draft p1
DESCRIPTION
draft Metil P1TRANSCRIPT
Draft P1
ANALISIS OLAH GERAK KAPAL PERANG PERGATA SELAMA PROSES MENJELAJAH
Nama Mahasiswa : Satrio Agi NugrahaNRP : 4312100116
ABSTRAK
Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki wilayah laut yang luas dituntut untuk memiliki alat utama sistem pertahanan (ALUTSISTA) yang memiliki kecepatan tinggi untuk mengejar musuh dan juga kemampuan menyamar yang baik agar terhindar dari kepungan musuh. Inovasi tersebut terdapat pada Kapal Perang Pergata. Kapal Perang Pergata merupakan kapal perang yang multifungsi. Dengan menggunakan sistem navigasi yang canggih kapal mampu menjelajah dengan baik. Selain itu Kapal Perang Pergata juga mengadopsi sistem kapal anti-radar untuk menghindari musuh. Untuk itu, perlu dianalisa olah gerak kapal selama proses penjelajahan di laut.
Kata Kunci: ALUTSISTA, navigasi, anti-radar
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan industri perkapalan di Indonesia semakin meningkat seiring dengan
perkembangan teknologi yang semakin maju dan juga kebutuhan akan transportasi laut
yang meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan semakin banyaknya perusahaan-perusahaan
yang bergerak di bidang perkapalan yang berdiri, dimana setiap perusahaan memiliki
bidang keahliannya masing-masing.
Inovasi bentuk, fungsi, dan fasilitas dari kapal semakin dikembangkan dari tahun ke
tahun seiring dengan tuntutan dari customer. Berbagai bentuk mulai dari kapal dengan
bentuk kayu hingga ke bentuk plat-plat baja. Dengan berbagai fungsi yang di setiap fungsi
kapal juga selalu ditingkatkan fasilitas yang ada dalam kapal tersebut.
Kapal perang mengalami inovasi yang begitu cepat. Mulai dari bentuk yang
konvensional ke bentuk yang modern dengan tambahan berbagai variasi pada kapal. Hal
tersebut bertujuan untuk membuat kapal tersebut mempunyai kecepatan yang tinggi,
mempunyai daya jelajah yang tinggi, dan dapat memuat armada perang dengan jumlah
besar.
Indonesia sebagai salah satu negara maritim dan juga negara yang memiliki gugusan
pulau yang banyak, masih jauh tertinggal dengan negara-negara lain dalam inovasi
transportasi laut. Keamanan pulau-pulau terluar batas negara perlu dijaga. Dengan hal
tersebut munculah inovasi untuk membuat kapal perang yang mempunyai mobilitas tinggi
yang dapat menjangkau pulau-pulau di Indonesia.
Kapal Perang Pergata mengusung konsep kapal ukuran kecil, lebih kecil daripada
galleon namun memiliki tiga tiang layar. Perkembangan taktik dari pertempuran laut, yaitu
barisan tempur formasi lurus atau line of battle membuat jenis kapal ini dimodifikasi dan
memunculkan varian kapal yang baru. Kapal Perang Pergata juga dilengkapi dengan
fasilitas untuk tempur. Hal tersebut bertujuan untuk menghancurkan musuh dan juga tidak
terdeteksi pada saat menurunkan pasukan ataupun melakukan penyergapan. Dalam tugas
akhir ini akan mengangkat olah gerak kapal dari Kapal Pergata, untuk menganalisa olah
gerak tersebut menggunakan bantuan software MAXSURF untuk mengetahui motion dari
kapal ketika terkena gelombang dari depan (head seas).
1.2 Perumusan Masalah
Dengan diketahuinya data kapal. Maka, permasalahan yang akan diangkat dalam tugas akhir ini antara lain :
1. Bagaimanakah motion kapal pada berbagai variasi gelombang?2. Bagaimanakah motion kapal pada setiap variasi sarat air?
1.3 Tujuan
Tujuan dari tugas akhir ini adalah :1. Mengetahui gerakan alami kapal pada berbagai variasi gelombang.2. Mengetahui perbedaan motion kapal pada setiap sarat air.
1.4 Manfaat
Dari tugas akhir ini diharapkan dapat mengetahui karakteristik gerakan Kapal Perang Pergata pada setiap draft ketika gelombang divariasi. Manfaat yang lain adalah untuk membangun karakter bangsa yang inovatif dan bangga akan produk lokal dan berperan sebagai pemicu diversifikasi produk dan meningkatkan kesiapan teknologi masa depan untuk produk ekspor.
1.5 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam tugas akhir ini adalah :1. Kapal yang akan dianalisa adalah Kapal Perang Pergata2. Pemodelan kapal menggunakan software MAXSURF dan AutoCAD3. Gelombang pada kapal pada kondisi head sea4. Gelombang dianggap gelombang irreguler5. Peralatan kapal tidak dimodelkan6. Hidrostatis dan ballast kapal didapat dari data
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Pada saat ini kebutuhan akan kapal perang dengan kemampuan kecepatan yang tinggi
dan sulit terdeteksi oleh musuh sangat dibutuhkan oleh sistem pertahanan laut di negara
kita yang terdiri dari pulau-pulau. Hal yang perlu diperhatikan adalah pada gerakan kapal
ketika dihadapkan dengan gaya gelombang. Pada saat kapal terhantam gelombang akan
mengakibatkan gerakan-gerakan kapal sperti rolling, pitching, heaving, dan lain-lainnya,
serta gelombang itu sendiri akan menimbulkan tahanan maupun gaya-gaya yang bekerja
pada kapal (Murtedjo, 1990).
Kapal jenis trimaran mempunyai kelebihan dari segi tahanan, stabilitas, olah gerak
kapal, (sea keeping dan manouverring) dan lebih efisien dari segi ekonomisnya
dibandingkan dengan lambung tunggal. Kapal jenis trimaran ini mampu bersandar pada
kedalaman pantai atau pelabuhan yang terbatas khususnya untuk daerah-daerah terpencil,
yang mana sarana dan prasarananya kurang memadai, misalnya dermaga yang mempunyai
kedalaman terbatas. Secara teknis kapal trimaran ini mudah dalam pembuatannya serta
mempunyai tahanan kecil, lebih cepat, mempunyai sarat lebih rendah, mempunyai
stabilitas yang baik, dan mudah dalam penempatan senjatanya apabila dibandingkan
dengan kapal dengan lambung tunggal dengan jumlah displacement yang sama. Dengan
adanya penambahan foil pada bagian depan dan belakang kapal performa kapal menjadi
meningkat. Sarat kapal akan turun sehingga tahanannya semakin kecil dan pemakaian
bahan bakar akan turun dengan jarak tempuh yang sama (Wardhana, 2010).
Kapal Perang Pergata ini dilengkapi dengan meriam serba guna, torpedo, rudal dari
permukaan ke permukaan, dan rudal dari permukaan ke udara. Secara spesifik dibagi
dalam beberapa fungsi, yaitu spesialis antikapal selam, antikapal permukaan, patroli, dan
pertahanan udara. Sistem senjata dan elektronika yang ada di setiap sisi disesuaikan
dengan tugas spesifik tersebut. Studi kasus pada tugas akhir ini mengambil data Kapal
Perang Pergata berdasarkan data Lines Plan yang diperoleh dari penelitian di PT. PAL
Indonesia.
2.2 Dasar Teori
Ada 3 gerakan kapal yaitu heave, roll, dan pitch yang merupakan gerakan asli dari kapal.
Gerakan itu dipengaruhi restoring force (gaya pengembali) atau momen ketika struktur terapung
(dalam hal ini adalah kapal) dipengaruhi dari posisi setimbangnya. Gerakan yang lain, tidak dapat
mengembalikan kapal tersebut pada posisi setimbang, selain itu tidak adanya pengaruh dari
exciting force (gaya luar) atau momen yang menyebabkan aktifitas gangguan dari arah
kebalikannya (Bhattacharya, 1972).
Setiap struktur terapung yang bergerak di atas permukaan laut selalu mengalami gerakan
osilasi. Gerakan osilasi adalah gerakan bolak-balik benda di sekitar suatu titik setimbang dengan
lintasan yang sama secara periodik (berulang dalam rentang waktu yang sama). Gerakan osilasi
kapal terdiri dari 6 gerakan yaitu 3 macam gerakan translasional dan 3 macam gerakan rotasional
dalam 3 arah sumbu gerakan. Macam gerakan itu meliputi:
1. Mode gerak translasional
a. Surging : Gerakan osilasi lateral pada sumbu x
b. Swaying : Gerakan osilasi lateral pada sumbu y
c. Heaving : Gerakan osilasi lateral pada sumbu z
2. Mode gerak rotasional
a. Rolling : Gerakan osilasi rotasional pada sumbu x
b. Pitching : Gerakan osilasi rotasional pada sumbu y
c. Yawing : Gerakan osilasi rotasional pada sumbu z
(http://content.answcdn.com/main/content/img/McGrawHill/Encyclopedia/images/CE619600FG0010.gif)
Penyelesaian permasalahan gerakan kapal dapat dipermudah dengan menggunakan
derajat kebebasan. Dalam kenyataannya, ketika kapal berlayar di perairan bebas akan
mengalami enam drajat kebebasan. Di lain pihak, menganalisa enam gerakan dalam satu
waktu merupakan hal yang sangat rumit. Sehingga sering digunakan coupled (perpaduan)
dari gerakan-gerakan berikut:
1. Heave – Pitch
2. Yaw – Sway
3. Yaw – Sway – Roll
4. Roll – Yaw – Pitch
2.2.1 Teori Gerak Kapal Murni
Gerakan Heaving Murni
Untuk mengetahui gerakan yang diakibatkan oleh beberapa kondisiderajat kebebasan
yaitu seperti sebelumnya dijelaskan heaving, pitching, rolling, swaying, surging, dan
yawing. Berikut adalah ilustrasi mengenai gerakan heaving:
Dengan keterangan gambar sebagai berikut: ∆ : Displacement kapal G : Titik tangkap gaya berat (titik berat) B : Titik tangkap gaya tekan ke atas (titik buoyancy) γV : Gaya tekan ke atas W0L0 : Water line keadaan awal W1L1 : Water line keadaan heave azZ : Tambahan gaya tekan ke atas akibat added mass
δZ : Besar jarak simpangan heave
Pada heaving gaya ke bawah akibat dari berat kapal membuat kapal tercelup ke air
lebih dalam dan kembali ke awal hingga diperoleh kesetimbangan kapal. Ketika gaya
buoyancy lebih besar akibat kapal tercelup, kapal akan bergerak secara vertikal ke atas,
ketika posisi kapal telah setimbang lantas tidak berhenti akan tetapi tetap naik dikarenakan
ada pengaruh momentum. Selanjutnya kejadiannya akan berulang. Maka dapat dituliskan
persamaan umum pada kapal kondisi heaving adalah:
az + bz + cz = F0 . Cos ωe t (2.2.1)
Terdapat empat elemen penting dalam gerakan heave, antara lain:
1. Inertial Force (a. z)
Merupakan percepatan gerakan secara kontinu dari fluida yang terjadi, gaya yang
lebih besar dari massa percepatan waktu kapal (Bhattacharya, 1977).
a .d2 zdt 2 = massa kapal + massa tambah
a .d2 zdt 2 = M .
d2 zdt 2 + az .
d2 zdt2 (2.2.2)
dimana:
M = massa dari kapal
az = massa tambah
2. Damping Force (b. z)
Damping Force selalu bergerak berlawanan arah dari gerakan kapal dan menyebabkan
redaman yang berangsur-angsur pada amplitudo gerakan.
Fb = b .dzdt
= bz (2.2.3)
Dimana b adalah koefisien untuk gaya damping kondisi heaving. Normalnya damping
coefficient ini bergantung pada faktor:
1. Tipe dari gerakan osilasi
2. Frekuensi encountering
3. Bentuk kapal
3. Restoring Force (c.z)
Restoring Force untuk heaving diberikan sebagai tambahan gaya buoyancy kapal
ketika di bawah permukaan air, sehingga restoring force diberikan sebagai jumlah
displacement air atau berat spesifik tambahan pada volume yang tercelup.
cz = ρ . g . Awp . z = ρ . g . L . B . Cwp . z (2.2.4)
dimana:
Awp = water plane area (m2)
z = simpangan gerak heaving
Cwp = coefficient water plane area
ρ = massa jenis air laut
g = percepatan gravitasi (m/s2)
γ = berat jenis air laut = ρ . g (N/m3)
4. Exciting Force (F)
Gaya eksitasi pada heaving adalah pengintegrasian dari penambahan buoyancy karena
gelombang melewati sepanjang kapal sehingga dapat dirumuskan:
F = F0 . Cos ωe t (2.2.5)
dimana:
F0 = amplitudo gaya eksitasi (m)
ωe = frekuensi gelombang encountering (Hz)
Gerakan Pitching Murni
Pada penyelesaian tugas akhir ini, kondisi selain heaving yang perlu diperhitungkan
adalah pitching. Dimana akibat dari enam derajat kebebasan dari gerak kapal. Berbeda
halnya dengan heaving yang bergerak secara translasional, namun kondisi pitching
bergerak secara rotasional sehingga pendekatan perhitungan yang dapat diterapkan adalah
hukum Euler.
Seperti yang dipaparkan sebelumnya, konstruksi bangunan apung bisa mengalami
simple harmonic motion yang berupa gerakan dalam arah sumbu transversal (x) maupun
gerakan dalam arah sumbu longitudinal (y), apabila benda apung tersebut mengalami
perpindahan posisi keseimbangannya dan kemudian dilepaskan atau pada benda apung
tersebut dikenakan suatu kecepatan awal sehingga bergerak menjauh dari posisi
keseimbangannya. Dalam berbagai analisa perhitungan, gerakan benda apung mengalami
gerakan angular seperti benda apung yang mengalami gerakan rolling atau pitching, maka
perhitungan dan analisa terhadap besarnya gaya momen memegang peranan yang lebih
penting dibhandingkan dengan perhitungan besarnya gaya itu sendiri.
Seperti halnya pada gerakan heaving, kapal mengalami gerakan harmonis sederhana
terhadap koordinat axis secara transversal maupun longitudinal. Gerakan tersebut akan
mempengaruhi initial velocity dari kesetimbangan posisi (lihat gambar 2.5), sehingga perlu
untuk memperhitungkan momen dari gaya. Rumus umum dari persamaan gerakan akibat
pitching adalah:
dθ + eθ + hθ = M0 . Cos ωe t (2.2.6)
dimana:
M0 = amplitudo momen eksitasi (m)
ωe = frekuensi gelombang encountering (Hz)
dθ = inertial moment
eθ = damping moment
hθ = restoring moment
M0 . Cos ωe t = exciting moment
Karena merupakan gerak rotasional, pada gerakan akibat pitching terdapat empat jenis
momen yang bekerja, yaitu:
1. Inertial Moment (d.θ)
Notasi d merupakan momen inertia virtual mass dan d2θd t2 merupakan percepatan
angular dari pitching. Moment inertia virtual mass kondisi pitching adalah moment inertia
kapal ditambah moment inertia massa tambah dari pitching:
d = Iyy + δIyy
d = ∆g
. k yy2 .+δ I yy (2.2.7)
dimana:
δIyy = momen inersia massa tambah untuk gerakan pitching
k2yy = kuadrat dari jari-jari girasi pada kondisi pitching
Iyy = momen inersia massa kapal
Menurut Bhattacharya diasumsikan bahwa distribusi massa secara longitudinal adalah
sama dengan distribusi displacement secara longitudinal. Sehingga distribusi vertikal tidak
begitu berpengaruh, dan bahwa CG dari kapal diasumsikan di midship section. Secara
pendekatan jari-jari girasi kondisi pitching adalah:
k2yy = 0,24 L to 0,26 L (2.2.8)
2. Damping Moment (e.θ)
Koefisien damping untuk pitching dapat dihitung dengan pendekatan strip theory yang
ditentukan oleh tiap station dan di integrasikan sebanyak station / sepanjang kapal.
3. Restoring Moment (h.θ)
Momen pengembali untuk pitching dapat dihitung dengan perhitungan sederhana,
perhitungannya adalah sebagai berikut:
hθ = ρ . g . θ ∫−L/2
L/2
x2 . y ( x )dx (2.2.9)
hθ = ρ . g . θ Iy
dimana:
h = koefisien restoring moment
Iy = moment inertia dari beban water plan area
ρ = massa jenis air laut
g = percepatan gravitasi
γ = berat jenis air laut
∇ = volume displacement (m3)
∆ = displacement = ρ . g . ∇ (ton)
M BL = jari – jari metacenter memanjang = I y
∇
M GL = tinggi metacenter memanjang
sehingga,
hθ = ρ . g . M BL .∇ . θ=ρ . g . M BL .∇ .θ (sudut kecil )
= ∆ . M GL . θ
4. Exciting Moment
Exciting moment untuk pitching dikarenakan tidak seimbangnya momen akibat dari
gelombang transverse axis dari kapal. Pada kasus heaving pitching moment dapat dengan
mudah di naikan, ini berarti distribusi tekanan hydrostatic adalah sebagai berikut:
Mθ = M0 . Cos ωe t (2.2.10)
Gerakan Roll Murni
Kapal mengalami gerakan harmonis sederhana terhadap koordinat axis secara
transversal maupun longitudinal. Gerakan tersebut akan berpengaruh pada initial velocity
dari kesetimbangan posisi (lihat gambar 3.6). Sehingga perlu untuk memperhitungkan
momen dari gaya. Rumus umum dari persamaan gerakan akibat rollings adalah:
aθ + bθ + cθ = M0 . Cos ωe t (2.2.11)
dimana:
M0 = amplitude momen eksitasi (m)
ωe = frekuensi gelombang encountering (Hz)
aθ = inertial moment
bθ = damping moment
cθ = restoring moment
M0 . Cos ωe t = exciting moment
Karena merupakan gerak rotasional, pada gerakan akibat rolling terdapat empat jenis
momen yang bekerja, yaitu:
1. Inertial Moment (a.θ)
Notasi a merupakan momen inertia virtual mass dan d2θd t2 merupakan percepatan
angular dari rolling. Moment inertia virtual mass kondisi rolling adalah moment inertia
kapal ditambah moment inertia massa tambah dari rolling:
a = Ixx + δIxx
a = ∆g
. kxx2 .+δ I xx (2.2.12)
dimana:
δIxx = momen inersia massa tambah untuk gerakan rolling
k2xx = kuadrat dari jari-jari girasi pada kondisi rolling
Ixx = momen inersia massa kapal
Menurut Bhattacharya diasumsikan bahwa distribusi massa secara longitudinal adalah
sama dengan distribusi displacement secara longitudinal. Sehingga distribusi vertikal tidak
begitu berpengaruh, dan bahwa CG dari kapal diasumsikan di midship section. Secara
pendekatan jari-jari girasi kondisi rolling adalah:
k2xx = 0,24 L to 0,26 L (2.2.13)
2. Damping Moment (b.θ)
Koefisien damping untuk rolling dapat dihitung dengan pendekatan strip theory yang
ditentukan oleh tiap station dan di integrasikan sebanyak station / sepanjang kapal.
3. Restoring Moment (c.θ)
Momen pengembali untuk rolling dapat dihitung dengan perhitungan sederhana,
perhitungannya adalah sebagai berikut:
cθ = ρ . g . θ ∫−L/2
L/2
y2 . x ( y ) dy (2.2.14)
cθ = ρ . g . θ Ix
dimana:
c = koefisien restoring moment
Ix = moment inertia dari beban midship area
ρ = massa jenis air laut
g = percepatan gravitasi
γ = berat jenis air laut
∇ = volume displacement (m3)
∆ = displacement = ρ . g . ∇ (ton)
M BT = jari – jari metacenter melintang = I x
∇
M GT = tinggi metacenter melintang
sehingga,
cθ = ρ . g . M BT .∇ .θ=ρ . g . M BT .∇ .θ (sudut kecil )
= ∆ . M GT .θ
4. Exciting Moment
Exciting moment untuk pitching dikarenakan tidak seimbangnya momen akibat dari
gelombang transverse axis dari kapal. Pada kasus heaving pitching moment dapat dengan
mudah di naikan, ini berarti distribusi tekanan hydrostatic adalah sebagai berikut:
Mθ = M0 . Cos ωe t (2.2.15)
2.2.2 Spektrum Gelombang
Model matematik spektrum secara umum didasarkan pada satu atau lebih parameter,
misalnya tinggi gelombang signifikan, periode gelombang, faktor permukaan, dam lain-
lain. Spektrum parameter tunggal yang paling sering digunakan adalah model Pierson-
Moskowitz yang berdasarkan pada tinggi gelombang signifikan atau kecepatan angin.
Selain itu beberapa spektrum parameter ganda yang bisa digunakan adalah Bretschneider,
Scott, dan ITTC. Sedangkan spektrum JONSWAP merupakan spektrum yang
menggunakan lima parameter, namun biasanya tiga diantaranya adalah konstan.
Spektrum JONSWAP didasarkan pada percobaan yang dilakukan di North Sea.
Formula atau persamaan untuk spektrum JONSWAP dapat ditulis dengan modifikasi dari
persamaan spektrum Pierson-Moskowitz, yaitu:
S(ω) = α .g2 . ω−5 . exp[−1,25 .( ωω0
)−4] . γ
exp[−(ω−ω0 )2
2 . τ2 .ω02 ]
(2.2.16)
dimana:
γ = peakedness parameter
τ = shape parameter
τa = untuk ω ≤ ω0
τb = untuk ω ≥ ω0
α = 0,076 ( x0 )−0,22
α = 0,0081 (ketika x tidak diketahui)
ω0 = 2 π .( gU . ω ). ( x0 )−0,33
x0 = g . x
U .ω2
Harga γ = 3,3 biasanya diterapkan untuk analisis gelombang di North Sea. Suatu hal
yang menarik, persamaan JONSWAP ini sekarang banyak dipakai oleh perusahaan-
perusahaan minyak yang beroperasi di Indonesia dalam merancang anjungan dan fasilitas
laut lainnya, tetapi dengan mengambil harga γ yang lebih rendah yaitu berkisar 2,5 atau
2,0 (Djatmiko dan Sujantoko, 2000).
2.2.3 Respon Gerakan Pada Gelombang Irregular
Response Amplitude Operator (RAO) atau yang disebut juga sebagai Transfer
Function adalah fungsi respon struktur akibat beban gelombang yang mengenai struktur
lepas pantai pada frekuensi tertentu. RAO disebut sebagai Transfer Function karena RAO
merupakan alat untuk mentransfer beban luar (gelombang) dalam bentuk respon pada
suatu struktur (Bhattacharya, 1978). Tahap analisa yang perlu dilakukan adalah:
1. Membuat plot spektrum gelombang S(ω) yang sesuai dengan obyek analisa.
2. Membuat plot spektrum respon pada gelombang regular (θ).
3. Membuat plot spektrum kuadrat dari RAO untuk mentransfer spektrum pada
langkah ke-2 menjadi spektrum respon gelombang irregular.
RAO (ω) = θμa
(2.2.17)
dimana:
μa = amplitudo gelombang (m)
4. Membuat plot spektrum respon pada gelombang irregular dengan menggunakan
persamaan:
SR (ω) = [RAO (ω)]2 . S (ω) (2.2.18)
5. Penentuan karakteristik gerakan yang diperlukan dengan menggunakan luas area
(m0) di bawah plot spektrum pada langkah ke-4.
θ1 /3 = 2000 . m00,5 (2.2.19)
θekstrim = [2 ln {602 .T2 π
.√ m2
m0}]
12
.√m0(2.2.20)
2.2.4 Arah Kapal Terhadap Arah Gelombang
Selain faktor gelombang, terdapat juga faktor gelombang papasan, dimana gelombang
tersebut berpapasan terhadap kapal. Dalam ilustrasinya diperlihatkan sebagai berikut:
Tθ = Lw
V w−V . cos μ(2.2.21)
Vw = ωθ .(1− VV w
. cos μ) (2.2.22)
dimana:
Tθ = periode encountering (s)
Vw = keceptana gelombang (m/s)
V = kecepatan kapal (knot)
μ = sudut datang gelombang
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Diagram Alir
Permodelan Kapal dengan MAXSURF
Memasukkan Parameter Gelombang dan Sarat Kapal
Running Software MAXSURF
Analisis dan Pembahasan
Kesimpulan
Pengambilan Data Kapal
Studi Literatur dan Tinjauan Pustraka
Selesai
Mulai
3.2 Langkah Pengerjaan
1. Studi Literatur
Dalam melakukan analisis ini diperlukan dasar teori yang valid. Teori dan rumus
yang digunakan diambil dari beberapa sumber seperti jurnal-jurnal ilmiah, buku, serta
laporan penelitian untuk mendukung pembahasan Tugas Akhir yang diambil.
2. Pengambilan Data Kapal
Data kapal yang didapat adalah panjang kapal, lebar kapal, tinggi kapal, beserta
body plan lengkap dengan setiap station-nya.
3. Permodelan Kapal
Permodelan kapal dibantu dengan software MAXSURF dengan cara memasukkan
setiap koordinat dari station body plan ke software MAXSURF.
4. Memasukkan Parameter
Setelah permodelan dari kapal selesai di MAXSURF, langkah selanjutnya adalah
memasukkan parameter tinggi gelombang dan sarat kapal yang akan di-running.
5. Running MAXSURF
Setelah permodelan dan memasukkan parameter selesai dilakukan, maka
selanjutnya adalah menjalankan MAXSURF untuk mendapatkan Response Amplitude
Operator (RAO).
6. Analisa dan Pembahasan
Perubahan grafik RAO pada setiap variasi tinggi gelombang dan sarat kapal
dibahas pada tahap ini.
7. Kesimpulan
Penarikan kesimpulan akan dilakukan setelah analisa dan pembahasan selesai
dilakukan.