draft rasa takut

123
SEKUTU LENCANA VIETNAM WARTAWAN DENGAN BAJU LUSUH Bajuku sedang lusuh. Aku berada di kantor redaksi menanti berakhirnya hari. Jam kerja hampir selesai, namun Kepala Redaksi mengundang kami, aku dan Heru, untuk menghadap. “Kira-kira ada apa, ya?” Mengapa sekarang aku diundang untuk menghadap. Tidak biasanya Kepala Redaksi meminta untuk bertemu denganku ataupun Heru selain tentang pekerjaan. Baju lusuhku terasa tidak nyaman. Celaka, aku kehabisan sabun pencuci pakaian. Tak hanya itu, uangku pun habis. Akhir bulan, begini, untuk membeli sabun cuci pakaian saja rasanya sudah tak mungkin lagi. Lusuhnya pakaian ini membuatku sesak. Apalagi jika membayangkan harus tawar- menawar dengan warung langganan dekat rumah demi membeli sabun cuci. Aku jadi membayangkan dapat berlibur ke tempat yang sejuk seperti puncak. Atau mungkin pergi ke Bandung, sekalian mengunjungi saudara. Lalu, meminta izin kepada kakakku untuk menginap. Menikmati cutiku untuk menikmati aktivitas favorit. Aku senang sekali dengan daerah sejuk karena menurutku udara dingin sangatlah cocok untuk menggambar. Kebun binatang di Bandung sudah

Upload: mahesa-bayu-suryosubroto

Post on 26-Nov-2015

109 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

draft

TRANSCRIPT

  • SEKUTU LENCANA VIETNAM

    WARTAWAN DENGAN BAJU LUSUH

    Bajuku sedang lusuh. Aku berada di kantor redaksi menanti berakhirnya hari. Jam kerja hampir selesai, namun Kepala Redaksi mengundang kami, aku dan Heru, untuk menghadap. Kira-kira ada apa, ya? Mengapa sekarang aku diundang untuk menghadap. Tidak biasanya Kepala Redaksi meminta untuk bertemu denganku ataupun Heru selain tentang pekerjaan. Baju lusuhku terasa tidak nyaman. Celaka, aku kehabisan sabun pencuci pakaian. Tak hanya itu, uangku pun habis. Akhir bulan, begini, untuk membeli sabun cuci pakaian saja rasanya sudah tak mungkin lagi. Lusuhnya pakaian ini membuatku sesak. Apalagi jika membayangkan harus tawar-menawar dengan warung langganan dekat rumah demi membeli sabun cuci.

    Aku jadi membayangkan dapat berlibur ke tempat yang sejuk seperti puncak. Atau mungkin pergi ke Bandung, sekalian mengunjungi saudara. Lalu, meminta izin kepada kakakku untuk menginap. Menikmati cutiku untuk menikmati aktivitas favorit. Aku senang sekali dengan daerah sejuk karena menurutku udara dingin sangatlah cocok untuk menggambar. Kebun binatang di Bandung sudah

  • 2

    menjadi favoritku untuk menggambar. Aku biasanya menggambar dengan tinta pena. Bagiku, menggambar dapat menghilangkan beban pikiran. Tapi saat ini, hal menyenangkan tadi hanyalah angan-angan saja.

    Kulampirkan tulisan untuk surat kabar yang siap untuk diketik. Sembari merapikan pekerjaanku yang hampir selesai, pikiranku tak hentinya membayangkan tentang rencana berlibur tadi. Rencana menghilangkan stresku.

    Walaupun begitu, Astaga uang! Aku tidak miliki uang untuk beli minum. Rasanya tiba-tiba aku haus. Padahal, sebentar lagi mungkin aku dipanggil. Kulihat Heru pun belum tiba di kantor lagi. Aku pergi ke kantin dulu saja dan memberanikan diri untuk mengutang! Lantas aku langsung ke kantin di lantai bawah gedung. Aku haus. Aku tidak peduli apabila saat ini Kepala Redaksi mencariku. Meski khawatir, aku tetap pergi ke kantin. Lagi pula Heru juga sedang tugas di luar dengan wartawan lain.Aku berharap, kopi nikmat, akan menggantikan rasa khawatirku pada undangan Kepala Redaksi. Apabila terlambat, setidaknya aku bisa membuat alasan yang meyakinkan kepada Kepala Redaksi. Aku memikirkan bayangan Bapak Indrawan,serupa dengan rekan wartawan Heru dan Putri, yang mungkin baru tiba karena ada berita di luar kantor. Akan tetapi, dengan yakinnya aku ke kantin saja.

    Ibu, minta kopi satu.

  • 3

    Aku datang ke kantin meminta untuk dibuatkan kopi. Selintas, baju lusuh membuatku ragu untuk mengutang. Akan tetapi, aroma kopi tercium begitu semerbaknya. Spontan aku terbayang akan kenikmatannya. Akhirnya, kuberanikan diri untuk mengutang, berharap Ibu Datun memahaminya. Selintas terpikir olehku, apakah Ibu Datun pemilik kantin akan peduli dengan penampilanku. Aku

    rasa untuk mengutang kopi, dan sebatang rokok tidak perlu khwatir dia percaya padaku, walaupun kurasa, aku mulai merasa tidak nyaman bila terlalu sering.

    Ini bukan yang pertama kalinya aku terdesak mengutang pada Ibu Datun. Prihatin akan utangku, aku tahu sekarang harus mengutang kembali, tapi kapan aku akan membayar? Bisakah dia berharap tentang itu? Kini aku akan menikmati waktu, meminum kopiku. Ibu terima kasih telah dibuatkan kopi. Tapi sekarang saya utang lagi, ujarku saat Bu Datun tiba membawakan secangkir kopi.

    Ibu Datun tersenyum dan berkata, Yang ini sama seperti kemarin juga nasibnya?

    Iya, Ibu Datun tahu, kopi yang akan kuminum akan tertunda dibayar. Berutang dan kebiasaanku yang terdesak, apalah artinya sebatang rokok tapi mengopi, aku merasa menghentikan waktu, selalu dalam benak pikiranku dalam pustaka pikiran akalku, rasaku, menikmati meminum segelas kopi mengingatkan diriku pada masa lalu. Segelas kopi

  • 4

    artinya ialah kebebasan dan kemegahan dalam hidup.

    Segelas kopi membuatku teringat saat pertama kali aku menyukai kopi. Saat ini, aku menikmati kopi dalam sebuah kenangan, perasaan terdesak yang serupa. Dalam masa lalu dan kesulitan. Selintas saat ini kenangan baik menjadi sifat pendapat, alur renungan, kuduga menifestasi itu ialah renungan, harapan baikku pada rasa peduli pada sifat ayahku dan itu ialah kenangan ketika masa-masa saat ayahku menawarkan kopinya padaku ketika aku sedang giat belajar. Aku tidak boleh lama-lama di sini. Aku tidak boleh di dahului oleh Heru untuk bertemu Kepala Redaksi. Akhirnya gelas kopi yang belum tanda habis ini terpaksa kutinggalkan.

    Ibu, kopi belumku minum semua, aku mengutang dulu, nanti kubayar setelah mendapat uang bulanan.

    Iya, tadi kau sudah ingatkan aku, Toni, ucap Ibu Datun.

    Seusai pergi, dari kantin, aku bertemu dengan Heru dan Putri yang akan masuk lift. Dari mana? tanyaku pada Heru dan Putri sambil masuk ke dalam lift yang masih terbuka . Dari, Dinas Kesehatan, menanyakan Agenda kerja mereka, jawab Putri. Kemudian tanpa ditanya kembali, Putri menjelaskan agenda pengadaan susu untuk rumah sakit yang terlambat, dan itulah berita.

  • 5

    KARAKTER DI BALIK KAMAR GELAP

    Aku sedang bersama Putri ketika tiba-tiba Toni datang ikut menyela masuk ke dalam lift sekembalinya dari kantin. Aku baru saja kembali dari Dinas kesehatan. Kami hendak bertemu dengan Kepala Redaksi, kemudian setelah itu, kami ingin mencetak foto yang kuambil dari terlambatnya pengadaan susu. Aku akan mencetak gambar foto kulkas yang rusak. Memang tak tampak seperti berita serius, namun itulah berita. Kepala rumah sakit umum daerah memintaku mengambil gambar dari keterlambatan pengadaan. Bagaimana kulkas bisa rusak? Karena hal ini, pengadaan susu ke rumah sakit tiba-tiba berhenti. Aku dan rekan wartawanku, Putri, sedang menyelidikinya. Kami pun menginvestigasi sikap pemerintah akan masalah ini.

    Aku baru saja datang, melihat Toni ada di sampingku, artinya kami berdua belum terlambat untuk menemui Kepala Redaksi. Toni, dari mana kau? tanyaku kepadanya. Baru saja minum kopi dan menikmati sebatang rokok, sekaligus menunggumu Heru. ucap Toni kepadaku. Kau baru saja dari kantin, ucapku menduga.

    Iya, betul, aku jenuh dan sesak dengan tampilanku hari ini, ucap Toni yang memang terlihat lesu dan

  • 6

    tidak percaya diri. Apakah beliau tidak kesal bila satu di antara kira belum hadir? tanyaku kepada Toni Beliau, siapa? Toni menjawab tidak mengerti apa yang kumaksud.

    Beliau Kepala Redaksi, maksudku Bapak Indrawan, jawabku. Oh, maaf aku baru mengerti maksudmu.

    Iya, itu maksudku, kukira sudah terlambat. Kupikir kau langsung ke ruangan beliau begitu dipanggil, ucapku yang tidak sengaja didengar juga oleh Putri. Heru,Toni, apa kalian berdua mendapatkan promosi? Bila benar, hebat! Aku ikut senang, sahut putri menduga.

    Pintu lift yang telah kami masuki terbuka kembali di lantai ruangan kerja kami. Toni dan Putri kulihat kembali ke meja kerjanya masing-masing. Sedangkan aku, pergi ke ruang fotografi sembari menunggu pangilan Kepala Redaksi. Aku pergi ke kamar gelap untuk mencuci film, mempersiapkan foto yang nantinya akan diseleksi oleh redaktur foto.

    Lampu kamar gelap masih menyala. Aku merasa beruntung karena ini merupakan rutinitas yang dapat dicicil, menurutku. Seperti biasa aku harus mengambil dan mempersiapkan semuanya, mulai dari cairan pengembangan, bubuk sabun dingin, bubuk perangkai, air, toples spiral, dan penjepit film.

  • 7

    Ketika memindahkan rol film dari wadah silindernya, lampu. Tanpa menggunakan alat, pita rol film pasti susah dikeluarkan, kecuali dengan merusak wadah silinder. Namun karena dituntut pekerjaan, aku akan beralasan menggunakan rol film pita isi ulang maka wadah silinder film negatif kujaga agar tidak rusak. Kutarik keluar rol film dengan penjepit dan menyimpan kembali wadah silinder untuk film negatif ke dalam kotak khusus yang suhunya aman untuk mengisi ulang negatif film yang berikutnya, bila dibutuhkan lagi. Setelah menarik keluar film negatif, selagi lampu mati, aku dengan alur waktu yang tepat memasukan pita, dari wadah film silinder ke dalam toples spiral yang bentuknya juga silinder, hanya saja lebih besar dan kedap cahaya.

    Volume toples dengan spiral telah terselimuti atau tergulung pita rol film negatif. Wadahnya yang besar, kututup dan kutuangkan cairan pengembang . Cairan pengembang memiliki tahapan yang berbeda-beda alur waktu sesuai jenis film. Karena film dari produk yang kugunakan tipe kodak profesional asa 400 hitam putih, dalam pengembangan cairan memiliki tuntutan masa sifat yang berbeda dari asa ataupun tipe menurut rasio waktu.

    Kemudian, lampu kunyalakan. Cairan pengembang bisa kukeluarkan dari lubang stoples tanpa membukanya, lalu kukeluarkan film, kemudian kumasukkan cairan bubuk sabun pendingin yang telah dilarutkan.

  • 8

    Apakah itu film negatif, aku mungkin hanya sebatas tahu bisa membayangkan selintas tentang seluloid. Cairan pengembang melakukan tugasnya dengan merontokkan zat perak yang menempel pada permukaan seluloid. Zat perak berfungsi melampirkan gambar yang diambil untuk dicetak. Dalam film negatif atau seluloid, kita tahu, cahaya yang diterima membiaskan zat perak dalam film negatif, seperti bintang-bintang di langit dan mencetak citra gambar, di antara lapisan yang tipis ini.

    Setelah cairan pengembang, sabun pendingin digunakan untuk membekukan seluloid agar tidak membentuk gambar yang tidak di inginkan. Kemudian, cairan bubuk perangkai. Cairan ini ialah cairan kimia digunakan untuk kelanjutan metode setelah sabun pendingin. Cairan ini mengubah intensitas zat perak menjadi zat hitam, dan merangkai intensitas zat menjadi pekat hitam dan tidak sensitif terhadap cahaya.

    Dan yang terakhir, tidak kalah pentingnya ialah air untuk mencuci dan membuang semua cairan kimia yang telah digunakan. Kemudian pita negatif siap dikeluarkan dari stoples spiral atau wadah silinder pencuci film ke dalam ruangan untuk dikeringkan. Itulah tugas yang bisa kuselesaikan, mencetak gambar di kertas.

    DI BALIK LAMPIRAN PROPOSAL KBRI

  • 9

    Aku baru saja selesai rapat, dan akan kembali ke ruanganku untuk bertemu dengan Toni dan Heru. Akan tetapi sebelum undangannya aku akan memesan makanan, kopi dan rokok di kantin agar Toni dan Heru merasa nyaman dengan undangan itu. Kiranya mereka akan menerima tawaranku untuk pergi bertugas ke luar Indonesia. Aku masih ragu apakah mereka akan menerima undangan itu?

    Hari sudah sore, aku menahan Heru dan Toni agar mereka menemuiku dahulu seusai rapat. Alasanku, mereka kuundang untuk menemuiku, pemilik media massa gabungan, pihak yang terkait dengan pemerintah, dan pihak KBRI, yang diwakili oleh TNI. Pembicaraan sebelumnya telah menyetujui untuk mengirim wartawan di masa akhir perang Vietnam. Kerja sama antara negara Vietnam dan Indonesia untuk ketika masa baru masyarakat Vietnam. Kuduga mereka pasti akan membangun infrastruktur di Vietnam. Aku memberikan tugas tersendiri yang berbeda dari yang telah diharapkan setelah masa perang Vietnam berakhir. Di antara rapat mempertimbangkan pendapat, kepada Heru dan Toni, selain mendokumentasikan perkembangan KBRI untuk Vietnam, bisa juga sekaligus ikut meliput masa-masa ironi akhir dari perang, dalam wadah mengamati negara yang akan berkembang, seperti Indonesia.

  • 10

    Bunyi pintu lift terbuka, aku di lantai tempat kerja redaksi surat kabar. Keluar dari lift membawa koper dari rapat, dan di antara karyawan rekan wartawan, Toni kulihat ada di bangkunya, terlihatakan mendatangi kantorku. Kuputuskan akan meminta tolong kepada Putri untuk memanggilkan Heru. Sesaat mereka melihat aku masuk setelah keluar pergi dari lift, aku bergegas berjalan ke ruang kerjaku dan menegur Toni. Toni, mana Heru? bertanyaku padanya. Di dalam kamar gelap, sedang kerja.

    Putri, tolong saya! Panggilkan Heru di kamar gelap untuk menghadap ke kantor saya, ucapku yang mungkin didengar Toni dan Putri. Mereka melihatku yang berjalan terburu-buru.

    Sampai depan pintu kantor aku membukakan pintu untuk Toni, dan mempersilakannya masuk dan duduk. Setelah Toni duduk, aku juga duduk sambil menyiapkan berkas di meja. Sambil menunggu Heru tiba, aku juga masih menanti jamuan untuk mereka dari kantin yang akan di bawakan oleh Ibu Datun, pemilik kantin, untuk acara undangan sambil menyiapkan arsip dokumen berkas yang penting untuk di baca Heru dan Toni.

    Heru belum tiba namun diriku khawatir bila mereka akan menolak. Apa jadinya bila rencana rapat tidak berjalan sesuai dengan yang diputuskan.

    Memang salahku karena tidak mengingatkan mereka jauh-jauh hari sebelum diputuskan nama mereka

  • 11

    masuk proposal pengajuan pendapatku. Aku mengandalkan mereka, oleh karenanya, aku mengajukan Toni dan Heru. Ya, mungkin ini kesalahanku, tapi di lain waktu bila ada hal serupa diriku telah berpengalaman harus berpendapat dengan ijin mereka siapapun orangnya.

    Terdengar suara ketukan pintu, kuduga Heru yang ada di balik pintu, tetapi ternyata itu Ibu Datun yang mengantarkan semua pesananku untuk Heru dan Toni. Disajikannya makanan, minuman dan rokok. Aku mempersilakan Ibu Datun masuk untuk mengantarkan makanan-makanan itu ke meja. Setelah ia mengantar ragam hidangan tersebut, ia undur diri. Ketika kuperhatikan, Toni menatap jamuan yang dibawa Ibu Datun tadi. Semua hidangan tadi sengaja kusajikan untuk meyakinkanHeru dan Toni, juga untuk mempermudah pembicaraan kami nanti.

    Toni mengapa sepertinya kau resah? tanyaku Tidak, Pak, saya baik-baik saja, kok, sahut Toni.

    Suara pintu ketukan kedua. Dari balik pintu ruang kantorku di sela-sela undangan...

    TELEGRAM DARI SAIGON

    Baik jenderal, mister Noel terima kasih. Seseorang yang namanya kusebutkan tadi adalah seorang

  • 12

    jendral dari Amerika. Aku mengucapkan terima kasih atas undangan yang kuterima. Sekarang aku berada di Vietnam. Aku mendapatkan tugas dari Menteri Luar Negeri, Doktor Sobandrio, untuk membuat KBRI. Aku bersama Asistenku tuti seorang dosen dari universitas gajah mada, yang pindah kerja menerima tawaran untuk bersamaku.

    Di balik kantor ia sedang mengurus arsip-arsip surat dariku untuk mensusun KBRI Vietnam.

    Aku ingin mengundang orang-orang yang bisa membantuku untuk membangun hubungan dengan bangsa yang sedang di landa teror ini.

    Akhirnya aku menelpon temanku SMA-ku.

    Aku teringat akan Subijakto. Dari situ aku membuat surat permohonan agar dia mau bergabung dan ikut memilih anggota untuk bergabung dengan KBRI yang akan aku bina.

    Beberapa Minggu kemudian, Subijakto menelpon Ada keperluan apa, teman?

    Aku mendapat tugas dari Doktor Sobandrio.

    Kau mendapat tugas apa?

    Membangun KBRI.

    Setelah telpon dari temanku Subijakto tadi, aku berencana merekrut beberapa orang untuk masuk

  • 13

    tim inti di KBRI, dan salah satunya kuharap menguasai bidang dokumentasi.

    Perang sedang berlangsung di Vietnam, sehingga banyak dari mereka yang enggan bergabung. Kecuali wartawan, pikirku saat itu.

    Aku ditelpon dan dikenalkan dengan Bapak Indrawan. Kami bertukar pikiran. Aku mencari seorang penulis dan kamerawan yang bisa meliput sekaligus membuat dokumentasi untuk pihak KBRI.

    Bapak Indrawan pun sebagai redaksi menawarkan dua orang yang mungkin cocok untuk pekerjaan ini. Akan tetapi, yang masih menjadi persoalan adalah persetujuan mereka untuk ikut ke Vietnam. Bahkan aku menawarkan untuk menambah honor kerja mereka serta fasilitas. Semestinya, hal ini tidak ditolak. Bapak Indrawan berjanji bakan mengusahakannya.

    HIDANGAN DI KANTOR

    Sementara waktu Bapak Indrawan membukakan pintu dan kuduga itu Heru tapi ternyata yang pertama itu ialah Ibu Datun. Selintas terpikir, apakah aku kelihatan resah atau tidak nyaman.

  • 14

    Sungguh apakah harus kukompromikan rasa tidak nyaman akan bajuku yang lesu ini. Bapak Indrawan sampai sore begini masih terlihat segar, dengan tenang ia membuka arsip dari koper yang dibawanya ke kantor. Yang sedari keluar dari lift tadi kulihat ia penuh keyakinanan, bahkan ia terlihat bersemangat membukakan pintu dan mengundang aku dan Heru. Di dalam ruangan Kepala Redaksi yang nyaman, lengkap dengan sofa itu, bila ada tamu akan disuguhi banyak makanan yang dipesan dari Ibu Datun. Dan tadi kulihat Ibu Datun masuk dan mengantarkan banyak sajian. Untuk kamikah semua makanan itu? apakah maksud di balik undangan ini?

    Masuk Heru, silakan duduk, ucap Bapak Indrawan sambil membukakan pintu dan mempersilakan masuk.

    Heru duduk di sampingku. Kami berdua sedang menduga-duga kiranya ada apa?

    Ayo, kalian tunggu apa lagi? Silakan dinikmati, diminum kopinya dan dimakan makanannya, ucap Bapak Indrawan menawarkan.

    Bagaimana enak? tanya Bapak Indrawan lagi setelah kami mengambil beberapa hidangan.

    Bapak, ada perlu apa sama kita berdua? tanyaku.

    Kemudian Heru menambahkan, Penting ya, Pak?

  • 15

    Saya punya kabar baik dan kabar buruk untuk kalian berdua? jawab Pak Indrawan. Kabar baiknya, upah kalian akan naik, bahkan di bayar mahal, tapi kalian akan ikut pergi ke Vietnam bersama TNI, untuk dikirim ke KBRI yang sedang dibentuk oleh perwakilan kita. Di sana, tugas kalian membuat dokumentasi dan tetap meliput berita untuk majalah kita.

    Vietnam bukannya sedang perang? tanya Heru.

    Memang benar sedang Perang, tapi perang akan berakhir dan itu ialah kabar dari Departemen Luar Negeri. Mereka sedang membangun kerja sama dengan sesama negara berkembang, terutama Vietnam, sebagai subjek yang sedang menjadi wacana, ucap Bapak Indrawan.

    Aman tidak, Pak? tanya Heru lagi.

    Saya sudah mendapat kabar dari perwakilan calon KBRI, sudah hampir enam bulan terakhir tidak ada pemberontak, juga terjadi gencatan senjata melawan Amerika di Saigon, dan selama kalian di Hanoi atau di daerah status recovery, saya rasa Amerika masih bisa menjamin.

    Kita ke sana naik apa? Bukannya tidak ada transportasi komersial umum yang berani lewat zona perang di Vietnam. Adakah di Indonesia agen perjalanan yang akan memasarkan perjalanannya ke

  • 16

    daerah perang, Pak? tanyaku berpikir pada situasi konflik.

    Pertanyaanmu bagus, Toni?

    Kalian akan berlayar naik kapal TNI AL dan akan diantarkan dengan aman sampai markas KBRI. Kalian akan berangkat sebulan lagi.

    ISTRIKU HAMIL

    Aku melihat corong kerucut sedang ditempelkan di perut istriku, dokter sedang mendengarkan suara anakku dalam perutnya. Bapak Heru, mau mencoba mendengarkan suara anak bapak dalam perut? tanya sang dokter. Mau, jawabku.

    Aku terkejut pada suara jantung anakku dari dalam perut istriku. Aku senang, tetapi dua minggu lagi aku akan berangkat dan belum memberinya kabar tentang pekerjaan baruku di Vietnam. Aku menunda-nundanya karena khawatir membayangkan istriku kecewa padaku.

    Sampai di rumah, sepulang dari puskesmas, setelah makan malam, aku akhirnya bercerita tentang kabar bahwa aku mendapat pekerjaan baru di Vietnam. Toni akan berangkat lebih dahulu.

  • 17

    Malam ini, aku tidak punya pilihan lagi, aku harus memberitahunya. Namun kurasa, aku akan merindukan dia. Dalam kontrak kerja baru akan difasilitasi rumah setelah dua tahun, menunggu sponsor dari KBRI, dan berstatus sementara menumpang kontrak.

    Shinta, kamu lagi apa? tanyaku.

    Sedang menyiapkan pakaian-pakaian balita dan popok. Sedang kuhitung.

    Mengapa kau hitung?

    Karena aku sedang membayangkan apakah ada kekurangan. Untuk membeli lagi sesuatu yang belum terbayangkan. Aku mendengar dan mengaguminya.

    Shinta malam ini kamu terlihat cantik! ucapku, menyatakan ingin menyanjung dirimu.

    Aku kaget mengapa kau bereaksi seperti itu, akukan tidak sedang bersolek! ucap Shinta.

    Tidak lama kemudian, aku duduk di sampingnya sambil memegang perutnya dan mengusap kepalanya, kemudian mencium keningnya Kamu, mau apa sayang? ucap Shinta tumben, pasti ada maunya.

    Aku mau cerita, sayang? jawabku.

  • 18

    Kalau mau cerita, cerita saja! Kenapa resah begitu?

    Aku dapat pekerjaan baru, dan upahnya lebih tinggi? aku mulai bercerita.

    Aku ikut senang, tetapi mengapa kau meninggalkan pekerjaanmu yang lama? Bukankah kau menyukai pekerjaan itu? tanya Shinta.

    Pekerjaan baru ini kontrak lampirannya dari kantorku yang sekarang, tapi kerjanya di Vietnam, dan aku harus meninggalkanmu selama dua tahun, setelah itu ketika mendapat rumah, aku akan menjemputmu!

    Dua tahun? Lama banget mas! ucap Shinta yang kemudian menambahkan bukankah di sana lagi perang?

    Tahu darimana? tanyaku.

    Koran, sahutnya singkat.

    Aku berpikir, semoga ia tidak mengkhawatirkan tawaran ini, dan aku penasaran akan pendapatnya.Ia terlintas berat hati dan kemudian aku menjelaskan keamananku saat bekerja di sana sepeti yang dijelaskan Bapak Indrawan.

    Mas Heru, aku mohon kau jangan pergi kalau bisa, aku membayangkan hal yang buruk!

  • 19

    Mengapa kau bayangkannya, kan tadi telah kujelaskan di Saigon aman, apalagi Hanoi!

    Aman! sahut Shinta sedikit histeris

    Aku ragu mas karena yang kubayangkan buruk untuk anak kita. Bila sampai akan kehilangan bapaknya bila kau menjadi sasaran empuk peluru buta, aku jadi apa? sahutnya. Aku membayangkan ia jadi janda! Kemudian bagaimana caranya aku merubah pikiran Bapak Indrawan?

    Shinta kondisinya sudah terlanjur. Bagaimana agar kau tenang, aku mengundurkan diri saja karena aku tidak ingin membayangkan kau menjanda.

    Tunggu, apakah kau ingin berangkat? sahut Shinta yang hanya kujawab dengan anggukan kepala. Tapi kau segan bila ada apa-apa denganku, apalagi hingga sampai menjanda? ucap Shinta sambil memegang perutnya dan berkata bisakah aku ikut?

    Astaga Shinta, mana bisa! ucapku, besok aku batalkan saja.

    Besok paginya aku akan berangkat kerja dan Shinta tiba-tiba keluar dari rumah ingin ikut pergi denganku, Mau apa?

    Aku ingin membeli getuk di tempat Ibu Datun, anak kita sedang mengidam. Meski heran, akhirnya kuturuti saja maunya.

  • 20

    Di atas motor, kutanya Shinta Nanti bagaimana kau pulangnya, mengapa harus beli getuk di kantin Ibu Datun? Punya uangnya, kan, untuk beli Getuk?

    Aku maunya beli sepuluh tapi hanya ada uang untuk beli dua, Mas. Bagaimana, kau tetap dapat uang tawaran naik gaji tidak?

    Iya tidak dapatlah. Kan aku akan menbatalkan tawaran mereka, ucapku menjelaskan pada istriku bahwa gaji akan naik hanya bila pergi ke Vietnam.

    Kenapa begitu? tanya Shinta.

    Nah, kau tanya saja, kepada Kepala Redaksi.

    Dimana? tanya Shinta

    Di kantorku, tapi yang sopan?

    Itulah akhir perbincangan kami di motor saat itu.

    MARKAS TNI AL

    Aku sudah mengecek isi tas sebanyak dua kali. Aku tidak ingin meninggalkan pena tinta untuk menggambar dan foto keluargaku. Kemudian, aku merasa tidak nyaman dengan bajuku yang mulai

  • 21

    berantakan lagi karena terlalu sering berjongkok untuk mengecek tas.

    Pak Toni, apakah ada yang kurang? tanya perwira angkatan laut yang menjemputku dan memergokiku sedang mencek koper sambil berjongkok. Aku sebentar lagi akan berangkat. Keberangkatanku memang dijadwalkan lebih dahulu ketimbang Heru.

    Pria yang menjemputku adalah seorang perwira angkatan laut yang gagah, aku kagum pada seragam yang ia gunakan.

    Namanya siapa? ucapku kepada perwira yang gagah itu.

    Nama saya Joni, Pak! jawabnya.

    Kita naik apa nih? tanyaku lagi.

    Ada mobil dari Angkatan Laut, ucap Joni.

    Kami berangkat dari rumahku ke Markas Angkatan Laut Tentara Nasional Indonesia. Aku akan berangkat sendiri. Kemudian Heru akan menyusulku. Semua kebuTuhanku untuk bekerja akan didukung oleh KBRI. Perang Vietnam akan berakhir dan aku akan menjadi bagian penting dalam pembentukan Kedutaan Besar Republik Indonesia. Selama perjalanan ke markas AL, kebetulan kendaraan melewati jalan protokol di Jakarta, jalan Thamrin. Selintas aku melihat perubahan kota Jakarta. Ketika aku kecil, jalanan Thamrin memiliki

  • 22

    tempat kereta trem, peninggalan zaman kolonial Belanda, namun sekarang telah tiada. Mungkin akan begitu pula dengan peperangan. Nanti di sana aku akan melihat bekas-bekasnya.

    Sesampainya di pelabuhan, aku naik kapal perang. Benar saja dengan apa yang dikatakan Pak Indrawan, aku akan menumpang alteria perahu perang milik TNI. Perjalanan yang memakan waktu cukup lama itu membuatku sempat berkeliling melihat isi kapal dipandu oleh Joni. Tidak hanya itu, bahkan aku sempat menyentuh peluru dan rudal. Rudal, senjata altria perang yang besar dan masih aktif itu kupegang dengan taganku sendiri.

    Aku tidak peduli pada baju lusuhku karena tidak mungkin ada wanita yang akan memperhatikanku di sini. Kemudian terlintas dalam benakku, apakah aku akan mendapatkan jodoh wanita Vietnam?

    Hey kamu, orang penting, ke sini, ucap seseorang yang tidak aku kenal.

    Ada apa, Pak? tanyaku kemudian.

    Nama kamu siapa? tanya orang tadi. Sekilas aku melirik banyak lencana di bajunya.

    Bapak siapa? tanyaku.

    Lihat ini! ujarnya sambil menujukan nama yang disematkan di bajunya, saya Pardi. Beliau sudah

  • 23

    tua namun pernah menjadi bagian dari Tentara keamanan Rakyat atau TKR.

    Aku kagum, kaget, dan tersanjung. satu pertanyaan yang menggangguku, bagaimana bisa di usianya yang terbilang tak muda lagi, ia bersikeras untuk mengantar kami ke Vietnam.

    Bapak Supardi sebagai aksamana mengapa mau mengantar saya ke Vietnam?

    Mengapa tidak? dijawabnya pertanyaanku dengan tanya lagi.

    Sebentar lagi aku pensiun sebagai kepala staf oprasional. Kapal ini telah mengarungi lautan. Di mana pun ada perang, aku akan dengan tenang memimpin kapal ini, ungkapnya.

    Kamu, anak muda, sebaiknya, siap untuk ikut mendaulatkan bangsa.

    Ketika beliau berpesan demikian padaku, aku langsung lupa akan baju lusuhku.

    SHINTA CEREWET

    Turun dari motor, aku dan Shinta langsungpergi menuju lift. Kami masuk gedung, berharap di dalam

  • 24

    ada Bapak Indrawan. Bila beliau kebetulan ada di lantai dasar, dekat kantin Bu Datun, aku akan menyuruh Shinta untuk membeli getuk sebelum habis. Aku sudah menjelaskan pada Shinta, kalau haru sudah keburu siang, ia harus menunggu hingga katering tiba. Karena itu, Shinta kutunggu depan lift, beruntung Bapak Indrawan akan masuk lift juga saat itu.

    Heru, sudah jam sembilan, kok masih mangkal depan pintu lift, ayo masuk! Pak Indrawan menegurku.

    Saya dan istri saya mau ngobrol sama Bapak di kantor. Ada beberapa pertanyaan yang hendak kami ajukan, Pak.

    Ayo! Mana istrimu? Mengapa hanya ada kamu yang ada di sini?sahut Bapak Indrawan.

    Sebentar, Pak. Ia sedang membeli getuk, jawabku. Pak Indrawan pun tampaknya memaklumi karena Istriku sedang hamil

    Kalau begitu, saya pergi ke atas duluan, nanti kamu ketuk saja pintu ruangan saya.

    Bapak Indrawan kaget, ketika melihat tanganku masuk menghentikan pintu lift.

    Maaf Pak, ini dia istriku! ucapku yang kemudian memperkenalkan mereka berdua.

  • 25

    Ada pertanyaan apa?

    Shinta dan aku yang berbeda pertanyaan saling pandang.

    Begini Pak, Bapak mau getuk? tawar Shinta yang di sambut ramah.

    Terima kasih, tapi tidak, ucap Pak Indrawan menolak dengan ramah sambil meregangkan dasi dan memegang erat kopernya.

    Benar Bapak tidak mau? tanya Shinta lagi, Mas Heru, mengapa Bapak Indrawan menolak getuk yang enak ini?

    Mendengar tawaran Shinta yang berakhir komentar mengejutkan Bapak Indrawan tersenyum, Saya bisa memesan dari ruang kerja saya, kita ngobrol saja nanti di kantor saya, sambil makan getuk.

    Akhirnya mereka disambut Bapak Indrawan dengan ramah, menyajikan getuk yang disukai Heru. Kemudian Bapak Indrawan bertanya, Apa pertanyaannya?

    Begini Pak, saya sedang mengidam makan getuk, tapi saya juga mengidam Mas Heru tanpa harus berangkat, tapi tetap mendapat gajinya, bagaimana itu, bisa tidak?

    Tidak!jawab Bapak Indrawan.

  • 26

    Kalo saya langsung ikut, bagaimana Pak? tanya Shinta.

    Tidak dalam waktu dekat, Bu! ucap Bapak Indrawan. Dalam proses, Ibu tidak bisa tinggal di Vietnam untuk sementara waktu, untuk rekan Heru saja berangkat hari ini dengan kapal TNI, jadi ini bukan suatu perjalanan yang normal. Terang Pak Indrawan.

    IBUKOTA VIETNAM

    Sesampainya di teluk markas kapal, aku takjub melihat kapal raksasa milik Amerika. Bila dibandingkan dengan kapal TNI, sangatlah jauh berbeda. Aku juga melihat banyak sekali kapal. Tidak hanya itu, aku juga sempat melihat sebuah jenis pesawat tempur lepas landas dari kapal pelayaran raksasa itu. Mungkin karena sedang tidak perang mereka berpatroli di siang hari. Aku dan Joni akhirnya sampai di daerah bernama Hai Phong, tempat tentara Amerika bermarkas di dekat laut sebelum Saigon. Aku melihat mereka bekerja. Kagum pada fasilitas tentara Amerika yang lengkap itu. KebuTuhan altria perangnya sangat megah.

    Daerah teraman di Vietnam ialah kota Hanoi. Malamnya, aku diantar Joni dan beberapa perwira

  • 27

    tentara Amerika ke tempat para anggota KBRI berada, antara Saigon dan Hanoi.

    Joni pergi lagi ke perahu kapal pelayaran TNI setelah malamnya mengantarku ke sekelompok orang yang akan membangun KBRI, bahkan aku di kenalkan pada wanita cantik bernama Lista. Kemudian aku tinggal di daerah Hanoi, wilayah Han Bon. Kami tinggal di dekat sebuah danau bernama Ho Gua. Aku sangat takjub pada danau yang cukup luas itu.

    Karena lapar, malamnya aku diajak makan oleh Lista. Kami berbincang-bincang. Aku bertanya, daerah mana saja yang bisa kulewati untuk memantau situasi dan tempat-tempat yang masih meninggalkan jejak peperangan. Dan daerah mana saja yang dilarang. Lista bercerita mereka berperang di sawah dan jarang sekali serangannya sampai kota Hanoi dan wilayah sekitarnya. Akan tetapi, Amerika telah memberi batas sementara tempat-tempat yang kiranya tidak aman. Tempat yang kuduga masih ada sisa para pemberontak.

    Vietnam ialah sebuah negara republik sosialis dan aku harus belajar lebih banyak tentang susunan negara. Yang menarik dari sejarah Vietnam adalah sekitar 2500 tahun yang lalu, sebelum kekuasaan Kaisar China tiada dan menjadi negara. Tapi itu hanya sebuah dugaan. Lista yang menceritakan informasi yang masih belum akurat.

  • 28

    Kemudian aku bertanya apakah markas Saigon di Hanoi sering diserang oleh para teroris?

    Lista pun menjawab mereka tidak menyerang sampai ke Hanoi ataupun Saigon dan itu jarang sekalu terjadi, bahkan hampir tidak pernah. Peperangan sering terjadi di sawah dan hutan. Di sanalah tentara Amerika bergerilya.

    MARKAS SAIGON

    Tuti bersama komandan Taylor yang sedang bertugas, ia di kenalkan kepadaku dan Toni, mereka berkenalan dan dikenalkan oleh Jeffri dan Mark.

    Mark dan Jeffri berasal dari pers gabungan yang telah dilatih menjadi tentara. Sedangkan dari Indonesia, mereka masih hanya sekedar wartawan lokal yang baru saja mendapatkan karirnya.

    Sampai saigin dan Diana markas yang lebih ke tempat tidak kubayangkan. Aku di kantor seorang komandan dan ingin meminta ijin untuk memotret markas besar, deviasi yang belum kutahu, bagiannya di Vietnam. Aku diijinkan, namun setelah Jenderal Taylor datang.

    Kamera bagus, kata seseorang sambil menujuk kamera. Itu Mark. Aku tidak menjawab karena

  • 29

    bahasa Inggris-ku buruk. Kemudian, Ibu Tuti berkata, Hey kamera apa itu?

    Nikon fm 2, jelasku kepada Ibu Tuti. Aku mencoba bersikap sopan kepada tentara Amerika itu.

    Ibu Tuti yang membantuku untuk berkomunikasi, Jeffri dan Mark berharap aku untuk belajar bahasa Inggris dan bahasa Vietnam bila ingin bertahan di sini.

    1974 SETELAH ENAM TAHUN

    Aku telah enam tahun di sini, bersama Heru, aku menikahi Lista, dan sungguh masa-masa yang menegangkan. Kami kira, perang akan berakhir empat tahun yang lalu, namun kabar berita baik akan di mulai di awal tahun 1975. Kemudian Hanoi menjadi satu-satunya tempat yang paling aman dan bila ingin ke tempat yang paling aman justru di dekat atau di dalam markas tentara Amerika, di Hai Phong. Aku telah memiliki anak dari hubunganku dengan Lista. Kemudian, KBRI telah memiliki hubungan diplomatik penuh sejak 10 Agustus 1964. Harapan dari hubungan diplomatik ini, kami mengadakan sebuah kemungkinan yang berlandaskan di bidang-bidang yang mampu saling membantu perekonomian kedua negara.

  • 30

    Waktu berlalu. Tahun 1979, aku sudah mulai biasa dengan arti perdamaian. Sekarang aku dan Heru akan berjalan-jalan menikmati arti dari perdamaian. Kebiasaan Heru dan aku selain tetap menulis untuk menjadi perwakilan majalah di Indonesia, kami juga mengirim portofolio kami. Karena ada ketergantungan pada kebuTuhan kami pada kamar gelap. Awalnya ketika Heru tiba, kami tidak membawa lengkap kebuTuhan studio foto, jadi kami meminjam milik wartawan Amerika. Sewaktu ketika aku belum menikah dengan Lista dan saat itu mungkin aku sedang cemburu karena Lista dekat dengan seorang fotografer bernama Mark. Ia adalah teman dari temanku, Jeffri, ia juga seorang penulis, kami berkenalan di sebuah kantin atau pub.

    Suatu ketika, aku sedang membantu mencetak gambar untuk portofolio, merasa jenuh dan akhirnya belajar Fotografi dari Heru. Ia membutuhkan bantuan di kamar gelap dan aku membantunya. Aku belajar mencetak foto negatif menjadi foto bergambar, namun itu tidak mudah karena aku tidak suka bekerja di bawah lampu merah yang redup dan remang-remang.

    Mengejar waktu, Toni yang lagi menyeleksi gambar itu, tiba-tiba bertanya tentang hubunganku dengan Lista, yang sebenarnya belum dimulai, namun aku memang sudah melakukan pendekatan beberapa bulan ini. Aku memang suka paras Lista yang cantik, tubuhnya yang mungil dan ayu, keturunan Indonesia China, dan aku memang ingin mengajaknya pergi

  • 31

    berkemah sesuai dengan rencanaku dan Heru. Tetapi, kami hanya tinggal berdua, Heru dan aku, yang akan pergi diam-diam. Kami ingin menjelajahi tempat ini hingga Angkor Watt, hanya ingin berburu foto keluar Vietnam. Namun, sialnya kami di tangkap oleh petani-petani bunga Popi.

    Aku sempat ditahan, bahkan dipaksa oleh seorang Jenderal Nam Po Tang, seorang penjaga asset negara yang korupsi. Aku bahkan harus berpikir keras bagaimana bisa lepas dari tawanannya.

    SEKUTU LENCANA AMERIKA

    Cerita bagaimana aku ditahan oleh seorang jenderal. Ketika itu kami berpergian dan berkemah di sebuah tempat. Itulah awal aku mengenal Jendreal Nam Poh Tang.

    Pagi hari saat aku terbangun dan akan membuat kopi dari sisa panas bara api masih meletik. Heru entah pergi ke mana. Sampai aku selesai menikmati rokok dan kopi, ia belum juga kembali. Aku mulai khawatir, waktunya aku mencari Heru.

    Hutan dalam terbuka tiba-tiba ladang buatan manusia yang luas dan aku tidak tahu ladang tanaman apakah itu kecuali Heru. Heru kamu

  • 32

    ngapain berdiri denga heran di taman bunga, tempat ini indah tapi ada sasaran gambar bila kita simpan satu untuk Lista akan kutolak anjuranmu. Karena kita juga bisa membeli bunga di Hanoi.

    Bila sembarang bunga pasti sudah kubantu kau untuk memakai uangku, tapi ini berbeda, ini bunga opium, kiranya apa yang tidak telintas di kepalamu Toni?

    Aku membayangkan tentara Inggris dan aku tahu ini adalah keistimewaan Vietnam. Setelah menjadi pertikaian perang, dunia pun tahu! Amerika memberi saran di PBB, Heru menyela, Tapi mengapa belum kau kirim berita yang satu ini? Mengapa ini tidak bisa jadi bahan tulisan?

    Recovery Vietnam bukan perjalanan mudah untuk diikuti atau diliput. Sulit mengingat segala sesuatunya, aku cuma bisa menulis yang ada dalam pikiran! Tapi gampang saja, bila kita punya bukti, ayo kita kembali ambil kamera ditenda.

    KBRI sudah memberi tahu ada ladang tidak?

    Aku lupa? Lagipula tanpa bukti, kita tidak bisa meliputnya, sekarang buktinya ada depan mata, ayo ambil kamera. Kita ambil satu gambar! Difoto saja, foto ladang tersebut dengan kita di dalamnya bila bisa!

    Dalam perjalanan aku membayang, Vietnam mendapat hak istimewa untuk menanam bunga

  • 33

    opium, dan bersahut kalimat Amerika membantu recovery Vietnam.

    Bangun orang asing! Dialek bahasa Vietnam membangunkan Heru. Setelah aku siuman aku samar-samar melihat seragam tentara di ruangan yang lusuh tersebut.

    Aku melihat dia meminum air teh dari poci tapi kiranya apakah itu arak yang di minum, sambil menseruput air minum orang itu berkata, Aku tidak suka orang asing yang tidak membawa uang!

    Kalian hanya membawa kamera sebagai benda mahal yang kalian miliki, turis Indoneisa!

    Setelah melihat paspor kami berdua ia berkata, Apakah kalian turis yang datang ke Vietnam? Kemudian paspor tersebut juga dibaca oleh orang lain. Orang yang menegur salah mengkira kami turis.

    Ahh! Ternyata kalian lebih istimewa dari sekedar turis, ucap orang dibalik seragam tentara.

    Aku hanya seorang petani yang suka berbisnis, lihat uang dolar ini!

    Uang ini memberi gagasan untuk menjadi kaya raya. Aku adalah seorang jendral, dan dengan uang ini, aku dapat membayangkan bagaimana kau akan membantuku.

  • 34

    Apabila orang Amerika yang datang harus membeli mereka dengan segan memberiku uang, begitulah kompromi dalam benak mereka, sang Jenderal tersenyum ,,namaku Nam Poah Tang, aku tidak korupsi, tapi uang ini memancingku untuk mendapatkan gagasan lain.

    Kebunku berproduksi dan aku tidak suka diatur karena itu, biarkan aku mengaturmu, ucap Nam Poah Tang.

    Aku tidak punya uang, tapi bebaskan kami dari sini, ucap Heru.

    MENJADI TAWANAN PETANI

    Bunga opium (poppy) ialah sesuatu yang ada dalam pikiran kami. Tidak ada buruk sangka sampai akhirnya uang di jadikan persoalan, dan sialnya Heru tidak biasa membungkamkan mulutnya di depan orang yang telah menawan kami. Kira-kira mengapa Heru diserang mungkin karena ucapannya. Dia dipisahkan olehku. Aku dipaksa masuk ke kapal tempat dokumenku dibawakan olehnya. Mataku ditutup.

    Sebagai wartawan, aku mencium sesuatu di atas kapal. Orang Vietnam memperkenalkan dirinya,

  • 35

    Namaku Albert dari Vietnam. Temanmu aman selama kau mau menjadi orang kaya. Di dalam kapal ini, ada heroin untuk dijual, dan kamu terlibat tanpa pilihan. Kemudian Albert menambahkan Ini ranselmu, aku tahu kau penulis, mulai karang sesuatu untuk mempersiapkan diri masuk ke perairan Indonesia.

    Oh iya, nih, rokokmu. ucap Albert.

    Aku tidak punya apa-apa untuk dikarang, tapi aku akan memastikan akan membantumu karena situasiku serba salah. Dia memiliki Istri dan anak, apa yang harus kukatakan toh aku harus membantumu menjualnya bukan? kataku.

    Albert menatapku, Kau mengerti, terbayangkankah apa yang dapat terjadi pada temanmu!

    Sebut saja mati! Bila tingkahku tidak seperti keinginanmu, ucap Toni. Aku harus mengikuti naluri, mengikuti kemauan mereka walaupun terpakasa dan kuharap asap rokok akan membantu meyakinkanku. Aku ingin menipu orang keji itu dan kuharap keringat dingin lemas karena aku tahu ini bukan pekerjaan mudah. Albert mendengar perkataanku, namun apakah Tuhan mendengarkanku bila Heru dibebaskan, oh Tuhan berilah pertanda.

    Albert diam dan pergi dari hadapanku. Selintas dia aku mendapatkan ide. Ide itu ialah mengikuti

  • 36

    sekenarioku yang akhirnya sukses. Indonesiaku yang kucintai, maaf aku harus menjadi sekutu di antara kekejian manusia akan memperdagangkan obat terlarang.

    Kami mendarat di sebuah tempat yang kemudian kugambar dalam peta. Ini adalah strategi terbaik memasukan heroin. Aku berkata pada mereka penjagaan laut di Indonesia ketat karena Presidennya adalah mantan seorang jendral. Kami terpaksa membungkus heroin itu di dalam kantong plastik. Di perairan dekat pulau Jawa, kami tengglamkan sebanyak-banyaknya untuk di tabung.

    KARANTINA TONI

    Aku sedang disiksa, di Indonesia atau di Vietnam, di darat atau di laut, di manapun, di ruangan mewah ataupun buruk, heroin dengan jumlah banyak ataupun sedikit, mabuk ataupun tidak. Aku sedang dikarantina oleh Albert dan pengikutnya.

    Bisa sadar ini ritual atau tidak, jelas ini seperti sebuah kehancuran untukku. Aku tidak peduli bila bajuku lusuh, ataupun sebatang rokok lagi, kenikmatan kini dalam hidup.

  • 37

    Kenikmatan menjadi peliharaan, aku orang yang sedang dikarantina, aku tidak menatap Albert sebagai ancaman lagi. Ia sungguh telah berbaik hati.

    Heru bukan temanku, Albert telah menjadi teman!

    Logika ialah heroin, sebatang rokok tanpa disuntik ialah penyiksaan.

    Pertama kali ketika dikurung setelah sampai Indonesia, mereka harus mengikatku, dan pasti bila mulutku tidak dihalangai sesuatu, kuduga aku akan berteriak-teriak.

    Sebagai peliharaan, aku diberi makan dan kesenangan yang berbeda oleh Albert, temanku.

    Albert mengajarkanku bagaimana bertingkah laku pada wanita, bahkan aku sebagai peliharaan, sengaja didik untuk menjadi orang yang bisa memperhatikan klien.

    Ada dua kategori klien, tertarik untuk kerja sama dan tidak. Mereka yang beranggapan menjadi teman pernah menembakku, dan aku tembak lagi, dia dengan pistol, hingga dia mati.

    Kematian membuat aku tertawa. Aku terjebak dan tidak tahu Tuhan itu ada atau tidak?

    Perasaanku apakah menjadi perkara?

  • 38

    Aku ingat ketika di Jakarta Barat, di antara sawah-sawah itu. Di depan rumah, aku akan berangkat kerja pertama kali sebagai lulusan SMA.

    Seorang pencuri di keroyok habis, dipukuli oleh tetangga, dan anak-anak kampung. Mereka menyiksa seseorang karena telah mencuri. Sungguh, aku membayangkan bila diriku yang sedang disiksa.

    Sungguh aku sedangkan mencuri apa telah sama dengan dikeroyok suntikan?

    Di antara hari aku ingat, itu moral manusia, mereka menghukum pencuri, Albert sungguh membuatku pusing?

    Aku ingat ketika di Jakarta Barat, di antara sawah-sawah. Di depan rumah, aku akan berangkat kerja untuk pertama kali sebagai lulusan SMA. Berpikir akan menolong keluargaku. Menjadi harapan keluarga, dan menjadi masyarakat yang berbakti pada negeri.

    Heroin membuat diriku dalam pertikaian. Antara baik dan buruk. Menjadi manusia ialah pertanyaann yang harus dijawab?

    Aku ingin orang lain yang menjawab pertanyanku, tetapi siapa?

    Setiap orang yang menjawab salah, akan kutembak. Pilihan mereka hanya harus mengikuti antara aku dan Albert.

  • 39

    Yang kutembak ialah orang yang membeli tanpa sopan santun.

    Tiba-tiba aku teringat belum membayar uang kopi dan rokok di kantor, mungkin karena aku akan mati. Aku datang ke sana dan membayarnya saja.

    Aku memiliki prinsip bila kebaikan bisa kukerjakan walaupun tidak bernilai apa-apyaa di mata orang. Aku akan tetap melaksanakann. Senang menjadi manusia.

    Bajuku sekarang banyak dan tidak mudah lusuh. Ratu Plasa, Sarinah, dan Gajah Mada Plasa menjadi tempatku untuk membeli baju. Sebelumnya, aku selalu prihatin untuk belanja, tapi sekarang?

    Jam tanganku rolex yang berhias emas bahkan aku datang ke showcase penjualan mobil. Aku suka mobil mercedes band berwarna putih itu.

    Perubahan dalam hidup terjadi, aku anak dari sawah di daerah Kebun Jeruk yang ingin kembali untuk pamer. Namun sayangnya, wilayah itu belum diaspal jalan.

    Aku tidur dengan kemewahan, mobil, dan rumah. Dengan pendingin ruangan membuat baju lusuhku menjadi nyaman.

    MEMONOPOLI PESTA

  • 40

    Sementara mencari klien di pertokoan mewah Gajah Mada Plasa, aku memikirkan strategi berkomunikasiku. Klein wanita ialah mereka anak orang kaya atau istri orang kaya yang sedang belanja. Mencari klein seperti mencari seorang penghianat yang berduit.

    Di antara penghianat hingga mau tidur denganku, selalu berakhir mati karena Albert sangat ketat dalam beroperasi.

    Aku tidak salahkan mereka bila mati.

    Albert yang salahkan mereka karena pasti mereka berniat untuk mendapatkan barang gratis, di antaranya adalah mahasiswi. Mereka berakhir hidupnya karena terdesak tidak mau menjadi bandar.

    Akan tetapi, di antara mereka yang mengikuti aturan main, pasti berhasil memanfaatkan suaminya hingga mau berbisnis. Suami ialah pecandu yang istrinya telah dimanfaatkan.

    Untuk menjadi bandar dengan kedok bisnis mereka.

    Atau Ibu rumah tangga yang mengajarkan anaknya untuk berjualan?

    Aku kasihan pada mereka yang tertular. Aku yakin semua orang bukan penghianat, dan pencuri, tetapi aku sedang menjadi pengacara untuk setan.

  • 41

    Setiap berita acara untuk penjualan, aku yang mengatur situasi untuk Albert. Sesekali dalam perjalanan menuju negosiasi, aku melihat Albert dihadapan anak kecil atau ia sedang memikirkan strategi untuk memanfaatkan anak kecil agar berdagang?

    Aku salah! Ternyata ia memang simpatik pada anak kecil sejak perang di Vietnam. Ia berkata padaku, Kau beruntung menjadi bangsa yang sudah merdeka.

    Aku sangat cemburu padamu, memiliki negeri yang indah.

    Kuharap kau menikmati jam rolex-mu, ucap Albert yang kulitat tidak mengenakan jam tangan.

    Aku bertanya mengapa kau tidak memakai jam,

    Ayah angkatku adalah seorang jenderal. Ia beruntung menjadi seorang petani, tetapi tidak seberuntung seperti ayahmu atau ibumu!

    Aku kaget! Dari mana ia tahu aku seorang anak petani.

    PENGHIANAT TAHUN 80AN

  • 42

    Kota Bandung, aku baru saja sampai di bandung dan, aku lewat puncak, tadinya pergi dari bogor mau lewat jalan lain tapi, aku ikuti kata hatiku, untuk berputar tujuan melewati puncak saja. Aku jenuh berjualan di kota Jakarta, dan aku membawa persedian heroin, banyak di bagasi.

    Aku sampai bandung, ingin mendengar lagu, lagu disko, dan musik diskotik memberikan aliran yang lain selain rock and roll yang kudengarkan, Walaupun lagu Elvis Persely favoritku Jailhause Rock berulang, ulang kudengar, di mobil, aku sedikit bosan dengan lagu itu, selama perjalan kasetnya kuputar berulang ulang dalam mobil.

    aku mendapat surat dari wanita yang kucintai, aku tergila-gila pada wanita itu selain Lista, wanita yang pernah membuatku tergila-gila.

    Kurasa aku sedang di mabukkan asmaranya, dan memakai heroin tidak pernah seenak ini.

    Aku datang kerumah kakakku, dan diam, diam ingin pamer seperti pengusaha sukses, yang pulang dari vietnam.

    Kakak, apakabar?

    Toni dari mana saja, mengapa kau ke vietnam tidak bilang-bilang, wah! hebat wartawan perang dari Indonesia. Ucap kakaknya tidak tahu ia sebagai penguna narkotik dan menjualnya.

    kakak Lidya, boleh aku numpang kamar mandi ucap Toni yang terlanjur sakau tergesa-gesa karena zat di

  • 43

    tubuhnya sudah menagih kawannya untuk tiba bergabung di suntikan datang.

    Ia tampak menikmati, kawanan zat putau masuk dirinya kembali, walaupun saat itu ia keluar di pertanyakan mengapa lama dalam kamar mandi.

    Toni mengapa Lama? ucap teriak kakaknya heran menanti dan bertanya mengapa, ia membayangkan sesuatu?

    celanaku basah, malu keluar. Padahal darahnya sempat muncart kena pakaian bawahnya karena ia tertidur sebentar dan tidak sadarkan diri bermimpi.

    Sepasang lengan tangannya terlihat memiliki bekas tanda luka suntikan yang banyak, dan ia sedang menutupinya dengan pakaian baju lengan panjangnya, keluar kamar mandi.

    Toni, kau mau kubuatkan kopi sekarang untuk di nikmati, setelah datang ucap sahut kakaknya tahu favorit adiknya akan di tolak tawaran ramahnya.

    tidak, terima kasih Lidya padahal rasa rindu mereka bercerita tentang ayahnya selalu dirindukan, yang selalu meladeni mereka untuk ngopi rame-rame, kakaknya menduga ada sesuatu yang tidak pada tempatnya ia menolak tawaran rasa rindu untuk bergurau antara kakak dan adik untuk beramah-tamah.

    kau mau kemana sekarang! tanya kakaknya

    aku numpang toilet, karena sebelum sampai ke hotel, rumah kakak ini yang terdekat dari perjalanaan. Ucap

  • 44

    Toni kembali tergesa-gesa,menambah aku bukan wartawan lagi, aku ada rapat usaha bisnis dengan orang asing, nanti aku mampir lagi setelah urusan selesai.

    kau tidak mau menginap dan memanjakan diri untuk menggambar di rumahku, engga bayar loh! ucap Lidya sedikit tersinggung karena adiknya mengapa, datang kemari hanya untuk menumpang toilet sulit di terima sopan santunnya.

    Aku masuk mobil dan menyalakan radio yang tidak sengaja ialah berita RRI Bandung Berita, bencana Pesawat Ulang-Alik Challenger terjadi pada Selasa, 28 Januari 1986,kemarin, ketika Space Shuttle Challenger meledak 73 detik setelah diluncurkan. Peristiwa ini menyebabkan kematian tujuh awak astronot. Pesawat hancur di atas Samudera Atlantik, lepas pantai pusat Florida pada 11:38 EST (16:38 UTC ). Disintegrasi seluruh pesawat mulai setelah segel cincin-O di kanan solid rocket booster (SRB) gagal dilepas. Satu dari dua roket pendorong miring dan menggores badan pesawat seketika timbul percikan api disusul meledaknya pesawat kompartemen awak dan banyak fragmen kendaraan lain akhirnya ditemukan dari dasar laut setelah pencarian dan operasi pemulihan. Meskipun waktu yang tepat dari kematian kru tidak diketahui, anggota kru beberapa diketahui telah selamat dari kecelakaan pesawat ruang angkasa. Namun, pesawat tidak punya sistem 'melarikan diri' dan para astronot tidak bertahan dari kompartemen awak di permukaan laut. Didengar kakak lidya mensahut Astaga!

    Aku pergi...

    bye.tanpa komentar.

  • 45

    CIUMAN DI SAIGON

    Aku berubah pikiran dan galau, klub malam Jiwa Kejora, setelah dua tahun berlalu aku kembali ke Hanoi, bersama Albert. Setelah setahun, Indonesia mulai menderita penyakit dari jalur penjualan narkotika heroin dari Vietnam. Aku yang berpikir kira-kira itulah tempat penyimpanan teraman. Mereka menyewa kapal nelayan lokal untuk mengambil heroin kami yang ada di menara mercu suar. Gambaran pendekku mengira itu tempat yang paling aman untuk membangun penyimpanan heroin di Indonesia bila di tinggalkan. Sementara itu, aku selalu dibuntuti Albert. Kekacauan memang sedang terjadi, namun peduli setan pada perkara mereka.

    Kemudian kembali di Klub Jiwa Kejora, aku melihat Lista di klub malam dan aku berpikir, bagaimana aku biasa mendekati Lista untuk mengkirim kabar bahwa terjadi korupsi dan tindakkan penyalahgunaan ladang. Yang terlintas dalam kepala, haruskah aku menciumnya, untuk berbisik-bisik, sungguh diriku

  • 46

    sedang dalam horor berkelanjutan. Rasa takut pada wanita masih sama. Aku jadi ingat ketika pertama kali melihat Lista, tapi kini haruskah tanpa alasan aku menciumnya?

    Selintas,di seberang aku melihat Lista bersama Mark. Aku beranikan diri untuk menciumnya, atau setidaknya berharap Lista melihatku yang telah hilang menjadi hantu setelah penculikanku di Vietnam. Aku juga selintas melihat Heru berpakaian rapih dengan dasi, layaknya bukan seorang tawanan. Mungkin perasaanku menggambarkan pertanyaan yang harus diselesaikan? Sungguh aku bukan penulis profesional. Sebagai wartawan, kecerdikanku digunakan sebagai strategi pengiriman mereka, bagaimana dengan diriku sekarang! Aku seperti hantu, terpikir ingin mati tapi dari pikiran terakhir gambaran terindah hanya mencium Lista. Karena itu aku berjalan seperti zombie, tidak bernafsu namun ketika kebetulan jarak mata Lista dekat, Lista telah melihatku mengambil persiapan di bibir dan kucium dia hingga aku tahu dia telah membalas ciumanku. Tanpa sadar dia mendesah menjauh berkata Mark! Aduh kamu bukan Mark! Astaga Toni! ucap Lista setelah menciumku, kemudian dia membalik badannya. Kemudian aku ditarik Albert dan dibawa pergi ke kamar. Di sana, mereka telah menyiapkan baju, dasi dan jaket.

    Pintu ruangan yang tertutup setelah aku dibawa masuk, berbunyi. Di luar ada Lista yang berteriak-

  • 47

    teriak memanggil namaku. Akan tetapi, Albert menghalangiku keluar.

    Toni! teriak Lista dari balik pintu.

    Tetapi, kudengar ada teriakan lain, Diam! Kuhajar kau, wanita!

    Kami terjebak, tapi setelah itu, aku dibawa kedalam ruangan di mana Jendral Nam Poah Tang yang sedang dilayani Heru. Tang telah menyakiti Lista.

    Selamat datang kembali turisku, kau memberiku banyak uang. Bagaimana kabar Ibu dan Adikmu?, ucap Nam Poah Tang

    Setelah dua tahun, aku bertanya siapa yang akan kau cium di Klub milikku ini. Sepertinya kau mulai berselera humor karena pasti kau memiliki maksud lain pada temanmu itu, ucap Nam Poah Tang menambahkan, Albet bawa masuk tamu muda itu, dia pasti wanita cantik.

    Toni, mari kalian duduk denganku dan Heru. Kalian pasti berpikir aku akan berbuat jahat bukan? Kau boleh pergi, Lista, tapi setelah kamu menjadi tamu yang baik dulu.

    Kami disuntik heroin. Lista dan aku kehilangan diri. Aku disekap dan kini aku harus kesal karena ditahan berbulan-bulan, diperdaya oleh heroin. Kami Berdua sudah kecanduan seperti Heru yang sudah terlanjur mengikuti Jendral Nam.

  • 48

    KABUR

    Malam hari tingkahku berubah. Di antara derasnya hujan di luar, aku disuntik kembali dengan heroin. Aku memohon untuk menyuntiknya sendiri. Aku di kamar dan pelayan kuperdaya, kusekap dia dan kusuntikan heroin padanya, kemudian aku kabur. Namun, sebelumnya kuambil apa saja yang bisa kuambil di kantongnya. Aku tidak peduli dengan nasib Lista dan Heru. Yang ada di dalam pikiranku hanya melarikan diri. Hutan merupakan satu-satunya cara yang terbaik untuk menjauh dari rumah ladang bunga opium.

    Aku melarikan diri ke hutan. Aku menduga-duga jarak tempuhku yang belum jauh, dan kemungkinan akan tertangkap lagi. Sementara yang lain mengejar, aku tetap berlari tanpa henti. Aku terpaksa berlari walaupun rasanya paru-paruku sudah terasa hampir meledak. Lebih baik mati sambil lari mempertahankan diri.

    Aku terpaksa membunuh lima orang selama pelarian. Sampai pada akhirnya, di sungai aku melompat, berharap arus sungai cukup kuat untuk menghanyutkanku. Setelah menceburkan diri, badanku terseret arus. Aku mencoba berenang,

  • 49

    namun aku mengenai sesuatu yang keras hingga tidak sadarkan diri.

    Kabur bukan hal yang menyenngkan, sakit akibat candu mulai terasa. Setelah aku terbangun di tepi sungai, aku merasakan masa-masa sulit di mana aku harus melakukan penolakan pada rasa candu. Sungguh aku rindu pada heroin. Ini membuatku jadi gila. Aku sempat muntah mengeluarkan darah. Tuhan, tolong aku! teriakku. Sampai beberapa hari kemudian, aku pingsan dan di temukan oleh petani padi Vietnam.

    KENDALI PIKIRAN

    Aku tahu Toni kabur karena dia kecewa padaku, Lista sebaiknya kau diam karena nyawa kita di ujung tombak. Ini masa-masa kritis, aku dan kamu bisa mati kapan saja?

    Aku minta didengarkan. Anggap saja ini kesalahan aku dan Toni.

    Heru keluar! ucap Albert.

    Kalian pergi, seperti yang direncanakan, ucap Jenderal Nam Poh Tang, kau akan menjadi teman bagi orang-orang yang telah kudidik. Rekeningmu,

  • 50

    ini nomernya,di sebuah bank yang telah tercantum di situ dan ini juga untukmu Albert.

    Aku akan melarikan diri, ucap Nam Poh Tang.

    Senang melayanimu, Tuan, ucap Heru, terima kasih telah berbaik hati.

    Aku telah menjaga anak dan istrimu, ucap Nam Poh Tang, permintaanmu telah kukabulkan.

    Ini foto mereka, yang terakhir, dan ini suratnya yang terbaru? ucap Albert.

    Aku minta kau berpura-pura lagi depan Lista, ucap Jenderal Nam Poh Tang.

    Mengapa tidak kau inginkan aku untuk meyakinkan Toni karena ia temanku yang telah mau mengikuti permainan ini?

    Albert mengapa ia berkhinat?

    Aku tidak tahu, tapi yang jelas aku ingin dia tetap menjadi teman kita, ucap Albert.

    Apakah aku seorang pengedar? Aku tidak tahu. Kepalaku sedang tidak karuan rasanya. Aku dipaksa memakai heroin oleh Albert yang menjadi kaki tangannya Nam Poh Tang. Rutinitasku adalah menyelam ke laut dan mengambil Heroin. Pernah kabur dan kini sedang berada kembali di Indonesia.

  • 51

    Aku selalu disuguhi wanita cantik untuk tidur denganku. Bahkan aku memiliki rumah sendiri di Indonesia.

    Aku kecanduan, aku memakai dan menjualnya, bahkan aku memegang pistol yang diberikan temanku, Albert. Aku memang pernah kabur dan melapor ke KBRI. Namun, kini aku kembali lagi menjadi seorang pengedar. Masih bingung dengan statusku. Meski begitu, aku senang karena tidak lagi memikirkan baju yang lusuh. Sekarang aku hanya memikirkan bisnis yang tepat untuk mencuci uangku, atau uang Albert. Jenderal Nam Po Tang ditangkap dan dihukum mati. Namun, kaki tangan atau asistennya memperkirakan hingga tahun 2005, persediaan heroin akan tetap cukup. Dari pertanian bunga popi untuk kami berdua, aku dan Albert, bisa menjadi orang yang kaya!

    SEBELUM MATI, AKU MENGAKU GILA

    Kembang api di awal 2000, menghias kematian seseorang. Bahkan suara tembakan pistol, tidak didengar penduduk. Januari, di awal millennia, di sebuah menara mercusuar ditemukan orang bunuh diri. Aku seorang detektif, dari bagian badan intelegensi, dan sedang menyelidiki sebuah kejadian. Namaku Agus. Semalam aku di Jakarta dan sekarang

  • 52

    akan pergi menuju sebuah menara mercusuar di luar kota. Sampai di tempat perkara, di samping marking korban yang sudah digarisi, ada sebuah jurnal. Diduga ialah jurnal pengakuan, tetapi apakah aku bisa menganggap serius ceritasi korban bernama Toni ini? Jurnal korban bunuh diri dilaporkan bahwa kandungan opium dalam dirinya sangat tinggi dan di pahanya ada bekas luka tembak yang telah lama. Tidak ada penduduk setempat yang mengaku menjadi keluarga korban. Kami mencurigai kalau Toni masih tinggal di sekitaran kota Jakarta, tetapi di mana? Mengapa dia pergi ke sini?

    Besoknya, kembali pergi ke kantor polisi aku menginvestigasi kasus ini. Aku harus punya kesimpulan untuk merencanakan penyelidikan satu-satunya buku atau jurnal yang ditinggalkan orang yang bunuh diri itu. Sungguh aku tidak mengerti, di lain sisi, aku tidak peduli, mengapa? Opium! Dalam tubuhnya dengan senjata api itu mengkhawatirkan. Sungguh tidak ada keterangan keterkaitan awal hingga akhir bunuh diri. Mengapa ia stress kemudian bunuh diri? Apa penyebabnya?

    Besoknya aku kembali pergi ke kantor, meneruskan membaca laporan. Dari awal, aku coba memahami. Toni seorang wartawan yang hilang diculik dengan kawannya. Adakah penyebabnya dikarenakan trauma, menjadi sikopat atau gila. Aku seperti sedang melihat buku biografi perjalanan hidup seseorang.

  • 53

    Aku kaget, di daerah Thamrin, Jakarta, pernah ada trem peninggalan kolonial Belanda menjadi favoritnya ketika kecil. Lalu, kiranya apa lagi yang tidak kuketahui? Tulisan wartawan bernama Toni tersebut penuh dengan gambaran perasaannya.

    Tapi bagaimana bila bom itu kena merusak lensa kamera? ucap Toni khawatir pada Heru yang disambut tawa antara redaksi undangan di kantor Bapak Indrawan. Dan itu saat mereka berdua diundang untuk mempersiapkan diri terhadap tawaran pergi ke Vietnam.

    Ha ha ha, aku berpendapat ironi menahan komentar sikopat macam apa dia. Telah kubaca kecurigaan Toni membayangkan kaitan pada penembakan JFK di kaitkan dengan perang di Vietnam. Terasa rancu dan lucu, tapi dia memang ada di Vietnam menurut buku ini, bagaimana berceritanya, Toni juga bercerita Partai komunis di Indonesia sepenuhnya hanya boneka belaka, tapi sangat humoris dari pandangan umum, tentang itu aku belum punya pendapat atau tidak ingin berpendapat berkaitan dengan skema JFK. Namun, aku bingung. Aku hanya tahu bahwa Toni ialah korban bunuh diri yang mengaku telah kehilangan segala-galanya. mengait-ngaitkan harta dan kemakmuran nasional yang sulit dilihat alurnya.

  • 54

    Lucu sekali bagimana ia mengatakan akan mati menghadap Irian Barat untuk tujuan sebagai simbolis ke pengorbanannya untuk Indonesia. Ironi tidak memiliki rasa memiliki. Lalu, apa hubungannya dengan narkoba? Mencoba mengisayaratkan bahwa adegan bunuh dirinya akan dilihat sebagai pengorbanan memiliki rasa gotong-royong? Tapi Toni mendapatkan semua persediaan heroin yang ditimbun di Indonesia, bahkan ia mengaku ia bukan saja penadah utama tetapi ia juga terjebak dalam perencanaan deposit heroin yang begitu besar. Kemudian, ada seorang Jenderal yang diceritakan oleh Toni telah disidang dan dihukum oleh Makamah Internasional, karena tindak pelanggaran, memploting masalah mengunakan wewenang ekonomi komoditas terbatas pada perdagangan panen?

    Sungguh ini kasus aneh. Aku sulit memahaminya.

    Besoknya, aku kembali bertugas membaca cerita, memahami alur cerita yang bisa dipercaya atau tidak. Tiba-tiba, ada laporan di Tanah Abang ditemukan rumah kosong dengan foto-foto Toni, si korban bunuh diri, aku bergegas pergi ke sana dan mencari petunjuk untuk memahami siapa dia?

    Siang itu, seorang anak muda bernama Bayu ditangkap sedang membeli narkoba di Tanah Abang. Mereka dicurigai dari semalam oleh penduduk

  • 55

    setempat. Mereka terlihat seperti orang gelisah yang akan masuk ke rumah kosong Bapak Toni.

    Kami akhirnya memiliki petunjuk, Toni tinggal di Tanah Abang Dua. Ia tinggal dekat dengan daerah Gajah Mada, bahkan hampir di antara semua penjualan narkoba partai besar seperti lingkaran dan itu di tengah-tengah motif radius acak dari di antara bandar yang sering ditangkap di petakan. Seperti perumahan Kampung Bali, contohnya, tidak jauh dari radius Tanah Abang, tetapi mengapa Toni bunuh diri bukanlah hal yang bisa kupahami arti simbolisnya? Ia memiliki segala harta di zaman yang telah berubah banyak sejak saat dia pulang dari Vietnam. Ia bisa memiliki banyak usaha alaupun ia mengkonsumsi narkoba. Kupahami ini sebuah isu pencucian uang, dengan berkedok usaha-usahanya. Aku terkejut pada nama-nama PT atau CV sebagai wirausaha.

    Aku mengikuti cerita Toni, ketika Jendaral Nam Poh Tang itu tertangkap dan digiring ke Mahkamah Agung tapi, ia sendiri, Toni, tidak melihat Jendral Nam Poh Tang dihukum atau digiring ke Mahkamah Agung melainkan cerita dari Albert sebagai pengakuan dalam buku. Bila Nam Poh Tang seorang jenderal yang menjaga aset negara yang berkomoditas terbatas itu, siapa yang harus di curigai, mungkinkah Albert yang menipu Toni bahwa Nam Poh Tang diceritakan dihukum mati?

  • 56

    Kuduga ia masih hidup, tapi Toni diperdaya dan ditipu oleh Albert, sebagai entah boneka Albert atau Jenderal Nam Poh Tang-kah Toni ini?

    TONI DI SAMPING JURNAL

    Aku akan mati di samping jurnalku, tepat menghadap arah mata angin, yaitu ke pulau Irian Barat. Aku telah mati, kau menemukanku, dengan pandangan lampiran ini sebagai tanda, pesan terakhirku.

    Bagaimana aku bermula cerita. Namaku Toni, aku sungguh terjebak! Rinduku pada temanku Heru yang entah kini di mana? Sawah-sawah di Jakarta tahun 60an, aku berumah di daerah Kebun Jeruk, kini tempat itu bukan lagi sawah, lalu, aku ingat kesenangan naik kereta trem sesaat dari Thamrin, tapi kini tidak ada lagi. Atau cerita pembebasan Irian Barat yang disebut Trikora itu berkait-kait. Aku seorang pencandu heroin yang makmur. Mereka kini bisa berhenti mengetuk pintu rumahku untuk meminta hidangan garis bubuk heroin yang dibentuk simetris untuk memancing selera itu telah habis. Aku mati bukan karena heroin, bahkan setelah kau menemukan mayatku yang telah bunuh diri ini karena pistol pemberian Albert, yang kuduga tidak akan kupegang di tangan setelah kubidik kepalaku ini.

  • 57

    Kapankah aku mati? Aku mati ketika berada di ladang bunga opium, tetapi aku berjalan bagai orang yang mengedarkan heroin. Di antara waktu, sungguh masa keemasan menjadi orang yang makmur tetapi membuat yang lain menderita, sungguh mengapa aku menjadi seorang pengedar heroin, apakah karena simpatik Albert padaku?

    Mengapa aku harus mati menghadap ke arah mata angin, yaitu ke Irian Barat dengan rasa penasaran ingin kalian membayangkan. Adakah aku menjadi pengedar karena keinginanku atau karena jebakan ialah tetap masa keemasan bagi seseorang.

    Selintas cerita, bayangkan terjebaknya diriku pada takdir seperti halusinasi yang menjadi skizofrenia. Penasaranku dari berita di manakah angin berhembus? Penasaranku bertanya ingin menduga benar apakah benar Pembunuhan JFK atau Jhon F. Kennedy, ada hubungannya dengan gunung emas di Irian Jaya, Sungguh aku kagum pada mereka bila benar akan menjadi penyidik yang hebat. Membayangkan Presiden Sukarno pernah berkeinginan untuk tidak menerima kongsi usaha dari luar negeri, tapi sebaliknya Suharto, apakah benar kubayangkan dia tidak tahu mengapa Jhon F. Kennedy dibunuh karena kudeta gunung emas itu telah menjadi konseptuasliasi rasa penasaranku membayangkan yang kalian bayangkan, mengapa di tahannya Sukarno untuk diasingkan. Apakah komunis dikambinghitamkan? Dan mengapa mereka seperti manusia tidak manusiawi seperti diriku!!!

  • 58

    Ha ha ha.

    Aku tidak tahan lagi pada isu-isu miring yang membuatku membayangkan isi kepala kalian.

    Aku ingin tertawa sebelum mati. Ini humor ironi dariku. Sesungguhnya, aku menjadi pengedar karena temanku Heru, atau Komunis, terlihat buruk karena heroin dan September di lubang buaya. Bagiku, komunis hanyalah ideology bonekanya Nam Poh Tang, juga Albert. Dan sungguh aku tidak bersalah, kecuali telah membunuh dengan keji maka salahlah diriku mematikan orang. Tapi aku membunuh lima orang untuk membela diri. Mengapa di lain waktu kakiku yang terkena luka tembak? Sakit hatiku lebih sakit dari itu.

    Aku salah dan mereka salah!!! Karena yang salah itu telah tidak loyal dengan sistem. Ideologiku terjebak, adakah gagasan untuk sebutannya yang tidak kuketahui? Aku bukan komunis? Aku hanya ingin temanku, Heru, tetap hidup!

    Ceritanya, ketika kami akan pergi ke Vietnam, presiden Suharto telah hampir lima tahun menjabat menjadi presiden dan aku akan menjadi perwakilan wartawan di Vietnam. Aku bersama temanku, Heru, bersahut-sahut cerita di pagi yang aku rindukan. Sebelum ditangkap di ladang dengan sebatang rokok ditangan.

  • 59

    Yang berkesan, sebelum berangkat pada dunia kegelapan. Mengapa Presiden Sukarno, mengundurkan diri, adakah ia bersalah?

    Ha ha ha sungguh ironi! Apakah aku ingin menyelamatkan Iran Barat, atau penasaran menjadi gila karena motif penembakan Jhon F. Kennedy membuat aku sakit kepala. Beralur arus membayangkan tiga tahun kemudian Sukarno ditahan, padahal perang di Vietnam belum berakhir.

    Sedangkan KBRI Vietnam baru saja berdiri di tahun 1964. Bila kau melihat peta dalam pikiranku, kalian tahu mengapa aku sakit kepala. Diriku rindu di pagi hari ketika akan berangkat pada masa yang berlalu di tahun 1968, atau setelah itu aku tiba di Vietnam, hingga perang berakhir, aku masih di sana dengan Heru.

    Aku ingat, aku baru saja turun dari trem atau kereta, yang telah dihilangkan di Thamrin. Jalanan macet, sawah-sawah mulai dijual satu persatu bahkan ayahku pindah ke Jawa Barat, demi tetap menjadi petani. Tiba-tiba aku terbayang, mengapa aku tidak rindu pada keluargaku sebelum bunuh diri.

    Mungkin aku tidak akan menyangka membayangkan akan mati seperti ini, saat itu aku baru saja dipromosikan untuk menjadi wartawan tapi kerja di KBRI, di luar negeri bersama seorang fotografer. Aku ingat ketika masuk kantor editor, dia memberiku, teman bernama Heru, bahkan aku ingat

  • 60

    pesan editor, Toni, kau akan di temani oleh Heru, ucap editorku.

    Jangan khawatir, kau akan mendapatkan gambar yang bagus walaupun ada bom. ucap Heru.

    PENYELAM KOLEKTOR HARTA LAUT

    Di tepi laut perahu pesiar sedang mendekati tepinya, seseorang dalam kabin perahu sedang mengemudi kapal, navigasinya mendekati menara mercu suar, sementara itu di atas menara mercu suar, di atasnya menara, ialah Toni yang sedang akan bunuh diri namun ia ragu, walaupun di kepalanya sudah ada pistol menempel di kepala. Keraguan Toni akhirnya membuat ia berubah pikiran, senjatanya hendak di singkirkan, kiranya apa yang membuat Toni berhenti, menekan platuk pistol. Namun dari sebarang di kapal pesiar yang mendekati menara mercu suar, mengamati Toni dengan teropong, kemudian teropon milik senapan snipper yang telah membidik kepala dan menembak Toni, Toni mati bukan karena bunuh diri, walaupun ia berniat? ia sempat akan mengagalkan tindakkannya untuk tetap hidup! mengapa ia terlanjur menjadi sasaran empuk semua orang, hingga di bunuh.

    Senjata snipper, milik siapa itu, apakah yang sebenarnya sedang terjadi?

  • 61

    hallo saya ingin bicara dengan, Jendral Nam Poh Tang ucap pembunuh Toni.

    Hallo Jendral, saya telah ikuti kemauan anda untuk membunuh Toni. Sang pembunuh Melapor.

    ..... dari balik telpon selular. Sang pembunuh mendengarkan permintaanya Sang jendral Baik di tas, 3278, kau ingin aku meletakan Jurnal di samping mayatnya. Ucap sang pembunuh.

    Ia pun menepikan perahunya lebih ketepi, dan kemudian membuka tas koper yang belum tertutup kunci dengan nomer 3278 untuk di buka, tidak heran pemberian tas senapan, diantara tas yang asing selain tempat senapan itu isinya ialah hanya jurnal, untuk membunuh Toni pembunuh berpikir kiranya untuk plot apa, semacam apa kiranya isinya? Menggambil Jurnal dan bergegas pergi, dari situ sang pembunuh pergi turun loncat dari kapal dan pergi ke menara, mercusuar. Ia melakukan tugasnya dan pergi setelah meletakan buku jurnal di samping orang yang ia bunuh.

    Sang pembunuh pergi dengan kapal pesiar dan, dalam perjalanan kearah australia, menghilang tanpa siapapun yang tahu kemana ia pergi atau siapakah ia beridentitas.

    Di awal tahun dua ribu sedang ada yang berpesta di atas kapal, seseorang yang hobi menyelam dan melakukan penyelaman, ia menselam dengan alat metal penditeksi dan menemukan senapan, baginya harta walaupun dalam air laut itu bisa berupa apa saja bendanya, harta benda itu ialah senapan snipper milik sang pembunuh Toni yang di berikan jendral Nam Poh Tang, yang ia tidak ketahui dan ia pertanyakan?

  • 62

    Sementara, lain hal, di kantor polisi, kekawatiran mereka tentang pembunuhan Toni baru terungkap setelah mereka membandingkan peluru pistol milik Toni dan peluru yang ada di kepala korban ialah peluru snipper, dalam kepala Toni.

    Senjata itu menjadi pajangan dan pertanyaan bagi seorang penyelam yang di pajang di dinding, sebagai ornamen barang penemuan seorang hobi menyelam, harta-hartanya menjadi hiasan, kiranya itulah koleksinya. Mulai dari apapun yang terditeksi dengan alat penditeksi metal ketika menyelam ada di sana, dari yang hanya harta benda temuan tutup botol, koin logam, peluru meriam jaman pertempuran kolonial belanda dengan inggris, hingga sekarang, sang penyelam memiliki senipper.

    CAKRA JATUH PINGSAN

    Aku sedang bersandaran di tembok, badanku baru saja menunggu respon dari meminum energy drink, dan begadang semalaman, mencoba menulis novel karya tulisku, pagi harinya aku telah merasa lesuh, lelah, celaka ini hari senin, aku seorang wartawan yang sedang mempelajari faktor keterkaitan faktor kriminalogi yang rumit, untuk pendapat tentang tulisanku memikirkan benang merah penghubung dari tindakan pembunuhan dan dalam pengkerjaan karya tulis aku begadang, aku bukan penyidik namun aku mengungkap dan bertanya mengapa ada pembunuhan? Apalagi bagaimana dalam berita bisa menuliskan sebuah pembunuhan di katagorikan di rencanakan.

  • 63

    Data forensik anatomikah, atau dari Tempat Kejadian Perkarakah yang menjadi semua titik awal luapan sebuah cerita bisa terbentuk untuk di pahami?

    Saat ini nasibku sial, aku wartawan yang merasa tidak di andalkan oleh redaksi rasa, rasanya, kuharap dugaanku salah, aku ingin mengincar berita yang mungkin sulit di dapat.

    Aku ingin menulis dan pembaca melihat aku seperti pahlawan, sharlok holmes pembela kebenaran, kiranya. Tapi sejauh setiap ada kriminalogi, semua yang mensangkut berita pembunuhan bukan wartawan yang bisa tahu dulu melainkan itu mereka para penyidik.

    Seandainya ada petunjuk dari keterkaitan benang merah diantara, pembunuhan berencana yang bisa kubantu dari pemberitaan.

    Aku belum menyerah, yang mengagetkan, di klaten ada yang di bunuh dengan motif penembakkan, hanya saja tidak di rampok, sungguh aneh adakah motifnya bisa kulihat dengan jelas mengapa?

    Terberitakan Nama Korban Roy, dan dari data yang menerangkan bahwa mengapa ia di bunuh tidak terungkap? Bahkan aku sekarang sedang bersenderan di markas besar kepolisan, terpaksa harus kembali ke jalanan macet Jakarta, setelah minuman energy drink yang kuminum memberi sisa semangat untuk diriku bekerja.

    Aku sedang berjalan tiba, tiba tersungkur masuk ke tanaman pingsan terjatuh, karena tidak ada yang lihat aku terbangun akan pergi dari pingsan dengan, waktu berlalu

  • 64

    sepertinya aku merasa telah tidur berjam, jam atau pingsan telah banyak memakan waktuku?

    Aku terbangun teringat tadinya aku bersandaran di tembok karena tidak kuat lagi berdiri namun, ketika aku terbangun, aku mendengar suara perbincangan dialog yang menarik kupingku untuk memperhatikan.

    Tidak jadi soal aku tidak peduli siapa orangnnya , namun aku tahu ia akan melakukan sesuatu yang buruk, untuk di lakukan. Orang itu berdialog dengan telpon kiranya jangan mengacam! Albert, kau ingin aku mendapatkan jurnalmu, di gudang yang besar,maka jangan berpikir seenaknya, ucap sahut orang yang sedang bising kudengar berdialog menambah jangan pikir kau bisa memerasku, dasar orang vietnam gila, ucap sahut orang itu melawan sambil menelpon seperti mendengar pembicaraan orang yang di telpon, tapi mengapa tiba, tiba ia ketakutan seerti di lawan dengan ancaman dan aku hanya mendapat sepenggal, penggal tapi mensahut , jangan ancam saya lagi, baik, saya akan cari di katogori korban bunuh diri bernama Toni, terima kasih. sahut seru pernyataan diminta si penelpon dengan sebuah tugas kepada orang yang di ancam.

    Bangun dari pingsan aku masih lelah menguap, sepertinya tidak sengaja aku menguping pembicaraan orang ini, sambil tiduran di balik rumput!

    Suara orang itu sangat jelas, dan yang menghalangi pandangan kami diantara satu sama lain ialah tanaman, tanaman yang lebat menutupi, di sebuah taman dekat belakang gedung bangunan yang bila tidak ada tanaman itu aku yakin ia pasti tidak akan teriak, teriak di belakang gedung, bila tahu ada diriku.

  • 65

    Aku mengintip, keluar melihat orang yang telah melakukan pembicaraan di telpon, dengan jelas aku tahu orangnya cukup untuk aku berhati, hati, bila bertatap muka.

    kuikuti orang itu, tanpa sadarkan diri yang aku buntuti mengapa pergi kearah, ruangan bagian gedung gudang, Gedung gudang itu tempatnya bukti di simpan, dan penjagaannya sangat ketat di depan pintu oleh penjaga, dan orang itu masuk tanpa ada masalah.

    Aku terpancing menduga, duga siapakah dia, adakah bagaimana seorang bisa diancam mengancam, namun kini ketika di amati menjadi lebih menarik membuat aku penasaran, adakah di balik seragam itu ia seorang polisi!?

    Bila ia ikuti permintaan si penelpon, apakah ancaman si penelpon, dan bagaimana sebuah jurnal menjadi petunjuk menarik dari korban bunuh diri.

    siapa Toni? ucap sahutku berpikir, di sela kenalanku yang memanggil di pintu penjagan gedung gudang. Karena itu kebetulan untuk aku mencoba mendekatinya saja, datang ke gedung gudang.

    Cakra sedang apa kau mengikuti anggota kepolisian, yang akan bertugas, aku di sahut kenalan polisi yang bertugas, Siapa dia, wajahnya seperti saudaraku? ucap sahutku berpura, pura kenal dengan orang yang aku ikuti, kepada Bima seorang yang kukenal, sedang menjaga pintu masuk. Dengan alasan merasa saudara dengan polisi itu.

    sabar nanti dia juga keluar dari, pergi menjaga tempat ini, sementara ia sedang berganti baju sekarang ucap sahut bima.

  • 66

    BERANGKAS ARSIP

    Di tempat data file, polisi yang di ikuti cakra, melihat arsip dimana dalam katagori, bukti buku jurnal milik toni dicari berada?

    Ia nampaknya menemukan dimana letak buku itu pada seri letak tempat pensimpanannya, dari situ ia pergi ke buku jurnal itu teregistrasi di nomer seri bagian abjad nomer BF-12-478, namun ketika di cari buku milik Toni, sedang baru saja di kembalikan, oleh mayor Lina. Sepontan di letakan kembali pada tempatnya, buku jurnal peninggalan toni, di ambil oleh orang yang di buntuti cakra dengan gegabah.

    Karena mayor Lina curiga, pada tindakan, gegabah orang itu maka, mayor Lina berpura, pura pergi dengan seolah olah tidak berminat memperhatikan orang yang di ikuti cakra.

    Sementara Cakra menduga, duga, mayor Lina di dalam gudang penyimpanan bersembunyi, dan menjaga jaraknya, dan kemudian yang menarik perhatian mayor Lina, dari devisi manakah orang ikut campur tugas misi devisi khususnya mayor Lina.

    Halo Albert, aku mendapatkan jurnal yang kau minta ambil ucap sahutnya menambah kata, mensikapi akhir pembicaraan , iya segera saya akan keluar gedung dan memberikan ini secepatnya kepada anda. Ucap sahutnya

  • 67

    tiba tiba ia terkejut lari karena teriakan mayor Lina Pengkhinat, cepat tangkap!

    orang yang kaget di sebut pengkhinat itu lari tergesa, gesa, walaupun di depan pintu di halangi, sang pengkhinat dengan tergesa, gesa mengeluarkan senjata api dan melakukan tindakan mensedihkan yaitu bunuh diri, nampaknya telah tergesa, gesa berkhianat itu, ia lebih rela mati dari pada di periksa penyelidik.

    Cakra dan mayor Lina di tempat kejadian perkara kaget pada tindakan bunuh diri yang selintas waktu dengan cepat berlalu.

    astaga tuhan ucap sahut Cakra terkejut, ia sebagai wartawan baru pertama kali melihat kejadian bunuh diri di depan matanya.

    Menghiraukan simpatik cakra mensahut, mayor Lina teringat permintaan Albert yang memaksa korban bunuh diri itu untuk memberikan buku jurnal yang akan di curi itu, dan akan di berikan Albert di depan gedung oleh si korban, mayor Lina mensigapkan penjaga pintu masuk untuk menghubungi satgas kepolisian menutup pintu area keluar masuk dari wilayah markas, dan sigap ada pencuri akan membobol keluar dari markas besar kepolisian.

    Tiba, tiba saja alarm berbunyi memberi tanda kode seperti kode morse di diantara gedung, tapi semua telah terlambat, karena sampai besoknya tidak ada tersangka Albert berhasil di tangkap.

    Dalam proses yang lama cakra tidak di ijinkan keluar dari mabes kepolisian karena, di curigai telah bekerja dengan Albert, kecurigaan mayor Lina mempertanyakan

  • 68

    mengapa ada orang yang tidak berkepentingan dengan tugas polisi di tempat ketika itu, isu cakra nongkrong di tempat yang tidak seharusnya menjadi kecurigaan untuk di proses dalam penyelidikan.

    PENYELIDIKAN CAKRA

    kau punya pilihan untuk bekerjasama atau di penjara karena menjadi terdakwa sebagai ladennya, Albert yang menjual narkoba dan dianggap sebagai teroris ucap sahut Agus sedang bertanya. Cakra sedang bersimpatik pada dirinya, sungguh ia hanya bisa bercerita, apa adanya, kebetulan ia tertimpa sial. Ia terpaksa bekerjasama dengan polisi dan mencoba aktif kembali bertanya soal subjektif dari jurnal yang di telah gagal di curi, itu , cakra dengan terkejut di tuding sebagai ladennya Albert, padahal ia tidak merasa bekerja apapun yang lain, kecuali, menjadi wartawan.

    maaf mengapa anda mengira saya sebagai anggota teroris, saya mengkuti pengkhinat itu, sampai depan gedung saya ikuti karena merasa wajahnya serupa dengan saudara saya yang sudah lama tidak bertemu? ucap sahut cakra didengar Agus.

  • 69

    Jadi kau benar, benar tidak kenal siapa Albert? tanya agus.

    kejadian mengapa ia tergesa, gesa lari dan pergi dari mayor Lina tidak kuketahui, mengapa tidak kalian ceritakan! ucap sahut cakra.

    baik sekarang tahun 2014, dan kau terjebak dalam penyelidikan jangka panjang yang belum selesai perkaranya dari sejak statusnya berada di tahun 2000, sebagai kasus, isu teroris ini masih dalam pengamatan, dan telah memiliki tersangka yaitu, Albert sebagai pimpinan oprasinya ucap sahut agus menceritakan alur singkat yang ia pahami.

    apakah ini ada hubungannya dengan kasus bom, di Indoneisa. Ucap tanya cakra.

    ceritanya panjang bila terkait bom kami belum bisa mengkaitkan diri, dan perkara ini terkuak karena seorang Bandar narkoba menyesal dengan telah berkomentar cerita dalam bentuk buku jurnal, seperti seolah,olah berupaya terakhir, ia mencoba bersikeras ingin, mendaulatkan diri tapi gagal, ia bercerita kisah hidupnya yang mensedihkan namun akhirnya ia, bunuh diri karena terlalu merasa bersimpatik pada dirinya. Ucap agus kembali menjelaskan.

    mendaulatkan diri ucap tanya cakra bingung tidak memahami penjelasan yang tidak umum, di dengar Agus.

    mereka menyalakan proyektor, dan ruangan di matikan lampunya hingga gelap, agus memulai presentasinya menjalankan klip, klip gambaran, agar

  • 70

    berharap cakra bisa mengikuti cerita ancaman apa yang ada pada pertahanan Negara?

    Drugs traffic di pahami sebagai tindak korupsi yang memberi modal kepada teroris. Kami dari tingkatan visioner seorang jendral sedang memahami Kriminalogi yang sedang berlangsung sejak pertama kali narkoba datang berawal di Negara Indoneisa yang masih belum sigap, kiranya kami berkomentar karena kami sebagai aparat pertahanan, dan sebagai wilayah Negara Indonesia masih menjadi Negara yang berumur muda, isu pengalaman dalam pertahanan Negara masih belum terkonseptualisasikan untuk evalusasinya, bila ingin di kaitkan satu sama lain. Sahut agus beralur subjek.

    isu kasus, devisi kami sebenarnya rahasia dan, terkondisi gabungan dari semua TNI, yang di pilih ucap agus menambah orang yang bernama Toni, ialah baru permulaan dari pendapat karakter evalusasi, yang ingin di bayang, bayangi akhir tindakkannya untuk apa? Orang yang bernama Toni mencoba menjelaskan kriminalogi dari teroris namun karena rumit, ia, terpaksa menelan fakta berlebihan dan stress, serupa sewaktu kejadian ia mencoba menjelaskan juga kebetulan ia, baru, sadar uang narkoba memberi peluang untuk teroris bermodal beruntung, untuk melakukan oprasi yang bisa menteror terbuka, setelah diam,diam menjual narkoba. Ucap sahut agus di sela cakra, bisakah aku mempelajari jurnal itu, di tambah agus berkomentar sahut , sabar kami belum selesai menjelaskan. Agus memutar klip selanjutnya, dengan foto heru di tampilkan dan coba di ceritakan latar belakangnya kepada cakra ,Sekarang heru ialah tersangka, dan pernah menjadi teman wartawan,

  • 71

    toni ketika belum menjadi tersangka sebagai penjual narkoba ,isu drugs traffic dalam setatus kami

    tunggu aku sedang akan kelebihan informasi, bisakah kita beristirahat sebelum proyeksi ini kembali berlanjut ucap sahut agus yang pusing dan merasa kecapekan menelan informasi ketika di ajak bekerjasama.

    DISKOTIK

    Nama saya agus boleh kenalan dengan anda ucapnya kepada seorang wanita dalam bar,

    tentu, nama saya Fiona, kau mau membelikan aku minuman?

    tentu

    itu ialah bar dimana Jasmine berada dan mensela permisi wanita itu, Agus yang kenalan itu membelikan, Fiona minuman Jasmine, minta tequila sepasang untuk kami, oh iya kau melihat cakra tidak? Agus menambah.

    Tidak, Pak Polisi, ucap sahut Jasmine kenal menyapa dengan humor tersenyum di dengar Fiona ,kau polisi kebetulan, aku punya pertanyaan penting untukmu, aku seorang penyelam, dan aku menumukan senjata api dalam dasar laut di dekat sebuah menara mercu suar di daerah pantai anyar, banten, lebih hampir sepuluh tahun yang lalu bila tidak salah ketika tahun baru, ketika itu, dan

  • 72

    di tahun baru itu aku menduga menumukan senapan, ketika menyelam dan benda itu masih baru sepertinya?

    Mercu suar di pantai anyar! tanya agus.

    iya

    Maukah kau membantuku, untuk melihatnya Agus meminta, dan mereka pergi dari tempat itu, kerumah apartemen Fiona, di kedoya, jakarta barat dekat sebuah setasiun tv.

    Mereka pergi naik mobil Fiona, dan Fiona banyak bercerita apa saja yang ia temukan dalam laut dan agus tertarik untuk ikut menyelam bila ada waktu. Malam itu Mereka pergi ke ruangan koleksi sang penyelam dan, uniknya, Agus hanya mengkawatirkanpernahkah ia mensentuhnya dengan tangannya atau di bersihkan senapan itu?

    Senapan itu di biarkan berdebu, dan hanya satu satunya koleksi yang tidak di bersihkan, diantaranya. Tapi yang di temukan ketika menyelam seperti tutup botol pun mengapa malah di bersihkan.

    apakah kau mensentuhnya dengan sidik jarimu ucap sahut agus.

    mengapa kau bertanya aku tahu! Tentu tidak! Aku sengaja membiarkannya kering sendiri sejak kutemukan, saat menyelam di laut keluar dalam air. Fiona menjelaskan.

    mengapa tidak kau serahkan ke polisi saja waktu menemuinya sepuluh tahun yang lalu?

  • 73

    Tahukah susahya menemukan harta benda, di dalam laut, dan sungguh aku berat hati untuk meninggalkannya ucap sahut fiona yang menduga pasti akan rindu pada harta miliknya, menduga akan diambil agus. , aku tahu kita tidak berhak memilikinya karena tidak memiliki hak itu.

    benar, apakah hanya itu, yang kau temukan? sahut agus memastikan.

    tidak hanya itu saja, aku menemukannya dari dalam tas dan masih ada pelurunya. Ucap sahut Fiona sedikt khawatir.

    baik aku pinjam untuk sementara, waktu, karena untuk sebuah penyelidikan yang tergesa, gesa. kebetulan aku terkait dalam tugas kasus ini, sementara waktu kau ikut denganku membantu membuat laporan.

    apakah itu pembunuhan?sahut Fiona memastikan.

    apa tanya agus.

    kasus yang tergesa-gesa

    apakah kau menduga? tanya agus dengan heran menduga.

    aku menduga, karena senapan itu kulihat di internet dan itu, biasa di gunakan hanya untuk militer bukan, bentuknya seperti yang di film-film perangnya amerika.

    aku tidak tahu jenis ini, tapi akan aku check!

  • 74

    LABOTORIUM POLISI

    Komputer sedang masuk akses internasional, mencari data sidik jari para kriminal, untuk mereview, sidik jari dengan tampilan wajah seseorang yang cocok. Program komputer kusus di gunakan untuk bisa masuk akses itu, dan data base lokal tidak menemuinya, yang cocok dengan sidik jari orang Indonesia.

    Sudah dua bulan, lima puluh persen anggota masyarakt dari jumlah penduduk Indonesia telah di akses oleh program itu sidik jarinya, namun tidak ada yang cocok, dan artinya akan memakan waktu dua bulan kurang lebih, untuk mengakhiri data nasional di periksa mereka melakukan penegecekan scan yang cocok.

    apakah ada sidik jarinya di jurnal, serupa?

    ada tapi kami luput memeriksa, karena tiap lembar, pasti telah di sengaja oleh pembunuh seolah-olah membuat, seperti milik toni, sampai senapan ini tiba, selain sidik jari mereka para penyidik, baru ada kami temui identik, hal yang lain.

    Apa itu?

    air ludah dahak, meninggalkan tanda, dan itu membuat satu diantara lembaran lengket menempel seperti merekat, namun Tes Dna, tidak sesuai dengan Dna Toni. Ucap Agus, menambah dan walaupun ada aksesnya kita belum memiliki fasilitas review untuk Dna check program, dalam fasilitas lab komputer!

    Jadi petujuk kita hanya, sidik jari? tanya Cakra

  • 75

    benar, ucap sahut agus.

    Siapa bilang, kau agus!? humor seseorang masuk dalam ruangan, aku baru saja menunggu mereka selesai menginstalasi kebutuhan lab kita dengan program yang baru ucap seseorang yang masuk di dalam lab komputer tidak di kenalnya.

    siapakau? ucap tanya agus heran orang asing masuk di dalam ruangan.

    aku mayor dalam misi kalian yang baru? Mayor Lina mendapat rekomendasi untuk, pindah devisi, agar mempersiapkan level yang selanjutnya?

    Konseptualisasi level selanjutnya apa? tanya agus lebih penasaran dari, sekedar hanya bertanya namanya.

    bukan bunuh diri, ini pembunuhan, dan namaku Teguh, mayor Teguh.

    aku memeriksa, kita telah menahan Joko, percuma dia amatir untuk di sangka, karena aku menduga Sang Jenderal dari Vietnam itu masih hidup!

    teroris kita masih hidup? agus sulit percaya. ,bahkan dugaanku Albert, juga sedang di Incar untuk di bunuh.

    siapakah pembunuhnya? ucap tanya agus.

    kita tunggu review dari program mencocokkan data dugaku pembunuhnya orang amerika, yang bergabung dengan Jenderal, Nam, aku menduga buku jurnal itu hanya untuk menutupi bahwa, ia telah di ceritakan di hukum mati? Harun dengan humornya mengironikan

  • 76

    fakta yang berbalik merasa didengar aneh agus selama bertahun, tahun.

    apa motinya? tanya agus dijawab harun uang sang jendral, di curi, aku menduga jendral itu mengkhianati bangsanya, mengapa Albert juga tidak bersembunyi, mengikuti jejak ayah, angkatnya, yaitu berkhianat. Harun menambah dugaannya.

    albert menjual heroin, untuk dirinya bersenang- senang saja, tapi Toni masih mengira-k