618a
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test