efektivitas perencanaan pengajaran dengan model...

131
EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SMA PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh: Yohanes Baptis Sutarno NIM: 031124023 PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008

Upload: others

Post on 18-Dec-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

DALAM RANGKA MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

DI SMA PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh: Yohanes Baptis Sutarno

NIM: 031124023

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2008

Page 2: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

ii

Page 3: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

iii

Page 4: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada

kedua orang tuaku yang kucintai, kakak, adik, sahabat, para donatur, mudika

Kotabaru dan para guru Agama Katolik di Sekolah Menengah Atas, Yogyakarta.

Page 5: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

v

MOTTO

“Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus,

Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh

Kristus”

(Flp 3:8)

Page 6: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

vi

Page 7: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

vii

ABSTRAK

Judul skripsi EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SMA PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA dipilih berdasarkan fakta, bahwa perencanaan pengajaran dilakukan dalam rangka meningkatkan mutu PAK. Adapun bentuk perencanaan pengajaran yang ada di Indonesia, disusun dalam kurikulum pendidikan.

Istilah efektivitas yang digunakan dalam rumusan judul skripsi ini mengandung arti sejauh mana hasil suatu proses pengajaran dapat lebih maksimal dengan sumber daya yang minimal. Persoalan mendasar yang dibahas dalam skripsi ini adalah profesionalitas guru agama dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik di sekolah. Profesionalitas guru dalam situasi bangsa Indonesia dewasa ini mengalami penurunan kualitas. Salah satu bentuk penurunan itu adalah bahwa para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku secara maksimal.

Penulis menyadari betapa pentingnya pendidikan, hendaknya tidak hanya berorientasi pada bidang ekonomi dan politik saja, tetapi pendidikan agama begitu penting dan berpengaruh besar terhadap perubahan. Terutama perubahan perilaku manusia yang utuh dan berwibawa. Maka dari itu hendaknya kurikulum pendidikan agama memberi nuansa yang khas dan sungguh melihat realita yang terjadi di masyarakat. Peserta didik yang cenderung dipengaruhi oleh berbagai macam tuntutan hidup yang akhirnya menjerumuskan mereka ke dalam lembah kegelapan. Pemberlakukan KTSP oleh pemerintah, pihak sekolah sebagai satuan pendidikan memiliki kesempatan untuk mengekspresikan ide dan gagasannya masing-masing dalam rangka meningkatkan mutu sekolah.

Persoalan yang sangat mendasar dalam skripsi ini adalah bahwa seseorang tidak selalu sukses dengan ilmu pengetahuan yang dimilikinya tanpa mengkombinasikan ilmu tersebut dengan hati dan tindakan (Afektif dan Psikomotorik). Kedua hal ini penting bagi guru dan peserta didik, maka sangat tepat jika PAK ditempatkan dalam perspektif perencanaan pengajaran dan pendidikan iman yang baik, sehingga siswa dapat melihat permasalahan dengan kesadaran dan tindakan reflektif, dengan demikian efektivitas perencanaan pengajaran PAK di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta hendaknya diarahkan dalam rangka membantu siswa mencapai kematang pribadi dan kedewasaan iman.

Maka dari itu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang saat ini diberlakukan tidak lagi berorientasi pada materi, melainkan segala segi yang ada kaitanya dengan kehidupan siswa yang termuat didalamnya. Dengan demikian efektivitas perencanaan pengajaran dengan model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mampu meningkatkan mutu pendidikan agama Katolik di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta yang indikasinya membawa siswa menjadi pribadi yang utuh dan bertanggungjawab.

Page 8: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

viii

ABSTRACT

This thesis entitled THE EFFECTIVENESS OF LESSON-PLAN BY USING KTSP MODEL TO INCREASE THE QUALITY OF CATHOLIC EDUCATION AT PANGUDI LUHUR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA was chosen based on the fact that lesson-plan is done in order to increase the quality of Catholic Education. The term effectiveness is related to the efforts to obtain maximal outcomes in teaching-learning process with minimal resources. This research aims at describing the religion teacher’s professionalism in implementing their duties as educators at school. At present, the decreasing of teacher’s professionalism is caused by the fact that many teachers do not make an appropriate lesson-plan in accordance with the curriculum. The researcher realizes the importance of education which is not oriented on economic and politic aspects but also on religious education. It is important here to make change, especially in behaviour. Religion education gives different atmosphere for real transformation. The students, who are affected by various cases, tend to have bad behaviour. By applying the KTSP as emphasized by government, the school as a unity of educators will have a chance to apply their ideas in increasing the quality of the school. The basic concern on this study is the fact that people would succeed not only from their knowledge but also from their affective and psychomotor aspects. Both of them are important for learners, in order to have effective learning and teaching. Catholic education concerns in religious education as well as teaching plan. It may help the students to face the problem in a deep awareness and thus they will be able to reflect and do correctly. The application of KTSP is not only oriented on materials but also on real transformation. Thus, the effectiveness of teaching-learning process may increase the quality of Catholic education in building a holistic transformation and responsibility.

Page 9: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

ix

Page 10: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Bapa karena kasihNya penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul EFEKTIVITAS PERENCANAAN

PENGAJARAN DENGAN MODEL KURIKULUM TINGKAT SATUAN

PENDIDIKAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN MUTU

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SMA PANGUDI LUHUR

YOGYAKARTA. Selama proses penulisan skripsi ini, banyak perasaan yang

dirasakan yaitu; gembira, sedih dan putus asa. Semua bercampur aduk menjadi

satu karena berbagai hambatan dan kesulitan selalu datang dalam menyusun

penulisan skripsi ini. Dengan rasa syukur berkat dukungan dan dorongan berbagai

pihak, sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan sesuai dengan harapan.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih dan

penghormatan kepada:

1. Dra. Yulia Supriyati, M.Pd. selaku dosen pembimbing utama yang telah

membimbing penulis dengan kesabaran dan memberi masukan-masukan dan

kritikan-kritikan sehingga penulis dapat lebih termotivasi dalam menuangkan

gagasan-gagasan dari awal hingga akhir penulisan skripsi.

2. Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A. selaku dosen pembimbing akademik yang

telah membantu memberikan perhatian, meluangkan waktu dan membimbing

penulis dengan penuh kesabaran, memberi masukan-masukan dan kritikan-

kritikan sehingga penulis dapat lebih termotivasi dalam menuangkan

gagasan-gagasan dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

Page 11: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

xi

3. Dra. J. Sri Murtini, M.Si. selaku Dosen penguji yang selalu memberikan

perhatian, meluangkan waktu dan membimbing penulis dengan penuh

kesabaran, memberi masukan-masukan dan kritikan-kritikan sehingga

penulis dapat lebih termotivasi dalam menuangkan gagasan-gagasan dari

awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

4. Segenap Staf Sekretariat dan Perpustakaan Prodi IPPAK, Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, yang telah membimbing

penulis selama belajar hingga selesainya skripsi ini.

5. Br. Herman Yoseph., FIC., yang mendukung dan memberikan semangat dan

dukungan doa selama penulisan skripsi ini hingga selesai.

6. Drs. B. Sumarno, yang telah memberi waktu untuk wawancara, pengambilan

gambar dan mengadakan penelitian.

7. Br. Priyarso., S.J., yang mendukung, mendoakan, mencintai, menemani dan

membimbing khususnya dalam mencarikan beasiswa dalam penulisan skripsi

ini hingga selesai.

8. Br. M. Hadi Prayitno., S.J., yang mendukung, memarahi, memberikan cinta,

dan memberikan semangat dalam penulisan skripsi ini hingga selesai.

9. Ignatius Heri Nugraha Kusuma, Paulus Sukiyo, Antonius Sunarto, Karunia

Idaharvina Damayanti, R.S. Sunar Hupadi, Veronika Yuniarita, Sara Lea,

Anrianus, Br. Eduardus Slamet Susanto, Andre Pepe, Anggoro Budi Waluyo,

Fr. Herwanto., SJ, Che Regi, Sulasmi dan Fusca Atomitta yang mendukung

doa-doa, cinta untuk penulisan skripsi ini hingga selesai.

Page 12: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

xii

Page 13: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

xiii

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL......................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv

MOTTO ........................................................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... vi

ABSTRAK ....................................................................................................... vii

ABSTRACT ..................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................... xii

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xvi

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang Penulisan .................................................................. 1

B. Rumusan Permasalahan ..................................................................... 8

C. Tujuan Penulisan ................................................................................ 8

D. Metode Penulisan ............................................................................... 9

E. Sistematika Penulisan ........................................................................ 9

BAB II. KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SEBAGAI SALAH SATU MODEL PERENCANAAN PENGAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SEKOLAH MENENGAH ATAS ................................................................................................. 12

A. Perencanaan Pengajaran pada Umumnya .......................................... 12

1. Pengertian Perencanaan Pengajaran ............................................. 12

2. Tujuan Perencanaan Pengajaran .................................................. 14

B. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan .............................................. 18

1. Landasan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ... 18

2. Komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ..................... 24

a. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan ..................... 24

b. Struktur dan Muatan Kurikulum ............................................ 25

1) Mata Pelajaran .................................................................. 25

Page 14: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

xiv

2) Muatan Lokal ................................................................... 25

3) Pengembangan Diri .......................................................... 26

4) Beban Belajar ................................................................... 27

5) Ketuntasan Belajar ........................................................... 28

6) Kenaikan Kelas dan Kelulusan ........................................ 29

7) Pendidikan Kecakapan Hidup .......................................... 29

8) Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global ....... 30

C. Pendidikan Agama Katolik (PAK) ..................................................... 30

1. Pengertian Pendidikan Agama Katolik ........................................ 30

2. Ciri Khas Pendidikan Agama Katolik .......................................... 36

3. Kedudukan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah ..................... 38

BAB III. SILABUS PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SEKOLAH MENENGAH ATAS BERDASARKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN ............................................. 39

A. Pengembangan Silabus Pendidikan Agama Katolik .......................... 40

1. Pengertian Silabus ........................................................................ 40 2. Pengembangan Silabus ................................................................ 41 3. Petunjuk Pelaksanaan Silabus ...................................................... 42

B. Silabus Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ...................................... 43 1. Format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ................................ 43 2. Komponen Silabus Model KTSP ................................................ 44

a. Komponen Identifikasi ........................................................... 44 b. Komponen Standar Kompetensi ............................................ 45 c. Kompetensi Dasar .................................................................. 45 d. Komponen Materi Pokok ....................................................... 45 e. Komponen Pengalaman Belajar ............................................. 46 f. Komponen Indikator .............................................................. 47 g. Komponen Jenis Penilaian ..................................................... 48 h. Komponen Alokasi Waktu ..................................................... 49 i. Komponen Sumber Belajar .................................................... 50 J. Contoh RPP Model KTSP di SMA Pangudi Luhur ................ 51

Page 15: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

xv

BAB IV. EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK MODEL KTSP DI SMA PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA ............................................ 53

A. Gambaran Umum SMA Pangudi Luhur Yogyakarta ......................... 53

1. Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya SMA Pangudi Luhur ..... 54

2. Visi Misi Sekolah Katolik SMA Pangudi Luhur ......................... 56

a. Visi SMA Pangudi Luhur ...................................................... 56

b. Misi SMA Pangudi Luhur ...................................................... 56

B. Penelitian Efektivitas Perencanaan Pengajaran PAK dengan Model KTSP Di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta ....................................... 57

1. Manfaat Penulisan ...................................................................... 57

2. Metodologi Penelitian ................................................................ 58

a. Survei ..................................................................................... 58

b. Observasi dan Pengamatan .................................................... 58

3. Pemilihan Tempat dan Waktu .................................................... 58

4. Populasi dan Sampel .................................................................. 58

5. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 60

a. Wawancara ............................................................................. 60

b. Kuesioner ............................................................................... 60

6. Variabel Penelitian ..................................................................... 60

C. Hasil Penelitian .................................................................................. 61

1. Laporan Penelitian ....................................................................... 62

2. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................... 65

BAB V. USULAN PROGRAM PERENCANAAN PENGAJARAN DI SEKOLAH MENENGAH ATAS PANGUDI LUHUR DENGAN MODEL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN ...... 68

A. Program Pendidikan Agama Katolik SMA PL Kelas XI ................... 68

1. Arti Program ................................................................................. 69

2. Tujuan Program ............................................................................ 69

3. Latar Belakang Pembuatan Program ............................................ 70

Page 16: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

xvi

4. Usulan Program Semester SMA PL Untuk Kelas XI ................... 71

5. Petunjuk Pelaksanaan Program Semester SMA PL ..................... 83

B. Perencanaan Satuan Pembelajaran ..................................................... 83

1. Arti Perencanaan .......................................................................... 83

2. Tujuan Perencanaan ..................................................................... 84

3. Persiapan Mengajar ...................................................................... 84

4. Usulan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama

Katolik Untuk SMA Pangudi Luhur Yogyakarta ........................ 89

BAB VI. PENUTUP ......................................................................................... 92

A. Kesimpulan ........................................................................................ 92

B. Saran ................................................................................................... 95

1. Untuk SMA Pangudi Luhur ......................................................... 95

2. Untuk Kampus IPPAK-USD ....................................................... 95

3. Untuk Guru-guru .......................................................................... 96

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 97

LAMPIRAN ..................................................................................................... 99

Lampiran 1: Surat Permohonan Penelitian ................................................. (1)

Lampiran 2: Daftar Wawancara dengan Guru Agama Katolik .................... (2)

Lampiran 3 Rangkuman Hasil Wawancara dengan Guru Agama Katolik: .. (3)

Lampiran 4: Daftar Pertanyaan untuk Penelitian Siswa ............................... (4)

Lampiran 5: Rangkuman Hasil Pertanyaan untuk Penelitian Siswa ............ (8)

Lampiran 6: VCD Film Tentang SMA Pangudi Luhur dan Proses PBM .... (10)

Lampiran 7: CD Rekaman Hasil Wawancara dengan Guru ........................ (11)

Lampiran 8: Gambar Denah Sekolah SMA Pangudi Luhur Yogyakarta...... (12)

Lampiran 9: Keterangan Sekolah SMA Pangudi Luhur Yogyakarta ........... (13)

Lampiran 10: Foto-foto Proses Belajar Mengajar ....................................... (14)

Page 17: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

xvii

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci

Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan

kepada Umat Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka

PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, h. 8.

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

AA : Apostolicam Actuositatem, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kerasulan

Awam, 7 Desember 1965.

GE : Gravissimun Educationis, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Pendidikan

Kristen, 18 November 1965.

C. Singkatan Lain

APP : Aksi Puasa Pembangunan

Art : Artikel

BK : Bimbingan Konseling

BNSP : Badan Standar Nasional Pendidikan

CBSA : Cara Belajar Siswa Aktif

FIC : Fraterum Immaculatum Conceptionnis

HAM : Hak Azasi Manusia

IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Page 18: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

xviii

JPL : Jam Pelajaran

KBK : Kurikulum Berbasis Kompetensi

KBS : Kurikulum Berbasis Sekolah

KD : Kompetensi Dasar

KIR : Karya Ilmiah Remaja

KKM : Kriteria Ketuntasan Minimal

KTSP : Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

KWI : Konferensi Waligereja Indonesia

MA : Madrasah Aliyah

MAK : Madrasah Aliyah Kejuruan

MP : Mata Pelajaran

OSIS : Organisasi Siswa Intra Sekolah

PAK : Pendidikan Agama Katolik

PBB : Persatuan Bangsa-Bangsa

PBM : Proses Belajar Mengajar

PKG : Kelompok Kerja Guru

PPD : Penilaian Pengembangan Diri

PT : Penugasan Terstruktur

PTT : Penugasan Tidak Terstruktur

RI : Republik Indonesia

RPP : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

SCP : Shared Christian Praxis

Page 19: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

xix

SD : Sekolah Dasar

SDM : Sumber Daya Manusia

SGAK : Sekolah Guru Agama Katolik

SK : Standar Kompetensi

SKL : Standar Kelulusan

SKS : Sistem Kredit Semester

SMA : Sekolah Menengah Atas.

SMALB : Sekolah Menengah Atas Luar biasa

SMK : Sekolah Menengah Kejuruan

SMP : Sekolah Menengah Pertama

SMPLB : Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa

SPG : Sekolah Pendidikan Guru

TIK : Tujuan Intruksional Khusus

Page 20: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan

Proyek pembangunan manusia Indonesia sedang mengalami penurunan

konsentrasi. Proyek, yang seharusnya mampu memberikan andil besar bagi

pembangunan negara, menjadi sumber masalah yang semakin hari semakin kompleks.

Proyek pembangunan manusia Indonesia, yang dipelopori dan dikembangkan oleh para

ahli pendidikan, kurang mendapat dukungan yang optimal dari berbagai pihak yang

terkait. Pembangunan manusia berjalan sendiri-sendiri dan berusaha menonjolkan diri

dengan cara yang kurang sehat. Tiga sektor utama pembangunan yang ada di negara

Indonesia meliputi bidang: ekonomi, politik dan pendidikan. Ketiga sektor saat ini

sangat memberikan pengaruh besar bagi perkembangan bangsa Indonesia.

Dalam pencarian solusi atas persoalan yang kompleks dihadapi oleh sektor

ekonomi dan politik ternyata telah menyita waktu dan tenaga dari para pembesar negara

ini. Ironisnya persoalan pendidikan tidak menjadi prioritas utama. Padahal, dalam

kenyataannya, proyek pembangunan manusia Indonesia tidak hanya ditopang oleh

sektor ekonomi dan politik saja. Semua sektor pembangunan mestinya mendapat fokus

perhatian yang seimbang. Sektor pendidikan semakin dianggap sebagai sektor prioritas,

dan dipandang sebagai aset yang baik. Budaya bangsa sangat dipengaruhi oleh budaya

instan. Segala sesuatu harus cepat, siap pakai dan tujuan yang hendak dicapai harus

segera bisa dinikmati. Dalam situasi peralihan budaya semacam itu, pendidikan menjadi

suatu upaya untuk mengintegrasikan kembali peradaban bangsa Indonesia. Dalam

proses integrasi, pendidikan dalam proyek pembangunan manusia memerlukan sebuah

perencanaan yang sangat matang dan dilakukan secara maksimal demi hasil yang

mampu memberikan kontribusi yang berarti (Mudji Sutrisno, 2006: 44-45).

Page 21: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

2

Dalam kesempatan ini, penulis hendak mengajak para pembaca untuk melihat

sektor yang selama ini kurang mendapat perhatian secara maksimal, baik dari

pemerintah maupun dari masyarakat sendiri, yakni sektor pendidikan. Sebuah fenomena

pendidikan telah terjadi di Indonesia, yakni setiap pergantian kabinet pemerintahan

mengakibatkan perubahan nama untuk kurikulum pendidikan di Indonesia. Model

kurikulum senantiasa mengalami ganti kulit seperti ular dalam musim yang telah

terpola. Hal ini menunjukkan bahwa para pejabat pemerintah yang memiliki peran

dalam bidang pendidikan adalah orang-orang yang kreatif, inovatif tetapi kurang

bijaksana.

Bermacam-macam kurikulum yang pernah ada di dunia pendidikan Indonesia di

antaranya adalah kurikulum CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), KBK (Kurikulum

Berbasis Kompetensi) dan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Pada

dasarnya, inti dari masing-masing kurikulum di atas adalah sama. Seperti halnya seekor

ular yang berganti kulit, pada dasarnya tetap saja ular juga. Dari fenomena ini,

pendidikan di Indonesia telah menjadi proyek yang berorientasi pada egoisme pribadi.

Hal ini telah menjadi rahasia umum dalam bangsa ini, hanya saja belum ada satu orang

pun yang berani tampil untuk menghancurkan tembok-tembok egoisme semacam itu.

Sekolah yang mestinya menjadi rukun hidup, saat ini kurang bergema. Sekolah

menjadi tempat pelarian anak-anak yang bermasalah, kurang mendapat perhatian dari

orang tua. Yang paling parah adalah sekolah menjadi tempat bisnis. Banyak sekolah

yang saat ini berorientasi bisnis. Indikasinya adalah mahalnya uang sekolah dan buku-

buku serta minimnya gaji guru, dalam prakteknya hukum ekonomi bermain di

dalamnya. Sekolah berusaha agar pendapatannya semakin tinggi, pengeluaran semakin

rendah, konsekuensinya mutu pendidikan menjadi rendah. Dalam sebuah proyek

pembangunan manusia, hal ini wajar terjadi, seperti halnya sebuah proyek pembangunan

pada umumnya yang selalu menggunakan hukum ekonomi (Harefa, 2003: 31-37)

Page 22: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

3

Pada kesempatan ini, penulis berusaha menggali permasalahan pendidikan di

Indonesia yang kompleks ini. Usaha penulis ini berawal dari sebuah pemikiran yang

sederhana bahwa proses pendidikan hendaknya dilakukan secara maksimal dan dengan

tujuan yang jelas. Sebuah proses akan berjalan baik jika ada persiapan yang baik juga.

Berkaitan dengan hal ini, penulis mengajak para pembaca untuk melihat kembali cara-

cara membuat persiapan untuk sebuah pembelajaran. Hal ini menjadi penting untuk

dibahas mengingat perencanaan pengajaran akhir-akhir ini terkesan disingkirkan dan

dianggap tidak mendesak untuk dipersiapkan karena hanya sebagai pemenuhan syarat

administrasi. Kenyataan itu membutakan mata kebanyakan orang, bahwa perencanaan

pengajaran tidak ada hubungannya dengan realitas dan kondisi awal siswa. Kita sadar

bahwa perencanaan pengajaran dalam jangka panjang maupun jangka pendek sangat

mempengaruhi proses belajar mengajar di kelas karena telah disadari juga bahwa

intelektual tidak menjadi jaminan berhasilnya siswa dalam proses belajar mengajar di

kelas. Tujuan perencanaan pengajaran yang matang dan dipersiapkan sungguh-sungguh

merupakan hal yang sangat penting (Gagne & Briggs, 1983: 31).

Kemampuan guru dalam proses perencanaan pengajaran akhir-akhir ini banyak

mendapat kritik dari pakar dan praktisi pendidikan. Kritik itu menyangkut segi

pengolahan bahan-bahan yang termasuk dalam kurikulum yang berlaku, yaitu segi

proses belajar mengajar, katakanlah kurikulum yang berlaku sekarang adalah KTSP,

harapan dari para ahli pendidikan yang berusaha menyusun kurikulum ini adalah agar

siswa menjadi subjek pendidikan. Tetapi, karena kurangnya kebiasaan dari para guru

sendiri untuk secara konsisten membuat berbagai perencanaan pembelajaran tertulis,

harapan itupun masih jauh dari kenyataannya. Para guru masih melakukan proses

pembelajaran yang sifatnya transfer ilmu. Siswa dipandang semacam botol kosong yang

harus diisi sampai penuh dengan pengetahuan sebanyak-banyaknya. Siswa tidak diberi

Page 23: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

4 kesempatan untuk bersikap kritis terhadap apa yang diterima, karena sikap kritis

cenderung dikategorikan sebagai kenakalan yang merepotkan guru. Pokok

permasalahan yang terutama bukan hanya materi pengajaran dari buku panduan guru

saja, melainkan model transfer pengetahuan yang masih mendominasi pendidikan di

sekolah dengan mengandaikan bahwa siswa belum tahu apa-apa dan guru-lah yang

maha tahu. Para guru seolah-olah menutup mata terhadap hakekat pendidikan bahwa

“Keberhasilan sebuah proses pembelajaran pertama-tama terletak pada guru. Merekalah

yang menjadi ujung tombak, dalam tangan merekalah sebenarnya pelaksanaan

pendidikan di Indonesia akan berjalan baik atau tidak” (Suparno, 2003: 35).

Dalam proses pengajaran, cara dan wewenang yang dipakai dan dimiliki guru

merupakan syarat mutlak agar proses belajar mengajar dapat berhasil. Faktor ekstern

datang dari pribadi seorang guru yang bertugas mewartakan iman, menyuburkan dan

menggerakkan hati umat beriman agar hidup dan bertindak seturut imannya. Tugas dan

tanggung jawab guru tidak dapat mengajar tentang segala sesuatu, melainkan selalu

mengajar tentang sesuatu tertentu (segi material) atau dalam rangka mengaktifkan

sesuatu daya manusia tertentu (segi formal dan segi material) pengajaran mau

memberikan himpunan pengetahuan. Dalam perencanaan pengajaran, mutlak perlu

dilakukan agar materi atau bahan yang diberikan, meskipun sedikit dan terbatas, mampu

memberikan kontribusi terhadap proyek pembangunan manusia yang penuh dengan

berbagai permasalahan yang kompleks. Dalam merencanakan tujuan pengajaran guru,

sebagai perancang pengajaran menghadapi kebutuhan untuk menggambarkan tujuan

sebagai bagian dari tiap pelajaran. Perencanaan tujuan dapat menggambarkan

kecakapan-kecakapan yang diperlukan, misalnya: informasi, kecakapan intelektual

dalam salah satu variasinya, strategi kognitif, sikap atau kecakapan motorik. Dalam

pembelajaran perencanaan pengajaran menjadi sebuah dasar bagi guru untuk dapat

membuat keputusan (Telaumbanua, 1999: 97-98).

Page 24: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

5

Dalam merencanakan tujuan pengajaran, perancangan pengajaran atau team

perancang menghadapi kebutuhan untuk menggambarkan tujuan sebagai bagian dari

tiap pelajaran. Tujuan perencanaan dipakai untuk menjawab pertanyaan hasil belajar

yang bagaimana yang diharapkan oleh tujuan. Tujuan dikategorikan menurut

kesanggupan manusia yang akan dipelajari. Tujuan perencanaan menggambarkan

kecakapan-kecakapan. Tujuan perencanaan pengajaran yang efektif, sangatlah penting

bagi guru untuk menentukan kecakapan yang diharapkan. Deskripsi tujuan adalah

gambaran mengenai apa yang harus diamati untuk memeriksa bahwa pelajaran yang

diinginkan telah tercapai. Akibatnya pernyataan tujuan mempunyai pengertian secara

langsung untuk menilai tingkah laku belajar siswa. Jadi, guru dapat merancang

perencanaan pengajaran melalui situasi yang memungkinkan pengamatan terhadap

tingkah laku siswa. Hal ini dilakukan untuk memeriksa bahwa kesanggupan khusus

yang diinginkan telah terjadi. Pernyataan tujuan dapat menjadi dasar bagi

pengembangan tes yang dibuat oleh guru. Tes digunakan untuk menilai perbuatan siswa

jika dipandang perlu oleh guru atau dapat digunakan sebagai self test ketika anak belajar

sendiri (Gagne & Briggs, 1983: 31).

Dewasa ini begitu banyak pemahaman tentang arti pendidikan, dalam arti

sesungguhnya pendidikan adalah “pembinaan pribadi manusia dalam perspektif tujuan

terakhirnya dan demi kesejahteraan kelompok-kelompok masyarakat”. Pendidikan

Agama Katolik seharusnya mendapat perhatian serius baik dari sekolah maupun para

siswa sendiri. Konsekuensinya PAK perlu dipersiapkan secara maksimal yaitu dengan

cara guru agama membuat suatu perencanaan pengajaran tertulis (GE, art. 1).

Perencanaan pengajaran pendidikan agama Katolik tidak lagi menitik beratkan

pada materi. Perencanaan pengajaran, PAK mempunyai arah dan tujuan pembinaan

Page 25: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

6 spiritualitas yang mengolah kehidupan rohani dalam merefleksikan imannya dengan

mengintegrasikan, menganalisa dan membuat sintesa. Sintesa dipertanggungjawabkan

sehingga mampu membangun sikap dasar untuk berperilaku dan berkembang dalam

kepribadian, serta dapat hidup menjemaat dan bermasyarakat sesuai ajaran imannya.

Konsekuensinya, Pendidikan Agama Katolik perlu diorientasikan dalam rangka proses

pembinaan spiritualitas. Pembinaan spiritualitas dalam mewartakan Kerajaan Allah

merupakan hal yang mutlak demi pengembangan Gereja karena tugas pembinaan

spiritualitas merupakan pewartaan Kerajaan Allah. Pembinaan spiritualitas bukanlah

semata-mata tanggung jawab imam, guru agama dan biarawan-biarawati saja. Seluruh

warga Gereja berkewajiban untuk mewartakan Kerajaan Allah. Dalam melaksanakan

tugas pembinaan spiritualitas, diperlukan adanya kesinambungan dalam rangka

pembinaan spiritualitas yang berkelanjutan, melalui Pendidikan Agama Katolik (PAK)

(AA, art. 2).

Berdasarkan uraian di atas, perencanaan pengajaran Pendidikan Agama Katolik

perlu diarahkan sesuai dengan tujuannya, agar siswa-siswi mampu menggunakan ilmu

pengetahuan yang diperoleh secara tepat dan berdaya guna. Ketika mereka terjun di

tengah masyarakat, mereka tidak ragu dan sungkan dalam hidup bermasyrakat.

Kerangka ilmu yang diperoleh di sekolah menjadi dasar dan bekal untuk dapat hidup

dengan lebih baik dan layak. Dalam mengikuti perkembangan pendidikan dengan

berbagai macam kurikulum yang senantiasa berubah, Pendidikan Agama Katolik (PAK)

perlu melakukan suatu terobosan baru yang signifikan bagi perkembangan Pendidikan

Agama Katolik (PAK) itu sendiri Apostolicam Actuositatem (AA, art. 2).

Page 26: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

7

Peningkatan mutu Pendidikan Agama Katolik (PAK) tidak hanya diukur dari

kemampuan kognitif, atau afektif dan psikomotorik belaka. Tetapi ketiganya harus

bersinergis sehingga mampu membentuk manusia yang bermoral, adil dan bijaksana

sebagaimana layaknya anak-anak Allah. Dalam penulisan skripsi ini, secara khusus

penulis memfokuskan diri pada penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)

di tingkat sekolah menengah atas. Berkaitan dengan hal itu, dalam bab IV skripsi ini

penulis akan memaparkan hasil suatu penelitian sederhana guna menggali realitas di

lapangan perihal penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan, khususnya dalam

mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK). Sample yang akan digunakan dalam

penelitian itu adalah guru dan siswa-siswi kelas XI IPS 2 dan IPS 3 SMA Pangudi

Luhur Yogyakarta. Penulis mengadakan penelitian di sekolah Pangudi Luhur

berdasarkan pengalaman langsung dan informasi yang diterima dari para guru agama

Pendidikan Agama Katolik (PAK) SMA yang ada di Yogyakarta. Sekolah ini cukup

representatif untuk dijadikan lahan studi, baik dari suasana belajarnya yang kondusif,

mekanisme pengelolaan sekolah, konsistensinya dalam menerapkan perencanaan

pengajaran model kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dalam setiap mata

pelajaran. Selain melakukan kajian studi pustaka, penulis juga mengadakan penelitian

sederhana yang kiranya menunjang skripsi yang berjudul: EFEKTIVITAS

PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL KURIKULUM TINGKAT

SATUAN PENDIDIKAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN MUTU

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SMA PANGUDI LUHUR

YOGYAKARTA.

Page 27: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

8

B. Rumusan Permasalahan

1. Macam-macam model perencanaan pengajaran manakah yang pernah diterapkan di

Sekolah Menengah Atas Pangudi Luhur Yogyakarta?

2. Bagaimana sikap pihak SMA Pangudi Luhur terhadap setiap perubahan kurikulum

pendidikan yang ditawarkan oleh pihak pemerintah, baik pusat maupun daerah?

3. Bagaimana proses kurikulum tingkat satuan pendidikan diterapkan di SMA Pangudi

Luhur Yogyakarta?

4. Apakah konsekuensi logis KTSP, sebagai salah satu model perencanaan pengajaran,

mampu meningkatkan mutu PAK di sekolah menengah?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui macam-macam model perencanaan pengajaran yang pernah diterapkan di

Sekolah Menengah Atas Pangudi Luhur Yogyakarta.

2. Mengetahui sikap Sekolah Menengah Atas Pangudi Luhur terhadap setiap perubahan

kurikulum pendidikan yang ditawarkan oleh pihak pemerintah, baik pusat maupun

daerah.

3. Mengetahui proses kurikulum tingkat satuan pendidikan diterapkan di Sekolah

Menengah Atas Pangudi Luhur Yogyakarta.

4. Mengetahui konsekuensi logis KTSP sebagai salah satu model perencanaan

pengajaran dalam meningkatkan mutu PAK di Sekolah Menengah Atas.

5. Memenuhi syarat kelulusan sarjana strata 1 (S1) di IPPAK-USD.

Page 28: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

9

D. Metode Penulisan

Metode penulisan skripsi ini adalah deskriptif (descriptive research). Penelitian

deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu

keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap obyek yang diteliti (SMA

Pangudi Luhur Yogyakarta). Penelitian deskriptif mempunyai ciri berhubungan dengan

keadaan yang terjadi saat ini, menguraikan satu variabel saja atau beberapa variabel

namun diuraikan satu persatu, dan variabel yang diteliti tidak dimanipulasi atau tidak

ada perlakuan (treatment). Penelitian deskriptif pada umumnya menggunakan survei

sebagai metode pengumpulan data (Kountur, 2005: 105-106).

E. Sistematika Penulisan

Berdasarkan judul skripsi yang dipilih, penulis menyusun sistematika penulisan

sebagai berikut:

Bab I merupakan pendahuluan, yang mengungkapkan beberapa pertimbangan

penulisan judul skripsi, yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penulisan dan metode penulisan. Dalam akhir bab I ini, penulis menampilkan garis besar

sistematika penulisan, yang merangkum keseluruhan isi skripsi.

Bab II memaparkan kenyataan dan pengalaman yang menyangkut kurikulum

tingkat satuan pendidikan sebagai salah satu model perencanaan pengajaran PAK SMA

Dalam bab ini, penulis membahas tiga bagian besar, yaitu: perencanaan pengajaran,

Pendidikan Agama Katolik (PAK) bagi siswa SMA, ciri khas dan kedudukan PAK di

sekolah dan kurikulum KTSP.

Page 29: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

10 Bab III berisi silabus Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Atas

berdasarkan KTSP. Bab ini membahas dua bagian besar, yaitu: prinsip-prinsip

pengembangan silabus Pendidikan Agama Katolik berkaitan dengan arti silabus, prinsip

pengembangan silabus, petunjuk pelaksanaan silabus. Sub Bab kedua membahas silabus

rencana pelaksanaan pembelajaran, format rencana pelaksanaan pembelajaran,

komponen silabus model kurikulum tingkat satuan pendidikan. Sub bagian kedua

contoh persiapan mengajar berkaitan dengan komponen identifikasi, komponen standar

kompetensi, kompetensi dasar, komponen materi pokok, komponen pengalaman belajar,

komponen indikator, komponen jenis penilaian, komponen alokasi waktu, komponen

sumber belajar, contoh rencana pelaksanaan pembelajaran model kurikulum tingkat

satuan pendidikan.

Bab IV merupakan penerapan teori dan pandangan gereja tentang efektifitas

perencanaan pengajaran Pendidikan Agama Katolik dengan model KTSP di SMA

Pangudi Luhur Yogyakarta. Bab ini membahas mengenai gambaran umum SMA

Pangudi Luhur, penelitian efektifitas perencanaan pengajaran PAK dengan model KTSP

dalam rangka meningkatkan mutu PAK, yang meliputi: metodologi penelitian dan

pembahasan hasil penelitian di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

Bab V berisikan usulan program perencanaan pengajaran Pendidikan Agama

Katolik sekolah menengah atas dengan model kurikulum tingkat satuan pendidikan. Bab

ini membahas mengenai program tahunan Pendidikan Agama Katolik Sekolah

Menengah Atas, arti program tahunan, tujuan program latar belakang pembuatan

program, petunjuk pelaksanaan program, program tahunan semester genap untuk kelas

XI SMA Pangudi Luhur, persiapan mengajar Pendidikan Agama Katolik SMA. Sub bab

kedua berisikan: hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum proses pembelajaran, tujuan

Page 30: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

11 pembelajaran, indikator, bahan kajian, metode, sarana, waktu, rencana pelaksanaan

pembelajaran PAK SMA dan contoh rencana pelaksanaan pembelajaran Pendidikan

Agama Katolik SMA Pangudi Luhur.

Bab VI adalah penutup yang berisikan kesimpulan dan saran. Bab V ini

menguraikan kesimpulan penulis tentang efektivitas perencanaan pengajaran PAK

dengan model KTSP dalam rangka meningkatkan mutu Pendidikan Agama Katolik di

SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

Page 31: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

BAB II

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SEBAGAI SALAH SATU

MODEL PERENCANAAN PENGAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

SEKOLAH MENENGAH ATAS

A. Perencanaan Pengajaran pada Umumnya

Dalam kerangka proses pendidikan, perencanaan pendidikan (educational planning)

merupakan suatu “disiplin” baru yang berkembang disekitar tahun 1950-an, yang

dewasa ini semakin lama mempunyai peranan penting bagi pembangunan pendidikan.

Perencanaan pendidikan, dalam arti yang seluas-luasnya, adalah pembangunan analisa

yang bersifat rasional dan sistematik terhadap proses pembangunan pendidikan

menjadikan lebih efektif dan efisien dalam menanggapi kebutuhan dan tujuan para

siswa (Vembriarto, 1972: 43-44).

1. Pengertian Perencanaan Pengajaran

Setiap kegiatan jika direncanakan dan dipersiapkan secara serius dan maskimal

tentu saja akan memberikan hasil yang maksimal pula. Demikian juga dengan kegiatan

perencanaan pengajaran yang dilakukan oleh para guru, baik di dalam maupun di luar

kelas. Pembuatan perencanaan pengajaran secara tertulis, dalam situasi dan kondisi

pendidikan di Indonesia dewasa ini, tidak lagi merupakan kepentingan administrasi

sekolah yang sifatnya sering jatuh pada formalitas belaka melainkan menjadi kebutuhan

dari para guru sendiri. Dalam membatu proses pengajaran di dalam kelas, pembuatan

perencanaan pengajaran secara tertulis juga dapat digunakan sebagai alat ukur

profesionalitas seorang guru. Dengan adanya perencanaan tertulis yang disusun secara

Page 32: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

13 baik dan rapi. Selain guru pengajar, pihak sekolah pun sangat terbantu manakala ada

proses akreditasi sekolah. Perencanaan ini dapat dijadikan sebagai arsip sekolah yang

selanjutnya dapat dijadikan sebagai salah satu dari sekian banyak dokumen penting

sekolah.

Sebelum membahas lebih jauh mengenai fungsi dan kegunaan perencanaan

pengajaran, terlebih dahulu harus dimengerti mengenai pengertian perencanaan

pengajaran. Perencanaan pengajaran menurut Robert M. Gagne dan Leslie J. Briggs

adalah sebuah pengajaran itu harus direncanakan sedemikian rupa agar tujuan

pengajaran dapat dicapai semaksimal mungkin. Dalam proses tujuan pengajaran pada

hakekatnya adalah membantu setiap individu untuk menggunakan secara optimal bakat-

bakatnya, menikmati hidupnya dan mengadakan integrasi dengan lingkungan sosial dan

lingkungan fisiknya. Tujuan pengajaran bukanlah membentuk manusia-manusia

menjadi lebih seragam, sebaliknya perbedaan individual lebih ditonjolkan (Gagne &

Briggs, 1983: 1).

Perencanaan adalah suatu kegiatan persiapan awal, sebelum melaksanakan proses

pembelajaran. Persiapan tersebut meliputi perencanaan program tahunan dan persiapan

mengajar. Mengingat pelaksanaan proses pembelajaran untuk mengkoordinasikan

komponen-komponen yang terdapat dalam suatu proses pembelajaran, maka dalam

rangka membuat perencanaan juga perlu menyusun, mengatur dan memantapkan

komponen-komponen tersebut. Dalam membuat persiapan perlu dipikirkan dan

menetapkan ke mana siswa hendak dibawa, apa yang akan diberikan, bagaimana cara

menyampaikan materi dan sejauhmana tujuan yang hendak dicapai. Dalam buku KTSP

Dasar Pemahaman dan pengembangan dikemukakan bahwa “perencanaan kegiatan

pengajaran meliputi: perencanaan tahunan, perencanaan semesteran dan persiapan yang

Page 33: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

14 dituangkan dalam bentuk persiapan mengajar”. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat

dipastikan proses pembelajaran PAK di SMA berjalan dengan baik apabila ada ketiga

hal tersebut, ditambah dengan adanya perencanaan pengajaran yang baik dan sistematis

(Masnur Muslich, 2007: 30-45).

2. Tujuan Perencanaan Pengajaran

Pembuatan perencanaan pengajaran yang baik dan sistematis untuk sebagian besar

guru, mungkin telah menjadi kebiasaan sehingga karena sudah menjadi kebiasaan maka

kegiatan ini dianggap sudah berada di luar kepala atau hafal dan tidak perlu ditulis,

cukup ada dalam kepala saja. Menurut hemat penulis, sikap semacam ini bukanlah

karakter seorang guru yang profesional. Guru yang profesional senantiasa belajar dari

setiap tindakannya baik di dalam maupun di luar kelas. Guru yang menganggap sepele

hal-hal yang sederhana seperti membuat perencanaan pengajaran secara tertulis dengan

baik dan sistematis, tidak pernah belajar dari kekurangan dan kelebihannya sendiri.

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, bahwa pembuatan perencanaan pengajaran

secara tertulis dengan baik dan sistematis selain membantu dirinya sendiri juga

membantu pihak sekolah dan terutama siswa sendiri.

Dalam prosesnya bagi para guru yang menjalankan perencanaan pengajarannya

sendiri akan menemukan beberapa hal yang pernah dikemukakan oleh Gagne & Briggs

(1983: 1) dan dirumuskan sebagai berikut:

a. Pengajaran yang dilakukannya di dalam kelas senantiasa akan berorientasi pada manusia secara individual dalam perkembangan dari masa kanak-kanak sampai masa dewasa.

b. Seorang guru akan mampu melihat secara lebih jelas tujuan-tujuan dari proses pengajaran yang dibuatnya sendiri, baik untuk jangka waktu yang pendek maupun jangka waktu yang panjang.

Page 34: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

15

c. Yang terpenting adalah bahwa dengan perencanaan yang dibuat secara sistematis dapat mempengaruhi perkembangan manusia (siswa) secara individual.

d. Dalam merancang pengajaran seorang guru tidak akan melepaskan diri dari prinsip-prinsip belajar, terutama kondisi-kondisi yang mempengaruhi belajar sehingga dapat diperoleh hasil yang diinginkan.

Dari uraian di atas nampak jelas bahwa tujuan perencanaan pengajaran tidak

melulu bersifat demi kepentingan pribadi seorang guru dan formalitas akademis, tetapi

mengandung tujuan yang jauh lebih mulia yakni demi profesionalitas seorang guru.

Dalam situasi tertentu yang akhir-akhir ini kerap dirasakan oleh para guru dan mungkin

oleh masyarakat sendiri bahwa pekerjaan sebagi seorang guru bukanlah suatu jenis

pekerjaan yang populer, tidak seperti jaman Romo Van Lith, S.J ketika berkarya di

tanah misi Hindia Belanda (Indonesia: tanah Jawa) yakni sekitar tahun 1863-1926. Pada

waktu itu menjadi seorang guru adalah cita-cita yang paling mulia dan hampir semua

orang ingin menyandang tugas ini. Perlu diakui dan disadari bahwa jaman telah berubah

seiring dengan hal itu, pola pikir dan orientasi hidup manusia Indonesia lambat laun

mengalami evolusi. Guru perlu mengajar sesuai dengan inteligensi siswa, bukan dengan

inteligensi dirinya sendiri yang tidak cocok dengan inteligensi siswa (Suparno, 2003:

58).

Realitas saat ini menunjukkan bahwa menjadi seorang pengusaha, artis atau publik

figur yang lainnya telah mampu mengalahkan pamor pekerjaan guru. Guru bukanlah

figur yang mampu menarik perhatian kaum muda. Hal ini semakin terasa ketika kita

melihat perkembangan guru agama. Dalam prakteknya tidak banyak orang-orang muda

yang bercita-cita sebagai guru agama. Karena prospek guru agama dianggap kurang

menjanjikan dimasa depan. Hal ini semakin diperparah dengan perhatian dari pihak-

pihak lembaga keagamaan yang kurang memberikan perhatian yang cukup mendalam

terhadap eksistensi seorang guru agama (Kartono, 2003: 68).

Page 35: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

16

Bagi mereka yang terlanjur telah menjadi seorang guru, khususnya guru agama

tidak memiliki banyak pilihan kecuali dengan memberikan diri sepenuhnya terhadap

penyelenggaraan Ilahi. Sikap semacam ini memang mengandung nilai-nilai yang positif,

dalam arti bagi para guru agama yang berusaha memupuk totalitas dalam menjalankan

tugas dan kewajibannya, mereka memiliki iman pada Tuhan yang diyakininya mampu

memberikan keselamtan hidup (Kartono, 2003: 68).

Dalam proses tidak sedikit guru yang masih berada dalam situasi dan kondisi

keluarga yang tergolong ekonomi kelas bawah. Bagi mereka, hanya pengabdian pada

Tuhanlah yang mampu mengobati ketidaknyamanan dalam menjalankan tugasnya

sebagai guru. Sikap apatis ini nampak dalam sistem kerja serta cara mereka dalam

menyikapi setiap pekerjaannya sebagai guru. Dalam kenyataannya dilapangan dalam

proses membuat persiapan pengajaran guru tidak berusaha meluangkan waktu untuk

fokus, apa lagi dalam mendesain proses pengajaran yang kreatif, inovatif, menarik dan

mampu memotivasi siswa untuk terus-menerus belajar dengan giat. Dalam proses untuk

mencari siapa yang patut disalahkan atau dimintai pertanggungjawaban terhadap situasi

guru di Indonesia jaman sekarang (Suparno, 2003: 32).

Meskipun demikian, masih ada orang-orang yang setelah merasakan situasi yang

tidak nyaman ini, langsung berusaha menemukan solusi yang efektif. Profesional

sebenarnya langkah-langkah yang perlu diambil untuk menjadi semakin reflektif, yakni

dengan membangun sikap serius, konsisten dan beriman pada Tuhan. Sikap-sikap itu

akan semakin nyata jika dituangkan dalam bentuk tindakan-tindakan konkret, salah

satunya adalah selalu membuat persiapan pengajaran secara baik dan sistematis sebelum

dan sesudah proses pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas (Kartono, 2003:

68).

Page 36: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

17

Bagi seorang guru yang mampu membuat perencanaan pengajaran secara baik dan

sistematis, akan mampu merumuskan tujuan pendidikan yang dilakukannya secara baik.

Menurut Robert M. Gagne dan Leslie J. Briggs pekerjaan merencanakan pengajaran

dapat sangat disederhanakan dengan menempatkan tujuan pengajaran ke dalam lima

kategori utama kesanggupan manusia, yaitu: kecakapan intelektual, strategi kognitif,

informal verbal, keterampilan dan sikap. Dengan kata lain kedua ahli pendidikan ini

hendak mengatakan bahwa dengan perencanaan pengajaran seorang guru mampu

mengolah setiap kemampuan yang dimiliki para siswa secara lebih integral (Gagne &

Briggs, 1983: 5).

Secara logika kita dapat melihat bahwa dengan tersedianya waktu persiapan yang

cukup, seorang guru mampu berpikir untuk berusaha membantu para siswanya untuk

semakin berkembang sesuai dengan daya dan kemampuannya masing-masing. Hal ini

tidak mungkin dapat dilakukan jika seorang guru tidak memiliki persiapan yang matang

sebelum menjalankan proses pembelajarannya.

Bagi para guru yang mampu membuat perencanaan pengajarannya secara baik dan

sistematis, mereka tidak akan pernah jatuh pada praktek transfer ilmu. Konsep ini

pernah dikemukakan oleh seorang ahli pendidikan dari Amerika Latin, Paulo Freire.

Dalam prakteknya guru menjelaskan semuanya dan siswa hanya harus menuruti apa

yang dijelaskan guru. Para siswa adalah subjek pendidikan dan bukannya objek yang

bisa diperlakukan sesuka hati oleh para guru. Siswa tidak diaktifkan dalam mencari

bersama nilai baik yang diajarkan itu sehingga nilai itu tidak dirasakan sebagai nilai

baik yang ditemukan sendiri dan menjadi miliknya. Mereka bukanlah kertas kosong

yang perlu diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan yang mungkin selama hidupnya

tidak akan pernah dipakai atau berguna bagi dirinya sendiri. Dalam mengenal siswa

secara lebih dekat dan mengerti akan kebutuhan mereka, merupakan sesuatu yang

dimiliki oleh seorang guru profesional (Suparno, 2003: 32).

Page 37: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

18

Guru yang profesional adalah guru yang mampu membuat persiapan,

melaksanakan proses dan membuat evaluasi terhadap kegiatan pengajaran yang telah

dan akan dilakukannya. Idealisme guru yang seperti ini, dalam kenyataannya masih jauh

dari yang diharapkan. Perlu adanya suatu evolusi atau bahkan jika mungkin suatu

revolusi dalam sistem pendidikan di Indonesia, terutama dalam hal pembinaan bagi

guru-guru senior yang telah memiliki pola kerja dan karakter mengajar yang konservatif

(Suparno, 2003: 32).

B. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

1. Landasan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan dalam setiap jenjang pendidikan,

mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama sampai Sekolah Menengah Atas,

merupakan salah satu upaya pemerintah, khususnya menteri pendidikan untuk

memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) yang hendak diberlakukan Departemen Pendidikan Nasional melalui Badan

Standar Nasional Pendidikan (BSNP) sesungguhnya dimaksudkan untuk mempertegas

pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Yang artinya, kurikulum baru

yang ini tetap memberikan tekanan pada pengembangan kompetensi siswa. Dalam

prakteknya pemberlakukan KTSP tidak akan melalui uji publik maupun uji coba, karena

kurikulum ini telah diujicobakan melalui KBK yang diterapkan ke beberapa sekolah

yang menjadi pilot project (Masnur Muslich, 2007: 1-16).

Dalam kegiatan sosialisasi mengenai kurikulum tingkat satuan pendidikan

(sekolah), tim sosialisasi berupaya agar para guru yang mengikuti kegiatan ini memiliki

wawasan yang cukup sehingga dapat menyikapi dan melaksanakan pengembangan

Page 38: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

19 kurikulum ini di masing-masing sekolahnya. Adapun yang menjadi landasan

dibentuknya KTSP (Masnur Muslich, 2007: 1-9) ini adalah sebagai berikut:

a. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional b. PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan c. Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi d. Permendiknas No. 23/2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan e. Permendiknas No. 24/2006 tentang pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan

23/2006

Dengan landasan-landasan di atas, penerapan kurikulum yang baru ini semakin

mendapat posisinya yang jelas dalam program pengembangan pendidikan bangsa

Indonesia. Berdasarkan landasan tersebut, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

dipahami sebagai kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-

masing satuan pendidikan. Dengan kata lain masing-masing sekolah, baik yang berada

didaerah maupun dipusat kota, memiliki kesempatan untuk menyusun dan

melaksanakan program satuan pendidikannya sesuai dengan situasi dan kondisi siswa.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mampu mendorong terwujudnya otonomi

sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan, mendorong para guru, kepala sekolah, dan

pihak manajemen sekolah untuk semakin meningkatkan kreativitasnya dalam

penyelenggaraan program-program pendidikan, memungkinkan bagi setiap sekolah

untuk menitikberatkan dan mengembangkan mata pelajaran tertentu yang akseptabel

bagi kebutuhan siswa, mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan

memberatkan kurang lebih 20%, memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-

sekolah plus untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan (Masnur

Muslich, 2007: 1-16).

Sebagai kurikulum yang bersifat operasional, KTSP telah disertai dengan acuan-

acuan operasional yang jelas. Oleh karena itu dalam buku yang berjudul KTSP Dasar

Page 39: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

20 Pemahaman dan Pengembangan (Masnur Muslich, 2007: 11-21) dirumuskan antara

lain:

a. Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia b. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat

perkembangan dan kemampuan peserta didik c. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan d. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional e. Tuntutan dunia kerja f. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni g. Agama h. Dinamika perkembangan global i. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan j. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat k. Kesetaraan jender l. Karakteristik satuan pendidikan Acuan-acuan ini dibuat oleh pemerintah sebagai bentuk pedoman yang harus

diperhatikan oleh masing-masing satuan pendidikan (sekolah) ketika menyusun

kurikulum sekolahnya masing-masing. Dengan diberlakukannya KTSP, masing-masing

sekolah diberi keleluasaan untuk mengolah setiap satuan pendidikan yang menyangkut

berbagai aspek kehidupan siswa. Misalnya, aspek keimanan dan ketakwaan serta akhlak

mulia. Melalui KTSP aspek ini sedemikian rupa diolah sehingga keimanan dan

ketakwaan serta akhlak mulia menjadi dasar pembentukan kepribadian peserta didik

secara utuh. Konsekuensinya dalam pembentukaan kepribadian, kurikulum disusun

yang memungkinkan semua mata pelajaran dapat menunjang peningkatan iman dan

takwa serta akhlak mulia. Hal ini menjadi jelas, bahwa urusan keimanan dan ketakwaan

serta akhlak yang baik siswa tidak hanya menjadi tanggung jawab guru mata pelajaran

agama atau bimbingan dan konseling semata, tetapi seluruh guru bidang studi yang lain

turut serta dalam usaha mengembangkan aspek ini dalam setiap pribadi siswa (Masnur

Muslich, 2007: 11-15).

Page 40: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

21

Selanjutnya dalam aspek peningkatan potensi, kecerdasan dan minat siswa perlu

disesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik. Kurikulum

disusun agar memungkinkan pengembangan keragaman potensi, minat, kecerdasan

intelektual, emosional, spiritual, dan kinestetik peserta didik secara optimal sesuai

dengan tingkat perkembangannya. Model pendidikan yang holistik menjadi fokus

perhatian dalam pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Sekolah sedapat mungkin mengembangkan berbagai sarana penunjang pendidikan

sehingga setiap kemampuan, talenta siswa berkembangan sesuai dengan diri mereka

sendiri. Dalam hal ini sekolah menjadi fasilitator bagi siswa dalam mengembangkan

setiap potensi yang dimilikinya. Pihak sekolah tidak bisa memaksa para siswanya untuk

mampu tumbuh dan berkembang hanya semata-mata sesuai dengan visi-misi

sekolahnya. Tingkat perkembangan siswa, baik dalam segi usia maupun kepribadian

perlu dipertimbangkan sehingga proses pendidikan dapat dilakukan secara efektif dan

efisien sesuai dengan kapasistas yang dimiliki (Masnur Muslich, 2007: 11-22).

Dalam KTSP, pihak sekolah juga dituntut untuk mempelajari lingkungan sekolah

dan latar belakang siswa secara lebih cermat. Pemerintah sendiri, dengan

memberlakukan KTSP bermaksud untuk mengembangkan daerah-daerah sehingga

sebagai bentuk partisipasi aktif pihak sekolah terhadap program pemerintah adalah

menyusun kurikulumnya dengan memperhatikan keragaman potensi dan karakteristik

daerah dan lingkungan. keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan ini

merupakan latar belakang siswa yang siap difasilitasi dengan semaksimal mungkin.

Sekolah tidak akan membangun sebuah masyarakat, budaya atau sejarah, melainkan

para siswalah yang siap mengisi setiap ruang bidang-bidang kehidupan yang ada di

dalam masyarakat sehingga semakin hari, masyarakat berkembang dengan lebih baik

(Masnur Muslich, 2007: 11-22).

Page 41: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

22

Sekolah bukanlah pelaku pembangunan, melainkan fasilitator pembangunan

daerah. Dengan kata lain kurikulum yang disusun sesuai dengan keragaman potensi,

kebutuhan, tantangan, dan keragaman karakteristik lingkungan, oleh karena itu

kurikulum harus memuat keragaman tersebut untuk menghasilkan lulusan yang dapat

memberikan kontribusi bagi pengembangan daerah.

Pembangunan daerah yang berhasil akan berdampak positif terhadap

pembangunan nasional. Dengan diberlakukannya KTSP, sekolah-sekolah daerah tidak

bisa melakukannya secara egoistis. Falsafah dan ideologi negara, yakni Pancasila dan

Negara Kesatuan Republik Indonesia tetap diperhatikan, artinya dalam

pengembangannya, kurikulum sekolah perlu diarahkan pada usaha pengembangan

global dalam tingkatan bangsa. Pengembangan kurikulum harus memperhatikan

keseimbangan tuntutan pembangunan daerah dan nasional (Masnur Muslich, 2007: 11-

22).

Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki pluralitas agama

yang cukup menonjol di mata dunia. Berkaitan dengan pluralisme agama ini, kurikulum

ini disusun dan dikembangkan dengan tujuan untuk meningkatkan toleransi dan

kerukunan umat beragama, dan memperhatikan norma agama yang berlaku di

lingkungan sekolah. Di bangku sekolah, para siswa jangan sampai ditanamkan sikap

fanatik yang negatif. Meskipun dalam teori atau dalih setiap sekolah senantiasa

menghindari hal ini, namun dalam kenyataannya tidak sedikit sekolah yang

mengarahkan para siswanya untuk bersikap fanatik dan meremehkan penganut agama

lain (Suparno, 2003: 36).

Page 42: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

23

Dalam prakteknya bertentangan dengan semangat persatuan dan kesatuan bangsa.

Indonesia, tetapi bangsa Indoensia adalah bangsa yang beragama, sehingga aturan

negara tidak bisa dicampuri dengan urusan agama. Dalam aturan agama tidak boleh

menjadi aturan negara. karena akan mengancam persatuan dan kesatuan bangsa

Indonesia yang plural dalam hal agama, budaya, suku dan bahasa.

Yang terpenting dalam menyusun kurikulum yang sesuai dengan KTSP adalah

kurikulum memuat kecakapan hidup untuk membekali peserta didik memasuki dunia

kerja sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik dan kebutuhan dunia kerja,

khususnya bagi mereka yang tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi (Masnur

Muslich, 2007: 11-22).

Dalam proses persaingan global dalam pendidikan perlu ada ciri khas dari

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yakni memberikan kesempatan yang

seluas-luasnya kepada satuan-satuan pendidikan untuk mengembangkan diri, maka

kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan visi, misi, tujuan, kondisi, dan ciri khas

satuan pendidikan. Setiap satuan pendidikan memiliki orientasi, visi dan spiritualitasnya

masing-masing. Dalam pelaksanaan satuan pendidikan di Indonesia harus memiliki visi,

spiritualitas dan orientasi pendidikan ke arah yang positif. Dalam pemberlakuanya

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), sedapat mungkin dapat terus dihidupkan

dan dikembangkan. Dalam praktek kehidupan sehari-hari sering dijumpai penggunaan

sikap oleh orang muda untuk menunjuk suatu tingkah laku atau tindakan seseorang.

Sehingga generasi muda dapat meneruskan tradisi dan budaya yang semakin berpihak

pada kesejahteraan masyarakat. Dalam prakteknya kurikulum harus dikembangkan

sesuai dengan visi, misi, tujuan, kondisi, dan ciri khas satuan pendidikan (Kristianto,

2005: 4).

Page 43: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

24 2. Komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

a. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disusun dalam rangka memenuhi

amanat yang tertuang dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Dalam penyusunan, KTSP

jenjang pendidikan dasar dan menengah mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan

menengah, peraturan Menteri pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentanag

standar kompetensi. Dalam proses pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP), tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan senantiasa disesuaikan dengan

empat hal dasar sebagai berikut (Masnur Muslich, 2007: 1-16).

1) Jenjang Satuan Pendidikan 2) Visi Sekolah 3) Misi Sekolah 4) Tujuan Sekolah Dalam prakteknya rumusan tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan

mengacu pada tujuan umum pendidikan. Tujuan pendidikan menengah adalah

meningkatkan kecerdasaan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan

untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut (Masnur muslich, 2007: 12).

Tujuan penyusununan kurikulum tingkat satuan pendidikan secara garis besar

berdasarkan sesuai dengan penyusunan visi, misi dan tujuan sekolah yang mengacu

pada pedoman dasar KTSP dan harus dilakukan dalam tiga tahap (Masnur Muslich,

2007: 1-16) sebagai berikut:

Pertama: Hasil belajar siswa. Pada tahap ini pihak sekolah perlu menemukan apa yang harus dicapai siswa berkaitan dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap setelah mereka menyelesaikan sekolah.

Page 44: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

25

Kedua: Suasana pembelajaran. Selain menemukan apa yang harus dicapai siswa, sekolah juga perlu memperhatikan suasana pembelajaran seperti apa yang dikehendaki untuk mencapai hasil belajar itu.

Ketiga: Suasana sekolah, yang terakhir adalah bahwa dalam menentukan visi, misi dan tujuan, sekolah perlu memiliki pandangan kedepan mengenai suasana sekolah-sebagai lembaga/organisasi pembelajaran-seperti apa yg diinginkan untuk mewujudkan hasil belajar bagi siswa.

b. Struktur dan Muatan Kurikulum

Dalam struktur dan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

mencakup beberapa komponen-komponen yang harus dipersiapakan dengan sebaik-

baiknya, sehingga proses yang terkandung dalam struktur dan muatan kurikulum

tersampaikan dengan baik, Masnur Muslich (2007: 11-21) merumuskannya sebagai

berikut:

1). Mata Pelajaran

Dalam mata pelajaran berisi struktur kurikulum tingkat sekolah yang disusun

berdasarkan kebutuhan siswa dan sekolah terkait dengan upaya pencapaian standar

kelulusan (SKL). Dalam proses pengembangan struktur kurikulum dilakukan dengan

cara antara lain (Masnur Muslich, 2007: 11-21):

Memanfaatkan 4 jam tambahan untuk menambah jam pembelajaran pada mata pelajaran tertentu atau menambah mata pelajaran baru.

Mencantumkan jenis mata pelajaran muatan lokal dalam Struktur kurikulum. Tidak boleh mengurangi mata pelajaran yang tercantum dalam standar isi.

2). Muatan Lokal

Dalam prakteknya muatan lokal berisi tentang jenis, strategi pemilihan dan

pelaksanaan muatan lokal yang diselenggarakan oleh sekolah. Dalam pengembangannya

mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler

yang bertujuan untuk mengembangkan kompetensi sesuai dengan ciri khas dan potensi

Page 45: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

26 daerah, termasuk keunggulan daerah. Yang menjadi substansi muatan lokal ditentukan

oleh satuan pendidikan.

Dalam substansi yang akan dikembangkan adalah materinya disesuaikan menjadi

bagian dari mata pelajaran lain, atau terlalu luas substansinya sehingga harus

dikembangkan menjadi mata pelajaran tersendiri; merupakan mata pelajaran wajib yang

tercantum dalam struktur kurikulum; bentuk penilaiannya kuantitatif (angka), setiap

sekolah dapat melaksanakan muatan lokal lebih dari satu jenis dalam setiap semester,

mengacu pada: minat dan atau karakteristik program studi yang diselenggarakan di

sekolah. Siswa boleh mengikuti lebih dari satu jenis muatan lokal pada setiap tahun

pelajaran, sesuai dengan minat dan program muatan lokal yang diselenggarakan

sekolah, substansinya dapat berupa program keterampilan produk dan jasa, contoh:

bidang budidaya: tanaman hias, tanaman obat, sayur, pembibitan ikan hias dan

konsumsi, bidang pengolahan: pembuatan abon, kerupuk, ikan asin, bakso. Dalam

bidang tujuan instruksional khusus misalnya: web desain, berkomunkasi sebagai guide,

akuntansi komputer, Kewirausahaan. Dalam prakteknya sekolah harus menyusun

standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD) dan silabus untuk mata pelajaran

muatan lokal yang diselenggarakan oleh sekolah. Dalam proses pembelajarannya dapat

dilakukan oleh guru mata pelajaran atau tenaga ahli dari luar sekolah yang relevan

dengan substansi muatan lokal (Masnur Muslich, 2007: 11-21).

3). Pengembangan Diri

Dalam proses pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan

kebutuhan, kemampuan, bakat, minat peserta didik dan kondisi sekolah. Dalam

prakteknya dilapangan yang dapat dilaksanakan dalam bentuk kegiatan: bimbingan

Page 46: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

27 konseling (kehidupan pribadi, sosial, kesulitan belajar, karir), dan ekstrakurikuler,

pengembangan kreativitas, kepribadian siswa, seperti: kepramukaan, kepemimpinan,

Kelompok Ilmiah Remaja (KIR). Dalam prakteknya bukan mata pelajaran dan tidak

perlu dibuatkan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD) dan silabus. Dalam

proses silabus dilaksanakan secara terprogram, rutin, spontan dan keteladanan, penilaian

dilakukan secara kualitatif (deskripsi), yang difokuskan pada perubahan sikap dan

perkembangan perilaku peserta didik, setelah mengikuti kegiatan pengembangan diri

(contoh penilaian pengembangan diri) kegiatan KIR, mencakup penilaian: sikap

kompetitif, kerjasama, percaya diri dan mampu memecahkan masalah). Yang kedua

kegiatan keolahragaan mencakup penilaian sikap sportif, kompetetitif, kerjasama,

disiplin. Yang ketiga kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan dibimbing oleh guru

kelas atau mata pelajaran, konselor atau guru BK atau tenaga kependidikan lain. Dengan

penjabaran alokasi waktu ekuivalen dengan 2 jam pembelajaran per-minggu, diserahkan

kepada masing-masing pembimbing dan sekolah. Dalam prakteknya perlu dibuat

program kerja yang sistematis dan komprehensif sebagai bagian dari program kerja

sekolah dan atau program kerja Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) yang menjadi

wadah dalam proses pembelajaran siswa (Masnur Muslich, 2007:16).

4). Beban Belajar

Dalam proses beban belajar berisi tentang jumlah beban belajar per-mata

pelajaran, per-minggu per-semester dan per-tahun pelajaran yang dilaksanakan di

sekolah, sesuai dengan alokasi waktu yang tercantum dalam struktur kurikulum.

Sekolah dapat mengatur alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran pada semester ganjil

Page 47: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

28 dan genap dalam satu tahun pelajaran sesuai dengan kebutuhan, tetapi jumlah beban

belajar per-tahun secara keseluruhan tetap. Alokasi waktu kegiatan praktik

diperhitungkan: jam pelajaran (JPL) praktik di sekolah setara dengan 1 JPL tatap muka,

dan 4 JPL praktik di luar sekolah setara dengan 1 JPL tatap muka (bagi Sekolah

Menengah Kejuruan). Sekolah dapat menambah maksimal 4 JPL per-minggu. Dalam

alokasi waktu penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur, sebanyak 0–

60% untuk Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah/Sekolah Menengah Atas Luar

Biasa/Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan waktu kegiatan tatap

muka mata pelajaran yang bersangkutan, pemanfaatan alokasi waktu tersebut

mempertimbangkan potensi dan kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi

(Masnur Muslich, 2007: 18).

5). Ketuntasan Belajar

Dalam proses pelaksanaan ketuntasan belajar yang berhububungan dengan

ketuntasan belajar yang berisi tentang Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) per-mata

pelajaran yang ditetapkan oleh sekolah sebagai satuan pendidikan. Ketuntasan belajar

harus berani mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: ketuntasan belajar ideal untuk

setiap indikator adalah 0–100%, dengan batas kriteria ideal minimum 75%. Dalam hal

ini sekolah harus menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) per-mata pelajaran

dengan mempertimbangkan: kemampuan rata-rata peserta didik, kompleksitas, dan

Sumber Daya Manusia (SDM). Sekolah dapat menetapkan kriteria kelulusan minimal

dibawah batas kriteria ideal, tetapi secara bertahap harus dapat mencapai kriteria

ketuntasan ideal sesuai dengan kriteria setiap satuan pelajaran yang dilaksanakan oleh

sekolah dalam rangka ketuntasan belajar yang maksimal (Masnur Muslich, 2007: 16).

Page 48: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

29 6). Kenaikan Kelas dan Kelulusan

Dalam prakteknya kenaikan kelas dan kelulusan berisi tentang kriteria dan

mekanisme kenaikan kelas dan kelulusan, serta strategi penanganan siswa yang tidak

naik atau tidak lulus yang diberlakukan oleh sekolah. Program disusun mengacu pada

hal-hal sebagai berikut: Panduan kenaikan kelas yang akan disusun. Pembinaan terkait

Sedangkan ketentuan kelulusan akan diatur secara khusus dalam peraturan tersendiri

(Masnur Muslich, 2007:16).

7). Pendidikan Kecakapan Hidup

Pendidikan kecakapan hidup bukan mata pelajaran tetapi substansinya merupakan

bagian integral dari semua mata pelajaran. Dalam struktur kurikulum secara khusus,

dapat disajikan secara terintegrasi dan atau berupa paket/modul yang direncanakan

secara khusus. Substansi kecakapan hidup meliputi: Kecakapan personal, sosial,

akademik dan atau vokasional.

Dalam kecakapan vokasional, dapat diperoleh dari satuan pendidikan, antara lain

melalui mata pelajaran keterampilan. Dalam proses standar kompetensi (SK) dan

Kompetensi Dasar (KD) pada mata pelajaran keterampilan tidak sesuai dengan

kebutuhan siswa dan sekolah, maka sekolah dapat mengembangkan Standar Kompetensi

(SK), Kompetensi Dasar (KD) dan silabus keterampilan lain sesuai dengan kebutuhan

sekolah. Pembelajaran mata pelajaran keterampilan dimaksud dilaksanakan secara

komprehensif melalui intra kurikuler. Dalam pengembangan Standar Kompetensi (SK),

Kompetensi Dasar (KD), silabus, rancangan program pembelajaran (RPP) dan bahan

ajar dan penyelenggaraan pembelajaran keterampilan vokasional dapat dilakukan

melalui kerjasama dengan satuan pendidikan formal atau non formal lain (Masnur

Muslich, 2007: 16).

Page 49: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

30 8). Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global

Program pendidikan yang dikembangkan dengan memanfaatkan keunggulan lokal

dan kebutuhan daya saing global. Substansinya mencakup aspek: ekonomi, budaya,

bahasa, ekologi, dan lain-lain, yang semuanya bermanfaat bagi pengembangan

kompetensi peserta didik. Dalam bagian dari semua mata pelajaran yang terintegrasi,

atau menjadi mata pelajaran muatan lokal. Dalam proses dapat diperoleh peserta didik

dari satuan pendidikan formal lain dan atau satuan pendidikan nonformal (Masnur

Muslich, 2007: 16).

C. Pendidikan Agama Katolik (PAK)

1. Pengertian Pendidikan Agama Katolik

Pendidikan Agama Katolik (PAK) di sekolah adalah salah satu bidang studi yang

diajarkan di sekolah, yang mempunyai kedudukan sama dengan bidang studi lainnya

seperti Pendidikan Pancasila, Pendidikan Sejarah, Matematika, Ilmu Pengetahuan Sosial

dan lain-lain. Berhubung memiliki kedudukan yang sama dengan bidang studi yang

lainnya, maka PAK di sekolah terikat pada kurikulum dan waktu yang tersedia serta

patuh pada aturan main sekolah.

Pendidikan Agama Katolik di sekolah sungguh disadari sebagai salah satu bagian

dari tugas pastoral Gereja terhadap peserta didik yang bertujuan agar peserta didik

mampu menggumuli hidup dari segi pandang Katolik dan dengan demikian mudah-

mudahan berkembang terus menjadi manusia paripurna.

Pendidikan Agama Katolik di sekolah dalam dokumen Konsili Vatikan II

Gravissimum Educationis art I menguraikan bahwa hak bagi anak-anak sekolah untuk

mendapatkan hak atas pendidikan. Secara khusus dapat pula dinyatakan bahwa semua

Page 50: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

31 orang Kristiani berhak atas pendidikan Kristiani. Dalam proses Pendidikan Agama

Katolik atau pendidikan Kristiani bertujuan untuk membantu orang yang dipermandikan

agar dapat memahami misteri penyelamatan, makin menyadari anugerah-anugerah iman

yang diperoleh, menyembah Allah Bapa dalam Roh Kudus dan kebenaran serta dapat

hidup secara Kristiani.

Pendidikan Agama Katolik di sekolah sekurang-kurangnya memiliki dua

pengertian, yakni PAK sebagai pendidikan iman dan PAK sebagai pembinaan iman.

Pendidikan Agama Katolik sebagai pendidikan iman maksudnya adalah bahwa secara

operasional bidang studi Pendidikan Agama Katolik di sekolah direalisasikan dalam

bentuk Pelajaran Agama Katolik. Seperti telah diketahui bahwa orientasi dari pelajaran

Agama Katolik, baik dalam lingkup keluarga, sekolah maupun paroki adalah pendidikan

iman. Dengan kata lain, pendidikan iman dalam lingkup sekolah terlaksana dalam

bidang studi Pelajaran Agama Katolik.

Sebagai pendidikan iman, PAK di sekolah hendaknya dapat membantu siswa, agar

iman mereka menjadi pusat kepribadiannya, serta dapat membantu proses

perkembangan imannya secara harmonis dalam ketiga aspeknya, yakni pengetahuan,

perayaan, dan penghayatannya. Yang dimaksud dengan membantu proses

perkembangan iman secara harmonis oleh Kristianto, seorang dosen Moral di Program

Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma beliau berpendapat

bahwa proses PAK hendaknya mampu menciptakan situasi, lingkungan, iklim serta

kemungkinan-kemungkinan sedemikian rupa, agar iman betul-betul menjadi landasan

sekaligus peneguhan semua aspek kehidupan orang yang bersangkutan (Kristianto,

2005: 9).

Page 51: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

32

Sebagai pendidikan iman, PAK tentu saja bukan satu-satunya mata pelajaran yang

paling menentukan perkembangan kepribadian seorang siswa dalam konteks relasinya

dengan Allah. PAK juga bukan hanya sebagai pelengkap atau bahkan tambahan bidang

studi yang tidak memiliki fungsi konstruktif dalam proses perkembangan hidup seorang

siswa. PAK lebih-lebih merupakan salah satu elemen pokok dalam proses pendidikan.

Sebagai salah satu elemen pokok, tentu saja PAK memiliki tugas ekstra, yakni

mensinergiskan diri dengan bidang studi yang lain dan mensinergiskan bidang studi

yang lain dengan dirinya sendiri, sehingga proses pendidikan yang dilakukan di sekolah

dapat dilakukan secara integral. Dengan demikian, PAK tidak perlu dipandang secara

eksklusif atau bahkan ditempatkan dalam posisi penentu kebijakan sekolah dalam

mengambil keputusan berhasil tidaknya seorang siswa melewati tingkatan kelas

(Kristianto, 2005: 9).

Dalam prakteknya tidak sedikit kasus yang terjadi berkaitan dengan hal ini,

misalnya ada siswa yang dalam beberapa bidang studi eksakta sangat menguasai dan

mendapatkan nilai-nilai yang sangat baik tetapi nilai PAK yang diperolehnya sangat

kurang. Siswa tidak naik kelas atau naik kelas, kepala sekolah dengan guru agama

membuat suatu kompromi dengan cara memanipulasi nilai. Atau kasus yang lain adalah

nilai agama ditentukan oleh sekolah minimal enam atau tujuh. Guru agama dituntut

untuk melakukan hal itu meskipun dalam realitasnya, siswa yang didiknya itu tidak

mampu mencapai nilai standar. Jika seluruh pihak yang saling terkait dalam lembaga

pendidikan bersikap konsisten, maka hal ini tidak perlu terjadi (Kristianto, 2005: 9).

Pendidikan Agama Katolik atau pendidikan agama yang lain, tidak perlu

dipandang sebelah mata sekaligus penentu kenaikan kelas atau kelulusan seorang siswa.

Dalam prakteknya PAK seharusnya tidak perlu dinilai dengan point. Dengan demikian,

Page 52: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

33 PAK tidak perlu dipahami sebagai pendidikan iman, cukup sebagai pembinaan iman.

PAK sebagai Pembinaan Iman akan dibahas dalam pembahasan berikut ini. Sebagai

pembinaan iman, PAK benar-benar memposisikan para siswa sebagai subjek pendidikan

yang telah memiliki sesuatu dalam dirinya. Sesuatu yang telah dimilikinya itu perlu

mendapat pembinaan sehingga memberikan pengaruh yang positif terhadap

perkembangan hidupnya sendiri. Siswa tidak lagi merupakan kertas kosong yang siap

dan harus diisi oleh guru dengan berbagai ilmu pengetahuan. PAK lebih harus diarahkan

pada segi perkembangan religiositas siswa. Segi religiositas yang dimaksud adalah

seperti yang telah dikatakan oleh (Kristianto, 2005: 10).

Segi religiositas lebih menyangkut segi-segi kehidupan yang mengandung nilai-nilai yang mendasar dalam hidup ini, seperti: cinta, harapan, kebahagiaan, pengampunan, kecemasan, ketakutan, kejahatan, putus asa, dst. Segi religiositas bukanlah lebih-lebih menyangkut pengertian mengenai kebiasaan praktek religius dan keagamaan atau sejumlah pengetahuan mengenai agama-agama. Pembinaan iman seorang siswa yang secara konkret dibidani oleh guru PAK

memiliki orientasi studi yang jauh lebih bermakna dibanding dengan usaha lembaga

pendidikan, dalam hal ini bidang keagamaan untuk manciptakan manusia beragama

seperti yang terindikasikan dalam proses pendidikan agama di sekolah. Jika perlu,

manusia beragama itu tidak perlu ada, yang paling penting adalah manusia yang

religius, yang mampu menghormati Tuhannya dan sesamanya dalam pluralisme agama.

Sebagai pribadi yang telah dibekali Tuhan dengan segala daya dan kemampuannya,

siswa “diarahkan” untuk menjadi pribadi manusia yang dewasa dan beriman atau

dengan kata lain menjadi manusia yang sempurna. Istilah “diarahkan” mengandung

konsekuensi pengertian yang cukup mendalam. Dalam dinamika hidupnya, manusia

mempunyai hubungan dasar, yakni dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dengan

sesama dan dengan dunia. Sebagai seorang manusia, siswa cukup diarahkan jalan

Page 53: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

34 hidupnya oleh guru. Itulah hakekat dari pembinaan iman. Dalam proses sebagai

makhluk beriman, seorang siswa dengan segala kemampuan, daya kreasi dan berbagai

kelebihan yang telah dianugerahkan Tuhan padanya, dituntun, dibina agar menjadi

seorang manusia yang dewasa. Meskipun hal ini telah dipahami oleh setiap guru atau

pendidik yang lain, tetapi hal ini seringkali dilupakan dan para guru lebih asyik dengan

cara dan model pengajaran yang telah diterimanya selama mereka studi dulu berkaitan

dengan manusia mempunyai hubungan dasar dengan Yang Ilahi dan dengan dunia.

(Ismartono, 1993: 108).

Pendidikan Agama Katolik sebagai pembinaan iman juga memiliki orientasi

memperkembangkan pribadi siswa secara integral. Dalam prakteknya PAK wajib

mengusahakan agar perkembangan kepribadian dan keimanan siswa dapat terjadi secara

harmonis dalam ketiga komponennya, yakni pengetahuan, afeksi dan tindakan. Dalam

proses sikap keberimanan dalam hal ini dapat diartikan sebagai sikap yang didasarkan

pada kesadaran dan penghayatan hubungan antara manusia dengan Allah. Dalam

kehidupan sosial kemasyarakat, sikap beriman ini lebih dikenal sebagai sikap Kristiani,

yakni sikap yang didasarkan pada hubungan dengan dunia (Ismartono, 1993: 107).

Dalam pengertian sebagai pembinaan iman PAK mampu mengkondisikan para

siswa agar mampu bersikap seperti yang telah diajarkan oleh Yesus pada para

muridNya: “Kasihanilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, dengan segenap

jiwamu, dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu” (Mat 12:30).

Dalam prakteknya perlu menjadi tujuan PAK yang prioritas karena kasih kepada Allah

merupakan sikap dasar yang perlu dimiliki oleh manusia yang beriman padaNya. Allah

telah mengasihi manusia terlebih dahulu secara total dan tidak terbatas. Hal ini nyata

Page 54: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

35 dalam tindakannya yang paling besar yakni mengutus PuteraNya ke dunia untuk

menebus dosa-dosa manusia yang telah berdosa padaNya.

Kehadiran Yesus di tengah-tengah manusia merupakan sikap Allah yang sangat

mencintai manusia, ciptaanNya. Allah tidak ingin ciptaanya direbut oleh kuasa dosa

yang menghancurkan eksistensi manusia sebagai makhluk beriman. Dalam cita-cita

luhur ini, meskipun sangat sulit dilakukan oleh seorang guru agama, tetapi perlu

dilakukan pada para siswa sebagai anak didiknya. Usaha untuk mencapai cita-cita dan

tujuan Pendidikan Agama Katolik yang dilakukan oleh seorang guru agama Katolik ini

perlu didukung oleh sikap iman yang mendalam dari guru agama Katolik sendiri.

Mereka perlu meyakini bahwa Allah telah memulai pekerjaan-Nya dan Dia akan

menyelesaikannya dengan baik (Ismartono, 1993: 107).

Secara praktis, Pendidikan Agama Katolik sebagai pembinaan iman diharapkan

mampu mempunyai kemampuan dasar dan membina para siswa untuk menjadi pribadi

yang kritis, peka dan bijaksana dalam menyikapi segala macam realitas yang terjadi di

lingkungan sekitarnya. Sikap kritis yang dimaksud nyata dalam kemampuan siswa

mengolah segala macam persoalan hidup dengan menggunakan pola pandang kristiani.

Artinya senantiasa mampu membaca situasi yang terjadi, tidak mudah terbawa arus

jaman yang selalu berubah dan cenderung mengarah kepada hal-hal yang negatif.

Sedangkan sikap peka dan bijaksana nyata dalam perilaku hidup sehari-hari yang selalu

berjaga-jaga, waspada dan berani mengambil keputusan yang tepat manakala mereka

harus memilih jalan hidup yang harus ditempuhnya dimasa yang akan datang. Dengan

kata lain, Pendidikan Agama Katolik mengajak para siswa untuk menjadi anak-anak

terang ditengah-tengah dunia yang gelap, serta menjadi anak manusia yang tidak mudah

terbawa arus negatif yang ada di dunia ini. Dunia merupakan tempat bermain tetapi

Page 55: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

36 jangan sampai dunia mempermainkan mereka. Itulah harapan dan tujuan dari

pembinaan iman Katolik atau yang secara lebih formal disebut Pendidikan Agama

Katolik di sekolah (Ismartono, 1993: 105).

2. Ciri khas Pendidikan Agama Katolik

Dalam proses PAK maupun bidang studi yang lain memiliki kesamaan, yakni

membantu para siswa untuk menjadi pribadi manusia yang dewasa, yang mampu hidup

di dunia secara layak dan mampu membantu memperkembangkan dunia ini. Dalam

beberapa hal memang perlu diakui dan disadari bahwa masing-masing bidang studi juga

memiliki kekhasan yang tidak tergantikan oleh bidang studi satu dengan yang lainnya.

Dalam prakteknya yang menjadi kekhasan PAK adalah dalam segi suasana, tujuan,

peran seorang guru PAK itu sendiri. Dalam segi suasana, PAK memiliki kekhasan yakni

mengusung suasana kekeluargaan secara kristiani. Dalam kongregasi suci Pendidikan

Katolik, dengan jelas disebutkan ciri khas sekolah katolik yang dikemukakan oleh

(Sewaka, 1991: 14).

Kongregasi Suci untuk urusan Pendidikan Katolik menyadari, ada masalah-masalah serius yang merupakan bagian terpadu dari pendidikan Kristen di dalam masyarakat yang majemuk. Karena itu, memusatkan segala perhatian kepada sifat dan ciri khas sekolah yang patut menyatakan diri Katolik merupakan suatu tugas utama. Tapi situasi dan sistem perundang-undangan yang berbeda-beda, di mana sekolah Katolik harus menjalankan fungsinya, menuntut agar masalah-masalah setempat dihadapi dan dipecahkan oleh masing-masing Gereja menurut konteks sosial-budayanya.

Dengan belajar dari ciri khas sekolah Katolik ini, penulis dapat melihat bahwa

PAK pun sama halnya dengan sekolah Katolik, yakni senantiasa membangun susana

belajar yang sangat kristiani, yang selalu berpedoman pada nilai-nilai Injili. Dalam

prakteknya, bermacam-macam metode pengajaran dilakukan oleh para guru agama di

sekolah, misalnya metode Audio-Visual, Naratif eksperiensial, metode Shared

Page 56: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

37 Christian Praxis (SCP), dan lain sebagainya. Metode-metode ini dilakukan agar para

siswa terbantu untuk masuk dalam suasana yang kondusif untuk mempelajari imannya

sendiri. Seperti halnya Yesus ketika mengajar para muridnya, yang paling diperhatikan

oleh Yesus adalah suasana hati sebagai bentuk menyatunya kemampuan dasar antara

dunia, yang Ilahi, sesama, diri sendiri dan aku (Ismartono, 1993: 107).

Yesus tidak pernah menggunakan sarana-sarana yang tidak pernah diketahui

apalagi disentuh oleh para muridnya. Yesus senantiasa menggunakan sarana-sarana

yang sangat dekat dengan mereka misalnya, biji gandum, gembala, nelayan, ikan,

domba, pohon ara dan lain-lain. Ketika sarana-sarana itu digunakan dalam proses

pengajaranNya, Yesus sebenarnya hendak menciptakan suasana yang nyaman, penuh

gairah dan terutama sesuai dengan dunia para muridnya sehingga apa yang hendak

diajarkan oleh Yesus dengan mudah dipahami. Demikianpun Pendidikan Agama

Katolik yang selama ini dilakukan di sekolah-sekolah. Yesus tidak pernah menuntut

nilai yang bagus dari para murid untuk setiap materi yang diajarkannya. Yang

diharapkan oleh Yesus adalah mereka segera berubah dan bertobat menjadi manusia

yang beriman, Iman menunjukan hubungan Allah dan manusia secara pribadi dan penuh

misteri. Ciri khas PAK yang mestinya terus menerus diperjuangkan oleh para guru

agama di sekolah (Kristianto, 2005: 8).

Pendidikan Agama Katolik tidak bertujuan untuk menciptakan manusia yang

semata-mata beragama dalam arti mampu menghafal seluruh isi dari Kitab Suci,

mengetahui segala macam simbol-simbol liturgi, hafal masa-masa atau tahun-tahun

liturgi, terlibat sangat aktif dalam kegiatan hidup menggereja sehingga melupakan

kegiatan-kegiatan yang lain, mampu membuat rumusan doa-doa yang panjang dan

bagus. Pendidikan Agama Katolik bertujuan agar para siswa mampu mencintai Tuhan,

Page 57: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

38 sesama dan dunianya dengan seluruh jiwa, raga, akal dan budinya. Bidang studi

Pendidikan Agama Katolik secara operasional direalisasikan dalam bentuk Pelajaran

Agama Katolik (Kristianto, 2005: 9).

Tujuan PAK, sangat khas dan tidak dimiliki oleh bidang studi yang lain. Jika hal

ini dilakukan secara konsisten maka akhirnya baik guru Pendidikan Agama Katolik

maupun pihak sekolah tidak akan menuntut nilai yang dilakukan secara formal dan

menentukan kenaikan atau kelulusan seorang siswa. Sekali lagi yang perlu disadari

adalah bahwa PAK akan selalu merupakan proses selama seumur hidup. Dalam

prosesnya Pendidikan Agama Katolik tidak akan pernah bisa diuji selama orang atau

siswa yang bersangkutan itu masih hidup. Dengan demikian Pendidikan Agama Katolik

sebenarnya tidak perlu dinilai dengan angka. Berdasarkan pemahaman tersebut maka

PAK dalam lingkup sekolah perlu diarahkan dalam rangka proses pendidikan dan

pembinaan sikap Kristiani, yaitu sikap dasar yang dijiwai oleh terang Injil (Kristianto,

2005: 13).

3. Kedudukan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah

Pendidikan agama Katolik memiliki kedudukan yang sama dengan bidang studi-

bidang studi yang lainnya. Pendidikan Agama Katolik memiliki kekuatan sebagai

penentu kelulusan atau kenaikan seorang siswa jika bersinergis dengan bidang studi

yang lain. Dengan kata lain, bukan tugas sekolah untuk memberikan posisi atau

kedudukan yang istimewa pada Pendidikan Agama Katolik, melainkan guru Pendidikan

Agama Katolik sendiri. Seorang guru Pendidikan Agama Katolik wajib memandang

Pendidikan Agama Katolik sebagai bentuk pelayanan demi pendidikan iman dan

pembinaan sikap di sekolah, dengan situasi dan kondisinya, kelemahan dan

kelebihannya beserta tuntutannya (Kristianto, 2005: 13).

Page 58: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

BAB III

SILABUS PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SEKOLAH MENENGAH ATAS

BERDASARKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

Dalam buku KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan, yang disusun Masnur

Muslich (2007: 23) istilah silabus digunakan untuk menyebut suatu produk

pengembangan kurikulum. Berupa penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi dan

kompetensi dasar yang ingin dicapai, serta pokok-pokok uraian materi yang perlu

dipelajari siswa dalam rangka pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar.

Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar kedalam

materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator, alokasi waktu dan sumber belajar

dalam implementasinya perencanaan yang dimaksud adalah persiapan awal sebelum

melaksanakan proses pembelajaran. Silabus dijabarkan dalam rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP), dilaksanakan dan ditindak lanjuti oleh masing-masing guru dan

sekolah sebagai lembaga evaluasi dan penilai bagi standar guru.

Dalam kerangka proses pembuatan silabus mempunyai manfaat sebagai pedoman

pelaksanaan pengajaran dan pengembangan pembelajaran lebih lanjut, seperti

pembuatan rencana pembelajaran, pengelolaan, kegiatan pembelajaran, pengembangan

sistem penilaian. Dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran silabus memiliki

prinsip-prinsip dasar dalam pengembangannya: yakni ilmiah, relevan, sistematis,

konsisten, memadai, aktual, konstektual, fleksibel dan holistik (Masnur Muslich, 2007:

23-30). Berkaitan dengan uraian di atas maka pada bab ini penulis akan membahas dua

bagian besar, yaitu Prinsip-prinsip pengembangan silabus. Dengan sub bagian: Arti

silabus, prinsip pengembangan silabus, dan petunjuk pelaksanaan silabus. Dalam

kerangka proses pada bagian kedua, penulis akan membahas mengenai silabus rencana

pelaksanaan pembelajaran dengan sub bagian format rencana pelaksanaan pembelajaran

dan komponen silabus model KTSP serta contoh Rencana Proses Pembelajaran model

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Page 59: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

40 A. Pengembangan Silabus Pendidikan Agama Katolik

Pada bab III ini akan dijelaskan suatu pengembangan silabus Pendidikan Agama

Katolik yang kiranya dapat digunakan oleh para guru, sebagai usaha nyata dalam rangka

menghantar para siswanya kepada proses hidup beriman. Penulis memaparkan

pengembangan silabus Pendidikan Agama Katolik, karena dalam proses PAK

hendaknya komunikatif aktif dan adanya kerja sama yang saling mendukung proses

perencanaan pembelajaran. Hendaknya silabus Pendidikan Agama Katolik ini dapat

menghantar peserta didik pada hidup yang baik dan benar serta tidak salah sasaran dari

tujuan yang diharapkan. Dengan adanya pengembangan silabus Pendidikan Agama

Katolik hendaknya proses PAK yang terjadi betul-betul dapat menghantar peserta didik

pada hidup beriman yang utuh.

1. Pengertian Silabus

Menurut Masnur Muslich (2007: 23) silabus dapat didefinisikan sebagai garis

besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok isi atau materi pelajaran. Silabus digunakan

untuk pengembangan kurikulum berupa penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi

dan kompetensi dasar yang ingin dicapai, dan pokok-pokok serta uraian materi yang

perlu dipelajari siswa dalam rangka pencapaian standar kompetensi dan kompetensi

dasar.

Pengembangan kurikulum dan pembelajaran disesuaikan dengan standar

kompetensi yang berisikan: kebulatan pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang ingin

dicapai, materi yang harus dipelajari, pengalaman belajar yang harus dilakukan, dan

sistem evaluasi. Dalam proses pencapaian standar kompetensi, dalam kerangka

pengembangan kurikulum perlu adanya pembelajaran dengan dasar dan sumber

Page 60: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

41 pertanyaan mengenai: apa yang akan diajarkan (standar kompetensi, kompetensi dasar,

dan materi pelajaran), bagaimana cara mengajarkannya (pengalaman belajar, metode,

media), bagaimana cara mengetahui pencapaiannya (evaluasi atau sistem penilaian).

Berdasarkan uraian di atas silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan

kompetensi dasar kedalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator

pencapaian kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Dalam

prakteknya silabus dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran, dilaksanakan,

dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh guru. Dalam proses pembuatan silabus harus dikaji

dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan memperhatikan masukan hasil evaluasi

hasil belajar, evaluasi proses (pelaksanaan pembelajaran), dan evaluasi rencana

pembelajaran (Masnur Muslich, 2007: 23-24).

2. Pengembangan Silabus

Silabus merupakan salah satu pengembangan kurikulum dan pembelajaran yang

berisikan garis-garis besar materi pembelajaran. Oleh karena itu untuk mendasari

pengembangan silabus diperlukan prinsip pengembangan silabus secara ilmiah, relevan,

sistematis, konsisten, memadai, aktual dan kontekstual, fleksibel, menyeluruh (Masnur

Muslich, 2007: 23-25).

Pada dasarnya pengembangan silabus PAK adalah memperjelas arah dan tujuan

proses pembelajaran serta mempermudah pelaksanaan pembinaan iman peserta didik.

Adapun tujuan pengembangan silabus adalah membantu guru dalam mengelola materi

yang baik dan berbobot, sehingga dalam proses pembelajaran tidak terjadi tumpang

tindih, namun arahnya semakin jelas. Siswa merasa semakin diarahkan kepada

kehidupan beriman karena prosesnya jelas dan tidak meragukan.

Page 61: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

42 3. Petunjuk Pelaksanaan Silabus

Dalam kerangka pelaksanaan pengembangan silabus KTSP dapat dikelompokkan

menjadi tiga, yaitu analisis konteks, mekanisme penyusunan, dan pemberlakuan. Dalam

analisa konteks yang perlu diperhatikan adalah menganalisis potensi dan

kekuatan/kelemahan yang ada di sekolah: peserta didik, pendidik dan tenaga

kependidikan, sarana prasarana, biaya dan program-program sekolah. Yang kedua

menganalisis peluang dan tantangan yang ada di masyarakat dan lingkungan sekolah;

komite sekolah, dewan pendidikan, dinas pendidikan, asosiasi profesi, dunia industri

dan dunia kerja, sumber daya alam dan sosial budaya. Yang ketiga, mengidentifikasi

standar isi dan standar kompetensi lulusan sebagai acuan dalam penyusunan kurikulum

tingkat satuan pendidikan (KTSP) (Masnur Muslich, 2007: 27).

Berdasarkan kepentingan itulah maka penulis menyusun mekanisme penyusunan

silabus, maka perlu memperhatikan pembentukan tim penyusun dan perencanaan

kegiatan. Dalam kerangka proses tim penyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan

SMA terdiri atas guru, konselor, kepala sekolah, komite sekolah, dan narasumber,

dengan kepala sekolah sebagai ketua merangkap anggota, dan disupervisi oleh dinas

provinsi yang bertanggungjawab di bidang pendidikan. Pemberlakuan kurikulum tingkat

satuan pendidikan SMA dinyatakan berlaku oleh kepala sekolah serta diketahui oleh

komite sekolah dan dinas kota yang bertanggungjawab di bidang pendidikan (Masnur

Muslich, 2007: 28).

Dalam proses pembuatan silabus Masnur Muslich ( 2007: 39) mengatakan bahwa

dokumen kurikulum tingkat satuan pendidikan SMA dinyatakan berlaku oleh kepala

sekolah serta diketahui oleh komite sekolah dan dinas kabupaten/kota yang

Page 62: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

43 bertanggungjawab dibidang pendidikan. Dalam prosesnya tahapan pelaksanaan tersebut

divisualisasikan sebagai berikut:

B. Silabus Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Dalam Proses pelaksanaan pembelajaran, silabus menjadi dasar dalam proses

penerapan didalam proses belajar mengajar didalam kelas. Rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) dalam proses belajar mengajar (PBM) sebagai sebuah rancangan

pembelajaran mata pelajaran perunit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di

dalam kelas. Dengan adanya rencana pelaksanaan pengajaran (RPP). Dalam praktek

persiapan mengajar menjadi lebih terprogram jelas, efektif dan dapat

dipertanggungjawabkan. Dalam proses pelaksanaan pengajaran dapat digunakan untuk

mengetahui kadar kemampuan guru dalam menjalankan profesinya sebagai guru,

sehingga aplikasi rencana pelaksanan pembelajaran berjalan dengan baik dan sesuai

silabus (Masnur Muslich, 2007: 47).

1. Format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rancangan pembelajaran mata

pelajaran mata pelajaran per-unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran per-

unit yang akan diterapkan guru (baik yang menyusun RPP itu sendiri maupun yang

Analisis: • Kekuatan/kelem

ahan • Peluang/tantang

an • Dokumen

standar isi, SKL, Panduan KTSP

• Pembentukan

Tim • Penyusunan Draf • Revisi dan

finalisasi

Naskah KTSP Diberlakukan

Page 63: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

44 bukan) diharapkan bisa menerapkan pembelajaran secara terprogram (Masnur Muslich,

2007: 23-25). Oleh karena itu, RPP harus mempunyai daya terap (aplicable) yang

tinggi. Pada sisi lain, melalui RPP dapat diketahui kadar kemampuan guru dalam

menjalankan profesinya. Masnur Muslich (2007: 47). Merumuskan format rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) dalam model kurikulum tingkat satuan pendidikan

(KTSP) sebagai berikut:

Satuan pendidikan : .............................................................. Mata Pelajaran : .............................................................. : Kelas/Semester : ............................................................. Standar Kompetensi: .............................................................. Kompetensi Dasar : .............................................................. Indikator : ............................................................. Alokasi waktu : .............................................................. A. Tujuan Pembelajaran B. Materi Pembelajaran C. Metode Pembelajaran D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran E. Sumber Pembelajaran F. Penilaian

2. Komponen Silabus Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Berdasarkan langkah-langkah pengembangan silabus, format silabus harus

memuat sembilan komponen, yaitu komponen identifikasi, komponen standar

kompetensi, komponen kompetensi dasar, komponen materi pokok, komponen

pengalaman belajar, komponen indikator, komponen penilaian, komponen alokasi

waktu, komponen sumber bahan dan alat (Masnur Muslich, 2007: 30-31) misalnya:

a. Komponen Identifikasi

Komponen identifikasi yang perlu diisi adalah nama sekolah, nama mata

pelajaran, kelas, dan semester (Masnur Muslich, 2007: 31), misalnya:

Sekolah : SMA Pangudi Luhur Yogyakarta Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Semester/Th. Pelajaran : VII/I

Page 64: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

45 b. Komponen Standar Kompetensi

Dalam proses komponen standar kompetensi, yang perlu dikaji adalah standar

kompetensi mata pelajaran yang bersangkutan dengan memperhatikan urutan

berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu atau kesulitan materi. Keterkaitan antar

standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran (Masnur Muslich, 2007:

31), misalnya:

Sekolah : SMA Pangudi Luhur Yogyakarta Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Semester/Th. Pelajaran : VII/I Standar Kompetensi : Memahami wacana lisan melalui kegiatan mendengarkan berita.

c. Kompetensi Dasar

Dalam komponen kompetensi dasar, yang perlu dikaji dalam kompetensi dasar

mata pelajaran dengan memperhatikan urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu,

keterkaitan antarstandar kompetensi, keterkaitan standar kompetensi (SK) dan

kompetensi dasar (KD) antar mata pelajaran dalam tingkat satuan pendidikan (Masnur

Muslich, 2007: 33-34), misalnya:

Sekolah : SMA Pangudi Luhur Yogyakarta Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Semester/Th. Pelajaran : VII/I Standar Kompetensi : Memahami wacana lisan melalui kegiatan

mendengarkan berita. Kompetensi Dasar : 1.1 Memahami wacana lisan melalui kegiatan mendengarkan berita.

: 1.2 Menuliskan kembali berita

d. Komponen Materi Pokok

Dalam proses pembuatan komponen materi pokok, yang dilakukan adalah

mengidentifikasi materi pokok dengan mempertimbangkan tingkat perkembangan fisik,

intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta didik, manfaatnya bagi peserta didik,

struktur keilmuan, kedalaman dan keluasan materi, relevansi dengan kebutuhan peserta

didik dan tuntutan lingkungan, alokasi waktu (Masnur Muslich, 2007: 32), misalnya:

Page 65: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

46

Sekolah : SMA Pangudi Luhur Yogyakarta Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Semester/Th. Pelajaran : VII/I Standar Kompetensi : Memahami wacana lisan dengan mendengarkan berita. Kompetensi Dasar : 1.1 Memahami wacana lisan melalui

mendengarkan berita. : 1.2 Menuliskan kembali berita.

: a. Penyimpulan Berita. Materi Pokok : b. Penulisan berita (yang didengarkan).

e. Komponen Pengalaman Belajar

Dalam komponen pengalaman belajar, yang perlu diperhatikan adalah

pendekataan pembelajaran yang bervariasi dan mengaktifkan peserta didik, pengalaman

belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik, rumusannya

mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar peserta didik (Masnur Muslich, 2007:

32-33), misalnya:

Sekolah : SMA Pangudi Luhur Yogyakarta Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Semester/Th. Pelajaran : VII/I Standar Kompetensi : Memahami wacana lisan melalui kegiatan mendengarkan berita.

Kompetensi Dasar : 1.1 Memahami wacana lisan. : 1.2 Menyimpulkan isi berita

Materi Pokok : a. Penyimpulan Berita. : b. Penulisan berita (yang didengarkan). Pengalaman Belajar : a. - Mendengarkan berita.

- Menuliskan pokok-pokok berita. - Memberikan tanggapan terhadap isi berita lewat diskusi. - Menyarikan pokok-pokok berita menjadi isi berita. - Menyimpulkan isi berita dalam satu alinea.

b. - Mendengarkan berita yang dibacakan diradio.

- Mendiskusikan pokok-pokok berita. - Menuliskan pokok-pokok berita yang dikembangkan ke dalam beberapa kalimat.

Page 66: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

47 f. Komponen Indikator

Dalam komponen indikator, yang perlu diperhatikan adalah indikator yang

merupakan penjabaran dari kompetensi dasar (KD) yang menunjukkan tanda-tanda,

perbuatan dan respon yang dilakukan atau ditampilkan oleh peserta didik. Indikator

dikembangkan sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan, potensi daerah dan

peserta didik. Dalam membuat rumusan indikator menggunakan kerja operasional yang

terukur. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian (Masnur

Muslich, 2007: 34-35), misalnya:

Sekolah : SMA Pangudi Luhur Yogyakarta Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Semester/Th. Pelajaran : VII/I Standar Kompetensi : Memahami wacana lisan melalui kegiatan mendengarkan berita.

Kompetensi Dasar : 1.1 Memahami wacana lisan. : 1.2 Menyimpulkan isi berita.

Materi Pokok : a. Penyimpulan berita. : b. Penulisan berita (yang didengarkan). Pengalaman Belajar : a. - Mendengarkan berita.

- Menuliskan pokok-pokok berita. - Memberikan tanggapan terhadap isi berita lewat diskusi. - Menyarikan pokok-pokok berita menjadi isi berita. - Menyimpulkan isi berita dalam satu alinea.

b. - Mendengarkan berita yang dibacakan diradio.

- Mendiskusikan pokok-pokok berita. - Menuliskan pokok-pokok berita yang dikembangkan ke dalam beberapa kalimat.

Indikator : a. - Mampu menunjukkan pokok-pokok berita yang didengarkan. - Mampu menyarikan pokok-pokok berita menjadi isi berita. - Mampu menyimpulkan isi berita dalam satu alinea. : b. - Mampu menemukan pokok-pokok berita yang didengarkan melalui radio.

Page 67: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

48 g. Komponen Jenis Penilaian

Dalam proses penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan nontes dalam

bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kerja, sikap, penilaian hasil karya berupa

proyek atau produk, pengunaan portofolio, dan penilaian diri. Jenis penilaian yang

dipilih bergantung pada rumusan indikator sehingga proses penilaian sesuai dengan

yang diharapkan guru (Masnur Muslich, 2007: 35-36), misalnya:

Sekolah : SMA Pangudi Luhur Yogyakarta Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Semester/Th. Pelajaran : VII/I Standar Kompetensi : Memahami wacana lisan melalui kegiatan mendengarkan berita.

Kompetensi Dasar : 1.1 Memahami wacana lisan. : 1.2 Menyimpulkan isi berita

Materi Pokok : a. Penyimpulan Berita. : b. Penulisan berita (yang didengarkan). Pengalaman Belajar : a. - Mendengarkan berita.

- Menuliskan pokok-pokok berita. - Memberikan tanggapan terhadap isi berita lewat diskusi. - Menyarikan pokok-pokok berita menjadi isi berita. - Menyimpulkan isi berita dalam satu alinea.

b. - Mendengarkan berita yang dibacakan diradio.

- Mendiskusikan pokok-pokok berita. - Menuliskan pokok-pokok berita yang dikembangkan ke dalam beberapa kalimat.

Indikator : a. - Mampu menunjukkan pokok-pokok berita yang didengarkan. - Mampu menyarikan pokok-pokok berita menjadi isi berita. : b. - Mampu menemukan pokok-pokok berita yang didengarkan melalui

radio. - Mampu menuliskan isi berita Penilaian : a. Tes tertulis (tes uraian).

b. Tes tulis (tugas rumah).

Page 68: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

49 h. Komponen Alokasi waktu

Dalam prakteknya komponen alokasi waktu perlu mempertimbangkan dalam

hal: penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar. Berdasarkan pada jumlah

minggu efektif dan alokasi waktu, maka mata pelajaran PAK mempertimbangkan

jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat

kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus

merupakan perkiraan waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk menguasai

kompetensi dasar (Masnur Muslich, 2007: 36-37), misalnya:

Sekolah : SMA Pangudi Luhur Yogyakarta Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Semester/Th. Pelajaran : VII/I Standar Kompetensi : Memahami wacana lisan melalui kegiatan mendengarkan berita.

Kompetensi Dasar : 1.1 Memahami wacana lisan. 1.2 Menyimpulkan isi berita

Materi Pokok : a. Penyimpulan Berita. : b. Penulisan berita (yang didengarkan). Pengalaman Belajar : a. - Mendengarkan berita.

- Menuliskan pokok-pokok berita. - Memberikan tanggapan terhadap isi berita lewat diskusi. - Menyarikan pokok-pokok berita menjadi isi berita. - Menyimpulkan isi berita dalam satu alinea.

b. - Mendengarkan berita yang dibacakan diradio.

- Mendiskusikan pokok-pokok berita. - Menuliskan pokok-pokok berita yang dikembangkan ke dalam beberapa kalimat.

Indikator : a. - Mampu menunjukkan pokok-pokok berita yang didengarkan. - Mampu menyarikan pokok-pokok berita menjadi isi berita. : b. - Mampu menemukan pokok-pokok berita yang didengarkan melalui radio. - Mampu menuliskan isi berita yang Penilaian : a. Tes tertulis (tes uraian).

b. Tes tulis (tugas rumah). Alokasi waktu : a. 2 x 40 Menit

: b. 2 x 40 Menit.

Page 69: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

50 i. Komponen Sumber Belajar

Dalam kerangka proses pada komponen sumber belajar, hal-hal berikut yang

perlu dipertimbangkan: sumber belajar adalah rujukan, objek atau bahan yang

digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa media cetak dan

elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penentuan

sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi

pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi (Masnur Muslich,

2007: 37-38), misalnya:

Sekolah : SMA Pangudi Luhur Yogyakarta Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Semester/Th. Pelajaran : VII/I Standar Kompetensi : Memahami wacana lisan melalui kegiatan mendengarkan berita.

Kompetensi Dasar : 1.1 Memahami wacana lisan. : 1.2 Menyimpulkan isi berita

Materi Pokok : a. Penyimpulan Berita. : b. Penulisan berita (yang didengarkan). Pengalaman Belajar : a. - Mendengarkan berita.

- Menuliskan pokok-pokok berita. - Memberikan tanggapan terhadap isi berita lewat diskusi. - Menyarikan pokok-pokok berita menjadi isi berita. - Menyimpulkan isi berita dalam satu alinia.

b. - Mendengarkan berita yang dibacakan diradio.

- Mendiskusikan pokok-pokok berita. - Menuliskan pokok-pokok berita yang dikembangkan ke dalam beberapa kalimat.

Indikator : a. - Mampu menunjukkan pokok-pokok berita yang didengarkan. - Mampu menyarikan pokok-pokok berita menjadi isi berita. : b. - Mampu menemukan pokok-pokok berita yang didengarkan melalui radio. - Mampu menuliskan isi berita.

Page 70: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

51

Penilaian : a. Tes tertulis (tes uraian). b. Tes tulis (tugas rumah).

Alokasi waktu : a. 2 x 40 Menit : b. 2 x 40 Menit. .

Sumber belajar : a. - TV/radio - Kaset/CD berita

- Teks Berita b. - TV/radio - Kaset/CD berita - Teks berita.

J. Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model KTSP di SMA Pangudi

Luhur Yogyakarta

Pihak SMA Pangudi Luhur Yogyakarta memberikan contoh rencana

pelaksanaan pembelajaran dengan model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP). Dalam contohnya mengacu pada keseluruhan komponen dalam rencana

pelaksanaan pembelajaran baik dari komponen identifikasi, komponen standar

kompetensi, komponen kompetensi dasar, komponen materi pokok, komponen

pengalaman belajar, komponen indikator, komponen penilaian, komponen alokasi

waktu, komponen sumber bahan dan alat. Yang diuraikan secara lengkap bentuk

rencana pelaksanan pembelajaran (RPP) sebagai berikut:

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : SMA PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA Mata Pelajaran : Teknologi Informasi dan Komunikasi Kelas/Semester : II / 4 P.Bahasan/Konsep : Mengidentifikasi paket paket program grafis dan multimedia 1. KOMPETENSI DASAR

Mengidentifikasi program membuat grafis

2. MATERI POKOK Aplikasi Grafis dan multi media

3. INDIKATOR • Mengidentifikasi perbedaan grafis berbasis vector dan berbasis bitmap

Page 71: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

52

• Menggunakan program aplikasi grafis berbasis vector dua dimensi dan tiga dimensi

• Mengunakan program aplikasi grafis berbasis bitmap dua dimensi dan tiga dimensi

• Membuat desain gambar untuk keperluan media cetak 4. TUJUAN:

Setelah pembelajaran ini, siswadapat: • Mengidentifikasi perbedaan grafis berbasis vector dan berbasis bitmap • Menggunakan program aplikasi grafis berbasis vector dua dimensi dan tiga

dimensi • Mengunakan program aplikasi grafis berbasis bitmap dua dimensi dan tiga

dimensi • Membuat desain gambar untuk keperluan media cetak

5. PROSES KEGIATAN PENGALAMAN PEMBELAJARAN :

No Macam Kegiatan Waktu Media Pembelajaran Keterangan

1. Kegiatan awal 5 menit

Apersepsi: Tanya jawab tentang program grafis dan multi media

2. Kegiatan Inti

80 menit

Menerangkan perangkat lunak yang berbais desain grafis.

Memberikan contoh program yang berbasis grafis

Latihan menggunakan program grafs secara sederhana

Latihan mandiri program grafis.

3. Kegiatan Akhir / Penutup

5 menit

Evaluasi tentang perangkat yang dibutuhkan untuk menjalankan program grafis dan multi media

6. SUMBER BELAJAR :

• Buku Panduan Tehnologi Informasi dan Komunikasi jilid 2 terbitan Yudistira • Buku Panduan Tehnologi Informasi dan Komunikasi jilid 2 terbitan Erlangga

7. PENILAIAN: • Tes Tertulis tentang : sarana hardware dan soft ware untuk program grafis dan

multi media Yogyakarta, 1 Juli 2008

Mengetahui Kepala SMA Pangudi Luhur Yogyakarta, Guru Mata Pelajaran

Page 72: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

BAB IV

EFEKTIFITAS PERENCANAAN PENGAJARAN PENDIDIKAN AGAMA

KATOLIK MODEL KTSP DI SMA PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA

Pada bab ini akan dibahas mengenai sejarah, latar belakang dan visi-misi SMA

Pangudi Luhur Yogyakarta. Penulis akan memaparkan efektivitas penerapan

perencanaan pengajaran Pendidikan Agama Katolik dengan model KTSP. Adapun hal-

hal yang dipaparkan dalam penelitian ini antara lain: tujuan penelitian, metodologi

pengambilan sampel, teknik pengumpulan data wawancara dan kuesioner, variabel

penelitian. Berkaitan dengan metodologi penelitian, penulis akan memaparkan beberapa

hal, yakni: jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, teknik

pengumpulan data. Selanjutnya penulis akan memaparkan hasil penelitian dan

pembahasannya.

A. Gambaran Umum SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

Sekolah SMA Pangudi Luhur mempunyai ciri khas yang membedakan sekolah

tersebut dengan sekolah-sekolah lain [Lampiran 6:10)]. Hal itu disampaikan juga oleh

para guru serta siswa SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Dalam data sekolah (2008)

disebutkan beberapa ciri sekolah SMA Pangudi Luhur Yogyakarta sebagai berikut

[Lampiran 7: (11)]:

Setiap pagi ada pendarasan mazmur dan renungan yang dipimpin seorang guru

maupun siswa secara bergantian.

Pada jam 12.00 WIB adalah kebiasaan sekolah SMA Pangudi Luhur untuk

mendoakan malaikat Tuhan

Doa mengakhiri jam pelajaran ketika hendak pulang sekolah.

Page 73: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

54

Selain itu setiap bulan ada misa kudus di Gereja Kidul Loji maupun di sekolah, misa

kudus awal dan akhir tahun ajaran, perayaan Natal dan Tahun baru, Paskah, serta

pada saat pesta pelindung

Pendalaman iman dan Kitab Suci setiap hari Jumat

Kemudian kelas X dan XI ada kegiatan rekoleksi setelah mid-semester dan UAS

Dan untuk kelas XII ada kegiatan Retret selama 4 hari di tempat yang sudah

ditentukan sebelumnya.

Sarana pra-sarana yang mendukung untuk kegiatan keagamaaan atau pendalaman

iman misalnya ruang doa yang dilengkapi dengan meja altar dan perlengkapannya,

organ, Kitab Suci, dan buku ibadat lainnya.

Sekolah SMA Pangudi Luhur juga mempunyai kebiasaan mengadakan kegiatan

saling mengoreksi satu sama lain. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan seminggu sekali,

dalam kesempatan ini membicarakan hal-hal yang terkadang membuat ganjil suasana

kebersamaan. Sehingga dengan pemecahan yang ditempuh melalui kegiatan itu,

semakin membantu untuk memperlancar komunikasi satu sama lain [Lampiran 7: (11].

1. Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

Dilatar belakangi oleh harapan gereja terhadap peranan pendidikan di Indonesia.

Maka dewan provinsi kongregasi Bruder FIC menyelengggarakan pendidikan secara

intensif kepada generasi muda dengan tujuan untuk kemajuan gereja masyarakat dan

bangsa. Wujud yang ditampilkan adalah hadirnya sekolah SMA Pangudi Luhur

Yogyakarta yang berdomisili di JL. P. Senopati No. 18 Yogyakarta [Lampiran 7: (11].

Sebagai cikal bakal berdirinya sekolah SMA Pangudi Luhur St. Yusuf adalah

SGAK (Sekolah Guru Agama Katolik) yang berdiri pada bulan April 1942, sekolah ini

dikelola oleh para Pastor Jesuit. Sepuluh tahun kemudian tepatnya tanggal 9 Agustus

Page 74: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

55 1952 sekolah ini diserahkan kepada para Bruder FIC yang berpusat di Jl. Sutomo 4

Semarang (Slamet Susanto, 2006: 8).

Pada awal mulanya proses pembelajaran sekolah ini dilaksanakan di gedung yang

kini digunakan untuk SD Pangudi Luhur, kemudian menempati gedung SMP Pangudi

Luhur, selanjutnya demi pertumbuhan dan perkembangan baik SD, SMP dan SMA,

maka lokasi SMP Pangudi Luhur dipindahkan di Jl. Timoho, Baciro Yogyakarta. Secara

kronologis perubahan-perubahannya sebagai berikut: tahun 1942 sekolah berdiri,

dengan nama SGAK (Putra) yang dikelola oleh para Pater Jesuit. Tahun 1952 SGAK

menempati gedung di Jl. Senopati 16 dikelola oleh para Bruder FIC (St. Maria Yang

Dikandung Tak Bernoda). Tahun 1965 pengelolaan oleh Yayasan Pangudi Luhur secara

resmi Tahun 1973 mulai kelas satu menerima siswa putri dan kemudian namanya

diubah menjadi SPG (Sekolah Pendidikan Guru). Tahun 1983 menempati gedung di Jl.

Senopati 18 dan yang sekarang menjadi SMA Pangudi Luhur St. Yusuf (Slamet

Susanto, 2006: 7).

Tahun 1987 memperoleh status disamakan. Tahun 1989 SPG beralih fungsi

menjadi SMA Pangudi Luhur, seperti kebanyakan sekolah milik Yayasan Pangudi

Luhur misalnya: Don Bosco Semarang, St. Paulus Sedayu dan Van Lith Muntilan.

Tahun 1992 SMA Pangudi Luhur St Yusuf memperoleh status disamakan dengan SK

no. 476/C/Kep/i/1991 (akreditasi I). Tahun 1992 SMA PL memperoleh status

Disamakan dengan SK no. 237/C/07/Kep./MN/1999 (akreditasi II). Tahun 1997 secara

resmi nama SMA menjadi SMU Pangudi Luhur dan karena menteri pendidikan selalu

ganti dengan kurikulum baru maka berubah lagi kembali menjadi SMA hingga sekarang

ini. Tahun 2005 SMA PL memperoleh akreditasi dengan nilai A (92,65) sesuai SK no.

9.1 BAS DIY/III/2005 (Slamet Susanto, 2006: 8).

Page 75: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

56 2. Visi Misi Sekolah Katolik SMA Pangudi Luhur

a. Visi SMA Pangudi Luhur

Dalam mengelola sebuah sekolah visi sangat menentukan arah dasar, sasaran

yang ingin dicapai serta tujuan kegiatan-kegiatan dan kebijakan yang akan diputuskan.

Visi juga diharapkan dapat berfungsi sebagai dasar teologis, legitimasi dan bahkan

perutusan yang tidak hanya membenarkan dan menugaskan tetapi menuju arah dasar

yang harus ditempuh. Maka sebuah visi mutlak penting dan jelas sehingga memberi

persepsi dan deskripsi yang membantu mencapai tujuan yang hendak dicapai.

Demikianpun dengan sekolah SMA Pangudi Luhur, visi menjadi penunjuk untuk

mencapai sasaran yang hendak dicapai sekolah. Visi sekolah SMA Pangudi Luhur

adalah mewujudkan komunitas iman dengan cara menempatkan Tuhan Sang Guru

sebagai pusat hidup dalam upaya mengembangkan persaudaraan sejati serta

menanggung karya bersama dalam pendampingan kaum muda menuju pribadi yang

dewasa, beriman, berpengetahuan, terampil, bermartabat, berbudi luhur dan terbuka

menghadapi tantangan zaman (Slamet Susanto, 2006: 8).

b. Misi SMA Pangudi Luhur

Misi sebuah sekolah merupakan implementasi dari visi sekolah yang hendak

dicapai. Maka untuk mencapai visi sekolah, seperti yang diungkapkan dalam visi,

sekolah SMA Pangudi Luhur mengupayakan usaha-usaha kongkret dengan merumuskan

misi sebagai berikut: membantu, mendampingi, siswa menemukan potensi yang dimiliki

untuk dikembangkan secara optimal serta melatih siswa mandiri, bertanggungjawab,

bermartabat dan berbudi luhur, menghargai, menghormati sesamanya dan menerima diri

sebagai pribadi yang unik sehingga menjadi pribadi dewasa. Dalam prakteknya proses

pewartaan SMA Pangudi Luhur dengan berani masuk kedalam diri orang muda dengan

Page 76: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

57 membawa misinya untuk membantu, mendampingi siswa menemukan potensi yang

dimiliki untuk dikembangkan secara optimal serta melatih siswa mandiri,

bertanggungjawab, bermartabat dan berbudi pekerti luhur, menghargai, menghormati

sesamanya dan menerima diri sendiri sebagai pribadi yang unik sehingga menjadi

pribadi dewasa (Slamet Susanto, 2006: 9).

B. Penelitian Efektivitas Perencanaan Pengajaran Pendidikan Agama Katolik

(PAK) Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SMA

Pangudi Luhur Yogyakarta

Untuk mengetahui efektivitas perencanaan pengajaran Pendidikan Agama

Katolik PAK di Sekolah Menengah Atas (SMA) Pangudi Luhur, penulis mengadakan

penelitian sederhana:

1. Manfaat Penulisan

Manfaat penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui macam-macam model pembelajaran pengajaran yang pernah

diterapkan di Sekolah Menengah Atas SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

Untuk mengetahui sejauh mana Sekolah Menengah Atas (SMA) Pangudi Luhur

Yogyakarta menyikapi setiap perubahan kurikulum pendidikan yang ditawarkan

oleh pihak pemerintah, baik pusat maupun daerah.

Untuk mengetahui proses Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang

diterapkan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Pangudi Luhur Yogyakarta.

Untuk mengetahui konsekuensi logis kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)

sebagai salah satu model pembelajaran yang mampu meningkatkan mutu Pendidikan

Agama Katolik di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

Page 77: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

58 2. Metodologi Penelitian

a. Survei

Survei adalah sarana atau alat sebagai pengumpulan data dengan melalui beberapa

pertanyaan (Kountur, 2005: 106). Survei pada umumnya digunakan dalam penelitian

deskriptif yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut, informasi diperoleh dari

sekumpulan orang, informasi yang diperoleh dari sekumpulan orang tersebut merupakan

sample, dan informasi diperoleh dengan melalui beberapa pertanyaan yang ada

[Lampiran 6: (10)].

b. Observasi atau Pengamatan

Observasi atau pengamatan adalah merupakan suatu metode atau cara untuk

mengamati gejala dan peristiwa dengan mencatat secara sistematis dengan cara menatap

atau mengamati secara langsung [Lampiran 6: (10)]. Dengan pengamatan dan

pencatatan secara objektif terhadap hal yang akan diamati dapat diperoleh data atau

informasi yang sebenarnya (Warkitri, 1990:10).

3. Pemilihan Tempat dan Waktu

Tempat penelitian ini adalah SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Sedangkan

waktu pelaksanaanya adalah ada bulan Februari 2008 [Lampiran 1: (1)]. Penelitian ini

dilaksanakan pada pukul 10.00-13.00 WIB, disesuaikan dengan jadual di SMA Pangudi

Luhur Yogyakarta dan dilaksanakan di ruang kelas dan ruang guru.

4. Populasi dan Sampel

Populasi adalah Suatu kumpulan menyeluruh dari suatu obyek yang merupakan

perhatian peneliti. Dalam prakteknya obyek penelitian dapat berupa mahluk hidup,

Page 78: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

59 benda-benda, sistem dan prosedur, fenomena, dan lain-lain. Sedangkan Sampel adalah

bagian dari populasi (Kountur, 2005: 139).

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI SMA Pangudi Luhur

tahun pelajaran 2007/2008 yang berjumlah 151 orang yang terdiri dari lima kelas

paralel. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dibuat berdasarkan pertimbangan-

pertimbangan tertentu. Cara pengambilan subyek yang dilakukan adalah teknik

sampling purposive atau sampel bertujuan dengan kriteria sampel berasal dari latar

belakang keluarga yang berbeda antara lain: keluarga petani, pedagang, pegawai negeri,

pegawai swasta, dan ABRI (Kountur, 2005: 139).

Dengan melihat keragaman latar belakang di atas, maka peneliti menentukan

kelas XI IPS 2 dan kelas XI IPS 3 sebagai sampel dalam penelitian ini dengan jumlah

sampel sebanyak 50 orang siswa. Kelas sampel ini dianggap representatif dari segi latar

belakang dari jumlah keseluruhan yang ada. Siswa-siswi yang akan mengisi kuesioner

rincian jumlah siswa dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel: 1. Jumlah siswa kelas XI IPS 2 dan kelas XI IPS 3

SISWA KELAS XI

IPS 2

KELAS XI IPS JUMLAH

Laki-laki 12 15 27

Perempuan 13 10 23

Jumlah 25 25 50 Orang

Page 79: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

60 5. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Wawancara (interview) adalah bentuk teknik komunikasi langsung antara dua

orang, misalnya antara guru dan siswa, peneliti dan yang diteliti. Pendekatan langsung

yang dilaksanakan dengan tatap muka antara dua orang dapat diperlancar bila keduanya

memiliki bahasa dan pengertian yang sama. Dengan mengunakan bahasa yang dipahami

keduanya mereka dapat menyampaikan dan menerima sesuatu pertanyaan atau pendapat

dengan jelas serta dalam keadaan biasa tanpa tekanan, bujukan, ganguan dari luar

(Warkitri, 1990: 5-12).

Dengan bertanya langsung pada subyek yang diwawancarai dalam memilih

responden yang sesuai dengam kriteria sampel, yaitu guru Pendidikan Agama Katolik

SMA Pangudi Luhur Yogyakarta yang membuat rencana pelaksanaan pembelajaran

model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan [Lampiran 3: (3)]

b. Kuesioner

Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang harus dijawab atau daftar isian yang

harus diisi oleh subjek, kemudian penilai mengambil kesimpulan tentang subjek yang

dikenai angket (Warkitri, 1990: 5-12). Dalam proses memperoleh data yang dibutuhkan,

menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara membuat daftar pertanyaan yang

kemudian dibagikan kepada responden untuk dijawab. Adapun daftar pertanyaan

sebagai berikut: [Lampiran 4: (7)]

6. Variabel Penelitian

Dalam penelitian tentang efektivitas perencanaan pembelajaran dengan model

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam usaha meningkatkan mutu

Page 80: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

61 Pendidikan Agama Katolik (PAK) akan digali dari keempat permasalahan dimuka,

sebagai berikut:

Tabel 2. Variabel yang diungkap

No Variabel No. Item Jumlah

1 Model-model Perencanaan Pengajaran 1 1

2 Sikap Pihak SMA Pangudi Luhur 2 1

3 Proses Kurikulum KTSP 3 1

4 Konsekuensi Logis 4 1

Jumlah Item - 4

C. Hasil Penelitian

Model-model Perencanaan Pengajaran

No Keterangan Jumlah siswa yang menjawab

Presentase

1 Sangat Baik 5 Siswa 10% 2 Baik 45 Siswa 90% 3 Kurang Baik - - Jumlah Total 50 Siswa 100%

Sikap-sikap Pihak SMA PL

No Keterangan Jumlah siswa yang

menjawab Presentase

1 Sangat Baik 40 Siswa 80% 2 Baik 20 Siswa 20% 3 Kurang Baik - - Jumlah Total 50 Siswa 100%

Proses Kurikulum KTSP

No Keterangan Jumlah siswa yang

menjawab Presentase

1 Sangat Baik 5 Siswa 10% 2 Baik 45 Siswa 90% 3 Kurang Baik - - Jumlah Total 50 Siswa 100%

Page 81: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

62

Konsekuensi Logis No Keterangan Jumlah siswa yang

menjawab Presentase

1 Sangat Baik 5 Siswa 10% 2 Baik 45 Siswa 90% 3 Kurang Baik - - Jumlah Total 50 Siswa 100%

Keterangan: Jumlah Keseluruhan Responden 50 Orang Siswa

D. Laporan Penelitian

Menurut siswa-siswi yang mengisi pertanyaan evaluasi Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) Pendidikan Agama Katolik SMA Pangudi Luhur mengenai macam

kurikulum yang diterapkan di SMA Pangudi luhur, dari 50 responden 45 siswa

menjawab bahwa RPP PAK itu baik (90%). Sedangkan siswa yang menjawab RPP

PAK sangat baik sebanyak 5 siswa (10%). Menurut siswa-siswi SMA PL perubahan

kurikulum di Indonesia pada dasarnya adalah sama dalam artian tidak ada perubahan

yang signifikan (mencolok), perubahan itu terjadi hanya sebatas perubahan sampul buku

saja. Dalam hal proses kegiatan belajar mengajar, siswa-siswi SMA Pangudi Luhur

selalu siap menghadapi setiap perubahan kurikulum.

Sedangkan menurut guru pengampu mata pelajaran PAK di SMA Pangudi Luhur

mengungkapkan bahwa pelaksanaan dalam menggunakan kurikulum dilakukan dengan

seksama. Hal ini dapat dilihat pada bentuk silabus yang digunakan, antara lain:

Kurikulum PPSI yang khas adalah memiliki istilah instruksional umum dan

instruksional khusus.

Kurikulum PPSI berlaku tahun 1984.

Pada Tahun 1989 mulai berlaku Kurikulum Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).

Pada 1994 berlaku kurikulum ‘94.

Tahun 2004 berlaku Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).

Page 82: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

63

Mulai tahun 2008 di SMA Pangudi Luhur mempergunakan Kurikukulum Tingkat

Satuan Pendidikann (KTSP) yang merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2004

(KBK). Dalam operasional kurikulum disusun dan dilaksanakan oleh masing-

masing satuan pendidikan/sekolah.

SMA Pangudi Luhur dengan cepat mengikuti perubahan tersebut sehingga

dalam pelaksanaannya di sekolah, tidak terlalu mengelami banyak kesulitan. Hal ini

sangat dipengaruhi oleh kinerja yayasan yang selalu berusaha mengikuti setiap

perubahan yang dilakukan oleh pemerintah.

Menurut siswa-siswi yang mengisi pertanyaan evaluasi RPP guru Pendidikan

Agama Katolik SMA Pangudi Luhur, dalam menyikapi perubahan kurikulum yang

ditawarkan oleh pihak pemerintah baik pusat maupun daerah. Dari 50 responden 40

siswa menjawab baik (80%), sedangkan siswa yang menjawab sangat baik sebanyak 10

siswa (20%).

Sedangkan menurut guru PAK bahwa pihak SMA PL dalam menyikapi setiap

perubahan kurikulum dengan sangat baik dan selalu siap melakukan perubahan. Bahkan

sebelum sebuah kurikulum diresmikan pihak yayasan, dalam hal ini pengelola sekolah,

sudah mulai mencari darimana sumbernya dan dalam bentuk drafpun mulai ‘disadap’

dan ditawarkan dalam bentuk penataran untuk para gurunya. Inisiatif datang dari pihak

yayasan dan inisiatif itu diwujudkan dalam bentuk penataran-penataran. Ketika akan

terjadi perubahan dari KBK menjadi KTSP, isu-isu yang berkaitan dengan hal itu sudah

mulai dibicarakan dan ketika hal itu benar-benar-benar terjadi pihak yayasan dan

sekolah tidak kaget dan sudah merasa siap.

Siswa-siswi yang menjawab pertanyaan mengenai penerapan KTSP, khususnya

untuk mata pelajaran PAK di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta, dari 50 responden 45

Page 83: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

64 siswa menjawab baik (90%). Sedangkan siswa yang menjawab sangat baik sebanyak 5

siswa (10%).

Dalam rangka proses kegiatan belajar mengajar dengan mempergunakan kurikulum

KTSP diterapkan dengan baik di SMA Pangudi Luhur diterapkan dengan baik, karena

dalam proses pembelajaran dikelas bahan dan materi yang ada dalam silabus

dilaksanakan sepenuhnya. Maka dari itu penerapan kurikulum KTSP yang secara resmi

ditetapkan oleh pemerintah dapat dilaksanakan dengan baik di SMA Pangudi Luhur

Adapun hasil wawancara dengan guru PAK, berkaitan dengan penerapan KTSP

di sekolah Pangudi Luhur selalu disikapi dengan cepat dan tanggap terhadap setiap

perubahan kurikulum yang ditawarkan oleh pemerintah. Demikian juga ketika

pemberlakuan KTSP mulai disosialiaasikan. Jauh sebelum ada perubahan kurikulum

yang baru, sudah ada isu bahwa KBK yang sebenarnya baru berjalan 2 tahun, akan

segera diganti dengan kurikulum yang baru Yaitu KTSP. Dalam hal ini pihak sekolah

sudah mengatisipasi dengan mengambil langkah-langkah sebagai berikut; pertama

mengundang para pengawas propinsi DIY yang memiliki kompetensi tentang KTSP

dengan tujuan untuk memberikan penataran. Kedua pihak SMA Pangudi Luhur

mengajak pihak SMP Pangudi Luhur untuk menghadiri penataran dengan tema KTSP.

Langkah ketiga SMA Pangudi Luhur membuat KTSP sendiri.

Hasil dari penataran itu adalah KTSP SMA Pangudi Luhur dengan format-

format yang telah disesuaikan dengan tuntutan dari pemerintah. Setelah draf KTSP

sekolah itu jadi, selanjutnya, sekolah mencoba untuk konsultasi ke dinas, pengawas

pendidikan Daerah Istimewa Yogyakarta. Tentu saja, hasilnya adalah revisi-revisi dan

pengembangan-pengembangan yang semakin menyempurnakan kurikulum tingkat

satuan pendidikan (KTSP) SMA Pangudi Luhur.

Page 84: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

65 Menurut siswa-siswi yang mengisi pertanyaan evaluasi RPP guru Pendidikan

Agama Katolik SMA Pangudi Luhur, berkaitan dengan konsekuensi logis diterapkannya

KTSP terhadap peningkatan mutu PAK di SMA Pangudi Luhur, dari jumlah 50

responden sebanyak 45 menjawab baik (90%). Sedangkan siswa yang menjawab sangat

baik sebanyak 5 siswa (10%). Menurut siswa-siswi SMA PL bahwa konsekuensi logis

PAK dengan memakai model KTSP, menjadikan para peserta didik menjadi semakin

aktif, dimana para peserta didik diberi tanggung jawab untuk mencari sumber bahan

yang mendukung. Demikian juga menurut siswa, fasilitas yang tersedia dapat digunakan

secara optimal demi meningkatkan mutu PAK: misalnya sekolah telah menyediakan

ruang khusus untuk doa, ruang laboratorium PAK, ruang sanggar dan lain-lain.

Menurut hasil wawancara dengan guru PAK sederhananya saja konsekuensi

logis diterapkannya KTSP bagi peningkatan mutu PAK SMA, bahwa dengan KTSP ini,

guru agama diminta untuk memasukkan hal-hal yang dianggap penting oleh sekolah

namun belum termuat dalam silabus yang dibuat oleh pemerintah. Dalam prakteknya

pendidik sering melakukan penambahan materi-materi yang lain. Misalnya: materi

tentang aksi puasa pembangunan (APP), Advent, rekoleksi, bulan Kitab Suci, bulan

Maria dan retret. Maka kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) selalu

memberikan kebebasan pada setiap guru pelajaran.

3. Pembahasan Hasil Penelitian

Dari hasil kuisioner yang disebarkan dan hasil wawancara mengenai macam-

macam kurikulum yang pernah diterapkan di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Penulis

dapat menarik kesimpulan bahwa, pihak SMA Pangudi Luhur senantiasa menangapinya

dengan baik, hal ini ditunjukkan dengan tanggapan siswa sebesar 90% menyatakan baik.

Page 85: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

66

Sedangkan pihak SMA Pangudi Luhur dalam menyikapi perubahan kurikulum

yang ditawarkan oleh pihak pemerintah baik pusat maupun daerah cukup positif, hal ini

ditunjukan adanya siswa-siswi yang menjawab baik, pada pertanyaan: menurutmu,

sikap pihak SMA Pangudi Luhur menyikapi perubahan kurikulum pendidikan yang

ditawarkan oleh pihak pemerintah, baik pusat maupun daerah sebanyak (80%)

menjawab baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, dalam setiap perubahan

kurikulum yang terjadi, SMA Pangudi luhur dapat mengantisipasinya dengan baik.

Sehingga tidak sampai menimbulkan suatu permasalahan yang serius.

Adapun penerapan KTSP, khususnya untuk mata pelajaran PAK di SMA

Pangudi Luhur Yogyakarta sangat baik, hal ini ditunjukan (90%) siswa-siswi

menanggapinya dengan sangat positif. Karena dengan penerapan KTSP proses

pembelajaran dikelas bahan dan materi yang ada dalam silabus dilaksanakan

sepenuhnya.

Sebagai konsekuensi logis diterapkannya KTSP terhadap peningkatan mutu

PAK di SMA Pangudi Luhur, ditanggapinya cukup positif. Dalam hal ini dapat

ditunjukkan dengan adanya tanggapan siswa sebesar 90% yang mengatakan baik dalam

evaluasi RPP guru Pendidikan Agama Katolik SMA Pangudi Luhur.

Maka dari itu dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa efektivitas perenencanaan

pembelajaran dengan model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam

usaha meningkatkan mutu Pendidikan Agama Katolik (PAK) di SMA Pangudi Luhur

Yogyakarta berjalan dengan sangat baik seperti dalam dugaan awal penelti bahwa

dengan diberlakukannya model KTSP PAK semakin diberi kebebasan dalam

meningkatkan mutu PAK itu sendiri.

Dengan diterapkannya KTSP, pihak sekolah menjadi lebih tertantang untuk

memajukan sekolahnya sesuai dengan visi misi, situasi dan kondisi yang terjadi di

Page 86: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

67 sekolah yang bersangkutan. Peluang untuk mandiri dan semakin berkembang menjadi

jauh lebih besar dibandingkan ketika setiap sekolah berada dalam pengawasan dan

tuntunan dari pemerintah saja.

Page 87: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

BAB V

USULAN PROGRAM PERENCANAAN PENGAJARAN DI SEKOLAH

MENENGAH ATAS PANGUDI LUHUR DENGAN MODEL KURIKULUM

TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

Berdasarkan hasil penelitian dalam bentuk wawancara yang dilakukan terhadap

guru dan siswa-siswi SMA Pangudi Luhur mengenai perencanaan pengajaran dengan

model KTSP, penulis mengusulkan program perencanaan PAK dengan tujuan

membandingkan antara perencanaan pengajaran dari guru kelas dengan penulis.

Sehingga dapat membuktikan bahwa metode KTSP terbukti mampu dipahami siswa

dalam meningkatkan mutu pendidikan Agama Katolik.

Program perencanaan pengajaran ini merupakan rencana pelaksanaan

pembelajaran dikelas dalam bentuk membuat RPP dan Silabus. Usulan rencana

pelaksanaan pembelajaran akan terlebih dahulu diterangkan arti program tahunan,

tujuan program, tujuan program, latar belakang pembuatan program, petunjuk

pelaksanaan program, program tahunan semester genap untuk kelas XI Sekolah

Menengah Atas Pangudi Luhur (SMA-PL), dan contoh rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) Pendidikan Agama Katolik model kurikulum tingkat satuan

pendidikan.

A. Program Pendidikan Agama Katolik untuk Kelas XI SMA Pangudi Luhur

Yogyakarta

Pada bab V ini akan diusulkan suatu program yang kiranya dapat digunakan oleh

para guru, sebagai usaha konkret dalam rangka menghantar para siswanya kepada hidup

beriman dewasa. Penulis mengusulkan program ini karena dalam proses PAK

Page 88: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

69 hendaknya komunikatif aktif dan adanya kerja sama yang saling mendukung proses

pembelajaran. Hendaknya program ini dapat menghantar peserta didik pada hidup yang

baik dan benar serta tidak salah sasaran dari tujuan yang diharapkan. Dengan adanya

program hendaknya proses PAK yang terjadi betul-betul dapat menghantar peserta didik

pada hidup beriman dewasa.

1. Arti Program

Program adalah prosedur yang dijadikan landasan untuk menentukan isi dan

urutan acara-acara pembinaan yang akan dilaksanakan. Dalam hubungannya dengan

pelaksanaan PAK di sekolah untuk menghantar siswa kepada hidup beriman yang baik.

Program berarti pedoman yang dibuat dan dijadikan dasar untuk menentukan tema,

tujuan isi dan urutan proses pembelajaran. Program ini disusun untuk mencapai tujuan

yang telah ditentukan (Mangunhardjana, 1986: 16).

2. Tujuan Program

Tujuan pembuatan program PAK secara umum adalah memperjelas arah dan

tujuan proses pembelajaran serta mempermudah pelaksanaan pembinaan iman peserta

didik. Adapun tujuan pembuatan program ini adalah membantu guru dalam mengelola

materi yang baik dan berbobot, sehingga dalam proses pembelajaran tidak terjadi

tumpang tindih, namun arahnya semakin jelas. Demikianpun dengan siswa merasa

semakin diarahkan kepada kehidupan beriman karena prosesnya jelas dan tidak

meragukan. Melalui pelaksanaan program ini siswa dapat berproses untuk menghayati

Misteri Ilahi dan merenungkan peristiwa-peristiwa serta memahami peran dirinya

sebagai warga gereja dan masyarakat, sehingga siswa dihantar sampai pada pertobatan,

Page 89: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

70 menemukan nilai-nilai yang bisa memperbaharui hidup mereka dan mewujudkannya

dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pendekatan informatif, Informative approach,

pada dasarnya guru menjalankan program dengan menyampaikan informasi kepada

peserta (Mangunhardjana, 1986: 17).

3. Latar Belakang Pembuatan Program

Kurikulum pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) disusun untuk

mencapai tujuan pendidikan SMA. Kurikulum pendidikan SMA merupakan seperangkat

rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan

sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Mengingat program

pembelajaran yang betul-betul teruji seluruh bahan pelajaran yang terdapat didalamnya.

Mengingat PAK bukan hanya mengejar segi intelektual peserta didik saja, melainkan

unsur afektif dan psikomotorik juga menjadi perhatian. Jadi, PAK harus sungguh-

sungguh dipersiapkan dengan matang dan baik. Mengingat program ini penting

hendaknya semua guru yang akan mengajar mempersiapkan program pembelajaran

secara sistematis, demi tujuan yang akan dicapai (Kristianto, 2006: 30).

Berdasarkan kepentingan itulah maka penulis menyusun program pembelajaran

ini untuk membantu para guru SMA, khususnya guru bidang studi PAK yang hendak

menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa sebagai usaha meningkatkan penghayatan

iman mereka sendiri. Penulis membuat program ini sebagai usaha bantuan, mengingat

PAK tidak sama persis dengan mata pelajaran yang lain, meskipun dalam beberapa hal

mengandung kesamaan. Maka dari itu hendaklah program ini berguna bagi guru dalam

rangka membantu siswa mengembangkan nilai-nilai kehidupan dan iman yang hidup di

tengah masyarakatnya. Dengan usulan program ini juga, penulis berharap semoga para

Page 90: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

71 siswa terbantu untuk semakin mampu menghayati kehidupan imannya melalui proses

pembelajaran PAK di dalam maupun di luar kelas dalam kehidupan kehidupannya

sehari-hari.

4. Usulan Program Semester Untuk Kelas XI SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

Nama Sekolah : SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik

Kelas : XI/2

Standar Kompetensi : Memahami karya Yesus Kristus yang mewartakan Kerajaan Allah

dan penerusannya oleh Gereja sehingga dapat mengembangkan

hidup bersama dan menggereja sesuai dengan nilai-nilai Kerajaan

Allah

MATERI

POKOK/PEMBELAJA

RAN

KEGIATAN

PEMBELAJARAN INDIKATOR ALOKASI

(1) (2) (3) (4)

11. Gereja dan dunia • Doa Pembukaan

• Membaca cerita

tentang keterbukaan

Gereja, misalnya

artikel “Membuka

Jendela-Jendela

Vatikan”.

• Tanya jawab

mengenai:

Komentar atas

cerita; pesan cerita

• Menjelaskan

pandangan Gereja

tentang dunia.

• Menjelaskan alasan

perlunya Gereja

terlibat dengan

persoalan-persoalan

dunia.

• Menjelaskan

masalah-masalah

dunia yang

2x45 Menit

Page 91: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

72

pandangan Konsili

Vatikan II tentang

dunia; pendapat

siswa tentang

hubungan Gereja

dan Dunia.

• Rangkuman dan

informasi mengenai

hubungan Gereja

dan dunia.

• Mendiskusikan:

persoalan mendesak

di dunia, tugas

Gereja dalam

menangani

masalah-masalah

dunia

• Merangkum hasil

pleno dan

menambah

informasi.

• Merangkum dan

menambah

informasi jika

diperlukan.

• Doa penutup.

mendesak dan

memprihatinkan

untuk segera

ditangani.

• Menjelaskan

masalah-masalah

pokok bangsa

Indonesia yang

membutuhkan

perhatian dan

penangan Gereja.

1.2 Ajaran Sosial

Gereja (ASG).

• Doa Pembukaan.

• Menganalisis

masalah-masalah

yang

memperihatinkan

untuk melihat

• Menjelaskan latar

belakang sejarah

munculnya ASG.

• Menjelaskan salah

satu Ensiklik ASG

serta fokus

2x45 Menit

Page 92: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

73

sejauh mana tidak

sesuai dengan

ajaran Gereja.

• Tanyajawab arti

ASG, Ensiklik-

Ensiklik yang

memuat tetang

ASG dan isinya.

• Rangkuman dan

informasi.

• Merefleksikan

persoalan

kemiskinan sebagai

bagian sasaran

ASG.

• Pleno dan

rangkuman.

• Tugas mengadakan

wawancara dengan

tokoh-tokoh paroki

(Pastor, Dewan

Paroki, Tokoh

uman dan

sebagainya).

Mengenai sejauh

mana ASG hendak

diterapkan.

• Doa Penutup.

perhatian Gereja

yang terdapat

didalamnya.

• Menjelaskan alasan

ASG kurang

bergema di

Indonesia.

• Mengumpulkan

informasi tentang

implementasi

(penerapan) ASG di

Paroki.

1.3 Keterlibatan Gereja

dalam membangun Dunia

yang Damai dan Sejahtera

• Doa Pembukaan

• Membaca cerita

tentang keterbukaan

Gereja, misalnya

• Menjelaskan

pandangan Gereja

tentang dunia.

• Menjelaskan alasan

2x45 Menit

Page 93: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

74

artikel “Membuka

Jendela-Jendela

Vatikan”.

• Tanya jawab

mengenai:

Komentar atas

cerita; pesan cerita

pandangan Konsili

Vatikan II tentang

dunia; pendapat

siswa tentang

hubungan Gereja

dan Dunia.

• Rangkuman dan

informasi mengenai

hubungan Gereja

dan dunia.

• Mendiskusikan:

persoalan mendesak

di dunia, tugas

Gereja dalam

menangani

masalah-masalah

dunia

• Merangkum hasil

pleno dan

menambah

informasi.

• Merangkum dan

menambah

informasi.

• Doa penutup.

perlunya Gereja

terlibat dengan

persoalan-persoalan

dunia.

• Menjelaskan

masalah-masalah

dunia yang

mendesak dan

memprihatinkan

untuk segera

ditangani.

• Menjelaskan

masalah-masalah

pokok bangsa

Indonesia yang

membutuhkan

perhatian dan

penangan Gereja.

Page 94: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

75

1.4 Hak Asasi Manusia • Doa Pembukaan

• Menganalisa contoh

kasus pelanggaran

hak asasi manusia,

misalnya kasus:

“Ribuan Wanita

Kongo Diperkosa”,

dengan

mengemukakan:

betulkah kasus

HAM, hak apa

yang dilanggar.

• Mengiventarisir

berbagai contoh

pelanggaran HAM

yang cukup

mendapat sorotan

masyarakat dunia.

• Rangkuman dan

informasi.

• Merumuskan kaitan

pesan teks-Kitab

Suci dan Dokumen

Gereja Gaudium et

Spes dengan

pemahaman n

tentang HAM.

• Merangkum hasil

pleno dan

menambah

informasi.

• Tugas:

• Menceritakan dan

menganalisis salah

satu kasus

pelanggaran HAM.

• Menjelaskan

pengertian HAM.

• Menjelaskan

landasan Kitab Suci

dan Ajaran Gereja

tentang pelanggaran

HAM yang paling

sering dilakukan di

lingkungannya.

2x45 Menit

Page 95: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

76

Mengumpulkan

berbagai informasi

dari berbagai

sumber tentang

hak-hak asasi

manusia yang

sering dilanggar di

lingkungannnya.

• Doa penutup.

1.5 Perjuangan menegakank

Hak asasi Manusia di

Indonesia

• Doa Pembukaan

• Menyajikan hasil

observasi tentang

pelanggaran HAM

di lingkunganya.

• Mempelajari cerita

tentang pelanggaran

HAM oleh Negara.

• Menginventarisasi

berbagai bentuk

pelanggaran HAM

di Indonesia,

akibat, dan

penyebabnya.

• Merangkum dan

menambah

informasi.

• Merangkum hasil

pleno dan

menambah

informasi.

• Rangkuman.

• Tugas: Membuat

• Menjelaskan makna

tindakan Yesus

dalam penegakan

HAM kepada kaum

miskin dan lemah

dan kaum

perempuan.

• Menjelaskan hasil

penilaian tentang

usaha pemerintah

dan Gereja dalam

penegakan HAM di

Indonesia.

• Menyebutkan

kegiatan-kegiatan

yang dapat

dilakukan untuk

berpartisipasi

menegakan HAM

di Indonesia.

• Menyusun doa

untuk orang

tertindas atau

menjadi korban

2x45 Menit

Page 96: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

77

doa bagi orang

tertindas, atau

orang yang menjadi

korban pelanggaran

HAM.

• Doa penutup.

pelanggaran HAM.

1.6 Kekerasan dan Budaya K• Doa Pembukaan

• Membaca

artikel/cerita

tentang konflik dan

kekerasan,

misalnya cerita

“Berlaga Tiada

Akhir”.

• Berdiskusi untuk

membicarakan:

beberapa contoh

konflik dan

kekerasan di Tanah

Air,

akibat/dampaknya,

penyebab

terjadinya.

• Rangkuman dan

informasi.

• Informasi tentang

berbagai rupa dan

wajah kekerasan

serta penyebab

terjadinya

kekerasan/konflik

dalam masyarakat.

• Merumuskan pesan

kutipan Mat 26:47-

56 untuk melihat

sikap Yesus

menghindari

kekerasan/konflik,

melalui pertanyaan:

jelaskan maksud

ayat 52-56,

bandingkan

pernyataan Yesus

tersebut dengan

Luk 6: 27-36, apa

yang melandasi

sikap iman seperti

itu? Contoh

tindakan Yesus

yang berjuang demi

Kerajaan Allah

tanpa kekerasan.

• Menjelaskan

beberapa peristiwa

yang menunjukan

Yesus berjuang

tanpa kekerasan.

Menjelaskan

landasan iman

2x45 Menit

Page 97: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

78

• Rangkuman dan

informasi sejauh

diperlukan.

• Merangkum hasil

pleno dan

menambah

informasi.

• Merangkum dan

menambah

informasi jika

diperlukan.

• Doa penutup.

Kristiani yang

mendasari ajaran

non violence.

• Menyebutkan

tindakan-tindakan

untuk

mengembangkan

budayakasih dan

non-violence (tanpa

kekerasan).

• Menyusun

renungan tertulis

sebagai ungkapan

untuk

mengembangkan

budaya kasih.

1.7 Menghargai Hidup • Doa Pembukaan

• Mengungkapkan

kesan atas peristiwa

yang menunjukan

tindakan kurang

menghargai hidup,

misalnya artikel

“Harga Suatu

Kehidupan”.

• Berdiskusi untuk

merumuskan

erbagai peristiwa

tindakan kurang

mengharagai hidup

(diri sendiri

maupun orang

lain); hal yang

• Menjelaskan faktor

yang mendorong

sikap kurang

menghargai

kehidupan

• Menyebutkan

contoh tindakan

kurang menghargai

kehidupan, baik diri

sendiri maupun

orang lain.

• Menjelaskan alasan

perlunya membela

kehidupan

berdasarkan Kel

20:13.

2x45 Menit

Page 98: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

79

mendorong

berkembangnya

sikap tersebut.

• Rangkuman dan

informasi.

• Mencari teks-teks

Kitab Suci yang

berkaitan dengan

ajakan untuk

menghargai hidup

dan menjelaskan

maknanya.

• Merangkum hasil

pleno dan

menambah

informasi.

• Doa penutup.

• Menjelaskan usaha-

usaha untuk

menghargai hidup

manusia.

1.8 Aborsi • Doa Pembukaan

• Membaca artikel

tentang

pengguguran,

dengan membahas:

hal yang

mendorong orang

melakukan aborsi,

akibat/dampak

penguguran.

• Rangkuman dan

informasi tentang

berbagai cara

pengguguran

kandungan.

• Menjelaskan faktor

yang sering

mendorong

seseorang

melakukan aborsi.

• Menjelaskan sikap

dan pandangan

Kitab Suci, Gereja

tentang

pengguguran.

• Menyebutkan

langkah-langkah

preventif mencegah

pengguguran

kandungan.

2x45 Menit

Page 99: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

80

• Merangkum dan

menambah

informasi tentang

mengugurkan

kandungan.

• Mendiskusikan

tentang langkah-

langkah preventif

untuk mencegah

tindakan

pengguguran.

• Menyimpulkan

bersama dan jika

menambah

informasi.

• Merangkum dan

menambah

informasi jika

diperlukan.

• Doa penutup.

• Menganalisa dan

mengemukakan

pandangannya

tentang boleh

tidaknya seorang

gadis hamil karena

diperkosa

melakukan aborsi.

1.9 Bunuh Diri dan

Euthanasia

• Doa Pembukaan

• Membaca kasus-

kasus bunuh diri

dan euthanasia,

misalnya kisah

“Ibu Dua Anak

Bunuh Diri di

Kolam Buaya”.

• Mendiskusikan

berbagai alasan

seseorang

melakukan bunuh

• Menjelaskan faktor

pendorong

seseorang

melakukan bunuh

diri dan euthanasia.

• Menjelaskan jenis-

jenis euthanasia.

• Menjelaskan ajaran

moral Kristiani

mengenai bunuh

diri dan Euthanasia.

2x45 Menit

Page 100: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

81

diri atau melakukan

eutanasia;

pandangan

masyarakat tentang

bunuh diri dan

euthanasia;

pandangan agama-

agama tentang

bunuh diri dan

euthanasia.

• Rangkuman dan

informasi mengenai

hubungan Gereja

euthanasia dan

dunia.

• Merangkum hasil

pleno dan

menambah

informasi.

• Merangkum dan

menambah

informasi jika

diperlukan.

• Doa penutup.

1.10 Narkoba dan

HIV/AIDS

• Doa Pembukaan

• Mengamati dan

mendalami kasus

remaja, yang

kecanduan narkoba,

melalui VCD,

artikel atau gambar.

• Mendiskusikan

• Menjelaskan usaha-

usaha negara untuk

menangani Narkoba

dan HIV/AIDS dan

Usaha-usaha Gereja

dalam menangani

narkoba dan

HIV/AIDS.

2x45 Menit

Page 101: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

82

mengenai

perasannya setelah

melihat gambar dan

membaca

pengakuan; narkoba

dan jenis-jenisnya;

alasan orang

menggunakan

narkoba; gejala

orang narkoba dan

akibatnya.

• Merangkum dan

menambah

masukan.

• Mencermati:

penyakit HIV/AIDS

dengan

mendiskusikan

kaitanya antara

narkoba dengan

HIV/AIDS:

• Merangkum hasil

pleno dan

menambah

informasi.

• Merangkum

mengenai

perasannya setelah

melihat gambar dan

membaca

pengakuan; narkoba

dan jenis-jenisnya;

• Doa penutup.

• Menjelaskan sikap

kita terhadap

mereka yang

terlibat dalam

Narkoba dan

HIV/AIDS.

Page 102: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

83 5. Petunjuk Pelaksanaan Program Perencanaan Pengajaran di kelas XI SMA

Pangudi Luhur Yogyakarta

Program pembelajaran ini ditujukan bagi guru agama Katolik kelas XI. Program

pembelajaran ini tersusun dalam sepuluh tema yang dibagi dalam sepuluh sub tema

yang masing-masing sub tema dirinci dalam satu sampai tiga judul pertemuan. Tema

dan sub tema ini dipilih untuk membantu proses pembelajaran dan sub tema ini dipilih

untuk membantu proses pembelajaran dan mencapai tujuan penulisan skripsi seperti

terdapat dalam bab I skripsi ini. Berikut ini akan dituliskan Pendidikan Agama Katolik

(PAK) Kelas XI SMA. Program ini hanya sebagai acuan, akan lebih baik

dikembangkan sendiri sesuai dengan kreativitas masing-masing guru yang

melaksanakan proses pembelajaran di kelas.

B. Perencanaan Satuan Pembelajaran

1. Arti Perencanaan

Perencanaan yang dimaksud adalah persiapan awal, sebelum melaksanakan

proses pembelajaran. Persiapan tersebut meliputi perencanaan program tahunan seperti

yang telah disebutkan sebelumnya, serta persiapan mengajar. Mengingat pelaksanaan

proses pembelajaran adalah untuk mengkoordinasi komponen-komponen yang terdapat

dalam suatu proses pembelajaran, maka dalam rangka membuat perencanaan juga perlu

menyusun, mengatur dan memantapkan komponen-komponen tersebut. Artinya dalam

membuat persiapan perlu dipikirkan dan menetapkan ke mana siswa hendak diarahkan,

apa yang akan diberikan, bagaimana cara menyampaikan materi dan sejauhmana tujuan

yang hendak dicapai (Mangunharjana, 1986: 16).

Page 103: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

84 2. Tujuan Perencanaan

Tujuan perencanaan adalah sebagai rancangan awal suatu kegiatan pembelajaran

di kelas yang dimaksud lebih bertujuan agar guru dapat mempersiapkan proses

pembelajaran dengan baik dan tidak tumpang tindih. Kemudian bagi siswa yang

menerima materi tersebut dapat menangkap isi dan maksud materi secara mendalam,

dengan demikian tujuan pembelajaran akan tercapai (Supriyati, 2007:19).

3. Persiapan Mengajar

Persiapan awal yang hendak dilakukan oleh guru sebelum berhadapan dengan

siswa di depan kelas, adalah sebagai berikut: mempersiapkan bahan yang mau

diajarkan; mempersiapkan alat-alat/praktikum yang akan digunakan; mempersiapkan

pertanyaan dan arah untuk merangsang siswa aktif belajar; mempelajari keadaan siswa,

mengerti kelemahan dan kelebihan siswa; serta mempelajari pengetahuan awal siswa

(Suparno, 2002: 45).

Beberapa persiapan tersebut dibuat dalam bentuk rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) yang memuat kerangka pokok materi yaitu: standar kompetensi

(SK), kompetensi dasar (KD), tujuan pembelajaran, bahan kajian, sumber bahan,

metode, sarana, waktu. Dapat dilihat serta akan diuraikan sebagai berikut:

a. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran merupakan rumusan secara operasional hasil pembelajaran

dengan mengandaikan akan dicapai melalui suatu proses pembelajaran sesuai dengan

alokasi waktu yang telah ditentukan. Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK)

Page 104: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

85 pada dasarnya bertujuan untuk memampukan siswa untuk membangun hidup yang

semakin beriman. Sehingga dapat membangun hidup beriman Kristiani berarti

membangun kesetiaan pada injil Yesus Kristus yang harus dihidupi dalam terang kasih

Allah (Kristianto, 2006: 34).

b. Indikator

Indikator merupakan kemampuan spesifik dan rinci yang diharapkan dapat

dikuasai siswa dan merupakan penjabaran dari kemampuan dasar. Indikator merupakan

penjabaran dari kemampuan dasar (KD). Indikator merupakan target pencapaian

pembelajaran sekaligus menjadi ukuran keberhasilan proses pembelajaran untuk

mencapai kemampuan operasionalnya, sehingga pembelajaran untuk mencapai

kemampuan operasionalnya dan tingkat ketercapaiannya dapat diukurn serta dapat

dipertanggungjawabkan sesuai dengan yang diharapkan. Karakteristik, ciri-ciri, tanda-

tanda, perbuatan, atau respon merupakan proses yang harus ditampilkan oleh peserta

didik, untuk menunjukkan bahwa siswa yang bersangkutan telah mencapai kompetensi

dasar tertentu sesuai dengan karakteristik peserta didik (Kristianto, 2005: 33).

c. Bahan Kajian

Bahan kajian merupakan seperangkat materi pokok pembelajaran yang diangkat

dari hasil refleksi pemikiran dasar. Bahan kajian ini dikumpulkan dan siap diolah

dengan tujuan membantu guru untuk memahami lebih lanjut mengenai isi pokok

pembelajaran yang bersifat pengetahuan, sekaligus membantu dalam menyusun evaluasi

hasil proses pembelajaran (Kristianto, 2005: 35).

Page 105: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

86 d. Sumber Bahan

Sumber bahan merupakan materi nyata yang dipergunakan dalam pemikiran

dasar. Dalam kaitannya dengan proses kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama

Katolik, tentu saja sumber bahan yang paling utama adalah Kitab Suci, baik Perjanjian

Lama maupun Perjanjian Baru, tradisi Gereja dan ajaran Gereja, cerita-cerita rakyat atau

cerita kehidupan manusia yang berisi tentang suatu kabar gembira atau nilai-nilai

Kerajaan Allah serta didukung dengan pengalaman konkret siswa sendiri. Dalam

komponen sumber belajar perlu dipertimbangkan: sumber belajar adalah rujukan, objek

atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa

media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan

budaya. Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi

dasar serta materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi

(Kristianto, 2005: 35).

e. Metode

Metode merupakan cara-cara yang dipakai dalam proses kegiatan pembelajaran

untuk mempermudah proses dialog atau komunikasi iman antara guru dengan siswa,

siswa dengan siswa. Sehingga mempermudah tercapainya tujuan pembelajaran secara

lebih efektif. Metode pembelajaran ini dinyatakan dalam bentuk langkah-langkah yang

teratur, jelas dan sistematis. Guru bebas menggunakan metode pembelajaran sejauh itu

membantu dirinya dan siswa dalam memahami setiap materi, tetapi tentu saja untuk

PAK sendiri yang terpenting adalah bahwa kegiatan belajar tetap memperhatikan proses

komunikasi iman. Yang perlu diperhatikan adalah pendekataan pembelajaran yang

Page 106: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

87 bervariasi dan mengaktifkan peserta didik, pengalaman belajar memuat kecakapan

hidup yang perlu dikuasai peserta didik, rumusannya mencerminkan pengelolaan

pengalaman belajar peserta didik (Kristianto, 2005: 35).

f. Sarana

Sarana merupakan salah satu materi yang dipakai untuk menunjang proses

pembelajaran dan tujuan khusus pembelajaran. Dalam PAK, sarana-sarana pembelajaran

yang biasa digunakan dalam PAK adalah teks Kitab Suci, tradisi gereja atau ajaran

gereja, teks cerita rakyat dan berbagai sarana audio visual, seperti slide, tape, TV, LCD,

Video, speaker dan lain-lain. Hal-hal berikut yang perlu dipertimbangkan dalam

komponen sumber belajar: rujukan, objek atau bahan yang digunakan untuk kegiatan

pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa media cetak dan elektronik, narasumber,

serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penentuan sumber belajar didasarkan

pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok, kegiatan

pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi yang merupakan dasar pemikiran

dalam mencapai sebuah proses pembelajaran (Kristianto, 2005: 35).

g. Waktu

Alokasi waktu sangat penting untuk selalu diperhatian, mengingat bahan atau

materi PAK sangat kompleks dan tidak mungkin dalam waktu yang terbatas, seorang

guru dapat menyampaikan sebanyak mungkin materi. Perlu sikap yang bijak dari

seorang guru dalam mengelola waktu, sehingga proses dapat berjalan dengan lebih

efektif (Kristianto, 2005: 35).

Waktu hendaknya dipakai secara proporsional untuk setiap langkah-langkah

komponen alokasi waktu perlu dipertimbangkan dalam hal; penentuan alokasi waktu

Page 107: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

88 pada setiap kompetensi dasar, didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu

mata pelajaran perminggu minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran perminggu

dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat

kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan

dalam silabus merupakan perkiraan waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk

menguasai kompetensi dasar (Masnur Muslich, 2007: 36-37).

h. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran PAK SMA

Menurut Masnur Muslich (2007: 4) rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru

dalam pembelajaran di dalam kelas. Adanya rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

dalam kegiatan persiapan mengajar seorang menjadi lebih terprogram dan jelas.

Rencana pelaksanaan pembelajaran dapat digunakan untuk mengetahui kadar

kemampuan guru dalam menjalankan profesinya dalam pembuatan RPP yang harus

dilihat dan dapat dikaji lebih dalam khususnya dalam proses pembuatan RPP rencana

pelaksa Menurut Masnur Muslich (2007: 4) rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru

dalam pembelajaran di dalam kelas.

Adanya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dalam kegiatan persiapan

mengajar seorang menjadi lebih terprogram dan jelas. Rencana pelaksanaan

pembelajaran dapat digunakan untuk mengetahui kadar kemampuan guru dalam

menjalankan profesinya dalam pembuatan RPP yang harus dilihat dan dapat dikaji lebih

dalam khususnya dalam proses pembuatan RPP rencana pelaksanaan pembelajaran di

sekolah dengan menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SMA

Pangudi Luhur Yogyakarta.

Page 108: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

89 4. Usulan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran PAK SMA PL Yogyakarta

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Nama Sekolah : SMA Pangudi Luhur

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik

Kelas/Semester : XI /2

Standar Kompetensi : Memahami karya Yesus Kristus yang mewartakan

Kerajaan Allah dan penerusannya oleh Gereja, sehingga dapat mengembangkan hidup

bersama dan mengereja sesuai dengan nilai-nilai Kerajaan Allah.

1. KOMPETENSI DASAR

Mengenal dan memahami hubungan Gereja dan dunia, sehingga bersedia ikut

terlibat dalam kegembiraan dan keprihatinan dunia.

2. MATERI POKOK

Gereja dan Dunia

3. INDIKATOR

• Menjelaskan pandangan Gereja tentang dunia.

• Menjelaskan alasan perlunya Gereja terlibat dengan persoalan-persoalan

dunia.

• Menjelaskan masalah-masalah dunia yang mendesak dan memperihatinkan

untuk segera ditangani.

• Menjelaskan masalah-masalah dunia yang mendesak dan memprihatinkan

untuk segera ditangani.

• Menjelaskan masalah-masalah pokok bangsa Indonesia yang membutuhkan

perhatian dan penangan Gereja.

Page 109: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

90 4. TUJUAN:

Setelah pembelajaran ini, siswa dapat:

• Menjelaskan pandangan Gereja tentang dunia.

• Menjelaskan alasan perlunya Gereja terlibat dengan persoalan-persoalan

dunia.

• Menjelaskan masalah-masalah dunia yang mendesak dan memperihatinkan

untuk segera ditangani.

• Menjelaskan masalah-masalah pokok bangsa Indonesia yang membutuhkan

perhatian dan penanganan Gereja.

5. PROSES KEGIATAN PENGALAMAN PEMBELAJARAN :

No Macam Kegiatan Waktu Media Pembelajaran Keterangan

1. Kegiatan awal 5

menit

• Doa Pembukaan

• Membaca cerita tentang

keterbukaan Gereja, misalnya

artikel “Membuka Jendela-

Jendela Vatikan”.

2. Kegiatan Inti

80

menit

• Tanya jawab arti ASG,

Ensiklik-Ensiklik yang

memuat tentang ASG dan

isinya.

• Rangkuman dan informasi.

• Merefleksikan persoalan

kemiskinan sebagai bagian

sasaran ASG.

• Pleno dan rangkuman.

Page 110: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

91

3. Kegiatan Akhir /

Penutup

5

menit

• Tugas mengadakan wawancara

dengan tokoh-tokoh paroki

(Pastor, Dewan Paroki,

Tokoh uman dan sebagainya).

• Doa Penutup.

6. SUMBER BELAJAR :

• Cerita tentang Membuka Jendela-jendela Vatikan I jilid 2 terbitan Yudistira.

• Teks Kitab Suci yang sesuai.

• Komkat KWI, Seri Murid-murid Yesus: Perutusan Murid-murid Yesus,

Pendidikan Agama Katolik untuk SMA, Buku Guru 2 dan Buku Siswa 2B

Kanisius, Yogyakarta, 2004.

7. PENILAIAN:

• Tes Tertulis tentang :

Yogyakarta, 1 Juli 2008

Mengetahui

Guru Mata Pelajaran Guru Praktek

Drs. B. SUMARNO S.Pd Yohanes Baptis Sutarno

Page 111: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

BAB VI

PENUTUP

Pada bab terakhir ini, penulis menyampaikan dua pokok uraian. Pertama

kesimpulan yang berisi beberapa poin yang menjadi inti dari penulisan, pokok kedua

adalah saran. Penulis menghaturkan beberapa saran yang dapat memberikan sumbangan

bagi proses implementasi pengembangan dan pendalaman Efektivitas Perencanaan

Pengajaran Model KTSP Dalam Rangka Meningkatkan Mutu PAK di SMA Pangudi

Luhur Yogyakarta.

A. Kesimpulan

Semakin manusia dapat mengaktualisasikan diri dalam konteks hidupnya dalam

perspektif karya, artinya kepenuhan hidup seseorang menjadi otentik seluruhnya dalam

konteks hidup karya. Dalam proses aktivitas sehari-hari seputar tanggung jawab dan

perananya sebagai guru sekaligus pendidik di lingkungan sekolah menjadi sumber

sekaligus manifestasi dari pembinaan spiritualitas. Sebab dengan melakukan pekerjaan

dengan kualitas yang baik tercapailah tujuan perencanaan pengajaran, yakni kepenuhan

hidup peserta didik. Ini berati pula nilai-nilai Kerajaan Allah terwujud disana.

Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, Yayasan Pangudi Luhur telah

mengupayakan peningakatan kualitas pendidikan. Dalam prakteknya SMA Pangudi

Luhur telah berusaha mengambil langkah-langkah terobosan yang berangkat dari

keadaan riil serta potensi masing-masing sekolah. Proses peningkatan mutu pendidikan

di SMA Pangudi Luhur dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan dengan

memperhatikan secara integral seluruh komponen utama yang memiliki peran penting

dalam proses peningkatan kualitas pendidikan. Dalam proses pelaksanaan KTSP penulis

Page 112: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

93 memandang pengembangan Pendidik Agama Katolik, bagi guru agama di SMA

Pangudi Luhur. Berdasarkan pengalaman penulis dalam menyusun skripsi ini, sekurang-

kurangnya ada empat point pokok yang dapat dijadikan sebagai bahan untuk

menyimpulkan skripsi ini.

Mentalitas dan karakter seorang guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa perlu

semakin ditanamkan dalam setiap pribadi guru, meskipun dalam realitasnya guru pun

juga manusia biasa yang perlu untuk mendapatkan balas jasa yang setimpal dengan

tugas yang telah dilaksanakannya. Salah satu bentuk penghayatan profesionalitas guru,

seorang guru senantiasa perlu belajar untuk semakin berkembang dengan cara belajar

dari setiap pengalaman yang pernah dialminya selama proses mendidik para siswanya.

Kegiatan menyusun persiapan proses perencanaan pengajaran secara si tematis

merupakan salah satu bentuk profesionalitas seorang guru. Pendidikan Agama Katolik

untuk tingkat SMA merupakan bahan ajar bagi para siswa, yang adalah orang-orang

yang sudah mulai dianggap dewasa, agar mereka semakin mampu menghidupi imannya

dalam kehidupan sehari-hari. Dalam proses pembelajarannya mestinya dipersiapakan

sedemikian rupa agar tujuan yang hendak dicapai dapat diupayakan secara maksimal.

Pemerintah, dalam hal ini diwakili oleh dinas pendidikan nasional senantiasa

memberikan pelayanannya kepada masyarakat pendidikan untuk terus maju dan

berkembang. Hal ini nampak dalam upayanya dalam mencari bentuk-bentuk kurikulum

yang sesuai dengan karakter dan mentalitas masyarakat pendidikan di negara Indoensia.

KTSP merupakan salah satu bentuk model kurikulum yang saaat ini diyakini mampu

menghantar masyrakat pendidikan pada suatu tatanan pendidikan yang mampu bersaing

dengan bangsa-bangsa lain dalam globalisasi.

Efektifitas perencanaan pengajaran dipilih berdasarkan fakta, bahwa perencanaan

pengajaran dilakukan dalam rangka meningkatkan mutu PAK. Bentuk perencanaan

Page 113: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

94 pengajaran yang ada di Indonesia, disusun dalam kurikulum satuan pendidikan.

Efektivitas perencanaan pengajaran mengandung arti sejauh mana hasil suatu proses

pengajaran dapat lebih maksimal dengan sumber daya yang minimal. Perencanaan

pengajaran berhubungan dengan profesionalitas guru agama dalam menjalankan

tugasnya sebagai pendidik di sekolah. Penulis menyadari betapa pentingnya pendidikan

yang efektif, yang tidak hanya berorientasi pada bidang ekonomi dan politik saja, tetapi

pendidikan yang mempengaruhi proses perubahan, terutama perubahan perilaku

manusia yang utuh dan berwibawa.

Kurikulum pendidikan agama memberi nuansa yang khas dan sungguh melihat

realita yang terjadi di masyarakat. Peserta didik yang cenderung dipengaruhi oleh

berbagai macam tuntutan hidup yang akhirnya menjerumuskan mereka ke dalam lembah

kegelapan. Pemberlakukan KTSP oleh pemerintah, pihak sekolah sebagai satuan

pendidikan memiliki kesempatan untuk mengekspresikan ide dan gagasannya masing-

masing dalam rangka meningkatkan efektivitas perencanaan pengajaran dan mutu

sekolah.

Persoalan yang sangat mendasar dalam skripsi ini adalah bahwa seseorang tidak

selalu sukses dengan ilmu pengetahuan yang dimilikinya tanpa mengkombinasikan ilmu

tersebut dengan hati dan tindakan. Kedua hal ini penting bagi guru dan peserta didik,

maka sangat tepat jika PAK ditempatkan dalam perspektif perencanaan pengajaran dan

pendidikan iman yang baik, sehingga siswa dapat melihat permasalahan dengan

kesadaran dan tindakan reflektif, dengan demikian efektivitas perencanaan pengajaran

PAK di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta hendaknya diarahkan dalam rangka membantu

siswa mencapai kematang pribadi dan kedewasaan iman.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang saat ini diberlakukan tidak lagi

berorientasi pada materi, melainkan segala segi yang ada kaitanya dengan kehidupan

Page 114: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

95 siswa yang termuat didalamnya. Dengan demikian efektivitas perencanaan pengajaran

dengan model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mampu meningkatkan mutu

pendidikan agama Katolik di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta yang indikasinya

membawa siswa menjadi pribadi yang utuh dan bertanggungjawab.

A. Saran

Dari kesimpulan sebagaimana telah dipaparkan di atas dapat dikemukakan

beberapa saran untuk membantu sekolah sebagai lembaga yang secara langsung terlibat

dalam pendidikan, guru dan siswa agar kualitas pendidikan di Indonesia semakin

bermutu. Hendaknya kurikulum yang baru ini semakin memberi nilai positif terhadap

dunia pendidikan. Maka dalam rangka menutup seluruh bab ini, penulis memberikan

beberapa saran agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Berikut ini beberapa saran

yang ingin disampaikan penuls, sebagai berikut:

1. Untuk SMA Pangudi Luhur

Penulis menyarankan untuk SMA Pangudi Luhur tidak berhenti untuk terus

berinovasi dan bersikap proaktif dalam usaha mencapai suatu proses pendidikan yang

bermutu, sehingga dapat menjadi teladan bagi sekolah-sekolah lain yang sederajat.

Dengan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para guru untuk berkreasi

dalam menyiapkan proses pengajaran, hal ini berarti KTSP dapat dikatakan telah

dijalankan secara konsisten.

2. Untuk Kampus IPPAK-USD

Dengan memberikan mata kuliah perencaaan pengajaran dan manajemen

pendidikan sekolah, kampus IPPAK USD telah mengambil sikap positif yang mampu

menghantar para calon pendidik pada pemahaman dan pengertian tentang cara-cara

Page 115: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

96 mengajar yang baik, konsisten, bertanggungjawab. Semoga melalui mata kuliah ini, para

mahasiswa, yang adalah para calon guru agama atau katekis semakin siap untuk menjadi

pewarta yang bermutu sehingga mutu PAK dalam pendidikan di Yogyakarta khususnya

dan Indonesia pada umumnya, semakin berkembang serta efektiv.

3. Untuk Guru-guru

Guru Pendidikan Agama Katolik perlu berani mengembangkan model

pembelajaran yang berpusatkan pada murid dengan memadukan unsur-unsur

pengalaman dan harta kekayaan iman Gereja. Dalam proses mengajar jangan pernah

berhenti untuk belajar dan terbuka pada pengalaman diri sendiri dan orang lain. Dengan

membuat rencana pelaksanaan pengajaran secara sistematis, sebenarnya telah membantu

para siswa yang dilayani secara maksimal sehingga kelak menginjak masa dewasa

mereka akan menjadi orang-orang yang diharapkan oleh Allah sehingga efektifitas

perencanaan pengajaran menjadi dasar utama sebelum proses pelaksanaan pembelajaran

dikelas serta efektivitas perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama Katolik perlu

juga mengembangkan keterampilan dalam penggunaan media dan analisis alat evaluasi

Page 116: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

DAFTAR PUSTAKA

Buchori, M. (1983). Teknik-teknik Evaluasi Pendidikan. Bandung: Jemmars. Freire, Paulo. (2000). Pendidikan sebagai proses. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Gagne, Robert M. & Briggs, Leslie J. (1983). Prinsip Perancangan Pengajaran. Jakarta: Pusat Penelitian Universitas Atma Jaya. Gilarso, T & Suseno. T.W. (1986). Program Pengalaman Lapangan. Yogyakarta:

Andi Offset. Harefa, Andrias. (2003). Mengasah Paradigma Pembelajar. Yogyakarta: Gradien. Ismartono, I., SJ. (1993). Kuliah Agama Katolik. Jakarta: Obor. Masnur Muslich. (2007). KTSP Dasar Pemahaman Dan Pengembangan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Kartono, ST. (2003). Dari Mbah Iman, Lewat Yogya dan WTC Sampai

Pendidikan Agama. Basis.h.68. Konsili Vatikan II. (1965). Dokumen Konsili Vatikan II. (R. Hardawiryana,

Penerjemah). Jakarta: Obor. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1966). ________________. (1979). Gravissimum Educationis. (R. Hardawiryana, SJ,

penerjemah). Jakarta: Obor. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1966). Kountur, Ronny. D.M.S., Ph.D. (2005). Metode Penelitian. Jakarta: PPM. Kristianto, Y. (2005). Teori PAK-PM. Diktat Mata Kuliah Teori Pendidikan

Agama Katolik untuk Mahasiswa Semester VI, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Universitas sanata Dharma, Yogyakarta.

Mandagi, L. (1994). Identitas Pendidikan Katolik. Yogyakarta: Pusat Pastoral Yogyakarta.

Mangunharjana, A. (1986). Pembinaan: Arti dan Metodenya. Yogyakarta: Kanisius.

Mardiatmadja, B.S. (1986). Tantangan Dunia Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. _______________. (2003). UU Sisdiknas Kembar: Etatisme Menjadi Kenyataan.

Yogyakarta. Kanisius. Mudji Sutrisno. (2006). Drijarkara Filsuf yang Mengubah Indonesia. Yogyakarta:

Galangpress. Sardi, Martin. (1981). Mencari Identitas Pendidikan. Bandung: Offset Alumni. Setyakarjana, J.S., SJ. (1981). Tempat dan Peranan Pelajaran Agama Katolik di

Sekolah. Yogyakarta: PWI Kateketik. Sewaka, A., SJ. (1991). Ajaran dan Pedoman Tentang Pendidikan Katolik.

Jakarta: Grasindo. Slamet, Susanto, B.M. (2006). Laporan Pelaksanaan Program Pengalaman

Lapangan Pendidikan Agama Katolik. Diktat Program Pengalaman Lapangan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Suparno, P. (2003). Pendidikan Agama di Sekolah Model KBK. Basis.h.35.

Page 117: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

98

________. (2004). Teori Inteligensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius.

Supriyati, Y. (2007). Perencanaan Pengajaran. Diktat Mata Kuliah Perencanaan Pengajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Mahasiswa Semester IV, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Universitas sanata Dharma Yogyakarta.

Telaumbanua, Marinus. (1999). Ilmu Kateketik. Jakarta: Obor. Tondowidjojo, JVS.CM. (1985). Kunci Sukses Pendidik. Yogyakarta: Kanisius. Vembriarto, ST. dkk. (1972). Pengantar Perentjanaan Pendidikan. Yogyakarta:

Fakultas Psychologi UGM. Warkitri, H. dkk. (1990). Penilaian Pencapaian Hasil Belajar. Jakarta: Karunika

Universitas Terbuka.

Page 118: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

(1)

Lampiran 1: Surat Permohonan Penelitian

Page 119: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

(2)

Lampiran 2: Daftar Wawancara dengan Guru Agama Katolik

1. Apakah macam-macam model pembelajaran pengajaran yang pernah diterapkan di Sekolah Menengah Atas Pangudi Luhur Yogyakarta?

2. Sejauh mana Sekolah Menengah Atas Pangudi Luhur Yogyakarta menyikapi setiap perubahan kurikulum pendidikan yang ditawarkan oleh pihak pemerintah, baik pusat maupun daerah?

3. Bagaimana proses Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diterapkan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Pangudi Luhur Yogyakarta?

4. Apa konsekuensi logis kurikulum tingkat satuan pendidikan sebagai salah satu model pembelajaran yang mampu meningkatkan mutu Pendidikan Agama Katolik di SMA PL Yogyakarta?

Page 120: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

(3)

Lampiran 3: Rangkuman Hasil Wawancara dengan Guru Agama Katolik A. Pelaksanaan 1. Hari dan Tanggal : Rabu, 13 Februari 2008 2. Tempat : Kelas IPS XI SMA Pangudi Luhur Yogyakarta 3. Waktu : 11.00-14.00 WIB 4. Jumlah Peserta : 1 Orang Guru Agama Katolik B. Rangkuman Hasil Wawancara 1. Apakah macam-macam model pembelajaran pengajaran yang pernah

diterapkan di Sekolah Menengah Atas Pangudi Luhur Yogyakarta? Model-model kurikulum yang dipakai di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta selalu disesuaikan dengan tuntutan, perkembangan dan pembaharuan pendidikan yang diterapkan oleh pemerintah. Misalnya, ketika masih kurikulum 1978, yaitu kurikulum PPSI (Proses Pengembangan Sistem Instruksional), SMA Pangudi Luhur menggunakannya dengan seksama. Hal ini dampak pada bentuk silabus yang digunakan, yakni dalam kurikulum PPSI yang khas adalah memiliki istilah instruksional umum dan instruksional khusus.

Selanjutnya pada tahun 1984, pemerintah mengubah kurikulum PPSI dengan Kurikulum dengan model Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). SMA Pangudi Luhur dengan cepat mengikuti perubahan tersebut sehingga dalam pelaksanaannya di sekolah, tidak terlalu mengelami banyak kesulitan. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kinerja yayasan yang selalu berusaha mengikuti perkembangan pendidikan yang digalakkan oleh pemerintah.

Setelah kurikulum CBSA, pihak dinas pendidikan Indonesia kembali mengubah kurikulum yang berlaku saat itu, tepatnya pada tahun 1994, CBSA diganti dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Untuk pelajaran agama Katolik, Sekolah Pangudi Luhur lebih menerima kurikulum PAK yang ditawarkan oleh pemerintah dari pada pendidikan religiusitas yang dibuat oleh pihak Keuskupan Agung Semarang. Kita tahu bahwa pada masa-masa itu, pendidikan di Indonesia sedang mengalami kekacauan. Kurikulum yang digunakan tidak jelas dan lebih terkesan simpang siur. Dengan kata lain, tidak ada pedoman yang kuat yang dapat dijadikan sebagai acuan. Meskipun demikian, pihak SMA Pangudi Luhur berusaha bersikap bijak. Khususnya dalam pelajran PAK, SMA Pangudi Luhur lebih menggunakan buku-buku PAK dari pada buku religiusitas. Dengan kata lain, Pihak sekolah menggunakan PAK untuk pelajaran Agama Katolik.

Dengan tidak mengesampingkan pendidikan religiusitas, SMA Pangudi Luhur bersikap konsisten dengan terus menggunakan materi-materi yang ada dalam buku PAK, tetapi pendekatannya lebih reflektif. Artinya, bahan ajar yang digunakan adalah dari buku PAK sedangkan metode pendekatannya adalah religiusitas. Hal ini, terlihat dalam proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas. Di mana guru agama PAK SMA Pangudi Luhur tidak selalu

Page 121: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

(4)

membuka pelajaran dengan Kitab Suci, melainkan mengangkat pengalaman-pengalaman manusiawi dari para siswa sendiri, yang selanjutnya dimaknai sedemikian rupa sehingga para siswa mengalami atau merasakan nilai-nilai iman dari pengalamannya sendiri.

SMA PL, dalam menyikapi perubahan kurikulum di Indonesia pada dasarnya adalah sama. Yang terjadi adalah perubahan sampul buku. Dalam kerangka proses siswa-siswi SMA Pangudi Luhur, selalu siap menghadapi perubahan kurikulum. Dalam proses pembelajaran di kelas bahan dan materi yang ada dalam silabus sepenuhnya sama. Dalam proses kurikulum KBK merupakan draft yang belum secara resmi ditandatangani oleh pemerintah, sedangkan kurikulun tingkat satuan pendidikan KTSP ada hasil peresmian draft kurikum berbasis kompetensi KBK oleh pemerintah.

2. Sejauh mana Sekolah Menengah Atas Pangudi Luhur Yogyakarta menyikapi

setiap perubahan kurikulum pendidikan yang ditawarkan oleh pihak pemerintah, baik pusat maupun daerah?

Dalam proses SMA Pangudi Luhur selalu mengikuti perubahan kurikulum dengan cepat. Bahkan sebelum sebuah kurikulum diresmikan pihak-pihak yayasan, dalam hal ini pengelola sekolah, sudah mulai mencari dari mana sumbernya dan dalam bentuk draft pun mulai ‘disadap’ dan ditawarkan dalam bentuk penataran untuk para gurunya. Inisiatif datang dari pihak yayasan dan inisiatif itu diwujudkan dalam bentuk penataran-penataran. Ketika akan terjadi perubahan dari KBK menjadi KTSP, isu-isu yang berkaitan dengan hal itu sudah mulai dibicarakan dan ketika hal itu benar-benar terjadi pihak yayasan dan sekolah tidak kaget dan sudah merasa siap.

Dalam menyikapi setiap perubahan kurikulum yang ditawarkan oleh pihak pemerintah baik pusat maupun daerah siswa-siswi menjawab: baik perubahan Menurut guru SMA PL perubahan kurikulum di Indonesia pada dasarnya adalah sama. Yang terjadi adalah perubahan sampul buku. Dalam kerangka proses siswa-siswi SMA Pangudi Luhur, selalu siap menghadapi perubahan kurikulum. Karena dalam proses pembelajaran di kelas bahan dan materi yang ada dalam silabus.

3. Bagaimana proses Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang

diterapkan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Pangudi Luhur Yogyakarta? Seperti yang telah diungkapkan di atas bahwa sekolah Pangudi Luhur selalu

melakukan bersikap cepat tanggap terhadap setiap perubahan kurikulum yang ditawarkan oleh pemerintah, demikian pun ketika pemberlakuan KTSP mulai disosialisasikan. Jauh sebelum kegiatan sosialisasi itu, katakanlah tahun 2005, ada isu-isu tentang perubahan kurikulum, meskipun KBK sebenarnya baru berjalan 2 tahun, tetapi pihak sekolah langsung mengambil langkah pertama yakni mengundang para pengawas propinsi DIY yang memiliki kompetensi tentang KTSP dengan tujuan untuk memberikan penataran. Pada saat itu SMA Pangudi Luhur juga mengajak SMP Pangudi Luhur untuk hadir dalam penataran itu. Langkah kedua SMA Pangudi Luhur membuat KTSP sendiri. Tentu saja setelah

Page 122: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

(5)

kegiatan penataran tersebut, pihak sekolah langsung menindaklanjutinya. Hasil dari penataran itu adalah KTSP SMA Pangudi Luhur dengan format-format yang telah disesuaikan dengan tuntutan dari pemerintah. Setelah draft KTSP sekolah itu jadi, selanjutnya, sekolah mencoba untuk konsultasi ke dinas, pengawas pendidikan DIY. Tentu saja, hasilnya adalah revisi-revisi dan pengembangan-pengembangan yang semakin menyempurnakan KTSP SMA Pangudi Luhur.

Langkah yang diambil selanjutnya adalah mengundang para tokoh yang berhak melegitimasi KTSP. Sekolah mengundang dinas propinsi yang berhak melegitimasi KTSP, ahli bahasa, koordinator pengawas SMA di Propinsi untuk hadir dalam rapat sekolah. Hasil dari rapat tersebut adalah revisi-revisi kembali, terutama dalam hal tata bahasa kalimat.

Langkah keempat, setelah melakukan revisi-revisi, kemudian sekolah meminta pengesahan KTSP baik dari dinas kota maupun propinsi. Setelah disyahkan kemudian sekolah melaksanakan KTSP dengan disertai oleh berbagai modifikasi sesuai dengan situasi yan terjadi.

Khusus dalam pelajaran agama Katolik, SMA Pangudi Luhur tetap menggunakan PAK sebagai acuan pemerintah. Proses pembelajaran PAK SMA dilakukan sesuai dengan format dan aturan standar KTSP yang ditawarkan pemerintah. Guru agama Katolik tidak mengalami banyak kesulitan ketika harus menerapkan PAK dengan model pendekatan KTSP. Selain karena fasilitas yang cukup memadai, juga karena Bapak. Marno, selaku guru agama Katolik di SMA Pangudi Luhur terlibat dalam pembuatan KTSP sekolah. Menurut beliau, sebenarnya tidak sulit menerapkan KTSP, khususnya dalam PAK, karena pada dasarnya sekolah hanya tinggal mengembangkan apa yang sudah ada di sekolah yang bersangkutan dengan format dan aturan yang ditawarkan oleh pemerintah. Guru tidak perlu repot-repot merumuskan Kompetensi Dasar (KD) dan Standar Kompetensi (SK), dalam buku PAK keduanya sudah dirumuskan sedemikian rupa oleh para ahli. Selain itu, silabus PAK dengan model pendekatan KTSP itu sebenarnya sudah dibuatkan oleh MPK-KWI, sekolah hanya tinggal menerapkannya dalam proses pembelajaran di dalam kelas.

Menurut guru SMA PL dalam proses penerapan KTSP di SMA Pangudi Luhur dilaksanakan dengan baik, karena dalam proses pembelajaran di kelas bahan dan materi yang ada dalam silabus sepenuhnya sama. Dalam proses penerapan kurikulum KTSP yang secara resmi ditandatangani oleh pemerintah.

4. Apa konsekuensi logis kurikulum tingkat satuan pendidikan sebagai salah satu

model pembelajaran yang mampu meningkatkan mutu Pendidikan Agama Katolik?

Dengan diberlakukannya KTSP, sekolah sebenarnya diberi kesempatan untuk merumuskan sendiri apa yang ingin disampaikan. Misalnya, silabus, RPP, dan kurikulum. Kurikulum tingkat satuan pendidikan mengandung konsekuensi bahwa setiap sekolah diberi hak untuk merumuskan kurikulumnya sendiri. Hanya

Page 123: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

(6)

saja pemerintah, dalam hal ini pihak pengawas sendiri, belum begitu percaya kepada sekolah dengan memberikan standar minimal.

Untuk mengetahui kesesuaian kurikulum sekolah dengan yang dituntut oleh pemerintah, setiap satuan pendidikan untuk setiap pelajaran wajib dilaporkan dan dimasukkan dalam dalam kurikulum. Untuk tugas ini, pemerintah memberikan uang insentif bagi para guru yang membuatnya.

Sebenarnya sederhananya saja konsekuensi logis diterapkannya KTSP bagi peningkatan mutu PAK SMA, bahwa dengan KTSP ini, guru agama diminta untuk memasukkan hal-hal yang dianggap penting oleh sekolah namun belum termuat dalam silabus yang dibuat oleh pemerintah. Dan, yang sering dilakukan adalah menambah materi-materi yang lain. Misalnya: materi tentang APP, Advent, rekoleksi dan retret. Dalam KTSP selalu memberikan kebebasan pada setiap guru pelajaran.

Menurut guru SMA PL konsekuensi logis PAK hanya melalui proses perubahan. Dalam kerangka proses siswa-siswi SMA Pangudi Luhur, selalu siap untuk aktif. Karena dalam proses pembelajaran di kelas bahan dan materi yang ada dalam silabus sepenuhnya sama.

Page 124: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

(7)

Lampiran 4: Daftar Pertanyaan untuk Penelitian Siswa 1. Menurutmu, apakah model pembelajaran pengajaran yang pernah diterapkan

di Sekolah Menengah Atas Pangudi Luhur Yogyakarta khususnya KTSP sangat mendukung dalam proses pembelajaran PAK? (Baik, Kurang Baik, Sangat Baik)

2. Menurutmu, sikap pihak Sekolah Menengah Atas Pangudi Luhur Yogyakarta dalam menyikapi setiap perubahan kurikulum pendidikan yang ditawarkan oleh pihak pemerintah, baik pusat maupun daerah? ? (Baik, Kurang Baik, Sangat Baik).

3. Bagaimana menurut pendapatmu? Proses Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diterapkan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Pangudi Luhur Yogyakarta? (Baik, Kurang Baik, Sangat Baik).

4. Menurut pendapatmu? Apakah konsekuensi logis kurikulum tingkat satuan pendidikan sebagai salah satu model pembelajaran yang mampu meningkatkan mutu Pendidikan Agama Katolik di SMA PL Yogyakarta? (Baik, Kurang Baik, Sangat Baik).

5. Bagaimana menurutmu? Efektivitas perencanaan pengajaran dengan model KTSP dalam rangka meningkatkan mutu PAK di SMA PL Yogyakarta? (Baik, Kurang Baik, Sangat Baik).

Page 125: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

(8)

Lampiran 5: Rangkuman Hasil Pertanyaan untuk Penelitian Siswa A. Pelaksanaan 1. Hari dan Tanggal : Rabu, 13 Februari 2008 2. Tempat : Kelas IPS XI SMA Pangudi Luhur Yogyakarta 3. Waktu : 11.00-14.00 WIB 4. Jumlah Peserta : 50 Orang B. Rangkuman Hasil Pertanyaan Penelitian Siswa 1. Menurutmu, apakah model pembelajaran pengajaran yang pernah diterapkan

di Sekolah Menengah Atas Pangudi Luhur Yogyakarta khususnya KTSP sangat mendukung dalam proses pembelajaran PAK? (Baik, Kurang Baik, Sedang, Sangat Baik)

Baik karena dalam Model-model kurikulum yang dipakai di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta selalu disesuaikan dengan tuntutan, perkembangan dan pembaharuan pendidikan yang diterapkan oleh pemerintah. Untuk pelajaran agama Katolik, menurut siswa SMA Pangudi Luhur lebih menerima kurikulum PAK yang ditawarkan oleh pemerintah dari pada pendidikan religiositas yang dibuat oleh pihak Keuskupan Agung Semarang.

Siswa-siswi SMA PL, dalam menyikapi perubahan kurikulum di Indonesia pada dasarnya adalah sama. Yang terjadi adalah perubahan sampul buku. Dalam kerangka proses siswa-siswi SMA Pangudi Luhur, selalu siap menghadapi perubahan kurikulum. Dalam proses pembelajaran di kelas bahan dan materi yang ada dalam silabus sepenuhnya sama. Dalam proses kurikulum KBK merupakan draft yang belum secara resmi ditandatangani oleh pemerintah, sedangkan kurikulun tingkat satuan pendidikan KTSP ada hasil peresmian draft kurikum berbasis kompetensi KBK oleh pemerintah.

2. Menurutmu, sikap pihak Sekolah Menengah Atas Pangudi Luhur Yogyakarta

dalam menyikapi setiap perubahan kurikulum pendidikan yang ditawarkan oleh pihak pemerintah, baik pusat maupun daerah? ? (Baik, Kurang Baik, Sedang, Sangat Baik).

Dalam menyikapi setiap perubahan kurikulum yang ditawarkan oleh pihak pemerintah baik pusat maupun daerah siswa-siswi menjawab: baik! Perubahan Menurut siswa-siswi SMA PL perubahan kurikulum di Indonesia pada dasarnya adalah sama. Yang terjadi adalah perubahan sampul buku. Dalam kerangka proses siswa-siswi SMA Pangudi Luhur, selalu siap menghadapi perubahan kurikulum. Karena dalam proses pembelajaran di kelas bahan dan materi yang ada dalam silabus. 3. Bagaimana menurut pendapatmu? Proses Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) yang diterapkan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Pangudi Luhur Yogyakarta? (Baik, Kurang Baik, Sedang, Sangat Baik).

Baik, Khusus dalam pelajaran agama Katolik, SMA Pangudi Luhur tetap menggunakan PAK sebagai acuan pemerintah. Proses pembelajaran PAK SMA

Page 126: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

(9)

dilakukan sesuai dengan format dan aturan standar KTSP yang ditawarkan pemerintah. SMA PL dalam proses penerapan KTSP di SMA Pangudi Luhur dilaksanakan dengan baik, karena dalam proses pembelajaran di kelas bahan dan materi yang ada dalam silabus sepenuhnya sama.

4. Menurut pendapatmu? Apakah konsekuensi logis kurikulum tingkat satuan

pendidikan sebagai salah satu model pembelajaran yang mampu meningkatkan mutu Pendidikan Agama Katolik di SMA PL Yogyakarta? (Baik, Kurang Baik, Sangat Baik, sedang).

Belajar lebih giat agar dapat mencapai prestasi yang dicita-citakan. Dengan diberlakukannya KTSP, sekolah sebenarnya diberi kesempatan untuk merumuskan sendiri apa yang ingin disampaikan. Misalnya, silabus, RPP, dan kurikulum. Kurikulum tingkat satuan pendidikan mengandung konsekuensi bahwa setiap sekolah diberi hak untuk merumuskan kurikulumnya sendiri. Menurut siswa-siswi SMA PL konsekuensi logis PAK hanya melalui proses perubahan. Dalam kerangka proses siswa-siswi SMA Pangudi Luhur, selalu siap untuk aktif. Karena dalam proses pembelajaran di kelas bahan dan materi yang ada dalam silabus sepenuhnya siswa diberi kebebasan untuk berexplorasi.

5. Bagaimana menurutmu? Efektivitas perencanaan pengajaran dengan model

KTSP dalam rangka meningkatkan mutu PAK si SMA PL Yogyakarta? (Baik, Kurang Baik, Sangat Baik, sedang).

Sangat baik karena dengan diberlakukannya KTSP, sekolah sebenarnya diberi kesempatan untuk merumuskan sendiri apa yang ingin disampaikan. Misalnya, silabus, RPP, dan kurikulum. Kurikulum tingkat satuan pendidikan mengandung konsekuensi bahwa setiap sekolah diberi hak untuk merumuskan kurikulumnya sendiri.

Page 127: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

(10)

Lampiran 6: VCD Film tentang SMA Pangudi Luhur dan Proses PBM

Page 128: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

(11)

Lampiran 7: CD Rekaman Hasil Wawancara dengan Guru

Page 129: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

(12)

Lampiran 8: Gambar Denah Sekolah SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

Page 130: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

(13)

Lampiran 9: Keterangan Denah Sekolah SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

Page 131: EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL …repository.usd.ac.id/22593/2/031124023_Full.pdf · para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang

(14)

Lampiran 10: Foto-foto Proses Proses Belajar Mengajar