distosia jadi

20
ASUHAN KEPERAWATAN PERSALINAN DENGAN KOMPLIKASI DISTOSIA KARENA KELAINAN PANGGUL DISUSUN OLEH : BAYU CAHYO N DEVI KURNIAWATI PUTRI WIJAYANTI TIKA DWI RAHAYU WIDYA SEPTI NURAINI YUSSI KURNIAWAN SEMESTER VI – C PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN CENDEKIA MEDIKA

Upload: gendrux-zibbzibb

Post on 22-Dec-2015

219 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

DISTOSIA JADI

TRANSCRIPT

Page 1: DISTOSIA JADI

ASUHAN KEPERAWATAN

PERSALINAN DENGAN KOMPLIKASI DISTOSIA KARENA KELAINAN PANGGUL

DISUSUN OLEH :

BAYU CAHYO N

DEVI KURNIAWATI

PUTRI WIJAYANTI

TIKA DWI RAHAYU

WIDYA SEPTI NURAINI

YUSSI KURNIAWAN

SEMESTER VI – C

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2014

Page 2: DISTOSIA JADI

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dalam keadaan fisiologis normal, persalinan (persalinan normal) dapat berlangsung

sediri walau tanpa intervensi penolong. Ada 3 (tiga) factor “P” utama yang berpengaruh terhadap

kelancaran suatu persalinan. 3 (tiga) faktor “P” tersebut adalah Power, Passage, Passanger.

Power adalah kekuatan sang Ibu, Passage adalah keadaan jalan lahir dan Passanger adalah

keadaan janin. Disamping 3 faktor “P” masih ada faktor-faktor lain diantaranya Psikologi Ibu

(respon Ibu), penolong saat bersalin, dan juga posisi ibu saat persalinan. Jadi dalam hal ini

diperlukan adanya keseimbangan antara faktor “P” dengan faktor pendukung lainnya sehingga

persalinan normal diharapkan berlangsung dengan selamat. Jika faktor “P” tersebut terjadi satu

gangguan maka hal ini proses persalinan menjadi terganggu. Gangguan, kesulitan atau

kelambanan dalam persalinan ini disebut Distosia.

Distosia terjadi disebabkan karena adanya kelainan His (Power), hal ini menyebabkan

terhambatnya proses kelahiran sehingga proses persalinan menjadi terhambat atau terjadi

kemacetan. Distosia memberikan dampak atau pengaruh yang buruk bagi sang ibu maupun janin.

Pengenalan dini disertai penanganan yang tepat akan menentukan prognosis ibu maupun janin.

1.2 Rumusan masalah

1) Menjelaskan Pengertian Distosia karena kelainan His.

2) Menjelaskan penyebab dan proses terjadinya Distosia karena kelainan His.

3) Menjelaskan Distosia karena kelainan His dengan konsep Asuhan Keperawatan.

4) Mengetahui Peran Perawat dalam menolong persalinan yang mengalami Distosia karena

kelainan His.

5) Sebagai referensi tambahan untuk pembahasan yang sejenis.

1.3 Tujuan

Page 3: DISTOSIA JADI

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian

Distosia didefinisikan sebagai persalinan yang panjang, sulit, atau abnormal,  yang

timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan 5 faktor persalinan (Bobak, 2004 :

784) . 5 faktor tersebut adalah :

1) Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau akibat upaya

mengedan ibu (kekuatan/power).

2) Perubahan struktur pelvis (jalan lahir).

3) Sebab pada janin meliputi kelainan presentasi/kelainan posisi, bayi besar, dan jumlah

bayi.

4) Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan.

5) Respons psikologis ibu terhadap persalinan yang berhubungan dengan pengalaman,

persiapan, budaya, serta sistem pendukung.

Kelima faktor ini bersifat interdependen. Dalam mengkaji pola persalinan abnormal wanita,

seorang tenaga medis harus mempertimbangkan interaksi kelima faktor ini dan bagaimana

kelima faktor tersebut mempengaruhi proses persalinan. Distosia diduga terjadi jika kecepatan

dilatasi serviks, penurunan dan pengeluaran (ekspulsi) janin tidak menunjukan kemajuan, atau

jika karakteristik kontraksi uterus menunjukan perubahan.

Distosia adalah kelambatan atau kesulitan dalam jalannya persalinan yang disebabkan

karena kelainan his ( his hipotonik dan his hipertonik ), kelainan besar janin, bentuk janin

( hidrocefalus, kembar siam, prolaps tali pusat ), letak janin ( letak sungsang, letak melintang ),

serta karena kelainan jalan lahir.  (Rustam Mukhtar, 1994)

Kelainan his adalah suatu keadaan dimana his tidak normal, baik kekuatannya maupun

sifatnya sehingga menghambat kelancaran persalinan.

Distosia kelainan His (Power) merupakan His yang abnormal dalam kekuatan atau sifatnya

menyebabkan kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, tidak

dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan atau kemacetan.

Page 4: DISTOSIA JADI

His yang normal atau adekuat adalah his persalinan yang menyebabkan kemajuan persalinan.

His persalinan tersebut meliputi :

1) Secara klinis yaitu minimal 3 kali kontraksi dalam 10 menit, biasanya selama 40-60

detik,

2) KTG yaitu 3 kali kontraksi dalam 10 menit, biasanya selama 40-60 detik dengan tekanan

intrauterina 40-60 mmHg.

3) Tonus otot rahim diluar his tidak seberapa tinggi, lalu meningkatkan pada waktu his.

Pada kala pembukaan servik ada 2 fase : fase laten dan fase aktif yang digambarkan pada

servikogram menurut friedman.

4) Kotraksi rahim dimulai pada salah satu tanduk rahim, sebelah kanan atau kiri, lalu

menjalar keseluruh otot rahim.

5) Fundus uteri berkontraksi lebih dulu (fundal dominan) lebih lama dari bagian-bagian lain.

Bagian tengah berkontraksi agak lebih lambat, lebih singkat dan tidak sekuat kontraksi

fundus uteri bagian bawah (segmen bawah rahim) dan serviks tetap pasif atau hanya

berkontraksi sangat lemah.

Sifat-sifat his : lamanya, kuatnya, keteraturannya, seringnya dan relaksasinya, serta sakitnya.

2.2 Etiologi

Distosia dapat disebabkan oleh :

1) Kelainan tenaga/ power

2) Kelainan jalan lahir/ passage

3) Kelainan letak dan bentuk janin/ passage

2.3 Klasifikasi

A. Kelainan His

His yang tidak normal baik kekuatan atau sifatnya sehingga menghambat kelancaran

persalinan.

Jenis kelainan :

a) Inersia uteri : His yang sifatnya lebih lama, singkat dan jarang dibandingkan his

normal Inersia uteri pimer. Kelemahan his timbul sejak permulaan persalinan. Inersia

Page 5: DISTOSIA JADI

uteri sekunder. Kelemahan timbul sesudah adanya his yang kuat, teratur dalam waktu

yang lama.

b) Tetania uteri (hypertonic  uterin contraction). His yang terlalu kuat dan terlalu sering

sehingga tidak ada relaksasi rahim.

c) Incoordinate uterin action. Sifat his yang berubah dimana tidak ada koordinasi dan

sikronisasi antara kontraksi dan bagian-bagiannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi

:

Kehamilan primi gravida tua atau multi gravida

Herediter

Emosi dan kekuatan

Kelainan uterus

Kesalahan pemberian obat

Kesalahan pimpinan persalinan

Kehamilan kembar dan post matur

Letak lintang

a. Jenis kelainan jalan lahir

1) Kelainan bentuk panggul

Perubahan bentuk karena kelainan pertumbuhan intra uterin.

Panggul naegele

Panggul Robert

Split pelvis

Panggul asimilasi

a) Perubahan bentuk karena penyakit pada tulang panggul/ sendi panggul.

Osteomalasia

Neoplasma

Atrofi, karies, nekrosis

Penyakit pada sendi sakroiliaca dan sendi sakrokoksigea

b) Perubahan bentuk karena penyakit tulang belakang

Kiposis

Skoliosis

Page 6: DISTOSIA JADI

Spondilolitesis

c) Perubahan bentuk karena penyakit kaki

b. Kalainan traktus genitalia

1) Kelainan jenis janin

a) Kelainan letak kepala/ mal presentasi/ mal posisi diantaranya :

Letak sunsang

Letak lintang

b) Kelainan bentuk dan ukuran janin diklasifikasikan :

Distosia kepala pada hidrocepalus, kepala besar, higronoma koli (tumor

dileher)

Distosia bahu pada janin dengan bahu besar

Distosia perut pada hidropsfetalis, asites

Distosia bokong pada spina bifida dan tumor pada bokong janin

Kembar siam

2.4 Patofisiologi

His yang normal dimulai dari salah satu sudut di fundus uteri yang kemudian menjalar

merata simetris ke seluruh korpus uteri dengan adanya dominasi kekuatan pada fundus uteri di

mana lapisan otot uterus paling dominan, kemudian mengadakan relaksasi secara merata dan

menyeluruh hingga tekanan dalam ruang amnion balik ke asalnya ± 10 mmHg.

Incoordinate uterine action yaitu sifat His yang berubah. Tonus otot uterus meningkat, juga

di luar His dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada sinkronasi

kontraksi bagian-bagiannya. Tidak adanya koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan

bawah menyebabkan His tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.

Disamping itu, tonus otot uterus yang menaik menyebabkan rasa nyeri yang lebih keras dan

lama bagi ibu dapat pula menyebabkan hipoksia pada janin. His ini juga di sebut sebagai

Incoordinate hypertonic uterine contraction. Kadang-kadang pada persalinan lama dengan

ketuban yang sudah lama pecah, kelainan His ini menyebabkan spasmus sirkuler setempat,

sehingga terjadi penyempitan kavum uteri pada tempat itu. Ini dinamakan lingkaran kontraksi

atau lingkaran kontriksi. Secara teoritis lingkaran ini dapat terjadi dimana-mana, tetapi biasanya

ditemukan pada batas antara bagian atas dengan segmen bawah uterus. Lingkaran kontriksi tidak

Page 7: DISTOSIA JADI

dapat diketahui dengan pemeriksaan dalam, kecuali kalau pembukaan sudah lengkap sehingga

tangan dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri.

2.5 Manifestasi Klinik

Ibu : Gelisah, Letih, Suhu tubuh meningkat, Nadi dan pernafasan cepat, Edem pada vulva dan

servik dan Bisa jadi ketuban berbau Janin.

Janin : DJJ cepat dan tidak teratur.

2.6 Pelaksanaan Terapeutik

1. Penanganan Umum

- Nilai dengan segera keadaan umum ibu dan janin

- Lakukan penilaian kondisi janin : DJJ

- Kolaborasi dalam pemberian : Infus RL dan larutan NaCL isotanik (IV)

- Berikan analgesia berupa tramandol/ peptidin 25 mg (IM) atau morvin 10 mg (IM)

- Perbaiki keadaan umum

- Dukungan emosional dan perubahan posisi

2. Penanganan Khusus

a) Kelainan His

- TD diukur tiap 4 jam

- DJJ tiap 1/2 jam pada kala I dan tingkatkan pada kala II

Pemeriksaan dalam :

- Infus RL 5% dan larutan NaCL isotonic (IV)

- Berikan analgetik seperti petidin, morfin

- Pemberian oksitosin untuk memperbaiki his

b) Kelainan janin

- Pemeriksaan dalam

- Pemeriksaan luar

- MRI

- Jika sampai kala II tidak ada kemajuan dapat dilakukan seksiosesaria baik primer

pada awal persalinan maupun sekunder pada akhir persalinan

c) Kelainan jalan lahir

Page 8: DISTOSIA JADI

- Kalau konjungata vera <8 (pada VT terba promontorium) persalinan dengan SC.

 

BAB 3

TINJAUAN KASUS

Page 9: DISTOSIA JADI

3.1 Pengkajian

Identitas Klien :

Riwayat Kesehatan :

Riwayat Kesehatan Dahulu :

Riwayat Kesehatan Sekarang :

Riwayat Kesehatan Keluarga :

Riwayat Kesehatan Dahulu :

a. Kepala : rambut tidak rontok, kulit kepala bersihtidak ada ketombe

b. Mata       : Biasanya konjungtiva anemis

c. Thorak : Inpeksi pernafasan : Frekuensi, kedalam, jenis pernafasan,

d. Abdomen : Kaji his (kekuatan, frekuensi, lama), biasanya his kurang semenjak

awal persalinan atau menurun saat persalinan, biasanya posisi, letak, presentasi

dan sikap anak normal atau tidak, raba fundus keras atau lembek, biasanya anak

kembar/ tidak, lakukan perabaab pada simpisis biasanya blas penuh/ tidak untuk

mengetahui adanya distensi usus dan kandung kemih.

e. Vulva dan Vagina : Lakukan VT, biasanya ketuban sudah pecah atau belum,

edem pada vulva/ servik, biasanya teraba promantorium, ada/ tidaknya kemajuan

persalinan, biasanya teraba jaringan plasenta untuk mengidentifikasi adanya

plasenta previa.

f. Panggul : Lakukan pemeriksaan panggul luar, biasanya ada kelainan bentuk

panggul dan kelainan tulang belakang

3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman : nyeri b/d tekanan kepala pada servik, partus lama, kontraksi

tidak efektif.

2. Resiko tinggi cedera janin b/d penekanan kepala pada panggul, partus lama, CPD.

3. Resiko tinggi kekurangan cairan b/d hipermetabolisme, muntah, pembatasan masukan

cairan.

4. Resiko tinggi cedera maternal b/d kerusakan jaringan lunak karena persalinan lama.

Page 10: DISTOSIA JADI

5. Resiko tinggi infeksi b/d rupture membrane, tindakan invasive.

6. Cemas b/d persalinan lama.

3.3 Intervensi

1. Gangguan rasa nyaman : nyeri b/d tekanan kepala pada servik, partus lama, kontraksi

tidak efektif.

Tujuan : Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi/ nyeri berkurang.

Kriteria :              

- Klien tidak merasakan nyeri lagi.

- Klien tampak rilek

- Kontraksi uterus efektif

- Kemajuan persalinan baik

Intervensi :

a. Tentukan sifat, lokasi dan durasi nyeri, kaji kontraksi uterus, hemiragic dan nyeri tekan

abdomen.

Rasional : Membantu dalam mendiagnosa dan memilih tindakan, penekanan kepala

pada servik yang berlangsung lama akan menyebabkan nyeri.

b. Kaji intensitas nyeri klien dengan skala nyeri

Rasional : Setiap individu mempunyai tingkat ambang nyeri yang berbeda, denga

skala dapat diketahui intensitas nyeri klien.

c. Kaji stress psikologis/ pasangan dan respon emosional terhadap kejadian

Rasional : Ansietas sebagai respon terhadap situasi darurat dapat memperberat

derajat ketidaknyamanan karena sindrom ketegangan takut nyeri.

d. Berikan lingkungan yang nyaman, tenang dan aktivitas untuk mengalihkan nyeri, Bantu

klien dalam menggunakan metode relaksasi dan jelaskan prosedur.

Rasional : Teknik relaksasi dapat mengalihkan perhatian dan  mengurangi rasa

nyeri.

e. Kuatkan dukungan social/ dukungan keluarga.

Page 11: DISTOSIA JADI

Rasional : Dengan kehadiran keluarga akan membuat klien nyaman, dan dapat

mengurangi tingkat kecemasan dalam melewati persalinan, klien merasa diperhatikan dan

perhatian terhadap nyeri akan terhindari.

f. Kolaborasi : Berikan narkotik atau sedative sesuai instruksi dokter

Rasional : Pemberian narkotik atau sedative dapat mengurangi nyeri hebat, siapkan

untuk prosedur bedah bila diindikasikan.

2. Resiko tinggi cedera janin b/d penekanan kepala pada panggul, partus lama, CPD.

Tujuan : Cedera pada janin dapat dihindari

Kriteria :

- DJJ dalam batas normal

- Kemajuan persalinan baik

Intervensi :

a. Melakukan manuver Leopold untuk menentukan posis janin dan presentasi

Rasional : Berbaring tranfersal atau presensasi bokong memerlukan kelahiran

sesarea. Abnormalitas lain seperti presentasi wajah, dagu, dan posterior juga dapat

memerlukan intervensi khusus untuk mencegah persalinan yang lama

b. Dapatkan data dasar DJJ secara manual dan atau elektronik, pantau dengan sering

perhatikan variasi DJJ dan perubahan periodic pada respon terhadap kontraksi uterus.

Rasional : DJJ harus direntang dari 120-160 dengan variasi rata-rata percepatan

dengan variasi rata-rata, percepatan dalam respon terhadap aktivitas maternal, gerakan

janin dan kontraksi uterus.

c. Catat kemajuan persalinan.

Rasional : Persalinan lama/ disfungsional dengan perpanjangan fase laten dapat

menimbulkan masalah kelelahan ibu, stress berat, infeksi berat, haemoragi karena atonia/

rupture uterus. Menempatkan janin pada resiko lebih tinggi terhadap hipoksia dan cedera

d. Infeksi perineum ibu terhadap kutil vagina, lesi herpes atau rabas klamidial

Page 12: DISTOSIA JADI

Rasional : Penyakit hubungan kelamin didapat oleh janin selama proses melahirkan

karena itu persalinan sesaria dapat diidentifikasi khususnya klien dengan virus herpes

simplek tipe II

e. Catat DJJ bila ketuban pecah setiap 15 menit.

Rasional : Perubahan pada tekanan caitan amnion dengan rupture atau variasi

deselerasi DJJ setelah robek dapat menunjukkan kompresi tali pusat yang menurunkan

transfer oksigen kejanin.

f. Posisi klien pada posisi punggung janin

Rasional : Meningkatkan perfusi plasenta/ mencegah sindrom hipotensif telentang.

3.4 Implementasi

Setelah rencana tindakan keperawatan disusun secara sistemik. Selanjutnya rencana tindakan

tersebut diterapkan dalam bentuk kegiatan yang nyata dan terpadu guna memenuhi kebutuhan

dan mencapai tujuan yang diharapkan.

3.5 Evaluasi

Akhir dari proses keperawatan adalah ketentuan hasil yang diharapkan terhadap perilaku dan

sejauh mana masalah klien dapat teratasi. Disamping itu perawat juga melakukan umpan balik

atau pengkajian ulang jika tujuan ditetapkan belum berhasil/ teratasi.

Page 13: DISTOSIA JADI

BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Persalinan tidak selalu berjalan lancar, terkadang ada kelambatan dan kesulitan yang

dinamakan distosia. Salah satu penyebab distosia itu adalah karena kelainan his yaitu suatu

keadaan dimana his tidak normal, baik kekuatannya maupun sifatnya sehingga menghambat

kelancaran persalinan. Kelainan his dapat diklasifikasikan menjadi Insersia uteri hipotoni

(disfungsi uteri hipotonik) yaitu kontraksi uterus terkoordinasi  tetapi tidak adekuat. Disini

kekuatan his lemah dan frekuensinya jarang. Sering dijumpai pada penderita dengan keadaan

umum kurang baik seperti anemia, uterus yang terlalu teregang misalnya akibat hidroamnion

atau kehamilan kembar atau makrosomia, grandemultipara atau primipara, serta pada penderita

dengan keadaan emosi kurang baik. dan  Insersia uteri hipertoni (disfungsi uteri hipertonik /

disfungsi uteri inkoordinasi) yaitu kontraksi uterus tidak terkoordinasi, kuat tetapi tidak adekuat,

kelainan his dengan kekuatan cukup besar (kadang sampai melebihi normal) namun tidak ada

koordinasi kontraksi dari bagian atas, tengah dan bawah uterus, sehingga tidak efisien untuk

membuka serviks dan mendorong bayi keluar.

4.2 Saran

1. Ibu Hamil.

Diharapkan kepada ibu selama dalam masa kehamilan agar melakukan kunjungan /

pemeriksaan kehamilan, untuk mengetahui perubahan berat badan pada ibu dan bayi bertambah

atau tidak sesuai dengan usia kehamilan ataupun ibu yang mengalami riwayat penyakit

sistematik. Agar nantinya bisa didiagnosa apakah ibu bisa bersalin dengan normal atau tidak.

2. Petugas Kesehatan

Diharapkan kepada tenaga kesehatan agar mampu menekan AKI/AKB dengan cara

mengurangi komplikasi-komplikasi yang terjadi pada ibu hamil.

Page 14: DISTOSIA JADI

3. Penulis

Agar dapat meningkatkan pengetahuan maupun wawasan pembelajaran serta pengalaman

dalam praktek asuhan kebidanan. Khususnya mengenai asuhan kebidanan ibu bersalin dengan

komplikasi seperti distosia.

4. Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat menjadi bahan kajian maupun referensi dalam menambah khazanah

perpustakaan.

Page 15: DISTOSIA JADI

DAFTAR PUSTAKA