penanaman nasionalisme pada paskibraka …eprints.uny.ac.id/44074/1/skripsi_wahyu...

251
i PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan oleh Wahyu Rohminingsih NIM 12110244011 PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN JURUSAN FILSAFAT DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA OKTOBER 2016

Upload: buiphuc

Post on 05-Feb-2018

257 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

i

PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

oleh

Wahyu Rohminingsih

NIM 12110244011

PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN

JURUSAN FILSAFAT DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

OKTOBER 2016

Page 2: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

ii

Page 3: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

iii

Page 4: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

iv

Page 5: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

v

MOTTO

Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat

suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak bertemunya ia

dengan kemajuan selangkah pun.

(Ir. Soekarno)

Page 6: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

Ayah, Ibu, Kakak serta seluruh keluarga tercinta

Almamater yang saya banggakan

Page 7: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

vii

PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

TAHUN 2015

Oleh

Wahyu Rohminingsih

NIM 12110244011

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan bagaimana penanaman

nasionalisme pada Paskibraka Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2015, 2)

mengetahui hasil penanaman nasionalisme pada Paskibraka Daerah Istimewa

Yogyakarta tahun 2015, dan 3) mendeskripsikan faktor pendukung dan

penghambat dalam penanaman nasionalisme pada Paskibraka Daerah Istimewa

Yogyakarta tahun 2015

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan

fenomenologi. Subjek penelitiannya yaitu Paskibraka Daerah Istimewa

Yogyakarta. Objek penelitian ini mengenai penanaman nasionalisme pada

Paskibraka Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2015. Teknik pengumpulan data

melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data menggunakan

model analisis interaktif Miles and Hubberman yaitu reduksi data, penyajian data

dan penarikan kesimpulan. Uji validitas data menggunakan triangulasi teknik,

sumber dan waktu.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) penanaman nasionalisme pada

Paskibraka Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2015 diwujudkan dalam dua

kegiatan utama yaitu latihan fisik dan pembinaan mental dengan menggunakan

pendekatan Desa Bahagia; 2) Nasionalisme tertanam dengan baik pada diri siswa

baik selama kegiatan ataupun sesudah menjadi Paskibraka; dan 3) Faktor

pendukung dalam penanaman nasionalisme pada Paskibraka meliputi: kerjasama

dengan instansi terkait, materi personil yang sudah baik dan adanya pembinaan

lanjutan. Sedangkan faktor penghambatnya meliputi: a) perbedaan persepsi antar

pihak, b) kondisi mental dan fisik siswa belum stabil, c) sulitnya mencari SDM

yang ideal, dan d) kurangnya sarana duplikasi tempat pengibaran bendera.

Kata Kunci: nasionalisme, Paskibraka, Daerah Istimewa Yogyakarta

Page 8: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

ini dengan tepat waktu. Tanpa itu semua, penulis tidak akan mampu menghadapi

segala tantangan yang dihadapi. Penyusunan skripsi ini melibatkan banyak pihak

yang telah memberikan bantuan, doa, dan dukungan kepada penulis. Maka,

dengan segenap ketulusan hati perkenankanlah penulis menyampaikan rasa

terimakasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kebijakan

untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta dan

segenap staf atas bantuan perihal perizinan dalam skripsi ini.

3. Ketua Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan serta seluruh dosen

program studi Kebijakan Pendidikan atas ilmu yang telah diberikan.

4. Bapak I Made Suatera, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dari awal hingga akhir.

5. Kepala Balai Pemuda dan Olahraga Daerah Istimewa Yogyakarta beserta

seluruh staf atas izin, bantuan dan kerjasamanya.

6. Purna Paskibraka Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta atas bantuan dan

kerjasamanya.

7. Orangtua dan seluruh keluarga atas cinta, doa dan dukungannya selama

ini.

Page 9: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

ix

Page 10: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

x

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ iii

HALAMAN PERNYATAAN................................................................. iv

MOTTO..................................................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. vi

ABSTRAK ............................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ............................................................................. viii

DAFTAR ISI .......................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 11

C. Fokus Penelitian ................................................................................. 12

D. Rumusan Masalah .............................................................................. 12

E. Tujuan Penelitian ................................................................................ 12

F. Manfaat Penelitian ............................................................................. 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian tentang Pendidikan Nilai.......................................................... 14

1. Pengertian Pendidikan ................................................................... 14

2. Tujuan Pendidikan ......................................................................... 15

3. Pengertian Nilai dan Sikap ............................................................. 17

4. Klarifikasi Nilai .............................................................................. 19

5. Pengertian Pendidikan Nilai ........................................................... 21

6. Landasan Pendidikan Nilai ............................................................ 23

7. Pendekatan Pendidikan Nilai ......................................................... 25

Page 11: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

xi

8. Lingkungan Pendidikan Nilai ......................................................... 29

B. Kajian tentang Nasionalisme ............................................................... 30

1. Pengertian Nasionalisme ................................................................ 30

2. Bentuk dan Unsur Pendorong Nasionalisme .................................. 32

3. Ciri-ciri Nasionalisme ..................................................................... 35

4. Arti penting Nasionalisme ............................................................... 36

C. Kajian tentang Paskibraka .................................................................... 38

1. Pengertian Paskibraka ..................................................................... 38

2. Tujuan Paskibraka ........................................................................... 40

3. Dasar Pelaksanaan Paskibraka Tahun 2015 ................................... 41

4. Bentuk Kegiatan Paskibraka ........................................................... 42

D. Kajian tentang Kebijakan Kepemudaan ............................................... 45

E. Penelitian yang Relevan ....................................................................... 49

F. Kerangka Pikir ..................................................................................... 51

G. Pertanyaan Penelitian .......................................................................... 54

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian .......................................................... 55

B. Setting Penelitian ................................................................................. 55

C. Subjek dan Objek Penelitian ................................................................ 56

D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 57

E. Instrumen Penelitian ............................................................................. 61

F. Teknik Analisis Data ............................................................................ 62

G. Keabsahan Data .................................................................................... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ..................................................................................... 67

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................ 67

2. Penanaman Nasionalisme pada Paskibraka....................................... 76

3. Faktor Pendukung dan Pengambat Penanaman Nasionalisme

pada Paskibraka ............................................................................... 121

Page 12: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

xii

B. Pembahasan ........................................................................................... 129

1. Penanaman Nasionalisme pada Paskibraka........................................ 129

2. Faktor Pendukung dan Pengambat Penanaman Nasionalisme

pada Paskibraka ................................................................................ 144

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................................ 147

B. Saran ...................................................................................................... 148

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 149

LAMPIRAN................................................................................................. 152

Page 13: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

xiii

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Pedoman Dokumentasi .................................................................. 62

Tabel 2. Waktu dan Tempat Diklat Paskibraka tahun 2015 ........................ 81

Page 14: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

xiv

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Kerangka Pikir ........................................................................... 51

Gambar 2. Struktur Organisasi BPO DIY.................................................... 71

Gambar 3. Alur Seleksi Paskibraka .............................................................. 79

Gambar 4. Struktur Organisasi Diklat Paskibraka Tahun 2015 ................... 84

Gambar 5. Komposisi Pasukan Paskibraka .................................................. 101

Page 15: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Lembar Observasi ............................................................. 152

Lampiran 2. Daftar Pertanyaan untuk Siswa ........................................ 153

Lampiran 3. Daftar Pertanyaan untuk Pelatih ........................................ 154

Lampiran 4. Daftar Pertanyaan untuk Panitia ........................................ 155

Lampiran 5. Pedoman Wawancara ......................................................... 156

Lampiran 6. Pedoman Observasi ............................................................ 159

Lampiran 7. Hasil Observasi Siswa Paskibraka .................................... 162

Lampiran 8. Hasil Observasi Pelatih Paskibraka ................................... 163

Lampiran 9. Catatan Lapangan................................................................ 164

Lampiran 11. Penyajian Data, Reduksi, dan Penarikan Kesimpulan......... 172

Lampiran 12. Dokumentasi Kegiatan ........................................................ 206

Lampiran 13. Triangulasi Data .................................................................. 208

Lampiran 13. Surat Keputusan BPO DIY tentang Pembentukan

Paskibraka tahun 2015 ......................................................... 211

Lampiran 14. Jadwal Kegiatan Diklat Paskibraka tahun 2015 ................... 214

Lampiran 15. Pengantar Renungan Jiwa ................................................... 222

Lampiran 16. Pengantar Pengukuhan .......................................................... 228

Lampiran 17. Daftar Peserta Paskibraka tahun 2015.................................... 233

Lampiran 18. Surat Izin Penelitian dari FIP UNY ....................................... 235

Lampiran 19. Surat Izin Penelitian dari Gubernur DIY................................ 236

Page 16: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kesatuan dengan Undang-Undang Dasar

1945 dan Pancasila sebagai dasar negaranya. Pembukaan UUD 1945 terdiri

dari empat alinea. Alinea pertama menyatakan bahwa kemerdekaan adalah

hak segala bangsa. Alinea kedua berisi tentang keberhasilan perjuangan

pergerakan kemerdekaan rakyat Indonesia. Alinea ketiga berisi tentang

pernyataan kemerdekaan rakyat Indonesia. Alinea keempat Pembukaan

Undang-Undang Dasar 1945 berisi hal-hal yang mendasar bagi Indonesia.

Hal tersebut meliputi tujuan negara, ketentuan akan adanya UUD, bentuk

negara, dan dasar negara Pancasila. Tujuan negara yang tercantum dalam

Pembukaan UUD 1945 yaitu: membentuk suatu pemerintah Negara

Indonesia yang melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah

darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan

bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Tujuan negara yang disebutkan dalam Pembukaan UUD 1945

sampai saat ini belum benar-benar dapat diwujudkan. Berbagai upaya masih

terus dilakukan agar cita-cita dan tujuan negara dapat tercapai. Hal yang

masih menjadi salah satu fokus pemerintah dalam mencapai tujuan negara

adalah bagaimana cara mencerdaskan kehidupan bangsa. Mencerdaskan

kehidupan bangsa menjadi fokus karena hal ini melibatkan banyak aspek.

Dunia pendidikan saat ini masih mengalami berbagai permasalahan. Peran

Page 17: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

2

pendidikan sebagai tempat transfer pengetahuan dan pelestarian nilai-nilai

luhur bangsa belum berjalan secara maksimal. Pendidikan akan membentuk

manusia dalam menjalankan perannya masing-masing, sehingga peran dan

fungsi pendidikan harus dapat dimaksimalkan. Fungsi pendidikan diantaranya

adalah menyiapkan manusia dalam menjalankan kodratnya sebagai manusia,

menyiapkan manusia untuk menghadapi dunia kerja dan menyiapkan

manusia menjadi warga negara yang baik (Dwi Siswoyo, dkk, 2007: 24).

Secara lebih rinci dijelaskan bahwa fungsi pertama kaitannya dengan

pendapat Driyarkara, pendidikan adalah usaha memanusiakan manusia.

Fungsi kedua dimaksudkan bahwa pendidikan pendidikan dilaksanakan agar

manusia dapat berkarya. Fungsi ketiga, pendidikan menyiapkan warga negara

yang baik maksudnya adalah agar manusia dapat melaksanakan hak dan

kewajibannya sebagai warga negara, dan menjadi patriot nasional. Tujuan dan

fungsi pendidikan di Indonesia sendiri diatur dalam UU Nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu:

Pasal 3

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Mengembangkan kemampuan dan watak serta peradaban yang

bermartabat maksudnya bahwa pendidikan memiliki tugas membentuk

generasi yang akademis dan nasionalis. Generasi muda Indonesia dibentuk

melalui pendidikan formal atau nonformal agar memiliki kemampuan

Page 18: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

3

kognitif dan afektif yang baik serta mampu mempertahankan nilai luhur

bangsa berdasar jiwa Pancasila. Pendidikan karakter menjadi salah satu cara

yang digalakkan pemerintah untuk menggerakkan fungsi sekolah dalam

mengembangkan aspek kognitif dan afektif sebagai sarana untuk

mempertahankan nilai-nilai luhur bangsa pada generasi muda di Indonesia.

Pendidikan karakter digalakkan dengan harapan mampu

mengembalikan dan menjaga agar nilai-nilai budaya dan nasionalisme

generasi muda agar dapat menjadi modal utama mempertahankan Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Saat ini generasi muda Indonesia rentan

terbawa arus globalisasi. Budaya asing masuk dengan mudah, hal itu lambat

laun dapat mengikis nilai-nilai budaya bangsa dan membuka celah

merasuknya paham-paham yang dapat mengubah ideologi Pancasila di mata

generasi muda khususnya para siswa. Salah satu penyebabnya adalah karena

generasi muda selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi (iptek). Siswa sebagai generasi muda saat ini akan menjadi penerus

yang harus mampu mengisi kemerdekaan dengan pembangunan nasional.

Nasionalisme adalah salah satu modal utama pembangunan Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

Nasionalisme bangsa Indonesia adalah wujud rasa cinta terhadap

negara dan tanah air berlandaskan Pancasila sila ketiga, persatuan Indonesia.

Nasionalisme yang berlandaskan Pancasila menuntun generasi penerus

bangsa memiliki sikap menjujung tinggi kemanusiaan, tenggang rasa, dan

meyakini bahwa Indonesia juga bagian dari seluruh dunia. Globalisasi

Page 19: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

4

membuat seluruh dunia seakan berada dalam satu genggaman menjadi

tantangan besar bagi Indonesia. Tantangan tersebut dapat diatasi apabila

nasionalisme terutama para generasi muda berada di tingkatan (level) yang

baik.

Nasionalisme menjadi paham yang sangat penting untuk membuat

Indonesia mampu bertahan dalam menghadapi ancaman dan tantangan dari

luar di era global. Setiap generasi harus senantiasa menjunjung tinggi

nasionalisme dalam dirinya, namun kenyataan saat ini justru menunjukkan

kemerosotan. Merosotnya nasionalisme juga terjadi pada diri generasi muda,

padahal generasi muda khususnya siswa akan menjadi ujung tombak bagi

Indonesia untuk menentukan nasib bangsa di masa depan.

Turunnya nasionalisme siswa tercermin melalui sikap mereka dalam

memaknai hal-hal yang penting bagi Bangsa Indonesia. Contohnya, ketika

upacara bendera dilaksanakan baik upacara setiap hari Senin, atau bahkan

upacara untuk memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia dan

hari-hari besar lainnya. Banyak kita jumpai siswa sibuk bercengkerama

dengan teman lainnya, padahal seharusnya mereka mengikuti upacara

dengan hikmat untuk mengenang dan menghargai jasa para pahlawan.

Selain itu, generasi muda atau siswa lebih tertarik terhadap produk import

dibandingkan dengan produk buatan dalam negeri. Hal yang lebih

memprihatinkan ialah banyak siswa di Yogyakarta yang tidak hafal ideologi

bangsa kita, yaitu Pancasila. Sejalan dengan apa yang diungkapkan Kepala

Pusat Studi Pancasila (PSP) Universitas Gadjah Mada yaitu Dr. Heri Santosa,

Page 20: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

5

bahwa ada temuan di tiga SMA di DIY yakni sebanyak 100 siswa diminta

menulis teks Pancasila secara benar dan urut, tidak ada satu pun yang

menghafalkan dengan benar (dikutip dari jogja.tribunnews.com).

Menurunnya kualitas kepribadian atau karakter siswa seperti: tidak lagi

mengenal tenggang rasa, budaya jujur yang semakin hilang ketika ujian, dan

hilangnya rasa hormat kepada orangtua, guru, dan pemimpin juga menjadi

sikap yang menunjukkan nasionalisme dalam diri generasi muda mulai

memudar.

Kenyataan di atas dapat menggambarkan bahwa penanaman

nasionalisme di sekolah formal belum maksimal. Hal ini diperkuat dengan

salah satu hasil penelitian Dwi Astuti Setiawan tentang pembelajaran PPKn di

SMA Negeri 2 Bantul Yogyakarta masih belum optimal karena hanya

dilakukan dengan diskusi dan tanya jawab. Artinya, pendidikan formal di

sekolah harus didukung dengan kegiatan di luar sekolah yang mampu

memperkuat penanaman nasionalisme di sekolah.

Jalan keluar yang diupayakan melalui jalur pendidikan untuk

mengatasi kondisi di atas adalah mengembangkan kegiatan dalam rangka

meningkatkan rasa nasionalisme bagi para siswa di luar sekolah (nonformal).

Pendidikan baik formal, informal, maupun nonformal merupakan salah satu

langkah mencerdaskan kehidupan bangsa dan menimbulkan potensi anak

didik sesuai dengan apa yang tertuang dalam Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada

pasal 1 dan 2 yakni

Page 21: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

6

pasal 1 :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan

akhlak, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa

dan negara.

pasal 2 :

Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila

dan Undang-Undang Dasar Negara RI tahun 1945 yang berakar pada

nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggapan

terhadap tuntutan perubahan zaman.

Langkah yang dilakukan dalam rangka penanaman nasionalisme tak

hanya dilakukan secara formal di sekolah, ada pula kegiatan di luar sekolah

(nonformal). Salah satu program dalam rangka meningkatkan nasionalisme

pada pendidikan nonfomal adalah kegiatan Pasukan Pengibar Bendera

Pusaka (Paskibraka). Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia,

Imam Nahrowi menegaskan bahwa anggota Paskibraka harus berjiwa

nasionalis (dikutip dari laman beritasatu.com). Kegiatan Paskibraka ditangani

oleh Balai Pemuda dan Olahraga. Balai Pemuda dan Olahraga adalah unit

pelaksana teknis Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Daerah Isimewa

Yogyakarta yang mengurusi bidang kepemudaan dan keolahragaan.

Kegiatan pembentukan Paskibraka menjadi wewenang Balai Pemuda

dan Olahraga karena terkait dengan kebijakan kepemudaan yang tertuang

dalam Undang-undang Kepemudaan Nomor 40 Tahun 2009 tentang

Kepemudaan. Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) lahir

bersamaan dengan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada

tanggal 17 Agustus 1945. Menjelang Hari Ulang Tahun ke-2 Kemerdekaan

Page 22: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

7

Republik Indonesia, Presiden Soekarno memanggil ajudan beliau yaitu

Mayor Husein Mutahar untuk mempersiapkan dan memimpin upacara

peringatan Proklamasi Republik Indonesia di Istana Presiden (Gedung

Agung) Yogyakarta.

Mayor Husein Mutahar berpikir bahwa untuk menumbuhkan

persatuan bangsa, pengibaran bendera pusaka sebaiknya dilakukan oleh

pemuda di seluruh Indonesia. Pada tahun 1967, Husein Mutahar dipanggil

kembali oleh Presiden Soekarno untuk menangani lagi masalah pengibaran

Bendera Pusaka. Berdasarkan ide dasar pelaksanaan tahun 1946 di

Yogyakarta inilah kemudian beliau mengembangkan formasi pengibaran

menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok 17 sebagai kelompok

pengiring/pemandu, kelompok 8 sebagai pembawa/inti, dan kelompok 45

sebagai pengawal. Formasi tersebut adalah simbolisasi kemerdekan Republik

Indonesia (17-8-45).

Sejak tahun 1967 sampai tahun 1972, Pasukan Pengibar Bendera

Pusaka adalah remaja SMA utusan dari 26 provinsi di Indonesia. Setiap

provinsi diwakili sepasang remaja yang dinamakan Pasukan Pengerek

Bendera Pusaka. Pada tahun 1973, Idik Sulaeman melontarkan akronim untuk

Pasukan Pengibar Bendera Pusaka yaitu Paskibraka. Selanjutnya, Pasukan

Pengibar Bendera Pusaka disebut dengan Paskibraka.

Seiring dengan perkembangan zaman sejak Proklamasi Kemerdekaan

Republik Indonesia, pemimpin bangsa mencari pola pembinaan dan

pengembangan generasi muda yang tepat untuk menjaga keutuhan Negara

Page 23: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

8

Kesatuan Republik Indonesia. Program pembinaan dan pengembangan

generasi muda bertujuan untuk melatih kepemimpinan, keterampilan, dan

kedisiplinan pemuda. Oleh karena itu, untuk menumbuhkan dan menguatkan

nilai kebangsaan, cinta tanah air, persatuan dan kesatuan, serta wawasan

kebangsaan, salah satu model pembinaan pengembangan kepemimpinan

nasional yang diterapkan adalah Pendidikan dan Pelatihan Paskibraka.

Kegiatan pembentukan Paskibraka ini diharapkan mampu menjadi

salah satu program kepemudaan dalam rangka menanamkan dan

meningkatkan rasa nasionalisme, cinta tanah air, serta semangat kebangsaan

khususnya pada siswa tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Momentum

perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia tak pernah lepas dari peran

Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) yang terdiri atas kumpulan

putra-putri terbaik daerah, baik di tingkat kabupaten/kota, provinsi, hingga

tingkat nasional.

Balai Pemuda dan Olahraga Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki

wewenang untuk melaksanakan secara langsung pembentukan Pasukan

Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) di tingkat provinsi mulai dari seleksi,

pendidikan dan latihan, pelaksanan tugas, dan pengiriman wakil dari tingkat

provinsi ke tingkat nasional. Hingga saat ini, Paskibraka masih memiliki

daya tarik yang tinggi bagi siswa khususnya siswa Sekolah Menengah

Atas/sederajat. Tingginya minat siswa menjadi Paskibraka terbukti dari

jumlah siswa yang mengikuti seleksi pada setiap tingkat.

Page 24: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

9

Koordinator Tim Seleksi Paskibraka Sleman, Isnanini Fajri

mengungkapkan bahwa proses seleksi tingkat kabupaten Sleman diikuti 200

siswa, jumlah tersebut terdiri dari 112 peserta putra dan 88 putri (dikutip dari

jogja.tribunnews.com). Mereka merupakan peserta lolos pada seleksi wilayah

yang diikuti SMA, SMK, dan MA se Kabupaten Sleman. Data yang diperoleh

dari Kantor Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bantul (dikutip dari

pora.bantulkab.go.id) pada tahun 2015 peserta seleksi mencapai 250 peserta,

jumlah tersebut jauh lebih banyak dibanding tahun sebelumnya. Kabid

Pemuda dan Olahraga Disdikpora Gunungkidul, Agung Danarta, S.Sos, M.SE

mengungkapkan bahwa jumlah peserta yang mengikuti seleksi pada hari

pertama mencapai 400 siswa. Selanjutnya menurut data Purna Paskibraka

Indonesia (PPI) Kota Yogyakarta, peserta seleksi Paskibraka dari Kota

Yogyakarta berjumlah 199 siswa.

Banyak yang ingin menjadi anggota Paskibraka, namun tidak semua

orang bisa mendapat pengalaman pendidikan menjadi Paskibraka. Terlepas

dari tingginya minat siswa pada Paskibraka, program ini masih memiliki

masalah khususnya dalam pelaksanaan programnya. Berdasarkan hasil

observasi awal yang dilakukan peneliti, kegiatan Paskibraka dilaksanakan

dalam waktu singkat, dengan jadwal latihan yang begitu padat. Evaluasi

kegiatan juga belum maksimal karena keterbatasan jumlah personil tim

evaluasi. Hasil wawancara dengan salah satu Purna Paskibraka Indonesia

DIY menunjukkan bahwa kegiatan yang dilakukan selama menjadi

Paskibraka sangatlah banyak dan cukup menguras tenaga. Observasi awal

Page 25: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

10

juga menunjukkan bahwa banyak sekali rangkaian kegiatan yang harus

diikuti dalam pendidikan dan latihan Paskibraka.

Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Paskibraka adalah hal

yang menarik untuk diteliti, namun belum banyak meneliti lebih dalam

tentang penanaman nasional pada Paskibraka. Diklat Paskibraka sebagai salah

satu kegiatan dalam rangka menanamkan nasionalisme generasi muda

menjadi hal yang menarik untuk dikaji karena Paskibraka sudah lahir sejak

Hari Proklamasi Republik Indonesia Tahun 1945. Diklat Paskibraka juga

menjadi model pembinaan dan pengembangan kepemimpinan nasional untuk

siswa Sekolah Menengah Atas yang hanya didapat sekali seumur hidup.

Hanya siswa-siswi dengan kemampuan akademik ataupun non akademik

unggul serta memenuhi syarat tertentu yang dapat menjadi Paskibraka.

Penanaman nilai-nilai kebangsaan, cinta tanah air, dan wawasan kebangsaan

pada Paskibraka pun dilakukan dengan cara atau pendekatan khusus di luar

sekolah yang sangat menjunjung tinggi ideologi bangsa, yaitu Pancasila.

Paskibraka sebagai salah satu model pembinaan dan kepemimpinan generasi

muda hanya didapatkan sekali seumur hidup dalam waktu yang cukup

singkat, sehingga keefektifan model pembinaan kepemimpinan ini masih

dipertanyakan. Hal ini menarik peneliti untuk melakukan penelitian lebih

mendalam tentang penanaman nasionalisme pada Paskibraka. Penelitian akan

dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul “Penanaman Nasionalisme

pada Paskibraka Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015”.

Page 26: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

11

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka identifikasi masalah dalam

penelitian ini, yaitu:

1. Peran pendidikan, khususnya sebagai tempat transfer pengetahuan dan

pelestarian nilai-nilai luhur bangsa belum berjalan secara maksimal.

2. Generasi siswa saat ini Indonesia rentan terbawa arus globalisasi

karena pengaruh perkembangan iptek.

3. Mudahnya budaya asing yang masuk ke Indonesia dapat merusak

ideologi Pancasila.

4. Penanaman nasionalisme di sekolah formal belum maksimal karena

hanya dilakukan dengan metode diskusi dan tanya jawab.

5. Pelaksanaan Paskibraka belum optimal karena dilaksanakan dalam

waktu singkat dan dengan jadwal latihan yang begitu padat.

6. Belum banyak pihak yang meneliti lebih dalam tentang penanaman

nasionalisme pada Paskibraka.

7. Diklat Paskibraka menjadi salah satu model pembinaan dan

pengembangan kepemimpinan nasional dalam rangka penanaman

nasionalisme generasi muda khususnya siswa Sekolah Menengah Atas

(SMA) yang hanya didapat sekali seumur hidup, sehingga keefektifan

model pembinaan ini masih dipertanyakan.

Page 27: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

12

C. Fokus Penelitian

Dari beberapa identifikasi masalah di atas, maka peneliti hanya

memfokuskan penelitian berkaitan dengan penanaman nasionalisme pada

Paskibraka Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus penelitian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini, yaitu:

1. Bagaimana penanaman nasionalisme pada Paskibraka Daerah

Istimewa Yogyakarta Tahun 2015?

2. Bagaimana hasil penanaman nasionalisme pada Paskibraka Daerah

Istimewa Yogyakarta Tahun 2015?

3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam penanaman

nasionalisme pada Paskibraka Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun

2015 ?

E. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan bagaimana penanaman nasionalisme pada

Paskibraka Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015.

2. Mengetahui bagaimana hasil penanaman nasionalisme pada

Paskibraka Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015.

3. Mendeskripsikan apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam

penanaman nasionalisme pada Paskibraka Daerah Istimewa

Yogyakarta Tahun 2015.

Page 28: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

13

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

a. Mendukung teori khususnya di bidang pendidikan tentang penanaman

nasionalisme pada siswa.

b. Menjadi bahan acuan bagi penelitian sejenis ataupun bahan

pertimbangan apabila ada penelitian lanjutan dengan tema yang sama

yaitu kebijakan kepemudaan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Siswa dapat mengetahui pentingnya penanaman nasionalisme dan

dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

b. Bagi Lembaga

Lembaga dapat menjadikan hasil penelitian untuk merumuskan

kebijakan terkait penanaman nasionalisme pada siswa Paskibraka.

Selain itu juga dapat dijadikan bahan evaluasi terhadap

penyelenggaraan kegiatan Paskibraka selanjutnya.

c. Bagi Program Studi Kebijakan Pendidikan

Mengetahui bagaimana pelaksanaan kebijakan kepemudaan yang ada

dalam penanaman nasionalisme pada Paskibraka sebagai salah satu

kegiatan yang mendukung pendidikan karakter melalui jalur

pendidikan nonformal.

Page 29: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian tentang Pendidikan Nilai

1. Pengertian pendidikan

H.A.R Tilaar menyatakan bahwa hakikat pendidikan adalah

proses memanusiakan anak manusia yaitu menyadari akan manusia yang

merdeka (2005: 112). Arti manusia yang merdeka dalam hal ini adalah

manusia yang kreatif dan diwujudkan dalam budayanya. Sejak lahir

hingga dewasa, manusia dibesarkan dalam lingkungan dan kebiasaan dan

budayanya sendiri. Hal tersebut akan menciptakan manusia yang

membudaya, disinilah makna memanusiakan anak manusia itu sendiri.

Dwi Siswoyo, dkk (2011: 1) menyatakan pendidikan sebagai

usaha sadar bagi pengembangan manusia dan masyarakat, mendasarkan

pada landasan pemikiran tertentu. Pendidikan adalah proses

memanusiakan manusia berdasarkan atas pandangan hidup, filsafat

hidup, latar belakang sosiokultural tiap masyarakat, dan pemikiran

psikologis tertentu.

Pendapat lain menyatakan bahwa pendidikan adalah :

Pendidikan dalam konteks kekinian adalah upaya untuk

mengembangkan, mendorong, dan mengajak manusia agar tampil

lebih progresif dengan berdasarkan pada nilai yang tinggi dan

kehidupan yang mulia agar terbentuk pribadi yang sempurna, baik

yang berkaitan dengan akal, perasaan, maupun perbuatan

(Muhammad Takdir Ilahi, 2012: 27).

Page 30: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

15

Melihat beberapa pengertian pendidikan di atas, dalam penelitian

ini peneliti menarik kesimpulan yang merujuk pada pengertian yang

disampaikan Muhamad Takdir Ilahi bahwa pendididkan adalah usaha

untuk membuat manusia berkembang lebih maju berdasarkan nilai luhur

yang tinggi sehingga terwujud insan yang tidak hanya berakal, tetapi juga

berbudi baik sesuai dengan adat dan budayanya.

Pendidikan menjadi sarana utama untuk mempertahankan budaya

bangsa agar dapat menciptakan generasi yang beradab dan berbudaya.

Generasi muda ini nantinya adalah pewaris budaya bangsa yang

bertanggung jawab untuk melestarikan segala nilai luhur dan budaya

yang telah ada. Pendidikan diharapkan mampu membentuk manusia yang

berjiwa pemimpin dan mampu mempertahankan eksistensi bangsa kita di

masa depan.

2. Tujuan Pendidikan

Pendidikan mengurusi dua hal mendasar yaitu pengetahuan dan

nilai (Sudiarja, 2014: 105). Pengetahuan yang didapat dari proses

pendidikan contohnya kita dapat mengetahui tentang teori dan praktik

dari suatu hal, prinsip dasar, hingga penerapannya. Sedangkan nilai,

pengetahuan itu bisa dipandang sebagai salah satu nilai, disamping nilai-

nilai lain, moral, keindahan, religius, kesehatan, kemanfaatan, dan

sebagainya. Pendidikan mengajarkan bagaimana manusia menempatkan

diri pada setiap lingkungan dan nilai yang berlaku di dalamnya, status

bagi sebagai individu atau sebagai warga negara. Sejalan dengan yang

Page 31: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

16

diungkapkan oleh H.A.R Tilaar bahwa pendidikan seharusnya

menyadarkan akan hak-hak politik seseorang misalnya hak untuk

menentukan dirinya sendiri, hak untuk memilih, atau hak untuk

mewujudkan nilai-nilai kemanusiannya (Tilaar, 2005: 129).

Pendidikan bertujuan untuk membimbing, membina, dan

mengarahkan potensi hidup manusia agar terbentuk prinsip hidup yang

lebih matang dan terarah. Pendidikan secara operasional mengandung

dua aspek, yaitu menjaga atau memperbaiki dan aspek menumbuhkan

atau membina (Muhammad Takdir Ilahi, 2012: 29). Aspek ini sangat erat

kaitannya dengan kemampuan dasar manusia untuk mengembangkan

potensinya. Pengembangan potensi ini berperan dalam menciptakan dan

meningkatkan kualitas sumber daya manusia seiring dengan berjalannya

pembangunan nasional di masa depan.

Pembangunan nasional yang akan diwujudkan bangsa kita di

masa depan perlu dipersiapkan dengan membentuk manusia yang

memiliki ilmu, berpendidikan dan beradab. Banyak proses yang harus

dilewati setiap individu untuk berperan dalam mewujudkan

pembangunan nasional yang berkelanjutan. Proses tersebut tidak lain

adalah pendidikan. Pendidikan sebagai suatu proses merupakan suatu

interaksi antara pendidik dan peserta didik di dalam masyarakat (Tilaar,

2002: 9).

Pendidikan yang dijalani dalam masyarakat bertujuan untuk

menanamkan benih-benih budaya dan peradaban manusia yang berdasar

Page 32: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

17

atas nilai luhur atau visi yang terus berkembang seiring dengan kemajuan

zaman. Pendidikan menjadi bekal yang kuat untuk menghadapi segala

tantangan di segala bidang baik politik, ekonomi, sosial, maupun budaya.

Bekal yang didapat dari proses pendidikan yang telah dilewati akan

menjadi acuan bagi generasi muda untuk mengawal pembangunan

nasional dengan tetap mempertahankan nilai luhur dan budaya bangsa di

tengah gencarnya budaya asing yang masuk.

3. Pengertian Nilai dan Sikap

Rukiyati, dkk (2008: 58) menyatakan istilah nilai dipakai untuk

menunjuk kata benda abstrak yang artinya “keberhargaan” (worth) atau

kebaikan (goodness). Nilai pada dasarnya merupakan sifat atau kualitas

yang ada pada suatu objek. Objek mengandung nilai berarti ada sifat atau

kualitas pada suatu objek tersebut.

Nilai erat kaitannya dengan cita-cita, harapan, dambaan, dan

keharusan. Manusia menilai sesuatu, kemudian menimbang. Menimbang

sama halnya dengan menilai suatu objek atau perilaku dan

menghubungkannya dengan sesuatu yang lain, lalu menghasilkan sebuah

keputusan. Keputusan tersebut mengandung nilai apakah suatu objek atau

perilaku yang dilakukan dapat berguna, benar salah, baik buruk, indah

jelek, dan suci atau berdosa.

Nilai dalam kehidupan manusia digunakan sebagai landasan dan

motivasi dalam melakukan setiap tindakan. Nilai (values) adalah intisari

dari sebuah pengalaman individual manusia (Haris Herdiansyah, 2013:

Page 33: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

18

21). Nilai merupakan sesuatu yang diresapi, dimaknai, dijadikan landasan

dan ukuran dalam bersikap atau berperilaku. Hal tersebut tidak lepas dari

refleksi pengalaman yang terjadi di masa lalu setiap individu. Tidak

tertutup kemungkinan bahwa nilai bukan berasal dari pengalaman

pribadi, nilai dapat pula berasal dari pengalaman orang lain. Pengalaman

orang lain itu dianggap layak oleh individu untuk dijadikan panutan

dalam hidupnya.

Setelah mengetahui beberapa pengertian mengenai nilai, dapat

ditarik kesimpulan bahwa nilai adalah sesuatu yang diyakini oleh

seseorang berkaitan dengan baik atau tidak baik dan dijadikan landasan

dalam bersikap. Dengan kata lain, nilai tersebut menjadi sebuah acuan

atau patokan dalam bersikap sehari-hari.

Sikap merupakan refleksi dari nilai yang dimiliki oleh seorang

individu (Gita Enggarwati, 2014: 9). Keyakinan yang dianggap baik atau

buruk dalam sebuah nilai tersebut direfleksikan oleh sikap yang diambil

seseorang. Seseorang akan bersikap baik apabila ia meyakini dari nilai

yang dianggap baik, begitu pula sebaliknya.

Sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Wina Sanjaya (Gita

Enggarwati, 2014: 9) bahwa sikap sebagai kecenderungan seseorang

untuk menerima atau menolak suatu objek berdasarkan nilai yang

dianggapnya baik atau tidak baik. Kecenderungan dalam menerima nilai

tersebut dapat di latar belakangi oleh agama yang dianut, maupun budaya

yang ada dalam lingkungan

Page 34: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

19

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa sikap merupakan perwujudan dari nilai-nilai yang diyakini dalam

kehidupan. Perwujudan dari nilai-nilai yang diyakini dapat dilihat dari

bagaimana seorang individu bersikap dalam kehidupan di lingkungannya.

Sikap-sikap tersebut nantinya akan membentuk kepribadian seseorang.

4. Klarifikasi Nilai

Pemahaman setiap orang mengenai nilai itu memang berbeda-

beda. Tidak semua yang dianggap baik atau tidak baik oleh seseorang

berarti dianggap demikian juga bagi orang lain. Setiap orang berhak

memiliki definisi dan pemahaman sendiri tentang mana nilai yang

penting dan mendesak untuk diperjuangkan dan ditumbuhkan dalam

hidup mereka (Doni Koesoema, 2012: 31).

Perbedaan pemahaman tentang nilai pada masing-masing orang

dapat memicu timbulnya konflik nilai. Nilai sangat erat hubungannya

dengan kebaikan, meskipun keduanya dapat dibedakan sesuai dengan

konteks hidup (Andreas Doweng Bolo, 2012: 42). Konteks hidup itu pula

yang mempengaruhi bagaimana pandangan yang berbeda pada setiap

orang. Perbedaan pemahaman yang terjadi perlu adanya sebuah

klarifikasi agar seseorang dapat mengetahui apa nilai yang dianggap

benar dan harus diyakini.

Klarifikasi nilai adalah istilah untuk mengatasi perbedaan-

perbedaan paham mengenai nilai (Sudiarja, 2014: 123). Perbedaan

paham mengenai nilai muncul karena adanya perbedaan latar belakang

Page 35: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

20

keluarga dan agama. Adanya klarifikasi nilai ini dimaksudkan agar

apabila terjadi perdebatan mengenai nilai dapat dijelaskan secara

rasional. Selanjutnya, seseorang dapat memilih nilai yang baik untuk

diterapkan.

Darmiyati Zuchdi dalam bukunya yang berjudul Humanisasi

Pendidikan (2008: 10) menyatakan:

Pendekatan klarifikasi nilai digunakan untuk untuk mengajarkan

suatu bentuk inkuiri nilai, yang melibatkan proses berikut.

1. Menghargai kepercayaan dan perilaku pribadi

a. menghargai dan menjunjung tinggi;

b. menyatakan secara terbuka.

2. Memilih kepercayaan dan perilaku pribadi

a. Memilih dari berbagai alternatif;

b. Memilih setelah mempertimbangkan konsekuensi;

c. Memilih secara bebas.

3. Bertindak sesuai dengan kepercayaan pribadi

a. Bertindak;

b. Bertindak menurut pola, konsisten, dan berulang-ulang

(Hermin, 1988).

Pendekatan klarifikasi nilai nantinya akan menuntun pemikiran

individu untuk menemukan pemahaman yang benar terhadap suatu nilai

yang diyakini. Proses-proses yang dilibatkan dalam klarifikasi nilai

membuat individu menemukan atau memecahkan sendiri perbedaan

pemahaman nilai yang ada. Konsekuensi dan pola yang diyakini

seseorang menuntunnya pada pengambilan tindakan dan sikap sebagai

wujud keyakinan terhadap nilai yang dianggap benar.

Page 36: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

21

5. Pengertian Pendidikan Nilai

Pendidikan nilai pada dasarnya terdiri atas dua unsur penting,

yaitu pendidikan dan nilai. Keterkaitan pendidikan dan nilai tersebut

menumbuhkan makna baru mengenai apa itu pendidikan nilai. Pengertian

pendidikan nilai menurut Rahmat Mulyana (2004: 119), pendidikan nilai

adalah pengajaran atau bimbingan kepada peserta didik agar menyadari

nilai kebenaran, kebaikan, dan keindahan, melalui proses pertimbangan

nilai yang tepat dan pembiasaan bertindak yang konsisten.

Pendidikan nilai adalah pengajaran dan penanaman nilai-nilai

yang ada dalam kehidupan kepada peserta didik. Sejalan dengan

pendapat Sastrapradja (Rahmat Mulyana, 2004: 119) bahwa pendidikan

nilai adalah penanman dan pengembangan nilai-nilai pada seseorang.

Penanaman nilai pada peserta didik tidak dapat dilakukan tanpa adanya

pendidik yang memberikan pengajaran atau bimbingan tentang nilai

tersebut.

Penanaman nilai kepada seseorang memerlukan pembiasaan atau

keteladanan pendidik baik dari seorang guru, orang yang lebih tua dan

siapapun dalam lingkungannya. Pendidikan yang diupayakan tidak dapat

berlangsung maksimal apabila tidak ada keteladanan dari seorang

pendidik. Nilai adalah sesuatu yang dianggap berharga dan berkaitan

dengan baik-buruknya suatu objek.

Adanya pendidikan nilai diharapkan dapat membuat seseorang

memiliki kepribadian yang baik, memiliki sopan-santun, bersikap hormat

Page 37: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

22

dan menanamkan nilai moral dalam setiap aspek kehidupannya.

Pendidikan nilai membantu seseorang memahami, meyakini dan

menanamkan nilai-nilai yang ada dalam budaya bangsa kita. Sejalan

dengan apa yang diungkapkan Aceng Kosasih (tanpa tahun: 12) bahwa

pendidikan nilai adalah pendidikan yang mempertimbangkan objek dari

sudut moral dan sudut pandang nonmoral, yang meliputi estetika yaitu

menilai objek dari sudut pandang keindahan secara pribadi, dan etika

yaitu menilai benar atau salahnya dalam hubungan antarpribadi.

Pendidikan nilai berkaitan dengan pendidikan dalam konteks

umum, hal yang menjadi titik temunya adalah membentuk perilaku

manusia berdasarkan nilai etika dan moral yang diwujudkan melalui

keteladanan. Keteladanan yang ditonjolkan dalam menanamkan nilai

kepada seseorang dilakukan oleh pendidik, baik itu di sekolah atau di

luar lingkungan sekolah. Pendidikan ini biasa disebut pendidikan

indoktrinatif karena pendidikan nilai bersifat menanamkan paham mana

yang dinilai baik dan mana yang tidak baik.

Pendidikan nilai membutuhkan keteladanan dari seorang

pendidik, keteladanan itu sebaiknya terus ditunjukkan dan dibiasakan

agar tidak hanya didapat dalam kelas atau di dalam keluarga saja.

Pembiasaan yang dilakukan tersebut diharapkan membuat pendidikan

nilai berjalan dengan maksimal dimanapun seseorang berada. Dengan

demikian, pendidikan nilai yang dimaksudkan adalah pendidikan yang

dilakukan untuk menanamkan atau memberikan pemahaman kepada

Page 38: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

23

seseorang mengenai apa yang baik dan apa yang buruk melalui

keteladanan atau pembiasaan dari pendidik.

Menanamkan pengetahuan mengenai apa yang baik dan buruk ini

merupakan salah satu tujuan diadakannya pendidikan nilai. Tujuan

pendidikan nilai menurut Rahmat Mulyana (2004: 119) adalah untuk

membantu peserta didik agar memahami, menyadari, dan mengalami

nilai-nilai dan mampu menerapkannya secara integral dalam kehidupan.

Tugas pendidik menjadi ujung tombak keberhasilan untuk mencapai

tujuan pendidikan nilai itu sendiri.

Setelah mengetahui beberapa definisi pendidikan nilai di atas,

dalam penelitian ini peneliti memaknai pendidikan nilai yang mengacu

pada pendapat Sastrapradja, pendidikan nilai merupakan proses

penanaman dan pengembangan nilai-nilai pada seseorang atau siswa.

6. Landasan Pendidikan Nilai

Pendidikan nilai memiliki beberapa landasan yang harus

diketahui sebagai dasar agar pelaksanaan pendidikan nilai dapat berjalan

dengan baik. Landasan pendidikan nilai menurut Rahmat Mulyana (2004:

124) terdiri atas empat bagian, yaitu: landasan filosofis, landasan

psikologis, landasan sosiologis, dan landasan estetik.

Landasan filosofis pendidikan nilai cenderung menekankan pada

aspek hakikat manusia dan hakikat nilai itu sendiri secara filosofis.

Dijelaskan lebih lanjut menurut Rahmat Mulyana (2004: 126) :

Page 39: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

24

Landasan filosofis pendidikan nilai menekankan pada dua

kemungkinan yaitu : 1) filsafat pendidikan nilai pada dasarnya

tidak berpihak pada salah satu kebenaran tentang hakikat

manusia yang dicapai oleh suatu aliran pemikiran karena nilai

adalah esensi hakikat manusia yang dapat mewakili semua

pandangan. 2) filsafat pendidikan nilai berlaku selektif terhadap

kebenaran hakikat manusia yang dicapai oleh suatu pemikiran

tertentu, karena nilai selain sebagai esensi hakikat manusia juga

menyangkut substansi kebenarannya yang dapat berlaku

kontekstual dan situasional.

Landasan yang kedua yaitu landasan psikologis. Landasan

psikologis pendidikan nilai menekankan pada aspek psikologis. Aspek

psikologis yang dimaksud adalah kaidah perkembangan mental manusia

dan ciri-ciri perilakunya. Aspek-aspek psikis manusia berkembang secara

dinamis, perbedaan individu ditarik berdasarkan perkembangan yang

mewakili setiap tahap pertumbuhan dan perkembangan manusia. Kaidah

umum psikologi inilah yang menjadi landasan psikologis pendidikan

nilai.

Landasan pendidikan nilai yang ketiga adalah landasan sosial.

Pendidikan nilai merupakan proses penyadaran nilai pada peserta didik,

maka pendidikan nilai perlu dirancang berdasarkan nilai-nilai kehidupan

sosial yang aktual dan kontekstual. Peserta didik memiliki kesempatan

memeriksa, mempertimbangkan, dan membuat keputusan isu-isu sosial

serta bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya. Membangun

kesadaran interpersonal yang mendalam menjadi target utama pendidikan

nilai. Peserta didik diajarkan agar mampu menjalin hubungan sosial yang

harmonis dengan orang lain melalui sikap dan perilakunya. Peserta didik

Page 40: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

25

dilatih agar berprasangka baik kepada orang lain, berempati, suka

menolong, jujur, bertanggung jawab, dan menghargai perbedaan.

Landasan pendidikan nilai yang keempat adalah landasan estetik.

Landasan estetik ini menekankan bahwa manusia memiliki cita rasa

keindahan. Cita rasa keindahan ini menilai objek-objek yang bernilai seni

atau menuangkan karya seni. Nilai estetik perlu diajarkan kepada peserta

didik agar tahu bagaimana cara belajar yang bermakna. Pendidikan nilai

dalam penerapannya melibatkan pemahaman rasa, pilihan pribadi, dan

tata bentuk yang berkaitan dengan karakteristik nilai estetika.

7. Pendekatan Pendidikan Nilai

Model pendekatan pendidikan nilai yang biasa digunakan ialah

model pendekatan nilai sesuai dengan kajian Superka (1976). Ada

delapan pendekatan berdasar bidang psikologi, sosiologi, filosofi, dan

pendidikan. Kemudian, dikarenakan alasan teknis dalam praktiknya

pendekatan tersebut diringkas menjadi lima. Pendekatan pendidikan nilai

menurut Superka (dalam Zaim Elmubarok, 2013: 61) adalah:

a. Pendekatan penanaman nilai

Pendekatan penanaman nilai adalah pendekatan yang

menekankan pada penanaman nilai-nilai sosial pada diri siswa.

Tujuan pendekatan ini yaitu diterimanya nilai-nilai sosial tertentu

pada siswa dan berubahnya nilai yang tidak sesuai. Metode yang

digunakan ialah keteladanan, penguatan positif dan negatif, simulasi,

permainan peran, dan lain-lain.

Page 41: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

26

Pendekatan penanaman nilai adalah pendekatan tradisional.

Pendekatan ini dinilai indoktrinatif dan tidak sesuai dengan

perkembangan kehidupan demokrasi. Namun dijelaskan Superka

(1976) pendekatan ini digunakan secara meluas dalam masyarakat

terutama dalam penanaman nilai-nilai agama dan nilai budaya. Oleh

karena itu, proses pendidikan harus berdasar pada nilai agama dan

nilai budaya tersebut.

b. Pendekatan perkembangan moral kognitif

Pendekatan perkembangan kognitif menekankan pada aspek

kognitif. Pendekatan ini mendorong siswa untuk berfikir aktif

tentang masalah moral dalam membuat keputusan moral. Menurut

pendekatan ini dilihat sebagai perkembangan tingkat berpikir dalam

membuat pertimbangan moral dari tingkat rendah ke tingkat yang

lebih tinggi.

Tujuan pendidikan nilai dilihat dari pendekatan ini ialah

membantu siswa dalam membuat pertimbangan moral yang lebih

luas berdasar nilai yang paling tinggi. Metode yang digunakan

biasanya adalah diskusi kelompok. Diskusi ini melatih siswa untuk

menentukan posisi apa yang seharusnya dilakukan dengan alasan

tertentu.

c. Pendekatan analisis nilai

Pendekatan analisis nilai menekankan pada perkembangan

kemampuan siswa untuk berpikir logis dengan cara menganalisis

Page 42: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

27

masalah yang berhubungan dengan nilai sosial. Tujuan utama

pendekatan ini adalah membantu siswa untuk menggunakan berpikir

logis dan penemuan ilmiah dalam menganalisis masalah sosial yang

berhubungan dengan nilai moral tertentu. Selanjutnya, pendekatan

ini juga membantu siswa berpikir secara rasional dan analtik dalam

menghubungkan dan merumuskan nilai.

Metode yang digunakan adalah pembelajaran secara individu

ataupun kelompok tentang masalah sosial yang memuat nilai moral,

penyelidikan kepustakaan, penyelidikan lapangan, dan diskusi kelas

berdasar pada pemikiran rasional (Superka, 1976). Keunggulan

pendekatan ini ialah mudah diterapkan di ruang kelas karena

mengembangkan kemampuan kognitif.

d. Pendekatan klasifikasi nilai

Pendekatan klarifikasi nilai menekankan pada upaya

membantu siswa dalam mengkaji perasaan dan perbuatannya untuk

meningkatkan kesadaran mereka tentang nilai mereka sendiri.

Tujuan pendidikan nilai menurut pendekatan ini adalah: pertama,

membantu siswa menyadari dan mengidentifikasi nilai sendiri dan

orang lain; membantu siswa agar mampu berkomunikasi secara

terbuka dan jujur berkaitan dengan nilai-nilai; ketiga, membantu

siswa agar mampu berpikir rasional dan menggunakan kesadaran

emosional untuk memahami perasaan, nilai, dan pola tingkah laku

mereka sendiri.

Page 43: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

28

Metode yang digunakan adalah dialog, menulis, diskusi

kelompok, dan lain-lain. Pendekatan ini menekankan pada nilai yang

sebenarnya dimiliki seseorang. Pendekatan ini menekankan bahwa

nilai bersifat subjektif, ditentukan seseorang berdasar pada latar

belakang pengalamannya sendiri, dan tidak ditentukan oleh faktor

luar.

e. Pendekatan pembelajaran berbuat

Pendekatan ini menekankan pada upaya memberikan

kesempatan kepada siswa untuk melakukan perbuatan moral, baik

secara individu maupun kelompok. Menurut Superka, tujuan

pendidikan nilai apabila dilihat dari pendekatan ini ialah memberi

kesempatan pada siswa untuk melakukan perbuatan moral secara

individu atau kelompok dan mendorong siswa untuk melihat diri

mereka sebagai makhluk individu atau makhluk sosial dalam

pergaulannya.

Metode yang digunakan adalah proyek tertentu yang

dilakukan di sekolah atau masyarakat, dan praktik keterampilan

dalam berorganisasi atau berhubungan antara sesama (Superka,

1976). Keunggulan pendekatan ini adalah program yang disediakan

memberikan kesempatan siswa berpartisipasi aktif dalam kehidupan

demokrasi.

Setelah mengetahui beberapa pendekatan dalam pendidikan nilai,

dalam penelitian ini peneliti merujuk pendekatan penanaman nilai.

Page 44: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

29

Pendekatan penanaman nilai sesuai dengan penelitian ini karena

pendekatan penanaman nilai menekankan pada penanaman nilai sosial

pada siswa. Selain itu, pendekatan penanaman nilai digunakan oleh

secara meluas terutama dalam penanaman nilai agama dan nilai budaya.

8. Lingkungan Pendidikan Nilai

Sesuai yang tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan

Nasional, lingkungan pendidikan dibagi menjadi pendidikan formal,

nonformal, dan informal. Lingkungan pendidikan nilai menurut Rahmat

Mulyana (2004: 141-145) juga terdiri dari tiga lingkungan, yaitu

lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat.

Sekolah sebagai salah satu lingkungan pendidikan nilai selalu

melihat pengembangan nilai pada dua aspek penting. Pertama, sekolah

membangun nilai yang menyatu dengan perkembangan akademis melalui

adanya kurikulum tertulis. Kedua, pengembangan nilai berlangsung

secara alamiah dan sukarela melalui hubungan interpersonal antara warga

sekolah.

Selanjutnya, lingkungan keluarga sebagai salah satu lingkungan

pendidikan nilai menekankan bahwa pendidikan nilai dalam sebuah

keluarga tidak dibangun atas pertimbangan rasional, melainkan berdasar

atas ikatan emosional kodrati. Hal inilah yang membedakan intensitas

pendidikan nilai yang dilakukan orangtua dibandingkan dengan guru di

sekolah. Keluarga memiliki peran penting bagi penyadaran, penanaman,

dan pengembangan nilai. Nilai dapat lebih berkembang intensitasnya

Page 45: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

30

daripada di sekolah. Proses pendidikan nilai dalam keluarga adalah

pendidikan yang paling hakiki karena prosesnya berlangsung sejak anak

berada dalam kandungan.

Lingkungan pendidikan nilai yang terakhir adalah lingkungan

masyarakat. Pendidikan nilai di masyarakat melibatkan dua faktor

penting yang berpengaruh terhadap keberhasilan anak, yaitu potensi anak

dalam memilih nilai dan susunan nilai di masyarakat. Lingkungan

masyarakat diwarnai dengan berbagai nilai. Ada pula nilai buruk yang

bersifat destruktif bagi pengembangan diri anak. Melihat adanya banyak

kemungkinan nilai yang bersifat destruktif, maka perlu kerjasama dari

semua pihak agar pendidikan nilai dapat dilaksanakan dengan baik.

B. Kajian tentang Nasionalisme

1. Pengertian Nasionalisme

Pengertian nasionalisme dapat dilihat dari dua sudut pandang.

Nasionalisme dalam arti positif merupakan sikap untuk mempertahankan

kemerdekaan dan harga diri bangsa sekaligus menghormati bangsa lain.

Sedangkan pengertian nasionalisme dalam arti negatif adalah sikap

sombong yang mengutamakan bangsa sendiri dianggap benar. Tentu

pengertian nasionalisme dalam arti positif jauh lebih bermakna bagi

setiap individu untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsanya.

Sejalan dengan hal di atas, M’ Azznam Manan dan Thung Ju Lan

(2011: 4) menyatakan bahwa nasionalisme Indonesia menggambarkan

ikatan budaya yang menyatukan dan juga mengikat rakyat Indonesia

Page 46: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

31

yang majemuk menjadi satu bangsa dalam ikatan suatu negara-bangsa

(nation-state). Saat ini kita belum dapat menjelaskan dengan pasti apa

yang disebut ikatan budaya tersebut sebagai sisi lain nasionalisme.

Sunarso, dkk (2006: 4) mendefinisikan nasionalisme sebagai

berikut :

“Nasionalisme merupakan ekspresi hubungan antara darah dan

tanah. Nasionalisme adalah sebuah ideologi dalam pengertian

seperangkat keyakinan yang berorientasi pada tingkah laku dan

perbuatan. Nasionalisme mengalami dinamika, oleh karena itu

dalam setiap kurun waktu, setiap generasi nasionalisme muncul

dalam yang khas.”

Darmiyati Zuchdi dkk (2012: 28) menyatakan bahwa

nasionalisme yakni cara berpikir, bersikap, dan berbuat menunjukkan

kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bangsa,

lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.

Nasionalisme berkaitan dengan Pancasila khususnya sila ketiga

yaitu persatuan Indonesia. Arief Budiman (dalam Jazim Hamidi &

Mustafa Luthfi, 2010: 168) mengungkapkan bahwa nasionalisme adalah

persatuan secara kelompok dari suatu bangsa yang mempunyai sejarah

yang sama, bahasa yang sama dan pengalaman yang sama. Sejalan

dengan apa yang diungkapkan Rukiyati, dkk nasionalisme pada dasarnya

adalah perasaan satu sebagai suatu bangsa, satu dengan seluruh warga

yang ada dalam masyarakat (2009: 69).

Nasionalisme yang dianut bangsa kita bukanlah paham

chauvinisme yaitu cinta tanah air dengan membanggakan bangsa sendiri

dan merendahkan bangsa lain. Nasionalisme di Indonesia lahir atas

Page 47: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

32

kesadaran masyarakat untuk lepas dari kungkungan penjajah dan segala

bentuk eksploitasi serta diskriminasi yang mengganggu stabilitas politik,

ekonomi, budaya, dan agama sekalipun (Muhammad Takdir Ilahi, 2012:

13).

Setelah melihat beberapa konsep tentang nasionalisme, dalam

penelitian ini peneliti menarik kesimpulan merujuk pada Darmiyati

Zuchdi bahwa nasionalisme adalah suatu pemikiran dan sikap yang

mencerminkan kesetiaan dan penghargaan yang tinggi terhadap

bangsanya.

2. Bentuk dan Unsur Pendorong Nasionalisme

Nasionalisme di Indonesia terbentuk dari beberapa tahap

perkembangan. Perkembangan nasionalisme dimulai sejak sebelum

kemerdekaan. Tahap-tahap perkembangan itu dikelompokkan menjadi

empat tahap, yaitu :

a. Tahap pertama, tumbuhnya perasaan kebangsaan dan

persamaan nasib yang diikuti dengan perlawanan terhadap

penjajahan baik sebelum maupun sesudah proklamasi

kemerdekaan. Nasionalisme religius dan nasionalisme sekuler

muncul bersamaan dengan munculnya gagasan Indonesia

merdeka.

b. Tahap kedua, bentuk nasionalisme yang berkelanjutan dari

semangat revolusioner pada masa perjuangan kemerdekaan,

dengan peran pemimpin nasional yang lebih besar.

Nasionalisme pada era ini mengandaikan adanya ancaman

musuh dari luar terus-menerus terhadap kemerdekaan

Indonesia.

c. Tahap ketiga, nasionalisme persatuan dan kesatuan. Kelompok

oposisi atau mereka yang tidak sejalan dengan pemerintah

disingkirkan karena akan mengancam persatuan dan stabilitas.

d. Tahap keempat, nasionalisme kosmopolitan. Dengan

bergabungnya Indonesia dalam sistem global internasional,

nasionalisme Indonesia yang dibangun adalah nasionalisme

Page 48: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

33

kosmopolitan yang menandakan bahwa Indonesia sebagai

bangsa tidak dapat menghindari dari bangsa lain.

Seperti kita ketahui, nasionalisme Indonesia dilatarbelakangi oleh

berbagai faktor di dalamnya. Faktor-faktor tersebut kemudian

membentuk suatu paham nasionalisme yang berbeda-beda. Ikatan-ikatan

“nasionalisme” yang telah dibina dan disepakati selama masa perjuangan

pra kemerdekaan, biasanya menjadi berubah ke arah persaingan antar

golongan (Tulus Waskito dan Wahyuni Kartikasari, 2007: 62). Berbagai

kejadian di masa lampau menjadi hal yang sangat berpengaruh dalam

pembentukan nasionalisme di Indonesia. Bentuk nasionalisme ini

dipengaruhi oleh faktor historis di masa lalu.

Beberapa bentuk nasionalisme dan gerakannya yang terjadi di

Indonesia adalah :

1. Nasionalisme Kemandirian bangsa, di mana semangat bernegara

di bangun untuk mewujudkan kejayaan bangsanya, contoh: Zaman Sriwijaya, Majapahit dan Samudera Pasai.

2. Nasionalisme Agama, yaitu gerakan yang berupaya memperoleh

kemerdekaan melalui semangat keagamaan, contoh: upaya yang

dipelopori oleh Serikat Islam (SI) sejak tahun 1911, dalam

melawan kolonialisme Belanda.

3. Nasionalisme Sekuler, gerakan yang berupaya memperoleh

kemerdekaan dengan tidak menyebutkan agama sebagai

Inspirasi gerakan, walaupun tidak menentang adanya peran

agama dalam kegiatan pilitik, contoh: gerakan yang dilakukan oleh Soekarno tahun 1927, melalui Partai Nasional Indonesia.

4. Nasionalisme Anti Agama (komunis), sebenarnya ciri

nasionalisme ini lebih mengarah pada Internasionalisme,

berbeda dengan bentuk gerakan kedua yang menjadikan agama

sebagai spirit gerakannya, nasionalisme anti agama tidak

memberikan peran agama bahkan agama tidak berperan dalam

gerakan dan harus dijauhi (Budiono, dalam Joned Bangkit Wahyu Laksono, 2013).

Seperti yang telah dijelaskan di atas, kejadian sejarah di masa

lampau membentuk nasionalisme menjadi empat paham yang berbeda.

Page 49: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

34

Setelah Indonesia merdeka, nasionalisme di Indonesia pun lebih terarah

pada falsafah negara. Pancasila sebagai dasar dan ideologi Bangsa Indonesia

mendorong bentuk nasionalisme yang kita pahami hingga saat ini.

Nasionalisme Indonesia, secara khusus dipertegas sebagai

Nasionalisme Pancasila, yaitu nasionalisme yang:

1) ber-Ketuhanan Yang Maha Esa.

2) ber-Perikemanusiaan yang berorientasi internasionalisme.

3) ber-Perikemanusiaan Indonesia yang patriotik.

4) ber-Kerakyatan atau demokratis.

5) ber-Keadilan sosial untuk seluruh rakyat

(Abdulgani dalam Yudohusodo dkk, dalam Joned Bangkit Wahyu

Laksono, 2013).

Munculnya nasionalisme bukan hal yang ada tanpa sebab. Ada

faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya nasionalisme tersebut. Faktor

pertama adalah adalah faktor intern, artinya hal-hal yang memang benar-

benar dialami sendiri oleh warga Indonesia. Kemudian, faktor-faktor historis

juga lah yang mampu membangkitkan nasionalisme bangsa Indonesia.

Kejadian-kejadian sejarah di masa lalu mampu memupuk nasionalisme dari

zaman sebelum kemerdekaan hingga saat ini. Nasionalisme Indonesia

berkembang sejalan dengan kejadian historis yang dapat dibilang unik

apabila dibandingkan dengan nasionalisme yang dianut oleh negara lain.

Kedua, faktor ekstern yaitu segala hal yang secara tidak langsung

mempengaruhi warga Indonesia atau kejadian yang secara fisik atau psikis

mendorong kebangkitan nasional. Faktor ekstern ini terkait dengan adanya

pengaruh internasional. Pengaruh internasional misalnya dipelopori oleh

kemenangan Jepang atas Rusia di tahun 1905 sehingga nasionalisme bangsa

Indonesia bangkit dan semakin tinggi. Selain itu dapat juga karena prestasi

Indonesia di berbagai bidang dan kejuaraan di tingkat internasional.

Page 50: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

35

H.A.R Tilaar (2007: 25) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang

menumbuhkan nasionalisme di antaranya: 1) bahasa, 2) budaya, 3)

pendidikan. Bahasa sebagai faktor pendorong nasionalisme dapat kita lihat

dari kejadian sejarah dimana bahasa Belanda yang diperuntukkan untuk

orang Belanda dulunya bertujuan membuat warga Indonesia rendah diri,

sehingga kaum nasionalis kemudian menjadikan bahasa Melayu sebagai

bahasa nasional dan sekaligus menjadi senjata untuk melawan Belanda.

Budaya menjadi faktor yang menumbuhkan nasionalisme karena apabila

kita mencintai budaya sendiri, rasa cinta tanah air kita semakin tinggi pula

sehingga budaya asing tidak mudah merasuk dalam kehidupan kita.

Terakhir, pendidikan menjadi faktor pendorong nasionalisme karena

pendidikan merupakan proses transfer nilai dan pengetahuan yang

berlangsung secara terus-menerus tanpa terbatasi tempat atau waktu,

sehingga nilai-nilai luhur yang ada pada bangsa kita akan selalu tertanam

dari generasi ke generasi selanjutnya.

3. Ciri-ciri Nasionalisme

Sikap nasionalisme tentunya harus diaktualisasikan dalam

kehidupan sehari-hari oleh setiap individu. Apabila sikap nasionalisme

sudah tertanam dan membudaya, nantinya peluang untuk menciptakan

kader pemimpin bangsa yang berjiwa nasionalis akan sangat baik. Ciri-

ciri sikap nasionalisme menurut Dahlan (Siti Irene Astuti, dkk, tanpa

tahun: 175) tersebut antara lain:

a. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara

b. Cinta tanah air, bangsa dan negara

c. Selalu menjunjung tinggi nama bangsa Indonesia

Page 51: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

36

d. Merasa bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air

Indonesia

e. Segala tingkah lakunya berusaha untuk menjauhkan diri dari

perbuatan yang menjatuhkan martabat bangsa Indonesia

f. Menempatkan persatuan dan kesatuan serta kepentingan

keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi

atau golongan

g. Meyakini kebenaran Pancasila dan UUD 1945 serta patuh

dan taat kepada seluruh perundang-undangan yang berlaku

di Indonesia

h. Memiliki disiplin diri, disiplin sosial, dan disiplin nasional

yang tinggi

i. Berani dan jujur dalam menegakkan kebenaran dan keadilan

j. Bekerja keras untuk kemakmuran sendiri, keluarga, dan

masyarakat.

Sikap nasionalisme yang sudah tertanam pada setiap individu

harus mampu dipertahankan. Hal itu akan menjadi bekal bagaimana

seseorang akan menunjukkan kesetiaan dan penghargaan tertinggi pada

bangsa Indonesia dalam kehidupannya. Apabila sikap nasionalisme itu

pudar atau bahkan hilang, dikhawatirkan eksistensi dan keberadaan

bangsa kita akan ikut goyah di tengah-tengah kemajuan bangsa lainnya.

4. Arti Penting Nasionalisme

Bicara tentang nasionalisme, tidak dapat dipungkiri bahwa

nasionalisme menjadi hal penting dalam menjaga sebuah eksistensi

bangsa di tengah-tengah keberadaan bangsa lain. Globalisasi yang saat

ini semakin berkembang lebih kuat mau tidak mau menuntut kembali

kesadaran setiap warga untuk mengembalikan kesadaran betapa

pentingnya nasionalisme itu pada jiwa setiap warga negara. Nasionalisme

menjadi paham yang dapat mengarahkan perilaku kita dalam menghadapi

perkembangan zaman.

Page 52: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

37

Kemajuan zaman saat ini dapat menjadi ancaman tersendiri untuk

keberadaan nilai luhur budaya bangsa kita yang sudah ada sejak dulu.

Apakah kita mampu mempertahankannya atau justru ikut tergerus oleh

budaya bangsa lain. Pada saat nation-state belum selesai mendefinisikan

dirinya dan mungkin tidak akan pernah selesai, tantangan datang dari luar

dalam wajah globalisasi dunia (Ali Masykur Musa, 2007: 166).

Nasionalisme akan memperkaya cara bangsa Indonesia berpikir kritis

dalam menghadapi persoalan dan tantangan dari dalam dan luar negeri.

Nasionalisme telah menjadi pemicu kebangkitan kembali dari budaya

yang telah memberikan identitas sebagai anggota dari suatu masyarakat-

bangsa (Tilaar, 2007: 28).

Melihat bagaimana peran nasionalisme dalam menjaga eksistensi

bangsa, tentu kita harus terus memperkuat jiwa nasionalis pada diri setiap

individu. Saat ini, degradasi nilai nasionalisme telah dirasakan oleh

seluruh komponen bangsa, khususnya pada kaum muda. Apa yang telah

terjadi seperti semakin berkembangnya hedonisme, kapitalisme dan lain-

lain menjadi sebuah tantangan dalam mempertahankan nasionalisme

pada era globalisasi ini. Tantangan lain yang dapat mengancam

nasionalisme ialah modernisme dan globalisme, yaitu liberalisasi

ekonomi dan pasar bebas yang nantinya dapat menghilangkan batas

ekonomi dan poitik bangsa kita (M’ Azznam Manan, 2011: 5).

Berkembangnya paham-paham yang dapat menghilangkan

nasionalisme perlu dicegah. Membangun kembali konsep nasionalisme

Page 53: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

38

pada warga negara harus terus dilakukan, salah satunya dengan

menegakkan nilai-nilai kearifan lokal. Oleh karena itu, pemerintah harus

membuat program atau cara yang benar-benar mampu mengembalikan

nilai kearifan lokal dan menguatkan kembali nasionalisme pada diri

setiap individu di Indonesia.

C. Kajian tentang Paskibraka

1. Pengertian Paskibraka

Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) adalah salah satu

program dari Kementrian Pemuda dan Olahraga yang bertujuan untuk

memupuk semangat kebangsaan, cinta tanah air dan bela negara,

kepeloporan dan kepemimpinan, berdisiplin dan berbudi pekerti luhur

dalam rangka pembentukan karakter generasi muda Indonesia. Peserta

kegiatan ini adalah siswa laki-laki dan perempuan yang telah terpilih

untuk mewakili provinsinya pada acara pengibaran dan penurunan

Bendera Pusaka (duplikat) pada Upacara Kenegaraan 17 Agustus dalam

rangka Peringatan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Tertera

dalam pedoman penyelenggaraan Paskibraka sesuai dengan Peraturan

Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia Nomor 0033 Tahun

2014, dijelaskan bahwa pasukan pengibar bendera pusaka adalah putra-

putri terbaik bangsa, kader pemimpin bangsa yang dipilih dan diseleksi

secara bertahap, melalui sistem dan mekanisme pendidikan dan pelatihan

yang menanamkan nilai kebangsaan serta penguatan aspek mental dan

fisik agar memiliki kemampuan prima dalam menjalankan tugas sebagai

pasukan pengibar bendera pusaka.

Page 54: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

39

Terkait dengan tugasnya sebagai pasukan pengibar bendera

pusaka yang dituntut untuk memiliki kondisi aspek mental dan fisik yang

prima, tidak semua pelajar dapat terpilih sebagai anggota pasukan

pengibar bendera pusaka (Paskibraka). Menjadi anggota Paskibraka

bukan hal yang bisa didapatkan dengan mudah oleh semua siswa. Banyak

syarat yang harus dipenuhi untuk dapat menjadi wakil terbaik dari

sekolah dan daerahnya, syarat tersebut antara lain:

a. Siswa/siswi SMA kelas X dan XI dan berumur tidak lebih dari 17

tahun pada tanggal 17 Agustus.

b. Tinggi badan, diusahakan putra kurang lebih 170 cm dan maksimal

175 cm dan putri kurang lebih 165 cm dan maksimal 170 cm.

c. Berkepribadian dan berakhlak mulia.

d. Berbadan tegap, tidak cacat (kaki tidak berbentuk ”O” atau ”X”),

sehat jasmani dan rohani terutama gigi, kulit, dan mata yang

dikuatkan dengan Surat Keterangan Dokter Rumah Sakit Daerah/

Puskesmas Setempat

e. Berpenampilan segar, gembira, simpatik, dan menarik.

f. Belum pernah menjadi anggota paskibraka di tingkat Kabupaten,

Propinsi dan nasional yang dibuktikan dengan surat pernyataan yang

ditandatangani oleh peserta dan diketahui kepala sekolah.

g. Menguasai dan memahami budaya daerah.

h. Berat badan ideal atau sesuai dengan tinggi badan.

i. Mendapatkan ijin tertulis dari kepala sekolah dan orangtua.

Page 55: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

40

j. Aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan

kemasyarakatan.

k. Nilai rapor diatas rata-rata kelas.

l. Diutamakan memiliki kemampuan dalam berbahasa inggris aktif.

m. Untuk wanita atas dasar keyakinannya diperbolehkan memakai

jilbab.

(Sumber: Balai Pemuda dan Olahraga DIY)

TSemua siswa di masing-masing daerah yang memenuhi syarat

tersebut berhak mengikuti seleksi tahap awal di sekolah. Apabila siswa

dinyatakan lolos, selanjutnya siswa-siswa tersebut akan menempuh

seleksi di tingkat II mulai dari tingkat kabupaten/kota, provinsi, hingga

nasional. Seleksi Paskibraka adalah pemilihan siswa-siswi tingkat SMA

atau sederajat yang pada tanggal 17 Agustus masih duduk di kelas X atau

XI. Calon anggota yang terpilih mewakili sekolahnya akan mengikuti

seleksi di tingkat kabupaten/kota, selanjutnya peserta seleksi di tingkat

provinsi merupakan peserta terbaik dari tingkat kabupaten/kota, peserta

seleksi terbaik di tingkat provinsi akan dikirim untuk mengikuti seleksi di

tingkat nasional.

2. Tujuan Pembentukan Paskibraka

Tujuan dari kegiatan seleksi dan pembentukan Paskibraka

Tingkat Provinsi adalah:

Page 56: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

41

a. meningkatkan dan mengembangkan rasa kesadaran nasional untuk

mempertahankan dan mengisi kemerdekaan Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

b. memupuk semangat kebangsaan, kecintaan serta turut memiliki

bangsa dan negara Republik Indonesia di kalangan generasi muda.

c. mewujudkan kader-kader patriot pembela bangsa dan negara di

kalangan generasi muda.

d. mengembangkan sikap disiplin

e. melatih dan membentuk calon paskibraka Daerah Istimewa

Yogyakarta tahun 2015

f. menentukan 2 orang putra dan 2 orang putri sebagai wakil Daerah

Istimewa Yogyakarta untuk mengikuti seleksi calon anggota

Paskibraka tingkat Nasional tahun 2015.

(Sumber: Balai Pemuda dan Olahraga DIY)

3. Dasar Pelaksanaan Pembentukan Paskibraka Tahun 2015

Dasar pelaksanaan pembentukan Pasukan Pengibar Bendera

Pusaka Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2015 meliputi:

a. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan;

b. Peraturan Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia

Nomor 0065 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Pasukan

Pengibar Bendera Pusaka;

Page 57: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

42

c. Peraturan Daerah 2015 Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 6 Tahun

2008, tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah 2015 Daerah

Istimewa Yogyakarta;

d. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah Istimewa Yogyakarta;

e. Peraturan Gubernur DIY Nomor 41 Tahun 2009 tentang Rincian

Tugas dan Fungsi Dinas dan UPT Dinas Pendidikan, Pemuda, dan

Olahraga Daerah Istimewa Yogyakarta;

f. Peraturan Gubernur Nomor 72 Tahun 2015 tentang Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2015.

g. Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA-SKPD) Nomor:

19/DPA/2015, tanggal 27 Desember 2014

4. Bentuk Kegiatan Paskibraka

Bentuk kegiatan Paskibraka dalam pedoman kegiatan

penyelenggaran kegiatan Paskibraka sesuai Peraturan Menteri Pemuda

dan Olahraga Nomor 0065 Tahun 2015 meliputi tiga kegiatan utama

yaitu rekrutmen dan seleksi calon Paskibraka, pemusatan pendidikan dan

pelatihan, pelaksanaan serta penurunan bendera pusaka. Tahapan-tahapan

kegiatannya terdiri atas persiapan, rekrutmen dan seleksi, pemusatan

pendidikan dan pelatihan (Diklat), pengibaran bendera, penghargaan,

monev dan pelaporan. Kegiatan tersebut dijelaskan lebih rinci pada buku

Pedoman Kegiatan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Kemenpora,

2015:13-17).

Page 58: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

43

a. Persiapan

Persiapan kegiatan Paskibraka ini berkaitan dengan rapat

panitia, sosialisasi, dan kegiatan persiapan teknis lainnya. Rapat

diselenggarakan oleh seluruh elemen yang terlibat dalam

penyelenggaraan kegiatan Paskibraka. Sosialisasi dilakukan dengan

melalui surat kabar, internet, dan atau penyampaian sesuai dengan

kebijakan lembaga yang menangani penyelenggaraan Paskibraka.

b. Rekrutmen dan Seleksi

Seleksi calon anggota Paskibraka dilakukan pada setiap

tingkatan. Materi tes meliputi tes tertulis, wawancara, baris-berbaris,

kesegaran jasmani/olahraga, kesenian, dan sebagainya. Tes tertulis

dan wawancara terdiri dari berbagai macam aspek misalnya budi

pekerti, pengetahuan daerah, nasional dan internasional, kepemudaan,

nasionalisme, dan sejarah perjuangan bangsa. Apabila siswa lolos

seleksi pertama di tingkat kabupaten/kota, maka ia dapat mengikuti

seleksi di tingkat provinsi dengan materi yang tidak berbeda jauh

tetapi dengan kesulitan yang lebih tinggi. Perbedaanya, dalam seleksi

tingkat provinsi calon peserta diasramakan selama seleksi

berlangsung. Ketika berada di asrama, perilaku dan kepribadian siswa

calon anggota Paskibraka akan diamati untuk melihat bagaimana

kemampuan non-akademiknya. Sejumlah dua pasang siswa-siswi

seleksi yang lolos dengan nilai terbaik kemudian dikirim ke seleksi

tingkat nasional. Apabila lolos seleksi tingkat nasional maka ia

Page 59: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

44

nantinya bertugas sebagai Paskibraka tingkat nasional, sedang yang

tidak lolos akan kembali bertugas di provinsi.

c. Pemusatan Pendidikan dan Pelatihan

Pemusatan Diklat Paskibraka di tingkat kabupaten, provinsi,

maupun nasional bertujuan untuk melatih dan mendidik anggota

Paskibraka agar menjadi pasukan yang tangguh, disiplin, bertanggung

jawab, penuh dedikasi, serta dapat menjalankan tugasnya dengan

maksimal.

d. Pengibaran Bendera

Pengibaran bendera dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus

dalam upacara peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.

Pasukan Paskibraka akan menjalankan tugasnya masing-masing di

setiap tingkatannya.

e. Penghargaan

Penghargaan diberikan kepada setiap anggota Paskibraka.

Penghargaan tersebut dapat berupa piagam penghargaan, beasiswa,

dan kunjungan studi sesuai dengan tingkatnya.

f. Monev dan Pelaporan

Monitoring dan evaluasi dapat dilakukan di awal kegiatan,

selama kegiatan berlangsung, dan setelah kegiatan selesai. Pihak yang

melaksanakan monev adalah tim khusus yang sudah ditunjuk.

Monitoring dan evaluasi bertujuan untuk mengetahui seberapa tingkat

keberhasilan kegiatan dan kesesuaian kegiatan dengan rencana yang

Page 60: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

45

telah disusun sebelumnya. Pelaporan kegiatan dilaksanakan oleh

pelaksana kegiatan. Tujuan diadakannya pelaporan adalah agar

nantinya dapat digunakan sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan

kegiatan dan bahan acuan untuk perbaikan pelaksanaan kegiatan

selanjutnya.

D. Kajian tentang Kebijakan Kepemudaan

Kegiatan pembentukan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka

(Paskibraka) merupakan salah satu program kepemudaan yang ditangani

oleh Kementrian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia. Pelaksanaan

program di tingkat daerah secara teknis ditangani oleh Dinas Pendidikan,

Pemuda dan Olahraga pada masing-masing daerah. Kegiatan pembentukan

Paskibraka ini dilaksanakan berdasarkan Undang-undang Nomor 40 Tahun

2009 tentang Kepemudaan. Tujuan diadakannya pembentukan Paskibraka

ialah membentuk semangat kebangsaan khususnya untuk para pemuda

Indonesia.

Pelaksanaan kegiatan pembentukan Paskibraka merupakan salah

satu bentuk nyata dari adanya kebijakan kepemudaan. Kebijakan

kepemudaan dikembangkan berdasarkan properda, hasil diskusi dengan

berbagai lembaga/instansi terkait, dan studi kebijakan yang telah

dilakukan. Kebijakan tentang kepemudaan diatur dengan jelas dalam

Undang-undang. Menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang

Kepemudaan:

Pasal 2:

Kepemudaan dibangun berdasarkan asas:

Page 61: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

46

a. Ketuhanan Yang Maha Esa;

b. kemanusiaan,

c. kebangsaan;

d. kebhinekaan;

e. demokratis;

f. keadilan;

g. partisipatif;

h. kebersamaan;

i. kesetaraan; dan

j. kemandirian.

Pasal 3:

Pembangunan kepemudaan bertujuan untuk terwujudnya pemuda

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esah,

berakhlak mulia, sehat, cerdas, kreatif, inovatif, mandiri, demokratis,

bertanggung jawab, berdaya saing, serta memiliki jiwa

kepemimpinan, kewirausahaan, kepeloporan, dan kebangsaan

berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 dalam kerangka Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Atas dasar-dasar yang telah ditetapkan dalam undang-undang

tersebut, pemerintah wajib menyelenggarakan pelayanan kepemudaan.

Undang-undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan Pasal 6

menyatakan bahwa pelayanan kepemudaan dilaksanakan sesuai dengan

karakteristik pemuda, yaitu memiliki semangat kejuangan, kesukarelaan,

tanggung jawab, dan ksatria, serta memiliki sifat kritis, idealis, inovatif,

progresif, dinamis, reformis, dan futuristik.

Karakteristik pemuda yang memiliki semangat kejuangan,

kesukarelaan, tanggung jawab, dan ksatria, serta memiliki sifat kritis,

idealis, inovatif, progresif, dinamis, reformis, dan futuristik ini menjadi

modal utama dalam mempertahankan bangsa dan mewujudkan

pembangunan nasional. Tanggung jawab pemuda dalam mempertahankan

bangsa dan mewujudkan pembangunan nasional menjadi tanggung jawab

Page 62: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

47

yang besar bagi pemuda. Seperti yang tertuang dalam Undang-undang

Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan:

Pasal 19:

Pemuda bertanggung jawab dalam pembangunan nasional untuk:

a. menjaga Pancasila sebagai ideologi negara;

b. menjaga tetap tegak dan utuhnya Negara Kesatuan Republik

Indonesia;

c. memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa;

d. melaksanakan konstitusi, demokrasi, dan tegaknya hukum;

e. meningkatkan kecerdasan dan kesejahteraan masyarakat;

f. meningkatkan ketahanan budaya nasional; dan/atau

g. meningkatkan daya saing dan kemandirian ekonomi bangsa.

Mengingat pembangunan nasional di masa depan sangat bergantung

pada kualitas pemuda saat ini, maka peran dan partisipasi pemuda dalam

membentuk semangat membangun dan bangsa pun harus dikembangkan.

Sesuai dengan tujuan pelayanan kepemudaan menurut Undang-undang

Nomor 40 Tahun 2009:

Pasal 7:

Pelayanan kepemudaan diarahkan untuk :

a. menumbuhkan patriotisme, dinamika, budaya prestasi, dan

semangat profesionalitas; dan

b. meningkatkan partisipasi dan peran aktif pemuda dalam

membangun dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Dalam rangka mengarahkan pelayanan kepemudaan untuk

menumbuhkan patriotisme, dinamika budaya prestasi, dan semangat

profesionalitas, ada beberapa strategi yang diterapkan. Strategi yang

dapat dilakukan diatur dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2009:

Pasal 8 ayat (1):

Pelayanan kepemudaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7

huruf a dilakukan melalui strategi:

a. bela negara;

b. kompetisi dan apresiasi pemuda;

Page 63: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

48

c. peningkatan dan perluasan memperoleh peluang kerja sesuai

potensi dan keahlian yang dimiliki; dan

d. pemberian kesempatan yang sama untuk berekspresi,

beraktivitas, dan berorganisasi sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Menumbuhkan patriotisme pemuda dilakukan dengan strategi

bela negara. Strategi bela negara ini diwujudkan pemerintah melalui

kegiatan sebagai Paskibraka. Paskibraka ini dibentuk di setiap

kabupaten/kota, provinsi, dan nasional. Pelaksanaan pembentukan

Paskibraka ditangani pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Tugas dan wewenang pemerintah dan pemerintah daerah dalam

melaksanakan kebijakan kepemudaan diatur dalam Undang-undang

Kepemudaan Nomor 40 Tahun 2009 Pasal 10 ayat (1) bahwa pemerintah

mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

kepemudaan dalam rangka penajaman, koordinasi dan sinkronisasi

program pemerintah. Mengenai fungsi yang dijalankan dalam bidang

kepemudaan dijelaskan lebih lanjut dalam Pasal 10 ayat (2) yang

berbunyi:

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Pemerintah menyelenggarakan fungsi di bidang kepemudaan

meliputi:

a. perumusan dan penetapan kebijakan;

b. koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan;

c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi

tanggung jawabnya; dan

d. pengawasan atas pelaksanaan tugas.

Berdasarkan tugas dan wewenang pemerintah yang telah diatur

dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan,

pemerintah dan pemerintah daerah memiliki fungsi di bidang

Page 64: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

49

kepemudaan dari mulai perumusan atau penetapan kebijakan, koordinasi

dan pelaksanaan kebijakan, pengelolaan barang, dan pengawasan

pelaksanaan tugas. Maka, pemerintah pusat maupun pemerintah daerah

berkewajiban untuk menyusun, mengelola, dan mengawasi jalannya

program kepemudaan pada masing-masing tingkat.

E. Penelitian yang Relevan

Ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian tentang

penanaman nasionalisme pada Paskibraka Daerah Istimewa Yogyakarta.

Penelitian tersebut antara lain:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Tendi Kusnawan (2013) dengan judul

Strategi Pembinaan Patriotik melalui Paskibraka (studi kasus

Paskibraka Kota Bandung). Penelitian tersebut menggunakan

dengan metode deskriptif analitik pendekatan kualitatif. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) pembinaan Paskibraka syarat

dengan nilai-nilai yang bersumber dari pendidikan agama dan budaya

bangsa; penanaman karakter patriotik dilakukan dengan penekanan

pada materi peraturan baris-berbaris (PBB), lipat bentang bendera,

dinamika kelompok, kepemimpinan dan komunikasi, 3) implementasi

dari karakter patriotik melalui proses pengibaran dan penurunan

duplikat bendera pusaka serta perlakuan terhadap simbol-simbol

negara; 4) kendala-kendala yang dihadapi dalam pembinaan berupa

miskoordinasi dan anggaran biaya; 5) prestasi yang diperoleh selain

kemampuan teknis pengibaran bendera juga softskill berupa

Page 65: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

50

kemampuan berbicara di depan umum sangat meningkat dirasakan

oleh seluruh anggota. Penelitian ini relevan karena obyek yang diteliti

adalah Paskibraka. Perbedaannya yaitu fokus penelitiannya terletak

pada bagaimana pembinaan karakter patriotik melalui Paskibraka.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Havidh Ahmad Sujatmoko (2014)

dengan judul PENGEMBANGAN DAN ANALISIS KUALITAS

APLIKASI WEB SELEKSI ANGGOTA PASKIBRAKA

TINGKAT DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Penelitian ini

menggunakan model penelitian dan pengembangan (R&D). Hasil

yang diperoleh adalah nilai 0 (baik) pada correctness, 100% (tinggi)

pada reliability, 918 (baik) pada usability, pada aspek integrity

mendapatkan nilai baik dengan tidak ditemukannya celah keamanan

dari sisi Denial of Service (DoS), Cross-Site Scripting (XSS) dan SQL

Injection, serta pada aspek efficiency mendapatkan nilai rata-rata

sebesar 86,65 (kategori B). Penelitian ini relevan karena sama-sama

meneliti tentang proses seleksi anggota Paskibraka tingkat Daerah

Istimewa Yogyakarta. Perbedaannya adalah fokus dalam penelitian

lebih pada kualitas aplikasi yang digunakan dalam seleksi Paskibraka

tingkat Daerah Istimewa Yogyakarta.

Page 66: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

51

F. Kerangka Pikir

Gambar 1. Kerangka Pikir

Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga Nomor 0065

Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Kegiatan

Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka)

Kementerian Pemuda dan Olahraga RI

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY

Balai Pemuda dan Olahraga DIY

Rekrutmen dan Seleksi Pemusatan Diklat Pengibaran dan

Penurunan Bendera

Penanaman Nasionalisme pada Paskibraka

Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015

Kebijakan Kepemudaan

Undang-undang Nomor 40 Tahun 2009

tentang Kepemudaan

Pendekatan Penanaman Nilai:

a. Keteladanan

b. Penguatan positif dan negatif

c. Simulasi

d. Permainan Peranan

Pelaksanaan Program:

a. Metode dan Kurikulum Paskibraka

b. Pelaksanaan Kegiatan

c. Evaluasi Kegiatan

Hasil Penanaman Nasionalisme pada Paskibraka

Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015

Page 67: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

52

Penelitian ini berangkat dari adanya penyelenggaraan

pembentukan Paskibraka berkaitan dengan kebijakan kepemudaan yang

diatur dalam Undang-undang Kepemudaan Nomor 40 Tahun 2009

tentang Kepemudaan. Kegiatan Paskibraka menjadi salah satu kegiatan

dalam rangka meningkatkan wawasan kebangsaan dan kepemimpinan

pemuda. Selanjutnya pembentukan Paskibraka secara khusus diatur

dalam Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga Nomor 0065 Tahun 2015

tentang Penyelenggaraan Kegiatan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka.

Kegiatan tersebut merupakan program tahunan yang ditangani oleh

Kementerian Pemuda dan Olahraga. Kementerian Pemuda dan Olahraga

melalui Dinas pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY memberikan

kewenangan kepada Balai Pemuda dan Olahraga untuk

menyelenggarakan kegiatan pembentukan Paskibraka tersebut di tingkat

provinsi.

Penyelenggaraan kegiatan Paskibraka di tingkat provinsi yang

dilaksanakan oleh Balai Pemuda dan Olahraga diawali dengan seleksi di

tingkat provinsi. Pencarian dan penggalian data akan dilakukan pada

setiap tahap proses pembentukan Paskibraka. Seperti yang telah

dijelaskan dalam Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga Nomor 0065

Tahun 2015 tentang Penyelenggaran Kegiatan Pasukan Pengibar Bendera

Pusaka, bentuk kegiatan terdiri atas tiga kegiatan utama yaitu: seleksi,

pemusatan pendidikan dan latihan, dan pelaksanaan pengibaran dan

penurunan bendera. Peneliti akan melakukan pencarian data tahap awal

Page 68: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

53

tentang bagaimana penanaman nilai nasionalisme pada saat kegiatan

seleksi. Setelah peserta seleksi dinyatakan lolos, mereka akan mengikuti

pendidikan dan pelatihan (Diklat) Paskibraka untuk mempersiapkan

kemampuan fisik dan mental sebelum bertugas di tingkat provinsi.

Penelitian dan pencarian data dilanjutkan dengan mencari informasi

terkait penanaman nasionalisme anggota Paskibraka saat menjalani

pendidikan dan latihan (Diklat). Tahap selanjutnya, ketika Paskibraka

akan bertugas sebagai pengibar bendera di Upacara HUT Kemerdekaan

Republik Indonesia dan pada saat itulah peneliti melakukan observasi

lanjutan, menggali secara lebih mendalam apakah ada peningkatan

pemahaman nasionalisme pada anggota Paskibraka sebelum terpilih, saat

menjalani melewati proses seleksi hingga selesai melaksanakan tugas

sebagai Paskibraka di tingkat provinsi.

Paskibraka merupakan kegiatan yang memupuk semangat

kebangsaan pada diri siswa. Banyak proses dan kegiatan yang harus

dilalui untuk menempa fisik dan mental setiap anggota Paskibraka setiap

harinya. Anggota Paskibraka diharapkan dapat menjadi kader pemimpin

bangsa yang akan mempertahankan dan mengaplikasikan nilai-nilai luhur

yang telah ada. Jiwa nasionalis yang tinggi tentu sangat dibutuhkan

dalam diri seorang pemimpin. Oleh karena itu, segala proses dan

kegiatan pembentukan Paskibraka berperan sangat penting dalam

pencapaian hasil penanaman nilai nasionalisme pada anggotanya.

Page 69: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

54

G. Pertanyaan Penelitian

1. Apa sajakah kegiatan yang dilakukan dalam penanaman nasionalisme

pada Paskibraka Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2015?

2. Bagaimana cara penanaman nilai, pemahaman nilai, dan perwujudan nilai

nasionalisme pada Paskibraka Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2015?

3. Bagaimanakah hasil penanaman nasionalisme anggota Paskibraka Daerah

Istimewa Yogyakarta tahun 2015?

4. Apa sajakah faktor yang mendukung penanaman nasionalisme pada

Paskibraka Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2015?

5. Apa sajakah kendala penanaman nasionalisme pada Paskibraka Daerah

Istimewa Yogyakarta tahun 2015?

Page 70: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

55

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan

fenomenologi. Andi Prastowo (2012: 28) mengungkapkan bahwa penelitian

fenomenologi menyelidiki pengalaman kesadaran yang berhubungan dengan

pertanyaan antara subjek dengan objek muncul dan bagaimana sesuatu di

dunia ini diklasifikasikan. Penelitian fenomonologi dipilih agar mampu

mengungkap perspektif tentang bagaimana penanaman nasionalisme pada

Paskibraka Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015. Jenis penelitian

kualitatif digunakan karena penelitian ini diharapkan mampu mengungkap

berbagai informasi kualitatif yang berharga daripada sekedar pernyataan

jumlah atau frekuensi dalam bentuk angka tentang penanaman nilai

nasionalisme yang ada pada Paskibraka Daerah Istimewa Yogyakarta.

Penelitian kualitatif bekerja dalam setting yang alami (natural) dan

berupaya memahami, menafsirkan fenomena yang dilihat dari arti orang-

orang yang mengalaminya. Salim menjelaskan bahwa penelitian kualitatif

melibatkan penggunaan dan pengumpulan berbagai bahan empiris yang

menggambarkan momen rutin dan problematis, serta maknanya dalam

kehidupan individual dan kolektif (Andi Prastowo, 2012: 23)

B. Setting Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Balai Pemuda dan Olahraga Daerah

Istimewa Yogyakarta. Lokasi penelitian ini dipilih karena Balai Pemuda dan

Olahraga Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan institusi yang memiliki

Page 71: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

56

wewenang untuk menyelenggarakan semua proses dari seleksi anggota

Paskibraka, pendidikan dan latihan, serta pelaksanaan tugas ketika pasukan

yang telah terpilih menjalankan tugasnya. Seluruh pihak yang terkait dengan

penyelenggaraan pembentukan kegiatan Paskibraka tingkat provinsi terpusat

di Balai Pemuda dan Olahraga Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian

dilakukan selama dua bulan yaitu pada bulan Mei sampai dengan bulan Juli

2016.

C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah Paskibraka Daerah Istimewa

Yogyakarta tahun 2015. Informan penelitian meliputi seluruh komponen

kegiatan pembentukan Paskibraka Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015.

Komponen tersebut adalah siswa, pelatih dan panitia yang terlibat dalam

kegiatan Paskibraka Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2015. Sedangkan

objek penelitiannya adalah tempat, pelaku, serta segala aktivitas yang

berkaitan dengan penanaman nasionalisme pada Paskibraka Daerah Istimewa

Yogyakarta. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah teknik

purposive sampling, dimana teknik ini merupakan suatu proses pengambilan

sampel dengan menentukan sampel berdasarkan tujuan tertentu.

Sesuai dengan sumber data yang dipilih, jenis data dalam penelitian

ini meliputi kata-kata atau cerita langsung dari para informan penelitian,

tindakan atau perilaku para anggota Paskibraka, segala aktivitas yang ada

dan data-data yang berkaitan dengan kegiatan penanaman nasionalisme pada

anggota Paskibraka Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2015. Keterangan

Page 72: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

57

berupa kata-kata atau cerita langsung dari informan dijadikan sebagai data

utama (data primer), sedangkan tulisan atau data dari berbagai dokumen

dijadikan sebagai data pelengkap (data sekunder). Sedangkan sumber data

didapat dari seluruh elemen yang terlibat dalam kegiatan Paskibraka Tingkat

Provinsi baik itu staf Balai Pemuda dan Olahraga (BPO), Purna Paskibraka

Indonesia (PPI), jajaran Angkatan TNI/Polri yang terlibat, maupun anggota

Paskibraka Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2015.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini meliputi

wawancara, observasi, dan dokumentasi. Wawancara yang dilakukan bersifat

terbuka dan tak terstruktur. Untuk memudahkan pengumpulan data, peneliti

menggunakan alat bantu berupa catatan lapangan, alat bantu rekam, kamera

foto dan pedoman wawancara.

a. Wawancara

Wawancara menjadi salah satu metode pengumpulan data yang

digunakan pada hampir semua penelitian kualitatif. Wawancara adalah

proses interaksi oleh setidaknya dua orang, atas dasar ketersediaan dan

dalam setting alamiah, dimana arah pembicaraan mengacu pada tujuan

yang telah ditetapkan dengan trust sebagai landasan utama dalam proses

memahami (Haris Herdiansyah, 2013: 31).

Ada lima poin penting dalam wawancara, yaitu : interaksi-

komunikasi, dilakukan setidaknya dua orang, atas dasar kesediaan dan

setting alamiah, pembicaraan mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan,

Page 73: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

58

dan trust sebagai landasan utama. Interaksi-komunikasi artinya ada

timbal balik dari peneliti dengan subyek penelitian. Poin kedua

menyatakan bahwa komunikasi dilakukan oleh minimal dua orang,

namun tidak menutup kemungkinan wawancara dilakukan dalam suatu

kelompok. Ketiga, ketersediaan berkaitan dengan kejujuran jawaban

dalam setiap pertanyaan yang diajukan sehingga mempengaruhi tingkat

validitas dan realibilitas data. Keempat, tujuan yang dimaksud adalah

tujuan penelitian yang diadakan itu sendiri. Kelima, trust menentukan

keabsahan data karena jika trust belum dapat dipenuhi dapat

dimungkinkan data akan menjadi bias.

b. Observasi

Observasi didefinisikan sebagai proses melihat, mengamati, dan

mencermati serta “merekam” perilaku secara sistematis untuk suatu

tujuan tertentu. Observasi ialah suatu kegiatan yang dapat digunakan

untuk memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis (Herdiansyah, 2010:

132). Intinya, observasi merupakan kegiatan mengamati apakah ada

perilaku yang tampak dari tujuan yang ingin dicapai.

Perilaku yang diamati ketika observasi hendaknya dapat dilihat,

diukur ataupun didengar. Pengamatan perilaku berdasarkan tujuan yang

ingin dicapai, artinya pengamatan tersebut harus dapat mendeskripsikan

lingkungan yang diamati, aktivitas yang berlangsung, siapa saja yang

terlibat, serta makna dari perilaku individu untuk mencapai tujuan atau

data penelitian yang dicari.

Page 74: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

59

Creswell (Herdiansyah, 2013: 145-147) mengemukakan tiga

peran observer, diantaranya :

a. Participant Observer

Partcipant observer merupakan peran dalam observasi yang

dipilih observer untuk ikut ambil bagian dan terlibat secara langsung

dengan subjek penelitian. Creswell menyatakan bahwa dalam

participant observer, kedekatan adalah kunci untuk mendapatkan izin

mengikuti aktivitas. Keuntungan yang didapat dalam peran ini adalah

peneliti dapat mengamati langsung sesuai sudut pandang observer dan

subjek penelitian. Sedangkan kelemahannya, sulitnya membagi waktu

antara berpartisipasi dalam kegiatan yang dilakukan sekaligus

melakukan pengamatan atau pencatatan hasil observasi.

b. Non-participant Observer

Non-participant observer adalah peran observer yang tidak

harus mengambil peran dan terlibat dengan aktivitas observer/subjek.

Sebagai observer, bisa saja kita tidak terlalu paham dengan subjek

penelitian, sehingga apabila dipaksakan ikut terlibat di dalamnya

dapat menghilangkan kealamiahan setting dan perilaku subjek yang

diobservasi.

c. Changing-role Observer

Changing-role observer adalah peran observer yang berganti

dari partisipan menjadi non partisipan atau sebaliknya, disesuaikan

dengan kebutuhan penelitian atau faktor situasional. Situasi yang sulit

Page 75: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

60

bagi peneliti menentukan peran observasi yang dipilih menjadi salah

satu faktor digunakannya changing-role observer ini.

Pada penelitian ini, peran peneliti adalah participant observer dan

changing-role observer. Peran participant observer dipilih karena

peneliti terlibat langsung dengan subjek penelitian yaitu anggota

Paskibraka Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2015 sebagai salah satu

panitia kegiatan. Peneliti tergabung menjadi panitia kegiatan Paskibraka

Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2015 karena bersamaan dengan

pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan di seksi pemuda, Balai

Pemuda dan Olahraga DIY. Sedangkan changing-role observer dipilih

karena kondisi situasional peneliti yang harus menjalankan tugas sebagai

salah satu panitia kegiatan Paskibraka tahun 2015 dan berganti peran

untuk melaksanakan tugas pada seksi lain khususnya dalam hal kegiatan

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di Balai Pemuda dan Olahraga

Daerah Istimewa Yogyakarta.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara

mencari dan mengumpulkan data berupa dokumen-dokumen atau arsip,

foto, catatan, dan lain sebagainya. Dokumen-dokumen tersebut

dikumpulkan dengan tujuan memperkuat data terkait subjek yang diteliti

dalam sebuah penelitian.

Page 76: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

61

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada metode penelitian kualitatif berbeda

dengan metode kuantitatif. Instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif

adalah peneliti itu sendiri (Nusa Putra, 2012: 227). Sejalan dengan yang

diungkapkan Nasution, dalam penelitian kualitatif peneliti bertindak sebagai

key instrument yang terjun ke lapangan serta berusaha mengumpulkan

informasi baik melalui observasi maupun wawancara (Andi Prastowo, 2012:

43).

Peneliti sendiri yang mengamati, menggali data dan informasi terkait

penanaman nilai nasionalisme pada Paskibraka Daerah Istimewa Yogyakarta

dari awal penelitian hingga akhir. Penggalian data dan informasi tersebut

dibantu dengan pedoman wawancara, pedoman observasi, dan telaah

dokumentasi.

Adapun kisi-kisi instrumen penelitian yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah:

1. Pedoman Wawancara

Peneliti bertindak sebagai pewawancara, sedangkan

narasumbernya adalah anggota Paskibraka, pelatih, panitia, dan anggota

Purna Paskibraka Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta. Aspek yang

akan ditanyakan dalam wawancara meliputi sikap nasionalisme pada

siswa, cara menanamkan nasionalisme pada siswa, dan seputar faktor

pendukung serta penghambat kegiatan (pedoman wawancara terlampir).

Page 77: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

62

2. Pedoman Observasi

Peneliti mencatat segala hal yang berkaitan dengan penelitian.

Kemudian, peneliti menjelaskan dan membuat kesimpulan dari hasil

observasi yang dilakukan. Kisi-kisi observasi dalam penelitian ini adalah:

ciri-ciri nasionalisme pada siswa, nasionalisme pada pelatih maupun

panitia, jalannya pelaksanaan kegiatan, sarana dan prasarana kegiatan

(pedoman observasi terlampir).

3. Dokumentasi

Dokumen yang dikumpulkan peneliti meliputi:

Tabel 1. Pedoman Dokumentasi

No Aspek yang diteliti Bentuk Dokumen

1 Lokasi Penelitian Profil Lembaga

2 Paskibraka Daerah Istimewa

Yogyakarta

Laporan Kegiatan, Buku Panduan

Kegiatan, Buku Petunjuk

Pelaksanaan Teknis Kegiatan,

Foto Dokumentasi Kegiatan.

3 Penanaman Nasionalisme Materi Kegiatan Paskibraka yang

Berkaitan dengan Penanaman

Nasionalisme.

F. Teknik Analisis Data

Data yang didapat melalui pengumpulan data sebelumnya masih

merupakan data mentah. Data mentah tersebut akan menjadi sebuah

informasi apabila diolah, maka diperlukan analisis data untuk mengolahnya.

Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan mengorganisasikan data,

memilih-milih sebagai satuan unit yang dapat dikelola, mensintesiskan,

mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang

Page 78: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

63

dipelajari, serta memutuskan apa yang diceritakan kepada orang lain

(Djunaidi Ghoni dan Fauzan Almanshur, 2012: 247).

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data dan

informasi yang telah didapat baik melalui observasi, wawancara, maupun

dokumentasi. Selanjutnya, data dirangkum dan disusun ke dalam satuan-

satuan unit. Setelah dibagi ke dalam satuan unit, kita melakukan kategorisasi

dan koding data. Tahap terakhir, data diperiksa keabsahannya.

Penelitian ini menggunakan teknis analisis model interaktif

(interactive model of analysis) dari Miles dan Hubberman. Pada model

analisis interaktif ini peneliti bergerak pada tiga komponen, yaitu reduksi data

(data reduction), penyajian data (data display) dan penarikan kesimpulan

(verification).

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang memepertajam,

memilih, memfokuskan, membuang, dan menyusun data dalam suatu

cara dimana kesimpulan akhir dapat digambarkan dan diidentifikasikan

(Emzir, 2012: 130). Reduksi ini berlangsung secara terus menerus dari

awal hingga penelitian berakhir. Analisis yang dilakukan peneliti dalam

tahap reduksi adalah pemilihan data mana yang akan dikode, meringkas

dan menggolongkannya lebih luas, membuang yang tidak perlu, dan lain

sebagainya.

Page 79: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

64

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan penyampaian sekumpulan informasi

yang telah terkumpul sehingga nantinya dapat memungkinkan untuk

dilakukan penarikan kesimpulan. Apabila data dan keseluruhan informasi

yang telah direduksi dapat disajikan, maka selanjutnya peneliti dapat

memulai penarikan kesimpulan atau pengambilan tindakan. Banyak

bentuk penyajian data, misalnya dibuat dalam bentuk tabel, grafik, bagan,

dan lain sebagainya. Penyajian data yang paling sering digunakan dalam

penelitian kualitatif adalah bentuk naratif.

3. Penarikan Kesimpulan

Tahap ketiga dari analisis data ini adalah penarikan kesimpulan.

Peneliti mulai mencari arti benda, makna kata, sebab-akibat, pola-pola,

dan preposisi dari data-data yang sudah didapat sejak awal. Kesimpulan

yang didapat kemudian dilakukan verifikasi selama penelitian

berlangsung. Makna kata yang didapat ketika pengumpulan data dicari

kebenarannya untuk mendapatkan data yang benar-benar valid. Peneliti

harus mampu mengolah kecocokan dan keterkaitan data yang didapat

dari proses reduksi, penyajian data hingga penarikan kesimpulan selama

penelitian berlangsung. Apabila sudah didapat keterkaitan antar data,

maka kesimpulan awal dapat ditarik. Kesimpulan awal dapat menggiring

pada pengambilan keputusan untuk menguji kesimpulan tersebut.

Page 80: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

65

G. Keabsahan data

Setiap penelitian memerlukan adanya standar untuk melihat derajat

kepercayaan atau kebenaran terhadap hasil penelitian. Penelitian kualitatif

standar tersebut sering disebut dengan keabsahan data. Keabsahan data

dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan teknik triangulasi.

Teknik triangulasi menurut Moleong merupakan teknik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data tersebut

untuk keperluan pengecekan atau sebanding terhadap data tersebut (Andi

Prastowo, 2012: 269). Teknik triangulasi dapat dilakukan dengan triangulasi

teknik, triangulasi sumber, dan triangulasi waktu.

Triangulasi teknik adalah pengecekan kembali data yang diperoleh

dengan metode yang berbeda. Misalnya data tentang penanaman sikap

nasionalisme didapat dengan cara observasi, kemudian data tersebut di cek

kembali dengan metode wawancara. Triangulasi waktu dilakukan dengan

cara mengecek kembali data dan informasi yang telah didapat dalam waktu

yang berbeda. Sedangkan triangulasi sumber dilakukan dengan melakukan

pengecekan data pada sumber yang berbeda. Uji keabsahan data ini

dilakukan secara berulang-ulang, sehingga data dirasa benar-benar valid.

Triangulasi sumber dilakukan dengan mengecek kembali data yang telah

diperoleh sebelumnya kepada sumber yang berbeda.

Hasil akhir dari penelitian ini akan menggambarkan bagaimana

penanaman sikap nasionalisme pada Paskibraka DIY dan dilaporkan secara

deskriptif. Hasil tersebut kemudian ditarik menjadi sebuah kesimpulan yang

Page 81: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

66

telah dianalisis sebelumnya berdasarkan data dan informasi yang ada di

lapangan.

Page 82: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

67

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Balai Pemuda dan Olahraga DIY

a. Keadaan Lokasi

Balai Pemuda dan Olahraga Daerah Istimewa Yogyakarta

(BPO DIY) beralamat kantor di nDalem Suryodiningratan KT II/23,

alun-alun Kidul Yogyakarta. Kantor BPO DIY terletak tepat di

sebelah utara Alun-Alun Kidul Yogyakarta, bersebelahan dengan

Sasana Hinggil Kraton Yogyakarta. Letak kantor Balai Pemuda dan

Olahraga sangat strategis, berada di area pusat pemerintahan dan di

kelilingi banyak sekolah. Lokasi yang tepat berseberangan dengan

Alun-alun Kidul Yogyakarta membuat kondisinya mudah diakses

dan diketahui oleh masyarakat. Selain itu, banyak aktivitas dapat

diikuti ataupun dilihat khususnya aktivitas tentang kepemudaan dan

keolahragaan baik yang diselenggarakan oleh Balai Pemuda dan

Olahraga sendiri ataupun dari pihak penyelenggara yang lain.

Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia nomor 0304/0/1984, pembinaan kepemudaan

dan keolahragaan sebelum adanya otonomi daerah ditangani oleh

Bidang Pembinaan Generasi Muda dan bidang keolahragaan Kantor

wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi. Setelah

adanya otonomi daerah dan seiring dengan dikeluarkannya Peraturan

daerah Nomor 7 Tahun 2002 dan Keputusan Gubernur Nomor 159

Page 83: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

68

Tahun 2002, sejak tahun 2003 Pembinaan Kepemudaan ditangani

oleh Balai Pengembangan, selanjutnya masih pada tahun 2003

Pembinaan Kepemudaan kemudian ditangani oleh Balai

Pengembangan Pemuda dan Olahraga (BPPO) yang merupakan unit

pelaksana teknis Dinas Pendidikan Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta. Sedangkan untuk pembinaan keolahragaan ditangani

oleh Seksi Olahraga Bidang PLS Dinas Pendidikan Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta.

Berdasarkan keputusan Peraturan Gubernur DIY Nomor 49

tahun 2008 tentang Rincian Tugas dan Fungsi Dinas dan Unit

Pelaksana Teknis, tanggal 12 Desember 2008 Pembinaan

Kepemudaan dan Keolahragaan dijadikan satu unit yang ditangani

oleh Balai Pemuda dan Olahraga (BPO). Balai Pemuda dan Olahraga

merupakan bagian Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Dinas

Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta (Disdikpora DIY). Balai Pemuda dan Olahraga (BPO)

memperoleh kepercayaan untuk menempati kantor kerja di nDalem

Ngadiwinatan Suryoputran KT II/23 Alun-alun Kidul Yogyakarta.

Bangunan kantor tersebut merupakan sebuah rumah milik Pangeran

Hadiwinoto, yaitu Putra Sri Sultan Hamengku Buwono VII. Dahulu

sebelum menjadi kantor Balai Pemuda dan Olahraga, rumah tersebut

sempat digunakan oleh Sekolah Seni Tari di bawah naungan kantor

Wilayah Departemen pendidikan dan kebudayaan (Kanwil

Page 84: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

69

Depdikbud) Provinsi DIY. Selain Sekolah Tari, rumah Kantor

Bidang Pembinaan Generasi Muda pun sempat menempatinya.

Setelah Bidang Pembinaan Generasi Muda tidak ada selanjutnya

dipakai oleh Balai Pengembangan Pemuda dan Olahraga (BPPO)

yang sekarang bernama Balai Pemuda dan Olahraga (BPO) dan

mempunyai tugas sebagai unit pelaksana teknis Dinas Pendidikan,

Pemuda dan Olahraga bidang kepemudaan dan Keolahragaan.

b. Visi, misi dan tujuan BPO

Visi, Misi, dan Tujuan BPO

Visi :

Terwujudnya masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta yang

berkualitas, sehat jasmani dan rohani, berprestasi, beretos kerja

tinggi guna mewujudkan manusia Indonesia yang seutuhnya.

Misi :

a. Mengembangkan potensi kepemudaan dan olahraga masyarakat

b. Meningkatkan prestasi bidang kepemudaan dan olahraga sesuai

potensi yang dimiliki.

c. Memfasilitasi sarana dan prasarana kegiatan kepemudaan dan

olahraga

d. Mengembangkan dan meningkatkan kegiatan pemuda dan

olahraga yang berakar pada sistem nilai, adat istiadat, dan budaya

masyarakat.

Page 85: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

70

e. Menjalin kerjasama dengan seluruh organisasi kepemudaan dan

olahraga baik tingkat daerah, nasional, maupun Internasional.

f. Memberikan penghargaan kepada pemuda dan olahragawan yang

berprestasi.

Tujuan :

a. Terciptanya kader pemimpin bangsa yang beriman dan bertaqwa,

mandiri, unggul, peka terhadap aspirasi rakyat, dan berjiwa

kewirausahaan.

b. Meningkatnya potensi ekonomi pemuda dengan memanfaatkan

sumber daya alam dan sinergitas antar lembaga/departemen.

c. Tertatanya sistem pembinaan dan pembangunan olahraga yang

menjamin kesinambungan interkoneksitas antar

instansi/koni/pemprov terkait di atas landasan pembinaan yang

kuat sehingga dapat dioptimalkan kemaslahatan bagi individu dan

masyarakat baik mencakup aspek fisik, intelektual, sosial

emosional, moral, disamping pencapaian tujuan yang bersifat

ekonomis.

d. Tersedianya tempat dan fasilitas untuk kegiatan kepemudaan dan

keolahragaan.

e. Meningkatkan pendapatan asli daerah dari hasil jasa retribusi dari

pemakaian aset oleh instansi pemerintah maupun swasta dan

masyarakat umum.

Page 86: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

71

f. Terselenggaranya pelatihan-pelatihan bagi organisasi-organisasi

pemuda dalam pembinaan mental spiritual, keterampilan, seni

budaya, kreasi dan apresiasi agar menjadi manusia yang berjiwa

mandiri.

g. Terselenggaranya pelatihan-pelatihan pemanduan bakat dan minat

yang mampu dan sanggup berkompetisi dalam rangka pencapaian

potensi di cabang-cabang olahraga.

c. Strukur Ogranisasi

Sesuai dengan Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta

Nomor 49 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas dan Fungsi Dinas dan

Unit Pelaksana Teknis pada Dinas Pendidikan Pemuda dan

Olahraga, maka susunan Organisasi Balai Pemuda dan Olahraga

sebagai berikut:

Gambar 2. Struktur Organisasi BPO DIY

Ka Dis Dikpora

Kepala BPO

Kelompok Pejabat

Fungsional Ka subbag TU

Kasi Pemuda

Kasi Olahraga

Page 87: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

72

d. Tugas Pokok dan Fungsi Balai Pemuda dan Olahraga (BPO)

1. Tugas Pokok dan Fungsi Balai Pemuda dan Olahraga (BPO)

a) Tugas Pokok

Balai Pemuda dan Olahraga (BPO) mempunyai tugas

melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan Daerah

bidang Balai Pemuda dan Olahraga (BPO).

b) Fungsi Balai Pemuda dan Olahraga (BPO)

1. Penyusunan program Balai Pemuda dan Olahraga (BPO)

2. Penyusunan kebijakan teknis di bidang Pemuda dan

Olahraga

3. Pembinaan Kepemudaan dan Keolahragaan

4. Fasilitas kegiatan Kepemudaan dan Keolahragaan

5. Penyusunan pedoman kegiatan Kepemudaan dan

Keolahragaan

6. Pengelolaan sarana dan prasarana Kepemudaan dan

Keolahragaan

7. Penyelenggaraan ketatausahaan

8. Pelaksanaan evaluasi dan penyusunan program Balai

Pemuda dan Olahraga (BPO)

9. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai

tugas dan fungsi.

Page 88: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

73

e. Kebijakan BPO

Balai Pemuda dan Olahraga Daerah Istimewa Yogyakarta

terbagi menjadi dua seksi, yakni seksi pemuda dan seksi olahraga.

Masing-masing seksi memiliki kebijakan masing-masing sesuai

dengan tugas dan kewenangannya.

1) Seksi Pemuda

Kebijakan kepemudaan dikembangkan mengacu kepada

properda dan hasil-hasil diskusi/dialog dengan berbagai lembaga

kepemudaan, instansi terkait dan relevan serta studi kepemudaan

yang telah dilakukan berdasarkan standar wawasan, sikap dan

kebutuhan pemuda, dan juga studi kebijakan kepemudaan.

Kebijakan kepemudaan yang ditempuh adalah

memberikan iklim yang kondusif bagi pemuda dalam

mengaktualisasikan segenap potensi, bakat dan minatnya melalui

peningkatan partisipasi pemuda di berbagai bidang pembangunan,

serta mengembangkan sikap keteladanan, kemandirian, akhlak

mulia, disiplin dalam bermasyarakat, berbangsa dan negara yang

mencakup:

a) Memberikan kesempatan dan kebebasan mengorganisasikan

dirinya secara bebas dan merdeka sebagai wahana

pendewasaan untuk menjadi pemimpin bangsa yang beriman

dan bertaqwa, berakhlak mulia, patriotis, demokratis,

mandiri, dan tanggap terhadap aspirasi masyarakat.

Page 89: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

74

b) Mengembangkan minat dan semangat kewirausahaan di

kalangan generasi muda yang berdaya saing, unggul dan

mandiri.

c) Melindungi segenap generasi muda dari bahaya distruktif

terutama bahaya penyalahgunaan narkoba, obat-obatan

terlarang dan zat adiktif lainnya melalui gerakan

pemberantasan dan peningkatan kesadaran masyarakat akan

bahaya penyalahgunaan narkoba.

d) Mengembangkan wawasan kebangsaan di kalangan pemuda

dalam memupuk jiwa persatuan dan kesatuan bangsa, bangga

dan rela berkorban demi mengedepankan kepentingan bangsa

dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan.

e) Menyiapkan pemuda dalam menghadapi persaingan global

dan dalam pergaulannya dengan bangsa-bangsa lain melalui

berbagai aktivitas yang mendukung dengan mengedepankan

semangat kemanusiaan yang berkeadilan, beradab dan

demokratis dengan tidak meninggalkan jati dirinya sebagai

suatu bangsa.

f) Mengelola dan mengembangkan serta meningkatkan sarana

dan prasarana untuk kepentingan pemberdayaan pemuda dan

olahraga, di samping juga sebagai masukan Pendapatan Asli

Daerah (PAD).

Page 90: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

75

2) Seksi Olahraga

Kebijakan keolahragaan adalah mencakup:

a) Melaksanakan pengkajian dan merumuskan kebijakan

pemerintah di bidang keolahragaan.

b) Melaksanakan pengkajian dan penyempurnaan peraturan

perundangan-undangan olahraga.

c) Melaksanakan kajian sekolah olahraga.

d) Melaksanakan pengembangan sistem informasi keolahragaan.

e) Melaksanakan pembibitan dan pembinaan olahragawan usia

dini.

f) Pemetaan dan analisis pelaksanaan kewenangan wajib

standar pelayanan minimal di bidang olahraga.

g) Penyusunan indikator pengembangan olahraga (Sport

Development Index).

h) Melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan

olahraga.

i) Pembinaan dan peningkatan kualitas manajemen organisasi

olahraga.

j) Memberdayakan dan meningkatkan kualitas manajemen

organisasi olahraga prestasi prioritas di tingkat daerah.

Page 91: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

76

2. Penanaman Nasionalisme pada Paskibraka DIY

a. Pelaksanaan Kegiatan dan Cara Penanaman Nasionalisme

Paskibraka Provinsi DIY

Bentuk kegiatan Paskibraka sesuai Peraturan Menteri

Pemuda dan Olahraga Nomor 0065 Tahun 2015 yang dijelaskan

dalam pedoman kegiatan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka

(Kemenpora, 2015) meliputi tiga kegiatan utama yaitu rekrutmen

dan seleksi calon Paskibraka, pemusatan pendidikan dan pelatihan,

serta pelaksanaan dan penurunan bendera. Secara lebih jelas,

kegiatan tersebut dijabarkan lebih detail pada pemaparan berikut:

1. Rekrutmen dan Seleksi

Seleksi diadakan pada tanggal 20-22 Mei 2015 bertempat

di Youth Centre, Tlogoadi, Mlati, Sleman. Seleksi tersebut

diikuti oleh 78 peserta yang terdiri dari lima kabupaten di DIY,

yaitu Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Kulon progo,

Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman, dan Kota Yogyakarta.

Setiap kabupaten mengirimkan 16 wakil yang terdiri atas 8 siswi

dan 8 siswa. Seleksi peserta Paskibraka dilaksanakan selama

tiga hari dan para calon anggota Paskibraka diwajibkan

menginap di Youth Centre.

Rangkaian kegiatan seleksi Paskibraka meliputi beberapa

materi tes, yaitu :

Page 92: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

77

a. Pengetahuan Umum

Tes ini diadakan dengan tujuan untuk mengetahui

sejauh mana pengetahuan yang dimiliki oleh setiap calon

pasukan paskibraka. Tes pengetahuan umum dilakukan

dengan memberikan soal tentang berbagai macam cabang

ilmu dan hal-hal umum.

b. Kepribadian (Psikotes)

Tes kepribadian dilakukan dengan metode tes Big

Five personality (BFP). Adanya tes kepribadian bertujuan

agar dapat mengetahui lebih jelas bagaimana karakter setiap

calon Paskibraka dengan detail. Tes ini dilakukan oleh Balai

Pemuda dan Olahraga dengan beberapa pendamping

Paskibraka dari Purna Paskibraka Indonesia (PPI)

c. Bahasa Inggris

Tes Bahasa Inggris bertujuan untuk mengukur

kemampuan calon paskibraka dalam hal komunikasi dengan

menggunakan Bahasa Inggris. Tes dilakukan dengan metode

wawancara.

d. Kesenian

Materi kesenian pada seleksi Paskibraka ini tidak

dilakukan dengan cara memberikan tes tertulis pada setiap

peserta. Tes kesenian dilakukan dengan melihat kompetensi,

Page 93: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

78

bakat, dan kreativitas yang mereka miliki melalui kegiatan

malam kesenian yang dilaksanakan pada malam kedua.

e. Tes kesehatan jasmani

Tes kesehatan dilakukan di Pangdam Demak Ijo,

tujuannya untuk mengetahui tingkat kebugaran jasmani

setiap calon Paskibraka. Tingkat kebugaran jasmani calon

Paskibraka dilakukan dengan melihat bagaimana ketahanan

fisik mereka dalam menjalani setiap tahap tes fisik yang

dilakukan. Tes tersebut meliputi :

- Lari selama 12 menit

- Shuttle Run (lari bolak-balik)

- Sit up selama 1 menit

- Push up selama 1 menit

Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki kebijakan

tersendiri dalam melakukan tes kesehatan ini, yakni bagi

peserta yang memiliki tekanan darah tinggi pada saat

tersebut tidak diizinkan mengikuti berbagai aktivitas fisik

tersebut. Apabila sudah dalam kondisi tekanan darah yang

normal barulah diizinkan untuk mengikuti tes susulan.

f. PBB

Tes pelatihan baris-berbaris terdiri dari materi cara

hormat, cara berjalan, cara istirahat di tempat, jalan di

Page 94: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

79

tempat, dan lain sebagainya. Tes ini menggunakan penilaian

dari hasil praktik siswa.

g. Parade

Tes parade adalah materi seleksi berdasarkan bentuk

fisik/postur tubuh. Bentuk seleksinya meliputi: tidak ada

kelainan yang menonjol, tinggi badan sesuai persyaratan

yang ditentukan, berat badan tidak kurang dan tidak lebih 5

kg dari berat badan minimum, tidak ada kelainan bentuk

kaki X atau O.

Gambar berikut merupakan alur seleksi Paskibraka dari

tahap awal hingga ke tingkat nasional sesuai dengan pedoman

kegiatan Paskibraka (Kemenpora, 2015).

Gambar 3. Alur Kegiatan Seleksi Paskibraka

nasional

provinsi

kabupaten

sekolah

Paskibraka

Provinsi

Paskibraka

nasional

Paskibraka

kabupaten

Paskibra

sekolah

Page 95: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

80

Seleksi di tingkat Provinsi adalah anggota Paskibraka

terbaik yang telah mengikuti seleksi di tingkat Kabupaten/kota.

Peserta diasramakan dan materi seleksi hampir sama dengan di

Kabupaten/kota dengan bobot lebih tinggi. Selama di asrama,

peserta akan dilihat perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.

Kegiatan ini akan menunjukkan kemampuan setiap peserta baik

kemampuan akademik maupun non-akademik.

Seleksi tingkat provinsi ini dilakukan untuk mencari dua

pasang putra dan putri yang berhak ikut seleksi di tingkat

nasional. Dua pasang utusan provinsi mengikuti seleksi di

tingkat Nasional, kemudian akan dipilih satu putra dan satu putri

untuk menjadi Paskibraka di tingkat Nasional. Siswa yang tidak

lolos pada seleksi nasional kembali ke provinsi dan bertugas

menjadi Paskibraka Provinsi bersama siswa lainnya.

2. Pemusatan Pendidikan dan Latihan

Diklat Paskibraka dilaksanakan selama kurang lebih 19

hari, anggota Paskibraka masuk karantina mulai tanggal 30 Juli

2015 hingga tanggal 19 Agustus 2015. Waktu dan tempat Diklat

tersebut secara rinci dapat dilihat dalam tabel berikut:

Page 96: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

81

Tabel 2. Waktu dan tempat Diklat Paskibraka

No Tanggal Tempat Kegiatan

1 30 Juli- 1 Agustus

2015

Pondok Pemuda

Ambarbinangun

Latihan

Pembentukan

2 2-11 Agustus

2015

Pondok Pemuda

Ambarbinangun

dan Alun-alun

Selatan

Yogyakarta

Pembekalan

3 14-15Agustus

2015

Gedung Agung,

Yogyakarta

Latihan, Gladi

Kotor, Gladi

Bersih.

4 16 Agustus 2015 Gedung Agung

Yogyakarta

Upacara

Pengukuhan

5 17 Agustus 2015 Gedung Agung

Yogyakarta

Penentuan

Kelompok,

Upacara

Pengibaran dan

Penurunan

Bendera

Sumber : Balai Pemuda dan Olahraga DIY

Bentuk Diklat Paskibraka yang diterapkan adalah latihan

Pandu Ibu Indonesia Ber-Pancasila dengan cara pendekatan

Keluarga Bahagia. Pandu, seperti yang tersurat dalam lagu

Kebangsaan Indonesia Raya berarti orang terdepan pembawa

suluh/obor dan menunjukkan arah yang benar. Pandu Ibu

Indonesia berarti orang Indonesia yang siap sedia membela

negara, bangsa dan tanah tumpah darahnya. Dengan demikian

isi dari pendidikan Paskibraka ada dua yaitu:

Page 97: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

82

1. Pendidikan kepemimpinan yang dibimbing oleh para

pembina

2. Pelatihan keterampilan baris berbaris, termasuk formasi

barisan, teknik mengibarkan dan menurunkan bendera dan

naik turun tangga yang dipimpin oleh para pelatih

(Kemenpora, 2015).

Menurut Pedoman Penyelenggaraan Kegiatan Pasukan

Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka), cara pendekatan

Keluarga Bahagia dalam gambaran kehidupan Desa Bahagia

dipilih karena fungsi dan peran keluarga sebagai tempat

pendidikan yang utama dan pertama bagi sang anak kini sudah

luntur dan melemah. Sistem pembinaan Desa Keluarga Bahagia

betujuan untuk mewujudkan kebiasaan hidup ber-Pancasila

dengan Keluarga Bahagia yang anggota-anggotanya ditata atas

dasar falsafah dan pandangan hidup bangsa serta memperoleh

kemungkinan untuk mengembangkan sikap hidup positif seperti

takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, tertib, disiplin, gotong

royong dengan penuh rasa kekeluargaan.

Komponen-komponen dalam pendidikan dan latihan

Paskibraka terdiri atas beberapa pihak atau instansi terkait yang

saling bekerjasama dalam pelaksanaan kegiatan dari awal

hingga akhir. Komponen tersebut berasal dari pihak Balai

Pemuda dan Olahraga DIY, TNI/Polri, hingga pihak pemerintah

Page 98: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

83

provinsi. Agar setiap pihak dapat bekerja sesuai bidang dan

porsinya, maka dilakukan pembagian kerja selama pendidikan

dan pelatihan Paskibraka.

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta bertugas sebagai

pelindung. Kemudian, yang menjadi tim pengarah ialah Asek

Sekda DIY, Kepala Dinas Dikpora DIY, dan Danrem 072

Pamungkas. Kepala Balai Pemuda dan Olahraga bertugas

sebagai penanggung jawab. Pihak Balai Pemuda dan Olahraga

difokuskan pada kegiatan pembinaan, sedangkan pihak

TNI/Polri difokuskan menangani kegiatan pelatihan. Pembagian

kerja dari setiap komponen dapat digambarkan dalam struktur

organisasi pendidikan dan pelatihan calon Paskibraka Daerah

Istimewa Yogyakarta Tahun 2015 berikut ini. Pembagian

struktur organisasi Diklat Paskibraka Daerah Istimewa

Yogyakarta Tahun 2015 digambarkan dengan detail pada Buku

Panduan Pendidikan dan Pelatihan Paskibraka seperti berikut.

Page 99: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

84

KOMANDAN PASUKAN

DANPOK 17 DANPOK 8 DANPOK 45

: garis komando/pembinaan

: garis koordinasi

PELINDUNG

Gubernur DIY

TIM PENGARAH

1. Asek Sekda DIY

2. Kepala Dinas Dikpora DIY

3. Danrem 072 Pamungkas Yogyakarta

PENANGGUNGJAWAB

Kepala BPO Dinas Dikpora DIY

PANITIA

PELATIHAN

KOORDINATOR PEMBINAAN

Drs. Latanggang

KOORDINATOR

PELATIHAN

Kapten Kav. Purwanto

PELATIH

1. Kapten CHB Timotius

Subanu

2. Pelda Sutanto

3. Aipda Sri Harjono

4. Sertu Sugeng Siamto

5. Peltu Fajar Tri Irianto

6. Sertu Tri Wahyudi

7. Serda Kowad Irmawati

8. Banu Setiawan, S.S

9. Aziz Andika Putra, S.Pd

10. Cindy Maydea

11. Adita Deka Pratama

12. Tatang Iswidikurniawan

13. Muhammad Hafidz

Ridlo

PEMBINAAN

1. Drs. Suyamto

2. Sudarmin

3. Drs. Suhardi

4. Akhditia Citratami

Wandaniatri, A.Md. Kep

5. Ratih Dwi Setiawan, S.E

6. Anisa Astitia, S.Si

7. Adhikrita Arif Permana,

S.T

CALON PASKIBRAKA

Gambar 4. Struktur Organisasi Diklat

Paskibraka tahun 2015

Page 100: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

85

Pendidikan dan pelatihan Paskibraka memiliki beberapa

unsur di dalamnya, antara lain:

1. Peserta Paskibraka

Peserta Paskibraka pada tahap pemusatan dan

pendidikan terdiri atas siswa-siswi yang lolos seleksi pada

tingkat provinsi. Termasuk juga siswa-siswi yang tidak

lolos seleksi di tahap nasional pun kembali bertugas sebagai

Paskibraka provinsi .

2. Pembina Paskibraka

Pembina Paskibraka adalah orang yang bertanggung

jawab atas terlaksananya proses pendidikan, pembinaan

serta pengembangan kepemimpinan nasional bagi pemuda

yang disiplin dan berwawasan kebangsaan. Pembina

Paskibraka dapat dimintakan bantuan untuk menjadi

narasumber dalam pelatihan Kepemimpinan Nasional bagi

pemuda.

Pembina Paskibraka dapat berasal dari unsur

Kementrian/Lembaga (KL). Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD) yang menangani kepemudaan, TNI, POLRI,

anggota Purna Paskibraka Indonesia aktif dan terseleksi,

atau individu yang telah mengikuti latihan kepemimpinan

pemuda tingkat Pemuka, Pendamping atau petatar

kepemudaan.

Page 101: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

86

Pembina Paskibraka bertanggung jawab atas pembinaan

di lapangan dan di asrama, mulai dari bangun pagi, ibadah,

senam pagi, doa, makan pagi, acara selingan, apel malam, dan

kenangan/keakraban. Pembina harus memperhatikan masalah

pribadi anggota pasukan. Ketika berada di asrama, anggota putri

dibina oleh pembina putri, begitu juga anggota putra dibina oleh

pembina putra. Hubungan pembina dengan para anggota

pasukan harus dekat layaknya hubungan kakak yang lebih tua

terhadap adiknya.

3. Pelatih

Pelatih adalah orang yang mempunyai keterampilan,

kemampuan, kedisiplinan, dan tanggung jawab atas

penyelenggaraan serta terlaksananya tugas pengibaran dan

penurunan bendera kebangsaan Merah Putih. Oleh karena itu,

untuk keberhasilan penunaian tugas itu, pelatih Paskibraka perlu

memberi pengarahan dan pelatihan untuk diulangi,

disempurnakan dan disamakan gerak langkahnya melalui PBB

dan penguasaan formasi barisan.

Pelatih adalah instruktur dari TNI, POLRI, baik itu

perwira maupun bintara pelatih yang dikoordinasikan oleh

Kepala staff Garnissun dan dapat dibantu oleh anggota Purna

Paskibraka Indonesia. Selain itu pelatih bertanggung jawab atas

kemahiran baris berbaris, tata penghormatan, bentuk-bentuk

Page 102: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

87

barisan, melipat dan membuka bendera, menaikkan dan

menurunkan bendera, tata laku dan gerak, penanaman disiplin

diri dan kelompok, kesehatan, kesigapan, dan ketegasan

memberi aba-aba, sikap pribadi dan teladan perilaku pelatih

akan dicontoh dan ditiru oleh anggota pasukan.

4. Panitia

Panitia adalah instansi pemerintah yang memiliki

wewenang mengelola anggaran kegiatan Paskibraka. Maksud

dari mengelola kegiatan adalah selain bertanggung jawab atas

kelancaran proses mulai dari seleksi dan pemusatan diklat

sampai dengan keberhasilan penugasan, termasuk juga

melakukan persiapan administrasi dan teknis, mengatur personil,

pengadaan perlengkapan, melakukan pengawasan dan

pengendalian seluruh aspek kegiatan. Di tingkat provinsi yang

menjadi panitia adalah Balai Pemuda dan Olahraga DIY, SKPD

dan anggota lainnya.

Mengingat tugas utama Paskibraka adalah mengibarkan

duplikat bendera pusaka, tentu kegiatan utamanya didominasi

oleh kegiatan lapangan. Kegiatan lapangan tersebut

membutuhkan sarana dan prasarana khusus demi menunjang

pelaksanaannya.

Page 103: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

88

Menurut Pedoman Kegiatan Pasukan Pengibar Bendera

Pusaka Tahun 2015, sarana dan prasarana kegiatan yang

dibutuhkan dalam pembentukan Paskibraka antara lain :

a. Sarana dan prasarana akomodasi dan konsumsi yang

memadai.

b. Tempat pembinaan baik di dalam maupun di luar ruangan

c. Tempat latihan baris berbaris

d. Tersedianya lapangan upacara beserta tiang bendera

e. Pakaian, topi, sepatu, dan perlengkapan lainnya.

f. Sarana transportasi.

Sistem pendekatan yang digunakan dalam pendidikan

dalam pelatihan adalah pendekatan Desa Bahagia. Desa Bahagia

merupakan sebuah gambaran dimana para peserta diajak serta

menghayati kehidupan yang berisi acara-acara yang pada

dasarnya adalah penghayatan dan pengamatan Pancasila serta

praktiknya yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.

Suasana tersebut diwujudkan dalam bentuk kegiatan:

Penerimaan tamu desa yang khas, pemilihan dan kampanye

Lurah serta Perangkat Desa, musyawarah desa, gotong royong

desa dan sebagainya.

Bimbingan Kerukunan Desa ketika kegiatan di dalam

dan di luar asrama antara peserta putra dan putri, antara peserta

Page 104: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

89

dan pembina dan/atau pelatih dilaksanakan dengan

memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Penciptaan suasana gembira, harmonis, disiplin

melaksanakan tata tertib yang berlaku.

2. Bimbingan agama dan praktik melaksanakan kewajiban.

3. Bimbingan cara bergaul putra dan putri yang sehat dan

wajar.

4. Pembagian tugas pembina, pelatih, dan panitia penyelenggara

yang jelas dan saling menghargai. (Kemenpora, 2015)

Kurikulum pendidikan dan latihan terdiri dari mata pelajaran

teori dan praktik sebagai berikut:

1) Latihan Kepemimpinan Pemuda Tingkat Provinsi dan

Kabupaten Kota

Materi Latihan Kepemimpinan ini meliputi:

upacara penerimaan (tantingan), upacara pembukaan

latihan, upacara pengukuhan, upacara penutupan latihan,

renungan jiwa, api unggun, pengarahan dari unsur

pimpinan daerah provinsi, dan kabupaten/kota,

kepemimpinan, cara hidup dan berpikir positif, wawasan

kebangsaan, sistem kenegaraan, manajemen organisasi,

makna dan arti Bendera Pusaka dan lagu “Indonesia

Raya”, dinamika kelompok, pengetahuan budaya dan

kesenian lokal.

Page 105: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

90

2) Keterampilan dan Praktik Pengibaran/Penurunan Bendera

Materi ini meliputi :

a. Peraturan Baris-berbaris (PBB) dan Formasi Barisan

b. Cara melipat dan mengembangkan bendera yang baik

dan benar

c. Cara menaikkan dan menurunkan bendera yang baik

dan benar

d. Cara mengikat tali bendera di tiang bendera yang baik

dan benar

e. Cara menerima dan membawa bendera yang baik dan

benar

f. Cara naik turun tangga (istana) yang baik dan benar.

g. Cara membentuk formasi barisan tertentu sesuai

keperluan

h. Kunjungan/audiensi ke pejabat (tinggi) pemerintah

tertentu yang dianggap perlu serta mengadakan dialog.

3) Kunjungan

a. Kunjungan/audiensi kepada pejabat (tinggi)

pemerintahan tertentu yang dianggap perlu serta

mengadakan dialog.

b. Kunjungan wisata ke tempat tertentu yang mengandung

nilai sejarah, pengetahuan/teknologi dan rekreasi

(Kemenpora, 2015)

Page 106: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

91

Kurikulum Desa Bahagia mengajarkan banyak materi

kepemimpinan, formasi baris-berbaris, cara mengibarkan dan

menurunkan bendera, cara naik turun tangga, dan lain

sebagainya. Tidak hanya terkait dengan tata cara pengibaran

bendera, namun setelah selesai latihan dan pemberian materi di

lapangan siswa masih mendapat materi pembinaan mental dan

wawasan kebangsaan pada malam harinya. Ketika menjalankan

aktivitas harian pun, segala sesuatunya sudah diatur sesuai

dengan kurikulum Desa Bahagia tersebut.

Ketika anggota Paskibraka mulai akan mengikuti tahap

karantina, ada persiapan dan tahapan yang dilakukan dalam

pendidikan dengan sistem Desa Bahagia, antara lain:

1. Penerimaan Peserta

a. Secara Administratif

b. Upacara Khusus Penerimaan peserta

2. Pemilihan Lurah & Perangkat Desa Bahagia

3. Upacara pembukaan. (Kemenpora, 2015)

Selanjutnya, anggota Paskibraka memulai kegiatan

harian yang dilakukan selama karantina berlangsung. Kegiatan

harian tersebut antara lain:

a. Bangun Pagi

b. Shalat/sembahyang

c. Senam pagi/gerak badan

Page 107: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

92

d. Membersihkan kamar dan pemeliharaan diri

e. Makan bersama

f. Upacara bendera

g. Kegiatan Belajar dan Berlatih.

4. Kegiatan menjelang pengukuhan dan penutupan

Kegiatan menjelang pengukuhan dan penutupan diklat

antara lain:

a. renungan jiwa,

b. api unggun, dan

c. pengukuhan serta penutupan latihan. (Kemenpora, 2015).

Selama proses pendidikan dan pelatihan Paskibraka,

terdapat beberapa kegiatan seremonial. Kegiatan seremonial

pada pelaksanaan Diklat Paskibraka yaitu:

1. Upacara Pengukuhan

Berdasarkan hasil observasi peneliti ketika kegiatan

berlangsung, upacara pengukuhan Paskibraka dilaksanakan

pada tanggal 16 Agustus 2015 di Gedung Kesenian, Istana

Kepresidenan Yogyakarta. Kegiatan pengukuhan dimulai

pada pukul 15.00 WIB, dihadiri oleh para tamu undangan

yang terdiri dari pejabat lembaga-lembaga di DIY, kepala

sekolah serta orangtua dari seluruh peserta Paskibraka.

Acara pendahuluan diawali dengan laporan perwira

kepada pembina upacara. Dilanjutkan dengan pembina

Page 108: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

93

upacara memasuki ruangan upacara. Selanjutnya memasuki

rangkaian acara pokok. Acara pokok diawali dengan

penghormatan kepada pemimpin upacara, dilanjutkan dengan

laporan pemimpin upacara. Kemudian menyanyikan Lagu

Indonesia Raya. Usai menyanyikan Lagu Indonesia Raya,

dilanjutkan dengan mengheningkan cipta. Kemudian

pembacaan pengantar pengukuhan yang dibacakan oleh

Kepala Dinas Dikpora DIY. Dalam pengantar pengukuhan

tersebut diberikan amanah-amanah kepada para anggota

Paskibraka agar siap menjadi generasi penerus bangsa yang

rela mengorbankan jiwa raga hanya untuk bangsa Indonesia.

Anggota Paskibraka kemudian mengucapkan ikrar, sumpah

pemuda, dan berjanji untuk mengabdi, menjalankan

kewajiban sebagai generasi penerus bangsa yang memiliki

jiwa nasionalis berlandaskan ideologi bangsa, ikrar diucapkan

bersama-sama dihadapan Bendera Merah Putih.

Setelah selesai mengucapkan ikrar, anggota

Paskibraka kemudian mencium Sang Merah Putih dan

dilanjutkan dengan penyematan Lencana merah Putih serta

pemasangan kendhit oleh Pembina Upacara. Suasana haru

pun menghiasi detik-detik momentum sakral bagi Paskibraka

tersebut. Acara dilanjutkan dengan amanat, pembacaan do’a,

laporan pemimpin upacara, dan penghormatan pasukan.

Page 109: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

94

Sebagai acara penutup, Gubernur DIY selaku pembina

upacara memberikan ucapan selamat kepada Paskibraka DIY,

kemudian meninggalkan ruang upacara.

2. Renungan Jiwa

Berdasarkan laporan kegiatan pembentukan Paskibraka

dari Balai Pemuda dan Olahraga DIY, renungan jiwa bagi

Anggota Paskibraka diadakan pada Hari Selasa tanggal 15

Agustus 2015 pukul 21.30 WIB di Pondok Pemuda

Ambarbinangun Yogyakarta dan dipandu oleh Kepala Seksi

Pemuda, Balai Pemuda dan Olahraga DIY yaitu Bapak Drs.

Latanggang. Renungan jiwa berisi tentang pesan kepada

Paskibraka agar terus memiliki tekad yang kuat, yakin pada

diri sendiri, terus memiliki semangat juang, dan selalu

bersyukur atas apa yang telah didapatkan. Tujuannya agar

lebih membentuk mental yang tangguh pada diri anggota

Paskibraka (teks renungan jiwa terlampir).

3. Upacara Serah Terima Bendera Merah Putih.

Dilaksanakan pada tanggal 16 Agustus 2015 pukul

18.15 di Kepatihan dan Gedung Agung Yogyakarta.

Pelaksanaan di Kepatihan :

a) Pejabat yang menyerahkan bendera :

Kepala Biro Umum Setda DIY

Page 110: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

95

b) Pejabat yang menerima bendera :

Kepala BPO Dinas Dikpora DIY

Duplikat bendera pusaka dibawa dari Kepatihan ke

gedung Agung dengan mobil dan iring-iringan pengawal

khusus.

Pelaksanaan di Gedung Agung :

a) Pejabat yang menyerahkan bendera :

Kepala BPO Dinas Dikpora DIY

b) Pejabat yang menerima bendera :

Kepala Rumah Tangga Istana Kepresidenan

Yogyakarta.

4. Upacara Penentuan Kelompok Tugas

Berdasarkan laporan kegiatan pembentukan Paskibraka

dari Balai Pemuda dan Olahraga DIY, upacara penentuan

kelompok tugas dilaksanakan tanggal 17 Agustus 2015 pukul

08.00 di Gedung Serbaguna Istana Kepresidenan Gedung

Agung Yogyakarta. Sebagai Inspektur Upacara adalah

Kepala Dinas Dikpora Daerah Istimewa Yogyakarta. Acara

pendahuluan yaitu laporan perwira upacara kepada pembina

upacara. Acara pokok meliputi: penghormatan kepada

pembina upacara, laporan pemimpin upacara, pembacaan

surat keputusan oleh Kepala Dinas Dikpora DIY, amanat

pembina upacara, pembacaan do’a, laporan bahwa upacara

Page 111: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

96

telah selesai, penghormatan kepada pembina upacara, dan

pemberian ucapan selamat kepada Paskibraka DIY. Acara

pentutup ditandai dengan laporan kepada pembina upacara

bahwa upacara telah selesai.

5. Pelaksanaan Upacara dan Pengibaran Bendera

Berdasarkan hasil observasi peneliti ketika kegiatan

berlangsung, pelaksanaan upacara pengibaran bendera

dilaksanakan tanggal 17 Agustus 2015 pukul 10. 00 di Istana

Kepresidenan Gedung Agung Yogyakarta. Sebagai Inspektur

Upacara adalah Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta.

Peserta upacara mengikuti upacara dengan hikmat dan

Paskibraka menjalankan tugasnya dengan sukses untuk

mengibarkan Sang merah Putih. Usai melaksanakan

tugasnya, siswa-siswi dan pelatih menangis haru karena

berhasil dan bangga dapat menjalankan tugas mengibarkan

Sang Merah Putih dengan sukses di Istana Kepresidenan

Yogyakarta.

6. Upacara Penurunan Bendera

Berdasarkan hasil observasi peneliti ketika kegiatan

berlangsung, pelaksanaan upacara penurunan bendera

dilaksanakan tanggal 17 Agustus 2015 pukul 16. 00 WIB di

Istana Kepresidenan, Gedung Agung Yogyakarta. Sebagai

Inspektur Upacara adalah Komandan Korem 072/Pamungkas.

Page 112: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

97

Pada upacara penutupan ditampilkan beberapa hiburan dan

nyanyian lagu daerah oleh tim-tim atau siswa-siswi yang

berprestasi khususnya di bidang paduan suara.

7. Upacara Serah Terima Kembali Bendera Merah Putih

Berdasarkan laporan kegiatan pembentukan

Paskibraka dari Balai Pemuda dan Olahraga DIY, upacara

serah terima kembali Bendera Merah Putih dilaksanakan

tanggal 17 Agustus 2015 pukul 18.30 WIB di Gedung Agung

Yogyakarta dan Kepatihan.

Pelaksanaan di Gedung Agung :

a) Pejabat yang menyerahkan :

Kepala Rumah Tangga Istana Presiden Yogyakarta

b) Pejabat yang menerima :

Kepala BPO Dinas Dikpora DIY

Pelaksanaan di Gedung Kepatihan :

a) Pejabat yang menyerahkan :

Kepala BPO Dinas Dikpora DIY

b) Pejabat yang menerima :

Kepala Biro Umum Setda DIY

8. Ramah Tamah

Observasi yang dilakukan peneliti saat kegiatan

berlangsung menunjukkan bahwa kegiatan ramah tamah

dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus pukul 09.00 WIB

Page 113: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

98

diikuti oleh seluruh anggota Paskibraka tingkat

kabupaten/kota, Paskibraka DIY, dan TNI/POLRI. Ramah

tamah tersebut dihadiri oleh Gubernur Daerah Istimewa

Yogyakarta di Bangsal Kepatihan. Dalam acara ramah tamah,

terdapat sesi dialog dengan Gubernur DIY, setiap perwakilan

dari kabupaten/kota dan juga Paskibraka provinsi

memperoleh kesempatan untuk menyampaikan aspirasi atau

pertanyaan kepada Gubernur DIY. Di akhir acara, beberapa

anggota Paskibraka unjuk kebolehan bakatnya dalam

bernyanyi, semua Paskibraka yang hadir berbaur menjadi

satu dan menari bersama-sama di tengah panggung. Suasana

sangat akrab dan harmonis meskipun mereka belum tentu

saling mengenal.

9. Upacara Penutupan

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti

selama kegiatan berlangsung, upacara penutupan

dilaksanakan dengan menyelenggarakan Pentas Kesenian

Wayang Kulit di Pondok Pemuda Ambarbinangun.

Penutupan pendidikan dan latihan diselenggarakan pada

tanggal 18 Agustus 2015, sehari sebelum anggota Paskibraka

dipulangkan kembali ke daerah masing-masing.

Page 114: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

99

10. Kunjungan dari Paskibraka Provinsi Bali

Hasil observasi yang dilakukan peneliti selama

kegiatan berlangsung, kunjungan dari Paskibraka Provinsi

Bali dilaksanakan pada tanggal 19 Agustus pukul 09.00.

Kunjungan Paskibraka Provinsi Bali diterima oleh Kepala

BPO Dinas Dikpora DIY yaitu Bapak Ir. Edy Wahyudi,

M.Pd. Beberapa hal yang menarik peneliti temukan bahwa

tata cara dan etika bergaul atau menyambut tamu pada

Paskibraka diwujudkan dengan saling berjabat tangan,

menyambut dengan salam Paskibraka ataupun yel-yel dari

masing-masing provinsi.

3. Pelaksanaan dan Penurunan Bendera Pusaka

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga

nomor 0065 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Kegiatan

Pasukan Pengibar Bendera (Paskibraka) di tingkat Provinsi dan

Kabupaten/kota memerlukan jumlah minimal anggota pasukan

sebanyak 17+8 = 25 orang atau kelipatan dua dari itu sebanyak 50

orang. Untuk tingkat provinsi, peserta (anggota pasukan) didapat

dari kabupaten/kota yang ada di wilayahnya. Setiap provinsi

memiliki jumlah kabupaten/kota yang berbeda satu sama lain.

Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki 5 kabupaten/kota, maka

diperlukan minimal 5 pasang atau 10 orang siswa SMA dari setiap

kabupaten/kota. Disiapkan dua pasukan untuk mengibarkan

Page 115: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

100

bendera (pagi hari) ditugaskan pada pasukan A dan pasukan B

untuk menurunkan bendera (sore hari) ditugaskan pada sore hari.

Beberapa jam sebelum melaksanakan tugas, dilaksanakan

upacara penentuan kelompok. Disitulah para siswa tahu mereka

bertugas sebagai posisi apa, dan di pasukan berapa. Semua siswa

harus siap menjalankan tugas sesuai hasil dengan yang telah

ditentukan. Apabila terjadi hal-hal di luar dugaan pun siswa harus

siap diganti atau dipindah ke posisi mana saja.

Komposisi Paskibraka pada saat melaksanakan tugas terdiri

dari pasukan 8, Pasukan 17, dan pasukan 45. Siswa yang terpilih

menjadi anggota Paskibraka masuk dalam pasukan 8 atau pasukan

17. Pasukan 45 terdiri atas personil dari gabungan TNI, pasukan ini

biasa juga disebut pasukan pengawal. Setiap pasukan memiliki

komandan kelompok (danpok) atau komandan regu (danru).

Keseluruhan pasukan dipimpin oleh komandan pasukan yang

berasal dari pihak TNI/Polri.

Komposisi pasukan secara lebih jelas diambarkan dalam

pedoman kegiatan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka)

pada gambar berikut.

Page 116: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

101

4 langkah

TNI TNI

TNI TNI

TNI TNI TNI

TNI TNI TNI

TNI TNI TNI

TNI TNI TNI

TNI TNI TNI

TNI TNI TNI

TNI TNI TNI

TNI TNI TNI

TNI TNI TNI

TNI TNI TNI

TNI TNI TNI

TNI TNI TNI

Danpok

17 Pasukan 17

4 langkah

Danpok 8

Pasukan 8

danru

danru

2 langkah

danpas

2 langkah

danru

danru

Pasukan

Pengawal

Gambar 5. Komposisi Pasukan

2 langkah

Page 117: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

102

Sebelum upacara dimulai Paskibraka dikondisikan dalam

keadaan siap pada barisan dengan posisi istirahat di tempat. Ketika

pengibaran bendera dilaksanakan, tidak ada masalah yang dihadapi

dan Paskibraka sukses mengibarkan Sang Merah Putih tanpa

melakukan kesalahan, begitu pula pada saat penurunan bendera di sore

harinya.

Selama kegiatan berlangsung dari awal hingga akhir

dilaksanakan monitoring dan evaluasi pada setiap tahap kegiatan.

Monitoring dan evaluasi adalah bagian penting dari sebuah kegiatan

untuk memastikan kegiatan berlangsung sesuai rencana dan diukur

tingkat keberhasilannya. Monev dapat dilakukan di awal, di tengah,

atau di akhir tahapan kegiatan. Dalam kegiatan pembentukan

Paskibraka Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015, monitoring dan

evaluasi dilakukan di awal, di tengah, dan di akhir tahapan kegiatan.

Sedangkan untuk evaluasi khusus pada pendidikan dan pelatihan

(Diklat) Paskibraka sendiri dilakukan secara berkala yaitu minimal

tiga hari sekali. Evaluasi Diklat dilakukan oleh semua unsur kegiatan,

meliputi: pembina, pelatih, dan panitia. Evaluasi ini bertujuan untuk

mengetahui perkembangan setiap anggota Paskibraka dan bagaimana

ketercapaian target latihan Pandu Ibu Indonesia Berpancasila.

Setelah mengetahui pelaksanaan seluruh rangkaian kegiatan

Paskibraka, dapat kita identifikasi bagaimana cara penanaman

nasionalisme pada Paskibraka Daerah Istimewa Yogyakarta. Cara

Page 118: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

103

tersebut diwujudkan dalam dua bentuk kegiatan utama yaitu latihan

fisik serta pembinaan mental.

1. Latihan Fisik

Latihan fisik yang dilakukan Paskibraka menunjukkan

penanaman nasionalisme dilakukan dengan pola pembiasaan atau

penguatan nilai positif. Anggota Paskibraka dibiasakan untuk

mengikuti latihan dengan tertib, disiplin, penuh semangat, berani,

bekerja keras, menjaga kesatuan dan keharmonisan barisan.

Pembiasaan beberapa sikap tersebut pada diri anggota Paskibraka

diharapkan dapat menanamkan nasionalisme. Hal ini sejalan

dengan pernyataan beberapa pelatih sebagai berikut.

P : Ya, untuk melatih sikap siswa-siswa ini kita terapkan

melalui PBB itu untuk menanamkan jiwa korsa. Jiwa

korsa itu untuk menerapkan persatuan dan kesatuan di

antara kawan sehingga aplikasinya karena itu

lingkupnya kecil diharapkan dapat tumbuh menjadi

lebih besar dengan adanya Paskibraka ini. Makanya

Paskibraka sebenarnya selain jiwa korsa juga memupuk

rasa cinta tanah air, melalui PBB itu dapat melatih agar

siswa mempunyai rasa jiwa korsa yang kuat, tangguh,

rela berkorban, itu mulainya dari PBB. Aplikasinya ya

dari semangat PBB yang tinggi itu untuk mengibarkan

lambang negara. (P/wwc/10 Mei 2016)

Pernyataan pelatih tersebut diperkuat dengan pernyataan

sependapat dengan apa yang diungkapkan oleh panitia berikut.

D : Paskibraka dari mulai pendidikan, latihan upacara,

latihan PBB, semua indikator baik kedisiplinan,

kejujuran, keberanian, rela berkorban,kerja keras,

indikator-indikator itu jelas masuk dan sudah bisa

dilihat dari siswa Paskibraka. (D/wwc/16 Mei 2016).

Page 119: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

104

Latihan fisik yang meliputi PBB dan latihan formasi dalam

Paskibraka sangat mengedepankan kedisiplinan, keberanian,

persatuan dan kesatuan dalam barisan, dan kerja keras dari anggota

maupun pelatih. Intensitas latihan yang begitu padat dapat

membuat sikap-sikap tersebut terbiasa dilakukan oleh anggota

Paskibraka sehingga selanjutnya akan terus tertanam dalam diri

masing-masing siswanya.

2. Pembinaan mental

Pembinaan mental pada Paskibraka dilakukan ketika

menjalani kegiatan sehari-hari di tempat karantina. Seperti yang

kita ketahui bahwa ketika siswa dikarantina, metode yang

digunakan adalah metode pendekatan Desa Bahagia. Metode

pendekatan Desa Bahagia tersebut dilaksanakan dengan berdasar

Pancasila dan UUD 1945, tujuannya untuk melatih siswa menjadi

pribadi yang mandiri dan disiplin. Namun, tidak hanya itu saja

yang dapat ditanamkan dengan pendekatan Desa Bahagia. Nilai-

nilai dan sikap lain pun dapat ditanamkan dengan pendekatan ini,

seperti nilai kejujuran, cinta tanah air, persatuan dan kesatuan,

berani, bekerja keras, dan lain sebagainya. Nilai-nilai dan sikap

yang menjadi indikator nasionalisme ditanamkan dalam bentuk

pembinaan mental melalui dua cara, yaitu:

Page 120: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

105

a) Pembiasaan (penguatan nilai positif atau negatif)

Selama karantina siswa dibiasakan untuk melakukan

kegiatan sehari-hari berdasarkan dengan nilai-nilai yang

diyakini, sesuai dengan apa yang terkandung dalam ideologi

bangsa, Pancasila. Siswa dibiasakan melakukan kegiatan

bersama untuk melatih persatuan, berlatih jujur, mandiri,

disiplin, dan lain sebagainya. Sejalan dengan apa yang

disampaikan salah satu panitia sebagai berikut.

H : Yang pertama itu karantina, di karantina ini dengan

mereka ditutup aksesnya dengan dunia luar itu

tujuannya juga agar mereka bisa bersatu karena

berasal dari daerah yang berbeda-beda. Karena di

salah satu syarat Paskibraka itu harus dilakukan

karantina. Di karantina itu ada beberapa cara,

mereka harus meninggalkan hal-hal yang sifatnya

pribadi. Pakaian dan semuanya dibuat sama, sendal

pun dibuat sama semua agar nggak melihat

asalnya. (H/wwc/17 Mei 2016)

.... Terus kadang dilatih kepekaan, kalau ada

temennya yang bermasalah mereka harus bisa

membantu. Bahkan di Desa Bahagia itu ada

namanya sistem perangkat desa. Ada lurah , ada

RT RW itu juga untuk menambah persatuan.

(H/wwc/17 Mei 2016)

Pernyataan pelatih tersebut diperkuat dengan pernyataan

senada dengan apa yang diungkapkan oleh panitia berikut.

Sd: Disitulah diawali dengan metode Desa Bahagia,

dimana Desa Bahagia itu dilatih mandiri, tidak

ketergantungan baik dalam keadaan suka maupun

duka mereka adalah bisa mandiri, tidak

ketergantungan dengan orang lain. Jadi Desa Bahagia

dasarnya adalah Pancasila dan UUD 1945. Kalau di

sila pertama, itu adalah Ketuhanan Yang Maha Esa.

Jadi di Desa Bahagia ini diwajibkan harus

melaksanakan ajaran sesuai yang mereka anut, kalau

Page 121: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

106

Islam ya sesuai dengan Islam, kalau non juga sesuai

dengan ajarannya. Mereka diberi waktu, misalnya

kegiatan Paskibraka ini kan kurang lebih tujuh belas

hari. Hari Minggu, yang non muslim diberikan waktu

untuk beribadah, jadi di Desa Bahagia ini masalah

agama betul-betul ditekankan, betul dilaksanakan

sesuai apa yang diajarkan. (Sd/wwc/16 Mei 2016)

Penerapan pendekatan Desa Bahagia selama proses

karantina dengan pembinaan mental dari pelatih dirasa berhasil

untuk menerapkan nilai dan sikap yang baik dalam kehidupan

sehari-hari.

b) Keteladanan

Keteladanan yang diterapkan adalah keteladanan dari

pelatih maupun panitia. Pelatih dan panitia menjadi contoh untuk

anggota Paskibraka, sehingga apa saja yang dilakukan pelatih atau

panitia akan dilihat oleh anggota Paskibraka. Pelatih dan panitia

tentunya juga harus mampu menjadi contoh yang baik bagi para

anggota Paskibraka. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan

beberapa narasumber dari pihak pelatih berikut.

P : Kalau dari mental ya dari pembekalan mentalnya.

Bimbingan dan pengasuhan dari kakak-kakaknya,

Bimsuh namanya. Itu kan akan terbentuk sikap dan

perilakunya, dari kakak-kakak PPI juga akan

memberikan contoh kepada adek-adeknya. (P/wwc/10

Mei 2016)

T : Dari kita pelatih juga kita tanamkan jiwa korsa, persatuan

kesatuan untuk mereka. Karena tugas kita sebagai pelatih

itu berat, kita menjadi figur menjadi tauladan bagi

mereka. Baik yang baik maupun ang buruk pasti dilihat

oleh mereka. Maka saya sampaikan kepada semua

pelatih apapun kegiatannya, ketauladanan pada diri

mereka diawali dari pelatih, kita harus menjadi contoh

Page 122: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

107

yang baik mulai dari omongan dan perbuatan. (T/wwc/11

Mei 2016)

Tugas sebagai teladan bagi siswa-siswi Paskibraka adalah

tanggung jawab yang berat bagi pelatih atau panitia. Hal tersebut

menjadi berat karena mereka harus mampu memposisikan diri,

menjaga sikap dan perilakunya dengan baik pula. Meskipun berat,

namun pelatih dan panitia mampu melaksanakannya. Hal tersebut

diperkuat dengan hasil observasi yang dilakukan saat kegiatan

berlangsung pada Agustus tahun 2015, dan dilakukan kembali pada

saat seleksi Calon Anggota Paskibraka tahun 2016. Hasil observasi

menunjukkan bahwa ciri-ciri sikap nasionalisme sudah terlihat

pada pelatih dan panitia. Sikap tersebut meliputi: rela berkorban,

jujur, berani, disiplin, bekerja keras, persatuan dan kesatuan, dan

cinta tanah air (Hasil pengamatan secara lebih detail dapat dilihat

di lampiran).

Peneliti pun mendapatkan hasil yang sama ketika

melakukan observasi lanjutan pada seleksi Paskibraka tanggal 10-

11 Mei 2016 . Melihat hasil demikian, maka dapat kita identifikasi

bahwa dengan indikator sikap dan perilaku baik dari panitia dan

pelatih dapat menjadi keteladanan sehingga menumbuhkan

nasionalisme pada Paskibraka.

Page 123: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

108

b. Perwujudan Nilai dan Sikap Nasionalisme pada Anggota

Paskibraka DIY Tahun 2015

Nasionalisme dalam Paskibraka harus ditanamkan pada setiap

anggotanya. Penanaman nasionalisme tersebut dapat dilakukan

dengan berbagai cara baik melalui kegiatan fisik maupun pembinaan

mental seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Selama kegiatan

pendidikan dan latihan Paskibraka berlangsung (pada bulan Agustus

tahun 2015), peneliti melakukan pengamatan atau observasi tentang

perwujudan sikap nasionalisme pada Paskibraka tahun 2015.

Hasil observasi mengenai perwujudan nilai dan sikap tersebut

diperkuat dengan beberapa pernyataan narasumber pada saat

dilakukan sesi wawancara. Hasil wawancara dijelaskan dalam

beberapa poin berikut:

a) Rela Berkorban

Data yang didapat melalui observasi menunjukkan

bahwa sikap rela berkorban bagi bangsa itu ditunjukkan ketika

mereka meninggalkan studinya untuk fokus melakukan latihan

dari pagi hingga sore bahkan malam hari. Kondisi lapangan

yang panas dan menyita tenaga saat latihan tidak membuat

mereka berhenti mengikuti latihan. Sejalan dengan pernyataan

narasumber berikut:

G : Wah banyak kak, pertama saya meninggalkan

sekolah, rela ketinggalan pelajaran dari temen-

temen. Kedua, saya meninggalkan orangtua di

rumah buat karantina, nggak boleh pegang alat

Page 124: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

109

komunikasi. Ketiga, dari pagi sampai sore latihan

terus supaya bisa menjalankan tugas mengibarkan

Merah Putih di Istana Kepresidenan.(G/wwc/15

Mei 2016)

A : Kalau rela berkorban itu dulu dibelain nggak ikut

ujian sekolah buat ikut seleksi. Kalau pas di

karantina banyak sih, misalnya rela-relain perut

penuh buat ngebantu temen yang makan nggak

abis.(A/wwc/15 Mei 2016)

Y : Kemarin sih waktu ikut Paskib itu saya lagi seleksi

Porda juga, ya dilepas Porda nya. Soalnya nggak

mungkin dua-duanya ikut. Nggak bisa, nanti jadi

nggak maksimal. Jadinya saya lebih beratin

Paskibnya. Selama paskib sih H- agustus itu udah

nggak sekolah buat karantina. Jadinya pinter-pinter

mbagi waktu sesudahnya karena banyak

ketinggalan pelajaran. Sama yang jelas agak berat

itu waktu mau karantina nggak ketemu orangtua

kak. Latihan di Paskib juga lumayan berat.

(Y/wwc/15 Mei 2016)

Pernyataan dari beberapa anggota Paskibraka tersebut diperkuat

dengan pernyataan dari panitia atau pelatih berikut:

S : Yang pertama jelas sudah kelihatan untuk siswa itu

mereka rela berkorban, mereka rela meninggalkan

sekolah selama seleksi 3 hari ditambah waktu pelatihan

itu 19 hari. Belum meninggalkan waktu luang mereka

dengan keluarga, kebersamaan mereka dengan teman,

handphone mereka dititipkan, tidak boleh berkomunikasi

dengan siapapun di luar Paskibraka itu sudah suatu

pengorbanan mereka. (S/wwc/13 Mei 2016)

Selanjutnya, peneliti juga melakukan observasi lanjutan

yang dilakukan ketika seleksi Paskibraka tahun 2016. Pada saat

seleksi dilaksanakan memang terlihat bahwa siswa benar-benar

serius dan fokus menjalani seleksi Paskibraka yang cukup berat

dari pagi hingga sore hari, mereka pun sudah meninggalkan

Page 125: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

110

studi dan waktu luangnya untuk karantina di Pondok Pemuda

Ambarbinangun selama tiga hari.

b) Cinta tanah air

Data yang didapat dari hasil observasi saat kegiatan

Paskibraka dilaksanakan menunjukkan bahwa anggota

Paskibraka memiliki nilai cinta tanah air yang diwujudkan

dalam penggunaan bahasa, simbol atau lambang negara, lagu

dan maknanya dengan baik dan sungguh-sungguh. Hasil

tersebut diperkuat dengan pernyataan dari beberapa narasumber

tentang motivasi mereka mengikuti Paskibraka sebagai berikut:

G: Satu, saya ingin mengabdikan diri saya untuk

mengibarkan merah putih di Istana Kepresidenan,

kesempatan yang nggak bisa didapat oleh semua

orang. Kedua, saya ingin membanggakan orang tua

saya kak. Ketiga, dengan ikut Paskib saya latihan

buat jadi pemimpin. (G/wwc/15 Mei2016)

Y : Saya dari dulu pengen banget kak. Tiap tujuh belas-

an liat di tv itu. Yang di istana negara. Terus

jadinya pengen banget bisa ngibarin bendera di

Istana Negara. Ya gitu, Alhamdulillah, dapetnya di

provinsi. (Y/wwc/15 Mei 2016)

Selain G dan Y, salah satu anggota Paskibraka yaitu A

juga mengungkapkan bahwa motivasinya mengikuti kegiatan

sebagai Paskibraka ialah selagi muda, ia ingin mengabdikan

dirinya untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pernyataan

siswa mengenai motivasi untuk ikut Paskibraka itu diperkuat

dengan jawaban salah satu pelatih Paskibraka pada saat

wawancara. Beliau menyatakan bahwa apabila siswa sudah

Page 126: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

111

mengetahui makna Paskibraka dan sadar tanggung jawab yang

dipunyai berarti mereka sudah memiliki rasa cinta tanah air,

seperti pernyataan berikut.

H: Cinta tanah air, yang pertama kami selalu

menyampaikan apa sih Paskibraka itu, sebenarnya

saat mereka menyadari mereka sadar tanggungjawab

sebagai Paskibraka itu berarti mereka sudah

memiliki rasa cinta tanah air karena mereka harus

meninggalkan sekolah, orang tua, latihan terus,

kalau orang pada umumnya mungkin hanya

mengibarkan bendera saja. Tapi kalau untuk

Paskibraka itu kita ibaratnya seperti akan melakukan

perang. (H/wwc/17 Mei 2016)

Selanjutnya, peneliti melakukan observasi lanjutan pada

seleksi Paskibraka tanggal 10-11 Mei 2016, dari observasi

tersebut didapatkan bahwa siswa Paskibraka menunjukkan sikap

dan nilai cinta tanah airnya dengan cara mereka menyanyikan

lagu wajib, berbahasa, dan mencintai budaya daerahnya sendiri.

c) Berani

Berdasarkan data yang didapat dari hasil observasi saat

kegiatan Paskibraka dilaksanakan telah menunjukkan bahwa

anggota Paskibraka memiliki sikap berani yang diwujudkan

dalam kebiasaan para anggota Paskibraka untuk berani

memimpin teman-temannya berdoa pada awal kegiatan,

memimpin yel-yel, memimpin lagu pada saat apel pagi, dan lain

sebagainya.

Page 127: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

112

Hasil tersebut diperkuat dengan pernyataan dari beberapa

narasumber tentang keberanian yang dibiasakan ketika

mengikuti Diklat. Wawancara yang dilakukan pada tanggal 15

Mei 2016 terhadap G, A, dan Y memperlihatkan kesamaan. G

dan A mengungkapkan bahwa ketika karantina ada beberapa

siswa lain yang membuat masalah, awalnya tidak mengaku.

Setelah diberikan pembinaan oleh kakak-kakak pelatih, akhirnya

mereka berani mengakui kesalahan. Sedangkan Y mengatakan

bahwa keberanian yang dilatih di Paskibraka juga tentang

keberanian berbicara di depan umum, bersikap tegas, cekatan,

serta belajar bagaimana menjadi pemimpin.

Hasil wawancara dengan siswa menunjukkan bahwa

keberanian juga ada pada mental mereka ketika berada di

karantina dengan berani mengakui kesalahan, mengemukakan

pendapat, dan lain sebagainya. Pernyataan siswa tersebut senada

dengan apa yang disampaikan salah satu panitia berikut.

S: Keberanian dalam hal ini adalah keberanian dalam

kebenaran. Keberanian Paskibraka dipersiapkan

untuk memimpin dan dipimpin. Bisa memimpin bisa

dipimpin, itu yang kita persiapkan sehingga

Paskibraka dalam posisi manapun di pasukan

apapun di pasukan 17, pasukan 8, maupun pasukan

45 mereka berani dan siap untuk ditukar diposisikan

dimana mereka akan siap karena sudah kita

persiapkan sedemikian rupa mereka akan berani

mengambil, melaksanakan keputusan, ataupun

melaksanakan tanggungjawab yang diberikan.

Diantaranya keberanian yang kita tanamkan seperti

itu.(S/wwc/13 Mei 2016)

Page 128: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

113

Berdasarkan data dari hasil observasi dan wawancara

tersebut sikap berani juga ditanamkan dalam diri anggota

Paskibraka. Perwujudannya adalah berani dalam memimpin,

dipimpin, dan berani dalam mempertahankan kebenaran.

d) Jujur

Data yang didapat dari hasil observasi saat kegiatan

Paskibraka tentang nilai kejujuran belum begitu terlihat melalui

observasi. Nilai kejujuran anggota Paskibraka lebih tergali

ketika peneliti melakukan sesi wawancara dengan beberapa

narasumber. Hasil yang diperoleh tentang nilai kejujuran pada

saat mengikuti Paskibraka sebagai berikut:

G: Nggak sih kak, kita diajarin buat jujur apapun

keadaannya. Jujur kalau ada masalah dengan teman,

jujur kalau ada yang bikin masalah, kalau ada barang

yang ketinggalan juga kita jujur nggak ada yang

ngaku –ngaku punya siapa.(G/wwc/15 Mei 2016)

Y :Dari kedisiplinan berpakaian, ada yang kurang

enggak yang harus dipakai. Terus kan kita buat diary

harian juga, itu rajin ngumpulin enggak. Masih

banyak lagi kak. Kaya misal kan kita sekamar

berbanyak, nah disitu kadang baju atau pakaian

lainnya kadang bisa ketuker-tuker. Biasanya sih pasti

balik ke yang punya. Nggak terus pada ngaku-ngaku

gitu.(Y/wwc/15 Mei 2016)

Anggota Paskibraka yang lain juga mengungkapkan

bahwa kejujuran mereka dilatih ketika ada masalah harus

diungkapkan kepada pelatih. Sependapat dengan pelatih dan

panitia dalam pelaksanaan kegiatan Paskibraka. Beberapa dari

Page 129: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

114

panitia dan pelatih menyampaikan bahwa dalam diri anggota

Paskibraka terdapat nilai kejujuran seperti berikut.

T : Kejujuran mereka apa? Apa yang mereka rasakan

mereka berani sampaikan kepada kami, ini bisa

mejadi masukan bagi kami sehingga dari apa yang

disampaikan, pelatih dapat mengambil sikap. Kalau

mereka tidak jujur, kami tidak bisa langsung

mengambil sikap dengan apa yang mereka rasakan.

Diantaranya seperti itu. (T/wwc/17 Mei 2016)

S : Nah di dalam pembinaan di asrama ini, peserta diatur,

diberikan contoh-contoh bagaimana tata cara makan,

bagaimana mereka harus bersama dengan teman-

teman kesatuan korpsnya, nah di situ di sela-sela

pembinaan di asrama ditanamkanlah nilai kejujuran

sehingga mereka akan tolong-menolong, bantu-

membantu sehingga apabila ada barang yang

ketinggalan mereka akan menyelamatkan itu,

mempertanyakan siapa pemiliknya, bukan masuk

menjadi hak milik yang menemukannya, tetapi tetap

akan menjadi bagian kebersamaan mencari pemilik

barang yang ketinggalan tersebut. (S/wwc/13 Mei

2016).

Berdasarkan data hasil wawancara tersebut, dapat kita

identifikasi bahwa nilai kejujuran terwujud ketika menjalani

karantina. Anggota Paskibraka dibiasakan jujur kepada pelatih

apabila ada masalah atau ketika menemukan barang milik

temannya yang tertinggal.

e) Bekerja Keras

Berdasarkan hasil observasi saat kegiatan Paskibraka

berlangsung, siswa menunjukkan bentuk kerja kerasnya melalui

latihan yang mereka ikuti. Hal tersebut diperkuat dengan

pernyataan siswa pada sesi wawancara pada tanggal 15 Mei

Page 130: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

115

2016. G dan A mengungkapkan bahwa kerja keras mereka

ketika menjadi Paskibraka ditanamkan sejak awal seleksi.

Setelah mengikuti Diklat kerja keras mereka diwujudkan dalam

latihan yang dilakukan dari pagi hingga sore, bahkan malam

hari. A menambahkan karena posisinya sebagai komandan ia

harus lebih menjaga suaranya, selain itu juga menjaga berat

badan agar tetap ideal selama menjadi Paskibraka.

Hal yang sama diungkapkan anggota Paskibraka

mengenai kerja kerasnya ketika menjadi Paskibraka sebagai

berikut.

Y : Kerja keras buat masuk Paskib itu udah dari awal

seleksi sama waktu latihan buat hari H nya. Itu

udah butuh perjuangan yang lebih. Kerja keras

banget kak, soalnya banyak banget yang minat, dan

beruntung banget bisa masuk. Kesempatan berharga

yang jarang yang punya.(Y/wwc/15 Mei 2016)

Hal senada disampaikan salah satu pelatih yang

menyatakan bahwa kerja keras anggota Paskibraka dapat dilihat

saat mereka latihan dari pagi hingga sore seperti pernyataan

berikut.

H: Kerja keras itu sudah terlihat dari apa yang mereka

lakukan saat latihan. Saya yakin nggak semua anak

akan kuat dengan pola yang ada di Diklat Paskibraka

ini. Dari bangun pagi, kudapan, latihan, latihan lagi,

ibadah, kegiatan sampai malam. Lalu ada evaluasi

sikap dan latihan, baru mereka tidur. Ditambah kami

ada materi tambahan. Habis isya, ganti pakaian

lapangan latihan lagi di Ambarbinangun. Lalu, pagi-

pagi itu yang lain tidur, biasanya pelatih akan

membawa beberapa anak seperti pengibar dan lain-

Page 131: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

116

lain langsung dibawa ke lapangan, harus latihan

tambahan. (H/wwc/17 Mei 2016)

Selanjutnya, peneliti melakukan observasi lanjutan pada

seleksi Paskibraka tanggal 10-11 Mei 2016. Observasi tersebut

menunjukkan bahwa siswa Paskibraka bekerja keras dengan

usaha yang mereka lakukan sekuat tenaga selama seleksi agar

dapat menjadi anggota Paskibraka.

f) Disiplin

Berdasarkan hasil observasi saat kegiatan Paskibraka

berlangsung, siswa menunjukkan bentuk sikap disiplin erat

kaitannya dengan mematuhi seluruh aturan dan jadwal kegiatan

yang telah diatur. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan

siswa pada sesi wawancara sebagai berikut:

G : Iya kak, di sana kita dilatih disiplin banget. Pertama,

kita makan, minum, ibadah, latihan, semua udah

dijadwalkan. Kita harus patuh sama aturan dan

jadwal yang udah dibuat, nggak boleh dilanggar.

Kedua, selama latihan PBB juga kita dilatih disiplin,

jadwalnya latihan ya harus latihan.(G/wwc/15 Mei

2016)

A : Iya mbak. Pasti. Tidur kami diatur. Bertutur kata

kami diatur. Semua serba disiplin mbak. Harus patuh

juga. Yang paling bikin disiplin itu dalam hal ibadah

mbak. PBB nya jugalebih disiplin dari SMA

biasanya.(A/wwc/15 Mei 2016)

Y : Ya kalau di Paskibraka itu dari awal seleksi semua

udah mulai diajarin disiplin, semua ada aturannya.

Terus sama tata kramanya udah diterapin. Bener-

bener buka pemikiran kita jadi yang lebih dewasa

sama mandiri. Juga ngertiin sekitar. Nggak

egois.(Y/wwc/15 Mei 2016)

Page 132: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

117

Hal senada juga disampaikan salah satu pelatih yang

menyatakan bahwa sikap disiplin anggota Paskibraka dapat

dilihat dari cara mereka mematuhi aturan dan jadwal seperti

pernyataan berikut.

H : Kalau disiplinnya, dari penataan jadwalnya mereka

harus bangun pagi, setelah bangun pagi mereka

harus latihan, rutinitas yang dilakukan itu sudah

dibiasakan dibangun. Setiap harinya pun sudah ada

jadwal pakaian apa yang harus dibawa, kapan

mereka harus mandi, dibiasakan terus. Apel pagi,

apel malam, ini juga dibiasakan unuk melatih

disiplin mereka. Lalu, di karantina kakak-kakak

pembina akan sering mengunjungi tempat mereka

tidur, kadangkan ada yang tidak terbiasa mandiri,

kalau ada yang salah ya ditegur. Disiplin kalau di

paskibraka jelas harus disiplin terutama di lapangan

mereka harus disiplin, karena kalau nggak disiplin,

akan susah lho untuk menjadi sukses. Karena

disiplin itu benar-benar harus dianamkan lebih dulu,

untuk itu mereka dikarantina.(H/wwc/17 Mei 2016)

Selanjutnya, peneliti melakukan observasi lanjutan pada

seleksi Paskibraka tanggal 10-11 Mei 2016, dari observasi

tersebut didapatkan bahwa siswa Paskibraka mematuhi aturan

dan jadwal yang telah dibuat.

g) Persatuan dan kesatuan

Berdasarkan data yang didapat dari hasil observasi saat

kegiatan Paskibraka dilaksanakan, anggota Paskibraka memiliki

sikap persatuan dan yang diwujudkan dalam setiap kegiatan

mereka baik saat latihan di lapangan maupun pembinaan di

asrama. Pada saat wawancara tanggal 15 Mei 2016, G dan A

Page 133: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

118

mengungkapkan bahwa persatuan dan kesatuan dalam diri

mereka ditanamkan dengan menghargai sesama. Baik pelatih,

panitia, maupun sesama anggota Paskibraka. A menambahkan

dalam menjaga persatuan dan kesatuan itu kuncinya adalah

saling percaya. Hal lain yang mempererat persatuan adalah

ketika karantina dalam kegiatan apapun anggota Paskibraka

diwajibkan melakukannya secara bersama-sama. Hal tersebut

diperkuat dengan pernyataan dari narasumber sebagai berikut.

Y : Kita dijadiin satu kamar gitu kak. Harus cepet bisa

beradaptasi. Terus kalau makan duduknya nggak

terus satu kabupaten doang.Pokoknya kita disana

bisa kaya saudara. Walaupun baru kenal. Mandi

bareng, nyuci bareng, nanti kadang setrikaan

bareng. Apa-apa barengan kalau disana. Saling

terbuka juga. Karena sering bareng jadi persatuan

kesatuannyamakin erat. Walaupun tiap-tiap orang

pribadinya beda-beda. Tapi selalu diingetin harus

ngurangin sikap egois diri sendiri, soalnya kita

berbanyak, nggak bakal bisa lancar kalau masih

saling egois. Dalam baris pun kaya gitu.(Y/wwc/15

Mei 2016)

Pernyataan yang diungkapkan oleh anggota Paskibraka

senada dengan salah satu pelatihnya, bahwa setiap kegiatan

selama pendidikan dan latihan dilakukan bersama-sama. Hal itu

dinyatakan dalam salah satu jawaban sebagai berikut.

H : (....) tidur bersama-sama dalam satu kamar itu akan

lebih meningkatkan persatuan diantara mereka.

Bahkan ijin mau ke kamar mandi pun kita biasakan

harus berdua, tidak boleh sendiri .. mau makan atau

mau apapun jalannya berdua. Terus kadang dilatih

kepekaan, kalau ada temennya yang bermasalah

mereka harus bisa membantu. Bahkan di Desa

Bahagia itu ada namanya sistem perangkat desa.

Page 134: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

119

Ada lurah , ada RT RW itu juga untuk menambah

persatuan.(H/wwc/15 Mei 2016).

Selanjutnya, peneliti melakukan observasi lanjutan pada

seleksi Paskibraka tanggal 10-11 Mei 2016, dari observasi

tersebut didapatkan bahwa siswa Paskibraka setiap melakukan

kegiatan apapun pasti dilakukan bersama-sama. Hal ini menjadi

perwujudan nilai persatuan dan kesatuan dalam diri siswa

anggota Paskibraka.

c. Hasil Penanaman Nasionalisme pada Paskibraka

Selama kegiatan pendidikan dan latihan berlangsung, banyak

sekali nilai-nilai dan sikap yang ditanamkan kepada anggota

Paskibraka. Penanaman nilai-nilai tersebut tentunya tidak hanya untuk

jangka pendek selama kegiatan pendidikan dan latihan saja. Tetapi

juga untuk jangka panjang karena anggota Paskibraka diharapkan

dapat menjadi kader pemimpin bangsa sehingga jiwa nasionalisnya

harus tetap terjaga meskipun sudah selesai bertugas menjadi

Paskibraka.

Selama dua minggu mental dan fisik mereka dibina dengan

jadwal latihan dan pembinaan yang begitu padat. Melihat cara-cara

yang diterapkan dalam penanaman nilai nasionalisme, diharapkan

memberikan perubahan bersikap dan berperilaku pada diri setiap

anggota Paskibraka, khususnya agar menjaga nasionalisme pada diri

mereka masing-masing.

Page 135: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

120

Jiwa nasionalisme yang ditanamkan melalui kegiatan

Paskibraka diharapkan tidak hanya tumbuh pada saat kegiatan

berlangsung saja, namun tetap tertanam meskipun telah selesai

melaksanakan tugas untuk mengibarkan Sang Merah Putih pada Hari

Kemerdekaan Republik Indonesia. Setelah usai melaksanakan tugas

mengibarkan bendera Merah Putih di Hari Kemerdekaan Republik

Indonesia, anggota Paskibraka masih terus menjadi petugas pengibar

bendera pada peringatan hari besar seperti Hari Kebangkitan Nasional

ataupun yang lainnya. Kecintaan terhadap tanah air pun semakin

meningkat setelah mengikuti Paskibraka. Hal tersebut sejalan dengan

pernyataan dari beberapa anggota Paskibraka berikut,

G : Banyak banget kak. Lebih bisa menghargai jasa pahlawan,

lebih menghargai lambang negara,bendera, nggak cuma

pas upacara aja. Oh jelas bangga kak. Apalagi setelah

dapet banyak pengetahuan tentang Indonesia. (G/wwc/15

Mei 2016).

Y : Iyaa bener banget kak. Pengalaman berharga banget. Jadi

kangen. Kalau yang berubah ya pokoknya kalau

berhubungan sama bendera, kayak pas upacara gitu

rasanya beda banget. Keinget jaman dulu, jaman ngibarin.

Susah payahnya, latihannya. Jadi lebih antusias gitu sama

yang berbau nasional-nasional.(Y/wwc/15 Mei 2016).

Sedangkan anggota Paskibraka lainnya yaitu A

mengungkapkan bahwa perubahan yang ia rasakan setelah mengikuti

kegiatan Paskibraka adalah bisa lebih menghargai bendera, bahasa,

dan lambang-lambang negara yang diatur dalam UU Nomor 24 Tahun

2009. Pernyataan tersebut sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh

panitia dan pelatih sebagai berikut.

Page 136: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

121

H : Kalau itu yang bisa saya sampaikan ya, pasti untuk anak-

anak Paskibraka ketika ada hal yang berkaitan dengan

lambang negara, simbol simbolnya, perlakuan mereka cara

menyikapinya pasti berbeda setelah mengikui Paskibraka,

biasana ada interest lebih untuk mereka yang mengikuti

Paskibraka dibanding siswa biasa.(H/wwc/17 Mei 2016).

P : Untuk yang tahun 2015, sudah .. sudah terpenuhi. Buktinya

mereka bisa menjadi contoh dan mendidik adek-adeknya

manjadi calon Paskibraka disini, menjadi pendidik dan

contoh berarti tentunya juga sikap nasionalisme dan

perilakunya juga lebih baik.(P/wwc/10 Mei 2016).

Jika dilihat dari perubahan sikap dan mental terkait dengan

jiwa nasionalisme, seseorang yang pernah mengikuti kegiatan

pendidikan dan latihan Paskibraka dapat dibilang tentu berbeda

dengan siswa biasa yang belajar tentang nasionalisme di sekolah saja.

Hasil penanaman nasionalisme yang dilakukan melalui kegiatan fisik

dan pembinaan mental pada Paskibraka jauh lebih tertanam dalam diri

seorang siswa. Nasionalisme yang telah tertanam dengan baik dalam

diri seseorang dan terus dibina dengan kegiatan-kegiatan positif

lainnya tidak akan mudah luntur digerus oleh arus globalisasi.

3. Faktor Pendukung dan Penghambat Penanaman Nasionalisme pada

Paskibraka DIY

a. Faktor pendukung

Pertama, dukungan dari pemerintah diwujudkan dalam bentuk

materiil dan nonmateriil. Dukungan materiil yang diberikan adalah

untuk pembiayaan kegiatan Paskibraka di anggarkan dari APBD DIY.

Selain dukungan materiil, instansi daerah juga memberikan dukungan

Page 137: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

122

dalam pelaksanaan kegiatan berupa dukungan dalam bentuk sarana

prasarana kegiatan, personil baik dari siswa, TNI/Polri, dan pemateri-

pemateri dari pihak terkait untuk memberikan pembinaan mental bagi

anggota Paskibraka.

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari panitia dan pelatih

sebagai berikut:

S : Faktor yang mendukung, untuk finansial Alhamdulillah

sepenuhnya didukung oleh pemerintah Daerah Istimewa

Yogyakarta yang dialokasikan melalui dana APBD DIY,

setiap tahunnya kita dibiayai penuh oleh pemerintah DIY.

Selain itu, kita didukung oleh kalau materi personil yang

dari siswa kita didukung oleh Kabupaten Kota, kemudian

TNI/Polri, kemudian alumni Paskibraka itu sendiri, senior-

senior ikut andil dalam mengupayakan kegiatan

Paskibraka. Sehingga faktor pendukung ini banyak, dari

personil itu peserta (siswa), kemudian TNI/Polri, pelatih,

bisa dari PPI atau TNI ditambah dari budayawan ditambah

lagi dari pemerintah daerah setempat yang juga berkenan

hadir memberi materi untuk mengisi jiwa dari para peserta

itu sudah dukungan yang luar biasa. (S/wwc/13 Mei 2016)

D : Oh kalau itu banyak, kita bekerjasama dan dibantu banyak

instansi atau pihak terkait. TNI/Polri, PPI, Dinas

Pekerjaan Umum untuk pemasangan bendera, Dinas

Kominfo seperti TVRI yang meliput pelaksanaan

pengibaran dan penurunan bendera, kemudian protokol.

Kalau protokol itu jelas kalau protokol itu kita dibantu dari

Kepatihan bagian protokol, Pemda, pihak dari Gedung

Agung, itu sudah jelas. (D/wwc/16 Mei 2016)

Dukungan dan kerjasama yang dibentuk dengan berbagai

instansi/pihak tersebut dapat memperlancar terselenggaranya kegiatan

dan membuat tujuan kegiatan Paskibraka tercapai dengan hasil yang

maksimal. Salah satu hal yang membuat tujuan kegiatan Paskibraka

mencapai hasil yang maksimal adalah pihak penyelenggara

Page 138: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

123

mengundang pemateri-pemateri dan pelatih yang memang

berkompeten untuk membimbing pembinaan fisik dan mental anggota

Paskibraka.

Kedua, materi personil sudah memiliki keamampuan dasar

PBB dan sikap disiplin yang baik menjadi faktor pendukung

penanaman nasionalisme pada Paskibraka. Hal tersebut menjadi salah

satu faktor pendukung karena sikap disiplin dan kemampuan PBB

adalah kunci utama agar anggota Paskibraka dapat menyerap materi

yang diberikan pelatih selama pendidikan dan latihan secara cepat

agar mampu melaksanakan tugas dengan baik sewaktu mengibarkan

Sang Merah Putih. Sejalan dengan pernyataan narasumber sebagai

berikut:

Sd : Paskibraka di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ini

merupakan siswa-siswa pilihan dari seleksi di

Kabupaten/kota, jadi mereka adalah anak-anak terbaik

sehingga kita dalam melaksanakan pendidikan maupun

pelatihan di Paskibraka sudah tidak menemukan kendala

yang berarti.(Sd/wwc/16 Mei 2016)

T : Pertama, sebelum masuk Paskibraka mereka sudah diajari

PBB. PBB ini merupakan bentuk kegiatan fisik yang

dilakukan untuk memupuk rasa kesatuan, kebersamaan,

mematuhi perintah, keseragaman, kekompakan,

tolong-menolong, sehingga dari sini mereka sudah bisa

menanamkan nasionalisme. Sehingga paling tidak

penanaman disiplin, persatuan mereka, kekompakan, jiwa

korsa dari dalam diri mereka sudah tertanam. Ada

peningkatan yang banyak. (T/wwc/11 Mei 2016)

Narasumber lain dari pihak pelatih pun mengungkapkan bahwa

materi personil menjadi pendukung karena siswa-siswi Paskibraka

merupakan orang-orang terpilih dari setiap kabupaten/kota, sehingga

Page 139: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

124

kemampuan dalam baris-berbaris sudah lebih baik, hanya perlu

menyesuaikan. Mengingat sikap disiplin dan kemampuan baris-

berbaris yang baik dari anggota Paskibraka adalah hal penting dalam

pelaksanaan Diklat Paskibraka, apabila kedua hal tersebut sudah ada

pada diri siswa maka pelatih tidak membutuhkan waktu yang lama

untuk membuat siswa mampu menyesuaikan diri dengan pola latihan

pada Paskibraka.

Ketiga, adanya pembinaan lanjutan. Pembinaan lanjutan yang

diadakan oleh pihak terkait menjadi faktor pendukung dalam

penanaman nasionalisme pada Paskibraka karena pembinaan lanjutan

tersebut diharapkan menjadi kegiatan yang mampu meminimalisir

lepasnya penanaman nasionalisme setelah anggota Paskibraka selesai

melaksanakan tugas. Hal ini sejalan dengan pernyataan narasumber

sebagai berikut:

H : Kalau di Paskibraka, kuncinya adalah ada pembinaan

lanjutan. Jadi, kadang pembinaan lanjutan itu lemah, di

DIY ada pembinaan lanjutan ada organisasi (PPI) yang

dapat membina mereka setelah selesai melaksanakan tugas

sebagai Paskibraka. Setelah jadi Paskibraka, mereka akan

selalu dibutuhkan untuk pengibaran bendera pada

peringatan hari besar seperti Hardiknas, dan lain-lain.

Kesuksesan Paskibraka itu dilihat dari dua tahun pertama

setelahnya. Adanya pembinaan lanjutan diharapkan dapat

meminimalisir kemungkinan hasil pembinaan itu lepas

dari diri mereka.(H/wwc/17 Mei 2016)

Pembinaan lanjutan yang diadakan oleh pihak terkait dapat

diwujudkan dalam bentuk kegiatan apapun yang berkaitan dengan

nasionalisme pada pemuda, organisasi kepemudaan maupun kegiatan

Page 140: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

125

diklat kepemimpinan. Di Yogyakarta sendiri, program kegiatan

tersebut sudah ada dan berjalan dengan baik di bawah bimbingan

Balai Pemuda dan Olahraga DIY.

b. Faktor penghambat

Pertama, perbedaan persepsi antar sesama pelatih, sesama

panitia, maupun antara pelatih dengan panitia merupakan kendala non

teknis selama kegiatan berlangsung. Perbedaan persepsi tersebut

terjadi karena komponen yang terlibat selama pendidikan dan latihan

Paskibraka terdiri dari banyak pihak. Hal ini sejalan dengan

pernyataan narasumber berikut:

D : Kalau kendala biasanya hanya masalah persepsi saja. Jadi

persepsi biasanya antara formasi apakah harus seperti ini,

kesepakatan antara BPO, TNI/Polri, atau PPI biasanya ada

masalah persepsi ini atau harus seperti apa.

(D/wwc/16 Mei 2016)

P : Kalau dari pelatih ini ada beberapa kendala, mungkin

pelatihan ini ada beberapa kesatuan. Mungkin ada yang

belum pernah ikut. Memang dasar gerakan adalah sama

tetapi di Paskibraka ini ada aturan yang keluar dari PBB

yang ada di angkatan, dan formasi mereka pun akan sedikit

berbeda. Pelatih yang baru kadang kesulitan, sehingga

dengan kerjasama dari kami itu idak lagi menjadi

masalah.(P/wwc/10 Mei 2016)

H : Selanjutnya, dukungan dan komunikasi dari timnya.

Komunikasi yang kurang bagus itu juga menghambat, disitu

kan melibatkan berbagai instansi ada TNI,Polri, PPI, ada

kedinasan dan instansi lain komunikasi kadang nggak

sinkron. Misalnya yang di lapangan mengusulkan kegiatan

tambahan sesi materi, ternyata jadwalnya tidak disetujui, itu

juga jadi kendala.(H/wwc/11 Mei 2016)

Page 141: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

126

Banyaknya pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut

memicu perbedaan pendapat pada masing-masing individu maupun

tim. Apabila tidak dapat diatasi dengan cepat, tentu hal ini akan

menghambat jalannya kegiatan.

Kedua, masalah mental dan fisik siswa seringkali menjadi

kendala karena memang jadwal dan porsi latihan Paskibraka cukup

berat setiap harinya. Kondisi fisik dan psikis siswa dituntut untuk

terus stabil agar dapat mengikuti latihan dan pelaksanaan tugas pada

Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Hal ini sejalan dengan

pernyataan beberapa narasumber berikut:

P : Masalah yang pertama itu masalah psikologis siswa, untuk

yang tidak terbiasa dididik dengan cara yang disiplin dan

mengikat pasti akan sulit beradaptasi, tapi itu hanya

beberapa saat saja, setelah menjalani latihan akan dapat

menyesuaikan dengan temannya. Yang kedua, sakit dari

penyakit yang tidak terdeteksi, contohnya mungkin bagi

wanita mungkin kalau lagi datang bulan tiba-tiba jadi

mulas, faktor kelelahan, daya tahan tubuh orang kan tidak

sama, sehingga apabila digenjot latihannya kadang suka

kram. (P/wwc/10 Mei 2016)

T : Dari siswa, ego mereka .. kemudian ada terjadi mungkin

belum pernah mengenal PBB di Paskibraka seperti apa,

kemudian fakor sakit tapi tidak terdeteksi, itu kendala dari

siswa. Kedua, mereka mungkin belum paham gerakannya

sehingga butuh waktu yang lama. Dari segi teknis saya

rasa tidak ada.(T/wwc/11 Mei 2016)

Seperti yang telah dijelaskan dalam beberapa pernyataan di

atas, kondisi fisik maupun ego dari siswa tidak dalam kondisi stabil.

Pelatihan Baris-berbaris (PBB) dilakukan setiap pagi hingga sore dan

harus diikuti sehingga kondisi psikis pun dapat berubah-ubah karena

Page 142: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

127

faktor kelelahan. Agar kondisi psikis siswa tetap stabil, ego dari

masing-masing siswa juga perlu diredam demi menjaga keharmonisan

barisan.

Ketiga, anggota Paskibraka merupakan siswa-siswi terpilih

dari sekolahnya untuk mengikuti seleksi di tingkat kabupaten/kota,

provinsi, hingga nasional. Ada syarat-syarat yang harus dipenuhi

untuk dapat mengikuti seleksi lanjutan, baik syarat fisik maupun non

fisik. Sumber daya manusia menjadi kendala karena pada

kenyataannya, sekarang ini sulit untuk mendapatkan calon anggota

Paskibraka yang benar-benar memenuhi syarat fisik baik untuk putra

maupun putri. Sejalan dengan pernyataan beberapa narasumber di

bawah ini:

S : Kendala yang kita sebenarnya lebih kepada materi personil.

Karena keseragaman atau kepaskibrakaan ini menggunakan

teori dasar baris-berbaris yang mana di dalamnya ada

keharmonisan dan dalam hal kerapian barisan, kita

terkendala dalam hal tinggi badan seorang anggota. Tinggi

badan sebenarnya sudah ditentukan, yang putri 165 cm dan

yang putra 170cm untuk nasional, tetapi yang didapatkan

dari kabupaten sering kali belum memenuhi

persyaratan.(S/wwc/13 Mei 2016)

H : Selain iu, SDM .. anak SMA sekarang cukup sulit mencari

yang diinginkan yang ideal, postur tinggi badan, tidak

berkacamata, tidak gampang sakit, akademiknya bagus, itu

sekarang cukup sulit mencarinya. Itu saja sih, kalau dari

teknisnya sudah lancar.(H/wwc/18 Mei 2016)

Anggota Paskibraka harus memiliki kondisi fisik dan non fisik

yang unggul untuk dapat dididik menjadi generasi pemimpin bangsa.

Apabila anggota Paskibraka hanya memiliki kondisi yang baik dalam

Page 143: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

128

salah satu aspek saja, dikhawatirkan akan menghambat siswa ketika

mengikuti seluruh kegiatan Diklat Paskibraka.

Keempat, masalah sarana prasarana latihan menjadi kendala

khususnya bagi panitia penyelenggara kegiatan. Kurangnya sarana dan

prasarana mengakibatkan lebih banyak tenaga dan waktu yang

terkuras untuk mempersiapkan sarana prasarana latihan. Sejalan

dengan pernyataan narasumber berikut:

S : Dari segi teknis pelaksanaannya, kita belum mempunyai

duplikasi tempat seperti yang digunakan sewaktu

pengibaran di hari H nanti, kita belum punya yang seperti

itu. Jadi kita pengibaran dilaksanakan di Istana

Kepresidenan (Gedung Agung) yang notabenenya

tempatnya seperti itu. Kita tidak punya tempat yang mirip

seperti itu. Sementara di Gedung Agung, tidak boleh untuk

latihan. Sehingga kita harus mendesain sedemikian rupa

dengan tali temali jalur yang mirip dengan Gedung

Agung. Kemudian teras sewaktu mereka menerima baki

dan mengembalikan baki itu kita bikin semirip dengan

sana sekalipun dari bentuk dan ukuran, kalau bahan tidak

mungkin. (S/wwc/13 Mei 2016)

Keterbatasan sarana prasarana latihan menjadi kendala karena

apabila kurang salah satunya dikhawatirkan mempengaruhi

keberhasilan pelaksanaan tugas di lapangan pada saat pengibaran dan

penurunan bendera. Keterbatasan tersebut tentu harus segera diatasi

agar pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan lancar, mengingat tugas

Paskibraka adalah momentum sekali jadi dan tidak boleh salah.

Page 144: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

129

B. Pembahasan

1. Penanaman Nasionalisme Pada Paskibraka DIY

a. Pelaksanaan Kegiatan dan Cara Penanaman Nasionalisme

Paskibraka

Pelaksanaan kegiatan Paskibraka di Daerah Istimewa

Yogyakarta apabila dilihat dari awal proses seleksi hingga akhir

kegiatan telah sesuai dengan tahap-tahap yang telah diatur dalam

Peraturan Menteri 0065 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan

Pembentukan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka).

Bentuk kegiatan sesuai dengan apa yang seharusnya dilaksanakan,

yaitu terdiri atas tiga kegiatan utama, antara lain: rekrutmen dan

seleksi, pemusatan pendidikan dan latihan, serta pelaksanaan dan

penurunan bendera. Seluruh rangkaian kegiatan dilaksanakan

sesuai aturan. Seleksi meliputi beberapa rangkaian tes seperti tes

fisik, tes kesehatan, tes Bahasa Inggris, tes kepribadian, kesenian,

tes kesamaptaan, tes parade, dan tes kemampuan PBB. Selanjutnya

pelaksanaan pemusatan pendidikan dan pelatihan anggota

Paskibraka juga sudah berjalan sesuai dengan aturan yang

seharusnya dari jadwal/tahapan kegiatan, penggunaan pendekatan

Desa Bahagia, pendidikan dan latihan berdasarkan kurikulum Desa

Bahagia dan komponen-komponen yang terlibat dalam Paskibraka.

Ketika bertugas pada Hari Kemerdekaan Republik Indonesia,

Paskibraka melaksanakan tugasnya dengan sukses, tidak ada

Page 145: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

130

kesalahan baik saat pengibaran maupun penurunan duplikat

bendera pusaka.

Monitoring yang dilakukan terhadap pelaksanaan kegiatan

pembentukan Paskibraka sudah baik, meskipun tim yang ditunjuk

terbatas dari segi personil. Evaluasi Diklat juga sudah cukup baik

karena setiap ada permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan selalu

diselesaikan dan didiskusikan dalam musyawarah desa, sehingga

apa yang dirasa kurang maksimal dapat menjadi catatan perbaikan

dalam evaluasi. Monitoring dan evaluasi program secara

keseluruhan sudah dilaksanakan dengan baik dari awal kegiatan,

selama kegiatan berlangsung, hingga kegiatan usai dilaksanakan.

Paskibraka harus memiliki jiwa nasionalis, seperti apa yang

diungkapkan Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia

pada laman beritasatu.com, maka dalam pelaksanaan kegiatan

pendidikan dan latihannya harus diisi dengan kegiatan-kegiatan

yang menumbuhkan dan meningkatkan rasa nasionalisme pada

setiap anggota Paskibraka. Penanaman nasionalisme tersebut

difokuskan dalam pendidikan dan pelatihan (Diklat) Paskibraka

tingkat provinsi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pendidikan dan

pelatihan dilaksanakan di Pondok Pemuda Ambarbinangun dan

Alun-alun Kidul, Yogyakarta.

Pendidikan dan pelatihan Paskibraka memiliki dua bentuk

kegiatan utama yaitu latihan fisik dan pembinaan mental. Masing-

Page 146: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

131

masing kegiatan memiliki tujuan yang berbeda. Latihan fisik dalam

bentuk pelatihan baris-berbaris (PBB) yaitu untuk membentuk fisik

prima, melatih kemampuan baris-berbaris, dan menanamkan nilai-

nilai seperti kedisiplinan, persatuan, seangat kebangsaan, dan lain

sebagainya. Latihan fisik dilakukan dari pagi hingga sore hari

dengan sistem semi militer. Sedangkan pembinaan mental

bertujuan untuk membentuk kepribadian dan karakter nasionalis

pada Paskibraka. Banyak pula nilai-nilai yang ditanamkan dalam

pembinaan mental, antara lain : jujur, berani, disiplin, bekerja

keras, persatuan dan kesatuan, cinta tanah air, dan lain-lain.

Apabila dilihat secara keseluruhan, penanaman nasionalisme pada

Paskibraka diwujudkan dalam kegiatan pendidikan dan latihan

(Diklat).

Diklat bagi anggota Paskibraka menggunakan pendekatan

dan kurikulum Desa Bahagia, pendekatan ini mampu menekankan

nilai-nilai moral, demokrasi dan kebiasaan bergotong royong untuk

membentuk pribadi yang mandiri. Pelaksanaan demokrasi dalam

Desa Bahagia dilakukan berdasarkan Pancasila dan Undang-

undang 1945. Ada sistem pemilu untuk memilih pemimpin desa

(Lurah) dan penyampaian aspirasi dilakukan sesuai dengan sistem

organisasi atau biasa disebut perangkat desa. Selain itu, seluruh

kegiatan dalam keluarga bahagia dilaksanakan sesuai dengan sila-

sila Pancasila. Sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, menjadi

Page 147: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

132

dasar bahwa setiap anggota harus melaksanakan kewajiban

beribadah sesuai dengan kepercayaannya secara tepat waktu. Sila

kedua Kemanusiaan yang adil dan beradab, menjadi dasar agar

setiap anggota Paskibraka harus saling tolong-menolong dengan

sesamanya. Sila ketiga Persatuan Indonesia, adalah dasar bahwa

seluruh warga di Desa Bahagia walaupun berbeda-beda latar

belakang dan asalnya tetapi mampu bersatu dalam kehidupan yang

harmonis. Sila keempat, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, penerapannya

di Desa Bahagia adalah segala sesuatu atau masalah yang

dihadapi diselesaikan dan direncanakan berdasarkan musyawarah

desa. Terakhir, sila kelima Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat

Indonesia menjadi dasar bahwa seluruh warga Desa Bahagia

diperlakukan sama, adil, tidak memihak pada siapa saja.

Penanaman nasionalisme pada Paskibraka Daerah Istimewa

Yogyakarta ini erat kaitannya dengan pendidikan nilai pada

generasi muda khususnya siswa Sekolah Menengah Atas (SMA),

karena melalui Diklat Paskibraka tersebut dibina agar dapat

mengembangkan nilai-nilai sosial dan menerapkannya dalam

kehidupan. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan

Sastrapradja bahwa pendidikan nilai adalah proses penanaman dan

pengembangan nilai-nilai pada seseorang (Rahmat Mulyana, 2004).

Melihat cara yang diterapkan dalam Pendidikan dan latihan

Page 148: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

133

Paskibraka ini dapat dikatakan sebagai bentuk pendidikan semi

indoktrinatif, karena selain terdapat penanaman nilai didalamnya

juga diterapkan cara-cara mendidik dengan cara demokratis.

Pendidikan nilai dalam kegiatan Paskibraka banyak dilakukan

dengan penguatan nilai positif atau negatif dan keteladanan dari

pelatihnya sesuai dengan pendekatan penanaman nilai yang

diungkapkan oleh Superka bahwa pendekatan penanaman nilai

adalah pendekatan yang menekankan pada penanaman nilai-nilai

sosial pada diri siswa (Zaim Elmubarok, 2013: 61). Penguatan nilai

positif atau negatif dilakukan ketika anggota Paskibraka

melaksanakan latihan fisik dan aktivitas sehari-hari di Desa

Bahagia, sedangkan keteladanan selalu didapatkan setiap saat

selama anggota Paskibraka menjalani masa karantina. Pada

dasarnya, pendidikan menjadi alat untuk mencapai tujuan utama

dalam kegiatan Paskibraka yaitu meningkatkan dan

mengembangkan rasa kesadaran nasional untuk mempertahankan

dan mengisi kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pendidikan yang diterapkan untuk menanamkan atau

meningkatkan kesadaran nasional dalam Paskibraka ini sesuai

dengan apa yang diungkapkan Muhammad Takdir Ilahi bahwa

pendidikan dalam konteks kekinian adalah upaya untuk

mengembangkan, mendorong, dan mengajak manusia agar tampil

lebih progresif dengan berdasarkan pada nilai yang tinggi dan

Page 149: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

134

kehidupan yang mulia agar terbentuk pribadi yang sempurna baik

yang berkaitan dengan akal, perasaan, maupun perbuatan

(Muhammad Takdir Ilahi, 2012: 27). Upaya menanamkan

nasionalisme pada Paskibraka diwujudkan dengan cara pembiasaan

dan keteladanan dalam pendidikan dan latihan, baik pada latihan

fisik ataupun pembinaan mentalnya.

Pelatihan baris-berbaris dan pembinaan mental dalam

Diklat Paskibraka ini sejalan dengan tujuan pendidikan yang

diungkapkan oleh Muhammad Takdir Ilahi bahwa pendidikan

secara operasional mengandung dua aspek yaitu menjaga atau

memperbaiki dan aspek menumbuhkan atau membina

(Muhammad Takdir Ilahi, 2012: 29). Jadi, Diklat dalam Paskibraka

ini bertujuan untuk menjaga nilai-nilai yang telah ada pada diri

setiap siswa seperti nilai disiplin dan sebagainya, serta

menumbuhkan atau membina rasa nasionalisme anggota

Paskibraka.

Pendidikan dan pelatihan Paskibraka menjadi salah satu

program kepemudaan yang menjadi model pembinaan dan

pengembangan kepemimpinan nasional untuk generasi muda.

Pelaksanaan Pendidikan dan pelatihan Paskibraka dari awal hingga

akhir menjadi wewenang pemerintah maupun pemerintah daerah

untuk melaksanakan fungsinya di bidang kepemudaan. Sesuai

dengan apa yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun

Page 150: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

135

2009 tentang Kepemudaan, bahwa fungsi pemerintah di bidang

kepemudaan yaitu mulai dari perumusan dan penetapan kebijakan,

koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan, pengelolaan

barang yang menjadi tanggungjawabnya, dan pengawasan atas

pelaksanaan tugas.

Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan Paskibraka Daerah

Istimewa Yogyakarta adalah wujud nyata kebijakan yang ada di

Yogyakarta terkait dengan pelayanan kepemudaan di bidang

pendidikan kepemudaan. Diklat Paskibraka menjadi program yang

membina dan mengembangkan kepemimpinan pemuda melalui

strategi bela negara untuk menumbuhkan patriotisme, dinamika,

budaya prestasi, dan semangat profesionalitas. Sesuai dengan apa

yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2009

tentang Kepemudaan.

Pendidikan kepemudaan di bidang kepemimpinan melalui

pendidikan dan pelatihan (Diklat) Paskibraka ini dilaksanakan

untuk membentuk kualitas dan mengembangkan kemampuan

pemuda sesuai dengan karakteristik pemuda, berdasarkan Pancasila

dan Undang-undang Dasar Tahun 1945. Kegiatan atau program ini

menjadi program kepemudaan yang mampu menumbuhkan

nasionalisme pada diri generasi muda saat ini, penanaman nilai di

seluruh tahapan kegiatan membuat rasa cinta tanah air para pemuda

kembali meningkat.

Page 151: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

136

Hasil yang didapat dari pelaksanaan program pendidikan

dan pelatihan (Diklat) Paskibraka secara keseluruhan setiap

tahunnya diharapkan dapat menjadi bahan acuan dan bahan

evaluasi untuk lembaga terkait dalam pelaksanaan program pada

tahun-tahun selanjutnya. Dengan demikian, pemerintah pusat

maupun pemerintah daerah dapat menyelenggarakan fungsinya di

bidang kepemudaan sesuai dengan kebijakan yang telah ditentukan

dalam perundang-undangan, khususnya Undang-undang Nomor 40

Tahun 2009 tentang Kepemudaan.

b. Perwujudan Nilai dan Sikap Nasionalisme pada Paskibraka

DIY

Pengetahuan dan penerapan nilai-nilai moral diberikan

kepada anggota Paskibraka melalui Diklat. Penanaman nilai

melalui pendekatan Desa Bahagia dapat membentuk jiwa pemuda

yang disiplin, mandiri, dan menjunjung tinggi ideologi bangsa

yaitu Pancasila. Tentu nilai-nilai yang berusaha ditanamkan kepada

Paskibraka adalah nilai-nilai yang mampu membimbing dan

dijadikan acuan untuk menjalani kehidupan dengan baik dan

bermakna. Sejalan dengan apa yang diungkapkan Rukiyati, dkk

bahwa nilai dipakai untuk menunjuk kata benda abstrak yang

artinya “keberhargaan” (worth) atau kebaikan (goodness).

Nilai merupakan sesuatu yang abstrak dan tidak dapat

dilihat karena nilai menjadi sesuatu yang berharga dan diyakini

Page 152: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

137

untuk dijadikan landasan dalam setiap tindakan. Apabila seseorang

menganggap sesuatu itu bernilai, maka akan diwujudkan dalam

sebuah tindakan. Nilai yang dianggap baikoleh Paskibraka akan

direfleksikan dalam sikap atau tindakannya sehari-hari. Sikap inilah

yang dapat dilihat untuk mengetahui apakah nilai-nilai tentang

nasionalisme sudah tertanam dengan baik pada anggota Paskibraka.

Seperti yang diungkapkan Wina Sanjaya (dalam skripsi Gita

Enggarwati, 2014: 9) bahwa sikap sebagai kecenderungan seeorang

untuk menerima atau menolak suatu objek berdasarkan nilai yang

dianggapnya baik atau tidak baik.

Anggota Paskibraka berasal dari berbagai daerah, bahkan

berbeda agama. Hal ini menimbulkan perbedaan-perbedaan kecil

yang perlu disamakan agar tercipta persatuan dan kesatuan di

dalamnya. Perbedaan yang terjadi memicu sedikit konflik nilai

tentang apa yang mereka anut atau mereka yakini. Disinilah peran

pelatih untuk memberikan pemahaman tentang pemahaman nilai

yang baik secara rasional. Bimbingan yang diberikan ini menjadi

sebuah klarifikasi nilai agar perbedaan-perbedaan yang memicu

masalah tidak semakin melebar. Sejalan dengan apa yang

diungkapkan A.Sudiarja bahwa klarifikasi nilai adalah penjelasan,

pemberian pengetahuan untuk mengatasi perbedaan-perbedaan

paham mengenai nilai (Sudiarja, 2014: 123).

Page 153: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

138

Adanya bimbingan dari pelatih ketika masa pendidikan dan

latihan dapat mendukung penanaman nasionalisme lebih cepat

tertanam pada diri anggota Paskibraka. Hal tersebut dapat dilihat

dari beberapa sikap yang dapat diamati selama kegiatan

berlangsung. Sikap tersebut antara lain:

a. Rela berkorban

Berdasarkan deskripsi data sebelumnya, diketahui bahwa

perwujudan sikap rela berkorban anggota Paskibraka adalah

pengorbanan dalam hal waktu, tenaga, dan pikiran yang mereka

curahkan untuk mengikuti latihan dan kegiatan yang cukup

berat. Sikap rela berkorban ini terwujud dengan cara pembiasaan

pada saat latihan fisik di lapangan. Temuan lain yang dapat

adalah anggota Paskibraka saling membantu dengan temannya

bahkan dalam hal menghabiskan makanan milik teman yang

tidak habis, hal ini termasuk rela berkorban bagi sesama

anggota. Perilaku yang disebutkan diatas sejalan dengan

pernyataan Dahlan (Siti Irene Astuti,dkk, tanpa tahun: 175)

bahwa ciri-ciri sikap nasionalisme adalah rela berkorban untuk

kepentingan bangsa dan negara.

b. Cinta tanah air

Perwujudan rasa cinta tanah air anggota Paskibraka dapat

dilihat ketika mereka menggunakan Bahasa Indonesia dengan

baik dan benar, menyanyikan lagu kebangsaan, lagu wajib, dan

Page 154: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

139

lagu daerah dengan sungguh-sungguh, memperlakukan atribut

lambang negara seperti Bendera Merah Putih dan Garuda

Pancasila dengan baik, dan menjunjung tinggi budaya Bangsa

Indonesia. Selain itu, ada temuan yang menunjukkan bahwa

anggota Paskibraka benar-benar menjunjung tinggi budaya

Daerah Istimewa Yogyakarta karena pada saat seleksi hari ke

dua, siswa-siswi menampilkan kesenian Yogyakarta lengkap

dengan baju adat dan gamelan jawa. Hal ini menunjukkan

bahwa anggota Paskibraka sudah memiliki sikap nasionalisme.

Sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Dahlan (Siti Irene

Astuti, dkk, tanpa tahun: 175) bahwa ciri-ciri sikap nasionalisme

adalah cinta tanah air, bangsa, dan negara. Selalu menjunjung

tinggi nama bangsa Indonesia dan merasa bangga sebagai

bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia.

c. Persatuan dan kesatuan

Perwujudan sikap persatuan dan kesatuan yang

ditunjukkan siswa seperti menghargai pendapat teman dan

rukun dengan sesama teman maupun pelatih. Temuan lain yang

didapatkan peneliti adalah apapun kegiatan yang dilakukan, ada

pembiasaan untuk melakukannya bersama-sama seperti setiap

berjalan pasti berpasangan, setiap makan satu orang

membawakan untuk satu teman yang lain, dan dalam satu meja

antara anggota Paskibraka dan pelatih berbaur dalam satu meja

Page 155: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

140

dan saling bercengkerama. Hal ini sejalan dengan apa yang

diungkapkan Dahlan (Siti Irene Astuti, dkk, tanpa tahun: 175)

bahwa ciri-ciri sikap nasionalisme adalah menempatkan

persatuan dan kesatuan serta kepentingan keselamatan bangsa di

atas kepentingan pribadi atau golongan.

d. Disiplin

Bentuk sikap disiplin anggota Paskibraka diwujudkan

dalam perilaku mereka yang selalu patuh terhadap peraturan

misalnya aturan berseragam, mematuhi jadwal latihan dan

mengikuti semua kegiatan yang telah diatur. Temuan lain

ditemukan peneliti diantaranya para siswa selalu taat beribadah

tepat pada waktunya bersama pelatih, semua atribut yang

mereka kenakan tertata rapi dan tidak berantakan, dalam setiap

kegiatan apapun dibiasakan antri. Selain itu, ketika anggota

Paskibraka menikmati jamuan makan maupun kudapan mereka

pasti dengan tertib mengembalikan alat makan di tempat semula

dengan tertib. Hal ini sejalan dengan Dahlan (Siti Irene Astuti,

dkk, tanpa tahun: 175) bahwa ciri-ciri sikap nasionalisme adalah

memiliki disiplin diri, disiplin sosial, dan disiplin nasional yang

tinggi.

e. Berani

Wujud sikap berani pada anggota Paskibraka dapat

dilihat dari keberanian mereka memimpin barisan, memimpin

Page 156: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

141

doa, maupun memimpin yel-yel pada saat kegiatan. Selain itu

mereka juga berani mengakui kesalahan di depan teman-

temannya apabila mereka memang melakukan kesalahan. Hal

ini sejalan dengan Dahlan (Siti Irene Astuti, dkk, tanpa tahun:

175) bahwa ciri-ciri sikap nasionalisme adalah berani dan jujur

dalam menegakkan kebenaran dan keadilan.

f. Jujur

Bentuk nilai kejujuran pada anggota Paskibraka

diwujudkan dalam kehidupan mereka sehari-hari seperti jujur

kepada pelatih apabila ada masalah, jujur apabila mengakui

kesalahan. Selain itu peneliti juga menemukan bahwa ketika ada

barang yang ketinggalan di tempat latihan, mereka

membawanya dan menanyakan siapa pemiliknya, tidak

membiarkan barang tersebut tertinggal. Hal ini sejalan dengan

Dahlan (Siti Irene Astuti, dkk, tanpa tahun: 175) bahwa ciri-ciri

sikap nasionalisme adalah berani dan jujur dalam menegakkan

kebenaran dan keadilan.

g. Bekerja keras

Wujud kerja keras anggota Paskibraka terlihat ketika

mereka melakukan latihan di lapangan dari pagi hingga sore hari

dengan kondisi lapangan yang panas dan berdebu. Terkadang

mereka kelelahan, sakit, atau sekedar terkena iritasi mata, tetapi

jika mereka tidak harus dibawa ke Rumah Sakit setelah

Page 157: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

142

kondisinya lebih baik mereka akan kembali mengikuti latihan

hingga usai. Hal ini sejalan dengan Dahlan (Siti Irene Astuti,

dkk, tanpa tahun: 175) bahwa ciri-ciri sikap nasionalisme adalah

bekerja keras untuk keakmuran sendiri, keluarga, dan

masyarakat.

Setelah melihat beberapa wujud nilai dan sikap yang tertanam

pada anggota Paskibraka diatas, dapat kita yakini bahwa nasionalisme

sudah tertanam dengan baik melalui pendidikan dan pelatihan yang

diadakan. Seperti apa yang diungkapkan Darmiyati Zuchdi, dkk (2012:

28) bahwa nasionalisme yakni cara berpikir, bersikap, dan berbuat

menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi

terhadap bangsa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik

bangsanya. Pembiasaan dan keteladanan yang diberikan para pelatih,

panitia dan seluruh komponen yang terlibat mampu melatih,

menanamkan dan meningkatkan nilai atau sikap positif mereka menjadi

lebih nasionalis.

c. Hasil Penanaman Nasionalisme pada Paskibraka DIY

Banyak sekali kegiatan-kegiatan pada pendidikan dan pelatihan

Paskibraka yang dapat menanamkan nasionalisme untuk siswa.

Didukung dengan pendekatan Desa Bahagia yang berlandaskan Pancasila

dan UUD 1945, nilai-nilai luhur bangsa dapat semakin tertanam dengan

baik. Pendekatan Desa Bahagia mampu membentuk nasionalisme dalam

jiwa setiap anggota Paskibraka yang berdasarkan falsafah negara. Sejalan

Page 158: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

143

dengan pernyataan Abdulgani (dalam Yodohusodo, dkk 1994: 35 dalam

Joned Bangkit Wahyu Laksono) bahwa nasionalisme Indonesia, secara

khusus dipertegas sebagai Nasionalisme Pancasila, yaitu nasionalisme

yang:

1) ber-Ketuhanan Yang Maha Esa.

2) ber-Perikemanusiaan yang berorientasi internasionalisme.

3) ber-Perikemanusiaan Indonesia yang patriotik.

4) ber-Kerakyatan atau demokratis.

5) ber-Keadilan sosial untuk seluruh rakyat.

Nasionalisme yang baik terbukti dari sikap dan perilaku para

anggota Paskibraka baik selama kegiatan maupun sesudahnya. Terbukti

dengan aktivitas atau kegiatan anggota Paskibraka setelah selesai

melaksanakan tugas mengibarkan bendera pusaka saat Hari

Kemerdekaan Republik Indonesia, mereka pun masih berpartisipasi

sebagai pengibar bendera ketika upacara hari-hari besar nasional. Selain

itu, setelah anggota Paskibraka kembali ke sekolahnya, mereka

melakukan hal-hal positif dan mengabdikan diri mereka sesuai dengan

minat dan bakat mereka masing-masing baik dalam organisasi maupun

ekstrakurikuler di sekolah. Artinya, meskipun tidak lagi bertugas menjadi

Paskibraka, nasionalisme mereka tetap terjaga.

Nasionalisme yang kuat dan tetap terjaga adalah modal utama

untuk menjalankan tugas mereka sebagai generasi penerus bangsa, kader

pemimpin di masa depan. Nasionalisme yang ditanamkan kepada

Page 159: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

144

anggota Paskibraka adalah nasionalisme dalam arti positif, artinya para

anggota Paskibraka diajarkan bagaimana mencintai dan menghargai

bangsa sendiri, tanpa merendahkan bangsa lain. Rasa cinta tanah air,

membanggakan bangsa sendiri dan merendahkan bangsa lain atau biasa

disebut dengan chauvinisme merupakan nasionalisme dalam arti negatif,

hal itu tidak nampak sama sekali pada diri Paskibrak. Nasionalisme

ditanamkan dengan memberikan pengetahuan yang lebih luas mengenai

nilai-nilai, budaya dan kesenian lokal, serta wawasan kebangsaan agar

rasa cinta tanah air semakin meningkat. Dengan nasionalisme yang kuat

pada diri generasi muda, nantinya budaya dan globalisasi tidak akan

dapat dengan menggoyahkan keberadaan bangsa kita di tengah

keberadaan bangsa lain. Sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh

H.A.R Tilaar bahwa nasionalisme telah menjadi pemicu kebangkitan

kembali dari budaya yang telah memberikan identitas sebagai anggota

dari suatu masyarakat-bangsa.

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Penanaman Nasionalisme pada

Paskibraka DIY

Hal-hal yang mendukung penanaman nasionalisme pada

Paskibraka adalah banyaknya pihak terkait yang ikut membantu

pelaksanaan kegiatan dari awal seleksi, pendidikan dan latihan, serta

pelaksanaan dan penurunan bendera. Aspek yang paling mendukung

adalah kerjasama dan materi personil dalam pendidikan dan latihan yang

diselenggarakan. Faktor lain yang juga mendukung adalah adanya

Page 160: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

145

pembinaan lanjutan. Pada dasarnya, tahapan yang menjadi ujung tombak

keberhasilan penanaman nasionalisme dan pelaksanaan tugas sebagai

pengibar bendera pusaka. Apabila pendidikan dan latihan tidak berjalan

lancar dan tertib, maka kebermaknaan setiap kegiatan pembinaan yang

dilakukan akan berkurang dan tidak memberikan hasil yang maksimal.

Pendidikan dan latihan Paskibraka yang diselenggarakan di Daerah

Istimewa Yogyakarta tergolong sudah baik. Semua dilakukan dengan

terrencana dan sesuai dengan aturan yang sudah disepakati. Kegiatan

dilaksanakan sesuai dengan jadwal, materi personil pun sudah baik

sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama untuk penyesuaian materi

pendidikan dan latihan. Pendidikan yang baik tentu akan menghasilkan

transfer nilai dan pengetahuan yang baik pula, termasuk penanaman

nasionalisme dalam Paskibraka ini. Pendidikan yang didapat para

anggota Paskibraka tidak membuat mereka hanya memperoleh

pengetahuan tentang baris-berbaris saja, namun juga mendapat materi

wawasan kebangsaan, makna dan simbol/lambang negara, budaya dan

keistimewaan Yogyakarta, serta pembinaan etika dan moral yang dapat

membentuk kepribadian. Materi tambahan tersebut mendukung

penanaman nasionalisme karena dapat meningkatkan nasionalisme, rasa

cinta tanah air dan budaya lokal dari daerah sendiri melalui pendidikan

kepemudaan. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh H.A.R

Tilaar (2007: 25) bahwa faktor-faktor yang menumbuhkan nasionalisme

diantaranya: 1) bahasa, 2) budaya, 3) pendidikan.

Page 161: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

146

Banyak faktor yang mendukung penanaman nasionalisme pada

Paskibraka, namun, tidak semua hal dapat dilaksanakan dengan sempurna.

Pasti ada masalah atau kendala yang menjadi penghambat terlaksananya

kegiatan. Kendala berasal dari perbedaan pendapat dari tim dan komponen

kegiatan, mental dan fisik siswa yang belum stabil, sulit mencari SDM

yang ideal, serta kurangnya sarana prasarana khusunya untuk duplikasi

tempat pelaksanaan pengibaran bendera. Faktor tersebut dapat

mempengaruhi keberlangsungan pendidikan dan pelatihan yang diadakan.

Meskipun ada sedikit kendala yang dialami, namun hal itu segera dapat

diatasi oleh panitia pelaksana kegiatan maupun pelatih sehingga apa yang

menjadi masalah tidak mengganggu proses pelaksanaan kegiatan Diklat

bagi anggota Paskibraka Daerah Istimewa Yogyakarta.

Page 162: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

147

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Cara yang dilakukan untuk menanamkan nasionalisme pada

Paskibraka diwujudkan dalam dua kegiatan utama selama pendidikan

dan pelatihan (Diklat) Paskibraka yaitu latihan fisik dan pembinaan

mental. Penanaman nasionalisme pada Paskibraka ini menggunakan

Pendekatan Desa Bahagia dengan kurikulum Desa Bahagia yang

berlandaskan Pancasila dan Undang-undang 1945.

2. Penanaman nasionalisme pada Paskibraka Daerah Istimewa

Yogyakarta dapat dikatakan berhasil meskipun masih ada kendala

yang dihadapi dari segi teknis pelaksanaannya. Nasionalisme dapat

tertanam dengan baik selama program berlangsung maupun setelah

siswa purna tugas sebagai Paskibraka Daerah Istimewa Yogyakarta.

3. Banyak faktor yang mendukung penanaman nasionalisme pada

Paskibraka, seperti dukungan dari instansi terkait, materi personil

yang baik, dan adanya pembinaan lanjutan setelah purna tugas sebagai

Paskibraka. Faktor penghambatnya meliputi: perbedaan persepsi antar

pihak selama kegiatan, kondisi fisik dan mental siswa tidak stabil,

sulit mencari SDM yang ideal dan kurangnya sarana duplikasi tempat

pengibaran bendera.

Page 163: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

148

B. Saran

1. Bagi Siswa

Diharapkan siswa terus menerapkan nilai dan sikap nasionalisme

yang telah didapat dari Paskibraka dalam kehidupan sehari-hari

baik di lingkungan sosial, masyarakat maupun lingkungan sekolah.

2. Bagi Lembaga

Hendaknya pengawasan dan pembinaan lanjutan terhadap siswa

yang pernah menjadi anggota Paskibraka (Purna Paskibraka

Indonesia) terus dilaksanakan dan dipantau dengan baik agar nilai-

nilai nasionalisme yang telah tertanam tidak mudah luntur.

3. Bagi Pihak Terkait (Kedinasan)

Hendaknya instansi khususnya pimpinan instansi yang terlibat

dalam penyelenggaraan kegiatan pembentukan Paskibraka tingkat

provinsi membuat kebijakan khusus terkait dengan koordinasi

kerjasama antar instansi untuk mengurangi kemungkinan terjadinya

miskomunikasi antarpihak. Dengan demikian diharapkan dapat

meminimalisir perbedaan pendapat pada pelaksanaan kegiatan di

tahun-tahun selanjutnya, serta mengupayakan kelengkapan sarana

prasarana latihan.

Page 164: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

149

DAFTAR PUSTAKA

A. Sudiarja. (2014). Pendidikan dalam Tantangan. Yogyakarta: Kanisius.

A. Ubaedillah dkk. (2008). Pendidikan Kewargaan: Demokrasi, Hak Asasi

Manusia dan Masyarakat Madani. Jakarta : Kencana.

Aceng Kosasih. (tanpa tahun). Pendidikan Nilai dala Pendidikan Umum. Diakses

dari file.upi.edu pada tanggal 15 Desember 2015 di Yogyakarta.

Aji Awalani. (2015). Harian Online Sorot Gunungkidul edisi. Seleksi Paskibra,

Disdikpora menyusur 30 Sekolah. Dipublikasikan pada tanggal 06 April

2015 diakses dari sorotgunungkidul.com 20 April 2015 di Yogyakarta.

Ali Masykur Musa. (2007). Nasionalisme di Persimpangan. Jakarta : Erlangga.

Andi Prastowo. (2012). Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta : Ar Ruzz

Media.

Andreas Doweng Bolo, dkk. (2012). Pancasila, Kekuatan Pembebas. Yogyakarta

: Kanisius.

Anonim. (2015). Pembukaan dan Latihan Paskibraka Bantul 2015.

Dipublikasikan pada tanggal 11 Agustus 2015 diakses dari

pora.bantulkab.go.id pada tanggal 15 Januari 2016 di Yogyakarta.

Azis Syamsudin. (2011). Api Nasionalisme Kaum Muda. Jakarta : RM Books.

Darmiyati Zuchdi. (2008). Humanisasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

______________, dkk. (2012). Pendidikan Karakter. Yogyakarta : UNY Press.

Doni Koesoema A. (2012). Pendidikan Karakter Utuh dan Menyeluruh.

Yogyakarta : Kanisius.

Dwi Siswoyo, dkk. (2011). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press.

Emzir. (2010). Metode Penelitian Kualitatif : Analisis Data. Jakarta : PT

Rajagrafindo Persada.

Gita Enggarwati. (2014). Penanaman Sikap Nasionalisme Melalui Mata

Pelajaran IPS Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Semampir. Universitas Negeri

Yogyakarta. Diakses dari eprints.uny.ac.id pada tanggal 2 Januari 2016 di

Yogyakarta.

H.A.R Tilaar. (2005). Manifesto Pendidikan Nasional. Jakarta : Kompas.

Page 165: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

150

__________. (2007). Mengindonesia Etnisitas dan Identitas Bangsa Indonesia.

Jakarta : Rineka Cipta.

__________. (2002). Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani

Indonesia. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Hamim Thohari. (2015). Ratusan Siswa Sleman Ikuti Seleksi Paskibraka. Diakses

dari jogja.tribunnews.com pada tanggal 25 Maret 2016 di Yogyakarta.

Haris Herdiansyah. (2013). Wawancara, Observasi, dan Focus Group sebagai

Instrumen Pengambilan Data Kualitatif. Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada.

Havidh Ahmad Sujatmoko. (2014). Pengembangan dan Analisis Aplikasi Web

Seleksi Anggota Paskibraka Tingkat Daerah Istimewa Yogyakarta.

Diakses dari eprints.uny.ac.id pada tanggal 15 Desember 2015 di

Yogyakarta.

Hendro D Situmorang. (2015). Menpora : Paskibraka Harus Berjiwa Nasionalis.

Diakses dari beritasatu.com pada tanggal 3 Februari 2016 di Yogyakarta.

Jazim Hamidi dan Mustafa Lutfi. (2010). Civic Education. Jakarta : PT Gramedia

Pustaka.

Joned Bangkit Wahyu Laksono. (2013). Kebijakan Penanaman Nilai-nilai

Nasionalisme pada Siswa di SMA Negeri 1 Ambarawa. Universitas Negeri

Semarang. Diakses dari lib.unnes.ac.id/20002/1/3401408006.pdf pada

tanggal 15 Desember 2015 di Yogyakarta.

Kemenpora. (2014). Pedoman Penyelenggaraan Kegiatan Pembentukan Pasukan

Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka). Jakarta : Kemenpora.

_________. (2015). Pedoman Penyelenggaraan Kegiatan Pembentukan Pasukan

Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka). Jakarta : Kemenpora.

Kurniatul Hidayah. (2016). Mengejutkan! Banyak Siswa SMA di DIY Tak Hafal

Pancasila. Diakses dari jogja.tribunnews.com pada tanggal 7 April 2016 di

Yogyakarta.

M. Djunaedi Ghony dan Fauzan Almanahur. (2012). Metode Penelitian Kualitatif.

Yogyakarta : Ar Ruzz Media.

M’ Azznam Manan dan Thung Ju Lan. (2011). Nasionalisme dan Ketahanan

Budaya dalam Tantangan. Jakarta : LIPI Press.

Page 166: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

151

Muhammad Takdir Ilahi. (2012). Retivalisasi Pendidikan Berbasis Moral.

Yogyakarta : Ar Ruzz Media.

_____________________. (2012). Nasionalisme dalam Bingkai Pluralitas

Bangsa: Paradigma Pembangunan dan Kemandirian Bangsa. Yogyakarta :

Ar Ruzz Media.

Putra Nusa. (2012). Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan. Jakarta : PT

Rajagrafindo Persada.

Rohmat Mulyana. (2004). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung :

Alfabeta.

Rukiyati, dkk. (2008). Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : UNY Press.

Siti Irene Astuti. (tanpa tahun). Ilmu Sosial Dasar. Yogyakarta: UPT MKU UNY.

Sunarso, dkk. (2006). Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: UNY Press.

Syaiful Sagala. (2013). Etika dan Moralitas : Peluang dan Tantangan. Jakarta :

Kencana.

Tendi Kusnawan. (2013). Strategi Pembinaan Patriotik melalui Paskibraka (Studi

Kasus Paskibraka Kota Bandung). Diakses dari repository.upi.edu pada

tanggal 15 Desember 2015 di Yogyakarta.

Tulus Warsito dan Wahyuni Kartikasari. (2007). Diplomasi Kebudayaan.

Yogyakarta : Ombak.

Zaim Elmubarok. (2013). Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung : Alfabeta.

Page 167: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

152

LAMPIRAN

Page 168: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

153

Lampiran 1

LEMBAR OBSERVASI

Observer :

Subjek Observasi :

Lokasi Observasi :

Waktu Observasi :

Variabel Observasi :

Hasil Observasi :

No Aspek Yang Dilihat Keterangan

Page 169: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

154

Lampiran 2

Daftar Pertanyaan Wawancara Untuk Siswa

No Pertanyaan Jawaban

1 Selama kegiatan Paskibraka apakah Anda

pernah membantu teman Anda yang sedang

kesulitan? Jelaskan contohnya

2 Selama kegiatan Paskibraka apakah Anda

bersikap berani dan jujur? Jelaskan

contohnya

3 Apakah anda mencintai budaya dan bangga

menjadi bagian dari bangsa Indonesia?

Jelaskan contoh dan alasannya

4 Bagaimana menurut Anda tentang

menghargai sesama sebagai wujud persatuan

dan kesatuan?

5 Kerja keras apa yang Anda lakukan saat

kegiatan Paskibraka? Jelaskan

6 Selama mengikuti kegiatan Paskibraka,

apakah anda disiplin? Jelaskan contoh

beserta alasannya

7 Apa motivasi Anda mengikuti Paskibraka?

Jelaskan alasannya

8 Apa yang Anda peroleh setelah mengikuti

Paskibraka? Jelaskan

9 Masalah apa yang Anda hadapi ketika

mengikuti Paskibraka? Jelaskan

10 Bagaimana cara Anda mengatasi masalah

Anda tersebut? Jelaskan

Page 170: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

155

Lampiran 3

Daftar Pertanyaan Wawancara Untuk pelatih

No Pertanyaan Jawaban

1 Bagaimana cara menanamkan sikap rela

berkorban pada Paskibraka? Jelaskan contoh

perwujudannya

2 Bagaimana cara menanamkan sikap berani

dan jujur? Jelaskan contoh perwujudannya

3 Bagaimana cara yang dilakukan agar

Paskibraka mencintai budaya dan bangga

menjadi bagian dari bangsa Indonesia?

Jelaskan contoh perwujudannya

4 Bagaimana cara menanamkan nilai persatuan

dan kesatuan pada Paskibraka? Seperti apa

contohnya

5 Kerja keras apa yang dilakukan anggota

Paskibraka dan bagaimana cara

menanamkannya? Jelaskan

6 Bagaimana cara menanamkan sikap disiplin

pada Paskibraka? Jelaskan contoh

perwujudannya

7 Materi apa yang Anda berikan ketika menjadi

pelatih Paskibraka? Jelaskan

8 Apa perubahan anggota Paskibraka dari

sebelum, saat kegiatan, dan sesudah kegiatan

selesai?

9 Faktor apa yang mendukung kegiatan

Paskibraka? Jelaskan

10 Faktor apa yang menghambat kegiatan

Paskibraka? Jelaskan

Page 171: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

156

Lampiran 4

Daftar Pertanyaan Wawancara Untuk Panitia Kegiatan

No Pertanyaan Jawaban

1 Bagaimana cara menanamkan sikap rela

berkorban pada Paskibraka? Jelaskan contoh

perwujudannya

2 Bagaimana cara menanamkan sikap berani

dan jujur? Jelaskan contoh perwujudannya

3 Bagaimana cara yang dilakukan agar

Paskibraka mencintai budaya dan bangga

menjadi bagian dari bangsa Indonesia?

Jelaskan contoh perwujudannya

4 Bagaimana cara menanamkan nilai persatuan

dan kesatuan pada Paskibraka? Seperti apa

contohnya

5 Kerja keras apa yang dilakukan anggota

Paskibraka dan bagaimana cara

menanamkannya? Jelaskan

6 Bagaimana cara menanamkan sikap disiplin

pada Paskibraka? Jelaskan contoh

perwujudannya

7 Materi apa yang disiapkan untuk kegiatan

Paskibraka? Jelaskan

8 Faktor apa yang mendukung kegiatan

Paskibraka? Jelaskan

9 Kendala apa yang sering dihadapi kegiatan

Paskibraka? Jelaskan

10 Bagaimana cara mengatasi kendala yang

dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan

pembentukan Paskibraka?

Page 172: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

157

Lampiran 5

Tabel Kisi-kisi Wawancara

No Responden Aspek Indikator Jumlah

Butir

Nomor

Butir

1 Anggota

Paskibraka

Penanaman

Nasionalisme

Pada

Paskibraka

- Tindakan

yang

dilakukan

sebagai

bentuk Rela

Berkorban,

cinta tanah

air, bangga

sebagai

bangsa

Indonesia,

persatuan dan

kesatuan,

patuh

terhadap

peraturan,

disiplin,

berani, jujur,

bekerja keras.

6 1, 2, 3,

4, 5, 6

Partisipasi

dalam

Paskibraka

- Motivasi

mengikuti

kegiatan

Paskibraka

- Hasil yang

didapat

setelah

mengikuti

Paskibraka

- Masalah

ketika

mengikuti

Paskibraka

- Cara

mengatasi

masalah yang

dihadapi

4 7, 8, 9,

10

2 Pelatih Ciri Sikap

Nasionalisme

- Tindakan yang

dilakukan

untuk

6 1, 2, 3,

4, 5, 6

Page 173: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

158

membentuk

sikap Rela

Berkorban,

cinta tanah air,

bangga

sebagai bangsa

Indonesia,

persatuan dan

kesatuan,

patuh terhadap

peraturan,

disiplin,

berani, jujur,

bekerja keras.

Partisipasi

dalam

kegiatan

Paskibraka

- Materi yang

diberikan

terkait dengan

penanaman

nasionalisme

Paskibraka

- Faktor

Pendukung

dan

Penghambat

Kegiatan

Paskibraka

4 7, 8, 9,

10

3 Panitia

Kegiatan

Penanaman

Nasionalisme

pada

Paskibraka

- Tindakan yang

dilakukan

untuk

membentuk

sikap Rela

Berkorban,

cinta tanah air,

bangga

sebagai bangsa

Indonesia,

persatuan dan

kesatuan,

patuh terhadap

peraturan,

disiplin,

berani, jujur,

bekerja keras.

6 1, 2, 3,

4, 5, 6

Partisipasi

dalam

Kegiatan

- Pelaksanaan

Kegiatan dari

awal hingga

4 7,8,9,

10

Page 174: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

159

Paskibraka akhir

- Faktor

pendukung

dan

penghambat

kegiatan

Paskibraka

Page 175: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

160

Lampiran 6

Tabel pedoman Observasi

Subjek Observasi Aspek yang

Diamati Indikator

Jumlah

Butir

Anggota

Paskibraka

Rela Berkorban 1. Mencurahkan waktu,

tenaga, dan pikiran

untuk fokus latihan

1

Cinta tanah air 1. Menggunakan bahasa

Indonesia dengan baik

dan benar

2. Menyanyikan lagu

kebangsaan, lagu wajib

dan lagu daerah dengan

sungguh-sungguh

3. Memperlakukan atribut

lambang negara seperti

Bendera Merah Putih

dan Pancasila dengan

baik

4. Menjunjung tinggi

budaya bangsa

Indonesia

4

Persatuan dan

Kesatuan

1. Menghargai pendapat

orang yang berbeda

2. Rukun dengan orang

dari asal daerah yang

berbeda

2

Patuh terhadap

peraturan

1. Memakai seragam

sesuai dengan aturan

yang telah ditentukan

1

Disiplin 1. Mengikuti seluruh

rangkaian kegiatan

sesuai jadwal yang

telah ditentukan

2. Mengikuti kegiatan

dengan baik

2

Berani 1. Maju memimpin

barisan, menyanyikan

yel-yel atau memimpin

doa

2. Mengeluarkan

pendapat ketika

bermusyawarah

2

Page 176: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

161

Jujur 1. Berkata apa adanya

apabila ada masalah

dalam kegiatan

2. Mengakui bila

melakukan kesalahan

2

Bekerja Keras 1. Melakukan latihan fisik

dalam Paskibraka

dengan sungguh-

sungguh

1

Pelatih dan panitia

Paskibraka

Rela Berkorban 1. Mencurahkan tenaga

waktu dan pikiran

untuk membimbing dan

melatih Paskibraka

1

Cinta Tanah Air 1. Menggunakan bahasa

Indonesia dengan baik

dan benar

2. Menyanyikan lagu

kebangsaan, lagu wajib

dan lagu daerah dengan

sungguh-sungguh

3. Memperlakukan atribut

lambang negara seperti

Bendera Merah Putih

dan Pancasila dengan

baik

4. Menjunjung tinggi

budaya bangsa

Indonesia

4

Persatuan dan

Kesatuan

1. Menghargai pendapat

orang yang berbeda

2. Sanggup bekerjasama

dalam sebuah tim

meskipun dari latar

belakang organisasi

dan lembaga yang

berbeda

2

Patuh terhadap

peraturan

1. Melaksanakan

rangkaian kegiatan

sesuai aturan yang telah

ditentukan dalam

petunjuk teknis

kegiatan pembentukan

Paskibraka

1

Berani 1. Tidak takut untuk

menegur apabila ada

1

Page 177: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

162

pihak yang melakukan

kesalahan

Jujur 1. Berkata apa adanya

apabila ada kendala

saat pelaksanaan

kegiatan

1

Bekerja keras 1. Berusaha melatih dan

memberi materi kepada

anggota Paskibraka

setiap hari dari pagi

hingga malam hari

dengan baik dan penuh

tanggungjawab

1

Page 178: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

163

Lampiran 7

Tabel hasil observasi pada Paskibraka (data primer peneliti, Agustus 2015)

Subjek

Observasi Aspek yang Diamati Indikator Ket

Anggota

Paskibraka

Rela Berkorban 1) Mencurahkan waktu, tenaga,

dan pikiran untuk fokus

latihan

Cinta tanah air 1) Menggunakan bahasa

Indonesia dengan baik dan

benar.

2) Menyanyikan lagu

kebangsaan, lagu wajib dan

lagu daerah dengan sungguh-

sungguh.

3) Memperlakukan atribut

lambang negara seperti

Bendera Merah Putih dan

Pancasila dengan baik.

4) Menjunjung tinggi budaya

bangsa Indonesia

Persatuan dan

Kesatuan

1) Menghargai pendapat orang

yang berbeda.

2) Rukun dengan orang dari asal

daerah yang berbeda

Patuh terhadap

peraturan

1) Memakai seragam sesuai

dengan aturan yang telah

ditentukan

Disiplin 1) Mengikuti seluruh rangkaian

kegiatan sesuai jadwal yang

telah ditentukan

2) Mengikuti kegiatan dengan

baik

Berani 1) Maju memimpin barisan,

menyanyikan yel-yel atau

memimpin doa

2) Mengeluarkan pendapat

ketika bermusyawarah

Jujur 1) Berkata apa adanya apabila

ada masalah dalam kegiatan

2) Mengakui bila melakukan

kesalahan

Belum

terlihat

Belum

terlihat

Bekerja Keras 1) Melakukan latihan fisik

dalam Paskibraka dengan

Page 179: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

164

sungguh-sungguh

Lampiran 8

Tabel hasil observasi sikap nasionalisme pada pelatih Paskibraka (data primer

peneliti, Agustus 2015)

Subjek Aspek yang

diamati Indikator Ket

Pelatih

Paskibraka

Rela Berkorban 1. Mencurahkan tenaga waktu dan

pikiran untuk membimbing dan

melatih Paskibraka

Cinta Tanah Air 1. Menggunakan bahasa Indonesia

dengan baik dan benar

2. Menyanyikan lagu kebangsaan,

lagu wajib dan lagu daerah

dengan sungguh-sungguh

3. Memperlakukan atribut lambang

negara seperti Bendera Merah

Putih dan Pancasila dengan baik.

4. Menjunjung tinggi budaya

bangsa Indonesia

Persatuan dan

Kesatuan

1. Menghargai pendapat orang yang

berbeda

2. Sanggup bekerjasama dalam

sebuah tim meskipun dari latar

belakang organisasi dan lembaga

yang berbeda

Patuh terhadap

peraturan

1. Melaksanakan rangkaian

kegiatan sesuai aturan yang telah

ditentukan dalam petunjuk teknis

kegiatan pembentukan

Paskibraka

Berani 1. Tidak takut untuk menegur

apabila ada pihak yang

melakukan kesalahan

Jujur 1. Berkata apa adanya apabila ada

kendala saat pelaksanaan

kegiatan

Page 180: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

165

Bekerja keras 1. Berusaha melatih dan memberi

materi kepada anggota

Paskibraka setiap hari dari pagi

hingga malam hari dengan baik

dan penuh tanggungjawab

Page 181: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

166

Lampiran 9

CATATAN LAPANGAN I

Tanggal : 28 April 2016

Pukul : 13.00

Lokasi : Balai Pemuda dan Olahraga DIY

Deskripsi :

Peneliti datang ke lokasi penelitian dengan membawa berkas proposal

yang telah di setujui beserta surat izin penelitian dari pihak-pihak terkait. Peneliti

menemui beberapa staf dari Balai Peemuda dan Olahraga untuk mengetahui

informasi mengenai waktu penelitian. Selanjutnya peneliti menemui salah satu

perwakilan dari Purna Paskibraka untuk menyerahkan proposal penelitian skripsi

dan memulai mencari informasi umum yang nantinya dibutuhkan untuk

pencarian data selanjutnya. Seperti jadwal pelaksanaan seleksi Paskibraka Tahun

2016, informasi pihak yang dapat menjadi responden tentang penanaman

nasionalisme pada Paskibraka, dan lain sebagainya.

Page 182: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

167

CATATAN LAPANGAN II

Tanggal : 10 Mei 2016

Pukul : 10.00

Lokasi : Pondok Pemuda Ambarbinangun

Deskripsi :

Peneliti datang ke Pondok Pemuda Ambarbinangun untuk melihat proses

seleksi Paskibraka tahun 2016 dan melakukan penggalian data lebih fokus tentang

penanaman nasionalisme pada Paskibraka. Selanjutnya, peneliti menemui

informan kunci, dan menemui responden dari pihak pelatih Paskibraka untuk

memulai melakukan sesi wawancara. Kemudian peneliti menemui responden lain

yang direkomendasikan dan memohon izin untuk melakukan sesi wawancara pada

hari berikuttnya. Peneliti juga mengamati proses seleksi Paskibraka yang sedang

berlangsung. Dari mulai tahap demi tahapnya, sarana dan prasarana kegiatannya,

serta sikap siswa dalam mengikuti seleksi Paskibraka.

Pada saat melakukan pengamatan proses seleksi, peneliti melihat bahwa

memang siswa dididik untuk patuh dengan aturan, dididik disiplin dalam

mengikuti kegiatan, sikap dan perilakunya juga di pantau dengan baik. Hasilnya,

siswa pun sangat tertib dalam mengikuti proses seleksi. Panitia dan pelatih pun

memberikan contoh yang baik, salah satunya dalam hal ibadah tepat waktu.

Koordinasi antar tim berjalan dengan baik, sebelum mengawali tahapan kegiatan

baru pasti dilakukan briefing terlebih dahulu.

Peneliti juga mengamati bahwa pada saat upacara pembukaan, siswa

menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dengan sungguh-sungguh. Panitia

dan pelatih pun menunjukkan sikap yang baik pula. Secara keseluruhan, tidak ada

kendala pada hari pertama.

Page 183: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

168

CATATAN LAPANGAN III

Tanggal : 11 Mei 2016

Pukul : 10.00

Lokasi : Pondok Pemuda Ambarbinangun

Deskripsi :

Peneliti datang ke Pondok Pemuda Ambarbinangun untuk melihat proses

seleksi Paskibraka tahun 2016 dan melakukan penggalian data lanjutan tentang

penanaman nasionalisme pada Paskibraka. Selanjutnya, peneliti menemui

menemui responden dari pihak pelatih Paskibraka untuk memulai melakukan sesi

wawancara. Kemudian peneliti berkonsultasi dengan penanggungjawab kegiatan

dari staf Balai Pemuda dan Olahraga untuk menentukan waktu sesi wawancara

responden dari pihak panitia penyelenggara kegiatan. Peneliti juga mengamati

proses seleksi Paskibraka yang sedang berlangsung. Dari mulai tahap demi

tahapnya, sarana dan prasarana kegiatannya, serta sikap siswa dalam mengikuti

seleksi Paskibraka.

Pada hari kedua seleksi, terlihat bahwa siswa-siswi begitu fokus dan

berjuang dalam melewati setip tahapan tesnya karena pada hari kedua

dilaksanakan tes fisik dan PBB yang bisa dibilang menyita tenaga mereka. Namun

siswa tetap mengikutinya dengan baik. Peneliti juga melihat saat mereka

menikmati kudapan, siswa selalu dalam posisi tertib, etika makan yang baik,

diawali dan ditutup dengan doa. Ada siswa yang sakit, namun ketika sudah

merasa baikan siswa tersebut mengikuti seleksi kembali. Sopan santun siswa

terhadap siapa saja yang ditemui juga sudah baik. Selain itu, memang dalam

setiap kegiatan dibiasakan siswa selalu bersama-sama atau berpasangan.

Page 184: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

169

CATATAN LAPANGAN IV

Tanggal : 13 Mei 2016

Pukul : 12.30

Lokasi : Balai Pemuda dan Olahraga DIY

Deskripsi :

Peneliti datang ke kantor Balai Pemuda dan Olahraga untuk melakukan

sesi wawancara dengan salah satu staf yang bertugas sebagai panitia

penelenggara kegiatan Paskibraka. Selanjutnya, atas izin dari pihak yang

bersangkutan peneliti mencari data dan dokumen mengenai pelaksanaan kegiatan

Paskibraka tahun 2015 untuk digunakan sebagai data pendukung hasil penelitian

penanaman nasionalisme pada Paskibraka.

Page 185: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

170

CATATAN LAPANGAN V

Tanggal : 16 Mei 2016

Pukul : 10.00

Lokasi : Balai Pemuda dan Olahraga DIY

Deskripsi :

Peneliti datang ke kantor Balai Pemuda dan Olahraga untuk melakukan sesi

wawancara lanjutan dengan beberapa staf yang bertugas sebagai panitia

penyelenggara kegiatan Paskibraka. Selanjutnya, atas izin dari pihak yang

bersangkutan peneliti mencari data dan dokumen mengenai pelaksanaan kegiatan

Paskibraka tahun 2015 untuk digunakan sebagai data pendukung hasil penelitian

penanaman nasionalisme pada Paskibraka.

Page 186: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

171

CATATAN LAPANGAN VI

Tanggal : 17 Mei 2016

Pukul : 11.00

Lokasi : Universitas Negeri Yogakarta

Deskripsi :

Peneliti melakukan sesi wawancara lanjutan dengan salah satu perwakilan dari

Purna Paskibraka Indoensia yang bertugas sebagai pelatih kegiatan Paskibraka.

Selanjutnya, peneliti mencari data dan dokumen mengenai pelaksanaan kegiatan

Paskibraka tahun 2015 untuk digunakan sebagai data pendukung hasil penelitian

penanaman nasionalisme pada Paskibraka.

Page 187: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

172

Penyajian Data, Reduksi dan Penarikan Kesimpulan

Hasil Wawancara Panitia Tentang Penanaman Nasionalisme pada Paskibraka DIY

No Pertanyaan Jawaban yang Sudah Direduksi Kesimpulan

1 Bagaimana penanaman dan

perwujudan sikap rela berkorban

pada siswa?

S : Yang pertama jelas sudah kelihatan untuk siswa

itu mereka rela berkorban, mereka rela

meninggalkan sekolah selama seleksi 3 hari

ditambah waktu pelatihan itu 19 hari. Belum

meninggalkan waktu luang mereka dengan

keluarga, kebersamaan mereka dengan teman,

handphone mereka dititipkan, tidak boleh

berkomunikasi dengan siapapun di luar

Paskibraka itu sudah suatu pengorbanan mereka.

Mereka rela menyerahkan alat komunikasi

mereka demi konsentrasi mengibarkan Sang

Merah Putih, karena mereka menjunjung tinggi

menghormati bendera Sang Merah Putih, maka

mereka harus diperlakukan sebagai mana

mestinya dan itu dengan tata aturan yang

ditentukan, mereka siap. Artinya, kalau mereka

tidak memiliki kebanggaan, tidak memiliki rasa

cinta, tidak memiliki nasionalisme terhadap

tanah air Indonesia mungkin mereka lebih baik

belajar di sekolah, pelajarannya tidak

ketinggalan, sehingga nilai mereka bisa lebih

dari yang diinginkan. Tetapi, mereka nyata-

nyata dengan suka rela bahkan harus mengikuti

seleksi mereka siap dengan itu. Ditambah lagi

saat latihan, Paskibraka 2015 alhamdulillah

Penanaman sikap rela berkorban

untuk memupuk jiwa nasionalisme

pada siswa dilakukan dengan adanya

pelatihan PBB rutin dan agenda

yang ada didukung dengan sisem

karantina di Desa Bahagia.

Perwujudan sikap rela berkorban

dari siswa aiu pengorbanan waktu,

tenaga, pikiran untuk latihan dan

menjalani karantina, hidup mandiri

di Desa Bahagia, tujuannya untuk

dapat dengan sukses menjalankan

tugas mengibarkan Sang Merah

Putih.

Page 188: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

173

tidak bersamaan dengan bulan puasa padahal di

tahun-tahun sebelumnya di tahun 2013 dan 2014

itu bersamaan dengan bulan puasa yang

notabenenya itu menjadi tantangan tersendiri

karena latihan fisik baik seleksi maupun

pelatihan Paskibraka mereka dikuras mulai dari

jam 5 pagi sampai jam 9 atau 10 malam, mereka

dibangunkan jam 00.00 untuk melakukan

renungan jiwa, mereka juga harus siap, dan

mereka alhamdulillah semuanya patuh dan

melaksanakan tugas dengan baik.

D : Paskibraka dari mulai pendidikan, latihan

upacara, latihan PBB, semua indikator baik

kedisiplinan, kejujuran, keberanian, rela

berkorban,kerja keras, indikator-indikator itu

jelas masuk dan sudah bisa dilihat dari siswa

Paskibraka.

Sd : Disitulah diawali dengan metode Desa

Bahagia, dimana Desa Bahagia itu dilatih

mandiri, tidak ketergantungan baik dalam

keadaan suka maupun duka mereka adalah bisa

mandiri, tidak ketergantungan dengan orang lain

2 Bagaimana penanaman dan

perwujudan sikap jujur pada

siswa?

S : Kejujuran di dalam Paskibraka, memang dalam

Paskibraka tidak hanya membentuk, tidak hanya

mempersiapkan mereka untuk bertugas

Penanaman sikap kejujuran

diberikan melalui pembinaan mental

di asrama dengan pemberian contoh,

Page 189: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

174

mengibarkan bendera saja, di luar itu, di

pelatihan mereka kita berikan pembinaan di

asrama. Nah di dalam pembinaan di asrama ini,

peserta diatur, diberikan contoh-contoh

bagaimana tata cara makan, bagaimana mereka

harus bersama dengan teman-teman kesatuan

korpsnya, nah di situ di sela-sela pembinaan di

asrama ditanamkanlah nilai kejujuran sehingga

mereka akan tolong-menolong, bantu-membantu

sehingga apabila ada barang yang ketinggalan

mereka akan menyelamatkan itu,

mempertanyakan siapa pemiliknya, bukan

masuk menjadi hak milik yang menemukannya,

tetapi tetap akan menjadi bagian kebersamaan

mencari pemilik barang yang ketinggalan

tersebut. Di samping itu, peserta pelatihan juga

tidak diperkenankan membawa uang. Ini

dimaksudkan agar selain mereka lebih mandiri,

lebih berkonsentrasi, mereka tidak terpengaruh

dengan apa yang ada di saku mereka, juga ini

agar pamrih mereka pada finansial sudah kita

bentuk sedemikian rupa tidak mempengaruhi

pada penugasan-penugasan ereka di masa

mendatang, seperti itu.

D : Paskibraka dari mulai pendidikan, latihan

upacara, latihan PBB, semua indikator baik

kedisiplinan, kejujuran, keberanian, rela

diberikan aturan yang harus

dipatuhi, dan diberikan pendalaman

yang lebih tentang agama yang

dianut oleh masing-masing siswa

selama di karantina di Desa

Bahagia. Wujudnya, bisa dalam hal

jujur ketika melaksanakan ibadah,

patuh atau tidak terhadap aturan, dan

jujur dalam kehidupan sehari-hari

mereka seperti jujur apabila

menemukan barang dan lain

sebagainya.

Page 190: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

175

berkorban,kerja keras, indikator-indikator itu

jelas masuk dan sudah bisa dilihat dari siswa

Paskibraka. Kemudian juga kejujuran itu

diterapkan selama karantina, bagaimana

perperilaku dan berbicara itu diatur, cara makan

saja diatur, harus disiplin segala macem. Itu kan

diatur semua.

Sd : jadi Desa Bahagia dasarnya adalah Pancasila

dan UUD 1945. Kalau di sila pertama, itu adalah

Ketuhanan Yang Maha Esa. Jadi di Desa

Bahagia ini diwajibkan harus melaksanakan

ajaran sesuai yang mereka anut, kalau Islam ya

sesuai dengan Islam, kalau non juga sesuai

dengan ajarannya. Mereka diberi waktu,

misalnya kegiatan Paskibraka ini kan kurang

lebih tujuh belas hari. Hari Minggu, yang non

muslim diberikan waktu untuk beribadah, jadi di

Desa Bahagia ini masalah agama betul-betul

ditekankan, betul dilaksanakan sesuai apa yang

diajarkan.

3 Bagaimana penanaman dan

perwujudan sikap berani pada

siswa?

S : Keberanian dalam hal ini adalah keberanian

dalam kebenaran. Keberanian Paskibraka

dipersiapkan untuk memimpin dan dipimpin.

Bisa memimpin bisa dipimpin, itu yang kita

persiapkan sehingga Paskibraka dalam posisi

manapun di pasukan apapun di pasukan 17,

Penanaman sikap berani dilakukan

dengan kegiatan PBB, didukung

dengan penerapan sistem Desa

Bahagia pada saat karantina.

Perwujudannya, mereka para siswa

berani memimpin dan dipimpin.

Page 191: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

176

pasukan 8, maupun pasukan 45 mereka berani

dan siap untuk ditukar diposisikan dimanapun

mereka akan siap karena sudah kita persiapkan

sedemikian rupa mereka akan berani

mengambil, melaksanakan keputusan, ataupun

melaksanakan tanggungjawab yang diberikan.

Diantaranya keberanian yang kita tanamkan

seperti itu.

D : Paskibraka dari mulai pendidikan, latihan

upacara, latihan PBB, semua indikator baik

kedisiplinan, kejujuran, keberanian, rela

berkorban,kerja keras, indikator-indikator itu

jelas masuk dan sudah bisa dilihat dari siswa

Paskibraka.

Sd : Nah pemilihan perangkat desa itu, masing-

masing RT mengajukan calon putra maupun

puttri untuk menjadi Kepala Desa maupun

pendampingnya. Kemudian, kita laksanakan

pemilihan dengan sistem demokratis, jadi

mereka melakukan kampanye dulu, dari masing-

masing calon dari 4 RT itu, kemudian warganya

memilih, nanti suara terbanyak itu yang menjadi

Kepala Desa memimpin Desa Bahagia

Pemimpin bisa diwakilkan dengan

tugas sebagai Lurah Desa Bahagia

dan dipimpin diibaratkan sebagai

warganya. Selain itu juga

menjalankan kegiatan dengan penuh

tanggungjawab.

4 Bagaimana penanaman dan

perwujudan sikap bekerja keras

pada siswa?

S : Sudah barang tentu kerja keras mereka dalam

Paskibraka berkaitan dengan pengibaran dan

pembentukan mental. Di pelatihan mereka harus

Penanaman sikap bekerja keras

dilakukan melalui pelatihan PBB.

Perwujudanna, siswa akan eap

Page 192: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

177

berjuang dari pagi hingga malam hari, hujan

nggak hujan mereka latihan, panas nggak panas

mereka latihan. Itu sudah merupakan kerja keras

yang mereka miliki sehingga banyak yang kita

temukan bahwa seorang calon anggota

Paskibraka sudah sakitpun mereka tidak mau

diminta beristirahat. Mereka meneruskan,

sebelum mereka berbaring di rumah sakit,

mereka berbaring di pengobatan mereka

mencoba untuk berlatih dan terus berlatih. Itu

sudah merupakan wujud kerja keras dari mereka.

D : Paskibraka dari mulai pendidikan, latihan

upacara, latihan PBB, semua indikator baik

kedisiplinan, kejujuran, keberanian, rela

berkorban,kerja keras, indikator-indikator itu

jelas masuk dan sudah bisa dilihat dari siswa

Paskibraka

Sd : ... artinya hal-hal yang wajar kalau misalnya

ketika latihan ada yang sakit itu adalah hal yang

biasa. Karena selama .. yaa .. hampir dua

minggu kegiatannya seperti itu terus, dari jam

04.00 sampai jam 22.00.

mengikuti latihan dari pagi sampai

malam hari walapun sakit.

5 Bagaimana penanaman dan

perwujudan sikap persatuan dan

kesatuan pada siswa?

S : Paskibraka merupakan salah satu kelompok

kesatuan. Mereka bukan kerja individu, bukan

kerja perorangan, tapi mereka kerja kelompok

bersama. Satu per satu secara individu mereka

Penanaman rasa persatuan dan

kesatuan dilakukan melalui

pelatihan PBB dan didukung dengan

sisem pendekatan Desa Bahagia

Page 193: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

178

harus mumpuni, memiliki keterampilan baris-

berbaris yang diseiramakan, diharmoniskan

dengan kesatuan Paskibraka tersebut. Sehingga

apabila salah satu berbuat salah, sudah tentu satu

pasukan akan kena. Disini sudah mencerminkan

bagaimana kita menanamkan persatuan dan

kesatuan itu, salah satu anggota berbuat, semua

anggota akan menanggung akibat.

D : Kalau untuk persatuan dan kesatuan, peserta

Paskibraka itu latar belakangnya setiap orang

pasti beda. Sangat beda. Dari sekolahnya beda,

nasionalisme pada mereka menurutku juga

tentang bagaimana mereka bisa saling

menghargai orang lain. Apapun pernbedaannya.

Agamanya, tempat tinggalnya, wataknya beda,

macem-macem. Ada penghargaan di situ pada

setiap diri siswa.

Sd : Jadi, disitu mewujudkan satu kesatuan yang

tidak bisa dipisahkan walaupun mereka terdiri

dari beberapa RT. RT adalah menggambarkan

disitu adalah terdiri dari beberapa

kabupaten/kota.

selama karantina. Perwujudannya,

dalam satu pasukan Paskibraka itu

terdiri dari beberapa kabupaten,

namun mereka saling menghargai

satu sama lain meskipun berbeda-

beda asal dan latar belakangnya.

6 Bagaimana penanaman dan

perwujudan sikap cinta tanah

air dan bangga menjadi bangsa

S : sikap cinta tanah air dan bangga menjadi bangsa

Indonesia sudah pasti akan terpatri pada diri

mereka, terbukti dalam pelaksanaan tugas

Penanaman cinta tanah air pada

siswa dilakukan dengan

memberikan materi tentang makna

Page 194: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

179

Indonesia pada siswa? seperti apa yang saya sampaikan tadi, mereka

pantang berhenti sebelum terbaring dan berada

di pengobatan. Pernah terjadi di dalam upacara

mereka jatuh di dalam upacara di Istana

Kepresidenan, selagi fisik mereka masih mampu

melaksanakan tugas mereka akan

melaksanakannya dan itupun akan mereka

pertahankan. Ini merupakan sikap mereka

terhadap Sang Merah Putih ataupun lambang-

lambang negara lain, di samping itu

dimanifestasikan dalam pengibaran. Dari Balai

Pemuda dan Olahraga selaku yang membina

atau mengampu kegiatan Paskibraka juga

mempersiapkan pemateri yang memberikan

penjelasan dan wawasan tentang makna dan

simbol serta lambang negara, bagaimana itu

akan diberlakukan dan disikapi. Sehingga dari

seluruh anggota Paskibraka mampu mengambil

sikap terhadap pedoman bagaimana bersikap

terhadap Merah Putih, bagaimana menempatkan

posisi Garuda Pancasila, bersikap dalam

menyanyikan lagu Indonesia Raya, mereka akan

paham dengan hal-hal tersebut.

D : selama karantina juga ada materi-materi dan

session-session yang diberikan tentang NKRI,

tentang kepaskibrakaan, tentang macem-macem

yang disampaikan oleh TNI, dari pihak lain juga,

dan lambang negara, simbol

simbolnya, keistimewaan DYI, dan

kepaskibrakaan. Didukung dengan

sistem pendekatan Desa Bahagia

yang mengacu pada Pancasila dan

UUD 194. Perwujudannya seperti

mereka akan terus latihan demi

sukses mengibarkan Sang Merah

Putih sebelum mereka terbaring di

Rumah Sakit.

Page 195: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

180

macem-macem. Nah, itu materi kepaskibrakaan

sebenarnya untuk menguatkan pikiran dan

pengetahuan untuk lebih cinta tanah air. Kalau

praktiknya, Paskibraka para pasukan pengibar

bendera pasti setiap indikator tadi sudah masuk.

D : ... di Paskibraka ini memang ada itu sudah

sesuai dengan Peraturan Menteri Pemuda dan

Olahraga, metode yang diterapkan adalah

dengan Pendekatan Desa Bahagia. Itu maksud

dan tujuannya adalah mempererat anggota

Paskibraka yang mana mereka itu adalah

perwakilan dari 5 kabupaten/kota. Dimana Desa

Bahagia itu acuannya adalah Pancasila dan UUD

1945, jadi boleh dikatakan Desa Bahagia itu

dimaksudkan betul-betul bahagia dan mereka

hidup seperti hidup dirumah, tidak

ketergantungan dengan siapa-siapa, mereka

hidup mandiri, memang Paskibraka didik harus

mandiri mengacu pada Pancasila dan UUD

1945.

7 Bagaimana penanaman dan

perwujudan sikap disiplin pada

siswa?

S : ... latihan fisik baik seleksi maupun pelatihan

Paskibraka mereka dikuras mulai dari jam 5 pagi

sampai jam 9 atau 10 malam, mereka

dibangunkan jam 00.00 untuk melakukan

renungan jiwa, mereka juga harus siap, dan

mereka alhamdulillah semuanya patuh dan

melaksanakan tugas dengan baik.

Penanaman sikap disiplin dilakukan

dengan latihan PBB, didukung

dengan sistem pendekatan Desa

Bahagia dimana segala sesuatunya

sudah dibuat dalam suatu aturan dan

siswa harus patuh terhadap aturan

yang sudah ada. Perwujudannya

Page 196: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

181

D : Paskibraka dari mulai pendidikan, latihan

upacara, latihan PBB, semua indikator baik

kedisiplinan, kejujuran, keberanian, rela

berkorban,kerja keras, indikator-indikator itu

jelas masuk dan sudah bisa dilihat dari siswa

Paskibraka. Kemudian selain itu, karena itu

sudah jelas bisa dilihat, ketika ada apel pagi,

pengibaran dan penurunan bendera.

Sd : ... Jadi warga itu harus dibuat adil, perangkat

desa tidak bisa sewenang-wenang melaksanakan

kegiatan. Artinya semua harus melaksanakan

kegiatan sesuai dengan aturan yang sudah

ditentukan. Bukan aturan mengikuti warga,

melainkan warga mngikuti aturan yang sudah

disepakati, yang sudah dipertanggungjawabkan.

Kalau masalah Paskibraka itu yang mendukung

adalah karena anak-anak ini sudah tertanam

disiplin.

adalah siswa mematuhi jadwal

latihan mulai dari pagi hingga

malam hari dengan baik.

8 Apa saja materi yang diberikan

selama kegiatan terkait dengan

penanaman nasionalisme pada

Paskibraka ?

S : Yang pertama kalau materi tentang di dalam

pelatihan Paskibraka memang selain materi

tentang pengibaran yang lebih dilaksanakan di

lapangan, juga di dalam kelas kita memberikan

materi tentang seni budaya, tentang

keberagaman budaya di Indonesia, kemudian

tentang keistimewaan Yogyakarta, juga tentang

wawasan kebangsaan, kita juga memberikan

Selain materi tentang pengibaran

yang lebih dilaksanakan di

lapangan, juga di dalam kelas

diberikan materi tentang seni

budaya, keberagaman budaya di

Indonesia, keistimewaan

Yogyakarta, wawasan kebangsaan,

wawasan tentang makna dan simbol

Page 197: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

182

wawasan tentang makna dan simbol lambang-

lambang negara. Kemudian kita juga

memberikan tentang kepaskibrakaan,

keseluruhannya kita harapkan memberikan

wawasan lebih pada Paskibraka bagaimana

mereka menghargai kebudayaan-kebudayaan

lain termasuk kebudayaan mereka sendiri juga

mampu mendapatkan masukan tentang wawasan

tentang Daerah Istimewa Yogyakarta juga

tentang nasionalisme. Jadi kita laksanakan

dalam dua bentuk metode yaitu di lapangan dan

indoor di dalam kelas. Jadi kita berikan

semuanya.

D : selama karantina juga ada materi-materi dan

session-session yang diberikan tentang NKRI,

tentang kepaskibrakaan, tentang macem-macem

yang disampaikan oleh TNI, dari pihak lain juga,

macem-macem.

lambang-lambang negara,

kepaskibrakaan dan juga tentang

nasionalisme

9 Apa saja faktor pendukung

penanaman nasionalisme pada

Paskibraka?

S : Faktor yang mendukung, untuk finansial

Alhamdulillah sepenuhnya didukung oleh

pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang

dialokasikan melalui dana APBD DIY, setiap

tahunnya kita dibiayai penuh oleh pemerintah

DIY. Selain itu, kita didukung oleh kalau

materi personil yang dari siswa kita didukung

oleh Kabupaten Kota, kemudian TNI/Polri,

Faktor yang mendukung :

Dukungan dari pemerintah

daerah dari segi finansial, sarana

dan prasarana kegiatan dan

latihan.

Kerjasama dari beberapa instansi

terkait

Personil ang sudah merupakan

Page 198: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

183

kemudian alumni Passkibraka itu sendiri,

senior-senior ikut andil dalam mengupayakan

kegiatan Paskibraka. Sehingga faktor

pendukung ini banyak, dari personil itu peserta

(siswa), kemudian TNI/Polri, pelatih, bisa dari

PPI atau TNI ditambah dari budayawan

ditambah lagi dari pemerintah daerah setempat

yang juga berkenan hadir memberi materi

untuk mengisi jiwa dari para peserta itu sudah

dukungan yang luar biasa. Namun dukungan

yang secara fisik khususnya tempat dan lain

sebagainya, alhamdulillah kita diberikan izin

untuk menggunakan jalan di Alun-Alun

selatan, separuh jalan di sisi utara. Jadi separuh

jalan di sisi utara kita minta ijin untuk

digunakan sementara, itu diperkenankan.

Kemudian kita minta latihan di alun-alun

selatan yang notabenenya itu adalah

kepemilikannya oleh pihak Kraton itu juga kita

diperkenankan untuk mendukung hal-hal yang

berkenaan dengan kegiatan pelatihan.

D : Oh kalau itu banyak, kita bekerjasama dan

dibantu banyak instansi atau pihak terkait.

TNI/Polri, PPI, Dinas Pekerjaan Umum untuk

pemasangan bendera, Dinas Kominfo seperti

TVRI yang meliput pelaksanaan pengibaran

dan penurunan bendera, kemudian protokol.

siswa siswi pilihan dan sudah

memiliki kemampuan PBB yang

baik

Page 199: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

184

Kalau protokol itu jelas kalau protokol itu kita

dibantu dari Kepatihan bagian protokol,

Pemda, pihak dari Gedung Agung, itu sudah

jelas. Kalau BPO lebih kepada mempersiapkan

pasukannya dalam bertugas saja.

Sd : ... Paskibraka di Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta ini merupakan siswa-siswa pilihan

dari seleksi di Kabupaten/kota, jadi mereka

adalah anak-anak terbaik sehingga kita dalam

melaksanakan pendidikan maupun pelatihan di

Paskibraka sudah tidak menemukan kendala

yang berarti.

10 Apa saja faktor penghambat atau

kendala yang dihadapi untuk

penanaman nasionalisme pada

Paskibraka?

S : Kendala yang kita sebenarnya lebih kepada

materi personil. Karena keseragaman atau

kepaskibrakaan ini menggunakan teori dasar

baris-berbaris yang mana di dalamnya ada

keharmonisan dan dalam hal kerapian barisan,

kita terkendala dalam hal tinggi badan seorang

anggota. Tinggi badan sebenarnya sudah

ditentukan, yang putri 165 cm dan yang putra

170cm untuk nasional, tetapi yang didapatkan

dari kabupaten sering kali belum memenuhi

persyaratan.

Dari segi teknis pelaksanaannya, kita belum

mempunyai duplikasi tempat seperti yang

digunakan sewaktu pengibaran di hari H nanti,

kita belum punya yang seperti itu.Jadi kita

Faktor yang menghambat :

Sulit mencari SDM yang ideal

Keterbatasan sarana, khususnya

duplikat tempat latihan

Page 200: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

185

pengibaran dilaksanakan di Istana

Kepresidenan (Gedung Agung) yang

notabenenya tempatnya seperti itu. Kita tidak

punya tempat yang mirip seperti itu. Sementara

di Gedung Agung, tidak boleh untuk latihan.

Sehingga kita harus mendesain sedemikian

rupa dengan tali temali jalur yang mirip dengan

Gedung Agung. Kemudian teras sewaktu

mereka menerima baki dan mengembalikan

baki itu kita bikin semirip dengan sana

sekalipun dari bentuk dan ukuran, kalau bahan

tidak mungkin

D : Kalau kendala ... sebenarnya relatif lancar sih.

Kalau kendala biasanya hanya masalah

persepsi saja. Jadi persepsi biasanya antara

formasi apakah harus seperti ini, kesepakatan

antara BPO, TNI/Polri, atau PPI biasanya ada

masalah persepsi ini atau harus seperti apa.

Sd : Kalau masalah Paskibraka itu yang

mendukung adalah karena anak-anak ini sudah

tertanam disiplin, jadi saya kira

pelaksanaannya tidak ada kendala. Kita

berjalan sesuai dengan program yang telah

ditetapkan.

Page 201: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

186

Penyajian Data, Reduksi dan Penarikan Kesimpulan

Hasil Wawancara Pelatih Tentang Penanaman Nasionalisme pada Paskibraka DIY

No Pertanyaan Jawaban yang Sudah Direduksi Kesimpulan

1 Bagaimana penanaman dan

perwujudan sikap rela berkorban

pada siswa?

P : Ya, untuk melatih sikap siswa-siswa ini kita

terapkan melalui PBB itu untuk menanamkan

jiwa korsa. Jiwa korsa itu untuk menerapkan

persatuan dan kesatuan di antara kawan

sehingga aplikasinya karena itu lingkupnya

kecil diharapkan dapat tumbuh menjadi lebih

besar dengan adanya Paskibraka ini.

Makanya Paskibraka sebenarnya selain jiwa

korsa juga memupuk rasa cinta tanah air,

melalui PBB itu dapat melatih agar siswa

mempunyai rasa jiwa korsa yang kuat,

tangguh, rela berkorban, itu mulainya dari

PBB. Aplikasinya ya dari semangat PBB

yang tinggi itu untuk mengibarkan lambang

negara

T : Yang kita alami selama melakukan latihan,

jiwa nasionalisme pada anggota Paskibraka

itu rela berkorban, dia rela mengorbankan

waktu di sekolahnya. Kurang lebih dua

minggu mereka mengorbankan tenaga dan

pikiran dia curahkan unuk latihan hanya satu

tujuannya untuk mengibarkan sang Merah

Putih pada tanggal 17 Agustus itu saja.

Penanaman sikap rela berkorban untuk

memupuk jiwa nasionalisme pada siswa

dilakukan dengan adanya pelatihan PBB.

Perwujudan sikap rela berkorban dari

siswa yaitu pengorbanan waktu, tenaga,

pikiran untuk latihan untuk dapat dengan

sukses menjalankan tugas mengibarkan

Sang Merah Putih.

Page 202: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

187

H : Ya ... kalau wujud nyata sebenarnya mereka

mengikuti latihan Paskibraka itu berarti sudah

merelakan waktunya. Bahkan, mereka harus

meninggalkan pelajaran, itu juga merupakan

cara penanaman nasionalisme. Kedua, dari

mereka latihan, latihan di Paskibraka itu kan

seperti ang mbak tau dari pagi sampai sore,

malam ada kegiatan lagi .. secara fisik

mereka juga terkuras. Dengan ini, mereka

dilatih untuk memahami bahwa ini

tanggungjawabmu sebagai generasi

Indonesia, masih mending kita tidak harus

mengangkat senjata. Cukup mengibarkan

Sang Merah Putih dengan sukses

2 Bagaimana penanaman dan

perwujudan sikap jujur pada

siswa?

P : Dari pembekalan mental dan ideologinya.

Seperti yang disampaikan tadi, ada

pembekalan mental baik dari kakak-kakaknya

PPI, sebelum masuk pendidikan juga ada

psikotes, nah kemudian pembekalan yang

diberikan oleh pihak instansi terkait, TNI,

maupun Polri memberikan pembekalan pada

mereka untuk .. ya .. memberikan pemikiran

kepada pemuda agar memiliki nasionalisme

yang tinggi. Luas kan nasionalisme itu.

T : Dalam pelatihan kita terapkan juga kejujuran,

selama mereka bersama-sama teman ada di

Penanaman sikap kejujuran diberikan

melalui pembinaan mental di asrama.

Wujudnya adalah mereka jujur apabila

sedang ada masalah.

Page 203: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

188

kompleks ini bahwa mereka rela berkorban,

saling tolong-menolong di antara mereka.

Kejujuran mereka apa? Apa yang mereka

rasakan mereka berani sampaikan kepada

kami, ini bisa mejadi masukan bagi kami

sehingga dari apa yang disampaikan, pelatih

dapat mengambil sikap. Kalau mereka tidak

jujur, kami tidak bisa langsung mengambil

sikap dengan apa yang mereka rasakan.

Diantaranya seperti itu.

H : Nah untuk anak-anak yang memiliki

masalah, kita adakan yang namanya up

closed and personal, anak-anak yang

memiliki masalah kami ajak bicara. Kamu

ada masalah apa, biasanya disitu mereka akan

jujur. Lalu setelah tau permasalahannya, kami

baru bisa mengambil sikap dan memberikan

feedback. Seperti itu kalau dari

pembinaannya.

3 Bagaimana penanaman dan

perwujudan sikap berani pada

siswa?

P : Sikap berani juga dapat diwujudkan melalui

PBB, disiplin, berani dan bertanggungjawab.

Dari PBB sikap berani, bekerjakeras sudah

terbentuk, tentunya berani yang

bertanggungjawab.

T : Apa yang mereka rasakan mereka berani

Penanaman sikap berani dilakukan

dengan kegiatan PBB. Perwujudannya,

mereka para siswa berani menyampaikan

apa masalah yang dihadapi dan berani

memberikan masukan.

Page 204: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

189

sampaikan kepada kami, ini bisa mejadi

masukan bagi kami sehingga dari apa yang

disampaikan, pelatih dapat mengambil sikap

4 Bagaimana penanaman dan

perwujudan sikap bekerja keras

pada siswa?

P : Sikap berani juga dapat diwujudkan melalui

PBB, disiplin, berani dan bertanggungjawab.

Dari PBB sikap berani, bekerjakeras sudah

terbentuk, tentunya berani yang

bertanggungjawab.

H : Kerja keras itu sudah terlihat dari apa yang

mereka lakukan saat latihan. Saya yakin

nggak semua anak akan kuat dengan pola

yang ada di Diklat Paskibraka ini. Dari

bangun pagi, kudapan, latihan, latihan lagi,

ibadah, kegiatan sampai malam. Lalu ada

evaluasi sikap dan latihan, baru mereka tidur.

Ditambah kami ada materi tambahan. Habis

isya, ganti pakaian lapangan latihan lagi di

Ambarbinangun. Lalu, pagi-pagi itu yang lain

tidur, biasanya pelatih akan membawa

beberapa anak seperti pengibar dan lain-lain

langsung dibawa ke lapangan, harus latihan

tambahan.

Penanaman sikap bekerja keras

dilakukan melalui pelatihan PBB.

Perwujudannya, siswa akan tetap

mengikuti latihan dari pagi sampai

malam hari walapun sakit.

5 Bagaimana penanaman dan

perwujudan sikap persatuan dan

kesatuan pada siswa?

P : Rasa persatuan dan kesatuan ya dari PBB itu,

jiwa korsa yang kuat, tujuan dari PBB kan

itu. Membentuk itu diantaranya, untuk fisik

ya. Kalau dari mental ya dari pembekalan

Penanaman rasa persatuan dan kesatuan

dilakukan melalui pelatihan PBB, sistem

pendekaatan Desa Bahagia dan

pembinaan dari pelatih. Perwujudannya,

Page 205: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

190

mentalnya. Bimbingan dan pengasuhan dari

kakak-kakaknya, Bimsuh namanya. Itu kan

akan terbentuk sikap dan perilakunya, dari

kakak-kakak PPI juga akan memberikan

contoh kepada adek-adeknya.

T : Memang kita tanamkan jiwa korsa, saling

tolong-menolong, saling membantu di antara

mereka ketika ada teman mereka ada yang

sakit mereka memberikan semangat dan

bantuan untuk bisa terus berlatih. Dari kita

pelatih juga kita tanamkan jiwa korsa,

persatuan kesatuan untuk mereka.

H : Yang pertama itu karantina, di karantina ini

dengan mereka ditutup aksesnya dengan

dunia luar itu tujuannya juga agar mereka

bisa bersatu karena berasal dari daerah yang

berbeda-beda. Karena di salah satu syarat

Paskibraka itu harus dilakukan karantina. Di

karantina itu ada beberapa cara, mereka harus

meninggalkan hal-hal yang sifatnya pribadi.

Pakaian dan semuanya dibuat sama, sendal

pun dibuat sama semua agar nggak melihat

asalnya.

.... Tidur bersama-sama dalam satu kamar itu

akan lebih meningkatkan persatuan diantara

mereka. Bahkan ijin mau ke kamar mandi

ketika di asrama mereka melakukan

kegiatan bersama-sama, dalam PBB juga

gerakan harus kompak.

Page 206: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

191

pun kita biasakan harus berdua, tidak boleh

sendiri .. mau makan atau mau apapun

jalannya berdua

.... Terus kadang dilatih kepekaan, kalau ada

temennya yang bermasalah mereka harus bisa

membantu. Bahkan di Desa Bahagia itu ada

namanya sistem perangkat desa. Ada lurah ,

ada RT RW itu juga untuk menambah

persatuan

6 Bagaimana penanaman dan

perwujudan sikap cinta tanah

air dan bangga menjadi bangsa

Indonesia pada siswa?

P : ... Memang materi pokoknya PBB untuk

memupuk jiwa korsa, semangat kebangsaan

dan rasa cinta tanah air, disamping untuk

kekuatan yang terbentuk nyata ya melalui

PBB.

T : Kurang lebih dua minggu mereka

mengorbankan tenaga dan pikiran dia

curahkan untuk latihan hanya satu tujuannya

untuk mengibarkan sang Merah Putih pada

tanggal 17 Agustus itu saja.

.H : Cinta tanah air, yang pertama kami selalu

menyampaikan apasih Paskibraka itu,

sebenarnya saat mereka menyadari mereka

sadar tanggungjawab sebagai Paskibraka itu

berarti mereka sudah memiliki rasa cinta

tanah air karena mereka harus meninggalkan

Penanaman cinta tanah air pada siswa

dilakukan dengan PBB. Perwujudannya

mereka mengorbankan tenaga dan

pikiran dia curahkan untuk latihan

hanya satu tujuannya untuk mengibarkan

sang Merah Putih pada tanggal 17

Agustus itu saja.

Page 207: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

192

sekolah, orang tua, latihan terus, kalau orang

pada umumnya mungkin hanya mengibarkan

bendera saja. Tapi kalau untuk Paskibraka itu

kita ibaratnya seperti akan melakukan perang,

tajam di kedua sisina. Satu sisi untuk jangka

pendek yaitu mengibarkan bendera, jangka

panjangnya setelah itu mereka punya

tanggungjawab yang besar sebagai generasi

penerus yang akan meneruskan perjuangan

pahlawan. Lalu ada materi tentang makna dan

lambang negara, simbol beserta filosofinya,

sehingga diharapkan kecintaan mereka

terhadap tanah air akan semakin besar.

7 Bagaimana penanaman dan

perwujudan sikap disiplin

pada siswa?

P : Sikap berani juga dapat diwujudkan melalui

PBB, disiplin, berani dan bertanggungjawab.

Dari PBB sikap berani, bekerjakeras sudah

terbentuk, tentunya berani yang

bertanggungjawab.

T : Kalau untuk disiplin itu sebenarnya tumbuh

dari dalam diri ya.. Namun di dalam

pelatihan Paskibraka ada koridor yang

membatasi mereka harus seperti ini. Aturan

dari mulai bangun tidur hingga tidur lagi kita

berikan aturan. Mereka harus mematuhi. Dan

mereka patuh. Mereka tertib. Itu memang

tumbuh dari dalam diri mereka. Memang pada

dasarnya sudah ada disiplin, ditambah ada

Penanaman sikap disiplin dilakukan

dengan latihan PBB, didukung dengan

sistem pendekatan Desa Bahagia dimana

segala sesuatuna sudah dibua dalam

suatu aturan dan siswa harus patuh

terhadap aturan yang sudah ada.

Perwujudannya adalah siswa mematuhi

jadwal latihan mulai dari pagi hingga

malam hari dengan baik.

Page 208: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

193

aturan yang kita terapkan sehingga mereka

semakin taat.

H : Kalau disiplinnya, dari penataan jadwalnya

mereka harus bangun pagi, setelah bangun

pagi mereka harus latihan, rutinitas yang

dilakukan itu sudah dibiasakan dibangun.

Setiap harinya pun sudah ada jadwal pakaian

apa ang harus dibawa, kapan mereka harus

mandi, dibiasakan terus. Apel pagi, apel

malam, ini juga dibiasakan unuk melatih

disiplin mereka. Lalu, di karantina

kakak-kakak pembina akan sering

mengunjungi tempat mereka tidur, kadang

kan ada ang tidak terbiasa mandiri, kalau ada

yang salah ya ditegur. Disiplin kalau di

paskibraka jelas harus disiplin terutama di

lapangan mereka harus disiplin, karena kalau

nggak disiplin, akan susah lho untuk menjadi

sukses. Karena disiplin itu benar-benar harus

dianamkan lebih dulu, untuk itu mereka

dikarantina.

8 Apa saja materi yang diberikan

selama kegiatan terkait dengan

penanaman nasionalisme pada

Paskibraka ?

P : ... karena materi Paskibraka kan tidak hanya

PBB saja, materi tentang kewarganegaraan

itu nanti juga diberikan oleh TNI, dari Korem

itu juga akan memberikan materi, dari

kepolisian juga ada, kemudian materi

Materi yang diberikan antara lain :

wawasan kebangsaan, penanaman budi

pekerti, keistimewaan DIY, makna dan

lambang negara, simbol beserta

filosofinya.

Page 209: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

194

keistimewaan DIY dari pemerintah provinsi

DIY atau instansi terkait itu juga akan

diberikan ke adek-adek, tujuannya ya untuk

memberikan pembekalam secara mental.

T : Ada pelatihan PBB yang membentuk

keseragaman kekompakan mereka,

membentuk perwatakan mereka, satu orang

bergerak yang berbeda akan merusak

keseragaman mereka. Dari situ akan tertanam

nasionalisme. Di samping itu ada materi teori

seperti wawasan kebangsaan, penanaman

budi pekerti dari pihak terkait yang

memberikan sesi-sesi materi sehingga saling

keterkaitan untuk membentuk perwatakan

dan jiwa nasionalisme mereka.

H : ... lalu ada materi tentang makna dan

lambang negara, simbol beserta filosofinya,

sehingga diharapkan kecintaan mereka

terhadap tanah air akan semakin besar.

9 Apa saja faktor pendukung

penanaman nasionalisme pada

Paskibraka?

P : Kalau dari segi materi personil, jadi kalau di

tingkat provinsi ini kan siswa pilihan terbaik

yang sudah diseleksi di tingkat kabupaten.

T : Pertama, sebelum masuk Paskibraka mereka

sudah diajari PBB. PBB ini merupakan

bentuk kegiatan fisik yang dilakukan untuk

Faktor yang mendukung :

Ada pembinaan lanjutan setelah

selesai menjadi Paskibraka.

Personil ang sudah merupakan siswa

siswi pilihan dan sudah memiliki

kemampuan PBB ang baik

Page 210: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

195

memupuk rasa kesatuan, kebersamaan,

mematuhi perintah, keseragaman, ke

kompakan, tolong-menolong, sehingga dari

sini mereka sudah bisa menanamkan

nasionalisme. Sehingga paling tidak

penanaman disiplin, persatuan mereka,

kekompakan, jiwa korsa dari dalam diri

mereka sudah tertanam. Ada peningkatan

yang banyak

H : Kalau di Paskibraka, kuncinya adalah ada

pembinaan lanjutan. Jadi, kadang

pembinaan lanjutan itu lemah, di DIY ada

pembinaan lanjutan ada organisasi (PPI)

yang dapat membina mereka setelah selesai

melaksanakan tugas sebagai Paskibraka.

Setelah jadi Paskibraka, mereka akan selalu

dibutuhkan untuk pengibaran bendera pada

peringatan hari besar seperti Hardiknas, dan

lain-lain. Kesuksesan Paskibraka itu dilihat

dari dua tahun pertama setelahnya. Adanya

pembinaan lanjutan diharapkan dapat

meminimalisir kemungkinan hasil

pembinaan itu lepas dari diri mereka.

Kedua, dari segi personil di DIY ini tiap

tahunnya ada ratusan Paskibraka,

bayangkan kalau beberapa tahun .. berapa

generasi yang bisa dihasilkan.

Pembinaannya bagus, berhasil, sehingga

Page 211: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

196

nanti tidak akan terjadi kekurangan

pemimpin.

10 Apa saja faktor penghambat

atau kendala yang dihadapi

untuk penanaman nasionalisme

pada Paskibraka?

P : Masalah yang pertama itu masalah

psikologis siswa, untuk yang tidak terbiasa

dididik dengan cara yang disiplin dan

mengikat pasti akan sulit beradaptasi, tapi

itu hanya beberapa saat saja, setelah

menjalani latihan akan dapat menyesuaikan

dengan temannya. Yang kedua, sakit dari

penyait yang tidak terdeteksi, contohnya

mungkin bagi wanita mungkin kalau lagi

datang bulan tiba-tiba jadi mulas, faktor

kelelahan, daya tahan tubuh orang kan tidak

sama, sehingga apabila digenjot latihannya

kadang suka kram. Selanjutnya adalah

magh, makanya kami dari provinsi mencari

dokter yang benar-benar profesional.

Karena kalau magh itu kan keteken sedikit

kan langsung kambuh. Jadi banyak sekali

yang tidak terdeteksi. Karena kalau magh

itu harus tidak ikut latihan, nanti kambuh.

Kalau dari teknisnya ... saya rasa tidak ada.

T : Kalau dari pelatih ini ada beberapa kendala,

mungkin pelatihan ini ada beberapa

kesatuan. Mungkin ada yang belum pernah

ikut. Memang dasar gerakan adalah sama

Faktor yang menghambat :

Mental dan fisik siswa belum

terkondisikan baik.

Komunikasi yang kurang baik atau

perbedaan persepsi dari tim pelatih.

Page 212: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

197

tetapi di Paskibraka ini ada aturan yang

keluar dari PBB yang ada di angkatan, dan

formasi mereka pun akan sedikit berbeda.

Pelatih yang baru kadang kesulitan,

sehingga dengan kerjasama dari kami itu

idak lagi menjadi masalah. Dari siswa, ego

mereka .. kemudian ada terjadi mungkin

belum pernah mengenal PBB di Paskibraka

seperti apa, kemudian fakor sakit tapi tidak

terdeteksi, itu kendala dari siswa. Kedua,

mereka mungkin belum paham gerakannya

sehingga butuh waktu yang lama. Dari segi

teknis saya rasa tidak ada.

H : Kalau untuk siswa sendiri, sebenarnya itu

tadi karena siswanya dari latar belakang

yang berbeda, itu kadang yang sulit untuk

disatukan. Misalnya cara baris, karena

setiap sekolah PBB nya berbeda-beda. Jadi

saya sebagai pelatih, hal yang pertama

ditekankan adalah lupakan cara baris kalian

di sekolah. Karena di sini kita akan latihan

semuanya dari dasar, agar mereka semua

sama satu kesatuan. Kedua, dari karakter

yang berbeda itu tadi. Selanjutnya,

dukungan dan komunikasi dari timnya.

Komunikasi yang kurang bagus itu juga

menghambat, disitu kan melibatkan

Page 213: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

198

berbagai instansi ada TNI,Polri, PPI, ada

kedinasan dan instansi lain komunikasi

kadang nggak sinkron. Misalnya yang di

lapangan mengusulkan kegiatan tambahan

sesi materi, ternyata jadwalnya tidak

disetujui, itu juga jadi kendala. Selain iu,

SDM .. anak SMA sekarang cukup sulit

mencari yang diinginkan yang ideal, postur

tinggi badan, tidak berkacamata, tidak

gampang sakit, akademiknya bagus, itu

sekarang cukup sulit mencarinya. Itu saja

sih, kalau dari teknisnya sudah lancar.

Page 214: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

199

Penyajian Data, Reduksi dan Penarikan Kesimpulan

Hasil Wawancara Siswa

Tentang Penanaman Nasionalisme pada Paskibraka DIY

No Pertanyaan Jawaban yang Sudah Direduksi Kesimpulan

1 Apa motivasi siswa mengikuti

Paskibraka?

G : Satu, saya ingin mengabdikan diri saya untuk

mengibarkan merah putih di Istana

Kepresidenan, kesempatan yang nggak bisa

didapat oleh semua orang. Kedua, saya

ingin membanggakan orang tua saya kak.

Ketiga, dengan ikut Paskib saya latihan buat

jadi pemimpin.

A : Selagi masih muda nih mbak, hanya satu

motivasi saya. Buat mengabdi ke NKRI

selagi saya mampu.

Y : Saya dari dulu pengen banget kak. Tiap

tujuh belas an liat di tv itu. Yang di istana

negara. Terus jadinya pengen banget bisa

ngibarin bendera di Istana Negara gitu. Ya

alhamdulillah, dapetnya di provinsi.

Dilihat dari motivasi siswa mengikuti

Paskibraka, terlihat bahwa mereka

memiliki niat dan tujuan mengabdi pada

negara, berarti ada sikap cinta tanah air

di dalamnya.

2 Bagaimana perwujudan sikap

rela berkorban pada Paskibraka?

G: Wah banyak kak, pertama saya meninggalkan

sekolah, rela ketinggalan pelajaran dari

temen-temen. Kedua, saya meninggalkan

orangtua di rumah buat karantina, nggak

boleh pegang alat komunikasi. Ketiga, dari

Perwujudan rela berkorban mereka untuk

negara adalah adalah mereka

mengorbankan waktu, tenaga, dan

pikiran hanya untuk fokus latihan.

Page 215: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

200

pagi sampai sore latihan terus supaya bisa

menjalankan tugas mengibarkan Merah Putih

di Istana Kepresidenan.

A : Kalau rela berkorban itu dulu dibelain nggak

ikut ujian sekolah buat ikut seleksi. Kalau

pas di karantina banyak sih, misalnya rela-

relain perut penuh buat ngebantu temen

yang makan nggak abis

Y : Kemarin sih waktu ikut Pakib itu saya lagi

seleksi Porda juga, ya dilepas Porda nya.

Soalnya nggak mungkin dua-duanya ikut.

Nggak bisa, nanti jadi nggak maksimal.

Jadinya saya lebih beratin Paskibnya.

Selama paskib sih H- agustus itu udah

nggak sekolah buat karantina. Jadinya

pinter-pinter mbagi waktu sesudahnya

karna banyak ketinggalan pelajaran. Sama

yang jelas agak berat itu waktu mau

karantina nggak ketemu orangtua kak.

Latihan di Paskib juga lumayan berat.

3 Bagaimana kerja keras yang

dilakukan selama Paskibraka?

G : Banyak kak. Latihan terus setiap hari dari

pagi jam 5 udah bangun, nanti malemnya

masih di kasih materi di kelas. Kalau belum

sakit belum istirahat, harus terus latihan.

Perwujudan kerja keras mereka siswa

sudah dilakukan dari seleksi hingga

latihan untuk persiapan pelaksanaan

tugas saat Hari Ulang Tahun republik

Indonesia.

Page 216: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

201

A : Jaga stamina fisik dan suara mbak, kan setiap

hari latihan dari pagi sampai sore. Saya

posisinya sebagai komandan kelompok, jadi

juga harus njaga suara.

Y : Kerja keras buat masuk Paskib itu udah dari

awal seleksi sama waktu latihan buat hari H

nya. Itu udah butuh perjuangan yang lebih.

Kerja keras banget kak, soalnya banyak

banget yang minat, dan beruntung banget

bisa masuk. Kesempatan berharga yang

jarang yang punya.

4 Bagaimana perwujudan sikap

disiplin pada Paskibraka?

G : Iya kak, di sana kita dilatih disiplin banget.

Pertama, kita makan, minum, ibadah,

latihan, semua udah dijadwalkan. Kita harus

patuh sama aturan dan jadwal yang udah

dibuat, nggak boleh dilanggar. Kedua,

selama latihan PBB juga kita dilatih

disiplin, jadwalnya latihan ya harus latihan.

A : Iya mbak. Pasti. Tidur kami diatur. Bertutur

kata kami diatur. Semua serba disiplin

mbak. Harus patuh juga. Yang paling bikin

disiplin itu dalam hal ibadah mbak. PBB

nya juga lebih disiplin dari SMA biasanya.

Y : Ya kalau di Paskibraka itu dari awal seleksi

semua udah mulai diajarin disiplin, semua

ada aturannya. Terus sama tata kramanya

Sikap bekerja keras perwujudannya

dapat dilihat saat latihan, juga saat

berada di karantina, dibuktikan dengan

mereka patuh terhadap semua aturan

yang sudah dibuat.

Page 217: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

202

udah diterapin. Bener-bener buka pemikiran

kita jadi yang lebih dewasa sama mandiri.

Juga ngertiin sekitar. Nggak egois.

5 Bagaimana wujudsikap jujur

pada Paskibraka?

G : Nggak sih kak, kita diajarin buat jujur

apapun keadaannya. Jujur kalau ada

masalah dengan teman, jujur kalau ada yang

bikin masalah, kalau ada barang yang

ketinggalan juga kita jujur nggak ada yang

ngaku –ngaku punya siapa.

A : Ya gitu kak. Jujur, kalau salah kita ngaku

salah. Kalau ada masalah juga biasanya

jujur ke pelatih.

Y: Dari kedisiplinan berpakaian, ada yang

kurang enggak yang harus dipakai. Terus

kan kita buat diary harian juga, itu rajin

ngumpulin enggk. Masih banyak lagi kak.

Kaya misal kan kita sekamar berbanyak,

nah disitu kadang baju atau pakaian lainnya

kadang bisa ketuker-tuker. Biasanya sih

pasti balik ke yang punya. Nggak terus pada

ngaku-ngaku gitu.

Sikap jujur perwujudannya dapat dilihat

saat latihan maupun karantina. Saat ada

masalah pun mereka berkata apa adanya

kepada para pelatih.

6 Bagaimana wujudpersatuan dan

kesatuan pada saat Paskibraka?

G : Ya kita saling menghargai aja kak, sama

temen sesama Paskib, sama pelatih,

maupun kakak-kakak PPI.

A : Kalau itu kuncinya satu mbak. Percaya sama

Perwujudan persatuan dan kesatuan pada

siswa Paskibraka adalah saling

menghargai sesama teman, maupun

pelatih.

Page 218: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

203

temen kita. Menghargai semuanya, pelatih,

pembina juga.

Y : Kita dijadiin satu kamar gitu kak. Harus

cepet bisa beradaptasi. Terus kalau makan

duduknya nggak terus satu kabupaten

doang.Pokoknya kita disana bisa kaya

saudara. Walaupun baru knal. Mandi

bareng, nyuci bareng, nanti kadang

setrikaan bareng. Apa-apa barengankalau

disana. Saling terbuka juga. Karena sering

bareng jadi persatuan kesatuannyamakin

erat. Walaupun tiap-tiap orang pribadinya

beda-beda. Tapi selalu diingetin harus

ngurangin sikap egois diri sendiri, soalnya

kita berbanyak, nggak bakal bisa lancar

kalau masih saling egois. Dalam baris pun

kaya gitu.

7 Apa saja materi yang diajarkan

selama Diklat untuk

menanamkan cinta tanah air

pada Paskibraka? Wujud cinta

tanah air kalian seperti apa?

G: Banyak kak, kan kita selama karantina

dikasih banyak pengetahuan tentang negara,

lambang dan simbolnya, sejarah-sejarahnya,

tentang keistimewaan DIY, juga. Jadi kita

lebih tau bagaimana memperlakukan

lambang negara misalnya bendera merah

putih, lebih tau juga tentang budaya-budaya

di Indonesia.

A: Di sana, kami diberi pelajaran yang jauh lebih

Materi yang diajarkan meliputi

pengetahuan tentang negara, lambang

dan simbolnya, sejarah-sejarahnya,

tentang keistimewaan DIY, juga. Jadi

kita lebih tau bagaimana memperlakukan

lambang negara misalnya bendera merah

putih, lebih tau juga tentang budaya-

budaya di Indonesia

Page 219: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

204

berarti daripada sekolah mbak. Lebih

dikenalin budaya dan lambang negara juga.

Jadi cinta tanah air dam nasionalismenya

nambah.

Y : Selama di pelatihan itu banyak banget nilai-

nilai yang dikasih. Lebih cinta tanah air,

soalnya kita dikash materi-materi nggak

Cuma baris-berbaris tapi tentang lainnya

juga. Kaya sejarah, sama bendera. Kita

kalau malem ada sesi materi gitu, nah disitu

ada narasumbernya. Bangga banget kak,

apalagi pas tujuh belas an itu, bener-bener

kerasa . Bangga bisa jadi bangsa Indonesia,

bisa mgelakuin sesuatu hal buat bangsa

lewat Paskibraka.

8 Apa perubahan yang kalian

rasakan sebelum dan sesudah

ikut Paskibraka?

G : Banyak banget kak. Lebih bisa menghargai

jasa pahlawan, lebih menghargai lambang

negara,bendera, nggak Cuma pas upacara

aja. Oh jelas bangga kak. Apalagi setelah

dapet banyak pengetahuan tentang

Indonesia.

A: Perubahannya ya jadi lebih tau tentang

perlakuan terhadap bendera, lambang

negara, bahasa, dan lagu kebangsaan, yang

diatur dalam UU No 24 tahun 2009 mbak.

Page 220: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

205

Y : Iyaa bener banget kak. Pengalaman berharga

banget. Jadi kangen. Kalau yang berubah ya

pokoknya kalau berhubungan sama bendera,

kayak pas upacara gitu rasanya beda banget.

Keinget jaman dulu, jaman ngibarin. Susah

payahnya, latihannya. Jadi lebih antusias

gitu sama yang berbau nasionl-nasional

gitu.

9 Apa kendala yang dihadapi

untuk penanaman nasionalisme

pada Paskibraka?

G : Nggak ada sih kak, paling cuma kekompakan

aja. Tapi itu juga langsung bisa diatasin.

A : Nggak ada sih mbak

Y: Kalau masalah nggak ada sih kak.

Alhamdulillah lancar-lancar aja.

Selama kegiatan dirasa tidak ada

yang bermasalah dari sudut pandang

siswa.

Page 221: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

206

LAMPIRAN

DOKUMENTASI KEGIATAN

Seleksi Paskibraka Tingkat Provinsi Tahun 2015

Pendidikan dan Latihan Paskibraka

(apel pagi)

Latihan Fisik (Pelatihan Baris-berbaris) di Alun-

alun Selatan, Yogyakarta

Pemberian materi pada saat latihan fisik di

Alun-alun Selatan, Yogyakarta.

Prosesi Penciuman bendera Merah Putih pada saat

Upacara Pengukuhan

Ucapan Selamat dari Gubernur DIY kepada

Paskibraka

Page 222: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

207

Koordinasi Pelatih dan seluruh komponen

sebelum pelaksanaan Pengibaran bendera

Merah Putih di Istana Kepresidenan

Prosesi pelipatan bendera Merah Putih oleh

Paskibraka di Istana Kepresidenan

Yogyakarta

Paskibraka saat akan menerima Duplikat

Bendera Merah Putih dari Pembina Upacara

Paskibraka saat melaksanakan pengibaran

bendera di Istana Kepresidenan

Yogyakarta

Desa Bahagia Paskibraka,

Pondok Pemuda Ambarbinangun

Ramah Tamah Paskibraka se DIY di Bangsal

Kepatihan

Page 223: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

208

Lampiran 12

TRIANGULASI DATA

1. Pelaksanaan Kegiatan pembentukkan Paskibraka dan cara penanaman

nasionalisme :

- Sumber : panitia dan pelatih

- Teknik : wawancara, observasi, dokumentasi

- Waktu : selama kegiatan dan sesudah kegiatan selesai

Kesimpulan : Pelaksanaan cukup lancar dan sesuai aturan. Penanaman

nasionalisme dilakukan dengan pembiasaan pada latihan fisik/pembinaan

mental, dan keteladanan.

2. Perwujudan nilai dan sikap nasionalisme pada anggota Paskibraka:

a. Rela berkorban :

- Sumber : siswa, panitia, dan pelatih

- Teknik : wawancara, observasi, dokumentasi

- Waktu : selama kegiatan dan sesudah kegiatan selesai

Kesimpulan : anggota Paskibraka memiliki sikap rela berkorban

diwujudkan dengan mengorbankan waktu, tenaga, dan pikirannya agar

fokus selama latihan.

b. Cinta tanah air:

- Sumber : siswa, panitia, dan pelatih

- Teknik : wawancara, observasi, dokumentasi

- Waktu : selama kegiatan dan sesudah kegiatan selesai

Kesimpulan : di dalam jiwa anggota Paskibraka terdapat nilai cinta

tanah air yang dibuktikan dengan sikap mereka dalam

memperlakukan lambang negara, lagu kebangsaan, dan cinta terhadap

budaya daerah.

c. Persatuan dan kesatuan

- Sumber : siswa, panitia, dan pelatih

- Teknik : wawancara, observasi, dokumentasi

Page 224: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

209

- Waktu : selama kegiatan dan sesudah kegiatan selesai

Kesimpulan : di dalam jiwa anggota Paskibraka terdapat nilai

persatuan dan kesatuan yang dibuktikan dengan sikap mereka ketika

melakukan aktivitas latihan dan kegiatan sehari-hari selama masa

karantina secara bersama-sama, saling menghargai serta menjaga

kekompakan.

d. Disiplin

- Sumber : siswa, panitia, dan pelatih

- Teknik : wawancara, observasi, dokumentasi

- Waktu : selama kegiatan dan sesudah kegiatan selesai

Kesimpulan : di dalam jiwa anggota Paskibraka terdapat nilai disiplin

yang dibuktikan dengan sikap mereka dalam mengikuti jadwal

kegiatan yang telah diatur dengan tertib, patuh, dan bersungguh-

sungguh..

e. Berani

- Sumber : siswa, panitia, dan pelatih

- Teknik : wawancara, observasi, dokumentasi

- Waktu : selama kegiatan dan sesudah kegiatan selesai

Kesimpulan : di dalam jiwa anggota Paskibraka terdapat nilai berani

yang dibuktikan dengan sikap mereka ketika latihan maupun di

asrama dengan berani mengungkapkan pendapat dan berani mengakui

kesalahan.

f. Jujur

- Sumber : siswa, panitia, dan pelatih

- Teknik : wawancara, observasi, dokumentasi

- Waktu : selama kegiatan dan sesudah kegiatan selesai

Kesimpulan : di dalam jiwa anggota Paskibraka terdapat nilai

kejujuran yang dibuktikan dengan sikap mereka yang mau jujur

kepada pelatih apabila ada masalah, serta jujur apabila menemukan

barang milik temannya.

Page 225: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

210

g. Bekerja keras

- Sumber : siswa, panitia, dan pelatih

- Teknik : wawancara, observasi, dokumentasi

- Waktu : selama kegiatan dan sesudah kegiatan selesai

Kesimpulan : di dalam jiwa anggota Paskibraka terdapat nilai bekerja

keras yang dibuktikan dengan sikap mereka ketika latihan dari pagi

hingga sore hari terus mengikuti latihan dengan sungguh-sungguh

meskipun cuaca panas dan tenaga terkuras.

3. Hasil penanaman nasionalisme pada Paskibraka :

- Sumber : siswa, panitia, dan pelatih

- Teknik : wawancara dan observasi

- Waktu : selama kegiatan dan sesudah kegiatan selesai

Kesimpulan : Penanaman nasionalisme pada Paskibraka dengan

pembiasaan dan keteladanan yang diberikan mampu tertanam dengan

baik sehingga nilai dan sikap nasionalisme dapat tertanam dalam diri

setiap anggotanya. Nilai tersebut tetap tertanam dengan baik meskipun

sudah usai melaksanakan tugas sebagai Paskibraka.

4. Faktor Pendukung dan penghambat :

- Sumber : panitia, dan pelatih

- Teknik : wawancara dan observasi

- Waktu : selama kegiatan dan sesudah kegiatan selesai

Kesimpulan :

Faktor pendukung penanaman nasionalisme meliputi adanya

dukungan dari pihak instansi terkait, materi personil yang sudah

memiliki kemampuan PBB dengan baik, dan adanya pembinaan

lanjutan. Sedangkan faktor penghambatnya ada pada mental/fisik

siswa yang belum stabil, perbedaan persepsi antar tim pelatih atau

panitia, dan kurangnya sarana-prasarana latihan.

Page 226: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

211

Page 227: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

212

Page 228: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

213

Page 229: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

214

Page 230: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

215

Page 231: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

216

Page 232: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

217

Page 233: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

218

Page 234: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

219

Page 235: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

220

Page 236: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

221

Page 237: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

222

Page 238: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

223

Page 239: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

224

Page 240: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

225

Page 241: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

226

Page 242: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

227

Page 243: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

228

Page 244: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

229

Page 245: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

230

Page 246: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

231

Page 247: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

232

Page 248: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

233

Page 249: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

234

Page 250: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

235

Page 251: PENANAMAN NASIONALISME PADA PASKIBRAKA …eprints.uny.ac.id/44074/1/Skripsi_Wahyu Rohminingsih_12110244011.pdf · v MOTTO Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut

236