laporan distosia tika
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1. Skenario
2. Kata Kunci
1. Wanita, 29 tahun
2. Hamil anak kedua
3. Keluhan sakit perut tembus ke belakang sejak tadi pagi
4. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital batas normal, tinggi
fundus 3 jari bawah processus xyphoideus, punggung di kiri ibu,
bagian terendah kepala dan penurunan 3/5
5. Denyut jantung janin 130x/menit
6. His 2x dalam 10 menit dengan durasi 30-35 detik
7. Pada pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan 4 cm, ketuban utuh
dan bagian terdepan kepala
8. Pemeriksaan 4 jam kemudian didapatkan denyut jantung janin
155x/menit, his 2x dalam 10 menit dengan durasi 30-35 detik,
pembukaan dan penurunan tetap dan ketuban utuh.
Wanita, 29 tahun, hamil anak kedua datang ke kamar bersalin jam 17.00 dengan keluhan sakit perut tembus ke belakang sejak tadi pagi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital batas normal, tinggi fundus 3 jari bawah processus xyphoideus, punggung di kiri ibu, bagian terendah kepala dan penurunan 3/5. Denyut jantung janin 130x/menit. His 2x dalam 10 menit dengan durasi 30-35 detik. Pada pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan 4 cm, ketuban utuh dan bagian terdepan kepala. Pemeriksaan 4 jam kemudian didapatkan denyut jantung janin 155x/menit, his 2x dalam 10 menit dengan durasi 30-35 detik, pembukaan dan penurunan tetap dan ketuban utuh.
3. Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan persalinan normal?
2. Apa saja faktor pencetus proses persalinan?
3. Faktor apa saja yang berperan dalam persalinan normal?
4. Bagaimana mekanisme persalinan normal?
5. Apa saja tanda-tanda inpartu?
6. Bagaimana mekanisme sakit perut tembus ke belakang?
7. Apa itu distosia dan bagaimana tanda-tanda distosia?
8. Bagaimana pengaruh distosia pada ibu dan janin?
9. Faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya distosia?
10. Berapa denyut jantung janin yang normal?
11. Berapa usia kehamilan ibu pada skenario?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Distosia Akibat Kelainan Tenaga (Power)
Tenaga dalam persalinan, meliputi his (kontraksi uterus) serta tenaga
meneran ibu. Pada persalinan normal, his dimulai dari daerah tuba dan
ligamentum rotundum dengan dominasi kekuatan pada fundus uteri,.
Kemudian menjalar ke dalam dan bagian bawah uterus merata
simetris pada seluruh korpus uteri. Terdapat relaksasi diantara 2
kontraksi. Sesudah tiap His, otot korpus uteri menjadi lebih pendek.
Pada seluruh kehamilan terdapat tanda Braxton Hicks yaitu kontraksi
ringan dengan amplitudo 5 mmHg/mnt, tidak teratur. Pada kehamilan
lebih dari 30 minggu, His makin kuat dan makin sering. Sesudah lebih
dari 36 minggu hingga persalinan dimulai, His makin kuat. (1,2,3,4,5,6)
His yang adekuat pada persalinan normal :
1. Amplitudo : 40-60 mm Hg
2. Frekuensi : 3-5X/ 10 menit
3. Durasi : 60-90 detik
Fungsi His yaitu menipiskan dan membuka SBR dan serviks serta
bersamaan dengan tenaga mneran ibu unuk melahirkan bayi dan
placenta. (1,2,3,4,5,6)
Kelainan HIS terutama ditemukan pada primigravida , khususnya
primigravida tua. Kecuali inersia uteri (pada multipara).
1.1. Inertia Uteri
Inertia Uteri atau Hypotonic Uterine Contraction bila sejak awal
persalinan His tidak adekuat (lemah, singkat dan jarang)
dinamakan inertia uteri primer. Bila timbulnya sesudah His kuat
untuk waktu yang lama disebut inertia uteri sekunder. (1,2,3,4,5,6)
Peregangan uterus yang berlebihan misalnya pada gemelli dan
hidramnion dapat menjadi penyebab inersia, tapi penyebab pasti
belum diketahui.KU pasien umumnya baik, nyeri tidak seberapa
dirasakan. Diagnosis paling sulit ditegakkan pada fase laten.
Kesalahan yang sering dilakukan adalah false labour
(mempercepat lahirnya janin padahal persalinan belum dimulai. (1,2,3,4,5,6)
Penatalaksanaan secara umum : TTV ibu dan janin, puasa (bila
diputuskan untuk SC),infuse Glukosa 5% dan NaCl isotonic
bergantian serta pemeriksaan dalam.
Penatalaksanaan khusus : penilaian 3P seksama, pemecahan
selaput ketuban; oxytocin 5 IU dalam D5% mulai 8 tts, dinaikkan
4 tts/15 menit (max. 60 tts → primi, 40 tts→ multi). Jika ada
keadaan CPD yang berarti, pertimbangkan SC.
1.2. His Terlampau Kuat
Disebut juga Coordinated Hypertonic Uterine Contraction tidak
menyebabkan distocia.Frekuensi dan durasi saat his normal, tonus
relaksasi normal, namun kekuatan/amplitudonya terlalu besar,
akibatnya terjadi partus presipitatus.
Pasien mengalami nyeri persisten oleh karena terbentuknya
lingkaran Bandl , perlukaan luas jalan lahir serta rupture uteri.
Pada bayi dapat terjadi dekompresi mendadak dan perdarahan
subdural. (1,2,3,4,5,6)
Penatalaksanaan : yang dilakukan adalah pengawasan yang baik.
Pada saat persalinan dilakukan episiotomi. (1,2,4,5,6)
1.3. Inkoordinasi Uteri
Sifat His pada keadaan ini berubah, tonus relaksasi dan kontraksi
meningkat, koordinasi antar bagian tidak sinkron. Akibatnya
terbentuk lingkaran konstriksi yaitu spasmus sirkuler setempat.
Biasanya lingkaran tersebut ditemuka dibatas antara SAR dan
SBR. Bahaya hipoksia bagi janin. (1,2,4,5,6)
Pada keadaan inkoordinasi uteri dapat terjadi distocia servikalis
primer bila serviks tidak membuka akibat tidak dapat
berelaksasi.Tekanan kepala janin yang terus menerus dapat
mengakibatkan nekrosis dan terlepasnya bagian tengah serviks
secara sirkuler. Sedangkan bila his kuat merobek serviks sampai
SBR yang kaku akibat scar atau carcinoma disebut distocia
servikalis sekunder. (1,2,4,5,6)
Penanganan simptomatis : morphin , pethidine. Penanganan
khusus : pada pembukaan belum lengkap perlu SC.
2. Distosia Akibat Kelainan Jalan Lahir (Pessage)
2.1. Distosia Karena Kelainan Panggul
2.1.1. Jenis kelainan panggul
Menurut Caldwell dan Moloy berdasarkan penyelidikan
roentgenologik dan anatomic, morfologi panggul
dibedakan atas:
1. Panggul ginekoid dengan pintu atas panggul yang bundar,
atau dengan diameter transversa yang lebih panjang
sedikit daripada diameter anteroposterior dan dengan
panggul tengah serta pintu bawah panggul yang cukup
luas.
2. Panggul antropoid dengan diameter anteroposterior yang
lebih panjang daripada diameter transversa, dan dengan
arkus pubis menyempit sedikit.
3. Panggul android dengan pintu atas panggul yang
berbentuk sebagai segitiga berhubungan dengan
penyempitan ke depan, dengan spina iskiadika menonjol
ke dalam dan dengan arkus pubis menyempit.
4. Panggul platipelloid dengan diameter anteroposterior yang
jelas lebih pendek daripada diameter transversa pada pintu
atas panggul dan dengan arkus pubis yang luas. (1,2,3,4,5,6)
Berhubung dengan pengaruh ras, sosial ekonomi, maka
frekuensi dan ukuran jenis panggul berbeda-beda di antara
berbagai bangsa. Pengaruh gizi, lingkungan, dan hal-hal lain,
membuat ukuan panggul dapat menjadi lebih kecil daripada
standart normal, sehingga bisa terjadi kesulitan dalam
persalinan per vaginam, terutama kelainan pada panggul
android. (1,2,4,5,6)
2.1.2. Klasifikasi panggul menurut Munro Kerr:
1. Perubahan bentuk karena kelainan pertumbuhan
intrauterine: panggul Naegele, panggul Robert, split
pelvis, panggul asimilasi
2. Perubahan bentuk karena penyakit pada tulang-tulang
panggul dan/atau sendi panggul: rakitis, osteomalasia,
neoplasma, fraktur, atrofi (karies, nekrosis), penyakit
pada sendi sakroiliaka dan sendi sakrokoksige.
3. Perubahan bentuk karena penyakit tulang belakang:
kifosis, scoliosis, spondilolistesis
4. Perubahan bentuk karena penyakit kaki: koksitis,
luksasio koksa, atrofi/kelumpuhan satu kaki
Penyebab rakitis adalah kekurangan vitamin D serta
kalsium dalam makanan, dan kurang mendapat sinar
matahari. (1,2,4,5,6)
Ciri pokok panggul rakitis adalah mengecilnya diameter
anteroposterior pada pintu atas panggul. Pada kifosis,
terdapat panggul corong/tunnel pelvis. Pada skoliosis,
panggul menjadi miring. Pada kelainan atau penyakit pada
1 kaki sejak lahir atau kanak-kanak, maka berat badan
harus dipikul oleh kaki yang sehat, akibatnya panggul
bertumbuh miring (pada postpoliomyelitis masa kanak-
kanak). (1,2,4,5,6)
2.1.3. Diagnosis panggul sempit dan disproporsi sefalopelvik
Pemeriksaan umum kadang-kadang sudah membawa
pikiran ke arah kemungkinan kesempitan panggul.
Pada wanita yang lebih pendek daripada ukuran normal
bangsanya, kemungkinan panggul kecil perlu diperhatikan
pula. (1,2,6)
Anamnesis tentang persalinan-persalinan terdahulu dapat
memberi petunjuk tentang keadaan panggul.
Pengukuran panggul (pelvimetri) merupakan cara
pemeriksaan yang penting untuk mendapat keterangan
lebih banyak tentang keadaan panggul. Pelvimetri luar
tidak banyak artinya, kecuali untuk pengukuran pintu
bawah panggul, dan dalam beberapa hal yang khusus
seperti panggul miring. Pelvimetri dalam dengan tangan
mempunyai arti yang penting untuk menilai secara agak
kasar pintu atas panggul serta panggul tengah, dan untuk
memberi gambaran yang jelas mengenai pintu bawah
panggul. Pelvimetri roentgenologik untuk melihat bentuk
panggul dan menemukan angka-angka mengenai ukuran-
ukuran ketiga bdang panggul, tetapi pemeriksaan ini pada
masa kehamilan mengandung bahaya.
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam
kelangsungan persalinan, tetapi yang tidak kurang penting
adalah hubungan antara kepala janin dengan panggul ibu.
Besarnya kepala janin dalam perbandingan dengan
luasnya panggul ibu menentukan apakah ada disproporsi
sefalopelvik atau tidak. Pengukuran diameter biparietalis
dengan cara ultrasonic yang sudah mulai banyak
dilakukan memberikan hasil yang memuaskan dan cara ini
tidak berbahaya dibandingkan rontgenologik. (1,2, 6)
Pada hamil tua dengan janin dalam presentasi kepala dapat
dinilai agak kasar adanya disproporsi sefalopelvik, dengan
1. Metode Osborn, pemeriksaan dengan tangan yang
satu menekan kepala janin dari atas ke arah rongga
panggul, sedang tangan lain yang diletakkan pada
kepala, menentukan apakah bagian ini menonjol di
atas simfisis atau tidak.
2. Metode Muller Munro Kerr, tangan yang satu
memegang kepala janin dan menekannya ke arah
rongga panggul, sedang 2 jari tangan yang lain
dimasukkan ke dalam rongga vagina untuk
menentukan sampai berapa jauh kepala mengikuti
tekanan tersebut. Sementara itu ibu jari tangan yang
masuk dalam vagina memeriksa dari luar hubungan
antara kepala dan simfisis. (1,2,6)
2.1.4. Mekanisme Persalinan
Kesempitan pada panggul tengah umumnya juga disertai
kesempitan pintu bawah panggul.
1. Kesempitan pada pintu atas panggul
Pintu atas panggul dianggap sempit apabila konjugata
vera kurang dari 10 cm atau diameter transversa kurang
dari 12 cm. Pada panggul sempit, kemungkinan lebih
besar bahwa kepala tertahan oleh pintu atas panggul,
sehingga serviks uteri kurang mendapat tekanan kepala
dan terjadi inersia uteri serta lambannya pendataran dan
pembukaan serviks.
Apabila pada panggul sempit, pintu atas panggul tidak
tertutup sempurna oleh kepala janin, maka keuban bisa
pecah dan ada bahaya terjadinya prolapsus funikuli.
Moulage kepala janin dipengaruhi oleh jenis
asinklitismus, asinklitismus anterior lebih
menguntungkan daripada asinklitismus posterior karena
asinklitismus anterior dapat bergerak lebih leluasa ke
belakang sedang asinklitismus posterior tertahan oleh
simfisis. (1,2,3,4,5,6)
2. Kesempitan panggul tengah
Dengan sacrum melengkung sempurna, dinding-
dinding panggul tidak berkonvergensi, foramen
iskiadikum mayor cukup luas, dan spina iskiadika tidak
menonjol ke dalam, dapat diharapkan bahwa panggul
tengah tidak akan menyebabkan rintangan bagi
lewatnya kepala janin.
Ukuran terpenting adalah distantia interspinarum.
Sempit bila <9,5 cm.
Pada panggul tengah yang sempit, lebih sering
ditemukan posisi oksipitalis posterior persisten atau
presentasi kepala dalam posisi lintang tetap (transverse
arrest).
3. Kesempitan pintu bawah panggul
Pintu bawah panggul tidak merupakan bidang yang
datar, tetapi terdiri atas segitiga depan dan segitiga
belakang yang mempunyai dasar yang sama, yaitu
distantia tuberum. Apabila distansia tuberum mengecil,
maka sudut arkus pubis juga mengecil ( <90° ) .
Dengan distantia tuberum bersama dengan diameter
sagitalis posterior kurang dari 15 cm, timbul kemacetan
pada kelahiran janin ukuran biasa. (1,2,3,4,5,6)
Prognosis
Persalinan dengan disproporsi sefalopelvik
menimbulkan bahaya bagi ibu dan janin.
Penanganan
Cunam tinggi dengan menggunakan axis-traction
forceps, sangat berbahaya bagi janin dan ibu, kini
diganti oleh seksio sesarea yang jauh lebih aman.
Induksi partus prematurus umumnya juga tidak
dilakukan lagi. Dua cara tindakan utama untuk
menangani disproporsi sefalopelvik, yakni seksio
sesarea dan partus percobaan.Terkadang ada indikasi
untuk melakukan simfisiotomidan kraniotomi
(dilakukan pada janin mati). (1,2,3,4,5,6)
1. Seksio sesarea
Bisa secara elektif atau primer yakni sebelum
persalinan mulai atau pada awal persalinan, dan
secara sekunder, yakni sesudah persalinan
berlangsung selama beberapa waktu.
Secara elektif dilakukan pada disproporsi
sefalopelvik yang nyata, primigravida tua, kelainan
letak janin yang tidak dapat diperbaiki, kehamilan
pada wanita dengan masa infertilitas yang lama,
penyakit jantung, dll.
Secara sekunder dilakukan karena persalinan
pecobaan dianggap gagal, indikasi untuk
menyelesaikan persalinan selekas mungkin.
2. Persalinan percobaan
Dilakukan bila ada harapan bahwa persalinan dapat
berlangsung per vaginam dengan selamat.
Merupakan suatu tes terhadap kekuatan his dan
daya akomodasi, termasuk moulage kepala janin.
Indikasi untuk seksio sesarea elektif adalah
kontraindikasi untuk persalinan percobaan.
Janin harus dalam presentasi kepala dan tua
kehamilan tidak lebih dari 42 minggu. Alasannya
kepala janin bertambah besar serta lebih sukar
moulage.
3. Simfisiotomi
Satu-satunya indikasi ialah apabila pada pinggul
sempit dengan janin masih hidup terdapat infeksi
intrapartrum berat, sehingga seksio sesarea
dianggap terlalu berbahaya.
2.2. Distosia akibat Kelainan Traktus Genitalis
2.2.1. Vulva
Kelainan yang bisa timbulkan distosia ialah edema,
stenosis, dan tumor. Edema, sebagai gejala preeklampsia,
gangguan gizi, persalinan lama dengan penderita
dibiarkan meneran terus.
Stenosis, akibat luka/radang yang menyebabkan ulkus
yang sembuh dengan jaringan parut, umumnya dapat
diatasi dengan episiotomi.
Tumor, jarang dalam bentuk neoplasma, lebih sering
terdapat kondilomata akuminata, kista atau abses glandula
Bartholin. (1,2,4,5,6)
2.2.2. Vagina
Stenosis vagina congenital jarang terdapat, perlu
dipertimbangkan seksio sesarea.
Septum vagina, lengkap atau tidak lengkap, septum tidak
lengkap kadang-kadang menahan turunnya kepala janin
pada persalinan dan harus dipotong dulu.
Tumor vagina, tergantung dari jenis dan besar tumor. (1,2,4,5,6)
2.2.3. Serviks uteri
Distosia servikalis karena dysfunctional uterine action
atau karena parut pada serviks uteri.
Konglutinasio orifisii eksterni, jarang, dalam kala 1
serviks uteri menipis akan tetapi pembukaan tidak terjadi.
Diagnosis: ostium uteri eksternu di tengah-twengah
lapisan tipis tersebut.Karsinoma serviks uteri. (1,2,4,5,6)
2.2.4. Uterus
Mioma uteri, menyebabkan distosia bila letaknya
menghalangi lahirnya janin per vaginam, terdapat kelainan
letak janin, terdapat inersia uteri dalam persalinan.
Miomektomi sesudah seksio sesarea tidak dianjurkan
karena bahaya perdarahan banyak dan tertinggalnya luka-
luka tidak rata pada miometrium yang memudahkan
terjadinya infeksi puerperal. (1,2,4,5,6)
2.2.5. Ovarium
Tumor ovarium, terjadi apabila menghalangi lahirnya
janin per vaginam. Persalinan berlarut-larut mengandung
bahaya pecahnya tumor bila tumor kistik atau rupture uteri
bila tumor solid dan/atau infeksi intrapartum.
Apabila tumor di kavum Douglasi, boleh dicoba dengan
hati-hati apakah tumor dapat diangkat ke atas rongga
panggul, sehingga tidak menghalangi persalinan. Pada
tumor ovarii yang tidak menghalangi jalan lahir maka
tumor diangkat dalam masa nifas. (1,2,4,5,6)
3. Distosia Akibat Kelainan Bayi ( Pesangger)
3.1. Kelainan Letak,Presentasi atau Posisi
3.1.1.Posisi Oksipitalis Posterior
Ubun- ubun kecil di belakang dapat dianggap sebagai variasi
persalinan biasa namun jika tidak berputar ke depan sehingga tetap di
belakang maka dinamakan posisi oksiput posterior persistens.
Usaha penyesuaian kepala terhadap bentuk dan ukuran panggul.
Contoh : pada panggul anthropoid dimana diameter anteroposterior
lebih panjang daripada diameter transversa, pada panggul android
diaman segmen depan menyempit maka ubun- ubun kecil akan
mengalami kesulitan memutar ke depan. Penyebab lainnya adalah
otot- otot dasar panggul yang lembek pada multipara atau epala janin
kecil dan bulat sehingga tidak ada paksaan pada belakang kepala janin
untuk memutar ke depan. (1,2,4,5,6)
Mekanisme Persalinan : Persalinan dapat berlangsung spontan
walaupun lama apabila hubungan antara panggul dan kepala janin
cukup longgar. Setelah kepala mencapai dasar panggul dan ubun-
ubun besar berada di bawah simfisis, oksiput akan lahir, diikuti bagian
kepala lainnya. Persalinan ini menyebabkan regangan besar pada
vagina dan perineum karena kepala yang sudah dalam keadaan fleksi
maksimal tidak dapat menambah flerksinya lagi. Seringkali
sirkumferensia frontooksipitalis lebih besar daripada sirkumferensia
suboksipito-bregmatika sehingga menimbulkan kerusakan pada
vagina dan perineum yang luas. (1,2,4,5,6)
Prognosis : Persalinan umumnya berlangsung lebih lama,
kemungkinan kerusakan jalan lahir lebih besar dan kematian perinatal
lebih tinggi.
Penanganan : Tindakan mempercepat persalinan dilakukan bila kala
II terlalu lama atau ada tanda- tanda gawat janin.Usahakan ubun- ubun
kecil diputar ke depan dengan cara tangan penolong dimasukkan ke
dalam vagina atau dengan cunam. Bila sulit dilakukan maka bayi
dilahirkan dengan cunam dalam keadaan semula. Perlu episiotomi
luas. Pada waktu dilakukan tarikan ada kalanya perputaran secara
spontan sehingga ubun- ubun kecil berada di depan.Kadang- kadang
dapat pula terjadi posisi lintang tetap rendah ( deep transverse arrest)
yaitu kepala janin sudah berada di dasar panggul dan posisi ubun-
ubun kecil melintang sehingga kala II mengalami kemacetan. Maka
dapat dilakukan ekstraksi cunam yang dipasang miring sesuai posisi
kepala janin atau ekstraksi vakum. (1,2,4,5,6)
3.1.2.Presentasi Puncak Kepala
Presentasi puncak kepala ( sinsiput) terjadi bila kepala yang
seharusnya fleksi mengalami defleksi ringan sehingga ubun0- ubun
besar merupakan bagian terendah. (1,2,4,5,6)
Mirip dengan posisi oksipitalis posterior persistens. Hanya saja pada
presentasi puncak kepala tidak terjadi fleksi kepala yang maksimal,
sirkumferensia frontooksipitalis adalah lingkaran kepala yang melalui
jalan lahir dengan glabella sebagai titik perputaran di bawah simfisis. (1,2,4,5,6)
3.1.3.Presentasi Muka
Terjadi bila kepala dalam keadaan defleksi maksimal sehingga oksiput
tertekan pada punggung dan muka merupakan bagian terendah yang
menghadap ke bawah. Presentasi muka primer yaitu sudah terjadi
sejak masa kehamilan. Sekunder bila terjadi waktu persalinan.
Diagnosis : Pada pemeriksaan luar dapat disalahartikan. Karena
kepala ekstensi maka dada akan teraba seperti punggung. Bagian
belakang kepala ( paling menonjol) akan berada di sisi yang
berlawanan. Di daerah dada dapat diraba bagian- bagian kecil janin
dan denyut jantung janin terdengar lebih jelas. Pada pemeriksaan
dalam, bila janin sudah masuk ke dalam rongga panggul, dapat diraba
bagian- bagian muka. Adanya kaput suksedaneum dapat dikacaukan
dengan bokong. (1,2,4,5,6)
Etiologi : Pada panggul sempit, janin besar, multiparitas atau perut
gantung. Bisa juga terjadi pada janin anensefalus dan tumor di leher
depan. Kadang- kadang pada janin mati intrauterine yang kehilangan
tonus ototnya.
Mekanisme Persalinan : Kepala turun melalui pintu atas panggul
dengan sirkumferensia trakelo- parietalis dengan dagu melintang.
Setelah muka mencapai dasar panggul terjadi putar paksi dalam
sehingga dagu memutar ke depan dan berada di bawah arkus pubis.
Dengan submentum sebagai hipomoklion, kepala lahir dengan
gerakan fleksi sehingga dahi, ubun- ubun besar dan belakang kepala
lahir melewati perineum. Setelah kepala lahir terjadi putar paksi luar
dan badan janin lahir seperti pada presentasi belakang kepala. Kalau
dagu berada di belakang, pada waktu putaran dalam dagu harus
melewati jarak yang lebih jauh supaya dapat berada di depan. Kadang-
kadang dagu tidak dapat berada di depan dan tetap di belakang.
Keadaan ini dinamakan posisi mento posterior persistens dan janin
tidak dapat lahir spontan, kecuali bila janin kecil atau mati.Kesulitan
kelahiran pada presentasi muka dengan posisi mento posterior adalah
kepala sudah dalam keadaan defleksi maksimal sehingga tidak dapat
menambah defleksinya lagi. Hal ini menyebabkan kepala dan dagu
terjepit dalam panggul dan persalinan tidak maju. Maka perlu
dilakukan tindakan secepatnya. (1,2,4,5,6)
Prognosis : Pada umumnya persalinan berlangsung normal. Kesulita
persalinan terjadi apabila panggul sempit dan janin besar.Prognosis
dagu di belakang kurang baik daripada dagu di depan.
Penanganan : Bila tidak ada disproporsi sefalopelvik dan dagu di
depan diharapkan persalinan berlangsung spontan. Kalau dagu di
belakang diusahakan diputar ke depan. Bila pada kala II terjadi posisi
mento posterior persistens maka satu tangan dimasukkan ke dalam
vagina untuk memutar dagu. Bila berhasil ditunggu persalinan
spontan. Bila tidak berhasil maka operasi seksio sesarea. Syarat
mengubah presentasi muka menjadi presentasi belakang kepala: dagu
harus berada di belakang dan kepala belum turun ke rongga panggul
dan masih mudah didorong ke atas.
Indikasi ekstraksi cunam pada kasus ini bisa dari ibu, dari janin yaitu
dagu sudah berada di depan atau kala II lebih dari 2 jam.
Indikasi seksio sesarea adalah posisi mento posterior persistens,
panggul sempit dan kesulitan turunnya kepala ke rongga panggul. (1,2,4,5,6)
3.1.4.Presentasi Dahi
Keadaan dimana kedudukan kepala berada diantara fleksi maksimal
dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian terendah.
Diagnosis : Pemeriksaan luar memberikan hasil seperti pada
presentasi muka namun bagian belakang kepala tidak terlalu
menonjol. (1,2,4,5,6)
Pemeriksaan dalam dapat diraba sutura frontalis, yang bila diikuti,
pada ujung yang satu dapat diraba ubun- ubun besar dan pada ujung
lain teraba pangkal hidung dan lingkaran orbita. Mulut dan dagu tidak
teraba.
Etiologi : Sama dengan presentasi muka. Semua presentasi muka
melalui tahap presentasi dahi terlebih dahulu.
Mekanisme Persalinan : Kepala masuk ke pintu atas panggul dengan
sirkumferensia maksilloparietalis serta sutura frontalis melintang.
Setelah moulage dan ukuran erbesar kepala melalui pintu atas
panggul, dagu memutar ke depan. Sesudah dagu di depan, dengan
fossa kanina sebagai hipomoklion, terjadi fleksi sehingga ubun- ubun
besar dan belakang kepala lahir melewati perineum. Kemudian terjadi
defleksi sehingga mulut dan dagu lahir dibawah simfisis. Moulage dan
kaput suksedaneum dapat menghalangi presentasi dahi berubah
menjadi presentasi muka.Persalinan membutuhkan waktu lama dan
hanya sebagian kecil berlangsung spontan. Persalinan pervaginam
mengakibatkan perlukaaan luas perineum dan jalan lahir. (1,2,4,5,6)
Prognosis : Janin kecil masih mungkin lahir spontan sedangkan janin
ukuran normal tidak dapat lahir spontan pervaginam.
Penanganan : Janin ukuran normal harus dilahirkan secara seksio
sesarea. Sedangkan janin kecil dapat dialhirkan secara spontan dengan
penangnaan yang sama seperti presentasi muka. (1,2,4,5,6)
3.1.5.Letak Sungsang
Ada beberapa jenis letak sungsang yaitu: presentasi bokong,
presentasi bokong kaki sempurna, presentasi bokong kaki tidak
sempurna dan presentasi kaki. (1,2,4,5,6)
Diagnosis : Pada pemeriksaan luar, di bagian bawah uterus tidak
dapat diraba kepala dan kepala teraba di fundus uteri. Bokong tidak
dapat digerakkan semudah kepala. Bagian atas terasa penuh
sedangkan gerakan janin lebih banyak di bagian bawah. Denyut
jantung janin setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada umbilikus.
Pada pemeriksaan dalam apabila ketuban sudah pecah, dapat diraba
bokong ditandai oleh sakrum, kedua tuber ossis iskii dan anus. Bila
teraba tumit berarti bagian kaki. Sedangkan bila teraba ibu jari yang
letaknya tidak sejajar dengan jari- jari lain berarti tangan.Perbedaan
anus dan mulut adalah pada anus akan teraba sfingter ani sedangkan
pada mulut tidak. (1,2,4,5,6)
Etiologi : Ada kehamilan belum cukup bulan sering ditemukan letak
sungsang karena jumlah air ketuban relative lebih banyak sehingga
janin dapat bergerak bebas. Sedangkan pada cukup bulan
perkembangan akan pesat dan karena bokong dengan kaki terlipat
lebih besar daripada kepala maka bokong dan kaki akan menempati
fundus ( bagian terluas).
Faktor penyebab lainnya adalah multiparitas, gemelli, hidramnion,
hidrosefalus, plasenta previa dan panggul sempit.
Mekanisme Persalinan : Pada persalinan sungsang berturut- turut
lahir bagian- bagian yang makin lama makin besar sehingga meskipun
bokong dan bahu telah lahir tidak menjamin kelahiran kepala akan
berlangsung lancar. (1,2,4,5,6)
Prognosis : Sebab kematian perinatal pada sungsang adalah
prematuritas dan penanganan persalinan yang kurang sempurna,
dengan akibat hipoksia atau perdarahan dalam tulang tengkorak.
Penanganan :
A. Dalam kehamilan
Pada primigravida diusahakan versi luar menjadi presentasi kepala.
Dilakukan pada kehamilan 34 sampai 38 minggu. Sebelum
melakukan versi luar, denyut jantung janin harus baik. Bila bokong
sudah engaged maka diusahakan untuk keluar dulu dari rongga
panggul. Versi luar hendaknya menggunakan kekuatan ringgan
tanpa paksaan. Kontraindikasi versi luar : air ketuban terlalu
sedikit, panggul sempit, perdarahan antepartum, hipertensi,
gemelli, plasenta previda. (1,2,4,5,6)
B. Dalam persalinan
Pertama- tama ditentukan apakah ada indikasi untuk seksio
sesarea. Bila tidak ada maka dilakukan pengawasan kemajuan
persalinan terutama kemajuan pembukaan serviks dan penurunan
bokong. Setelah bokong lahir tidak boleh dilalukan tarikan pada
bokong karena dapat mengakibatkan kedua lengan menjungkit
sehingga kepala berada diantara kedua lengan.
karena saat kepala masuk ke ronggga panggul, tali pusat tertekan
diantara kepala janin dan panggul ibu. (1,2,4,5,6)
Perasat Bracht, bokong dan pangkal paha yang telah lahir dipegang
dengan kedua tangan kemudian dilakukan hiperlordosis tubuh
janin ke arah perut ibu sehingga bagian atas dapat dilahirkan.
Untuk mempercepat kelahiran bahu dan kepala dapat dilakukan
manual aid atau manual hilfe.
Cara Mueller atau Loevset untuk mengeluarkan lengan dan bahu.
Prinsipnya adalah lengan kiri dilahirkan dengan tangan kiri
sedangkan lengan kanan dilahirkan dengan tangan kanan. Bokong
dan pangkal paha yang telah lahir dipegang dengan kedua tangan,
badan ditarik ke bawah sampai ujung bawah skapula depan
kelihatan di bawah simfisis.
Untuk melahirkan lengan depan, dada dan punggung, tubuh janin
diputar sehingga mengubah lengan depan supaya berada di
belakang. (1,2,4,5,6)
Dasar cara Loevset adalah bahu belakang janin selalu berada lebih
rendah daripada bahu depan karena lengkungan jalan lahir,
sehingga bahu belakang diputar ke depan dengan sendirinya akan
lahir di bawah simfisis.
Kepala janin dilahirkan dengan cara Mauriceau. Apabila terjadi
kesulitan maka dapat digunakan cunam Piper.Letak sungsang pada
janin besar dan disproporsi sefalopelvik merupakan indikasi
mutlak untuk seksio sesarea. (1,2,4,5,6)
3.1.6.Letak Lintang
Letak janin melintang di uterus dengan posisi bokong sedikit lebih
tinggi daripada kepala. (1,2,4,5,6)
Etiologi : Multiparitas dengan dinding uterus yang lembek. Selain itu
prematur, hidramnion, gemelli, panggul sempit, tumor panggul,
plasenta previa, uterus arkuatus dan uterus subseptus.
Diagnosis : Dari inspeksi terlihat uterus tampak melebar dan fundus
uteri lebih rendah. Pada palpasi fundus uteri kosong, simfisis juga
kosong, kepala janin berada di samping. Denyut jantung janin di
sekitar umbilikus.
Mekanisme Persalinan : Pada letak lintang dengan ukuran panggul
normal dan janin cukup bulan tidak terjadi persalinan normal. Bila
dibiarkan maka akan terjadi kematian janin dan ruptur uteri.
Janin tidak dapat turun lebih lanjut dan terjepit dalam rongga panggul.
Dalam usaha untuk mengeluarkan janin, segmen atas uterus terus
berkontraksi sedangkan segmen bawah uterus melebar serta menipis,
sehingga batas antara dua bagian itu makin lama makin tinggi dan
terjadi lingkaran retraksi patologik yang disebut letak lintang kasep.
Janin akan meninggal. Bila masuk ke dalam tubuh ibu maka akan
mengakibatkan perdarahan dan infeksi. (1,2,4,5,6)
Prognosis : Prognosis buruk baik pada ibu maupun janin. Faktor-
faktor yang mempengaruhi kematian janin adalah letak lintang kasep,
ruptur uteri, tali pusat menumbung serta trauma akibat versi ekstraksi
untuk melahirkan janin. (1,2,4,5,6)
Penanganan : Apabila ditemukan letak lintang sebaiknya dilakukan
versi luar supaya menjadi presentasi kepala. Pada primigravida bila
versi luar tidak berhasil maka sebaiknya dialkukan seksio sesarea. (1,2,4,5,6)
3.1.7.Presentasi Ganda
Keadaan diamana selain kepala janin di dalam rongga panggul
dijumpai tangan, lengan atau kaki atau keadaan disamping bokong
dijumpai tangan. Paling sering adalah adanya tangan atau lengan di
samping kepala. (1,2,4,5,6)
Etiologi : Terjadi karena pintu atas panggul tidak tertutup sempurna
oleh kepala atau bokong. (1,2,4,5,6)
Diagnosis : Dengan pemeriksaan luar sulit ditemukan. Harus dibantu
oleh periksaan dalam. (1,2,4,5,6)
Penanganan : Bila lengan seluruhnya menumbung di samping kepala
maka dilakukan reposisi lengan. Tangan penolong dimasukkan ke
dalam vagina dan mendorong lengan janin ke atas melewati
kepalanya, kemudian kepala didorong ke dalam rongga panggul
dengan tekanan dari luar. (1,2,4,5,6)
3.2. Kelainan Bentuk Janin
3.2.1. Janin Besar (Makrosomia)
Bayi dianggap besar bila beratnya lebih dari 4000 gram. Dapat
ditemukan pada wanita hamil dengan DM, postmatur, grande
multipara atau faktor keturunan. Perkiraan besarnya janin dapat
ditentukan dari tinggi fundus uteri, namun lebih sering baru diketahui
setelah tidak adanya kemajuan persalinan pada panggul yang normal
dan his yang adekuat. Umumnya janin yang besar memiliki bahu yang
lebar. (1,2,6)
Pemeriksaan yang lebih teliti dilakukan dengan USG.
Penanganan : Pada PSP perlu dilakukan episiotomy serta
menerapkan maneuver-manuver .
Jika janin telah mati sebelumnya dapat dilakukan kleidotomy. SC
perlu dipertimbangkan. (1,2,6)
3.2.2. Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah keadaan terjadinya penimbunan cairan
serebrospinal dalam ventrikel otak, sehingga sutura-sutura dan ubun-
ubun membesar. Cairan yang tertimbun umumnya sekitar 500 -1500
ml, dapat pula sampai 5 liter. Hidrosefalus dapat disertai dengan spina
bifida., juga sering ditemukan dengan letak sungsang. (1,2,6)
Pada pemeriksaan fisik, dalam letak kepala dengan palpasi dapat
ditemukan kepala yang besar dan menonjol dibawah simfisis. Djj
terletak lebih tinggi dari biasa.
Sedangkan Pada pemeriksaan dalam dapat diraba sutura-sutura dan
ubun-ubun yang melebar dan tegang. Dengan roentgen terlihat tulang
kepala yang sangat tipis dan kepala yang besar.Bila terdapat keraguan,
dapat dibantu dengan MRI atau USG. Kemungkinan hidrosefalus
harus dipikirkan bila : kepala tidak masuk kedalam panggul pada
persalinan dengan panggul normal dan his adekuat serta kepala janin
teraba sebagai benda besar.Dapat terjadi rupture uteri pada saat
persalinan. (1,2,6)
sebaiknya dilakukan pungsi dengan jarum spinal saat pembukaan 3
cm pada letak kepala , atau pungsi melalui foramen oksipitalis
magnum atau sutura temporalis pada letak sungsang.
3.2.3.Janin Kembar Melekat (Double Monster)
Kesukaran persalinan biasanya terjadi pada bayi melekat secara lateral
terutama torakopagus. (1,2,6)
Penanganan : sebaiknya dengan SC
3.2.4.Janin Dengan Perut Besar
Pembesaran perut yang menyebabkan distosia misalnya asites, tumor
hati, limpa dan ginjal. (1,2,6)
Penanganan : bila perut berisi cairan, dapat dilakukan pungsi perut,
bila oleh karen tumor padat sebaiknya dilakukan SC.
3.2.5. Prolapsus Funikuli
Prolapsus funikuli adalah keaadaan dimana talipusat berada
disamping atau melewati bagian terendah janin didalam jalan lahir
setelah ketuban pecah. Sedangkan tali pusat terdepan adalah apabila
tapi pusat berada disamping atau terletak dibagian terendah janin.
namun ketuban belum pecah. (1,2,5,6)
Resiko hipoksia pada janin akibat terjerat tali pusat sangat tinggi.
Hal tersebut diatas oleh karena pintu atas panggul tidak tertutup oleh
bagian bawah janin, sehingga sering ditemukan pada letak lintang dan
sungsang terutama presentasi bokong kaki.
Diagnosis ditegakkan dengan terabanya tali pusat melalui
pemeriksaan dalam. Pemeriksaan dalam wajib dilakukan saat ketuban
pecah, sementara bagian terendah janin belum masuk rongga panggul
serta saat DJJ janin menjadi lambat tanpa sebab yang jelas.
Penanganan : Bila tapi pusat masih berdenyut, tapi pembukaan
belum lengkap dapat dilakukan reposisi tali pusat dengan posisi ibu
trendelenburg atau SC.
Pada letak sungsang, janin dilahirkan dengan ekstraksi kaki, pada
letak lintang dilakukan versi ekstraksi. Sedangkan pada presentasi
belakang kepala dilakukan tekanan yang kuat pada fundus uteri pada
waktu his supaya kepala masuk rongga panggul sehingga mudah
dilahirkan. (1,2,5,6)
BAB III
PENUTUP
Dari diskusi yang kelompok kami lakukan, maka kami menyimpulkan
diagnosis dari skenario dengan gejala-gejala yang ditimbulkan pada
skenario adalah Distosia Akibat Kelainan Power.
Daftar Pustaka
1. Wikjosastro H, Haifuddin AB, Rachimhadhi T : Distosia karena
kelainan letak serta bentuk janin dalam ilmu kebidanan 3 rd ed,
Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 1999.
2. Schust J.Danny Dan Heffner J. Linda. At Glance Sistem
Reproduksi Edisi 2. Jakarta : Penerbit Erlangga,2008.
3. Price, silvia A, and Lorraine M Wilson, Patofisiologi II,
EGC. Jakarta
4. Pernoll L. Martin Dan Benson C.Ralph.Buku Saku Obstetri
& Ginekologi Edisi 9. Jakarta : EGC 2009.
5. Fakultas Kedokteran UI, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2,
Media Acsculapius, Jakarta 2000
6. Cunningham FG.Obstetri William Vol. 1 edisi 22.Jakarta:
EGC.2011