laporan farmakognosi p1

27
PERCOBAAN I PEMBUATAN SIMPLISIA I. PENDAHULUAN A. TUJUAN PERCOBAAN Mahasiswa mampu membuat simplisia dengan kandungan zat yang berkhasiat tidak mengalami kerusakan dan dapat disimpan dalam waktu yang lama. B. DASAR TEORI Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai bahan obat, kecuali dipergunakan sebagai bahan obat, kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia terdiri dari simplsiia nabati, hewani dan mineral. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Yang di maksud eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari selnya atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya. Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh atau zat-zat yang berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni. Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia yang berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun kegunaan simplisia harus memenuhi persyaratan minimal. Ada beberapa faktor yang berpengaruh antara lain

Upload: rohmahey

Post on 18-Jan-2016

229 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN FARMAKOGNOSI P1

PERCOBAAN I

PEMBUATAN SIMPLISIA

I. PENDAHULUAN

A. TUJUAN PERCOBAAN

Mahasiswa mampu membuat simplisia dengan kandungan zat yang

berkhasiat tidak mengalami kerusakan dan dapat disimpan dalam waktu yang

lama.

B. DASAR TEORI

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai bahan obat,

kecuali dipergunakan sebagai bahan obat, kecuali dinyatakan lain berupa bahan

yang telah dikeringkan. Simplisia terdiri dari simplsiia nabati, hewani dan

mineral. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian

tanaman atau eksudat tanaman. Yang di maksud eksudat tanaman adalah isi sel

yang secara spontan keluar dari selnya atau zat-zat nabati lainnya yang dengan

cara tertentu dipisahkan dari tanamannya. Simplisia hewani adalah simplisia yang

berupa hewan utuh atau zat-zat yang berguna yang dihasilkan oleh hewan dan

belum berupa zat kimia murni. Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia

yang berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah dengan cara sederhana

dan belum berupa zat kimia murni.Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif,

keamanan maupun kegunaan simplisia harus memenuhi persyaratan minimal. Ada

beberapa faktor yang berpengaruh antara lain bahan baku simplisia, proses

pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan baku simplisia, cara

pengepakan simplisia. (Anonim,1985)

Dalam hal simplisia sebagai bahan baku (awal) dan produk siap

dikonsumsi langsung, dapat dipertimbangkan tiga konsep untuk menyusun

parameter standar mutu yaitu sebagai berikut :

1. Bahwa simplisia sebagai bahan kefarmasian seharusnya mempunyai tiga

parameter mutu umum suatu bahan (material), yaitu kebenaran jenis (identifikasi),

kemurnian (bebas dari kontaminasi kimia dan biologis), serta aturan penstabilan

(wadah, penyimpanan dan transportasi).

Page 2: LAPORAN FARMAKOGNOSI P1

2. Bahwa simplisia sebagai bahan dan produk konsumsi manusia sebagai obat

tetap diupayakan memiliki tiga paradigma seperti produk kefarmasian lainnya,

yaitu Quality-Safety-Efficacy (mutu-aman-manfaat).

3. Bahwa simplisia sebagai bahan dengan kandungan kimia yang bertanggung

jawab terhadap respons biologis untuk mempunyai spesifikasi kimia, yaitu

informasi komposisi (jenis dan kadar) senyawa kandungan. (Anonim,2000)

Dasar Pembuatan Simplisia :

a. Simplisia dibuat dengan cara pengeringan

Pembuatan simplisia dengan cara ini pengeringannya dilakukan dengan

cepat, tetapi pada suhu yang tidak terlalu tinggi. Pengeringan dengan waktu lama

akan mengakibatkan simplisia yang diperoleh ditumbuhi kapang. Pengeringan

yang dilakukan pada suhu terlalu tinggi akan mengakibatkan perubahan kimia

pada kandungan senyawa aktifnya. Untuk mencegah hal tersebut, bahan simplisia

yang memerlukan perajangan perlu diatur perajangannya sehingga diperoleh tebal

irisan yang pada pengeringannya tidak mengalami kerusakan.

b. Simplisia dibuat dengan proses fermentasi

Proses fermentasi dilakukan dengan saksama agar proses tersebut tidak

berkelanjutan kearah yang tidak diinginkan.

c. Simplisia dibuat dengan proses khusus

Pembuatan simplisia dengan cara penyulingan, pengentalan eksudat

nabati, pengeringan sari air dan proses khusus lainnya dilakukan dengan

berpegang pada prinsip bahwa simplisia yang dihasilkan harus memiliki mutu

sesuai dengan persyaratan.

d. Simplisia pada proses pembuatan memerlukan air

Pati, talk, dan sebagainya pada proses pembuatannya memerlukan air. Air

yang digunakan harus bebas dari pencemaran racun serangga, kuman patogen,

logam berat, dan lain - lain. (Anonim,1985)

Tahap-tahap Pembuatan Simplisia :

a. Pengumpulan bahan baku

Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda–bedaantara lain

tergantung pada :

1) bagian tanaman yang digunakan

Page 3: LAPORAN FARMAKOGNOSI P1

2) Umur tanaman atau bagian tanaman pada saat panen

3) Waktu panen

4) Lingkungan tempat tumbuh

Waktu panen sangat erat hubunganya dengan pembentukan senyawa aktif

di dalam bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu panen yang tepat pada saat

bagian tanaman tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang terbesar.

Senyawa aktif tersebut secara maksimal di dalam bagian tanaman atau tanaman

pada umur tertentu. Di samping waktu panen yang dikaitkan dengan umur, perlu

diperhatikan pula saat panen dalam sehari. Dengan demikian untuk menentukan

waktu panen dalam sehari perlu dipertimbangkan stabilitas kimia dan fisik

senyawa aktif dalam simplisia terhadap panas sinar matahari.

b. Sortasi Basah

Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran – kotoran atau bahan –

bahan asing lainya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari

akar suatu tanaman obat, bahan – bahan seperti tanah, kerikil, rumput, batang,

daun, akar yang telah rusak, serta pengotor lainya harus dibuang.

c. Pencucian

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainya

yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih,

misalnya air dari mata air, air dari sumur atau air PAM.

d. Perajangan

Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan.

Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan,

pengepakan dan penggilingan. Tanaman yang baru diambil jangan langsung

dirajang tetapi dijemur dengan keadaan utuh selama 1 hari. Perajangan dapat

dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin perajang khusus sehingga diperoleh

irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang dikehendaki.

e. Pengeringan

Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah

rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurang

kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau

perusakan simplisia.

Page 4: LAPORAN FARMAKOGNOSI P1

f. Sortasi kering

Sortasi setelah engeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan

simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda – benda asing seperti bagian –

bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotr – pengotor lain yang masih ada

dan tertinggal pada simplisia kering.

g. Pengepakan dan penyimpanan

Pada penyimpaan simplisia perlu diperhatikan beberapa hal yang dapat

mengakibatkan kerusakan simplisia, yaitu cara pengepakan, pembungkusan dan

pewadahan, persyaratan gudang simplisia, cara sortasi dan pemeriksaan mutu,

serta cara pengawetanya. Penyebab kerusakan pada simplisia yang utama adalah

air dan kelembaban. Cara pengemasan simplisia tergantung pada jenis simplisia

dan tujuan penggunaan pengemasaan. Bahan dan bentuk pengemasan harus

sesuai, dapat melindungi dari kemungkinan kerusakan simplisia, dan dengan

memperhatikan segi pemanfaatan ruang untuk keperluan pengangkutan maupun

penyimpananya.

h. Pemeriksaan mutu

Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan pada waktu penerimaan atau

pembelian dari pengumpul atau pedagang simplisia. Simplisia yang diterima harus

berupa simplisia murni dan memenuhi persyaratan umum untuk simplisia seperti

yang disebutkan dalam Buku Farmakope Indonesia, Ekstra Farmakope Indonesia

ataupum Materia Medika Indonesia Edisi terakhir.(Anonim,1985)

II. BAHAN DAN ALAT

Bahan nabati yang digunakan dalam praktikum kali ini berupa kulit batang

jarak (Jatropha curcas L.).Wadah dan pengemas yang digunakan yaitu aluminium

foil, tampah, nampan, plastic, label / etiket, kertas dan lain-lain. Sedangkan alat

yang digunakan yaitu timbangan, pisau dapur, oven dan gunting.

III. PROSEDUR KERJA

Page 5: LAPORAN FARMAKOGNOSI P1

Skema kerja

Ditimbang sebanyak ± 50 gram

Letakkan di tampah atau

nampan

Dimasukkan ke

dalam kertas

Disimpan di

tempat kering

Perajangan, Pengupasan, Pemotongan

Pengumpulan Bahan Baku

Sortasi Basah

Pencucian Simplisia

Tempatkan dalam nampan dan keringkan

Sortasi Kering

Ditimbang dan catat beratnya

Lakukan Pengepakan

Buat Laporan hasil kerja praktikum

Page 6: LAPORAN FARMAKOGNOSI P1

IV. HASIL PERCOBAAN

Berat awal : 50 gram

Berat akhir : 7 gram

Rendemen = bobot akhir x 100 %

bobot awal

= 7 x 100 %

50

= 14 %

V. PEMBAHASAN

Pada percobaan pembuatan simplisia, bahan atau tanaman yang

digunakan ada

lah kulit batang jarak.

Nama ilmiah : Jatropha curcas L

Nama daerah: jarak kosta, jarak budeg (Sunda); jarak gundul, jarak pager

(Jawa); kalekhe paghar (Madura); jarak pager (Bali); lulu mau, paku kase,

jarak pageh (Nusa Tenggara); kuman nema (Alor); jarak kosta, jarak

wolanda, bindalo, bintalo, tondo utomene (Sulawesi); ai huwa kamala,

balacai, kadoto (Maluku).

Deskripsi tanaman: Jarak pagar mempunyai sosok yang kekar, batang

berkayu bulat dan mengandung banyak getah. Tinggi mencapai 5 meter dan

Page 7: LAPORAN FARMAKOGNOSI P1

mampu hidup sampai 50 tahun. Daun tunggal, lebar, menjari dengan sisi

berlekuk-lekuk sebanyak 3 – 5 buah., bunga berwarna kuning kehijauan, berupa

bunga majemuk berbentuk malai, berumah satu dan uniseksual, kadang-kadang

ditemukan bunga hermaprodit. Jumlah bunga betina 4 – 5 kali lebih banyak

daripada bunga jantan. Buah berbentuk buah kendaga, oval atau bulat telur,

berupa buah kotak berdiameter 2 – 4 cm dengan permukaan tidak berbulu

( gundul ) dan berwarna hijau ketika masih muda dan setelah tua kuning

kecoklatan. Buah jarak tidak masak serentak Buah jarak pagar terbagi menjadi 3

ruangan, masing-masing ruangan 1 biji. Biji berbentuk bulat lonjong berwarna

cokelat kehitaman dengan ukuran panjang 2 cm, tebal 1 cm, dan berat 0,4 – 0,6

gram/biji. Jarak pagar termasuk dalam familia Euphorbiaceae satu famili dengan

tanaman karet dan ubikayu. Adapun klssifikasi Jarak pagar sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Jatropha

Spesies : Jatropha curcas L.

Menurut astuti, Jarak Pagar dapat ditemukan tumbuh subur di berbagai

tempat di Indonesia. Umumnya terdapat di pagar-pagar rumah dan kebun atau

sepanjang tepi jalan, tapi jarang ditemui berupa hamparan. Tanaman Jarak pagar

berbentuk pohon kecil maupun belukar besar yang tingginya mencapai lima

meter. Cabang-cabang pohon ini bergetah dan dapat diperbanyak dengan biji,

setek atau kultur jaringan dan mulai berbuah delapan bulan setelah ditanam

dengan produktivitas 0,5 – 1,0 ton biji kering/ha/tahun. Selanjutnya akan

meningkat secara bertahap dan akan stabil sekitar 5 ton pada tahun ke lima setelah

tanam.

Menurut Igbinosa (2009), hasil penelitian mengenai ekstrak kulit batang

jarak pagar menunjukkan bahwa kulit batang jarak pagar mengandung senyawa

fitokima yang terdri dari saponin, steroid, tanin, glikosida, alkaloid, dan flavonoid.

Page 8: LAPORAN FARMAKOGNOSI P1

Menurut Hodek et al. (2002), flavonoid yang tekandung dalam ekstrak

kulit batang jarak memiliki aktivitas biologi seperti antimikroba, anti alergi dan

antioksidan

Daun, ranting, batang, akar serta biji jarak mengandung berbagai macam

senyawa kimia, beberapa diantaranya merupakan senyawa-senyawa aktif.

Senyawa kimia yang terisolasi dari bagian daun dan ranting jarak pagar meliputi

siklik triterpene stigmasterol, kampesterol, β-sitosterol, 7-keto-β-sitosterol. Selain

itu, bagian daun dan ranting mengandung senyawa flavonoid (Naengchomnong et

al., 1994)

Berdasarkan hasil penelitian terhadap rendemen ekstrak, pada biji jarak

pagar rendemen ekstrak tertinggi terdapat pada rendemen ekstrak etil asetat yaitu

sebesar 35,98%. Pada batang+daun jarak pagar rendemen ekstrak tertinggi

terdapat pada rendemen ekstrak metanol sebesar 9,75%, begitu juga pada kulit

buah jarak pagar rendemen ekstrak tertinggi terdapat pada ekstrak metanol sebesar

5,96%.

Pada batang+daun jarak, rendemen ekstrak tertinggi diperoleh dari

Mekstrak metanol yaitu sebesar 9,75%. Ekstrak metanol ini merupakan ekstrak

yang bersifar polar. Tingginya rendemen ekstrak metanol dapat juga diartikan

bahwa komponen senyawa yang terkandung dalam batang+daun jarak sebagian

besar merupakan senyawa polar. Senyawa non polar pada

batang+daun jarak jumlahnya sangat sedikit, hal ini terlihat dari rendemen

ekstrak heksan yang rendah yaitu sebesar 0,91%.

Pada umumnya petnbuatan simplisia melalui tahapan seperti berikut:

Pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencucian, perajangan, sortasi kering,

pengepakan, penyimpanandan pemeriksaan mutu.

a. Pengumpulan bahan baku

Kadar senyawa aktif dalarn suatu simplisia berbeda-beda antara lain

tergantung pada :

1. Bagian tanaman yang digunakan

2. Umur tanaman atau bagian tanaman pada saat panen

3. Waktu panen

4. Lingkungan tempat tumbuh.

Page 9: LAPORAN FARMAKOGNOSI P1

Waktu panen sangat erat hubunganya dengan pembentukan senyawa aktif

di dalam bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu panen yang tepat pada saat

bagian tanaman tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang terbesar.

Senyawa aktif tersebut secara maksimal di dalam bagian tanaman atau tanaman

pada umur tertentu. Di samping waktu panen yang dikaitkan dengan umur, perlu

diperhatikan pula saat panen dalam sehari. Dengan demikian untuk menentukan

waktu panen dalam sehari perlu dipertimbangkan stabilitas kimia dan fisik

senyawa aktif dalam simplisia terhadap panas sinar matahari.

b. Sortasi Basah

Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-

bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat

dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput,

batang, daun, akar yang telah rusak, serta pengotoran lainnya harus dibuang.

Tanah mengandung bermacam-macam mikroba dalam jurnlah yang tinggi, oleh

karena itu pembersihan simplisia dari tanah yang terikut dapat mengurangi jumlah

mikroba awal.

c. Pencucian

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya

yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih,

misalnya air dari mata air, air sumur atau air PAM. Bahan simplisia yang

mengandung zat yang mudah larut di dalam air yang mengalir, pencucian agar

dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin. Menurut Frazier (1978),

pecucian sayur-sayuran satu kali dapat menghilangkan 25% dari jumlah mikroba

awal jika dilakukan pencucian sebanyak tiga kali, jumlah mikroba yang tertinggal

hanya 42% dari jumlah mikroba awal. Pencucian tidak dapat membersihkan

simplisia dari semua mikroba karena air pencucian yang digunakan biasanya

mengandung juga sejumlah mikroba. Cara sortasi dan pencucian sangat

mempengaruhi jenis dan jumlah rnikroba awal simplisia. Pada simplisia akar,

batang atau buah dapat pula dilakukan pengupasan kulit luamya untuk

mengurangi jumlah mikroba awal karena sebagian besar jumlah mikroba biasanya

terdapat pada permukaan bahan simplisia. Bahan yang telah dikupas tersebut

Page 10: LAPORAN FARMAKOGNOSI P1

mungkin tidak memerlukan pencucian jika cara pengupasannya dilakukan dengan

tepat dan bersih.

d. Perajangan

Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan.

Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan,

pengepakan dan penggilingan. Tanaman yang baru diambil jangan langsung

dirajang tetapi dijetnur dalam keadaan utuh selama 1 hari. Perajangan dapat

dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin perajang khusus sehingga diperoleh

irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang dikehendaki.

Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan, semakin cepat penguapan air,

sehingga mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis

juga dapat menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah

menguap sehingga mempengaruhi komposisi bau dan rasa yang diinginkan. Oleh

karena itu bahan simplisia seperti temulawak, temu giring, jahe, kencur dan bahan

scjcnis lainnya dihindari perajangan yang terlalu tipis i~ntuk nlencegah

berkurangnya kadar minyak atsiri. Selama perajangan seharusnya jumlah mikroba

tidak bertambah.

Penjemuran sebeluln perajangan diperlukan untuk mengurangi pewarnaan

akibat reaksi antara bahan dan logam pisau. Pengeringan dilakukan dengan sinar

matahari selama satu hari.

e. Pengeringan

Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah

rusak,sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi

kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau

perusakan simplisia.

Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat

merupakan media pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya. Enzim tertentu

dalam sel, masih dapat bekerja, menguraikan senyawa aktif sesaat setelah sel mati

dan selamabahan simplisia tersebut masih mengandung kadar air tertentu. Pada

tumbuhan yang masih hidup pertumbuhan kapang dan reaksi enzimatik yang

merusak itu tidak terjadi karena adanya keseimbangan antara proses-proses

Page 11: LAPORAN FARMAKOGNOSI P1

metabolisme. Yakni proses sintesis, transformasi dan penggunaan isi sel.

Keseirnbangan ini hilang segera setelah sel tumbuhan mati.

Suhu pengeringan tergantung kepada bahan simplisia dan cara

pengeringannya. Bahan simplisia dapat dikeringkan pada suhu 30" sampai 90°C,

tetapi suhu yang terbaik adalah tidak melebihi 60°C. Bahan simplisia yang

mengandung senyawa aktif yang tidak tahan panas atau mudah menguap harus

dikeringkan pada suhu serendah mungkin, misalnya 30" sampai 45" C, atau

dengan cara pengeringan vakum yaitu dengan mengurangi tekanan udara di dalam

ruang atau lemari pengeringan, sehingga tekanan kira-kira 5 mm Hg. Kelembaban

juga tergantung pada bahan simplisia, cara pengeringan, dan tahap tahap selama

pengeringan. Kelembaban akan menurun selama berlangsungnya proses

pengeringan.

Berbagai cara pengeringan telah dikenal dan digunakan morang. Pada dasarnya

dikenal dua cara pengeringan yaitu pengeringan secara alamiah dan buatan.

1. Pengeringan alamiah

Tergantung dari senyawa aktif yang dikandung dalam bagian tanaman

yang dikeringkan, dapat dilakukan dua cara pengeringan :

a. Dengan panas sinar matahari langsung. Cara ini dilakitkan untuk mengeringkan

bafian tanaman yang relatif keras seperti kayu, kulit kayu, biji dan sebagainya,

dan rnengandung senyawa aktif yang relatif stabil. Pengeringan dengan sinar

matahari yang banyak dipraktekkan di Indonesia merupakan suatu cara yang

mudah dan murah, yang dilakukan dengan cara membiarkan bagian yang telah

dipotong-potong di udara terbuka di atas tampah-tampah tanpa kondisi yang

terkontrol sepertl suhu kelembapan dan aliran uldara. Dengan cara ini kecepatan

pengcringan sangat tergantung kepada keadaan iklim, sehingga cara ini hanya

baik dilakukan di daerah yang udaranya panas atau kelembabannya rendah, serta

tidak turun hujan.Hujan atau cuaca yang mendung dapat memperpanjang waktit

pengeringan sehingga memberi kesempatan pada kapang atau mikroba lainnya

untuk tumbuh sebelum simplisia tersebut kering.

b. Dengan diangin-angin dan tidak dipanaskan dengan sinar matahari langsung.

Cara ini terutama digunakan untuk mengeringkan bagian tanaman yang lunak

Page 12: LAPORAN FARMAKOGNOSI P1

seperti bunga, daun, dan sebagainya dan mengandung senyawa aktif mudah

menguap.

2. Pengeringan buatan

Kerugian yang mungkin terjadi jika melakukan pengeringan dengan sinar

matahari dapat diatasi jika melakukan pengeringan buatan, yaitu dengan

menggunakan suatu alat atau mesin pengering yang suhu kelembaban, tekanan

dan aliran udaranya dapat diatur. Prinsip pegeringan buatan adalah sebagai

berikut: udara dipanaskan oleh suatu sumber panas seperti lampu, kompor, mesin

disel atau listrik, udara panas dialirkan dengan kipas ke dalam ruangan atau lemari

yang berisi bahan yang akan dikeringkan yang telah disebarkan di atas rak-rak

pengering. Dengan prinsip ini dapat diciptakan suatu alat pengering yang

sederhana, praktis dan murah. dengan hasil yang cukup baik. Cara yang lain

misalnya dengan menempatkan bahan-bahan yang akan dikeringkan di atas pita

atau ban berjalan dan nlelewatkannya melalui suatu lorong atau ruangan yang

berisi udara yang telah dipanaskan dan diatur alirannya.

Dengan menggunakan pengeringan buatan dapat diperoleh simplisia

dengan mutu yang lebih baik karena pengeringan akan lebih merata dan waktu

pengeringan akan lebih cepat, tanpa dipengaruhi oleh keadaan cuaca. Sebagai

contoh misalnya jika kita membutuhkan waktu 2 sampai 3 hari untuk penjemuran

dengan sinar matahari sehingga diperoleh simplisia kering dengan kadar air 10

sampai 1 2%, dengan menggunakan suatu alat pengering dapat diperoleh simplisia

dengan kadar air yang sama dalam waktu 6 sampai 8 jam.

Daya tahan suatu simplisia selama pepyimpanan sangat tergantung pada

jenis simplisia, kadar airnya dan cara penyimpanannya. Beberapa simplisia yang

dapat tahan lama dalam penyimpanan jika kadar airnya diturunkan 4 sampai 870,

sedangkan simplisia lainnya rnungkin masih dapat tahan selama penyimpanan

dengan kadar air 10 sampai 12%.

f. Sortasi kering

Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan

simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-

bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang

masill ada dan tertinggal pada sirnplisia kering. Proses ini dilakukan sebelum

Page 13: LAPORAN FARMAKOGNOSI P1

sirnplisia dibungkus untitk kernudian disinlpan. Pada simplisia bentuk rimpang

sering jurnlah akar yang rnelekat pada rimpang terlampau besar dan harus

dibuang. Demikian pula adanya partikel-partikel pasir, besi dan benda-benda

tanah lain yang tertinggal harus dibuang sebelum simplisia dibungkus.

g. Pengepakan dan Penyilnpanan

Sirnplisia dapat rusak, mundur atau berubah mutunya karena bberbagai

faktor luar dan dalam, antara lain :

1. Cahaya : Sinar dari panjang gelombang tertentu dapat menimbulkan perubahan

kimia pada simplisia, misalnya isomerisasi, polimerisasi, rasemisasi dan

sebagainya.

2. Oksigen udara : Senyawa tertentu dalam simplisia dapat mengalami perubahan

kimiawi oleh pengaruh oksigen udara terjadi oksidasi dan perubahan ini dapat

berpengaruh pada bentuk simplisia, misalnya, yang semula cair dapat berubah

menjadi kental atau padat, berbutir-butir dan sebagainya.

3. Reaksi kimia intern : perubahan kimiawi dalam simplisia yang dapat

disebabkan oleh reaksi kimia intern, misalnya oleh enzim, polimerisasi, oto-

oksidasi dan sebagainya.

4. Dehidrasi : Apabila kelembaban luar lebih rendah dari simplisia, maka

simplisia secara perlahan-lahan akan kehilangan sebagian airnya sehingga rnakin

lama makin mengecil (kisut).

5. Penyerapan air : Simplisia yang higroskopik, misalnya agaragar, bila disimpan

dalam wadah yang terbuka akan menyerap lengas udara sehingga menjadi kempal,

basah atau mencair (lumer).

6. Pengotoran : Pengotoran pada simplisia dapat disebabkan oleh berbagai

sumber, misalnya debu atau pasir, ekskresi hewan, bahan-bahan asing (misalnya

minyak yang tertumpah) dan fragmen wadah (karung goni).

7. Serangga: Serangga dapat menitnbulkan kerusakan dan pengotoran pada

simplisia, baik oleh bentuk ulatnya maupun oleh bentuk dewasanya. Pengotoran

tidak hanya berupa kotoran serangga, tetapi juga sisa-sisa metamorfosa seperti

cangkang telur, bekas kepompong, anyaman benang bungkus kepompong, bekas

kulit serangga dan sebagainya.

Page 14: LAPORAN FARMAKOGNOSI P1

8. Kapang : Bila kadar air dalam simplisia terlalu tinggi, maka simplisia dapat

berkapang. Kerusakan yang timbul tidak hanya terbatas pada jaringan simplisia,

tetapi juga akan merusak susunan kimia zat yang dikandung dan malahan dari

kapangnya dapat mcngeluarkan toksin yang dapat mengganggu kesehatan.

Selama penyimpanan ada kemungkinan terjadi kerusakan pada simplisia.

Kerusakan tersebut dapat mengakibatkan kemunduran mutu, sehingga simplisia

bersangkutan tidak lagi memenuhi syarat yang diperlukan atau yang ditentukan.

Oleh karena itu pada penyimpanan siniplisia perlu diperhatikan beberapa

ha1 yang dapat rnengakibatkan kerusakan simplisia, yaitu cara pengepakan,

pembungkusan dan pewadahan, persyaratan gudang simplisia, cara sortasi dan

pemeriksaan mutu, serta cara pengawetannya. Penyebab kerusakan pada simplisia

yang utanla adalah air dan kelembaban.

Untuk dapat disimpan dalam waktu lama simplisia harus dikeringkan dulu

sampai kering, sehingga kandungan airnya tidak lagi dapat menyebabkan

kerusakan yang merugikan.

Seperti diuraikan di muka, dalam sirnplisia segar terdapat enzim yang

dapat menyebabkan terjadinya reaksi kimia yang dapat mengubah atau

menguraikan senyawa aktif yang dikandung dengan pengaruh air yang terdapat di

lingkungannya. Pada simplisia yang cukup kering atau kadar airnya rendah, enzim

tidak dapat bekerja lagi. Oleh karena itu kadar air siniplisia yang disimpan perlu

diperhatikan dan dijaga. Di Samping itu kadar air simplisia yang tinggi pada

simplisia dapat memungkinkan tumbuhnya kapang atau mikroorganisrne lain pada

simplisia. Pertumbuhan kapang dan mikroorganisme ini dapat menyebabkan

perubahan kimia pada senyawa aktif dan mengakibatkan kemunduran mutu

simplisia. Beberapa kapang tertentu dapat menghasilkan zat beracun yang disebut

mikotoksin yang nlerugikan atau membahayakan kesehatan manusia maupun

hewan.

Banyak simplisia bila disimpan mudah berubah warnanya, menjadi lebih

tua atau lebih muda. Perubahan warna tersebut menyebabkan simplisia

bersangkutan menjadi kurang menarik. Di samping itu pada simplisia tersebut

kemungkinan telah terjadi perubahan kimia pada senyawa aktifnya. Perubahan

wama simplisia seringkali disebabkan oleh pengaruh cahaya matahari, terutama

Page 15: LAPORAN FARMAKOGNOSI P1

cahaya niatahari langsung. Cahaya matahari dapat menaikkali suhu, sehingga

rnempercepat terjadinya reaksi-reaksi kimia yang dapat mengubah susunan kimia

senyawa aktif simplisia.

Cara menyimpan simplisia dalam wadalh yang kurang sesuai

memungkinkan simplisia rusak karena dimakan kutu atau ngengat yang termasuk

hewan golongan serangga atau insekta. Berbagai jenis serangga dapat

menimbulkan kerusakan pada harnpir semua jenis simplisia yang berasal dari

tumbuhan atau hewan, biasanya jenis serangga tertentu merusak jenis simplisia

tertentu pula.

Kerusakan pada penyimpanan simplisia yang perlu mendapatkan perhatian

juga ialah kerusakan yang ditimbulkan oleh hewan pengerat seperti tikus. Tikus

tidak saja merusak bungkus atau wadahnya melainkan kerapkali memakan juga

simplisia.

Cara pengemasan simplisia tergantung pada jenis simplisia dan tujuan

penggunaan pengemasan. Bahan dan bentuk pengemasannya harus sesuai, dapat

melindungi dari kernungkinan kerusakan simplisia, dan dengan memperhatikan

segi pemanfaatan ruang untuk keperluan pengangkutan maupun penyimpanannya.

Wadah harus bersifat tidak beracun dan tidak bereaksi (inert) dengan

isinya sehingga tidak menyebakan terjadinya reaksi serta penyimpangan warna,

bau, rasa dan sebagainya pada simplisia. Selain dari itu wadah harus melindungi

simplisia dari cemaran mikroba, kotoran dan serangga serta mempertahankan

senyawa aktif yang mudah menguap atau mencegah pengaruh sinar, masuknya

uap air dan gas-gas lainnya yang dapat menurunkan mutu simplisia. Untuk

simplisia yang tidak tahan terhadap sinar, misalnya yang mengandung banyak

vitamin, pigmen dan minyak, diperlukan wadah yang melindungi simplisia

terhadap cahaya, misalnya aluminium foil, plastik atau botol yang berwarna gelap,

kaleng dan sebagainya. Bungkus yang paling lazim digunakan untuk sirnplisia

ialah karung goni. Sering juga digunakan karung atau kantong plastik, peti atau

drum dari kayu atau karton dan drum atau kaleng dari besi berlapis. Beberapa

jenis simplisia terutama yang berbentuk cairan dikemas dalam botol atau guci

porselin. Simplisia yang berasal dari akar, rim pang, umbi, kulit akar. kulit batang,

kayu, daun, herba, buah, biji dan bunga sebaiknya dikemas dalam karung plastik.

Page 16: LAPORAN FARMAKOGNOSI P1

Simplisia dari daun atau herba umumnya dimampatkan lebih dulu dalam bentuk

yang padat dan mampat, dibungkus dalam karung plastik dan dijahit.

Gudang harus mempunyai ventilasi udara yang cukup baik dan bebas dari

kebocoran dan kemungkinan kemasukan air hujan. Walaupun memerlukan

penerangan yang cukup pada siang hari harus dicegah masuknya matahari yang

langsung menyinari simplisia yang disimpan. Perlu dilakukan pencegahan

kemungkinan kerusakan simplisia yang ditimbulkan oleh hewan, baik serangga

maupun tikus yang sering memakan simplisia yang disimpan.

h. Pemeriksaan Mutu

Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan pada waktu penerimaan atau

pembeliannya dari pengumpul atau pedagang simplisia. Simplisia yang diterima

harus berupa simplisia murni dan memenuhi persyaratan umum untuk simplisia

seperti yang disebutkan dalam Buku Farmakope Indonesia, Ekstra Farmakope

Indonesia ataupun Materia Medika Indonesia Edisi terakhir.

Suatu simplisia dapat dinyatakan bermutu Farmakope Indonesia, Ekstra

Farmakope Indonesia, atau Materia Medika Indonesia, apabila simplisia

bersangkutan memenuhi persyaratan yang disebutkan dalam buku-buku yang

bersangkutan. Agar selalu diperoleh simplisia dengan mutu yang mantap,

seyogyanya disediakan contoh untuk tiap-tiap simplisia dengan mutu yang pasti

dan memenuhi persyaratan yang ada digunakan sebagai simplisia pembanding.

Pada tiap-tiap penerimaan atau pembelian simplisia tertentu perlu dilakukan

pengujian mutu yang dicocokkan dengan simplisia pembanding yang

bersangkutan.

Secara umum simplisia yang tidak memenuhi syarat seperti kekeringannya

kurang, ditumbuhi kapang, mengandung lendir, sudah berubah warna atau

baunya, berserangga atau termakan serangga, harus ditolak penerimaannya. Pada

pemeriksaan mutu simplisia pemeriksaan dilakukan dengan cara organoleptik,

makroskopik, cara mikroskopik dan atau cara kimia.

( Anonim, 1985 )

Page 17: LAPORAN FARMAKOGNOSI P1

VI. KESIMPULAN

1. Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai bahan obat yang

belum mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain,

berupa bahan yang telah dikeringkan.

a. Tanaman yang digunakan dalam praktikum adalah kulit batang

jarak (Jatropha curcas L.).

b. Berat awal kulit batang jarak adalah 50 gram

c. Berat akhir adalah 7 gram

2. Dalam pembuatan simplisia diperlukan memperhatikan kadar air,

sebab akan mempengaruhi dalam kualitas akhir simplisia.

Page 18: LAPORAN FARMAKOGNOSI P1

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1985, Cara Pembuatan Simplisia, Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta.

Anonim.2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. 3 – 5.

Jakarta : Depkes RI

Astuti, yuni. Budidaya & Manfaat Jarak Pagar.

http://research.mercubuana.ac.id/proceeding/ BUDIDAYA-DAN-

MANFAAT-JARAK-PAGAR.pdf

Hodek, P, Trelil P, Stiborova M. 2002. Flavonoids- Potent and Versatile

Biologically Active Compounds Interacting with Cytochrome P450.

Chemico-Biol. Intern. 139 (1): 1-21.

Igbinosa, O. O., Igbinosa E. O. And O. A. Aiyegoro. 2009. Antimicrobial Activity

and Phytochemical Screening of Steam Bark Extracts from Jatropha

curcas (Linn). African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol. 3

(2). pp. 058-062.

Naengchomnong, W., B. Tarnchompoo, dan Y. Thebtaranonth. 1994. (+)-

Jatropha, (+) marmesin, propacin and jatrophin from the roots of

Jatropha curcas (Euphorbiaceae). J. of the Sci. Soc, of Thail. 20: 73-83.