dmf-sek 1- hpa karies + gejala
TRANSCRIPT
GEJALA KARIES
Dalam mendiagnosis tingkat patogenesis dari karies dapat dibagi menjadi
4 kategori, yakni pulpitis reversibel, pulpitis ireversibel dan nekrosis pulpa,baik
partial maupun total. Melandasi diagnosa tersebut yang perlu dipahami adalah
munculnya gejala dan tanda pada pasien. Dengan memahami gejala serta tanda-
tanda operator akan mampu menegakkan diagnosa sementara. Pada selanjutnya
pemeriksaan klinis, radiografi dan gambaran histologinya akan menunjang dan
memperkuat dalam mendiagnosa lebih lanjut. Berikut akan dijelaskan gejala yang
timbul dalam 4 kategori diagnosa :
a. Pulpitis reversibel
Dikatakan pulpitis reversibel dikarenakan pada kasus karies ini gigi
mampu mengembalikan struktur darinya seperti semula. Biasanya pada
pulpitis reversibel ini tingkat patogenesis dari karies masih mencapai
email dan dentine. Biasanya gejala yang timbul adalah ngilu terhadap
rangsangan panas dan dingin dengan kata lain positif pada test termal
jika karies media. Juga bahkan tidak menimbulkan gejala bila karies
superfisial. Pada pulpitis reversibel ini ngilu yang ditimbulkan
bukanlah ngilu spotan dengan kata lain rasa ngilu yang timbul akan
hilang begitu rangsang tersebut dihilangkan dari lesi tersebut.
b. Pulpitis ireversibel
Pada pulpitis irreversibel ini struktur gigi yang terkena karies tidak lagi
mampu mengembalikan bentuk anatomi secara utuh kembali kecuali
dengan melakukan tumpatan atau restorasi pada struktur yang hilang
tersebut. Pada pulpitis irreversibel ini gejala yang timbul adalah
adanya ngilu spontan bila diberikan rangsangan. Ngilu yang dimaksud
adalah adanya ngilu yang hebat dan terjadi secara tiba-tiba bahkan
menjalar sampai telinga,mata, dan kepala ketika rangsang diberikan
bahkan rasa ngilu tersebut masih tertinggal meskipun rangsang telah
ditiadakan. Pada pulpitis irreversibel rangsangan termis lebih peka
terhadap suhu dingin dibanding suhu panas. Apabila jaringan
periodontal telah terkena biasanya juga diikuti respon sakit (+) pda test
perkusi.
c. Nekrosis pulpa
Nekrosis pulpa adalah kematian pulpa yang dapat diakibatkan oleh
pulpitis irreversibel yang tidak dirawat atau terjadi trauma yang dapat
mengganggu suplai darah ke pulpa. Jaringan pulpa tertutup oleh email
dan dentin yang kaku sehingga tidak memiliki sirkulasi darah
kolateral. Bila terjadi peningkatan jaringan dalam ruang pulpa
menyebabkan kolapsnya pembuluh darah sehingga akhirnya terjadi
nekrosis likuifaksi. Jika eksudat yang dihasilkan selama pulpitis
irreversibel didrainase melalui kavitas karies atau daerah pulpa yang
terbuka, proses nekrosis akan tertunda dan jaringan pulpa di daerah
akar tetap vital dalam jangka waktu yang lama. Jika terjadi hal
sebaliknya, mengakibatkan proses nekrosis pulpa yang cepat dan
total.Nekrosis pulpa dapat berupa nekrosis sebagian (nekrosis parsial)
dan nekrosis total. Nekrosis parsial menunjukkan gejala seperti
pulpitis irreversibel dengan nyeri spontan sedangkan nekrosis total
tidak menunjukkan gejala dan tidak ada respon terhadap tes termal
dan tes listrik. Gejala umum nekrosis pulpa :
1. Simptomnya sering kali hampir sama dengan pulpitis irreversible
2. Nyeri spontan atau tidak ada keluhan nyeri tapi pernah nyeri
spontan.
3. Sangat sedikit/ tidak ada perubahan radiografik
4. Mungkin memiliki perubahan-perubahan radiografik defenitif
seperti pelebaran jaringan periodontal yang sangat nyata adalah
kehilangan lamina dura
5. Perubahan-perubahan radiografik mungkin jelas terlihat
6. Lesi radiolusen yang berukuran kecil hingga besar disekitar apeks
dari salah satu atau beberapa gigi, tergantung pada kelompok gigi.
HISTOLOGI PATOLOGI ANATMONI (HPA)
Jika ditinjau berdasarkan gambaran histologi dari karies atau yang kita
kenal sebagai Histologi Patologi Anatomi(HPA) karies dibagi dalam 3 regio
besar: yakni lesi karies sebelum membentuk kavitas pada enamel, lesi karies
sesudah membentuk kavitas pada enamel, dan lesi karies yang telah mengenai
pulpa. Untuk penjelasan pada masing-masing subbab akan dijelaskan selanjutnya
sebagai berikut:
1. Lesi Karies sebelum Kavitas Email
Dalam perkembangan karies tahap ini. Patogenesis dari karies masih
mencapai tingkat enamel, dengan kata lain dentine belum terpapar oleh karies.
Berdasarkan HPA-nya perkembangan karies tahap ini mampu diidentifikasi
dengan timbulnya zona-zona yang timbul pada patogenesis karies di enamel,
dimana zona-zona yang mampu diidentifikasi adalah sebagai berikut:
a. Zona translusen
Penegakkan diagnosisi zona ini adalah dilihat dari adanya
perbedaan/transluensi warna daerah yang terkena karies dengan
enamel normal disekitarnya. Seperti pada kabar dibawah, zona
translusen (ZT) tampak putih dan terletak dibelakang zona gelap
(DZ)yang mengelilingi bada lesi(dijelaskan selanjutnya). Perbedaan
warna yang terjadi akibat adanya porositas pada daerah ini, sehingga
kepadatan yang berkurang pada enamel yang terpapar karies akan
menimbulkan warna yang berbeda pula. Pada zona ini porositas
mencapai 1%, yang mana dalam keadaan normal porositas yng terjadi
pada enamel hanya 0,1%.
b. Zona Gelap
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, bahwa letak daripada zona
gelap/dark zone (DZ) ini adalah berada didepan dari Zona transluse
yang juga mengelilingi badan lesi. Dikatakan sebagai zona gelap,
dikarenakan tampilan warna secara mikroskopiknya tapak gelap
dibanding zona yang lain. Gelap yang terjadi diakibatkan produk gas
sisa metabolisme bakteri yang ada pada zona gelap. Pada zona ini
tingkat demineralisasi oleh bakteri lebih tinggi daripada zona
translusen yaitu pororsitas mencapai 2-4%.
c. Zona Badan Lesi.
Zona ini paling mudah diidentifikasi pada gambaran histologi,
dikarenakan zona ini adalah zona terbesar dan tampak gelap. Zona ini
adalah zona patogenesis karies dalam arti pada zona ini sudah terdapat
invasi bakteri karies beserta jaringan sisa nekrotik yang dihancurkan
olehnya. Secara otomatis tingkat porositas akan lebih tinggi yaitu 5%
atau bahkan telah nekrosis.
d. Zona permukaan
Zona ini terletak paling luar dari lesi karies yang mampu
teridentifikasi. Zona ini bahkan kadangkala tampak untuh dikarenakan
hanya pada zona inilah daerah yang masih terkena flow dari saliva,
akibatnya tingkat remineralisasi dari zona ini sangat tinggi, sehingga
enamel tampak masih utuh meskipun tidak serigid enamel yang sehat.
Pada gambar di bawah ditunjuk dengan simbol surface zone (SZ).
2. Lesi Karies sesudah Kavitas Karies.
Pada regio ini patogenesis dari karies telah mencapai dentine. Dengan kata
lain enamel telah membetuk kavitas. Pada subbab ini juga ditemukan 5 zona
dalam mengidentifikasi patogenesis dari karies, yang akan dijelaskan sebagai
berikut:
a. Zona reaksioner/reparative
Zona ini ditemukan pada daerah perbatasan dentine dan pulpa.
Pembentukkan zona ini pada dasarnya suatu respon pertahan gigi
terhadap adanya karies yaitu dengan membentuk dentine reaksioner di
bawah lapisan dentine yang pada tingkat atasnya terpapar karies.
Dentine reaksioner ini dibentuk untuk mengaktivasi respon keradangan
dari pulpa dalam menghambat pertumbuhan lebih lanjut dari karies
menuju kamar pulpa. Zona ini biasanya sudah terbentuk begitu karies
ini mencapai dentino enamel junction. Bahkan kadang kala zona ini
tidak mampu terbentuk dikarenakan patogenesis dari karies dengan
tingkat virulensi bakteri yang tinggi dan bergerak cepat.
b. Zona sklerotik
Zona sklerotik ini serupa dengan zona transluensi pada dentine.
Dikatakan demikan dikarenakan zona ini ada akibat adanya
penumpukan mineral pada lumen tubuli dentine yang terkena karies.
Mineral ini gunanya untuk memblok hubungan daerah yang terkena
karies diatasnya dengan daerah normal dibawahnya, termasuk produk
bakterinya berupa asam dan toksin. Zona ini juga merupakan respon
pertahanan dari gigi terhadap patogenesis karies. Akibat blokade yang
dilakukan untuk mencegah permeabilitas produk karies, odontoblas
dalam tubuli ini juga akan mati, sehingga disebut dengan dead tract .
adanya produk gas, asam , dan toksin dari sisa metabolisme bakteri
yang memenuhi lumen ini menyebabkan bentukan warna hitam secara
mikroskopik. Bila dilihat secara longitudinal tampak adanya garis
hitam. Apabila penyebaran karies bergerak tegak lurus terhadap tubuli
dentine akan membentuk transversal cleft atau celah transversal.
c. Zona Demineralisasi.
Zona ini pada dasarnya masih dalam satu bagian dengan zona sklerotik
tempatnya berada pada lapisan dalam dari zona sklerotik, dan sangat
tipis akibatnya sangat sulit diidentifikasi dengan kasat mata. Pada zona
ini sudah terjadi proses demineralisasi seperti namanya akibat produk
asam dan toksin bakteri yang bergerak lebih dahulu dibanding dengan
bakterinya, itulah mengapa zona ini terletak lebih dalam dibanding
zona invasi bakteri. Pada zona ini yang telah larut hanya mineral dari
dentine bukanlah matriks organiknya.
d. Zona Invasi Bakteri
Zona ini berada lebih ke permukaan dibanding zona demineralisasi dan
lebih dalam dibanding zona destruktif dan merupakan zona yang telah
ditemukannya bakteri dimana matriks organik mula larut akibat
aktivitas bakteri tersebut.
e. Zona Destruksi/Nekrosis
Ini merupakan zona terparah dari patogenesis karies dentine.
Dikarenakan matriks organik dari dentine telah larut sehingga
menyebabkan nekrosis jaringan. Sisa-sisa jaringan nekrosis yang
bercampur dengan bakteri disebut dengan liquifaction foct. Dimana
tampak hitam dengan regio terbesar dibanding zona-zona karies
dentine yang lainnya.
Dead tract
Liquifaction foct
Demineralisasi zone
Dentine reaksioner
Gambar 2 : Celah Transversal
Gambar 1: karies dentine
3. Karies Pulpa
Pada gambaran secara histologi dari karies yang mencapa pulpa. Ditandani
dengan banyaknya vasodilatasi dari pembuluh darah pulpa sebagai suatu bentuk
respon radang adanya produk atau bakteri itu sendiri yang mencapai kamar pulpa.
Biasanya juga diikuti dengan emigration faktor pertahanan tubuh, seperti leukosit
beserta cairan pembuluh darah yang merembes keluar berupa eksudat.
Gambar 3 : pulpitis ; ditunjuk adalah dilatasi pembuluh darah