optimalisasi diversifikasi pangan untuk meningkatkan kedaulatan pangan nasional dengan fokus...

23
KARYA TULIS OPTIMALISASI DIVERSIFIKASI PANGAN UNTUK MENINGKATKAN KEDAULATAN PANGAN NASIONAL DENGAN FOKUS INVESTASI DI SUBHILIR PASCAPANEN DAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN ALTERNATIF LOKAL SEBAGAI PENERAPAN PRINSIP ENGEL’S LAW Disusun untuk mengikuti seleksi Lomba Debat Ekonomi (DeAL) FEB UKSW 2013 Oleh: Mursal Fajar Hakim Cahyaning Budi Utami

Upload: mursal-fajar-hakim

Post on 18-Feb-2016

30 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Optimalisasi Diversifikasi Pangan Untuk Meningkatkan Kedaulatan Pangan Nasional Dengan Fokus Investasi Di Subhilir Pascapanen Dan Budidaya Tanaman Pangan Alternatif Lokal Sebagai Penerapan Prinsip Engel’s LawOptimalisasi Diversifikasi Pangan Untuk Meningkatkan Kedaulatan Pangan Nasional Dengan Fokus Investasi Di Subhilir Pascapanen Dan Budidaya Tanaman Pangan Alternatif Lokal Sebagai Penerapan Prinsip Engel’s LawOptimalisasi Diversifikasi Pangan Untuk Meningkatkan Kedaulatan Pangan Nasional Dengan Fokus Investasi Di Subhilir Pascapanen Dan Budidaya Tanaman Pangan Alternatif Lokal Sebagai Penerapan Prinsip Engel’s LawOptimalisasi Diversifikasi Pangan Untuk Meningkatkan Kedaulatan Pangan Nasional Dengan Fokus Investasi Di Subhilir Pascapanen Dan Budidaya Tanaman Pangan Alternatif Lokal Sebagai Penerapan Prinsip Engel’s LawOptimalisasi Diversifikasi Pangan Untuk Meningkatkan Kedaulatan Pangan Nasional Dengan Fokus Investasi Di Subhilir Pascapanen Dan Budidaya Tanaman Pangan Alternatif Lokal Sebagai Penerapan Prinsip Engel’s LawOptimalisasi Diversifikasi Pangan Untuk Meningkatkan Kedaulatan Pangan Nasional Dengan Fokus Investasi Di Subhilir Pascapanen Dan Budidaya Tanaman Pangan Alternatif Lokal Sebagai Penerapan Prinsip Engel’s LawOptimalisasi Diversifikasi Pangan Untuk Meningkatkan Kedaulatan Pangan Nasional Dengan Fokus Investasi Di Subhilir Pascapanen Dan Budidaya Tanaman Pangan Alternatif Lokal Sebagai Penerapan Prinsip Engel’s LawOptimalisasi Diversifikasi Pangan Untuk Meningkatkan Kedaulatan Pangan Nasional Dengan Fokus Investasi Di Subhilir Pascapanen Dan Budidaya Tanaman Pangan Alternatif Lokal Sebagai Penerapan Prinsip Engel’s LawOptimalisasi Diversifikasi Pangan Untuk Meningkatkan Kedaulatan Pangan Nasional Dengan Fokus Investasi Di Subhilir Pascapanen Dan Budidaya Tanaman Pangan Alternatif Lokal Sebagai Penerapan Prinsip Engel’s LawOptimalisasi Diversifikasi Pangan Untuk Meningkatkan Kedaulatan Pangan Nasional Dengan Fokus Investasi Di Subhilir Pascapanen Dan Budidaya Tanaman Pangan Alternatif Lokal Sebagai Penerapan Prinsip Engel’s LawOptimalisasi Diversifikasi Pangan Untuk Meningkatkan Kedaulatan Pangan Nasional Dengan Fokus Investasi Di Subhilir Pascapanen Dan Budidaya Tanaman Pangan Alternatif Lokal Sebagai Penerapan Prinsip Engel’s LawOptimalisasi Diversifikasi Pangan Untuk Meningkatkan Kedaulatan Pangan Nasional Dengan Fokus Investasi Di Subhilir Pascapanen Dan Budidaya Tanaman Pangan Alternatif Lokal Sebagai Penerapan Prinsip Engel’s LawOptimalisasi Diversifikasi Pangan Untuk Meningkatkan Kedaulatan Pangan Nasional Dengan Fokus Investasi Di Subhilir Pascapanen Dan Budidaya Tanaman Pangan Alternatif Lokal Sebagai Penerapan Prinsip Engel’s LawOptimalisasi Diversifikasi Pangan Untuk Meningkatkan Kedaulatan Pangan Nasional Dengan Fokus Investasi Di Subhilir Pascapanen Dan Budidaya Tanaman Pangan Alternatif Lokal Sebagai Penerapan Prinsip Engel’s LawOptimalisasi Diversifikasi Pangan Untuk Meningkatkan Kedaulatan Pangan Nasional Dengan Fokus Investasi Di Subhilir Pascapanen Dan Budidaya Tanaman Pangan Alternatif Lokal Sebagai Penerapan Prinsip Engel’s LawOptimalisasi Diversifikasi Pangan Untuk Meningkatkan Kedaulatan Pangan Nasional Dengan Fokus Investasi Di Subhilir Pascapanen Dan Budidaya Tanaman Pangan Alternatif Lokal Sebagai Penerapan Prinsip Engel’s LawOptimalisasi Diversifikasi Pangan Untuk Meningkatkan Kedaulatan Pangan Nasional Dengan Fokus Investasi Di Subhilir Pascapanen Dan Budidaya Tanaman Pangan Alternatif Lokal Sebagai Penerapan Prinsip Engel’s LawOptimalisasi Diversifikasi Pangan Untuk Meningkatkan Kedaulatan Pangan Nasional Dengan Fokus Investasi Di Subhilir Pascapanen Dan Budidaya Tanaman Pangan Alternatif Lokal Sebagai Penerapan Prinsip Engel’s LawOptimalisasi Diversifikasi Pangan Untuk Meningkatkan Kedaulatan Pangan Nasional Dengan Fokus Investasi Di Subhilir Pascapanen Dan Budidaya Tanaman Pangan Alternatif Lokal Sebagai Penerapan Prinsip Engel’s LawOptimalisasi Diversifikasi Pangan Untuk Meningka

TRANSCRIPT

Page 1: Optimalisasi Diversifikasi Pangan Untuk Meningkatkan Kedaulatan Pangan Nasional Dengan Fokus Investasi Di Subhilir Pascapanen Dan Budidaya Tanaman Pangan Alternatif Lokal Sebagai Penerapan

KARYA TULIS

OPTIMALISASI DIVERSIFIKASI PANGAN UNTUK MENINGKATKAN

KEDAULATAN PANGAN NASIONAL DENGAN FOKUS INVESTASI DI

SUBHILIR PASCAPANEN DAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN

ALTERNATIF LOKAL SEBAGAI PENERAPAN PRINSIP ENGEL’S LAW

Disusun untuk mengikuti seleksi Lomba Debat Ekonomi (DeAL) FEB

UKSW 2013

Oleh:

Mursal Fajar Hakim

Cahyaning Budi Utami

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

SEMARANG

2013

Page 2: Optimalisasi Diversifikasi Pangan Untuk Meningkatkan Kedaulatan Pangan Nasional Dengan Fokus Investasi Di Subhilir Pascapanen Dan Budidaya Tanaman Pangan Alternatif Lokal Sebagai Penerapan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Terwujudnya pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan yang

ditandai dengan kemandirian pangan yang dapat dipertahankan pada tingkat aman

dan dan dalam kualitas gizi yang memadai serta tersedianya instrumen jaminan

pangan untuk tingkat rumah tangga menjadi salah satu visi Indonesia 2025 yang

tertuang dalam UU No 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional.

Namun, visi Indonesia 2025 di bidang ketahanan pangan ini dihadapkan

pada tantangan yaitu ada sekitar 13 persen masyarakat miskin atau sekitar 30 juta

jiwa masyarakat Indonesia tergolong ke dalam rawan pangan. Perlu diketahui

bahwa kondisi ketahanan pangan bersifat dinamis dan berkembang sehingga

permasalahan yang dihadapi juga sangat kompleks, seperti penyediaan pangan

yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat seiring

dengan pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia yang sangat tinggi, pemenuhan

kulitas dan keaneragaman bahan pangan untuk memenuhi gizi juga sangat rendah,

efektifitas pendistribusian bahan pangan dan keterjangkauan pangan (food

accesibility) sangat rendah pula. UU No & tahun 1996 tentang Pangan

menyebutkan bahwa ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan yang

cukup, baik dalam jumlah dan mutunya, aman merata dan terjangkau.

Dari segi konsumsi makanan pokok, masyarakat Indonesia sudah sejak

lama dan membudaya terpaku pada dua komoditi utama, yaitu nasi dan tepung

terigu. Dalam kancah ASEAN, Indonesia merupakan konsumen beras terbesar

pertama, dengan angka konsumsi hingga 32,94 juta ton beras pada 2010 dan 3,9

juta ton tepung terigu pada tahun 2010. Di sisi lain, swasembada pangan di

Indonesia hanyalah impian belaka. Pasalnya sejak turunnya presiden Suharto,

kepemimpinan berikutnya tidak ada yang memandang penting sektor pangan.

Akibatnya produksi pangan dalam negeri tidak dapat memenuhi konsumsi dalam

negeri sehingga kekurangan ini dipenuhi oleh pangan impor. Data Departemen

Pertanian Amerika Serikat pada tahun 2011 volume impor beras indonesia sebesar

Page 3: Optimalisasi Diversifikasi Pangan Untuk Meningkatkan Kedaulatan Pangan Nasional Dengan Fokus Investasi Di Subhilir Pascapanen Dan Budidaya Tanaman Pangan Alternatif Lokal Sebagai Penerapan

1,75 juta ton atau naik 800 ribu ton pada tahun sebelumnya. Hal ini sangat ironis

karena Indonesia dikenal sebagai negara agraris.

Pemerintah telah mengambil kebijakan untuk mengatasi keterpusatan

makanan pokok pada nasi dan tepung terigu. Kementerian Pertanian

mengeluarkan kebijakan salah satunya adalah peningkatan diversifikasi pangan.

Usaha diversifikasi pangan adalah bentuk menyediakan berbagai ragam produk

pangan baik dalam segi jenis maupun bentuk sehingga banyak pilihan bagi

konsuen. Konsep diversifikasi pangan sendiri merupakan program prioritas

pembangunan swasembada pangan untuk mengurangi keterpusatan pangan

terhadap satu produk pangan. Secara konseptual diversifikasi pangan di bagi

menjadi 3 hal yang merupakan sebuah kesatuan aksi, diversifikasi horizontal

(mengubah usaha tani berbasis padi menjadi pangan lain), diversifikasi vertikal

(pengembangan pangan pasca panen), dan diversifikasi regional (pemetaan

pendekatan wilayah atas keaneragaman pangan).

Penganekaragaman konsumsi pangan akan memberi dorongan insentif

pada pengadaan produk pangan yang lebih beragam untuk dikonsumsi, serta

meningkatkan produksi pangan alternatif lokal. Dampak langsungnya adalah

penurunan konsumsi beras secara signifikan di tingkatan rumah tangga. Ditinjau

dari agroekologinya, Indonesia memiliki potensi dalam pengembangan pangan

non beras seprti umbi-umbian. Pusat ketersediaan dan Kerawanan Pangan, Badan

Ketahanan Pangan, Deptan merilis sekitar 20 juta ton untuk ubi kayu, 15,9 juta

ton untuk jagung serta 1,8 juta ton keterbukaan produksi ubi jalar pada tahun

2010. Ketersediaan ini cukup melimpah untuk menggantikan sedikit peran beras

sebagai pangan utama. Maka dengan program deversifikasi pangan ketahanan

pangan dan kedaulatan pangan Indonesia dapat tercapai.

Berbagai studi tentang diversifikasi serta kedaulatan pangan dilakukan

oleh banyak ahli di Indonesia, seperti oleh Martanto dan Ariani (2004),

Manoewoto dan Martianto (2002) dan Hartoyo dan Martianto (2000) diperoleh

bahwa ketergantungan konsumsi pangan sumber karbohidrat khusunya beras

sangat tinggi yaitu melebihi 60an persen, sebaliknya untuk umbi-umbian, sayuran,

buah, dan pangan hewani masih sangat rendah. Upaya peningkatan nilai pangan

lokal alternatif harus didukung dengan pengembangan teknologi pertanian yang

Page 4: Optimalisasi Diversifikasi Pangan Untuk Meningkatkan Kedaulatan Pangan Nasional Dengan Fokus Investasi Di Subhilir Pascapanen Dan Budidaya Tanaman Pangan Alternatif Lokal Sebagai Penerapan

sederhana namun tepat sasaran serta berdampak besar mengingat Sumber Daya

Manusia petani Indonesia belum memadai untuk mengakses teknologi yang

canggih.

Proses pengenalan diversifikasi makanan pun terganjal oleh kebudayaan

masyarakat yang sudah menganggap nasi adalah makanan utama yang harus ada

di setiap rumah tangga ”kalau belum makan nasi, belum makan namanya”.

Tingginya tingkat harga dari infrastruktur pengolahan pascapanen untuk

komoditas alternatif diversifikasi pangan juga menghambat proses diversifikasi

produksi. Berdasarkan hal yang telah dijelaskan di atas, dibutuhkan suatu upaya

untuk meningkatkan kedaulatan pangan nasional. Dalam karya tulis ini penulis

mengangkat judul “Optimalisasi Diversifikasi Pangan untuk Meningkatkan

Kedaulatan Pangan Nasional dengan Fokus Investasi di Subhilir Pascapanen

dan Budidaya Tanaman Pangan Alternatif Lokal sebagai Penerapan Prinsip

Engel’s Law”

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah implementasi diversifikasi pangan sebagai langkah dan

pola pemerkuat ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Menjelaskan implementasi diversifikasi pangan sebagai langkah dan pola

pemerkuat ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional.

Page 5: Optimalisasi Diversifikasi Pangan Untuk Meningkatkan Kedaulatan Pangan Nasional Dengan Fokus Investasi Di Subhilir Pascapanen Dan Budidaya Tanaman Pangan Alternatif Lokal Sebagai Penerapan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Data Pola Pangan Harapan tahun 2008 dan 2009 menunjukan indikasi

yang sangat tinggi terhadap beras daripada bahan pangan sumber karbohidrat

alternatif seperti umbi-umbian. Kombinasi pangan ideal untuk padi-padian adalah

275 gram perkapita perhari, namun kondisi kekiniaan di Indonesia jumlah

konsumsi padi-padian hingga 314,4 gram perkapita perhari pada tahun 2009 dan

326 gram pada tahun 2008. Penurunan ini tidak terlalu signifikan karena diikuti

dengan penurunan sumber karbohidrat alternatif lainnya, yaitu umbi-umbian dari

jumlah idealnya 100 gram perkapita perhari pada tahun 2009 hanya 40,2 gram

dan pada tahun 2008 sekitar 51,7 gram. Hal ini mengindikasikan diversifikasi

pangan masih belum stabil dan belum sesuai harapan (Mahmudi, Mien K dkk.

Tabel Pangan Indonesia)

Indonesia merupakan negera konsumsi beras terbesar di ASEAN, hal ini

dikarenakan pola budaya dan sosial masyarakat yang mempusatkan konsumsi

pangan pokok pada beras. Sedangkan produk pangan alternatif lainnya tidak

diminati karena dirasa tidak sesuai dengan budaya dan ketertarikan sosial

masyarakat. Pola konsumsi pemusatan pada satu produk pangan sangat

membahayakan bagi negara yang besar seperti Indonesia, hal ini dikarenakan akan

sangat rawan apabila terjadi hal yang tidak terduga seperti perubahan iklim

drastis, bencana di daerah kantong lumbung padi, maupun terhentinya pasokan

impor dari negara lain, yang akibatnya akan menaikan harga pasar terhadap beras

dan menaikan pula inflasi secara berkala.

Pola konsumsi makanan pokok dapat direpresentasikan oleh Engel’s Law,

yaitu proporsi anggaran rumah tangga yang dialokasikan untuk membeli pangan

akan semakin kecil seiring dengan peningkatan pendapatan. Sebagai contoh,

Jepang dengan pendapatan perkapita mencapai US$37.800 hanya mengkonsumsi

beras sekitar 60 kg sedangkan Indonesia dengan pendapatan perkapita US$ 2.591

mengkonsumsi beras sekitar 132kg pada tahun 2010. Penurunan konsumsi beras

perkapita di Jepang dikarenakan pendapatan yang tinggi sehingga masyrakat

Page 6: Optimalisasi Diversifikasi Pangan Untuk Meningkatkan Kedaulatan Pangan Nasional Dengan Fokus Investasi Di Subhilir Pascapanen Dan Budidaya Tanaman Pangan Alternatif Lokal Sebagai Penerapan

Jepang mampu menjangkau konsumsi pangan selain karbohidrat, seperti ikan,

daging, susu, dan buahobuahan. Kondisi di Jepang ini sangat kontras dengan

keadaan di negara berkembang Asia. Pada tahun 2005 saja tercapat konsumsi

beras perkapita di ASEAN sekitar 160kg per kapita per tahun. Dapat kita ambil

kesimpulan dari engel’s Law, semakin tinggi pendapatan perkapita suatu negara

semakin rentah pola konsumsi pangan utama. Maka peningkatan pendapatan

perkapita di Indonesia merupakan langkah awal untuk mendukung pola

diversifikasi dan penguatan sektor pangan alternatif lokal.

Selain itu pengolahan secara khusus produk pangan lokal alternatif masih

sangat sedikit, sebagian besar berupa padat karya yang belum ditunjang dengan

infrastruktur yang baik sehingga produktivitas masihs sedikit. Tetapi produksi

turunan sangat digemari seperti mie dan kue yang merupakan produk turunan dari

jagung dan tepung terigu.

2.2 Metode Penulisan

2.2.1 Jenis Penulisan

Karya tulis ini merupakan jenis karya tulis deskriptif (descriptive

research) dengan pendekatan kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang-orang dan

perilaku yang diamati, didukung dengan studi literatur atau studi kepustakaan

berdasarkan pendalaman kajian pustaka berupa data dan angka, sehingga realitas

dapat dipahami dengan baik (Moloeng, 1990:5).

2.2.2 Teknik dan Prosedur Penulisan

Teknik penulisan dilakukan dengan memahami atau mengeksplorasi

beberapa data sehingga mampu memberikan deskripsi tentang masalah yang

dianalisis. Sesuai dengan jenis penulisannya, maka penulisan karya tulis ini

menggunakan teknik penulisan yang berkarakter kualitatif dengan menguraikan,

menjabarkan dan merangkai variabel-variabel yang diteliti menjadi sebuah

untaian kata-kata dalam setiap bagian pembahasan.

Prosedur penulisan karya tulis ilmiah ini adalah:

1. Identifikasi masalah yang ada di masyarakat.

2. Pencarian data dan/atau informasi dari sumber terpercaya.

3. Penyusunan penulisan dirancang secara sistematis dan runtut.

Page 7: Optimalisasi Diversifikasi Pangan Untuk Meningkatkan Kedaulatan Pangan Nasional Dengan Fokus Investasi Di Subhilir Pascapanen Dan Budidaya Tanaman Pangan Alternatif Lokal Sebagai Penerapan

4. Pencarian kajian pustaka atau hasil kajian pustaka yang didukung oleh

hasil pengamatan dan/atau wawancara.

5. Karya tulis dibahas, kesimpulan dan rekomendasi.

2.2.3 Jenis Data dan Analisis Data

Jenis data yang digunakan oleh penulis dalam penyusunan karya tulis ini

adalah jenis data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari orang

kedua yaitu melalui situs-situs internet, jurnal-jurnal maupuan buku-buku yang

membahas tentang ketahanan pangan nasional, diversifikasi pangan melalui

investasi di subhilir pascapanen dan budidaya tanaman lokal. Data-data tersebut

diperoleh dari beberapa media, baik media cetak maupun media elektronik.

Setelah data terkumpul, selanjutnya diikuti dengan kegiatan pengolahan

data (data processing). Setelah proses pengolahan data, berikutnya adalah

menganalisis data dan menginterpretasikannya. Agar hasil analisis ini

memperoleh kebenaran yang ilmiah, maka analisis dalam penelitian ini

dilakukan dengan memperhatikan beberapa tahapan yaitu tahap penyajian bukti

atau fakta (skeptik), memperhatikan permasalahan yang relevan (analitik), dan

tahap menimbang secara obyektif untuk berpikir logis (kritik). (Narbuko,

Achmad, 2004:6).

2.3 Pembahasan

2.3.1 Implementasi Diversifikasi Pangan sebagai Langkah dan Pola

Pemerkuat Ketahanan Pangan dan Kemandirian Pangan Nasional

Gagasan penulis untuk penguatan diversifikasi pangan lokal mengacu pada

teori pertumbuhan ekonomi model Solow. Menurut teori pertumbuhan ekonomi

model solow (Solow Growth Model) menyebutkan, dengan asumsi angkatan kerja

dan teknologi adalah tetap, akumulasi modal atau persediaan modal salah satu

indikator pertumbuhan ekonomi adalah investasi dan depresiasi. Pengeluaran

untuk perluasan usaha serta peralatan baru didukung dengan investasi dan akan

menambah persediaan modal. Sedangkan depresiasi mengacu pada penggunaaan

modal dan menyebabkan persediaan modal berkurang. Pengurangan dua variabel

ini akan menyebabkan meningkat atau bertambahnya persediaan modal sama

dengan nol atau dengan kata lain sumberdaya telah seluruhnya digunakan (full

Page 8: Optimalisasi Diversifikasi Pangan Untuk Meningkatkan Kedaulatan Pangan Nasional Dengan Fokus Investasi Di Subhilir Pascapanen Dan Budidaya Tanaman Pangan Alternatif Lokal Sebagai Penerapan

employment). Ketika berada pada titik full employmen, maka angkatan kerja yang

bekerja mencapai titik optimum. Efeknya pada rumah tangga akan terjadi

pemerataan lapangan pekerjaan sehingga pendapatan yang diterima rumah tangga

dan kesejahteraannya meningkat.

Jepang menjadi tolak ukur untuk dijadikan contoh kasus pertumbuhan

ekonomi yang signifikan, terbukti Jepang merupakan negara adidaya ekonomi

terbesar di Asia, dalam keadaan perang yang buruk pada tahun 1945 kondisi

perekonomian Jepang sangat buruk, kondisi pangan Jepang juga ikut terkena

dampak bahkan persediaan modal Jepang pada titik nol, maka output yang

dihasilkan juga ikut jatuh. Pada fungsi permintaan output yang jatuh Jepang

mempertahankan jumlah investasi dan mengurangi jumlah konsumsi sehingga

persediaan modal lebih banyak, ditambakan dengan variabel investasi dibanding

dikurangi oleh variabel depresiasi. Pertumbuhan persediaan ini dipertahankan

hingga Jepang kembali dalam kondisi mapan dan pendapatan perkapita Jepang

mencapai US$ 37.800 pada tahun 2010.

Titik temu sekaligus jawaban dari program penganekaragaman produksi

pangan adalah meningkatkan tingkat investasi dan mengurangi tingkat konsumsi.

Peningkatan investasi dialokasikan untuk perluasan kesempatan kerja masyarakat.

Mengingat Indonesia adalah negeri agraris maka pengolahan pasca panen

merupakan kunci penganekaragaman pangan. Pembangunan infrastruktur

pengolahan pascapanen harus mendapat porsi investasi yang tinggi. Dengan

pembangunan infrastruktur tersebut maka selain meningkatkan kesejahteraan

pekerjanya masyarakat konsumen dapat memperoleh hasil olahan pangan

berbahan baku lokal dengan mudah sehingga akan menekan harga pasar serta

meningkatkan kualitas produksi sehingga tidak kalah dengan beras dan tepung

terigu dan produk turunannya. Peran serta masyarakatpun harus optimal

mengingat budaya konsumsi beras yang sangat tinggi dan membudaya. Peran ini

dapat dilaksanakan pada jangka panjang dan diharapkan selera konsumen

Indonesia dapat menerima bahan baku lokal sebagai pilihan bahan pangan

konsumsi utama selain beras dan tepung terigu, sesuai dengan Engel’s Law maka

peningkatan pendapatan merupakan point utama dalam pemerataan serta

Page 9: Optimalisasi Diversifikasi Pangan Untuk Meningkatkan Kedaulatan Pangan Nasional Dengan Fokus Investasi Di Subhilir Pascapanen Dan Budidaya Tanaman Pangan Alternatif Lokal Sebagai Penerapan

penganekaragaman pangan, sehingga pilihan pangan masyarakat bisa beragam

dikarenakan mampu membeli bahan pangan sekunder.

Subsistem budidaya pun harus didukung dengan investasi yang tinggi

selain pada subsistem hilir atau pengolahan pascapanen, subsitem budidaya sangat

didukung dengan iklim tropis, tanah yang subur, dan banyakanya varietas

tanaman pangan. Salah satunya dengan membuka sentra-sentra budidaya untuk

bahan pangan lokal secara merata di seluruh daerah. Pembukaan sentra budidaya

ini juga diharapkan mampu menyuplai dan membuka lapangan kerja sehingga

akan meningkatkan pendapatan perkapita yang merata dan menyebar. Pembuatan

sentra budidaya tanaman lokal merupakan langkah peningkatan pendapatan

perkapita di Indonesia perlu mendapatkan atensi khusus oleh pemerintah dan

menjadi pertimbangan pemerintah mengingat masih banyak lahan kosong yang

subur di Indonesia terutama di luar pulau Jawa yang masih belum dimanfaatkan

secara menyeluruh. Peningkatan pendapatan perkapita masyrakat akan

berimplikasi kepada pola konsumsi masyarakat yang beraneka ragam sehingga

diversifikasi konsumsi masyarakat bisa diwujudkan dalam jangka panjang, hal ini

mengignat bahwa sektor pertanian merupakan sektor penyerap tenaga kerja

terbesar di Indonesia (Harry Azhar Aziz, 2010). Revolusi pangan lokal ini kami

ajukan untuk pengakaragaman bahan pangan lokal seperti singkong, jagung, dan

sebagainya dengan peningkatan kesejahteraan petani hilir maupun subsistem pada

budidaya. Dengan itu maka pendapatan perkapita pun dapat naik sehingga pola

konsumsi masyarakat akan meningkat dan pola konsumsi memusat pada satu

produk pangan seperti beras dapat ditinggalkan. Melalui langkah tersebut

kedaulatan pangan dan kesejahteraan masyarakat terjamin, kedaulatan bangsa pun

bisa dipertahankan.

Untuk mencapai hasil yang maksimal dari gagasan ini maka diperlukan

langkah strategis guna mencapai program diversifikasi baik dari segi produksi

maupun konsumsi. Peningkatan pendapatan perkapita dan investasi yang tinggi

berkolerasi erat dengan pola konsumsi pangan masyarakat dapat dicapai apabila

tingkat kemiskinan serta pengangguran di negeri ini berkurang. Untuk mencapai

peningkatan pendapatan perkapita dapat dilakukan dengan pembukaan lapangan

kerja dalam sentra budidaya tanaman pangan lokal sehingga menyerap tenaga

Page 10: Optimalisasi Diversifikasi Pangan Untuk Meningkatkan Kedaulatan Pangan Nasional Dengan Fokus Investasi Di Subhilir Pascapanen Dan Budidaya Tanaman Pangan Alternatif Lokal Sebagai Penerapan

kerja dan mengurangi angka pengangguran serta menunjang program diversifikasi

produksi pangan lokal.

Pencapaian tingkat investasi untuk dialokasikan ke dalam infrastruktur

serta program peningkatan produksi pascapanen dapat dilakukan dengan peran

langsung dari pemerintah. Dilanjutkan dengan program lanjutan edukasi dan

sosialisasi dua arah yang dilakukan dengan pemerintah dan masyarakat agraris.

Hal ini dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tabungan negara dan

menurunkan tingkat konsumsi. Harapannya peningkatan tabungan —sesuai

dengan model pertumbuhan Solow (solow growth model)— akan berimplikasi

terhadap peningkatan tingkat investasi negara yang dilaokasikan ke dalam

industri agribisnis.

Page 11: Optimalisasi Diversifikasi Pangan Untuk Meningkatkan Kedaulatan Pangan Nasional Dengan Fokus Investasi Di Subhilir Pascapanen Dan Budidaya Tanaman Pangan Alternatif Lokal Sebagai Penerapan

BAB III

Simpulan dan Saran

Simpulan dari gagasan di atas adalah bagaimana mengimplemantasikan

program diversifikasi pangan untuk menghasilkan produk alternatif yang lebih

optimal dan berkualitas tidak kalah dengan kualitas produk pangan pusat seperti

beras dan tepung terigu. Peningkatan pendapatan perkapita seperti tertuang dalam

Engel’s Law merupakan langkah yang tepat untuk mendukung program

diverifikasi pangan agar tetap mempertahankan kedaulatan pangan nasional.

Peningkatan pendapatan perkapita masyarakat ini dapat di lakukan dengan

berbagai cara, namun agar terkorelasi dengan sistem penetapan kebijakan pangan

maka dapat dilakukan dengan peningkatan agribisnis terlebih dahulu.

Nilai tambah dari peningkatan pendapatan ini juga akan meningkatkan

pertumbuhan ekonomi sehingga meningkatkann penyerapan tenaga kerja dan

mengurangi pengangguran. Peran pemerintah dalam hal ini sangat penting

dikarenakan program diversifikasi ini vital hukumnya, sehingga kebijakan

pemerintah dalam pengaturan laju neraca perdagangan dan pembangunan

infrastruktur pengolahan pasca panen yang harus mendapatkan porsi investasi

tinggi kearah pembangunan sesuai dengan model pertumbuhan Solow (solow

growth model) peningkatan investasi dipengaruhi oleh peningkatan tabungan

dengan korelasi penurunan konsumsi masyarakat.

Industri bahan pangan lokal alternatif juga merupakan hal yang

berhubungan langsung dan dampaknya sangat besar dengan diversifikasi pangan.

Pembangunan dan pengaturan pola agribisnis yang prorakyat dan terintegrasi

dengan pola konsumsi masyarakat akan sesuai dengan kearifan lokal yang ada.

Adapun saran yang penulis ajukan terkait dengan penjelasan di atas, antara

lain: Peraturan Presiden sampai Undang-Undang yang pro terhadap petani

sehingga birokrasi tidak berbelit-belit, segenap civitas akademika dan lembaga

institusi pendidikan tinggi agar menjadi katalisator kebijakan pemerintahdengan

data empiris yang akan dilaksanakan oleh pelaku-pelaku pertanian.

Page 12: Optimalisasi Diversifikasi Pangan Untuk Meningkatkan Kedaulatan Pangan Nasional Dengan Fokus Investasi Di Subhilir Pascapanen Dan Budidaya Tanaman Pangan Alternatif Lokal Sebagai Penerapan

Daftar Pustaka

Mankiw, N Grefory. 2006. Makroekonomi. Jakarta : Erlangga

Mahmudi. Mien K dkk.2008. Tabel Pangan Indonesia. Jakarta PT Elex Media

Komputindo

Mardianto, Sudi, Mewa ariani. 2004. Kebijakan Proteksi dan Promosi Komoditas

Beras di Asida dan Prospek Pengembangannya di Indonesia. Agricultural

policy Analysis Volume 2 Nomor 4, Desember 2004

Moleong, Lexy. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.

Narbuko, Cholid Dan Achmadi, Abu. 2004. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Pranadji, Tri. 2004. Perspektif Pengembangan Nilai – Nilai Sosial – Budaya

Bangsa. Agricultural policy Analysis Volume 2 Nomor 4, Desember

2004

Page 13: Optimalisasi Diversifikasi Pangan Untuk Meningkatkan Kedaulatan Pangan Nasional Dengan Fokus Investasi Di Subhilir Pascapanen Dan Budidaya Tanaman Pangan Alternatif Lokal Sebagai Penerapan

Lampiran

Tabel 1.

Pola Pangan Harapan 2008-2009

Page 14: Optimalisasi Diversifikasi Pangan Untuk Meningkatkan Kedaulatan Pangan Nasional Dengan Fokus Investasi Di Subhilir Pascapanen Dan Budidaya Tanaman Pangan Alternatif Lokal Sebagai Penerapan

Gambar 1.

Peta Konsep Implementasi Diversifikasi Pangan sebagai Langkah dan Pola

Pemerkuat Ketahanan Pangan dan Kemandirian Pangan Nasional

Page 15: Optimalisasi Diversifikasi Pangan Untuk Meningkatkan Kedaulatan Pangan Nasional Dengan Fokus Investasi Di Subhilir Pascapanen Dan Budidaya Tanaman Pangan Alternatif Lokal Sebagai Penerapan

Daftar Riwayat Hidup

Ketua

Nama Lengkap : Mursal Fajar Hakim

NIM : 7101411289

Tempat, Tanggal Lahir : Tegal, 27 Juli 1994

Alamat : Jln. Anggrek II, Depan SMK 2 Adiwerna Tegal

No. Hp : 085641810168

Karya Ilmiah : 1. Touring si Trimbil: Jawaban Pendidikan Karakter Anak Pantura

3 “Entrepreneur Leader House” sebagai Sarana Pendampingan Wirausaha Siswa SMK Jurusan Otomotif di Kabupaten Tegal4 Hukum Agraris Kolonial Bukan Salusi Kedaulatan Pangan5 Kedaulatan Pangan Sumber Idiil Jati Diri Indonesia 6 Pemuda Bicaralah Politik

Anggota 1

Nama Lengkap : Cahyaning Budi Utami

NIM : 7101411363

Tempat, Tanggal Lahir : Pati, 23 Maret 19954

Alamat : Desa Sunggingwarno Rt/Rw: 6/1, Gabus, Pati

No. Hp : 085641829651

Karya Ilmiah : 1. Komersialisasi Produk Manisan Kering Labu Siam “Dried Sweet Chayote” yang Bernilai Ekonomis dan Berkhasiat Tinggi

2. Pengaruh Mata Kuliah Pendidikan Anti Korupsi terhadap Budaya Menyontek Mahasiswa PPKn FIS Unnes

3. Ho-Cat (Honest Certificate) sebagai Salah Satu Upaya untuk Menghindari Kebisaan Menyontek di Kalangan Mahasiswa Unnes

Page 16: Optimalisasi Diversifikasi Pangan Untuk Meningkatkan Kedaulatan Pangan Nasional Dengan Fokus Investasi Di Subhilir Pascapanen Dan Budidaya Tanaman Pangan Alternatif Lokal Sebagai Penerapan

Anggota 2

Nama Lengkap : Dewi Sukmawati

NIM : 7101410022

Tempat, Tanggal Lahir :

Alamat :

No. Hp :

Karya Ilmiah : 1. Musa Paradiasiaca sosis (Sosis Jantung Pisang) sebagai Alternatif Sosis Nabati Guna Pengembangan usaha Mandiri di Desa Wiradesa

2. Grikesa (Griya Kreasi Sampah) sebagai Alternatif Pengolahan Sampah Guna Menciptakan Usaha Mandiri di Desa Puguh Kec. Boja Kab. Kendal

3. Pasta Rice Bran DEPASTO (Dedak Padi Saus Tomat) sebagai Sumber Serat Pangan dan Tinggi Vit B Kompleks: Usaha Mandiri Desa Wiradesa