distosia

6
BAB II TINJAUAN TEORI A. DISTOSIA KELAINAN TENAGA/ HIS 1. Definisi Distosia kelainan tenaga/ his adalah distosia karena kekuatan-kekuatan yang mendorong anak tidak memadai. 2. Diagnosis Baik tidak adanya his dapat dinilai dari : a. Kemajuan persalinan b. Sifat-sifat his : frekuesi, kekuatan, dan lamanya his. Kekuatan his dinilai dengan cara menekan dinding rahm pada puncak kontraksi (Acme). c. Besarnya caput succedanum Kemajuan persalinan dinilai dai kemajuan pembukaan serviks, kemajuan turunnya bagian terendah janin, dan bila janinsudah sampai dibidang hodge III atau lebih rendah dinilai dari ada atau tidak adanya putaran paksi dalam. Penilaian kekuatan his dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik, yakni menilai secara manual sifat-sifat his dengan palpasi atau buatan CTG

Upload: wulansyawalia

Post on 09-Nov-2015

214 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

HIS

TRANSCRIPT

BAB IITINJAUAN TEORI

A. DISTOSIA KELAINAN TENAGA/ HIS1. DefinisiDistosia kelainan tenaga/ his adalah distosia karena kekuatan-kekuatan yang mendorong anak tidak memadai.

2. Diagnosis Baik tidak adanya his dapat dinilai dari :a. Kemajuan persalinanb. Sifat-sifat his : frekuesi, kekuatan, dan lamanya his. Kekuatan his dinilai dengan cara menekan dinding rahm pada puncak kontraksi (Acme).c. Besarnya caput succedanumKemajuan persalinan dinilai dai kemajuan pembukaan serviks, kemajuan turunnya bagian terendah janin, dan bila janinsudah sampai dibidang hodge III atau lebih rendah dinilai dari ada atau tidak adanya putaran paksi dalam.Penilaian kekuatan his dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik, yakni menilai secara manual sifat-sifat his dengan palpasi atau buatan CTG (Cardiotocography). Kekuatan his tidak boleh dinilai dari perasaan nyeri penderita.His dikatakan kurang kuat jika :a. Terlalu lemah yang dinilai dengan palpasi pada puncak hisb. Terlalu pendek yang dinilai dari lamanya kontraksic. Terlalu jarang yang dipantau dari waktu sela antara 2 his.Dalam pemantauan kemajuan persalinan, ketiga sifat diatas perlu diniai secara objektf dengan melakukan penilaian secara mannual, yaitu melakukan palpasi abdomen sekurang-kurangnya selama 10 menit.Menurut WHO (the partograph, WHO, 1988) his dinyatakan memadai bila terdapat his yang kuat sekurang-kurangya 3 kali dala kurun waktu 10 menit dan masing-masing lamanya > 40 detik.Interval his yang terlampau pendek dan / atau lamanya >50 detik dapat membahayakan kesejahteraan janin.3. Klasifikasi a. Inersia uteri1) Definisi Adalah perpanjangan fase laten atau fase aktif atau kedua-keduaya dari kala pembukaan.

2) Etiologi Pemanjaangan fase laten dapat disebabkan oleh serviks yang belum matang atau karena penggunaan analgetik yang teralu dini. Pemanjangan fase laten maupun fase katif meninggikan kematian perinatal.

3) Penyebab inersia uteria) Penggunaan analgetik terlalu cepatb) kesempitan panggulc) letak defleksid) kelainan posisie) regangan dinding rahim (hidramnion, kehamilan ganda), danf) perasaan takut dari ibu.

4) PembagianDulu inersia uteri dibagi dalam :a) Inersia uteri primer jika his lemah dari awal persalinanb) Inersia uteri sekunder jika mula-mula his baik, tetapi kemudian menjadi lemah karena otot-otot rahim lelah akibat persalinan berlamngsung ama (inersia karena kelelahan).Dalam obstetri modern partus lama dengan kelelahan ibu tidak boleh terjadi. Oleh karena itu, inersia uteri sekunder menurut pengertian diatas jarang ditemukan. Walaupun begitu di Indonesia inersia uteri karena kelelahan masih sering terjadi akrena 70-80% persalinan berlangsung diluar rumah sakit dan tidak dipimpin oleh tenaga kesehtan terlatih.

His normal mempunyai sifat :1. Kontraksi otot rahim mulai dari salah satu tanduk rahim2. Fundal dominan , menjalar kesluruh otot rahim3. Kekuatan seperti memeras isis rahim4. Otot rahim yang telah berkontraksi tidak kembali ke panjang semula sehingga terjadi retraksi dan pembentukan segmen bawah rahim.Kelainan kontraksi otot rahim adalah :1. Inersia uteriHis yang sifatnya lemah, pendek, dan jarang dari his normal yang terbagi menjadi :a. Inersia uteri primer1) Bila sejak semula kekuatannya sudah lemahb. Inersia uteri sekunder1) His pernah cukup kuat, tetapi kemudian melemah2) Dapat ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada pembukaan, pada bagian terendah terdapat kaput, dan mungkin ketuban telah pecah.His yang lemah dapat menimbulkan bahaya terhadap ibu maupun janin sehingga memerukan konssultasi atau merujuk penderita ke rumah sakit, puskesmas atau dokter spesialis.

2. Tetania uteriHis yang terlalu kuat dan terllau sering, sehingga tidak terdapat kesempatan relaksasi otot rahim. Akibat dari atonia uteri dapat terjadi :a. Persalinan presipitatusPersalinan yangberlangsung dalam waktu tiga jam. Akibatnya mungkin fatal :1) Terjadi persalinan tidak pada tempatnya.2) Terjadi trauma janin, karena tidak terdapat persiapan dalam persalinan.3) Trauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan perdarahan, inversio uteri.b. Tetania uteri menyebabkan afiksia intrauterin sampai kematian janin dalam rahim.3. Inkoordinasi kontraksiotot rahimKeadaan inkoordinasi kontraksi otot rahim dapat menyebabkan sulitnya kekuatan otot rahim untuk dapat meningkatkan pembukaan atau pengusiran janin dari dalam rahim.Penyebabnya inkorrdinasi kontraksi otot rahim adalah :a. Faktor usia penderita relatif tuab. Pimpinan persalinanc. Karena induksi persalinan dengan oksitosind. Rasa takut dna cemas

Sastrawinata, Sulaiman, Dkk. 2003. Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstetri Patologi E/2. EGC : JakartaManuaba, Prof. Dr. Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. EGC : Jakarta