diversifikasi dan optimalisasi pangan lokal untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional
DESCRIPTION
diversifikasiTRANSCRIPT
-
PENINGKATAN PRODUKSI BERAS DAN DIVERSIFIKASI
PANGAN LOKAL UNTUK MENINGKATKAN KETAHANAN
PANGAN NASIONAL Oleh : Yoga Setiawan S.1 (Dalam Lomba Penulisan Artikel Ilmiah Pertanian Berbasis Web TPB IPB 2010)
Sejarah
Indonesia adalah negara agraris. Lebih dari empat abad silam, jauh sebelum
Belanda dan penjajah lainnya masuk dan menjajah Indonesia, tinta emas pertanian
Indonesia telah rapi tergoreskan. Sebagai kelanjutan dari sistem lama, yaitu sistem
berburu dan meramu, dua sistem pertanian yang lebih modern yaitu sistem
perladangan dan sistem persawahan telah terbentuk dan sangat berkembang di
wilayah Indonesia.
Jawa sebagai pusat pertanian di masa itu telah mengusahakan kedua sistem
tersebut. Di pedalaman Jawa saat itu, sistem persawahan telah sangat
berkembang. Sementara semakin ke timur atau ke barat, sistem itu mulai banyak
berkurang. Sistem persawahan dianggap lebih maju daripada perladangan karena
dapat menghasilkan komoditi yang lebih banyak dan lebih terkontrol dengan satu
jenis tanaman, padi misalnya.
Memasuki zaman penjajahan, motivasi utama para penjajah masuk ke Indonesia
adalah tertarik akan hasil bumi Indonesia. Saat pertama kali menjajah, mereka
sengaja membiarkan para petani pribumi tetap melakukan usaha tani menurut
keinginan petani itu sendiri. Selain untuk memenuhi kebutuhan pangan daerah,
hasil bumi tersebut juga dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan pangan dunia saat
itu. Seiring berjalannya waktu, paham-paham kapitalis mulai merajalela. Petani
yang dulunya bercocok tanam dengan beragam jenis tanaman terpaksa beralih
pada beberapa jenis tanaman saja yang sangat laku di pasaran karena diperintah
oleh oknum-oknum penjajah sebagai pemilik modal.
Saat harga hasil perkebunan di pasaran dunia naik, sektor pertanian di dalam
negeri mulai turun dan melemah. Tanah dan pekerja tidak lagi digunakan untuk
memproduksi tanaman pangan untuk rakyat, melainkan didorong untuk terus
memproduksi tanaman yang laku di pasar dunia seperti tebu, kopi, nila dan
tembakau. Keterpurukan ini pun masih terus berlanjut hingga Indonesia merdeka.
Ketersediaan bahan pangan pokok bagi bangsa Indonesia semakin menipis seiring
meningkatnya produksi bahan-bahan di atas. Selain itu ketergantungan pada beras
sebagai makanan pokok semakin memperburuk keadaan. Produksi beras banyak
berkurang karena lahan untuk beras banyak dialihkan untuk menanam tanaman-
tanaman di atas. Karena itu penduduk desa semakin bekerja keras untuk
memenuhi kebutuhan mereka dengan cara meningkatkan produksi tanaman
pangan di lahan yang sangat terbatas.
1 Yoga Setiawan Santoso. Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor 2009 (Angkatan 46). NIM A24090028. Yogasetiawan.blogspot.com.
-
Ketahanan Pangan
Hidup matinya suatu bangsa ditentukan oleh ketahanan pangan negara, itulah
salah satu kutipan dari pidato Bung Karno, presiden pertama Republik Indonesia
saat peletakan batu pertama Fakultas Pertanian Universitas Indonesia. Jika
ditelaah lebih lanjut, kutipan ini dapat dijadikan sebuah cambuk motivasi untuk
menjaga dan meningkatkan ketahanan pangan Indonesia, juga dapat pula
dijadikan sebuah refleksi diri, cerminan yang memang perlu kita sadari bahwa
pertanian kita sedang terpuruk. Sekilas dari kutipan Bung Karno di atas, yang
menjadi pertanyaan bagi kita adalah apa itu ketahanan pangan? Sebegitu
pentingnya ketahanan pangan itu sendiri hingga hidup mati bangsa ini tergantung
padanya? Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono saat
membuka Hari Pangan Sedunia pada 5 Desember 2007 di Bandar Lampung
mengatakan,
Sebuah negara dikatakan memiliki ketahanan pangan yang baik apabila pangan itu tersedia, rakyat dapat membeli dengan harga terjangkau dan kita tidak harus tergantung secara mutlak kepada sumber-sumber pangan negara lain. (Poerwanto Roedhy, dkk dalam PIP Tim Penyusun 2009).
Dijelaskan pula dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996
yang diartikan, ketahanan pangan adalah sebuah kondisi terpenuhinya pangan
bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik
jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.
Hal lain dinyatakan oleh Hasan (1995) dalam A. Rakhman2 bahwa ketahanan
pangan sampai tingkat rumah tangga antara lain tercermin oleh tersedianya
pangan yang cukup dan merata pada setiap waktu dan terjangkau oleh masyarakat
baik fisik maupun ekonomi serta tercapainya konsumsi pangan yang beraneka
ragam, yang memenuhi syarat-syarat gizi yang diterima budaya setempat.
Krisis Pangan
Sebagai kebutuhan dasar manusia, pangan memegang peranan penting di
kehidupan masing-masing. Pemenuhan pangan yang berkualitas dan tercukupi
menjadi hak azasi setiap warga negara demi melaksanakan pembangunan yang
berkualitas pula. Dari pemahaman di atas tentang ketahanan pangan, keterbatasan
pangan pada individu saja telah mencerminkan keterbatasan pangan pada tingkat
masyarakat juga.3
Ketergantungan akan beras sebagai makanan pokok bangsa Indonesia yang
diimbangi dengan keterbatasan produksi beras domestik menyebabkan tingginya
angka impor beras dari tahun ke tahun. Walaupun beberapa tahun lalu pemerintah
telah menekan angka impor beras sebesar mungkin dengan swasembada beras
besar-besaran, tetapi masih saja tidak dapat memenuhi kebutuhan beras dalam
negeri.
2 http://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/8387/2/2007ara1.pdf 3 http://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/6594/1/Perspektif%20Baru%20IPB.pdf
-
Tak hanya beras, hal yang sama juga menimpa kedelai, gandum bahkan singkong
yang notabenenya adalah bahan pangan yang banyak terdapat di Indonesia.
Kedelai dan singkong juga termasuk salah satu komoditi yang semakin banyak
diimpor oleh Indonesia. Di sisi lain juga angka impor gandum dari tahun ke tahun
semaikin tinggi karena Indonesia belum bisa dan belum berkeinginan
memproduksi gandum dalam jumlah yang besar.
Tabel 1: Beberapa Komoditas Pangan yang Masih Diimpor Indonesia4
No. Nama Komoditas Kebutuhan / Tahun
1 Beras 2 juta ton
2 Kedelai 1,2 juta ton
3 Gandum 5 juta ton
4 Kacang Tanah 800 ribu ton
5 Kacang Hijau 300 ribu ton
6 Gaplek 900 ribu ton
7 Sapi 600 ribu ton
8 Susu 964 ribu ton (70%)
Dengan potensi sumberdaya alam yang cukup melimpah, sebenarnya negara kita
dapat mencukupi seluruh kebutuhan pangan dalam negeri asalkan dapat
mengelolanya dengan bijak. Dari penjelasan di atas, dalam sejarah bangsa
memang telah dijelaskan, konsumsi beras yang berlebihan juga disebabkan karena
ketergantungan pada beras sebagai bahan pangan utama, padahal masih banyak
lagi sumber pangan pokok yang cukup melimpah di negeri ini, seperti singkong
dan jagung.
Saat ini pemerintah telah menetapkan, kebutuhan akan bahan pangan impor dapat
ditekan sekecil mungkin. Pada tahun 2015, diusahakan produksi bahan pangan
pokok dalam negeri dapat memenuhi seperdua dari kekurangan kebutuhan pada
tahun-tahun ini, dengan standar kekurangan adalah tingkat kelaparan di
masyarakat. Dan pada 2020 diperkirakan pemenuhan kebutuhan dalam negeri
akan bahan pangan pokok dan pencapaian gizi seimbang dapat sepenuhnya
terpenuhi, seperti terlihat dalam tabel 2.
Tabel 2: Konsumsi dan Penyediaan Pangan di Indonesia dengan Mengacu PPH
pada tahun 20205 (hanya menuliskan padi-padian dan umbi-umbian)
No. Kelompok / Jenis Pangan Konsumsi Penyediaan
1 Padi-padian ------ ------
Beras 21.728 23.901
Jagung 307 337
Terigu 1.961 2.158
Subtotal Padi-padian 23.987 26.386
2 Umbi-umbian ------ ------
4http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:CWezoyzmEVEJ:www.faperta.ugm.ac.id/kagama/d
ownload/GLOBALISASI_NASIB_SEKTOR_PERTANIAN_%2520INDONESIA.ppt+kedaulatan+pan
gan+dan+nasib+pertanian+di+indonesia&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a 5http://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/6594/1/Perspektif%20Baru%20IPB.pdf
-
Ubi Kayu 5.242 5.767
Ubi Jalar 1.233 1.357
Sagu 222 245
Kentang 768 845
Umbi Lainnya 384 423
Subtotal Umbi-umbian 7.850 8.635
Peningkatan Produksi Beras
Ketersediaan beras sebagai makanan pokok di Indonesia sangatlah penting dan
harus diperhatikan. Angka impor beras Indonesia terbilang sangat tinggi walaupun
beberapa tahun terakhir ini sudah mulai menurun. Berarti, konsumsi beras dalam
negeri jauh melebihi kapasitas dan kemampuan produksinya. Hal ini sangat
mengganggu ketahanan pangan negara, karena kebutuhan pangan masih sangat
tergantung pada negara lain.
Ada dua jalan yang harus ditempuh untuk mengatasi masalah ketahanan pangan
ini, yaitu dengan cara meningkatkan produksi beras dan mengurangi konsumsi
beras rumah tangga maupun industri. Untuk meningkatkan produksi beras dalam
negeri ada beberapa upaya yang harus dilakukan, diantaranya adalah
meningkatkan kemampuan produksi beras nasional, memelihara kapasitas
sumberdaya produksi serta meningkatkan produktifitas usaha pangan6.
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi beras nasional adalah
dengan pemeliharaan kapasitas sumberdaya lahan dan perairan, perluasan lahan
baku produksi, peningkatan intensitas tanam, peningkatan produktifitas dan
penekanan kehilangan hasil. Selain itu upaya untuk memelihara kapasitas
produksi dapat dilakukan dengan cara rehabilitasi sistem irigasi, menekan alih
fungsi lahan ke non-pertanian serta membuka lokasi pertanian baru. Dan yang
terakhir upaya memacu peningkatan produktifitas usaha pangan mencangkup; (i)
penciptaan varietas unggul baru dan teknologi berproduksi yang lebih efisien; (ii)
teknologi pasca panen untuk menekan kehilangan hasil; dan (iii) teknologi yang
menunjang peningkatan intensitas tanam.
Diversifikasi Pangan
Program diversifikasi pangan sebenarnya telah ada lima puluhan tahun yang lalu,
namun kebijakan ini mengalami pasang surut. Kekuatan utama program ini adalah
adanya kebijakan tertulis dan tujuan diversifikasi pangan baik dalam Repelita
(sebelum tahun 2000), dalam Propenas (setelah tahun 2000) dan dalam dokumen rencana strategis berbagai instansi di jajaran Deptan, Deperindag, dan Depkes.
7
Program ini bertujuan untuk mengalihkan sebagian konsumsi karbohidrat
masyarakat dari beras menuju sumber pangan pokok non-beras sebagai upaya
untuk mengurangi konsumsi beras dalam negeri. Ini dapat dilakukan dengan suatu
penggalakan gerakan dengan memanfaatkan sumber kalori, protein dan
karbohidrat lainnya yang dapat diproduksi secara lokal.
6 http://www.deptan.go.id/pesantren/bkp/PSP/analisis_permintaan_dan_produksi.htm 7 http://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/5905/1/2003dah_dahrul.pdf
-
(Gambar Daun dan Biji Singkong)
(Gambar Jagung)
(Gambar Ubi Jalar)
Masih banyak sumber pangan lokal yang memiliki kalori, protein dan karbohidrat
yang cukup tinggi selain beras. Diantaranya adalah singkong, jagung, ubi kayu,
talas, ubi jalar, kedelai, kacang tanah dan kacang hijau.
Jagung (Zea mays L.)
Jagung merupakan tanaman golongan rumputan kedua yang
paling luas dibudidayakan di Indonesia setelah padi.
Komoditas ini memiliki potensi untuk menyangga kebutuhan
pangan non beras karena kandungan terbesar biji jagung
adalah karbohidrat, dan potensial digunakan sebagai bahan
baku industri. Menurut Grubben dan Soetjipto (1996) jagung
dapat digunakan sebagai bahan baku berbagai industri
pangan, minuman, kimia dan farmasi serta industri lainnya.
Dari 100 kg jagung dapat diperoleh 3.5 4 kg minyak
jagung, 27 30 kg bungkil, pakan, gluten, serat dan
sebagainya, serta 64 67 kg pati, dan sisanya 15 25 kg
hilang atau terbuang. Jagung berpotensi untuk dikembangkan
sebagai bahan baku diversifikasi pangan karena mengandung
Karbohidrat yang setara dengan serealia lainnya dan
fisikokimia dari pati jagung memiliki karakteristik fungsional
sebagai dietary fiber, beta karotin dan besi.8
Ubi Kayu/Singkong/Ketela Pohon (Manihot esculenta
crantz)
Di Indonesia, ketela pohon menjadi pangan pokok setelah
beras dan jagung. Di beberapa tempat, tanaman ubi kayu ini
dianggap sebagai cadangan pangan dan lumbung hidup.
Umbi singkong merupakan sumber energi yang kaya
karbohidrat namun sangat miskin protein. Sumber protein
yang bagus justru terdapat pada daun singkong karena
mengandung asam amino metionin. Umbi akar singkong
banyak mengandung glukosa dan dapat dimakan mentah.
Rasanya sedikit manis, ada pula yang pahit tergantung pada
kandungan racun glukosida yang dapat membentuk asam
sianida. Umbi yang rasanya manis menghasilkan paling
sedikit 20 mg HCN per kilogram umbi akar yang masih
segar, dan 50 kali lebih banyak pada umbi yang rasanya
pahit. Pada jenis singkong yang manis, proses pemasakan
sangat diperlukan untuk menurunkan kadar racunnya. Dari
umbi ini dapat pula dibuat tepung tapioka.9
Ubi Jalar/Ketela Rambat (Ipomoea batatas L.)
Ubi jalar atau ketela rambat (Ipomoea batatas L.) adalah sejenis tanaman
budidaya. Bagian yang dimanfaatkan adalah akarnya yang membentuk umbi
dengan kadar gizi (karbohidrat) yang tinggi. Di Afrika, umbi ubi jalar
menjadi salah satu sumber makanan pokok yang penting. Di Asia, selain
8 http://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/8191/1/14Qanytah.pdf
9 http://id.wikipedia.org/wiki/Singkong
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sumber_energi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Proteinhttp://id.wikipedia.org/wiki/Asam_aminohttp://id.wikipedia.org/wiki/Metioninhttp://id.wikipedia.org/wiki/Glukosahttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Glukosida&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Asam_sianida&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Asam_sianida&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Asam_sianida&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Tepunghttp://id.wikipedia.org/wiki/Tapiokahttp://id.wikipedia.org/wiki/Tumbuhanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Gizihttp://id.wikipedia.org/wiki/Karbohidrathttp://id.wikipedia.org/wiki/Afrikahttp://id.wikipedia.org/wiki/Makanan_pokok
-
dimanfaatkan umbinya, daun muda ubi jalar juga dibuat sayuran. Terdapat
pula ubi jalar yang dijadikan tanaman hias karena keindahan daunnya. Ubi
jalar terutama yang berdaging umbi oranye atau kuning memiliki potensi
unggulan pada kandungan beta karoten (provitamin A) yang tinggi. Beta
karoten atau provitamin A dalam ubi jalar diketahui memiliki banyak
manfaat bagi tubuh, karena selain mampu memenuhi kebutuhan vitamin A
juga berfungsi sebagai antioksidan untuk melawan radikal bebas dalam
tubuh.10
Tiga sumber pangan yang disebutkan di atas adalah sumber pangan yang sangat
berpotensi dan banyak ditanam di Indonesia serta paling banyak mengandung
karbohidrat sebagai pengganti utama beras. Selain yang disebutkan di atas, masih
banyak lagi pengganti beras yang lain yang tidak hanya mengandung karbohidrat,
tetapi juga protein seperti kedelai, kacang hijau dan kacang tanah yang juga dapat
diusahakan di Indonesia sebagai negara agraris.
Bahan Bacaan
PIP Tim Penyusun. 2009. Kumpulan Makalah Pengantar ke Ilmu-ilmu Pertanian.
Bogor: IPB Press.
Purwono dan Heni Purnamawati. 2009. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan
Unggul. Depok: Penebar Swadaya.
Link Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Singkong
http://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/8387/2/2007ara1.pdf
http://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/6594/1/Perspektif%20Baru%20IPB
.pdf
http://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/5905/1/2003dah_dahrul.pdf
http://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/8191/1/14Qanytah.pdf
http://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/8932/2/2006cme.pdf
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:CWezoyzmEVEJ:www.f
aperta.ugm.ac.id/kagama/download/GLOBALISASI_NASIB_SEKTOR_PE
RTANIAN_%2520INDONESIA.ppt+kedaulatan+pangan+dan+nasib+perta
nian+di+indonesia&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a
http://www.deptan.go.id/pesantren/bkp/PSP/analisis_permintaan_dan_produksi.ht
m
Gambar
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/5/53/Koeh-090.jpg
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/c/c4/Koeh-283.jpg
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/c/c4/Koeh-283.jpg
10
http://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/8932/2/2006cme.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Tanaman_hiashttp://id.wikipedia.org/wiki/Singkonghttp://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/8387/2/2007ara1.pdfhttp://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/6594/1/Perspektif%20Baru%20IPB.pdfhttp://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/6594/1/Perspektif%20Baru%20IPB.pdfhttp://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/5905/1/2003dah_dahrul.pdfhttp://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/8191/1/14Qanytah.pdfhttp://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/8932/2/2006cme.pdfhttp://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:CWezoyzmEVEJ:www.faperta.ugm.ac.id/kagama/download/GLOBALISASI_NASIB_SEKTOR_PERTANIAN_%2520INDONESIA.ppt+kedaulatan+pangan+dan+nasib+pertanian+di+indonesia&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-ahttp://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:CWezoyzmEVEJ:www.faperta.ugm.ac.id/kagama/download/GLOBALISASI_NASIB_SEKTOR_PERTANIAN_%2520INDONESIA.ppt+kedaulatan+pangan+dan+nasib+pertanian+di+indonesia&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-ahttp://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:CWezoyzmEVEJ:www.faperta.ugm.ac.id/kagama/download/GLOBALISASI_NASIB_SEKTOR_PERTANIAN_%2520INDONESIA.ppt+kedaulatan+pangan+dan+nasib+pertanian+di+indonesia&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-ahttp://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:CWezoyzmEVEJ:www.faperta.ugm.ac.id/kagama/download/GLOBALISASI_NASIB_SEKTOR_PERTANIAN_%2520INDONESIA.ppt+kedaulatan+pangan+dan+nasib+pertanian+di+indonesia&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-ahttp://www.deptan.go.id/pesantren/bkp/PSP/analisis_permintaan_dan_produksi.htmhttp://www.deptan.go.id/pesantren/bkp/PSP/analisis_permintaan_dan_produksi.htm