referat distosia

42
PENDAHULUAN Tahun 2002, angka kejadian tindakan seksio sesar – CS di USA ± 26% .American College of Obstetricians and Gynecologist (2003) menyatakan bahwa sekitar 60% persalinan dengan SC dilakukan atas indikasi distosia. Distosia atau persalinan sulit ditandai dengan proses persalinan yang berjalan lambat. Gangguan persalinan umumnya disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian ukuran antara bagian terendah janin dengan jalan lahir. Roy (2003) mengemukakan pendapatnya bahwa tingginya diagnosa distosia merupakan akibat dari perkembangan perubahan lingkungan yang berlangsung lebih cepat dari pada perkembangan evolusi manusia itu sendiri. Joseph dkk (2003) melakukan analisa karakteristik maternal berkaitan dengan kenaikan angka kejadian SC di Nova Scotia. Mereka melaporkan bahwa kenaikan angka kejadian SC tersebut berhubungan dengan perubahan pada usia maternal, paritas, berat badan sebelum hamil dan pertambahan berat badan selama kehamilan. Nuthalapaty dkk (2004) dan Wilkes dkk (2003) mengemukakan adanya hubungan antara berat badan maternal dengan distosia. PANDANGAN UMUM

Upload: bambang-hady-pratama

Post on 31-Jul-2015

554 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: referat distosia

PENDAHULUAN

Tahun 2002, angka kejadian tindakan seksio sesar – CS di USA ± 26% .American

College of Obstetricians and Gynecologist (2003) menyatakan bahwa sekitar 60% persalinan

dengan SC dilakukan atas indikasi distosia.

Distosia atau persalinan sulit ditandai dengan proses persalinan yang berjalan lambat.

Gangguan persalinan umumnya disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian ukuran antara bagian

terendah janin dengan jalan lahir.

Roy (2003) mengemukakan pendapatnya bahwa tingginya diagnosa distosia merupakan

akibat dari perkembangan perubahan lingkungan yang berlangsung lebih cepat dari pada

perkembangan evolusi manusia itu sendiri.

Joseph dkk (2003) melakukan analisa karakteristik maternal berkaitan dengan kenaikan

angka kejadian SC di Nova Scotia. Mereka melaporkan bahwa kenaikan angka kejadian SC

tersebut berhubungan dengan perubahan pada usia maternal, paritas, berat badan sebelum hamil

dan pertambahan berat badan selama kehamilan.

Nuthalapaty dkk (2004) dan Wilkes dkk (2003) mengemukakan adanya hubungan antara

berat badan maternal dengan distosia.

PANDANGAN UMUM

Distosia merupakan akibat dari 4 gangguan atau kombinasi antara :.

1. Kelainan Tenaga Persalinan. Kekuatan His yang tidak memadai atau tidak terkordinasi

dengan baik agar dapat terjadi dilatasi dan pendataan servik (uterine dysfunction) serta

gangguan kontraksi otot pada kala II.

2. Kelainan Presentasi-Posisi dan Perkembangan janin

3. Kelainan pada Tulang Panggul (kesempitan panggul)

4. Kelainan Jaringan Lunak dari saluran reproduksi yang menghalangi desensus janin

Page 2: referat distosia

Secara sederhana, kelainan diatas dapat secara mekanis dikelompokkan kedalam 3 golongan :

1. Kelainan POWER : kontraksi uterus dan kemampuan ibu meneran

2. Kelainan PASSANGER : keadaan janin

3. Kelainan PASSAGE : keadaan panggul

MEKANISME DISTOSIA

Pada akhir kehamilan, agar dapat melewati jalan lahir kepala harus dapat mengatasi

tebalnya segmen bawah rahim dan servik yang masih belum mengalami dilatasi. Perkembangan

otot uterus di daerah fundus uteri dan daya dorong terhadap bagian terendah janin adalah faktor

yang mempengaruhi kemajuan persalinan kala I.

Setelah dilatasi servik lengkap, hubungan mekanis antara ukuran dan posisi kepala janin

serta kapasitas panggul (fetopelvic proportion) dikatakan baik bila desensus janin sudah terjadi.

FPD-fetopelvic disproportion menjadi jelas bila persalinan sudah masuk kala II.

Gangguan fungsi otot uterus dapat terjadi akibat regangan uterus berlebihan dan atau

partus macet [obstructed labor]. Dengan demikian maka persalinan yang tidak berlangsung

secara efektif adalah merupakan tanda akan adanya fetopelvic disproportion.

Membedakan gangguan persalinan menjadi disfungsi uterus dan fetopelvic disproportion

secara tegas adalah tindakan yang tidak tepat oleh karena kedua hal tersebut sebenarnya

memiliki hubungan yang erat.

Kondisi tulang panggul bukan satu-satunya penentu keberhasilan berlangsungnya proses

persalinan pervaginam. Bila tidak ada data objektif untuk mendukung adanya disfungsi uterus

dan FPD, harus dilakukan TRIAL of LABOR untuk menentukan apakah persalinan pervaginam

dapat berhasil pada sebuah persalinan yang berdasarkan pengamatan nampaknya berlangsung

secara tidak efektif.

Banyak ahli yang berpendapat bahwa tindakan TRIAL of LABOR adalah merupakan

prioritas utama dalam menurunkan kejadian sectio caesar.

Page 3: referat distosia

Pola Persalinan Nulipara Multipara

Persalinan Terhambat

Dilatasi

Desensus

<1,2 cm/jam

<1,0 cm/jam

<1,5 cm/jam

<2,0 cm/jam

Persalinan Macet

Tidak terjadi kemajuan dilatasi

>2jam >2jam

Kriteria ‘active phase arrest’ dan ‘protraction disorder’ menurut American College Of

Obstetricians and Gynecologist

Pola Persalinan Nulipara Multipara Terapi Anjuran Terapi Khusus

Pesalinan memanjang(Prolonged latent phase)

>20 jam >14 jam Tirah baring Oksitosin atau SC pada

keadaan gawat

Persalinan terhambat1. Protraction active-

phase dilatation2. Protraction descent

<1,2 cm/jam

<1,0 cm/jam

<1,5 cm/jam

<2 cm/jam

Ekspektatif SC untuk CPD

Page 4: referat distosia

Persalinan macet1. Prolonged deceleration

phase2. Secondary arrest of

dilatation3. Arrest of descent4. Failure of descent

>3jam

>2jam

>1 jam

>1jam

>2 jam

>1 jam

Oksitosin tanpa CPD

SC pada CPD

Istirahat bila lelahSC

ABNORMALITAS TENAGA PERSALINAN

Dilatasi servik dan propulsi serta ekspulsi janin dimungkinkan oleh adanya his dan usaha

meneran pada persalinan kala II. Kurangnya intensitas satu atau kedua faktor diatas akan

menyebabkan perjalanan partus yang terhambat atau terganggu.

Diagnosis disfungsi uterus pada kala I fase laten sulit ditegakkan dan umumnya dibuat

secara retrospektif. Salah satu kesalahan yang sering dilakukan adalah terapi disfungsi uterus

pada pasien yang masih belum inpartu.

3 hal penting yang perlu diperhatikan dalam penatalaksanaan disfungsi uterus:

1. Membiarkan berlangsungnya partus lama tanpa tindakan akan meningkatkan morbiditas

dan mortalitas perinatal.

2. Oksitosin drip dapat digunakan untuk mengatasi beberapa jenis disfungsi uterus.

3. Pada kasus dengan kegagalan atau terdapat kontra-indikasi oksitosin drip, pilihan untuk

melakukan SC lebih utama dibandingkan pilihan persalinan dengan ekstrasi cunam

tengah yang secara teknis sulit dikerjakan.

JENIS DISFUNGSI UTERUS

Kontraksi uterus pada persalinan normal ditandai dengan aktivitas miometrium yang bersifat

gradual, dengan kontraksi terkuat dan berlangsung lama dibagian fundus uteri dan kearah servik

kekuatan kontraksi uterus secara bertahap menjadi semakin berkurang ( Pernyataan Reynold dkk

pada tahun 1948)

Page 5: referat distosia

Caldeyro-Barcia dkk (1950) dari Montevideo Uruguay menyatakan bahwa terdapat perbedaan

waktu dari onset kontraksi uterus di daerah fundus uteri dan daerah pertengahan corpus uteri

serta pada segmen bawah rahim.

Larks (1960) menjelaskan bahwa rangsangan yang berawal di bagian cornu akan diikuti oleh

rangsangan berikutnya beberapa milidetik setelahnya, gelombang rangsangan akan saling

menyatu dan diteruskan secara serentak dari fundus uteri kebagian bawah uterus.

Agar terjadi dilatasi servik, diperlukan kekuatan kontraksi uterus sekurang-kurangnya 15 mmHg.

Kontraksi uterus yang berlangsung secara normal dapat menimbulkan tekanan intrauterin sampai

60 mmHg.

Dengan data diatas, maka disfungsi uterus dapat dibedakan menjadi :

1. Disfungsi uterus hipotonik :

1. Tidak ada tonus basal

2. Kontraksi uterus memiliki pola gradasi normal ( synchronous) tetapi

3. Tekanan yang ditimbulkan oleh kontraksi uterus tidak cukup untuk menyebabkan

terjadinya dilatasi servik.

2. Disfungsi hipertonik ( incoordinate uterine dysfunction)

1. Basal tonus meningkat dan atau

2. Kekacauan dalam gradasi tekanan yang ditimbulkan oleh his akibat tekanan yang

ditimbulkan oleh his dibagian tengah uterus lebih besar daripada yang dihasilkan

oleh bagian fundus dan atau adanya peristiwa asinkronisme dari rangsang yang

berasal dari cornu.

Page 6: referat distosia

Kontraksi uterus hipotonik

Kontraksi uterus hipertonik

ETIOLOGI PENYEBAB DISFUNGSI UTERUS

1. Analgesia epidural

2. Chorioamnionitis

3. Posisi ibu selama persalinan

4. Posisi persalinan pada kala II

Komplikasi maternal:

Jarang terjadi bila dilatasi servik dapat berlangsung secara normal.

Bila servik panjang dan jalan lahir kaku, akan terjadi robekan servik dan jalan lahir yang

luas.

Emboli air ketuban (jarang).

Atonia uteri dengan akibat HPP.

Page 7: referat distosia

Komplikasi janin :

1. Morbiditas dan mortalitas perinatal meningkat oleh karena :

A.Kontraksi uterus yang terlalu kuat akan menyebabkan asfiksia intrauterin.

B.Trauma intrakranial akibat tahanan jalan lahir.

2. Acker dkk (1988) melaporkan kejadian Erb atau Duchene paralysis pada 1/3 kasus partus

presipitatus.

3. Persalinan tanpa pertolongan yang baik akan menyebabkan cedera pada janin akibat

terjatuh dilantai atau tidak dapat segera memperoleh resusitasi bila diperlukan.

Penatalaksanaan

Kejadian ini biasanya berulang, sehingga perlu informasi dan pengawasan yang baik pada

kehamilan yang sedang berlangsung.

Hentikan pemberian oksitosin drip bila sedang diberikan.

Distosia akibat kelainan pada Janin

Gangguan terhadap jalannya proses persalinan dapat disebabkan oleh kelainan presentasi,

posisi dan perkembangan janin intrauterin.

Diagnosa distosia akibat janin bukan hanya disebabkan oleh janin dengan ukuran yang

besar, janin dengan ukuran normal namun dengan kelainan pada presentasi intra uterin tidak

jarang menyebabkan gangguan proses persalinan.

UKURAN JANIN PADA DISPROPORSI FETOPELVIK

Pada edisi awal dari Williams Obstetrics, yang dimaksud dengan berat badan berlebihan

pada janin adalah bila berat badan mencapai 5000 gram. Pada edisi ke 7 sampai ke 13 kriteria

berat badan janin berlebih adalah 4500 gram.

Page 8: referat distosia

Parkland Hospital : 2/3 neonatus yang dilahirkan perabdominal (SC) pasca persalinan

ekstraksi forsep yang gagal memiliki berat badan 3700 gram.

Disproporsi fetopelvik bukan hanya disebabkan oleh berat badan janin yang besar,

kelainan letak seperti posisio oksipitalis posterior, presentasi muka , presentasi dahi juga dapat

menyebabkan hambatan persalinan.

Penilaian Ukuran Kepala Janin

Upaya untuk meramalkan adanya Disproporsi Fetopelvik - FPD secara klinis dan

radiologis atas dasar ukuran kepala janin tidak memberi hasil memuaskan.

Thorp dkk (1993) melakukan evaluasi terhadap maneuver Mueller- Hillis dan

menyimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara distosia dengan kegagalan desensus kepala

janin.

Ferguson dkk ( 1998) menyatakan bahwa sensitivitas dalam meramalkan adanya CPD

dengan menggunakan index fetopelvic ( yang dikemukakan oleh Thurnau dkk 1991) sangat

kurang.

Sampai saat ini tidak ada metode terbaik untuk meramalkan secara akurat adanya FPD

berdasarkan ukuran kepala janin.

LETAK SUNGSANG

Definisi

Letak sungsang didefinisikan sebagai letak memanjang dengan bokong sebagai bagian

yang terendah (presentasi bokong) .

Klasifikasi

Letak sungsang dibagi menjadi :

1. Letak bokong murni (frank breech), yaitu hanya bokong saja yang jadi bagian depan

sedangkan kedua tungkai bawah lurus ke atas.

Page 9: referat distosia

2. Letak bokong kaki (complete breech), yaitu disamping bokong teraba kaki, baik teraba

kedua kaki atau satu kaki.

3. Letak kaki (footling breech/incomplete breech), yaitu salah satu atau kedua kaki terletak

sebagai bagian yang terendah.

Etiologi

Letak sungsang biasanya terjadi karena kegagalan versi spontan menjadi presentasi

kepala pada kehamilan aterm atau pada persalinan prematur sebelum versi kepala terjadi.

Beberapa faktor predisposisi pada letak sungsang:

1. Bobot janin relatif  rendah. Hal ini mengakibatkan janin bebas bergerak. Ketika

menginjak usia 28-34 minggu kehamilan, berat janin makin membesar, sehingga tidak

bebas lagi bergerak. Pada usia tersebut, umumnya janin sudah menetap pada satu posisi.

Kalau posisinya salah, maka disebut sungsang.

2. Rahim yang sangat elastis. Hal ini biasanya terjadi karena ibu telah melahirkan

beberapa anak sebelumnya, sehingga rahim sangat elastis dan membuat janin berpeluang

besar untuk berputar hingga minggu ke-37 dan seterusnya.

3. Hamil kembar. Adanya lebih dari satu janin dalam rahim menyebabkan terjadinya

perebutan tempat. Setiap janin berusaha mencari tempat yang nyaman, sehingga ada

kemungkinan bagian tubuh yang lebih besar (yakni bokong janin) berada di bagian

bawah rahim.

4. Hidramnion. Volume air ketuban yang melebihi normal menyebabkan janin lebih

leluasa bergerak walau sudah memasuki trimester ketiga.

Page 10: referat distosia

5. Hidrosefalus. Besarnya ukuran kepala akibat kelebihan cairan (hidrosefalus) membuat

janin mencari tempat yang lebih luas, yakni di bagian atas rahim.

6. Plasenta previa. Plasenta yang menutupi jalan lahir dapat mengurangi luas ruangan

dalam rahim. Akibatnya, janin berusaha mencari tempat yang lebih luas yakni di bagian

atas rahim.

7. Panggul sempit. Sempitnya ruang panggul mendorong janin mengubah posisinya

menjadi sungsang.

8. Kelainan bawaan. Jika bagian bawah rahim lebih besar daripada bagian atasnya, maka

janin cenderung mengubah posisinya menjadi sungsang.

Diagnosis

Pemeriksaan Luar

Berdasarkan pemeriksaan Leopold akan teraba bagian keras, bundar, dan melenting pada

fundus uteri. Punggung anak dapat diraba pada salah satu sisi perut dan bagian-bagian kecil pada

pihak yang berlawanan. Di atas simfisis, akan teraba bagian yang kurang bundar dan lunak.

Bunyi jantung terdengar pada punggung anak setinggi pusat.

Pemeriksaan Dalam

Pada pemeriksaan dalam, jika pembukaan sudah besar dapat teraba tiga tonjolan tulang,

yaitu kedua tubera ossis ischii dan ujung os sacrum, sedangkan os scrum dapat dikenal sebagai

tulang yang meruncing dengan deretan prosesus spinosus ditengah-tengah tulang tersebut

Page 11: referat distosia

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan menggunakan Röntgen dan USG.

Namun karena adanya faktor resiko paparan radiasi maka USG lebih sering digunakan pada saat

ini. Dengan menggunakan USG dapat diketahui presentasi, letak dan habitus dari bayi, adanya

kehamilan multipel, lokasi dari plasenta dan volume cairan amnion.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan antepartum

Apabila telah ditegakkan diagnosis sungsang, seorang ibu harus diobservasi apakah

terjadi versi spontan menjadi presentasi kepala. Apabila posisi sungsang tetap bertahan diatas

usia kehamilan 36 minggu maka perlu dipertimbangkan untuk dilakukan versi luar.

Versi Luar

Merupakan suatu tindakan untuk mengubah letak janin dalam rahim yang dikerjakan dari

luar melalui dinding abdomen.

Penatalaksanaan selama persalinan

Keputusan untuk menentukan cara kelahiran bayi, harus dibuat secara hati-hati sesuai

dengan kondisi individu. (tabel berikutnya)

Seksio sesaria

Indikasi untuk seksio sesaria antara lain panggul sempit, janin besar (lebih dari 3500 gr

pada primi dan 4000 gr pada multigravida) atau tali pusat menumbung.

Page 12: referat distosia

Tabel. Kriteria persalinan pervaginam atau seksio sesaria pada letak sungsang

Persalinan Pervaginam Seksio Sesaria

- Letak sungsang bokong murni - Berat janin >3500 gr atau <1500 gr

- Umur kehamilan >=34 minggu - Ukuran pelvis yang sempit atau

Perbatasan

- Taksiran berat badan janin 2000 –

3500 gr

- Kepala janin yang defleksi atau

Hiperekstensi

- Kepala janin fleksi - Pecah ketuban yang lama

- Ukuran pelvis yang memadai - Bagian bawah janin yang tidak

Engaged

- Tidak ada indikasi ibu maupun anak

untuk seksio sesaria

- Primi tua

- Janin yang preamatur (umur

kehamilan 25-34 minggu)

- Presentasi kaki

Persalinan pervaginam

Persalinan pervaginam spontan

Persalinan spontan pervaginam hanya dilakukan apabila taksiran berat badan anak

pada primipara kurang dari 3500 gr dan pada multipara kurang dari 4000 gram serta tidak

ada penyulit lain. Bila syarat-syarat ini tidak terpenuhi, maka langsung dilakukan seksio

sesaria. Persalinan pervaginam pada letak sungsang biasanya ditolong secara Bracht dan

pada primigravida selalu didahului dengan episiotomi.

PERASAT BRACHT

Bokong dan pangkal paha yang telah lahir di pegang dengan 2 tangan, kemudian di

hiperlordosis tubuh janin kearah perut ibu, sehingga lama kelamaan bagian janin dapat

dilahirkan. Penolong sama sekali tidak melakukan tarikan, hanya bantu proses persalinan sesuai

dengan letak sungsang. Tidak semua bagian berhasil dilahirkan.

Page 13: referat distosia

Persalinan sungsang pervaginam secara spontan (sungsang “Bracht”) dapat dibagi menjadi 3

tahap :

1. Fase Lambat Pertama

Tahapan persalinan dari bokong sampai umbilicus. Disebut fase lambat oleh karena pada fase ini

umumnya tidak terdapat hal-hal yang membahayakan jalannya persalinan.Pada fase ini,

penolong bersikap pasif menunggu jalannya persalinan.

2. Fase Cepat

Tahapan persalinan dari umbilikus sampai mulut. Disebut fase cepat oleh karena dalam waktu <

8 menit ( 1 – 2 kali kontraksi uterus ) fase ini harus sudah berakhir.Pada fase ini, talipusat berada

diantara kepala janin dengan PAP sehingga dapat menyebabkan terjadinya asfiksia janin.

3. Fase lambat Kedua

Tahapan persalinan dari mulut sampai seluruh kepala. Pertolongan pada tahap persalinan ini

tidak boleh tergesa-gesa oleh karena persalinan kepala yang terlalu cepat pada presentasi

sungsang dapat menyebabkan terjadinya dekompresi kepala sehingga dapat menyebabkan

perdarahan intrakranial.

Page 14: referat distosia

PERASAT KLASIK

Dasarnya adalah lengan kiri janin ditolong oleh lengan kiri penolong begitu pula

sebaliknya. Bokong dan pangkal paha yang telah lahir dipegang dengan 2 tangan, badan ditarik

kebawah sampai ujung bawah scapula dimana kelihatan dibawah simfisis. Kedua kaki janin

dipegang dengan tangan yang bertentangan dengan lengan yang akan dilahirkan, tubuh janin

ditarik keatas, sehingga perut janin ke arah perut ibu. Tangan penolong yang satu dimasukan

kedalam jalan lahir dengan menelusuri punggung janin menuju ke lengan belakang sampai fossa

kubiti. 2 jari tangan tersebut ditempatkan sejajar dengan humerus dan lengan belakang janin

dikeluarkan dengan bimbingan jari – jari tersebut. Untuk melahirkan lengan depan, dada dan

punggung janin dipengang dengan kedua tangan, tubuh janin diputar unutk mengubah lengan

depan supaya berada di belakang dengan arah putaran sedemikian rupa sehingga punggung janin

melewati simfisis, kemudian lengan yang sudah berada dibelakang tersebut dilahirkan dengan

cara yang sama. Cara klasik terutama dilakukan bila lengan depan menjungkit ke atas / berada di

belakang leher janin. Karena memutar tubuh dapat membahayakan janin, maka bila lengan depan

letaknya normal, cara klasik dilakukan tanpa memutar tubuh janin, sehingga lengan kedua tetep

dilahirkan sebagai lengan depan. Kedua kaki dipengang dengan tangan yang bertentangan

dengan lengan depan untuk menarik tubuh janin ke bawah sehingga punggung janin mengarah

ke bokong.

Page 15: referat distosia

PERASAT MUELLER

Dengan kedua tangan pada bokong dan pangkal paha, tubuh janin ditarik ke bawah

sampai bahu depan berada di bawah simfisis, kemudian lengan depan dikeluarkan dengan cara

yang kurang lebih sama dengan cara yang telah diuraikan di depan, sesudah itu baru lengan

belakang di lahirkan.

Page 16: referat distosia

PERASAT LOEVSET

Dasarnya adalah bahu belakang janin selalu berada lebih rendah daripada bahu depan

karena lengkungan jalan lahir, sehingga bila bahu belakang di putar ke depan dengan sendirinya

akan lahir di bawah simfisis. Setelah sumbu bahu janin terletak dalam ukuran muka belakang,

dengan kedua tangan pada bokong, tubuh janin ditarik kebawah sampai ujung bawah scapula

depan terlihat di bawah simfisis, kemudian tubuh janin diputar dengan cara memegang dada dan

punggung oleh kedua tangan sampai bahu belakang terdapat di depan dan tampak di bawah

simfisis, dengan demikian lengan depan dapat dikeluarkan dengan mudah. Bahu yang lain yang

sekarang jadi bahu belakang, dilahirkan dengan memutar kembali tubuh janin kearah

berlawanan, sehingga bahu belakang jadi bahu depan dan lengan dapat dilahirkan dengan mudah.

PERASAT MAURICEAU

Badan janin dengan perut kebawah diletakkan pada lengan kiri penolong. Jari tengah

dimasukkan ke dalam mulut janin sedangkan jari telunjuk dan jari manis pada maxilla untuk

mempertahankan kepala agar tetap flexi. Tangan kanan memegang bahu janin dari belakang

dengan jari telunjuk dan jari tengah berada di sebelah kiri dan kanan leher. Janin ditarik ke

Page 17: referat distosia

bawah dengan tangan kanan sampai suboksiput / batas rambut dibawah simfisi. Tubuh janin

digerakkan ke atas sedangkan tangan kiri tetep mempertahankan fleksi kepala, sehingga muka

lahir melewati perineum dan disusul oleh bagian lain. Tangan kiri tidak boleh ikut menarik janin,

karena dapat menyebabkan perlukaan pada mulut dan muka janin.

CUNAM PIPER

Kedua kaki janin dipegan pleh seorang pembantu dan diangkat ke atas, kemudian cunam

dipasang melintang terhadap kepala dan melintang terhadap panggul. Cunam ditarik curam

kebawah sampai batas rambut dan suboksiput berada dibawah simfisis, dengan suboksiput

sebagai titik pemutaran , cunam berangsur diarahkan mendatar dan keatas, sehingga muka janin

dilahirkan melewati perineum, disusul oleh bagian kepala yang lain.

Page 18: referat distosia

PRESENTASI MUKA

Merupakan kelainan deflkeksi kepala. Pada presentasi muka terjadi hiperekstensi

maksimum kepala sehingga oksiput menempel dengan punggung janin dengan demikian maka

yang merupakan bagian terendah janin adalah mentum.

Dalam kaitannya dengan simfisis pubis, maka presentasi muka dapat terjadi dengan

mento anterior atau mento posterior.

Pada janin aterm dengan presentasi muka mento-posterior, proses persalinan pervaginam

terganggu akibat bregma (dahi) tertahan oleh bagian belakang simfisis pubis. Dalam keadaan ini,

gerakan fleksi kepala agar persalinan pervaginam dapat berlangsung terhalang, maka persalinan

muka spontan per vaginam tidak mungkin terjadi.

Presentasi Muka

Mentoposterior, dagu berada dibagian posterior .

Persalinan pervaginam hanya mungkin berlangsung bila dagu berputar ke anterior.

Bila dagu berada di anterior, persalinan kepala per vaginam masih dapat berlangsung

pervaginam melalui gerakan fleksi kepala. Pada sejumlah kasus presentasi muka dagu posterior,

dagu akan berputar spontan ke anterior pada persalinan lanjut. Pada tahun 1995 sampai 1999 ,

angka kejadian presentasi muka di Parkland Hospital sekitar 1 : 2000 persalinan.

Page 19: referat distosia

Diagnosis:

Diagnosa presentasi muka ditegakkan melalui pemeriksaan VT dengan meraba adanya

mulut – hidung – tulang rahang atas dan “orbital ridges”.

Kadang perlu dibedakan dengan presentasi bokong dimana dapat teraba adanya anus dan

tuber-ischiadica yang sering keliru dengan mulut dan tulang rahang atas. Pemeriksaan radiologis

dapat menampakkan gambaran hiperekstensi kepala yang jelas dan tulang muka diatas pintu atas

panggul.

Etiologi :

Tumor leher janin

Lilitan talipusat

Janin anensepalus

Kesempitan panggul dengan janin yang besar

Grande multipara dengan perut gantung (‘pendulous abdomen’)

Mekanisme persalinan pada presentasi muka:

Page 20: referat distosia

Presentasi muka jarang terjadi bila kepala masih diatas Pintu Atas Panggul. Umumnya

keadaan diawali dengan presentasi dahi yang kemudian pada proses desensus berubah menjadi

presentasi muka .

Mekanisme persalinan terdiri dari densensus – putar paksi dalam – fleksi – ekstensi dan

putar paksi luar.

Mekanisme persalinan pada presentasi muka mentoposterior.

Terjadi putar paksi dalam sehingga dagu berputar keanterior dan lahir pervaginam

Tujuan Putar Paksi Dalam adalah agar dagu berada dibelakang simfisis pubis oleh karena

hanya pada posisi ini kepala janin dapat melewati perineum melalui gerakan fleksi. Setelah Putar

Paksi Dalam dagu kedepan selesai dan tahapan desensus berikutnya berlangsung, maka dagu dan

mulut nampak di vulva dan persalinan kepala berlangsung melalui gerakan fleksi.

Setelah kepala lahir, oksiput akan mendekati anus dan dagu berputar seperti saat

memasuki Pintu Atas Panggul. Persalinan bahu berlangsung seperti pada presentasi belakang

kepala.Pada presentasi muka, edema akan merubah bentuk wajah anak. Molase juga terjadi dan

menyebabkan bertambah panjangnya diameter occipitomentalis ,

Penatalaksanaan:

Page 21: referat distosia

Bila ukuran panggul normal dan kemajuan proses persalinan berlangsung secara normal,

persalinan pervaginam pada presentasi muka dapat berlangsung dengan wajar. Observasi Detik

Jantung Janin dilakukan dengan monitor eksternal. Presentasi muka sering terjadi pada panggul

sempit, maka terminasi kehamilan dengan SC sering terpaksa harus dilakukan.

Usaha untuk merubah presentasi muka menjadi presentasi belakang kepala , pemutaran

posisi dagu posterior menjadi dagu anterior secara manual atau dengan cunam, serta dengan versi

ekstraksi tidak boleh dikerjakan pada masa obstetri modern.

PRESENTASI DAHI

Merupakan kelainan letak defleksi dan presentasi yang sangat jarang. Diagnosa ditegakkan bila

VT pada PAP teraba orbital ridge dan ubun-ubun besar.

Presentasi dahi

Page 22: referat distosia

Pada gambar diatas, terlihat bahwa kepala berada diantara posisi fleksi sempurna dengan

ekstensi sempurna. Kecuali pada kepala yang kecil atau panggul yang sangat luas, engagemen

kepala yang diikuti dengan persalinam pervaginam tak mungkin terjadi.

Diagnosis

Presentasi dapat dikenali melalui pemeriksaan palpasi abdomen dimana dagu atau oksiput

dapat diraba dengan mudah. Diagnosa dipastikan dengan VT dan teraba sutura frontalis – ubun-

ubun besar – orbital ridges – mata atau pangkal hidung.

Etiologi

Etiologi sama dengan penyebab presentasi muka. Presentasi dahi sering merupakan

keadaan “temporer” dan dalam perjalanan persalinan selanjutnya dapat berubah secara spontan

menjadi presentasi muka atau presentasi belakang kepala.

Mekanisme persalinan

Pada janin yang sangat kecil kecil atau panggul yang luas persalinan pervaginam

biasanya berlangsung dengan mudah. Pada janin aterm dengan ukuran normal, persalinan

pervaginam sulit berlangsung oleh karena engagemen tidak dapat terjadi sampai terjadinya

molase hebat yang memperpendek diamater occipitomentalis atau sampai terjadinya fleksi

sempurna atau ekstensi maksimum menjadi presentasi muka.

Persalinan pervaginam pada presentasi dahi yang persisten dapat berlangsung bila

terdapat molase berlebihan sehingga bentuk kepala berubah. Molase berlebihan akan

menyebabkan caput didaerah dahi sehingga palpasi dahi menjadi sulit. Pada presentasi dahi yang

transien, progonosis tergantung pada presentasi akhir. Bila tetap pada presentasi dahi, prognosis

persalinan pervaginam sangat buruk kecuali bila janin kecil atau jalan lahir sangat luas.Prinsip

penatalaksanaan sama dengan pada presentasi muka.

Page 23: referat distosia

LETAK LINTANG

Sumbu panjang janin tegak lurus dengan sumbu panjang tubuh ibu. Kadang-kadang sudut

yang ada tidak tegak lurus sehingga terjadi letak oblique yang sering bersifat sementara oleh

karena akan berubah menjadi presentasi kepala atau presentasi bokong (“unstable lie”).

Pada letak lintang, bahu biasanya berada diatas Pintu Atas Panggul dengan bokong dan kepala

berada pada fossa iliaca. Deskripsi letak lintang : akromial kiri atau kanan dan dorso-anterior

atau dorso-posterior.

Angka kejadian 1 : 300 persalinan tunggal (0.3%)

Palpasi abdomen pada letak lintang .

Posisi akromion kanan dorso anterior

A. Leopold I , B Leopold II C. Leopold III dan D Leopold IV

Diagnosis

Diagnosa biasanya mudah dan kadang-kadang hanya melalui inspeksi dimana abdomen

terlihat melebar dengan fundus uteri sedikit diatas umbilikus. Tidak ada kutub janin yang teraba

dibagian fundus dan kepala teraba di fossa iliaca.

Page 24: referat distosia

Pada dorso-posterior, teraba bagian kecil pada palpasi dinding abdomen. VT pada

persalinan dini dapat meraba tulang rusuk, bila pembukaan servik sudah bertambah maka dapat

teraba skapula dan klavikula. Arah penutupan aksila menunjukkan arah bahu dan lokasi kepala.

Pada persalinan lanjut, bahu terperangkap dalam jalan lahir dan seringkali disertai

prolapsus lengan dan keadaan ini disebut letak lintang kasep - neglected transverse lie.

Etiologi

1. Grandemultipara akibat dinding abdomen yang kendor

2. Janin Preterm

3. Plasenta previa

4. Kelainan anatomis uterus

5. Hidramnion

6. Panggul sempit

Wanita yang sudah mengalami persalinan > 4 kali dengan bayi aterm memiliki

kemungkinan mengalami kehamilan dengan presentasi lintang 10 kali lipat nulipara. Kekendoran

otot abdomen yang mengakibatkan perut gantung (“pendulous abdomen”) dapat menyebabkan

uterus jatuh kedepan sehingga sumbu panjang janin menjauh dari sumbu jalan lahir.

Letak plasenta pada Segmen Bawah Rahim dan kesempitan panggul dapat menyebabkan

gangguan akomodasi bagian terendah janin sehinga terjadi letak lintang.

Mekanisme persalinan

Persalinan spontan pervaginam pada janin aterm normal dengan presentasi lintang tidak

mungkin berlangsung. Setelah selaput ketuban pecah, lengan janin memasuki panggul dan

menyebabkan prolapsus lengan. Kontraksi uterus selanjutnya akan menyebabkan bahu masuk

kedalam SBR dan menyebabkan regangan SBR berlebihan yang dapat berakhir dengan ruptura

uterus (“neglected transverse lie”)

Page 25: referat distosia

Bila janin kecil (kurang dari 800 gram) dan panggul cukup luas, persalinan pervaginam

dapat berlangsung bila his yang cukup kuat untuk melipat tubuh janin agar melewati PAP dan

persalinan berlangsung dengan mekanisme conduplicatio corporae.

Penatalaksanaan

Presentasi lintang pada awal persalinan adalah indikasi untuk melakukan SC. Pada

minggu ke 39 sebelum persalinan atau pada awal persalinan, bila selaput ketuban masih utuh

dapat dilakukan tindakan versi luar pada presentasi lintang tanpa disertai komplikasi lain .

Pada saat melakukan SC, akibat terperangkapnya tubuh janin dalam SBR maka insisi

uterus lebih baik dilakukan secara vertikal.

Letak lintang kasep (“neglected transverse lie”)

Terdapat lingkaran muskular (pathological retraction ring-Bandl” ) diatas SBR yang sudah

sangat menipis.

Tekanan His disebarkan secara sentripetal pada dan diatas lingkaran retraksi patologis

sehingga regangan terus bertambah dan menyebabkan robekan pada SBR.

PRESENTASI RANGKAP

Page 26: referat distosia

Prolapsus lengan disamping bagian terendah janin.

Angka kejadian dan Etiologi:

Angka kejadian 1 : 700 persalinan. Keadaan ini disebabkan oleh hambatan penutupan

PAP oleh kepala janin secara sempurna antara lain seperti yang terjadi pada persalinan preterm.

Prognosis dan Penatalaksanaan

Angka kematian perinatal meningkat sebagai konsekuensi dari persalinan preterm,

prolapsus talipusat dan prosedur obstetrik yang traumatik. Pada sebagian besar kasus,

penatalaksanaan kasus adalah ekspektatif oleh karena jarang mengganggu jalannya persalinan

dan umumnya tangan janin secara reflektoar akan ditarik sehingga tidak lagi mengganggu

jalannya persalinan.

Tindakan yang bisa dikerjakan adalah dengan mereposisi tangan dan menurunkan kepala

kedalam jalan lahir secara bersamaan. Tebes dkk (1999) melaporkan adanya janin yang

mengalami nekrosis iskemik pada tangan yang selanjutnya sampai memerlukan amputasi.

Presentasi rangkap. Tangan kiri berada didepan bagian terendah janin dan biasanya desensus

kepala dapat berlangsung normal

Page 27: referat distosia

Distosia akibat Gangguan pada Jalan Lahir (CPD)

Disproporsi fetopelvik diakibatkan oleh kurangnya kapasitas panggul, ukuran anak yang

besar atau yang paling sering adalah kombinasi antara kedua hal tersebut. Kurangnya diameter

panggul dapat menyebabkan distosia selama proses persalinan.

Kesempitan panggul dapat terjadi pada : pintu atas panggul, bidang tengah panggul

pintu bawah panggul atau kombinasi diantaranya.

PENYEMPITAN PINTU ATAS PANGGUL

Pintu atas panggul dinyatakan sempit bila ukuran

Diameter antero-posterior terpendek.

Diameter tranversal terbesar.

Perkiraan Diameter AP – Pintu Atas Panggul dilakukan melalui pengukuran Conjugata

Diagonalis secara manual (VT) dan kemudian dikurangi 1.5 cm ; sehingga kesempitan pintu atas

panggul sering ditegakkan bila ukuran CD <>.

Pengukuran Conjugata Diagonalis

Page 28: referat distosia

Pada kehamilan aterm, ukuran rata-rata diameter biparietal - BPD 9.5 – 9.8 cm. Sehingga

kepala janin yang normal tidak mungkin dapat melalui panggul bila diameter AP – Pintu Atas

Panggul. Perlu diingat bahwa ibu yang bertubuh kecil, biasanya memiliki panggul yang kecil

namun anak dalam kandungannya biasanya juga kecil.

Dalam keadaan normal, bila ketuban masih utuh dilatasi servik terjadi melalui tekanan

hidrostatik pada selaput ketuban atau bila sudah pecah, dilatasi servik terjadi akibat tekanan

langsung bagian terendah janin terhadap servik.

Pada kasus kesempitan panggul dimana kepala janin masih berada diatas Pintu Atas

Panggul, semua tekanan hidrostatik disalurkan pada bagian selaput ketuban yang berada diatas

ostium uteri internum sehingga sering terjadi peristiwa Ketuban Pecah Dini-KPD pada kasus

kesempitan Pintu Atas Panggul.

Setelah ketuban pecah, tidak adanya tekanan hidrostatik selaput ketuban pada servik dan

Segmen Bawah Rahim menyebabkan kontraksi uterus menjadi tidak efektif bagi jalannya

persalinan. Kesempitan Pintu Atas Panggul merupakan predisposisi terjadinya kelainan

presentasi.

Pada wanita dengan kesempitan panggul, angka kejadian letak muka dan letak lintang

meningkat 3 kali lipat dan angka kejadian prolapsus talipusat meningkat 5 – 6 kali lipat.

PENYEMPITAN PINTU TENGAH PANGGUL

Kejadian ini lebih sering terjadi dibandingkan kesempitan Pintu Atas Panggul. Kejadian

ini sering menyebabkan kejadian “deep tranverse arrest” ( LETAK MALANG MELINTANG

RENDAH ) pada perjalanan persalinan dengan posisio occipitalis posterior ( sebuah gangguan

putar paksi dalam akibat kesempitan Bidang Tengah Panggul ).

Bidang obstetrik Bidang Tengah Panggul terbentang dari tepi bawah simfisis pubis

melalui spina ischiadica dan mencapai sacrum didekat pertemuan antara vertebra sacralis 4 – 5.

Garis penghubung kedua spina ischiadica membagi Bidang Tengah Panggul menjadi bagian

Page 29: referat distosia

anterior dan bagian posterior. Batas anterior bagian anterior Bidang Tengah Panggul adalah tepi

bawah Simfisis Pubis dan batas lateralnya adalah rami ischiopubic. Batas dorsal bagian posterior

Bidang Tengah Panggul adalah sacrum dan batas lateralnya adalah ligamentum sacrospinosum.

Ukuran rata-rata Bidang Tengah Panggul :

Diameter tranversal (interspinous) = 10.5 cm

Diameter AP (tepi bawah SP sampai pertemuan S4 – S5) 11.5 cm

Diameter Sagitalis Posterior - DSP ( titik pertengahan diameter interspinous dengan

pertemuan S4 – S5) 5 cm

Kesempitan BTP tidak dapat dinyatakan secara tegas seperti halnya kesempitan PAP.

Chen dan Huang ( 1982) : BTP diperkirakan mengalami kesempitan bila jumlah dari

Diameter Interspinous + DSP ( normal 10.5cm + 5cm = 15.5 cm) kurang dari 13.5 cm. Dengan

demikian maka BTP diduga mengalami penyempitan bila diameter interspinous. Dugaan klinik

adanya kesempitan BTP adalah bila pada pemeriksaan panggul teraba adanya penonjolan spina

ischiadica yang menyolok.

PENYEMPITAN PINTU BAWAH PANGGUL

PBP berbentuk dua buah segitiga yang memiliki satu sisi bersama ( berupa diameter

intertuberous) dan tidak terletak pada bidang yang sama. Apex segitiga anterior permukaan

posterior arcus pubis.

Apex segitiga posterior ujung vertebra sacralis terakhir ( bukan ujung coccyx). Terjadi

kesempitan pada Pintu Bawah Panggul bila diameter intertuberosa. Berkurangnya nilai diameter

intertuberosa menyebabkan sempitnya segitiga anterior sehingga pada kala II, kepala terdorong

lebih kearah posterior dengan konskuensi pada persalinan terjadi robekan perineum yang luas.

Distosia akibat kesempitan Pintu Bawah Panggul saja jarang terjadi mengingat bahwa

kesempitan PBP hampir selalu disertai dengan kesempitan Bidang Tengah Panggul.

Page 30: referat distosia

PENILAIAN KAPASITAS PANGGUL

1. Pengukuran Conjugata Diagonalis dengan pemeriksaan panggul

2. Pengukuran diameter interspinarum menggunakan jangka pengukur Boudeloque

3. Penonjolan spina ischiadica yang ditemukan saat vaginal toucher

4. Sudut arcus pubis ( sudut arcus pubis lancip atau kurang dari 900 )

5. [ Pemeriksan X-ray pelvimetri ]

6. [ Computed Tomography Scanning ]

7. [ Magnetic Resonance Imaging ]

DISTOSIA AKIBAT JALAN LAHIR LUNAK

Abnormalitas anatomik organ reproduksi wanita dapat menyebabkan abnormalitas atau

gangguan jalannya proses persalinan. Kelainan dapat meliputi : uterus- servix – vagina – vesika

urinaria – rektum dan masa dalam adneksa serta parametrium (kista ovarium, mioma uteri).

Kelainan Uterus:

Kelainan bentuk uterus (uterus bicornu, uterus septus)

Prolapsus uteri

Torsi uterus

Kelainan servix uteri: jaringan sikatrik yang menyebabkan stenosis servik. Kelainan

vulva - vagina : Septum vagina, sikatrik vulva dan vagina , “Giant Condyloma Accuminata”.

Vesica urinaria dan rectum yang penuh dapat menyebabkan distosia. Masa adneksa : mioma uteri

dibagian servik, kista ovarium.

Page 31: referat distosia

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham FG et al : Dystocia – Abnormal Labor in “ Williams Obstetrics” , 22nd ed,

McGraw-Hill, 2005

De Cherney, Alan H. Current Obstetric and Gynecologic Diagnmosis and Treatment.

9thEdition.2003. India. The McGraw – Hill Companies Inc

Krishadi, Sofie R.et all.editor.Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi

Rumah Sakit Dr.Hasan Sadikin. Bagian Pertama.2005.Bandung.Bagian Obstetri dan

Ginekologi FK Unpad, Perjan RSHS

Critchclow CW, Leet TL, Beneditti TJ et al: Risk factors and infant outcomes associated

with umbilical cord prolapse: A population-base case control study among births in

Washington state. Am J Obstet Gynecol 170;163, 1994

Sporri S, Hanggi W, Brahetti A et al: Pelvimetry by magnetic resonance imaging as a

diagnostic tool to evaluate dystocia. Obstet Gynecol 89;902, 1997

Ferguson JE, Newberry YG, DeAngelis GA et al: The fetal-pelvic index has minimal

utility in predicting fetal-pelvic disproportion.Am J Obstet Gynecol 179;1186, 1998

Pedoman diagnosis dan terapi obstetri dan ginekologi RS DR. Hasan Sadikin